BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
INDONESIA
A.
1.
Pegawai Negeri Sipil
Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Sebelum memebahas mengenai konsep manajemen kepegawaian
Indonesia, diperlukan pemahaman terlebih dahulu menegenai subjek dari
hukum kepegawaian, yaitu Pegawai Negeri Sipil. Kedudukan dan peranan
dari pegawai negeri dalam setiap organisasi pemerinthan sangatlah
menentukan, sebab Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung
Pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Perana dari
Pegawai Negeri seperti diistilahkan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi
not the gun, the man behind the gun, yaitu bukan senjata yang penting
melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjata modern tidak
mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercayai menggunakan
senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar. 16
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadinata, kata
Pegawai berarti : “orang yang bekerja pada Pemerintah (Perusahaan dan
sebagainya)”. Sedangkan “Negeri” berarti “Negara” atau “Pemerintah” jadi
Pegawai Negeri adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara. 17
16
17
Muchsan, op.cit, hlm. 12.
Rozali Abdullah, 1986, Hukum Kepegawaian, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, hal. 13
18
19
Melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, dilakukan reduksi total terhadap eksistensi Pegawai Negeri Sipil.
Jika sebelumnya Pegawai Negari Sipil hanya berperan sebagai aparatur
negara dan aparatur pemerintah, lewat Undang-Undang ini Pegawai Negeri
Sipil diposisikan sebagai sebuah profesi yang sekaligus berperan sebagai
aparatur negara dan aparatur pemerintah. Hal in dapat dilihat dari bunyi
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, yang menyebutkan bahwa, “Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
Pemerintah”, vide konsideran menimbang huruf c yang menyebutkan,
”bahwa untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari
reformasi birokrasi, perlu ditetapkan Aparatur Sipil Negara sebagai profesi
yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen Apratur Sipil Negra”. Penyebutan Aparatur Sipil
Negara sebagai aparatur negara sendiri dapat dilihat dalam Pasal 8 yang
berbunyi, “Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara”.
Konsekuensi logis dari adanya perubahan eksistensi ini adalah terciptanya
iklim kompetisi yang sehat bagi tiap-tiap individu Pegawai Negrei Sipil
untuk meningkatkan karirnya sepanjang kinerjanya menunjukan hasil yang
baik dan memuaskan serta secar linier memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan pencapaian nilai-nilai dan tujuan organisasinya. Pendekatan
20
sistem manajemen tidak lagi berbasis kepada karir tetapi lebih spesifik
ditekankan kepada sistem pembinaan manajemen kepegawaian yang
berbasis pada jabatan (Position Based Personnel Management System). 18
Kranenburg memeberikan pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu
pejabat yang ditunjuk, jadi penegertian tersebut tidak termasuk terhadap
mereka yang mengaku jabatan yang mewakili seperti anggorta parlemen,
presiden dan sebagainya. Logemann dengan menggunakan kriteria yang
bersifat materil mencermati hubungan antara negara dengan Pegawai Negeri
dengan memberikan pengertian Pegawai Negeri sebagai tiap pejabat yang
mempunyai hubungan dinas dengan negara. 19 Sedangkan “Negeri” berarti
negara atau pemerintahan, jadi Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang
bekerja pada pemerintah atau negara.
A.W. Widjaja berpendapat bahwa, “Pegawai adalah merupakan tenaga
kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang
senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok
dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. 20
Selanjutnya A.W.Widjaja mengatakan bahwa, “Pegawai adalah orang
yang dikerjakan dalam suatu badan tertentu, baik di lembaga-lembaga
pemerintah maupun dalam badan-badan usaha. 21
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa merupakan modal pokok
dalam suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi
18
Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Pemerintah Kota Sibolga. 2014. “Profil Jabatan
Aparatur Sipil Negara (Seri 1)”.Sibolga, hlm. 2.
19
Ibid. Hlm. 13.
20
A.W.Widjaja, Administrasi Kepegawian, (Jakarta: Rajawali, 2006), hal. 113.
21
Ibid, hal. 15.
21
swasta. Selanjutnya dikatakan bahwa pegawai merupakan modal pokok
dalam suatu organisasi karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut. Pegawai
yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam melaksanakan
tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi pemerintahan maupun
organisasi swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan
yang telah dikerjakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Musanef yang mengatakan bahwa,
“Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat
imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta. 22
Musanef memeberikan definisi Pegawai sebagai pekerja atau woker
adalah, “Mereka yang secara langsung digerakkan oleh seorang manajer
untuk bertindak sebagai pelaksaan yang akan menyelenggarakan pekerjaan
sehingga menghasilkan karya-karya yang diharapkan dalam usaha
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. 23
Pegawai Negeri Sipil, menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia,
“Pegawai”berarti”orang yang bekerja pada Pemerintah (perusahaan atau
sebagainya) sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah, jadi
Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau
negara. 24
22
Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta: Gunung Agung, 1984)
Ibid, hal. 4.
24
W.J.S, Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
478;514
23
22
Penegertian Pegawai Negeri menurut Mahfud M.D. dalam buku
Hukum Kepegawaian, terbagi dalam dua bagian yaitu pengertian stipulatif
dan penegrtian ekstentif (perluasan pengertian).
a.
Pengertian Stipulatif
Pengertian yang bersifat stipulatif (penetapan tentang makna yang
diberikan oleh Undang-Undang tentang Pegawai Negeri terdapat dalam
Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun
1999. Pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 berkaitan dengan
hubungan pegawai negeri dengan hukum (administrasi), sedangkan
dalam pasal 3 ayat (1) berkaitan dengan hubungan pegawai negeri
dengan pemerintah, atau mengenal kedudukan pegawai negeri.
Pengertian stipulatif tersebut selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1 angka 1: Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3 ayat (1) : Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur
negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas
negara, pemerintahan dan pembangunan.
23
Pengertian diatas berlaku dalam pelaksanaan semua peraturanperaturan kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan semua
peraturan perundang-undangan, kecuali diberikan definisi lain. 25
b.
Pengertian Ekstentif
Selain dari pengertian stipulatif ada beberapa golongan yang
sebenarnya bukan Pegawai Negeri menurut UU No.43 Tahun 1999,
tetapi dalam hal tertentu dianggap sebagai dan diperlakukan sama
dengan Pegawai Negeri, artinya di samping pengertian stipulatif ada
pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal tertentu. Pngertian tersebut
terdapat pada :
a) Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 415-437 KUHP mengenai
kejahatan jabatan. Menurut pasal-pasal tersebut orang yang
melakukan kejahatan jabatan adalah yang melakukan kejahatan
yang berkenaan dengan tugasnya sebagai orang yang diserahi suatu
jabatan publik, baik tetap maupun sementara. Jadi, orang yang
diserahi suatu jabatan publik itu belum tentu Pegawai Negeri
menurut pengertian stipulatif apabila melakukan kejahatan dalam
kualitasnya sebagai pemegang jabatan publik, ia dianggap dan
diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, khusus untuk kejahatan
yang dilakukannya.
b) Ketentuan pasal 92 KUHP yang berkaitan dengan status anggota
dewan rakyat, anggota dewan kepala daerah dan kepala desa.
25
Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, djambatan, 1979, hlm. 95
24
Menurut Pasal 92 KUHP, dimana diterangkan bahwa yang
termasuk dalam arti Pegawai Negeri adalah orang-orang yang
dipilih dalam pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum
dan mereka juga mereka yang bukan dipilih, tetapi diangkat
menjadi anggota dewam rakyat dan dewan daerah serta kepalakepala desa dan sebagainya. Pengetian Pegawai Negeri menurut
KUHP sangatlah luas, tetapi pengertian tersebut hanya berlaku
dalam hal ada orang-orang yang melakukan kejahatan atau
pelanggaran jabatan atau tindak pidana lain yang disebut dalam
KUHP,
jadi
pengertian
ini
tidak
termasuk
alam
hukum
kepegawaian. 26
Pengertian Pegawai Negeri menurut Undang-undang Nomor 43 tahun
1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentan
Pokok-pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangjat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalan suatu jabatan negeri atau diserahi tugas
negara lainnya dan gaji berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang
berlaku. Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999, terdiri dari :
a.
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan;
b.
Pegawai Negeri Sipil Daerah. 27
26
Ibid., hlm. 10
Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun
27
1974,Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
25
Mengenai penjelasan ataupun arti Pegawai Negeri Pusat dan Pegawai
Negeri Daerah dapat dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 09 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), yang mana
diterangkan sebagai berikut :
a.
Pasal 1 ayat (1) :
Pegawai Negeri Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya
debebankan pada Departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan
Lembaga Kepresidenan, Kantor Menteri Negara Kordinator, Kantor
Menteri Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaga
Pemerintahan
Non-Departemen,
Kesekretariatan
Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Badan Narkotika Nasional, Kesekretariatan
Lembaga Lain yang dipimpin oleh Pejabat Struktural eselon I dan
bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah NonDepartemen, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan
tugas negara lainnya.
b.
Pasal 1 ayat (2) :
Pegawai Negeri Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya
debebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bekerja
pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau pekerjaan di
luar instansi induknya. 28
28
Penjelasan Pasal 1 ayat (1) – ayat (2) Peraturan Pemerintrah Republik Indonesia Nomor 09
Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil.
26
Kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan semua
peraturan-peraturan perundang-undangan lain. Agar lebih jelas ada 4 pokok
definisi mengenai Pegawai Negeri, yaitu :
a.
Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
b.
Diangkat oleh pejabat yang berwenang
c.
Diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri, dan
d.
Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 29
Dalam hal ini yang memenuhi syarat-syarat dalam keempat pokok
tersebut termasuk Pegawai Negeri. Kedudukan dan peran Pegawai Negeri
Sipil pada setiap negara adalah penting dan menentukan karena pegawai
negeri
merupakan
aparatur
pelaksaan
pemerintahan
untuk
menyelenggarakan pemerintah dan kelancaran pembangunan dalam rangka
usaha mencapai tujuan nasional terutama ditentukan oleh kualitas dan
kinerja Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil atau Civil Servant merupakan salah satu organ
penting bagi eksistensi suatu Negara, keberadaan Pegawai Negeri Sipil
selain sebagai bagian Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 Tentang PokokPokok Kepegawaian.
Dari eksekutif juga terdapat pada organ-organ kenegaraan lainnya
seperti lembaga yudikatif maupun lembaga legislatif. Pegawai Negeri Sipil
29
Sastra Djatmika dan Marsono, op. cit, hlm 7
27
harus netral dari semua golongan dan pegaruh partai politik serta tidak
diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil juga dilarang atau tidak diperbolehkan menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib
menaati
segala
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
dan
melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh
pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
Dalam sistem Kepegawaian secara nasional, Pegawai Negeri Sipil
memilik posisi penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
fungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan
kebijakan
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, maka ada sebagian
kewenangan dibidang kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang
dikelola dalam sistem kepegawaian daerah. 30
2.
Pengertian Pegawai Negeri Sipil Dipandang Dari Sudut Hukum Pidana
Ditinjau dari sudut kepidanaan, kedudukan sebagai Pegawai Negeri
adalah penting :
a.
Bagi delik-delik jabatan yaitu delik-delik dimana kedudukan Pegawai
Negeri adalah unsur.
b.
Bagi delik-delik jabatan yang tidak sebesarnya, yaitu delik-delik biasa,
yang dilakukan kalau keadaan-keadaan yang memberatkan deperti
tersebut dalam Pasal 52 KUHP.
30
Undang-undang Nomor 8 tahun 2005,Tentang penetapan peraturan pemerintah penganti undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.
28
c.
Bagi delik-delik yang dilakukan terhadap Pegawai Negeri yang sedang
melakukan tugas.
Karena kedudukan Pegawai Negeri bagi delik-delik jabatan adalah
penting bahkan merupakan unsur mutlak, maka berkenaan dengan itu akan
penulis tinjau pengertian Pegawai Negeri dari sudut hukum kepidanaan.
Mengenai perumusan Pegawai Negeri antara lain terdapat di dalam :
a.
KUHP;
b.
Pendapat HR (Hoge Raad);
c.
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 03
Tahun 1971)
ad.a.
Perumusan Pegawai “Negeri” di dalam KUHP.
Mengenai siapa yang termasuk sebgai Pegawai Negeri dirumuskan
dalam Pasal 92 KUHP. Untuk lebih jelasnya dikemukakan Pasal 92 yang
berbunyi sebagai berikut :
1) Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang yang dipilih dalam
pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga
orang-orang yang bukan karena pemilihan menjadi anggota badan
pembentuk
Undang-Undang,
badan
pemerintahan
atau
badan
perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh pemerintah, begitu juga anggota
dan semua kepala rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur
Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.
2) Yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga hakim wasit, yang
dimaksud hukum termasuk juga orang-orang yang menjalankan
29
peradilan
administrasi,
serta
ketua-ketua
dan
anggota-anggota
pengadilan agama.
3) Semua anggota angkatan perang juga dianggap sebagai pejabat. 31
Dilihat dari perumusan Pasal 92 KUHP tersebut kata “Ambtenar” oleh
Muljatno di dalam KUHP telah diterjemahkan menjadi kata pejabat. Untuk
selanjutnya penulis akan memepergunakan kata Pegawai Negeri dari
“Ambtenaar”
Di dalam KUHP Pasal 92.
“yang disebut pejabat /pegawai negeri termasuk . . . . . dan seterusnya”.
Jadi Pasal 92 KUHP tidak memberikan definisi mengenai siapakah
yang dimaksud dengan Pegawai Negeri pada umumnya, tetapi hanya
memberikan pengertian dari pengertian Pegawai Negeri/Pejabat. Ini terbukti
dari kalimat-kalimat yang disebut pejabat/pegawai negeri.
“Jadi Penegrtiannya luas sekali, karena tidak ada batasnya.
ad.b Perumusan Pegawai Negeri menurut Pendapat HR (Hoge Raad)
Seperti dikatakan dalam Nomor 1 KUHP tidak memberikan definisi
(bahasan) tentang Pegawai Negeri.
HR (Hoge Raad) pada keputusannya tanggal 30 Januari 1911,
merumuskan pengertian Pegawai Negeri sebagai berikut : “Pegawai Negeri
adalah seseorang yang diangkat oleh penguasa dalam suatu jabatan umum,
31
Muljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Dalam Hukum Pidana, Seksi Fakultas
Hukum Universitas Gadjha Mada, Jogyakarta, 1969, hlm. 50
30
yang melaksanakan sebagian dari tugas-tugas negara atau alat-alat
perlengkapan. 32
Untuk lebih lengkapnya mengenai pengertian Pegawai Negeri ini
mengemukakan pendapat E. Utracht yang mengatakan “Pegawai Negeri”
(Ambtenaar) dalam kejahatan jabatan adalah tiap pejabat suatu jabatan
pemerintah. 33
3.
Jenis Pegawai Negeri Sipil
Mengenai jenis Pegawai Negeri Sipil didasarkan Pada Pasal 2 ayat (1)
UU No. 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri dibagi menjadi :
a.
Pegawai Negeri Sipil
b.
Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan
c.
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 tidak menyebutkan apa yang
dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun di sini dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri
Sipil adalah Pegawai Negeri bukan anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran diatas, Pegawai Negeri Sipil merupakan
bagian dari pegawai negeri yang merupakan aparatur negara. Menurut UU
No. 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (2) Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi :
32
Jonkers, J.E., Buku Pedoman Tentang Hukum Pidana Di Indonesia, diterjemahkan oleh R.A.
Koesnoen diterbitkan oleh PBSS. Kepenjaraan, tanpa tempat dan tahun, hlm. 178-179
33
E. Utracht, Majalah Hukum dan Masyarakat , Tahun ke I, Nomor 3, April 1956, hlm. 18
31
a.
Pegawai Negeri Sipil Pusat
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai
Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah
Nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal di
daerah Provinsi Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau
dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
b.
Pegawai Negeri Sipil Daerah
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah
Pegawai Negeri sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja
pada Pemerintahan Daerah, atau dipekerjakan diluar instansi induknya.
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang
menerima perbantuan. 34
Di samping Pegawai Negeri sebagaimana yang disebutkan pada Pasal
2 ayat (1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.
Yang dimaksud dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat
untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai
34
Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan UndnagUndang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
32
dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak
berkedudukan sebagai pegawai negeri. 35
Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai di
luar PNS dan pegawai lainnya (tenaga kerja). Penamaan pegawai tidak tetap
merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya
kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBD/APBN dalam
penggajiannya. 36
Mengenai jenis Pegawai Negeri Sipil yang disebut juga ASN
(Aparatur Sipil Negara) ada juga terdapat dalam Undang-Undang Aparaur
Sipil Negara yang mana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 05
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jenis ASN (Aparatur Sipil
Negara) terdapat pada Pasal 6, sebagai berikut :
Pegawai ASN terdiri atas ;
a.
PNS; dan
b.
PPPK.
Dalam penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dapat di lihat penjelasannya dalam Pasal 7
Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
yang mana tercantum sebagai berikut:
Pasal 7
35
Penjelasan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan UndnagUndang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
36
Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, 2004 Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, hlm. 26
33
a.
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan Pegawai
ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
b.
PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini. 37
Dari uraian diatas mengenai jenis Pegawai Negri Sipil, terdapat
perbedaan yang di terbitkan oleh Undang-Undang yang lama dan baru.
Namun tetapi dalam perbedaan jenis juga terdapat pengertian yang sama,
akan tetapi Undang-Undang yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara memberi penjelasan yang komprehensif atau jelas
dan mudah dimengerti apa tugas sebenarnya Pegawai Negeri tersebut.
4.
Hak Dan Kewajiban Pegawai Negeri sipil
Dalam definisi Pegawai Negeri Sipil telah disebutkan bahwa ia
memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang. Sudah
menjadi ketentuan akan ada hak tapi jika sebuah kewajiban. Hak dan
kewajiban PNS sendiri sudah diatur dalam Undang-undang nomor 8 tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Undang-udang nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Kewajiban dalam undan-undang nmor
8 kemudian diperjelas lagi pada Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010
37
Penjelasan Pasal 6-7 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
34
tentang Disiplin PNS. PP ini masih berlaku sampai sekarang mengingat
belum ada PP baru pelaksanaan UU ASN. Berikut Hak dan Kewajiban
Pegawai Negeri Sipil menurut Undang-Undang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 atas perubahan
dari Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974, ditetapkan bahwa kewajiban
Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut :
a.
Wajib setia, dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 4))
b.
Wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan
penuh pengabdian, kesederhanaan dan tanggung jawab (Pasal 5)
c.
Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas
kuasa Undang-Undang (Pasal 6)
Selanjutnya, adapun mengenai Hak Pegawai Negeri Sipil yang mana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang mana atas
perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagai berikut :
a.
Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai
dengan pekerjaan dan tanggungjawabnya. (pasal 7)
b.
Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti. (pasal 8)
35
c.
Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan
karena
menjalankan
tugas
kewajibannya,
berhak
memperoleh
perawatan. (pasal 9 angka 1)
d.
Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani
dalam
dan
karena
menjalankan
tugas
kewajibannya
yang
mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga,
berhak memperoleh tunjangan. (pasal 9 angk 2)
e.
Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh
uang duka. (pasal 9 angka 3)
f.
Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan, berhak atas pensiun. (pasal 10)
Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu yang wajib
dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra
Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga golongan, yaitu :
1.
Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan
2.
Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu
tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai Pegawai
Negeri pada umumnya
3.
Kewajiban-kewajiban lainnya. 38
Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang No. 05 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara atas perubahan dari Undang-Undang No. 43 Tahun
1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menjelaskan mengenai kewajiban
38
Sastra Djatmika dan Marsono. Op. Cit., hlm. 103
36
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut :
a.
Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah yang sah.
b.
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c.
Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang
d.
Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e.
Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab
f.
Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik didalam maupun diluar
kedinasan
g.
Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
h.
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 39
Selanjutnya, adapun mengenai Hak Pegawai Negeri Sipil yang mana
diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang
aparatur sipil negara, sebagai berikut :
a.
39
Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
Penjelasan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
37
b.
Cuti;
c.
Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
d.
Pengembangan kompetensi 40
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 mengatur
tentang disiplin PNS. Di dalam peraturan tersebut diatur tentang displin,
pelanggaran disiplin, larangan, dan juga kewajiban PNS. Kewajiban PNS
yang diatur antara lain:
Bagian 3 pasal 3 PP 53 Tahun 2010
a.
Mengucapkan sumpah/janji PNS
b.
Mengucapkan sumpah/janji jabatan
c.
Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila ,UUD-RI 1945,NKRI dan
Pemerintah.
d.
Menaati segala ketentuan peraturan perundang- undangan.
e.
Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS denga
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
f.
Menjujung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS
g.
Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan /atau golongan;
h.
Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
i.
Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
40
Penjelasan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
38
j.
Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan dan materiil;
k.
Masuk kerja dan menaati jam kerja
l.
Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan
m. Menggunakan dan memelihara barang- barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
n.
Memberikan pelayanan sebaik – baiknya kepada masyarakat
o.
Membimbing bawahan dalam melaksankan tugas
p.
Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier
q.
Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang. 41
Dari kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil dapat juga di jelaskan
mengenai penjelasan terhadap kewajiban dan hak Pegawai Negeri Sipil,
sebagai berikut :
a.
Kewajiban Pegawai Negeri
Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu yang wajib
dilakukan berdsarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra
Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga golongan :
1.
Kewajiban – kewajiban yang ada hubungannya dengan suatu
jabatan.
41
http://wikipns.com/hak-dan-kewajiban-pns-menurut-uu-asn-dan-pp-53/
39
2.
Kewajiban – kewajiban yang tidak langsung berhubungan denbgan
suatu tugas dalam kabatan, melainkan dengan kedudukannya
sebagai Pegawai Negeri pada umumnya.
3.
Kewajiban – kewajiban lainnya. 42
Untuk menjunjung tinggi kedudukan Pegawai Negeri Sipil,
diperlukan elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi kesetiaan,
ketaatan, pengabdian, kesadaran, tanggung jawab, jujur, tertib,
bersemangat dengan memegang rahasia negara dan melaksanakan tugas
kedinasan.
Dari elemen-elemen penunjang kewajiban dapat di jelaskan sebagai
berikut :
a.
Kesetiaan berartai tekad dan sikap batin serta kesanggupan untuk
mewujudkan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Pada
umumnya kesetiaan timbul dari pengetahuan dan pemahaman dan
keyakinan yang mendalam terhadap apa yang disetiai, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila yang disetiai adalah sebagaimana termaktub dalanm
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 pada dasarnya dirumuskan secara singkat, oleh
karena itu setiap Pegawai Negeri Sipil berkewajiban untuk
menjabarkan dan melaksanakan secara taat asas, kreatif, dan
42
Sastra Djatmika dan Marsono. Op. Cit., hlm. 103
40
konstruktif terhadap nilai-nilai yang terkandung, baik dalam tugas
maupun dalam sikap, prilaku dan perbuatannya sehari-hari.
Pelanggaran terhadap disiplin, pelanggaran hukum dalam dinas
maupun diluar dinas secara langsung maupun tidak langsung
merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
b.
Ketaatan berarti kesanggupan seseorang untuk menaati segala
peraturan perundang-undangan dan peraturan (kedinasan) yang
berlaku serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang
ditentukan.
c.
Pengabdian
(terhadap
Negara
dan
masyarakat)
merupakan
kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia
dalam hubungan formal baik dengan Negara secara keseluruhan
maupun dengan masyarakat secara khusus.
d.
Kesadaran berarti merasa, tahu dan ingat ( pada keadaan yang
sebenarnya) atau keadaan ingat (tahu) akan dirinya.
e.
Jujur berarti lurus hati; tidak curang (lurus adalah tegak benar),
terus terang (benar adanya), kejujuran adalah ketulusan hati
seseorang dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak
menyalahkan wewenang yang diberikan kepadanya atau keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya apabila terdapat sesuatu hal,
boleh dituntut dan dipersalahkan.
41
f.
Menjunjung tinggi berarti memuliakan atau menghargai dan
menaati martabat bangsa. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa
dan negara mengandung arti bahwa norma-norma yang hidup
dalam Bangsa dan Negara Indonesia harus dihormati. Setiap
Pegaweai Negeri Sipil harus menghindari tindakan dan tingkah
laku yang dapat menurunkan atau mencemarkan kehormatan
Bangsa dan Negara.
g.
Cermat berarti (dengan seksama); (dengan) teliti; dengan sepenuh
minat (perhatian).
h.
Tertib berarti menaati peraturan dengan baik, aturan yang bertalian
dengan baik.
i.
Semangat berarti jiwa kehidupan yang mendorong seseorang untuk
bekerja keras dengan tekad yang bulat untuk melaksanakan tugas
dalam rangka pencapaian tujuan. Bersemangat berarti ada
semangatnya, mengandung semangat. Biasanya semangat timbul
karena keyakinan atas kebenaran dan kegunaan tujuan yang akan
dicapai.
j.
Rahasia berarti sesuatu yang tertsembunyi (hanya diketahui oleh
seseorang
atau
beberapa
orang
saja;
ataupun
sengaja
disembunyikan supaya orang lain tidak mengetahuinya). Rahasia
dapat berupa rencana, kegiatan atau tindakan yang akan, sedang
atau telah dilaksanakan yang dapat menimbulkan kerugian atau
42
bahaya, apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang
yang tidak berhak.
k.
Tugas kedinasan berarti sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang
ditentukan untuk dilakukan terhadap bagian pekerjaan umum yang
mengurus sesuatu pekerjaan tertentu.
b.
Hak Pegawai Negeri sipil
Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai
kebutuhan yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi
kebutuhannya, seperti bekerja untuk memperoleh uang bagi pemenuhan
kebutuhan. Manusia dalam kajian ekonomi disebut sebagai sumber
daya karena memiliki kecerdasan, melalui kecerdasan yang semakin
meningkat mangakibatkan manusia dikatakan sebagai homo sapiens,
homo politikus dan homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih
mendalam dapat dikatakan pula bahwa manusia adalah zoom politicon.
Berdasarkan perkembangan dunia modern, dalam prosesnya setiap
individu akan berinteraksi dalam masyarakat yang semakin meluas dan
perkembangan berikutnya adalah dimulainya konsep organisasi yang
melingkupi bidang pemerintahan, sehingga manusia dapat dikatakan
sebagai homo administratikus dan organization man. 43
Langkah – langkah yang ditempuh dalam suatu organisasi adalah
bertujuan untuk mempertautkan antara kepentinga pegawai dan
organisasi. Kepentingan pegawai pada umunya terbatas kepada
43
Sondang P. Siagian, 1996, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, hlm. 9-10
43
kepentingan memperoleh gaji guna memenuhi kebutuhannya dan hal ini
pun masih dipengaruhi oleh kepentingan lainhnya berupa keserasian
arahan kerja dari pimpinan organisasi, kesempatan mengembangkan
diri sampai dengan adanya jaminan di hari tua (pensiun).
Berdasarkan
pembahasan
diatas,
kebutuhan
manusia dapat
diklasifikasikan menjadi kebutuhan primer dan skunder yang meliputi
fisiologis, sosial,dan egoistik.
1) Kebutuhan primer adalah kebutuhan sandang, pangan, papan dan
lain-lain yang keseluruhannya bertujuan memenuhi kebutuhan
dasar manusia yang disebut fisiologis. Manusia selalu berusaha
agar kebutuhan primer dapat berkesinambungan, sehingga dalam
hati nurani tumbuh harapan adanya kepastian dan keamanan.
Kedua faktor ini yang menjadi dorongan yang kuat bagi manusia
untuk bekerja.
2) Kebutuhan sekunder yang bersifat relatif, karena adanya perbedaan
kebutuhan antara seseorang dengan lainnya. Menurut Flippo,
kebutuhan sekunder tersebut terdiri atas kebutuhan sosial dan ego,
seperti afeksi, disenangi oleh lingkungan. Kebutuhan ego tampak
dalam
berbagai
kesempatan,
seperti
pengakuan
terhadap
kemampuan diri dari lingkungannya; sifat dominan, dan lain-lain.
Berdasarkan hal ini, seorang yang bekerkja berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan primer dan apabila telah terpenuhi akan
44
berkembang ke arah pemenuhan kebutuhan sekunder yang sulit
untuk diukur.
Menurut Herzberg, setiap manusia memerlukan dua kebutuhan dasar,
yaitu:
a)
Kebutuhan menghindari dari rasa sakit dan kebutuhan mempertahankan
kelangsungan hidup.
b) Kebutuhan untuk tumbuh, berkembang, dan belajar. 44
Hezberg mangadakan analisis yang menghasilkan dua hubungan
sinergis, yang pertama mengenai tingkat kepuasan pegawai dari tingkat
tidak puas hingga hilangnya ketidakpuasan yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tipe ini disebut hygenic factor yang terdiri atas hak Pegawai
Negeri yaitu Gaji, hubungan antara pegawai, kebijaksanaan dalam bidang
administrasi, prosedur, dan lain-lain.
Hubungan sinergis berikutnya adalah tipe motivator yang dimulai dari
tingkat ketidakpuasan kerja hingga tingkat adanya kepuasan kerja, misalnya
faktor pengetahuan, keberhasilan untuk mencapai tujuan, kesempatan untuk
tumbuh berkembang serta dapatnya kemajuan diri. Keseluruhan faktor
berkaitan erat dengan pekerjaan dan tidak ada kaitannya dengan lingkungan
fisik. Administrasi dan faktor sosial.
Teori Herzberg dapat dianalogikan denga teori Malow. Hygienic
factordari Herzberg, kebutuhan fisiologis manusia, sedangkan tipe
motivator, tingkat kebutuhan sekunder seperti kebutuhan pengakuan diri
44
Burhanudin A. Tayibnapis, 1986, Administrasi Kepegawaian; Suatu Tinjauan Analitik, Pradnya
Paramitha, jakarta, hlm. 348-350
45
(self actualization). Teori Malow merupakan proses kebutuhan manusia
secara hierarki, sebaliknya Herzberg tak perlu ada kaitannyan namun
terfokus pada hygienic factor.
Secara umum, tinjauan dari segi sosial ekonomis mengenai pegawai
merupakan satu-kesatuan yang kompleks. Pegawai atau ntenag kerja disebut
sebagai human resource adalah manusia dalam usia kerja (working ages)
yang mampu menyelenggarakan pekerjaan fisik ataupun mental. Hubungan
manusia hendaknya dilihat dari segi objek dan tujuan, yaitu manusia insani
yang menjadi tujuian dari pada segala usaha, usaha mana yang dilakukan
pula oleh manusia sebagai subyek atau pelaksanaannya. Manusia
merupakan faktor atau sumber produksi yang berkewajiban memberikan
hasil karyanya.
Berdasarkan pembahasan fungsi pegawai dalam konteks kepegawaian,
hal ini berkenaan dengan Personnel Administration. Personnel diartikan
golongan masyarakat yang penghidupannya dilakukan dengan bekerja
dalam dalm kesatuan organisatorisnya yang salah satunya merupakan
kesatuan kerja pemerintahan. Administration yang dimaksud hal ini
merupakan tata pelaksanaan dengan keterangan yang didalamnya termaktub
organization, managemente dan realisasinya. Administration dalam konteks
ini berbeda dengan arti Administratie. Berdasarkan kajiannya, tata
administrasi
kepegawaian
Administration berarti :
dalam
hubungannya
dengan
Personnel
46
a)
Tata yang menunjukan organization dan management.
b) Admnistrasi yang memberikan pengertian disamping pengertian
administratie dalam bahasa Belanda juga dalam rangka pembinaan
organization dan management, sehingga meliputi pengertian usaha,
hukum dan prosedur.
c)
Pegawai yang mencakup pengertian Pegawai Negeri Sipil (pemerintah).
Pemahaman mengenai kepegawaian tersebut didasari oleh :
a)
Bahwa administrasi dari suatu Negara adalah hasil produk dari
pengaruh – pengaruh politik dan sosial sepanjang sejarah Negara yang
bersangkutan, oleh karena itu suatu sistem administrasi tidak akan
cukup dipahami dengan baik tanpa adanya pengetahuan administrasi
dalam bentuk kampau. Perkembangan saat ini adalah Negara yang
mengembangkan administrasinya dengan sistem yang komprehensif.
b) Menyesusaikan
dengan
pendapat
J.G.
Ch.
Volmer,
ketika
memperkenalkan sistem Taylor di Negeri Bekanda dimana menunjukan
de relative gelding van Taylor’s leerstellingen dalam penerapannya di
Negeri Belanda yang mengemukakan tiga dasar pokok landasan
pemikiran, yang mana sebagai berikut :
1) Bahwa stelsel ini hanya diperuntukan sebagai dienende middle
sebagai alat keperluan semata-mata untuk mencapai suatu
kemajuan dalam usaha.
2) Bahwa semua teori, pengetahuan, cara dan sistem, serta alat-alat
yang dipergunakan yang menyangkut kehidupan ekonomis dalam
47
praktik bersifat relatif, karena selalu berhubungan dengan keadaankeadaan tertentu, tingkah laku manusia tertentu, kebiasaankebiasaan tertentu, kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu, sehingga
diperlakukan pengetahuan mengenai keadaan, tingkah laku,
kebiasaan dan kebutuhan hidup sebelum memilih dan menentukan
usaha stelsel atau sistem dan alat keperluan untuk kemajuannya.
3) Bahwa untuk penemuan stelsel atau sistem dan alat keperluan itu
diperlukan suatu zalfstandige overdenking van ieder problem onder
gegeven omstandigheden ialah keharusan adanya pemikiran –
pemikiran yang berdiri sendiri dari tiap-tiap problema dalam
keadaan tingkahlaku, kebiasaan dan kebutuhan tersebut. 45
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah memberikan hak kepada
Pegawai Negeri Sipil yang bermaktub dalam Pasal 7-10 Undang-Undang
No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 08 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 1999, yang mana sebagai berikut :
a.
Hak memperoleh Gaji (Pasal 7)
1) Setiap Pegawai Negeri berhak, memperoleh gaji yang adil dan
layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya.
2) Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu
produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.
3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
45
Achmad Ichsan, 1981, Tata Administrasi Kekaryawanan-Dasar-Dasar Socio Analitis, Djambatan,
Jakarta, hlm. 4-5
48
b.
Hak atas Cuti (Pasal 8)
1) Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.
c.
Hak Atas Perawatan Tunjangan dan Uang Duka (Pasal 9)
1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kedelakaan
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya berhak
memperoleh perwatan.
2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat
rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apa pun
juga, berhak memperoleh tunjangan.
3) Setiap
Pegawai
Negeri
yang
tewas,
keluarganya
berhak
memperoleh uang duka.
d.
Hak Atas Pensiun (Pasal 10)
Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat – syarat yang
ditentukan berhak atas pensiun.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa analisis
mengenai aspek kebutuhan pegawai dihubungkan dengan teori-teori yang
ada dapat menjelaskan mengenai hubungan antara hak dengan kewajiban
dari pegawai. Hubungan ini meliputi kecenderungan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaannya berdasarkan kebutuhannya secara umum.
Faktor motivasi yang timbul untuk memberikan prestasi, dipengaruhi oleh
hukum tertulis yang membatasi setiap aktivitas dan timbulnya output berupa
kontraprestasi yang sepadan terhadap pekerjaan yang dikerjakannya.
49
Dalam hal ini, peratura kepegawaian merefleksikan pembatasan
terhadap aktivitas, baik secara moril maupun dari sudut pandang hukum dan
peraturan ini menempatkan substansi yang ideal dalam bentuk kewajiban
yang menjadi penjabaran dari maksud dan tujuan dalam organisasi guna
pencapaian misinya. Dalam skala yang lebih luas merupakan refleksi dari
tujuan negara menuju kesejahteraan masyarakat di dalam konteksnya
memalui administrasi kepegawaian. 46
B.
Hubungan Hukum Kepegawaian Dengan Lembaga Kepegawaian
Dengan semakin berkembangnya keonsep negara hukum di Indonesia
fungsi administrasi negara semakin vital. Sistem dan tujuan negara yang
mendasari teori bernegara bangsa Indonesia kemudian dituangkan dalam hukum
tertulis yang berhubungan dengan hukum Administrasi Negara. Tujuan Hukum
Administrasi Negara diarahkan pada perlindungan hukum bagi rakyat dalam
bentuk pembinaan, pengayoman, dan partisipasi. Dalam hubungan dengan sumber
daya manusia, didlam administrasi pemerintahan terbagi menjadi dua bagian,
yaitu Pegawai Negeri dan Masyarakat yang merupakan dua organisasi aktivitas
manusia yang mempunyai tujuan yang sama, namun didalamnya terdapat
perbedaan wewenang dalam pemerintahan. Pegawai Negeri mempunyai otoritas
dan wewenang secara hukum, sedangkan masyarakat tidak memiliki wewenang
sehingga hanya mengandalkan kerelaan berpartisipasi dalam lingkup publik agar
46
Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian Di Indonesia,
SinarGrafika, 2007, hlm 41-46
50
tujuan kemasyarakatan dapat terwujud. 47 Pihak pemerintah mempunyai tugas –
tugas terhadap masyarakat dengan melaksanakan suatu keebijakan lingkungan
dalam bentuk wewenang, yaitu kekuasaan yuridis akan orang-orang pribadi,
badan-badan hukum dan memberikannya kepada Pegawai Negeri bawahan hakhak dan kewajiban yang dapat dan mereka pegang menurut hukum. 48
Sikap proaktif dari penyelenggaraan merupakan aspek penentu untuk dapat
merealisasikan tujuan nasional. Berdasarkan hal tersebut, alat yang digunakan
negara dalam pencapaian tujuan tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai
subyek dari hukum kepegawaian. Dalam kajian teori, disebutkan bahwa terdapat
hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Kepegawaian yang
disebut dengan openbare dienstbetrekking (hubungan dinas publik) terhadap
negara (pemerintah). Adapun openbare dienstbetrekking yang melekat pada
hubungan-hubungan hukum kepegawaian itu lebih merupakan hubungan
subordinatie antara atasan dengan bawahan.
Ada beberapa pendapat tentang hubungan dinas publik, antara lain :
1.
MenurutLogemann hubungan dinas publik adalah bilamana seseorang
mengikat dirinya untuk tunduk pada perintah dari pemerintah untuk
melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan yang dalam melakukan
suatu atau beberapa jabatan dihargai dengan pemberian gaji dan beberapa
keuntungan lainnya. Hal ini berarti inti dari hubungan dinas publik adalah
kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk kepada
pengangkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu yang berakibat bahwa
47
Philipus M. Hadjon dkk, 1994, op. Cit. Hlm. 39
Ibid., hlm. 39
48
51
pegawai yang bersangkutan tidak menolak (menerima tanpa syarat)
pengangkatan dalam suatu jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah
dimana sebaliknya pemerintah berhak mengangkat seseorang pegawai
dalam jabatan tertentu tanpa harus adanya penyesuaian kehendak dari yang
bersangkutan. 49
2.
Kajian hubungan dinas publik ini berkaitan dengan segi pengangkatan
Pegaai Negeri. Hubungan antar Pegawai Negeri dengan Negara dari segi
pengangkatan ini dikenal dengan teori Contrac Suigeneris. Teori ini
dikemukakan oleh Buys sebagai berikut : Dalam Contrac Suigeneris
disyaratkan Pegawai Negeri harus setia dan taat selama menjadi Pegaewai
Negeri, meskipun dia setiap saat dapat mengundurkan diri. Dari pendapat
Buys ini dapat disimpulkan bahwa selama menjadi Pegawai Negeri Sipil,
mereka tidak dapat melaksanakan hak-hak asasinya secara penuh. 50 Oleh
karena itu, apabila Pegawai Negeri Sipil akan melaksanakan hak-hak
asasinya secara penuh, pemerintah dapat menyatakan yang bersangkutan
bukanlah orang yang diperlukan bantuannya oleh pemerintah. Pendapat
Buys ditentang oleh Y. Helskrek dengan mengemukakan pendapatnya
sebagai berikut, jika hak asasi Pegawai Negeri itu dibatasi berarti
pemerintah malakukan perbuatan intkonstusional atau melanggar UndangUndang Dasar. Dari dua pendapat tersebut, Hukum Kepegawaian atau
Pegawai Negeri di Indonesia lebih cenderung menganut teori Buys.
49
S.F. Marbun dan M. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta,
Liberty, 1987, hlm. 98-99
50
Ibid., hlm. 99-100
52
3.
Menurut Philipus M. Hadjon, kajian Hukum Administrasi lebih memandang
hubungan Hukum Kepegawaian dimaksud sebagai hubungan openbare
dienstbetrekking (hubungan dinas publik) terhadap negara (pemerintah).
Openbare dienstbetrekking yang melekat pada hubungan kepegawaian itu
lebih merupakan hubungan subordinatie antara bawahan dan atasan. 51
Berdasarkan uraian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa hubungan
antara Hukum Kepegawaian dengan Hukum Administrasi Negara adalah :
1.
Objek Hukum Administrasi Negara adalah kekuasaan Pemerintah
2.
Penyelenggaraan pemerintah sebagian besar dilakukan oleh Pegawai
Negeri.
3.
Tugas dan wewenang Pegawai Negeri berupa public service dituangkan
dalam 3 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa Pegawai
Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,
dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan
pembangunan, adapun dituangkan dalam Pasal 11 UU No. 05 Tahun 2014
tetntang Aparatur Sipil Negara yang menyatakan bahwa Aparatur Sipil
Negara yang disebut juga Pegawai Negeri Sipil yang bertugas untuk
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
51
Philipus M. Hadjon, dkk, op. Cit., hlm. 214
53
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 52
4.
Hubungan antara Pegawai Negeri dengan negara adalah hubungan dinas
publik.
5.
Sengketa kepegawaian merupakan sengketa Tata Usaha Negara.
Inti dari uraian di atas adalah objek dari Hukum Administrasi Negara, yakni
kekuasaan pemerintahan, dan dalam kekuasaan tersebut sebagian besar
dilaksanakan oleh Pegawai Negeri. Jadi, objek hukum kepegawaian adalah hukum
kepegawaian yang dipelajari dalam hukum administrasi negara, yaitu hukum yang
berlaku bagi Pegawai Negeri yang bekerja pada administrasi negara sebagai
pegawai negeri. Jadi, kepegawiaan adalah segala hal-hal mengenai kedudukan,
kewajiban, hak, dan pembinaan Pegawai Negeri. 53
Berdasarkan kajian mengenai objek dari hukum kepegawaian, maka akan
secara langsung berhubungan dengan lembaga yang merencanakan aktivitas
dalam bidang kepegawaian yang disebut sebagai lembaga kepegawaian.
Perencanaan (planning) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang menganai hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang
akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrative
Planning meliputi segala aspek kegiatan dan meliputi seluruh unit organisasi,
sedangkan managerial planning bersifat departemental dan operasional.
52
Penjelasan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
53
54
Administrative planning merupakan hasil pemikiran dan penentuan secara garis
besar, sedangkan managerial planning bersifat lebih khusus dan terperinci. 54
Pengertian di atas menunjukkan dengan jelas bahwa perencanaan
merupakan fungsi organik pertama, alasannya adalaha tanpa adanya rencana,
maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan. Dalam mencari perencanaan yang baik diperlukan
penelitian (research) sebagai proses awal dalam menganalisis situasi yang ada
berupa data dan fakta relevan guna menunjang pelaksanaan administrasi,
khgususnya dalam pelaksanaan fungsi hukum kepegawaian.
Suatu rencana ditunjukan untuk masa yang akan datang, karenanya ada
beberapa hal penting dalam hubungannya dengan proses perencanaan.
Hal ini disebut sebagai teori administrasi dan manajemen sebagai planning
primises meliputi :
a.
Bahwa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sumber-sumber yang
tersedia selalu terbatas, sedangkan tujuan yang hendak dicapai tidak pernah
terbatas. Akibat primes ini adalah bahwa rencana yang dibuat harus
disesuaikan dengan tersedianya sumber-sumber dan logis pula apabila
dikatakan bahwa sebelum membuat rencana, sumber-sumber apa yang telah,
sedang dan akan tersedia perlu diketahui dengan tepat, tidak hanya
didasarkan pada dugaan.
b.
Bahwa suatu organisasi harus selalu memperhatikan kondisi-kondisi serta
situasi dalam masyarakat, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat
54
Sondang P. Siagian, op. Cit., hlm. 108
55
negatif sehingga organisasi dapat beroperasi dengan baik berdasarkan faktor
yang berkesinambungan.
c.
Bahwa oerganisasi, tidak dapat melepaskan diri dari beberapa jenis
pertanggungjawaban. Pimpinan organisasi akan bertanggung jawab pada
dirinya, bawahannya, dan masyarakat. Implikasi dari premise ini adalah
dalam membuat rancana dan dalam melaksanakannya segala sesuatunya
harus didasarkan pada tanggung jawab.
d.
Bahwa manusia (yang menjadi anggota organisasi) dihadapkan kepada
kepada keserbaterbatsan, baik dari fisik, mental, dan biologis karenanya
harus diusahakanterciptanya iklim kerja sama yang baik, dengan demikian
manusia sebagai faktor pelaksana rencana dapat turut berbuat lebih
banyak. 55
Berdasarkan hal diatas dalam hukum kepegawaian memerlukan wadah yang
merencanakan aktivitas. Dalam hal ini, berhasil atau tidaknya aktivitas
kepegawaian didasarkan pada konsep perencanaannya dan segala bentuk aktivitas
ini dibentuk oleh lembaga kepegawaian.
C.
Jenis Dan Peranan Lembaga Pengelola Kepegawaian
Sejarah singkat menempatkan sejumlah lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. Lemgalembaga
tersebut
adalah
Kementerian
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(MENPAN), Badan Kepegawaian Negara (BKN), Lembaga Administrasi Negara
55
Ibid., hlm. 110
56
(LAN), dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Bagian selanjutnya akan
menjelaskan bagaimana fungsi dan keterkaitan antara masing-masing lembaga
tersebut.
1.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)
Sebagai sebuah kementerian negara, lembaga ini bertugas membantu
presiden
dalam
merumuskan
kebijakan
dan
koordinasi
dibidang
pendayagunaan aparatur negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut
lembaga ini dibebani fungsi, yang mana sebagai berikut :
a.
Perumusan kebijakan pemerintah di bidang pendayagunaan aparatur
negara;
b.
Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan penyusunan rencana
dan
program,
pemantauan,
analisi,
dan
evaluasi
dibidang
pendayagunaan aparatur negara;
c.
Penyampaian laporan evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas
dan fungsinya kepada Presiden.
Kewenangan kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negera
(MENPAN) sebagai mana tercantum dalam Keppres No. 101 Tahun 2001
Khususnya yang berkaitan dengan kepegawaian sering kali bersinggungan
dengan lembaga lain yang juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam
pengembangan SDM Aparatur Negra, misalnya BKN. Namun demikian
Keppres ini telah menempatkan Kantor Kementerian Pemberdayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) sebagai lembaga yang berwenang membuat
kebijakan pendayagunaan aparatur negara. Kebijakan dan strategi
57
pendayagunaan aparatur negara yang dibuat oleh kementerian ini antara
lain: 56
Tabel Kebijakan dan Strategi Pendayagunaan Aparatur Negara
Kebijakan
Rasionalisasi
Strategi
1.
Kelembagaan
Penajaman
visi
dan
misi,
strategi
organisasi.
2.
Penghapusan,
penggabungan,
dan
pengintegrasian lembaga yang tugasnya
bersesuaian.
3.
Korporatisasi dan privatisasi unit yang
secara langsung memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
4.
Pemantapan dan pengembangan jabatan
fungsional
Penyederhanaan
1.
ketatalaksanaan
Perubahan sikap dan perilaku aparatur
menuju budaya kerja produktif dan
transparan.
2.
Penyederhanaan
prosedur
sistem
tatalaksana
operasional
administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
3.
Pemanfaatan
teknologi
informasi
menuju efeiensi pelaksanaan pekerjaan.
56
Miftah Thoha, 2005, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta, Kencana, hlm. 11-14
58
4.
Pengembangan budaya kerja menuju
aparatur yang profesional, bermoral,
dan bertanggung jawab.
5.
Pendayagunaan
sumber
daya
yang
dimiliki seoptimal mungkin.
Penerapan sistem merit
1.
dalam manajemen PNS
Mengembangkan
reformasi
sistem
kepegawaian.
2.
Mengubah
peraturan
perundang-
undangan di bidang kepegawaian.
Penerapan gaji PNS
1.
yang layak dan adil
Penataan kepegawaian dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah
2.
Penataan
kelembagaan
Pembina
Kepegawaian.
Pengembangan
1.
pelayanan prima
Penyempurnaan peraturan perundanganundangan
yang
penyelenggaraaan
melandasi
pelayanan
di
berbagai instansi pemerintah.
2.
Peningkatan profesionalisme aparartur
pelayanan publik.
3.
Peningkatan
mutu
pelayanan
masyarakat melalui kebijakan otonomi
manajemen (Korporatisasi).
4.
Peningkatan
dan
pengembangan
59
pelayanan Government online.
5.
Membangun keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi
pelayanan publik.
6.
Pemberian penghargaan kepada unit
pelayanan yang berhasil menjadi unit
pelayanan percontohan dan pemberian
sanksi kepada unit pelayanan yang
kinerjanya tidak optimal.
Pencegahan
1.
Kampanye anti KKN.
dan pemberantasan KKN
2.
Intensifikasi
pelaksanaan
investigasi
efektivitas
penanganan
audit.
3.
Peningkatan
pengaduan masyrakat.
4.
Audit atas harta PNS/pejabat negara
pada
lembaga-lembag
negara
yang
melampaui batas kewajaran, secara
objektif/adil.
5.
Penerapan sanksi-sanksi hukum secara
tegas, profesional, dan konsisten.
60
Demikian penjelasan terhadap Kebijakan dan Strategi Pendayagunaan
Aparatur Negara yang dijelaskan dalam berupa tabel. Dalam penjelasn hal
tersebut perlu kita ingat dalam poin-poin yang tercantum dalam tabel.
2.
Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Perubahan BAKN menjadi BKN pada tahun 1999 antara lain
disebabkan oleh bertambahnya jumlah Pegawai Negeri Sipil di Indonesia
yang mencapai empat juta orang, tetapi jumlah tersebut tidak diimbangi oleh
kemampuan Pegawai Negeri Sipil yang memadai. Untuk memperbaiki
kondisi Pegawai Negeri Sipil tersebut diperlukan suatu lembaga yang
fungsinya tidak mendata secara administratif, tetapi juga mampu
mengembangkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil secara lebih memadai
untuk
mendukung
tugas-tugas
pembangunan,
penyelenggaraan
pemerintahan, dan pelayanan publik.
Setelah ditetapkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tetang PokokPokok Kepegawaian, kedudukan Badan Kepegawaian Negara (BKN)
semakin kuat dan strategis dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Bukan tidak mungkin bahwa posisi ini kemungkinan akan bertabrakan
dengan lembaga lain yang juga turut bertanggung jawab dalam membuat
kebijakan tentang Pegawai Negeri Sipil antara lain Kementerian
Pendayagunaan Apratur Negara. Untuk mengatasi tumpang tindih
kewenangan antara Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negra dengan
Badan Kepegawian Negara, Presiden mengeluarkan Keppres No. 103 Tahun
61
2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Nondepartemen. Didalam Keppres
tersebut Badan Kepegawaian Negara bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan dibidang manajeman kepegawaian negara sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas
tersebut Badan Kepegawaian Negara menyelenggarakan Fungsi, yang mana
sebagai berikut :
a.
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian;
b.
Penyelenggaran koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan
pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan
pelatihan SDM Pegawai Negeri Sipil;
c.
Penyelenggaraan Administrasi Kepegawaian pejabat negara dan mantan
pejabat negara;
d.
Penyelenggaraan admnistrasi dan sistem informasi kepegawaian negara
dan mutasi kepegawaian antar provinsi;
e.
Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar, dan prosedur
mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak, dan kewajiban,
kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri
Sipil Daerah dan bidang Kepegawaian lainnya.;
f.
Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksaan peraturan perundangundangan di bidang kepegawaian kepada instani pemerintahan;
g.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan
Kepegawaian Negara;
62
h.
Fasilitas
kegiatan
instansi
pemerintah
di
bidang
administrasi
kepegawaian; dan
i.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
Memperhatikan fungsi sebagaimana tercantum dalam Keppres
tersebut tampak bahwa fungsi Badan Kepegawaian Negara lebih banyak
menyerupai fungsi semula ketika masih bernama BAKN. Fungsi-fungsi
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 1999
dikembalikan ke kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
berdasarkan Keppres No. 101 Tahun 2001 seperti dijelaskan sebelumnya.
Dengan demikian, kebijakan yang dibuat Badan Kepegawaian Negara
(BKN) dalam hal kepegawaian harus berada di bawah koordinasi Kantor
Menpan. 57
Selanjutnya adapun juga mengenai fungsi dan tugas Badan
Kepegawaian Negara (BKN) yang di dasari oleh Pasal 47 mengenai Fungsi
dan Pasal 48 mengenai Tugas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, sebagai berikut :
Fungsi Badan Kepegawaian Negara (Pasal 47);
a.
57
Pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;
Ibid., hlm. 14-16
63
b.
Penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis
formasi, pengadaan, perpindahan antar instansi, persetujuan kenaikan
pangkat, pensiun; dan
c.
Penyimpanan informasi Pegawai ASN yang telah dimuthairkan oleh
instansi pemerintah serta bertanggungjawab atas pengelolaan dan
pengembangan Sistem Informasi ASN.
Tugas Badan Kepegawaian Negara (Pasal 48);
a.
Mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;
b.
Membina
dan
menyelenggarakan
penilaian
kompetensi
serta
mengevaluasi pelaksanaan penilaian kinerja pegawai ASN oleh Instansi
Pemerintah;
c.
Membina jabatan fungsional di bidang kepegawaian;
d.
Mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN
berbasis komoetensi didukung oleh sistem informasi kearsipan yang
komprehensif;
e.
Menyusun norma, standar, dan prosedur teknis pelaksanaan kebijakan
manajemen ASN;
f.
Menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan
g.
Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan norma, standar, dan
prosedur manajemen kepegawaian ASN. 58
Memperhatikan fungsi dan tugas sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
58
Penjelasan Pasal 47-48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
64
Badan Kepegawaian Negara (BKN) memainkan fungsi dan tugas dalam
pengembangan dan pemberdayaan SDM aparatur negara melalui pendidikan
dan
pelatihan.
Dengan
demikian,
kebijakan
yang
dibuat
Badan
Kepegawaian Negara (BKN) dalam hal kepegawaian harus berada dibawah
koordinasi Kantor Menpan.
3.
Lembaga Administrasi Negara
Dalam
Keppres
No.
103
Tahun
2001
tentang
kedudukan,
tugas,kewenagan. Susunan organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
non-Departemen disebutkan bahwa Lembaga Administrasi Negara (LAN)
bertanggungjawab melaksanakan tugas pemerintah dibidang administrasi
negara tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Tugas tersebut dimanifestasikan kedalam sejumlah fungsi,
yakni :
a.
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu dibidang
administrasi negara;
b.
Pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam
rangka pembangunan administrasi negara dan peningkatan kualitas
sumber daya aparatur;
c.
Pengkajian dan pengembangan manajemen kebijakan dan pelayanan di
bidang pembangunan administrasi negara;
d.
Penelitian
dan
pengembangan
otomatisasi administrasi negara;
administrasi
pembangunan
dan
65
e.
Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur
negara;
f.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaantugas Lembaga
Administrasi Negara (LAN);
g.
Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di
bidang admnistrasi negara; dan
h.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan
rumah tangga.
Memperhatikan fungsi sebagaimana tercantum dalam Keppres
tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) terutama memiliki fungsi
sebagai sebuah lembaga think-tank melalui hasil riset dan kajian aparatur
negara, sekaligus memainkan fungsi dalam pengembangan SDM aparatur
negara melalui pendidikan dan pelatihan. Kendati lembaga ini berada
dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden, dalam
pelaksanaannya berada dibawah koordinasi Kantor Menpan. 59
Adapun juga fungsi dan tugas dari Lembaga Administrasi Negara
(LAN) yang di dasari dari Pasal 43 mengenai fungsi dan Pasal 44 mengenai
tugas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
yang mana sebagai berikut :
Fungsi Lembaga Administrasi Negara/LAN (Pasal 43);
59
Miftah Thoha, op. Cit., hlm. 16-17
66
a.
Pengembangan standar kualitas pendidikan dan pelatihan Pegawai
ASN;
b.
Pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai
ASN;
c.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial
Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya;
d.
Pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN; dan
e.
Melakukan akreditas lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN,
baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.
Tugas Lembaga Administrasi Negara/LAN (Pasal 44)
a.
Meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi Manajemen ASN sesuai
dengan kebutuhan kebijakan;
b.
Membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Pegawai
ASN berbasis kompetensi;
c.
Merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan
Pegawai ASN secara Nasional;
d.
Menyusun standar dan pedoman penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan penjenjang tertentu, serta
pemberian akreditasi dan sertifikasi di bidangnya dengan melibatkan
kementerian dan lembaga terkait;
e.
Memberikan sertifikasi kelulusan peserta pendidikan dan pelatihan
penjenjangan;
67
f.
Membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan analis
kebijakan publik; dan
g.
4.
Membina jabatan Fungsional di bidang pendidikan dan pelatihan. 60
Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Badan ini dibentuk setelah pelaksanaan otonomi daerah Tahun 1999.
Badan ini yang mengurusi administrasi kepegawian pemerintah daerah.
Baik di pemerintahan daerah Kabupaten/Kota maupun pemerintah Provinsi.
Hampir sebagian besar Badan Kepegawaian Daerah (BKD) ini hanya berada
ditingkat Kabupaten/Kota, sedangkan di tingkat Provinsi banyak yang masih
menggunakan biro, yakni biro Kepegawaian. Sesuai dengan UndangUndang Pemerintah Daerah, kewenangan mengatur kepegawaian mulai dari
rekrutmen sampai dengan pensiun berada di Kabupaten/Kota. Pembentukan
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) pada umumnya didasarkan pada
Peraturan Daerah masing-masing. 61
Pasal 34A Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentan PokokPokok Kepegawaian, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mana
telah di perbaruhi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, dan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000
tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) serta
aturan hukum lainnya tidak mengatur tentang kewenangan daerah dalam
menetapkan kebijaksanaan administrasi kepegawaian daerah. Penetapan
60
61
Penjelasan Pasal 43-44 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Miftah Thoha, op. Cit., hlm. 17-18
68
kebijaksanaan kepegawaian daerah yang diantaranya menetapkan norma,
standar, dan prosedur kepegawaian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan,
kesejahteraan, hak, dan kewajiban, serta kedudukan hukum menjadi
wewenang pemerintah.
Tugas Badan Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan administrasi
kepegawaian daerah pada prinsipnya terdiri atas tiga macam, yaitu :
a.
Penyiapan peraturan daerah di bidang kebijakan teknis kepegawaian :
b.
Penyiapan
dan
pemindahan,
pemberhentian
pelaksanaan
penetapan
PNS
gaji,
Daerah,
pengangkatan,
tunjangan,
baik
yang
kenaikan
pangkat,
kesejahteraan
menduduki
dan
jabatan
struktural/fungsional atau tidak;
c.
Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daearah, dan menyampaikan
setiap informasi kepegawaian daerah kepada Badan Kepegawaian
Negara.
Semua fungsi tersebut harus sesuai dengan norma, standar, dan
prosedur yang ditetapkan pemerintah. Materi yang boleh diatur hanya
mengenai kebijaksanaan teknis kepegawaian daerah, sehingga tidak akan
terjadi perbedaan dalam menetapkan norma, standar, dan prosedur
kepegawaian, yang pada akhirnya dapat diciptakan kualitas PNS yang
seragam diseluruh Indonesia. Aturan hukum di bidang kepegawaian daerah
dapat diperinci sebagai berikut.
69
1) Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
Perda Provinsi adalah aturan hukum pada daerah provinsi yang
ditetapkan oleh Gubernur atas persetujuan DPR Provinsi dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan merupakan penjabaran lebih
lanjut dari aturan yang lebih tinggi. Kewenangan pembentukan Perda
Provinsi
untuk
membentuk
Badan
Kepegawaian
Daerah
dan
kewenangan mengatur bidang administrasi kepegawaian daerah
merupakan suatu kewenangan yang bersumber pada delegasi untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga bidang kepegawaian daerah.
Dari pedoman pembentukan Perda tersebut, pada prinsipnya di tiap-tiap
daerah terdapat Perda tentang pembentukan BKD yang sistematikanya
terdiri atas kedudukan, tugas, dan fungsi, serta susunan organisasi
BKD, dan Perda tentang penetapan pensiun, gaji, tunjangan, dan
kesejahteraan pegawai serta pendidikan dan pelatihan PNS daerah
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Keputusan Gubernur (Kepala Daerah)
Keputusan Gubernur (Kepala Daerah Provinsi) bidang administrasi
kepegawaian daerah adalah aturan hukum tingkat daerah yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Perda Provinsi yang dibentuk
berdasarkan Pasal 146 (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Di tiaptiap daerah provinsi seperti diatur dalam Pasal 4 Keppres No. 159
Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian
70
Daerah, pelaksanaan peraturan daerah mempunyai karakter yang sama,
yang mengatur tentang tugas dan tata kerja BKD, yaitu :
b) Penyiapan penyusunan peraturan daerah di bidang kepegawaian
sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan
pemerintah;
c)
Perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah;
d) Penyiapan kebijaksanaan teknis pengembang kepegawaian daerah;
e)
Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS)
daerah sesuai peraturan perundang-undangan;
f)
Pelayanan
administrasi
kepegawaian
dalam
pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan sturktural
atau fingsional sesuai peraturan perundang-undangan;
g) Penyiapan dan pentapan pensiun PNS daerah sesuai peraturan
perundang-undangan;
h) Penyiapan penetapan gaji, tunjangan, dan kesejahteraan PNS
daerah sesuai peraturan perundang-undangan;
i)
Penyelenggaraan administrasi PNS daerah;
j)
Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah; dan
k) Penyampaian informasi kepegawaian daerah kepada Badan
Kepegawaian Negara.
71
3) Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota
Sama halnya dengan Perda Provinsi, bahwa Perda Kabupaten/Kota
adalah aturan hukum yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas
persetujuan DPRD, bertujuan untuk menyelenggarakan otonomi daerah
dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari aturan hukum yang lebih
tinggi. Kewenangan menetapkan Perda Kabupaten/Kota adalah untuk
membentuk BKD yang sistematikanya terdiri atas kedudukan, tugas,
dan fungsi, serta susunan organisasi BKD dan Perda yang berfungsi
untuk mengatur administrasi kepegawian daerah tentang penetapa
pensiun, gaji, tunjangan, dan kesejahteraan pegawai serta pendidikan
dan pelatihan PNS Daerah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah, berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Kewenangan tersebut
bersumber pada delegasi atas penyerahan urusan kepegawaian kepada
daerah, sehingga daerah berhak mengatur dan mengurs rumah tangga
bidang kepegawaian di daerahnya. Dari pedoman pembentukan Perda,
pada prinsipnya di tiap-tiap daerah mempunyai sitematika peraturan
daerah yang sama, yaitu Perda pembentukan BKD yang sistematikanya
terdiri atas kedudukan, tugas, dan fungsi, serta susunan organisasi
Badan Kepegawaian Daerah, dan Perda tentang penetapan pensiun,
gaji, tunjangan, dan klesejahteraan pegawai serta pendidikan dan
pelatihan PNS Daerah.
72
4) Keputusan Bupati/Walikota (Kepala Daerah)
Keputusan Bupati/Walikota (Kepala Daerah Kabupaten/Kota) di bidang
administrasi kepegawaian daerah adalah bentuk aturan hukum tingkat
daerah
dan
merupakan
peraturan
pelaksanaan
dari
Perda
Kabupaten/Kota dan Perda Provinsi atau Keputusan Gubernur. Sama
dengan Keputusan Gubernur, di tiap-tiap daerah kabupaten/Kota,
Keputusan
Bupati/Walikota
tentang
aturan
hukum
di
bidang
administrasi kepegawaian daerah mempunyai karakteristik yang sama,
yaitu mengatur tentang uraian tugas dan tata kerja Badan Kepegawaian
Daerah sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 dan 7 ayat (2)
Keputusan Presiden No. 159 Tahun 2000 tentang Pembentukan Badan
Kepegawaian Daerah. 62
62
Ibid., hlm. 72-75.
Download