Hubungan Antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

advertisement
Hubungan Antara
Hukum Internasional
dan Hukum Nasional
Arie Afriansyah
Pengantar Hubungan HI dan HN
• Pentingnya pemahaman hubungan HI dan HN
- Tidak semata-mata kepentingan akademik
- Kebutuhan praktik
- Klarifikasi hukum perjanjian
• Masalah utama hubungan HI dan HN :
- satu sistem atau dua sistem hukum
- masalah hierarki, supremasi, keutamaan
Kebutuhan Pada Praktiknya
LEVEL INTERNASIONAL
Signature,
Ratification required
Instrument of
Ratification
Consent to be bound
Timeline in treaty implementation
Aturan Implementasi
NEGARA
Instrument of
Ratification
Aturan Transformasi
LEVEL NASIONAL / DOMESTIK
Dasar Berlakunya
Hukum Internasional
Voluntarisme
Obyektifisme
Dualisme
Monisme
Paham Dualisme
• Berasal dari teori dasar berlakunya hukum
internasional yang mendasarkan atas kemauan
negara.
• Paham diatas mengakibatkan suatu anggapan
dimana hukum nasional & hukum internasional
adalah dua sistem hukum yang berbeda &
terpisah satu sama lain.
Paham Dualisme
HUKUM NASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL
Paham Dualisme
• HI dan HN adalah dua sistem hukum yang
terpisah dan independen. Hukum nasional
bersumber pada kehendak negara, sedangkan
hukum internasional bersumber pada kehendak
bersama (masyarakat negara).
• Keduanya memiliki subyek yang berbeda. Subyek
hukum nasional adalah perorangan / badan
hukum (perdata/publik), sedangkan subyek
hukum internasional adalah negara.
• Keduanya berbeda struktur organ pelaksananya
(eksekutif, legislatif, yudikatif).
Akibat Hukum dari Dualisme
• Kedua sistem tersebut tidak mungkin
mendasarkan / bersumber kepada satu sama
lain. (tidak ada persoalan hierarki)
• Tidak mungkin ada pertentangan diantaranya,
yang ada hanya penunjukan kembali (renvoi).
• Untuk memberlakukan hukum internasional ke
dalam hukum nasional, diperlukan transformasi
hukum
• Kritik terhadap teori dualisme.
MONISME
Paham Monisme
• Beranggapan bahwa hanya ada satu sistem
hukum di dunia yang mengatur kehidupan
manusia: HI dan HN adalah satu kesatuan
sistem hukum.
• Menimbulkan persoalan hubungan hierarki atau
keutamaan: Monisme dengan primat hukum
nasional & Monisme dengan primat hukum
internasional
• Kritik terhadap teori monisme
MONISME
Monisme Primat
Hukum Nasional
Monisme Primat
Hukum Internasional
Monisme Primat Hukum Nasional
• Beranggapan bahwa HN adalah hukum yang
utama daripada HI
• Beranggapan bahwa HI merupakan lanjutan
dari HN untuk urusan-urusan luar negeri.
• Beranggapan bahwa HI bersumber kepada HN
• Kelemahan paham monisme primat HN
Monisme Primat Hukum Internasional
• Beranggapan bahwa HI adalah hukum yang
lebih tinggi daripada HN
• Beranggapan bahwa HN tunduk kepada HI &
dasar mengikatnya berasal dari suatu
“pendelegasian” wewenang dari HI
• Kelemahan paham monisme primat HI
Tanggapan terhadap kedua teori
• Tidak memberikan jawaban yang
memuaskan mengenai hubungan HI dan HN
• Praktik tidak menunjukkan aliran mana yang
lebih dominan
• Hubungan HI dan HN diserahkan pada
praktik masing-masing negara
Sikap HI terhadap HN
• HI pada dasarnya tidak menyampingkan HN
• Negara tidak dapat menggunakan HN
sebagai pembenaran untuk mengelak
kewajiban HI
• Pasal 27 VCLT: “A party may not invoke the
provisions of its internal law as justification
for its failure to perform a treaty”
Sikap HN terhadap HI
• Sulit disimpulkan karena hukum domestik
sangat bervariasi dan sering tidak jelas dan
tidak konsisten
• Perlu mempelajari praktik negara-negara
dalam hal perjanjian, kebiasaan
internasional dan prinsip-prinsip hukum
umum
Praktik Indonesia???
Indonesia (1)
• INKONSISTENSI DALAM PRAKTIK PEMBERLAKUAN
PERJANJIAN INTERNASIONAL?:
– DAPAT MEMBERLAKUKAN LANGSUNG ATURAN DALAM
PERJANJIAN YANG SUDAH DIRATIFIKASI: KONVENSI 1961/1963
TENTANG HUBUNGAN DIPLOMATIK (MONISME?)
– SEKALIPUN SUDAH DIRATIFIKASI DENGAN UU NAMUN
MEMBUTUHKAN UU PELAKSANA: UNCLOS 1982 VS UU NO.
6/1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA & UU 32/2014
TENTANG KELAUTAN (DUALISME?)
• YANG MENCABUT UU PERPU 4/1960 TENTANG PERAIRAN
INDONESIA ADALAH UU NO 6/1996 BUKAN UU NO 17/1985 YANG
MERATIFIKASI UNCLOS 1982
• APAKAH UU PERPU 4/1960 DAPAT BERLAKU SEKALIPUN
INDONESIA TELAH MERATIFIKASI UNCLOS 1982?
Indonesia (2)
•
•
INKONSISTENSI PADA JURISPRUDENSI
–
Hakim hanya terikat pada UU (DUALISME?)
–
Judicial review MK tentang UU No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi: “merujuk langsung pada “praktek dan
kebiasaan internasional secara universal” (MONISME?)
–
PASAL 22A AB: “kekuasaan hakim dibatasi oleh pengecualianpengecualian oleh Hukum Internasional”.
INKONSISTENSI PADA LEGISLASI NASIONAL
–
UU No. 39/1999 tentang HAM: Ketentuan hukum internasional yang telah
diterima negara Republik Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia
menjadi hukum nasional.
–
UU No. 34/2004 tentang TNI: “hanya terikat pada “hukum internasional
yang telah diratifikasi” (DUALISME?)
–
UU No. 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri: “hubungan luar negeri
diselenggarakan sesuai dengan politik luar negeri, peraturan perundangundangan nasional dan hukum serta kebiasaan internasional”
(MONISME?)
Indonesia (3)
•
KETIADAAN DOKTRIN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP UU NO.24/2000
–
Tidak membedakan ratifikasi dalam perspektif hukum
internasional dan hukum nasional?
Hanya mengatur tentang “consent to be bound to a treaty”
(tindakan external Indonesia untuk mengingkatkan diri)?
Apakah format pengesahan dalam bentuk UU atau Perpres
adalah produk legislasi?
ATAU:
Apakah UU atau Perpres yang meratifikasi suatu perjanjian
adalah produk perundang-undangan atau hanya perangkat
prosedural yang memuat persetujuan DPR/Presiden?
–
–
•
APAKAH DAPAT DIJUDICIAL REVIEW?
Indonesia (4)
•
•
•
ACT OF TRANSFORMATION VS IMPLEMENTATION
Perlu dibedakan antara UU sebagai “ACT OF TRANSFORMATION”
dengan UU sebagai “TREATY IMPLEMENTATION”?
(JOHN.H JACKSON, STATUS OF TREATY IN DOMESTIC LEGAL SYSTEM: POLICY
ANALISYS, AJIL 86, APRIL 1992, HAL. 315)
–
UU No. 15/2001 tentang MERK adalah implementasi dari trademark law
treaty
–
UU No. 6/1996 tentang Perairan atau UU No. 32/2014 tentang Kelautan
adalah ACT OF TRANSFORMATION atau IMPLEMENTATION dari
UNCLOS 1982?
–
UU No. 24/2000 tentang Perjanjian Internasional adalah ACT OF
TRANSFORMATION atau IMPLEMENTATION dari Konvensi Wina 1969
dan 1968?
APAKAH UU/PERPRES YANG MERATIFIKASI SUATU
PERJANJIAN ADALAH “ACT OF TRANSFORMATION”?
Praktik negara-negara Lain??
Tugas Individu (1)
• Cari bagaimana praktik dari negara
(urut hitung per bangku):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Inggris
Amerika Serikat
Jerman
Rusia
Belanda
Jepang
Korea
Malaysia
Singapura
Filipina
Thailand
Tugas Individu (2)
• Format Substansi:
1. Bunyi Konsitusi (ada / tidak)
2. Contoh praktik (Peraturan pelaksana atau transformasi
dari Perjanjian Intl). Minimal dua contoh.
3. Pendapat para ahli
• Format Teknis:
1.
2.
3.
4.
Diketik di kertas A4, times new roman 12, single space
Tulis nama, NPM, kelas reguler atau paralel
Footnote system
Dikumpulkan senin sebelum jam 1 siang, di Bidang
Studi Hukum Internasional
Download