SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 BIOGRAFI ANAK PENYANDANG DISABILITAS TUNA NETRA (KAJIAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DENGAN STUDI NARATIF TENTANG HARAPAN DAN IMPIAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS TUNA NETRA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DAN PRESTASI DI SLB NEGERI A CITEUREUP KOTA CIMAHI) Dimas Aksin Azhar, M.Ikom Program Studi Penyiaran Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika [email protected] ABSTRACT - This research describes how the hopes and dreams of Children with visual impairment in the development of potential and achievement in SLB Negeri A Citereup In Cimahi City. The purpose of this research is to know the description of the self and the environment of the child, to know the description of the advantages, and to know the effort and the way to reach the dream target by the children with visual impairment in SLB Negeri A Citeureup Kota Cimahi. This research method uses qualitative with narrative approach. The theory used interpersonal communication and symbolic interaction. Data collection techniques such as interviews, observation, and literature study. The results of the discussion that shows that the blind child describes himself as a gifted child has the potential to achieve the goal of dreams derived from motivational motivation, both from parents, teachers, and the environment. Keywords: Interpersonal Potential, Dream Communication, Disability, INTISARI - Penelitian ini mengemukakan tentang bagaimana harapan dan impian Anak penyandang Tunanetra dalam pengembangan potensi dan prestasi di SLB Negeri A Citereup Di Kota Cimahi. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tentang diri dan lingkungan anak, mengetahui gambaran tentang kelebihankelebihan, serta mengetahui usaha dan cara yang dilakukan untuk mencapai target impian oleh anak-anak penyandang tunanetra di SLB Negeri A Citeureup Kota Cimahi. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan naratif. Teori yang digunakan komunikasi antarpribadi dan interaksi simbolik. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Hasil pembahasan yang menunjukkan bahwa anak Tunanetra menggambarkan tentang dirinya sebagai anak berbakat mempunyai potensi unggul untuk dapat mencapai target impian yang berasal dari dorongan motivasi, baik dari orang tua, guru, dan lingkungannya. Kata Kunci : Komunikasi Antar Pribadi, Disabilitas, Potensi, Impian PENDAHULUAN Memiliki anak berkebutuhan khusus bagi sebagian orang tua mungkin menjadi suatu ujian berat dalam hidupnya, padahal semua orang tua pastinya menginginkan anaknya terlahir secara normal, baik normal secara fisik maupun normal secara psikis. Namun yang dihadapi terkadang tidak seperti yang diinginkan, karena pada kenyataannya tidak jarang anak terlahir dalam kondisi tidak normal baik secara fisik maupun secara mental. Anak sebenarnya tidak ingin dilahirkan sebagai anak yang kurang sempurna baik secara fisik ataupun mental. Dibalik segala keterbatasannya, anak–anak berkebutuhan khusus memiliki kelebihan–kelebihan yang mungkin saja tidak dimiliki oleh anak-anak pada umumnya. Beberapa anak berkebutuhan khusus salah satunya anak tunanetra. Untuk dapat menggali potensi diri anak tunanetra dibutuhkan penanganan khusus, misalnya ditempatkan di sekolah khusus anak tunanetra. Anak tunanetra di didik oleh guru-guru yang berkompeten dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Di Indonesia telah menyediakan sekolah khusus yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sekolah ini anak-anak yang berkebutuhan khusus di didik dan di latih oleh tenaga pendidik yang berkompeten dan berpengalaman. SLB Negeri A Citerup kota Cimahi merupakan salah satu sekolah luar biasa yang banyak melahirkan anak-anak berkebutuhan khusus yang berprestasi baik dalam bidang akademik dan non akademik. Ketekunan, kesabaran serta rasa kasih sayang para pengajar di SLB ini sangat berperan penting bagi kondisi mental anakanak berkebutuhan khusus disini. SLB Negeri A Citereup Kota Cimahi menangani anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras. Anak-anak tersebut tidak hanya dilatih secara akademis tetapi juga dilatih akan keterampilan dan dilatih untuk dapat berprestasi baik di pendidikan maupun di luar pendidikan. Risma yang berusia 15 tahun adalah anak tunanetra yang merupakan siswi kelas 5 di SLB Negeri A Citereup kota Cimahi. Dibalik keterbatasan fisiknya, Risma merupakan salah satu anak berprestasi di sekolah baik dalam akademik dan non akademik. Risma sering menjuarai beberapa kejuaraan tingkat sekolah dan KOM-43 SNIPTEK 2016 bahkan kejuaraan tingkat nasional. Terakhir ia menjuarai kejuaraan LKS (Lomba Kesenian Sekolah) tingkat propinsi dan menjadi juara pertama dalam acara tersebut. Risma tentu saja menjadikan ia menonjol dari teman-teman yang senasib dengannya. Peran guru dan orang tua sangat berpengaruh besar bagi prestasi Risma. Dukungan keras dari keduanya membuat Risma dapat menjadi siswi yang mempunyai keinginan dan ketekunan yang keras dalam meraih sesuatu. Risma dalam kondisinya sebagai anak Tunanetra ia dapat membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalanginya untuk berprestasi dan menggapai sesuatu. Kisah Risma merupakan salah satu dari beberapa banyak kisah anak berkebutuhan khusus yang berprestasi, tetapi masih banyak dari masyarakat dan bahkan orangtua dari anak berkebutuhan khusus tersebut yang menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus itu tidak bisa melakukan sesuatu apapun dalam hidup mereka bahkan tidak sedikit dari masyarakat pada umumnya yang memandang sebelah mata anak-anak berkebutuhan khusus sebagai orang aneh yang sering menjadi objek diperolok-olok. Sebagai orang tua semestinya menerima dengan ikhlas meskipun sangat sulit untuk mengikhlaskan. Orang tua seyogyanya memahami apa yang dibutuhkan anakanak karena tidak semua kegiatan dapat mereka lakukan dengan normal seperti anak-anak pada umumnya. Dan tugas orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar yang membantu dan membimbing mereka. Tunanetra atau sering dikenal sebagai penyakit cacat pada penglihatan menjadi salah satu penyakit yang masih di anggap sebagai penyakit yang tabu bahkan penyandang penyakit tunanetra pun tidak sedikit yang mendapatkan perlakuan negatif dari masyarakat. Opiniopini tersebut memberikan stigma bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah kaum lemah yang tidak perlu di akui keberadaannya. Manusia yang memiliki keterbatasan atau berkebutuhan khusus sejatinya sama seperti manusia pada umumnya hanya saja mereka memerlukan perlakuan dan perhatian yang lebih dibandingkan dengan manusia normal pada umumnya . Banyak masyarakat pada umumnya menganggap anak atau orang dengan penyakit tunanetra seperti ini merupakan suatu ancaman dan menganggap mereka sebagai sesuatu yang tidak berguna dan pantas untuk mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dan hinaan. Perlakuan negatif terhadap mereka yang mempunyai kebutuhan khusus tidak hanya muncul dari masyarakat pada umumnya, bahka tidak jarang keluarga terdekat terpengaruh oleh opini-opini tersebut. Seorang yang melahirkan anak yang cacat tentunya selain mengguncang mental ibu juga mental ayah dan keluarganya. Hal ini membuktikan bahwa “cacat” apalagi memiliki anak cacat bagaikan bencana besar dalam kehidupan mereka. Tunanetra dapat di derita oleh mereka yang memang sebagian besar memiliki gen bawaan dari orangtua atau virus di dalam lingkungan. Kondisi tubuh ISBN: 978-602-72850-3-3 yang tidak serupa dengan mayoritas orang lainnya menjadi pembeda yang berkebutuhan khusus dengan masyarakat pada umumnya. Oleh karenanya, dalam penelitian ini yang menjadi perhatian khusus peneliti adalah untuk mengetahui pola komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru serta orangtua dalam perkembangan kepribadian anak-anak cacat. Dari beberapa masalah-masalah tersebut di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi yang terjadi antara guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak berkebutuhan khusus di kota Cimahi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi naratif. Studi naratif lebih berfokus pada narasi tentang pengalaman individu tertentu, menggambarkan narasi cerita tentang kehidupan anak tunanetra. Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam tidak terstruktur. Diharapkan, data dari wawancara terkumpul hingga peneliti bisa membuat kronologi, yang di dalamnya terdapat hal-hal yang memungkinkan dihubungkan dalam terapi tentang seorang individu. BAHAN DAN METODE Tinjauan Komunikasi dan Komunikasi Antra Pribadi Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan hubungan dengan sesamanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut dapat terjadi bila dengan komunikasi.Sehubungan dengan itu, komunikasi sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Arti penting komunikasi akan dirasakan apabila manusia mengetahui apa sebenarnya komunikasi dan bagaimana proses penyampaiannya, sehingga berlangsung secara efektif. Pengertian komunikasi dapat dilihat dari asal katanya, seperti yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm yaitu: Kata komunikasi berasal dari perkataan communication, dan perkataan ini berasal dari bahasa latin Communis yang artinya sama, dalam arti kata sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan secara jelas (Effendi, 2003:30). Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, atau perasaan-perasaan yang telah dikemas menjadi pesan dalam bentuk lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak sehingga komunikasi berlangsung dalam hubungan yang komunikatif.Sebagai seorang komunikator ketika kita melakukan komunikasi dengan seseorang pastinya kita ingin mendapatkan reaksi yang positif sesuai dengan yang kita harapkan. Kita ingin mengetahui serta meramamalkan bagaimana efek suatu pesan yang kita komunikasikan kepada seseorang atau komunikan. Secara jelas dapat dilihat bahwa dalam proses komunikasi antara kedua belah pihak terjadi hubungan KOM-44 SNIPTEK 2016 timbal balik, masing-masing berupaya mengadakan penyesuaian dalam berbagai hal sehingga terbina hubungan yang serasi antara keduanya. Atau dengan kata lain, pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan dan tujuan komunikator. Proses Komunikasi Pada hakikatnya proses komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran dan persaan seseorang kepada orang lain. Dan secara umum, unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi terangkum dalam paradigma yang diumgkapkan oleh Harold D Lasswell, yaitu: who, say what, in which channel, to whom, with what effect. Dalam paradigma Lasswell tersebut terdapat lima unsur pokok yang terlibat dalam proses komunikasi, yaitu: a. Siapa (komunikator, pengirim, sumber) b. Mengatakan apa (pesan) c. Dalam saluran apa (medium atau media) d. Kepada siapa (komunikan, penerima) e. Dengan akibat apa (tanggapan, umpan balik) (Effendi, 2003:253) Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, maka dapat diartikan bahwa proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Namun secara kontemporer, unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut telah mengalami perkembangan menjadi sembilan unsur pokok, yaitu: a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang. c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikasi menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komuniaktor kepadanya. f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. h. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. i. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. (Effendy, 2003:18-19) ISBN: 978-602-72850-3-3 Salah satu tugas komunikator adalah untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Komunikator harus ahli dalam melakukan penyandian pesan, juga harus mempertimbangkan media apa yang cocok untuk digunakan. Seseorang komunikator juga harus mempertimbangkan gangguan yang dapat mengganggu berjalannya komunikasi dengan baik, karena gangguan-gangguan yang timbul dapat mengubah tujuan komunikasi dari yang semula diharapkan oleh komunikator. Pentingnya hubungan komunikasi informatif antar pribadi yang terjadi antar sesama manusia sangat mempengaruhi manusia itu sendiri. Manusia tergantung terhadap manusia lain karena orang lain juga berusaha mempengaruhi melalui pengertian yang diberikan, informasi yang dibagi, dan semangat yang disumbangkan. Semuanya membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan, dan meneguhkan perilaku manusia. Meskipun demikian banyak ahli akhirnya berpendapat bahwa semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi pribadi akhirnya menuju pada perspektif situasi. Perspektif situasi menurut Miller dan Steinberg mengatakan bahwa : Merupakan situasi suatu perspektif yang menekankan bahwa sukses tidaknya komunikasi antar pribadi sangat sangat tergantung pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua individu atau sebagian kecil individu dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga (dalam Liliweri, 2006 : 71) Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg tersebut, maka kedudukan komunikator yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan suasana hubungan antar manusia yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi antar individu harus manusiawi, sehingga individuindividu yang tidak mengenal satu sama lain mutu komunikasinya kurang daripada komunikasi antar pribadi di antara pihak-pihak yang sudah sating mengenal sebelumnya. Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak memahami secara baik tentang liku-liku hidup pihak lain, pikiran, perasaan, maupun menanggapi tingkal laku. Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban. Batasan pengertian yang benar-benar baik tentang komunikasi antar pribadi tidak ada yang memuaskan semua pihak. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana individu melihat dan mengetahui perilaku pada saat terdapat dua individu atau lebih yang saling mengenal secara pribadi daripada hanya berbasabasi saja. Dengan kata lain, tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara dua individu dapat digolongkan komunikasi antar pribadi. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua individu harus terlewati untuk menentukan komunikasi antar pribadi benarbenar dilakukan. Salah satu bentuk komunikasi antar KOM-45 SNIPTEK 2016 pribadi adalah komunikasi terapeutik yang di lakukan dokter dengan pasiennya. Sebagai makhluk sosial, semua manusia memerlukan komunikasi dengan orang lain, baik secara persona antara dua orang, dengan beberapa orang, dengan sejumlah kecil orang, atau dengan sejumlah besar orang dan massa. Sebagai makhluk sosial, manusia merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Manusia memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka. Hubungan antar pribadi dengan orang lain berbeda tingkat keeratan dan rasa keterikatannya. Di antara orang-orang lain itu, ada yang sekadar menjadi orang lain bagi kita. Mereka menjadi orang asing yang tidak kita kenal.Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat. Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif – keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung. Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Manajemen Komunikasi Manajemen komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyaluntuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yangsama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan kontekssosialnya (Cangara, 2007 : 87). Komunikasi efektif adalah : 1. Pemberi dan penerima pesan berpandangan sama. 2. Pemberi dan penerima pesan dapat membuka percakapan selanjutnya. 3. Pemberi dan penerima pesan saling mengerti dan memahami. 4. Suasana saat berkomunikasi hangat dan akrab. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. MaryParker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui oranglain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untukmencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah prosesperencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapaisasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai denganperencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,dan sesuai dengan jadwal. ISBN: 978-602-72850-3-3 Menurut Iriantara (2009 : 31), “Manajemen komunikasi tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk lebih membumikan ilmu komunikasi di tataran dunia nyata. Manajemen komunikasi lahir karena adanya tuntutan umtuk menjembatani antara teoritisi komunikasi dengan praktisi komunikasi”. Para teoritisi menghadapai keterbatasan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimilkinya. Sementara para praktisi komunikasi mengalami keterbatasan pada rujukan teoritis atau ilmu komunikasi. Menurut Preston (2008 : 53). “Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal, organisasional, governmental, sosial, atau bahkan internasional. Manajemen komunikasi sangat identik dengan interaksi sosial. Ada kalanya kita harus mampu untuk memposisikan diri dengan tepat dalam situasi tertentu, kita juga harus mampu menghadapi dan menjalin kerjasama dengan orang lain tanpa mencampurnya dengan urusan pribadi. Ini merupakan sebagian alasan diperlukannya sikap professional dalam diri anda masing-masing. Manajemen komunikasi berada di dalam dan diantara sistem sosial. Manajemen komunikasi meliputi P4I (Penerimaan, Pengolahan, Penyimpanan, dan Penyampaian Informasi) dalam sub-sub sistem soaial, diantaranya adalah individu, kelompok, organisasi, massa, dan masyarakat 2.2.4 Konsep Diri Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah Konsep Diri. Pada kali ini saya akan menjabarkan bagaimana pentingnya konsep diri dalam kehidupan. Sebelumnya apa sih konsep diri itu? Jenis-jenis Konsep Diri itu apa saja. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan (Effendy, 2003 ; 62) KOM-46 SNIPTEK 2016 Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri (selfconcept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) antara lain: tunanetra, tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunal aras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak ISBN: 978-602-72850-3-3 cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat Tunanetra Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984/1985:13) menyebutkan bahwa anak tunanetra adalah anak yang tidak dapat melihat (buta) atau anak yang tidak cukup jelas penglihatannya, sehingga walaupun telah dibantu dengan kacamata ia tidak dapat mengikuti pendidikan dengan menggunakan fasilitas yang umum dipakai oleh anak awas. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan. Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tunanetra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini metodologi yang digunakan adalah metode penelitian fenomonelogi. Kuswarno (2009: 38) mengatakan, pada dasarnya fenomenologi cenderung menggunakan paradigma penelitian kualitatif sebagai landasan metodologisnya. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati”. Bogdan dan Bilken (1982: 29), menjelaskan bahwa “meneliti proses yang terjadi di lapangan lebih dipentingkan dari pada hasil upaya tersebut”. Sehingga, dibutuhkan keterlibatan peneliti secara langsung dengan kenyataan sehariharinya, agar dapat dirasakan suasana riil di instansi tersebut. Dengan demikian, melalui metode ini peneliti bukan saja mendapatkan data-data, tetapi juga dapat merasakan apa yang dialami oleh objek penelitian dan oleh karenanya peneliti mendapatkan data deskriptif dari rincian suatu fenomena yang diteliti HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian ini akan dijelaskan berbagai hasil yang didapatkan peneliti di lapangan berkenaan dengan judul dari penelitian ini yaitu hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang mendalam dengan narasumber sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini sendiri terfokus pada anak penyandang tunanetra yaitu Risma serta masyarakat sekitar penyandang, yang KOM-47 SNIPTEK 2016 dikaitkan kepada beberapa unsur atau identifikasi masalah. Masyarakat akan menilai baik kepada seorang anak apabila anak tersebut menciptakan nilai yang baik dan positif terhadap lingkungannya. Masyarakat akan beranggapan bahwa seorang anakl yang membantu lingkungannya akan lebih disenangi dan dihargai serta diikuti oleh masyarakat karena anak tersebut dapat membangun lingkungannya (Belger, 2002 : 82). Lingkungan atau masyarakat (society) melibatkan perilaku kooperatif individu dari sebagian masyarakat. Adapun masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial di mana para partisipannya membentuk makna dari tindakan yang dilakukan oleh dirinya dan orang lain dengan menggunakan simbolsimbol yang muncul. Hubungan masyarakat dengan Risma seorang anak tunanetra dapat terjadi karena adanya simbol. Kemampuan untuk menyuarakan simbol membuat orang dapat mendengar suaranya sendiri dan menanggapinya sebagaimana orang lain menanggapi apa yang orang tersebut suarakan. Bahkan institusi masyarakat dibentuk dari sejumlah interaksi dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pengaruh antara memberi tanggapan pada orang lain dan memberi tanggapan pada diri sendiri dapat menghasilkan suatu transisi yang baik terhadap konsep-individu. ISBN: 978-602-72850-3-3 REFERENSI Bogdandan Taylor. 2009 Qualitative Research for Education: An. Introduction to Theory and Methods dalam Metodologi Penelitian Kualitatif, Lexy J. Moleong, (Remaja Rosdakarya: Bandung). Edi Sedyawati. 2014. Kebudayaan (Komunitas Bambu, Indonesia). di Nusantara. Husserl, Edmund. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Remaja Rosdakarya, Bandung). Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi. (Remaja Rosdakarya, Bandung). Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi antar budaya. (Remaja Rosdakarya, Bandung). Moleong, J., Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Remaja Rosdakarya. Bandung). Sugiyono. 2007. Memahami (Alfabeta: Bandung). Penelitian Kualitatif KOM-48