ANALISIS INVESTASI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

advertisement
ANALISIS INVESTASI SISTEM DAN
TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN
METODE NEW INFORMATION ECONOMICS
PADA PT WCS DIVISI SOLUSI E-BISNIS
Selcilia, Engkos Achmad Kuncoro, Hudiarto
Binus University
Jl. K.H Sayhdan No. 9 Kemanggisan Palmerah, Jakarta Barat 11480; Telp:021-5345830
Email : [email protected]
Abstract
Today information technology has become one of the strengths to improve company's competitive
advantages. However, investment of information technology will spend large amount of funds with unseen
and uncertain return of investment caused by either mismatch of business strategic direction or the risk
and impact analysis that hasn't done yet. Therefore, this final assignment has be done for help WCS to
analyzes the investment so that WCS knowing about the benefits of lights-on investment as well as
conducting research to determine eligibility of the project's implementation. New Information Economics
method was used to do this analysis which is using four of five step of NIE management method.The
obtained result is knowing which light-on investment can be developed or ignored so that company's
resources not vain and decide which project can be done in advance according to company strategic
direction. The conclusions obtained based on research results that was done is company need to do
consideration and development towards to WCS light-on portfolio to achieve and sustain company
strategic business direction as well as the management can focus on expenditure investment according to
company strategic direction.
Keywords: New Information Economics (NIE), Lights-on, project, WCS.
Abstrak
Teknologi informasi sekarang telah menjadi salah satu kekuatan untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan. Namun investasi teknologi informasi sendiri dapat menghabiskan dana yang
sangat besar dengan tingkat pengembalian yang terkadang tidak terlihat dan sulit untuk diukur baik
dikarenakan ketidak sesuaian dengan arahan strategi bisnis maupun dikarenakan tidak dilakukannya
analisis resiko dan dampak sebelumnya. Oleh karena itu, tugas akhir ini dilakukan untuk
membantuanalisis investasi WCS untuk mengetahui manfaat dari investasi lights-on WCS serta meneliti
apakah project yang akan dilakukan layak atau tidak untuk diimplementasikan. Untuk melakukan analisis
ini digunakan metode New Information Economics, yaitu dengan menggunakan 4 dari 5 langkah metode
manajemen NIE. Hasil yang diperoleh dari analisis ini ialah dapat mengetahui investasi lights-on mana
yang dapat dikembangkan atau diabaikan sehingga pada akhirnya sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan tidak terbuang percuma serta proyek mana yang dapat dikerjakan dahulu dimana sesuai
dengan arahan strategi perusahaan. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan
ialah perusahaan perlu melakukan beberapa pertimbangan dan pengembangan terhadap portfolio lightson WCS sehingga dapat mencapai dan mempertahankan arahan strategi bisnis perusahaan dan pihak
manajemen dapat fokus pada pengeluaran investasi yang sesuai dengan arahan strategi perusahaan.
Kata Kunci: New Information Economics (NIE), Lights-on, project, WCS.
1. PENDAHULUAN
Pada era saat ini, dimana globalisasi sudah menyerang berbagai sektor baik ekonomi maupun sektor
kehidupan lainnya, diyakini bahwa hampir tidak ada sektor kehidupan yang bebas dari keperluan akan
perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencapai hasil yang optimal. Dengan adanya media sistem
informasi berbasiskan komputer serta teknologi pendukungnya, dinilai akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dari berjalannya operasional suatu organisasi. Hal ini dibuktikan dari survei yang dilakukan oleh
Symantec, dimana dinyatakan, secara global organisasi yang terus memperbaharui teknologi
organisasinya memperoleh pertumbuhan penghasilan 50% lebih tinggi bila dibandingkan dengan
organisasiyang tidak mengembangkan teknologi organisasinya. Sedangkan organisasi di Indonesia yang
menggunakan teknologi menunjukkan pertumbuhan penghasilan sebesar 42% lebih tinggi bila
dibandingkan dengan organisasiyang tidak mengembangkan teknologi organisasinya. Hal ini membawa
dampak kepada fenomena berlomba-lombanya organisasi besar ataupun kecil untuk memiliki,
mengembangkan, dan menggunakan sistem informasi yang berbasiskan komputer dan teknologi
informasi untuk mengembangkan bisnisnya.
Sebagai salah satu perusahaan yang telah lama bermain dalam industri jasa konsultasi sistem dan
teknologi informasi, PT. Wahana Cipta Sinatria (WCS), perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1995
ini, terus berusaha memberikan karya-karya terbaiknya untuk memberikan kepuasan bagi para client.
Dengan berasaskan pada memberikan kepuasan terbesar bagi para client-nya, WCS berusaha memberikan
solusi-solusi yang tepat bagi tiap permasalahan perusahaan client sesuai dengan masalah unik yang
mereka alami. Hal ini telah menciptakan hubungan erat dan kepercayaan dengan para client WCS.
Untuk meningkatkan pelayanannya, WCS terus melakukan investasi pengembangan teknologi yang
dimilikinya untuk meningkatkan kepuasan client, namun telah diketahui bahwa perencanaan investasi
project ini memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga perusahaan harus mempertimbangkan secara
matang investasi yang akan dilakukan agar investasi yang dilakukan tidak sia-sia atau menyebabkan
kerugian bagi perusahaan. Perusahaan perlu melakukan studi mengenai manfaat teknologi baik yang
sedang digunakan (lights-on) maupun yang akan digunakan (project) sehingga pada akhirnya nanti
perusahaan dapat mengetahui dimana seharusnya ia melakukan investasi sistem dan teknologi informasi
yangsecara langsung mendukung strategi bisnis dan operasi perusahaan yang efisien dan efektif serta
menguntungkan. Pada akhirnya diharapkan perusahaan melakukan investasi yang sesuai dengan
kebutuhandan visi misi perusahaan sendiri.
2. METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah melalui wawancara, literature san kuisioner yang
dilakukan dengan anggota perusahaan yang memiliki wewenang. Setelah data dikumpulkan, selanjutnya
dilakukan analisis perencanaan arahan strategi yang tepat bagi perusahaan menggunakan langkah
sistematis menurud David Fred dimana terdiri dari tahap input (menggunakan Matriks EFE dan Matriks
IFE) dimana menggunakan AHP untuk memperoleh bobot, tahap pencocokan (menggunakan analisis
SWOT, Matriks Internal Eksternal, dan Grand Strategy Matrix) dan diakhiri dengan tahap pengambilan
keputusan (menggunakan QSPM). Setelah arahan strategi diperoleh kemudian dilakukan analisis
menggunakan 4 dari 5 tahap New Information Economics yang terdiri dari Demand/Supply Planning,
Innovation, Prioritization dan Allignment yang dibantu dengan 6 dari 12 deliverables strategy to bottomline-value-chain.
3. HASIL DAN BAHASAN
Berdasarkan tahap input yang dilakukan, diperoleh bahwa perusahaan memperoleh nilai 3.219
(peluang 2.397 dan ancaman 0.922) dan IFE sebesar 2.660 (kekuatan 1.965 dan kelemahan 0.695).
Figure 1 Tabel Matriks EFE
Figure 2 Tabel Matriks IFE
Sedangkan dari tahap pencocokan diperoleh strategi yaitu sebagai berikut: dari analisis SWOT
ditemukan strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan ialah strategi SO diperoleh penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk, strategi WO diperoleh penetrasi pasar, integrasi
kebelakang, dan pengembangan pasar, strategi ST diperoleh kerjasama, integrasi kedepan, integrasi
kebelakang, dan integrasi sejajar dan dari strategi WT diperoleh pengembangan produk, pengembangan
produk dan pengembangan pasar. Pada MAtriks IE, berdasarkan nilai EFE dan IFE diperoleh bahwa
perusahaan berada pada sel II yaitu Tumbuh dan Membangun dimana diperoleh pilihan strategi
pengembangan pasar, pengembangan produk dan penetrasi pasar. Pada tahap pencocokan terakhir, yaitu
Grand Strategy Matriks yang mana yang menunjukkan kompetisi yang kuat serta pertumbuhan pasar yang
cepat, perusahaan berada pada kuadran 1 yang memiliki pilihan strategi pengembangan pasar, penetrasi
pasar, pengembangan produk,integrasi dan diversifikasi berhubungan.
Figure 3 Tabel Matriks Internal Eksternal
Figure 4 Tabel Grand Strategy Matrix
Kemudian strategy yang telah ada dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu investasi
sistem informasi dan teknologi perusahaan (terdiri dari memperbaiki strategy marketing, meningkatkan
kualitas pelayanan, melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan, dan meningkatkan efisiensi
dan efektifitas kerja karyawan) dan perluasan usaha (terdiri dari pembukaan cabang pelatihan, pemberian
beasiswa dengan ikatan dinas, kerjasama dengan perguruan tinggi dan media iklan terkemuka). Strategi
yang ada ini kemudian dimasukkan kedalam tahap akhur, yaitu tahap QSPM dimana pada akhirnya,
strategi yang dipilih yaitu investasi sistem informasi dan teknologi perusahaan dimana memiliki
perolehan tertinggi sebesar 5.271 dibandingkan lawannya.
Figure 5 Tabel QSPM
Figure 6 Tabel Arahan Strategy PT. WCS
Dari tahap diatas diperoleh arahan strategi WCS yang terlihat pada figure 6. Portofolio lights-on
yang dimiliki oleh WCS dibagi menjadi 4, yaitu aplikasi 34%, infrastruktur 31%, manajemen 29% dan
layanan 6% yang akan ditunjukkan pada figure 7. Sedangkan portfolio proyek terdiri dari Klinik Support
46%, Situs 20%, Team Us 18% dan Fix It 16% akan ditunjukkan pada figure 8.
Figure 7 Portfolio Lights-on
Figure 8 Portfolio Project
Hasil Taksiran Portofolio
Dapat disimpulkan strategi investasi portfolio lights-on bahwa kategori Memuaskan Terkendali
terdiri dari 3 aplikasi lights-on, yaitu Axapta, Remote System, dan knowledge management; 3 infrastruktur
lights-on, yaitu hardware, software lisence, server, 2 manajemen lights-on, yaitu maintenance, domain,
dan 3 layanan lights-on, yaitu operational budget, ujian sertifikasi, dan training. Perusahaan hanya perlu
mengeluarkan biaya untuk menjaga tingkat kualitasnya saja. Untuk kategori Tidak Kritis Stabil terdapat 1
aplikasi, yaitu aplikasi absensi, perusahaan hanya perlu mengeluarkan investasi sedikit untuk peningkatan
kinerja dan perawatan.Untuk kategori Pengembangan jika diperlukan terdapat 1 infrastruktur, yaitu
infrastruktur Network, perusahaan mengeluarkan biaya hanya jika sumber daya hampir habis.
Hasil Analisis Demand/Supply Planning dan Innovation
Hasil demand/supply planning dan inovasi yang dapat dipaparkan adalah membangun database
client dan mengembangkan web 2.0 serta menambahkan fitur-fitur yang menarik bagi client, membangun
produk layanan klinik support, implementasi sistem kuisioner kepuasan, pengendali keluhan, dan sistem
reward tingkat kepuasan client serta implementasi tracking progress. Hasil Demand/Supply Planning
yang diperoleh ialah berupa agenda strategy teknologi informasi yaitu dalam figure 10.
Hasil Prioritization
Hasil dari prioritisasi proyek yang ada pada WCS akan ditunjukan pada figure 9. Dimana akan
terlihat aplikasi situs memiliki nilai dampak tertinggi diantara project lainnya, yaitu sebesar 473.72
dengan resiko sebesar 62.04. Nilai dampak yang besar berarti project ini akan memberikan dukungan
yang lebih besar dan sejalan dengan arahan strategi bisnis perusahaan. Sedangkan nilai resiko yang besar
menandakan peluang keberhasilan yang tinggi dibandingkan project lainnya. Selanjutnya dapat
dilanjutkan dengan project Fix It dengan nilai dampak sebesar 437.39 dan nilai resiko sebesar 43.12, lalu
diikuti dengan Team Us dengan nilai dampak 414.49 dan nilai resiko sebesar 43.12. Terakhir adalah
pengembangan project yang memiliki nilai dampak terkecil yaitu sebesar 377.91 dan nilai resiko sebesar
53.56.
Figure 9 Hubungan Resiko Dambak terhadap Biaya Proyek
Figure 10 Agenda Strategi Sistem dan Teknologi Informasi
. Simpulan
dan Saran
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, beberapa simpulan yang dapat diambil antara lain:
1.
2.
3.
Analisis lingkungan industri dilakukan untuk menghasilkan analisis perumusan strategi, yaitu dengan
menggunakan tahap input (Matriks EFE dan Matriks IFE), tahap pencocokan (Matriks SWOT, Grand
Matrix Strategy dan Matriks IE), dan tahap keputusan (Matriks QSPM) untuk memperoleh arahan
strategi bisnis yang dapat digunakan oleh WCS.
Pada tahap input, analisis dilakukan dengan menggunakan analisis ekstemal (analisis PESTLE dan
analisis Model Kekuatan Kompetitif PORTER) yang digunakan untuk menentukan peluang dan
ancaman WCS serta mendapatkan nilai matriks EFE. Dan analisis internal (Value shop, Product
Lifecycle dan Resource Based View) digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan WCS
serta mendapatkan nilai matriks IFE.
Berdasarkan perhitungan bobot pada Matriks QSPM, maka diperoleh keputusan untuk melakukan
pengembangan investasi dalam sistem dan teknologi informasi yang akan menjadi arahan strategi
binis yang pada akhirnya arahan strategi tersebut akan mendorong tindakan sistem dan teknologi
4.
5.
6.
7.
informasi dan menghasilkan dampak bottom-line sehingga memicu peningkatan kinerja dan
pengurangan biaya. Arahan strategi dari keputusan untuk melakukan pengembangan investasi dalam
sistem dan teknologi informasi yang diperoleh yaitu:
a. Memperbaiki strategi marketing sehingga memberi hasil maksimal (24.37%).
b. Memfokuskan peningkatan kualitas pelayanan bagi client yang ada sekarang dan yang baru
(40.33%).
c. Melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan WCS (17.65%).
d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja karyawan (17.65%)
Perencanaan kebutuban investasi sistem dan teknologi informasi di masa depan dapat dilihat dari
arahan strategi yang ada berdasarkan demand/supply planning dan innovation. Dari basil analisis
tersebut diperoleb 4 project yang dapat dilakukan WCS untuk mencapai arahan strategi
bisnisnya, diantaranya project pengembangan produk klinik support, pengembangan situs,
pengembangan aplikasi Team Us, dan aplikasi Fix It.
Berdasarkan analisis prioritization menggunakan metode NIE terbadap masing¬ masing project yang
dibandingkan dengan arahan strategi perusahaan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Project yang dapat didahulukan pekerjaannya ialah project pengembangan situs perusahaan dimana
memiliki nilai dampak tertinggi diantara project lainnya, yaitu sebesar 473.72 dengan resiko sebesar
62.04. Nilai dampak yang besar berarti project ini akan memberikan dukungan yang lebih besar dan
sejalan dengan arahan strategi bisnis perusahaan. Sedangkan nilai resiko yang terbesar menandakan
peluang keberhasilan yang tinggi dibandingkan project lainnya. Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan
project Fix It dengan nilai dampak sebesar 437.39 dan nilai resiko sebesar 43.12, lalu diikuti dengan
Team Us dengan nilai dampak 414.49 dan nilai resiko sebesar 43.12. Terakhir adalah pengembangan
project yang memiliki nilai dampak terkecil yaitu sebesar 377.91 dan nilai resiko sebesar 53.56.
Biaya optimal (yang terbaik) yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan investasi
teknologi dan sistem informasi pada WCS, dapat dilihat berdasarkan analisis portfolio lights-on yang
ada, dimana berdasarkan hasil analisis hubungan dependency dengan quality diperoleh:
- Untuk kategori Memuaskan Terkendali terdiri dari 3 aplikasilights-on, yaitu Axapta, Remote
System,dan knowledge management;3 infrastrukturlights-on, yaituhardware, software
lisence,server, 2 manajemen lights-on, yaitu maintenance, domain, dan 3 layanan lights-on,
yaitu operational budget, ujian sertifikasi, dan training.
- Untuk kategori Tidak Kritis Stabilterdapat 1 aplikasi, yaitu aplikasi absensi.
- Untuk kategori Pengembangan jika diperlukanterdapat 1 infrastruktur, yaitu infrastruktur
Network.
WCS dapat mengambil keputusan atas sistem lights-on perusahaan sesuai pengimplementasian
kebutuhannya berdasarkan hasil analisis hubungan dependency, alignment dan quality. Berikut
adalah hasil yang analisis hubungan tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil:
a. Portfolio lights-on yang memiliki nilai quality tertinggi hingga terendah yaitu software lisence
(5), domain (5), training (5) dan ujian sertifikasi (5) dilanjutkan hardware(4.89), knowledge
management (4.88), maintenance (4.8), remote system (4.8), server (4.7), operational budgeting
(4.75), Axapta (4.5), absensi (4.42), network (4).
b. Portfolio lights-on yang memiliki nilai dependency tertinggi hingga terendah yaituremote system
(5), knowledge management (5), software lisence (5), domain (5), training (5), ujian sertifikasi
(5), Network(4.75), Server (4.6), Hardware (4.56), Operational Budgeting (4.4), Axapta (4),
Maintenance (4), dan absensi (3.33).
c. Portfolio lights-on yang memiliki nilai alignment tertinggi hingga terendah yaitu network (4.69),
operational budget (4.55), hardware (4.53), maintenance(4.25),knowledge management(4.13),
server(4.1), ujian sertifikasi (4.06), training(4), domain (4), remote system(3.6), software
lisence(3.25) dan axapta (2.83), dan absensi (2.09).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung WCS telah memaksimalkan
penggunaan biaya dan dapat mengurangi biaya yang seharusnya terjadi untuk menjalankan biaya
operasional bisnisnya..
3.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada WCS, antara lain :
1.
Pada alignment aplikasi, infrastruktur, layanan dan manajemen terdapat gap yang cukup signifikan
pada arahan strategi, yaitu
a. Pada alignment aplikasi, gap terletak pada:
 Arahan memperbaiki strategi marketing yang hanya sebesar 9.99% dari nilai presentasi
24.37%
 Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar
14.02% dari nilai persentase 17.65%.
b.Pada alignment infrastruktur, gap terletak pada:
 Arahan peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja yang hanya sebesar 16.94% dari nilai
presentasi 17.65%
 Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar
12.69% dari nilai persentase 17.65%.
c. Pada alignment layanan, gap terletak pada:
 Arahan memfokuskan pada peningkatan kualitas pelayanan yang hanya sebesar 34.73%
dari nilai presentasi 40.33%
 Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar
14.02% dari nilai persentase 17.65%.
d.Pada alignment manajemen, gap terletak pada:
 Arahan memperbaiki strategi marketing yang hanya sebesar 20.81% dari nilai presentasi
24.37%
 Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar
14.02% dari nilai persentase 17.65%.
Perusahaan sebaiknya memanfaatkan aplikasi semaksimal mungkin untuk mrngurangi gap yang ada.
2.
3.
4.
5.
Manajemen disarankan untuk lebih menitik beratkan pada pencapaian arahan strategi yang memiliki
bobot yang tinggi, yaitu peningkatan pelayanan bagi client yang telah ada maupun yang baru dan
kemudian menyediakan lights-on yang dapat mendukung pencapaian arahan strategi tersebut.
Untuk lights-on yang termasuk kategori :
 Pengembangan jika diperlukan disarankan kepada pihak manajemen untuk melakukan
pengeluaran biaya saat darurat saja.
 Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize), disarankan kepada pihak manajemen agar
mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan aplikasi tersebut.
 Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), disarankan agar pihak manajemen WCS perlu
mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitasnya. Pengeluaran biaya untuk mempertahankan
tingkat kualitas diperlukan, namun investasi baru sepertinya masih belum dibutuhkan.
Meskipun perusahaan telah memiliki rencana untuk pengerjaan project, namun lebih disarankan agar
perusahaan mendahulukan pengembangan project situs baru kemudian diikuti oleh pengembangan
project Fix it, Team Us, dan terakhir adalah pengembangan Klinik Support.
Penelitian yang telah dilakukan baru mencakup empat dari lima praktek New Information Economics
(NIE) yang ada, yaitu hanya membahas mengenai Demand/Supply Planning, Innovation,
Prioritization dan Alignment. Oleh karena itu disarankan kepada perusahaan untuk melakukan
analisis lanjutan mengenai Performance Measurement (pengukuran kinerja) untuk mengetahui lebih
rinci dampak investasi teknologi informasi pada bottom-line perusahaan.
REFERENSI
O’Brien, J. (2003). Introduction to Information Systems, Eleventh Edition, McGraw-Hill Higher
Education, New York.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Supomo,Bambang dan Indriyanto, Nur (2003). Metode pengumpulan data: Metodologi penelitian bisnis
untuk akuntansi dan manajemen, edisi pertama,Bpfe-Yogyakarta, Yogyakarta
Fred, David.(2011)manajemen Strategis:konsep – konsep edisi thirteenth, Salemba Empat, Jakarta
Benson, R. B. (2004). From Business Strategy to IT action. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Bentley, L. B., & Whitten, J. L. (2007). System Analysis and Design for the Global Enterprise. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Brown, K. C., & Reilly, F. K. (2010). Investments Analysis and Portfolio Management (10th ed.). United
States: South-Western Cengange Learning.
Cadle, J., & Yeates, D. (2008). Project Management for Information Systems (Vol. 5th). Malaysia:
Pearson Prentice Education.
CHAOS. (2008). CHAOS SUMMARY FOR 2008. The Standish Group.
Daft, R. L. (2010). Understanding the Theory and Design of Organizations (10th ed.). China: SouthWestern Cengange Learning.
Dyck, B., & Neubert, M. J. (2009). Principle of management . China: South-Western Cengange Learming.
Fuller, M. A., Valacich, J. S., & George, J. F. (2008). Information System Project Management : a process
and team approach. United States of America: Pearson Prentice Hall.
Hirt, G. A., & Block, S. B. (2008). Fundamental of Investment Management (9th ed.). New York:
McGraw-Hill/Irwin.
Jashapara, A. (2011). Knowledge Management : an integrated approach (2nd ed.). England: Pearson
Education.
Lanzinner, S., & Leimeister, J. M. (2008). Toward IT Value Mapping - An Approach to Value-Based IT
Management. 2.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2007). Management Information Systems : Managing The Digital Firm
(10th ed.). New Jersey, United States ofAmerica: Pearson Education, Inc.
Maizlish, B., & Handler, R. (2005). IT POrtfolio Management Step-By-Step : Unlocking the Business
Value of Technology. Hoboken, New Jersey: John Wilsey & Sons Inc.
Mankiw, N. G. (2012). Principles of Economics (6th ed.). South Western: Cengange Learning.
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2012). Pengantar Ekonomi Makro (Vol. II). (B. B. Alkemis,
Trans.) Jakarta: Salemba Empat.
Nielsen, C., & Lund, M. (2012). Business Models: Networking, Innovating and Globalizing. New York:
Ventus Publishing.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010). Introduction To Information Systems (15th ed.). New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Patrick, E. W. (2005). Planning and Implementing IT Portfolio Management : maximizing the return on
information technology investments. Gaithersburg, Maryland: IT Economics Corporation.
Rainer, R. K., & Cegielsky, C. G. (2013). Introduction to Information Systems (4th ed.). Singapore: John
Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd.
Robbins, S. P., & Coulter, M. (2012). Management. England: Pearson Education.
Russel, R. S., & Taylor III, B. W. (2011). Operation Management. Asia: John Wiley & Sons (Asia) Pte
Ltd.
Turban, E., & Volonino, L. (2012). Information Technology for Management. Asia: John Wiley & Sons,
Inc.
Vaan, M. d. (2008, June). Evaluation of the TU/e notebook program. University of Groningen, 3-71.
Retrieved May 20, 2013
Ward, J., & Daniel, E. (2012). Benefit Management: how to increase the business value of your IT project
(2nd ed.). Cornwal, UK: John Wiley & Sons.
Whitten, J. L., & Lonnie, B. D. (2007). System Analysis and Design Methods. New York: McGrawHill/Irwin.
Williams, C. (2011). Principles of Management (6th ed.). China: South-Western Cengange Learning.
Riwayat Penulis
Selcilia lahir di Jakarta pada tanggal 20 Oktober 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas
Bina Nusantara dalam bidang Sistem Informasi dan Manajemen pada tahun 2013.
Download