6 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan terhadap Persepsi Persepsi ( perception ) berkaitan dengan bagaimana individu dapat mengenali dirinya maupun keadaan sekitarnya. Ada kemungkinan setiap individu yang melihat, merasakan atau mendengar suatu objek tertentu akan berbeda dalam hal memaknainya atau menanggapi suatu peristiwa, objek atau stimuli lainnya yang diterima melalui proses penginderaan. Seperti yang diungkapkan Slameto ( 2003: 102 ) berikut ini : “Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu dengan indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.” 2.1.1 Konsep tentang Persepsi Istilah persepsi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu `perception` yang berarti daya memahami, maka persepsi dapat diartikan sebagai proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus didapat dari proses pengideraan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Atkinson ( 1978: 201 ), mengartikan “ persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini di dalam lingkungan.” 7 Sementara itu J. Rakhmat ( 1986: 84 ) menjelaskan bahwa “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.” Terbentuknya persepsi siswa tentang kinerja guru PLP Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar merupakan pengamatan tentang segala sesuatu yang menyangkut proses pembelajaran oleh guru PLP melalui penginderaan kemudian ditafsirkan. Dengan demikian unsur-unsur alat indera memegang peranan penting, meskipun demikian alat kesempurnaan indera bukan hal yang paling menentukan persepsi tersebut. Dalam mengartikan proses pembelajaran oleh guru PLP, kemungkinan besar akan menghasilkan tanggapan yang berbeda dari setiap siswa. Kenyataan ini bukan hanya berdasarkan baik buruknya fungsi alat indera tetapi berdasarkan pula pada beberapa faktor yang melatar belakanginya. Sebagaimana dikatakan Surakhmad ( 1980: 24 ), bahwa : Dalam menanggapi sesuatu yang bersifat materiil persepsi banyak bergantung pada alat indera, dalam arti bahwa tingkah laku seseorang berhubungan dengan berfungsinya alat-alat tersebut untuk stimulasi tertentu. Akan tetapi kesempurnaan alat-alat indera bukanlah faktor yang menentukan karena manusia yang melakukan persepsi adalah aktif. Perbedaan persepsi dapat pula dipengaruhi oleh adanya perbedaan individual, kepribadian, sikap dan motivasi seperti pendapat Mari`at ( 1982: 24 ) yang menegaskan bahwa : 8 “Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman. Proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati objek psikologis dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai kepribadiannya. Sedangkan objek psikologis ini dapat berupa kejadian, ide, atau situasi tertentu.” Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologis tersebut. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide kemudian konsep mengenai apa yang dilihat berdasarkan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan ( beliefe ) terhadap objek tersebut. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi siswa terhadap suatu objek ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman dari luar. Persepsi siswa terhadap proses belajar mengajar akan berlainan penafsirannya dengan siswa lainnya. Kenyataan ini tidak semata-mata dipengaruhi oleh baik atau buruknya alat indera, tetapi lebih bersumber pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Merujuk pada pernyataan di atas, Lomb cs ( Adam I, I, 1987: 47 ) mengemukakan : “Setiap kali seseorang dihadapkan dengan suatu rangsangan yang sudah biasa ia hadapi, maka ia akan langsung mengumpulkan informasi (dari pengalamannya) dan membandingkannya dengan rangsangan yang ia hadapi sekarang. Bagaimana ia memberi arti terhadap rangsangan tersebut tergantung kepada kepribadian dan inspirasi yang bersangkutan.” 9 Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, menurut Siagian ( 1995: 101-105 ), yaitu : 1. Diri seseorang yang bersangkutan, apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, pengalaman, minat, dan harapannya. 2. Sasaran persepsi, sasaran tersebut mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa. Sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang dilihatnya. 3. Faktor situasi, persepsi harus dilihat secara kontekstual, yang berarti situasi dimana persepsi itu timbul perlu pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut memperdalam penumbuhan persepsi seseorang. Julaeha ( 2000: 4-5 ) mengemukakan faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1. Perhatian, artinya individu yang memusatkan perhatian pada objek tertentu saja dan hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal. 2. Intensitas stimulus, individu akan memperhatikan stimulus-stimulus yang lebih menonjol dari yang lain, atau kuat lemahnya stimulus akan mempenagruhi persepsi. 3. Nilai-nilai, artinya berupa nilai-nilai yang dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh individu. 10 4. Penafsiran pengalaman, artinya pengalaman terdahulu dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Sementara J. Rakhmat ( 1986: 69,73 ), menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. 2. Faktor-faktor structural berasal dari sifat stimuli fisik dan saraf-saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Merujuk pada beberapa pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : 1. Individu yang bersangkutan, sikap, minat, perhatian, kesiapan, sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lalu, kebutuhan, motivasi, harapan dan emosi. 2. Stimulus, seperti kuat lemahnya stimulus, intensitas stimulus, ukuran stimulus, dan cara kerja penginderaan. 3. Situasi, seperti kultur atau budaya tempat individu tinggal atau bekerja. 11 2.1.3 Proses Persepsi Thoha ( 1986: 143 ), mengungkapkan pendapat mengenai proses persepsi ini, yaitu : “Sub proses yang menganggap penting stimulus atau situasi yang hadir...sub proses selanjutnya adalah registrasi, interpretasi, dan umpan balik...suatu gejala yang Nampak adalah mekanisme fifik yang berupa penginderaan dan seseorang terpengaruh...terdapatnya semua informasi sampai kepada seseorang. Sub proses yang terakhir adalah umpan balik , sub proses ini mempengaruhi seseorang.” Dari pendapat Miftah Thoha tersebut berarti, suatu proses pemberian makna terhadap suatu objek, berjalan melalui tahap-tahap berpikir yang sistematis. Seseorang akan memperoleh persepsi yang memadai apabila ia mampu berpikir dengan baik dan sistematis. Pengalaman awal Proses belajar Cakrawala Pengetahuan Pengalaman K e p r i b a d i a n Kognisi Afeksi Faktor lingkungan yang mempengaruhi Evaluasi Senang/tidak senang Objek Psikolog Konasi Kecenderungan Sikap bertindak Gambar 2.1 Bagan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 12 Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengarah pada apa yang dilihat berdasarkan nilai dan norma tersebut. Selanjutnya afeksi memberikan evaluasi emosional ( senang/tidak senang ) terhadap objek. Pada tahap selanjutnya yang berperan adalah komponen konasi yang memberikan kesediaan/kesiapan jawaban berupa tindakkan terhadap objek, dimana seseorang dapat menerima atau sebaliknya menolak dan reaksi yang timbul bersifat apatis, acuh tak acuh atau menantang sampai akstrim memberontak. Ini tergantung dari keseimbangan antara objek yang dilihat dengan penghayatan dimana unsur norma dan nilai dirinya dapat menerima secara rasional dan emosional. 2.1.4 Prinsip Dasar Persepsi Memahami serta menerapkan prinsip-prinsip dasar persepsi dirasakan sangat penting, sebab sebagaimana yang diungkapkan Slameto ( 2003: 102 ), “Makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat”. Selanjtunya Slameto ( 2003: 103-105 ) mengungkapkan beberapa prinsip dasar persepsi, yaitu : 1. Persepsi itu relatif bukannya absolut Manusia bukan instrumen yang mampu menyerap segala sesuatu peristiwa seperti keadaan sebenarnya. Berdasarkan kenyataan bahwa persepsi itu relatif, seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik perspsi dari siswanya untuk 13 pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya. 2. Persepsi itu selektif Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan. 3. Persepsi itu mempunyai tatanan Orang itu menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas. 4. Persepsi dipengaruhi harapan dan kesiapan Harapan dan kesiapan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yag dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan itu diinterpretasikan. 5. Pengukuran persepsi Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini, atau sikap ( attitude ). Mari`at ( 1981: 2 ) menyebutkan persepsi sebagai aspek kognitif dan sikap. Karena persepsi merupakan aspek kognitif dan sikap, maka untuk 14 mengungkapkan atau mengukur persepsi dapat digunakan instrumen pengungkap sikap. Untuk mengungkapkan sikap seseorang termasuk persepsi terhadap suatu objek psikologis, Sugiyono ( 2007: 134 ) mengemukakan empat metode, yaitu Skala Likert, Skala Gottman, Rating Scale, dan Semantic Diferential. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Biasanya Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dan menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam beberapa alternatif. Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai dengan arah pertanyaan, sikap, atau persepsi. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan bentuk checklist. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi ( 2 alternatif ). Sedangkan semantic differensial digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist tetapi dalam suatu garis kontinum. Sehubungan dengan hal tersebut, maksud persepsi siswa tentang kinerja Guru PLP yang paling mudah pengembangan dan administrasinya adalah menggunakan model Skala Likert. 15 2.2 Kinerja Guru PLP 2.2.1 Pengertian Kinerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka ( 1994: 503 ), kinerja berarti : 1) sesuatu yang dicapai, 2) prestasi yang diperlihatkan, atau 3) kemampuan kerja (tentang peralatan). Menurut Lembaga Administrasi Negara yang dikutip Tamam (2000:29) bahwa " kinerja merupakan terjemahan bebas dari kata bahasa Inggris permormance yang artinya prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil kerja atau penampilan kerja. " Dikemukakan oleh Idochi Anwar yang dikutip Ruslan ( 1998: 13 ), bahwa : "Kinerja sama dengan performance kerja yaitu berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola perilaku sebagai aktualisasi dari kompetensi yang dimiliki.” Dari beberapa pendapat di atas tentang pengertian kinerja, dapat disimpulkan bahwa kinerja mengacu pada wujud dari kemampuan diri seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Fakor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah motif-motif individu seperti yang dikemukakan oleh steers dan porter yang dikutip Tamam ( 2000: 30 ), bahwa `kinerja ( permormansi ) dipengaruhi oleh motif-motif individu dalam interaksi dengan lingkungannya`. 16 Sejalan dengan pendapat Steers dan porter tersebut, William B Castetter yang dikutipoleh Tamam ( 2000: 30 ) mengemukakan beberapa sumber utama yang menyebabkan kinerja tidak efektif yaitu : 1. Sumber dari individu itu sendiri a. Kelemahan intelektual b. Kelemahan psikologis c. Kelemahan fisiologis d. Demotivasi e. Faktor-faktor personalitas f. Proparasi posisi g. Orientasi nilai 2. Sumber dari organisasi a. Sistem organisasi b. Peranan organisasi c. Perilaku yang berhubungan dengan kepengawasan d. Iklim organisasi 3. Sumber lingkungan eksternal a. Keluarga b. Kondisi ekonomi c. Kondisi politik d. Kondisi hokum e. Nilai-nilai sosial f. Perubahan teknologi 17 Untuk menilai suatu kinerja personil, Dale Timpe yang dikutip Tamam ( 2000: 32 ) menyatakan bahwa seorang pegawai yang memiliki kinerja tinggi adalah pegawai yang memiliki produktifitas tinggi dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Memiliki kemampuan profesional di bidangnya a. Memahami dan menguasai pekerjaannya b. Kreatif dan inovatif c. Selalu memperdalam pengetahuan dalam bidangnya 2. Bermotivasi tinggi a. Mempunyai kemauan keras untuk bekerja b. Bekerja efektif dengan atau tanpa pengawasan c. Selalu tepat waktu dan ingin menepati waktu 3. Mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya a. Menyukai dan bangga dengan pekerjaannya b. Memandang pekerjaanya sebagai pemuas kebutuhannya c. Mempunyai kebiasaan kerja yang baik d. Menghormati manajemen dan tujuannya e. Dapat menerima pengarahan f. Luwes dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan 4. Dewasa a. Mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat b. Mandiri, percaya diri, dan disiplin c. mantap secara emosional 18 d. dapat belajar dari pengalaman e. mempunyai ambisi yang sehat, ingin tumbuh secara profesional 5. Dapat bergaul secara efektif a. Menampilkan pribadi yang menyenangkan b. Dapat bergaul dengan atasan atau teman sejawat c. Berkomunikasi dengan baik dan terbuka terhadap saran d. Suka bekerja sama dan memiliki solidaritas tinggi terhadap teman sejawatnya Baik tidaknya kinerja seseorang dalam suatu lembaga tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang mereka miliki. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seeorang. Seperti yang dikemukakan oleh Sunarsih yang dikutip oleh Rusdan ( 1998: 15 ) bahwa : ”Ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor yang datang dari dalam diri (intern) dan yang datang dari luar. Faktor yang ada pada diri sendiri ditentukan oleh persepsi, sikap, nilai-nilai, kepuasan kerja, dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung, ikut mempengaruhi kinerja.” Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan kerja seseorang yang dapat dilihat dari penampilan atau presentasi kerjanya, dimana kinerjanya tersebut dapat dipengarui oleh faktor-faktor yang datang dari dalam diri ataupun dari luar. 19 2.2.3 Kinerja Guru 1. Pengertian Guru Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan yang seyogyanya berperan serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri seorang guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada taraf kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Guru tidak semata-mata hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Menurut Usman ( 2006: 6 ) guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. 2. Tugas Guru Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti menruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa ( Usman, 2006: 9 ) 20 3. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya ( Wrightman: 1977 ) Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey yang dikutip oleh Usman ( 2006: 9 ), antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Selanjutnya Usman ( 2006: 7 ) mengemukakan peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Guru Sebagai Demonstrator Melalui peranannya sebagai demonstrator, pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TPK ( Tujuan Pembelajaran Khusus), memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, 21 memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. b. Guru Sebagai Pengelola Kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas. Serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Tujuan umum dari pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswanya bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Tanggung jawab lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari ke arah self directed behavior. 22 c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajarmengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. d. Guru Sebagai Evaluator Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik mapupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat menegtahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya 23 4. Kinerja Guru PLP Sundawa ( 1997: 25 ) selanjutnya melihat ada tiga kecenderungan yang nampak dari kinerja guru " pertama, yaitu kemampuan kerja yang terpusat pada guru. Kedua, kemampuan kerja guru dalam interaksinya dengan siswa dan ketiga, kemampuan kerja guru dalam penguasaan bahan pelajaran. " Kinerja guru PLP dalam penelitian ini akan diungkap berdasarkan Instrumen Penilaian Penampilan Latihan Program Pengalaman Lapangan UPI, yang terdiri dari : 1. Kemampuan membuka pelajaran, yang terdiri dari : a. Menarik perhatian siswa b. Memotivasi siswa c. Membuat kaitan materi ajar sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan d. Memberi acuan materi ajar yang akan diajarkan 2. Sikap praktikan dalam proses pembelajaran, yang terdiri dari : a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Tidak melakukan gerakan dan atau ungkapan yang mengganggu perhatian siswa. c. Antusiasme mimik dalam penampilan d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas/ruang praktik 3. Penguasaan materi pembelajaran, yang terdiri dari : a. Kejelasan memposisikan materi ajar yang disampaikan dengan materi lainnya yang terkait 24 b. Kejelasan menerangkan berdasarkan tuntutan aspek kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor ) c. Kejelasan dalam memberikan contoh/ilustrasi sesuai tuntutan aspek kompetensi d. Mencerminkan penguasaan materi ajar secara proporsional 4. Implementasi langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari : a. Penyajian materi ajar sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa, dengan berpusat pada siswa c. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan respon dari siswa d. Cermat dalam memanfaatkan waktu, sesuai alokasi yang direncanakan 5. Penggunaan media pembelajaran, yang terdiri dari : a. Memperhatikan prinsip penggunaan media b. Tepat saat penggunaan c. Terampil dalam mengoperasionalkan d. Membantu kelancaran proses pembelajaran 6. Evaluasi, yang terdiri dari : a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi sesuai butir soal yang telah direncanakan dalam RPP c. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan d. Melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis yang dirancang 25 7. Kemampuan menutup pelajaran, yang terdiri dari : a. Meninjau kembali/menyimpulkan materi kompetensi yang diajarkan b. Memberikan kesempatan bertanya c. Menugaskan kegiatan ko-kulikuler d. Menginformasikan materi ajar berikutnya 2. 2.4 Pengertian PLP Buku pedoman Akademik UPI Bandung ( 1994/1996: 28 ), yaitu : ”PLP merupakan salah satu kegiatan pendidikan yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa yang mencakup pembinaan kemampuan mengajar dan pembinaan tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan profesi kependidikan.” Wardani dan Suparno ( 1994: 6 ) mengemukakan : “Dalam kaitan dengan lembaga pendidikan guru, PLP dapat diartikan sebagai satu program dalam pendidikan prajabatan guru yang dirancang khusus untuk menyiapkan para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang terintegrasi utuh, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya dan diangkat menjadi guru, mereka siap mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. “ Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa PLP merupakan salah satu program kependidikan yang dilakukan oleh seorang calon guru secara terbimbing dan terpadu dalam waktu tertentu untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme di bidang kependidikan. 26 2.2.5 Tujuan PLP Dalam buku Pedoman Praktek Kependidikan IKIP Bandung ( 1999: 3 ) menjelaskan tujuan PLP adalah : 1. Tujuan Umum PLP bertujuan agar para mahasiswa (praktikan) mendapatkan pengalaman kependidikan secara faktual di lapangan, sebagai wahana terbentuknya tenaga kependidikan yang profesional. Pengalaman yang dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam profesi sebagai pendidik, serta mampu menerapkannya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan penuh tanggung jawab. 2. Tujuan Khusus Melalui PLP Kependidikan diharapkan para mahasiswa : a. Mengenal secara cermat lingkungan sosial, fisik, administrasi, dan akademik sekolah tempat latihan. b. Dapat menerapkan berbagai ketrampilan dasar keguruan / kependidikan secara utuh dan terpadu dalam situasi sebenarnya. c. Dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan penghayatannya, yang direfleksikan dalam perilakunya sehari-hari. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa kegiatan PPL bertujuan untuk membimbing mahasiswa calon guru agar memiliki profesionalisme sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dan terintegrasi. 27 Adapun menurut Wardani dan Suparno ( 1994: 6 ), tujuan umum dari PLP bagi calon guru sekolah menengah adalah mempersiapkan calon guru yang mampu melaksanakan tugasnya sebagai guru yang mandiri di dekolah menengah Secara rinci, tujuan PPL adalah mempersiapkan calon guru sekolah menengah agar : 1. Mengenal secara cermat lingkungan fisik. Administrasi, serta akademiksosial sekolah menengah tempatnya bertugas kelak. 2. Mampu menyusun rencana pelajaran yangs sesuai dengan karakteristik siswa yang akan diajarnya. 3. Mampu menyiapkan dan mengatur fasilitas fisik yang diperlukannya dalam mengajar. 4. Menguasai keterampilan dasar mengajar yang bersifat generik. 5. Mampu menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam situsi nyata di sekolah menengah di bawah bimbingan para pembimbing. 6. Mampu menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam situasi nyata di sekolah menengah secara mandiri, 7. Mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalamannya selama latihan melalui refleksi. 8. Mau berinteraksi dengan teman sejawat atau kelompok profesional keguruan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan tugas keguruan. 28 9. Mau mengambil bagian dalam kegiatan ekstra kulikuler yang akan membawa nama baik sekolah. 2.2.6 Pelaksanaan PLP Mengacu pada Kurikulum Ketentuan Pokok dan Struktur Program UPI Bandung (2003) Mata Kuliah PLP mempunyai bobot 4 sks dan dilaksanakan selama 1 semester. PLP dapat dilaksanakan baik itu pada semester ganjil ataupun pada semester genap. Wardani dan Suparno ( 1994: 27 ) membagi PLP dalam 4 tahap yaitu tahap pengenalan lapangan, latihan mengajar terbatas, latihan terbimbing, dan latihan mandiri. Kegiatan latihan di sekolah-sekolah didahului dengan penyusunan jadwal latihan yang dilakukan bersama oleh dosen pembimbing, guru pamong serta kepala sekolah. Dosen pembimbing mengatakan dan memperkenalkan serta menyerahkan mereka secara resmi kepada kepala sekolah untuk memperoleh bimbingan selama menjalankan program lapangan. 2.3 Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar 2.3.1. Posisi Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar di Kurikulum Dalam mencapai penguasaan standar kemampuan lulusan SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ) yang telah ditetapkan, khususnya tingkat penguasaan mata pelajaran yang sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan suatu proses pendidikan dan pelatihan yang dirancang secara terstandar dalam ukuran isi, 29 waktu, dan metode tertentu khususnya untuk program pendidikan sistem ganda yang ada di SMK. Materi program keahlian itu tidak terlepas dari pertimbangan isi atau materi kurikulum yang berlaku secara utuh. Sesuai dengan kebijakan Teknis Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ( 1998: 8 ) menyebutkan bahwa materi kurikulum yang ada di SMK terdiri dari : 1. Komponen Pendidikan Umum ( Program normatif ) 2. Kompetensi Pendidikan Dasar ( Program adaptif ) 3. Kompetensi Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan ( Program produktif ) Tabel 2.1 Program Pendidikan dan Latihan Sekolah Menengah Kejuruan Program Pendidikan dan Latihan Program Normatif 1. PKN 2. Pendidikan Agama 3. Bahasa dan Sastra Indonesia 4. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 5. Sejarah Nasional dan Umum Program Adaptif 1. Matematika 2. Bahasa Inggris 3. Fisika 4. Kimia 5. Komputer 6. Kewirausahaan Program Produktif 1. Menggambar Teknik Dasar 2. Pekerjaan Dasar Survey 3. Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan 4. Perhitungan Statistika Bangunan 5. Perhitungan Kekuatan Konstruksi Bangunan Sederhana 6. Pekerjaan Pasangan Batu 7. Pekerjaan Ubin 8. Pekerjaan Plesteran 9. Pekerjaan Konstruksi Beton Sederhana 10. Pekerjaan Bekisting dan Perancah 11. Pekerjaan Cat Jam pelajaran Tk.1 Tk.2 Tk.3 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 32 32 32 32 32 240 120 120 80 40 40 240 120 120 80 40 40 96 48 48 32 32 360 120 360 120 - 160 130 120 150 100 150 50 - 30 12. Pengujian Bahan Bangunan 13. Paket pilihan - Konstruksi Beton Bertulang - Konstruksi Baja - Konstruksi Jalan dan Jembatan Jumlah Jam Pembelajaran - 100 2000 2000 1384 1800 Dari materi kurikulum diatas dapat dilihat bahwa penguasaan program produktif merupakan program yang penting untuk dikuasai oleh siswa salah satunya adalah Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar. Orientasi Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar adalah memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, persepsi, sosial, estetik, artistik, dan kreatifitas kepada siswa dengan melakukan aktifitas apresiasi dan kreasi, terhadap berbagai produk benda di sekitar siswa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, mencakup antara lain : jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur, sifat, komposisi, bahan baku, bahan pembantu, peralatan, teknik, kelebihan dan keterbatasannya. Menggambar Teknik Dasar adalah mata diklat yang berisi kemampuan perseptual, apresiasi dan kreatif produktif dalam menghasilkan produk teknologi struktur pengetahuan dalam mata pelajaran Menggambar Teknik Dasar terdiri dari : jenis, bentuk, dan fungsi dan teknologi, alat, bahan, proses dan teknik, struktur visual, aspek tema / subjectmatter dan konteks budaya misalnya aspek kesejarahan, daerah asal, segmentasi pengguna. Dalam mata diklat ini terbuka kesempatan untuk berintegrasi dengan pengetahuan yang telah diperoleh siswa dalam mata diklat lain. Seluruh aktifitas pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa agar inovatif, adaptif, dan kreatif melalui pengalaman belajar yang menekankan pada aktifitas fisik dan aktifitas mental. 31 Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar tidak menanamkan kepada siswa ketrampilan khusus secara mendalam karena mata pelajaran ini tidak mencetak `tukang` sebagai hasil pelajarannya. Aktifitas yang dilakukan siswa adalah berbagai macam ketrampilan yang umum agar bekal dan pengalaman siswa menjadi kaya dan beragam. Dalam dokumen Kurikulum 1999 tujuan Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar adalah : 1. Mengembangkan pengetahuan siswa melalui penelaahan jenis, bentuk, sifat-sifat, penggunaan dan kegunaan, alat, bahan, proses dan teknik membuat berbagai macam produk-produk teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia, termasuk pengetahuan dalam konteks budaya dari benda-benda tersebut. 2. Mengembangkan kepekaan rasa estetik, rasa menghargai terhadap hasilhasil produk teknologi masa kini, serta artefak hasil produksi masa lampau dari berbagai wilayah nusantara maupun dunia. 3. Mengembangkan ketrampilan siswa untuk menghasilkan berbagai produkproduk teknologi serta industri sederhana yang berguna bagi kehidupan manusia dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya. 4. Menanamkan apresiasi kepada siswa akan berbagai tatanan kehidupan di dunia ternasuk budayanya sehingga dapat menumbuhkan kecintaan budaya berkarya yang bercirikan indonesia. 32 5. Mengembangkan kepekaan kreatif siswa melalui berbagai kegiatan penciptaan benda-benda produk kerajinan dan teknologi menggunakan bahan-bahan alam maupun industri. 6. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan ( leadership) maupun kekaryaan ( employmentship ). 2.3.2. Kompetensi Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar di SMKN 5 Bandung Kompetensi Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar di SMKN 5 Bandung adalah ( sumber: Kurikulum SMKN 5 Bandung ): a. Menggambar proyeksi orthogonal b. Menggambar proyeksi orthogonal prisma c. Menggambar proyeksi orthogonal piramida d. Menggambar konstruksi bata/batako e. Menggambar konstruksi pondasi dangkal dari batu kali atau rollag dari bata/batako 2.3.3. Evaluasi Evaluasi yang dilaksanakan yaitu penugasan,UTS dan UAS. 1. Tugas-tugasnya antara lain : a. Melakukan pekerjaan menggambar proyeksi konstruksi geometris dengan objek kubus. b. Melakukan pekerjaan menggambar proyeksi konstruksi geometris dengan objek prisma segienam. 33 c. Melakukan pekerjaan menggambar proyeksi konstruksi geometris dengan objek piramida segilima beraturan. d. Melakukan pekerjaan menggambar proyeksi konstruksi dinding setengah bata. e. Melakukan pekerjaan menggambar proyeksi konstruksi dinding satu bata. f. Melakukan pekerjaan menggambar proyeksi konstruksi pilaster. g. Melakukan pekerjaan menggambar denah, tampak dan potongan rumah tinggal sederhana tipe 36. h. Melakukan pekerjaan menggambar rencana pondasi dan detail rumah tinggal sederhana tipe 36. i. Melakukan pekerjaan menggambar kusen dan detail rumah tinggal sederhana tipe 36. j. Melakukan pekerjaan menggambar hubungan pondasi dengan beton bertulang rumah tinggal sederhana tipe 36. k. Melakukan pekerjaan menggambar rollag di atas kusen rumah tinggal sederhana tipe 36. l. Melakukan pekerjaan merencanakan denah, tampak, potongan, rencana pondasi dan detail pondasi rumah tinggal tidak bertingkat tipe 42. 2. UTS dan UAS