PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI Disusun Oleh : 1. Aizatus Syarifah (1601016044) 2. Laila Shoimatu Nur R (1601016061) 3. Ari Bukhoiri (1601016076) 4. Afiatul Afida (1601016081) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi merupakan upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh william B. Gudykunnst disebut asumsiasumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Sedangkan Deddy Mulyana, Ph. D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. B. Rumusan Masalah 1. Apa makna prinsip komunikasi? 2. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi? PEMBAHASAN A. Makna Prinsip Komunikasi Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi. Komunikasi pada hakikatnya merupakan tindakan manusia sebagai pemenuhan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain setiap orang merasa perlu untuk mengadakan kontak sosial dengan orang lain. Kebutuhan ini dipenuhi melalui saling pertukaran pesan yang dapat menjembatani individu-individu agar tidak terisolir. Pesan-pesan diwujudkan melalui perilaku manusia. B. Prinsip-prinsip komunikasi Dalam komunikasi terdapat dua belas prinsip, antara lain: 1. Komunikasi adalah Proses Simbolik Lambang/simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal, perilaku verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama). Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut ini: a. Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenangwenang. Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan/tulisan), isyarat anggota tubuh, tinggal, jabatan, makanan olahraga, dan cara hobi, makan, tempat peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat, angka, bunyi, waktu, dan sebagainya. Semua itu bisa dijadikan lambang. b. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kita lah yang memberi makna pada lambang. Meskipun tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan apa menaganggap yang dilambangkan, bahwa terdapat banyak hubungan orang demikian. Misalnya, anda dapat mengatakan bahwa anda tentara atau memakai baju tentara, meskipun anda sama sekali bukan tentara. c. Lambang itu bervariasi Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari satu tempat ke tempat lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut. 2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi Kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi apabila seseorang memberi makna pada perilaku seseorang atau bahkan perilakunya sendiri. Misalnya: jika tersenyum, ditafsirkan bahagia; jika cemberut ditafsirkan sedang ngambek; jika menangis, maka ditafsirkan sedang sedih. Coba saja jika kalian mencoba untuk tidak berkomunikasi, pasti akan sulit. Karena, setiap perilaku memiliki potensi untuk ditafsirkan. 3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana pesan itu seharusnya ditafsirkan. Misalnya, kalimat “aku benci kamu” yang diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali berarti sebaliknya. Lalu, dalam komunikasi masa, dimensi isi merajuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merajuk pada unsur-unsur lain. Pengaruh suatu artikel atau berita dalam surat kabar misalnya, bukan hanya bergantung pada isinya, tetapi juga pada siapa penulisnya, tata letaknya, jenis huruf, dan lain sebagainya. Pengaruh pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda. Misalnya saja, cerita tentang kejahatan dan sensualitas yang disajikan di televisi akan lebih membuat pengaruh yang lebih jahat terhadap remaja dibanding apabila disajikan melalui majalah dan radio. Hal ini dikarenakan televisi bersifat audio-visual, sedangkan majalah hanya visual saja dan radio hanya audio saja. 4. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat berbagai tingkat Kesengajaan Komunikasi dilakukan dalam kesengajaan, dari komunikasi yang memang disengaja atau direncanakan hingga komunikasi yang tidak disengaja sama sekali. Kesengajaan bukanlah syarat mutlak terjadinya suatu komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, tetapi orang lain potensial menafsirkan perilaku laku kita. 5. Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Seorang tamu yang diterima di halaman rumah menunjukkan tingkat penerimaan yang berbeda dengan yang menerima tamu di ruang tamu, ruang keluarga, bahkan di kamar pribadi. Kemudian, waktu juga berpenaruh dalam memaknai suatu pesan. Misal dering telepon pada tengah malam dengan siang hari. Tentu orang akan memaknai dering telepon pada tengah malam merupakan suatu kabar yang darurat. Kehadiran orang lain sebagai konteks sosial juga berpengaruh terhadap orang-orang yang berkomunikasi. Pengaruh konteks sosial dan waktu juga bisa terlihat dalam suatu kondisi yang sama. Misalnya, anggota keluarga yang dihari biasa tidak saling menyapa, akan berbeda ketika hari lebaran yang mendadak mereka akan saling menyapa dan terlihat akrab. Suasana psikologis juga dapat mempengaruhi suasana komunikasi. Misalnya, anak yang meminta uang untuk membeli mainan kepada orang tuanya mungkin akan diberi bila meminta pada orang tuanya di waktu yang tepat, tetapi berbeda bila yang terjadi saat itu kondisi dari orang tua sedang bingung karena berbagai kebutuhan harganya naik dan pemasukan orang tuanya tidak bertambah. Tentu anak tersebut malah akan dimarahi. 6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi Komunikasi terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana respons penerima pesan. Prediksi ini tidak selalu disadari dan berlangung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan yang mengikat komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, dapat diramalkan. 7. Komunikasi Bersifat Sistemik Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system) oleh karena itu, unsur diri yang bersifat jasmani dan rohani saling berhubungan. Setidaknya ada dua sistem dasar operasi dalam transaksi komunikasi yaitu sistem internal dan sistem eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama bersosialisasi. Istilahistilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah pola pikir, keadaan internal dan lain-lain. Sistem internal ini yang membentuk individu yang unik termasuk ciri-ciri kepbradiannya, intelegensi, pendidikan, dan semua pengalaman masa lalu nya. Sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, penataan ruang, temperatur ruangan dan lain-lain. 8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektif lah Komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan. Pada kenyataanya, tidak ada manusia yang sama persis meskipun mereka kembar, namun kesamaan dalam hal-hal tertentu misalnya agama, ras, bahasa, tingkat pendidikan atau tingkat ekonomi akan mendorong orang untuk bisa memahami pesan yang disampaikan komunikator. Seorang lulusan universitas bisa saja menikah dengan seorang lulusan SD, dan seorang kulit putih dengan seorang kulit hitam, namun pasangan-pasangan tersebut harus berupaya lebih keras untuk menyesuaikan satu sama lain agar komunikasi mereka berlangsung efektif. 9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial Sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap-muka) bersifat dua arah. Ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya, atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah, sebetulnya komunikasi itu berjalan dua arah, karena orangorang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka. Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komunikasi ini, misalnya Frank Dance. Komunikasi sirkuler ditandai oleh beberapa hal berikut: 1. Orang yang berkomunikasi dianggap setara. 2. Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah). 3. Dalam prakteknya tidak lagi membedakan pesan dan umpan balik. 4. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, misalnya komunikasi antara dua orang juga sebenarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya. 10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung bahkan kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “tolong ambilkan garam!” melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Untuk lebih memudahkan pengertian, kita dapat mengatakan bahwa peristiwa itu dimulai ketika orang A meminta garam dan berakhir ketika orang B memberikan garam itu. Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu hanya berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian garam itu. Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk menanggapinya secara layak. menafsirkan pesan serta Contoh lainnya yaitu, seseorang mungkin mendambakan selama 20 tahun untuk menghabiskan masa pensiunnya di suatu lembah yang menyenangkan, suatu kota yang pernah ia kunjungi, dan kemudian menemukan tempat itu telah menjadi suatu kota besar yang sibuk. Dunia berubah lebih cepat daripada kata-kata, namun kita tetap menggunakan kata-kata tersebut dan tidak lagi menggambarkan dunia tempat kita tinggal. Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). 11. Komunikasi Bersifat Irreversible Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Contohnya bila Anda memukul wajah seseorang dan meretakkan giginya, peristiwa tersebut dan konsekuensinya telah “terjadi”; Anda tidak dapat memutar kembali jarum jam dan berpura-pura seakan-akan hal itu tidak terjadi. Paling-paling Anda akan menampilkan perilaku tambahan dengan berkata, misalnya, “maafkan saya, saya tidak sengaja melakukannya”. 12. Prinsip Komunukasi Bukan Panasea Dan Menyelesaikan Berbagai Masalah Maksudnya adalah komunikasi bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah melainkan harus ada faktor lain yang menjadi pendukung untuk menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya, meskipun pemerintah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh dan warga Papua,tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat di wilayah-wilayah tersebut secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan pemerintah mengangkutnya juga memfasilitasi ke pusat. masyarakat Seharusnya diwilayah tersebut agar masyarakat di wilayah tersebut juga dapat berkembang dengan memanfaatkan diwilayah itu, sama seperti halnya di pusat. kekayaan alam KESIMPULAN Prinsip komunikasi adalah hal-hal yang harus ada di dalam komunikasi dan dapat digunakan dalam proses komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi ada 12, yaitu: 1. Komunikasi adalah proses simbolik 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi 3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan 4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi 7. Komunikasi bersifat sistemik 8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi 9. Kominikasi bersifat nonsekuensial 10. Komunikai bersifat prosesual, dinamis,dan transaksional 11. Komunikasi bersifat irreversible 12. Komunikasi bukan berbagai masalah panasea untuk menyelesaikan PENUTUP Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terimakasih kepada pembaca yang telah berkenan untuk membaca, menelaah, dan mengimplementasikan makalah ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan oleh kami sebagai bahan perbaikan untuk ke depannya. Sekian dan terimakasih. DAFTAR PUSTAKA Mulyana, Deddy.2012.Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar).Bandung: Remaja Rosda Karya.