Hujan Ekstrim LABUHAN BATU Sumatera Utara

advertisement
ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN
AGUSTUS DI KAB. LABUHAN BATU, SUMATERA UTARA
(Studi Kasus 03 September 2017)
STASIUN KLIMATOLOGI
KELAS I DELI SERDANG
SEPTEMBER 2017
ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN
SEPTEMBER DI KAB. LABUHAN BATU, SUMATERA UTARA
(Studi Kasus 03 September 2017)
Oleh : Tim Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Deli Serdang
Theresia Grefyolin Simbolon, Nikita Pusparini, Alfonsius C.P.S.,Valentina S.M
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan pengumpulan data curah hujan yang dilakukan di Stasiun
Klimatologi Deli Serdang, pada Minggu 03 September 2017 telah terjadi hujan dengan
intensitas sedang (>50mm/jam) di pos hujan kerjasama Diperta Rantau Prapat dan
intensitas lebat (>100mm/hari) di pos hujan kerjasama Kebun Rantau Prapat. Selain itu,
berbagai media massa elektronik menginformasikan terjadinya banjir di daerah
tersebut. Hujan yang mengguyur Rantau Parapat sejak pagi hingga siang hari selama 8
jam telah mengakibatkan beberapa titik mengalami banjir. Kecamatan yang mengalami
banjir yaitu kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan, akibatnya masyarakat harus
mengungsi ke tempat yang lebih tinggi (medansatu.com). Banjir terparah salah satunya
di lokasi Perumahan Puri Kampung Baru, Rantau Utara (gosumut.com). Tinggi
genangan air mencapai 70 cm tersebut memaksa masyarakat mengamankan harta benda
sedangkan hewan ternak ada yang hanyut terseret arus air. (utamanews.com). Atas
dasar beberapa pemberitaan tersebut, maka dibuatlah analisis hujan ekstrim di Kec.
Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi kejadian curah hujan ekstrim
Berdasarkan pengukuran curah hujan menggunakan penakar hujan obs di sebagian
pos hujan provinsi Sumatera Utara yaitu Kebun Rantau Prapat dan Diperta Rantau
Prapat berupa pos hujan kerjasama (Tabel 1). Tanggal 3 curah hujan memasuki kondisi
hujan sedang hingga lebat (50-100 mm/hari).
Tabel 1. Pos Hujan pada curah hujan ekstrim Kabupaten Labuhan Batu
2.
Pos Hujan
Kabupaten
Kebun Rantau Prapat
Diperta Rantau Prapat
Labuhan Batu
Labuhan Batu
September (mm)
1
2
3
7
118
14
45
75
ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER
A. Analisis Citra Satelit dan Radar Cuaca
Berdasarkan analisis citra satelit dan radar cuaca tanggal 03 September 2017
(Gambar 2), menunjukkan adanya sebaran awan yang cukup tebal di wilayah Kabupaten
Labuhan Batu yang menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga
lebat dimulai sekitar pukul 05.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Berdasarkan citra
satelit terlihat bahwa pertumbuhan awan konvektif mulai sekitar pukul 22.30 UTC dan
terus meluas hingga pukul 04.00 UTC dan mulai meluruh sekitar pukul 05 UTC. Awan
yang terpantau oleh satelit memiliki suhu puncak awan mencapai (-62°C) hingga (75°C). Hal ini mengindikasikan awan yang terpantau cukup tebal dan memiliki sebaran
yang luas sehingga memungkinkan menghasilkan hujan lebat dengan durasi lama
(Awan Cumulonimbus dan Cumulus).
Gambar 2. Citra Satelit Cuaca tanggal 03 September 2017 jam 00-05 UTC.
(Sumber: satelit.bmkg.go.id )
B.
Tekanan Udara Permukaan Laut (Mean Sea Level Pressure)
Gambar 3. Anomali Tekanan Udara Permukaan Laut (mb) tgl 21-29 September 2017
(Sumber: www.esrl.noaa.gov)
Anomali tekanan udara permukaan laut di wilayah Sumatera Utara dan Samudera
Hindia umumnya bernilai -1.5. Hal ini mengindikasikan kondisi tekanan dalam keadaan
lebih rendah dibandingkan nilai klimatologisnya sehingga berpeluang terbentuknya awan
konvektif di sekitar wilayah Sumatera Utara.
C.
Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperatur/SST)
Gambar 4. Suhu Muka Laut dan Anomali Suhu Muka Laut (°C) tgl 29 –
03 September 2017
(Sumber: http://extreme.kishou.go.jp/itacs5/)
Suhu Muka Laut di perairan sekitar wilayah Sumatera Utara berkisar antara
29.0°C - 30.0°C. Anomali Suhu Muka Laut dari tanggal 29 - 02 September 2017 di
Samudera Hindia bagian barat daya dari Sumatera Utara terdapat anomali positif suhu
muka laut bernilai 0.2 s/d 0.8°C yang menandakan kondisi suhu muka laut yang
menghangat dan berpotensi terjadinya peningkatan uap air dibandingkan kondisi
klimatologisnya.
D.
Arah dan Kecepatan Angin (Streamline) pada lapisan 850 mb
Gambar 5. Arah dan Kecepatan Angin (m/s) lapisan 850 mb
tanggal 03 September 2017
(Sumber : http://www.bom.gov.au)
Analisis pergerakan angin yang terjadi pada tanggal 03 September 2017
menunjukan kondisi angin pada lapisan 850 mb Sumatera Utara bertiup dari arah
tenggara, dan terdapat gangguan Eddy yang memungkinkan terjadi penumpukan massa
udara dan meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif yang signifikan.
E.
Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Gambar 6. Anomali Outgoing Longwave Radiation (W/m2) lapisan 850 mb
tgl 29 Agustus - 02 September 2017
(Sumber : www.esrl.noaa.gov )
Berdasarkan Gambar 6 nilai anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal
29 Agustus s/d 02 September 2017 di sekitar wilayah perairan Sumatera Utara berkisar
antara -10 W/m2 hingga 20 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif mengindikasikan
tutupan awan di wilayah perairan Sumatera Utara cenderung lebih tebal dari rata-rata
klimatologisnya.
F.
Precipitable Water
Gambar 7. Anomali Precipitable Water (kg/m2) lapisan 850 mb
tanggal 21 - 29 Agustus 2017
(Sumber : www.esrl.noaa.gov)
Precipitable Water atau potensi kandungan massa uap air dalam kolom udara
yang turun sebagai hujan di atas wilayah Sumatera Utara memiliki anomali berkisar
antara 2 s/d 6 kg/m2. Kondisi tersebut mengindikasikan terdapat peningkatan
kandungan uap air yang berpotensi hujan di atas wilayah Sumatera Utara dibandingkan
dengan normalnya. Hal ini juga disebabkan oleh adanya gangguan Eddy di perairan
Sumatera
3.
ANALISIS KLIMATOLOGI CURAH HUJAN EKSTRIM PADA
BULAN SEPTEMBER (2010 – 2017)
Kriteria curah hujan ekstrim (>100mm/hari) namun untuk sebagian wilayah
Sumatera Utara, curah hujan sebesar 50mm/hari sudah dapat mengakibatkan terjadinya
banjir. Untuk itu data yang digunakan berupa data curah hujan 50mm/hari atau lebih
sebagai acuan curah hujan ekstrim. Berdasarkan data 2 pos hujan di kabupaten Labuhan
Batu yaitu Kebun Rantau Prapat dan Diperta Rantau Prapat terdapat beberapa kejadian
curah hujan sedang (≥50 mm/hari) hingga lebat (≥100 mm/hari).
Kejadian curah hujan ekstrim lebat tercatat sebanyak empat kali di pos hujan
Kebun Rantau Prapat. Untuk Kejadian curah hujan ekstrim tersebut masing – masing
tertakar pada tahun 2011 (100 mm), pada tahun 2015 (100mm), pada tahun 2016
(122mm), pada tahun 2017 (118mm) (Gambar 8).
Gambar 8. Grafik curah hujan bulan September 2011 – 2017
di pos hujan Kebun Rantau Prapat
Kejadian hujan ekstrim tercatat di pos hujan Diperta Rantau Prapat meskipun hanya
berupa curah hujan sedang (≥50 mm/hari) yang tercatat sebanyak tujuh kali yaitu pada
tahun 2017 (75mm), pada tahun 2013 (65mm, 70mm, 52mm, 65mm), dan pada tahun 2011
(65mm dan 60 mm) (Gambar 9). Pada bulan September wilayah Sumatera Utara khususnya
kabupaten Labuhan Utara yang termasuk dalam ZOM 8 telah memasuki awal musim
hujan.
Gambar 9. Grafik curah hujan bulan September 2011 – 2017
di pos hujan Diperta Rantau Prapat
Ditinjau dari dinamika atmosfer, saat kejadian hujan sedang hingga lebat secara
umum beberapa parameter mendukung terjadinya pembentukan awan konvektif yang
meningkatkan peluang curah hujan. Untuk itu pada kejadian ekstrim 3 September 2017
dianalisis pula kondisi dinamika atmosfer tanggal 29 Agustus hingga 03 September 2017
(Tabel 2).
Tabel 2. Parameter Dinamika Atmosfer saat kejadian Curah Hujan Ekstrim di
Kabupaten Labuhan Batu (sumber dapat dilihat pada lampiran)
Parameter
Kondisi Tanggal 29 Agst - 03 Sept 2017
ENSO
Netral
DMI
Netral
Anomali SST
MJO
Pola Angin
Menghangat di bagian barat perairan Sumatera
fase2, aktif
Tenggara, terdapat Eddy di perairan barat Sumatera
Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer saat kejadian curah hujan
ekstrim di Sumatera Utara. Kondisi El nino Netral yang mengindikasikan tidak
berpeluang terbentuknya awan konvektif. Kondisi Dipole Mode juga dalam
keadaan Netral yang berarti tidak berpeluang terjadinya pembentukkan awan
konvektif. Anomali SST (Sea Surface Temperature) mulai menghangat di perairan
Sumatera bagian barat yang mengindikasikan adanya peluang terjadinya
pembentukkan awan konvektif yang signifikan. Kondisi Madden-Julian Oscillation
(MJO) terpantau aktif pada Fase 2 saat kejadian curah hujan ekstrim. Secara teori
MJO dianggap berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di Indonesia jika
aktif pada fase 4 dan 5, sehingga dapat dikatakan bahwa curah hujan ekstrim yang
terjadi bukan disebabkan oleh penjalaran MJO. Adanya gangguan Eddy di perairan
barat Sumatera memungkinkan terjadinya penumpukan massa udara yang
meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif .
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa curah hujan ekstrim yang terjadi pada tanggal 03 September 2017
di Kabupaten Labuhan Batu khususnya kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan
dipicu oleh menghangatnya SST serta adanya gangguan Eddy yang memungkinkan
penumpukan massa udara dan meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif.
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
STASIUN KLIMATOLOGI
KELAS I DELI SERDANG
CARLES A. TARI, S.TP
NIP. 19771208 20012 1 001
Deli Serdang,
04 September 2017
Prakirawan
1. Theresia Grefyolin S
NIP. 19921023 201210 2 001
2. Nikita Pusparini
NIP. 19881125 201012 2 001
3. Alfonsius C.P Siregar
NIP. 19900429 201012 1 001
4. Valentina S. Manullang
NIP. 19890323 201012 2 001
Download