ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA USAHA - e

advertisement
ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA USAHA TEMPE MILIK
BAPAK SYAIFUL MUSTOFA DI TENGGARONG
Oleh: Desiyana Win, Iskandar dan M. Hermanto
Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kutai
Kartanegara Tenggarong
Abstract:
The purpose of this study was to determine the profile of the business of making tempe that belongs to Mr.
Syaiful Mostopha in Kec. Tengggarong, as well as examine the huge profits that has been gotten by Mr.
Saiful Mustofa’s tempe business on 2013.
Based on the research Mr. Saiful Mustofa’s tempe business on 2013 has reached above the point of break
even point so the hypothesis is accepted. Sales in Rupiahs on 2013 is Rp 1,075,700,000.00 and the total units
sold is 333.120 packs. The sale is the result of sales of the four products, namely small box tempe Rp
347,000,000.00 as much as 173.500 packs 347,000,000.00 wrap, tempeh large box size Rp.312,300,000.00
as much as 20.820 wraps, long small tempe Rp.138,800,000.00 as many as 69.400 packs and long big tempe
Rp.277,600,000.00 as much as 69.400 packs while the whole point of the break even point is at point
Rp.135,244,979.453 as 56.916,15766 in this case meaned Saiful Mustafa tempe business did not have a
profit and loss position. In the analysis and discussion of the writer, the hypothesis "that Mr. Saiful Mustafa
tempe business in 2013 already reached above the point Break Even Point" accepted and proven true.
Key Word: Break-Even (Break Event Point)
PENDAHULUAN
Sudah sekian lama kondisi perekonomian
Indonesia berada dalam keterpurukan. Kondisi
seperti ini tentu saja berpengaruh besar terhadap
rodaperekonomian, antara lain bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha dan
tidaklah menutup kemungkinan bagi suatu perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan
kecil akan mengalami masalah keuangan yang
cukup sulit dalam upaya pengembangan usahanya.
Bahkan hal yang tidak mungkin apabila suatu
perusahaan tidak dapat beroperasi kembali.
Sulitnya dunia usaha dewasa ini untuk
mampu bertahan dan berkembang salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah fluktuasi harga pembelian bahan baku dan bahan penolong yang
diperlukan dalam prosesproduksi yang disebabkan
oleh keterbatasan atau kekurangan modal. Maka
dariitu peranan manajer sangat diperlukan dalam
dunia usaha atau perusahaan.
Kota Tenggarong yang merupakan ibu kota
Kabupaten Kutai Kartanegara sekaligus seba-gai
pusat pemerintahan. Pembangunan di segala bidang,
termasuk pembangunan infrastruktur yang berbasis
pada perekonomian kerakyatan menjadi prioritas
utama untuk dilakukan perbaikan gunamenunjang
pergerakan roda perekonomian. Bentuk dari
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
kegiatan tersebut adalah diadakannya sarana
perkreditan dengan bunga ringan kepada pemilik
usaha yang mau agar usaha yang dilakukannya dapat
berjalan dengan tujuanuntuk membuka lapangan
kerja baru dan meningkatkan pendapatan.
Salah satu dari sekian banyaknya industri
kecil yang ada di Tenggarong adalah usaha tempe
milik Pak Syaiful Mustopa yang beralamatkan di
Jln. Dr. Fl. Tobing RT. 10 Kelurahan Timbau
Kecamatan Tenggarong. Usaha tempe milik Pak
Syaiful Mustopa dalam perkembangan usahanya,
selalu dihadapkan pada persaingan usaha sejenisnya
yang banyak bermunculan dan menggunakan
teknologi yang lebih maju, produk sejenisyang
berasal dari luar kota Tenggarong dan produk produk lainnya.
Hasil pengamatan sementara yang telah
penulis lakukan kenyataannyabahwa pada usaha
tempe, selama ini belum pemah mengadakan analisa
tentang Break even point, sehingga pihak pemilik
usaha belum bisa mengetahui secarapasti apakah
tingkat penjualan yang dihasilkan telah menghasilkan keuntunganyang maksimal dan meneapai titik
pulang pokok (BEP). Hasil penjualan saran dengan
jumlah biaya total, atau hasil penjualan berada di
atas jumlah biayatotal atau bahkan sebaliknya
sehingga
besarnya
tingkat
keuntungan
15
yangdiperoleh usaha ini dapat diketahui seeara pasti.
Belum diketahuinya breakeven point dikarenakan
pihak pemilik usaha juga tidak mengerti apa itu
breakeven point serta kegunaannya bagi perusahaan,
sehingga selama ini pihakpemilik usaha hanya
menjumlahkan hasil penjualan dikurangi dengan
biaya-biaya.
Break even point adalah "Suatu kondisi
dimana pada periode tersebutperusahaan tidak
mendapatkan keuntungan dan juga tidak menderita
kerugian. Artinya penghasilan yang diterima sarna
dengan biaya yang dikeluarkan" (Sutrisno,
2005;204).
Analisis break even point adalah "Suatu cara
atau
tehnik
yangdigunakan
oleh
seorang
petugas/manajer perusahaan untuk mengetahui
padavolume (jumlah) penjualan dan volume
produksi agar perusahaan yangbersangkutan tidak
menderita kerugian dan tidak pula memperoleh
laba".(Sigit, 2008; 1)
Seharusnya dengan meningkatkan penjualan dari tiap - tiap periode,dan melakukan perhitungan break even point. Maka pihak pengusaha
dapatmengetahui titik impas atau titik pulang pokok
dimana perusahaan tidak mengalami untung dan
tidak mengalami rugi.
Kenyataannya bahwa pada usaha tempe
milik bapak Syaiful Mustofa,selama ini belum
pemah mengadakan analisis tentang break even
point,sehingga pemilik usaha belum bisa mengetahui
secara pasti apakah tingkat penjualan yang
dihasilkan telah menghasilkan keuntungan maksimal
danmencapai pulang pokok (BEP). Seharusnya
pengusaha dapat memperoleh dana perusahaan
denganbiaya murah serta menggunakan dan
mengalokasikan dana tersebut secaraefisien. Dan
juga melakukan analisis break even point sebagai
bahanpertimbangan dalam mengambil keputusan
yang harus dilakukan seorangmanajer.
Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan
dalam penelitian ini adalah"Apakah pendapatan
yang dihasilkan oleh usaha tempe milik bapak
Syaiful Mustofa di Tenggarong pada tahun 2013
sudah mencapai titikBreak even point (BEP)?".
sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mengkaji besarnya keuntungan yang
di peroleh oleh usaha tempe milik Bpk. Syaiful
Mustofa pada tahun 2013.
Manajemen Akuntansi
Setiap perusahaan barang/jasa selalu
membutuhkan dana dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya sehari-hari maupun untuk
rnengembangkan perusahaannya. Perkembangan
teknologi dan dunia usahayang pesat mendorong
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
timbulnya bidang-bidang khusus (spesialisai)
dalamakuntansi. Akuntansi juga tidak lagi hanya
bersifat keilmuan, namun menjadi profesi yang
mandiri. Dalam hal ini beberapa pengertian
rnanajemen akuntansi yang di kemukakan oleh para
ahli :
Manajemen
akuntansi
(management
accounting) adalah proses identifikasi, pengukuran,
pengumpulan, analisis, penyiapan dan komunikasi
informasi finansial yang digunakan oleh manajemen
untuk. perencanaan, evaluasi, pengendalian dalam
suatu organisasi, serta untuk menjamin ketepatan
penggunaan sumber-sumber dan pertangas sumbersumber tersebut (Supriyono,1993 ; 8)
Definisi lain manajemen akuntansi adalah
"Manajemen Akuntansi (Management Accounting)
adalah proses identiflkasi, pengukuran, akumulasi,
analisa, penyiapan, penafsiran, dan komunikasi
tentang informasi yang membantu masing-masing
eksekutif untuk memenuhi tujuan organisasi".
(Charles T. Homgren,1993;4)
Break Even Point
Analisa BEP atau anilisa pulang pokok
menyatakan suatu titik dimana perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak rugi. Dasar yang
digunakan break even point ini adalah prilaku biaya
dalam kaitannya
dengan hasil
penjualan.
Pembahasan lebih lanjut akan dikemukakan dari
beberapa pendapat para ahli yaitu : break even point
adalah : suatu kondisi dimana pada periode tersebut
perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga
tidak menderita rugi. Artinya pada saat itu
penghasilan yang diterima sarna dengan biaya yang
dikeluarkan. (Sutrisno, 2007;178)
Pengertian break even point versi lainnya
adalah : Teknik analisis untuk mempelajari
hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan
(cost-profit-volume analysis) dan biaya yang
diperhitungkan adalah biaya total yang terdiri atas
biaya tetap dan biaya variabel.(Martono dan Hatjito,
2002 ;268)
Analisa pulang pokok menetapakan syaratsyarat tertentu, untuk menganalisa, menghitung dan
mengumpulkan angka-angka yang akan dihitung.
Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan
maka harus diadakan atau dianggap ada atau harus
diperlakukan seperti yang dipersyaratkan, maka
inilah yang disebut asumsi atau anggapan. Asumsiasumsi yang melandasi analisa pulang pokok, yaitu:
a. Tingkah laku biaya dan pendapatan ditentukan,
pada
batas
yang
telah
dibudgetkan
(direncanakan).
b. Semua biaya bisa dipisahkan antara biaya tetap
dan biaya variabel.
16
c. Biaya tetap akan tetap jumlahnya pada kapasitas
yang telah dibudgetkan (direncanakan).
d. Biaya variabel naik / turun secara proposional
sesuai dengan naik / turunnya penjualan.
e. Harga jual tidak mengalami perubahan.
f. Biaya-biaya tidak berubah
g. Produktivitas dan efesiensi tidak berubah.
(Machfoedz,2006; 136)
Selanjutnya asumsi dasar dalam analisis
break even point yangdikemukakan oleh
Sutrisno sebagai berikut:
a. Biaya harus dipisahkan ke dalam dua jenis biaya,
biaya variabel dan biaya tetap. Bila ada dua jenis
biaya semivariabel harus dialokasikan ke dalam
dua jenis biayatersebut.
b. Harga jual per unit tidak berubah selama satu
periodeanalisis.
c. Perusahaan hanya mampu memproduksi satu
macam barang,bila menghasilkan lebih dari satu
macam
barang,pertimbangan
penghasilan
masing-masing barang harustetap.(Sutrisno,
2007: 178)
Ada dua cara perhitungan break even point,
yaitu pendekatan grafik dan pendekataan matematik
(Sutrisno,2005;205)
Pendekatan Grafik adalah salah satu
pendekatan penentuan titik break even point
denganmenggambarkan unsur-unsur biaya dan
penghasilan kedalam suatu gambargrafik. Mulyadi
menjelaskan bahwa "penentuan impas dengan
pendekatan secara gratis dilakukan dengan cara
mencari titik potong antara garispendapatan
penjualan dan garis biaya dalarn suatu grafikyang
disebut dengan grafik impas".(Mulyadi, 2001:233)
Menurut Mulyadi, "Penentuan impas dengan
teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan
pada persamaan pendapatan sama dengan biaya
ditambah laba". (Mulyadi, 2001:233)
Perhitungan break even point dengan
pendekatan matematik, menurut Bambang Riyanto
(2005: 364) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
atas dasar unit dan atas dasar rupiah.
Pengertian Biaya
Setiap kegiatan perusahaan atau pengusaha
perorangan biaya salah satu unsur penting dalam
setiap kegiatannya, walaupun belum tentu setiap
pengeluaran atau pengorbanan merupakan biaya.
Dalam analisis break evenpoint unsur terpenting
adalah unsur biaya. Biaya dalam analisis break even
point digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Dengan mengetahui biaya tetap dan biaya
variabel, kemudian dihitung besarnya total biaya,
Maka analisis break even point akan dapat
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
dilakukan. Untuk lebih jelasnya pengertian biaya
adalah: Pengorbanan sumber ekonomis suatu sumber
merupakan sumber ekonomisjika memiliki sifat
adanya kelengkapan atau scar city, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi,2007;8)
Pengertian lain biaya adalah : Pengorbananpengorbanan yang secara ekonomis tidak dapat
dihindarkan untuk memprodusir barang-barang,
istilah pengorbanan itu berarti menunjukkan suatu
pengorbanan nilainya yang belum ditentukan apakah
pngorbanan befaedah(tujuan) atau tidak, jika
pengorbanan itu ada mempunyai tujuan maka baru
dapat dikatakan pengorbanan itu adalah biaya,
(Simamora,2008;22-23)
Pengertian versi lain tentang biaya, adalah :
Sebagai suatu nilai tukar, pengorbanan atau
prasyarat yang dilakukan guna mendapat manfaat.
Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau
pengorbanan tersebut pada tanggal terjadinya yang
dinyatakan dengan pengurangan kas atau harta
lainnya pada saat ini dan masa yang akan datang.
(Wibowo,2002;19-20)
Seperti yang dijelaskan oleh Tampubolon bahwa
"Biaya dalam analisis break even point dipisahkan
ke dalam biaya tetap dan biaya variabel'
(Tampubolon, 2005: 43). Penggolongan biaya pada
prinsipnya tidak jauh berbeda, yang penting untuk
tujuan apa penggolongan biaya tersebut.
1. Biaya Tetap
Menurut Simomora biaya tetap adalah
"Kebalikan dari biaya variabel adalah biaya tetap
(fixed cost), biaya tetap jumlah totalnya akan tetap
walaupunjumlah yang diprodusir atau dijual
berubah-ubah
dalam
kapasitasnormal"
.(Simamora,2008,42-43).
Pengertian biaya tetap yang lainnya adalah :
Biaya yang dalam batas tingkat produksi tertentu
jumlahnya tetap atau tidak berubah jika level
produksi berubah, (Tampubolon, 1005: 43).
Lalu pengertian biaya tetap versi lainnya yaitu :
"Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara
total tidak berubah meskipun terjadi perubahan
jumlah produksi daiam skaia tertentu". (Yamit,
2005:57)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa biaya tetap adalah biaya yang jumlah tetap
tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah –
ubah.
2.
Biaya Variabel
Menurut Simamora biaya variabel adalah
"biaya yang bervariasi langsung (proposional)
dengan kwantitas ini termasuk volume sedangkan
produksi tennasuk penjualan, apabila kwantitas yang
17
diprodusir naik (bertambah) maka biaya ini naik
(bertambah) sebesar perubahan kwantitas dikalikan
biaya variabel persatuan dan sebaliknya apabila
turun".(Simamora,2008,42-43)
Pengertian biaya variabel yang lainnya
adaiah : "Biaya yang jumlahnyaselalu berubah-ubah
secara
langsung
dengan
level
produksi".
(Tampubolon,2005: 43)
Lalu pengertian versi lain Biaya variabel
adalah biaya yang berubah- ubah dan perubahannya
proposional dengan satuan kegiatan (Sutrisno,
2007;12). Dari pengertian yang dikemukakan dapat
disimpulkan biaya variabel adalahbiaya yang selalu
berubah-ubah secara proposional, apabila jumlah
produksibertambah maka biaya akan naik,begitu
juga sebaliknya apabila turun.
Untuk
lebih
memudahkan
dalam
pemahaman dan interprestasi dari penelitian yang
penulis lakukan, makakerangka pemikiran yang
dapat dikemukakan dalam penulisan ini sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Berdasarkan dari latar belakang dan
perumusan masalah yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan
hipotesis “Bahwausaha tempe milik bapak Syaiful
Mustofa di Tenggarong pada tahun 2013 sudah
mencapai titikBreak even point (BEP)”.
BAHAN DAN METODE
Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan pada usaha
tempe milik Bpk. SyaifulMustofa yang beralamat
di Jalan Dr. Fl. Thobing RT. 10 Kelurahan
TimbauKecamatan
Tenggarong.
Penulis
melakukan penelitian pada tempat ini karenausaha
tempe milik bpk. Syaiful Mustofa ini belum pemah
melakukan penelitianBreak Even Point pada
usahanya,
sehingga
bpk.Syaiful
Mustofa
belummengetahui apakah usahanya sudah berada
pada titik pulang pokok atau belum.
Perincian Data yang Diperlukan
Perincian data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah :
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
1.
2.
3.
4.
Harga jual tahun 2013 pada usaha tempe milik
Bpk. Syaiful Mustofa diTenggarong.
Jumlah hasil penjualan tahun 2013 pada usaha
tempe milik Bpk. SyaifulMustofa di
Tenggarong.
Biaya tetap tahun 2013 pada usaha tempe
milik Bpk. Syaiful Mustofa diTenggarong.
Biaya variabel tahun 2013 pada usaha tempe
milik Bpk. Syaiful Mustofa diTenggarong.
Alat Analisis
Penentuan break even point dilakukan
dengan
dua
pendekatan
yaitupendekatan
matematik dan pendekatan grafik. Pendekatan
matematik dapatdilakukan dengan dua cara yaitu
atas dasar unit dan atas dasar satuan uang(rupiah).
Adapun rumus break even point dalam unit
maupun dalam rupiahsebagai berikut:
18
a.
Pendekatan Matematik
kotak besar 60 buah,Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data penjualan usaha milik Bapak Syaiful
Mustofa tahun 2013
b.
Rumus pulang pokok (break even) dalam
rupiah
Rumus pulang pokok (break even) dalam unit
Biaya tetap adalah biaya yang harus
dikeluarkan secara tetap oleh usahatempe milik
Bapak Syaiful yang tidak dipengaruhi oleh
besarnya pendapatanantara lain upah pimpinan,
upah tenaga keja, dan biaya penyusutan. Untuk
lebihlanjut lihat tabel berikut :
c. Pendekatan Grafik
Pendekatan grafik yang menggambarkan atau
menunjukkan hubunganantara biaya tetap, biaya
variabel, biaya total dan laba/rugi pada
berbagaivolume produksi. Pendekatan grafik
adalah penentuan titik break even pointdengan
mencari titik potong antara garis pendapatan dan
garis total biaya,adapun grafik break even point
nya sebagai berikut :
Tabel 2. Biaya Tetap Usaha Tempe Milik Bapak
Syaiful Mustofa tahun 2013
Gambar 2. Grafik Break Even Point
Penyusutan dihitung perbulan dengan menggunakan rumus metode perhitungan manual :
Penyusutan Per Bulan = Harga Perolehan : Umur
Ekonomis
Umur Ekonomis = Umur Tapsiran Benda × 12
Bulan
Keterangan:
a.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penjualan merupakan data hasil
penjualan dan usaha tempe milikBapak Syaiful
Mustofa pada tahun 2013. Adapun jumlah
penjualan yang dilakukan Bapak Syaiful Mustofa
setiap harinya bersifat tetap kotak kecil 500buah,
panjang kecil 200 buah, panjang besar 200 buah,
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
-
b.
-
Penyusutan Gedung
Biaya pembelian tahun 2002 sebesar Rp.
15.000.000,00
Umur ekonomis selama 15 tahun × 12 bulan =
180 bulan
Biaya Penyusutan adalah Rp. 15.000.000,00
dibagi dengan 180 bulan sama dengan Rp.
83333.333 per bulan × 12 bulan = Rp.
1.000.000,00 per tahun
Penyusutan mesin Genzet
Biaya pembelian tahun 2002 sebesar Rp.
4.000.000,00
19
-
c.
-
Umur Teknis selama 5 tahun × 12 bulan = 60
bulan
Biaya Penyusutan adalah Rp. 4.000.000,00
dibagi dengan 60 bulan sama dengan Rp.
66666.667 per bulan × 12 bulan = Rp.
800.000,00 per tahun
Penyusutan Kendaraan
Biaya pembelian tahun 2002 sebesar Rp.
18.000.000,00
Umur Teknis selama 5 tahun × 12 bulan = 60
bulan
Biaya Penyusutan adalah Rp. 18.000.000,00
dibagi dengan 60 bulan sama dengan Rp.
41666.667 per bulan × 12 bulan = Rp.
500.000,00 per tahun
Biaya variabel adalah biaya yang harus
dikeluarkan
usaha
tempe
Milik
Syaiful
besarnyatetap atau berubah-ubah sesuai dengan
besarnya pendapatan. Yang termasuk dalam biaya
variabel dapat dilihat lebih lanjut dalam tabel
berikut :
Tabel 3. Biaya variabel usaha tempe milik Bapak
Syaiful Mustofa Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis
lakukan maka biaya tetap dan biaya variabel dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus atau
formula
secara
sistematis
atau
statistik
untukpemisahan biaya karena data yang penulis
kumpulkan atau yang diteliti sangat sederhana.
Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penulis lakukan dilapangan, ternyata bapak Syaiful
Mustofa memproduksi tempe dalam 4 ukuran yaitu
ukuran kotak kecil, kotak besar, panjang kecil,
panjang besar. Adapun perhitungan hasil penelitian
dilapangan sebagai berikut:
Biaya tetap per tahun
= Rp. 54.900.000,00
Biaya variabel per tahun = Rp. 639.046.000,00
Total biaya
= Rp. 639.964.000,00
Jumlah penjualan per tahun adalah 333.120 biji
Biaya variabel per biji adalah:
Rp. 639.046.000,00
= Rp. 1916.3658
333.120
Pendapatan selama tahun 2013 adalah Rp.
1.075.700.000,00
Tempe kotak kecil = Rp. 347.000.000,00
Tempe kotak besar = Rp. 312.300.000,00
Tempe panjang kecil = Rp. 138.800.000,00
Tempe panjang besar = Rp. 277.600.000,00
Rp. 1.073.700.000,00
Perhitungan persentase hasil penjualan dari
masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Rp. 347.000.000
Tempe kotak kecil
=
× 100% = 32,25806%
Rp. 1.075.700.000
Rp. 312.300.000
Tempe kotak besar
=
× 100% = 29,03225%
Rp. 1.075.700.000
Rp. 138.800.000
Tempe panjang kecil
=
× 100% = 12,90323%
Rp. 1.075.700.000
Rp. 277.600.000
Tempe panjang besar
=
× 100% = 25,80645%
Rp. 1.075.700.000
Perhitungan jumlah biaya variabel masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Rumus : persentase hasil penjualan × biaya variabel
Tempe kotak kecil
= 32.25806% × Rp. 639.046.000 = Rp. 206.143.842,107
Tempe kotak besar
= 29,03225% × Rp. 639.046.000 = Rp. 185.529.432,335
Tempe panjang kecil = 12,90323% × Rp. 639.046.000 = Rp. 82.457.575,1858
Tempe panjang besar = 25,80645% × Rp. 639.046.000 = Rp. 164.915.086,467
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
20
Selanjutnya variabel per unit masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Rp. 206.143.842,107
Tempe kotak kecil
=
= Rp. 1.188,148945
173.500
Rp. 185.529.432,335
Tempe kotak besar
=
= Rp. 8.911,11587
20.820
Rp. 82.457.575,1858
Tempe panjang kecil
=
= Rp. 1.188,14949
69.400
Rp. 164.915.086,467
Tempe panjang besar
=
= Rp. 2.376,29807
69.400
Perhitungan persentase biaya tetap masing-masing produk adalah sebagai berikut:
173.500
Tempe kotak kecil
=
× 100% = 52,08333%
333.120
20.820
Tempe kotak besar
=
× 100% = 6,25%
333.120
69.400
Tempe panjang kecil
=
× 100% = 20,83333%
333.120
69.400
Tempe panjang besar
=
× 100% = 20,83333%
333.120
Selanjutnya perhitungan biaya tetap masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Tempe kotak kecil
= 52,08333% × Rp. 54.900.000 = Rp. 28.593.748,17
Tempe kotak besar
= 6,25 × Rp. 54.900.000
= Rp. 3.431.250
Tempe panjang kecil = 20,83333% × Rp. 54.900.000 = Rp. 11.437.498,17
Tempe panjang besar = 20,83333% × Rp. 54.900.000 = Rp. 11.437.498,17
Setelah
masing-masing biaya diketahui, maka langkah
1.
Rumus pulang pokok atau break even
selanjutnya adalah menganalisis break even point
point atas dasar sales dalam rupiah
dengan langkah sebagai berikut:
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
21
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
22
2. Perhitungan break even point dalam unit adalah
sebagai berikut:
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
23
Berdasarkan hasil analisis maka gambar
break even point yang terjadidari hasil penjualan
masing-masing produk milik bapak Syaiful
Mustofaperiode tahun 2013 dapat dilihat pada
grafik-grafik dibawah ini:
Keterangan :
TR =Total Reviue
TC =Total Cost
FC = Fixed Cost
Total revenue merupakan basil pendapatan
yang diterima sebuahperusahan, total cost
merupakan jumlah biaya total yang harus
dikeluarkansuatu perusahaan, yang merupakan
jumlah dari total biaya tetap dan total biaya variabel
Gambar 3. Grafik break event Point Tempe ukuran kotak kecil
Penjualan ukuran kotak kecil pada tahun
2013 mencapai 173.500bungkus dengan hasil
penjualan
yang
diperoleh
sebesar
Rp
347.000.000,00 sedangkan titik break even point
berada pada penjualan 35.220,43627 bungkus,
sedangkan titik break even point dalam rupiah
adalah Rp 70.440.096,0017 dengan biaya tetap
sebesar Rp 28.593.748,17.
Gambar 4. Grafik break event point tempe ukuran kotak besar
Penjualan ukuran kotak besar pada tahun
2013 mencapai 20.820bungkus dengan hasil
penjualan
yang
diperoleh
sebesar
Rp
312.300.000,00 sedangkan titik break even point
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
berada pada penjualan 563,52690 bungkus,
sedangkan titik break even point dalam rupiah
adalah Rp. 8.452.812,06119 dengan biaya tetap
sebesar Rp. 3.431.250
24
Gambar 5. Grafik break event point tempe ukuran panjang kecil
Penjualan ukuran kotak kecil pada tahun
2013 mencapai 69.400 bungkus dengan hasil
penjualan
yang
diperoleh
sebesar
Rp.
138.800.000,00. Sedangkan titik break even point
berada pada penjualan 14.088,18253, sedangkan
titik break even point dalam rupiah adalah Rp.
28.176.035,6958 dengan biaya sebesar Rp.
11.437.498,17.
Gambar 5. Grafik break event point tempe ukuran panjang besar
Penjualan ukuran panjang kecil pada tahun
2013 mencapai 69.400bungkus dengan hasil
penjualan
yang
diperoleh
sebesar
Rp
277.600.000,00sedangkan titik break even point
berada
pada
penjualan
7.044,01196
bungkus,sedangkan titik break even point dalam
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
rupiah adalah Rp 28.176.035,6958dengan biaya
tetap sebesar Rp 11.437.498,17.
Dari hasil pembahasan break even point
dari masing-masing produkdapat disimpulkan
grafik break even point usaha tempe milik bapak
SyaifulMustofa pada tahun 2013 sebagai berikut :
25
Gambar 5. Grafik umum break event point usaha tempe
milik Bapak Syaiful Mustofa tahun 2013
Maka kesimpulan dapat diambil dari grafik
diatas, bahwa usaha tempesudah mencapai diatas
titik break even point pada tahun 2013 dengan
penjualansebesar
Rp
1.075.700.000,00
denganjumlah unit yang dijual sebanyak
333.120unit sehingga titik break even point berada
pada Rp 135.244.979,453 denganjumlah unit
sebanyak 56.916,1577 unit.
Dalam perhitungan break even point adalah
menyamakan TC dan TR.Usaha tempe milik bapak
Syaiful
akan
mengalami
rugi
apabila
produksidibawah titik break even point, maka
apabila TC lebih kecil dari pada TR makausaha
tempe milik bapak Syaiful Mustofa akan
mengalami untung.
Pendapatan yang diperoleh usaha tempe
milik bapak Syaiful MustofaTenggarong tahun
2013 sebesar Rp 1.075.700.000,00 dan total biaya
yangdikeluarkan usaha tempe milik bapak Syaiful
Mustofa adalah sebesar Rp693.946.000,00. Nilai
break even point dari masing-masing produk adalah
untuk
tempe
ukuran
kotak
kecil
Rp
70.440.096,0017 dan jumlahunit dijualsebanyak
35.220,43672 bungkus, tempe ukuran kotak besar
Rp 8.452.812,0119 jumlah unit dijual bungkus
563.52690 bungkus, tempe ukuran panjang kecil
Rp28.176.035,6958 jumlah unit yang dijual
14.088,18253 bungkus, tempe ukuranpanjang besar
Rp 28.176.035,6958 jumlah unit yang dijual
7.044,01196bungkus, Sehingga dapat disimpulkan
bahwa selama tahun 2013 usaha tempemilik bapak
Syaiful Mustofa berada diatas titik break evenpoint.
Dari
pembahasan
tersebut
dapat
membuktikan
bahwa
hipotesis
yangtelah
dikemukakan pada Bab II yang menyatakan "bahwa
usaha tempe milikbapak Syaiful Mustofa pada
tahun 2013 sudah menepai diatas titik break
evenpoint" diterima hipotesisnya karena terbukti
kebenarannya.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Hal ini diperkuat pada hasil penjualan
usaha tampe milik bapak SyaifulMustofa
Tenggarong tahun 2013 dalam total rupiah
sebanyak Rp1.075.700.000,00 dan jumlah unit yang
dijual sebanyak 333.120 bungkus.Sehingga berada
diatas titik break even pointldtik pulang pokok
yangseharusnya berada pada penjualan rupiah
sebanyak Rp 135.244.979,453 denganjumlah unit
yang terjual 56.916,15766 atau dibulatkan 56.916,
sehinggahipotesis diterima, Contribution margin
ratio untuk titik break even pointdalam rupiah
sebesar 0.40593 yang besarnya dihitung dari satu
dikurang biayavariabel dibagi dengan penjualan (10.59407). hal ini bearti setiap perubahanpenjualan
akan dl iukuti oleh perubahan biaya variabel
sebesar 59.047%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian
hipotesis yang penulis lakukan padabab terdahulu,
maka penulis akan memberikan kesimpulan
mengenai hasilpenelitian tersebut :
1. Titik break even point terjadi pada saat
penjualan sebesar 56.916,15766 bungkus atau
56.916 bungkus dibulatkan , dengan perolehan
hasil Rp 135.244.979,453 dari rincian
penjualan berikut tempe ukuran kotak kecil Rp
70.440.096,0017
dengan
penjulan
35.220,43627 bungkus, tempe ukuran kotak
besar Rp 8.452.812,06119 dengan penjualan
563.52690 bungkus, tempe ukuran panjang
keeil Rp 28.176.035,6958 dengan penjualan
14.088,18253 bungkus, tempe ukuran panjang
besar Rp 28.176.035,6958 dengan penjualan
7.044,01196 bungkus.
2. Contribution margin ratio untuk titik break
even point dalam rupiahsebesar 0.40593 yang
besarnya dihitung dari satu dikurang biaya
variabeldibagi dengan penjualan (1- 0.59407).
26
3.
hal ini bearti setiap perubahanpenjualan akan
di iukuti oleh perubahan biaya variabel sebesar
59.047%.
Hasil penjualan tempe pada tahun 2013 sebesar
Rp 1.075.700.000,00 dengan penjualan
333.120 bungkus, sedangkan titik break even
point yangterjadi sebesar Rp 135.244.979,453
dengan penjualan sebesar 56.916,15766
bungkus dan usaha tempe milik bapak Syaiful
Mustofa
mendapat
keuntungan
Rp
940.455.020,55 sehingga hipotesis yang
dikemukakan diterima.
Wibowo, Herman, 2002, Akuntansi Biaya
Perencanaan dan Pengendalian Produksi,
Jilid 1,PenerbitErlangga,Jakarta.
Yamit,
Zulian, 2005, Manajemen Keuangan
Ringkasan Teori danPenyelesaian Soal,
Penerbit Ekonesia, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Horngren, Charles T., George Foster., dan Srikant
Datar. 1993. Cost Accounting: A
Managerial Emphasis. 8th Edition.
Prentice-Hall International Inc.
Machfoedz, Mas'ud, 2006, Akuntansi Manajemen,
Edisi
Revisi
II,
Penerbit
BPEE,
UniversitasGadjahMada,Yogyakarta.
Martono dan Harjito, 2002, Manajemen Keuangan,
Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Yogyakarta
: Ekorisia
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga,
Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Riyanto,
Bambang,
2005,
Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh, Penerbit Fakultas
Ekonomi
Universitas
GadjahMada,Yogyakarta.
Sigit, Soehardi,2008, Analisa Break Even Point
.Edisi
Revisi,
Cetakan
Keenam
Penerbit,Leberty,Yogyakarta.
Simamora, Henry, 2001, Akuntansi Manajemen,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya Pengumpulan
Biaya dan Penentuan Harga Pokok Buku I
Edisi Ke-2. Yogyakarta : BPFE-UGM
Sutrisno, 2005; Manajemen Keuangan Teori
Konsep
dan
Aplikasi,
Edisi
Pertama,PenerbitEkonesia,Yogyakarta
Tampubolon, 2005. Risk and System-Based
Internal Auditing, Cetakan Pertama,
PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
27
Download