masalah lingkungan hidup dan dampak sosialnya

advertisement
557
•
MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA
_ _ _ _ ___ Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A. _ _ _ _ _ __
Pengantar
Secara etimologis, maka dampak
ber~rti pelanggaran,
tubrukan atau
benturan. Oleh karena itu, maka dampak sosial dapat diartikan sebagai pelanggaran sosial , tubrukan sosial at au
benturan sosial. Hal itu berarti, bahwa
di dalam keadaan-keadaan so sial tertentu , terjadi pelanggaran-pelanggaran,
tubrukan-tubrukan ataupun benturanbenturan.
Keadaan so sial atau situasi sosial
terjadi di dalam wadah-wadah tertentu. Mungkin wadah tersebut dinamakan negara , masyarakat, keluarga luas
(extended family), keluarga batih
(nuclear family), dan seterusnya. Wadah-w adah terse but dapat pula dinamakan lingkungan sosial, yang merupakan suatu lingkungan di dalam mana
terjadi peristiwa-peristiwa so sial tertentu.
Peristiwa-peTistiwa sosia! terse but
senantiasa menyangkut kejadian-kejadian yang berkaitan dengan hubungan
antar manusia pribadi, hubungan antara manusia pribadi dengan kelompok
· lainnya. Secara sosiologis hubungan
hubungan terse but lazimnya dinamakan interaksi so sial. Di dalam setiap
interak si so sial senantiasa terjadi proses saling pengaruh mempengaruhi antara pihak-pihak yang mengadakan interak si tersebut.
Secara sosiologis, maka apabila terjadi interaksi sosial yang berulang kali
sehingga terjadi pola-pola tertentu,
maka akan timbul kelompok so sial.
Kelompok sosial terse but merupakan
himpunan atau kesatuan orang-orang
yang mempunyai kepentingan bersama
yang sedemikian eratnya, sehingga masing-masing anggota kelompok merasa
menjadi bagian daTi kelompok so sial
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Kehidupan berkelompok di dalam
kelompok-kelompok sosial terse but
cenderung menghasilkan kebudayaan
Kebudayaan tadi merupakan hasil kar·
ya, hasil cipta dan hasil rasa yang kesemuanya didasarkan pad a karsa. Hasil
karya terse but merupakan bagian kebudayaan yang dinamakan kebudayaan kebendaan/kebudayaan materiel.
Hasil cipta, hasil rasa dan karsa merupakan ke budayaan spiritual/kebudayaan immateriel. Hasil cipta menim bulkan ilmu pengetahuan, hasil rasa menim bulkan kesenian, sedangkan karsa
menghasilkan kaidah-kaidah atau norma-norma.
Sistem norma-norma di dalam masyarakat merupakan patokan untuk
berperilaku secara pantas (behoorlijk).
Norma-norma terse but merupakan pe•
rilaku yang bertujuan atau berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, yang kesemuanya mempunyai wadah tertentu, yang di dalam
sosiologi dinamakan lembaga sosial
(social institution).
•
SS8
Hukum dan Pembangunan
gai berikut:
Norma-norma yang mengatur perilaku manusia, menimbulkan penilaian
- Kepercayaan yang merupakan peatau penghargaan tertentu terhadap
mahaman terhadap semua aspek
hal-hal tertentu pUla. Penilaian at au
alam semesta yang dianggap sebagai
penghargaan tersebut menimbulkan lasuatu kebenaran (mutlak).
pisan-lapisan so sial di dalam masya- Perasaan dan pikiran, yakni suatu
rakat. Artinya, pihak-pihak yang mekeadaan kejiwaan manusia yang memiliki hal-hal yang dihargai oleh manyangkut keadaan sekelilingnya
syarakat, lazi!:nnya menduduki posisi(baik yang bersifat alamiah maupun
posisi tertinggi di dalam sistem lapisanlapisan so sial, yang dinamakan stratisosial).
fikasi so sial.
- Tujuan, yang merupakan suatu citaOrang-orang yang menduduki posicita yang harus dicapai dengan cara
si-posisi tertinggi di dalam sistem stramengubah sesuatu atau ,mempertatifikasi sosial, adalah mereka yang piahankannya.
•
sanya mempunyai kekuasaan dan we- Kaidah atau · norma yang merupawenang. Kekuasaan . merupakan kekan pedoman untuk berperilaku semampuan yang ada pada pihak-pihak
cara pantas.
tertentu, sehingga dapat mempengaruhi pihak lain untuk melakukan hal- Kedudukan dan peranan; kedudukhal yang dikehendaki pemegang kekuaan merupakan posisi-posisi tertentu
saan. Apabila kekuasaan tersebut disecara vertikal, sedangkan peranan
akui oleh masyarakat, maka kekuasaadalah hak-hak dan kewajiban-kean itu menjadi wewenang.
.
wajiban baik secara struktural mauDemikianlah secara garis
besar kehipun
prosesual.
,
.
dupan bersama yang berproses di da- Pengawasan yang merupakan prolamsuatu wadah yang dinamakan mases yang bertujuan untuk mengajak, .
syarakat. Setiap gejala yang dijelaskan
mendidik atau bahkan memaksa
di muka, saling berkaitan dengan eratwarga masyarakat untuk mentaati
nya, sehingga
terjadi pula proses sanorma-norma dan nilai-nilai yang
,
ling pengaruh mempengaruhi. Masyaraberlaku dalam masyarakat.
kat itu sendiri, sebenarnya merupakan
- S.anksi, yakni persetujuan atau pesuatu sistem so sial tersendiri; artinya,
nolakan terhadap perilaku tertentu.
masyarakat merupakansuatu keseluPersetujuan terhadap perilaku terruhan yang tersusun (oleh karena tertentu dinamakan sanksi positif, sediri dari unsur-unsur atau anasir yang
dangkan penolakannya dinamakan
saling berhubungan). Kalau susunan
sanksi negaratif. Sanksi, negatif tertersebu.t terganggu keserasiannya, masebut mencakup:
ka akan terjadi masalah-masalah sosial
A. Pemulihan keadaan,
yang dengan sendirinya akan merupaB. Pemenuhan keadaan,
kan pengaruh yang negatif bagi selu- ·
C. Hukuman, yang terdiri dari:
ruh lingkungan so sial y~ng bersangkut1. Hukuman perdata,
an.
2. Hukum administratif,
Sistem sosial masyarakat
3. Hukuman pidana yang mencakup:
Secara struktural, maka setiap maa. Hukuman riel ,
syarakat merupakan ' sistem so sial apab. Hukuman idiel.
bila terdapat unsur-unsur pokok, seba-
•
559
Lingkungan Hidup
-
Fasilitas, yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai (dan telah ditentukan terlebih dahulu).
- Kelestarian dan kelangsungan hidup.
- Keserasian antara kualitas hidup dengan kualitas lingkungan.
Secara mikro , maka unsur-unsur pokok tersebut di atas juga akan dapat
diiumpai pada bentuk-bentuk atau wadah-wad ah kehidupan lainnya , misalnya , di dalam suatu keJuarga batih.
Sebagai suatu sistem sosiaJ, maka keluarga batih juga mempunyai unsurunsur pokok terse but, umpamanya:
- Adanya suatu kepercayaan , bahwa
terbentuknya keJuarga batih merupakan kodrat aJamiah.
- Adanya perasaan dan pikiran tertentu dari seorang anggota keJuarga batih terhadap anggota Jainnya
yang mungkin terwujud daJam rasa
saling menghargai , bersaing, dan seterusnya.
- Tujuan adanya keJuarga batih adaJah, an tara lain, agar manusia mengaJami sosialisasi dan mendapatkan
jaminan akan ketenteraman hid upnya.
-
Setiap keJuarga batih mempunyai
norma-norma yang mengatur hubu ngan antara suami dengan isteri,
anak-anak dengan ayah dan ibunya , dan seterusnya.
-
Setiap anggota keJuarga batih mempunyai kedudukan dan peranan masing-masing , bail< secara internaJ
maupun eksternal.
.
- Oi daJam set iap keJuarga batih Jazi mnya tcrdapat pro ses pengawasan
tertentu , yang semuJa datang dari
orang tua yang dipengaruhi o Jeh
pola pengawa san yang ada di dalam
masyarakat.
-
Sank si-sa nksi tertentu juga dikem-
bangkan di dalam keluarga batih,
yang diterapkan kepada mereka
yang berbuat benar at au salah.
Sarana-sarana tertentu juga ada
pad a setiap keluarga batih, umpamanya, sarana untuk mengadakan
pengawasan , sosialisasi, dan seterusnya .
Suatu keJuarga akan memelihara keJestarian hidup maupun kelangsungannya, di daJam proses yang serasi.
-
Secara sadar dan terencana (kadangkadang juga tidak) keJuarga-keluarga batih berusaha untuk mencapai
tingkat kualitas hidup tertentu yang
diserasikannya dengan kualitas lingkungan aJam maupun lingkungan
sosialnya.
Dampak pada sistem sosial
Sebagaimana dijelaskan secara singkat di muka, maka dampak berarti pelanggaran, tubrukan at au benturan.
KaJau arti terse but dipegang secara
kon sisten , maka suatu dampak senantiasa mempunyai pengaruh yang negatif. Oengan demikian , maka dampak
pada siste m sosial membicarakan pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ada pada suatu sistem sosial tertentu, misalnya, masyarakat , keJuarga
dan seterusnya.
Oi dalam mem bicarakan masaJah
dampak pada sitem sosiaJ, maka perJu
diadakan pem batasan-pembatasan terJebih dahuJu. Tulisan ini, hanya akan
mem batasi pem bicaraan pada dampak .
yang berasal dari faktor-faktor biopsikhogenik dan sosiogenik dan sosial budaya . Faktor-faktor biopsikhogenik
dan sosiogenik merupakan kekuatankek uatan ekspresif yang timbuJ sebagai
jlkibat adanya dorongan-dorongan bioJogis dan psikoJogis. Kekuatan-kekuatan. normatif mencakup faktor-faktor
sosiaJ-budaya yang sebenarnya timbul
dari Iingkungan so sial dan kebudayaan
-
Nopember 1984
560
.. Hukum dan Pembangunan
masyarakatitu sendiri. Secara visual-
sistematis gambarannya, adalah sebagai
berikut:
•
Faktor-faktor
biopsikhogenik
Faktor-faktor
sosial
•
Kekuatan-kekuatan
Ekspresif r .r
Kekuatan-kekuatan
normatif
!
•
Faktor-faktor
sosiogenik
Faktor-faktor
budaya
,
•
DAMPAKSOSIAL
Masing-masing faktor terse but di atas
dapat dijabarkan ke dalam hal-hal
yang lebih sempit lagi, yaitu sebagai
berikut (Juan B. Cortes & Florence M.
Gatti 1972 : 190):
-
Faktor biopsikogenik:
A. Faktor pisik ( misalnya bent uk
mesomorfik)
B. Defisiensi psikologis
C. Kebutuhan dan eksesnya.
A.
•
B.
C.
Faktor sosiogenik :
Asosiasi diferensial
Frustrasi
Pelbagai tekanan.
-
Faktor sosial:
A. Ketaatan yang rendah terhadap
norma-norma
B. Gangguan te.rhadap kehidupan
keluarga
C. Disorganisasi sOsiai.
- Faktor budaya:
A. Kesempatan atau peluang
B. Moralitas rendah
C. Konflik kebudayaan.
•
Hal-hal tersebut di atas akan dijelaskan secara singkat, walaupun seringkali harus dikaitkan dengan teori-teori
atau konsepsi-konsepsi yang berasal
dari masyarakat Barat. Dengan sengaja
teori-teori dan konsepsi-konsepsi itu
diketengahkan , agar supaya dapat diujikan di dalam kenyataan di I ndonesia, sehingga prasangka . mengenai halhal yang berasal dari masyarakat Barat
akan dapat dihilangkan.
.
.
Faktor-faktor biosikhogenik
Faktor pisik dari manusia sudah
lama diteliti secara iImiah, walaupun
hasil-hasilnya tidak selalu memuaskan,
sehingga sukar untuk
dijadikan
tolok
•
ukur yang mantap. Mengenai masalah
ini dengan tepatnya Contes dan Gatti
menyatakan, sebagai berikut (J uan B.
Cortes & Florence N. Gatti 1972 : 46)
"On the whole, it appears to be a safe can·
clusion that constitution, on physique, is
the type of body structure, the more static element, so to speak, of personality;
temparament would be the affective and
•
Lingkungan Hidup
•
reactive pattern. the natural or more spontaneous disposition corresponding to such
physique. Personality. the more complex
and highest culturally conditioned level
of an individual. would be . . . the dyna•
mic and unique organization characteristic
Circular type
(Extreme Endomorph)
•
•
of an indtfidual.
Kalau hal-hal tersebut diterapkan, maka akan diperoleh gambaran luas, sebagai berikut (Juan B. Cortes & Florence
N. Gatti 1972 : 23 dan 47) .
Triangular Type
(Extreme Mesomorph)
•
•
v
Vital Type
Amiability
1. Dependent on the
group
2. Relaxed
3. Calm
4.Kind
5. Love of relaxation
6. Extravert of affect
7. Extensive rapport
8. Cheerful-depressed
9. SelJ:satisjied
10. Soft-tempered
11. Complacen t
12. Amiable
13. Warm
14. Affected
15. Toleran t
16. Generous
17. Forgiving
18. Needs people
when disturbed
19. Stress on being
20. Lets things
happen
561
Motive Type
Activity
Linear Type
(Extreme Ectomorph)
•
•
Mental Type
Interiority
Dominant of the group
Detached from the group
Assertive
Energetic
Confident
Love of risk
Extravert of action
Enduring rapport
Even-explosive
Self-assured
Quick .tempered
Trascible
Talkative
Active
Reckless
Aggressive
Enterprising
Ougoing
Needs action
when distrubed
Stress on doipg
Makes things
happen
Anxious
Tense
Considerate
Love of privacy
Introvert
In tensive rapport
Hypersensitive-apathetic
Self-centered
Gen tie· tempered
Reflective
Reserved
Cool
Suspicious
inhibited
Restrained
Precise
Needs solut.ide
when distrubed
Stress on perceiving
Watches things happen
..• Admittedly, some of the traits in each column intercorrelate and are, very likely. different aspects of a common central trait suggested at the top of each column."
.
NopemberZ984
•
562
Hukum dan Pembangunan
Di Indonesia belum pernah diadakan
penelitian terhadap gejala-gejala tersebut di atas, yang menempatkan tipe
mesomorf pada kategori golongan
yang potensiallebih mudah untuk melakukan pelanggaran terhadap normanorma yang berlaku. Di Amerika Serikat hal itu pernah diteliti dan dibenarkan, sepanjang hal itu menyangkut
para remaja, baik yang berkulit putih
maupun yang berkulit berwarna (T.
Hirschi 1969 : 196).
Sebagaimana dikatakan di atas, maka faktor biopsikhogenik juga mepcakup golongan yang mengalami defisiensi psikologis. Ke dalam golongan
ini termasuk orang-orang yang menderita abnormalitas atau subnormalitas
psikologis atau neurologis, seperti umpamanya, yang menderita ego dan superego yang defektif. Kecuali dari
itu, maka orang-orang yang mengalami
gangguan emosional maupun gangguan
jiwa juga termasuk di dalam golongan
ini. . Lazimnya, golongan terse but dikaitkan dengan pola kehidupan kriminal.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang mencakup kebutuhan dasar dan kebutuhan
tambahan. Lazimnya kebutuhan dasar
mencakup:
I.
Kebutuhan akan ' sandang, pangan dan papan
II.
Kebutuhan al}an keselamatan jiwa dan harta benda
III. Kebutuhan akan harga dfri
IV. Kebutuhan akan kesempatan untuk mengembangkan potensi
V.
Kebutuhan akan kasih sayang.
o
Di sam ping itu, maka ada kebutuhankebutuhan tam bahan, misalnya, kebutuhan akan waktu luang, rekreasi, dan
lain sebagainya. Di dalam memenuhi
kebutuhan tambahan tersebut, tidak
mustahil timbul ekses, umpamanya dengan adanya gejala alkoholisme, pe0
0
nyalah gunaan narkotika, dan seterusnya. Dengan demikian , maka kebutuhtertentu dapat menimbulkan ekses,
yang seterusnya akan dapat menyebabkan terjadinya dampak sosial.
Faktor-faktor terse but di -atas
mem.
punyai dasar biologis atau psikologis
yang sangat kuat. Akan tetapi gejalagejalanya baru akan timbul di dalam
kerangka hubungan-hubungan sosial,
sehingga tidak mustahil menyebabkan
terjadinya dampak sosial di dalam lingkungan sosial tertentu.
Fakter-faktor sosiogenik
Asosiasi diferensial yang merupakan
bagian dari faktor sosiogenik adalah
suatu teori yang berkaitan dengan
•
tumbuhnya kejahatan yang merupakan
osuatu dampak sosial. Teori terse but semula berasal dari E.H. Sutherland yang
pokok-pokoknya, adalah sebagai berikut (E.H. Sutherland yang pokok-pokoknya, adalah sebagai berikut (E.H.
Sutherland & D. Cressey 1970 : 75.
76).
"Criminal behavior is learned
Criminal behavior is learned in interaction
with other persons in a process of commu•
•
nzcatlOn
The principal part of the learning of criminal behavior occurs within intimate personal groups.
When criminal behavior is learned, the
learning includes (a) technigues of committing the crime, which are sometimes, very
compplicated, sometimes very simple; (b)
the specific direction of motives, drives,
rationalizations, and attitudes.
The specific directions of motives and
drives is learned from definitions of the
legal codes as favorable or unfavorable.
A person becomes delinquent because of
an excess of definitions favourable to violation of the law over definitions unfavorable to violation of law
Differential association may vary in fre·
quency, duration, priority and intensity.
The process of learning criminal behavior
563
Lingkungan Hidup
by association with criminal and anticriminal pattern s involves all of the mechanisms that are involved in any other learnmg.
While criminal behavior is an expression of
general needs and values, it is not explained by those general needs and values since
non-criminal behavior is an expression of
th e same needs and values. "
•
Seseorang yang tidak dapat mencapai tujuan yang dicita-citakannya , kemungkinan besar akan menderita frus- .
t rasi atau kekecewaan . Sebagaimana
dikatakan oleh Wicks, maka frustrasi
adalah (Robert L Wicks 1974).
". . . the result of something blocking the
attainment of a particular goal. Because of
this, frustration places stress on the individual and causes him to be tense. In other
words, frustration is a form of stress which
results in tension ".
Frustrasi mungkin menyebabkan seseorang menjadi agresif-destruktif, untuk
menyalurkan rasa kekecewaannya itu.
Apakah hal itu akan teJjadi, senantiasa
tergantung pada taraf toleransi terhadap kekecewaan tersebut. Di pihak
lain , maka frustrasi juga dapat mengakibatkan gejala yang lazimnya disebut
withdrawal, yang misalnya, terwujud
dalam bentuk apatisme, atau sik'ap tindak yang sangat kaku (inflexibility J.
Kadang-kadang seseorang mengalami
t ekanan-tekanan tertentu, yang mengakibatkan terjadinya kekhawatiran di
dalam dirinya. Kekhawatiran atau anxiety terse but merupakan (Robert J.
Wicks 1974: 35,36)
•
". .. the result of a vague but ofien strong
condem about an impending danger or
some sort. It is not something as well defined as fear. Rather it is an intangible feeling that seems to evade any effort to resolve it. Its effect on hevahior is varied.
If it is intense, . it can immobilize, whereas
if anxiety is low, it can be a motivating
force, as in the case of college students.
If they are a bit anxious, they tend to
study harder. "
Pelbagai cara dapat dipergunakan untuk mengurangi kekhawatiran sebagai
akibat terjadinya tekanan-tekanan. Kadang-kadang secara tidak sa dar orang
berusaha melupakannya. Akan tetapi
tidak jarang terjadi reaction [ormation, yang dipergunakan (Robert L
Wicks 1974: 36).
". _ . in dealing with unwanted impulses
which cause the individual to feel uneasy.
A reformed alcoholic who condemns those
who drink socially could possiblly be using
this defense mechanism because he cannot
allow himself to think again that drinking
might be good under some circumstances.
If he does, he might be tempted to start
drinking again. "
Faktor sosial
Faktor ketaatan yang rendah terhadap norma-norma yang berlaku, merupakan bagian yang sangat penting dari
faktor sosial yang mengakibatkan dampak sosial pada sistem sosial tertentu.
Ketaatan yang rendah terhadap normanorma mungkin merupakan akibat dari
menurunnya penghargaan terhadap
norma-norma terse but , oleh karena golongan panutan tidak memberikan
contoh kepatuhan teradap norma-norma itu. Kadang-kadang juga terjadi,
bahwa ketaatan terhadap norma-norma sangat rendah , oleh karena warga
masyarakat tidak mengetahui dan ti·
dak memahami norma-norma tersebut,
sehingga merekapun sarna sekali tidak
tahu akan manfaatnya (untuk mematuhi norma). Kalau di dalam suatu sistern sosial tertentu ketaatan terhadap
norma-norma didasarkan pada rasa takut pada sanksinya (apabila melanggar
norma), maka penerapan norma-norm!!;
di dalam kehidupan sehari-hari senantiasa harus diawasi. Apabila pengawasan mengendor, maka terjadilah peluang-peluang untuk melanggar normanorma terse but. Tidak mustasil bahwa
kemudian terjadi keadaan anomie (perpudaran kekuatan norma).
Nopember 1984
•
564 .
Kehidupan keluarga batih merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
sistem sosial yang dinamakan masyarakaL Hal itu disebabkan, oleh karena
keluarga batih merupakan unit terkecil
d i dalam masyarakat yang mempunyai
fungsi-fungsi tertentu. Di dalam keluarga batih itlliah manusia mengalami
sosialisasi semenjak kecil. dan di dalam keluarga batih itu pula dia mendap atkan perIindungan sehingga dapat hidup dengan tenteram. Di sam ping itu,
maka suatu keluarga batih mungkin
juga merupakan unit ekonomis yang
me.nunjang kebutllhan materiel anggota-anggotanya . Bahkan di dalam Illasyarakat-masyarakat modernplln keluarga batih mempunyai fllngsi-fungsi
tertentu,
walaupun kadang-kadang
fungsi tersebut agak kurang diton.lol k an. Sebagaimana pernah dikatakan
o leh Leonard Broom, Philip selznick
dan Dorothy Broom Darroch, maka
(Leonard Broom eLal. 1981):
"Modern families appear to exist mainl),
for the sake of the psycholoKical-well-being of their members. to sen'e as a reJi./ge
from the harsh , competith'(' lif'e outside
the hbusehold ... Although there is less
responsibility for other kin. there is more
responsibilit,l' for the children and for the
well-being of the husband and wiji'. When
dh'orce occurs, many changes must be
made in economic arrangements, child
care , social life , and emotional tics."
Gangguan-gangguan yang terjadi di dalam kehidupan keluarga batih, dapat
mengakibatkan terjadinya dampak sosial pada sistem sosial , apalagi kalau gejala tersebut terjadi secara luas. Perubahan pola kehidupan keluarga yang
semula dianut. mungki,/l merupakan
gangguan . halmana sering teljadi pada
keluarga-keluarga yang pindah dari wilayah pedesaan ke kota di Indonesia.
Pada awalnya mereka terpaksa tinggal
di daerah-daerah kota yang mt'rupakan pcmukiman yang tidak slahil k.:-
Hukum dan Pembangunan
adaan sosial-ekonom isnya, ha lmana
menggoncangkan norma-norma tradisional yang mengatur kehidupan berkeluarga di wilayah kediaman semula
di desa.
Gangguan yang sem ula terjad i pada
keluarga batih, tidak mustahil meluas,
sehingga tcrjadi disorganisasi sosial.
Disorganisati sosial tcr.iadi, apabila
suatu sistem sosial tertentu mengalami
proses berpudarnya norma -norma dan
nilai-nilai, halmana disebabkan karena
ter.iadinya perubahan-perubahan pada
lem baga-Iem baga sosial (Soerjono Soekanto 1982 : 345).
Faktor budaya
Kebudayaan yang didukung di dalam sualu sistenl sosia l tertentu St,bc•
narnya juga memberikan batas-batas
tcrtentll kepada pendukungnya di dalam ben t uk n i la i-n i la i dan normanorma. Walaupun dl'mikian. t idak jarang bahwa suatu kebudayaan IIlcmberikan kcsenipatan-kese lll patan atau pun peluang-peluang untuk llIelak ukan
perbuatan-perbuatan tertentu yang kadang-kadang Illenyimpang. Memang
perlu diakui, bahwa kesempatan atau
peluang tersebut tidaklah diberikan dengan niat agar disalahgunakan. Di samping itu , maka pasti ada hal-hal yang
bl'!um diatur oleh norma-norma yang
ada, se.hlngga tidak ada patokan bnperirak u pantas .
Moralitas mt.:rupakan dika dalam
arti scmpit. khususnya yang mcnyangkut kesusilaan. Hidup susila berarti
kehidupan atas dasar hati nurani yang
bL'fsih. Kchidupan yang dis berarti
hidup yang "semcstinya", yang antara
lain mencakup sikap tindak yang tidak
.
Kt'hidupan yang " semestlnyu " ilu juga IllL'll cakup kemalllpuan
unluk tidak hnkcklll':.lngan , akan tetapi juga lidak sl',rba berkelcbihan.
Kl'cuali ilu. Illaka kehidupan "sclllestinya" bnsifal 11I)?us ; artinya tidak
-
•
•
I
565
Lingkungan Hidup
tanpa ujung-pangkal. Moralitas akan
merosot kalau kehidupan orang mulai
serakah. tidak dapat menahan diri
untuk m engekang kl'hidupan yang berle bih-Iebihan, dan apabila timbul ketidak lugasan di dalam hubungan antar
manusia (maupun antar kelompok sosial). Dampak demikian itu tidak akan
mungkin dicegah , apabi la tidak dilakukan pelembagaan dan pembudayaan
terhadap dua azas penting yang men,yatakan , sebagai berikut:
I. Apa yang tidak ingin dialami , janganlah mcnyebabkan orang lain
mengalaminya.
II. Apa yang dapat diperoleh, biarkanlah pihak-pihak lain juga mendapatkannya.
Kedua hal tersebut di atas,yakni peluang dan menurunnya moralitas mempunyai kaitan yang erat, di dalam konteks yang negatif. Peluang atau kesempatan yang diberikan oleh kebudayaan
tidak akan disalah gunakan (sehingga
menjadi penyelewengan), kalau moralitas tidak menurun, Selain dari itu,
maka peluang atau kesempatan yang
terlalu besar , akan mengakibatkan turunny a moralita s tersebut.
Konflik kebudayaan akan terjadi,
apabila terda pat kesenjangan antara
kenyataan dengan cita-cita. Kadang-kadang kesenjangan terseb ut terwujud
lialam kenyataan bahwa cara-cara yang
melembaga di dalam suatu sistem sosial sudah tidak dapat dipergunakan
lagi untuk mencapai cita-dta tertentu.
Kemungkinan lainnya adalah, bahwa
cita-cita yang tradisional sudah tidak
mungkin memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga masyarakat.
Suatu konflik kebudayaan mungkin
juga terjadi apabila ada pengaruh unsur-unsur kebudayaan luar yang sangat
kuat. Lazimnya hal itu dapat terjadi,
kalau prosesnya menyangkut kebudayaan spiritual atau immateriel. Unsur-
unsur ke budayaan luar yang ternyata
lebih kuat itu secara a priori dianggap
akan dapat mengganggu integritas kebudayaan yang ada, atau mengganggu
kestabilan yang sudah ada.
Pendugaan dampak sosial
Suatu sistem so sial yang merupakan
lingkungan hidup, senantiasa mempunyai kriteria tertentu agar supaya da.pat disebut sebagai lingkungan hidup
yang baik. Secara asumtif dapatJah dikatakan , bahwa lingkungan hidup yang
damai. Namun timbul pertanyaan , apa.
kah yang dinamakan kedamalan tersebut?
~
Suatu keadaan damai atau kedamaian merupakan situasi di dalam mana terdapat suatu kescrasian antara
ketertiban dengan ketenteraman. Keadaan tertib mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni antara lain (Soerjono Soekanto 1983 : 39).
" 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
dapat diperkirakan
kerjasama
pengendalian kekerasan
kesesuaian
langgeng
kemantapan
berjenjang
ketaatan
tanpa perselisihan
keseragaman
kebersamaan
keajegan
berdasarkan perintah
keberurutan
16.
corak lahiriyah
tersusun
Keadaan tidak tenteram atau tidak bebas akan terjadi, apabila (Soerjono
Soekanto 1983 : 40).
"... ada hambatan dari fihak lain (= dipaksa)
. . . tidak ada pilihan lain (= terpaksa tanpa kesalahan fihak lain)
.. . karena keadaan diri sendiri (= takut;
merasa tidak pada tempatnya. "
Nopember 1984
566
. Hukum dan Pembangunan ·
..
•
Adanya dampak sosial akan dapat
diduga , apabila keserasian an tara ket ertiban dengan k e tenteraman terganggu.
Keserasian tersebut merupakan keadaan yang relatif sekali, sehingga lebih
banyak didasarkan pada kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Namun
demikian , hal itu senantiasa harus dilakukan at as dasar p enelitian yang
cukup mendalam.
Penutup
Penanggulangan terhadap dampak
sosial diartikan se bagai usaha pencegahan dan juga penyelesaian terhadap
masalah y ang t elah terjadi . Pencegahan
terhadap dampak sosial dapat dilakukan dengan cara-cara , sebagai berikut:
.
IV .
Melembagakan toleransi terhadap terjadi penyimpangan-penyimpangan sepanjang hal itu
bukan merupakan penyelewengan .
V.
Menumbuhkan stratifikasi sosial
terbuka, di dalam mana manusia
dapat mencapai kedudukan dan
peranan yang sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.
VI.
Menamkan nilai bahwa kehidupan yang buruk harus selalu diikhtiarkan agar menjadi baik , dengan orientasi jauh ke muka.
VII . Memberikan kesempatan yang
seluas-Iuasnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, untuk ke sejahteraan
•
umat manUSla.
•
I.
Mendorong terjadinya hubungan
dengan kebudayaan-kebudayaan
maupun masyarakat-masyarakat
lain, agar supaya t erj adi keterbukaan.
II.
Mengembangkan sistem pendidikan formal secara mendalam
dan m elebar.
III.
Men anamka n sikap t indak m enghargai hasil k ary a pihak lain dan
k einginan untuk m engembangkan diri.
•
Namun di balik pengertian yang negatif terhadap dampak sosial perJu dicatat , bahwa adanya dampai so sial tersebut dapat pula ditafsirkan sebagai pertanda, bahwa sistem yang ada mungkin sudah tidak mampu lagi menampung dan mengikuti perke mbanganperk embangan yang terjadi. Di dalam
hal ini diperlukan kegiatan-k egiatan
yang bertuju an untuk mengatasi akibat-akibat terjadinya dampak sosial
tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.
-
Br00 m, Leonard. et.al. So ciology. A Text with Adapted R eadings.
New York: Harper & Row, Publishers, 1981. Seventh Edition.
2.
Cortes, Juan, B_Delinquency and Crime. A Biopsychological A pproach.
New York : Seminar Press, 1972.
3.
Hirschi, T. Causes •of Delinquency. Berkeley: University of California Press, 1969 .
<•
4.
Soerj ono Soekanto. So siologi, suatu Pengantar. Jakarta. 19 82. Edisi Baru
Kesatu.
5.
Soerjono Soekanto. Fak tor-Faktor yanK m empengaruhi Pencgakan Hukum.
Jakarta; Universitas Indonesia, 1983. Pidato Pengukuhan.
6.
Sutherland, E.H. , & Cressey, D. Prin ciples of Criminology.
New York : Lippincot, 1970.
-
Lingkungan Hidup
7.
567
Wicks, Robert, J. Applied Psychology for Law Enforcement and Correction Officers.
New York: McGraw-Hill Book Company, 1974.
((
REP. KOMPAS
•
Nopember 1984
Download