MODUL PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Mengapa penting mendiskusikan 7 peran etika dalam pengambilan keputusan? Apa yang dimaksud dengan etika dalam pengambilan keputusan atau etika ~pengambilan dalam proses pengambilan keputusan? keputusan? dilekatkan terhadap pengambilan tentang Bagaimana etika diintegrasikan Apa saja wujud dari etika yang keputusan? Begitu pentingnya topik kajian etika dalam pengambilan keputusan, maka tidak ada salahnya jika bagian ini didedikasikan khusus untuk membahas tema tersebut. A. Beberapa Pertimbangan Pentiong Dalamm pengambilan Keputusan Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan salah satu tugas dari pengambil ekonomi, bisnis, dan keputusan. manajemen (termasuk akan utuh tanpa tersebut merupakan Kajian kontemporer di dalamnya mernbahas tentang pengambilan keputusan), tidak ten tang pertimbangan- pertimbangan etika. Pertirnbangan­ pertimbangan etika harus menjadi kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasi. Setiap manajer pada saat ini diharuskan (bila tidak mall disebut diwajibkan) untuk mengikutsertakan pertimbangan etika dalam setiap proses pengambilan utama yang dipakai masyarakat berkualitas adalah pandangan dunia dalam menilai keputusan. Indikator sebuah organisasi organisasi terhadap etika. 82 Pandangan organisasi terhadap pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan menghasilkan perwujudan nyata melalui sejumlah konsep ekonomi dan manajemen eco labelling, kontemporer green product, seperti: business or environmentatly-friendly corporate ethics, economic activities, dan corporate governance. Konsep-konsep terse but merupakan perkembangan lebih lanjut dari salah satu konsep dasar yang melandasi tujuan pendirian organisasi: tanggung jawab diajukan atas konsep demi sosial (social responsibility). ini adalah: pemilik perusahaan jawab juga sekitarnya? saja, Apakah ataukah atas kesejahteraan Siapa sesungguhnya hal tersebut; perusahaan harus pelanggan, yang beroperasi bertanggung dan masyarakat pencapaian dua tujuan terse but? yang harus bertanggung pemerintah harus perusahaan karyawan, Bagaimana menyeirnbangkan Pertanyaan jawab secara sosial dalam atau perusahaan? Konsep tanggungjawab sosial itu sendiri sesungguhnya memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari sekitar memperhatikan kesejahteraan pemilik dan pengelola organisasi menandakan serta masyarakat. bahwa para pengambil konsekuensi dari tindakan yang (environmental pentingnya keputusan diambilnya responsibility). Tauggung organisasi Tanggung jawab juga harus mempertimbangkan terhadap jawab dalam menerapkan sosial sosial lingkungan juga pandangan alam menandakan etika terhadap kebijakan atau strategi bisnis yang dilakukan. Sebagai contoh: perusahaan yang hendak mematuhi memasarkan aturan periklanan produknya melalui untuk media seperti: praktek promosi mengklaim sebuah utama, sedang makanan yang produk harus tidak menjadikan anak-anak sebagai pengambil keputusan dalam pembelian barang. Perusahaan melakukan televisi, juga cenderung membohongi sebagai kenyataannya makanan sehat produk dilarang konsumen, pengganti tersebut hanyalah suplemen terhadap makanan pokok. Pertimbangan etika juga harus menjadi sebuah prinsip pokok (axial principle) bagi seluruh organisasi, keputusan dalam melakukan dikatakan sebagai tersebut juga harus terutama segala sekali bagi setiap pengambil aktivitas. rnesin pernbuat keputusan, Semenjak maka organisasi tentunya mesin membuat keputusan yang dipenuhi oleh nuansa etika. 83 Artinya, pandangan etikalah yang akan setiap keputusan tersebut yang menandakan memandu organisasi bahwa dalam bisnis dan kelangsungan persaingan terhadap istilah penjaga etikalah yang akan melakukan kegiatan usahanya. Pertimbangan organisasi dalam mempertahankan hidup organisasi adlah "penjaga" tentang hanya pertimbangan yang tangguh, usaha menjadi diambil. Pengertian etika juga akan menolong depan, organisasi selalu pad a masa depan. Pada masa berkualitas, organisasi pertumbuhan dan kuat dalam menghadapi yang merupakan mesin pembuat keputusan berkualitas atas "ikatan" terhadap pertimbangan etika dalam proses pembuatan sudah keputusannnya. tidak dapat Pad a masa depan, lagi mengikutsertakan pengambil ide pemikiran keputusan dasar tentang manusia dalam ilmu ekonorni; manusia ekonomi rasional (rational economic man), yang tentunya berperilaku secara rasional (rational behaviour). Perilaku yang rasional dijelaskan sebagai perilaku pemenuhan kebutuhan ekonomi yang didorong oleh pandangan individualistis. Pandangan rasional dalam ilmu ekonomi dapat disamakan dengan pemenuhan kebutuhan dan keinginan atas kepentingan sendiri. Mengikutsertakan kesejahteraan orang lain. pandangan mengenai tindakan sosial dalam kegiatan ekonomi mengandung implikasi pembatasan atas pemenuhan hak individual. Dorongan untuk memenuhi kepentingan diri merupakan sesuatu yang dianggap alamiah, sebuah pandangan moral yang dapat dianggap setara dengan hukum gravitasi di alamo Dorongan tersebut bukan sebuah dosa yang harus ditanggung, namun merupa­ kan kewajaran atas hakekat kemanusiaan. Prinsip dasar ilmu ekonomi bahkan menegaskan bahwa pelaku kegiatan ekonomi digerakkan semata-rnata oleh pemenuhan kepentingan diri. Dengan kata lain, pemenuhan kegiatan ekonomi yang menyeluruh hanyalah merupakan kumpulan dari pemenuhan kepentingan diri setiap individu. Menurut pandangan ilmu ekonomi, satu-satunya tanggung jawab sosial, kewajiban manusia terhadap masyarakat adalah menghasilkan keuntungan dan kemakmuran bagi diri. Dimana tindakan tersebut pada akhirnya akan menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat. Keputusan yang diambil dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan diri adalah meningkatkan keuntungan diri dengan menekan pihak lain. Optimalisasi ala Pareto menegas­ kan bahwa kondisi yang paling efisien, yang paling optimal dalam memuaskan 84 kebutuhan adalah dengan menyebabkan orang lain menjadi lebih buruk kondisinya. Jargon utama yang dipakai adalah: "Selalu harus ada pengorbanan (pihak yang dikorbankan) untuk mencapai 'kernakrnuran bersama'", Pandangan ini menghilangkan kondisi saling menang (win-win solution) dalam kegiatan ekonorni, dan memunculkan kondisi menang-kalah (win-lose solution). Pan­ dangan normatif mengenai "apa yang seharusnya! yang sebaiknya! yang ideal" digantikan oleh pandangan positif; "bagairnana kenyataannya". Oleh hal asumsi dasar ini pertimbangan moral/ etika! akhlak dikesampingkan dalam mencapai tuj uan. Paradigma egosentrisme (self interest behaviour) yang merupakan warisan tunggal dari masa kebangkitan terus tumbuh berkembang selama masa keemasan ilmu ekonomi. Perkembangan yang berIangsung hampir dua abad terse but meninggalkan "sejumlah artifak pemikiran besar (artifacts of grand idea)" terhadap kaj ian lain yang berkembang kernudian, seperti manajemen dan teori organisasi. Manajemen keuangan sebagai contoh, memberikan batasan ketat tentang pandangan etika dalam kaj ian tersebut. Manajemen keuangan merupakan kajian tentang pemanfaatan untuk mencapai tujuan. Kajian tersebut berbicara tentang uang bagaimana mendapatkan dana (problem of how) dan bagaimana of where). Semenjak maka manajemen manusia keuangan merniliki menginvestasikan tujuan yang tidak membicarakan perputaran uang tidak dibicarakan dibicarakan dalam konteks nilai keputusan dalam besar terhadap (increasing the "bagaimanapun tersebut. metode value caranya" Sebagai pertimbangan dalam of money at all ini menghilangkan contoh: manajemen etika, pandangan etika, Artinya, hanya menaruh "pembiakkan uang" dicapai, dari dalam kegiatan apa. konteks ekonomi-keuangan. manajemen keuangan hendak tentang darimana, sumber mana dana didapat, dan hendak diinvestasikan Arus dana (problem namun pengambil perhatian bagaimanapun yang caranya costs). Pandangan tentang pertimbangan etika dari kajian keuangan sosial-lingkungan tidak memba­ has dalam kasus pendirian usaha penambangan emas seperti PT Freeport Gold Mining di Irian Jaya. Pandangan manusia rasional ekonomi dengan demikian dapat dikatakan 85 sebagai pandangan yang tidak menilai manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki etika (socio-ethical man). Manusia memasukkan pertimbangan etika dalam rasional ekonomi pengambilan hal terse but tidak relevan dengan kaidah-kaidah tidak keputusan, pencapaian perlu karena tujuan yang dianut secara umum. Sedang menurut pandangan manusia sebagai makhluk sosial-beretika, manusia selain merupakan juga harus menjadi manusia yang ekonomi. Semenjak keputusan, maka tentunya keputusannya manusia Langkah-langkah beretika dalam melakukan juga merupakan seluruh didasarkan manusia ekonomis rasional, dia aktivitas dalam sepenuhnya pengambilan makhluk proses kegiatan pengambil pengambilan atas pertimbangan keputusan etika. sebagaimana yang diisyaratkan dalam pandangan rasionalitas dan rasionalitas yang dibatasi dengan demikian harus seluruhnya berada dalam lingkup pertimbangan etika. B. Pertimbangan Etika dan Perilaku Organisasi Semenjak lingkup organisasi, keputusan manajer maka melakukan tentu pengambilan bahasan keputusan mengenai etika dalam pengambilan tidak Jengkap tanpa kita membahas tentang etika dalam lingkup perilaku organisasi. Disiplin perilaku organisasi merupakan "panduan" yang baik untuk memahami dan meningkatkan peran etika dalam organisasi, dalam pengambilan keputusan. Bila pemahaman yang benar didapatkan melalui disiplin tersebut, maka perilaku tidak etis dalam pengambilan keputusan dapat kita hindari. Etika (ethic) merupakan sebuah sistem mengenai atau ni lai. Etika juga merupakan moral dan nilai tertentu. bahasan tentang cara pandang terhadap sebuah standar Etika-etika (ethics) merupakan moral dan pilihan. Kajian tersebut dikotomis cara pandang: baik­ buruk, benar-salah, remang-remang" tentang standar moralitas studi mengenai membahas dan sejumlah sesuatu yang dapat dikelompok dua sisi "wilayah pada salah satu sisi; hitam atau putih, dan tidak pernah abu-abu, Kaj ian tentang moral ini memiliki batasan yang ketat tentang kategorisasi suatu tindakan, solusi, pilihan, dan bahkan konsekuensi. Implikasi dari etika akan selalu muneul dari setiap keputusan yang diambil. Para pengambil keputusan dalam hal ini diisyaratkan untuk memiliki komitmen terhadap penerapan moral dalam pengambilan 86 keputusan, dan memiliki keberanian untuk selalu menerapkan prinsip etika dan moralitas dalam beraktivitas sehari-hari. Studi tentang moralitas, kajian mengenai etika ini idealnya sudah meresap dalam budaya organisasi. Bila resapan pandangan etika berlangsufg dengan sempurna, maka etika dalam pengambilan keputusan tidak lagi menjadi jargon pemanis semata. Oleh karena itu, manajer membutuhkan kerangka berpikir konseptual guna memahami bagaimana membuat keputusan yang beretika. Etika-etika atau etika pengambilan keputusan (decision-making ethics) merupakan studi tentang penerapan pertimbangan-pertimbangan moral dalam proses pengambilan keputusan. Semenjak proses tersebut menunjukkan sejumlah langkah menuju pada pemilihan atas satu alternatif solusi atau tindakan, maka kaj ian ini membahas tentang pertimbangan moral yang selalu muneul pad a setiap tahap pengambilan keputusan. Kajian ini khusus membahas tentang etika, dan tidak membedakan apakah suatu keputusan didasarkan atas tesis rasional atau rasionalitas yang dibatasi, jenis keputusan, dan segala hal yang terkait dengan pengambilan keputusan. Tujuan akhir dari studi ini adalah meneiptakan eara pandang yang mantap mengenai pentingnya pertimbangan moral, etika pada setiap tahap pengambilan keputusan. Dengan kata lain, etika pengambilan keputusan memiliki ruang lingkup yang luas, dimulai dari pertimbangan etika dalam penentuan tujuan, pertimbangan etika dalam proses pengambilan keputusan, tahap penerapan tujuan sampai kepada dan tahap pertimbangan mekanisme feed etika dalam back pertimbangan etika bagi pencapaian tujuan selanjutnya pada masa depan. Untuk sampai keputusan, maka aspek pada tahap penerapan manajer perlu yang mempengaruhi moralitas memahami dalam pengambilan faktor-faktor atau aspek- perilaku yang beretika dan tidak beretika (ethical and unethical behaviour). Namun sebelum diskusi berjalan jauh, pembahasan tentang etika dalam kajian pengambilan mata disiplin manajemen keputusan akan dilihat dari kaca dan perilaku organisasi. Oleh pisau yang dipakai adalah dua kajian tersebut, maka definisi tentang etika dan etika-etika yang dipakai disesuaikan dengan manajemen dan sejumlah perilaku organisasi. konsep Pandangan yang terdapat mengenai etika dalam atas 87 disiplin lain seperti: agama dan filosofi, berada di luar diskusi ini. Kerangka berpikir untuk memahami perilaku etissl tidak etis dapat ditunjukkan melalui gam bar model perilaku etis dan tidak etis dalam organisasi . Terdapat sejumlah faktor ekstemal dan internal yang mempengaruhi perilaku pengambil keputusan di organisasi. Pada lingkungan eksternal dapat terlihat ada faktor-faktor yang yang mempengaruhi mempengaruhi perilaku secara melalui langsung perilaku, lingkungan dan internal. Faktor perubahan kondisi ekonomi dan politik mempengaruhi perilaku melalui desain, struktur, dan budaya organisasi. Tiga faktor tersebut kemudian mempengaruhi lingkungan internal organisasi Faktor dominan (namun bukan utama) dapat mempengaruhi perilaku pengambil keputusan yang dalam organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi (organisational or corporate culture) itu sendiri merupakan sebuah sistem tata nilai yang dibagi oleh seluruh anggota suatu organisasi yang berkaitan keyakinan mengenai bagaimana sebuah perusahaan perwakilan dari kelompok. dengan hal penting, dan serangkaian fenomena dunia ini berjalan. Budaya dari atau organisasi bentuk yang dapat dinyatakan interaksi kelompok Budaya perusahaan sebagai dan harapan-harapan mencakup sejumlah faktor kunci: sebuah dari norma, keyakinan, tata nilai, standar, ritual, struktur, nuansa, dan tipe dari interaksi yang diharapkan keseluruhan tindakan. terjadi di perusahaan. kebijaksanaan Konsep manajemen, dari budaya Budaya perusahaan prosedur, perusahaan mencakup tujuan, strategi, menekankan dan pada akumulasi reflektif atas persepsi bawah sadar yang disebarluaskan kepada para anggota suatu organisasi. Persepsi ini dapat meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinan, dan niIai terhadap sesuatu. Faktor lingkungan internal ini mempengaruhi tata nilai yang dianut seluruh anggota organisasi. Bila tata nilai yang terbangun adalah baik, maka akan terbentuk cara pandang ten tang bagaimana mengelola organisasi yang baik pula. Perubahan cara pandang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajemen Semenjak dan sistem pengawasan manusia yang berbeda-beda, merupakan maka seluruh perilaku seluruh anggota organisasi. aktor yang selalu memainkan peran faktor, baik internal maupun eksternal 88 tersebut akan mempengaruhi pandangan sang aktor tentang bagairnana peran seharusnya dimainkan dalam organisasi. Peran yang dimainkan tentunya berada dalam koridor "skenario" yang telah dirancang organisasi. Oleh karena itu, organisasi perlu membangun sebuah sistem pengawasan perilaku yang baik. Sistem pengawasan perilaku yang baik akan mendorong timbulnya kinerja manajemen yang membantu berkualitas. terbentuknya perilaku Tujuan yang akhirnya beretika, tidak lain adalah termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Kinerja manajemen karena keduanya dan sistem pengawasan bertindak sebagai sebuah "rnekanisme (filtering mechanism)", yang bertugas menyaring dengan pencapaian tujuan sejumlah bentuk kongkrit, pegawai organisasi. seperti penyaringan perilaku yang tidak sesuai Mekanisme Daftar Penilaian terse but mempunyai Pegawai (DP3) untuk negeri. Mekanisme penyaringan mernilah-milah manajer yang baik dan manajer yang buruk. Dalam sebuah mekanisme sistem pencatatan perilaku yang baik merupakan adanya yang baik ini penting sebuah sistem yang berkualitas, penyaringan, suatu sebuah keharusan. Tanpa masalah perwakilan (problem of trusteeship) sebagai akibat adanya penyimpangan tindakan oleh adanya konflik kepentingan organisasi. (conflict of interest) akan mendatangkan Masalah perwakilan yang muncul merupakan perilaku yang tidak beretika, oleh sebab buruknya sistem pengawasan Faktor belakang pendidikan, lain yang keluarga, mempengaruhi dan media. mempengaruhi persepsi pengambil Cara pandang perwujudan dari kinerja manajemen dan perilaku Faktor-faktor adalah latar ini tidak dapat perilaku. Namun faktor-faktor mempengaruhi cara pan dang (lebih tepatnya dan near bagi perilaku dan tindakan manajer. eksternal dikatakan langsung kerugian keputusan, gaya pemikiran) tersebut yang dianut tentang tat a nilai dan prinsip moral. dan persepsi tentang tata nilai dan prinsip moral kemudian akan mengalami proses penyaringan setiap saat. Organisasi yang merupakan mesin pembuat keputusan dengan penyaringan proses perilaku pembuatan demikian para anggotanya selalu melakukan setiap keputusan. Mekanisme saat, mekanisme termasuk dalam yang baik akan menghasilkan 89 sejumlah keputusan yang dilandasi oleh nilai etika, dan demikian pula sebaliknya. Sernenjak perilaku seorang dipengaruhi oleh sejumlah pengambil keputusan faktor, yang kemudian mengalami proses penyaringan, kerangka pemikiran yang akan perilakunya selalu akan selalu maka tentu pengambil keputusan memiliki berbeda tentang bagaimana seharusnya pengambilan keputusan dilandasi oleh etika. Manajer dapat mempertanyakan tentang etika apa yang dianut organisasi dalam pengambilan keputusan. Manajer juga dapat mempertanyakan tentang bagaimana proses pengambilan keputusan, penentuan pilihan tentang sebuah Perbedaan faktor-faktor dan persepsi yang pengambil proyek mem­ pengaruhi keputusan dilandasi perilaku, tentang etika oleh etika. cara pandang menghasilkan konsep mengenai kriteria atas etika dalam pengambilan keputusan. Kriteria pedoman, saling dalam ini dapat disamakan terhadap etika. atau preferensi bekerja sebuah hal sarna dalam keputusan, sebuah dengan Walau tim yang cara pengambil pandang, keputusan kokoh untuk menentukan namun tetap saja perbedaan kriteria atas etika ini akan selalu muncul. Setiap perbedaan kriteria akan menghasilkan perbedaan dalam penggunaan pendekatan, pengambilan keputusan metode, konsep yang atau bahkan teknik terhadap akan dilandaskan pada etika. C. Kriteria Etika Dalam Pengambilan Keputusan Pengambil keputusan dalam organisasi dapat menggunakan kriteria pengambilan beberapa keputusan beretika: atas paham manfaat (utilitarianism), fokus atas hak (rights), berdasarkan pemenuhan kewajiban atas keadilan (justices, fokus terhadap (obligations) dan atas pandangan efek reputasi (reputation effect). Setiap kriteria memiliki kekuatan dan kelemahannya masingmasing, dan setiap kriteria tidak dapat dikatakan sebagai kriteria yang terbaik. 1. Paham Manfaat Kriteria yang pertama didasarkan semata-mata atas hasil atau konsekuensi dari sebuah keputusan. Paham manfaat ini menunjukkan keputusan dibuat untuk menghasilkan jumlah terbesar kebaikan/ bahwa suatu manfaat terbesar bagi (to provide the greatest good for the greatest number). 90 Pandangan kegiatan ini memiliki konsistensi bisnis: dengan tujuan yang hendak efektivitas, efisiensi, yang tinggi. Pandangan keputusan dalam seksama, paham produktivitas, ini juga mendominasi kegiatan kualitas dan laba pemikiran para pengambil bisnis selama ini. Bila diperhatikan ini memiliki diraih akar pada pemikiran secara manusia rasional ekonomis peninggalan pandangan ekonomi klasik. Dengan meningkatkan kinerja organisasi untuk meraih tingkat (Return On Investment, ROI) sebesar pengembalian atas investasi 18 %, pengambil keputusan dapat mengatakan bahwa mereka telah rnenjarnin dan menyediakan yang menyeluruh bagi semua pihak. Nilai ROI tersebut pada akhirnya akan dialokasikan kembali kepada Keputusan untuk merelokasikan Indonesia ke Vietnam merupakan pandangan kebaikan seluruh pemilik pabrik manufaktur Kekuatan efisiensi dan demikian difokuskan dari pandangan ini produktivitas terutama menurut adalah dari kriteria penilaian dapat faktor meningkatkan organisasi. Pertimbangan sekali daya. elektronik Sony dari contoh kasus berikutnya etika atas dasar paham manfaat ekonomis. sumber etika dengan terhadap bagaimana tujuan akan diraih. Namun kelemahan dari paham ini adalah paham ini dapat menekan hak-hak individu yang memiliki posisi minoritas dalam organisasi. itu, pandangan parsial, yang Sehingga atas etika ditujukan berdasarkan semata-mata bisa terjadi pertimbangan paham terhadap etika ini adalah bersifat pencapaian selama Selain proses tujuan. penetapan tujuan sampai pernilihan alternatif solusi tidak dilakukan. 2. Fokus Pemenuhan Hak Kriteria kedua mendiskusikan hak-hak indivual, tepatnya etika sebagai hak azasi keputusan yang berlandaskan menandakan bahwa proses pengambilan harus memberikan tempat atas etika bagian manusia. menurut keputusan, bagi penghargaan (respecting and protecting) atas hak mendasar individu. tersebut dapat kemerdekaan berupa hak atas untuk mengemukakan hak untuk mendapatkan perlakuan kebebasan dari pemenuhan Pengambilan pandangan ini sebuah keputusan, dan perlindungan Dimana hak-hak pribadi (right to privacy), pendapat (right to free speech), dan dan lingkungan kerja yang layak 91 (right to healthy working environment). Kekuatan dari pandangan proses pengambilan yang menghargai keputusan akan memasukkan ini adalah pertimbangan etika seluruh hak azasi manusia, hak para pekerja, dan melindungi seluruh anggota organisasi dan stakeholders dari tindakan yang tidak beretika. Selain itu, kriteria ini juga konsisten dengan pasal-pasal mengenai perlindungan hak-hak azasi manusia dalam kegiatan bisnis yang disepakati oleh masyarakat internasional. Kelemahan dari kriteria ini adalah fokus yang berlebihan terhadap hak-hak menjadi bumerang azasi yang mengurangi tingkat organisasi. Pengurangan memberikan efek negatif tingkat bagi manusial efisiensi tersebut pada pertumbuhan pekerja dapat dan produktivitas akhirnya akan organisasi dalam jangka panjang. Contoh kasus; kebangkrutan beberapa perusahan tekstil di Jawa Barat. sedang Para karyawan perusahaan meminta hak upah minimun tidak dapat memenuhi mereka permintaan dipenuhi, mereka oleh kondisi perusahaan yang sedang kesulitan keuangan oleh kegiatan ekonomi yang tidak menentu. Hal tersebut juga diperparah oleh praktek high cost economy yang berlaku di Indonesia. Paksaan untuk memenuhi mereka mau tidak mau menghabiskan cadangan keuangan hak-hak perusahaan, yang pada akhirnya berimbas pada total persed iaan dana perusahaan. 3. Berdasarkan Pertimbangan Keadilan Kriteria ketiga didasarkan dimaksud dengan keadilan atas pertimbangan dalam keputusan yang berlangsung menekankan pada di hal ini? keadilan. Proses organisasi pentingnya penerapan Apa yang pengambilan dilakukan dengan aturan main yang jelas, adil, dan tidak memihak satu pihak tertentu. Menurut pandangan ini etika dalam pengambilan keputusan merupakan kasus penentuan posisi yang tepat mengenai akan menghasilkan bagaimana keseimbangan risiko, secara sebuah keputusan distribusi manfaat! keuntungan merata di seluruh dan juga biaya, dan juga organisasi. Semenjak organisasi merupakan sebuah sisteml mesin pengambilan keputusan, dimana setiap orang yang bergabung adalah bagian dari mesin terse but, maka tentu keseimbangan distribusi harus terjadi. Contoh kasus dari kriteria tentang etika ini adalah permintaan serikat pekerja untuk meminta pembayaran 92 gaji atau upah yang sarna rata untuk sebuah pekerjaan tanpa memandang perbedaan kinerja. Namun tentunya kasus tersebut merupakan perwujudan yang salah dari kriteria ini. Untuk kriteria keadilan, bukan penya­ marataan adalah keadilan yang pencapaian dituju. akan melindungi yang cenderung tidak praktek-praktek bisnis kesejahteraan merata Kekuatan bagi dan ini golongan minoritas mendukung memberikan keadilan, keseimbangan, ini menimbulkan penyamarataan, kriteria Selain itu, pandangan ini juga yang dan di organisasi dan lemah dari stakeholders. Kelemahan adalah sebagaimana yang telah disampaikan itu pandangan dari kepentingan memiliki perwakilan segi otoritas dan kekuasaan. keseimbangan, dan dari kriteria ini pada contoh kasus. Selain seman gat untuk selalu mencapai tahap bukan keseimbangan. Kesalahkaprahan semangat untuk pandangan meneapai tersebut tahap pada akhirnya dapat mengurangi inovasi, efisiensi, dan produktivitas organisasi. Bila tidak hati-hati, kriteria tentang etika atas dasar keadilan akan memandu pengambil keputusan pada pandangan raneu atas konsep sarna rata, sarna rasa. 4. Fokus Pemenuhan Kewajiban Organisasi didirikan untuk memenuhi dua tujuan; pencapaian tujuan pribadi dan tujuan sosiall umum. Pandangan kedua menghasilkan corporate responsibility. Organisasi kemampuan tinggi Tanggung besar dalam jawab organisasi nilainya organisasi. organisasi mengabaikan yang efektif dapat dipastikan menyeimbangkan terhadap dengan tanggung Tanpa tidak peran pencapaian masyarakat jawab berjalan tanggung dengan jawab memiliki dua sesungguhnya mereka masyarakat (konsumen), dapat konsep social/ terhadap maka kegiatan baik. Organisasi sosialnya tujuan. sarna pemilik bisnis yang terhadap lingkungan akan mengalami kerugian besar dalam jangka panjang. Terlebih lagi bila konsumen menilai sebuah produk tidak hanya dari fitur yang diperlihatkan, namun juga dari Gerakan konsumen perlindungan peran hijau serta organisasi terhadap dan pendirian yayasan konsumen merupakan bukti kegiatan tentang lembaga sosial. dan pentingnya 93 pemenuhan kewajiban tanggung organisasi sebagai jawab terhadap kode etik dalam organisasi. sosial dilakukan Penetapan organisasi. masyarakat dengan penentuan tujuan demikian sejumlah kebijakan organisasi, Pemenuhan dan dijadikan dan strategi proses pengambilan keputusan untuk menemukan solusi terhadap pencapaian tujuan dengan demikian akan selalu diisi oleh sejumlah pertimbangan "penentuan etika mengenai porsi" dari peran tanggung jawab sosial organisasi. Contoh kasus: sebuah perusahaan hendak mengeluarkan produk baru. Perusahaan tentu harus mempertimbangkan tersebut strategi promosi yang tepat agar produk laku. Di sisi lain, perusahaan sosialnya kepada masya­ rakatl juga harus menunjukkan konsumen. Pertanyaan tugas yang diajukan adalah: bagaimana peru sa­ haan dapat menyeimbangkan harus antara kegiatan promosi dengan kegiatan sosial? 5. Pandangan Terhadap Efek Reputasi Salah satu pengaruh penting penerapan pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan adalah untuk meraih efek reputasi organisasi. Kriteria ini tidak terlalu jauh berbeda dengan kriteria pemenuhan hak, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Organisasi yang selalu menjadikan etika· sebagai landasan dalam kegiatan bisnis akan dinilai positif oleh konsumen dan rekanan bisnis. Penilaian positif merupakan prasyarat utama bagi organisasi untuk mendapatkan kriteria organisasi bereputasi baik, dimana hal tersebut merupakan harta terbesar bagi organisasi. Dalam tentunya) diistilahkan laporan keuangan, efek reputasi (yang baik sebagai good will. Dimana letak dari efek reputasi terse but adalah di sisi aktiva. Hal ini menandakan bahwa reputasi merupakan hasil "investasi" tindakan, kebijakan dan strategi yang dipenuhi oleh pertimbangan-pertimbangan etika. didasarkan atas pertimbangan Pengambilan keputusan kriteria etika ini selalu akan berpikir untuk menemukan cara melakukan investasi yang dapat menghasilkan yang baik bagi organisasi. Efek reputasi membantu menjelaskan manajer organisasi tidak dan pegawai merupakan membangun berperilaku mengikuti aturan sebuah sistem, maka sebuah budaya yang dan standar reputasi mengapa etika. Semenjak organisasi etika sebagai yang pilar kegiatan 94 bisnisnya akan memberikan efek reputasi yang negatif bagi anggotanya. Pihak luar pada umumnya menilai dengan memakai cara pandang "pukul rata" terhadap para pengambil mengindahkan etika keputusan di organisasi yang tidak sebagai "orang yang tidak memiliki etika". Walau berlaku peribahasa "karena nila rusak susu sebelanga", namun tetap saja persepsi manusia sulit diubah. Perilaku tidak dilakukan sebagian seluruh etis, penyimpangan pengelola anggota organisasi organisasi perilaku, dan tindakan akan memberikan dan tentu memberikan yang imbas pada efek reputasi negatif. Nilai good will yang rendah merupakan indikator terbaik bagi pihak luar dalam menilai perilaku etis pengambil keputusan kasus adalah kumulatif perilaku tidak etis yang ditunjukkan pengelola organisasi perbankan, uang nasabah yang terwujud yang besar, membuat membantu keputusan ditujukan untuk meningkatkan kriteria etika atas dasar tentu ban yak maka kriteria efek reputasi oleh beberapa pengelola keputusan reputasi di mata masyarakat. yang Sebagaimana kewajiban tanggung jawab akan memberikan bank perilaku. Efek reputasi dalam menghasilkan pemenuhan Contoh menilai buruk terhadap tidak melakukan penyimpangan pengambil organisasi. pad a tingkat pembobolan masyarakat hampir seluruh sistem perbankan. Walau yang sesungguhnya di sebuah sosial, manfaat yang besar dalam jangka panjang. Dan kriteria ini membantu keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka terbangun atau panjang. Kelemahan dari kriteria ini adalah efek reputasi melalui perilaku yang beretika. Artinya, efek ini merupakan hasil akibat dari sebab perilaku beretika. Ketika sejumlah organisasi gagal menerapkan perilaku etika dalam pengambilan anggota keputusan, maka seluruh anggota organisasi akan terkena "getahnya". Oleh karenanya penting bagi organisasi memantau penerapan dari kriteria ini dalam pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan di organisasi yang "bermazhab untuk selalu mendapatkan laba (for profit dogmatis" only organisation), cenderung lebih menyukai pandangan etika atas dasar paham manfaat. Hal ini masih berlaku dalam sejumlah praktek bisnis pada saat ini. Berdasarkan pertama seluruh keputusan yang diambil organisasi selalu kriteria diorientasikan 95 untuk mencapai: organisasil kepentingan kepentingan individu pemegang (self saham interest) dan (the interest of kepentingan organisation/ stockholders). Lalu kemana kepentingan stakeholders? Oleh pertanyaan tersebut, kriteria keadilan, pemenuhan hak azasi, pemenuhan kewajiban, dan efek reputasi dimajukan sebagai penyeimbangan pandangan pertama. Seluruh kriteria pada akhirnya memberikan kerangka berpikir yang baik bagi pengambil keputusan dalam menerapkan pertirnbangan-pertimbangan etika terhadap proses pengambilan keputusan. Pernyataan ini menandakan bahwa suatu proses pengambilan keputusan, baik yang berlandaskan atas pandangan rasional maupun rasionalitas yang dibatasi, dan berjenis terstruktur maupun tidak terstruktur, akan didasarkan atas pertimbangan etika berlandaskan atas sejumlah kriteria tersebut. Dimana dalam hal ini kriteria-kriteria etika tersebut dapat dibagi menjadi sub­ sub kriteria yang menunjukkan sejumlah pertimbangan etika, yang tentunya dianggap relevan terhadap pencapaian tujuan. Kriteria-kriteria etika yang dijelaskan di atas tentunya tidak dapat diambil begitu saja mentah-rnentah. Tidak terdapat kriteria terbaik yang dapat diguna­ kan. Kriteria tentang etika dalam pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisasi. Artinya, penerapan dari setiap kriteria akan dipengaruhi oleh perubahan variabel lingkungan yang pesat. Pengambil keputusan dapat saja menggunakan gabungan kriteria untuk menghasilkan sejurnlah pertimbangan· etika dalam pengambilan keputusan. Memajukan pandangan dikotomis bukanlah sebuah cara yang elegan. Seluruh kriteria ini membantu pengambil keputusan dalam menilai apakah sebuah alternatif solusi, tindakan beserta konsekuensinya sudah memasukkan pandangan etika atau belum. Semenjak proses pengambilan keputusan dibantu oleh penggunaan sejumlah teknik pengambilan keputusan, maka tentunya kriteria di atas perlu diintegrasikan dalam teknik-teknik pengambilan keputusan yang dipakai. Pertimbangan etika yang digunakan dalam pengambilan keputusan juga harus mempertimbangkan ,nilai etika yang dianut suatu bangsa. Setiap bangsa atau suku bangsa mempunyai cara pandang tersendiri tentang etika. Pada umumnya, faktor keunikan budaya merupakan pandangan mendasar yang menghasilkan perbedaan cara pandang terhadap etika. Sebagai contoh: di negaranegara Timur Tengah, memperlihatkan aurat wanita untuk sebuah iklan body lotion 96 di papan iklan merupakan hal yang melanggar etika. Namun bagi masyarakat barat, iklan demikian bukan rnasalah. Iklan rokok di televisi pada saat ini di Amerika merupakan hal yang melanggar kode etik periklanan, dan pemerintah sudah melarang kemunculan iklan rokok di televisi. Di beberapa negara Asia, iklan rokok masih dianggap sesuatu yang wajar, dan tidak melanggar etika. Walau muncul gerakan etika untuk melarang kemunculan iklan rokok di televisi. Ilustrasi paling baik dan paling sering tentang pertirnbangan etika di bidang bisnis adalah kisah The Body Shop. Kisah mengenai perusahaan yang berwawasan lingkungan tersebut diikuti pada sejumlah buku teks pernasaran, perilaku konsumen, atau etika bisnis. Perusahaan terse but rnenjadikan the societal marketing concept sebagai pilar utama pendukung kegiatan bisnisnya, dan hal tersebut bertepatan dengan kemunculan gerakan konsumen hijau di daratan Eropa. Pertimbangan kriteria etika untuk mernenuhi kewajiban sosial sekaligus meraih manfaat bisnis telah menjadikan perusahaan The Body Shop berhasil meraih simpati konsumen di seluruh dunia. Kisah perusahaan tersebut merupakan salah satu contoh terbaik tentang penggunaan pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan bisnis. Perbedaan cara pandang tentang etika di setiap negara, atau masyarakat tertentu, mendorong pengambil keputusan untuk mempertirnbangkan kriteria etika yang cocok digunakan dalam kasus tertentu. Pertimbangan etika memang tidak dapat digunakan secara pukul rata, namun pertimbangan tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Namun pada intinya, setiap rnanajer dan organisasi harus selalu, dan wajib untuk, menerapkan pertimbangan-pertirn­ bangan etika dalarn pengambilan keputusan, dalam menentukan kebijakan dan strategi bisnis. Pertimbangan etika tentu, merupakan sebuah pilihan: "Ethics now, later, or never. You choose". 97