teori perangkap penduduk dari malthus

advertisement
[CLICK UNTUK COURSE TITLE]
1
5A Course Content
Part
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN : PENDUDUK
Tujuan Instruksional Umum
Modul ini dimaksudkan untuk membantu anda lebih memahami masalah penduduk,
ketenagakerjaan serta dualisme.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah membaca modul ini diharapkan anda akan memahi sebagai berikut :
a) Masalah penduduk yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang.
b) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran.
c) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dualisme pembangunan.
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Masalah kependudukan yang dimaksudkan disini adalah masalah pertambahan jumlah
penduduk yang sangat tinggi di negara-negara sedang berkembang. Hal ini akan
menimbulkan berbagai masalah bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan karena
hal tersebut menyebabkan pertambahan jumlah tenaga kerja menjadi cepat, sedangkan
kemampuan negara-negara sedang berkembang itu dalam menciptakan kesempatan
kerja baru sangat terbatas.
Sebagai akibat dari kedua keadaan yang bertentangan tersebut, maka pertumbuhan
penduduk bisa menimbulkan masalah-masalah seperti : struktur umur muda, jumlah
pengangguran yang semakin lama semakin bertambah, urbanisasi, dan sebagainya.
STRUKTUR UMUR PENDUDUK
Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat di negara-negara sedang
berkembang menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi bertambah
tinggi dan jumlah anggota keluarga bertambah besar. Akibatnya angka beban
tanggungan (burden of dependency ratio), yaitu perbandingan antara orang-orang yang
belum/tidak sanggup bekerja dengan orang-orang yang ada dalam batas umur turut serta
dalam proses produksi. Atau dapat juga dikatakan, perbandingan beban tanggungan
adalah perbandingan penduduk yang berumur 0 – 14 tahun dan di atas 65 tahun dengan
penduduk yang berumur 15 – 64 tahun.
Indonesia memiliki angka beban tanggungan sekitar 75. Ini berarti tiap-tiap 100 orang
penduduk umur produktif harus menanggung 75 penduduk yang tidak produktif. Kalau
dibandingkan dengan negara-negara maju yang angka beban tanggungannya berkisar 30
– 59, maka angka beban tanggungan untuk Indonesia termasuk tinggi.
Besarnya golongan umur anak-anak yang disebabkan oleh tingginya angka kelahiran
merupakan salah satu faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari
pendapatan yang diperoleh yang sebenarnya harus ditabung untuk kemudian
diinvestasikan bagi pembangunan ekonomi, terpaksa harus dikeluarkan untuk keperluan
konsumsi.
TEORI PERANGKAP PENDUDUK DARI MALTHUS
Dalam tulisan Malthus yang berjudul : Essay on the Principle of Population ia
melukiskan konsep hasil yang menurun. Malthus menjelaskan kecenderungan umum
penduduk seuatu negara untuk tumbuh menurut deret ukur yaitu menjadi dua kali lipat
setiap 30 – 40 tahun. Sementara itu, pada waktu yang bersamaan, karena hasil yang
menurun dari tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung.
Oleh karena pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan per kapita akan cenderung
turun menjadi sngat rendah, yang menyebabkan jumlah penduduk tidak pernah stabil,
atau hanya sedikit di atas subsisten. Oleh karena itu, Malthus berkeyakinan bahwa satusatunya cara untuk mengapuskan tingkat kehidupan yang rendah atau “kemiskinan
absolut” adalah menganjurkan masyarakat untuk “menahan hawa nafsu” dan membatasi
jumlah keturunannya.
Mnurt Malthus, negara-negara miskin tidak akan pernah mampu menaikkan tingkat
pendapatan per kapitanya di atas tingkat pendapatan per kapita subsisten kecuali mereka
melakukan usaha yang bersifat preventif terhadap pertumbhan penduduk. Jika tidak ada
usaha pengendalian, maka pengendalian positif (seperti kelaparan, penyakit, dan perang)
terhadap pertumbuhan penduduk mau tidak mau akan merupakan kekuatan
pengendalian.
Model “perangkap penduduk” dari Malthus ini merupakan teori yang sederhana yang
melukiskan hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pembangunan ekonomi.
Sayangnya teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi yang sangat sederrhana. Teori ini
bisa dikritik melalui dua aspek.
Kritik pertama dan yang paling penting dalah bahwa model ini sama sekali tidak
memperhatikan dampak
kemajuan teknologi yang sangat pesat dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Kritik kedua adalah mengenai asumsi dari model yang mengatakan bahwa tingkat
kenaikan penduduk secara nasional berkaitan langsung dengan tingkat pendapatan
perkapita secara nasional tanpa dibuktikan secara empiris.
Kritik ketiga, teori ini memusatkan perhatian kepada variabel yang keliru yaitu pendapatan
perkapita sebagai faktor penentu utama tingkat pertumbuhan penduduk. Suatu
pendekatan yang lebih baik adalah terpusat pada ekonomi mikro dari proses pembuatan
keputusan ukuran keluarga dari masing-masing invidual dan tingkat kehidupan menjadi
faktor penentu utama dari keputusn keluarga apakah akan mempunyai lebih banyak atau
lebih sedikit.
TEORI TRANSISI PENDUDUK
Teori transisi penduduk ini menjelaskan mengapa semua negara-negara maju
sekarang ini melalui 3 tahap yang sama dalam sejarah kependudukan modern. Sebelum
adanya modernisasi perekonomian mereka, negara-negara tersebut untuk berabad-abad
mengalai pertumbuhan penduduk yang lambat sekali sebagai kombinasi dari tingginya
tingkat kelahiran yang hampir sama dengan tingkat kelahiran. Ini berada pada tahap I.
Tahap II mulai terjadi pada saat modernisasi menyebabkan terjadinya penurunan
tingkat kematian dan secara perlahan-lahan menaikkan tingkat harapan hidup. Namun
demikian, penurunan tingkan kematian tidak secara langsung diikuti oleh penurunan
tingkat kelahiran. Akibatnya, perbedaan pertumbuhan antara tingkat kelahiran yang
sangat tinggi dengan tingkat tingkat kematian yang menurun menyebabkan pertumbhan
penduduk menjadi sangat tinggi dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya. Oleh
karena itu, tahap ke II ini menandai dimulainya peralihan penduduk (demographic
transition) yaitu peralihan dari pertumbuhan penduduk yang stabil dan lambat ke
pertumbuhan penduduk yang cepat. Akhirnta, tahap III terjadi pada saat kekuatankekuatan dan pengaruh-pengaruh modernisasi dan pembangunan menyebabkan tingkat
kelahiran menurun seimbang dengan tingkat kematian sehingga pertumbuhan penduduk
kecil sekali atau bahkan tidak tumbuh sama sekali.
MIGRASI DAN PEMBANGUNAN
Beberapa tahun yang lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai hal yang
menguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Migrasi internal dianggap sebagai
suatu proses yang alamiah dimana surplus tenaga kerja secara perlahan-lahan ditarik
dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri
perkotaan. Proses tersebut dianggap bermanfaat secara sosial karena sumber daya
manusia dipindahkan dari lokasi-lokasi dimana produk sosial marginalnya sering dianggap
sama dengan nol ke temapt-tempat dimana produk tesebut tidak hanya positif tetapijuga
tumbuh dengan cepat sebagai akibat dari akumulasi modal dan kemajuan teknologi.
Migrasi sering juga dianggap sebagai proses yang bisa menghilangkan ketidak
seimbangan struktural antara desa-kota dengan dua cara langsung. Pertama, dari sisi
penawaran, migrasi internal yang tidak proporsional meningkatkan tingkat pertumbuhan
pncari kerja perkotaan sehubungan dengan adanya pertumbuhan penduduk perkotaan,
karena proporsi dari orang muda yang berpendidikan cukup baik mendominir arus migrasi
ini. Kehadiran mereka cenderung menambah pertumbuhan penawaran tenaga kerja
perkotaan sementara itu, terjadi penurunan jumlah sumberdaya manusia di pedesaan.
Cara kedua, dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja perkotaan adalah lebih
sulit dari penciptaan lapangan kerja pedesaan karena kebutuhan sumberdaya
komplementer di sektor industri. Kenaikan penawaran yang cepat tersebut dan
pertumbuhan permintaan yang lambat cenderung untuk mengubah masalah
ketidakseimbangan tenaga kerja dalam jangka pendek menjadi surplus tenaga kerja di
daerah perkotaan dalam jangka panjang.
TEORI LEWIS DAN KRITIKNYA
Menurut Lewis, perekonomian dibagi menjadi 2 sektor yaitu : (a) Sektor tradisional
(perdesaan yang subsisten) yang ditandai oleh produktivitas tenaga kerja yang sangat
rendah atau bahkan nol, dan (b) sektor modern (industri perkotaan) dimana tenaga kerja
dari sektor subsisten berpindah secara perlahan-lahan. Titik perhatian utama model ini
adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tingkat pengerjaan di sektor
modern. Perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan di perkotaan tersebut
menyebabkan pertumbuhan output di sektor modern tersebut. Kecepatan kedua hal ini
tergantung pada tingkat akumulasi modal industri di sektor modern.
Investasi-investasi seperti yang disebutkan di atas dimungkinkan dengan adanya
kelebihan laba di sektor modern di atas tingkat upah dimana diasumsikan bahwa “para
pemilik modal” menginvestasikan kembali laba mereka tersebut. Akhirnya tingkat upah di
sektor perkotaan dianggap konstan dan ditentukan di atas tingkat upah subsisten di sektor
pertanian tradisional. Lewis menganggap bahwa bahwa tingkat upah di perkotaan paling
tidak 30 persen lebih tinggi dari tingkat pendapatan rata-rata untuk mempengaruhi agar
para pekerja pindah dari kampung halamannya. Namun demikian, pada tingkat upah
perkotaan yang konstan, penawaran tenaga kerja pedesaan dianggap elastis sempurna.
Model dari Lewis ini sangat sederhana dan mempunyai 3 asumsi pokok yang sangat
berbeda dengan kenyataan-kenyataan.
Pertama, model ini secara implisit menganggap bahwa tingkat perpindahan tenaga kerja
dan tingkat penciptaan kesempatan kerja di sektor perkotaan adalah proporsional dengan
tingkat akumulasi modal di perkotaan. Makin cepat tingkat akumulasi modal, makin tinggi
tingkat pertumbuhan sektor modern dan makin tinggi pula tingkat penciptaan kesempatan
kerja baru. Tetapi bagaimana jika surplus laba para pemilik modal diinvestasikan kembali
dalam bentuk peralatan yang hemat tenaga kerja (labor saving).
Kedua, asumsi dari model ini yang berbeda dengan kenyataan adalah asumsi bahwa
surplus tenaga kerja terjadi di daerah perdesaan, sedangkan di daerah perkotaan ada
banyak kesempatan kerja. Tetapi dalam kenyataannya, pengangguran banyak terjadi di
daerah perkotaan dan sedikit surplus tenaga kerja di daerah perdesaan.
Ketiga, asumsi dari model Lewis yang tidak realistis adalah anggapan bahwa upah nyata
di daerah perkotaan akan selalu sama sampai pada satu titik dimana penawaran dari
surplus tenaga kerja pedesaan habis.
PROSES MIGRASI DAN KARAKTERISTIK PARA MIGRAN
Migran adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah tertebntu ke daerah lainnya.
Migran ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan komplek. Oleh karena itu, migrasi
sebenarnya merupakan suatu proses memilih yang mempengaruhi individu dengan
karakteristik-karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan, dan demografis tertentu.
Karakteristik para migran bisa dibedakan menjadi 3 katagori umum yaitu demografis,
pendidikan, dan ekonomi.
1) Karakteristik
demografis. Para migran di perkotaan negara-negara sedang
berkembang pada umumnya berusia antara 15 – 24 tahun. Proporsi wanita juga
tampaknya juga cenderung meningkat, karena semakin luasnya kesempatankesempatan mereka untuk bersekolah.
2) Karakteristik pendidikan.
Tampaknya ada hubungan yang jelas antara tingkat
pendidikan yang dicapai dan keinginan untuk berimigrasi. Orang yang pendidikan
tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrasi dari pada yang berpendidikan
rendah.
3) Karakteristik Ekonomi. Persentase migrasi yang terbanyak adalah kaum miskin, tidak
memiliki tanah, tidak mempunyai ketrampilan dan berasal dari daerah perdesaan..
TEORI MIGRASI TODARO
Menurut Todaro, migrasi berkembang karena perbedaan-perbedaan antara
pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di daerah perdesaan dan di daerah
perkotaaan. Secara singkat model dari Todaro memiliki 4 karakteristik utama yaitu :
1) Migrasi terutama sering dirangsang oleh pertimbangan ekonomis yang rasional.
Misalnya pertimbangan manfaat dan biaya, terutama sekali secara fanansial tetapi
juga secara psikologis.
2) Keputusan untuk berimigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah riil yang
diharapkan dari pada yang terjadi antara perdesaan dan perkotaaan. Dimana
perbedaan yang diharapkan itu ditentukan oleh interaksi antara dua variabel yaitu
perbedaan upah perdesaan-perkotaaan yang terjadi dan kemungkinan untuk
memperoleh pekerjaan di sektor perkotaan.
3) Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan terbalik
dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan sangat
mungkin terjadi. Sehingga, tingkat pengangguran yang tinggi di perkotaan merupakan hal
yang tidak terelakkan karena adanya ketidakseimbangan yang parah antara kesempatankesempatan ekonomi di perkotaan dan di perdesaan pada hampir semua negara sedang
berkembang.
PENGANGGURAN DAN PEMBANGUNAN
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang
relatif lmbat menyebabkan masalah pengangguran di negara-negara sedang berkembang
menjadi semakin serius. Masalah ini dipandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia
antara 15 – 24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan.
Dimensi-Dimensi Pengangguran :
1) Waktu (banyak diantara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama, misalnya jam
kerja per hari, per minggu, atau per tahun).
2) Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).
3) Produktivitas
(kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya
sumberdaya-sumberdaya komplementer untuk melakukan pekerjaan).
Bentuk-Bentuk Pengangguran :
1) Pengangguran terbuka : baik sukarela maupun secara terpaksa.
2) Setengah menganggur (underemployment) : yaitu mereka yang bekerja lamanya
kurang dari yang mereka bisa kerjakan.
3) Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh : yaitu mereka yang tidak
digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, termasuk di
sini adalah :
a) Pengangguran tak kentara (disguised unemploment). Misalnya para petani yang
bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak
memerlukan waktu selama sehari penuh.
b) Pengangguran tersembunyi (hidden umemployment). Misalnya orang yang
bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c) Pensiun lebih awal. Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat
untuk menciptakan peluang bagi yang muda-muda untuk menduduki jabatan di
atasnya.
4) Tenaga kerja yang lemah (impaired) : yaitu mereka yang mungkin bekerja full time,
tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
5) Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara
produktif, tetapi karena sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak
bisa mengahsilkan sesuatu dengan baik.
Hubungan Antara Pengangguran, Kemiskinan, dan distribusi Pendapatan
Biasanya bagi sebagian besar mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau
hanya bekerja part time selalu berada di antara kelompok masyarakat yang sangat
miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta
biasanya termasuk di antara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.
KONSEP DUALISME
Konsep dualisme mempunyai 4 unsur pokok yaitu :
1) Dua keadaan yang berbeda dimana sebagian bersifat “superior” dan yang lain
bersifat “inferior” yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
Misalnya hidup berdampingan antara metode produksi modern dan tradisional pada
sektor perkotaan dan perdesaan, antara orang kaya berpendidikan tinggi dengan
orang miskin yang tidak berpendidikan sama sekali.
2) Kenyataan hidup berdampingan itu bersifat kronis dan bukan bersifat transisional. Hal
ini bukan fenomena yang bersifat sederhana yang karena waktu kemudian
menghilang.
3) Derajat
superioritas atau inferioritas menunjukkan kecenderungan semakin
meningkat. Misalnya perbedaan produkivitas antara industri-industri di negara maju
dengan negara sedang berkembang tampaknya semakin lama semakin menjauh dari
tahun ketahunnya.
4) Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior berpengaruh sangat kecil sekali.
Bahkan kenyataannya sering menimbulkan keterbelakangan.
MACAM-MACAM DUALISME
1. Dualisme Sosial
Dualisme sosial merupakan hasil dari penelitian seorang ekonomi belanda, J. H.
Boeke, tentang sebab-sebab kegagalan dari kebijaksanaan kolonial Belanda di
Indonesia. Prinsip pokok dari Boeke adalah perbedaan yang mendasar antara tujuan
dari kegiatan ekonomi di barat yang didasarkan pada rangsangan kebutuhan
ekonomi, sedangkan di Indonesia disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan sosial.
Boeke mengatakan bahwa dalam suatu masyarakat mungkin terjadi dua
sistem sosial yang berbeda. Keduanya wujud berdampingan dimana yang satu tidak
dapat sepenuhnya menguasai yang lain. Atau dualismen sosial dapat didefinisikan
sebagai suatu pertentangan dari suatu sistem sosial yang diimpor dengan sistem
sosial pribumi yang memiliki corak yang berbeda.
2. Dualisme Teknologi
Benyamin Higgins (1956) menyatakan bahwa asal mula dari dualisme adalah
perbedaan teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional. Atau suatu
keadaan dimana di dalam suatu kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik produksi
dan organisasi produksi yang modern yang sangat berbeda dengan kegiatan
ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan perbedaan tingkat
produkvivitas yang sangat besar.
3. Dualisme finansial
Hla Myint (1967)membuat analisa mengenai pasar uang yang terdapat di negaranegara sedang berkembang dan menunjukkan adanya dualisme finansial. Pengertian
dualisme finansial ini menunjukkan bahwa pasar uang di negara sedang berkembang
dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompok yaitu pasar uang yang memiliki organisasi
yang sempurna dan pasar uang yang tidak teroganisir sama sekali.
Pasar uang jenis pertama terdiri dari bank-bank komersial dan lembagalembaga keuangan non-Bank. Lembaga-lembaga ini terdapat di kota-kota besar dan
kota-kota bisnis. Sedangkan lembaga keuangan jenis kedua adalah pasar uang yang
tidak berbentuk lembaga keuangan formal. Misalnya para reteiner, petani yang kaya.
Para pemilik modal di daerah-daerah pertanian.
4. Dualisme Regional.
Pengertian dari dualisme regional adalah ketidakseimbangan tingkat
pembangunan di antara berbagai daerah dalam suatu negara. Dualisme regional ini
bisa mengakibatkan bertambah lebarnya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara
berbagai daerah. Dualisme regional di negara-negara sedang berkembang
dibedakan menjadi dua jenis yaitu : (a) dualisme antara daerah perkotaan dan
perdesaan. (b) dualisme antara pusat negara, pusat industri dan perdagangan
dengan daerah-daerah lain dalam negara tersebut.
Kedua jenis dualisme tersebut timbul terutama sekali sebagai akibat dari investasi
yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dengan daerah pertanian (pedesaan).
Ketidakseimbangan tersebut akhirnya menyebabkan kesenjangan antara pusat
negara dengan daerah-daerah lainnya dan antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan bertambah besar.
Pengaruh Dualisme Terhadap Pembangunan
a. Adanya dualisme menyebabkan mekansime pasar tidak bekerja secara sempurna, yang pada
akhirnya mengakibatkan sumber-sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara efisien.
b. Adanya dualisme khususnya dualisme teknoogi dapat merangsang meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi.
RINGKASAN
Pengangguran merupakan masalah pembangunan yang sangat komplek, karena terkait
dengan masalah-masalah lainnya seperti pendidikan, lapangan pekerjaan, migrasi,
pertumbuhan ekonomi dan sebagainya.
Sementara itu, dualisme akan selalu nampak di negara-negara yang sedang berkembang
dan sangat sulit untuk menghilangkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin. 1988. Ekonomi Pembangunan. Edisi Pertama. STIE-YKPN.
Yogyakarta.

Agarwal, A.N. & Kundar Lai. 1993. Economics of Development and Planning. New
Delhi: Vikas Publishing House.

Sukirno Sadono. 1995. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Tarmidi, Lepi T. 1992. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : PAU Studi Ekonomi
Universitas Indonesia.

Todaro, M.P.. 1997. EconomicDevelopment in The Third World. 6th edition. Addison
Wesley Longman Limited, London.
Activity
2
Part
Quiz/Exam/Self-Assess
Jelaskan mengapa konsep pembangunan melalui pendekatan trickle down effect yang selama ini
dianut oleh Orde Baru, ternyata tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan oleh kita
semua.
Sebagai akibat negara kita mengalami krisis, jumlah penduduk yang miskin menjadi meningkat.
Jelaskan menurut Saudara mengapa hal ini bisa terjadi.
Jelaskan secara rinci faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi bagi suatu
negara.
Distribusi pendapatan antar daerah di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami perubahan.
Jelaskan menurut pendapat Saudara mengapa hal ini bisa terjadi.
Jelaskan perbedaan yang sangat mendasar antara distribusi fungsional dengan distribusi pendapatan
menurut Lorenzt.
3
Part
Suggestions
Gunakan bagian ini untuk mendokumentasikan usulan atau saran yang ingin diajukan
kepada PDC ataupun sebagai tempat review atas course ini oleh QA.
Alamatkan komentar dan keluhan Anda ke Product Development Center - Feedback
Center, email: [email protected] dengan memberikan detail keluhan atau
komentar anda beserta usulan perbaikan atau saran. Kami sangat menghargai kerjasama
Anda sebagai Faculty dan Subject Expert dalam mengembangkan e-learning di
Universitas Bina Nusantara. Note: Kami akan sangat menyayangkan jika ada komentar
atau saran yang tidak disalurkan melalui jalur di atas. Terima Kasih.
Update terhadap dokumen ini atau sarana dan fasilitas lainnya serta ketentuan dan policy
bisa didapat di website PDC http://www.binus.ac.id/pdc .
Download