Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MULTIKULTURAL PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd Ketua Program Studi Mangister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas Negeri Medan Abstrak. Tujuan pendidikan yang dikonsep secara apik namun tidak mampu diaplikasikan dalam bentuk langkah nyata, kini menjadi realitas yang tampak kontras dalam dunia pendidikan kita. Pendidikan yang umumnya terjadi di masyarakat kita adalah pendidikan yang timpang, antara pertumbuhan dan perkembangan intelektual dengan moral peserta didik tidak seimbang. Pendidikan yang terjadi hanya mengarah pada aspek tertentu (kognitif) dan mengabaikan aspek lainnya (afektif dan psikomotorik).Pendidikan yang sesuai dengan UU tersebut adalah pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural dianggap sebagai solusi yang tepat karena memiliki konsep keberagaman kebudayaan dan sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk. Kata kunci: Pengembangan, Pembelajaran, Multikultural Bila PENDAHULUAN ditinjau dari keadaan UU No.20 tahun 2003 tentang masyarakat Indonesia yang majemuk sistem pendidikan nasional berfungsi terdiri atas berbagai etnis, budaya, suku, mengembangkan dan ras, agama dengan melihat dari kondisi peradaban sosio-kultural dan letak geografis yang bangsa yang bermartabat dalam rangka begitu beragam dan luas. Keberagaman mencerdaskan ini membentuk kemampuan watak serta kehidupan bangsa, dapat mengakibatkan bertujuan untuk berkembangnya potensi konflik peserta didik agar menjadi manusia yang Konflik vertikal, timbul dalam berbagai beriman dan bertakwa kepada Tuhan kelompok Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, muncul ketika terjadi ketiadaan saling berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan memahami menjadi warga negara yang demokratis kelas yang berpeluang untuk melakukan serta bertanggungjawab. hegemoni Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 vertikal maupun terjadinya masyarakat. dan horizontal. Konflik mentoleransi dengan kelompok bisa antara yang |1 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) berpeluang menjadi objek hegemoni. Beberapa Konflik horizontal rentan terjadi ketika warganya berkunjung ke Indonesia. Ini dalam interaksi sosial antar kelompok jelas merusak citra bangsa Indonesia di yang mata dunia yang terkenal ramah. Fakta berbeda tersebut dihinggapi negara melarang semangat superioritas. Semangat yang seperti menilai bahwa kelompoknya (insider) pendidikan adalah yang paling benar, paling baik, kesadaran paling unggul dan paling sempurna, multikulturalisme ( Mahfud, 2011:186). sementara sebagai kelompok pelengkap ini juga menunjukkan dalam kegagalan menciptakan pluralisme dan lain hanyalah Konflik yang berlatar belakang dalam dimensi SARA (Suku, adat, ras, dan agama ini kehidupan ini (Mahfud, 2005: 8-9). tidak Kenyataan ini juga diyakini, masyarakat karena akan merusak tatanan hidup plural khususnya berbangsa dan bernegara yang dilandasi Indonesia, akan terjerumus ke dalam pancasila. Sikap saling mengormati dan anarki jika gagal menemukan formula toleransi harus ditanamkan dalam diri federasi rakyat Asia Tenggara pluralis yang memadai (Furnivall 1994: 9). Konflik keberagaman Indonesia. dibiarkan Indonesia berlarut-larut melalui dunia pendidikan. Seperti termaktub dalam yang itu boleh sudah Beberapa disebabkan Undang-Undang terjadi Nasional (Sisdiknas) pasal 4 ayat 1 no. tahun di terakhir Sistem 20 tahun 2003 bahwa, Pendidikan pendidikan banyak konflik yang berlatar belakang nasional SARA (suku, adat, ras, dan agama), demokratis dan berkeadilan serta tidak terjadi diskriminatif dengan menjunjung tinggi di Indonesia seperti kasus Ambon, Papua, Sunggau Ledo, Aceh, hak Sampit dan perang antar kelompok keagamaan, masyarakat yang sampai saat ini sering kemajemukan bangsa. terjadi. Hal ini sangat memperihatinkan asasi diselenggarakan secara manusia (HAM), nilai nilai kultural, dan Pendidikan yang sesuai dengan karena sudah banyak korban tewas dan UU menyengsarakan masyarakat itu sendiri. multikultural. Sejalan dengan itu Yon Selain itu perekonomian dan situasi Sugiono (dalam Suara Pembaharuan politik pun terganggu karena masyarakat 2011) menjelaskan untuk menghindari tidak bisa beraktivitas seperti biasa. konflik seperti kasus yang pernah terjadi Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 tersebut adalah pendidikan |2 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) di beberapa daerah di Indonesia, sudah Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang saatnya dicarikan solusi preventif yang Maha Esa untuk mempersatukan bangsa tepat dan efektif. Salah satunya adalah Indonesia di tengah keberagaman bahasa melalui pendidikan multikultural. dan budaya. Kurikulum 2013 dalam mata Pembelajaran kontekstual adalah pelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran salah satu mata pelajaran yang memiliki mengambil waktu pembelajaran yang cukup banyak menceritakan) kejadian pada dunia nyata tepatnya empat jam pelajaran dalam satu kehidupan minggu. Dengan demikian, pembelajaran siswa kemudian diangkat dalam konsep Bahasa Indonesia sangat berpengaruh sastra yang dibahas. Pada pembelajaran dalam pembentukan karakter diri siswa. kontekstual, Berbagai upaya untuk memeperbaiki kembangnya ilmu pengetahuan, konsep keterpurukan di dikonstruksi oleh siswa melalui proses Indonesia terus dilakukan. Kurikulum, tanya jawab dalam diskusi. Pembelajaran manajemen, model kontekstual dalam pembelajaran bahasa pembelajaran, sistematika pembelajaran Indonesia berusaha mengubah kondisi di maupun profesionalisme pengajar terus atas, yaitu dengan membuat kegiatan mengalami perbaikan, namun masih pembelajaran yang dimulai dari konteks perlu mendapatkan sentuhan inovasi kehidupan nyata siswa. yang dapat mengakselarasi perubahan pengajar kondisi yang dimaksudkan. mengangkat objek dalam kehidupan kondisi srategi, Pelajaran pendidikan metode, bahasa yang dimulai dengan (mensimulasikan, sehari-hari yang dialami sesuai dengan tumbuh- harus Selanjutnya memfasilitasi siswa Indonesia, nyata itu ke dalam konsep sastra sejalan dengan tujuan pendidikan yang memulai tanya jawab, diskusi, inkuiri, ada, berdasarkan Permendiknas no 68 sehingga siswa dapat mengkonstruksikan tahun 2013 tentang kerangka dasar dan konsep tersebutdalam pikirannya. struktur kurikulum sekolah menengah Berdasarkan hasil observasi dan pertama/ madrasah tsanawiyah dalam wawancara Kompetensi Dasar disampaikan bahwa bahasa Indonesia bahwa mereka belum melalui belajar bahasa Indonesia, peserta pernah didik dihantarkan untuk menghargai dan pembelajaran mensyukuri multikultural dalam mengajar materi keberadaan bahasa Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 peneliti dengan pengajar menggunakan kontekstual model berbasis |3 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) sastra khususnya teks ulasan. Untuk itu penulis tertarik pengembangan Penerapan Hasil Penelitian melakukan model pembelajaran a. Merencanakan sesuai pembelajaran dengan tersebut. perkembangan PEMBAHASAN (depelopmentally Pendidikan multikultural sangat siswa. kewajaran mental appropriate) Hubungan antara isi penting diterapkan guna meminimalisasi kurikulum dan metodologi yang dan mencegah terjadinya konflik di digunakan untuk mengajar harus beberapa daerah. Secara etimologis, didasarkan kepada kondisi sosial, pendidikan multikultural terdiri dari dua emosional terma intelektual siswa. yaitu multikulturalisme. pendidikan dan Pendidikan dapat dan b. Membentuk perkembangan kelompok diartikan sebagai proses pengembangan yang sikap dan tata laku seseorang atau (independent learning groups). kelompok Siswa orang dalam usaha saling belajar tergantung saling belajar dari mendewasakan manusia melalui upaya sesamanya di dalam kelompok- pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan kelompok dan cara-cara yang mendidik, istilah bekerja sama dalam tim lebih multikultural berasal dari kata kultur besar (kelas). Kemampuan itu yang berarti kebudayaan dan kesopanan. merupakan bentuk kerja sama Sedangkan yang multi memiliki banyak kecil diperlukan dan belajar oleh orang makna banyak ragam dan aneka. Dengan dewasa di tempat kerja dan demikian multikultural berarti konteks lain. keragaman budaya aneka kesopanan. Jadi, atau secara etimologis, c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran pendidikan multikultural berarti proses mandiri (self-regulated learning). pengembangan seluruh potensi manusia Lingkungan menghargai pluralitas dan heterogenitas pembelajaran mandiri memiliki sebagai dari tiga karakteristik umum, yaitu keragaman budaya, etnis, suku dan kesadaran berfikir penggunaan aliran. (Muhammad Abas dalam jurnal strategi lipi). berkelanjutan. kensekwensi logis Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 dan yang mendukung motivasi yang Berdasar |4 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) penelitian, siswa usia 5-16 tahun meningkatkan secara siswa, perkembangan pemecahan bertahap mengalami perkembangan kesadaran masalah, pembelajaran dan keterampilan terhadap keadaan pengetahuan berfikir yang dimilikinya, karakteristik pembelajaran tugas-tugas yang mempengaruhi mencapai tujuannya, maka jenis pembelajarannya dan tingkat pertanyaan yang tepat individual, secara dan strategi tingkat harus belajarnya. tinggi. Agar kontekstual diungkapkan/ditanyakan. Pertanyaan harus secara hati-hati d. Mempertimbangkan keragaman direncanakan untuk siswa (disversity of students). Di menghasilkan tingkat berfikir, kelas guru harus mengajar siswa tanggapan, dan tindakan yang dengan berbagai keragamannya, diperlukan siswa. misalnya latar belakang suku g. Menerapkan penilaian autentik bangsa, status sosial-ekonomi, (authentic assessment). Penilaian bahasa utama yang dipakai di autentik mengevaluasi penerapan rumah, dan berbagai kekurangan pengetahuan yang mungkin mereka miliki. kompleks seorang siswa, dari e. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) pada siswa. dan hanya informasi berfikir sekedar hafalan aktual. Kondisi Dalam menggunakan pendekatan alamiah pembelajaran kontekstual, maka kontekstual cara siswa berpartisipasi di dalam penilaian interdisiplin yang dapat kelas mengukur harus memperhatikan pembelajaran kebutuhan dan delapan orientasi keterampilan. pembelajarannya (spasi-verbal, Penelitian linguistic-verbal, interpresonal, memerlukan pengetahuan Pengembangan (Researchand Developmental). musical-ritmik, naturalis, badan- Penelitian pengembangan kinestetika, dilaksanakan untuk intrapersonal dan logismatematis. f. Menggunakan bertanya dan ini menghasilkan perangkat pembelajaran dan instrumenteknik-teknik (Questioning) untuk instrumen diujicobakan Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 yang di diperlukan kelas. untuk Perangkat |5 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) pembelajaran yang dikembangkan Model pengembangan perangkat adalah Model pembelajaran kontekstual pembelajaran yang digunakan model berbasis dalam Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia materi model 4-D (define, design, develop, sastra (teks cerita pendek) di kelas VII. disseminate) yang dikemukakan oleh Selain itu perangkat pembelajaran lain Thiagarajan, Semmel dan Semmel. multikultural yang dikembangkan adalah Rencana Pelaksanaan (RPP), mengarah kepada beberapa sektor yaitu Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes Pemerintah, pengajar bahasa Indonesia, Hasil Sedangkan mahasiswa, dan calon guru. Kontribusi instrumen yang digunakan adalah lembar kepada peneliti berikutnya yaitu berupa pengamatan aktivitas informasi dan memiliki data agar dapat Belajar Pembelajaran Kontribusi hasil penelitian dapat (THB). siswa, lembar pengamatan kemampuan guru mengelola melanjutkan penelitian lanjutan. pembelajaran dan angket respon siswa. Untuk lebih memperjelas alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat Materi sastra (teks cerita pendek) Pengembangan model pembelajaran kontekstual Pendidikan Multikultural dalam Rancangan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di PEBELAJAR Kesesuaian Pendidikan Multikultural dalam Model pembelajaran yang dikembangankan dalam pembelajaran di PEBELAJAR Wujud pengembangan model pembelajaran berbasis multicultural dalam pembelajaran sastra (teks cerita pendek) Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 |6 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) Enam kunci dasar dari d. Kurikulum pembelajaran kontekstual yaitu: Kurikulum a. Pembelajaran bermakna (meaningful berdasarkan yang standar: learning) pembelajaran Pemahaman, relevansi dan penilaian dengan pribadi nasional, sangat terkait kepentingan dengan siswa.Dalam kehidupan nyata atau harus standar isi dikaitkan lokal, propinsi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran ini terkait dengan dikembangkan dunia kerja. e. Responsif terhadap budaya siswa Guru harus menghargai dan mengerti manfaat isi pembelajaran, memahami nilai, kepercayaan dan jika merasakan kebiasaan siswa, teman pendidik berkepentingan untuk belajar demi dan masyarakat tempat ia mendidik. kehidupannya di masa mendatang. Ragam individu dan budaya suatu mereka b. Penerapan pengetahuan kelompok serta hubungan antar Adalah kemampuan siswa untuk budaya tersebut akan mempengaruhi memahami apa yang dipelajari di pembelajaran dan sekaligus akan sekolah dapat diterapkan dalam berpengaruh terhadap cara mengajar tatanan kehidupan di masa sekarang guru. dan di masa depan. Bahkan dengan pengetahuan dan f. Penilaian autentik keterampilan Menggunakan berbagai tersebut, kehidupannya pada masa penilaian kini dan masa yang akan datang proyek dapat menjadi lebih baik. kegiatan siswa, portofolio, rubrik, c. Berpikir tingkat tinggi Siswa berfikir diwajibkan tingkat memanfaatkan kritis, (misalnya atau tugas strategi penilaian terstruktur, penggunaan daftar cek, pedoman observasi dan sebagainya) berfikir akan merefleksikan hasil belajar analisis, dan berfikir kreatif dalam sesungguhnya secara komprehensif. pengumpulan (Depdiknas, 2002: 12) data, pemahaman suatu isu dan suatu masalah. Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 |7 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) Pembelajaran bertujuan kontekstual membekali siswa 2. dengan Inti a. Siswa melakukan observasi pengetahuan secara fleksibel dan dapat sesuai dengan pembagian tugas diterapkan kelompok. dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran kontekstual siswa b. Siswa mencatat hal-hal yang ditempatkan di dalam konteks bermakna mereka temukan sesuai dengan yang menghubungkan pengetahuan awal alat siswa ditentukan sebelumnya. dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan c. observasi Siswa yang telah melakukan kerja faktor kebutuhan individual siswa dan kelompok peran guru. kelompok masing-masing. Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, maka pembelajaran d. dengan Siswa mempresentasikan kerja langkah-langkah kontekstual sesuai kelompoknya. sebagai e. Setiap kelompok menjawab berikut: setiap pertanyaan yang diajukan 1. oleh kelompok lain. Pendahuluan a. Guru menjelaskan yang harus manfaat kopetensi dicapai dari 3. Penutup serta a. Dengan bantuan guru, siswa proses menyimpulkan hasil observasi pembelajaran dan pentingnya mereka; materi yang akan dipelajari. b. Guru menjelaskan b. Setelah diperkuat dengan tes. prosedur pembelajaran kontekstual Dimensi 1) Siswa dibagi dalam beberapa 2) Tiap Pendekatan Pembelajaran Multikultural kelompok sesuai dengan jumlah siswa; dan Secara spesifik Banks ( 2010: 23) mengidentifikasi adanya lima dimensi kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi; 3) Melalui ditugaskan observasi untuk dalam implementasi pendidikan multikultural, yakni: conten integration, siswa knowledge mencatat pedagogy, construction, prejudice equity reduction, bebagai hal yang berhubungan empowering dengan yang diobservasinya. dimensi inilah yang akan digunakan Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 school culture. and Kelima |8 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) sebagai dasar pedoman untuk 2) The knowledge construction process menganalisis SK dan KD serta silabus (Proses mata pelajaran bahasa Indonesia untuk Pengetahuan) siswa PEBELAJAR. Kelima dimensi Merekonstruksi Pembelajaran memberikan tersebut akan di jelaskan sebagai berikut. kesempatan kepada para siswa untuk 1) Conten integration (Integrasi Materi) memahami dan merekonstruksi berbagai Dimensi ini berkaitan dengan kultur yang ada. Berdasarkan penelitian upaya untuk menghadirkan aspek kultur yang telah dilakukan Kijima (2005: 133) dari berbagai kultur yang ada ke ruang- ditemukan tiga masalah dalam proses ruang kelas. Seperti pakaian, tarian, pembelajaran kebiasaan, dan kelas/sekolah. Tiga masalah tersebut sastra, bahasa, yang berlangsung di sebagainya. Dengan demikian, adalah keberagaman dan pemahaman diharapkan akan mampu bahasa, pemahaman budaya, dan adanya mengembangkan kesadaran pada diri rasisme. Ketiga hal ini menjadi suatu siswa akan kultur milik kelompok lain. masalah sehingga dapat menghambat Novera proses interaksi dan pemahaman di (2004: 475) bahwa isu-isu menyatakan budaya dalam antara siswa yang beragam latar proses penyesuaian siswa sangat penting belakangnya. Oleh sebab itu, dalam untuk proses pemahaman pengetahuan tentang diberikan, terutama dalam kaitannya dengan interaksi kelas antara keberagaman guru dengan murid. etnis/ras Sedangkan dalam bahasa, yang kegiatan budaya, dilaksanakan pembelajaran, dan dalam hendaknya pengintegrasian materi yang berkaitan jangan sampai terjadi hal-hal yang dengan bahasa yang beragam, Yaqin demikian. (2005: 104) menjelaskan bahwa siswa Jewell (2005: 494) dalam jurnal harus di didik untuk mempunyai sikap hasil dan perilaku yang mampu menghargai penegasan bahwa orang lain yang mempunyai bahasa, pengonstruksian pengetahuan aksen, dan dialek yang berbeda. Hal ini dilaksanakan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan agar tidak terjadi adanya harus diskriminasi bahasa di sekolah. kemampuan kepada para siswa untuk Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 penelitiannya mampu memberikan memberikan proses yang bekal |9 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) bisa mengambil keputusan sendiri dalam prinsip empat pilar dalam proses belajar, menghadapi situasi kehidupan yang yaitu belajar untuk menjadi, belajar kompleks dan multikultural ini. untuk 3) An Equity paedagogy (penyesuaian mengetahui, dan belajar untuk hidup metode Pembelajaran) melakukan, belajar untuk bersama. Kesetaraan akan muncul apabila Pendapat senada juga guru sudah mulai memodifikasi perilaku disampaikan oleh Mahfud (2011: 223) pembelajaran yang menjelaskan bahwa proses belajar dengan mereka kondisi para disesuaikan siswa yang yang mengandalkan siswa belajar secara memiliki berbagai latar belakang yang individualistis berbeda sehingga memberikan harapan kompetitif bahwa semua siswa tanpa melihat latar ditinggalkan dan diganti dengan cara belakang yang dimilikinya akan dapat belajar berkelompok dan bersaing secara mencapai hasil sebagaimana yang telah kelompok dalam situasi positif. Dengan direncanakan. Pada tahap ini, para guru cara demikian, perbedaan antarindividu sudah dapat mengembangkan pendekatan, dan bersaing secara individualistis dikembangkan harus sebagai suatu model, stragtegi, metode, dan teknik kekuatan kelompok, dan siswa terbiasa pembelajaran pada hidup dengan berbagai budaya, sosial, student centered, pembelajaran di kelas intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi yang bertumpu pada diri siswa sebagai politik. Ditambahkannya pula bahwa seorang individu. evaluasi Dalam yang mengarah haruslah meliputi keseluruhan aspek kemampuan penelitian yang dilakukan, Winch (2004: dan kepribadian peserta didik, sesuai 102) menyatakan bahwa proses dan dengan praktik pembelajaran yang menargetkan dikembangkan. Alat yang digunakan pengakuan, nilai dan berbagi pandangan haruslah beragam sesuai dengan sifat, dunia dalam proses belajar mengajar tujuan perlu dilakukan sebagai upaya belajar dikumpulkan. bagi siswa untuk bisa hidup bersama 4) Prejudice Reduction (Pengurangan sebuah kelas jurnal digunakan hasil dalam laporan yang multikultural. tujuan dan dan informasi konten yang yang ingin Prasangka) Dijelaskan pula bahwa pendidikan untuk Dimensi ini sebagai upaya agar masa depan harus diatur sebagaimana para siswa menghargai adanya berbagai Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 10 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) kultur dengan segala perbedaan yang perlakuan yang setara dalam proses menyertainya. Selain itu, siswa juga bisa pembelajaran di sekolah. memiliki sifat positif atas perbedaan tersebut. Hilda Mahfud, Hernandez (dalam 176) juga 2011: Salah satu faktor untuk mencapai tujuan pendidikan peningkatan kinerja sekolah dan sekolah perlu mengungkapkan bahwa sangat penting dibangun budaya organisasi di sekolah. adanya refleksi budaya, ras, seksualitas Perlunya pembahasan mengenai dimensi dan gender, etnisitas, agama, status sosial sosial, proses pembelajaran juga diungkapkan oleh pendidikan multikultural. Hal ini sebagai Mansouri (2005: 516) di dalam jurnal bentuk pengakuan terhadap hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya politik, sosial, ekonomi dalam dan realitas ekonomi yang dan budaya menunjukkan dialami oleh masing-masing individu penelitian dalam proses pendidikan. multikultural dalam bahwa dan diperlukannya praktik agar proses pendidikan dinamika sosial- Senada dengan pendapat di atas, politik bisa berlangsung lebih sistematis dalam jurnal hasil penelitiannya, Jewell di luar batas-batas faktor keluarga dan (2005: 494) juga mengungkapkan bahwa sekolah. diperlukan adanya upaya senantiasa menjaga untuk stabilitas dan toleransi terhadap keberagaman budaya Proses Pengembangan Multikultural yang ada. Ngalimun 5) Empowering school culture Pendidikan mengelompokkan (2014:122) 3 tahapan proses (Penguatan Budaya Sekolah dan pengembangan pendidikan multicultural, Struktur Sosial) yaitu: Dimensi ini merupakan tahap 1. Melakukan analisis faktor dilakukannya rekonstruksi baik struktur potensial bernuansa multikultural sekolah maupun kultur sekolah. Hal ini meliputi: (a) tuntutan kompetensi diperlukan untuk memberikan jaminan mata kepada latar dibekalkan kepada peserta didik belakang yang berbeda agar mereka berupa pengetahuan (knowledge), merasa mendapatkan pengalaman dan keterampilan (skills), dan etika semua siswa dengan Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 pelajaran yang harus | 11 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) 2. atau karakter (ethic atau berbasis multikultural, antar lain: disponsition); (b) tuntutan belajar kegiatan belajar bersama-sama dan (Cooperative pembelajaran, terutama Learning), yang terfokus membuat orang untuk dipadukan dengan belajar dan menjadikan belajar pencapaia konsep adalah proses kehidupan; (c) Attainment) dan strategi analisis kompetensi nilai (Value Analysis); strategi ini guru menerapkan dalam pendekatan multicultural. Guru menggunkan metode dilaksanakan sebaiknya dan budaya harus strategi (Concep secara simultan, tergambar dalam langkah-langkah siswanya. Guru harus bertanya pembelajaran dulu pada diri sendiri, apakah ia multikultural. sudah menampilkan perilaku dan model berbasis 4. Menyusun rancangan sikap yang mencerminkan jiwa pembelajaran berbasis multicultural; multikultural penyususan (d) analisis terhadap latar kondisi siswa. rancangan pembelajaran yang Agama, bernuansa multikultural dapat suku, ras/etnis dan golongan serta latar ekonomi dilakukan melalui lima tahapan, orang menjadi yaitu: (1) analisis isi (content stereotype siswa ketika merespon analysis); (2) analisis latar kultur stimulus di kelasnya, baik berupa (setting analysis); (3) penetapan pesan materi (maping contents); (4) tua, bisa pembelajaran maupun pesan lain yang disampaikan oleh pengorganisasian teman (contents organizing) dan (5) di kelasnya. (e) karakteristik materi pembelajaran menuangkan yang bernuansa multikultural pembelajaran. dalam materi format 3. Menetapkan strategi , model pembelajaran berkadar METODE multikultural Pilihan strategi, digunakan mengembangkan Pengembangan model pembelajaran model yang kontekstual berbasis multikultural ini dalam akan dilaksanakan di Kota Medan.Untuk pembelajaran mengukur kevalidan dan keefektifan Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 12 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) perangkat Indonesia pembelajaran bahasa Instrumen ini digunakan untuk serta kevalidan penelitian mengukur seberapa jauh pencapaian yang dikembangkan maka disusun dan indikator dikembangkan dirumuskan. Jenis tes yang digunakan Instrumen instrumen yang penelitian. belajar yang telah dalam adalah tes uraian dengan penilaian acuan penelitian ini meliputi: lembar validasi patokan. Tes hasil belajar ini disusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan berdasarkan kisi-kisi tes yang telah tes hasil digunakan hasil belajar siswa), lembar disusun diterapkan untuk mengukur siswa, lembar seberapa besar daya serap tiap-tiap siswa pengamatan aktivitas pengamatan kemampuan guru mengelola terhadap materi yang diajarkan. pembelajaran, dan angket respon siswa. Lembar observasi aktivitas siswa Lembar validasi Tes hasil belajar siswa dan guru dalam pembelajaran digunakan terdiri dari 3 komponen, yakni petunjuk sebagai pedoman mengamati aktivitas penilaian, siswa untuk batas-batas waktu yang telah aspek-aspek yang dinilai, saran dan komentar dari validator. ditetapkan Penilaian kevalidan dari tes hasil belajar berlangsung. ditinjau dari 3 aspek yaitu: isi, bahasa diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu: dan konstruksi. Hasil penilaian terhadap aktivitas aktif dan aktivitas pasif. tes hasil belajar pembelajaran Aktivitas siswa yang 1) aktivitas aktif: yang termasuk dikembangkan adalah valid dan tidak aktivitas aktif siswa adalah jika valid. siswa melakukan kegiatan: Teknik penilaian siswa selama pengumpulan validasi a) menulis yang relevan dengan perangkat kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara meliputi: memberikan satu untuk data modul, perangkat i. Menulis belajar penjelasan mengajar guru: pembelajaran (RPP, LKS, THB) serta apabila siswa sedang menulis lembar validasi kepada para validator. yang dipandang siswa perlu dari Kemudian para validator memberikan penjelasan guru di papan tulis, penilaian berdasarkan pertanyaan dan dari buku, dari temannya, dan pernyataan ringkasan untuk masing-masing indikator aspek penilaian yang tersedia. Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 atau simpulan penjelasan guru atau temannya. | 13 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) ii. Menyelesaikan masalah memastikan keterkaitan ide- secara bebas: apabila secara ide nyata mengusulkan siswa sedang hasil menyelesaikan masalah baik membantu individu masalah. maupun secara bersama-sama dengan cara untuk menyelesaikan d) membaca: apabila siswa sedang temannya dalam kelompok. iii. Mengerjakan aspirasinya, membaca buku teks, LKS dan lembar sumber pelajaran yang relevan kegiatan siswa: apabila siswa dengan materi pelajaran. aktif menyelesaikan masalahmasalah yang ada pada 2) aktivitas pasif: apabila siswa lembar kerja siswa. mendengar penjelasan guru, b) berdiskusi dan bertanya antar mendengar penjelasan temannya, siswa: apabila di antara siswa dan melakukan sesuatu hal yang saling tidak berinteraksi dalam relevan dengan memecahkan masalah baik pada pembelajaran saat menemukan konsep dan teman, keluar kelas). mengerjakan LKS. Pengamatan dilakukan sejak awal c) berdiskusi/bertanya antara siswa (mengganggu kegiatan pembelajaran dengan guru, meliputi: menutup pelajaran. i. pertanyaan dilakukan pada satu kelompok siswa guru: apabila siswa secara yang mewakili seluruh siswa dalam satu lisan menjawab pertanyaan kelas. Hal ini dimungkinkan karena guru, bertanya atau memberi setiap kelompok terhadap kelompok alternatif pemecahan yang lain dikondisikan homogen dari masalah, serta mengajukan segi karakteristik siswa (kemampuan dugaan terhadap penemuan awal, jenis kelamin, pergantian anggota suatu konsep, atau suatu kelompok untuk pola. Pengamat menuliskan ii. Menanggapi Bertanya kepada setiap sampai guru Pengamatan pertemuan). nomor-nomor guru: kategori yang dominan muncul untuk apabila siswa bertanya setiap 5 menit, pada baris dan kolom tentang materi pelajaran, yang tersedia dalam lembar pengamatan. Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 14 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) Dasar penentuan waktu 5 menit adalah aktivitas siswa, (2) lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan guru kemampuan sebanyak proses pembelajaran. Angket yang dihasilkan pembelajaran berlangsung dan jangan berupa angket untuk mendata respon ada aktivitas yang terlupakan. Untuk siswa terhadap komponen dan kegiatan menentukan belajar. aktivitas mungkin selama reliabilitas siswa instrumen mengelola rumus Beberapa kemungkinan yang percentage of agreement (Borich, 1994 ) terjadi pada saat kegiatan validasi ahli Sebelum instrumen diujicobakan, terhadap perangkat dan instrumen yang terlebih digunakan guru dahulu dilakukan dikembangkan, yaitu: terhadap perangkat pembelajaran dan analisis validasi instrumen yang dikembangkan pada bahwa Draft-A valid dan tahap digunakan tanpa revisi maka model perancangan validasi (Draft-A) oleh data beberapa ahli sehingga menghasilkan pembelajaran Draft-B. Ahli yang dimaksud dalam hal multikultural ini Apabila hasil menunjukkan layak kontekstual dalam berbasis perangkat adalah para validator yang pembelajaran dan instrumen siap untuk berkompeten yang meliputi dosen diujicobakan di lapangan (pelaksanaan pendidikan bahasa Indonesia UNIMED pembelajaran di kelas). Apabila hasil dan guru bahasa Indonesia. Berdasarkan analisis data hasil validasi ahli, dilakukan revisi bahwa Draft-A terhadap perangkat dan instrumen. digunakan dengan revisi kecil maka Validasi perangkat dan instrumen dilakukan revisi pada model beserta mencakup isi, format, bahasa validasi valid menunjukkan dan layak dan seluruh perangkat pembelajaran dan ilustrasi serta kesesuaian dengan model instrumen. Draft-A yang telah direvisi pembelajaran disebut Draft-B dan siap diujicobakan di kontekstual berbasis multikultural. lapangan. Apabila hasil analisis data Lembar validasi yang dihasilkan validasi menunjukkan bahwa Draft-A berupa: (1) lembar validasi Rencana tidak valid maka dilakukan revisi besar. Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Lembar Hasil revisi Draft-A harus divalidasi validasi LKS (3) lembar validasi tes kembali oleh ahli. Kegiatan memvalidasi hasil belajar. Lembar observasi yang dilakukan dihasilkan berupa: (1) lembar observasi sampai diperoleh Draft yang memenuhi Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 secara berulang (siklus) | 15 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) kriteria kevalidan. Draft yang memenuhi Kesulitan yang dialami berkaitan kriteria kevalidan disebut Draft-B yang dengan respon siswa yang kurang siap diujicobakan. termotivasi untuk mau menulis cerita pendek dengan alasan malas karena tidak tahu atau maksud wacana, sebab lain, KESIMPULAN Dalam analisis praktis, peneliti belum tersedianya model pembelajaran melakukan kegiatan observasi kepada yang beberapa guru bahasa Indonesia yang menulis berkaitan dengan pembelajaran menulis pembelajaran sering dilakukan dengan cerita pendek. Hal-hal yang ditanyakan cara berceramah, menjelaskan maksud berkaitan dengan hambatan-hambatan isi wacana. Buku teks adalah salah yang dalam satunya sumber belajar pada proses pembelajaran menulis cerita pendek dan pembelajaran menulis, siswa hanya pasif model yang mungkin digunakan guru tidak minar membaca hanya mendengar dalam pembelajaran, dan kesulitan guru saja apa yang disampaikan gurunya. dalam Dalam proses pembelajaran guru sebagai dialami guru-guru pelaksanakan pembelajaran menulis. menarik cerita pengendali Peneliti observasi juga terhadap melakukan siswa, dengan minar pendek. utama, pembelajaran tergantung guru. siswa untuk sehingga lancar dalam atau itu, proses tidak, Situasi belajar yang mengajukan pertanyaan yang berkaitan demikian tidak sesuai dengan UU RI dengan pembelajaran menulis cerita Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendek, –hal yang ditanyakan minat siswa mengikuti hal berdasarkan Pendidikan Nasional, yang menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses pembelajaran menulis cerita pendek, interaksi peserta didik dengan pendidik hambatan dan sumber belajar pada suatu lingkaran suswa dalam mengikuti pembelajaran, model pembelajaran yang belajar. digunakan guru cukup menarik atau tidak, kompetensi dimaksimalkan, diberi serta kesempatan kecepatan belajarnya. Dengan demikian dapat dipahami siswa dapat bahwa dalam kegiatan pembelajaran apakah siswa tidak sekedar mentransfer pengetahan sesuai pada siswa dengan memandang siswa belajar seperti bejana atau botol kosong yang Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 16 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) harus diisi begitu saja. Akan tetapi lebih menunjang dari itu proses pembelajaran hendaknya perilaku bagi peserta didik. memungkinkan terjadinya terjadinya perubahan proses Adanya perubahan tingkah laku interaktif dan adanya pengalaman belajar yang lebih baik dari peserta didik siswa secara optimal. Dalam proses memberikan pembelajaran mestinya berlaku pula pembelajaran itu sendiri. Selanjutnya perumpamaan bahwa untuk keberhasilan kemandirian seseorang melatih implikasi pada hasil pembelajaran adalah berdampak memberikan kail pada orang itu dan pendidikan bukannya hanya sekedar memberikan mewujudkan harapan tersebut, proses ikannya. Dalam hal ini siswa tidak hanya pengajaran harus direncanakan dengan berperan sebagai penerima informasi baik melalui strategi pembelajaran yang berupa pengetahuan tetapi justru harus sistematis. Menurut Sukamto (2004:2) mencari dan menemukan pengetahuan trend tersebut. meliputi: Oleh sebab itu proses pada akan peningkatan secara baru mutu luas. strategi Untuk pembelajaran mengintegrasikan teknologi pengajaran harus diciptakan terjadinya dalam proses belajar tersebut secara interaktif. pendekatan inter-dan multi-disipliner, Dalam (2004:8) meningkatkan partisipasi subyek didil menjelaskan bahwa mengajar adalah (active learning). Mengelola dengan usaha baik hal ini untuk lingkungan Gulo menciptakan yang sistem memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Sementara itu Mulyana pembelajaran, keterkaitan menekankan yang jelas dan sistematis antara hasil belajar, mutu, dan motivasi, serta menggeser fokus dari “mengajar” menjadi “belajar”. (2004:100) menjelaskan pembelajaran Hasil analisis kebutuhan guru pada hakekatnya adalah proses interaksi menunjukkan antara meningkatkan partisipasi siswa serta peserta lingkungannya, didik sehingga dengan terjadi adanya keinginan keterlibatan untuk sumber-sumber perubahan perilaku ke arah yang lebih belajar yang variatif, interaktif serta baik. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa untuk melatih kemandirian, diwujudkan tugas guru yang paling utama adalah suasana mengkondisikan mengintegrasikan model pembelajaran lingkungan agar Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 belajar dengan | 17 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) Kontekstual Multikultural. Hal demikian baik. Dari 40 siswa responden terdapat 3 tidak lain agar proses pembelajaran orang dapat efektif dan berkualitas. perlombaan Dalam analisis kebutuhan siswa siswa sehingga sudah mengikuti menulis cerita pendek, walaupun belum paham diperoleh gambaran tentang hal-hal yang tentang menulis cerita pendek, paling berkaitan dengan pembelajaran menulis tidak cerita pendek. Pembelajaran menulis berdampak apabila teks wacana yang yang terjadi selama ini dilakukan dengan diberikan hanya dari buku pegangan, menulis sendiri tanpa menggunakan siswa yang belajarnya cepat akan cepat aspek menulis yang baik, menurut siswa merasa bosan karena tidak ada pilihan sulit dilakukan. Kesulitan ini berawal teks dari siswa Sedangkan siswa yang belajarnya lambat terhadap teks wacana yang disajikan sangat tergantung pada guru. Apabila hal dalam buku. Siswa sering menemukan ini tidak mendapat perhatian, akan kata-kata sulit, sehingga makna yang ada berpenngaruh pada minat siswa untuk dalam teks wacana tidak sampai pada membaca peserta didik. Dalam hal ini sebetulnya berkurang, dan tidak tertarik lagi untuk dapat diatasi dengan kemauan untuk mengetahui pesan atau makna yang ada membuka kamus, namun siswa merasa dalam unsur-unsur dalam cerita. kurangnya pemahaman sudah pernah tahu. yang menarik cerita Hal untuk wayang dibaca. semakin malas untuk membuka, bahkan tidak Untuk mempunyai kamus. Sehingga menjadi permasalahan hal yang sangat umum apabila menemui mengkondisikan situasi pembelajaran kata sulit, gurulah yang menjelaskan arti menulis cerita pendek yang menarik, kata sulit tersebut. Akibatnya siswa pasif dengan menyediakan model yang dapat dan selalu menunggu ceramah guru mengakomodasi berkaitan dengan teks wacana. pebelajar. Model yang dapat menarik Khususnya menulis cerita pendek, minat belum enggan membantu melatih kemandirian siswa pengalaman adalah Model Pembelajaran Kontekstual pribadi maupun menulis cerita pendek. Berbasi Multikultural. Dengan demikian banyak siswa menulis, baik Dari yang menulis hasil wawancara, tidak semua siswa belum tahu menulis dengan menulis membantu ini tersebut, mengatasi guru perbedaan cerita perlu individu pendek dan diharapkan proses pembelajaran dapat efektif dan berkualitas. Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 18 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) Proses pembelajaran dapat efektif dengan mengembangkan sikap positif siswa, menciptakan kebiasaan berpikir positif, dan mengaplikasikan kemampuan pengetahuan dalam yang diperolehnya. Hal ini seperti dijelaskan Sukamto (2004:3) bahwa pembelajaran akan efektif bila berhasil memadukan lima dimensi yaitu: sikap dan persepsi yang positif untuk memfasilitasi proses belajar yang efektif, pemerolehan dan pengintegrasian ilmu pengetahuan yang terdahulu (constructivisme), pengembangan dan pendalaman ilmu pengetahuan, penerapan/penggunaan ilmu pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir produktif. DAFTAR PUSTAKA Abas, Muhammad. Paradigma dan Pendekatan Pendidikan Multikultural. “SuatuKajianLiteratur. http:/Isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurn al/152087377.pdf. diunduh 03 Februari 2012. Ambarita, Biner. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Alfabeta Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Mulikultural di Pesantren. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Asy’arie, Musa. 2004. Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa. http:/www.kompas.com/kompascetak/0409/03/opini/1246546.di unduh 03 Februari 2012. Banks, J. A.. 2010. Multicultural Education: Issues and Perspektives. Needham Heihts, Massachusetts: Alyn and Bacon Inc. Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Ilknur dan Bulent. 2011. “Developing Effective Multicultural Practices: A Case Study Of Exploring A Teacher’s Understanding and Practices”The Journal of International Social Research. Vol 4. no. 17. pp. 579-595. Johnson, Elaine. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung : MLC Larasati, Minten Ayu. 2012. Pengertian Pendidikan Multikultural. http://edukasi.kompasiana.com Diunduh 02 Februari 2012. Mahfud, Choirul. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muryati, Sri. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Sukaharjo :Univet Bantara Press. Moleong, J Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Naim, Ngainun dan Sauqi, Achmad . 2011. Pendidikan Multikulutral Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 19 Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20) Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswajapressindo. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sunani, Nuning Hidayah. 2010. Sistempenilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS. Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suara Pembaharuan. 2011. Pendidikan Multikultural Tanamkan Sikap MenghargaiKeberagaman.http://w ww.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0 &id=3197. Diunduh 03 Februari 2012. Tielman, Kennedy et all. 2012.” Collaborative learning in multicultural classrooms: a case study of Dutch senior secondary vocational education” NAICS. Vol. 64. no. 1. pp.103-118. Ujan, Andre Ata. Et all. 2011. Multikulturalisme. Jakarta Barat: PT. Inde. Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikulturalisme. Yogyakarta. Gavin Kalam Utama. Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015 | 20