Dualisme Sosial - Afriliyanti Ismei

advertisement
TUGAS MATA KULIAH
Masalah Kebijakan Publik
” DUALISME SOSIAL : BOEKE ”
Nama
: Afriliyanti Ismei
NIM
: 110231100052
Jurusan
: Ekonomi Pembangunan ( B )
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2013
“ PENDAHULUAN “
Dualisme Sosial menurut J.H. BOEKE
(Ekonom Belanda) adalah Suatu
pertentangan sistim sosial yang diimpor dengan
sistim sosial pribumi yg
memiliki corak berbeda. Interaksi di dalam sebuah ekonomi dengan dua sektor
itu berbeda, pembagian antara kedua bagian itu ditandai dengan sejumlah cara,
yang masing-masing mempunyai keuntungan, disamping kemungkinan yang
menyebabkan timbulnya kesalahan. Hampir semua Negara menghadapi system
dualisme ini. Dikota-kota atu di dekatnya, perekonomian sudah bersifat industry
dan uang digunakan secara luas. Sedangkan di luar kota yaitu di desa-desa,
perekonomian masih tingakat rendah (subsistem). Lagi pula di beberapa Negara
terdapat daerah kantong bagi industri asing (foreign enclave industry) yang
dapat menciptakan triplisme di daerah itu.
Sebelum kita melihat lebih jauh apa yang menjadi permasalahan
ekonomi Indonesia yang berhubungan dengan dualismenya, kita perlu mengerti
lebih dahulu apa pengertian dualisme tersebut. Dualisme adalah suatu keadaan
dimana “sang superior” hidup berdampingan dengan “sang inferior” namun
tidak memiliki hubungan yang erat, tidak akan mati dengan sendirinya oleh
karena alasan waktu, bahkan jurang pemisah antara “sang superior” dan “sang
inferior” makin terbuka lebar seiring perkembangan zaman. Dualisme dapat
dipandang dari berbagai kasanah, seperti sosial, teknologi, geografi (kawasan),
dan ekonomi. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dari sudut pandang
ekonomi.
Teori dualisme pertama kalinya dikemukakan oleh seorang ekonom
Belanda, J.H. Boeke. Teorinya berasal dari suatu fenomena di mana konsep
ekonomi Barat yang dibawa dan diterapkan oleh para penjajah ternyata tidak
mampu untuk mensejahterakan rakyat jajahannya (dalam hal ini rakyat
Indonesia). Dalam artian mengalami kegagalan. Negara bekas jajahan (sekarang
bisa disebut negara sedang berkembang) memiliki pola dan sistem sosial yang
berbeda dengan negara Barat. Pada awalnya pola dan sistem sosial Barat
memiliki daya penetrasi yang cukup kuat untuk masuk ke dalam sistem sosial
negara jajahannya. Keduanya hidup berdampingan antara sistem sosial liberal
Barat dengan sistem sosial lokal negara jajahan (dalam hal ini Indonesia). Tetapi
memang pada dasarnya adalah berbeda, tidak mungkin untuk disama- samakan
Penetrasi yang dilakukan ternyata tidak (bisa dibaca: kurang) bermakna dan
menyokong satu dengan lainnya. Semuanya kelihatan semu, cantik di luar
namun ada borok di dalamnya. Tidak menyembuhkan penyakit yang
sesungguhnya.
Sang superior dan inferior yang dimaksud dalam dualisme ekonomi
Indonesia adalah industri dan pertanian. Industri diagung-agungkan oleh
kebanyakan pihak, dipandang sebagai penggerak utama perekonomian bangsa,
sementara sektor pertanian (kerakyatan), sang soko guru ekonomi, hanya
dipandang sebelah mata atau mungkin tidak dipandang sama sekali. Keduanya
memang berjalan beriringan, namun tidak terintegrasi sama sekali.
“ PERMASALAHAN “
Hampir semua Negara menghadapi sistem dualisme, kita perlu
mengetahui tentang system dualisme sosial menurut J.H. Boeke dan yang paling
penting terutama di Indonesia. Indonesia menurut J.H. Boeke mengalami
dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan
kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciriciri yang lama makin melemah dan yang baru makin menguat melainkan keduaduanya sama kuat dan jauh berbeda. Perbedaan tersebut karena sebagai akibat
penjajahan orang-orang Barat.
Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang Barat mungkin sistem prakapitalisme Indonesia dan dunia Timur pada umunya pada suatu waktu akan
berkembang menuju sisitem atau tahap kapitalisme. Akan tetapi sebelum
perkembangan kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial menuju ke arah
sama, penjajah dengan sisitem kapitalismenya (dan sosialismenya serta
komunisme) telah masuk ke dunia Timur. Inilah yang menimbulkan sistem
dualisme atau masyarakat dualisme.
“ PEMBAHASAN “
1. Teori Dualisme Sosial : Boeke
Dualisme sosial merupakan temuan penelitian dari seorang ekonom
Belanda, J. H. Boeke. tentang sebab-sebab kegagalan dari kebijaksanaan
(ekonomi) colonial Belanda di Indonesia. Kegagalan kebijaksanaan ekonomi
liberal yang diterapkan
Belanda pada tahun 1870 dalam upaya untuk
memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa,
menjadikan kebijaksanaan kolonial ditinjau kembali secara intensif.
Teori dualistik masyarakat dari J.H. Boeke: teorinya tentang "dualisme
masyarakat" merupakan teori umum pembangunan masyarakat dan
pembangunan ekonomi negara terbelakang yang terutama didasarkan pada
hasil kajiannya terhadap perekonomian Indonesia. Tiga ciri manusia:
1. semangat social
2. bentuk organisasi
3.
teknik yang mendominasinya.
Dua sistem sosial yang sangat berbeda, namun berdampingan. Sistem
sosial yang satu tidak dapat menguasai yang lainnya, secara sepenuhnya.
Kritik atas teori Boeke:
keinginan tidak terbatas, buruh lepas bukan tidak terorganisasi, mobilitas
penduduk, dualisme bukan khas ekonomi terbelakang, dapat diterapkan pada
masyarakat Barat, bukan suatu teori tetapi deskripsi, peralatan teori ekonomi
Barat dipakai di masyarakat Timur, tidak memberikan pemecahan terhadaap
masalah pengangguran.
2. Teori Dualisme Sosial di Indonesia menurut Boeke
Indonesia menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua
sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut
bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin
melemah dan yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat
dan jauh berbeda. Perbedaan tersebut karena sebagai akibat penjajahan
orang-orang Barat. Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang Barat
mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia Timur pada umunya
pada suatu waktu akan berkembang menuju sisitem atau tahap kapitalisme.
Akan
tetapi
sebelum
perkembangan
kelembagaan-kelembagaan
ekonomi dan sosial menuju ke arah sama, penjajah dengan sisitem
kapitalismenya (dan sosialismenya serta komunisme) telah masuk ke dunia
Timur. Inilah yang menimbulkan sistem dualisme atau masyarakat dualisme.
Telah diuraikan bahwa ekonomi dualistik atau lengkapnya sistem ekonomi
dualistik adalah suatu masyarakat yang mengalami 2 macam sistem ekonomi
yang saling berbeda dan berdampingan sama kuatnya dimana sistem
ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang masih bersifat prakapitalistik yang dianut oleh penduduk asli dan sistem ekonomi yang
diimpor dari Barat yang telah bersifat kapitalistik atau mungkin telah dalam
bentuk sosialisme atau komunisme. Kedua sistem ekonomi tersebut saling
hidup berdampingan secara kuat dan bukan dalam bentuk transisional.
Oleh karena kedua sistem ekonomi tersebut lebih menyangkut dua
bentuk masyarakat yaitu masyarakat asli Indonesia dan masyarakat Barat
dan atau yang telah dipengaruhi oleh Barat maka lebih tepat disebut
masyarakat yang bersifat dualistik atau dual society. Masyarakat yang
bersifat dualistik membutuhkan ilmu ekonomi yang berbeda untuk yang satu
dengan yang lainnya. Ciri-ciri khusus masyarakat asli Indonesia dari segi
ekonomi dikemukakan oleh J.H. Boeke sebagai berikut:
1. Mobilitas faktor-faktor produksi adalah rendah. Mobilitas faktor produksi
rendah disebabkan karena sangat terpengaruh oleh tradisi. Masyarakat yang
bersifat tradisional tingkah lakunya telah terikat dalam pola-pola tertentu.
Penentuan upah, pembagian pekerjaan dan tugas, jam kerja, penggunaan
peralatan modal, dan lain-lain bersifat tradisional.
2. Pemisahan yang tajam antara kota dan pedesaan. Ketajaman tersebut sejajar
dengan sifat masyarakat Timurnya sendiri. Karena peredaran uang dan
ekonomi pasar belum menyusup ke masyarakat pedesaan, masyarakat
pedesaan mempunyai sifat utama yaitu haus akan kredit. Pertentangan
antara kota dan desa sekaligus merupakan pertentangan antara perdagangan
dan industri dengan pertanian dengan kerajinan tangan.
3. Pertentangan antara rumah tangga atau perekonomian uang dengan
perekonomian barang. Karena perbedaan ini maka pajak yang dikenakan
terhadap masyarakat pedesaan yang harus dibayar dalam bentuk uang
bersifat sangat memberatkan.
4. Yang satu bersifat mekanistik dan masyarakat pedesaan bersifat organik.
Prinsipnya kehidupan masyarakat Barat sangat bersifat mekanistik dalam
arti rasional zakelijk atau bersifat pamrih, obyektif dalam arti terutama
melihat objek yang hendak dicapai dan kurang perhatian terhadap unsurunsur subyektif, kenyatan-kenyataan yang bersifat metafisik, faktor berbagai
macam perasaan dan lain-lain. Irama kehidupan masyarakat Timur sangat
ditentukan oleh lingkungan fisik, lingkungan metafisik, maupun lingkungan
sosialnya. Kepuasan bertindak dan kepuasan batiniah sangat ditentukan oleh
lingkungan-lingkungan tersebut. Maka dari itu masyarakat Timur lebih
mementingkan kebutuhan masyarakat, kebutuhan yang bersifat tradisional,
membatasi kebutuhan dan nafsu pribadi dan lainnya. Individu sebagai suatu
bagian dari organisme masyarakat, fungsi dan kedudukannya, kebtuhan dan
kepuasannya sangat ditentukan oleh organismenya sebagai keseluruhan,
baik organisme alam (fisik dan metafisik) maupun organisme sosial serta
institusional. Banyak tuduhan tentang indolens, fatalisme, dan kemalasan
bersumber pada tiadanya pengertian dan penghargaan itu.
5. Masyarakat Barat, perekonomiannya bersifat produsen dan masyarakat
Timur berperekonomian konsumen. Azas perusahaan modern belum
meresap dalam masyarakat Jawa (masyarakat Timur) dan konsumen
dikuasai oleh alasan non ekonomi. Seluruh kehidupan dikuasai oleh agama,
kebiasaan dan tradisi sesuai agama, tingkah laku terutama ditentukan oleh
kebutuhan untuk merasa senang dan kepuasannya secara ekonomis mutlak
adalah hal yang sekunder.Dalam masyarakat yang mempunyai ciri-ciri
seperti itu, ilmu ekonomi (yang bersal dari Barat) tidak akan berlaku atau
paling tidak, berlakunya sangat terbatas. Teori ekonomi yang berasal dari
Barat berlakunya harus dipenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Kebutuhan subyek ekonominya tidak terbatas
2. Masyarakat telah bersifat rumah tangga uang
3. Individualisme.
“ KESIMPULAN “
Dualisme Sosial menurut J.H. BOEKE (Ekonom Belanda) adalah Suatu
pertentangan sistim sosial yang diimpor dengan
sistim sosial pribumi yg
memiliki corak berbeda. Dualisme dapat dipandang dari berbagai kasanah,
seperti sosial, teknologi, geografi (kawasan), dan ekonomi. Dalam hal ini yang
akan dibahas adalah dari sudut pandang ekonomi. Kegagalan kebijaksanaan
ekonomi liberal yang diterapkan Belanda pada tahun 1870 dalam upaya untuk
memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa,
menjadikan kebijaksanaan kolonial ditinjau kembali secara intensif. Indonesia
menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi
yang berbeda dan berdampingan kuat.
Oleh karena kedua sistem ekonomi tersebut lebih menyangkut dua
bentuk masyarakat yaitu masyarakat asli Indonesia dan masyarakat Barat dan
atau yang telah dipengaruhi oleh Barat maka lebih tepat disebut masyarakat
yang bersifat dualistik atau dual society.
DAFTAR PUSTAKA
-----: http://rson-r-son.blogspot.com/2009/04/teori-dualisme-ekonomi-indonesia.html :
21.03.2013/16.45
-----: http://budirismayadi.tripod.com/ekbang-6.htm : 21.03.2013/16.56
Download