Untitled - Psalm 21 Church

advertisement
authorized by
Copyright 2017.
Markus Tonny Hidayat
Yakobus Edy Susanto
Roy prabandaru
published in:
www.psalm21.org
Makmur Sepekan
Senin, 02 Januari 2017
T1
Mengucapkan Sila Pancasila
Mengapa kita harus berpedoman pada firman
Tuhan?
Pondasi atau dasar negara yang
kita pegang teguh sebagai bangsa Indonesia
adalah Pancasila. Beberapa hari sebelum
Perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia, saya menguji anak-anak saya
untuk mengucapkan sila-sila dari Pancasila. Ada beberapa sila yang masih
belum diucapkan dengan baik. Namun karena terus menerus dihafalkan maka
perkataannya semakin lancar.
Keluar dari pemikiran seperti ini, sebagaimana suatu bangsa, memiliki
dasar negara sebagai pedoman, maka Kerajaan Allah juga memiliki dasar, yaitu
firmanTuhan.
Firman Tuhan dalam Ulangan 6:7 berkata, “Haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun,” dan Mazmur 1:2, “Tetapi
yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang
dan malam,” juga Mazmur 119:48, “Aku menaikkan tanganku kepada perintahperintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapanMu.”
Seperti juga dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, demikian juga
dengan dasar dari Kerajaan Allah adalah Firman dan ketetapan-ketetapan-Nya
yang menjadi landasan kehidupan bagi kita orang-orang percaya. Mari tetap terus
menerus merenungkannya dengan setia tanpa jeda. Tanpa perhentian.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang tetap terus menerus merenungkan
firman Tuhan dengan setia.
Sahabat, jadilah orang percaya yang tetap terus menerus merenungkan firman
Tuhan dengan setia. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Renungkan Firman Tuhan Dengan Setia
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 3
Makmur Sepekan
Selasa, 03 Januari 2017
T1
Kerawanan Bagi Anak-Anak
Bagaimana kita dapat mengalahkan rupa-rupa
pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran?
Berbagai kejadian yang timbul akhir-akhir
ini cukup meresahkan para orang tua, sebab yang
menjadi korbannya kebanyakan adalah anak-anak,
bahkan juga mereka yang kelihatan dewasa secara
fisik tapi jiwanya masih labil kekanak-kanakan.
Konon katanya, para pelaku kejahatan tersebut biasanya menggunakan media
sosial menawarkan hal-hal yang menarik yang dapat mempengaruhi jiwa. Ketika terjebak
dengan tawaran tersebut, secara sukarela korban akan menyerahkan apa saja yang diminta
para pelaku, sehingga jiwanya tersandera karakter menjadi buruk, potensinya mati.
Keluar dari pemikiran seperti ini, komunikasi yang selaras dengan jiwa, hati
terbuka bagi setiap konsep yang mengandung hal negatif atau positif, bergantung pada siapa
kita berkomunikasi.
Firman Tuhan dalam Efesus 4:11-15 berkata, “Dan Ialah yang memberikan baik
rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan,
bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan
pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan
yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombangambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan
mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam
kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”
Kata kunci kehidupan adalah bertumbuh mencapai kedewasaan penuh sesuai
dengan kebenaran, sehingga tidak mudah terjebak berbagai angin pengajaran yang
menawarkan sesuatu yang cenderung menyimpang dari kebenaran.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang mencapai kedewasaan penuh, dan tidak terpengaruh
dengan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran.
Sahabat, pastikan kita adalah orang yang mencapai kedewasaan penuh, dan tidak
terpengaruh dengan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran. Bagikan kebenaran ini
kepada setiap orang.
Bertumbuh Mencapai Kedewasaan Penuh
4 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Rabu, 04 Januari 2017
T1
Keluargaku Berkatku
Bagaimana pandangan Anda tentang keluarga
anda?
Dan sekarang, ya Tuhan Allah,
tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kau
ucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai
keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. Maka nama-Mu akan
menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: Tuhan semesta
alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di
hadapan-Mu.
Sebab Engkau, Tuhan semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan
kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah
sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini
kepada-Mu.
Keluar dari pemikiran ini, Tuhan menepati janji-Nya atas keluarga Daud,
sehingga oleh keluarga, Daud orang dapat melihat kasih karunia Tuhan semesta
alam.
Firman Tuhan dalam 2 Samuel 7:29, berkata, “Kiranya Engkau sekarang
berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu
untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman
dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya.”
Keluarga yang diberkati Tuhan sesungguhnya menjadi rumah berkat.
Perbuatan mujizat yang terjadi pertama kali adalah masalah keluarga. Karena itu,
orang yang memperhatikan keluarga sesungguhnya adalah orang yang hatinya
telah mengalami pemulihan benar.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang memperhatikan keluarga.
Sahabat jadilah orang yang memperhatikan keluarga. Bagikan kebenaran hari ini
kepada setiap orang.
Keluarga Adalah Rumah Kediaman-Nya
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 5
Makmur Sepekan
Kamis, 05 Januari 2017
T1
Take And Give
Apa yang seharusnya menjadi motivasi kita dalam
memberi?
Take and give. Jika kita memberi, kita akan
menerima. Pepatah Jawa berkata: Sapa nandur,
ngunduh (siapa menanam, akan memetik buahnya).
Sayangnya, tidak sedikit orang menerapkan slogan ini
secara tidak tepat. Ketika seseorang memberikan bantuan, misalnya, ia berharap kelak ia
menerima balasan yang setimpal. Ada juga orang yang mengadakan pesta dengan dana
minim, lalu mengundang orang-orang yang dirasa berduit, berharap sumbangan yang masuk
menutupi modal dan berlebih.
Keluar dari pemikiran seperti ini, apa yang kita berikan, beri dengan motivasi yang
murni, jangan berharap balasan, Sekalipun apa yang kita tabur, pasti akan kita tuai.
Firman Tuhan dalam Lukas 14:13 berkata, “Tetapi apabila engkau mengadakan
perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan
orang-orang buta.”
Memberi dengan mengharapkan balasan itu menunjukkan sikap hati yang tidak
tulus. Untuk menguji apakah kita tulus saat memberi, Yesus memberi kita perintah: “Tetapi
apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat,
orang-orang lumpuh dan orang-orang buta” (ay. 13). Sungguh terbalik dengan prinsip kita,
bukan? Mana ada orang mau rugi? Ya, mereka orang yang tidak akan bisa membalas
budi baik kita! Tapi di sinilah sesungguhnya letak kebahagiaan yang dikatakan Yesus.
Kebahagiaan karena kemurahan hati kita telah menghadirkan rasa bahagia di hati orang
yang menerimanya.
Allah telah menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita, manusia berdosa. KebaikanNya tetap diberikan sekalipun kita tidak layak menerimanya. Sebab itu, sebagai orang yang
telah menerima kemurahan hati-Nya, kiranya kita menjalani hidup bukan sekedar memberi
untuk mendapatkan balasan, tapi berilah dengan tulus dan murni.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang suka memberi dengan tulus dan murni, tanpa
mengharapkan balasan.
Sahabat, jadilah orang suka memberi dengan tulus dan murni. Bagikan kebenaran ini kepada
setiap orang.
Berilah Dengan Tulus Dan Murni
6 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Jumat, 06 Januari 2017
T1
Sok Yakin
Apa yang harus kita lakukan, supaya dapat berserah
total kepada-Nya?
Karena ada kunjungan dari pelanggan di
salah satu anak perusahaan tempat saya bekerja,
maka dipersiapkanlah kendaraan terminal yang
bentuknya seperti . Mereka menggunakan dua mobil
untuk berkeliling terminal pelabuhan. Karena kekurangan supir untuk mobil listrik tersebut,
seorang manager bertanya kepada salah satu staf apakah ada yang dapat mengemudikan
kendaraan tersebut. Dan seorang staf dengan yakin dia mengatakan bahwa dia bisa dan
sanggup. Entah karena sok yakin atau sok tahu, dengan PD-nya dia duduk dibelakang
kemudi bersama sang manager. Lalu melajulah mereka berdua. Ketika melewati jalan
turunan, naasnya dia tidak dapat mengendalikan mobil hingga menyebabkan mobil
tersebut meluncur cepat dan terbalik. Sang manager cedera ringan pada lutut kakinya.
Sedangkan sang supir pura-pura pingsan karena takut dimarahi.
Keluar dari pemikiran seperti ini, akibat sok yakin dan sok bisa menjadikan hal
yang mencelakakan.
Firman Tuhan dalam Amsal 3:13-14 berkata, “Berbahagialah orang yang
mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi
keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas,” dan Amsal 8:5, “Hai orang yang tak
berpengalaman, tuntutlah kecerdasan, hai orang bebal, mengertilah dalam hatimu.”
Ingin berbuat baik memang baik akan tetapi apabila didasari hanya untuk
menyenangkan atasan maka hasilnya menjadi tidak benar. Sudah begitu masih tidak
ditunjang oleh kemampuan dan mencoba menyembunyikan kelemahan. Akhirnya akan
mencelakakan. Mari jujur terhadap diri sendiri dan terus belajar. Dengan itu kita akan
mendapatkan hikmat kebijaksanaan dan pengetahuan. Tentu saja takut akan Tuhan
adalah permulaan dari pengetahuan. Yang artinya semuanya dimulai dari kerendahan hati
dan tidak menonjolkan diri.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang terus belajar untuk memperoleh hikmat kebijaksanaan
dan pengetahuan.
Mari sahabat, jadilah orang yang terus belajar untuk memperoleh hikmat kebijaksanaan
dan pengetahuan. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Takut Akan Tuhan adalah Permulaan Pengetahuan
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 7
Makmur Sepekan
Sabtu, 07 Januari 2017
T1
Keluargaku Adalah Sorgaku
Bagaimana kita menghargai waktu?
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara
mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga
tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah
yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut
dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu
perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada
suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya.
Keluar dari pemikiran seperti ini, teks tersebut menunjukkan suasana keluarga
bagaikan SORGA; sehingga istri dan anak-anak diberkati, orang lemah iman mendapat kekuatan.
Firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:7 berkata, “Demikian juga kamu, hai suami-suami,
hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai
teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Suami adalah kepala, sedangkan istri adalah tubuh, kedua hal tersebut berbicara
fungsi, bukan manifestasinya. Karena itu, suami seharusnya:
1. Bijaksana terhadap istri sebagai kaum yang lemah, artinya: ada kekurangan, ada perbedaan,
ada kebutuhan.
2.Menghormati istri sebagai teman pewaris kasih karunia, artinya: bagian dari hidupnya,
kekelengkapan dari keluarga, cahaya kehidupannya.
Dan istri seharusnya:
1. Tunduk kepada suami adalah kepala, artinya: sebagai pemimpin keluarga, mematuhi prinsipprinsip yang terbangun, menjadi pagar pelindung kehidupan.
2. Mentaati hukum kehidupan sebagai organ tubuh bagi seluruh unsur kehidupan keluarga.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki sebua keluarga yang bagaikan Sorga di Bumi.
Sahabat, mati kita menjadikan keluarga kita sebagai tempat kediaman Tuhan. Bagikan kebenaran
ini kepada setiap orang.
Keluarga Adalah Tempat Kediaman-Nya
8 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Minggu, 08 Januari 2017
T1
Tak Jemu Berdoa
Mengapa kita harus terus-menerus berdoa?
Sahabat, dari alam kita bisa belajar
banyak hal. Stalaktit dan stalakmit di dalam gua
terbentuk dari tetesan air di pegunungan kapur yang
berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun. Batu
karang kokoh di pinggir pantai dapat pecah oleh deburan ombak yang terus menerus
menerpa batu itu selama berpuluh-puluh tahun. Alam mengajar kita untuk tekun, setia, dan
pantang menyerah saat menghadapi tantangan hidup.
Keluar dari pemikiran seperti ini, semua hal yang baik dan indah di alam ini
adalah proses dari perkembangan alam yang tiada henti.
Firman Tuhan dalam Lukas 18:1 berkata, “Yesus mengatakan suatu
perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa
dengan tidak jemu-jemu.”
Dalam hal berdoa, Yesus menegaskan agar setiap orang percaya berdoa
dengan tidak jemu-jemu. Apa yang diceritakan Yesus, yakni seorang hakim yang lalim yang
pada akhirnya mengabulkan permohonan janda itu memberi gambaran soal ketekunan ini.
Hakim yang lalim itu mengakui bahwa kegigihan janda itu sangat menyusahkannya dan
karena alasan itulah permintaan itu dikabulkannya. Yesus meminta setiap pengikut-Nya
memperhatikan benar perkataan hakim yang lalim itu.
Allah kita penuh belas kasihan! Tidak seperti hakim yang lalim itu, Allah tidak
merasa terganggu saat mendengarkan doa kita. Seperti janda itu, mungkin kita tidak
mendapatkan jawabannya saat itu juga, ada jeda waktu yang cukup panjang, namun ia
tidak berhenti memohon. Itulah iman! Ia yakin bahwa Allah tidak terus membiarkan umatNya yang siang malam memohon kepada-Nya.
Apakah kita mulai menyerah dalam berdoa? Kiranya kegigihan janda ini
membangkitkan kembali hasrat kita untuk berdoa dan bergantung kepada Allah, Raja yang
penuh belas kasihan itu.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang selalu tekun berdoa dalam kondisi apapun.
Sahabat, orang percaya yang selalu tekun berdoa dalam kondisi apapun. Bagikan
kebenaran ini kepada setiap orang.
Tetap Tekun Berdoa
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 9
Makmur Sepekan
Senin, 09 Januari 2017
T1
Siap Dan Siaga
Mengapa kita harus selalu siap siaga?
Pendidikan dan pelatihan kemiliteran sangat
dominan dengan kedisiplinan, kepatuhan, kecepatan dan
saling menjaga. Kesiapan dan kesiagaan mereka dalam
latihan, dilatih terus menerus, sampai menjadi hal yang
menyatu dengan mental para prajurit. Salah satunya adalah perihal membawa senjata laras panjang
yang terus menerus semasa latihan, padahal benda tersebut cukup berat dan menimbulkan kelelahan.
Para prajurit harus membawa senjata laras panjang tersebut sewaktu berlatih, makan, tidur bahkan ke
toilet. Seakan-akan senjata tersebut adalah “sosok yang harus dijaga dan dicintai”. Dan setiap aktifitas
mereka seperti orang yang dikejar atau diburu-buru, harus dengan cepat dan sigap. Setiap kelengkapan
juga harus diperhatikan secara detail dan lengkap. Mulai dari ransel, seragam, sepatu dan lain-lainnya.
Sebenarnya latihan ini mempunyai kegunaannya sewaktu bertempur, senjata dan kelengkapan inilah
yang menjadi “rekan” terdekatnya dalam pertempuran, penyerangan atau mempertahankan diri. Para
prajurit harus mempersiapkan senjata dan perlengkapannya ini karena berurusan dengan “penjagaan”
terhadap dirinya.
Keluar dari pemikiran seperti ini, sebagaimana prajurit, orang percaya juga harus selalu siap
dan siaga.
Firman Tuhan dalam Efesus 6:13-17, “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah,
supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu
menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan
keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan
pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api
dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.”
Bersiap dan bersiagalah dalam kebenaran sewaktu menjalani hidup kita. Bersedia
menanggung beban demi jiwa-jiwa. Tangguh menghadapi tantangan karena kita mengandalkan kekuatan
tangan-Nya. Selesaikan dengan cepat dan tepat, jangan kehilangan momentum Tuhan. Ikatkan diri kita
pada keselamatan-Nya dan jadilah pemenang.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang selalu siap siaga dalam kebenaran ketika menjalani kehidupan.
Sahabat, mari kita menjadi orang percaya yang selalu siap siaga dalam kebenaran ketika menjalani
kehidupan. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Selalu Siap Siaga Setiap Saat
10 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Selasa, 10 Januari 2017
T1
Semuanya Tentang Tuhan
Apa artinya perkataan “segala sesuatu dari dan
untuk Tuhan”?
Karena terjangkit demam berdarah,
seorang anak laki-laki harus dirawat di rumah
sakit. Ayahnya seorang hamba Tuhan dan menjadi
gembala di sebuah Gereja. Sebagai seorang ayah, tentu ada perasaan kuatir dan
mencemaskan keadaan anaknya tersebut. Walaupun demikian pada hari Minggunya,
beliau tetap melayani Tuhan dengan setia.
Apa yang beliau kerjakan dalam pelayanan dan penyampaian Firman Tuhan
tersebut, menyiratkan sebuah pesan bahwa “Semuanya tentang Tuhan.” Artinya
walaupun kesusahan melanda hidupnya tapi sewaktu beliau berdiri di mimbar tetaplah
menyuarakan tentang Tuhan. Semuanya tentang Tuhan.
Keluar dari pemikiran seperti ini, semua yang terjadi dalam hidup kita, berasal
dan untuk Tuhan.
Firman Tuhan dalam Filipi 4:10-13 berkata, “Aku sangat bersukacita dalam
Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku.
Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Kukatakan ini
bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala
keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala
hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik
dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun
dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku.”
Ketika kita menetapkan hati bahwa semuanya tentang Tuhan, maka yang lahir
dalam sanubari kita adalah ucapan syukur, rasa terima kasih atas apa yang Dia ciptakan
dalam hidup kita. Semuanya tentang Dia. Semuanya tentang Dia.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang memandang segala sesuatu, berasal dari Tuhan dan
untuk Tuhan.
Sahabat, pandanglah segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sebagai sesuatu
yang dari dan untuk Tuhan. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang.
Segala Sesuatu Dari Dan Untuk Tuhan
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 11
Makmur Sepekan
Rabu, 11 Januari 2017
T1
Tuhan Sumber Hidupku
Apa yang seharusnya
kehidupan kita?
menjadi
dasar
TUHAN-lah yang empunya bumi
serta segala isinya, dan dunia serta yang
diam di dalamnya. Sebab Dialah yang
mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri
di tempat-Nya yang kudus?”
Keluar dari pemikiran seperti ini, Tuhan mendasari dan membangun
kehidupan manusia dan seisi hidupnya, manakala manusia memerlukan
kebutuhan hidup, itu berarti manusia membutuhkan Tuhan.
Firman Tuhan dalam Mazmur 24:4-6 berkata, “Orang yang bersih
tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan,
dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. Itulah angkatan orang-orang
yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.”
Kesucian hati merupakan dasar kehidupan manusia, dari sanalah akan
memancarkan kehidupan sesungguhnya. Karena itu, perbuatan bukanlah ukuran
kehidupan, melainkan kesucian hati yang menjadi kekuatan dalam perbuatan.
T2
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang menjadikan kesucian sebagai
dasar kehidupan.
T3
Sahabat, jadikan kesucian hati, sebagai dasar kehidupan kita. Sehingga akan
mengalir kuasa, kasih dan kesucian dari kehidupan kita. Bagikan kebenaran ini
kepada setiap orang.
Kesucian Hati Merupakan
Dasar Kehidupan Manusia
12 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Kamis, 12 Januari 2017
T1
Semangat
Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap keluarga
dan sesama?
Beberapa hari yang lalu kami mengadakan
kunjungan ke salah satu sahabat yang dirawat di
ruang ICU sebuah Rumah Sakit. Beliau adalah rekan
kerja yang sangat tinggi dedikasi dan integritasnya. Kejadian “ambruk”-nya karena sakitnya
sangat tiba-tiba. Mulai dari kering tenggorokan, sariawan, hingga akhirnya masuk rumah sakit
dan dirawat di ICU. Orang tuanya dan anak istrinya memberi dukungan dan semangat untuk
kesembuhan. Anaknya perempuan menangis sedih ketika memegang dahi ayahnya. Dan yang
membuat kami larut dalam keharuan adalah ketika ayahnya mengelus kepala sahabat saya
dan ibunya berkata,”Kamu harus kuat dan kamu harus lawan penyakit itu.” Sampai pada suatu
malam kami harus melepasnya pergi ke alam baka.
Walaupun merupakan hal yang menyedihkan tapi satu hal yang bisa saya ambil
adalah keluarga dan sahabat sangat berperan penting. Disitulah terlihat sebuah keadaan yang
mencerminkan kekuatan sebuah unity dalam keluarga.
Keluar dari pemikiran ini, saling mendukung dalam kasih yang tentunya akan
menguatkan dan melahirkan harapan baru.
Firman Tuhan dalam Roma 5:3-5 berkata, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah
bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan
pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh
Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita,” dan Roma 12:15, “Bersukacitalah dengan
orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”
Kata “kita” pada ayat diatas adalah sebuah rasa kebersamaan. Bisa melalui
persahabatan dan keluarga. Keluarga adalah sebuah kesatuan yang Tuhan ciptakan luar biasa.
Saling menopang, membangun, menguatkan dan membela. Jadi hargailah nilai kesatuan dalam
keluarga. Tetap saling mengasihi dalam Kasih Tuhan.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang melakukan saling mengasihi dalam kasih-Nya, terutama
dalam keluarga.
Sahabat, pastikan kita adalah orang yang melakukan saling mengasihi dalam kasih-Nya,
terutama dalam keluarga. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Saling Mengasihi Dengan Kasih-Nya
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 13
Makmur Sepekan
Jumat, 13 Januari 2017
T1
Selingkuh??
Apa yang anda dapatkan dalam MS hari ini?
Kehidupan sekarang ini banyak
menyita waktu kita, hingga terkadang kita
melupakan hal yang esensial dari kehidupan itu
sendiri yaitu bersekutu dengan Tuhan. Kita sibuk dengan perkembangan jaman
mulai dari uang, pekerjaan, karir, media sosial, internet dan kesibukan-kesibukan
yang menghabiskan waktu hidup kita. Kita sangat memuja kehidupan-kehidupan
modern ini sehingga seakan-akan kita “menyembah”nya tanpa disadari.
Keluar dari pemikiran seperti ini, kita menduakan kehadiran Tuhan dan
memiliki kehadiran sosok yang lain. Hal itu sama dengan perselingkuhan.
Firman Tuhan dalam Ester 1:5, 9 berkata, “Setelah genap hari-hari itu,
maka raja mengadakan perjamuan lagi tujuh hari lamanya bagi seluruh rakyatnya
yang terdapat di dalam benteng Susan, dari pada orang besar sampai kepada
orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan...Juga Wasti,
sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja
Ahasyweros.”
Perselingkuhan adalah seperti kita membuat pesta sendiri diluar pesta
yang Tuhan adakan. Pesta disini bukan berarti sebagai pesta yang hura-hura,
tapi artinya adalah agenda dan acara dari Tuhan sendiri dengan kita. Berapa
lama kita meninggalkan persekutuan hidup kita Tuhan? Berapa banyak kita lalai
akan hubungan yang indah bersamanya? Seberapa bahagianya kita memuja halhal semu diluar kehadiran Tuhan? Seberapa rekat kerinduan kita terhadap dunia
dibanding hadirat-Nya? Mari renungkan.
T2
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang tidak melalaikan hubungan yang
indah dengan Tuhan.
T3
Sahabat, jadilah orang percaya yang tidak melalaikan hubungan yang indah
dengan Tuhan. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang.
Jangan Melalaikan Hubungan Dengan Tuhan
14 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Sabtu, 14 Januari 2017
T1
Terwarisi Karakter Buruk
Apa yang anda dapatkan dari MS hari ini?
Ahazia, anak Ahab, menjadi raja
atas Israel di Samaria dalam tahun ketujuh
belas zaman Yosafat, raja Yehuda, dan ia
memerintah atas Israel dua tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di
mata Tuhan dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam
bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa. Ia beribadah kepada
Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan
sakit hati Tuhan, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya.
Keluar dari pemikiran seperti ini, terkadang tidak disadari perjalanan
hidup seseorang terwarisi karakter yang buruk, sehingga hidup bagaikan padang
gurun; berputar-putar disekitar itu, sepertinya tidak ada terobosan.
Firman Tuhan dalam Lukas 15:17, “Lalu ia menyadari keadaannya,
katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah
makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.”
Seorang anak yang diumpamakan Tuhan sebagai pengajaran bagi
kehidupan kita, bahwa kesadaran hidup itu penting, sebab yang namanya
pencobaan itu ada, bahkan itu menjadi progresnya iblis, sadar atau tidak sadar.
Karena itu, pengenalan kebenaran merupakan keharusan. Ketika masuk dalam
pencobaan, masih mengingat kebaikan kebenaran yang diwarisi orang tuanya
atau perbuatan benar yang dilakukan seorang mentornya. Itulah kekuatan
kehidupan orang benar yang dapat memerdekakannya dari setiap keterpurukan.
T2
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang mengenal akan kebenaran, melalui
orangtua atau mentor.
T3
Sahabat, jadilah orang percaya yang mengenal akan kebenaran, melalui
orangtua atau mentor. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Kenalilah Kebenaran
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 15
Makmur Sepekan
Minggu, 15 Januari 2017
T1
Taat
Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap
otoritas yang diatas kita?
Sekali
waktu,
saya
sempat
menyaksikan sebuah talkshow, dan saya
cukup terperanjat dengan narasumber yang
diwawancarai. Ditengah banyaknya protes atas apa yang dibuat pemerintah atas
berbagai penggusuran yang dilakukan, narasumber ini justru mendukung setiap
langkah yang dilakukan pemerintah. Bukankah penggusuran itu dilakukan untuk
mengatasi banjir & diberi ganti rugi?
Keluar dari pemikiran seperti ini, ketundukan pada otoritas yang diresponi
dengan ketaatan, pasti membuahkan berkat.
Firman Tuhan dalam Roma 13:1-2 berkata, “Tiap-tiap orang harus takluk
kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak
berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan
siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.”
Pemerintah di sini bukan hanya Tuhan, bukan juga hanya pemerintah
dalam arti sesungguhnya. Contohnya di dalam keluarga, ada orangtua yang
berperan dalam mengatur setiap urusan rumah tangga, guru di sekolah, bos di
tempat kerja, dll, pendek kata, tunduklah pada otoritas.
Mereka adalah pemimpin yang harus kita taati, karena semua itu
ditetapkan Tuhan untuk mengajarkan kita, membimbing kita menjadi pribadi yang
lebih baik, agar kelak Tuhan dapat memakai kita menjadi orang yang luar biasa. Itu
sebabnya jika kita melawan perintah mereka, pasti ada hukumannya. Ayo belajar
taat.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang taat pada otoritas.
Sahabat, pastikan kita adalah orang percaya yang taat pada otoritas. Bagikan
kebenaran ini kepada setiap orang.
Ayo Belajar Taat
16 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Senin, 16 Januari 2017
T1
Mengucap Syukur
Sampai dimanakah batasan kepercayaan kita
terhadap Tuhan?
Kadang-kadang kita terbangun dengan
persendian yang nyeri, atau batuk-batuk hebat
atau mimpi buruk, dan bertanya-tanya, mengapa
hidup kita banyak sakit penyakit, atau banyak masalah. Sahabat, belajarlah seperti
Daud. Berusahalah mengucap syukur kepada Tuhan seperti yang dilakukan Daud
(Mzm 103:1-5). Pikirkan dan ingatlah kembali semua kebaikan Tuhan yang layak kita
syukuri.
Keluar dari pemikiran seperti ini, hati yang penuh dengan ucapan syukur akan
membuahkan sukacita.
Firman Tuhan dalam Mazmur 103:2 berkata, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan
janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!”
Setidaknya, ada 5 hal yang harus kita syukuri:
1. Bersyukurlah kepada Tuhan atas pengampunan-Nya. Dia “mengampuni semua
kesalahanmu”, dan “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”.
2. Bersyukurlah kepada-Nya atas sakit penyakit kita. Tuhan menggunakan kelemahan
dan sakit penyakit untuk menarik kita lebih dekat kepada kasih dan kepedulian-Nya.
3. Bersyukurlah kepada-Nya atas penebusan hidup kita dari kehancuran. Ini adalah
karya terbesar lewat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
4. Bersyukurlah kepada-Nya karena memahkotai hidup kita dengan “kasih setia dan
rahmat”.
5. Bersyukurlah kepada Dia yg memuaskan hasrat kita. Dialah sumber kepuasan kita.
Setiap hari, Dia memperbarui kekuatan dan semangat kita.
Mari kita memuji Tuhan, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang selalu bersyukur dan memuji Tuhan
dengan mengingat segala kebaikan-Nya.
Sahabat, jadilah orang percaya yang selalu bersyukur dan memuji Tuhan dengan
mengingat segala kebaikan-Nya. Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang.
Selalu Bersyukur Dan Memuji Tuhan
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 17
Makmur Sepekan
Selasa, 17 Januari 2017
T1
Menaikan Standart
Apa yang bisa menyebabkan
meningkatkan standart hidupnya?
seseorang
Untuk menjadi unggul, kita harus secara
konsisten menaikkan standart dan kualitas di dalam
setiap aspek kehidupan kita. Sepanjang standar
kualitas tidak pernah ditingkatkan, kita tidak akan
pernah mencapai keunggulan, tetapi hanya sekedar menjadi rata-rata, karena pada akhirnya
orang lain pun akan bisa mencapai standart tersebut.
Keluar dari pemikiran seperti ini, keberhasilan tidak akan pernah menurunkan
tingkat standartnya untuk dapat mengikuti standart kita. Sebaliknya, kita yang harus
menaikkan tingkat standar ke tingkat standar sebuah keberhasilan.
Firman Tuhan dalam Daniel 6:4 berkata, “Maka Daniel ini melebihi para pejabat
tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud
untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.”
Jadi kita harus menaikkan standar, jangan puas dengan apa yang sudah kita
capai. Lihat perusahaan-perusahaan Jepang, bagaimana mereka selalu meningkatkan
kualitas dan standar dari waktu ke waktu, karena mereka tidak puas hanya dengan rata-rata.
Itu sebabnya kualitas produk mereka menjadi sangat luar biasa.
Bagaimana caranya menaikkan standart kita? Daniel menemukannya! Dia memiliki
roh yang luar biasa, yang menjadikannya di atas standart rata-rata. Roh yang luar biasa,
itulah Roh Kudus. Itu sebabnya, di dalam kualitas kehidupan, rumah tangga, pekerjaan,
pelayanan, harus melibatkan Roh Kudus. Dia akan meningkatkan standart hidup kita, dari
waktu ke waktu kita akan dipacu meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses kerja dan
bahkan kualitas diri sendiri. Peningkatan standar akan memaksa kita melakukan 2 hal, yaitu:
perubahan dan perbaikan.
Jadilah orang yang tidak puas dengan standar yang sudah dapat kita capai!
Tingkatkan standarnya ke tingkat yang lebih baik lagi dengan Roh Kudus. Penuhlah dengan
Roh Kudus. kita pasti akan menjadi manusia yang unggul.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang memiliki Roh yang luar biasa, yaitu Roh Kudus.
Sahabat, jadilah orang percaya yang memiliki Roh yang luar biasa, yaitu Roh kudus. Bagikan
kebenaran ini kepada setiap orang.
Tingkatkan Standart Hidup Anda Bersama Roh Kudus
18 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Rabu, 18 Januari 2017
T1
Sikap Hati
Apa yang harus kita miliki sebelum bertindak?
Salah satu hal yang paling penting
untuk mencapai kesuksesan yaitu sikap hati
kita dalam menghadapi kegagalan. W.W. Ziege
berkata: “Nothing on earth can stop the man with the right attitude from achieving
his goal; nothing on earth can help the man with the wrong mental attitude.”
(“Tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat menghentikan seseorang dengan
sikap hati yang benar untuk meraih tujuannya; tidak ada apapun di dunia ini yang
dapat menolong seseorang dengan sikap hati yang salah.”)
Keluar dari pemikiran seperti ini, sikap hati kita, sebelum bertindak,
menentukan tindakan itu.
Firman Tuhan dalam Amsal 15:13 berkata, “Hati yang gembira membuat
muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.”
Ayat ini menjelaskan bagaimana sikap hati sangat berperan dalam
segala tindakan kita. Goal tidak selalu dapat dicapai dengan mudah. Hampir
semua kesuksesan dicapai melalui banyak kegagalan dan rintangan. Virginia
Wade, yang pernah menjadi pemain tennis wanita yang terbaik di dunia, menulis
satu artikel yang berjudul “How I won Wimbledon” (“Bagaimana aku menjuarai
Wimbledon”). Setelah mengalami kekalahan selama 16 tahun apa yang
membuatnya mencapai kemenangan? Ia menjawab: “Attitude.” (Sikap hati).
Cepat atau lambat semua orang akan menghadapi rintangan. Bedanya,
orang yang sukses tidak hanya memiliki goal dalam hidupnya tetapi ia tidak
menyerah terhadap setiap rintangan yang ada, sampai ia mencapai goalnya.
T2
Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki sikap hati yang positif.
T3
Sahabat, mari kita memiliki sikap hati yang positif sebelum bertindak. Bagikan
kebenaran ini kepada setiap orang.
Miliki Sikap Hati Positif
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 19
Makmur Sepekan
Kamis, 19 Januari 2017
T1
Siapa Yang Akan Kuutus?
Apakah anda bersedia diutus Tuhan?
Sebagai seorang pendeta muda, saya
melayani sekelompok jemaat baru, termasuk
orangtua saya. Ayah saya sangat aktif dalam
“pelayanan terhadap sesama” di gereja. Ia
melakukan penginjilan, kunjungan ke rumah sakit dan panti jompo, melayani sesama di
dalam bus, memberi pertolongan kepada orang miskin, dan lain sebagainya.
Meski tidak pernah dilatih secara formal tentang pelayanan, Ayah ternyata
memiliki kemampuan alami untuk menjalin relasi dengan orang-orang yang berada di
tengah masa-masa sukar. Itu adalah fokus kecintaannya, yaitu orang-orang tertindas
yang kerap diabaikan. Bahkan, pada hari ia mengembuskan napas terakhir, hal terakhir
yang ia katakan kepada saya adalah janjinya untuk mampir ke rumah seseorang. Ia ingin
memastikan bahwa janjinya itu tetap ia pegang.
Keluar dari pemikiran seperti ini, pelayanan ayah saya adalah pelayanan yang
mengikuti teladan hati Kristus.
Firman Tuhan dalam Yesaya 6:8 berkata, “Aku mendengar suara Tuhan berkata,
‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku,
‘Ini aku, utuslah aku!’”
Yesus memandang banyak orang yang dilupakan di dunia dan berbelas kasih
kepada mereka (Matius 9:36-38). Dia memerintahkan para pengikut-Nya untuk berdoa
agar Bapa surgawi mengutus para pekerja (seperti ayah saya) untuk menjangkau mereka
yang berbeban berat dengan memerhatikan kehidupan mereka.
Ayah saya telah menjadi jawaban atas doa-doa yang dinaikkan dalam kehidupan
orang-orang yang terluka. Dan kita pun dapat menjadi jawaban atas doa-doa tersebut.
Tatkala ada orang yang memanjatkan doa agar muncul seseorang yang mewakili kasih
Kristus, kiranya hati kita memberi tanggapan demikian, “Ya Tuhan, ini aku, utuslah aku!”
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang bersedia diutus Tuhan untuk memperhatikan
sesama yang membutuhkan.
Sahabat, Jadilah orang yang bersedia diutus Tuhan untuk memperhatikan sesama yang
membutuhkan Bagikan kebenaran hari ini kepada setiap orang.
Pelayanan Sejati Adalah Kasih Dalam Perbuatan
20 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Jumat, 20 Januari 2017
T1
Suara Tuhan Terdengar
Mengapa kita harus selalu merenungkan dan
mendengar firman-Nya?
Ia pun bangunlah, lalu pergi
mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa,
bukankah bapa memanggil aku?
Lalu mengertilah Eli, bahwa T UHAN lah yang memanggil anak itu.
Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah:
Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar. Maka pergilah Samuel
dan tidurlah ia di tempat tidurnya. Lalu datanglah Tuhan, berdiri di sana dan
memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel
menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Keluar dari pemikiran seperti ini, suara Tuhan selalu terdengar disetiap
kesempatan, tidak semua orang dapat mengerti suara itu.
Firman Tuhan dalam Matius 13:23 berkata, “Yang ditaburkan di tanah
yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu
ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat.”
Mengerti firman Tuhan merupakan media bagi suara-Nya bertumbuh,
sehingga suara itu yang akan mencerahkan hati dan mencerdaskan pikiran
untuk berjalan dalam kasih karunia-Nya. Karena itu, membaca firman dan
merenungkannya sampai mengerti, itulah firman yang menumbuhkan iman,
menjadi titik temu dengan Tuhan.
T2
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang selalu merenungkan firman Tuhan
dan mendengarkan suara-Nya.
T3
Sahabat, jadilah orang percaya yang selalu merenungkan firman Tuhan dan
mendengarkan suara-Nya. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Selalu Merenungkan
dan Mendengar Firman-Nya
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 21
Makmur Sepekan
Sabtu, 21 Januari 2017
T1
Senyapnya Suara Kebenaran
Bagaimana
kebenaran?
seharusnya
kita
menyuarakan
Detik-detik menuju penyaliban Yesus
makin mencekam. Suara imam-imam kepala, tuatua, dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah
Agama sudah sepakat menghukum mati Yesus.
Karena itu, pagi-pagi benar mereka sudah membawa-Nya ke Pilatus. Tuduhan palsu pun
mereka sampaikan. Hati mereka makin dipenuhi dengan kedengkian. Tidak heran jika
mereka lebih memilih Barabas, si pembunuh dan pemberontak dibanding Yesus. Pilatus
pun tidak bisa menemukan kesalahan Yesus. Mereka juga menghasut orang banyak untuk
mendukung keinginan mereka. Menghadapi suara mayoritas, Pilatus tidak dapat berbuat
banyak. Dalam hal ini, Pilatus juga memiliki kepentingan politik. Ia harus mempertahankan
posisinya sehingga ia memilih untuk memuaskan hati orang banyak yang menginginkan
kematian Yesus. Ia memilih membebaskan Barabas. Tentu hal ini membuat orang-orang
makin antusias untuk menyalibkan Yesus. Momen ini menjadi saksi bisu.
bagaimana hukum dan keadilan dipelintir sedemikian rupa oleh orang-orang
yang notabene adalah pemimpin bangsa dan agama. Ambisi dan kebencian menang
mengalahkan keadilan dan kebenaran. Hasilnya, Mesias disalibkan.
Keluar dari pemikiran seperti ini, sesungguhnya apa yang terjadi pada masa lalu,
merupakan pencerminan di masa sekarang.
Renungkan Firman Tuhan dari Markus 15:1-15.
Zaman yang kita hidupi sekarang ini penuh dengan berbagai macam politik
kotor, penistaan hukum, ambisi culas, dan kebobrokan moral. Para pemimpin negara
maupun agama kerap kali mempraktekkan ketidakbenaran. Dengan pelbagai cara mereka
berupaya memanipulasi jabatan untuk memperjuangkan ambisi dan kenyamanan pribadi.
Dalam konteks dunia yang seperti demikian, bagaimana peran kita sebagai orang-orang
Kristen? Beranikah kita menyuarakan kebenaran di tengah ketidakbenaran di sekitar kita?
Ataukah kita lebih memilih main aman dan mengikuti apa kata suara mayoritas?
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang berani menyuarakan kebenaran Allah.
Sahabat, pastikan kita adalah orang yang berani menyuarakan kebenaran Allah. Bagikan
kebenaran ini kepada setiap orang.
Berani Menyuarakan Kebenaran
22 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Minggu, 22 Januari 2017
T1
Jembatan Jalan Tol
Bagaimana supaya hidup kita menjadi kuat?
Suatu sore, di sebuah jalan
diseputaran Jakarta, saya memutar kendaraan
melewati bagian bawah jembatan jalan tol.
Sambil membelokkan kendaraan pelan-pelan, saya mengamati pilar-pilar beton
penyangga jembatan tersebut. Begitu kokohnya dan “looks like unbreakable”
(seperti tak dapat rusak). Konon kalau tidak salah informasi, kekuatannya
harus dapat bertahan selama 40-50 tahun. Wow banget ya... Setiap hari, ribuan
kendaraan yang melewati dan harus disangganya. Tentunya apabila pengerjaan
pondasi dan pilar-pilar tersebut tidak benar maka dapat mendatangkan celaka.
Keluar dari pemikiran seperti ini, Jika pondasi jembatan jalan tol sangat
kuat, apalagi jika pondasi kehidupan kita adalah Kristus.
Friman Tuhan dalam Yesaya 28:16 berkata, “Sebab itu beginilah firman
Tuhan ALLAH: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah
batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh:
Siapa yang percaya, tidak akan gelisah! “ dan Mazmur 118:22-23, “Batu yang
dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi
dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita,” juga Filipi 4:13, “Segala
perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Kristus adalah batu penjuru dan merupakan dasar dari hidup orang
percaya. Ketika hati kita menerima batu pondasi tersebut diletakkan olehNya
maka kekuatan bangunan menjadi kokoh. Apapun itu, didalam karir, pekerjaan,
pelayanan, tugas, studi, apabila didasari oleh iman kepada Yesus, beban apapun
yang melintas pada hidup dapat kita tanggung.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki Kristus sebagai pondasi kehidupan.
Sahabat, jadilah orang yang memiliki Kristus sebagai pondasi kehidupan. Bagikan
kebenaran hari ini kepada setiap orang.
Miliki Kristus Sebagai Pondasi Kehidupan
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 23
Makmur Sepekan
Senin, 23 Januari 2017
T1
Tali Pengikat Persatuan
Hanya dengan hal apakah kita dapat bersatu?
Bagi sebagian kita yang tinggal di
tepian sungai, tidak asing dengan yang namanya
rakit. Bahkan di beberapa daerah, rakit dipakai
sebagai alas hunian pasang surut. Tahukah anda, apa yang menjadikan rakit itu
kuat sehingga dapat menjadi landasan hunian pasang surut?
Padahal kalau kita lihat, rakit sesungguhnya terdiri dari batangan
kayu. Menjadi kuat karena terikat menjadi satu sehingga saling menguatkan.
Sebenarnya ikatan yang dipakai untuk mengikat adalah tali yang lembut, justru
dengan kelembutan itulah menjadi tali pengikat yang menguatkan.
Keluar dari pemikiran seperti ini, kata kunci kekuatan itu terletak pada
kelembutan, sebab kelembutanlah adalah tali pengikat kesatuan.
Firman Tuhan dalam Efesus 4:2-3 berkata, “Hendaklah kamu selalu
rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling
membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai
sejahtera.”
Kelembutan merupakan manifestasi kasih Illahi, sebagaimana menjadi tali
pengikat kesatuan menjadi satu bangunan bagi kehidupan, baik bagi masyarakat
sosial maupun masyarakat spiritual. Karena itu, bukan sekedar kekuatannya yang
kita kejar, melainkan kelembutannya.
Sebab kekuatan yang dihasilkan dari keegoisan terkadang menimbulkan
pertentangan, sedangkan kelembutan yang dikerjakan oleh Roh Kudus menjadi
tali pengikat kesatuan, sehingga menjadi kekuatan yang sulit diruntuhkan.
T2
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang memanifesasikan kasih Allah dalam,
kehidupan anda.
T3
Sahabat, jadilah orang percaya yang memanifesasikan kasih Allah dalam,
kehidupan anda. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Kasih Allah Sebagai Pengikat
24 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Selasa, 24 Januari 2017
T1
Selfie
Mengapa kita harus berani jujur apa adanya?
Era sekarang ini disebut era selfie. Era
dimana orang-orang suka mengabadikan gambar
diri mereka sendiri dengan menggunakan kamera
handphone di suatu peristiwa atau pengalaman.
Misalnya sewaktu makan di sebuah restoran, banyak yang selfie didalamnya dan menunjukkan
keberadaannya. Sewaktu melakukan selfie ini juga, setiap pribadi menunjukkan berbagai
macam mimik wajah. Ada yang bibirnya dimonyong-monyongin, ada yang tertawa lepas,
ada yang wajahnya dibuat-buat, pada intinya kebanyakan orang ingin tampil sempurna dan
menyembunyikan kekurangannya. Sudut pengambilan gambarnya diambil sebaik mungkin,
terkadang menggunakan aplikasi “pembersih wajah”, di-edit gambarnya. Jangan sampai ada
kelihatan gendut, keriput atau tampilan jelek lainnya. Pokoknya hasil gambar selfie harus
maksimal dan sesempurna mungkin agar membuat orang lain yang melihat terpukau.
Keluar dari pemikiran seperti ini, manusia cenderung ingin diakui dan diterima
orang lain, ini tidak salah, tetapi harus tampil jujur apa adanya.
Fitman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 5:1-4 berkata, “Ada seorang lain yang
bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu
isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan
diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu
dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil
penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan
setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan
perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.’”
Pada dasarnya manusia tampil sempurna dan ingin diakui keberadaannya,
kecantikannya, prestasinya, kebaikannya serta apapun tentang dirinya. Tapi apalah artinya
apabila semua dilandasi oleh hal yang semu atau sebuah tipuan. Bukankah lebih baik kita
jujur dengan apa yang ada pada kita?
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang berani tampil jujur apa adanya.
Sahabat, mari renungkan sejenak dalam diri kita dan sadarilah bahwa kita harus berani
tampil jujur apa adanya. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Berani Jujur
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 25
Makmur Sepekan
Rabu, 25 Januari 2017
T1
Seorang Sahabat Berubah
Apa yang anda dapatkan dari MS hari ini?
Saya mempunyai seorang sahabat
berperawakan cukup gagah sebagai seorang
pria normal, bahkan ia pernah mengikuti
pelatihan kemiliteran sewaktu kuliah, artinya: keadaan fisik cukup membuatnya
berpenampilan oke! Setelah beberapa lama kami berpisah, sewaktu jumpa
kembali, terasa tidak yakin dengan penglihatan mata saya. Keadaan fisik dan
sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.
Tentu seperti itu mengundang keingintahuan saya, apa yang
menyebabkan perubahannya. Ternyata dia belajar menjadi capster di salon.
Dari pergaulannya selalu dengan kaum hawa, keadaan itulah yang cenderung
membentuk gaya hidupnya berubah.
Keluar dari pemikiran seperti ini, secara logis manusia cenderung mudah
berubah, manakala memiliki wadah dalam pembentukannya. Karena itu, secara
teologis maupun filosofis menyatakan itu merupakan sesuatu kenyataan hidup.
Firman Tuhan dalam Matius 11:29-30 berkata, “Pikulah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan
beban-Ku pun ringan.”
Keterikatan seseorang kepada kebenaran merupakan bagian dari
transposisi perubahan menjadi kesempurnaan, sehingga jiwa memiliki ketenangan
dalam menyikapi segala sesuatu, bahkan dalam kelemahannya kekuatan Tuhan
semakin nyata. Karena itu, bersikap keterkaitan langsung kepada kebenaran
merupakan asupan pembentukan pertumbuhan sikap dan perilaku seseorang.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang terikat dengan kebenaran.
Sahabat, jadilah orang yang terikat dengan kebenaran. Bagikan kebenaran hari
ini kepada setiap orang.
Terikat Dengan Kebenaran
26 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Kamis, 26 Januari 2017
T1
Seharusnya Jiwaku Terjaga
Mengapa kita harus menjaga jiwa kita?
Sebuah kejadian yang cukup inspiratif.
Seorang dokter menemukan seorang pasien
yang mengalami mati rasa saraf telinganya,
sehingga masuk berbagai serangga kecil ke dalam telinganya, yang akhirnya
mati di dalam, menimbulkan aroma busuk yang menyengat, kotoran-kotoran
menyumbat sehingga mengganggu pendengarannya.
Keluar dari pemikiran seperti ini, pikiran dan perasaan merupakan
alat penting bagi hidup, manakala alat tersebut tidak berfungsi berbagaimana
mestinya, tentulah buruk keadaannya.
Firman Tuhan dalam Mazmur 42:2-3 berkata. “Seperti rusa yang
merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya
Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh
datang melihat Allah?”
Ketika jiwa mati rasa, hilanglah kepekaan sosial, penyesatan mudah
masuk dalam pikiran, bahkan menguasainya. tidak heran konsep hidupnya
cenderung dipengaruhi oleh pemahaman yang sempit. Karena itu, seharusnya
jiwa selalu dipenuhi pikiran dan perasaan Kristus, sehingga terhadap kebenaran
menjadi suatu kerinduan, bagaikan rusa merindukan air. Ketika kebenaran itu
bercahaya menjadi pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya, kasih karunia
Allah melimpah-limpah dalam hidupnya.
T2
Bayangkan Anda adalah orang percaya yang sudah dewasa dan memiliki jiwa
yang hidup.
T3
Sahabat, jadilah orang percaya yang sudah dewasa dan memiliki jiwa yang
hidup. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Miliki Jiwa Yang Hidup
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 27
Makmur Sepekan
Jumat, 27 Januari 2017
T1
Keluarga Jasmani & Rohani
Mengapa kita membutuhkan keluarga jasmani dan rohani?
Suatu ketika, seorang sahabat membagi
pengalamannya ketika masih di perantauan untuk bekerja.
Dia berada jauh dari keluarganya, sehingga merasakan
kesendirian. Dia berpikir, “Aaahh, seandainya saya ada
ditengah-tengah keluarga saya.” Beberapa tahun kemudian, Tuhan mengutusnya kembali ke tengahtengah keluarganya dan dia merasa begitu menyenangkan. Awalnya, sempat merasa berat juga
meninggal kenyamanan hidup berkarier di perantauan. Tetapi kemudian sahabat saya itu tahu bahwa
sudah waktunya dia kembali dan merasa bisa berbuat sesuatu untuk keluarganya. Apalagi setelah
mamanya harus operasi dan kemudian papanya juga meninggal karena kanker paru-paru. Dia semakin
merasa bahwa dia tidak bisa kemana-mana dan hidup hanya buat keluarga.
Keluar dari pemikiran seperti ini, terkadang kita baru merasakan betapa pentingnya
keluarga ketika kita sedang sendirian.
Firman Tuhan berkata dalam Kejadian 2:18 dan 2:21-24, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak
baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan
dengan dia.’...Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah
mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang
diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada
manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: ‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia
akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Sahabat, Tuhan tahu bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah tidak mampu
hidup sendiri. Manusia selalu perlu didampingi. Itulah sebabnya, Tuhan tidak pernah menciptakan
manusia hanya sendiri, tetapi sebuah keluarga. Itu sebabnya juga mengapa Tuhan sangat konsen akan
keluarga, sehingga mujizat pertama yang dilakukannya ketika ada di dunia adalah mujizat perkawinan
di Kana. Selain keluarga jasmani, Kita juga diberikan keluarga rohani, yang kehadirannya tidak kalah
penting. Kita bisa saling mendoakan dan saling membangun dalam kedua model keluarga ini.
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang mengenal Tuhan dan mengasihi keluarga jasmani dan rohani anda.
Sahabat, pastikan kita menjadi orang yang mengenal Tuhan dan mengasihi keluarga jasmani dan
rohani anda. Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Selain Keluarga Jasmani, Milikilah Keluarga Rohani
28 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
Makmur Sepekan
Sabtu, 28 Januari 2017
T1
Sayur Berulat
Apa saja akibat y ang akan kita alami jika
ceroboh?
Beberapa waktu yang lalu seorang
rekan memposting gambar perusahaan katering
dan masakan sayurannya yang tercampur ulat.
Karena tidak memperhatikan ketika membersihkan, akhirnya ulat tersebut ikut
dimasak. Dan walaupun sudah matang, tetap menjijikkan untuk dikonsumsi. Hal ini
berdampak kepada nama perusahaan katering tersebut menjadi tidak baik.
Keluar dari pemikiran seperti ini, sebuah hal kecil terabaikan dan ceroboh
akhirnya berdampak fatal.
Firman Tuhan dalam Mazmur 39:1 berkata, “Untuk pemimpin biduan.
Untuk Yedutun. Mazmur Daud. Pikirku: ‘Aku hendak menjaga diri, supaya jangan
aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama
orang fasik masih ada di depanku.’” Dan 1 Korintus 8:9, “Tetapi jagalah, supaya
kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” Juga
Ibrani 2:1, “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita
dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.”
Peristiwa dan tiga ayat diatas mengingatkan kita tentang kecerobohan.
Seringkali karena hidup dalam anugerah dan berkat membuat kita berlaku cuek
dan sembrono. Pelanggaran-pelanggaran kecil seringkali diabaikan dan dianggap
lumrah. Padahal dengan ketidakpedulian menyebabkan adanya potensi kejatuhan.
Mari tetaplah berjaga-jaga, bersyukurlah selalu atas berkat yang didapat dan jauihi
dosa walaupun kecil sekalipun.
T2
Bayangkan Anda adalah seorang yang tetap berjaga-jaga, selalu bersyukur dan
menjauhi dosa besar dan kecil.
T3
Sahabat,sadarilah bahwa kita adalah seorang yang tetap berjaga-jaga, selalu
bersyukur dan menjauhi dosa besar dan kecil. Bagikan kebenaran hari ini kepada
setiap orang.
Awas, Jangan Ceroboh!
Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2016 | 29
Makmur Sepekan
Minggu, 29 Januari 2017
T1
Saya Tidak Berhak
Mengapa kita tidak boleh menghakimi?
Mungkin kalau beberapa dari kita
dihadapkan atau mempunyai pemimpin yang ingin
mencelakakan kita, tentu reaksinya adalah melawan
habis-habisan. Seperti yang dialami oleh Daud yang
diperlakukan tidak baik oleh Raja Saul. Seringkali nyawanya menjadi sasaran sang raja
untuk dibinasakan. Dan tentu saja Daud memiliki teman-teman seperjuangan yang selalu
memberi masukan untuk membinasakan Saul. Akan tetapi Daud mempunyai kegentaran
terhadap Firman Tuhan. Katanya,”Tidak sekali-kali akan kujamah orang yang diurapi
Tuhan.” Secara personal pasti timbul sakit hati dan luka ketika diperlakukan seperti itu.
Tapi Daud lebih memilih melihat hal yang tidak boleh dilanggar tentang otoritas dan juga
memandang hal yang lebih besar yaitu peperangan bangsa Israel melawan bangsa Filistin,
itu adalah lebih penting daripada dia mengadakan perseteruan secara pribadi. Dan satu hal
yang menjadi perkenanan Tuhan, dia tidak memberontak. Dia setia dan tunduk.
Keluar dari pemikiran seperti ini, jangan melakukan sesuatu yang bukan hak kita.
Firman Tuhan dalam 1 Samuel 24:5-7 berkata, “Lalu berkatalah orang-orangnya
kepada Daud: ‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku
menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang
kaupandang baik. ’Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diamdiam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu
berkatalah ia kepada orang-orangnya: “Dijauhkan TUHANlah kiranya dari padaku untuk
melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni
menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.”
Permufakatan untuk menjatuhkan pemimpin walaupun pemimpin yang dianggap
tidak baikpun sangat ditentang oleh Tuhan. Apalagi pemimpin tersebut adalah pemimpin
yang berjalan dalam kebenaran, tapi kita menduga dengan tidak benar. Apakah kita berhak
menghakimi atau menilainya ? Kita tidak berhak, kawan...
T2
T3
Bayangkan Anda adalah orang yang tidak suka menghakimi orang lain.
Sahabat, jadilah orang yang tidak suka menghakimi orang lain, apalagi pemimpin kita.
Bagikan kebenaran ini kepada setiap orang.
Jangan Menghakimi!
30 | Makmur Sepekan - Edisi XVIII, Januari 2017
authorized by
Copyright 2017.
Markus Tonny Hidayat
Yakobus Edy Susanto
Roy prabandaru
published in:
www.psalm21.org
Download