perilaku verbal dan nonverbal guru dalam

advertisement
PERILAKU VERBAL DAN NONVERBAL GURU DALAM
PENGAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA TUNARUNGU
DI SMA LUAR BIASA GOLONGAN B SINGARAJA
Wayan Febby Evayana Karnawa, I Nengah Suandi, Ni Made Rai Wisudariani
e-mail: [email protected] [email protected]
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai (1) bentuk dan fungsi
perilaku verbal dalam pengajaran bahasa Indonesia di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja dan (2) jenis dan fungsi perilaku nonverbal guru dalam pengajaran bahasa
Indonesia di SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja. Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Subjek
penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia kelas XI di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja, sedangkan objek penelitian ini adalah perilaku verbal (PV) dan nonverbal
(PNV) guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan
wawancara. Rancangan penelitian deskriptif yang menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif digunakan untuk menggambarkan bentuk dan fungsi PV guru, jenis dan fungsi
PNV. Hasil analisis menunjukkan bentuk bahwa PV yang digunakan guru yaitu deklaratif
61,22%, imperatif 22,44%, dan interogatif 13,79%. Fungsi PV yang muncul yaitu asertif
40,81%, direktif 36,73%, ekspresif 16,32%, komisif sebanyak 4,08%, dan deklarasi
2,04%. Jenis PNV yang digunakan guru yaitu gerakan tangan (selanjutnya disingkat GT)
dan ekspresi 33,82%, GT 30,88%, gerakan kepala dan tangan (selanjutnya disingkat
GKT) dan ekspresi 10,29%, GKT 8,82%, gerakan kepala (selanjutnya disingkat GK)
7,35%, ekspresi 4,41%, dan GK dan ekspresi 4,41%. Fungsi PNV yang digunakan yaitu
melengkapi dan menekankan 35,29%, melengkapi 25%, menggantikan 17,65%,
menekankan 14,70%, serta melengkapi dan mengatur 7,35%. PV dan PNV sangat
penting sehingga dapat disarankan agar guru memadukan PV dan PNV dalam mengajar
sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat Bali.
Kata kunci: perilaku verbal dan perilaku nonverbal.
Abstract
This study aims to provide an overview of (1) the form and function of verbal behavior in
the teaching of Indonesian in high school Extraordinary Class B Singaraja and (2) the
types and functions of nonverbal behavior of teachers in the teaching of Indonesian in
high school Extraordinary Class B Singaraja. This study used a descriptive design using
qualitative and quantitative approaches. The subjects were Indonesian teacher in high
school class XI Extraordinary Class B Singaraja, while the object of this study is verbal
behavior (PV) and nonverbal (PNV) teacher. The data was collected through observation
and interviews. Descriptive study design using qualitative and quantitative analysis are
used to describe the form and function of PV teacher, the type and function of PNV. The
results of the analysis showed that teachers use the form PV is the declarative form
61.22%, 22.44% imperative, and interrogative 13.79%. The PV function is a function that
appears assertive 40.81%, 36.73% directive, expressive 16.32%, commissive as much as
4.08%, and 2.04% declaration. The type of teacher that is used PNV GT and expression
of 33.82%, 30.88% GT, GKT and ekspresi 10.29%, 8.82% GKT , GK 7.35%, 4.41%
expression, and the expression of GK and 4.41%. PNV functions used are
complementary and emphasize 35.29%, 25% complement, replace 17.65%, 14.70%
stressed , and equip and arrange 7.35%. PV and PNV is very important so that it can be
suggested that teachers memaduka PV and PNV in teaching in accordance with the
socio-cultural values of the people of Bali.
Keywords : verbal behavior and nonverbal behavior.
1
PENDAHULUAN
keefektifan komunikasi, seperti ungkapan
bukan apa yang ia katakan, tetapi
bagaimana cara ia mengatakannya.
Pandangan-pandangan
tersebut
mengindikasikan
bahwa
perilaku
nonverbal sangat berperan penting dalam
keberhasilan berkomunikasi.
Secara tidak langsung pernyataanpernyataan para ahli tersebut mengakui
pentingnya perilaku nonverbal dalam
mendukung
perilaku
verbal
demi
ketercapaian dan keefektifan komunikasi.
Namun, pada kenyataannya, penelitian
perilaku nonverbal dalam komunikasi
belum banyak dilakukan. Penelitianpenelitian yang selama ini dilakukan
hanya sebatas pada penelitian perilaku
verbal saja.
Komunikasi
nonverbal
dapat
menjalankan sejumlah fungsi penting.
Riset yang dilaksanakan Ekman, (dalam
DeVito, 1996: 177) mengidentifikasikan
enam fungsi utama, yaitu: (1) menekan,
komunikasi nonverbal untuk menonjolkan
atau menekan beberapa bagian dari
pesan
verbal,
(2)
melengkapi
(complement),
komunikasi
nonverbal
untuk memperkuat warna atau sikap
umum yang dikomunikasikan oleh pesan
verbal, (3) menunjukan kontradiksi,
penutur
dapat
secara
sengaja
mempertentangkan pesan verbal dengan
menggunakan gerakan nonverbal, (4)
mengatur, gerak-gerik nonverbal dapat
mengendalikan
atau
mengisyaratkan
keinginan penutur untuk mengatur arus
pesan verbal, (5) mengulangi, penutur
dapat mengulangi atau merumuskan
ulang makna dari pesan verbal, dan (6)
menggantikan, komunikasi nonverbal
dapat menggantikan komunikasi verbal.
Aspek utama dan yang merupakan
permasalahan sekaligus keunikan dan
kekhasan paling mendasar yang dimiliki
anak tunarungu yaitu terutama dalam
komunikasi. Hal ini merupakan realita
yang terjadi karena secara lahiriah anak
tunarungu mengalami gangguan pada
organ pendengaran yang menyebabkan
sulit
untuk menangkap, mengolah,
mengekspresikan, dan merespon bunyi-
Manusia sebagai makhluk sosial,
tidak bisa luput dari aktivitas komunikasi.
Komunikasi terjadi dalam kehidupan
manusia kapan saja, di mana saja, dan
bagi siapa saja, tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Dalam bidang pengajaran, salah
satu bentuk komunikasi yang terjadi
antara guru dan siswa adalah komunikasi
verbal
dan
komunikasi
nonverbal.
Komunikasi ini berkaitan dengan cara
guru mengajar atau menyampaikan materi
di kelas. Guru yang profesional akan
mampu mengajar dan menciptakan
suasana yang kondusif sehingga siswa
akan lebih bersemangat dan dapat
memahami materi dengan baik. Untuk
membuat kondisi belajar yang kondusif,
kegiatan interaksi yang terjadi tidak
terlepas dari perilaku verbal (perilaku yang
berupa kata-kata) dan nonverbal (perilaku
yang bukan berupa kata-kata melainkan
berupa gerak-gerik) yang dilakukan guru.
Pengajaran Bahasa Indonesia juga
tidak terlepas dari perilaku verbal dan
nonverbal guru. Interaksi antara guru dan
siswa dalam pengajaran termasuk dalam
bentuk komunikasi. Tanpa disadari, saat
berkomunikasi penutur akan melibatkan
komunikasi verbal dan
komunikasi
nonverbal yang dalam hal ini dapat dilihat
dari perilaku verbal dan perilaku
nonverbal. Perilaku verbal dan nonverbal
sangat berkaitan erat. Perilaku verbal
yang berupa kata-kata akan didukung oleh
informasi nonverbal yang berupa gerakgerik untuk memantapkan makna dan
maksud penutur. Mulyana (2003:308)
mengatakan bahwa manusia tidak hanya
dipersepsi lewat bahasa verbalnya, seperti
bahasa halus, kasar, dan seterusnya
tetapi juga melalui perilaku nonverbalnya.
Menurut Suwito (1989:32), komunikasi
nonverbal sangat penting artinya bagi
keberhasilan
komunikasi
terutama
komunikasi
interpersonal.
Effendy
(1981:31) juga berpendapat senada,
bahwa komunikasi verbal dan nonverbal
itu saling melengkapi untuk mencapai
2
bunyi dari lingkungan dengan tepat,
sehingga
berpengaruh
pada
perkembangan bicara. Dalam hal ini
peranan guru juga sangat mempengaruhi
komunikasi anak tunarungu. Untuk
membuat kondisi belajar anak tunarungu
yang kondusif, interaksi yang terjadi tidak
terlepas dari perilaku verbal (perilaku yang
berupa kata-kata) dan nonverbal (perilaku
yang bukan berupa kata-kata melainkan
berupa gerak-gerik) yang dilakukan guru.
Pada observasi awal yang peneliti
lakukan di kelas XI SMA Luar Biasa
Golongan B Singaraja, ditemukan data
bahwa sebagian besar siswa mengalami
tunarungu. Kondisi ini membuat guru lebih
banyak menggunakan perilaku nonverbal
dalam mengajar. Dalam kaitannya dengan
perilaku verbal dan nonverbal, dalam
penelitian ini guru yang diteliti dalam
pengajaran Bahasa Indonesia di SMA
Luar Biasa golongan B ini sangatlah aktif
dalam penggunaan perilaku nonverbal,
baik yang diikuti dengan perilaku verbal
maupun tidak.
Kenyataan di lapangan telah diamati
melalui metode observasi awal, terlihat
bahwa guru menggunakan perilaku
nonverbal yaitu menggunakan gerakangerakan tangan, aktif menggunakan
berbagai
sentuhan
kepada
siswa,
menggunakan berbagai macam isyarat,
serta menggunakan suara atau vokal yang
bervariasi agar murid lebih paham dengan
maksud guru dalam pengajaran Bahasa
Indonesia. Melihat hasil observasi awal ini,
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut bentuk dan fungsi perilaku verbal
guru serta bentuk dan fungsi perilaku
nonverbal guru.
Berdasarkan kenyataan di atas,
peneliti mengangkat masalah ini sebagai
bahan penelitian agar nantinya pembaca
menyadari bahwa dalam pengajaran
Bahasa Indonesia juga tidak terlepas dari
perilaku verbal dan nonverbal guru.
Interaksi antara guru dan siswa dalam
pengajaran termasuk dalam bentuk
komunikasi. Penelitian sejenis juga pernah
dilakukan, seperti pada penelitian yang
dilakukan oelh Sriasih, dkk. Yang berjudul
“Perilaku Verbal dan Nonverbal dalam
Aktivitas Seni Mabebasan di Bali” (2006).
Penelitian lain yang terkait yaitu, penelitian
oleh Suandi, dkk. (2009) yang berjudul
“Keserasian Tindak Tutur Komunikasi
Verbal dan Tindak Komunikasi Nonverbal
dalam Pemakaian Sor Singgih Bahasa
Bali”. Penelitian lain terkait dengan
perilaku verbal dan nonverbal juga
dilakukan oleh Diarsa (2010) dengan judul
penelitian “Perilaku Verbal dan Nonverbal
Guru Praktik Komputer di SMK Negeri 3
Singaraja”.
Penelitian
selanjutnya
dilakukan oleh Ardianto, tahun 2012 yang
berjudul “Tindak Tutur Direktif Guru dalam
Wacana Interaksi Kelas Anak Tunarungu
di SLB-B YPTB Malang”. Penelitian lain
pada tahun 2012 yang dilakukan oleh
Suko Winarsih yang berjudul “Ekspresi
Tutur Anak Tuna Rungu dalam Interaksi
Pembelajaran di Kelas”. Penelitian lain
dilakukan oleh Mei Lamria Entalya
Nababan pada tahun 2010 yang berjudul
“Kesatuan Verbal dan Nonverbal pada
Tuturan Direktif dalam Pembelajaran di
SMP Taman Rama National Plus
Jimbaran”. Penelitian selanjutnya pada
tahun 2013 yang dilakukan oleh Made
Ratminingsih yang berjudul “Tindak Tutur
Guru dalam Proses Belajar di TK Wangun
Sesana Penarukan”.
Penulis
melakukan
penelitian
berbeda dengan keenam penelitian di
atas. Penelitian ini berfokus pada perilaku
nonverbal yang dapat berdiri sendiri tanpa
disertai dengan perilaku verbal tidak
seperti pada penelitian yang sudah ada
yang menyatakan bahwa perilaku verbal
dan perilaku nonverbal itu saling berkaitan
dan dalam perilaku nonverbal akan selalu
disertai perilaku verbal. Subjek penelitian
ini adalah guru Bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas XI SMA Luar Biasa
Golongan B Singaraja.
Berdasar pada hal-hal tersebut di
atas peneliti tertarik untuk melaksanakan
penelitian yang berjudul “Perilaku Verbal
dan Nonverbal Guru dalam Pengajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Tunarungu
SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja”.
Berdasarkan latar belakang di atas,
permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini sebagai berikut. (1) Apa saja
bentuk dan fungsi perilaku verbal guru
dalam pengajaran Bahasa Indonesia pada
siswa tunarungu di SMA Luar Biasa
Golongan B Singaraja?, (2) Apa saja jenis
3
dan fungsi perilaku nonverbal guru dalam
pengajaran Bahasa Indonesia pada siswa
tunarungu di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja?
Adapun tujuan yang ingin penulis
capai dalam penelitian ini yaitu, (1)
Mendeskripsikan bentuk dan fungsi
perilaku verbal guru dalam pengajaran
Bahasa Indonesia pada siswa tunarungu
di SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja,
(2) Mendeskripsikan jenis dan fungsi
perilaku nonverbal guru dalam pengajaran
Bahasa Indonesia pada siswa tunarungu
di SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja.
Manfaat yang ingin dicapai penulis
dalam pelaksaan penelitian ini ada dua,
yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Untuk manfaat toeretis, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai masukan bagi
para ahli mengenai perilaku verbal dan
nonverbal dalam pengajaran Bahasa
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini
bermanfaat untuk mengeksistensikan
keberadaan teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian ini. Selain itu, hasil
penelitian
ini
dapat
memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan, khususnya
penggunaan bahasa verbal dan nonverbal
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sedangkan
manfaat
praktis,
hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi
sekolah, guru, siswa, peneliti sendiri, dan
peneliti lain.
lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pedoman, informasi, dan bahan
bandingan untuk melakukan penelitian lain
yang berkaitan dengan perilaku verbal dan
perilaku nonverbal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang dengan
metode
penelitian
yang
meliputi,
(1) rancangan penelitian, (2) subjek dan
objek penelitian, (3) metode pengumpulan
data, (4) instrumen data, dan (5) metode
analisis data.
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian deskriptif. Subjek
dalam penelitian ini adalah Ketut
Kusumayuningsih, S. Pd. selaku guru
kelas XI SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja. Objek yang dikaji dalam
penelitian ini adalah perilaku verbal dan
nonverbal guru dalam pengajaran Bahasa
Indonesia bagi siswa tunarungu di SMA
Luar Biasa Golongan B Singaraja.
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode observasi
dan wawancara. Metode observasi
digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai perilaku verbal dan nonverbal
guru
dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia. Metode wawancara digunakan
untuk melengkapi data-data yang menurut
peneliti masih kurang dan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat.
Instrumen yang peneliti gunakan yaitu,
observasi dan wawancara.
Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif. Analisis
data adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip
wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan
tersebut
agar
dapat
dipresentasikan semuanya kepada orang
lain. Tahapan analisis data ini akan
melewati lima alur, menurut Sugiyono
(2006: 338—345) yaitu 1) reduksi data, 2)
penyajian data, 3) klasifikasi data, 4)
penyimpulan, dan 5) Teknik Pemeriksaan
Keabsahan Data.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sumber
informasi mengenai manfaat penggunaan
perilaku verbal dan nonverbal yang
berguna
untuk
efektivitas
kegiatan
pengajaran. Bagi guru, hasil penelitian ini
diharapkan brmanfaat bagi para guru
mengenai manfaat penggunaan perilaku
verbal dan nonverbal yang berguna untuk
efektivitas kegiatan pengajaran. Bagi
siswa, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memacu semangat belajar siswa,
untuk
meningkatkan
pemahaman
mengenai dan merasakan pentingnya
perilaku
nonverbal
guru
dalam
pembelajaran.
Bagi
peneliti,
hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
arahan
mengenai
penggunaan
perilaku
verbal
dan
noinverbal dalam pengajaran. Bagi peneliti
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Observasi
dilakukan
untuk
mengetahui bentuk dan fungsi perilaku
verbal guru di SMA Luar Biasa Golongan
B Singaraja. Dari penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa dari tiga
bentuk tindak tutur menurut Wijana (1996:
30), bentuk yang frekuensinya tertinggi
muncul
dalam
pengajaran
bahasa
Indonesia pada siswa tunarungu di SMA
Luar Biasa Golongan B Singaraja adalah
bentuk deklaratif dan frekuensi terendah
tampak pada bentuk interogatif. Untuk
fungsi perilaku verbal guru tampak dari
kelima fungsi PV, ternyata frekuensi
tertinggi tampak pada fungsi asertif dan
frekuensi terendah tampak pada fungsi
deklarasi. Sajian data secara kualitatif
masing-masing bentuk PV beserta fungsi
makro yang menyertainya, dipaparkan
beberapa contoh berikut ini sebagai
sampel.
Terdapat beberapa bentuk deklaratif
dengan fungsi makro asertif, fungsi
perilaku verbal asertif atau representatif
dilakukan penuturnya dengan maksud
mengikat mitratuturnya akan kebenaran
yang diujarkan. Fungsi makro asertif
memiliki beberapa fungsi mikro PV yakni :
menunjukkan, memberikan informasi,
menjelaskan,
menyebutkan,
menyimpulkan, dan membandingkan.
Berikut beberapa contoh tuturannya.
Fungsi mikro menunjukkan, fungsi
ini dimaksudkan oleh penutur untuk
menunjukkan suatu arah atau suatu
benda kepada lawan bicaranya, seperti
pada contoh tuturan berikut.
Bentuk deklaratif dengan fungsi
makro komisif ialah bentuk suatu tuturan
yang
berupa
pernyataan
yang
mengandung
informasi
disampaikan
penutur kepada mitratutur. Tindak tutur
fungsi komisif dilakukan penutur dengan
maksud
sedikit
banyak
mengikat
penuturnya pada suatu tindakan di masa
depan. Bentuk deklaratif dengan fungsi
mikro komisif termasuk ke dalam fungsi
mikro PV yakni mengancam. Berikut di
paparkan contoh tuturan tersebut secara
kualitatif.
Fungsi mikro PV mengancam
disampaikan penutur untuk mengikat
mitratutur untuk melaksanakan yang
disebutkan di dalam tuturan penutur,
seperti tampak pada contoh tuturan guru
berikut ini.
Konteks : Guru mengatakan kepada siswa
yang tidak memperhatikan untuk keluar dari
kelas.
Guru : “Ibu tidak akan mengajar siswa yang
tidak memperhatikan. Hanya beberapa orang
yang memperhatikan pelajaran saja yang akan
ibu ajar.
Siswa: (diam)
Tuturan di atas diucapkan dengan
maksud mengancam siswa yang tidak
memperhatikan guru saat menjelaskan
untuk keluar kelas. Tuturan tersebut
disampaikan
guru
dalam
sebuah
perrnyataan yang mengandung informasi
ancaman dari guru untuk siswa. Tuturan
tersebut termasuk PV bentukdeklaratif
dengan fungsi komisif mengancam.
Bentuk deklaratif dengan fungsi
makro ekspresif ialah tuturan yang
mengungkapkan atau mengutarakan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan yang
tersirat dalam tuturan. Dari fungsi makro
ekspresif tersebut terdapat beberapa
fungsi mikro yaitu mengucapkan salam,
memuji, dan menyalahkan.
Fungsi memberi salam adalah
tindak tutur yang dilakukan dengan
maksud memberikan salam kepada lawan
biacara atau mitratutur. Seperti pada
contoh tuturan berikut ini.
Konteks: Guru memberikan contoh tentang
kalimat fakta dan kalimat opini.
Guru : “ini fakta, ini opini”
Siswa : (diam)
Tuturan
tersebut
disampaikan
kepada siswa yang masih bingung dengan
kalimat
fakta
dan
kalimat
opini.
Berdasarkan bentuk PV, guru memberika
informasi kepada siswa mengenai kalimat
fakta dan kalimat opini sehingga bentuk
PV pada tuturan di atas termasuk bentuk
PV deklaratif.
Konteks : Guru mengawali pembelajaran
dengan memberi salam.
Siswa : “Panganjali Umat”
Guru : “Om suastiastu”
5
dilakukan oleh peneliti, didapat 4 fungsi
mikro PV, yakni : menyarankan,
menyuruh, meminta, dan mengajak.
Fungsi
mikro
menyarankan
dimaksudkan penutur secara halus
kepada mitratutur untuk melakukan suatu
tindakan, tampak pada contoh berikut ini.
Tuturan
“Om
Suastiastu”,
disampaikan guru kepada siswa dengan
maksud untuk memberi salam sebelum
pelajaran dimulai. Tuturan tersebut
disampaikan dengan bentuk pernyataan
yang berisi informasi berupa salam
kepada siswa. Tuturan ini merupakan
tindak tutur berbentuk deklaratif dengan
fungsi ekspresif memberi salam.
Perilaku verbal dengan bentuk
imperatif adalah tuturan yang digunakan
secara
umum
untuk
memerintah
seseorang dan biasanya ditandai dengan
penggunaan tanda seru dalam tulisannya.
Bentuk imperatif dengan fungsi
makro asertif dilakukan penuturnya
dengan maksud mengikat mitratuturnya
akan kebenaran yang diujarkan.
Berikut dipaparkan bentuk PV
imperatif dengan fungsi makro asertif yang
dibagi lagi menurut fungsi mikronya.
Fungsi
mikro
menunjukan
dimaksudkan
oleh
penutur
untuk
menunjukan suatu arah atau suatu benda
kepada lawan biacaranya, seperti pada
contoh tuturan berikut.
Konteks : Guru menilai penyusunan kalimat
fakta oleh siswa.
Guru : “Dalam penyusunan kalimat fakta
tolong diperhatikan kebenarannya!”
Siswa : (Iya Bu, nanti saya perbaiki)
Tuturan di atas, disampaikan guru
dengan maksud secara halus meminta
siswa untuk melakukan perbaikan dari
segi kebenaran kalimatnya yang ternyata
banyak
terjadi
kesalahan.
Guru
menyarankan
siswa
untuk
lebih
memperhatikan penulisan dan tuturan ini
disampaikan untuk memerintah siswa.
Tuturan tersebut termasuk PV bentuk
imperatif
dengan
fungsi
direktif
menyarankan.
Bentuk imperatif dengan fungsi
mikro ekspresif ialah tuturan yang
mengungkapkan atau menguratakan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan yang
tersirat dalam tuturan. Selama observasi,
peneliti mendapat PV fungsi ekspresif
dengan bentuk imperatif muncul dengan
fungsi mikro memuji.
Perilaku verbal dengan bentuk
interogatif, pada umunya bentuk tuturan
ini digunakan untuk bertanya sehingga
dalam penulisannya ditandai dengan
tanda tanya. Bentuk interogatif ini dapat
dibagi lagi menjadi 2 tuturan bentuk
interogatif dengan fungsi asertif dan
tuturan bentuk interogatif dengan fungsi
direktif. Berikut disajikan beberapa
contohnya sebagai sampel berdasarkan
fungsi makro.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti, terdapat beberapa
tuturan bentuk interogatif dengan fungsi
direktif. Tuturan bentuk interogatif dengan
fungsi mikro direktif dibagi menjadi 2
fungsi mikro PV, yakni meminta dan
bertanya. Berikut dipaparkan secara
kualitatif beberapa tuturan yang memiliki
bentuk interogatif dengan fungsi makro
Konteks : Siswa melakukan kesalahan dalam
menyusun kalimat sehingga guru mengatakan
perlu adanya perbaikan.
Guru : “Itu kalimatmu kurang lengkap,
makannya lain kali perlu diperhatikan lagi!”
Siswa : (diam)
Tuturan di atas, disampaikan guru
dengan maksud menunjukan suatu
susunan kalimat kepada siswa, yaitu guru
menunjukan kesalahan pada penyusunan
kalimat yang ditulis oleh salah satu siswa
di papan tulis. Guru menyampaikan
tuturan tersebut dengan agak kesal dan
sedikit tegang kepada siswa. Tuturan
tersebut termasuk PV bentuk imperatif
dengan fungsi makro direktif dan fungsi
mikro menunjukan.
Bentuk imperatif dengan fungsi
makro direktif dilakukan penutur dengan
maksud menghasilkan sesuatu efek
berupa tindakan yang dilakukan oleh
penuturnya. Bentuk imperatif adalah
tuturan yang digunakan secara umum
untuk
memerintah
seseorang.
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
6
direktif yang dapat dibagi lagi menjadi
beberapa fungsi mikro.
Fungsi mikro meminta disampaikan
secara halus kepada mitratutur untuk
melakukan suatu tindakan. Tampak pada
contoh tuturan berikut.
Pada gambar di atas, tampak seorang
guru mengancungkan telunjuk tangan
kanan ke arah atas ketika menanyakan
siswa jika ada yang ingin maju ke depan
untuk menuliskan jawaban yang telah
dibuat.
Fungsi
menggantikan,
dalam
kaitannya dengan fungsi ini, penutur
menggunakan PNV untuk menggantikan
maksud dari PV yang diucapkan, seperti
tampak pada gambar berikut ini.
Konteks : Guru menghampiri salah satu siswa
dan
meminta
siswa
tersebut
untuk
menunjukan catatan pada minggu lalu.
Guru : “Mana catatan kamu tentang
kesimpulan pada minggu lalu?”
Siswa : (siswa tersebut mengeluarkan buku
catatan dari dalam tasnya)
Guru menggunakan
jari tangannya untuk
membentuk huruf “C”
Tuturan “mana catatan kamu
tentang kesimpulan pada lalu?” dikatakan
guru kepada salah satu siswa yang belum
mengeluarkan catatannya dengan maksud
secara halus kepada siswa untuk
melakuakan sesuatu, yaitu mengeluarkan
buku catatan yang dimaksud oleh guru.
Tuturan tersebut berbentuk interogatif
yang digunakan guru untuk bertanya
dengan fungsi direktif meminta.
Jenis dan fungsi pemunculan PNV
yang dilakukan peneliti terhadap PNV
guru
dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja dan sesuai pula dengan lingkup
penelitian yang telah dikemukakan pada
Bab I, ditemukan bahwa jenis PNV
meliputi (1) GK (Gerakan Kepala), (2) GT
(Gerakan Tangan), (3) Ekspresi, (4) GKT
(Gerakan Kepala dan Tangan), (5) GK
dan Ekspresi, (6) GT dan Ekspresi, dan
(7) GKT dan Ekpresi. Tangan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
anggota badan dari siku sampai ke ujung
jari atau pergelangan sampai ke ujung jari
(Mulyono, 1988: 897)
Fungsi melengkapi, dalam kaitannya
dengan fungsi ini, penutur menggunakan
PNV untuk memperkuat sikap umum yang
dikomunikasikan oleh PV, seperti tampak
pada gambar berikut.
Pada gambar di atas, tampak seorang
guru memggunakan jari tangannya untuk
membentuk huruf “C” yang artinya
catatan, sambil berkata “Tolong buka
catatan kalian!. Pemunculan PNV GT
pada gambar di atas berfungsi untuk
menggantikan PV guru yaitu bermaksud
agar siswa membuka buku catatan
masing-masing.
Melengkapi
dan
menekankan,
dalam fungsi ini terdapat PNV GT dan
ekspresi PNV gerakan tangan dan
ekspresi yang memiliki fungsi melengkapi
dan menekankan tampak apda gambar
berikut.
Guru menunjuk
buku salah satu
siswa dengan
menunjukkan
ekspresi kesal
Pada gambar di atas, tampak seorang
guru yang sedang mendatangi seorang
siswa yang ketahuan tidak membawa
buku catatan. Pemunculan PNV guru
pada gambar 20 di atas berfungsi untuk
melengkapi dan menekankan PV guru.
Guru
mengancungkan
telunjuk (GT)
7
Fungsi melengkapi dan mengatur,
dalam fungsi ini terdapat PNV GK dan
ekspresi. Dalam kaitannya dengan fungsi
ini,
disampaikan
penutur
untuk
memperkuat
sikap
umum
yang
dikomunikasikan sekaligus mengatur arus
PV, seperti tampak pada gambar berikut.
30), bentuk PV yang muncul saat
pengajaran bahasa Indonesia di SMA
Luar Biasa Golongan B Singaraja, bentuk
deklaratiflah yang memiliki frekuensi
pemunculan tertinggi sementara yang
terendah adalah bentuk interogatif. Secara
berjenjang frekuensi pemunculan PV
dapat dilihat sebagai berikut.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa
bentuk PV deklaratif adalah bentuk yang
paling tinggi. Tingginya pemunculan
bentuk deklaratif tidak terlepas dari situasi
tuturan yang diteliti, yaitu dalam situasi
pengajaran guru di sekolah kepada siswa.
Dalam situasi ini, tujuan tujuan guru dalam
komunikasi yaitu menyampaikan materi
atau pelajaran kepada siswa berupa
pernyataan-pernyataan
yang
berisi
informasi. Dengan kata lain, guru
bertujuan
memberikan
informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Setingkat lebih rendah frekuensi
pemunculannya dari deklaratif yaitu
bentuk PV imperatif. Temuan ini
menunjukan
bahwa
selain
guru
memberikan informasi berupa pernyataan,
guru juga sering menggunakan bentuk
tindak tutur memerintah kepada siswa.
Tindak tutur bentuk imperatif adalah tindak
tutur yang digunakan untuk memerintah
mitratutur melakukan suatu tindakan.
Tindak tutur imperatif ini muncul pada saat
guru memerintah siswa yang ribut agar
diam dan memerhatikan ke depan,
memerintah siswa untuk menjawab
pertanyaan, memerintah siswa untuk ke
depan kelas, ataupun untuk melarang
siswa. Intinya, bentuk imperatif ini muncul
pada saat guru bermaksud agar siswa
melakukan suatu tindakan yang ada
dalam tuturan. Hal ini dikarenakan guru
selain sebagai penyampai informasi, juga
selain pengatur jalannya pengajaran di
kelas. Konteks pengajaran guru kepada
siswa demi kelancaran pengajaran di
kelas. Guru mengatur tingkah laku siswa
dengan menggunakan tuturan berbentuk
imperatif.
Bentuk PV terendah yaitu interogatif,
muncul dengan presentase terkecil.
Temuan ini menunjukan betapapun guru
menyampaikan banyak informasi dan
mengatur siswa, guru juga hendaknya
menghargai siswa dengan memberiikan
Guru menggerakkan
kepala kepada
seluruh siswa dengan
ekspresi kesal
Pada gambar 22 di atas, tampak seorang
guru
berekspresi
kesal
sambil
menggerakkan kepala ke seluruh siswa.
Guru melakukan gerakan ini karena siswa
ribut saat guru sedang berbicara.guru
menatap seluruh siswa dengan kesal.
Pemunculan PNV GKT dan ekspresi guru
yang tampak pada gambar 22 berfungsi
untuk melengkapi dan mengatur.
Fungsi Menekankan terdapat PNV
GT, dalam kaitannya dengan fungsi ini,
penututr menggunakan PNV untuk
menekankan beberapa bagian dari PNV
seperti tampak pada gambar berikut.
Guru mengacungkan
telunjuk
Pada gambar
di atas, tampak
seorang guru mengacungkan telunjuknya
ke arah siswa yang akan maju ke depan
kelas untuk menuliskan jawabannya di
papan tulis. Pemunculan PNV yang
berupa GT seperti tampak pada gambar di
atas berfungsi untuk menekankan.
Pembahasan
Mengenai
bentuk
dan
fungsi
perilaku verbal guru dalam penelitian ini
menunjukan bahwa dari ketiga bentuk PV
yang dikemukakan oleh Wijana (1996:
8
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menyampaikan
pikirannya.
Bentuk
interogatif ialah bentuk tindak tutur yang
digunakan
penutur
untuk
meminta
kejelasan, meminta keterangan, atau pun
bertanya kepada mitratutur.
Guru menggunakan bentuk ini saat
menanyakan batas keterpahaman siswa
terhapdap materi yang di ajarkan, muncul
pula saat guru meminta penjelaan
mengenai isi tugas yang di buat di depan
kelas, atau pun saat guru menggali
pengetahuan
awal
siswa
sebelum
menjelaskan materi., dan muncul saat
guru mengadakan evaluasi secara lisan
berupa tanya jawab kepada siswa. Selain
memberikan informasi dan mengatur sikap
siswa, guru juga perlu mengahargai siswa
sebagai manusia dengan memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengemukakan pikirannya. Akan tetapi
perlu
dilakukan
pancingan
berupa
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
Dalam penelitian ini juga tampak
bahwa kelima fungsi tindak tutur menurut
Sealre (1993: 164), muncul dalam PV
guru saat pengajaran bahasa Indonesia di
SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja.
Dari kelima fungsi tersebut, frekuensi
tertinggi tampak pada fungsi asertif,
sementara frekuensi terendah tampak
pada fungsi deklarasi. Secara berjenjang
frekuensi pemunculan dapat dilihat
sebagai berikut.
Tingginya fungsi asertif tidak
terlepas dari jenis situasi tutur yang diteliti,
yaitu dalam situasi pengajaran bahasa
Indonesia. Dalam situasi ini, tujuan guru
dalam komunikasi yakni menyampaikan
materi atau pelajaran kepada siswa.
Penyampaian materi atau pelajaran ini
ditunjukan untuk meningkatkan siswa
akan kebenaran yang diujarkan guru.
Guru
menyampaikan
materi
atau
meberikan informasi kepada siswa sesuai
dengan kebenaran yang ada dan teori
atau materi-materi pelajaran ini sebagai
bekal ilmu dan dapat dimanfaatkan
dengan baik. Selain itu tidak terlepas dari
strategi pengajaran yang digunakn oleh
guru, yaitu pengajaran yang berpusat
pada guru sehingga yang lebih aktif
adalah guru untuk memberikan materi
kepada siswa. Temuan ini menunjukan
bahwa guru dalam situasi pengajaran
bahasa Indonesia selalu mendahulukan
pemberian informasi atau materi yang
nantinya akan mengikat siswa sebagai
bekal. Hal ini sejalan dengan hakikat
asertif, yaitu tindak tutur yang mengikat
penuturnya
akan
kebenaran
yang
diujarkan
seperti
menjelaskan,
memberikan
informasi,
menunjukan,
mengemukakan, memberikan informasi,
menunjukan, mengemukankan pendapat,
menyimpulkan,
menyebutkan,
membandingkan, memberi contoh dan
merinci.
Setingkat lebih rendah frekuensi
pemunculannya dari asertif adalah tindak
tutur direktif. Temuan ini menunjukan
bahwa selain mengikat siswa akan
kebenaran materi atau informasi yang ada
dalam
tuturan,
guru
juga
wajib
memberikan pelatihan kepada siswa akan
materi yang disampaikan. Guru melatih
siswa dengan memberikan arahan-arahan
tindakaan untuk dilaksanakan dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
Guru
melakukan hal tersebut dengan maksud
agar siswa mengikuti atau menuruti hal
atau tindakan yang disampaikan dalam
tuturan. Hal ini sejalan dengan hakikat
direktif, yaitu tindak tutur yang disebutkan
dalam tuturan seperti mempersilahkan,
meminta,
menyuruh,
menyarankan,
menuntut, malarang, mengajak, memberi
nasihat, dan bertanya.
Fungsi PV tertinggi ketiga yaitu
fungsi ekspresif, betapa pun guru
memberikan informasi dan memerintah
siswa, guru juga manusia yang memiliki
perasaan. Saat pengajaran, guru tidak
jarang memperlihatkan perasaannya, baik
itu positif maupun negatif seperti memuji,
menyalahkan, memberi salam, atau pun
mengeluh. Banyak tingkah laku siswa
yang dapat memancing perasaan guru.
Hal ini sejalan dengan hakikat tindak tutur
ekspresif, yaitu mengungkapkan atau
mengutarakan sikap psikologis penutur
terhadap keadaan yang tersirat dalam
tuturan.
Tindak tutur dengan fungsi komisif
muncul terendah kedua sebelum tidak
tutur deklaratif. Hal ini dikarenakan, guru
lebih fokus untuk memberikan informasi
dan mengatur sikap siswa dibandingkan
9
dengam memuturkan sesuatu yang akan
mengikatnya di masa depan seperti
hakikat tindak tutur komisif. Tindak tutur ini
dilakukan dengan maksud sedikit banyak
mengikat penuturnya pada suatu tindakan
di masa depan. Saat mengajar, tuturan
yang berfungsi komisif seperti menjanjikan
dan mengancam
Fungsi PV guru terendah yaitu
fungsi deklarasi. Hal ini terjadi mengingat
hakikat fungsi deklaratif, yaitu tindak tutur
yang dimaksudkan penuturnya untuk
menciptakan hal yang baru, spserti
memecat, mengangkat, memberi anma,
membatalkan, mengundurkan diri, dan
mengizinkan. Situasi yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu pengajaran bahasa
Indonesia di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja, secara logika, fungsi-fungsi
mikro deklaratif di atas tidak akan muncul
dalam situasi ini kecuali guru memberi izin
siswa melakukan sesuatu dan hal inilah
yang ditemukan peneliti di lapangan.
Fungsi deklaratif guru yang muncul hanya
saat guru memberikan izin kepada siswa
untuk permisi ke toilet saat pengajaran
berlangsung.
gerakan tangan tergolong paling banyak
variasinya. Secara garis besar, gerakan
tangan itu dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu gerakan satu tangan dan
gerakan dua tangan. Ketiga, ekspresi
wajah adalah salah satu PNV yang paling
mudah berganti-ganti sesuai dengan
situasi dan kondisi guru serta lingkungan.
Seni seorang guru dalam mengajar ialah
akting yang diperkuat dengan ekspresi
wajah. Hal ini diungkapkan oleh salah
seorang
guru
yaitu
Ketut
Kusumayuningsih,
S.
Pd.
saat
diwawancara.
Ditinjau dari segi fungsi, PNV yang
dilakukan guru sebagian besar untuk
melengkapi dan menekankan PV. Hal ini
didapat dari hasil wawancara dengan
guru. Guru melakukan gerakan saat
mengajar berdasarkan situasi dan kondisi
di kelas serta materi yang diajarkan. Salah
seorang guru, yaitu Putu Dewi Resiani, S.
Pd, mengatakan bawa jika guru hanya
berbiacara saja tanpa adanya gerakan,
siswa tidak akan tertarik dan kurang
memahami informasi yang disampaikan.
Karena itu, guru kadang kala melakukan
gerakan yang fungsinya untuk melengkapi
dan menekankan maksud tuturannya.
Guru lain, yaitu Putu Suamba Adi Putra,
S. Ag. mengatakan bahwa, siswa SLB
akan lebih cepat paham dan mengerti
apabila pengajaran dilakukan dengan
menggunakan
gerakan-gerakan
atau
perilaku nonverbal yang bisa dimengerti
oleh siswa. Intinya, PNV lebih banyak
digunakan guru untuk melengkapi dan
menekankan tuturannya saat mengajar.
Berkaitan dengan jenis dan fungsi
PNV yang dilakukan guru dalam
pengajaran bahasa Indonesia, akan
dijelaskan sebagai berikut. Jenis PNV
yang paling banyak muncul saat guru
mengajarkan materi bahasa Indonesia di
SMA Luar Biasa Golongan B adalah
gerakan tangan dan ekspresi dengan
fungsi PNV melengkapi dan menekankan.
Ditinjau dari jenis, yaitu jenis PNV yang
paling sering diguankan guru adalah
gerakan tangan dan ekspresi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Sang Ayu
Sriasih (2006: 105) dan hasil penelitian
Diarsa (2010: 64). Kedua penelitian yang
meneliti
mengenai
jenis
perilaku
nonverbal, menemukan bahwa gerakan
tanganlah yang paling sering muncul. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, dibandingkan gerakan
kepala, tangan tergolong anggota tubuh
yang bersifat dinamis. Karena sifatnya
dinamis, tangan paling mudah digerakkan
baik ke depan, ke belakang, ke samping
kiri, ke samping kanan, ke atas, dan ke
bawah. Kedua, dibandingkan kepala,
SIMPULAN
Berdasarkan hasil sajian penelitian
pada BAB IV dan sesuai pula dengan
permasalahan penelitian yang telah
dikemukakan, dapatlah disimpulkan halhal di bawah ini.
Yang pertama, dari hasil penelitian
ditemukan bahwa bentuk PV guru Bahasa
Indonesia di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja
didominasi
oleh
bentuk
deklaratif sementara yang terendah
adalah bentuk interogatif. Sedangkan jenis
perilaku PV guru Bahasa Indonesia di
SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja
yang tertinggi adalah fungsi asertif dan
10
yang terendah adalah fungsi deklarasi.
Secara berjenjang frekuensi pemunculan
PV dapat dilihat sebagai berikut.
Dari ketiga bentuk PV yang
ditemukan, bentuk deklaratiflah yang
berada pada posisi paling tinggi. Dalam
PV bentuk deklaratif terdapat lima fungsi
makro PV, yaitu asertif, direktif, komisif,
ekspresif dan deklarasi. Dari kelima fungsi
makro PV, fungsi asertiflah yang memiliki
kedudukan paling tinggi dengan enam
fungsi mikro PV di dalamnya, antara lain
fungsi
menunjukan,
memberikan
informasi, menjelaskan, menyebutkan,
menyimpulkan, dan membandingkan.
Fungsi PV terbanyak kedua dalam bentuk
PV deklaratif adalah fungsi PV direktif.
Dalam fungsi PV direktif terdapat empat
fungsi
mikro
PV,
yaitu
fungsi
mempersilahkan, menyarankan, meminta
dan memberi nasihat. Fungsi PV yang
selanjutnya ialah fungsi makro PV
ekspresif yang memiliki tiga fungsi mikro
PV, seperti mengucapkan salam, memuji,
dan menyalahkan. Sedangkan fungsi PV
terendah nomor dua adalah fungsi mikro
komisif yang memiliki satu fungsi mikro
mengancam. Fungsi makro PV dengan
bentuk PV deklaratif adalah fungsi
deklarasi
dengan
fungsi
mikro
mengizinkan.
Yang kedua, dari hasil penelitian
yang dilakukan, bentuk PV yang kedua
terbanyak adalah bentuk PV imperatif.
Dalam bentuk ini memiliki tiga fungsi
makro PV, dengan urutan sebagai berikut.
Yang pertama adalah fungsi direktif,
fungsi ini memiliki empat fungsi mikro,
yaitu menyuruh, meminta, mengajak, dan
menyarankan. Yang kedua adalah fungsi
makro asertif dengan tiga fungsi mikro
menunjukan, memberikan contoh, dan
memberi penilaian. Yang terakhir adalah
fungsi makro ekspresif dengan fungsi ikro
memuji.
Bentuk PV terakhir adalah bentuk
interogatif. Bentuk ini adalah bentuk yang
paling sedikit memiliki angka kemunculan
dengan hanya dua fungsi makro PV yaitu
fungsi asertif dan direktif. Dalam fungsi
makro PV asertif memiliki dua fungsi mikro
yaitu fungsi bertanya dan meminta.
Sedangkan fungsi asertif hanya memiliki
satu fungsi mikro PV yaitu fungsi memberi
penilaian.
Dengan demikian, secara umum
bentuk perilaku verbal yang paling tinggi
frekuensi pemunculannya oleh guru dalam
pengajaran bahasa Indonesia di SMA
Luar Biasa Golongan B Singaraja adalah
bentuk deklaratif, terbanyak kedua adalah
bentuk imperatif, dan terendah yaitu
bentuk interogatif sedangkan fungsi PV
yang paling tinggi adalah fungsi asertif,
yang kedua fungsi direktif, ketiga fungsi
ekspresif, keempat komisif, dan yang
terakhir adalah fungsi deklarasi.
Dari hasil penelitian juga ditemukan
bahwa jenis PNV guru Bahasa Indonesia
di SMA Luar Biasa Golongan B Singaraja
ada tujuh jenis PNV yang didominasi oleh
jenis GT dan yang terendah adalah jenis
PNV GK dan ekspresi. Sedangkan fungsi
PNV yang dilakukan guru Bahasa
Indonesia di SMA Luar Biasa Golongan B
Singaraja ada lima fungsi dengan fungsi
yang tertinggi adalah fungsi PNV
melengkapi dan menekankan dan fungsi
yang terendah adalah fungsi PNV
melengkapi dan mnegatur. Secara
berjenjang frekuensi pemunculan PNV
dapat dilihat sebagai berikut.
Jenis PNV yang pertama adalah
jenis GT dengan empat fungsi PNV yaitu
fungsi melengkapi dan menekankan,
melengkapi,
menggantikan,
dan
menekankan. Jenis PNV yang kedua
adalah jenis GT dan ekspresi dengan
empat fungsi PNV yaitu fungsi melengkapi
dan
menekankan,
menekankan,
menggantikan dan melengkapi. Jenis PNV
yang ketiga yaitu jenis GKT dan ekspresi
dengan dua fungsi PNV yaitu fungsi
melengkapi dan menekankan dan fungsi
melengkapi dan mengatur. Jenis PNV
yang keempat yaitu GKT dengan tiga
fungsi PNV yaitu fungsi melengkapi dan
menekankan,
menggantikan
dan
menekankan. Jenis PNV yang kelima
yaitu GK dengan fungsi PNV melengkapi.
Yang terakhir yaitu jenis PNV GK dan
ekspresi dengan fungsi melengkapi dan
mengatur.
Dengan demikian, jenis perilaku
PNV guru Bahasa Indonesia di SMA Luar
Biasa Golongan B Singaraja yang paling
tinggi adalah jenis GT dan yang terendah
11
adalah jenis ekspresi. Sedangkan PNV
tertinggi
digunakan
guru
dalam
pengajaran bahasa Indonesia di SMA
Luar Biasa Golongan B Singaraja adalah
perilaku
nonverbal
dengan
fungsi
melengkapi dan menekankan dan fungsi
PNV terendah adalah melengkapi dan
mengatur.
Sebagian perilaku verbal guru dalam
melakukan pengajaran di SMA Luar Biasa
Golongan B Singaraja disertai dengan
gerakan nonverbal. Perilaku verbal
muncul saat pengajaran sebanyak 49
tuturan dan perilaku nonverbal muncul
sebanyak
68
tuturan
sehingga
pemunculan perilaku nonverbal yang
menyertai perilaku verbal sebanyak
72,06%. Hal ini terjadi karena guru di SMA
Luar Biasa Golongan B Singaraja lebih
dominan menggunakan gerakan dalam
kegiatan pengajaran karena situasi dan
kondisi siswa yang sebgaian besar
tunarungu menuntut semua guru untuk
melakukan hal tersebut.
-------. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sriasih, Sang Ayu Putu, dkk. 2006.
Perilaku Verbal dan Nonverbal
dalam Aktivitas Seni Mabebasan
(Kajian Saxlopragmatik) (Laporan
Penelitian
Fundamental
Tahun
2006).
Sulastrini, Luh. 2012. Penerapan Media
Gambar Berseri Berlatar Budaya
Bali
untuk
Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerpen Siswa
Kelas VIII SMP N 4 Tejekula.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Pendidikan
Ganesha.
Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar
Pragmatik.
Yogyakarta:
Andi
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
DeVito, Joseph A. 1996. Human
Communication. New York: Harper
Collins Publisher (Terjemahan oleh
Agus Maulana. 1997. Komunikasi
Antarmanusia. Jakarta: Profesional
Books).
Diarsa, Nyoman. 2010. Perilaku Verbal
dan
Nonverbal
Guru
dalam
Pengajaran Praktik Komputer di
SMK Negeri 3 Singaraja. Skripsi
(tidak
direbitkan).
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Pendidikan
Ganesha.
Effendy, Onong U. 1981. Dimensi-dimensi
Komunikasi. Bandung: Alumni.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
12
Download