ILMU FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

advertisement
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
FILSAFAT
DAN
FILSAFAT ILMU
(Konseptualisasi dan identifikasi )*
Oleh: MUHLISIN (Nim F0.3.4.10.84)**
I. ANTARAN
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu1. Filsafat
merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah
fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan
bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur sebagai sebuah
fenomena kemanusiaan.2 Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu
baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru
kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan
hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok
ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam
berbagai fase kehidupan3. Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan
sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari
berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan
kuno menuju manusia modern telah melahirkan
lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis
telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah
ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.4
Digunakan istilah konseptualisasi dan identifikasi dimaksudkan bahwa penulisan disini sebagai diskusi awal untuk memberikan
gambaran abstraks secara singkat namun memadai dalam mengkaji konsep-konsep filsafat dan filsafat Ilmu, konseptualisasi dan
identifikasi merupakan sebuah proses yang ingin menggambarkan sebuah realitas intelektual yang bersumber dari kenyataankenyataan empiric menuju sebuah pemahaman yang rasional untuk dapat dipahami oleh manusia. Konseptualisasi dilakukan dengan
mengerahkan daya pengetahuan dan analisis inderawi (innsen and outsens) sehingga diperoleh keterangan-ketrangan yang dapat di
deskripsikan. Penyusunan paper kerja ini berkaitan dengan upaya memberikan arah abstraksi secara konseptual dan upaya
mengidentifikasi sejumlah hal berkaitan dengan pengertian awal tentang filsafat dan filsafat ilmu. Sebagai upaya konseptualisasi dan
identifikasi maka disini dipaparkan deskripsi awal tentang sejumlah kajian yang menyangkut tentang subbab-subbab yakni :
Pengertian Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek material dan formal filsafat ilmu,Lingkup filsafat ilmu dan Problem–problem filsafat ilmu
** Mahasiswa pascasarjan IAIN Sunan Ampel Surabaya,angkatan 2010
1 Hamdani ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung;Pustaka Setia, 2007) 10
2 Ahmad Charis,Z, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu, (Ogyakarta:LESFI,2002) 1.-15
3 Juraid Abdul Latif,M.Hum, Manusia Filsafar dan Sejarah,(Jakarta;Bumi Aksara, 2006) 13
4 Amsal bakhtiar , FIlsafat ilmu ,(Jakart;Raja Grafindo, 2006) 1
*
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan
saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para
pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM),
Heraklitos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka
pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi
menuju gerakan logosentrisme5. Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan
rasionalisme6, empirisme7 dan positivisme8 yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer
yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada
pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah
filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat umum. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Permasalahan yang akan kita jelajahi dalam
penulisan makalah ini difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat dan Filsafat Ilmu Sebagai
upaya konseptualisasi dan identifikasi”. Disini dipaparkan deskripsi awal tentang sejumlah kajian
yang menyangkut tentang subbab-subbab yakni : Pengertian Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek
material dan formal filsafat ilmu, Lingkup filsafat ilmu dan subsatnsi permasalahan problem –
problem filsafat ilmu
II. Pengertian Filsafat
Problem identifikasi untuk memberikan pengertian dalam khazanah intelektual seringkali
melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan. Hampir dalam setiap diskusi
berbagai ilmu seringkali terdapat penjelasan – penjelasan pengertian yang
memunculkan
tidak jarang
pengertian-pengertian yang beragam. Keberagaman pengertian ini disebabkan
berbagai arah sudut pandang dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam memberikan
identifikasi9. Dan ini merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi
konseptual maka sangat dimungkinkan masing-masing subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan
5
6
7
8
9
M.Solihin,M.Ag, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern, (Bandung;Pustaka Setia, 2007) 23
Pelopor rasionalisme diantaranya Rene Descartes(1596-1650) dengan konsep co gito ergu sum, Spinoza (1632-1677) ia merumuskan
definisi, aksioma-aksioma, proposisi dan penyimpulan dalam bidang kajian logika ilmu dan Leibniz(1646- 1716) ia menulis tentang
Monadology
Tokoh pemikiran Empirisme adalah F.Bacon (1210-1292) T.Hobbes(1588-1679) john lock(1632-1704) dan David Hume (1711-1776)
dan herbert Spencer (1820-1903)
Tokoh aliran positivisme ini ialah Agus compte (1798 – 1857) konsepsinya mengatakan bahwa indera itu alat penting dalam proses
pengetahuan ilmu dan harus dipertajam dengan eksperimen.
Kajian mengenai tata cara dan konsepsi definisi dapat dikaji dalam ilmu logika dengan segala syarat dan ketentuan yang
dipersyaratkan agar definisi yang diungkapkan tepat dan benar, misalnya harus mengandung unsur isi pengertian, luas pengertian,
relevansi isi dan luas pengertian, juga luas term. Harus juga memahami Jenis definisi (nominal dan real) termasuk memahami aturanaturan definisi( dapat dibolak-balik, tidak boleh ada pengulangan dengan kata yang didefinisikan, bukan bernilai negative dari kata
yang didefinisikan, menyebut unsur-unsur utama secara lengkap,harus seimbang , dan tidak boleh memuat kata-kata metafora
(sumber; buku logika ilmu menalar oleh Puspoprojo),
Halaman - 2
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses menemukan makna dalam sebuah kajian
keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi pemikir untuk menentukan sebuah tolok ukur
kebenaran dari asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya tersebut. Termasuk dalam persoalan ini
adalah apakah yang dimaksud dengan filsafat? Berbagai jawaban yang sangat beragam dapat
ditemukan dalam berbagai literatur.
Arti bahasa
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia.10
Dalam bahasa ini, kata ini
merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (=
“kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic) adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau
“ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi juga dikenal di Indonesia dalam maknanya yang
cukup luas dan sering digunakan oleh semua kalangan..
Ada juga yang mengurainya dengan kata philare11 atau philo yang berarti cinta dalam arti
yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian
dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan
mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan
dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kabijakan12.
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa
dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa
“filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses kerja ilmiah.
Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan memberikan satu penegasan
bahwa filsafat dalam khazanah islam menggunakan rujukan kata yakni falsafah13. Istilah filsafat
berasal dari bahasa arab oleh karena orang arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi
bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa- bahasa lain ke tanah air Indonesia. Oleh karenanya
konsistensi yang patut dibangun adalah penyebutan filsafat dengan kata falsafat.14
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam wacana muslim juga sering menggunakan kalimat
padanan Hikmah sehingga ilmu filsafat dipadankan dengan ilmu hikmah. Hikmah digunakan sebagai
10
11
12
13
14
Anthony Preus, Historical Dictionary of Ancient Greek Philosophy, , The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland • Toronto •
Plymouth, UK, 2007)
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung, 2007, Hal. 11
Ahmad Syadali dan Mudzakir Filsafat Umum, 12
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya (Jakarta; UIP,985) 46
Amsal bakhtiar, hal 5
Halaman - 3
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
bentuk ungkapan untuk menyebut makna kearifan, kebijaksanaan. sehingga dalam berbagai literature
kitab-kitab klasik dikatakan bahwa orang yang ahli kearifan disebut Hukama’. Seringkali pula ketika
dikaji dalam berbagai literature kitab-kitab pesantren muncul ungkapan-ungkapan dalam sebuah tema
dengan konsep yang dalam bahasa arabnya misalnya kalimat ‘wa qala min ba’di al hukama….”15.
dan juga sejajar dengan kata al-hakim yang mengandung arti bijaksana. Misalnya ayat yang berbunyi
      
    
 
Artinya: mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [al
baqarah 2: 32]."
    
   
      
      
  
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An
Nahl:125)
Dalam terjemahan Depag ditafsiri bahwa Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil16. Sementara Al Jurjani –sebagaimana dikutip
oleh Amsal Bakhtiar—memberikan penjelasan tentang hikmah, yaitu ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang ada menurut kadar kemampuan manusia.17
Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti filsafat
yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan
sophos. Philos maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise).18 Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun,
cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan
meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai
15
16
17
18
Dalam kajian pesantren banyak kitab-kitab klasik mengungkapkan kalimat-kalimat tersebut, yang sempat misalnya kitab al hikam, kitab
nashoihul ibad, kitab tanbihul ghofilin, al ghunyah, ihya’ulumuddin dan lain sebagainya. Dalam kajian-kajian kitab-kitab tersebut sering
kali disebut dengan ilmu hikmah. Dengan menggunakan kalimat yang sama dapat ditemukan juga sebuah buku dengan judul ilmu
hikmah yang dikarang oleh DR.Kharisudin Aqib,MA, yang merupakan hasil tesis yang didalamnya merupakan penelitian konsepkonsep akhlaq- tasawwuf thareqah sufistik pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
DEPAG, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Depag, 1974) 421
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,1
Prasetyo , Flsafat Pendidikan,(Bandung ;Pustaka Setia, 2002), 10
Halaman - 4
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu
pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara lughowi (semantic) filsafat berarti cinta kebijaksanaan dam kebenaran. Maksud
sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidahkaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika
dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat dalam hakekatnya memang merupakan
problem falsafi yang kaya dengan banyak konsep dan pengertian.
Arti istilah
Sejumlah literatur mengungkapkan, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan
philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal
dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya
“philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki sematamata oleh Tuhan. Kemudian, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak
Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat
alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah
suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidahkaidahnya.
Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh
Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk
terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada
kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya
kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut,
karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu
bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat), tentang
kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat
bidang induk: Pertama, filsafat tentang pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan ("episteme")
dan kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh
keseluruhan kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika
umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam
semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah
Halaman - 5
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
tindakan: obyek material : kebaikan dan keindahan,etika; dan
estetika; Keempat . sejarah filsafat;
19
menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian .
Jika dikelompokkan secara kerakterisitik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada
banyak aliran filsafat.20 Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok yakni persoalan
filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris, dan menyangkut masalahmasalah asasi.21 Kemudian Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai
berikut.22
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara
kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
III. Definisi Filsafat Ilmu
Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets of questions: First, the questions that
science – physical, biological, social, behavioral –. Second, the questions about why the sciences
cannot answer the first lot of questions”.23 Dikatakan bahwa
filsafat dibagi
dalam dua buah
pertanyaan utama, pertanyaan pertama adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan
budaya) dan yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab pada
persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang senantiasa dipertanyakan
yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan.
Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang
satu terjawab oleh filsafat dan yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Beberapa penjelasan mengenai filsafat tentang
pengetahuan.
Dipertanyakanlah hal-hal
misalnya : Apa itu pengetahuan? Dari mana asalnya? Apa ada kepastian dalam pengetahuan, atau
semua hanya hipotesis atau dugaan belaka? Teori pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakekat
pengetahuan, apa unsur-unsur pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan mengelompokkan
pengetahuan, apa batas-batas pengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi sasaran dari ilmu
19
20
21
22
23
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar popular, (Jakarta;Pustaka Sinar Harapan , 2001) 32
Aliran –aliran filsafat sangat banyak sekali,masing-masing literatur sangat beragam dalam menjelaskan jumlah aliran dalam filsafat
misalnya aliran eksistensialisme, fenomenologi, nihilisme, materialisme, dan sebagainya.
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Bandung; Pustaka Setia , 1997,) 12
M. Solihin, Perkembangan Pemikiran FIlsafat dari klasik hingga modern, h. 15
Alex Rosenberg,Philosophy of Science A contemporary Iintroduction,(New york; Routledge,2010) 4
Halaman - 6
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
pengetahuan.24 Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan telaahnya.
kerangka konseptual yang menyangkut
Yakni pada sebuah
sebuah system pengetahuan yang di dalamnya terdapat
hubungan relasional antara, pengetahu /yang mengetahui (the Knower) dan yang terketahui /yang
diketahui (the known) dan juga antara pengamat (the observer) dengan yang diamati (the observed).25
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku
maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalanpersoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative
yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh
antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan
zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. I
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat
ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.26

Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions
by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline
autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan
kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria
yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole.
(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)

Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of
science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general
scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis
mengenai
ilmu,
khususnya
metode-metodenya,
konsep-konsepnya
dan
praanggapan-
praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
24
25
26
Muhdhor Achmad, Ilmu dan Keingintahuan( Bandung; Trigendakarya,1994), 61-85
Jerome R.Ravertz , Filsafat Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2004), 86
Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya,
Halaman - 7
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN

Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between
experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teoriteori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis,
description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.

Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what
philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of
thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as
grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered
as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of
inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat
bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam
semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain
pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi
keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan
ketakajegan dan kesalahan

Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the
elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of
argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on
and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical
methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, praanggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi
kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat ilmu itu
mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2) sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan ilmiah
Halaman - 8
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
Selanjutnya John Losee dalam bukunya yang berjudul,A Historical Introduction to the
Philosophy of Science, Fourth edition, mengungkapkan bahwa : The philosopher of science seeks
answers to such questions as:

What characteristics distinguish scientific inquiry from other types of investigation?

What procedures should scientists follow in investigating nature?

What conditions must be satisfied for a scientific explanation to be correct?

What is the cognitive status of scientific laws and principles?27
Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir filsafat ilmu itu
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan persoalan yang menyangkut: pertama, apa yang
menjadi perbedaaan ilmiah karakteristik type masing – masing ilmu ntara satu ilmu dengan ilmu
lainnya melalu penelitian. Kedua Prosedur apa yang harus dilakukan secara ilmiah dalam melakukan
penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam?, Ketiga apa yang
mestinya
dilakukan dalam
mendapatkan penjelasan ilmiah untuk melakukan penelitian dan eksperimen itu ? Dan keempat
apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep dan prinsip-prinsip ilmiah?.
Sehingga sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:28
Level
2
Disciplin
Philosophy of Science
1
0
Science
Subject-matter
Analysis of the Procedures and Logic of Scientific
Explanation
Explanation of Facts
Facts
Dengan memperhatikan tabel diatas secara jelas ditampilkan bahwa filsafat ilmu menempati
level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan semuanya pada satu pangkal pokok yakni
fakta (kenyataan) menjadi basis utama bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan
Fakta sementara filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis dari
ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of Scientific Explanation).
IV. Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
27
28
John Losee,A Historical Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, (London;OXFORD UNIVERSITY PRESS,….) .2
ibid
Halaman - 9
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN

Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ?
(Landasan ontologis)

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan
yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu? (Landasan epistemologis)

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis). 29
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and martin Curd menjelaskan bahwa
filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi :

apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan
ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?

bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep
teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan
penelitian dan observasi ilmiah?

apa
saja
yang
membangun
struktur
teori
dan
konsep-konsep
seperti
misalnya
causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen,
model, reduksi dan sejumlah probabilitas-probalitasnya?.

apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ? apakah ada
kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam
kebijakan dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan
factor-faktor gender? 30
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang
meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan
epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.31
29
30
31
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 33
Stathis Psillos and Martin Curd , Introduction;Historical and philosophical Context ,Canada: Routledge, 2008) xix
Baca Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu 17-18
Halaman - 10
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
V. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang
dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di
jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material
filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di
pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.32
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian
khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara
pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia
yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam
proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses
abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat
pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas
filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali
"kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus
"subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan.
Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu
(sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.
Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti.
Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu33.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
VI Problema Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk
32
33
Mohammad Adib,Filsafat Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2010) 53
JB. Blikolong, FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR, (Seri diktat kuliah) Universitas Gunadarma Jakarta, ….., Hal. 7
Halaman - 11
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
Telaah tentang problema substansi Filsafat Ilmu, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta
atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.34
Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu;
perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa yang
terjadi’ - eksistensi suatu entitas) Kedua, Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal
muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai
soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga,
Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan
(manfaat)
ilmu
penelaahan ilmu
dalam
peradaban
manusia. Ketiganya digunakan
sebagai
landasan
35
VII. Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik dalam menggali dan
meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan.
Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya bertitik
tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para ilmuwan, sehingga
kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya masing-masing
36
disinilah
akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :

Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.

Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.

Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami
berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai
confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi
34
35
36
Lukkisno CW, Pengantar Filsafat Ilmu, Bahan Presentasi kuliah Filsafat di Fak.Ushuluddin, Bandingkan dengan buku Tahu dan
Pengetahuan karangan Jujun S. Suriasumantri penerbit OBOR Jakarta.
Made Pramono, S.S., M.Hum. Filsafat Ilmu,Bahan Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
C. Verhaak dkk, FIlsafat Ilmu Pengetahuan,(Jakarta; Gramedia, 1995) 107-108
Halaman - 12
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara
sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
•
Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
•
Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
•
Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga
ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
•
Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
•
Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
•
Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
VII. KESIMPULAN
1. Hakekat Filsafat

Secara bahasa Philo/philia/philare yang artinya cinta, ingin, senang
dan kata
Sophia/sophos yang artinya ilmu, kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi idzofahnya
menjadi filsafat/falsafah/filosofi yang artinya mencintai kebijaksanan pengetahuan
dan kenginan yang kuat akan ilmu pengetahuan. Jadi berfikir filsafat mengandung
makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional
dan komprehensip
2. Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu

merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu,
khususnya mengenai metoda, konsep- konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.

filsafat ilmu
pada
dasarnya
adalah
ilmu
yang
berbicara
tentang
ilmu
pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.
Dalam menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis. ,secara epistemologis dan
tinjauan ilmu secara aksiologis.
b. Karakteristik filsafat ilmu

Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.

Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari berbagai sudut
pandang dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah, sitematis
berpangkal pada metode ilmiah , analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan
ilmiah dan sikap konsisten dalam membangun teori serta tindakan ilmiah
3.
Objek filsafat ilmu

Objek material filsafat ilmu adalah ilmu dengan segala gejalanya manusia untuk tahu.
Halaman - 13
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN

Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara
ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya
pendekatannya.
4. Lingkup dan problema substansi filsafat ilmu

Cakupannya pembahasan tentang problema substansi landasan ontologis ilmu,
epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
5. Manfaat mempelajari filsafat ilmu

Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan

Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan
pengetahuan
tersebut
sebagai
landasan
dalam
proses
pembelajaran
dan
penelitian ilmiah.

Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.

Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual

Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga
ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)

Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional

Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid

Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
Halaman - 14
Filsafat dan Filsafat Ilmu, Oleh MUHLISIN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Charis,Z, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu, Yogyakarta:LESFI,2002
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung; Pustaka Setia , 1997
Alex Rosenberg,Philosophy of Science A contemporary Iintroduction, New york; Routledge,2010
Amsal bakhtiar , FIlsafat ilmu ,Jakart;Raja Grafindo, 2006
Anthony Preus, Historical Dictionary of Ancient Greek Philosophy, The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland •
Toronto • Plymouth, UK, 2007
Al Qur’an dan Terjemahannya ,Jakarta: Depag, 1974
C. Verhaak dkk, FIlsafat Ilmu Pengetahuan,Jakarta; Gramedia, 1995
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung, 2007
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta; UIP,985
JB. Blikolong,FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR;Seri diktat kuliah Universitas Gunadarma Jakarta, …
Jerome R.Ravertz , Filsafat Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2004
John Losee,A Historical Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, London;OXFORD UNIVERSITY
PRESS,….
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar popular, Jakarta;Pustaka Sinar Harapan , 2001
Juraid Abdul Latif,M.Hum, Manusia Filsafar dan Sejarah,Jakart;Bumi Aksara, 2006
Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel
Surabaya,..
M.Solihin,M.Ag, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern,Bandung;Pustaka Setia, 2007
Made Pramono, S.S., M.Hum.Filsafat Ilmu, Bahan Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan Yogyakarta;Pustaka
Pelajar,2010
Muhdhor Achmad, Ilmu dan Keingintahuan , Bandung; Trigendakarya,1994
Prasetyo , Flsafat Pendidikan,Bandung ;Pustaka Setia, 2002
Stathis Psillos and Martin Curd,Introduction;Histirical and philosophical Context , Canada: Routledge, 2008
Halaman - 15
Download