STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN MATEMATIKA TERKAIT PENGETAHUAN KONSEPTUAL KEPADA ANAK TUNANETRA Oleh: 1,2) Anita Dewi Utami1), Puput Suriyah2) Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA, IKIP PGRI Bojonegoro 1) [email protected] 2) [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi guru dalam membelajarkan matematika pada materi bangun ruang sisi datar kepada anak tunanetra di SLB Muhammadiyah Cepu.Subjek pada penelitian ini adalah guru matematika dan seluruh kelas VIII di SLB Muhammadiyah Cepu. Data pada penelitian ini adalah data mengenai strategi guru dalam membelajarkan matematika pada materi bangun ruang sisi datar yang dihasilkan melalui observasi dan transkripsi data pada saat proses pembelajaran dalam dua kali observasi. Validasi data yang digunakan adalah member check, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada subjek penelitian untuk menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda. Hasil dari penelitian ini pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan penutup adalah guru menerapkan pembelajaran gerak dan irama.Sedangkan pada kegiatan inti, strategi guru dalam membelajarkan matematika yatg terkait pengetahuan konseptual pada materi bangun ruang sisi datar adalah dengan mengimplementasikan teori belajar bruner pada tahap enaktif, dengan mengenalkan konsep dari bentuk bangun ruang sisi datar dengan menggunakan media atau alat peraga yang terbuat dari kayu. Kata Kunci: strategi guru, pengetahuan konseptual, pembelajaran matematika, anak tunanetra. fisik, 1. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian penting emosional, dan/atau sosial mental, intelektual, berhak dalam kehidupan manusia. Pemerintah pendidikan sudah mengatur dalam Undang-undang pendidikan harus menyeluruh untuk semua Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 kalangan, baik anak yang normal maupun tentang Sistem Pendidikan Nasional yang anak dengan kebutuhan khusus. terdapat pada pasal 5 ayat 1 bahwa, “Setiap khusus.”Hal memperoleh ini berarti Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai warga negara mempunyai hak yang sama lembaga untuk yang menampung anak dengan jenis kelainan bermutu.” Tidak terkecuali untuk anak yang sama. Pemerintah sudah berusaha berkebutuhan khusus (anak tuna netra), untuk memberikan pelayanan pendidikan juga diatur pada Undang-undang tersebut bagi mereka yang memiliki kelainan atau dalam pasal 5 ayat 2 yang berbunyi, kecerdasan luar biasa untuk memperoleh “Warga negara yang memiliki kelainan kesempatan memperoleh pendidikan pendidikan khusus belajar.Melalui yang layanan 11 Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika Terkait Pengetahuan Konseptual kepada Anak Tunanetra Anita Dewi Utami, Puput Suriyah Sekolah Luar Biasa, potensi yang dimiliki (PBM), mereka harus selalu mempunyai ide oleh anak berkebutuhan khusus, diharapkan kreatif dalam melakukan pembelajaran. dapat dikembangkan sehingga eksistensi secara optimal, kebutuhan anak Matematika merupakan pengetahuan dengan dimensi pengetahuan konseptual berkebutuhan khusus di masyarakat tidak dan menjadi beban bagi lingkungannya. matematika Sekolah Luar Biasa (SLB) pengetahuan prosedural.Selain juga pemecahan merupakan masalah dalam itu sarana kehidupan Muhammadiyah Cepu merupakan salah sehari-hari, namun tidak sedikit orang yang satu SLB di Cepu yang memberikan menganggap pendidikan khusus bagi anak berkelainan. pelajaran yang sulit. Oleh karena itu, Untuk SLB A menampung anak-anak banyak guru yang berusaha menerapkan tunanetra, sedangkan SLB B menampung strategi anak-anak matematika agar mudah untuk dipahami. tunarungu, serta SLB C menampung anak-anak tunagrahita, baik jenjang SD maupun SMP. Salah satu tunanetraadalah anak keterbatasan rangsangan visual/penglihatan, khusus menyebabkan dalam merupakan mengajarkan Di tingkat Sekolah Menengah Pertama seorang karakteristik matematika guru memperoleh bagaimana matematika belum pembekalan membelajarkan tentang matematika anak pada anak berkebutuhan khusus, karena tunanetra kurang mampu untuk berorientasi sampai saat ini belum ada perguruan tinggi pada lingkungannya sehingga kemampuan yang membuka program studi matematika mobilitasnya dengan konsentrasi pendidikan untuk anak pun terganggu. Sifat ketergantungan pada orang lain mungkin luar saja terjadi pada tunanetra. Hal tersebut Tinggi.Sehingga hal ini sangat menarik mungkin saja terjadi karena ia belum untuk dilakukan penelitian terkait strategi berusaha sepenuhnya dalam mengatasi guru kesulitannya sehingga selalu mengharapkan matematika pada anak dengan kebutuhan pertolongan orang lain.Oleh sebab itu ada khusus. kemungkinan besar guru biasa di umum tingkat dalam Perguruan membelajarkan yang Menurut penelitian yang dilakukan membelajarkan matematika pada siswa oleh Muyeghu (2008: 18), studi matematika tunanetra memiliki strategi khusus dalam di tingkat menengah pertama memberikan proses pembelajaran. Seorang guru harus kontribusi memiliki rencana yang matang sebelum berpikir logis, bekerja secara sistematis dan terjun dalam Proses Belajar Mengajar akurat, dan mampu memecahkan masalah untuk kemampuan pelajar di kehidupan nyata.Hal ini merupakan 12 Jurnal Derivat Volume 2 No. 1 Juli 2015 (ISSN: 2407 – 3792) Halaman 11-23 alasan yang sangat mendasar mengapa matematika pada anak normal dengan anak matematika wajib diajarkan di semua tunarungu tidak terdapat perbedaan, namun jenjang pendidikan, baik sekolah umum dalam pembelajaran dengan penggunaan maupun sekolah khusus yang menampung audio visual, siswa dengan pendengaran anak-anak berkebutuhan khusus. normal Anak yang memiliki perkembangan memiliki baik.Untuk prestasi itu yang penelitian lebih tersebut mental yang lambat sangat berbeda dengan memberikan saran bahwa guru hendaknya anak normal pada umumnya.Untuk itu guru memberikan pembelajaran dengan metode harus benar-benar ekstra dalam pengajaran deduktif, dengan membangun pemahaman di kelas.Salah satu contoh dari penelitian domain yang dilakukan olehHadwin,et al (1997: struktur kognitif pada pemikiran siswa. 519-537) bahwa strategi guru dalam matematika Seperti halnya serta membentuk penelitian yang membelajarkan anak autis adalah dengan dilakukan oleh Evmenova dan Behrmann, diskusi pusat dengan kasus nyata untuk (2011: 315–325), yang menyatakan bahwa menambah pemahaman siswa autis. strategi guru untuk mengajarkan isi materi Strategi yang digunakan oleh guru akan berbeda lagi anak-anak dengan cara mengadaptasi video chunking, berkebutuhan khusus dengan jenis lain. narasi alternatif dalam kelas, fitur video Seperti yang interaktif dengan berbagai jenis teks dan (2012) gambar, judul tertutup dengan isayarat yang visual dan verbal yang mendukung konten membelajarkan pemahaman siswa berkebutuhan khusus. halnya dilakukan digunakan hasil oleh menunjukkan penelitian Hidayati bahwa guru matematika untuk matematika pada anak tunagrahita adalah strategi dalam tunarungu Siswa dengan kebutuhan khusus sering khususnya materi sifat-sifat bangun datar mendapat perlakuan khusus dikarenakan dapat dilihat dari proses pelaksanaan daya tangkap mereka terhadap materi kegiatan pembelajaran sangat berbeda dengan anak pembelajaran pada anak mulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir yaitu dari penggunaan metode dan normal pada umumnya. Sedangkan Mechling and Hurndon teknik terlihat sama seperti pembelajaran di (2007: sekolah pada umumnya, tetapi dari segi mengenai keefektifan CBVI (Computer- taktik terlihat sangat berbeda. Based Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kakojoibari,et al (2012: 19-25) menunjukkan bahwa yang keterampilan 24-37) Video membelajarkan melakukan penelitian Instruction) perkalian pada dalam anak tunagrahita, dan hasilnya CBVI sangat efektif dalam membelajarkan konsep 13 Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika Terkait Pengetahuan Konseptual kepada Anak Tunanetra Anita Dewi Utami, Puput Suriyah perkalian pada anak tunagrahita dengan dimilikinya memang tunagrahita.Anak hambatan memiliki yang banyak keterbatasan dalam mengikuti pendidikan. Seperti halnya bagaimana strategi guru dalam membelajarkan matematika tentang suatu pengetahuan konseptual kepada anak yang tunanetra pada materi lain selainaljabar, dilakukan olehAdiat, et al (2013: 43-47) maka peneliti melakukan penelitian terkait menyatakan bahwa orang tua dan guru strategi menggunakan komputer untuk mengajar matematika anak-anak intelektual khususnya bangun ruang sisi datar kepada ringan.Mereka juga menambahkan bahwa anak tunanetra di SLB Muhammadiyah mengintegrasikan pembelajaranr dengan Cepu.Tujuan dari penelitian ini adalah teknologi mendeskripsikan dengan penelitian menggali informasi lebih jauh mengenai cacat kedalam pembelajaran dapat guru dalam pada membelajarkan materi strategi geometri guru dalam menciptakan ruang untuk mengeksplor membelajarkan matematika pada materi kemampuan anak dengan cacat intelektual bangun ruang sisi datar terkait pengetahuan tersebut.Dalam penelitian tersebut juga konseptual kepada anak tunanetra di kelas memberikan rekomendasi bahwa dalam VIII SLB Muhammadiyah Cepu. membuat kehidupan anak-anak dengan cacat intelektual lebih bermakna serta untuk meningkatkan interaksi sosialnya 2. KAJIAN TEORI Strategi Pembelajaran Guru di Menurut pendapat Uno (2009: 2), masyarakat, kedua orang tua dan guru harus strategi pembelajaran merupakan cara-cara mendorong pembelajaran berhitung dengan yang akan dipilih dan digunakan oleh penggunaan teknologi instruksional. seseorang pengajar untuk menyampaikan Untuk mengetahui lebih jauh strategi materi pembelajaran sehingga akan guru dalam membelajarkan matematika memudahkan peserta didik menerima dan pada anak tuna netra, peneliti melakukan memahami materi pembelajaran yang pada observasi awal guru yang akhirnya di SLB dikuasainya diakhir kegiatan pembelajaran. dalam Strategi pembelajaran memilih berbagai membelajarkan materi aljabar, ada beberapa jenis latihan tertentu yang sesuai dengan hal yang peneliti amati diantaranya siswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. membelajarkan terhadap matematika Muhammadiyah masih kesulitan pembelajaran dapat dalam Sedangkan menurut Riyanto (2009: menjumlahkan bilangan positif dan negatif. 132), strategi pembelajaran adalah siasat Guru menjelaskan konsep penjumlahan guru bilangan bulat dengan huruf braile. Untuk mengefesiensikan, serta mengoptimalkan 14 mengalami Cepu tujuan dalam mengefektifkan, Jurnal Derivat Volume 2 No. 1 Juli 2015 (ISSN: 2407 – 3792) Halaman 11-23 fungsi dan interaksi antara siswa dengan itu merupakan pola dan urutan umum komponen suatu perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan belajar-mengajar.Pola dan urutan tujuan pengajaran. Guru sangat berperan umum serta dalam pencapaian tujuan pembelaran merupakan suatu kerangka umum kegiatan yang telah dirancang. belajar-mengajar yang tersusun dalam suatu pembelajaran Strategi rencana pembelajaran tindakan termasuk dalam (rangkaian pengguanaan merupakan kegiatan) metode perbuatan guru-murid tersebut rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan. dan Dari beberapa uraian di atas, pemanfaatan berbagai sumber daya atau pengertian strategi pembelajaran dalam kekuatan dalam pembelajaran, (Sanjaya, penelitian ini adalah cara yang dipilih guru 2011: 186). Hal ini sejalan dengan pendapat dalam menyampaikan materi pelajaran Hamruni (2011: 1-2), yang menyatakan sehingga memudahkan peserta didik dalam strategi pembelajaran sebagai perencanaan mencapai yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang penelitian ini cara yang dipilih guru adalah didesain untuk mencapai tujuan pendidikan prosedur tertentu. matematika tentang suatu pengetahuan Sedangkan menurut Chamot (2004: 14), menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah tindakan yang diambil tujuan menambahkan pembelajaran. bahwa peserta Dia pembelajaran. guru dalam Pada menjelaskan konseptual pada materi bangun ruang sisi datar. Pengetahuan Konseptual Matematika oleh guru terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan Anderson dan mendefinisikan Krathwohl(2001:48) pengetahuan konseptual didik merupakan pengetahuan yang berhubungan memiliki dua tuntutan yaitu pemahaman antara elemen dasar dalam struktur yang yang baik tentang tugas apa yang mereka lebih perlukan dan kemampuan untuk mengatur hubungannya belajar. Anderson Gulo dalam Suprihatiningrum (2013: 148) menyatakan bahwa strategi luas yang untuk dan dimungkinkan fungsi Krathwohl bersama. (2001:46) membagi pengetahuan konseptual menjadi tiga bagian yaitu (1) pengetahuan pembelajaran merupakan rencana dan cara- klasifikasi dan kategori misalnya periode cara membawakan pengajaran agar segala waktu geologi serta bentuk kepemilikan prinsip dasar dapat terlaksana dan segala bisnis, tujuan pengajaran dapat dicapai secara generalisasi misalnya teorema phytagoras efektif. Cara-cara membawakan pengajaran serta hukum permintaan dan penawaran, (3) (2) pengetahuan prinsip dan 15 Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika Terkait Pengetahuan Konseptual kepada Anak Tunanetra Anita Dewi Utami, Puput Suriyah pengetahuan teori, model, dan struktur pecahan dapat menggunakan model luas misalnya teori evolusi dan struktur kongres. daerah. (Utomo, 2010: 3). Anderson dan Krathwohl (2001:46), menambahkan konseptual meliputi pengetahuan pengetahuan lain dari pengetahuan konseptual adalah tingkat reflektif dimana dan hubungan yang dibangun di tingkat yang klasifikasi yang saling berhubungan dan lebih tinggi dari abstraksi dan kurang diantara terikat pada konteks. Fakta dipandang keduanya kategori Aspek terorganisir secara lengkap. sebagai bagian dari pengetahuan konseptual Menurut Johnson Alibali ketika individu mampu mengenali sifat atau pengetahuan dapat menghubungkannya dengan unsur- konseptual sebagai pemahaman eksplisit unsur lain dari pengetahuan yang dimiliki dan implisit pada prinsip domain perintah oleh dan hubungan antara potongan-potongan Lauritzen domain pengetahuan. Sedangkan menurut pengetahuan Johnson 484) pengetahuan tentang unsur-unsur dari suatu pengetahuan konseptual matematika harus jaringan yang bisa menjadi konsep-konsep diperkenalkan sebelum memperkenalkan atau aturan yang diberikan dalam bentuk prosedur komputasi, misalkan pada kelas representasi. (1999:175-189) enam, definisi dan Koedinger dalam dan (2009: memperkenalkan konsep individu. (Lauritzen, (2012: 10) 7). menambahkan konseptual Berdasarkan 2012: merupakan pendapat di atas, bilangan rasional pada unit 4, sedangkan pengetahuan konseptual matematika dalam prosedur perkalian bilangan rasional pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang unit 7. bagaimana Pengetahuan konseptual diperoleh siswa melalui penanaman sebuah konsep matematika terkait satu sama lain dan bagaimana konsep, konsep tersebut dapat berfungsi bersama. pengaitan satu konsep dengan konsep Pada penelitian ini konsep matematika yang lainnya.Model (gambar atau alat peraga) dimaksud adalah seluruh konsep yang pada merupakan sarana untuk menamkan konsep materi bangun ruang sisi datar. pada siswa.Sebagai contoh, model luas Karakteristik Anak Tunanetra daerah (misalkan persegi, persegi panjang, Menurut Efendi (2009: 67) lingkaran, segitiga), model panjang atau karakteristik yang mungkin terjadi pada model himpunan merupakan sarana untuk anak tunanetra yang tergolong buta sebagai menanamkan pecahan.Demikian akibat langsung maupun tidak langsung dari pula untuk menanamkan konsep perkalian kebutaannya adalah: (a) curiga pada orang 16 konsep Jurnal Derivat Volume 2 No. 1 Juli 2015 (ISSN: 2407 – 3792) Halaman 11-23 lain, keterbatasan visual/penglihatan, rangsangan menyebabkan anak tampak bahwa ia tunanetra.Dalam segi indra, umumnya anak tunanetra tunanetra kurang mampu untuk berorientasi menunjukkan kepekaan yang lebih baik ada pada lingkungannya sehingga kemampuan indra pendengaran dan perabaan dibanding mobilitasnya pun terganggu, (b) mudah anak awas. Namun kepekaan tersebut tidak tersinggung, pengalaman sehari-hari yang diperolehnya secara otomatis, melainkan sering menimbulkan rasa kecewa dapat melalui proses latihan. mempengaruhi tunanetra sehingga tekanan- Ditinjau dari aspek motorik/perilaku tekanan suara tertentu atau singgungan fisik anak tunanetra menunjukkan karakteristik yang tidak sengaja dari orang lain dapat sebagai berikut: (a) gerakannya agak kaku menyinggung dan perasaannya, (c) kurang fleksibel, oleh karena ketergantungan pada orang lain, sifat keterbatasan penglihatannya anak tunanetra ketergantungan pada orang lain mungkin tidak bebas bergerak, seperti halnya anak saja terjadi pada tunanetra. Hal tersebut awas. Dalam melakukan aktivitas motorik, mungkin saja terjadi karena ia belum seperti berusaha sepenuhnya dalam mengatasi cenderung menampakkan gerakan yang kesulitannya sehingga selalu mengharapkan kaku dan kurang fleksibel, (b)perilaku pertolongan orang lain. stereotipee (stereotypic behavior), sebagian Efendi atau melompat, anak tunanetra ada yang suka mengulang- karakteristik anak tunanetra dalam aspek ngulang gerakan tertentu, seperti mengedip- fisik dan sensoris, akan mudah ditentukan ngedipkan atau menggosok-gosok matanya. bahwa orang tersebut mengalami tunanetra. Perilaku Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi stereotipee (stereotypic behavior).Perilaku matanya dan sikap tubuhnya yang kurang stereotipe lainnya adalah menepuk-nepuk ajeg tangan. agak 87) berlari menambahkan serta (2009: jalan, kaku.Pada umumnya seperti itu disebut perilaku kondisi mata tunanetra dapat dengan jelas Disamping karakteristik diatas, berikut dibedakan dengan mata orang awas.Mata ini akan dikemukakan aktivitas-aktivitas orang tunanetra ada yang terlihat putih motorik yang sering ditunjukkan oleh anak semua, tidak ada bola matanya atau bola kurang lihat (low vision), diantaranya matanya agak menonjol keluar. Namun ada adalah: (a) selalu melihat suatu benda juga yang secara anatomis matanya, seperti dengan memfokuskan pada titik-titik benda. orang awas sehingga kadang-kadang kita Dengan mengerutkan dahi, ia mencoba ragu kalau dia itu seorang tunanetra, tetapi melihat benda yang ada di sekitarnya, (b) kalau ia sudah bergerak atau berjalan akan memiringkan kepala apabila akan memulai 17 Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika Terkait Pengetahuan Konseptual kepada Anak Tunanetra Anita Dewi Utami, Puput Suriyah melakukan suatu pekerjaan. Hal itu netra.Sumber data dalam penelitian ini dilakukan untuk mencoba menyesuaikan adalah rekaman pembelajaran mengenai cahaya yang ada dan daya lihatnya, (c) sisa materi bangun ruang sisi datar,catatan penglihatannya mampu mengikuti gerak lapangan selama observasi berlangsung, benda. Apabila ada benda bergerak di serta transkrip wawancara dengan subjek depannya, ia akan mengikuti arah gerak penelitian. benda tersebut sampai benda tersebut tidak tampak lagi. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi dalam 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SLB Muhammadiyah Cepu pada bulan penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung pembelajaran kelas VIII November 2014 sampai dengan Februari matematika 2015, sekolah Muhammadiyah Cepu dengan bantuan alat yang perekam. Observasi ini dilaksanakan empat dibutuhkan untuk kepentingan penelitian, kali dalam satu bab, sehingga dihasilkan dapat terjalin kerjasama yang baik antara rekaman kegiatan pembelajaran pada waktu peneliti dengan pihak sekolah serta sekolah yang berbeda-beda dalam satu bab. Dari belum pernah dilakukan penelitian dengan rekaman-rekaman tersebut tema yang sama. kemudian 2 dengan memiliki data Penelitian alasan bahwa dan informasi ini termasuk penelitian memberikan di proses dipilih data rekaman terlengkap SLB diamati, yang untuk dengan pendekatan studi kasus. Subjek selanjutnya dianalisis secara mendalam. penelitian ini adalah guru dan siswa kelas Wawancara digunakan untuk memperoleh VIII Cepu.Alur informasi verbal secara langsung dari pemilihan subjek dilakukan dengan studi subjek penelitian mengenai strategi yang pra lapangan untuk mencaritahu guru mata digunakan pelajaran matematika pada kelas VIII SLB matematika tentang suatu pengetahuan Muhammadiyah Cepu, setelah itu meminta konseptual materi bangun ruang sisi datar persetujuan bahwa guru tersebut bersedia pada siswa tuna netra. SLB Muhammadiyah untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini adalah data mengenai Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data secara membelajarkan matematika tentang suatu langsung dari sumber data. Sedangkan pengetahuan konseptual materi bangun instrumen bantu pertama dalam penelitian ruang ini adalah pedoman observasi dan kamera 18 datar guru membelajarkan dalam sisi strategi dalam pada anak tuna Jurnal Derivat Volume 2 No. 1 Juli 2015 (ISSN: 2407 – 3792) Halaman 11-23 video. Dan instrumen bantu kedua pada netra.Setelah data yang sesuai dengan tema penelitian ini adalah pedoman wawancara penelitian sudah terkumpul maka ditarik tidak terstruktur yang dibuat oleh peneliti kesimpulan dan diverifikasi.Setelah data sebagai alat bantu dalam pengambilan data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah lapangan. menyajikan data. Pada penelitian ini data Validasi data yang digunakan dalam akan disajikan dalam bentuk tabel dan teks penelitian ini adalah meningkatkan yang bersifat naratif.Berdasarkan data-data ketekunan dan member check.Peneliti yang diperoleh dari hasil observasi yang melakukan pengamatan secara cermat dan sudah direduksi dan dari hasil wawancara teliti dengan terhadap aktivitas pembelajaran guru, peneliti mengambil matematika dan juga sangat teliti dalam kesimpulan sementara.Setiap kesimpulan mentranskrip senantiasa hasil rekaman video.Sedangkan untuk member check terus verifikasi menerus selama dilakukan penelitian peneliti melakukan pengecekan data dengan berlangsung.Kesimpulan cara melalui analisis data tersebut dijadikan mengklarifikasikan hasil temuan peneliti dengan subjek penelitian. yang diperoleh pedoman untuk menyusun rekomendasi dan Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan model Miles dan implikasi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN huberman (dalam Sugiyono, 2007: 246) Berdasarkan observasi dan wawancara dengan tahapan sebagai berikut: reduksi yang dilakukan oleh peneliti pada guru data, penarikan kelas VIII SLB Muhammadiyah Cepu, kesimpulan. Dalam hal ini reduksi data strategi yang digunakan guru selama proses yang dilakukan adalah peneliti membuat pembelajaran terhadap siswa tuna netra transkripsi jalannya proses pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar pada dari lembar observasi dan rekaman video kegiatan pendahuluan di pengamatan I kemudian sudah adalah guru meminta siswa menyanyikan terkumpul, maka peneliti memilih diantara lagu disini senang disana senang. Setelah transkrip-transkrip tersebut, tentang bagian itu data mana yang dipakai, mana yang lalu.Sedangkan pada dibuang mengenai tema yang diteliti yaitu strategi dalam strategi membelajarkan matematika pada materi bangun ruang sisi matematika tentang suatu pengetahuan datar kepada anak tunanetra pada kegiatan konseptual dan prosedural materi bangun pendahuluan adalah guru mengingatkan ruang siswa mengenai materi yang telah diajarkan penyajian data, apabila guru sisi dan transkripsi dalam datar pada anak tuna mengingatkan guru materi minggu pengamatan II, membelajarkan 19 Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika Terkait Pengetahuan Konseptual kepada Anak Tunanetra Anita Dewi Utami, Puput Suriyah minggu lalu. Guru mengajak siswa bernyanyi naik-naik ke puncak gunung. Dari yang terbuat dari kayu. Kemudian guru membelajarkan meminta siswa meraba masing-masing matematika pada materi bangun ruang sisi benda yang sudah dipegangnya. Setelah datar kepada anak tunanetra di kegiatan siswa meraba benda tersebut, guru meminta pendahuluan pada umumnya terlihat sama siswa menyebutkan nbenda apakah yang dengan sekolah biasa yang menampung sudah dipegang mereka. Siswa diminta anak kegiatan untuk bertukar media dengan siswa yang dengan lain dan meminta untuk meraba serta menyampaikan apersepsi dan motivasi. menyebutkan bangun ruang sisi datar Hanya saja motivasi yang diberikan oleh tersebut. guru normal pendahuluan pengamatan membagikan media bangun ruang sisi datar tersebut, strategi kedua Pembelajaran dilanjutkan dengan guru dalam yaitu guru pada memulai guru yang membelajarkan matematika pada anak tunanetra sedikit Dari rangkaian kegiatan yang berbeda, yaitu dilakukan oleh guru dalam menyampaikan siswa untuk konsep bangun ruang sisi datar kepada menyanyikan lagu-lagu. Guru melakukan siswa, hal ini sesuai dengan teori belajar pembelajaran dengan irama, hal ini sejalan bruner pada tahap enaktif yaitu tahap dengan teori dimana dengan cara meminta yang dikemukakan oleh siswa di dalam belajarnya Delphie (2006: 38) bahwa pembelajaran menggunakan atau memanipulasi obyek- untuk anak berkebutuhan khusus dengan obyek secara langsung, hal ini sesuai menggunakan irama. pendapat dari Lydia, dkk (2010: 278). Cara Sedangkan pada kegiatan inti, strategi penyajian enaktif ini melalui tindakan dan guru dalam membelajarkan matematika seseorang mengetahui suatu aspek dari pada materi bangun ruang sisi datar terkait kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau pengetahuan anak kata-kata. Guru memberikan contoh media tunanetra adalah guru mulai menyampaikan yang konkrit kepada siswa tunanetra dan konsep bangun persegi, persegi panjang, tidak menyajikan pembelajaran dengan dan ikonik dan simbolik. Hal ini dikarenakan segitiga. konseptual kepada Sedangkanng pada pengamatan II guru menyampaikan konsep bangun jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang. memberikan kepada siswa. Setelah pertanyaan itu satu keterbatasan yang dimiliki siswa tunanetra. Pada kegiatan penutup, strategi guru guru dalam membelajarkan matematika pada persatu materi bangun ruang sisi datar kepada anak tunanetra pada pengamatan I adalah guru memberi 20 penguatan dengan memberikan Jurnal Derivat Volume 2 No. 1 Juli 2015 (ISSN: 2407 – 3792) Halaman 11-23 pertanyaan kepada siswa mengenai konsep 5. KESIMPULAN yang sudah diajarkan. Sebelum menutup Strategi guru dalam membelajarkan pembelajaran guru meminta siswa untuk matematika pada materi bangun ruang sisi menyanyikan lagu-lagu.Sedangkan pada datar pengamatan II di kegiatan penutup, strategi Muhammadiyah guru dalam membelajarkan matematika berikut. pada materi bangun ruang sisi datar kepada Kegiatan Pendahuluan kepada anak tunanetradi Cepu adalah SLB sebagai anak tunanetra adalah guru memberikan Strategi guru dalam membelajarkan penguatan di akhir pembelajaran. Guru matematika pada materi bangun ruang sisi memberikan serta datar kepada anak tunanetra di kegiatan meminta siswa untuk menyanyikan lagu- pendahuluan pada umumnya terlihat sama lagu. dengan sekolah biasa yang menampung Dari strategi PR kepada kedua guru siswa pengamatan dalam tersebut, membelajarkan anak normal pendahuluan yaitu guru pada kegiatan memulai dengan matematika pada materi bangun ruang sisi menyampaikan apersepsi dan motivasi. datar kepada anak tunanetrapada umumnya Hanya saja motivasi yang diberikan oleh terlihat sama dengan sekolah biasa yang guru yang membelajarkan matematika pada menampung memberikan anak normal penguatan yaitu guru anak tunanetra sedikit berbeda, yaitu di akhir dengan untuk cara meminta pembelajaran dan memerikan PR kepada menyanyikan lagu-lagu. siswa. Akan tetapi yang berbeda adalah Kegiatan Inti guru memberikan motivasi di akhir Strategi yang dilakukan guru dalam pembelajaran dengan cara meminta siswa membelajarkan menyanyikan lagu-lagu. Dari pengetahuan hal ini, siswa matematika konseptual pada terkait materi terlihat guru menerapkan pembelajaran bangun ruang sisi datar pada kegiatan inti kepada anak tunanetra dengan irama.Siswa adalah dengan menggunakan media yang diminta menyanyikan lagu-lagu.Hal yang terbuat dari kayu dengan meminta siswa dilakukan guru ini sesuai dengan teori yang meraba benda yang dipegangnya, hal ini dikemukakan oleh Delphie (2006: 38) sesuai dengan teori belajar bruner pada bahwa tahap enaktif yaitu tahap dimana siswa di pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan dalam belajarnya irama. memanipulasi menggunakan obyek-obyek atau secara langsung. Guru memberikan contoh media yang konkrit kepada siswa tunanetra dan 21 Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika Terkait Pengetahuan Konseptual kepada Anak Tunanetra Anita Dewi Utami, Puput Suriyah tidak menyajikan pembelajaran dengan ikonik dan simbolik. Hal ini dikarenakan Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT Refika Aditama. keterbatasan yang dimiliki siswa tunanetra. Efendi, Kegiatan Penutup M. 2009. Pengantar Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Strategi guru dalam membelajarkan matematika pada materi bangun ruang sisi datar kepada anak tunanetrapada umumnya terlihat sama dengan sekolah biasa yang menampung memberikan anak normal penguatan yaitu guru di akhir pembelajaran dan memerikan PR kepada siswa. Akan tetapi yang berbeda adalah guru memberikan motivasi di akhir pembelajaran dengan cara meminta siswa menyanyikan lagu-lagu. 6. REFERENSI Adiat, T.B., Ahmad, A.C. & Ghazali, M.2013. Attitude of ParentsTeachers Toward the Use of Instructional Technology in Teaching Numeracy to Children with Mild Intellectual Disability: A Case of Penang Malaysia, Journal of Humanities and Social Science. Vol 7, No. 2.43-47. Anderson, L.W & Krathwohl, D.R.2001.A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing. Addison Wesley Longman:Newyork. Chamot, A.U. 2004. Issues in Language Learning Strategy Research and Teaching, Electronic Journal of Foreign Language Teaching.Vol 1, No. 1.14-26. 22 Evmenova, A.S. & Behrmann, M.M. 2011.Research-Based Strategies for Teaching Content to Students with Intellectual Disabilities: Adapted Videos, Education and Training in Autism and Developmental Disabilities. Vol 46, No. 3.315-325. Hadwin, J., Baron, S., Howlin, P. & Hill K. 1997. Does Teaching Theory of Mind Have an Effect on the Ability do Develop Conversation in Children with Autism?, Journal of Mathematic Teacher Education. Vol 27 , No. 5. 519-537. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Insan Madani: Yogyakarta. Hidayati, H. 2012. Strategi Guru dalam Membelajarkan Matematika pada Anak Tunarungu (Studi Kasus pada Siswa Kelas V SLB-B YRTW Surakarta. Tesis: UNS. Johnson, B.R. & Alibali, M.W. 1999. Conseptual and Procedural Knowledge of Mathematics: Does One Lead to the Other?,Journal of Educational Psychology. Vol 91, No. 1.175-189. Kakojoibari, A.S., Farajollahi, M., Sharifi, A. & Jarchian, F. 2012.The Effect of Hearing Impairment on Mathematical Skill of HearingImpaired Elementary-School Students.Vol 21, No. 2. 19-25. Jurnal Derivat Volume 2 No. 1 Juli 2015 (ISSN: 2407 – 3792) Halaman 11-23 Lauritzen, P. 2012. Conceptual and Procedural Knowledge of Mathematical Functions.Desertasi: Univercity of Eastern Finland. Lydia, L.P, Agus, P.K. & Luki, W. 2010.Teori Belajar Bruner untuk Menemukan Jaring-jaring Kubus.Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Statistika 2010.ISBN: 978-979-3870-72-4. Hal: 275-282. Mengajar yang Kreatif Efektif.Bumi Aksara: Jakarta. dan Utomo D.P. 2010. Pengetahuan Konseptual dan Prosedural dalam Pembelajaran Matematika.Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 30 Januari 2010. Mechling, L.C. & Hurndon, F.O. 2007.Computer-Based Video Instruction to Teach Young Adults with Moderate Intellectual Disabilities to Perform Multiple, Step, Job Tasks in a Generalized SettingEducation and Training in Development Disabilities.Vol 42, No. 1.24-37. Muyeghu, A. 2008.The use of the van Hiele theory in investigating teaching strategies used by Grade 10 geometry teachers in Namibia. Tesis: Rhodes University. Riyanto, Y. 2009. Paradigma Baru dalam Pembelajaran.Kencana: Jakarta. Sanjaya, W. 2011.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi.Arruzz Media: Jogjakarta. Uno, H.B. 2009. Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar 23