pengembangan model pembelajaran kontekstual

advertisement
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
BERBASIS MULTIKULTURAL PADA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd
Ketua Program Studi Mangister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PPs Universitas Negeri Medan
Abstrak. Tujuan pendidikan yang dikonsep secara apik namun tidak mampu
diaplikasikan dalam bentuk langkah nyata, kini menjadi realitas yang tampak kontras
dalam dunia pendidikan kita. Pendidikan yang umumnya terjadi di masyarakat kita
adalah pendidikan yang timpang, antara pertumbuhan dan perkembangan intelektual
dengan moral peserta didik tidak seimbang. Pendidikan yang terjadi hanya mengarah
pada aspek tertentu (kognitif) dan mengabaikan aspek lainnya (afektif dan
psikomotorik).Pendidikan yang sesuai dengan UU tersebut adalah pendidikan
multikultural. Pendidikan multikultural dianggap sebagai solusi yang tepat karena
memiliki konsep keberagaman kebudayaan dan sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia yang majemuk.
Kata kunci: Pengembangan, Pembelajaran, Multikultural
Bila
PENDAHULUAN
ditinjau
dari
keadaan
UU No.20 tahun 2003 tentang
masyarakat Indonesia yang majemuk
sistem pendidikan nasional berfungsi
terdiri atas berbagai etnis, budaya, suku,
mengembangkan
dan
ras, agama dengan melihat dari kondisi
peradaban
sosio-kultural dan letak geografis yang
bangsa yang bermartabat dalam rangka
begitu beragam dan luas. Keberagaman
mencerdaskan
ini
membentuk
kemampuan
watak
serta
kehidupan
bangsa,
dapat
mengakibatkan
bertujuan untuk berkembangnya potensi
konflik
peserta didik agar menjadi manusia yang
Konflik vertikal, timbul dalam berbagai
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
kelompok
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
muncul ketika terjadi ketiadaan saling
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
memahami
menjadi warga negara yang demokratis
kelas yang berpeluang untuk melakukan
serta bertanggungjawab.
hegemoni
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
vertikal
maupun
terjadinya
masyarakat.
dan
horizontal.
Konflik
mentoleransi
dengan
kelompok
bisa
antara
yang
|1
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
berpeluang menjadi objek hegemoni.
Beberapa
Konflik horizontal rentan terjadi ketika
warganya berkunjung ke Indonesia. Ini
dalam interaksi sosial antar kelompok
jelas merusak citra bangsa Indonesia di
yang
mata dunia yang terkenal ramah. Fakta
berbeda
tersebut
dihinggapi
negara
melarang
semangat superioritas. Semangat yang
seperti
menilai bahwa kelompoknya (insider)
pendidikan
adalah yang paling benar, paling baik,
kesadaran
paling unggul dan paling sempurna,
multikulturalisme ( Mahfud, 2011:186).
sementara
sebagai
kelompok
pelengkap
ini
juga
menunjukkan
dalam
kegagalan
menciptakan
pluralisme
dan
lain
hanyalah
Konflik yang berlatar belakang
dalam
dimensi
SARA (Suku, adat, ras, dan agama ini
kehidupan ini (Mahfud, 2005: 8-9).
tidak
Kenyataan ini juga diyakini, masyarakat
karena akan merusak tatanan hidup
plural
khususnya
berbangsa dan bernegara yang dilandasi
Indonesia, akan terjerumus ke dalam
pancasila. Sikap saling mengormati dan
anarki jika gagal menemukan formula
toleransi harus ditanamkan dalam diri
federasi
rakyat
Asia
Tenggara
pluralis
yang
memadai
(Furnivall 1994: 9).
Konflik
keberagaman
Indonesia.
dibiarkan
Indonesia
berlarut-larut
melalui
dunia
pendidikan. Seperti termaktub dalam
yang
itu
boleh
sudah
Beberapa
disebabkan
Undang-Undang
terjadi
Nasional (Sisdiknas) pasal 4 ayat 1 no.
tahun
di
terakhir
Sistem
20 tahun 2003 bahwa,
Pendidikan
pendidikan
banyak konflik yang berlatar belakang
nasional
SARA (suku, adat, ras, dan agama),
demokratis dan berkeadilan serta tidak
terjadi
diskriminatif dengan menjunjung tinggi
di
Indonesia
seperti
kasus
Ambon, Papua, Sunggau Ledo, Aceh,
hak
Sampit dan perang antar kelompok
keagamaan,
masyarakat yang sampai saat ini sering
kemajemukan bangsa.
terjadi. Hal ini sangat memperihatinkan
asasi
diselenggarakan
secara
manusia
(HAM),
nilai
nilai
kultural,
dan
Pendidikan yang sesuai dengan
karena sudah banyak korban tewas dan
UU
menyengsarakan masyarakat itu sendiri.
multikultural. Sejalan dengan itu Yon
Selain itu perekonomian dan situasi
Sugiono (dalam Suara Pembaharuan
politik pun terganggu karena masyarakat
2011) menjelaskan untuk menghindari
tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
konflik seperti kasus yang pernah terjadi
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
tersebut
adalah
pendidikan
|2
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
di beberapa daerah di Indonesia, sudah
Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang
saatnya dicarikan solusi preventif yang
Maha Esa untuk mempersatukan bangsa
tepat dan efektif. Salah satunya adalah
Indonesia di tengah keberagaman bahasa
melalui pendidikan multikultural.
dan budaya.
Kurikulum 2013 dalam mata
Pembelajaran kontekstual adalah
pelajaran bahasa Indonesia merupakan
pembelajaran
salah satu mata pelajaran yang memiliki
mengambil
waktu pembelajaran yang cukup banyak
menceritakan) kejadian pada dunia nyata
tepatnya empat jam pelajaran dalam satu
kehidupan
minggu. Dengan demikian, pembelajaran
siswa kemudian diangkat dalam konsep
Bahasa Indonesia sangat berpengaruh
sastra yang dibahas. Pada pembelajaran
dalam pembentukan karakter diri siswa.
kontekstual,
Berbagai upaya untuk memeperbaiki
kembangnya ilmu pengetahuan, konsep
keterpurukan
di
dikonstruksi oleh siswa melalui proses
Indonesia terus dilakukan. Kurikulum,
tanya jawab dalam diskusi. Pembelajaran
manajemen,
model
kontekstual dalam pembelajaran bahasa
pembelajaran, sistematika pembelajaran
Indonesia berusaha mengubah kondisi di
maupun profesionalisme pengajar terus
atas, yaitu dengan membuat kegiatan
mengalami perbaikan, namun masih
pembelajaran yang dimulai dari konteks
perlu mendapatkan sentuhan inovasi
kehidupan nyata siswa.
yang dapat mengakselarasi perubahan
pengajar
kondisi yang dimaksudkan.
mengangkat objek dalam kehidupan
kondisi
srategi,
Pelajaran
pendidikan
metode,
bahasa
yang
dimulai
dengan
(mensimulasikan,
sehari-hari
yang
dialami
sesuai dengan tumbuh-
harus
Selanjutnya
memfasilitasi
siswa
Indonesia,
nyata itu ke dalam konsep sastra
sejalan dengan tujuan pendidikan yang
memulai tanya jawab, diskusi, inkuiri,
ada, berdasarkan Permendiknas no 68
sehingga siswa dapat mengkonstruksikan
tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
konsep tersebutdalam pikirannya.
struktur kurikulum sekolah menengah
Berdasarkan hasil observasi dan
pertama/ madrasah tsanawiyah dalam
wawancara
Kompetensi Dasar disampaikan bahwa
bahasa Indonesia bahwa mereka belum
melalui belajar bahasa Indonesia, peserta
pernah
didik dihantarkan untuk menghargai dan
pembelajaran
mensyukuri
multikultural dalam mengajar materi
keberadaan
bahasa
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
peneliti dengan pengajar
menggunakan
kontekstual
model
berbasis
|3
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
sastra khususnya teks ulasan. Untuk itu
penulis
tertarik
pengembangan
Penerapan Hasil Penelitian
melakukan
model
pembelajaran
a. Merencanakan
sesuai
pembelajaran
dengan
tersebut.
perkembangan
PEMBAHASAN
(depelopmentally
Pendidikan multikultural sangat
siswa.
kewajaran
mental
appropriate)
Hubungan
antara
isi
penting diterapkan guna meminimalisasi
kurikulum dan metodologi yang
dan mencegah terjadinya konflik di
digunakan untuk mengajar harus
beberapa daerah. Secara etimologis,
didasarkan kepada kondisi sosial,
pendidikan multikultural terdiri dari dua
emosional
terma
intelektual siswa.
yaitu
multikulturalisme.
pendidikan
dan
Pendidikan
dapat
dan
b. Membentuk
perkembangan
kelompok
diartikan sebagai proses pengembangan
yang
sikap dan tata laku seseorang atau
(independent learning groups).
kelompok
Siswa
orang
dalam
usaha
saling
belajar
tergantung
saling
belajar
dari
mendewasakan manusia melalui upaya
sesamanya di dalam kelompok-
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan
kelompok
dan cara-cara yang mendidik, istilah
bekerja sama dalam tim lebih
multikultural berasal dari kata kultur
besar (kelas). Kemampuan itu
yang berarti kebudayaan dan kesopanan.
merupakan bentuk kerja sama
Sedangkan
yang
multi
memiliki
banyak
kecil
diperlukan
dan
belajar
oleh
orang
makna banyak ragam dan aneka. Dengan
dewasa di tempat kerja dan
demikian
multikultural
berarti
konteks lain.
keragaman
budaya
aneka
kesopanan.
Jadi,
atau
secara
etimologis,
c. Menyediakan lingkungan yang
mendukung
pembelajaran
pendidikan multikultural berarti proses
mandiri (self-regulated learning).
pengembangan seluruh potensi manusia
Lingkungan
menghargai pluralitas dan heterogenitas
pembelajaran mandiri memiliki
sebagai
dari
tiga karakteristik umum, yaitu
keragaman budaya, etnis, suku dan
kesadaran berfikir penggunaan
aliran. (Muhammad Abas dalam jurnal
strategi
lipi).
berkelanjutan.
kensekwensi
logis
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
dan
yang
mendukung
motivasi
yang
Berdasar
|4
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
penelitian, siswa usia 5-16 tahun
meningkatkan
secara
siswa, perkembangan pemecahan
bertahap
mengalami
perkembangan
kesadaran
masalah,
pembelajaran
dan
keterampilan
terhadap keadaan pengetahuan
berfikir
yang dimilikinya, karakteristik
pembelajaran
tugas-tugas yang mempengaruhi
mencapai tujuannya, maka jenis
pembelajarannya
dan tingkat pertanyaan yang tepat
individual,
secara
dan
strategi
tingkat
harus
belajarnya.
tinggi.
Agar
kontekstual
diungkapkan/ditanyakan.
Pertanyaan harus secara hati-hati
d. Mempertimbangkan
keragaman
direncanakan
untuk
siswa (disversity of students). Di
menghasilkan tingkat
berfikir,
kelas guru harus mengajar siswa
tanggapan, dan tindakan yang
dengan berbagai keragamannya,
diperlukan siswa.
misalnya latar belakang suku
g. Menerapkan penilaian autentik
bangsa, status sosial-ekonomi,
(authentic assessment). Penilaian
bahasa utama yang dipakai di
autentik mengevaluasi penerapan
rumah, dan berbagai kekurangan
pengetahuan
yang mungkin mereka miliki.
kompleks seorang siswa, dari
e. Memperhatikan multi-intelegensi
(multiple
intelligences)
pada
siswa.
dan
hanya
informasi
berfikir
sekedar
hafalan
aktual.
Kondisi
Dalam menggunakan pendekatan
alamiah
pembelajaran kontekstual, maka
kontekstual
cara siswa berpartisipasi di dalam
penilaian interdisiplin yang dapat
kelas
mengukur
harus
memperhatikan
pembelajaran
kebutuhan dan delapan orientasi
keterampilan.
pembelajarannya
(spasi-verbal,
Penelitian
linguistic-verbal,
interpresonal,
memerlukan
pengetahuan
Pengembangan
(Researchand
Developmental).
musical-ritmik, naturalis, badan-
Penelitian
pengembangan
kinestetika,
dilaksanakan
untuk
intrapersonal
dan
logismatematis.
f. Menggunakan
bertanya
dan
ini
menghasilkan
perangkat pembelajaran dan instrumenteknik-teknik
(Questioning)
untuk
instrumen
diujicobakan
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
yang
di
diperlukan
kelas.
untuk
Perangkat
|5
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
pembelajaran
yang
dikembangkan
Model
pengembangan
perangkat
adalah Model pembelajaran kontekstual
pembelajaran yang digunakan model
berbasis
dalam
Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu
pembelajaran bahasa Indonesia materi
model 4-D (define, design, develop,
sastra (teks cerita pendek) di kelas VII.
disseminate) yang dikemukakan oleh
Selain itu perangkat pembelajaran lain
Thiagarajan, Semmel dan Semmel.
multikultural
yang dikembangkan adalah Rencana
Pelaksanaan
(RPP),
mengarah kepada beberapa sektor yaitu
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes
Pemerintah, pengajar bahasa Indonesia,
Hasil
Sedangkan
mahasiswa, dan calon guru. Kontribusi
instrumen yang digunakan adalah lembar
kepada peneliti berikutnya yaitu berupa
pengamatan aktivitas
informasi dan memiliki data agar dapat
Belajar
Pembelajaran
Kontribusi hasil penelitian dapat
(THB).
siswa,
lembar
pengamatan kemampuan guru mengelola
melanjutkan penelitian lanjutan.
pembelajaran dan angket respon siswa.
Untuk lebih memperjelas alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
Materi sastra (teks
cerita pendek)
Pengembangan model
pembelajaran kontekstual
Pendidikan Multikultural dalam
Rancangan Pembelajaran Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di
PEBELAJAR
Kesesuaian Pendidikan Multikultural dalam Model
pembelajaran yang dikembangankan dalam
pembelajaran di PEBELAJAR
Wujud pengembangan model pembelajaran berbasis
multicultural dalam pembelajaran sastra (teks cerita
pendek)
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
|6
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
Enam
kunci
dasar
dari
d. Kurikulum
pembelajaran kontekstual yaitu:
Kurikulum
a. Pembelajaran bermakna (meaningful
berdasarkan
yang
standar:
learning)
pembelajaran
Pemahaman, relevansi dan penilaian
dengan
pribadi
nasional,
sangat
terkait
kepentingan
dengan
siswa.Dalam
kehidupan
nyata
atau
harus
standar
isi
dikaitkan
lokal,
propinsi,
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
mempelajari isi materi pelajaran.
Pembelajaran ini terkait dengan
dikembangkan
dunia kerja.
e. Responsif terhadap budaya
siswa
Guru
harus
menghargai
dan
mengerti manfaat isi pembelajaran,
memahami nilai, kepercayaan dan
jika
merasakan
kebiasaan siswa, teman pendidik
berkepentingan untuk belajar demi
dan masyarakat tempat ia mendidik.
kehidupannya di masa mendatang.
Ragam individu dan budaya suatu
mereka
b. Penerapan pengetahuan
kelompok serta hubungan antar
Adalah kemampuan siswa untuk
budaya tersebut akan mempengaruhi
memahami apa yang dipelajari di
pembelajaran dan sekaligus akan
sekolah dapat diterapkan dalam
berpengaruh terhadap cara mengajar
tatanan kehidupan di masa sekarang
guru.
dan di masa depan. Bahkan dengan
pengetahuan
dan
f. Penilaian autentik
keterampilan
Menggunakan
berbagai
tersebut, kehidupannya pada masa
penilaian
kini dan masa yang akan datang
proyek
dapat menjadi lebih baik.
kegiatan
siswa,
portofolio,
rubrik,
c. Berpikir tingkat tinggi
Siswa
berfikir
diwajibkan
tingkat
memanfaatkan
kritis,
(misalnya
atau
tugas
strategi
penilaian
terstruktur,
penggunaan
daftar
cek,
pedoman observasi dan sebagainya)
berfikir
akan merefleksikan hasil belajar
analisis, dan berfikir kreatif dalam
sesungguhnya secara komprehensif.
pengumpulan
(Depdiknas, 2002: 12)
data,
pemahaman
suatu isu dan suatu masalah.
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
|7
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
Pembelajaran
bertujuan
kontekstual
membekali
siswa
2.
dengan
Inti
a.
Siswa
melakukan
observasi
pengetahuan secara fleksibel dan dapat
sesuai dengan pembagian tugas
diterapkan
kelompok.
dalam
kehidupan
nyata.
Dalam pembelajaran kontekstual siswa
b.
Siswa mencatat hal-hal yang
ditempatkan di dalam konteks bermakna
mereka temukan sesuai dengan
yang menghubungkan pengetahuan awal
alat
siswa
ditentukan sebelumnya.
dengan
materi
yang
sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan
c.
observasi
Siswa
yang
telah
melakukan
kerja
faktor kebutuhan individual siswa dan
kelompok
peran guru.
kelompok masing-masing.
Berdasarkan tahapan-tahapan di
atas,
maka
pembelajaran
d.
dengan
Siswa mempresentasikan kerja
langkah-langkah
kontekstual
sesuai
kelompoknya.
sebagai
e.
Setiap
kelompok
menjawab
berikut:
setiap pertanyaan yang diajukan
1.
oleh kelompok lain.
Pendahuluan
a.
Guru
menjelaskan
yang
harus
manfaat
kopetensi
dicapai
dari
3.
Penutup
serta
a. Dengan bantuan guru, siswa
proses
menyimpulkan hasil observasi
pembelajaran dan pentingnya
mereka;
materi yang akan dipelajari.
b.
Guru
menjelaskan
b. Setelah diperkuat dengan tes.
prosedur
pembelajaran kontekstual
Dimensi
1) Siswa dibagi dalam beberapa
2) Tiap
Pendekatan
Pembelajaran Multikultural
kelompok sesuai dengan jumlah
siswa;
dan
Secara spesifik Banks ( 2010: 23)
mengidentifikasi adanya lima dimensi
kelompok
ditugaskan
untuk melakukan observasi;
3) Melalui
ditugaskan
observasi
untuk
dalam
implementasi
pendidikan
multikultural, yakni: conten integration,
siswa
knowledge
mencatat
pedagogy,
construction,
prejudice
equity
reduction,
bebagai hal yang berhubungan
empowering
dengan yang diobservasinya.
dimensi inilah yang akan digunakan
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
school culture.
and
Kelima
|8
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
sebagai
dasar
pedoman
untuk
2) The knowledge construction process
menganalisis SK dan KD serta silabus
(Proses
mata pelajaran bahasa Indonesia untuk
Pengetahuan)
siswa PEBELAJAR. Kelima dimensi
Merekonstruksi
Pembelajaran
memberikan
tersebut akan di jelaskan sebagai berikut.
kesempatan kepada para siswa untuk
1) Conten integration (Integrasi Materi)
memahami dan merekonstruksi berbagai
Dimensi ini berkaitan dengan
kultur yang ada. Berdasarkan penelitian
upaya untuk menghadirkan aspek kultur
yang telah dilakukan Kijima (2005: 133)
dari berbagai kultur yang ada ke ruang-
ditemukan tiga masalah dalam proses
ruang kelas. Seperti pakaian, tarian,
pembelajaran
kebiasaan,
dan
kelas/sekolah. Tiga masalah tersebut
sastra,
bahasa,
yang
berlangsung
di
sebagainya.
Dengan
demikian,
adalah keberagaman dan pemahaman
diharapkan
akan
mampu
bahasa, pemahaman budaya, dan adanya
mengembangkan kesadaran pada diri
rasisme. Ketiga hal ini menjadi suatu
siswa akan kultur milik kelompok lain.
masalah sehingga dapat menghambat
Novera
proses interaksi dan pemahaman di
(2004:
475)
bahwa isu-isu
menyatakan
budaya
dalam
antara
siswa
yang
beragam
latar
proses penyesuaian siswa sangat penting
belakangnya. Oleh sebab itu, dalam
untuk
proses pemahaman pengetahuan tentang
diberikan, terutama
dalam
kaitannya dengan interaksi kelas antara
keberagaman
guru dengan murid.
etnis/ras
Sedangkan
dalam
bahasa,
yang
kegiatan
budaya,
dilaksanakan
pembelajaran,
dan
dalam
hendaknya
pengintegrasian materi yang berkaitan
jangan sampai terjadi hal-hal yang
dengan bahasa yang beragam, Yaqin
demikian.
(2005: 104) menjelaskan bahwa siswa
Jewell (2005: 494) dalam jurnal
harus di didik untuk mempunyai sikap
hasil
dan perilaku yang mampu menghargai
penegasan
bahwa
orang lain yang mempunyai bahasa,
pengonstruksian
pengetahuan
aksen, dan dialek yang berbeda. Hal ini
dilaksanakan dalam proses pembelajaran
perlu dilakukan agar tidak terjadi adanya
harus
diskriminasi bahasa di sekolah.
kemampuan kepada para siswa untuk
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
penelitiannya
mampu
memberikan
memberikan
proses
yang
bekal
|9
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
bisa mengambil keputusan sendiri dalam
prinsip empat pilar dalam proses belajar,
menghadapi situasi kehidupan yang
yaitu belajar untuk menjadi, belajar
kompleks dan multikultural ini.
untuk
3) An Equity paedagogy (penyesuaian
mengetahui, dan belajar untuk hidup
metode Pembelajaran)
melakukan,
belajar
untuk
bersama.
Kesetaraan akan muncul apabila
Pendapat
senada
juga
guru sudah mulai memodifikasi perilaku
disampaikan oleh Mahfud (2011: 223)
pembelajaran
yang menjelaskan bahwa proses belajar
dengan
mereka
kondisi
para
disesuaikan
siswa
yang
yang mengandalkan siswa belajar secara
memiliki berbagai latar belakang yang
individualistis
berbeda sehingga memberikan harapan
kompetitif
bahwa semua siswa tanpa melihat latar
ditinggalkan dan diganti dengan cara
belakang yang dimilikinya akan dapat
belajar berkelompok dan bersaing secara
mencapai hasil sebagaimana yang telah
kelompok dalam situasi positif. Dengan
direncanakan. Pada tahap ini, para guru
cara demikian, perbedaan antarindividu
sudah
dapat
mengembangkan
pendekatan,
dan
bersaing
secara
individualistis
dikembangkan
harus
sebagai
suatu
model, stragtegi, metode, dan teknik
kekuatan kelompok, dan siswa terbiasa
pembelajaran
pada
hidup dengan berbagai budaya, sosial,
student centered, pembelajaran di kelas
intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi
yang bertumpu pada diri siswa sebagai
politik. Ditambahkannya pula bahwa
seorang individu.
evaluasi
Dalam
yang
mengarah
haruslah
meliputi keseluruhan aspek kemampuan
penelitian yang dilakukan, Winch (2004:
dan kepribadian peserta didik, sesuai
102) menyatakan bahwa proses dan
dengan
praktik pembelajaran yang menargetkan
dikembangkan. Alat yang digunakan
pengakuan, nilai dan berbagi pandangan
haruslah beragam sesuai dengan sifat,
dunia dalam proses belajar mengajar
tujuan
perlu dilakukan sebagai upaya belajar
dikumpulkan.
bagi siswa untuk bisa hidup bersama
4) Prejudice Reduction (Pengurangan
sebuah
kelas
jurnal
digunakan
hasil
dalam
laporan
yang
multikultural.
tujuan
dan
dan
informasi
konten
yang
yang
ingin
Prasangka)
Dijelaskan pula bahwa pendidikan untuk
Dimensi ini sebagai upaya agar
masa depan harus diatur sebagaimana
para siswa menghargai adanya berbagai
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 10
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
kultur dengan segala perbedaan yang
perlakuan yang setara dalam proses
menyertainya. Selain itu, siswa juga bisa
pembelajaran di sekolah.
memiliki sifat positif atas perbedaan
tersebut.
Hilda
Mahfud,
Hernandez
(dalam
176)
juga
2011:
Salah satu faktor untuk mencapai
tujuan
pendidikan
peningkatan
kinerja
sekolah
dan
sekolah
perlu
mengungkapkan bahwa sangat penting
dibangun budaya organisasi di sekolah.
adanya refleksi budaya, ras, seksualitas
Perlunya pembahasan mengenai dimensi
dan gender, etnisitas, agama, status
sosial
sosial,
proses
pembelajaran juga diungkapkan oleh
pendidikan multikultural. Hal ini sebagai
Mansouri (2005: 516) di dalam jurnal
bentuk
pengakuan terhadap
hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya
politik,
sosial,
ekonomi
dalam
dan
realitas
ekonomi
yang
dan
budaya
menunjukkan
dialami oleh masing-masing individu
penelitian
dalam proses pendidikan.
multikultural
dalam
bahwa
dan
diperlukannya
praktik
agar
proses
pendidikan
dinamika
sosial-
Senada dengan pendapat di atas,
politik bisa berlangsung lebih sistematis
dalam jurnal hasil penelitiannya, Jewell
di luar batas-batas faktor keluarga dan
(2005: 494) juga mengungkapkan bahwa
sekolah.
diperlukan
adanya
upaya
senantiasa
menjaga
untuk
stabilitas
dan
toleransi terhadap keberagaman budaya
Proses
Pengembangan
Multikultural
yang ada.
Ngalimun
5) Empowering
school
culture
Pendidikan
mengelompokkan
(2014:122)
3
tahapan
proses
(Penguatan Budaya Sekolah dan
pengembangan pendidikan multicultural,
Struktur Sosial)
yaitu:
Dimensi ini merupakan tahap
1. Melakukan
analisis
faktor
dilakukannya rekonstruksi baik struktur
potensial bernuansa multikultural
sekolah maupun kultur sekolah. Hal ini
meliputi: (a) tuntutan kompetensi
diperlukan untuk memberikan jaminan
mata
kepada
latar
dibekalkan kepada peserta didik
belakang yang berbeda agar mereka
berupa pengetahuan (knowledge),
merasa mendapatkan pengalaman dan
keterampilan (skills), dan etika
semua
siswa
dengan
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
pelajaran
yang
harus
| 11
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
2. atau
karakter
(ethic
atau
berbasis multikultural, antar lain:
disponsition); (b) tuntutan belajar
kegiatan belajar bersama-sama
dan
(Cooperative
pembelajaran,
terutama
Learning),
yang
terfokus membuat orang untuk
dipadukan
dengan
belajar dan menjadikan belajar
pencapaia
konsep
adalah proses kehidupan; (c)
Attainment) dan strategi analisis
kompetensi
nilai (Value Analysis); strategi ini
guru
menerapkan
dalam
pendekatan
multicultural.
Guru
menggunkan
metode
dilaksanakan
sebaiknya
dan
budaya
harus
strategi
(Concep
secara
simultan,
tergambar
dalam
langkah-langkah
siswanya. Guru harus bertanya
pembelajaran
dulu pada diri sendiri, apakah ia
multikultural.
sudah menampilkan perilaku dan
model
berbasis
4. Menyusun
rancangan
sikap yang mencerminkan jiwa
pembelajaran
berbasis
multicultural;
multikultural
penyususan
(d)
analisis
terhadap latar kondisi siswa.
rancangan
pembelajaran
yang
Agama,
bernuansa
multikultural
dapat
suku,
ras/etnis
dan
golongan serta latar ekonomi
dilakukan melalui lima tahapan,
orang
menjadi
yaitu: (1) analisis isi (content
stereotype siswa ketika merespon
analysis); (2) analisis latar kultur
stimulus di kelasnya, baik berupa
(setting analysis); (3) penetapan
pesan
materi (maping contents); (4)
tua,
bisa
pembelajaran
maupun
pesan lain yang disampaikan oleh
pengorganisasian
teman
(contents organizing) dan (5)
di
kelasnya.
(e)
karakteristik materi pembelajaran
menuangkan
yang bernuansa multikultural
pembelajaran.
dalam
materi
format
3. Menetapkan strategi , model
pembelajaran
berkadar
METODE
multikultural
Pilihan
strategi,
digunakan
mengembangkan
Pengembangan model pembelajaran
model
yang
kontekstual berbasis multikultural ini
dalam
akan dilaksanakan di Kota Medan.Untuk
pembelajaran
mengukur kevalidan dan keefektifan
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 12
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
perangkat
Indonesia
pembelajaran
bahasa
Instrumen ini digunakan untuk
serta kevalidan penelitian
mengukur seberapa jauh pencapaian
yang dikembangkan maka disusun dan
indikator
dikembangkan
dirumuskan. Jenis tes yang digunakan
Instrumen
instrumen
yang
penelitian.
belajar
yang
telah
dalam
adalah tes uraian dengan penilaian acuan
penelitian ini meliputi: lembar validasi
patokan. Tes hasil belajar ini disusun
perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan
berdasarkan kisi-kisi tes yang telah
tes
hasil
digunakan
hasil
belajar
siswa),
lembar
disusun diterapkan untuk mengukur
siswa,
lembar
seberapa besar daya serap tiap-tiap siswa
pengamatan aktivitas
pengamatan kemampuan guru mengelola
terhadap materi yang diajarkan.
pembelajaran, dan angket respon siswa.
Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar validasi Tes hasil belajar siswa
dan guru dalam pembelajaran digunakan
terdiri dari 3 komponen, yakni petunjuk
sebagai pedoman mengamati aktivitas
penilaian,
siswa untuk batas-batas waktu yang telah
aspek-aspek
yang dinilai,
saran dan komentar dari validator.
ditetapkan
Penilaian kevalidan dari tes hasil belajar
berlangsung.
ditinjau dari 3 aspek yaitu: isi, bahasa
diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu:
dan konstruksi. Hasil penilaian terhadap
aktivitas aktif dan aktivitas pasif.
tes
hasil
belajar
pembelajaran
Aktivitas
siswa
yang
1) aktivitas aktif: yang termasuk
dikembangkan adalah valid dan tidak
aktivitas aktif siswa adalah jika
valid.
siswa melakukan kegiatan:
Teknik
penilaian
siswa
selama
pengumpulan
validasi
a) menulis yang relevan dengan
perangkat
kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan cara
meliputi:
memberikan
satu
untuk
data
modul,
perangkat
i. Menulis
belajar
penjelasan
mengajar
guru:
pembelajaran (RPP, LKS, THB) serta
apabila siswa sedang menulis
lembar validasi kepada para validator.
yang dipandang siswa perlu dari
Kemudian para validator memberikan
penjelasan guru di papan tulis,
penilaian berdasarkan pertanyaan dan
dari buku, dari temannya, dan
pernyataan
ringkasan
untuk
masing-masing
indikator aspek penilaian yang tersedia.
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
atau
simpulan
penjelasan guru atau temannya.
| 13
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
ii. Menyelesaikan
masalah
memastikan keterkaitan ide-
secara bebas: apabila secara
ide
nyata
mengusulkan
siswa
sedang
hasil
menyelesaikan masalah baik
membantu
individu
masalah.
maupun
secara
bersama-sama
dengan
cara
untuk
menyelesaikan
d) membaca: apabila siswa sedang
temannya dalam kelompok.
iii. Mengerjakan
aspirasinya,
membaca buku teks, LKS dan
lembar
sumber pelajaran yang relevan
kegiatan siswa: apabila siswa
dengan materi pelajaran.
aktif menyelesaikan masalahmasalah
yang
ada
pada
2) aktivitas pasif: apabila siswa
lembar kerja siswa.
mendengar
penjelasan
guru,
b) berdiskusi dan bertanya antar
mendengar penjelasan temannya,
siswa: apabila di antara siswa
dan melakukan sesuatu hal yang
saling
tidak
berinteraksi
dalam
relevan
dengan
memecahkan masalah baik pada
pembelajaran
saat menemukan konsep dan
teman, keluar kelas).
mengerjakan LKS.
Pengamatan dilakukan sejak awal
c) berdiskusi/bertanya antara siswa
(mengganggu
kegiatan
pembelajaran
dengan guru, meliputi:
menutup
pelajaran.
i.
pertanyaan
dilakukan pada satu kelompok siswa
guru: apabila siswa secara
yang mewakili seluruh siswa dalam satu
lisan menjawab pertanyaan
kelas. Hal ini dimungkinkan karena
guru, bertanya atau memberi
setiap kelompok terhadap kelompok
alternatif
pemecahan
yang lain dikondisikan homogen dari
masalah, serta mengajukan
segi karakteristik siswa (kemampuan
dugaan terhadap penemuan
awal, jenis kelamin, pergantian anggota
suatu konsep, atau suatu
kelompok
untuk
pola.
Pengamat
menuliskan
ii.
Menanggapi
Bertanya
kepada
setiap
sampai
guru
Pengamatan
pertemuan).
nomor-nomor
guru:
kategori yang dominan muncul untuk
apabila
siswa
bertanya
setiap 5 menit, pada baris dan kolom
tentang
materi
pelajaran,
yang tersedia dalam lembar pengamatan.
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 14
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
Dasar penentuan waktu 5 menit adalah
aktivitas siswa, (2) lembar observasi
untuk mencatat aktivitas siswa dan guru
kemampuan
sebanyak
proses
pembelajaran. Angket yang dihasilkan
pembelajaran berlangsung dan jangan
berupa angket untuk mendata respon
ada aktivitas yang terlupakan. Untuk
siswa terhadap komponen dan kegiatan
menentukan
belajar.
aktivitas
mungkin
selama
reliabilitas
siswa
instrumen
mengelola
rumus
Beberapa kemungkinan yang
percentage of agreement (Borich, 1994 )
terjadi pada saat kegiatan validasi ahli
Sebelum instrumen diujicobakan,
terhadap perangkat dan instrumen yang
terlebih
digunakan
guru
dahulu
dilakukan
dikembangkan,
yaitu:
terhadap perangkat pembelajaran dan
analisis
validasi
instrumen yang dikembangkan pada
bahwa Draft-A valid dan
tahap
digunakan tanpa revisi maka model
perancangan
validasi
(Draft-A)
oleh
data
beberapa ahli sehingga menghasilkan
pembelajaran
Draft-B. Ahli yang dimaksud dalam hal
multikultural
ini
Apabila
hasil
menunjukkan
layak
kontekstual
dalam
berbasis
perangkat
adalah
para
validator
yang
pembelajaran dan instrumen siap untuk
berkompeten
yang
meliputi
dosen
diujicobakan di lapangan (pelaksanaan
pendidikan bahasa Indonesia UNIMED
pembelajaran di kelas). Apabila hasil
dan guru bahasa Indonesia. Berdasarkan
analisis
data
hasil validasi ahli, dilakukan revisi
bahwa
Draft-A
terhadap
perangkat
dan
instrumen.
digunakan dengan revisi kecil maka
Validasi
perangkat
dan
instrumen
dilakukan revisi pada model beserta
mencakup
isi,
format,
bahasa
validasi
valid
menunjukkan
dan
layak
dan
seluruh perangkat pembelajaran dan
ilustrasi serta kesesuaian dengan model
instrumen. Draft-A yang telah direvisi
pembelajaran
disebut Draft-B dan siap diujicobakan di
kontekstual
berbasis
multikultural.
lapangan. Apabila hasil analisis data
Lembar validasi yang dihasilkan
validasi menunjukkan bahwa Draft-A
berupa: (1) lembar validasi Rencana
tidak valid maka dilakukan revisi besar.
Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Lembar
Hasil revisi Draft-A harus divalidasi
validasi LKS (3) lembar validasi tes
kembali oleh ahli. Kegiatan memvalidasi
hasil belajar. Lembar observasi yang
dilakukan
dihasilkan berupa: (1) lembar observasi
sampai diperoleh Draft yang memenuhi
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
secara
berulang
(siklus)
| 15
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
kriteria kevalidan. Draft yang memenuhi
Kesulitan yang dialami berkaitan
kriteria kevalidan disebut Draft-B yang
dengan respon siswa
yang
kurang
siap diujicobakan.
termotivasi untuk mau menulis cerita
pendek dengan alasan malas karena tidak
tahu atau maksud wacana, sebab lain,
KESIMPULAN
Dalam analisis praktis, peneliti
belum tersedianya model pembelajaran
melakukan kegiatan observasi kepada
yang
beberapa guru bahasa Indonesia yang
menulis
berkaitan dengan pembelajaran menulis
pembelajaran sering dilakukan dengan
cerita pendek. Hal-hal yang ditanyakan
cara berceramah, menjelaskan maksud
berkaitan dengan hambatan-hambatan
isi wacana. Buku teks adalah salah
yang
dalam
satunya sumber belajar pada proses
pembelajaran menulis cerita pendek dan
pembelajaran menulis, siswa hanya pasif
model yang mungkin digunakan guru
tidak minar membaca hanya mendengar
dalam pembelajaran, dan kesulitan guru
saja apa yang disampaikan gurunya.
dalam
Dalam proses pembelajaran guru sebagai
dialami
guru-guru
pelaksanakan
pembelajaran
menulis.
menarik
cerita
pengendali
Peneliti
observasi
juga
terhadap
melakukan
siswa,
dengan
minar
pendek.
utama,
pembelajaran
tergantung guru.
siswa
untuk
sehingga
lancar
dalam
atau
itu,
proses
tidak,
Situasi belajar yang
mengajukan pertanyaan yang berkaitan
demikian tidak sesuai dengan UU RI
dengan pembelajaran menulis cerita
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
pendek,
–hal
yang
ditanyakan
minat
siswa
mengikuti
hal
berdasarkan
Pendidikan Nasional, yang menjelaskan
bahwa
pembelajaran
adalah
proses
pembelajaran menulis cerita pendek,
interaksi peserta didik dengan pendidik
hambatan
dan sumber belajar pada suatu lingkaran
suswa
dalam
mengikuti
pembelajaran, model pembelajaran yang
belajar.
digunakan guru cukup menarik atau
tidak,
kompetensi
dimaksimalkan,
diberi
serta
kesempatan
kecepatan belajarnya.
Dengan demikian dapat dipahami
siswa
dapat
bahwa dalam kegiatan pembelajaran
apakah
siswa
tidak sekedar mentransfer pengetahan
sesuai
pada siswa dengan memandang siswa
belajar
seperti bejana atau botol kosong yang
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 16
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
harus diisi begitu saja. Akan tetapi lebih
menunjang
dari itu proses pembelajaran hendaknya
perilaku bagi peserta didik.
memungkinkan
terjadinya
terjadinya
perubahan
proses
Adanya perubahan tingkah laku
interaktif dan adanya pengalaman belajar
yang lebih baik dari peserta didik
siswa secara optimal. Dalam proses
memberikan
pembelajaran mestinya berlaku pula
pembelajaran itu sendiri. Selanjutnya
perumpamaan bahwa untuk
keberhasilan
kemandirian
seseorang
melatih
implikasi
pada
hasil
pembelajaran
adalah
berdampak
memberikan kail pada orang itu dan
pendidikan
bukannya hanya sekedar memberikan
mewujudkan harapan tersebut, proses
ikannya. Dalam hal ini siswa tidak hanya
pengajaran harus direncanakan dengan
berperan sebagai penerima informasi
baik melalui strategi pembelajaran yang
berupa pengetahuan tetapi justru harus
sistematis. Menurut Sukamto (2004:2)
mencari dan menemukan pengetahuan
trend
tersebut.
meliputi:
Oleh
sebab
itu
proses
pada
akan
peningkatan
secara
baru
mutu
luas.
strategi
Untuk
pembelajaran
mengintegrasikan teknologi
pengajaran harus diciptakan terjadinya
dalam
proses belajar tersebut secara interaktif.
pendekatan inter-dan multi-disipliner,
Dalam
(2004:8)
meningkatkan partisipasi subyek didil
menjelaskan bahwa mengajar adalah
(active learning). Mengelola dengan
usaha
baik
hal
ini
untuk
lingkungan
Gulo
menciptakan
yang
sistem
memungkinkan
terjadinya proses belajar secara optimal.
Sementara
itu
Mulyana
pembelajaran,
keterkaitan
menekankan
yang
jelas
dan
sistematis antara hasil belajar, mutu, dan
motivasi, serta menggeser fokus dari
“mengajar” menjadi “belajar”.
(2004:100) menjelaskan pembelajaran
Hasil analisis kebutuhan guru
pada hakekatnya adalah proses interaksi
menunjukkan
antara
meningkatkan partisipasi siswa serta
peserta
lingkungannya,
didik
sehingga
dengan
terjadi
adanya
keinginan
keterlibatan
untuk
sumber-sumber
perubahan perilaku ke arah yang lebih
belajar yang variatif, interaktif serta
baik. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
untuk melatih kemandirian, diwujudkan
tugas guru yang paling utama adalah
suasana
mengkondisikan
mengintegrasikan model pembelajaran
lingkungan
agar
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
belajar
dengan
| 17
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
Kontekstual Multikultural. Hal demikian
baik. Dari 40 siswa responden terdapat 3
tidak lain agar proses pembelajaran
orang
dapat efektif dan berkualitas.
perlombaan
Dalam analisis kebutuhan siswa
siswa
sehingga
sudah
mengikuti
menulis
cerita
pendek,
walaupun
belum
paham
diperoleh gambaran tentang hal-hal yang
tentang menulis cerita pendek, paling
berkaitan dengan pembelajaran menulis
tidak
cerita pendek. Pembelajaran menulis
berdampak apabila teks wacana yang
yang terjadi selama ini dilakukan dengan
diberikan hanya dari buku pegangan,
menulis sendiri tanpa menggunakan
siswa yang belajarnya cepat akan cepat
aspek menulis yang baik, menurut siswa
merasa bosan karena tidak ada pilihan
sulit dilakukan. Kesulitan ini berawal
teks
dari
siswa
Sedangkan siswa yang belajarnya lambat
terhadap teks wacana yang disajikan
sangat tergantung pada guru. Apabila hal
dalam buku. Siswa sering menemukan
ini tidak mendapat perhatian, akan
kata-kata sulit, sehingga makna yang ada
berpenngaruh pada minat siswa untuk
dalam teks wacana tidak sampai pada
membaca
peserta didik. Dalam hal ini sebetulnya
berkurang, dan tidak tertarik lagi untuk
dapat diatasi dengan kemauan untuk
mengetahui pesan atau makna yang ada
membuka kamus, namun siswa merasa
dalam unsur-unsur dalam cerita.
kurangnya
pemahaman
sudah pernah tahu.
yang
menarik
cerita
Hal
untuk
wayang
dibaca.
semakin
malas untuk membuka, bahkan tidak
Untuk
mempunyai kamus. Sehingga menjadi
permasalahan
hal yang sangat umum apabila menemui
mengkondisikan situasi pembelajaran
kata sulit, gurulah yang menjelaskan arti
menulis cerita pendek yang menarik,
kata sulit tersebut. Akibatnya siswa pasif
dengan menyediakan model yang dapat
dan selalu menunggu ceramah guru
mengakomodasi
berkaitan
dengan
teks
wacana.
pebelajar. Model yang dapat menarik
Khususnya
menulis
cerita
pendek,
minat
belum
enggan
membantu melatih kemandirian siswa
pengalaman
adalah Model Pembelajaran Kontekstual
pribadi maupun menulis cerita pendek.
Berbasi Multikultural. Dengan demikian
banyak
siswa
menulis,
baik
Dari
yang
menulis
hasil
wawancara,
tidak
semua siswa belum tahu menulis dengan
menulis
membantu
ini
tersebut,
mengatasi
guru
perbedaan
cerita
perlu
individu
pendek
dan
diharapkan proses pembelajaran dapat
efektif dan berkualitas.
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 18
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
Proses pembelajaran dapat efektif
dengan mengembangkan sikap positif
siswa, menciptakan kebiasaan berpikir
positif,
dan
mengaplikasikan
kemampuan
pengetahuan
dalam
yang
diperolehnya. Hal ini seperti dijelaskan
Sukamto (2004:3) bahwa pembelajaran
akan efektif bila berhasil memadukan
lima dimensi yaitu: sikap dan persepsi
yang positif untuk memfasilitasi proses
belajar yang efektif, pemerolehan dan
pengintegrasian ilmu pengetahuan yang
terdahulu
(constructivisme),
pengembangan dan pendalaman ilmu
pengetahuan,
penerapan/penggunaan
ilmu pengetahuan secara bermakna, dan
kebiasaan berpikir produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Abas, Muhammad.
Paradigma dan
Pendekatan
Pendidikan
Multikultural.
“SuatuKajianLiteratur.
http:/Isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurn
al/152087377.pdf. diunduh 03
Februari 2012.
Ambarita, Biner. 2010. Berbagai
Pendekatan dalam Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung : Alfabeta
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam
Mulikultural
di
Pesantren.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Asy’arie, Musa. 2004. Pendidikan
Multikultural dan Konflik Bangsa.
http:/www.kompas.com/kompascetak/0409/03/opini/1246546.di
unduh 03 Februari 2012.
Banks, J. A.. 2010. Multicultural
Education:
Issues
and
Perspektives. Needham Heihts,
Massachusetts: Alyn and Bacon
Inc.
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data
penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Ilknur dan Bulent. 2011. “Developing
Effective Multicultural Practices:
A Case Study Of Exploring A
Teacher’s Understanding and
Practices”The
Journal
of
International Social Research. Vol
4. no. 17. pp. 579-595.
Johnson, Elaine. 2008. Contextual
Teaching & Learning. Bandung :
MLC
Larasati, Minten Ayu. 2012. Pengertian
Pendidikan
Multikultural.
http://edukasi.kompasiana.com
Diunduh 02 Februari 2012.
Mahfud, Choirul. 2011.
Pendidikan
Multikultural. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Muryati,
Sri.
2011.
Strategi
Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sukaharjo :Univet Bantara Press.
Moleong, J Lexy. 2011. Metodologi
Penelitian
Kualitatif
(Edisi
Revisi). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Naim, Ngainun dan Sauqi, Achmad .
2011. Pendidikan Multikulutral
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 19
Rosmawaty: Pengembangan Model Pembelajaran... (1-20)
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model
Pembelajaran.
Banjarmasin:
Aswajapressindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sunani,
Nuning
Hidayah.
2010.
Sistempenilaian Berbasis Kelas
dalam Pembelajaran
Bahasa
Indonesia. Surakarta: UNS.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan
Pembelajaran (Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Suara Pembaharuan. 2011. Pendidikan
Multikultural Tanamkan Sikap
MenghargaiKeberagaman.http://w
ww.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0
&id=3197. Diunduh 03 Februari
2012.
Tielman, Kennedy et all. 2012.”
Collaborative
learning
in
multicultural classrooms: a case
study of Dutch senior secondary
vocational education” NAICS. Vol.
64. no. 1. pp.103-118.
Ujan, Andre Ata. Et all. 2011.
Multikulturalisme. Jakarta Barat:
PT. Inde.
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi
Pada
Masyarakat
Multikulturalisme.
Yogyakarta.
Gavin Kalam Utama.
Jurnal Edukasi Kultura Vol.2 No.2 September 2015
| 20
Download