kuliah iii - Hukum Internasional

advertisement
HAKEKAT DAN DASAR BERLAKUNYA
HUKUM INTERNASIONAL
PERKULIAHAN III
Devica Rully M., SH. MH. LLM.
DASAR KEKUATAN MENGIKAT HI
Alasan Pembahasan :
O HI tidak memiliki lembaga2 yang lazim diasosiasikan
dengan hukum dan pelaksanaannya;
O Tidak terdapat kekuasaan eksekutif yang kuat;
O Tidak terdapat badan legislatif, yudikatif dan polisi
yang bersifat memaksa.
Karena itu Hobbes, Spinoza dan Austin nenyangkal
sifat mengikatnya HI, shg HI dianggap bukan hukum.
Dasar Kekuatan Mengikatnya Hukum
Internasional
John Austin: Hukum internasional itu bukan hukum dalam arti
yang sebenarnya. Austin menempatkan hukum segolongan
dengan the laws of honour and the law set by fashion
sebagai “the rules of positive morality”
Hal ini disangkal dalam buku Mochtar, dengan memberi contoh
hukum adat di Indonesia.
Domes Tones (ahli filsafat Yunani), ada 4 alasan:
1. Karena hukum merupakan perintah Tuhan
2. Karena merupakan tradisi
3. Karena berasal dari kesusilaan
4. Karena ada perjanjian masyarakat.
Teori Hukum Alam
O Teori Hukum Alam/Natural Law merupakan ajaran
yang pada mulanya mempunyai ciri keagamaan yang
kuat.
O Dan pertama kali ciri tersebut dilepaskan oleh Grotius
O Menurut Hukum Alam: HI mengikat karena HI
merupakan hukum alam yang diterapkan pada
kehidupan masyarakat bangsa-bangsa/masyarakat
internasional.
O Negara terikat atau tunduk pada HI karena HI mrpk
bagian dari hukum yang lebih tinggi (hukum alam)
Teori Hukum Alam
O Beberapa keberatan terhadap teori hukum alam
karena apa yang dimaksud dalam hukum alam
sangat subyektif dan samar mengenai keadilan
dan kaidah moral.
O Sementara itu taraf integrasi yang rendah pada
masyarakat internasional dan adanya pola
hidup kebudayaan dan sistem nilai yang
berbeda pada tiap-tiap bangsa, sehingga nilainilai yang diasosiasikan tentang hukum alam
juga akan berbeda.
Teori Kehendak Negara
(Voluntaris)
O Kekuatan mengikat HI itu atas kehendak
negara itu sendiri untuk tunduk pada HI.
O Beberapa tokoh: Hegel (jerman), George
Jellineck, Zorn.
O Terdapat 2 aliran dalam Teori Voluntaris: teori
kedaulatan dan teori kehendak bersama.
O Merupakab bagian dari aliran positivisme.
T. Kedaulatan
Menurut George Jellineck: HI ditaati & mengikat
negara2 karena HI merupakan kehendak sepihak dari
negara yang bersangkutan atau dibuat atas kehendak
negara yang bersangkutan (self limitation-theorie).
Teori Kehendak Bersama (Common Consent
Theory)
Menurut Triepel:
HI mengikat bukan karena kehendak sepihak
negara akan tetapi karena kehendak bersama dari
negara-negara untuk tunduk pada HI
(Vereinbarungs Theorie)
TEORI OBYEKTIVITAS
Madzhab Wiena By Hans Kelsen:
HI mengikat/ditaati oleh negara2 didasarkan
pada suatu kaidah yang lebih tinggi yang disebut
Grundnorm.
Asas Pacta Sunt Servanda sebagai kaidah dasar
HI.
Mazhab Perancis
O Teori yang menghubungan dengan kenyataan
hidup manusia;
O Beberapa tokoh: Fauchile, Scelle, Duguit yang
menyatakan bahwa:
O Faktor pengikat HI terletak pada faktor2
biologis, sosial & sejarah kehidupan manusia
itu sendiri (fakta kemasyarakatan).
O Jadi kekuatan mengikatanya HI itu terdapat
dalam kenyataan sosial bahwa untuk
terpenuhinya kebutuhan manusia (bangsa)
dalam hidup bermasyarakat.
HUBUNGAN ANTARA HUKUM INTERNASIONAL
DAN HUKUM NASIONAL
DEVICA RULLY M., SH. MH. LLM.
TEMPAT HI Dalam tata hukum secara keseluruhan
Hal ini menjadi penting dibahas dengan alasan bahwa:
Anggapan bahwa HI merupakan bagian dari hukum pada umumnya;
HI mempunyai hubungan yang efektif dengan bidang hukum lainnya, yaitu
hukum nasional.
Karena pentingnya hukum nasional dalam konstelasi politik dunia.
Melihat persoalan ini dari sudut teoritis dan praktis.
Dari segi teoritis, hubungan HI dengan HN terdapat dua pandangan:
1.Pandangan voluntarisme: dua satuan perangkat hukum yang berdampingan
terpisah
2.Pandangan objektivis: satu kesatuan perangkat hukum
Aliran dualisme
Aliran ini dipengaruhi pandangan positivisme.
Pakar: Triepel dan Anzilotti.
Mendasarkan berlakunya HI pada kemauan negara: mnuculnya Aliran Dualisme
Alasan:
1.Sistem HI dan HN mempunyai sumber yang berbeda. HI bersumber pada
kemauan dari negara-negara/bersama. HN bersumber pada kemauan satu negara.
2.Subyek utama HI dan HN berbeda. Subyek utama HI: negara. Subyek utama
HN: individu.
3.HI dan HN mempunyai perbedaan dalam struktur masyarakatnya sebagai wadah
dari hukum-hukum tersebut.
4.Perbedaan mutlak antara HI dan HN terletak pada daerah atau ruang lingkup
berlakunya..
Aliran dualisme
Akibat:
1.
Kaidah dari perangkat hukum yang satu tidak bersumber
atau berdasar pada kaidah hukum yang lain. Jadi tidak ada
persoalan hierarkhis antara HI dan HN karena keduanya
berlaindan dan tidak bergantung satu sama lain.
2.
Tidak mungkin ada pertentangan antara keduanya, yang
mungkin adalah persoalan penunjukkan (renvoi).
3.
Apabila HI hendak diberlakukan dalam masyarakat
nasional/negara maka terlebih dahulu harus
ditransformasikan menjadi HN.
Beberapa Kelemahan Aliran Dualisme…?
Aliran monoisme
Dipengaruhi hukum alam. Aliran ini menganggap ada dan berlakunya HI
terlepas dari kemauan negara --- melahirkan paham monisme.
Akibat: melahirkan masalah hierarkhis antara HI dan HN sehingga timbul:
a. Monisme dengan primat HN
b. Monisme dengan primat HI
MONISME DENGAN PRIMAT HUKUM NASIONAL
HI merupakan lanjutan dari HN dengan kata lain HI merupakan HN untuk urusan luar
negeri. Berkembang di Jerman (Mz Bonn).
Dasar pemikiran:
1.Tidak ada satu organisasi diatas negara-negara yang mengatur kehidupan negara-negara di
dunia ini.
2.Dasar dari HI yang mengatur hub. Internasional terletak pada wewenang negara-negara
untuk mengadakan perjanjian internasional.
Kelemahan:
1)
Paham ini hanya memandang HI sebagai pelengkap dari HN yang hanya bersumber
pada perjanjian internasional.
2)
Paham ini pada kenyataannya merupakan penyangkalan terhadap berlakunya HI yang
mengikat.
MONISME DENGAN PRIMAT HUKUM INTERNASIONAL
Menyatakan bahwa HN bersumber pada HI yang secara hierarkhies lebih
tinggi kedudukannya.
HN tunduk pada HI dan kekuatan mengikat HI dr HN didasarkan atas
suatu pendelegasian dari HI.
Paham ini dikembangkan oleh Mazhab Wiena, tokohnya: Kunz,
Kelsen,verdross dan didukung oleh Mahzab Perancis dengan tokoh:
Duguit, Schelle.
Kelemahan:
1.
Pandangan ini mendalilkan bhw HI telah ada terlebih dahulu dari HN. Hal ini
bertentangan dengan kenyataan sejarah yang menunjukan bahwa HN ada
terlebih dahulu dari HI.
2.
Pandangan bahwa kekuatan mengikat HN diperoleh dari HI tidak dpt
dipertahankan berdasarkan kenyataan wewenang suatu bangsa yang
berhubungan dengan kehidupan antar negara ada yang sepenuhnya masuk
wewenang HN dalam hal ini HTN.
Kesimpulan umum:
1) Antara HI dan HN tidak perlu ada pertentangan yang prinsipil
2) Perkembangan HI sangat lamban, karena ditentukan oleh HN atau kehendak
negara dan belum kuatnya HI sebagai suatu sistem hukum.
HUKUM INTERNASIONAL MENURUT PRAKTIK
INTERNASIONAL
Tugas! (20menit)
Buatlah grup diskusi masing-masing 4 orang
Membaca Buku Mochtar Kusumaatmaja tentang (pilih salah satu):
 Pengakuan terhadap orang asing dan hak milik asing pada kasus
Perkara Tembakau Bremen antara pihak pemerintah Indonesia dengan
pihak Belanda.
 Penetapan batas laut teritorial sejak awal mula hingga saat ini
1.Buatlah resume
2.Lakukan analisis dalam kaitannya dengan hubungan HI dengan HN
3.Presentasikan per Kelompok 5-10menit
Download