Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8: Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 7 POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA MUHAMMAD FAUZI, DENI EFIZON & ALIT HINDRI YANI Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Indonesia [email protected], [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan atas kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Indonesia dengan rentang waktu penelitian selama 4 bulan pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi ikan yang boleh ditangkap di kawasan konservasi perairan daerah sehingga lestari. Metode penelitian berupa metode survei dengan pengumpulan data produksi perikanan secara time series (5 tahun) dari statistik perikanan tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Analisis dilakukan mengunakan analisis surplus produksi. Potensi lestari ikan demersal pada kawasan I yaitu 184.177,51 ton/ tahun dengan effort optimum 49.237 unit. Pada kawasan II yaitu 9.042,49 ton/tahun dengan effort optimum 2.089 unit dan pada kawasan III yaitu 5.150,20 ton/ tahun dengan effort optimum 859 unit. PENDAHULUAN Pembangunan dan pertumbuhan populasi yang pesat di wilayah pesisir pantai telah menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya pesisir yang juga meningkat. Tekanan terhadap sumberdaya tersebut juga ditambah dengan perkembangan teknologi dalam pemanfaatannya. Namun, jika pemanfaatan sumberdaya pesisir pantai tidak terkendali maka kelestariannya akan terganggu. Mengingatkan hal itu, maka dipandang perlu perhatian yang serius dan khusus oleh para pengambil kebijakan dan otorita pengelola setempat untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan. Oleh karena wilayah pesisir terletak di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, maka pemerintah daerah setempat dapat mengambil peran utama dalam pengaturan pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut. Untuk menselaraskan pembangunan daerah dan pelestarian pesisir, pulau dan laut seperti halnya di P. Bunguran Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia telah dibentuk Kawasan Konservasi Perairan. Kawasan konservasi perairan itu adalah termasuk program Pemerintah Republik Indonesia untuk melestarikan pesisir dan sumberdaya hayati. Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan wilayah pesisir, pantai 76 Muhammad Fauzi et al. dan kelautan yang sejalan dengan pembangunan daerah. Salah satu upaya pembangunan wilayah pesisir, pantai dan laut secara lestari yaitu dengan mengembangkan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). KKLD tersebut berfungsi dan status peruntukannya antara lain sebagai Cagar Alam dan Suaka Margasatwa Laut, Taman Wisata Laut dan Taman Nasional Laut. Namun dalam hal ini pengelolaannya belum dapat dilakukan secara efektif, hal ini terutama disebabkan karena kepentingan dan kebutuhan masyarakat lokal belum terakomodir secara baik. Masyarakat setempat memandang bahwa kawasan konservasi laut ini sangat membatasi akses masuk dan kegiatannya di lokasi tersebut, dan juga belum terlihat adanya dampak positif langsung dari KKLD ini terutama terhadap peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatannya. Konsep KKLD atas dasar peran partisipatif masyarakat diperkenalkan untuk memberi kebebasan, akses dan peluang kepada mereka untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan laut di daerahnya. Dalam hal ini kawasan yang akan dikelola dibagi dalam zonasi sesuai dengan potensi, fungsi dan kepentingan peruntukannya atas dasar studi kelayakan secara ilmiah, diskusi dan pemetaan partisipatif serta masukan dari instansi terkait. Kawasan KKLD di Kabupaten Natuna telah terbentuk melalui Surat Keputusan Bupati Kabupaten Natuna. Pembentukan kawasan tersebut berdasarkan SK Bupati Nomor 378 tahun 2008 dengan luas 142.977 Ha yang tersebar di tiga kawasan dengan rincian: 1). Kawasan I dengan luas 54.572 Ha yaitu kawasan Pulau Tiga, Sedanau dan laut disekitarnya, 2). Kawasan II dengan luas 52.415 Ha yaitu kawasan Bunguran Utara dan Laut sekitarnya, 3). Kawasan III dengan luas 35.990 Ha yaitukawasan Pesisir Timur Bunguran dan laut sekitarnya. Berdasarkan Keputusan Kementerian Kelautan KKLD dirubah menjadi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD). Untuk pengelolaan KKPD Kabupaten Natuna agar dapat mengimplementasikan pemanfaatan kawasan KKPD yang mengacu kepada rencana pengelolaan diperlukan salah satunya mengetahui potensi lestari dalam bidang penangkapan ikan. Oleh karena hal itu maka dilakukanlah penelitian Potensi Perikanan Tangkap Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari – Mei 2015 di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia (Gambar 1). Metode penelitian berupa metode survei dengan pengumpulan data produksi perikanan secara time series (5 tahun) dari statistik perikanan tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Analisis dilakukan mengunakan analisis surplus produksi. Model ini menggunakan data sekunder dalam analisisnya yaitu hasil tangkapan per unit effort (CPUE) dan unit usaha (effort f.). Oleh karena suatu spesies ditangkap oleh banyak jenis alat tangkap maka dilakukan standarisasi alat. Alat yang digunakan ”standard” adalah yang paling banyak menangkap jenis ikan yang diteliti. Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 Muhammad Fauzi et al. / 77 Perhitungan FPI adalah sebagai berikut : HTs FEs HTi CPUEi FEi CPUEs CPUEs CPUEs CPUEi FPI i CPUEi FPI s Upaya standar diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Gulland, 1983), yaitu : FPI i CPUE i CPUE i Dimana : CPUEs : catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan upaya jenis alat tangkap standar pada tahun ke-i; CPUEi : catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan upaya jenis alat tangkap yang akan distandarisasi; HTs : jumlah hasil tangkap (catch) jenis alat tangkap yang dijadikan standar pada tahun ke-i; HTi : jumlah hasil tangkap (catch) jenis alat tangkap yang akan distandarisasi pada tahun ke-i; FEs : jumlah upaya penangkapan (effort) jenis alat tangkap yang dijadikan standar pada tahun ke-i; FEi : jumlah upaya penangkapan (effort) jenis alat tangkap yang akan distandarisasi pada tahun ke-i; FPIs : fishing power indeks atau faktor daya tangkap jenis alat tangkap standar pada tahun ke-i; Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 78 Muhammad Fauzi et al. FPIi : fishing power indeks atau faktor daya tangkap jenis alat tangkap yang akan distandarisasi pada tahun ke-i; dan SE : upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi pada tahun ke-i. Model fungsi produksi biologis dari Schaefer yang dikutip oleh subani, & Barus, 1988), menghubungkan antara tingkat hasil tangkap (C) dengan tingkat upaya penangkapan (E) adalah sebagai berikut: C = aE - bE2 Hubungan CPUE dengan upaya penangkapan, yaitu : CPUE = a - bE Konstanta a dan b diperoleh dari konstanta-konstanta yang telah diduga sebelumnya, dimana : a=qk q2K b r Upaya penangkapan optimum (Emsy) dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan terhadap upaya penangkapan dC = a - 2bE dE Sehingga diperoleh persamaan : Emsy = a / 2b Hasil tangkapan lestari (Cmsy) diperoleh dengan persamaan, yaitu : Cmsy = a2 / 4b HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan-ikan yang banyak tertangkap oleh para nelayan diwilayah KKPD antara lain yaitu ikan kerapu, kakap, kurisi bali, ekor kuning, cucut, pari, bawal hitam, alu-alu, layang, selar, kuwe, belanak, teri/bilis, japuh, kembung, tenggiri papan, tongkol, dan merah bambangan. Jenis lain yaitu kepiting, udang laut dan lobster, cumi dan sotong. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan yang ditangkap pada daerah-daerah berkarang. Sebagian besar jenis-jenis ikan tersebut termasuk ikan-ikan ekonomis penting menurut kajian LIPI, 2007. Adapun ikan terumbu karang di wilayah KKPD Natuna yaitu Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol). Berdasarkan analisis terhadap hasil tangkapan ikan karang/ demersal dan usaha penangkapan maka uraian usaha dan produksi ikan dapat dilihat pada Tabel 1. Alat tangkap sebagai standar yang digunakan untuk alat tangkap yang ada yaitu mengunakan alat tangkap bubu. Tabel.1. Jumlah Alat Tangkap, Produksi dan CPUE Ikan Demersal di Kawasan I KKPD Natuna Tahun Upaya Penangkapan Produksi CPUE 876 5.640,20 6,44 2008 1.319 8.029,33 6,09 2009 605 4.843,20 8,00 2010 1.253 11.745,28 9,38 2011 1.400 9.271,99 6,62 2012 1.405 10.113,59 7,20 2013 1.600 12.799,04 8,00 2014 Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 Muhammad Fauzi et al. / 79 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kisaran upaya penangkapan pada Kawasan I (2008-2014) berkisar antara 605 - 1600 unit, sedangkan produksi mencapai 4843,20 - 12.799,04 ton. Hasil tangkapan per unit alat berkisar antara 6,09 - 9,38. Berdasarkan data tersebut maka dapat diperhitungkan potensi lestari ikan demersal/karang mencapai 184.177,51 ton/tahun dan effort optimum 49.237 unit. Hasil ini memperlihatkan bahwa potensi lestari ikan terutama ikan-ikan karang atau ikan target dikawasan I lebih tinggi dibandingkan hasil prediksi LIPI 2007 yaitu berkisar antara 437,35 – 1822,31 ton per tahun. Pada kawasan I di areal KKPD Kabupaten Natuna masih dapat dikembangkan upaya penangkapan sehingga hasil produksi perikanan dapat ditingkatkan dengan juga mempertahankan dan menyelamatkan terumbu karang. Keadaan jumlah alat tangkap, produksi dan CPUE di Kawasan II untuk ikan demersal dan karang (2008-2014) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Alat Tangkap, Produksi dan CPUE Ikan Demersal di Kawasan II KKPD Natuna Upaya Penangkapan Produksi CPUE 258 1.655,37 6,43 259 2.387,53 9,21 841 6.729,60 8,00 20 209,44 10,40 410 2.709,21 6,61 412 2.955,12 7,18 105 836,80 8,00 Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa upaya penangkapan berkisar antara 105 - 841 unit dan produksi berkisar antara 209,44 - 6729,60 ton serta CPUE berkisar antara 6,43 - 10,40. Berdasarkan data tersebut maka potensi lestari ikan demersal/karang mencapai pada Kawasan II mencapai 9.042,49 ton/ tahun dan effort optimum 2.089 unit. Untuk kawasan II di area KKPD potensi ikan karang sebagai ikan target lebih tinggi dibandingkan konversi keberadaan tutupan karang terhadap ikan target oleh LIPI, 2007 & 2009 yaitu berkisar antara 420,18 – 1750,75 ton per tahun. Pada kawasan II, izin pemanfaatan penangkapan ikan masih dapat dikembangkan oleh karena hasil produksi perikanan saat ini masih dibawah nilai potensi lestari. Penambahan alat produksi perikanan harus yang ramah lingkungan dengan juga mempertahankan dan menyelamatkan terumbu karang. Keadaan jumlah alat tangkap, produksi dan CPUE di Kawasan III untuk ikan demersal dan karang (2008-2014) dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa upaya penangkapan berkisar antara 532 - 720 unit dan produksi berkisar antara 3.626,13 – 5.229,96 ton serta CPUE berkisar antara 6,50 - 9,31. Berdasarkan data tersebut maka potensi lestari ikan demersal/karang pada Kawasan III mencapai 5.150,20 ton/ tahun dengan effort optimum 859 unit. Keadaan ini menunjukkan bahwa potensi lestari ikan karang di kawasan III lebih tinggi dibandingkan hasil perkiraan terhadap ikan target di terumbu karang pada kawasan III LIPI, 2007 & 2009 yaitu 360,51 – 1502,14 ton per tahun. Pada kawasan III, sudah mencapai produksi pada potensi lestari. Kawasan ini sebaiknya tidak ditambah usaha penangkapan ikan dan tetap diperlukan upaya-upaya pelestarian terumbu karang. Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 80 Muhammad Fauzi et al. Tabel 3. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Alat Tangkap, Produksi dan CPUE Ikan Demersal di Kawasan III KKPD Natuna Alat Produksi CPUE 558 3.626,13 6,50 562 5.229,96 9,31 532 4.259,84 8,00 542 4.819,20 8,90 717 4.792,73 6,68 720 5.227,75 7,26 563 4.504,96 8,00 Perikanan tradisional adalah kegiatan penangkapan yang dilakukan mengunakan armada perahu. Aktivitas penangkapan dilakukan dekat dari pulau Bunguran dengan menggunakan alat tangkap yaitu jaring pantai, sero/kelong, tangkul dan alat lainnya. Hasil konversi terhadap alat tangkap yang ada maka alat tangkap sero/kelong yang dijadikan alat tangkap standar untuk kegiatan penangkapan tradisional. Keadaan jumlah alat tangkap, produksi dan CPUE di Kawasan I untuk perikanan trasdisional (2008-2014) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Alat Tangkap, Produksi dan CPUE Perikanan Tradisional di Kawasan I KKPD Natuna Alat Produksi CPUE 79 251,81 3,19 79 363,18 4,57 52 243,46 4,68 159 743,28 4,68 227 590,34 2,60 228 643,92 2,82 157 736,72 4,68 Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa upaya penangkapan berkisar antara 52 – 228 unit dan produksi berkisar antara 251,81 – 743,28 ton serta CPUE berkisar antara 2,60 – 4,68. Berdasarkan data tersebut maka potensi lestari perikanan tradisional mencapai pada Kawasan I mencapai 789,98 ton/ tahun dengan effort optimum 316 unit. Untuk perikanan tradisional di kawasan I masih dapat dikembangkan alat penangkapan, namun diupayakan harus dibawah 316 unit. Keadaan jumlah alat tangkap, produksi dan CPUE di Kawasan II untuk perikanan tradisional (2008-2014) dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa upaya penangkapan berkisar antara 44 - 139 unit dan produksi berkisar antara 183,08 - 532,98 ton serta CPUE berkisar antara 3,35 - 5,90. Berdasarkan data tersebut maka potensi lestari perikanan tradisional mencapai pada Kawasan II mencapai 567,22 ton/ tahun dengan effort optimum 199 unit. Untuk kegiatan perikanan tradisional di kawasan II masih dapat ditambah alat tangkap dan produksi tidak melewati potensi lestari perikanannya. Keadaan jumlah alat tangkap, produksi dan CPUE di Kawasan III untuk perikanan tradisional (2008-2014) dapat dilihat pada Tabel 6. Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 Muhammad Fauzi et al. / 81 Tabel 5. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tabel 6. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Alat Tangkap, Produksi dan CPUE Perikanan Tradisional di Kawasan II KKPD Natuna Alat Produksi CPUE 44 183,08 4,12 45 264,06 5,90 71 333,76 4,68 114 532,98 4,68 138 464,14 3,35 139 506,26 3,64 68 316,60 4,68 Jumlah Alat Tangkap, Produksi dan CPUE Perikanan Tradisional di Kawasan III KKPD Natuna Alat Produksi CPUE 72 326,69 4,56 72 471,18 6,53 113 526,80 4,68 142 665,42 4,68 239 887,21 3,71 240 967,74 4,03 124 579,00 4,68 Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa upaya penangkapan berkisar antara 72 - 240 unit dan produksi berkisar antara 326,69 - 967,74 ton serta CPUE berkisar antara 3,71 - 6,53. Berdasarkan data tersebut maka potensi lestari perikanan tradisional pada Kawasan III mencapai 978,04 ton/ tahun dengan effort optimum 325 unit. Pada kawasan III, sudah tidak dapat ditambah alat penangkapan ikan oleh karena produksi hasil tangkapan sudah mendekati nilai potensi lestari perikanan tradisional. KESIMPULAN Potensi lestari ikan karang/demersal pada kawasan I yaitu 184.177,51 ton/ tahun dengan effort optimum 49.237 unit. Pada kawasan II yaitu 9.042,49 ton/tahun dengan effort optimum 2.089 unit dan pada kawasan III yaitu 5.150,20 ton/ tahun dengan effort optimum 859 unit. Sedangkan potensi lestasi ikan pada perikanan tradisional pada kawasan I yaitu Kawasan I mencapai 789,98 ton/ tahun dengan effort optimum 316 unit. potensi lestari perikanan tradisional mencapai pada Kawasan II mencapai 567,22 ton/ tahun dengan effort optimum 199 unit. potensi lestari perikanan tradisional pada Kawasan III mencapai 978,04 ton/ tahun dengan effort optimum 325 unit. Penambahan upaya penangkapan hanya dapat dikembangkan pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia hanya pada kawasan I dan II saja dengan tetap melestarikan keberadaan terumbu karang. Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 82 Muhammad Fauzi et al. PENGHARGAAN Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ir. Wahyu Nugroho, MM dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna Kepulauan Riau Indonesia yang telah mensponsor kajian ini. RUJUKAN Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna, 2010. Penyusunan Database Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2008. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2009. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2010. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2011. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2012. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2013. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. Dinas Kelautan dan Perikanan Natuna., 2014. Statistik Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna. LIPI., 2007. Baseline Ekologi Natuna, Coral Reef Information and Training Center, Coral Reef Rehabilitation and Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. LIPI., 2009. Monitoring Terumbu Karang Pulau Bunguran. Coral Reef Information and Training Center, Coral Reef Rehabilitation and Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Subani, Waluyo Drs., Ir. H. R. Barus. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia, dalam: Jurnal Penelitian Perikanan Laut, Edisi Khusus. Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dept. Pertanian, Jakarta Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015