authorized by Copyright 2017. Markus Tonny Hidayat Yakobus Edy Susanto Roy prabandaru published in: www.psalm21.org Makmur Sepekan Senin, 02 Januari 2017 T1 Mengucapkan Sila Pancasila Mengapa kita harus berpedoman pada firman Tuhan? Pondasi atau dasar negara yang kita pegang teguh sebagai bangsa Indonesia adalah Pancasila. Beberapa hari sebelum Perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia, saya menguji anak-anak saya untuk mengucapkan sila-sila dari Pancasila. Ada beberapa sila yang masih belum diucapkan dengan baik. Namun karena terus menerus dihafalkan maka perkataannya semakin lancar. Keluar dari pemikiran seperti ini, sebagaimana suatu bangsa, memiliki dasar negara sebagai pedoman, maka Kerajaan Allah juga memiliki dasar, yaitu firmanTuhan. Firman Tuhan dalam Ulangan 6:7 berkata, “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun,” dan Mazmur 1:2, “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam,” juga Mazmur 119:48, “Aku menaikkan tanganku kepada perintahperintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapanMu.” Seperti juga dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, demikian juga dengan dasar dari Kerajaan Allah adalah Firman dan ketetapan-ketetapan-Nya yang menjadi landasan kehidupan bagi kita orang-orang percaya. Mari tetap terus menerus merenungkannya dengan setia tanpa jeda. Tanpa perhentian. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang tetap terus menerus merenungkan firman Tuhan dengan setia. Sahabat, jadilah orang percaya yang tetap terus menerus merenungkan firman Tuhan dengan setia. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Renungkan Firman Tuhan Dengan Setia Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 3 Makmur Sepekan Selasa, 03 Januari 2017 T1 Kerawanan Bagi Anak-Anak Bagaimana kita dapat mengalahkan rupa-rupa pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran? Berbagai kejadian yang timbul akhir-akhir ini cukup meresahkan para orang tua, sebab yang menjadi korbannya kebanyakan adalah anak-anak, bahkan juga mereka yang kelihatan dewasa secara fisik tapi jiwanya masih labil kekanak-kanakan. Konon katanya, para pelaku kejahatan tersebut biasanya menggunakan media sosial menawarkan hal-hal yang menarik yang dapat mempengaruhi jiwa. Ketika terjebak dengan tawaran tersebut, secara sukarela korban akan menyerahkan apa saja yang diminta para pelaku, sehingga jiwanya tersandera karakter menjadi buruk, potensinya mati. Keluar dari pemikiran seperti ini, komunikasi yang selaras dengan jiwa, hati terbuka bagi setiap konsep yang mengandung hal negatif atau positif, bergantung pada siapa kita berkomunikasi. Firman Tuhan dalam Efesus 4:11-15 berkata, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombangambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Kata kunci kehidupan adalah bertumbuh mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kebenaran, sehingga tidak mudah terjebak berbagai angin pengajaran yang menawarkan sesuatu yang cenderung menyimpang dari kebenaran. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang mencapai kedewasaan penuh, dan tidak terpengaruh dengan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran. Sahabat, pastikan kita adalah orang yang mencapai kedewasaan penuh, dan tidak terpengaruh dengan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Bertumbuh Mencapai Kedewasaan Penuh 4 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Rabu, 04 Januari 2017 T1 Keluargaku Berkatku Bagaimana pandangan Anda tentang keluarga anda? Dan sekarang, ya Tuhan Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kau ucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: Tuhan semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di hadapan-Mu. Sebab Engkau, Tuhan semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepada-Mu. Keluar dari pemikiran ini, Tuhan menepati janji-Nya atas keluarga Daud, sehingga oleh keluarga, Daud orang dapat melihat kasih karunia Tuhan semesta alam. Firman Tuhan dalam 2 Samuel 7:29, berkata, “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya.” Keluarga yang diberkati Tuhan sesungguhnya menjadi rumah berkat. Perbuatan mujizat yang terjadi pertama kali adalah masalah keluarga. Karena itu, orang yang memperhatikan keluarga sesungguhnya adalah orang yang hatinya telah mengalami pemulihan benar. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang memperhatikan keluarga. Sahabat jadilah orang yang memperhatikan keluarga. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Keluarga Adalah Rumah Kediaman-Nya Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 5 Makmur Sepekan Kamis, 05 Januari 2017 T1 Take And Give Apa yang seharusnya menjadi motivasi kita dalam memberi? Take and give. Jika kita memberi, kita akan menerima. Pepatah Jawa berkata: Sapa nandur, ngunduh (siapa menanam, akan memetik buahnya). Sayangnya, tidak sedikit orang menerapkan slogan ini secara tidak tepat. Ketika seseorang memberikan bantuan, misalnya, ia berharap kelak ia menerima balasan yang setimpal. Ada juga orang yang mengadakan pesta dengan dana minim, lalu mengundang orang-orang yang dirasa berduit, berharap sumbangan yang masuk menutupi modal dan berlebih. Keluar dari pemikiran seperti ini, apa yang kita berikan, beri dengan motivasi yang murni, jangan berharap balasan, Sekalipun apa yang kita tabur, pasti akan kita tuai. Firman Tuhan dalam Lukas 14:13 berkata, “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.” Memberi dengan mengharapkan balasan itu menunjukkan sikap hati yang tidak tulus. Untuk menguji apakah kita tulus saat memberi, Yesus memberi kita perintah: “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta” (ay. 13). Sungguh terbalik dengan prinsip kita, bukan? Mana ada orang mau rugi? Ya, mereka orang yang tidak akan bisa membalas budi baik kita! Tapi di sinilah sesungguhnya letak kebahagiaan yang dikatakan Yesus. Kebahagiaan karena kemurahan hati kita telah menghadirkan rasa bahagia di hati orang yang menerimanya. Allah telah menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita, manusia berdosa. KebaikanNya tetap diberikan sekalipun kita tidak layak menerimanya. Sebab itu, sebagai orang yang telah menerima kemurahan hati-Nya, kiranya kita menjalani hidup bukan sekedar memberi untuk mendapatkan balasan, tapi berilah dengan tulus dan murni. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang suka memberi dengan tulus dan murni, tanpa mengharapkan balasan. Sahabat, jadilah orang suka memberi dengan tulus dan murni. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Berilah Dengan Tulus Dan Murni 6 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Jumat, 06 Januari 2017 T1 Sok Yakin Apa yang harus kita lakukan, supaya dapat berserah total kepada-Nya? Karena ada kunjungan dari pelanggan di salah satu anak perusahaan tempat saya bekerja, maka dipersiapkanlah kendaraan terminal yang bentuknya seperti . Mereka menggunakan dua mobil untuk berkeliling terminal pelabuhan. Karena kekurangan supir untuk mobil listrik tersebut, seorang manager bertanya kepada salah satu staf apakah ada yang dapat mengemudikan kendaraan tersebut. Dan seorang staf dengan yakin dia mengatakan bahwa dia bisa dan sanggup. Entah karena sok yakin atau sok tahu, dengan PD-nya dia duduk dibelakang kemudi bersama sang manager. Lalu melajulah mereka berdua. Ketika melewati jalan turunan, naasnya dia tidak dapat mengendalikan mobil hingga menyebabkan mobil tersebut meluncur cepat dan terbalik. Sang manager cedera ringan pada lutut kakinya. Sedangkan sang supir pura-pura pingsan karena takut dimarahi. Keluar dari pemikiran seperti ini, akibat sok yakin dan sok bisa menjadikan hal yang mencelakakan. Firman Tuhan dalam Amsal 3:13-14 berkata, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas,” dan Amsal 8:5, “Hai orang yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan, hai orang bebal, mengertilah dalam hatimu.” Ingin berbuat baik memang baik akan tetapi apabila didasari hanya untuk menyenangkan atasan maka hasilnya menjadi tidak benar. Sudah begitu masih tidak ditunjang oleh kemampuan dan mencoba menyembunyikan kelemahan. Akhirnya akan mencelakakan. Mari jujur terhadap diri sendiri dan terus belajar. Dengan itu kita akan mendapatkan hikmat kebijaksanaan dan pengetahuan. Tentu saja takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan. Yang artinya semuanya dimulai dari kerendahan hati dan tidak menonjolkan diri. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang terus belajar untuk memperoleh hikmat kebijaksanaan dan pengetahuan. Mari sahabat, jadilah orang yang terus belajar untuk memperoleh hikmat kebijaksanaan dan pengetahuan. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Takut Akan Tuhan adalah Permulaan Pengetahuan Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 7 Makmur Sepekan Sabtu, 07 Januari 2017 T1 Keluargaku Adalah Sorgaku Bagaimana kita menghargai waktu? Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Keluar dari pemikiran seperti ini, teks tersebut menunjukkan suasana keluarga bagaikan SORGA; sehingga istri dan anak-anak diberkati, orang lemah iman mendapat kekuatan. Firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:7 berkata, “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. Suami adalah kepala, sedangkan istri adalah tubuh, kedua hal tersebut berbicara fungsi, bukan manifestasinya. Karena itu, suami seharusnya: 1. Bijaksana terhadap istri sebagai kaum yang lemah, artinya: ada kekurangan, ada perbedaan, ada kebutuhan. 2.Menghormati istri sebagai teman pewaris kasih karunia, artinya: bagian dari hidupnya, kekelengkapan dari keluarga, cahaya kehidupannya. Dan istri seharusnya: 1. Tunduk kepada suami adalah kepala, artinya: sebagai pemimpin keluarga, mematuhi prinsipprinsip yang terbangun, menjadi pagar pelindung kehidupan. 2. Mentaati hukum kehidupan sebagai organ tubuh bagi seluruh unsur kehidupan keluarga. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki sebua keluarga yang bagaikan Sorga di Bumi. Sahabat, mati kita menjadikan keluarga kita sebagai tempat kediaman Tuhan. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Keluarga Adalah Tempat Kediaman-Nya 8 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Minggu, 08 Januari 2017 T1 Tak Jemu Berdoa Mengapa kita harus terus-menerus berdoa? Sahabat, dari alam kita bisa belajar banyak hal. Stalaktit dan stalakmit di dalam gua terbentuk dari tetesan air di pegunungan kapur yang berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun. Batu karang kokoh di pinggir pantai dapat pecah oleh deburan ombak yang terus menerus menerpa batu itu selama berpuluh-puluh tahun. Alam mengajar kita untuk tekun, setia, dan pantang menyerah saat menghadapi tantangan hidup. Keluar dari pemikiran seperti ini, semua hal yang baik dan indah di alam ini adalah proses dari perkembangan alam yang tiada henti. Firman Tuhan dalam Lukas 18:1 berkata, “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” Dalam hal berdoa, Yesus menegaskan agar setiap orang percaya berdoa dengan tidak jemu-jemu. Apa yang diceritakan Yesus, yakni seorang hakim yang lalim yang pada akhirnya mengabulkan permohonan janda itu memberi gambaran soal ketekunan ini. Hakim yang lalim itu mengakui bahwa kegigihan janda itu sangat menyusahkannya dan karena alasan itulah permintaan itu dikabulkannya. Yesus meminta setiap pengikut-Nya memperhatikan benar perkataan hakim yang lalim itu. Allah kita penuh belas kasihan! Tidak seperti hakim yang lalim itu, Allah tidak merasa terganggu saat mendengarkan doa kita. Seperti janda itu, mungkin kita tidak mendapatkan jawabannya saat itu juga, ada jeda waktu yang cukup panjang, namun ia tidak berhenti memohon. Itulah iman! Ia yakin bahwa Allah tidak terus membiarkan umatNya yang siang malam memohon kepada-Nya. Apakah kita mulai menyerah dalam berdoa? Kiranya kegigihan janda ini membangkitkan kembali hasrat kita untuk berdoa dan bergantung kepada Allah, Raja yang penuh belas kasihan itu. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang selalu tekun berdoa dalam kondisi apapun. Sahabat, orang percaya yang selalu tekun berdoa dalam kondisi apapun. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Tetap Tekun Berdoa Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 9 Makmur Sepekan Senin, 09 Januari 2017 T1 Siap Dan Siaga Mengapa kita harus selalu siap siaga? Pendidikan dan pelatihan kemiliteran sangat dominan dengan kedisiplinan, kepatuhan, kecepatan dan saling menjaga. Kesiapan dan kesiagaan mereka dalam latihan, dilatih terus menerus, sampai menjadi hal yang menyatu dengan mental para prajurit. Salah satunya adalah perihal membawa senjata laras panjang yang terus menerus semasa latihan, padahal benda tersebut cukup berat dan menimbulkan kelelahan. Para prajurit harus membawa senjata laras panjang tersebut sewaktu berlatih, makan, tidur bahkan ke toilet. Seakan-akan senjata tersebut adalah “sosok yang harus dijaga dan dicintai”. Dan setiap aktifitas mereka seperti orang yang dikejar atau diburu-buru, harus dengan cepat dan sigap. Setiap kelengkapan juga harus diperhatikan secara detail dan lengkap. Mulai dari ransel, seragam, sepatu dan lain-lainnya. Sebenarnya latihan ini mempunyai kegunaannya sewaktu bertempur, senjata dan kelengkapan inilah yang menjadi “rekan” terdekatnya dalam pertempuran, penyerangan atau mempertahankan diri. Para prajurit harus mempersiapkan senjata dan perlengkapannya ini karena berurusan dengan “penjagaan” terhadap dirinya. Keluar dari pemikiran seperti ini, sebagaimana prajurit, orang percaya juga harus selalu siap dan siaga. Firman Tuhan dalam Efesus 6:13-17, “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.” Bersiap dan bersiagalah dalam kebenaran sewaktu menjalani hidup kita. Bersedia menanggung beban demi jiwa-jiwa. Tangguh menghadapi tantangan karena kita mengandalkan kekuatan tangan-Nya. Selesaikan dengan cepat dan tepat, jangan kehilangan momentum Tuhan. Ikatkan diri kita pada keselamatan-Nya dan jadilah pemenang. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang selalu siap siaga dalam kebenaran ketika menjalani kehidupan. Sahabat, mari kita menjadi orang percaya yang selalu siap siaga dalam kebenaran ketika menjalani kehidupan. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Selalu Siap Siaga Setiap Saat 10 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Selasa, 10 Januari 2017 T1 Semuanya Tentang Tuhan Apa artinya perkataan “segala sesuatu dari dan untuk Tuhan”? Karena terjangkit demam berdarah, seorang anak laki-laki harus dirawat di rumah sakit. Ayahnya seorang hamba Tuhan dan menjadi gembala di sebuah Gereja. Sebagai seorang ayah, tentu ada perasaan kuatir dan mencemaskan keadaan anaknya tersebut. Walaupun demikian pada hari Minggunya, beliau tetap melayani Tuhan dengan setia. Apa yang beliau kerjakan dalam pelayanan dan penyampaian Firman Tuhan tersebut, menyiratkan sebuah pesan bahwa “Semuanya tentang Tuhan.” Artinya walaupun kesusahan melanda hidupnya tapi sewaktu beliau berdiri di mimbar tetaplah menyuarakan tentang Tuhan. Semuanya tentang Tuhan. Keluar dari pemikiran seperti ini, semua yang terjadi dalam hidup kita, berasal dan untuk Tuhan. Firman Tuhan dalam Filipi 4:10-13 berkata, “Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Ketika kita menetapkan hati bahwa semuanya tentang Tuhan, maka yang lahir dalam sanubari kita adalah ucapan syukur, rasa terima kasih atas apa yang Dia ciptakan dalam hidup kita. Semuanya tentang Dia. Semuanya tentang Dia. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang memandang segala sesuatu, berasal dari Tuhan dan untuk Tuhan. Sahabat, pandanglah segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sebagai sesuatu yang dari dan untuk Tuhan. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Segala Sesuatu Dari Dan Untuk Tuhan Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 11 Makmur Sepekan Rabu, 11 Januari 2017 T1 Tuhan Sumber Hidupku Apa yang seharusnya kehidupan kita? menjadi dasar TUHAN-lah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” Keluar dari pemikiran seperti ini, Tuhan mendasari dan membangun kehidupan manusia dan seisi hidupnya, manakala manusia memerlukan kebutuhan hidup, itu berarti manusia membutuhkan Tuhan. Firman Tuhan dalam Mazmur 24:4-6 berkata, “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.” Kesucian hati merupakan dasar kehidupan manusia, dari sanalah akan memancarkan kehidupan sesungguhnya. Karena itu, perbuatan bukanlah ukuran kehidupan, melainkan kesucian hati yang menjadi kekuatan dalam perbuatan. T2 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang menjadikan kesucian sebagai dasar kehidupan. T3 Sahabat, jadikan kesucian hati, sebagai dasar kehidupan kita. Sehingga akan mengalir kuasa, kasih dan kesucian dari kehidupan kita. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Kesucian Hati Merupakan Dasar Kehidupan Manusia 12 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Kamis, 12 Januari 2017 T1 Semangat Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap keluarga dan sesama? Beberapa hari yang lalu kami mengadakan kunjungan ke salah satu sahabat yang dirawat di ruang ICU sebuah Rumah Sakit. Beliau adalah rekan kerja yang sangat tinggi dedikasi dan integritasnya. Kejadian “ambruk”-nya karena sakitnya sangat tiba-tiba. Mulai dari kering tenggorokan, sariawan, hingga akhirnya masuk rumah sakit dan dirawat di ICU. Orang tuanya dan anak istrinya memberi dukungan dan semangat untuk kesembuhan. Anaknya perempuan menangis sedih ketika memegang dahi ayahnya. Dan yang membuat kami larut dalam keharuan adalah ketika ayahnya mengelus kepala sahabat saya dan ibunya berkata,”Kamu harus kuat dan kamu harus lawan penyakit itu.” Sampai pada suatu malam kami harus melepasnya pergi ke alam baka. Walaupun merupakan hal yang menyedihkan tapi satu hal yang bisa saya ambil adalah keluarga dan sahabat sangat berperan penting. Disitulah terlihat sebuah keadaan yang mencerminkan kekuatan sebuah unity dalam keluarga. Keluar dari pemikiran ini, saling mendukung dalam kasih yang tentunya akan menguatkan dan melahirkan harapan baru. Firman Tuhan dalam Roma 5:3-5 berkata, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita,” dan Roma 12:15, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” Kata “kita” pada ayat diatas adalah sebuah rasa kebersamaan. Bisa melalui persahabatan dan keluarga. Keluarga adalah sebuah kesatuan yang Tuhan ciptakan luar biasa. Saling menopang, membangun, menguatkan dan membela. Jadi hargailah nilai kesatuan dalam keluarga. Tetap saling mengasihi dalam Kasih Tuhan. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang melakukan saling mengasihi dalam kasih-Nya, terutama dalam keluarga. Sahabat, pastikan kita adalah orang yang melakukan saling mengasihi dalam kasih-Nya, terutama dalam keluarga. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Saling Mengasihi Dengan Kasih-Nya Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 13 Makmur Sepekan Jumat, 13 Januari 2017 T1 Selingkuh?? Apa yang anda dapatkan dalam MS hari ini? Kehidupan sekarang ini banyak menyita waktu kita, hingga terkadang kita melupakan hal yang esensial dari kehidupan itu sendiri yaitu bersekutu dengan Tuhan. Kita sibuk dengan perkembangan jaman mulai dari uang, pekerjaan, karir, media sosial, internet dan kesibukan-kesibukan yang menghabiskan waktu hidup kita. Kita sangat memuja kehidupan-kehidupan modern ini sehingga seakan-akan kita “menyembah”nya tanpa disadari. Keluar dari pemikiran seperti ini, kita menduakan kehadiran Tuhan dan memiliki kehadiran sosok yang lain. Hal itu sama dengan perselingkuhan. Firman Tuhan dalam Ester 1:5, 9 berkata, “Setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi tujuh hari lamanya bagi seluruh rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan...Juga Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros.” Perselingkuhan adalah seperti kita membuat pesta sendiri diluar pesta yang Tuhan adakan. Pesta disini bukan berarti sebagai pesta yang hura-hura, tapi artinya adalah agenda dan acara dari Tuhan sendiri dengan kita. Berapa lama kita meninggalkan persekutuan hidup kita Tuhan? Berapa banyak kita lalai akan hubungan yang indah bersamanya? Seberapa bahagianya kita memuja halhal semu diluar kehadiran Tuhan? Seberapa rekat kerinduan kita terhadap dunia dibanding hadirat-Nya? Mari renungkan. T2 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang tidak melalaikan hubungan yang indah dengan Tuhan. T3 Sahabat, jadilah orang percaya yang tidak melalaikan hubungan yang indah dengan Tuhan. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Jangan Melalaikan Hubungan Dengan Tuhan 14 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Sabtu, 14 Januari 2017 T1 Terwarisi Karakter Buruk Apa yang anda dapatkan dari MS hari ini? Ahazia, anak Ahab, menjadi raja atas Israel di Samaria dalam tahun ketujuh belas zaman Yosafat, raja Yehuda, dan ia memerintah atas Israel dua tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa. Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan sakit hati Tuhan, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya. Keluar dari pemikiran seperti ini, terkadang tidak disadari perjalanan hidup seseorang terwarisi karakter yang buruk, sehingga hidup bagaikan padang gurun; berputar-putar disekitar itu, sepertinya tidak ada terobosan. Firman Tuhan dalam Lukas 15:17, “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.” Seorang anak yang diumpamakan Tuhan sebagai pengajaran bagi kehidupan kita, bahwa kesadaran hidup itu penting, sebab yang namanya pencobaan itu ada, bahkan itu menjadi progresnya iblis, sadar atau tidak sadar. Karena itu, pengenalan kebenaran merupakan keharusan. Ketika masuk dalam pencobaan, masih mengingat kebaikan kebenaran yang diwarisi orang tuanya atau perbuatan benar yang dilakukan seorang mentornya. Itulah kekuatan kehidupan orang benar yang dapat memerdekakannya dari setiap keterpurukan. T2 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang mengenal akan kebenaran, melalui orangtua atau mentor. T3 Sahabat, jadilah orang percaya yang mengenal akan kebenaran, melalui orangtua atau mentor. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Kenalilah Kebenaran Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 15 Makmur Sepekan Minggu, 15 Januari 2017 T1 Taat Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap otoritas yang diatas kita? Sekali waktu, saya sempat menyaksikan sebuah talkshow, dan saya cukup terperanjat dengan narasumber yang diwawancarai. Ditengah banyaknya protes atas apa yang dibuat pemerintah atas berbagai penggusuran yang dilakukan, narasumber ini justru mendukung setiap langkah yang dilakukan pemerintah. Bukankah penggusuran itu dilakukan untuk mengatasi banjir & diberi ganti rugi? Keluar dari pemikiran seperti ini, ketundukan pada otoritas yang diresponi dengan ketaatan, pasti membuahkan berkat. Firman Tuhan dalam Roma 13:1-2 berkata, “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.” Pemerintah di sini bukan hanya Tuhan, bukan juga hanya pemerintah dalam arti sesungguhnya. Contohnya di dalam keluarga, ada orangtua yang berperan dalam mengatur setiap urusan rumah tangga, guru di sekolah, bos di tempat kerja, dll, pendek kata, tunduklah pada otoritas. Mereka adalah pemimpin yang harus kita taati, karena semua itu ditetapkan Tuhan untuk mengajarkan kita, membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik, agar kelak Tuhan dapat memakai kita menjadi orang yang luar biasa. Itu sebabnya jika kita melawan perintah mereka, pasti ada hukumannya. Ayo belajar taat. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang taat pada otoritas. Sahabat, pastikan kita adalah orang percaya yang taat pada otoritas. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Ayo Belajar Taat 16 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Senin, 16 Januari 2017 T1 Mengucap Syukur Sampai dimanakah batasan kepercayaan kita terhadap Tuhan? Kadang-kadang kita terbangun dengan persendian yang nyeri, atau batuk-batuk hebat atau mimpi buruk, dan bertanya-tanya, mengapa hidup kita banyak sakit penyakit, atau banyak masalah. Sahabat, belajarlah seperti Daud. Berusahalah mengucap syukur kepada Tuhan seperti yang dilakukan Daud (Mzm 103:1-5). Pikirkan dan ingatlah kembali semua kebaikan Tuhan yang layak kita syukuri. Keluar dari pemikiran seperti ini, hati yang penuh dengan ucapan syukur akan membuahkan sukacita. Firman Tuhan dalam Mazmur 103:2 berkata, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” Setidaknya, ada 5 hal yang harus kita syukuri: 1. Bersyukurlah kepada Tuhan atas pengampunan-Nya. Dia “mengampuni semua kesalahanmu”, dan “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. 2. Bersyukurlah kepada-Nya atas sakit penyakit kita. Tuhan menggunakan kelemahan dan sakit penyakit untuk menarik kita lebih dekat kepada kasih dan kepedulian-Nya. 3. Bersyukurlah kepada-Nya atas penebusan hidup kita dari kehancuran. Ini adalah karya terbesar lewat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. 4. Bersyukurlah kepada-Nya karena memahkotai hidup kita dengan “kasih setia dan rahmat”. 5. Bersyukurlah kepada Dia yg memuaskan hasrat kita. Dialah sumber kepuasan kita. Setiap hari, Dia memperbarui kekuatan dan semangat kita. Mari kita memuji Tuhan, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang selalu bersyukur dan memuji Tuhan dengan mengingat segala kebaikan-Nya. Sahabat, jadilah orang percaya yang selalu bersyukur dan memuji Tuhan dengan mengingat segala kebaikan-Nya. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Selalu Bersyukur Dan Memuji Tuhan Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 17 Makmur Sepekan Selasa, 17 Januari 2017 T1 Menaikan Standart Apa yang bisa menyebabkan meningkatkan standart hidupnya? seseorang Untuk menjadi unggul, kita harus secara konsisten menaikkan standart dan kualitas di dalam setiap aspek kehidupan kita. Sepanjang standar kualitas tidak pernah ditingkatkan, kita tidak akan pernah mencapai keunggulan, tetapi hanya sekedar menjadi rata-rata, karena pada akhirnya orang lain pun akan bisa mencapai standart tersebut. Keluar dari pemikiran seperti ini, keberhasilan tidak akan pernah menurunkan tingkat standartnya untuk dapat mengikuti standart kita. Sebaliknya, kita yang harus menaikkan tingkat standar ke tingkat standar sebuah keberhasilan. Firman Tuhan dalam Daniel 6:4 berkata, “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.” Jadi kita harus menaikkan standar, jangan puas dengan apa yang sudah kita capai. Lihat perusahaan-perusahaan Jepang, bagaimana mereka selalu meningkatkan kualitas dan standar dari waktu ke waktu, karena mereka tidak puas hanya dengan rata-rata. Itu sebabnya kualitas produk mereka menjadi sangat luar biasa. Bagaimana caranya menaikkan standart kita? Daniel menemukannya! Dia memiliki roh yang luar biasa, yang menjadikannya di atas standart rata-rata. Roh yang luar biasa, itulah Roh Kudus. Itu sebabnya, di dalam kualitas kehidupan, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, harus melibatkan Roh Kudus. Dia akan meningkatkan standart hidup kita, dari waktu ke waktu kita akan dipacu meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses kerja dan bahkan kualitas diri sendiri. Peningkatan standar akan memaksa kita melakukan 2 hal, yaitu: perubahan dan perbaikan. Jadilah orang yang tidak puas dengan standar yang sudah dapat kita capai! Tingkatkan standarnya ke tingkat yang lebih baik lagi dengan Roh Kudus. Penuhlah dengan Roh Kudus. kita pasti akan menjadi manusia yang unggul. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang memiliki Roh yang luar biasa, yaitu Roh Kudus. Sahabat, jadilah orang percaya yang memiliki Roh yang luar biasa, yaitu Roh kudus. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Tingkatkan Standart Hidup Anda Bersama Roh Kudus 18 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Rabu, 18 Januari 2017 T1 Sikap Hati Apa yang harus kita miliki sebelum bertindak? Salah satu hal yang paling penting untuk mencapai kesuksesan yaitu sikap hati kita dalam menghadapi kegagalan. W.W. Ziege berkata: “Nothing on earth can stop the man with the right attitude from achieving his goal; nothing on earth can help the man with the wrong mental attitude.” (“Tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat menghentikan seseorang dengan sikap hati yang benar untuk meraih tujuannya; tidak ada apapun di dunia ini yang dapat menolong seseorang dengan sikap hati yang salah.”) Keluar dari pemikiran seperti ini, sikap hati kita, sebelum bertindak, menentukan tindakan itu. Firman Tuhan dalam Amsal 15:13 berkata, “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” Ayat ini menjelaskan bagaimana sikap hati sangat berperan dalam segala tindakan kita. Goal tidak selalu dapat dicapai dengan mudah. Hampir semua kesuksesan dicapai melalui banyak kegagalan dan rintangan. Virginia Wade, yang pernah menjadi pemain tennis wanita yang terbaik di dunia, menulis satu artikel yang berjudul “How I won Wimbledon” (“Bagaimana aku menjuarai Wimbledon”). Setelah mengalami kekalahan selama 16 tahun apa yang membuatnya mencapai kemenangan? Ia menjawab: “Attitude.” (Sikap hati). Cepat atau lambat semua orang akan menghadapi rintangan. Bedanya, orang yang sukses tidak hanya memiliki goal dalam hidupnya tetapi ia tidak menyerah terhadap setiap rintangan yang ada, sampai ia mencapai goalnya. T2 Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki sikap hati yang positif. T3 Sahabat, mari kita memiliki sikap hati yang positif sebelum bertindak. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Miliki Sikap Hati Positif Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 19 Makmur Sepekan Kamis, 19 Januari 2017 T1 Siapa Yang Akan Kuutus? Apakah anda bersedia diutus Tuhan? Sebagai seorang pendeta muda, saya melayani sekelompok jemaat baru, termasuk orangtua saya. Ayah saya sangat aktif dalam “pelayanan terhadap sesama” di gereja. Ia melakukan penginjilan, kunjungan ke rumah sakit dan panti jompo, melayani sesama di dalam bus, memberi pertolongan kepada orang miskin, dan lain sebagainya. Meski tidak pernah dilatih secara formal tentang pelayanan, Ayah ternyata memiliki kemampuan alami untuk menjalin relasi dengan orang-orang yang berada di tengah masa-masa sukar. Itu adalah fokus kecintaannya, yaitu orang-orang tertindas yang kerap diabaikan. Bahkan, pada hari ia mengembuskan napas terakhir, hal terakhir yang ia katakan kepada saya adalah janjinya untuk mampir ke rumah seseorang. Ia ingin memastikan bahwa janjinya itu tetap ia pegang. Keluar dari pemikiran seperti ini, pelayanan ayah saya adalah pelayanan yang mengikuti teladan hati Kristus. Firman Tuhan dalam Yesaya 6:8 berkata, “Aku mendengar suara Tuhan berkata, ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku, ‘Ini aku, utuslah aku!’” Yesus memandang banyak orang yang dilupakan di dunia dan berbelas kasih kepada mereka (Matius 9:36-38). Dia memerintahkan para pengikut-Nya untuk berdoa agar Bapa surgawi mengutus para pekerja (seperti ayah saya) untuk menjangkau mereka yang berbeban berat dengan memerhatikan kehidupan mereka. Ayah saya telah menjadi jawaban atas doa-doa yang dinaikkan dalam kehidupan orang-orang yang terluka. Dan kita pun dapat menjadi jawaban atas doa-doa tersebut. Tatkala ada orang yang memanjatkan doa agar muncul seseorang yang mewakili kasih Kristus, kiranya hati kita memberi tanggapan demikian, “Ya Tuhan, ini aku, utuslah aku!” T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang bersedia diutus Tuhan untuk memperhatikan sesama yang membutuhkan. Sahabat, Jadilah orang yang bersedia diutus Tuhan untuk memperhatikan sesama yang membutuhkan Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Pelayanan Sejati Adalah Kasih Dalam Perbuatan 20 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Jumat, 20 Januari 2017 T1 Suara Tuhan Terdengar Mengapa kita harus selalu merenungkan dan mendengar firman-Nya? Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku? Lalu mengertilah Eli, bahwa T UHAN lah yang memanggil anak itu. Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar. Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. Lalu datanglah Tuhan, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Keluar dari pemikiran seperti ini, suara Tuhan selalu terdengar disetiap kesempatan, tidak semua orang dapat mengerti suara itu. Firman Tuhan dalam Matius 13:23 berkata, “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Mengerti firman Tuhan merupakan media bagi suara-Nya bertumbuh, sehingga suara itu yang akan mencerahkan hati dan mencerdaskan pikiran untuk berjalan dalam kasih karunia-Nya. Karena itu, membaca firman dan merenungkannya sampai mengerti, itulah firman yang menumbuhkan iman, menjadi titik temu dengan Tuhan. T2 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang selalu merenungkan firman Tuhan dan mendengarkan suara-Nya. T3 Sahabat, jadilah orang percaya yang selalu merenungkan firman Tuhan dan mendengarkan suara-Nya. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Selalu Merenungkan dan Mendengar Firman-Nya Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 21 Makmur Sepekan Sabtu, 21 Januari 2017 T1 Senyapnya Suara Kebenaran Bagaimana kebenaran? seharusnya kita menyuarakan Detik-detik menuju penyaliban Yesus makin mencekam. Suara imam-imam kepala, tuatua, dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah sepakat menghukum mati Yesus. Karena itu, pagi-pagi benar mereka sudah membawa-Nya ke Pilatus. Tuduhan palsu pun mereka sampaikan. Hati mereka makin dipenuhi dengan kedengkian. Tidak heran jika mereka lebih memilih Barabas, si pembunuh dan pemberontak dibanding Yesus. Pilatus pun tidak bisa menemukan kesalahan Yesus. Mereka juga menghasut orang banyak untuk mendukung keinginan mereka. Menghadapi suara mayoritas, Pilatus tidak dapat berbuat banyak. Dalam hal ini, Pilatus juga memiliki kepentingan politik. Ia harus mempertahankan posisinya sehingga ia memilih untuk memuaskan hati orang banyak yang menginginkan kematian Yesus. Ia memilih membebaskan Barabas. Tentu hal ini membuat orang-orang makin antusias untuk menyalibkan Yesus. Momen ini menjadi saksi bisu. bagaimana hukum dan keadilan dipelintir sedemikian rupa oleh orang-orang yang notabene adalah pemimpin bangsa dan agama. Ambisi dan kebencian menang mengalahkan keadilan dan kebenaran. Hasilnya, Mesias disalibkan. Keluar dari pemikiran seperti ini, sesungguhnya apa yang terjadi pada masa lalu, merupakan pencerminan di masa sekarang. Renungkan Firman Tuhan dari Markus 15:1-15. Zaman yang kita hidupi sekarang ini penuh dengan berbagai macam politik kotor, penistaan hukum, ambisi culas, dan kebobrokan moral. Para pemimpin negara maupun agama kerap kali mempraktekkan ketidakbenaran. Dengan pelbagai cara mereka berupaya memanipulasi jabatan untuk memperjuangkan ambisi dan kenyamanan pribadi. Dalam konteks dunia yang seperti demikian, bagaimana peran kita sebagai orang-orang Kristen? Beranikah kita menyuarakan kebenaran di tengah ketidakbenaran di sekitar kita? Ataukah kita lebih memilih main aman dan mengikuti apa kata suara mayoritas? T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang berani menyuarakan kebenaran Allah. Sahabat, pastikan kita adalah orang yang berani menyuarakan kebenaran Allah. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Berani Menyuarakan Kebenaran 22 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Minggu, 22 Januari 2017 T1 Jembatan Jalan Tol Bagaimana supaya hidup kita menjadi kuat? Suatu sore, di sebuah jalan diseputaran Jakarta, saya memutar kendaraan melewati bagian bawah jembatan jalan tol. Sambil membelokkan kendaraan pelan-pelan, saya mengamati pilar-pilar beton penyangga jembatan tersebut. Begitu kokohnya dan “looks like unbreakable” (seperti tak dapat rusak). Konon kalau tidak salah informasi, kekuatannya harus dapat bertahan selama 40-50 tahun. Wow banget ya... Setiap hari, ribuan kendaraan yang melewati dan harus disangganya. Tentunya apabila pengerjaan pondasi dan pilar-pilar tersebut tidak benar maka dapat mendatangkan celaka. Keluar dari pemikiran seperti ini, Jika pondasi jembatan jalan tol sangat kuat, apalagi jika pondasi kehidupan kita adalah Kristus. Friman Tuhan dalam Yesaya 28:16 berkata, “Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah! “ dan Mazmur 118:22-23, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita,” juga Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Kristus adalah batu penjuru dan merupakan dasar dari hidup orang percaya. Ketika hati kita menerima batu pondasi tersebut diletakkan olehNya maka kekuatan bangunan menjadi kokoh. Apapun itu, didalam karir, pekerjaan, pelayanan, tugas, studi, apabila didasari oleh iman kepada Yesus, beban apapun yang melintas pada hidup dapat kita tanggung. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki Kristus sebagai pondasi kehidupan. Sahabat, jadilah orang yang memiliki Kristus sebagai pondasi kehidupan. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Miliki Kristus Sebagai Pondasi Kehidupan Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 23 Makmur Sepekan Senin, 23 Januari 2017 T1 Tali Pengikat Persatuan Hanya dengan hal apakah kita dapat bersatu? Bagi sebagian kita yang tinggal di tepian sungai, tidak asing dengan yang namanya rakit. Bahkan di beberapa daerah, rakit dipakai sebagai alas hunian pasang surut. Tahukah anda, apa yang menjadikan rakit itu kuat sehingga dapat menjadi landasan hunian pasang surut? Padahal kalau kita lihat, rakit sesungguhnya terdiri dari batangan kayu. Menjadi kuat karena terikat menjadi satu sehingga saling menguatkan. Sebenarnya ikatan yang dipakai untuk mengikat adalah tali yang lembut, justru dengan kelembutan itulah menjadi tali pengikat yang menguatkan. Keluar dari pemikiran seperti ini, kata kunci kekuatan itu terletak pada kelembutan, sebab kelembutanlah adalah tali pengikat kesatuan. Firman Tuhan dalam Efesus 4:2-3 berkata, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” Kelembutan merupakan manifestasi kasih Illahi, sebagaimana menjadi tali pengikat kesatuan menjadi satu bangunan bagi kehidupan, baik bagi masyarakat sosial maupun masyarakat spiritual. Karena itu, bukan sekedar kekuatannya yang kita kejar, melainkan kelembutannya. Sebab kekuatan yang dihasilkan dari keegoisan terkadang menimbulkan pertentangan, sedangkan kelembutan yang dikerjakan oleh Roh Kudus menjadi tali pengikat kesatuan, sehingga menjadi kekuatan yang sulit diruntuhkan. T2 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang memanifesasikan kasih Allah dalam, kehidupan anda. T3 Sahabat, jadilah orang percaya yang memanifesasikan kasih Allah dalam, kehidupan anda. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Kasih Allah Sebagai Pengikat 24 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Selasa, 24 Januari 2017 T1 Selfie Mengapa kita harus berani jujur apa adanya? Era sekarang ini disebut era selfie. Era dimana orang-orang suka mengabadikan gambar diri mereka sendiri dengan menggunakan kamera handphone di suatu peristiwa atau pengalaman. Misalnya sewaktu makan di sebuah restoran, banyak yang selfie didalamnya dan menunjukkan keberadaannya. Sewaktu melakukan selfie ini juga, setiap pribadi menunjukkan berbagai macam mimik wajah. Ada yang bibirnya dimonyong-monyongin, ada yang tertawa lepas, ada yang wajahnya dibuat-buat, pada intinya kebanyakan orang ingin tampil sempurna dan menyembunyikan kekurangannya. Sudut pengambilan gambarnya diambil sebaik mungkin, terkadang menggunakan aplikasi “pembersih wajah”, di-edit gambarnya. Jangan sampai ada kelihatan gendut, keriput atau tampilan jelek lainnya. Pokoknya hasil gambar selfie harus maksimal dan sesempurna mungkin agar membuat orang lain yang melihat terpukau. Keluar dari pemikiran seperti ini, manusia cenderung ingin diakui dan diterima orang lain, ini tidak salah, tetapi harus tampil jujur apa adanya. Fitman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 5:1-4 berkata, “Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.’” Pada dasarnya manusia tampil sempurna dan ingin diakui keberadaannya, kecantikannya, prestasinya, kebaikannya serta apapun tentang dirinya. Tapi apalah artinya apabila semua dilandasi oleh hal yang semu atau sebuah tipuan. Bukankah lebih baik kita jujur dengan apa yang ada pada kita? T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang berani tampil jujur apa adanya. Sahabat, mari renungkan sejenak dalam diri kita dan sadarilah bahwa kita harus berani tampil jujur apa adanya. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Berani Jujur Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 25 Makmur Sepekan Rabu, 25 Januari 2017 T1 Seorang Sahabat Berubah Apa yang anda dapatkan dari MS hari ini? Saya mempunyai seorang sahabat berperawakan cukup gagah sebagai seorang pria normal, bahkan ia pernah mengikuti pelatihan kemiliteran sewaktu kuliah, artinya: keadaan fisik cukup membuatnya berpenampilan oke! Setelah beberapa lama kami berpisah, sewaktu jumpa kembali, terasa tidak yakin dengan penglihatan mata saya. Keadaan fisik dan sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Tentu seperti itu mengundang keingintahuan saya, apa yang menyebabkan perubahannya. Ternyata dia belajar menjadi capster di salon. Dari pergaulannya selalu dengan kaum hawa, keadaan itulah yang cenderung membentuk gaya hidupnya berubah. Keluar dari pemikiran seperti ini, secara logis manusia cenderung mudah berubah, manakala memiliki wadah dalam pembentukannya. Karena itu, secara teologis maupun filosofis menyatakan itu merupakan sesuatu kenyataan hidup. Firman Tuhan dalam Matius 11:29-30 berkata, “Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Keterikatan seseorang kepada kebenaran merupakan bagian dari transposisi perubahan menjadi kesempurnaan, sehingga jiwa memiliki ketenangan dalam menyikapi segala sesuatu, bahkan dalam kelemahannya kekuatan Tuhan semakin nyata. Karena itu, bersikap keterkaitan langsung kepada kebenaran merupakan asupan pembentukan pertumbuhan sikap dan perilaku seseorang. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang terikat dengan kebenaran. Sahabat, jadilah orang yang terikat dengan kebenaran. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Terikat Dengan Kebenaran 26 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Kamis, 26 Januari 2017 T1 Seharusnya Jiwaku Terjaga Mengapa kita harus menjaga jiwa kita? Sebuah kejadian yang cukup inspiratif. Seorang dokter menemukan seorang pasien yang mengalami mati rasa saraf telinganya, sehingga masuk berbagai serangga kecil ke dalam telinganya, yang akhirnya mati di dalam, menimbulkan aroma busuk yang menyengat, kotoran-kotoran menyumbat sehingga mengganggu pendengarannya. Keluar dari pemikiran seperti ini, pikiran dan perasaan merupakan alat penting bagi hidup, manakala alat tersebut tidak berfungsi berbagaimana mestinya, tentulah buruk keadaannya. Firman Tuhan dalam Mazmur 42:2-3 berkata. “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” Ketika jiwa mati rasa, hilanglah kepekaan sosial, penyesatan mudah masuk dalam pikiran, bahkan menguasainya. tidak heran konsep hidupnya cenderung dipengaruhi oleh pemahaman yang sempit. Karena itu, seharusnya jiwa selalu dipenuhi pikiran dan perasaan Kristus, sehingga terhadap kebenaran menjadi suatu kerinduan, bagaikan rusa merindukan air. Ketika kebenaran itu bercahaya menjadi pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya, kasih karunia Allah melimpah-limpah dalam hidupnya. T2 Bayangkan Anda adalah orang percaya yang sudah dewasa dan memiliki jiwa yang hidup. T3 Sahabat, jadilah orang percaya yang sudah dewasa dan memiliki jiwa yang hidup. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Miliki Jiwa Yang Hidup Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 27 Makmur Sepekan Jumat, 27 Januari 2017 T1 Keluarga Jasmani & Rohani Mengapa kita membutuhkan keluarga jasmani dan rohani? Suatu ketika, seorang sahabat membagi pengalamannya ketika masih di perantauan untuk bekerja. Dia berada jauh dari keluarganya, sehingga merasakan kesendirian. Dia berpikir, “Aaahh, seandainya saya ada ditengah-tengah keluarga saya.” Beberapa tahun kemudian, Tuhan mengutusnya kembali ke tengahtengah keluarganya dan dia merasa begitu menyenangkan. Awalnya, sempat merasa berat juga meninggal kenyamanan hidup berkarier di perantauan. Tetapi kemudian sahabat saya itu tahu bahwa sudah waktunya dia kembali dan merasa bisa berbuat sesuatu untuk keluarganya. Apalagi setelah mamanya harus operasi dan kemudian papanya juga meninggal karena kanker paru-paru. Dia semakin merasa bahwa dia tidak bisa kemana-mana dan hidup hanya buat keluarga. Keluar dari pemikiran seperti ini, terkadang kita baru merasakan betapa pentingnya keluarga ketika kita sedang sendirian. Firman Tuhan berkata dalam Kejadian 2:18 dan 2:21-24, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’...Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: ‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Sahabat, Tuhan tahu bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah tidak mampu hidup sendiri. Manusia selalu perlu didampingi. Itulah sebabnya, Tuhan tidak pernah menciptakan manusia hanya sendiri, tetapi sebuah keluarga. Itu sebabnya juga mengapa Tuhan sangat konsen akan keluarga, sehingga mujizat pertama yang dilakukannya ketika ada di dunia adalah mujizat perkawinan di Kana. Selain keluarga jasmani, Kita juga diberikan keluarga rohani, yang kehadirannya tidak kalah penting. Kita bisa saling mendoakan dan saling membangun dalam kedua model keluarga ini. T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang mengenal Tuhan dan mengasihi keluarga jasmani dan rohani anda. Sahabat, pastikan kita menjadi orang yang mengenal Tuhan dan mengasihi keluarga jasmani dan rohani anda. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Selain Keluarga Jasmani, Milikilah Keluarga Rohani 28 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 Makmur Sepekan Sabtu, 28 Januari 2017 T1 Sayur Berulat Apa saja akibat y ang akan kita alami jika ceroboh? Beberapa waktu yang lalu seorang rekan memposting gambar perusahaan katering dan masakan sayurannya yang tercampur ulat. Karena tidak memperhatikan ketika membersihkan, akhirnya ulat tersebut ikut dimasak. Dan walaupun sudah matang, tetap menjijikkan untuk dikonsumsi. Hal ini berdampak kepada nama perusahaan katering tersebut menjadi tidak baik. Keluar dari pemikiran seperti ini, sebuah hal kecil terabaikan dan ceroboh akhirnya berdampak fatal. Firman Tuhan dalam Mazmur 39:1 berkata, “Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. Pikirku: ‘Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku.’” Dan 1 Korintus 8:9, “Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” Juga Ibrani 2:1, “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.” Peristiwa dan tiga ayat diatas mengingatkan kita tentang kecerobohan. Seringkali karena hidup dalam anugerah dan berkat membuat kita berlaku cuek dan sembrono. Pelanggaran-pelanggaran kecil seringkali diabaikan dan dianggap lumrah. Padahal dengan ketidakpedulian menyebabkan adanya potensi kejatuhan. Mari tetaplah berjaga-jaga, bersyukurlah selalu atas berkat yang didapat dan jauihi dosa walaupun kecil sekalipun. T2 Bayangkan Anda adalah seorang yang tetap berjaga-jaga, selalu bersyukur dan menjauhi dosa besar dan kecil. T3 Sahabat,sadarilah bahwa kita adalah seorang yang tetap berjaga-jaga, selalu bersyukur dan menjauhi dosa besar dan kecil. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang. Awas, Jangan Ceroboh! Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 29 Makmur Sepekan Minggu, 29 Januari 2017 T1 Saya Tidak Berhak Mengapa kita tidak boleh menghakimi? Mungkin kalau beberapa dari kita dihadapkan atau mempunyai pemimpin yang ingin mencelakakan kita, tentu reaksinya adalah melawan habis-habisan. Seperti yang dialami oleh Daud yang diperlakukan tidak baik oleh Raja Saul. Seringkali nyawanya menjadi sasaran sang raja untuk dibinasakan. Dan tentu saja Daud memiliki teman-teman seperjuangan yang selalu memberi masukan untuk membinasakan Saul. Akan tetapi Daud mempunyai kegentaran terhadap Firman Tuhan. Katanya,”Tidak sekali-kali akan kujamah orang yang diurapi Tuhan.” Secara personal pasti timbul sakit hati dan luka ketika diperlakukan seperti itu. Tapi Daud lebih memilih melihat hal yang tidak boleh dilanggar tentang otoritas dan juga memandang hal yang lebih besar yaitu peperangan bangsa Israel melawan bangsa Filistin, itu adalah lebih penting daripada dia mengadakan perseteruan secara pribadi. Dan satu hal yang menjadi perkenanan Tuhan, dia tidak memberontak. Dia setia dan tunduk. Keluar dari pemikiran seperti ini, jangan melakukan sesuatu yang bukan hak kita. Firman Tuhan dalam 1 Samuel 24:5-7 berkata, “Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: ‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik. ’Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diamdiam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: “Dijauhkan TUHANlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.” Permufakatan untuk menjatuhkan pemimpin walaupun pemimpin yang dianggap tidak baikpun sangat ditentang oleh Tuhan. Apalagi pemimpin tersebut adalah pemimpin yang berjalan dalam kebenaran, tapi kita menduga dengan tidak benar. Apakah kita berhak menghakimi atau menilainya ? Kita tidak berhak, kawan... T2 T3 Bayangkan Anda adalah orang yang tidak suka menghakimi orang lain. Sahabat, jadilah orang yang tidak suka menghakimi orang lain, apalagi pemimpin kita. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang. Jangan Menghakimi! 30 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017 authorized by Copyright 2017. Markus Tonny Hidayat Yakobus Edy Susanto Roy prabandaru published in: www.psalm21.org