Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus kepada Peserta Didik

advertisement
Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus kepada Peserta Didik
Sudirman Siahaan*)
ABSTRAK
Dengan digunakannya istilah “Pembelajaran Berfokus pada Peserta Didik” berarti masyarakat
kependidikan khususnya guru secara bertahap sudah mulai meninggalkan konsep pembelajaran
yang berfokus kepada dirinya sendiri. Dengan demikian, “Pembelajaran yang berfokus pada peserta
didik” menjadi tanggung jawab guru untuk mewujudnyatakannya dalam kegiatan belajar-mengajar
yang dikelolanya setiap hari. Guru merupakan orang yang secara rutin setiap harí berinteraksi
dengan peserta didik di dalam kelas. Para guru juga yang menjadi pelaksana akhir (end executors)
dalam mengemban tugas mengelola kegiatan pembelajaran. Pihak lain yang berkaitan erat dan
dekat dengan guru dan sekaligus juga sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam pembinaan
guru adalah para Kepala Sekolah dan aparat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota khusunya para
Pengawas. Dalam kaitan ini, pertanyaan yang tampaknya menarik untuk diketengahkan adalah
sejauh mana para guru, Kepala Sekolah, dan aparat kependidikan di Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota benar-benar telah memahami konsep kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta
didik. Dalam kaitan ini, penulis tergugah untuk mencoba berbagi pemikiran mengenai konsep
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik. Diharapkan tulisan ini setidak-tidaknya menjadi
bahan refleksi bagi para guru dan berbagai pihak lainnya yang berkaitan dengan keberadaan guru
sehingga secara sinergis dan bertahap melakukan perubahan paradigma kegiatan pembelajaran.
Kata-kata Kunci:
Pembelajaran, pembelajaran berfokus pada guru, pembelajaran berfokus pada
peserta didik, pembelajaran berbasis aneka sumber, sumber belajar.
-----------------------*) Sudirman Siahaan adalah tenaga fungsional peneliti bidang pendidikan pada Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan-Kementerian Pendidikan Nasional (PustekkomKemdiknas).
1
A. PENDAHULUAN
Mendengar istilah “Pembelajaran berfokus pada peserta didik” setidak-tidaknya mengundang
berbagai pertanyaan, seperti: “Apakah kegiatan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan
belum atau tidak berfokus pada peserta didik?”, atau dengan pertanyaan lain, “Apakah selama
ini kegiatan pembelajaran yang dikelola guru bukannya telah berfokus pada peserta didik?”.
Jawabannya dapat saja bahwa “Kegiatan pembelajaran memang belum sepenuhnya berfokus
pada peserta didik” atau “Kegiatan pembelajaran sudah berfokus pada peserta didik”.
Seandainya, jawaban yang diberikan adalah bahwa “Kegiatan pembelajaran memang belum
sepenuhnya berfokus pada peserta didik”, maka pertanyaan berikutnya adalah: “Mengapa
kegiatan pembelajaran belum berfokus kepada peserta didik?”. Sebaliknya, apabila jawaban
yang diberikan adalah bahwa kegiatan pembelajaran sudah berfokus pada peserta didik, maka
pertanyaan berikutnya yang muncul adalah “Bagaimanakah konsep kegiatan pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik itu?”.
Dengan berkembangnya pemikiran tentang pembelajaran yang berfokus pada peserta didik,
apakah para guru juga sudah memahami bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka kelola
sehari-hari haruslah berfokus pada peserta didik. Bagaimanakah peranan atau posisi guru
selaku manajer kegiatan pembelajaran (instructional manager) dalam kegiatan pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik? Apakah konsep kegiatan pembelajaran yang berfokus pada
peserta didik mengindikasikan bahwa guru telah mengubah posisi keberadaan dirinya di dalam
kelas? Apakah guru telah meninggalkan konsep mengenai keberadaan dirinya di dalam kelas
sebagai satu-satunya sumber guru belajar bagi peserta didiknya (teacher as a sole learning
resource)?
Selanjutnya, apakah para guru juga telah berkenan dan berkomitmen menerapkan kegiatan
pembelajaran yang berbasis aneka sumber (resources-based learning) dalam kegiatan belajarmengajar yang dikelolanya? Jika memang ya, berarti guru telah mereposisi dirinya atau
peranannya, dari yang semula mendominasi kegiatan pembelajaran atau pembelajaran yang
berpusat pada diri guru menjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Artinya, guru hanya berfungsi sebagai salah satu dari berbagai sumber belajar yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran (teacher as one of various learning resources).
Manakala guru secara konsisten menerapkan kegiatan pembelajaran berbasis aneka sumber,
maka guru yang bersangkutan telah dapat dikatakan menerapkan kegiatan pembelajaran yang
berfokus pada peserta didik. Dalam kaitan ini, ada beberapa pertanyaan yang menarik untuk
mendapatkan pembahasan, yaitu: (1) apakah ciri-ciri kegiatan pembelajaran yang berfokus
pada peserta didik?, (2) Bagaimana perbedaan “kegiatan pembelajaran yang berfokus pada
peserta didik” dengan “kegiatan pembelajaran yang berfokus pada guru”?, (3) Apa saja prinsipprinsip “kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik?”, (4) Manfaat apa saja yang
dapat diperoleh dari penerapan kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik?”, dan
(5) Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan “kegiatan pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik?”.
Memperhatikan berbagai pertanyaan tersebut di atas, tampaknya pembahasan mengenai
konsep “kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik” setidak-tidaknya akan dapat
memberikan kontribusi terhadap kesamanaan pemahaman, baik bagi kalangan guru sebagai
pengelola kegiatan pembelajaran yang secara langsung menerapkan konsepnya, maupun para
Kepala Sekolah dan aparat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam kapasitas mereka untuk
2
memberikan bimbingan/supervisi kepada para guru terhadap keterlaksanaan “kegiatan
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik”.
B. KAJIAN LITERATUR
1. Pengertian Belajar, Sumber Belajar, dan Pembelajaran
a. Belajar
Istilah ”belajar” sudah terlalu sering kita dengar. Bahkan tidak hanya mendengar, kita
sendiripun kemungkinan sudah sering mengatakannya. Istilah ”belajar” tidak hanya
menjadi monopoli mereka yang berkiprah di lingkungan pendidikan saja tetapi juga di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan di lingkungan keluarga, para orang tua
sering dan tentunya juga tidak henti-hentinya mendorong anak-anaknya untuk selalu
teratur belajar, baik di sekolah, di rumah, atau di tempat lain. Yang jelas, para orang tua
selalu menekankan kepada anak-anaknya untuk selalu memanfaatkan waktu yang ada
seoptimal mungkin untuk belajar. Selain itu, para orang tua juga tidak jarang direpotkan
untuk mencari tempat belajar tambahan bagi anak-anaknya dengan harapan agar
anak-anak mereka lebih berhasil dalam kegiatan belajarnya.
Berbagai ungkapan yang sudah tidak asing lagi mengatakan bahwa ”belajar dapat
terjadi di mana saja, oleh siapa saja, kapan saja, dan dalam keadaan apa saja”. Belajar
tidak mengenal batasan usia. Belajar juga tidak terbatas hanya bagi mereka yang
masih berusia sekolah. Belajar tidak hanya dilakukan oleh mereka yang telah bekerja
tetapi kegiatan berlajar juga dilakukan oleh mereka yang sudah purna tugas (pensiun).
Belajar tidak hanya terbatas bagi mereka yang belum berkeluarga, tetapi kegiatan
belajar juga dapat dilakukan oleh mereka yang telah berkeluarga dan bahkan oleh
mereka yang sudah mempunyai cucu atau cicit sekalipun. Belajar juga tidak hanya
terbatas dari guru. Seseorang dapat belajar dari siapa dan dari mana saja. Artinya,
siapa saja dapat belajar melalui berbagai jenis media atau sumber belajar.
Selanjutnya, apabila diamati dalam kehidupan sehari-hari, lebih khusus di lingkungan
keluarga misalnya, berbagai ragam kegiatan belajar dapat terjadi. Sebagai contoh
misalnya, seorang ibu yang melakukan kegiatan pembelajaran bagi anak-anaknya,
seperti membimbing anak untuk dapat (a) tegak berdiri dan bahkan berjalan (dalam hal
ini, anak yang belajar berdiri atau berjalan), (b) makan sendiri tanpa harus disuapin oleh
ibu atau orang lain, (c) berbicara, (d) mandi sendiri, (e) berpakaian sendiri, (f)
menghitung-membaca-menulis, dan masih banyak bidang lainnya.
Dengan demikian, sebagai kesimpulan dapatlah dikemukakan bahwa kegiatan belajar
merupakan interaksi seseorang dengan sumber belajar yang menghasilkan adanya
perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat tanpa terikat oleh batasan
ruang/tempat, waktu, keadaan/kondisi maupun sumber.
b. Sumber Belajar
Berbagai ahli memberikan pengertian sumber belajar yang bervariasi. Ada di antara
para ahli yang merumuskan pengertian sumber belajar secara sederhana dan singkat;
3
tetapi ada juga sebagian ahli yang merumuskan pengertian sumber belajar secara
komprehensif dan bernuansa akademis.
Pengertian sumber belajar (learning resources) menurut the Assoiation of Educational
Communications Technology (AECT) adalah semua hal (data, orang, dan barang) yang
dapat digunakan oleh peserta didik (pebelajar), baik secara terpisah maupun dalam
bentuk gabungan, baik dalam situasi formal maupun informal untuk memberikan
fasilitas belajar, yang mencakup pesan, orang, alat, teknik, dan latar (AECT, 1986).
Lebih jauh, AECT mengemukakan bahwa ada (1) sumber belajar yang secara khusus
dirancang oleh suatu institusi kependidikan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
peserta didiknya (learning resources by design) dan (2) sumber belajar yang telah
dirancang oleh lembaga atau organisasi tertentu sehingga dapat dimanfaatkan oleh
institusi pendidikan terbuka dan jarak jauh tertentu untuk kepentingan peserta didiknya
(learning resources by utilization).
Istilah sumber belajar (learning resources) sangat banyak digunakan di lingkungan
pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ). Sumber belajar yang sampai saat ini sangat
banyak digunakan di lingkungan PTJJ sebagai sumber belajar utama adalah sumber
belajar yang berupa media cetak. Pada umumnya, sumber belajar media cetak yang
digunakan dirancang secara khusus dan profesional sehingga dapat dipelajari secara
mandiri oleh peserta didik. Secara sederhana, karakteristik bahan belajar mandiri cetak
yang digunakan pada PTJJ adalah bersifat (1) self-contained, (2) self-explained, (3)
self-evaluated, dan (4) self-paced.
Dikatakan self-contained karena materi pelajaran yang dikemas ke dalam sumber
belajar yang dikirimkan kepada masing-masing peserta didik telah mencakup materi
pelajaran yang dinilai perlu dipelajari oleh peserta didik. Materi pelajaran yang dinilai
penting dipelajari peserta didik dikemas ke dalam beberapa jenis sumber belajar.
Memang sampai sekarang, sebagian besar penyelenggara pendidikan terbuka dan
jarak jauh masih mengandalkan sumber belajar yang berupa media cetak yang disebut
sebagai modul.
Materi pelajaran yang dikemas di dalam format bahan belajar mandiri dapat dipelajari
oleh setiap peserta didik tanpa harus membutuhkan adanya penjelasan dari seseorang.
Artinya, materi pelajaran itu sendiri telah menjelaskan dirinya sendiri (self-explained).
Itulah sebabnya dibutuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu di kalangan
pengelola pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk dapat merancang dan
mengembangkan bahan-bahan belajar mandiri.
3. Pembelajaran
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 dikemukakan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003). Secara singkat dapat
dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran dapat berlangsung atau terjadi apabila ada
orang yang mau belajar, ada sumber belajar atau bahan belajar yang akan dipelajari
dan dapat diakses, dan terjadi interaksi dari orang yang mau belajar terhadap sumber
belajar atau bahan belajar yang dikehendaki/dibutuhkan.
4
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dapat terjadi di mana saja, baik di lembagalembaga pendidikan formal, non-formal maupun di lembaga pendidikan informal.
Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal
cenderung bersifat kaku (rigid) dan seragam (uniformitas), antara lain dalam pengertian
waktu penyelenggaraannya, persyaratan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,
keluasan dan kedalaman materi pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan
di lingkungan pendidikan non-formal dan in-formal, kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan bersifat lebih fleksibel.
2. Model Kegiatan Pembelajaran
Ada 2 jenis model kegiatan pembelajaran, yaitu: (a) kegiatan pembelajaran yang berfokus
pada guru (teachers-centered learning) dan (b) kegiatan pembelajaran yang berfokus pada
peserta didik (students-centered learning). Sekalipun kedua istilah ini sudah tidak asing lagi
di kalangan masyarakat kependidikan terutama para guru, tetapi kedua konsep ini masih
dirasakan perlu untuk dibahas agar dihasilkan kesamaan pemahaman dalam
menerapkannya.
a. Model Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus pada Guru (Teachers-Centered
Learning)
Model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada guru dapat dipahami melalui
beberapa faktor atau karakteristik yang diterapkan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, di antaranya diuraikan pada bagian berikut ini.
1) Ketergantungan yang tinggi pada guru
Pada awalnya, guru memang merupakan salah satu atau dapat dikatakan sebagai
satu-satunya komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung atau tidak, sangat ditentukan oleh keberadaan
guru. Seandainya karena satu dan lain hal, guru terpaksa tidak dapat hadir di
sekolah, maka kegiatan pembelajaran pun dapat dikatakan tidak akan berlangsung.
Guru memang benar-benar berfungsi sebagai satu-satunya sumber belajar bagi
peserta didiknya. Oleh karena itulah guru menjadi komponen yang sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran.
Apabila kegiatan pembelajaran tidak dapat berlangsung hanya dikarenakan guru
berhalangan hadir, maka keadaan yang demikian ini mengindikasikan bahwa
ketergantungan peserta didik kepada gurunya sangat tinggi dalam keterlaksanaan
kegiatan pembelajaran. Artinya, tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh agar
kegiatan pembelajaran tetap dapat berlangsung. Manakala kondisi kegiatan
pembelajarannya sudah sedemikian ini (kegiatan pembelajaran di kelas yang
sangat tergantung pada kehadiran guru), maka dapatlah dikatakan bahwa model
kegiatan pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran yang masih
berfokus pada guru.
5
2) Perumusan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dengan mempelajari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun dan mungkin juga telah diterapkan guru, dapatlah diketahui apakah
kegiatan pembelajaran yang dikelola guru masih berorientasi pada kepentingan
guru atau peserta didik. Apakah RPP masih menekankan pada kemampuan atau
keberhasilan guru mengajarkan materi pelajaran yang ditetapkan? Atau, sejauh
manakah materi pelajaran yang ditetapkan di dalam RPP telah selesai diajarkan
guru kepada peserta didiknya? Atau, apakah guru masih menekankan kegiatan
pembelajarannya pada tingkat pemahaman atau penguasaan peserta didik
(kompetensi) terhadap materi pelajaran yang dirancang guru?
Pertanyaan berikutnya adalah apakah peserta didik telah berhasil mencapai tingkat
kompetensi yang telah ditetapkan di dalam RPP? Apakah guru merasa puas
manakala telah berhasil menyajikan semua materi pelajaran yang telah
dirancangnya di dalam RPP?
Kecenderungan guru untuk menerapkan model kegiatan pembelajaran yang
berfokus pada guru atau peserta didik dapat diketahui dari RPP yang disusun guru.
Melalui jawaban yang diperoleh atas seperangkat pertanyaan yang telah
dikemukakan di atas dapatlah disimpulkan apakah seorang guru telah menerapkan
model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik atau belum.
3) Pemahaman Peserta Didik terhadap Materi Pelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, setidak-tidaknya ada 2 hal yang secara umum
selalu dilakukan, yaitu (a) guru yang bertanggung jawab mengelola kelas dan
menyajikan materi pelajaran (secara singkat dikatakan: guru yang mengajar) dan
(b) peserta didik yang mengikuti pelajaran yang disajikan guru (secara singkat
dikatakan: peserta didik yang belajar). Apabila dikatakan bahwa guru sedang
melaksanakan tugas mengajar di dalam kelas, apakah dapat dipastikan bahwa
pada saat yang bersamaan para peserta didiknya juga sedang belajar?
Tugas dan tanggung jawab guru adalah membelajarkan para peserta didiknya.
Artinya, dengan telah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran, guru juga
berkewajiban untuk memperhatikan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi pelajaran yang telah dijelaskannya. Hendaknya para guru juga dituntut untuk
mengembangkan sikap yang peduli (concern) mengenai tingkat
pemahaman/penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan
guru. Artinya, guru seyogyanya mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang
disajikannya benar-benar telah dapat dipahami/dikuasai oleh peserta didiknya.
4) Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang berfokus pada guru dapat juga diketahui dari jenis
metode pembelajaran yang diterapkan. Untuk mengetahuinya, beberapa
pertanyaan dapat diajukan, seperti: Apakah guru hanya menggunakan metode
mengajar “chalk and talk” (kapur tulis dan bicara)? Apakah guru hanya menuliskan
di papan tulis materi pelajaran apa yang perlu disampaikannya kepada peserta
6
didiknya dan kemudian menceramahkannya? Apakah peserta didik hanya tinggal
duduk manis dan mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis dan kemudian
mendengarkan dengan cermat materi pelajaran yang diceramahkan guru.
Manakala jawaban terhadap pertanyaan-pertanayaan tersebut di atas adalah “YA”,
maka dapatlah dikatakan bahwa guru masih menerapkan “model kegiatan
pembelajaran yang berfokus pada guru”.
b. Model Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus pada Peserta Didik (StudentsCentered Learning)
Kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik merupakan suatu pendekatan
terhadap pendidikan berfokus pada kebutuhan pada peserta didik ketimbang pada
kebutuhan berbagai pihak yang berperanserta dalam proses pendidikan, seperti guru
dan para pengelola pendidikan (http://en.wikipedia.org/wiki/Student-centred_learning (8
Pebruari 2011). Sedangkan pengertian pendidikan dalam lingkup yang luas adalah
suatu tindakan atau pengalaman yang menghasilkan efek formatif pada pikiran
(kognitif), karakter (sikap) atau kemampuan fisik (keterampilan) seseorang; atau secara
teknis dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan statu poroses di mana
masyarakat meneruskan berbagai akumulasi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dari satu generasi ke generasi berikutnya (http://en.wikipedia.org/wiki/Education:
Diakses tanggal 8 Pebruari 20110).
1) Karakteristik Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus pada Peserta Didik
Kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik ditandai dengan terarah
atau terfokusnya kegiatan perancangan, pembelajaran, dan penilaian pada
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Gagasan utama yang menjadi latar
belakang konsep ini adalah bahwa kegiatan pembelajaran akan menjadi sangat
menarik dan bermakna apabila (a) topik-topik materi pelajaran yang dirancang
untuk dipelajari peserta didik adalah yang relevan dengan kehidupan, kebutuhan,
dan minat mereka, dan (2) peserta didik terlibat aktif dalam menciptakan,
memahami, dan menghubungkan materi pelajaran yang dipelajari dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (McCombs and Whistler, 1997).
Model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik menurut Molly
Johnson (Johnson, 2007) antara lain ditandai dengan serangkaian kondisi berikut
ini, yaitu:
1) guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran ketimbang
sebagai penyaji pengetahuan,
2) guru menciptakan kelas yang dikelolanya lebih kondusif terhadap kegiatan dan
interaksi peserta didik yang mengarah pada pengalaman belajar yang
produktif,
3) peserta didik aktif dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran ketimbang hanya duduk manis, pasif selama kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung di dalam kelas, dan
4) investasi waktu dan energi dibutuhkan dalam menerapkan model pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik.
7
2) Prinsip-prinsip ”Model Kegiatan Pembelajaran Berfokus kepada Peserta
Didik” dan Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan Pelaksanaannya
Untuk dapat melaksanakan “model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada
peserta didik”, tentu perlu dipahami terlebih dahulu apa yang menjadi prinsipprinsip “model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik”. Ada 6
prinsip menurut Brenda Hall (http://secondlanguagewriting.com/explorations/
Archives/2006/Jul/StudentcenteredLearning.html), yaitu:
a) Peserta didik mempunyai tanggung jawab penuh mengenai kegiatan belajarnya,
b) Keterlibatan atau peranserta aktif peserta didik dalam berbagai kegiatan belajar
sangat penting,
c) Hubungan sesama peserta didik hádala sepadan (tidaklah berbeda),
mengedepankan pertumbuhan dan perkembangan,
d) Guru menjadi fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan pembelajaran,
e) Berbagai pengalaman peserta didik berakumulasi (terpadu) dalam proses
pendidikannya,
f) Peserta didik melihat dirinya menjadi berbeda sebagai akibat dari pengalaman
relajar yang diperolehnya.
Lebih jauh menurut Brenda Hall, seorang guru yang menerapkan model kegiatan
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik ditandai dengan kegiatan guru
yang mendorong peserta didiknya untuk:
a) mengemban tanggung jawab akan keberhasilan kegiatan belajarnya,
b) melibatkan secara langsung
dalam penggalian dan pengembangan
pengetahuannya,
c) menggunakan materi pembelajaran yang menantang (menggugah) pengetahuan
yang mereka miliki dalam menciptakan pemahaman berbagai konsep yang baru
dan yang lebih mendalam,
d) memahami konsep bahwa kegiatan belajar dapat lebih baik/mantap melalui
berbagai kegiatan sosial, seperti: belajar bersama (cooperative learning),
belajar-berbasis masalah (problem-based learning),
e) menggunakan sekolah, rumah, masyarakat, dan pekerjaan sebagai sumber bagi
kegiatan belajar yang kolaboratif (collaborative learning),
f) melibatkan segenap konstituen dalam berkontribusi terhadap kegiatan relajar
peserta didik (guru, peserta didik, pegawai, alumni, preusan, keluarga, dan pihak
lainnya),
g) menggunakan berbagai kegiatan di luar ruang kelas guna lebih memantapkan
pengalaman belajar (http://secondlanguagewriting.com/explorations/Archives/
2006/Jul/StudentcenteredLearning.html).
Brenda Hall juga mengemukakan beberapa pendekatan belajar yang secara
khusus mempunyai pengaruh yang besar/kuat terhadap model kegiatan
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, yaitu: Cooperative Learning,
Collaborative Learning, Learning Communities, Problem Based Learning, Project
Based Learning, Service Learning, Case Method, peer based learning, paired or
grouped courses, adult learning, experiential learning, dan Constructivist learning.
Ada beberapa persyaratan atau faktor-faktor yang menentukan menurut Molly
Johnson yang harus diperhatikan agar pelaksanaan ”model kegiatan pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik” berhasil, yaitu:
8
a) paradigma guru yang mengalami perubahan menjadi fasilitator pembelajaran,
b) komitmen guru yang tinggi dalam menyediakan waktu dan tenaga untuk
membelajarkan peserta didiknya melalui materi pengetahuan/pelajaran yang
diampunya,
c) kesediaan guru untuk mencoba menerapkan pendekatan baru dalam
mengelola kelas, dan melihat secara kritis usaha penerapan pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik, dan
d) inisiatif guru untuk bergabung ke dalam kelompok masyarakat pengembang
strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (Johnson, 2007).
3) Manfaat dari Penerapan ”Model Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus pada
Peserta Didik”
Beberapa manfaat dari penerapan ”model kegiatan pembelajaran yang berfokus
pada peserta didik” adalah bahwa peserta didik:
a) lebih aktif berperanserta dalam menggali dan mempelajari materi pelajaran,
b) lebih termotivasi dalam kegiatan belajarnya,
c) lebih banyak mempelajari keterampilan termasuk keterampilan pengetahuan
disiplin, kolaboratif, dan komunikatif,
d) dikondisikan untuk mengembangkan di dalam dirinya gambaran yang lebih
jelas tentang pemahamannya mengenai materi pelajaran yang dipelajarinya,
dan
e) lebih tergugah/termotivasi untuk mengembangkan interaksi yang lebih dekat
dengan guru sehingga memberikan manfaat bagi kemajuan belajarnya.
4) Peranan Guru dalam “Model Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus pada
Peserta Didik”
Diungkapkan oleh George D. Catalano dan Karen C. Catalano (Catalano dan
Catalano, 2007) bahwa salah satu tindakan yang dinilai guru sangat penting dalam
memfasilitasi keterlaksanaan penerapan “model kegiatan pembelajaran yang
berfokus pada peserta didik” adalah memproses secara verbal bagaimana cara
seseorang (a) berpikir, berbuat, mendengarkan, atau memaknai bahan belajar
baru, dan (b) mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi atau membentang
(posed). Dalam kaitan ini, dituntut adanya perubahan dari peranan guru. Beberapa
di antara perubahan peranan guru menurut George D. Catalano dan Karen C.
Catalano dalam mengelola kegiatan pembelajaran adalah:
a) Peranan yang pertama (baru) bagi guru yang menerapkan kegiatan
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik adalah:
(1) mengetahui dan memahami dengan jelas kearah mana peserta didik
secara kognitif dikehendaki akan berkembang melalui berbagai pertanyaan
yang sifatnya memfasilitasi peserta didik untuk melakukan eksplorasi dan
membimbing mereka menggunakan sarana/alat visual sehingga membantu
mereka “melihat” cara menghubungkan berbagai informasi atau
pengetahuan yang dipelajari dengan yang telah dimiliki,
(2) membentuk dan memfungsikan kelompok-kelompok belajar,
(3) menggunakan analogi dan metafor, dan
9
(4) mengembangkan mekanisme yang bersifat menggugah peserta didik
sehingga kondusif untuk terjadinya dialog dengan guru, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
b) Peranan guru yang kedua adalah mengetahui secara jelas dan pasti kemana
dikehendaki peserta didik berkembang secara kognitif. Dalam hal ini, guru
hendaknya mengetahui tingkat kemampuan berpikir yang dituntut untuk
dikembangkan oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
c) Peranan guru yang ketiga adalah mengembangkan pertanyaan yang bersifat
“memaksa” (trigger) peserta didik untuk menguraikan apa yang sebenarnya
sedang mereka pelajari. Hendaknya guru benar-benar menghindarkan
pertanyaan, seperti “Apakah ada pertanyaan?”. Guru juga hendaknya
memberikan beberapa kesempatan kepada peserta didik untuk membuat
kesimpulan/dan atau menjelaskan materi yang baru saja selesai dibahas.
Peserta didik haruslah dikondisikan untuk mengajukan pertanyaan yang
bersifat penetrasi.
d) Peranan guru yang keempat adalah menggunakan alat/sarana visual untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat “melihat” bagaimana informasi
dapat dihubungkan dan mengajarkan kepada peserta didik cara-cara
penggunaan sarana/alat visual.
e) Peranan guru yang kelima adalah mendorong pembentukan kelompokkelompok belajar. Kelompok belajar dapat dibentuk dalam berbagai bentuk
tergantung pada besarnya kelas, mata pelajaran, dan pendapat/pemikiran
guru.
c. Perbedaan “model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada guru” dan “model
kegiatan pembelajaran yang berfokus pada pesera didik”
Kegiatan pembelajaran yang berfokus pada guru diidentikkan dengan sebuah sekolah
yang konvensional di mana guru merupakan satu-satunya sumber belajar atau setidaktidaknya berfungsi sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dengan demikian, yang menjadi fokus atau pusat kegiatan pembelajaran adalah
mencari atau mendapatkan berbagai informasi (sumber belajar) untuk disajikan kepada
peserta didik dan pada umumnya menggunakan metode pembelajaran yang
mengandalkan hafalan atau ceramah (http://en.wikipedia.org/wiki/Studentcentred_learning) (Diakses tanggal 8 Pebruari 2011). Model pembelajaran yang
berfokus pada guru menekankan pada transfer pengetahuan dari guru kepada peserta
didik yang relatif bersikap pasif (http://faculty.petra.ac.id/arlinah/scl/scl.pdf) (Diakses
pada tanggal 8 Pebruari 2011).
Sedangkan kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik secara sederhana
dapat dikatakan apabila guru bertindak sebagai fasilitator dengan tugas (1)
mengarahkan dan membimbing peserta didik melakukan interpretasi baru terhadap
materi pelajaran yang dipelajari, (2) membantu peserta didik (a) menemukan gaya
belajar mereka masing-masing, (b) memahami motivasi belajar mereka masing-masing,
dan (c) menggali kembangkan keterampilan belajar yang efektif yang sangat
bermanfaat/berharga sepanjang hidup mereka.
10
Bagaimana karakteristik kegiatan pembelajaran yang berfokus pada guru sehingga
tampak berbeda dengan kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik?
Perbedaan karakteristik antara tingkat sekolah yang konvensional (atau yang kegiatan
pembelajarannya tidak berfokus pada peserta didik) dengan sekolah yang kegiatan
pembelajarannya berfokus pada peserta didik (http://tep.uoregon.edu/workshops/
teachertraining/learnercentered/overview/comparecharacteristics.html) disajikan pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Perbandingan Sekolah yang Menerapkan
Kegiatan Pembelajaran yang Berfokus pada Peserta Didik dan yang Tidak
No Sekolah yang kegiatan pem- Sekolah yang kegiatan pembelajarannya tidak berfokus pada belajarannya berfokus pada peserta
peserta didik
didik
1.
Hubungan bersifat hierarkis, penuh Hubungan bersifat “ngemong” dan
kendali, dan menyalahkan.
mengedepankan
harapan-harapan
positif serta partisipatif.
2.
Kurikulum difragmentasi, non- Kurikulum
bersifat
tematis,
eksperiential, terbatas, dan ekslusif experiential, menantang (challenging),
tentang perspektif yang luas.
komprehensif, dan inklusif tentang
perspektif
yang
luas
(multiple
perspectives).
3.
Pembelajaran
berfokus
pada
rentangan sempit tentang gaya
belajar, dibangun dari persepsi
defisit siswa, dan bersifat otoriter.
Pembelajaran
berfokus
pada
rentangan luas tentang gaya belajar,
dibangun dari persepsi siswa yang
kuat, minat, dan pengalaman, dan
bersifat partisipatif dan fasilitatif.
4.
Pengelompokan dilakukan dengan
menelusuri persepsi tentang kemampuan, mengedepankan kompetisi individual dan rasa asing
(sense of alienation).
Pengelompokan dilakukan dengan
menelusuri persepsi tentang kemampuan, mengedepankan kerjasama, berbagi tanggung jawab, dan mengembangkan rasa memiliki (sense of
belonging).
5.
Evaluasi berfokus pada rentangan
inteligensi yang terbatas, dengan
mengandalkan tes standard, dan
yang diasumsikan hanya satu
jawaban yang benar.
Evaluasi berfokus pada rentangan
inteligensi yang luas (multiple
intelligences), dengan menggunakan
penilaian
otentik
(authentic
assessments), dan mencakup refleksi
diri (fosters self-reflection).
Sumber: http://tep.uoregon.edu/workshops/teachertraining/learnercentered/overview/
comparecharacteristics.html)
11
C. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Pada awalnya, paradigma kegiatan pembelajaran memang berfokus pada guru (teacherscentered learning) di mana guru berperan sangat dominan dan menjadi sumber belajar
utama bagi peserta didiknya. Kemudian, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, terjadilah perubahan paradigma kegiatan pembelajaran, yaitu menjadi
berfokus pada peserta didik, di mana guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran
berperan sebagai fasilitator dan motivator, bukan lagi sebagai sumber belajar utama. Guru
mengkondisikan peserta didiknya agar terbiasa aktif dalam kegiatan belajarnya menggunakan aneka sumber belajar.
Sekalipun paradigma kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik sudah
sering diwacanakan dan disosialisasikan, tetapi tampaknya belum semua guru mempunyai
komitmen yang sama untuk menerapkannya dalam mengelola kegiatan pembelajaran.
Memang para guru yang berjiwa inovatif yang pertama-tama tergugah untuk memulai
perubahan paradigma kegiatan pembelajaran dari yang berfokus pada guru menjadi
berfokus pada peserta didik sekalipun dilakukan secara bertahap. Para guru yang inovatif
ini secara bertahap mereposisi dirinya menjadi fasilitator dan memotivasi peserta didiknya
untuk lebih aktif mencari atau menggali informasi dan pengetahuan melalui pemanfaatan
berbagai aneka sumber belajar (belajar berbasis aneka sumber).
2. Saran-saran
Memperhatikan manfaat dari penerapan model kegiatan pembelajaran yang berfokus pada
peserta didik (students-centered learning) dan dampaknya, baik bagi para guru maupun
peserta didik, maka disarankan agar:
a. para guru memahami konsep kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik
dan memulai tindak perubahan dalam mengelola kegiatan pembelajarannya dari yang
berfokus pada dirinya menjadi berfokus pada peserta didik. Perubahan ini haruslah
tampak antara lain dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusunnya, metode pembelajaran yang digunakan, dan peranannya dalam mengelola
kegiatan pembelajaran; dan
b. Kepala Sekolah, pengawas dan aparat Dinas Pendidikan memberikan arahan dan
motivasi secara berkelanjutan kepada guru agar mereka tergugah untuk secara
bertahap menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.
12
Kepustakaan
Catalano, George D. dan Karen C. Catalano. (2007). Transformation: From Teacher-Centered to
Student-Centered Engineering Education. Sumber internet: http://72.14.235.104/
search?q=cache:EO7KNCSEJA8J:fie.engrng.pitt.edu/fie97/papers/1318.pdf+teachercentered+ class-room &hl=en&ct=clnk&cd=5 (Diakses 4 Pebruari 2011).
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Johnson, Molly. (2007). Learner-centered Education as A Model and A Platform for Training
Graduate Teaching Assistants in Professional Skills. Sumber Internet. (Diakses pada
tanggal 8 Oktober 2007: http://72.14.235.104/search?q=cache:Jh9huPl4AZsJ:fie.engrng.
pitt.edu/fie98/papers/johnson.pdf+teacher-centered+classroom&hl=en&ct=clnk&cd=50).
McCombs, B. L., & Whisler, J. S. (1997). The Learner-centered Classroom and School. San
Francisco: Jossey-Bass, yang dirujuk oleh Brenda Hall dalam tulisannya yang berjudul:
Student Centered Learning, Strategies and Resources. Sumber Internet: http://www.
teachingstrategies-resources.com/studentcenteredlearning.html (Diakses tanggal 8
Pebruari 2011).
Website: http://secondlanguagewriting.com/explorations/Archives/2006/Jul/StudentcenteredLearning.
html (Diakses tanggal 8 Pebruari 2011).
Website: http://en.wikipedia.org/wiki/Education: Education. Sumber Internet. (Diakses tanggal 8
Pebruari 2011).
Website: http://en.wikipedia.org/wiki/Student-centred_learning: Student-centred Learning. Sumber
Internet. (Diakses tanggal 8 Pebruari 2011).
Website: http://tep.uoregon.edu/workshops/teachertraining/learnercentered/overview/compare
characteristics.html (Diakses tanggal 8 Pebruari 2011).
Website: http://faculty.petra.ac.id/arlinah/scl/scl.pdf (Diakses pada tanggal 8 Pebruari 2011).
13
Download