Matakuliah Tahun : O0062 / Pengantar Ilmu Komunikasi : September 2008 Prinsip-prinsip Komunikasi Pertemuan 04 Materi: • Komunikasi merupakan suatu Proses Simbolik • Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi • Komunikasi memiliki dimensi isi dan Hubungan • Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan • Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu • Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi • Komunikasi itu bersifat sistemik • Semakin mirip latarbelakang sosial-budaya semakin efektif suatu • komunikasi • Komunikasi bersifat nonsekuensial • Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional • Komunikasi bersifat irreversible • Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai • masalah 2 Bina Nusantara TUJUAN Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip komunikasi 3 Bina Nusantara 4.1. Komunikasi merupakan suatu Proses Simbolik Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia merupakan satu-satunya mahluk hidup yang menggunakan simbol atau lambang. Oleh karena itulah manusia disebut juga sebagai homo symbolicum. Lambang atau simbol pada dasarnya selalu menunjuk sesuatu yang lainnya. Makna suatu simbol bersifat konvesional yakni tergantung pada kesepakatan kelompok yang hendak menggunakan simbol itu. Bentuk simbol dapat berupa verbal (kata-kata), nonverbal (perilaku) dan juga suatu objek yang maknanya disepakati oleh kelompok masyarakat itu. Hampir setiap kebudayaan memiliki simbol. Simbol-simbol kebudayaan ini haya dapat dimengerti oleh mereka yang menjalaninya. Setiap kebudayaan masyarakat memiliki simbolnya masing-masing. Oleh karena itu suatu komunikasi yang efektif yang mendekati harapan dari semua orang yang terlibat dalam komunikasi itu, bila simbol baik verbal maupun nonverbal memiliki kesadaran makna yang sama terhadap simbol yang digunakan. Bina Nusantara Ada tiga sifat simbol yakni 1. Lambang atau simbol dapat berupa apa saja, seperti kayu, bunyibunyian, warga, hewan, arsitektur, patung dan lain sebagainya. 2. Simbol atau lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna pada dirinya sendiri. Kayu misalnya tidak memiliki makna apapun, kayu dalam konteks ini tidak merepresentasikan apapun. Sebatang kayu baru merupakan representasi sesuatu yang lain kalau manusia percaya atau sepakat bahwa melalui kayu itu ada sesuatu yang lain yang hadir. Dalam hal ini, manusialah yang memberi makna pada simbol atau lambang itu. 3. Lambangi bervariasi tidak saja dalam konteks waktu, tempat dan budaya, tetapi juga makna simbol dapat berubah-ubah. Bina Nusantara 4.2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap perilaku manusia selalu memiliki potensi komunikasi, hal ini disebabkan karena setiap perilaku manusia baik yang verbal maupun nonverbal selalu memiliki potensi untuk ditafsirkan dan diberi makna oleh orang lain. Penjelasan ini menunjukkan bahwa kalau ada kegiatan seperti menyanyi sendiri misalnya dalam kamar mandi di mana tidak ada seorangpun yang mendengarnya, dalam kondisi seperti ini memang tidak ada komunikasi. Namun kegiatan menyanyi sendiri itu dianggap sebagai memiliki potensi komunikasi karena perbuatan itu berpotensi untuk ditafsirkan oleh orang lain yang mendengar. Orang yang mendengar bisa saja menafsir bahwa anda sedang bahagia atau lagi sedih setelah mendengar nyanyian anda. Inilah yang dimaksudkan bahwa setiap periku manusia berpotensi komunikasi. Bina Nusantara 4.3. Komunikasi memiliki dimensi isi dan Hubungan Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan komunikasi yakni apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dalam komunikasi masa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu. Pengaruh suatu berita misalnya bukan hanya bergantung pada isi, tetapi juga huruf, warna tulisan, siapa yang menulis, tata letak dan lain sebagainya. Bina Nusantara 4.4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali, hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari. Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan dan tidak menafsirkan perilaku kita. Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus, bila dibandingkan dalam situasi yang rutin. Namun dalam banyak situasi terutama komunikasi nonverbal, komunikasi kita banyak yang dilakukan tanpa dengan kesengajaan. Tetapi walaupun kita tidak sadar ekspresi atau gestikulasi kita dapat ditafsirkan oleh orang lain yang kebetulan melihat kita. Dengan begini secara tidak langsung kita sudah mengirim suatu pesan yang walaupun tidak kita rencanakan, kepada orang lain. Orang lain yang menyaksikan ekspresi atau gestikulasi kita memberikan reaksi berupa tanggapan yang baik verbal maupun nonverbal atau secara psikologis ia memiliki disposisi batin atau pikiran tertentu kepada kita. Ini berarti pesan yang tidak disengaja itu memberikan efek kepada yang menyaksikan ekspresi atau perilaku kita itu. Bina Nusantara 4.5.Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu Makna suatu pesan dalam komunikasi juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis. 4.6.Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Ketika orang-orang berkomunikasi mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan suatu prediksi bagaimana orang akan merespon suatu pesan. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya dalam masyarakat. 7.7.Komunikasi itu bersifat sistemik Komunikasi merupakan suatu sistem. Sekurang-kurangnya ada dua komponen sistem yang beroperasi dalam suatu transaksi komunikasi yakni sistem internal dan eksternal. Sistem internal menyangkut sistem nilai dalam diri seorang individu sedangkan eksternal menyangkut tingkat partisipasi individu dalam suatu komunikasi. Bina Nusantara 4.8. Semakin mirip latarbelakang sosial-budaya semakin efektif suatu komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan pesertanya. Namun dalam kenyataannya tidak pernah ada dua manusia yang persis sama. Tetapi walaupun demikian kesamaan dalam hal-hal tertentu seperti agama, bahasa, tingkat pendidikan, atau ekonomi merupakan kondisi sosial yang memungkin suatu komunikasi akan berjalan secara efektif. 4.9. Komunikasi bersifat nonsekuensial Meskipun terdapat banyak model komunikasi linear atau satu arah, namun pada dasarnya komunikasi manusia bersifat dua arah. Komunikasi dua arah ini ditandai oleh beberapa hal berikut ini; 1) pihak-pihak yang berkomunikasi sama-sama mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama; 2) proses komunikasi berjalan timbal balik; 3) proses timbal balik ini bersifat simultan. Bina Nusantara 4. 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional Komunikasi pada dasarnya tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir. Komunikasi bersifat prosesual dan berkesinambungan mulai dari pengalaman masa lalu hingga saat ini dan bahkan proyeksi disaat-saat yang akan datang. Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah. Secara implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi, proses penyandian (encoding) dan umpan balik (decoding) terjadi secara serempak, bukan bergantian. Keserempakan inilah yang menandai komunikasi sebagai transaksi. Bina Nusantara 4.11. Komunikasi bersifat irreversible Dalam komunikasi sekali kita mengirim pesan, kita tidak dapat mengendalikannya pengaruh pesan tersebut kepada khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Sifat iffeversibel ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Oleh karena itu maka, sifat komunikasi seperti ini selalu menyadarkan kita untuk harus selalu berhati-hati untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab sekali pesan itu sudah disampaikan tidak dapat mengendalikannya lagi. 4.12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah. Banyak persoalan atau konflik disebabkan oleh komunikasi, namun tidak semua persoalan itu dapat diselesaikan oleh komunikasi, sebab ada berbagai persoalan dan konflik disebabkan oleh faktor lain, misalnya faktor struktural dan lain sebagainya. Bina Nusantara