sniptek 2016 isbn: 978-602-72850-3

advertisement
SNIPTEK 2016
ISBN: 978-602-72850-3-3
BIOGRAFI ANAK PENYANDANG DISABILITAS TUNA NETRA (KAJIAN KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI DENGAN STUDI NARATIF TENTANG HARAPAN DAN IMPIAN ANAK
PENYANDANG DISABILITAS TUNA NETRA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DAN
PRESTASI DI SLB NEGERI A CITEUREUP KOTA CIMAHI)
Dimas Aksin Azhar, M.Ikom
Program Studi Penyiaran
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
[email protected]
ABSTRACT - This research describes how the hopes and
dreams of Children with visual impairment in the
development of potential and achievement in SLB Negeri A
Citereup In Cimahi City. The purpose of this research is to
know the description of the self and the environment of the
child, to know the description of the advantages, and to
know the effort and the way to reach the dream target by
the children with visual impairment in SLB Negeri A
Citeureup Kota Cimahi. This research method uses
qualitative with narrative approach. The theory used
interpersonal communication and symbolic interaction.
Data collection techniques such as interviews, observation,
and literature study. The results of the discussion that
shows that the blind child describes himself as a gifted
child has the potential to achieve the goal of dreams
derived from motivational motivation, both from parents,
teachers, and the environment.
Keywords: Interpersonal
Potential, Dream
Communication,
Disability,
INTISARI - Penelitian ini mengemukakan tentang
bagaimana harapan dan impian Anak penyandang
Tunanetra dalam pengembangan potensi dan prestasi di
SLB Negeri A Citereup Di Kota Cimahi. Tujuan penelitian
untuk mengetahui gambaran tentang diri dan lingkungan
anak, mengetahui gambaran tentang kelebihankelebihan, serta mengetahui usaha dan cara yang
dilakukan untuk mencapai target impian oleh anak-anak
penyandang tunanetra di SLB Negeri A Citeureup Kota
Cimahi. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif
dengan pendekatan naratif. Teori yang digunakan
komunikasi antarpribadi dan interaksi simbolik. Teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan
studi kepustakaan. Hasil pembahasan yang menunjukkan
bahwa anak Tunanetra menggambarkan tentang dirinya
sebagai anak berbakat mempunyai potensi unggul untuk
dapat mencapai target impian yang berasal dari
dorongan motivasi, baik dari orang tua, guru, dan
lingkungannya.
Kata Kunci :
Komunikasi Antar Pribadi,
Disabilitas, Potensi, Impian
PENDAHULUAN
Memiliki anak berkebutuhan khusus bagi sebagian
orang tua mungkin menjadi suatu ujian berat dalam
hidupnya, padahal semua orang tua pastinya
menginginkan anaknya terlahir secara normal, baik
normal secara fisik maupun normal secara psikis. Namun
yang dihadapi terkadang tidak seperti yang diinginkan,
karena pada kenyataannya tidak jarang anak terlahir
dalam kondisi tidak normal baik secara fisik maupun
secara mental. Anak sebenarnya tidak ingin dilahirkan
sebagai anak yang kurang sempurna baik secara fisik
ataupun mental.
Dibalik segala keterbatasannya, anak–anak
berkebutuhan khusus memiliki kelebihan–kelebihan
yang mungkin saja tidak dimiliki oleh anak-anak pada
umumnya. Beberapa anak berkebutuhan khusus salah
satunya anak tunanetra. Untuk dapat menggali potensi
diri anak tunanetra dibutuhkan penanganan khusus,
misalnya ditempatkan di sekolah khusus anak tunanetra.
Anak tunanetra di didik oleh guru-guru yang
berkompeten dalam menangani anak-anak berkebutuhan
khusus. Di Indonesia telah menyediakan sekolah khusus
yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus yaitu
Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sekolah ini anak-anak yang
berkebutuhan khusus di didik dan di latih oleh tenaga
pendidik yang berkompeten dan berpengalaman.
SLB Negeri A Citerup kota Cimahi merupakan
salah satu sekolah luar biasa yang banyak melahirkan
anak-anak berkebutuhan khusus yang berprestasi baik
dalam bidang akademik dan non akademik. Ketekunan,
kesabaran serta rasa kasih sayang para pengajar di SLB
ini sangat berperan penting bagi kondisi mental anakanak berkebutuhan khusus disini. SLB Negeri A Citereup
Kota Cimahi menangani anak-anak berkebutuhan khusus
seperti anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa dan tunalaras. Anak-anak tersebut tidak hanya
dilatih secara akademis tetapi juga dilatih akan
keterampilan dan dilatih untuk dapat berprestasi baik di
pendidikan maupun di luar pendidikan.
Risma yang berusia 15 tahun adalah anak
tunanetra yang merupakan siswi kelas 5 di SLB Negeri A
Citereup kota Cimahi. Dibalik keterbatasan fisiknya,
Risma merupakan salah satu anak berprestasi di sekolah
baik dalam akademik dan non akademik. Risma sering
menjuarai beberapa kejuaraan tingkat sekolah dan
KOM-43
SNIPTEK 2016
bahkan kejuaraan tingkat nasional. Terakhir ia menjuarai
kejuaraan LKS (Lomba Kesenian Sekolah) tingkat
propinsi dan menjadi juara pertama dalam acara
tersebut. Risma tentu saja menjadikan ia menonjol dari
teman-teman yang senasib dengannya. Peran guru dan
orang tua sangat berpengaruh besar bagi prestasi Risma.
Dukungan keras dari keduanya membuat Risma dapat
menjadi siswi yang mempunyai keinginan dan ketekunan
yang keras dalam meraih sesuatu. Risma dalam
kondisinya sebagai anak Tunanetra ia dapat
membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalanginya
untuk berprestasi dan menggapai sesuatu.
Kisah Risma merupakan salah satu dari beberapa
banyak kisah anak berkebutuhan khusus yang
berprestasi, tetapi masih banyak dari masyarakat dan
bahkan orangtua dari anak berkebutuhan khusus
tersebut yang menganggap bahwa anak berkebutuhan
khusus itu tidak bisa melakukan sesuatu apapun dalam
hidup mereka bahkan tidak sedikit dari masyarakat pada
umumnya yang memandang sebelah mata anak-anak
berkebutuhan khusus sebagai orang aneh yang sering
menjadi objek diperolok-olok.
Sebagai orang tua semestinya menerima dengan
ikhlas meskipun sangat sulit untuk mengikhlaskan. Orang
tua seyogyanya memahami apa yang dibutuhkan anakanak karena tidak semua kegiatan dapat mereka lakukan
dengan normal seperti anak-anak pada umumnya. Dan
tugas orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar yang
membantu dan membimbing mereka.
Tunanetra atau sering dikenal sebagai penyakit
cacat pada penglihatan menjadi salah satu penyakit yang
masih di anggap sebagai penyakit yang tabu bahkan
penyandang penyakit tunanetra pun tidak sedikit yang
mendapatkan perlakuan negatif dari masyarakat. Opiniopini tersebut memberikan stigma bahwa orang yang
berkebutuhan khusus adalah kaum lemah yang tidak
perlu di akui keberadaannya. Manusia yang memiliki
keterbatasan atau berkebutuhan khusus sejatinya sama
seperti manusia pada umumnya hanya saja mereka
memerlukan perlakuan dan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan manusia normal pada umumnya .
Banyak masyarakat pada umumnya menganggap
anak atau orang dengan penyakit tunanetra seperti ini
merupakan suatu ancaman dan menganggap mereka
sebagai sesuatu yang tidak berguna dan pantas untuk
mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dan
hinaan. Perlakuan negatif terhadap mereka yang
mempunyai kebutuhan khusus tidak hanya muncul dari
masyarakat pada umumnya, bahka tidak jarang keluarga
terdekat terpengaruh oleh opini-opini tersebut. Seorang
yang melahirkan anak yang cacat tentunya selain
mengguncang mental ibu juga mental ayah dan
keluarganya. Hal ini membuktikan bahwa “cacat” apalagi
memiliki anak cacat bagaikan bencana besar dalam
kehidupan mereka.
Tunanetra dapat di derita oleh mereka yang
memang sebagian besar memiliki gen bawaan dari
orangtua atau virus di dalam lingkungan. Kondisi tubuh
ISBN: 978-602-72850-3-3
yang tidak serupa dengan mayoritas orang lainnya
menjadi pembeda yang berkebutuhan khusus dengan
masyarakat pada umumnya.
Oleh karenanya, dalam penelitian ini yang menjadi
perhatian khusus peneliti adalah untuk mengetahui pola
komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru serta
orangtua dalam perkembangan kepribadian anak-anak
cacat. Dari beberapa masalah-masalah tersebut di atas
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
komunikasi antar pribadi yang terjadi antara guru dalam
perkembangan kepribadian anak-anak berkebutuhan
khusus di kota Cimahi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan studi naratif. Studi naratif lebih
berfokus pada narasi tentang pengalaman individu
tertentu, menggambarkan narasi cerita tentang
kehidupan anak tunanetra. Metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam tidak terstruktur.
Diharapkan, data dari wawancara terkumpul hingga
peneliti bisa membuat kronologi, yang di dalamnya
terdapat hal-hal yang memungkinkan dihubungkan
dalam terapi tentang seorang individu.
BAHAN DAN METODE
Tinjauan Komunikasi dan Komunikasi Antra Pribadi
Manusia sebagai makhluk sosial selalu
melakukan hubungan dengan sesamanya demi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut
dapat terjadi bila dengan komunikasi.Sehubungan
dengan itu, komunikasi sangat penting artinya dalam
kehidupan manusia. Arti penting komunikasi akan
dirasakan apabila manusia mengetahui apa sebenarnya
komunikasi dan bagaimana proses penyampaiannya,
sehingga berlangsung secara efektif. Pengertian
komunikasi dapat dilihat dari asal katanya, seperti yang
dikemukakan oleh Wilbur Schramm yaitu:
Kata komunikasi berasal dari perkataan communication,
dan perkataan ini berasal dari bahasa latin Communis
yang artinya sama, dalam arti kata sama makna
mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung antara
orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna
mengenai suatu hal yang dikomunikasikan secara jelas
(Effendi, 2003:30).
Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, atau perasaan-perasaan yang telah
dikemas menjadi pesan dalam bentuk lambang-lambang
yang bermakna sama bagi kedua belah pihak sehingga
komunikasi berlangsung dalam hubungan yang
komunikatif.Sebagai seorang komunikator ketika kita
melakukan komunikasi dengan seseorang pastinya kita
ingin mendapatkan reaksi yang positif sesuai dengan
yang kita harapkan. Kita ingin mengetahui serta
meramamalkan bagaimana efek suatu pesan yang kita
komunikasikan kepada seseorang atau komunikan.
Secara jelas dapat dilihat bahwa dalam proses
komunikasi antara kedua belah pihak terjadi hubungan
KOM-44
SNIPTEK 2016
timbal balik, masing-masing berupaya mengadakan
penyesuaian dalam berbagai hal sehingga terbina
hubungan yang serasi antara keduanya. Atau dengan kata
lain, pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan dan
tujuan komunikator.
Proses Komunikasi
Pada hakikatnya proses komunikasi merupakan
proses penyampaian pikiran dan persaan seseorang
kepada orang lain. Dan secara umum, unsur-unsur yang
terlibat dalam proses komunikasi terangkum dalam
paradigma yang diumgkapkan oleh Harold D Lasswell,
yaitu: who, say what, in which channel, to whom, with
what effect. Dalam paradigma Lasswell tersebut terdapat
lima unsur pokok yang terlibat dalam proses komunikasi,
yaitu:
a. Siapa (komunikator, pengirim, sumber)
b. Mengatakan apa (pesan)
c. Dalam saluran apa (medium atau media)
d. Kepada siapa (komunikan, penerima)
e. Dengan akibat apa (tanggapan, umpan
balik) (Effendi, 2003:253)
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, maka
dapat diartikan bahwa proses komunikasi merupakan
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu. Namun secara kontemporer, unsur-unsur yang
terlibat dalam proses komunikasi tersebut telah
mengalami perkembangan menjadi sembilan unsur
pokok, yaitu:
a. Sender: Komunikator yang menyampaikan
pesan kepada seseorang atau sejumlah
orang.
b. Encoding: Penyandian, yakni proses
pengalihan pikiran kedalam bentuk
lambang.
c. Message:
Pesan
yang
merupakan
seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
d. Media:
Saluran
komunikasi
tempat
berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan.
e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di
mana komunikasi menetapkan makna pada
lambang
yang
disampaikan
oleh
komuniaktor kepadanya.
f.
Receiver: Komunikan yang menerima pesan
dari komunikator.
g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi
pada komunikan setelah diterpa pesan.
h. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan
komunikan apabila tersampaikan atau
disampaikan kepada komunikator.
i.
Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi
dalam proses komunikasi sebagai akibat
diterimanya pesan lain oleh komunikan
yang berbeda dengan pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepadanya.
(Effendy, 2003:18-19)
ISBN: 978-602-72850-3-3
Salah satu tugas komunikator adalah untuk
menyampaikan
pesannya
kepada
komunikan.
Komunikator harus ahli dalam melakukan penyandian
pesan, juga harus mempertimbangkan media apa yang
cocok untuk digunakan. Seseorang komunikator juga
harus mempertimbangkan gangguan yang dapat
mengganggu berjalannya komunikasi dengan baik,
karena gangguan-gangguan yang timbul dapat mengubah
tujuan komunikasi dari yang semula diharapkan oleh
komunikator.
Pentingnya hubungan komunikasi informatif
antar pribadi yang terjadi antar sesama manusia sangat
mempengaruhi manusia itu sendiri. Manusia tergantung
terhadap manusia lain karena orang lain juga berusaha
mempengaruhi melalui pengertian yang diberikan,
informasi
yang
dibagi,
dan
semangat
yang
disumbangkan. Semuanya membentuk pengetahuan,
menguatkan perasaan, dan meneguhkan perilaku
manusia. Meskipun demikian banyak ahli akhirnya
berpendapat bahwa semua yang menjadi tekanan dalam
komunikasi pribadi akhirnya menuju pada perspektif
situasi. Perspektif situasi menurut Miller dan Steinberg
mengatakan bahwa :
Merupakan situasi suatu perspektif yang menekankan
bahwa sukses tidaknya komunikasi antar pribadi sangat
sangat tergantung pada situasi komunikasi, mengacu
pada hubungan tatap muka antara dua individu atau
sebagian kecil individu dengan mengandalkan suatu
kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang
lain pada saat itu juga (dalam Liliweri, 2006 : 71)
Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg
tersebut, maka kedudukan komunikator yang dapat
bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus
menciptakan suasana hubungan antar manusia yang
terlibat di dalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi
antar individu harus manusiawi, sehingga individuindividu yang tidak mengenal satu sama lain mutu
komunikasinya kurang daripada komunikasi antar
pribadi di antara pihak-pihak yang sudah sating
mengenal sebelumnya. Komunikasi antar pribadi dari
mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena
setiap pihak memahami secara baik tentang liku-liku
hidup pihak lain, pikiran, perasaan, maupun menanggapi
tingkal laku. Kesimpulannya bahwa jika hendak
menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang
bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban.
Batasan pengertian yang benar-benar baik
tentang komunikasi antar pribadi tidak ada yang
memuaskan semua pihak. Semua batasan arti sangat
tergantung bagaimana individu melihat dan mengetahui
perilaku pada saat terdapat dua individu atau lebih yang
saling mengenal secara pribadi daripada hanya berbasabasi saja. Dengan kata lain, tidak semua bentuk interaksi
yang dilakukan antara dua individu dapat digolongkan
komunikasi antar pribadi. Ada tahap-tahap tertentu
dalam interaksi antara dua individu harus terlewati
untuk menentukan komunikasi antar pribadi benarbenar dilakukan. Salah satu bentuk komunikasi antar
KOM-45
SNIPTEK 2016
pribadi adalah komunikasi terapeutik yang di lakukan
dokter dengan pasiennya.
Sebagai makhluk sosial, semua manusia
memerlukan komunikasi dengan orang lain, baik secara
persona antara dua orang, dengan beberapa orang,
dengan sejumlah kecil orang, atau dengan sejumlah besar
orang dan massa. Sebagai makhluk sosial, manusia
merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Manusia
memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan
mereka.
Hubungan antar pribadi dengan orang lain
berbeda tingkat keeratan dan rasa keterikatannya. Di
antara orang-orang lain itu, ada yang sekadar menjadi
orang lain bagi kita. Mereka menjadi orang asing yang
tidak kita kenal.Pergaulan manusia merupakan salah satu
bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat.
Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang
sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka
dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan
mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan
seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah
perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif,
afektif, dan konatif – keterkaitan ini tidak selalu berlaku
lurus atau langsung. Komunikasi dalam bidang
keperawatan merupakan proses untuk menciptakan
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk
mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana
tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.
Manajemen Komunikasi
Manajemen komunikasi adalah proses timbal
balik (resiprokal) pertukaran sinyaluntuk memberi
informasi,
membujuk
atau
memberi
perintah,
berdasarkan makna yangsama dan dikondisikan oleh
konteks hubungan para para komunikator dan
kontekssosialnya (Cangara, 2007 : 87). Komunikasi
efektif adalah :
1. Pemberi dan penerima pesan berpandangan
sama.
2. Pemberi dan penerima pesan dapat membuka
percakapan selanjutnya.
3. Pemberi dan penerima pesan saling mengerti
dan memahami.
4. Suasana saat berkomunikasi hangat dan akrab.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. MaryParker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui oranglain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untukmencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah prosesperencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapaisasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
denganperencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas
yang
ada
dilaksanakan
secara
benar,
terorganisir,dan sesuai dengan jadwal.
ISBN: 978-602-72850-3-3
Menurut Iriantara (2009 : 31), “Manajemen
komunikasi tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk
lebih membumikan ilmu komunikasi di tataran dunia
nyata. Manajemen komunikasi lahir karena adanya
tuntutan umtuk menjembatani antara teoritisi
komunikasi dengan praktisi komunikasi”. Para teoritisi
menghadapai keterbatasan dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang dimilkinya. Sementara para praktisi
komunikasi mengalami keterbatasan pada rujukan
teoritis atau ilmu komunikasi. Menurut Preston (2008 :
53). “Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan
berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu
melalui
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Manajemen
komunikasi
adalah
proses
pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan
untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran
pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi.
Konteks komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran
komunikasi individual, interpersonal, organisasional,
governmental, sosial, atau bahkan internasional.
Manajemen komunikasi sangat identik dengan
interaksi sosial. Ada kalanya kita harus mampu untuk
memposisikan diri dengan tepat dalam situasi tertentu,
kita juga harus mampu menghadapi dan menjalin
kerjasama dengan orang lain tanpa mencampurnya
dengan urusan pribadi. Ini merupakan sebagian alasan
diperlukannya sikap professional dalam diri anda
masing-masing. Manajemen komunikasi berada di dalam
dan diantara sistem sosial. Manajemen komunikasi
meliputi P4I (Penerimaan, Pengolahan, Penyimpanan,
dan Penyampaian Informasi) dalam sub-sub sistem
soaial, diantaranya adalah individu, kelompok,
organisasi, massa, dan masyarakat
2.2.4 Konsep Diri
Salah satu penentu
dalam keberhasilan
perkembangan adalah Konsep Diri. Pada kali ini saya
akan menjabarkan bagaimana pentingnya konsep diri
dalam kehidupan. Sebelumnya apa sih konsep diri itu?
Jenis-jenis Konsep Diri itu apa saja. Konsep diri (self
consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.
Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia,
sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia
dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi
kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari
konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap
dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada
akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri
individu yang bersangkutan (Effendy, 2003 ; 62)
KOM-46
SNIPTEK 2016
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai
kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan
banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap
negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang
individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal
yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk
dan dapat berubah karena interaksi dengan
lingkungannya.
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari
apa yang kita pikirkan orang-orang lain
berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa
diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah
pandangan individu mengenai siapa diri individu,
dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan lewat informasi yang diberikan orang
lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep
diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat
informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang
lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya
cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang
lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu
bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi
atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu
telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri
sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat
menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang
yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
Konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari
keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri
yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial,
emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri (selfconcept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang
diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita
melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana
kita harapkan.
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
antara
lain: tunanetra, tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunal
aras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak
ISBN: 978-602-72850-3-3
cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki,
ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan
tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat
Tunanetra
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1984/1985:13) menyebutkan bahwa anak tunanetra
adalah anak yang tidak dapat melihat (buta) atau anak
yang tidak cukup jelas penglihatannya, sehingga
walaupun telah dibantu dengan kacamata ia tidak dapat
mengikuti pendidikan dengan menggunakan fasilitas
yang umum dipakai oleh anak awas. Berdasarkan tingkat
gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total
blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan. Alat
bantu untuk mobilitasnya bagi tunanetra dengan
menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih
dengan
ada
garis
merah horizontal.
Akibat
hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka
tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra
yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran,
dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang
tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya
di bidang musik atau ilmu pengetahuan.
Pada penelitian ini metodologi yang digunakan
adalah metode penelitian fenomonelogi. Kuswarno
(2009: 38) mengatakan, pada dasarnya fenomenologi
cenderung menggunakan paradigma penelitian kualitatif
sebagai landasan metodologisnya. Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2011: 4) mendefinisikan metode kualitatif
sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati”. Bogdan dan
Bilken (1982: 29), menjelaskan bahwa “meneliti proses
yang terjadi di lapangan lebih dipentingkan dari pada
hasil upaya tersebut”. Sehingga, dibutuhkan keterlibatan
peneliti secara langsung dengan kenyataan sehariharinya, agar dapat dirasakan suasana riil di instansi
tersebut.
Dengan demikian, melalui metode ini peneliti
bukan saja mendapatkan data-data, tetapi juga dapat
merasakan apa yang dialami oleh objek penelitian dan
oleh karenanya peneliti mendapatkan data deskriptif dari
rincian suatu fenomena yang diteliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan penelitian ini akan
dijelaskan berbagai hasil yang didapatkan peneliti di
lapangan berkenaan dengan judul dari penelitian ini
yaitu hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik
wawancara yang mendalam dengan narasumber sebagai
bentuk pencarian data dan observasi langsung
dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini
sendiri terfokus pada anak penyandang tunanetra yaitu
Risma serta masyarakat sekitar penyandang, yang
KOM-47
SNIPTEK 2016
dikaitkan kepada beberapa unsur atau identifikasi
masalah.
Masyarakat akan menilai baik kepada seorang
anak apabila anak tersebut menciptakan nilai yang baik
dan positif terhadap lingkungannya. Masyarakat akan
beranggapan bahwa seorang anakl yang membantu
lingkungannya akan lebih disenangi dan dihargai serta
diikuti oleh masyarakat karena anak tersebut dapat
membangun lingkungannya (Belger, 2002 : 82).
Lingkungan
atau
masyarakat
(society)
melibatkan perilaku kooperatif individu dari sebagian
masyarakat. Adapun masyarakat terdiri atas sebuah
jaringan interaksi sosial di mana para partisipannya
membentuk makna dari tindakan yang dilakukan oleh
dirinya dan orang lain dengan menggunakan simbolsimbol yang muncul. Hubungan masyarakat dengan
Risma seorang anak tunanetra dapat terjadi karena
adanya simbol. Kemampuan untuk menyuarakan simbol
membuat orang dapat mendengar suaranya sendiri dan
menanggapinya sebagaimana orang lain menanggapi apa
yang orang tersebut suarakan. Bahkan institusi
masyarakat dibentuk dari sejumlah interaksi dilakukan
oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pengaruh
antara memberi tanggapan pada orang lain dan memberi
tanggapan pada diri sendiri dapat menghasilkan suatu
transisi yang baik terhadap konsep-individu.
ISBN: 978-602-72850-3-3
REFERENSI
Bogdandan Taylor. 2009 Qualitative Research for
Education: An. Introduction to Theory and
Methods dalam Metodologi Penelitian Kualitatif,
Lexy J. Moleong, (Remaja Rosdakarya: Bandung).
Edi
Sedyawati. 2014. Kebudayaan
(Komunitas Bambu, Indonesia).
di
Nusantara.
Husserl, Edmund. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
(Remaja Rosdakarya, Bandung).
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi. (Remaja
Rosdakarya, Bandung).
Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi antar budaya.
(Remaja Rosdakarya, Bandung).
Moleong, J., Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.
(Remaja Rosdakarya. Bandung).
Sugiyono. 2007. Memahami
(Alfabeta: Bandung).
Penelitian
Kualitatif
KOM-48
Download