Investor Daily – 18/01/2017, Hal. 23 Aset Asuransi Syariah Naik 28% Republika – 18/01/2017, Hal. 20 Unit Syariah Siap Pisah Rakyat Merdeka – 18/01/2017, Hal. 18 AJB Bumiputera Pisahkan Unit Usaha Syariah Media Indonesia - 18/01/2017, Hal. 19 Astra Life Umumkan pemenang Kompetisi Digital #7JamBarengBokap 17/01/2017 Sepanjang 2016, Tugu Re Raup Premi Rp 2,26 Triliun http://finansial.bisnis.com/read/20170117/215/620373/sepanjang-2016-tugu-re-raup-premi-rp226triliun Bisnis.com, JAKARTA— Sepanjang 2016 PT Tugu Reasuransi Indonesia mencatatkan premi bruto sebesar Rp2,26 triliun atau sedikit diatas target awal yang diperkirakan mencapai Rp2,25 triliun. Direktur Keuangan PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu Re) Dradjat Irwansyah mengatakan faktor utama yang mendorong capaian target produksi ialah adanya ketentuan yang diterbitkan regulator melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK No.14/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi Dalam Negeri. Sepanjang 2016 PT Tugu Reasuransi Indonesia mencatatkan premi bruto sebesar Rp2,26 triliun - ilustrasi Dalam beleid itu disebutkan bahwa perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah wajib memperoleh dukungan reasuransi 100% dari resuradur dalam negeri untuk pertanggungan resiko yang sederhana. “Jika dibandingkan capaian pada tahun 2015, maka pendapatan premi sepanjang 2016 bertumbuh sebesar 50% yaitu dari Rp1,5 triliun menjadi Rp2,26 triliun,” katanya kepada Bisnis, Selasa (17/1/2016). Menurutnya, tidak hanya target produksi yang capaiannya melampaui target, melainkan juga perolehan laba perseroan sepanjang 2016. Dia mengungkapkan perolehan laba pada tahun lalu mencapai Rp192 miliar, atau melampaui target awal perusahaan yang sebelumnya memperkirakan perolehan laba bisa berada pada kisaran Rp166 miliar. Dradjat mengatakan kinerja yang lebih baik diharapkan bisa dicapai di tahun ini. Dia mengungkapkan, sepanjang 2017 perseroan menargetkan bisa membukukan premi sebesar Rp3,1 triliun atau tumbuh sekitar 37% jika dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Selain itu, Tugu Re juga menargetkan perolehan laba pada tahun ini bisa mencapai Rp220 miliar atau tumbuh 14,5% jika dibandingkan capaian pada tahun lalu. Untuk mencapai target tersebut, perseroan berencana meminta suntikan modal dari para pemegang saham. Menurutnya, suntikan modal diperlukan untuk meningkatkan ekuitas perusahaan yang saat ini masih berada dibawah Rp1 triliun. Sampai dengan Kuartal III/2016, ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp700 miliar. Tugu Re rencananya akan mengajukan penambahan modal sekitar Rp250 miliar untuk mencapai ekuitas diatas Rp1 triliun. “Untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dibutuhkan dukungan dari pemegang saham. Apalagi, sebagian besar perusahaan reasuransi lainnya ekuitasnya sudah diatas Rp1 triliun,” ujarnya. Adapun, komposisi kepemilikan saham Tugu Re saat ini sekitar 48,41% dimiliki oleh PT Asriland. Kemudian, PT Tugu Pratama Interindo sebesar 37,67%, dan Dana Pensiun Pertamina sebesar 13,92%. Bisnis.com,JAKARTA—Sepanjang 2016 PT Tugu Reasuransi Indonesia mencatatkan premi bruto sebesar Rp2,26 triliun atau sedikit diatas target awal yang diperkirakan mencapai Rp2,25 triliun. Direktur Keuangan PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu Re) Dradjat Irwansyah mengatakan faktor utama yang mendorong capaian target produksi ialah adanya ketentuan yang diterbitkan regulator melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK No.14/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi Dalam Negeri. Dalam beleid itu disebutkan bahwa perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah wajib memperoleh dukungan reasuransi 100% dari resuradur dalam negeri untuk pertanggungan resiko yang sederhana. “Jika dibandingkan capaian pada tahun 2015, maka pendapatan premi sepanjang 2016 bertumbuh sebesar 50% yaitu dari Rp1,5 triliun menjadi Rp2,26 triliun,” katanya kepada Bisnis, Selasa (17/1/2016). Menurutnya, tidak hanya target produksi yang capaiannya melampaui target, melainkan juga perolehan laba perseroan sepanjang 2016. Dia mengungkapkan perolehan laba pada tahun lalu mencapai Rp192 miliar, atau melampaui target awal perusahaan yang sebelumnya memperkirakan perolehan laba bisa berada pada kisaran Rp166 miliar. Dradjat mengatakan kinerja yang lebih baik diharapkan bisa dicapai di tahun ini. Dia mengungkapkan, sepanjang 2017 perseroan menargetkan bisa membukukan premi sebesar Rp3,1 triliun atau tumbuh sekitar 37% jika dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Selain itu, Tugu Re juga menargetkan perolehan laba pada tahun ini bisa mencapai Rp220 miliar atau tumbuh 14,5% jika dibandingkan capaian pada tahun lalu. Untuk mencapai target tersebut, perseroan berencana meminta suntikan modal dari para pemegang saham. Menurutnya, suntikan modal diperlukan untuk meningkatkan ekuitas perusahaan yang saat ini masih berada dibawah Rp1 triliun. Sampai dengan Kuartal III/2016, ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp700 miliar. Tugu Re rencananya akan mengajukan penambahan modal sekitar Rp250 miliar untuk mencapai ekuitas diatas Rp1 triliun. “Untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dibutuhkan dukungan dari pemegang saham. Apalagi, sebagian besar perusahaan reasuransi lainnya ekuitasnya sudah diatas Rp1 triliun,” ujarnya. Adapun, komposisi kepemilikan saham Tugu Re saat ini sekitar 48,41% dimiliki oleh PT Asriland. Kemudian, PT Tugu Pratama Interindo sebesar 37,67%, dan Dana Pensiun Pertamina sebesar 13,92%. Fitri Sartina Dewi 18/01/2017 Mandiri Inhealth Denpasar Gencar Pasarkan Produk COB http://finansial.bisnis.com/read/20170118/215/620412/mandiri-inhealth-denpasar-gencar-pasarkanproduk-cob Bisnis.com, DENPASAR--PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia atau Mandiri Inhealth akan lebih gencar lagi pasarkan produk yang menyertakan layanan BPJS Kesehatan melalui skema koordinasi manfaat atau coordination of benefit (COB) dengan menyasar berbagai perusahaan di Bali. Kepala Kantor Pemasaran dan Operasional Mandiri Inhealth Denpasar, I Gusti Made Santika, mengatakan beberapa perusahaan yang menjadi target sasarannya yaitu instansi pemerintahan, BUMN, BUMD, sekolah, dan kampus guna meningkatkan kepesertaannya di Bali. Seorang nasabah sedang berkonsultasi di Mandiri Inhealth Kantor Operasional Denpasar. - Bisnis/ Natalia Indah Kartikaningrum “Untuk Bali sendiri masih didominasi perusahaan akomodasi perhotelan dan restoran karena wilayahnya yang merupakan destinasi pariwisata. Kedepan, kami kami akan mengajak berbagai perusahaan di Bali baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk bergabung bersama kami,” tuturnya saat ditemui media di Denpasar, Selasa (17/1/2017). Dia menjelaskan, lebih efisien menyasar perusahaan untuk menjadi peserta, khususnya pada perusahaan yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan sehingga semakin mempermudah proses verifikasi peserta. “Perusahaan dengan minimal mempunyai 50 karyawan menjadi segmen market sasaran Mandiri Inhealth dalam memasarkan produk kami. Kami sendiri belum melayani produk asuransi perorangan,” ujarnya. Dia menuturkan, produk COB tersebut diluncurkan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat dalam perawatan kesehatan, khususnya dengan berkoodinasi dengan BPJS Kesehatan dalam peningkatan fasilitas perawatan kesehatan. “Dengan paket pelayanan COB ini, kami menawarkan solusi bagi perusahaan di era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jadi melalui koordinasi manfaat kesehatan antara BPJS Kesehatan dengan Mandiri Inhealth, maka perusahaan yang menjadi peserta COB bisa mendapatkan manfaat lebih maksimal untuk asuransi kesehatan bagi karyawannya,” imbuhnya. Natalia Indah Kartikaningrum 18/01/2017 33 Badan Usaha Bergabung Jadi Peserta Mandiri Inhealth Denpasar http://finansial.bisnis.com/read/20170118/215/620413/33-badan-usaha-bergabung-jadi-pesertamandiri-inhealth-denpasar Bisnis.com, DENPASAR--Mandiri Inhealth Kantor Operasional Denpasar mencatat hingga 17 Januari 2017 jumlah badan usaha yang telah bergabung menjadi pesertanya sebanyak 33 badan usaha di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. I Gusti Made Santika, Kepala Kantor Pemasaran dan Operasional Mandiri Inhealth Denpasar, menjelaskan total peserta yang telah bergabung dengannua mencapai 22.691 orang. /Bisnis/Natalia Indah Kartikaningrum “Dari jumlah tersebut, 17.019 orang diantaranya adalah peserta produk yang menyertakan layanan BPJS Kesehatan melalui skema koordinasi manfaat atau coordination of benefit (COB) dengan persentase mencapai 75%. Sedangkan peserta non COB hanya 5.672 orang atau sekitar 25%,” paparnya di Denpasar, Selasa (17/1/2017). Pihaknya pun optimis pada 2017 ini akan semakin banyak perusahaan atau badan usaha yang terdaftar menjadi peserta Mandiri Inhealth. “Proyeksi kami selama 2017 ini cukup tinggi, sebab target pendapatan premi kami naik 70% dibandingkan pada 2016 lalu. Kami tetap semangat dan yakin target-target ini akan tercapai dengan potensi masih banyak perusahaan yang belum menjadi peserta kami,” terangnya. Khusus untuk COB, salah satu produk yang paling banyak diminati, pihaknya akan menyasar perusahaanperusahaan yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan untuk mengikuti program COB, imbuh Santika. “Beberapa perusahaan yang menjadi target sasaran kami yaitu instansi pemerintahan, BUMN, BUMD, sekolah, dan kampus-kampus yang ada di wilayah kerja kami,” cetusnya. Natalia Indah Kartikaningrum 18/01/2017 OJK Akan Beri Sanksi Manulife Jika Melakukan PHK http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/01/18/ojk-akan-beri-sanksi-manulife-jika-melakukan-phk TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia terancam mendapat sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jika terbukti melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan dengan melanggar aturan. Kabarnya, sekitar dua ratusan karyawan Manulife Indonesia di-PHK pada akhir Desember 2016. Langkah PHK tersebut tidak termuat dalam rencana bisnis tahunan sehingga menyalahi ketentuan dari regulator. Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) II OJK, Dumoly F. Pardede menyatakan hingga saat ini OJK masih meminta penjelasan dari manajemen Manulife Indonesia terkait hal tersebut. Jelas dia, OJK sebenarnya berharap tidak ada PHK di Manulife Indonesia. Pasalnya, kinerja Manulife Indonesia terbilang sangat baik atau dengan kata lain produktivitas SDM perusahaan sangat tinggi. OJK juga tengah melakukan pemeriksaan terhadap rencana bisnis Manulife Indonesia sepanjang 2016. Jika PHK tersebut, lanjut Dumoly, tidak terdaftar dalam rencana bisnis tahunan, maka Manulife Indonesia akan dikenakan sanksi. "Kalau ada pelanggaran, maka akan ada sanksi," tegas dia. Manulife Indonesia belum mau terbuka soal jumlah karyawan yang di-PHK sebab menjadi rahasia perusahaan. Bisnis Indonesia – 18/01/2017, Hal. 21 (Berita Photo) Premi Tumbuh Kompas – 18/01/2017, Hal. 18 (Berita Photo) Kunjungan Zurich ke Kompas Bisnis Indonesia – 18/01/2017, Hal. 1 Indonesia Percaya Diri