Kesiapan Indonesia

advertisement
ekonomi tersebut dan kedua yang juga tidak
kalah penting bagaimana kesiapan Indonesia
dalam memanfaatkan peluang-peluang
yang timbul dari proses pembentukan AEC
tersebut khususnya bagi dunia usaha dan
masyarakat pekerja atau kaum profesional.
Seperti diketahui bahwa pewujudan AEC di
tahun 2015 tidak terlepas dari pelaksanaan
komitmen AEC Blueprint atau Cetak-biru
MEA yang 2 (dua) dari 4 pilar yakni kawasan
berdaya saing tinggi dan kawasan dengan
pertumbuhan ekonomi yang merata,
dimaksudkan untuk mendorong masingmasing negara anggotanya melakukan
upaya peningkatan dan penyempurnaan
infrastruktur baik fisik maupun non fisik
seperti kebijakan persaingan usaha, per­
lindungan konsumen, HKI, pembangunan
infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan,
e-Commerce serta pemberdayaan UKM.
Gita mengatakan, seluruh negara
anggota ASEAN berkomitmen untuk
meningkatkan upayanya dan bekerja lebih
keras lagi dalam mewujudkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada 2015. Untuk mengetahui
Kesiapan Indonesia
D
dan diimplementasikan pada tahun 2008.
“Kurang lebih 36 tahun yang lalu atau
tepatnya tahun 1977 dengan diberlakukannya
Preferential Trade Arrangement (PTA) ASEAN
telah bergerak menuju proses integrasi
ekonomi yang kemudian diformalkan melalui
pembentukan ASEAN Free Trade Area (AFTA)
tahun 1992, yang notabene merupakan cikalbakal pembentukan AEC,” kata Iman.
Iman mengungkapkan pula bahwa
pemantauan implementasi komitmen
Cetak-biru AEC dilakukan secara reguler dan
dilaporkan setiap tahun kepada Kepala Negara
ASEAN, Untuk tahun 2013 sudah sekitar 82%
dari komitmen Cetak-biru AEC periode 20122013 yang sudah dilaksanakan. Salah satu
contoh pelaksanaannya kata Iman, adalah
kesepakatan mutual recognition agreement
(MRA) untuk tenaga profesional seperti
perawat, surveyor, arsitek dan engineering.
“Tenaga profesional Indonesia untuk bidangbidang tersebut yang sudah punya sertifikat
ASEAN (diterbitkan oleh otoritas yang sudah
diakui di ASEAN), dapat bekerja di semua negara
anggota ASEAN,” kata Iman mencontohkan.
Window (INSW), pengembangan konektifitas
nasional termasuk didalanya konektifitas fisik
seperti pembangunan infrastruktur di 6 koridor
pembangunan ekonomi dalam kerangka MP3EI
dan lain sebagainya.
“Dukungan semua pihak dan partisipasi
aktif dunia usaha baik BUMN, swasta nasional
maupun luar negeri terhadap kesuksesan
program besar pemerintah dalam membenahi
infrastruktur melalui MP3EI, sangat berkontribusi
besar terhadap peningkatan daya saing Indonesia
dan kesiapan Indonesia memasuki AEC 2015
dan mendukung penciptaan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi perekonomian bangsa,”
imbau Direktur Kerja Sama ASEAN, Djatmiko Bris
Witjaksono.
Lebih jauh disampaikan oleh Djatmiko
bahwa Pemerintah Indonesia terus mendorong
agar para pebisnis nasional baik BUMN ataupun
swasta nasional termasuk UKM dapat menjadikan
9 negara anggota ASEAN terutama di Cambodia,
Laos, Myanmar dan Vietnam sebagai basis dalam
mengembangkan ekspansi usahanya, apakah
sebagai pasar tujuan ekspor ataupun ketahapan
yang lebih jauh sebagai basis produksi dan
investasinya.
Hal ini juga penting dan tidak hanya
semata-mata karena wilayah ASEAN tersebut
sangat prospektif dari segi ekonomi untuk
pengembangan bisnis namun juga sekaligus
sebagai wahana bagi Indonesia dalam membantu
proses pembangunan negara-negara kurang
berkembang di kawasan ASEAN tersebut.
Sebagai ekonomi terbesar di kawasan ASEAN dan
bagian dari kelompok negara G-20 sudah saatnya
bagi Indonesia untuk turut menjadi bagian dari
pihak tangan diatas.
Upaya lainnya yang juga sedang di­
galakkan Pemerintah dalam mendorong
kesiapan Indonesia menyongsong AEC 2015
antara lain dengan mengimplementasikan
Peraturan Presiden mengenai Sistem
Logistik Nasional, pelaksanaan Roadmap
pengembangan cluster industri prioritas,
peningk atan ik lim usaha melalui
penyederhanaan prosedur penanaman
modal dan regulasi bidang usaha yang
terbuka dan tertutup, penyiapan peraturanperaturan domestik bagi sektor-sektor jasa
yang telah dikomitmenkan, dan pemanfaatan
Mutual Recognition Arrangement (MRA)
yang telah disepakati baik di bidang barang
maupun jasa.
Untuk memperkuat aspek daya dukung
pasar domestik termasuk para pemangku
kepentingan didalamnnya “Kementerian
Perdagangan secara konsisten telah dan akan
terus menempuh langkah-langkah penguatan
pasar dalam negeri seperti pemberdayaan
dan peningkatan kualitas pasar tradisional,
peningkatan iklim usaha bagi UKM,” ujar
Djatmiko. Disamping itu Pemerintah RI juga
terus memperkuat aspek pengamanan
perdagangan untuk melindungi para
pelaku usaha nasional dari berbagai praktik
perdagangan yang tidak fair melalu penerapan
kebijakan pengamanan perdagangan (trade
defense) yang berfungsi sebagai remedial
measures (anti-dumping, anti-subsidi dan
safeguard). n
adv
alam rangka meningkatkan ke­siapan
Indonesia menyongsong AEC 2015,
Pemerintah telah menerbitkan: Inpres
No 5/2008 tentang Fokus Program Ekonomi
Tahun 2008-2009, dan Inpres No 11/2011
tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dan untuk lebih
memastikan pelaksanaannya, Unit Kerja
Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4) diamanahkan secara
khusus untuk melakukan pemantauan dan
menyampaikan laporan hasil pemantauannya
secara berkala kepada Presiden.
Berbagai langkah yang ditempuh
Pemerintah Indonesia dalam rangka
meningkatkan kesiapan Indonesia untuk
memfasilitasi perdagangan barang dan
mendorong peningkatan ekspor antara lain
melalui peningkatan pengawasan barang
beredar khususnya barang-barang impor
(pemberdayaan konsumen nasional menjadi
konsumen cerdas, peningkatan standardisasi
produk melalui penerapan SNI dan labeling,
pemenuhan aspek K3L atau Kesehatan,
Keamanan, Keselamatan, dan Lingkungan,
pengaturan pintu masuk impor, pelaksanaan
peraturan dan ketentuan serta prinsip SPS),
peningkatan pengawasan penggunaan Surat
Keterangan Asal (SKA) barang dari Negara Mitra
dagang seperti negara ASEAN, China, Korea,
Jepang, India, Australia dan New Zealand,
peningkatan pelayanan kepada dunia usaha
nasional melalui Indonesia National Single
sejauh mana tingkat kesiapan masingmasing negara anggota dalam mewujudkan
AEC ini, dilakukan pemantauan terhadap
implementasi Cetak-biru AEC oleh Sekretariat
ASEAN di tingkat regional dan masing-masing
Negara anggota ASEAN di tingkat nasional.
“Indonesia akan melakukan upaya maksimal
dan memastikan pelaksanaan Cetak-biru AEC
secara tepat waktu,” ujar Gita.
Lebih lanjut, Dirjen Kerja Sama
Perdagangan Internasional (KPI), Kementerian
Perdagangan, Iman Pambagyo, menjelaskan
bahwa meskipun ASEAN Economic Com­
munity akan diwujudkan pada tahun 2015
nanti, sesungguhnya komitmen-komitmen
dalam Cetak-biru AEC tersebut sudah di­
laksanakan secara bertahap sejak beberapa
tahun yang lalu.
Iman mengatakan, ada ketidaktepatan pemahaman di masyarakat, ada
yang beranggapan bahwa pembukaan pasar
bebas atau AEC akan terjadi secara tibatiba pada tahun 2015, padahal prosesnya
sudah berlangsung sejak lama, bahkan
sebelum Cetak-biru AEC mulai ditetapkan
21 AGUSTUS 2013 GATRA
Perdagangan 41 .indd 3
8/2/13 11:08:33 PM
Download