analisis kejadian banjir dan longsor di daerah - E

advertisement
ANALISIS KLIMATOLOGI KEJADIAN HUJAN
EKSTRIM YANG BERDAMPAK BENCANA DI BALI
TANGGAL 1-11 FEBRUARI 2017
https://www.balipost.com
www.news.detik.com
STASIUN KLIMATOLOGI KELAS II
JEMBRANA - BALI
FEBRUARI 2017
ANALISIS KLIMATOLOGI KEJADIAN HUJAN EKSTRIM
YANG BERDAMPAK BENCANA DI BALI
TANGGAL 1-11 FEBRUARI 2017
Oleh : Tim Analisa Stasiun Klimatologi Jembrana
I Made Dwi Wiratmaja, S.Si
I Wayan Andi Yuda, S.Tr
Margaretha R.Simanjuntak
Sudarti
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan informasi dari media massa "Balipost" (11/02/2017) menyebutkan
“Kekhawatiran Bali dikepung bencana alam terbukti. Jumat (10/2) kemarin sebagian
besar daerah di Bali mengalami bencana alam banjir dan tanah longsor. Ini semua
akibat alam Bali yang sudah semakin rusak dari hulu ke hilir. Mulai dari Tabanan,
Badung, Bangli dan Karangasem dilanda bencana alam”.
Jika menilik kebelakang, sejatinya bencana alam sudah mengintai Bali sejak
awal bulan Februari 2017 dimana telah terjadi hujan sangat lebat di sejumlah wilayah
di Bali. Tercatat beberapa kali hujan sangat lebat yang dikategorikan ekstrim melanda
wilayah Bali bagian Selatan pada awal bulan Februari, kemudian disusul hujan
ekstrim yang terjadi di wilayah Bali bagian Utara dan Timur dalam tiga (3) hari
terakhir. Yang kemudian menimbulkan pertanyaan, apa yang menyebabkan hujan
turun dengan begitu derasnya belakangan ini.
Gambar 1. Peta Pos Hujan Dengan Kejadian Hujan Ekstrim di Bali.
(Sumber: Stasiun Klimatologi Jembrana)
2.
ANALISA DINAMIKA ATMOSFER
A. Analisa Citra Satelit dan Radar Cuaca
Berdasarkan analisa citra satelit dan radar cuaca menunjukkan selama tanggal 111 Februari banyak terdeteksi sebaran jenis awan konvektif Cumulus dan
Cumulunimbus (Cu dan Cb) yang terlihat hampir di seluruh wilayah Bali. Sebaran
awan-awan konvektif yang terpantau satelit umumnya menutupi wilayah Bali dari
sore hingga malam hari. Awan yang terpantau oleh satelit terlihat sangat tebal dengan
suhu puncak awan mencapai -70° C. Demikian juga hanlnya dengan pantauan radar
cuaca, dimana di wilayah Bali secara umum terlihat kumpulan awan hujan dengan
nilai reflektifitas mencapai lebih dari 35 dBZ, yang mana hal ini mengindikasikan
hujan yang turun dengan intensitas sedang hingga deras bahkan sangat deras.
Gambar 2. Citra Satelit dan Radar Cuaca rentang tanggal 1-11 Februari 2017
(Sumber : www.bmkg.go.id)
B. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Gambar 3. Anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR)
tgl 1 - 11 Februari (Sumber : NCEP/NCAR Reanalysis)
Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 1 s/d 11
Februari 2017 nilai anomali OLR disekitar Pulau Bali adalah -40 W/m2 . Anomali
OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari ratarata klimatologisnya. Dari nilai OLR ini jelas memperlihatkan bahwa keadaan
tutupan awan di sekitar Bali lebih banyak/tebal dari keadaan umumnya di bulan
Februari. Adanya awan-awan yang tebal dan banyak sudah tentu berkorelasi dengan
kejadian hujan yang juga cenderung banyak/sering.
C. Suhu Muka Laut (Sea Surface Temperatur/SST)
Gambar 4. Sea Surface Temperatur (SST) tgl 1 - 11 Februari 2017
(Sumber : CPD/JMA)
Nilai Suhu Muka Laut dari tanggal 1 - 11 Februari 2017 di sekitar pulau Bali
bernilai 28 - 28.5 °C yang menandakan kondisi laut hangat sehingga berdampak
menambah peluang terbentuknya awan disekitar pulau Bali.
D. Tekanan Udara Permukaan Laut (Mean Sea Level Pressure)
Gambar 5.Anomali Tekanan Udara tgl 1 - 11 Februari 2017
(Sumber : NCEP/NCAR Reanalysis)
Nilai anomali Tekanan Udara Permukaan Luat (MSLP) disekitar pulau Bali
bernilai -2.5 mb. Anomali tekanan udara yang bernilai negatif ini menandakan
kondisi tekanan udara yang rendah dibandingkan klimatologisnya sehingga
menambah peluang terbentuknya awan – awan konvektif yang menimbulkan hujan.
Terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di selatan Indonesia mendorong terjadinya
pertemuan angin di sepanjang wilayah Jawa, Bali hingga NTB sehingga
menyebabkan tumbuhnya awan-awan hujan di wilayah tersebut.
E. Pergerakan Angin (Streamline) pada lapisan 850 mb
Gambar 6. Streamline tanggal 1 - 11 Februari 2017
(Sumber : CPD/JMA)
Analisis Pergerakan angin (Streamline) yang terjadi pada tanggal 1 – 11
Februari 2017 seperti yang terlihat pada Gambar 6 menunjukan adanya wilayah
konvergensi di atas pulau Bali yang terbentuk oleh tarikan daerah pusat tekanan
rendah di selatan Indonesia. Adanya daerah konvergensi ini mengindikasikan adanya
penumpukan massa udara yang meningkatkan peluang terbentuknya awan-awan
hujan.
F. Precipitable Water
Gambar 7. Anomali Precipitable Water tanggal 1 - 11 Februari 2017
(Sumber : NCEP/NCAR Reanalysis)
Analisis Anomali Precipitable Water pada tanggal 1 - 11 Februari 2017
menunjukkan nilai + 6 kg/m2 (anomali positif) yang mengindikasikan jumlah uap air
yang tersedia di atmosfer yang berpeluang turun menjadi hujan lebih banyak
dari normalnya.
3.
ANALISIS CURAH HUJAN OBSERVASI SAAT KEJADIAN
Berdasarkan data curah hujan dari pos hujan kerjasama BMKG di beberapa
wilayah di Bali, terlihat bahwa curah hujan turun hampir setiap hari sejak tanggal 1
Februari 2017 dengan intensitas ringan hingga sedang. Bahkan di beberapa titik pos
hujan yang letaknya berdekatan dengan wilayah terdampak bencana, tercatat hujan
sangat lebat atau ekstrim ( >100 mm/hari). Hal ini yang kemudian memicu terjadinya
banjir, banjir bandang dan bahkan tanah longsor. Beberapa wilayah di Bali selatan
terkena bencana banjir pada awal bulan Februari, sedangkan beberapa wilayah di Bali
Utara dan Timur dilanda bencana banjir dan tanah longsor dalam 3 hari terakhir.
Tabel 1. Data Curah Hujan Harian di Beberapa Pos Hujan Yang Mengalami
Kejadian Hujan Ekstrim, Tanggal 1 - 11 Februari 2017 (mm/hari)
1
2
3
4
5
6
7
8
Kintamani
13
30
Batur
45
27
Penelokan
2
Pengotan
Kembangsari
9
10
11
19
15
9
0
0
293
155
181
11
7.5
0
0
0
101
103.5
70.5
4
3.5
23
13
35
17
31
26
219.5
70
24
20
0
0
2
38
47
183
9
5.5
28
13
8
3
0
39
95
119
140
370.5
Catur
9
25
80.5
80
0
0
30
130
176.5
225
313
Baturiti
2
31
10
9
0
0
0
0
20
91
28
Candikuning
11
28
15
0
0
5
0
98
38
278
Wanagiri
23
46
47.5
14.5
3
0
16.5
140
117
253
174
Munduk
12
49
30
43
0
3
0
76
8
189
19
Gitgit
35
0
0
0
0
0
25
83
26
65
201
Busungbiu
13
36
29.5
11.5
0
0
1
36
14
109.5
17
Tejakula
2
9
0
3.5
0
0
27
38
52
86
150
Kubu
4
8
6
3
0
0
1
135
75
151
Tianyar
0
15
7
2
0
0
7
145
82
175
Sukadana
0
13.5
0
8.5
0
0
0
87
77
113.5
Sampalan
17
145
51
0
0
0
0
37
0
51
Prapat
16
145
50
27
0
0
0
25
23
11
Batukandik
26
207
200
38
7
2
0
18
19
19
Pelaga
6
37
20
0
8
0
0
25
35
198
55
NgurahRai
39.3
106.9
65.8
24.5
2.1
0.4
0
0
25.8
7
7.4
Abiansemal
20
102
20
20
3.5
0
30
1
5
50
Sanglah
33.5
106
45
0
1.6
0
0
8.8
21.8
3.2
PadangSumbu
43.5
116
42
9.5
0
0
0
6.5
16.5
2
SuwungKangin
28
106
49
28
3
0
0
3
9
3
45
52.5
Gambar 8. Grafik curah hujan harian di beberapa pos hujan yang mengalami
hujan ekstrim, Tanggal 1 - 11 Februari 2017
(Sumber : Staklim Jembrana Bali)
Gambar 9. Grafik curah hujan tgl 1 - 11 Februari 2017 beberapa pos hujan
dibandingkan dengan rata-rata dan ambang batas ekstrimnya.
(Sumber : Staklim Jembrana Bali)
Analisis curah hujan tanggal 1-11 Februari 2017 terhadap nilai Normal (ratarata) dan Ambang Batas Ekstrimnya (percentile 95%) di beberapa pos hujan di
wilayah Bali menunjukkan hujan yang turun dari tanggal 1 hingga 11 Februari 2017
sudah berada diatas normal dasarian I Februari nya, bahkan di beberapa titik seperti
Kintamani, Batur, Penelokan, Pengotan, Kembangsari, Catur, Candikuning, Wanagiri,
Munduk,
Busungbiu, Tejakula, Kubu, Sukadana, Tianyar, Sampalan, Prapat,
batukandik, Pelaga dan Ngurah Rai sudah melewati ambang batas ekstrimnya.
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan telah terjadi hujan ekstrim (baik ekstrim
harian dan ekstrim dasarian) di beberapa wilayah Bali, yang mengakibatkan bencana
alam banjir bandang dan juga tanah longsor.
Gambar 10. Peta Analisis Curah Hujan Dasarian I Februari 2017
Dari peta diatas dapat dilihat distribusi curah hujan yang tinggi di wilayah Bali
bagian Tengah, Selatan, Utara dan Timur, khususnya di daerah Badung bagian Utara,
Bangli bagian Utara, Tabanan bagian Utara, Buleleng bagian timur serta Karangasem
bagian Utara, dengan distribusi curah hujan berkisar antara 150 mm hingga lebih dari
300 mm. Curah hujan tertinggi selama dasarian I Februari 2017 ini tercatat di pos
hujan Catur (Bangli), yaitu 756 mm.
Gambar 11. Peta Anomali Curah Hujan Dasarian I Februari 2017
Dari peta diatas dapat dilihat umunya di wilayah Bali bagian Tengah, Selatan,
Utara dan Timur, anomali curah hujannya bernilai positif (+), yang artinya hujan yang
turun selama dasarian I Februari 2017 ini cenderung lebih besar dari hujan yang
biasanya turun pada dasarian I Februari nya (1981-2010).
Gambar 12. Peta Analisis Hari Hujan Dasarian I Februari 2017
Dari peta diatas dapat dilihat sebaran hari hujan di wilayah Bali, dimana
secara umum dalam 10 hari terakhir hujan turun berkisar antara 3 hingga 10 hari.
Khusus di wilayah Bali bagian Tengah, Utara, Selatan dan Timur, hujan bahkan lebih
sering turun dalam 10 hari terakhir, yaitu antara 6 dan 10 hari. Seringnya hujan turun
dalam beberapa hari terakhir dapat membuat kondisi tanah menjadi jenuh. Kemudian
ditambah dengan curah hujan yang lebat bahkan sangat lebat (ekstrim) sehingga
memicu terjadinya banjir dan bahkan tanah longsor.
KESIMPULAN
1. Adanya tutupan awan-awan konvektif yang sangat tebal di hampir seluruh
wilayah Bali dari sore hingga malam dalam beberapa hari menandakan hujan
turun dengan intensitas sedang hingga sangat lebat.
2. Kondisi dinamis atmosfer di sekitar Bali pada rentang tanggal 1-11 Februari
2017 sangat mendukung terjadinya cuaca ekstrim (Anomali OLR bernilai
negatif, Anomali Tekanan Udara Permukaan Laut (MSLP) bernilai negatif,
Suhu Muka Laut cenderung hangat dan Angin Baratan yang menguat).
3. Analisis curah hujan dasarian terhadap normal dan nilai ambang batas
ekstrimnya (percentile 95%) di beberapa pos hujan menunjukkan bahwa nilai
curah hujan dari tanggal 1 s/d 11 Februari 2017 telah melewati nilai ambang
batas ekstrimnya, yang memicu terjadinya bencana alam banjir bandang dan
tanah longsor di beberapa wilayah di Bali.
Kepala Stasiun
Klimatologi Jembrana, Bali
Ttd
Negara, 12 Februari 2017
Prakirawan
1. I Made Dwi Wiratmaja, S.Si
NIP. 19840223 2008011012
RAKHMAT PRASETIA, SP, M.Si
NIP. 19800914 2002121003
2. I Wayan Andi Yuda, S.Tr
NIP. 19920807 2012101001
3. Margaretha R.Simanjuntak
NIP. 199201252010122001
4. Sudarti
NIP. 19760313 1999032001
Download