PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR

advertisement
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
Elly Indriati
SD Negeri Pesarean 01 Adiwerna Tegal
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini di latarbelakangi oleh nilai rata-rata guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar belum sesuai dengan harapan. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah teknik non tes. Sesuai dengan
materi pembinaan yaitu tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran maka alat pengumpulan
data yang dilaksanakan adalah observasi dengan skala penilaian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melalui supervisi akademik bagi guru kelas SD Negeri Pesarean 01 dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam pelaksanaan KBM. Dari rata-rata nilai pada kondisi awal yang hanya 60
dapat ditingkatkan menjadi 76 (26,67%) di akhir siklus I dan menjadi sekitar 89,33 (17,54 %) akhir
siklus II, dan dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus II nilai supervisi meningkat sebesar
29,33 (48,88%).
© 2017 Didaktikum
Kata Kunci: Kemampuan Guru; KBM; Supervisi Akademik.
PENDAHULUAN
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara
aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional (dalam Sardiman, 2005:125).
Namun, yang terjadi pada guru SD Negeri Pesarean 01 dalam melaksanakan pembelajaran ternyata
masih rendah. Berdasarkan hasil observasi peneliti selaku kepala SD Negeri Pesarean 01 melalui
supervisi akademik, nilai rata-rata guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar belum sesuai
dengan harapan. Nilai rata-rata yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar pada guru SD Negeri
Pesarean 01 rata-ratanya adalah 60. Nilai tersebut termasuk kategori kurang.
Hal ini diantaranya dikarenakan banyak tugas sampingan yang memaksa kepala sekolah untuk
meninggalkan sekolah, dan belum menggunakan teknik supervisi yang dapat meningkatkan
kemampuan pembelajaran guru kelas. Kepala sekolah selama ini belum menggunakan model
supervisi yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Pembinaan atau supervisi yang dilakukan tidak berkelanjutan, hanya menilai pada saat
dibutuhkan saja, yaitu untuk mendapatkan nilai angka kredit sebagai syarat mengusulkan kenaikan
pangkat atau golongan.
Harapan yang muncul dengan adanya hasil pembinaan atau supervisi dan pembelajaran siswa
adalah dapatlah kiranya guru dapat melaksanakan pembelajaran yang meningkat kualitasnya, yaitu
menguasai materi; pendekatan atau strategi yang tepat; memanfaatkan media, memicu keterlibatan
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
Elly Indriati
1
siswa; melaksanakan evaluasi pada proses maupun akhir pelajaran; serta ada tindak lanjut, yang
memenuhi harapan. semua pihak baik guru, rekan guru maupun kepala sekolah.
Dari uraian di atas jelaslah terlihat adanya kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan
harapan yang diimpikan. Di satu sisi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih
rendah dan di sisi yang lain adanya tuntutan permendiknas bahwa guru harus mampu melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang optimal, sehingga berdampak pada peningkatan prestasi siswa.
Sahertian (dalam Sagala, 2010:15) menegaskan bahwa supervisi adalah usaha memberikan
layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun
secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Sejalan hal
tersebut, Glickman (dalam Permendiknas, 2007:9) mendefinisikan supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Pengembangan kemampuan guru
mencapai tujuan pembelajaran selain ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
guru mengajar, juga peningkatan komitmen (commitment), kemauan (willingness) dan motivasi
(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas
pembelajaran akan lebih meningkat (dalam Sudjana, 2011:56)
Menurut Briggs (dalam Isjoni, 2007:12) Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi,
menstimulasi, dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru; mengkoordinasikan semua usaha sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usahausaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus, menganalisis situasi belajar
mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan
pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar melalui supervisi akademik.
Penelitian ini dikatakan berhasil bila terdapat peningkatan kompetensi guru dalam menyusun
perangkat pembelajaran yang ditunjukkan dengan data bahwa minimal 70% guru telah
menyusun/menyerahkan dokumen persiapan pembelajaran (Rosilawati, dan Supraptono, 2014:59).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berlangsung pada
bulan Januari 2014 sampai bulan Juni 2014. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SD
Negeri Pesarean 01 Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru
kelas yang berjumlah 6 orang guru.
Dalam penelitian tindakan sekolah ini terdapat 2 metode pengumpulan data yaitu, metode tes
dan metode nontes. Untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian tindakan sekolah ini,
tidak semua nontes digunakan untuk pengumpulan data. Sesuai dengan kajian materi dalam
penelitian tindakan sekolah ini, yaitu tentang peningkatan kemampuan guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar maka pengumpulan datanya menggunakan skala pengukuran. Sesuai dengan
metode pengumpulan data sebagaimana tertulis di atas maka alat pengumpulan data Penelitian
Tindakan Sekolah ini adalah berupa skala penilaian. Alat pengumpulan data yang berupa skala
penilaian digunakan oleh peneliti untuk menilai peningkatan kemampuan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar baik pada kondisi awal, kondisi siklus I, maupun kondisi siklus II.
2
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
Setelah data dalam penelitian tindakan sekolah ini diperoleh maka selanjutnya dilakukan
analisis data. Analisis data yang berupa nilai kemampuan guru kelas melaksanakan pembelajaran,
dianalisis dengan dua cara, yaitu 1) analisis deskriptif komparatif kuantitatif; dan 2) analisis deskriptif
komparatif kualitatif. Pada siklus I, kegiatan analisis dilakukan terhadap data pada kondisi awal
dengan kondisi akhir siklus I. Pada siklus II kegiatan analisis dilakukan terhadap data pada kondisi
akhir siklus I dengan kondisi akhir siklus II dan kondisi awal dengan kondisi akhir siklus II.
Metode penelitian dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah dilakukannya serangkaian
tindakan sekolah yang disebut siklus. Ada tindakan dilakukan peneliti pada tiap-tiap siklus.
Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan sekolah ini ada dua, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, planning (perencanaan), acting (tindakan), observing
(pengamatan), dan reflecting (refleksi).
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan beberapa hal, yaitu: peneliti merencanakan
pertemuan dengan para guru kelas (subjek penelitian) di ruang kelas VI. Dalam pembinaan atau
supervisi guru kelas dilakukan secara bersama-sama, yaitu semua guru kelas mendengarkan
penjelasan-penjelasan dari peneliti tentang evaluasi kunjungan kelas pada kondisi awal. Kemudian
peneliti menjelaskan tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran dan Instrumen Penilaian
Kinerja Guru (IPKG) sebagai indikator penilaian. Peneliti memberi contoh cara Pam
belajaran yang baik. Selanjutnya peneliti memberi jadwal dan materi pembelajaran kepada guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas masing-masing pada pertemuan kedua. Di akhir siklus
atau pertemuan kedua, peneliti merencanakan untuk melakukan kunjungan kelas untuk menilai
penampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam penilaian penampilan guru
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan skala penilaian yaitu berupa Instrumen Penilaian
Kinerja Guru (IPKG).
Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti selaku Kepala Sekolah berkolaborasi dengan teman sejawat. Tindakan
yang dilakukan peneliti adalah sesuai dengan perencanaan, yaitu: mengadakan pertemuan dengan
guru kelas. Dalam pembinaan atau supervisi guru kelas dilakukan secara bersama-sama, yaitu semua
guru kelas mendengarkan penjelasan-penjelasan dari peneliti tentang evaluasi kunjungan kelas pada
kondisi awal. Kemudian peneliti menjelaskan tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran dan
instrumen Penilaian Kinerja Guru, sebagai indikator penilaian. Selanjutnya peneliti memberi jadwal
dan materi pembelajaran kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas masingmasing pada pertemuan kedua. Di akhir siklus atau pertemuan kedua, peneliti melakukan kunjungan
kelas untuk menilai penampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam penilaian
penampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan skala penilaian yaitu berupa
Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
Observasi
Observing (pengamatan) yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari subjek penelitian
pada siklus I yaitu penampilan atau praktik tentang pelaksanaan pembelajaran bagi guru kelas.
Observing (pengamatan) dilakukan dengan cara memberikan penilaian terhadap kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran.
Refleksi
Reflecting dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap hasil penampilan atau pekerjaan
subjek penelitian sampai dengan berakhirnya siklus I. Analisis dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1)
analisis deskriptif komparatif kuantitatif dan 2) analisis deskriptif komparatif kualitatif. Data yang
dianalisis adalah data kondisi awal dengan kondisi akhir siklus I. Ada kemungkinan yang dapat
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
Elly Indriati
3
terjadi, yaitu nilai hasil pekerjaan atau subjek penelitian mengalami kenaikan, tetap atau mengalami
penurunan.
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II, kegiatan yang dilakukan meliputi: peneliti merencanakan
pertemuan dengan para guru kelas untuk melakukan pembinaan atau supervisi secara individu.
Peneliti merencanakan kepada setiap guru kelas untuk diberi penjelasan-penjelasan tentang evaluasi
kunjungan kelas pada kondisi siklus I, berdasarkan hasil pengamatan yang berupa catatan-catatan
kekurangan dan kelebihannya serta hasil yang dicapai sesuai IPKG. Dari kekurangan dan kelebihan
kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menjadi acuan untuk pembinaan atau supervisi ini.
Kemudian peneliti menugaskan salah satu guru menjadi model untuk mendemonstrasikan cara
pembelajaran yang baik. Selanjutnya, peneliti merencanakan untuk memberi jadwal dan materi
pembelajaran kepada guru berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan guru untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas masing-masing pada pertemuan kedua. Selanjutnya peneliti
merencanakan kunjungan kelas untuk menilai penampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Peneliti dalam menilai penampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan skala
penilaian yaitu berupa Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru PJOK melaksanakan penelitian
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti mengadakan pertemuan untuk melakukan
pembinaan atau supervisi secara individu terhadap guru kelas. Dalam pembinaan atau supervisi guru
kelas dilakukan secara individu, yaitu setiap guru kelas diberi penjelasan-penjelasan oleh Kepala
Sekolah tentang evaluasi kunjungan kelas pada kondisi siklus I, berdasarkan hasil pengamatan yang
berupa catatan-catatan kekurangan dan kelebihannya serta hasil yang dicapai sesuai IPKG. Dari
kekurangan dan kelebihan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menjadi acuan untuk
pembinaan atau supervisi siklus II. Kemudian peneliti menugaskan salah satu guru menjadi model
untuk mendemonstrasikan cara pembelajaran yang baik. Selanjutnya peneliti memberi jadwal dan
materi pembelajaran kepada guru berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas masing-masing pada pertemuan kedua. Di akhir siklus
atau pertemuan kedua, peneliti melakukan kunjungan kelas untuk menilai penampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Kepala Sekolah dalam menilai penampilan guru melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan skala penilaian yaitu berupa Instrumen Penilaian Kinerja Guru
(IPKG).
Observing
Observing (pengamatan) dilakukan terhadap data yang diperoleh dari subjek penelitian pada
siklus II yaitu penampilan atau praktik tentang pelaksanaan pembelajaran bagi guru kelas. Observing
(pengamatan) dilakukan dengan cara memberikan penilaian terhadap kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran.
Reflecting
Reflecting dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap hasil penampilan atau pekerjaan
subjek penelitian sampai dengan berakhirnya siklus II. Analisis dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)
analisis deskriptif komparatif kuantitatif: dan (2) analisis deskriptif komparatif kualitatif (kategorial).
Data yang dianalisis adalah data kondisi awal dengan kondisi akhir siklus II. Ada kemungkinan yang
dapat terjadi, yaitu nilai hasil pekerjaan atau subjek penelitian mengalami kenaikan, tetap atau
mengalami penurunan.
4
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Nilai hasil supervisi kondisi awal atau sebelum ada tindakan dari keenam guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas tersebut di atas dapat dilihat pada tabel, di bawah ini:
Tabel 1. Nilai Supervisi Kondisi Awal
No
Subjek Penelitian
Nilai
Guru kelas I
60
1
Guru kelas II
59
2
Guru kelas III
60
3
Guru kelas IV
61
4
Guru kelas V
59
5
Guru kelas VI
61
6
240
Jumlah
60
Rata-rata
Dilihat dari sisi Kepala Sekolah sebagai pembina atau supervisor selama ini belum bisa tekun
sepenuhnya membimbing atau mensupervisi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan
banyaknya tugas sampingan yang memaksa kepala sekolah untuk meninggalkan sekolah. Selain itu,
kepala sekolah dalam melakukan pembinaan guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran belum
menggunakan model supervisi akademik. Kepala sekolah lebih dominan melakukan pembinaan atau
supervisi, hanya untuk persyaratan kenaikan pangkat atau golongan, hanya untuk mendapatkan nilai
semata yang tidak berpihak pada kemampuan dan prestasi serta kinerja guru yang sesungguhnya yang
berdampak positif pada keberhasilan siswa.
Tindakan peneliti dalam pembinaan atau supervisi pada kondisi awal belum menggunakan
model supervisi akademik. Keadaan yang demikian mengakibatkan kurangnya perhatian para guru
terhadap tugas dan fungsi sebagai guru, salah satunya melaksanakan pembelajaran sesuai yang
dilakukan hanya untuk persyaratan kenaikan pangkat. Dengan demikian akan menimbulkan
rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Siklus I
Pada akhir observasi untuk evaluasi siklus I diketahui bahwa dari enam guru secara umum ada
perubahan lebih baik. Pada setiap tahapan, peneliti memberitahukan kekeliruan atau kekurangan
yang dilakukan oleh setiap guru yang diobservasi dan menunjukkan bagaimana seharusnya. Untuk
memperjelas hasil pengamatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Nilai Supervisi Siklus I
No
Subjek Penelitian
Nilai
Guru kelas I
79
1
Guru kelas II
77
2
Guru kelas III
74
3
Guru kelas IV
76
4
Guru kelas V
76
5
Guru kelas VI
75
6
76
Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui bahwa kemampuan melaksanakan pembelajaran
bagi guru-guru SD Negeri Pesarean 01 dari kondisi awal ke kondisi akhir siklus I mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata pada kondisi awal 60 meningkat menjadi 76 pada kondisi akhir siklus I.
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
Elly Indriati
5
Berarti kemampuan guru-guru kelas SD Negeri Pesarean 01 dalam melaksanakan pembelajaran
mengalami peningkatan sebesar 26,67 %.
Peneliti menggunakan pembinaan atau supervisi akademik pada siklus I. Model supervisi
akademik yang digunakan supervisi tradisional yang dilakukan secara kelompok dapat memotivasi
guru dalam melaksanakan pembelajaran, walaupun masih ada keterikatan dan tertutup. Namun
setidaknya model supervisi ini, dilakukan dengan melalui prosedur. Dengan demikian hasil yang
dicapai guru dalam observasi dan evaluasi melaksanakan pembelajaran dapat meningkat.
Peningkatan kemampuan melaksanakan pembelajaran ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata
nilai hasil pengamatan dan evaluasi supervisi. Penggunaan supervisi akademik dalam pembinaan
guru dengan model supervisi tradisional dan secara kelompok pada siklus I yang terbukti berhasil
meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran subjek penelitian, memotivasi peneliti untuk
lebih meningkatkan pembinaan atau supervisi pada siklus II dengan menggunakan model supervisi
akademik yang dilakukan secara individual. Pembinaan ini lebih terarahkan pada kebutuhan guru.
Pelaksanaan supervisi ini diawali guru berwawancara, dan berdiskusi tentang kekurangan dan
kelebihannya. Untuk lebih memahami, salah satu guru mencoba 15 menit untuk mendemonstrasikan.
Selanjutnya, observasi dan evaluasi di kelas masing-masing ditentukan bersama termasuk jadwal dan
materi pembelajarannya, sehingga hasil yang dicapai lebih meningkat lagi.
Siklus II
Peneliti pada setiap tahapan, memberitahukan kekurangan yang dialami oleh setiap guru yang
diobservasi dan menunjukkan bagaimana seharusnya. Untuk lebih jelasnya hasil pengamatan
pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Nilai Supervisi Siklus II
No
Subjek Penelitian
Nilai
Guru kelas I
92
1
Guru kelas II
90
2
Guru kelas III
88
3
Guru kelas IV
89
4
Guru kelas V
88
5
Guru kelas VI
89
6
89,33
Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui bahwa kemampuan melaksanakan pembelajaran
guru-guru SD Negeri Pesarean 01 pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 dari kondisi akhir
siklus I ke kondisi akhir siklus II juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada kondisi akhir siklus
I, 76 meningkat menjadi 89,33 pada kondisi akhir siklus II. Berarti kemampuan guru-guru kelas SD
Negeri Pesarean 01 dalam melaksanakan pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 17,54%.
Hasil supervisi akademik dari kondisi awal dengan rata-rata nilai 60 ke akhir siklus I yang
mencapai rata-rata nilai 76 berarti mengalami kenaikan 16 poin (26,67 %). Dari siklus I ke akhir siklus
II juga ada peningkatan rata-rata nilai hasil supervisi. Rata-rata nilai hasil supervisi pada siklus I
adalah 76 menjadi 89,33 di akhir siklus II, berarti juga ada peningkatan hasil supervisi subjek
penelitian sebesar 13,33 poin (17,54 %). Dengan demikian dari kondisi awal ke kondisi akhir, ratarata nilai hasil belajar subjek penelitian mengalami peningkatan 29,33 poin (48,88%).
Perubahan peningkatan rata-rata nilai dan persentase dari situasi kondisi awal ke siklus I; dari
siklus I ke siklus II; dan dari kondisi awal ke siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
6
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 18, No. 2, April 2017
Tabel 4. Perubahan Rata-Rata Nilai Hasil Supervisi Guru
Peningkatan rata-rata nilai
Situasi
Perubahan
Skor
Poin
Kondisi Awal – Siklus I
60 - 76
16
Siklus I - Siklus II
76 – 89,33
13,33
Kondisi Awal – Siklus II
60 – 89,33
29,33
No
1
2
3
%
26,67
17,54
48,88
Perubahan Rata-Rata Nilai Hasil Supervisi Guru
60
40
20
0
Kondisi Awal - Siklus I - Siklus II Kondisi Awal Siklus I
Siklus II
Skor
Prosentase
Menurut data empirik penelitian tindakan sekolah sebagaimana tertulis di atas dapat
disimpulkan bahwa melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan
pembelajaran bagi guru kelas SD negeri Pesarean 01.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah dinyatakan berhasil. Terbukti dengan
terpenuhinya indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu: 1) Melalui supervisi akademik dapat
meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru kelas SD Negeri Pesarean 01; 2)
Tindakan penelitian pada siklus I berhasil meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran
subjek penelitian. Nilai rata-rata pada kondisi awal 60 meningkat menjadi 76 pada akhir siklus I.
Perubahan teknik supervisi akademik pada siklus II lebih meningkatkan kemampuan melaksanakan
pembelajaran subjek penelitian, sehingga nilai rata-ratanya 76 menjadi 89,33; 3) Pelaksanaan
supervisi akademik yang dapat meningkatkan kemampuan guru kelas dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar bagi guru kelas di SD Negeri Pesarean 01 di antaranya: penjelasan materi mengenai
kegiatan belajar mengajar yang baik, mendemonstrasikan cara pembelajaran yang baik, melakukan
kunjungan kelas untuk mengamati kegiatan guru melaksanakan pembelajaran di kelas dan menilai
kemampuan guru dengan menggunakan Instrumen Penilaiaan Kinerja Guru (IPKG). Sedangkan
pada siklus II, kegiatan pembinaan dengan melakukan supervisi akademik secara individu.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. 2007. Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rosilawati, T., & Supraptono, E. (2014). SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA PENINGKATAN
MOTIVASI GURU MENYUSUN PERANGKAT PERSIAPAN PEMBELAJARAN. Jurnal Penelitian
Tindakan Sekolah dan Kepengawasan, 1(2).
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syaiful, Sagala. 2010. Supervisi Pembelajaran. Dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
-------. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang :
“STANDAR PROSES” Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
Elly Indriati
7
Download