1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk tanaman kacang-kacangan menduduki urutan kedua setelah kedelai, berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri cukup besar. Kacang tanah dapat digunakan langsung untuk pangan dan bahan baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk pakan ternak (Marzuki, 2007). Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai 50.000 – 150.000 ton biji dan 150.000 – 450.000 ton polong segar tahun-1. Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga perlu import sebesar 90.000 - 150.000 ton biji tahun-1 (Kasno , 2007). Menurut Gaybita (1996 dalam Kasno 2007) Indonesia termasuk importir kacang tanah terbesar dunia, berasal dari Vietnam, Cina, dan India. Hasil kacang tanah di Indonesia tergolong masih rendah, baru mencapai 1,45 t ha-1. Sumarno dkk. (1989) menyatakan bahwa 66 % kacang tanah di Indonesia ditanam di lahan kering dengan rentang hasil antara 0,5 - 1,5 t biji ha -1. Potensi hasil varietas unggul dapat mencapai 2,6 t biji ha-1 (Anonim, 1999). Lana (2007) menyatakan bahwa hasil kacang tanah dapat mencapai 3,664 t biji ha -1, hal ini menunjukkan bahwa hasil tanaman kacang tanah masih dapat ditingkatkan. Agung (2005) menyatakan bahwa produktivitas lahan dan hasil tanaman di lahan kering masih rendah karena sebagian besar lahan kering mempunyai tingkat 1 2 kesuburan rendah dan sumber air terbatas hanya tergantung pada curah hujan yang distribusinya tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Program Nasional untuk meningkatkan produksi kacang-kacangan telah dimulai sejak tahun 1983 tetapi belum memberikan hasil yang maksimal. Pengembangan kacang tanah melalui pemanfaatan lahan yang mempunyai potensi besar belum dapat dicapai, hal ini dapat dilihat di kabupaten Badung tahun 2009 dari sasaran 664 ha baru terealisasi 76 ha (11,45 %) dengan rata-rata hasil 1,7 t biji ha-1 (Anonim, 2009). Usaha jangka pendek dalam meningkatkan produksi adalah melalui peningkatan hasil panen tiap hektar, yakni dengan mengintensifkan cara budidaya. Kacang tanah tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan yang sesuai, dimana perbedaan varietas menentukan perbedaan hasil yang dicapai. Varietas Lokal dapat beradaptasi dengan baik, kebutuhan hara rendah, tetapi mempunyai daya hasil rendah. Di Desa Blahkiuh varietas Kelinci sudah sering ditanam petani, tetapi hasilnya masih rendah. Varietas Domba merupakan varietas unggul baru yang dilepas tanggal 17 Maret 2004 (Lampiran 4). Varietas ini mempunyai potensi hasil cukup tinggi yaitu 3,6 t ha-1 polong kering, Hasil penelitian Purnomo dkk. (2007) mempergunakan varietas domba dilahan tegalan Kabupaten Banjar negara menyatakan bahwa, dari 81 % tanaman yang tumbuh, jumlah yang dipanen 68,5 %, jumlah polong berisi 11,6 tan-1, polong kering 81,2 tan-1, dan hasil 1,8 t biji ha-1,yang lebih tinggi dari 20 varietas unggul kacang tanah yang dicoba. Informasi berbagai varietas kacang tanah memberikan peluang bagi petani untuk melakukan pemilihan terhadap varietas yang dapat beradaptasi dan mempunyai 3 hasil tinggi. Varietas kacang tanah yang adaptif dan berproduktivitas tinggi merupakan salah satu faktor produksi yang murah dan mudah bagi petani (Adisarwanto, 2000). Unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan kacang tanah terbagi dalam dua golongan yaitu unsur hara makro ( N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, B, Co, Cu, dan Zn). Banyaknya unsur hara yang terserap dari dalam tanah untuk hasil kacang tanah 3,5 t ha-1 polong kering diperlukan N, P205, K20, Ca, Mg, dan S sebesar 230, 39, 116, 66, 21, dan 24 kg (Sumarno, 1987). Jumlah unsur hara ini diperlukan oleh tanaman tergantung pada varietas, potensi hasil, umur dan tingkat efisiensi penggunaan hara (Suyamto, 1993). Penggunaan bahan organik tidak hanya menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi akar dan memperbaiki kapasitas menahan air (Sutanto, 2007). Tanah dengan kandungan C–organik kurang dari 1 %, walaupun pemberian pupuk anorganik dengan dosis tinggi, sulit terjadi peningkatan hasil bahkan cendrung menurun (Anonim, 2008). Kualitas pupuk organik tergantung pada bahan baku dan proses pembuatannya. Pupuk kandang sapi merupakan pupuk organik yang sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang sapi dapat meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro bagi tanaman. Pupuk kandang sapi umumnya digunakan petani karena mudah diperoleh dan sebagian petani juga memelihara ternak (Setyorini et al., 2006). Penggunaan pupuk kandang sapi di Bali saat ini sedang dimasyarakatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah , tetapi 4 belum diketahui dosis optimum pupuk kandang sapi untuk penanaman kacang tanah. Lahan kering di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung cukup potensial dimanfaatkan untuk penanaman tanaman kacang tanah. Penggunaan pupuk kandang sapi mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga diharapkan dapat menciptakan media yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah baik dari kegemburan tanah maupun ketersediaan unsur hara untuk meningkatkan hasil kacang tanah. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian ”Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang tanah di Lahan Kering Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.” 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah ? 2. Berapa dosis optimum pupuk kandang sapi pada masing-masing varietas kacang tanah yang diuji ? 3. Apakah varietas unggul Kelinci dan Domba memiliki pertumbuhan dan hasil lebih baik dibandingkan dengan varietas Lokal Culik ? 5 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dan varietas kacang tanah terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. 2. Mengetahui dosis optimum pupuk kandang sapi pada masing-masing varietas kacang tanah yang diuji. 3. Untuk mengetahui varietas kacang tanah terbaik dalam hal pertumbuhan dan hasil. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pemanfaatan pupuk kandang sapi untuk pemupukan dan pemilihan varietas kacang tanah yang sesuai di lahan kering. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani tentang pemanfaatan pupuk kandang sapi untuk pemupukan kacang tanah dan pemilihan varietas kacang tanah yang terbaik di kembangkan di daerah tersebut. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Tanaman Kacang Tanah Program nasional untuk meningkatkan produksi kacang tanah belum memberikan hasil yang maksimal. Paket teknologi yang telah dicoba untuk direkomendasikan belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh petani. Petani masih banyak menggunakan varietas lokal. Varietas unggul belum banyak ditanam karena keterbatasan penyediaan benih ditingkat petani serta kurangnya informasi benih unggul. Ketersediaan benih terbatas pada penggunaan benih produksi petani sendiri yang kualitasnya sudah menurun. Kacang tanah merupakan tanaman semusim dengan sistem perakaran adalah akar tunggang dan akar lateral. Pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan seperti keadaan tanah dan iklim serta cara bercocok tanam tidak selalu berada pada kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman sehingga seringkali tanaman tidak mampu berkembang sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki. Kendala faktor lingkungan produksi dapat berupa kendala fisik dan kimia seperti kekeringan, suhu tinggi, keracunan dan kekurangan hara serta kendala biologi seperti hama, penyakit dan gulma (Nugrahaeni dan Kasno, 1992). Kacang tanah memerlukan iklim yang lebih panas dibandingkan tanaman kedelai atau jagung. Suhu udara untuk pertumbuhan kacang tanah berkisar antara 25-35 0 C. Suhu udara optimum untuk perkecambahan benih adalah 20-30 sedangkan pembungaan berkisar antara 24-27 6 0 0 C C. Suhu tanah optimum untuk 7 perkembangan ginofor adalah 30-34 0 C (Andrianto dan Indrianto, 2004). Daerah yang mempunyai suhu udara kurang dari 20 0 C dan suhu tanah kurang dari 25 0 C menyebabkan tanaman kacang tanah tumbuh lambat dan hasilnya rendah (Pitojo, 2005). Tanaman kacang tanah membutuhkan intensitas cahaya yang cukup. Rendahnya intensitas cahaya pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa (Asley, 1996). Sumarno (2003) menyatakan bahwa tanaman kacang tanah membutuhkan kelembaban udara kurang dari 80 %. Kelembaban di atas 80 % akan memberikan lingkungan yang sangat baik bagi berkembangnya penyakit bercak daun, karat dan mendorong pertumbuhan cendawan busuk akar. Kacang tanah tumbuh dengan baik pada dataran rendah yaitu kurang dari 600 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan optimal 300-500 mm selama pertumbuhan sampai panen (Adisarwanto, 2000). Curah hujan sangat penting pada awal pertumbuhan, pembentuk ginofor dan pengisian polong. Kekeringan pada stadia tersebut dapat mengakibatkan gagal panen (Sumarno, 2003). Tanah yang cocok untuk tanaman kacang tanah adalah tanah yang gembur, berdrainasi baik, dan cukup unsur hara N, P, K, Ca dan unsur mikro. Tanah yang terlalu subur kurang baik untuk kacang tanah karena dapat mendorong pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dan pembentukan polong berkurang (Sumarno, 2003). Ca sangat diperlukan untuk pembentukan polong dan biji. Kekurangan Ca mengakibatkan biji keriput, polong tidak terisi penuh, hampa dan 8 membusuk. Tingkat kemasaman tanah yang optimal untuk pertumbuhan kacang tanah adalah antara pH 6 hingga 6,5 (Andrianto dan Indrianto, 2004 ). Sumarno (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan kacang tanah di lahan kering sangat baik apabila ada hujan seminggu sekali diselingi dengan hari yang cerah. Kekeringan yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan pengisian polong tanaman kacang tanah. Hal ini sangat berpengaruh pada hasil kacang tanah (Soepandie, 1996). Adisarwanto (2000) menyatakan bahwa stadia sensitif (kritis) tanaman kacang tanah adalah stadia perkecambahan, pembungaan, pembentukan polong dan pengisian biji. Stadia kritis mengalami cekaman kekeringan maka akan mempengaruhi hasil kacang tanah. Kekurangan air selama fase pertumbuhan kacang tanah terutama pada stadia pembentukan hingga pengisian polong dapat menyebabkan penurunan hasil. Hasil polong kering kacang tanah varietas Kelinci dan Mahesa yang diuji di Muneng pada lingkungan kering (pemberian air hanya sampai umur 45 hari) jauh lebih rendah yaitu masing-masing 0,467 t ha -1 dan 0,735 t ha -1 dibandingkan pada pemberian air teratur sampai umur 80 hari dengan interval 14 hari yang hasilnya masing-masing 0,931 t ha -1 dan 1,425 t ha -1 (Munip dkk., 1999). Hasil kacang tanah varietas Kelinci yang ditanam di lahan kering di Desa Kayuambua, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli dengan curah hujan selama penelitian 691 mm adalah 2,44 t biji ha -1. 9 2.2 Peranan Pupuk Kandang Sapi terhadap Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Kacang Tanah Pupuk kandang sapi berasal dari kotoran padat dan cair (urin) ternak sapi yang telah bercampur dengan sisa-sisa makanan dan material alas kandang (Musnamar, 2004). Pupuk kandang sapi dapat memperbaiki sifat kimia tanah mengandung unsur hara makro maupun unsun hara mikro walaupun jumlahnya lebih rendah jika dibandingkan dengan pupuk anorganik. Penambahan pupuk kandang sapi pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti kemampuan mengikat air, porositas dan barat volume tanah. Interaksi antara pupuk kandang sapi dan mikroorganisme tanah dapat memperbaiki agreat dan struktur tanah. Hal ini dapat terjadi karena hasil dekomposisi oleh mikroorganisme tanah seperti polisakarida dapat berfungsi sebagai lem atau perekat antar partikel tanah. Keadaan ini berpengaruh langsung terhadap porositas tanah. Tanah berpasir, pupuk kandang sapi dapat berperan sebagai pemantap agregat yang lebih besar daripada tanah liat (Hartatik dkk., 2002). Pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pupuk anorganik seperti (1) pupuk kandang sapi dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah, (2) meningkatkan nilai tukar kation, (3) memperbaiki strutur tanah, (4) meningkatkan aerasi dan kemampuan tanah dalam memegang air dan (5) menyediakan lebih banyak macam unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro lainnya (Tisdale dan Nelson, 1991 ) serta (6) penggunaannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Donahue et al., 1997). Selain kelebihan tersebut pupuk kandang sapi juga 10 memiliki kekurangan antara lain : (1) kandungan unsur haranya yang rendah, (2) tersedia bagi tanaman secara perlahan-lahan sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama, (3) membutuhkan biaya transportasi yang besar (Sarief, 1986 ). Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sapi sangat bervariasi tergantung pada jenis pakan sapi dan cara penyimpanan pupuk kandang tersebut. Pada umumnya pupuk kandang sapi mengandung nitrogen (N) 2-8 %, fosfor (P2O5) 0,2-1 %, kalium (K2O) 1-3 %, magnesium (Mg) 1,0-1,5 % dan unsur mikro (Donahue et al., 1977). Benne et al., (1961) menyatakan bahwa pupuk kandang sapi mengandung unsur mikro yang diperlukan tanaman seperti Bo, Cu, Fe, Mo dan Zn. Secara umum rata-rata pupuk kandang sapi yang sudah siap diberikan pada tanah mengandung 0,5 % nitrogen, 0,25 % asam fosfat, 0,5 % kalium dan unsur mikro lainnya (Anonim. 2008). Marisson (1961) menyatakan bahwa selain mengandung unsur hara tersebut, pupuk kandang juga mempunyai efek lain terhadap tanah yaitu kandungan bahan organik yang tinggi dapat menekan terjadinya erosi, sedangkan pada tanah yang berpasir sangat cocok karena mempunyai kemampuan dalam menahan air dan dapat mengurangi hilangnya unsur hara karena pencucian. Pupuk kandang yang matang bercirikan : tidak berbau kotoran , dingin, telah mengalami proses fermentasi kurang lebih 2 bulan dan selalu dibolak balik, suhunya stabil berwarna gelap dan kadar airnya relatif rendah serta rasio antara C dan N rendah (Marsono dan Sigit, 2005). Selain itu juga dikatakan bahwa pupuk kandang yang baik adalah mengandung bahan organik 60 -70 %, nitrogen 1,5 - 2 %, fosfat 0,5 - 1 %, kalium 0,5 - 1 % dengan kadar air 30 - 40 %. 11 Hadisumitro (2002), menyatakan bahwa pupuk kandang matang dicirikan oleh sifat kimia diantaranya mengandung hara karbon (C) lebih dari 10 %, nisbah C/N dibawah 20 %, pH sekitar netral (6 - 8) dan tidak mengandung garam serta kandungan unsur mikro dalam jumlah yang berlebihan. Dosis pupuk kandang sapi yang dianjurkan khususnya pada tanah yang kandungan unsur haranya sangat rendah dan strukur padat berkisar antara 20 - 30 t ha-1 (Marsono dan Sigit, 2005). Sutanto (2006) merekomendasikan untuk penggunaan pupuk kandang dengan dosis yang bervariasi antara 20 - 60 t ha-1, tergantung pada jenis komoditi yang diusahakan seperti untuk tanaman padi 20 30 t ha-1, jagung 20 - 25 t ha-1, kedele 20 - 30 t ha-1, dan tebu 40 - 60 t ha-1. Menurut Harsono dkk. (1995), pemberian pupuk kandang sapi 10 t ha-1 di Jepara (tanah latosol) dan Tuban ( tanah mediteran) belum meningkatkan hasil kacang tanah pada musim tanam pertama. Selanjutnya Lana (2007) melaporkan bahwa dengan pemakaian pupuk kandang sapi 15 t ha-1 dan 150 kg ha-1 mikoriza menghasilkan biji kacang tanah sebesar 3,664 t ha-1. Menurut Sine (2006) pemberian pupuk kandang sapi 10 t ha-1 dan 160 kg dolomit menghasikan biji k.a. 12 % sebesar 1,92 t ha-1. Waktu pemberian pupuk yang baik adalah dibenamkan bersamaan dengan pengolahan tanah yang umumnya dilakukan antara 3 - 4 minggu sebelum tanam dan jika pupuk kandang tersebut sudah matang dapat diberikan saat tanam atau 1 - 2 minggu setelah tanam (Marsono dan Sigit, 2005). 12 2.3 Varietas Kacang Tanah Varietas kacang tanah baik varietas lokal maupun unggul, yang umum ditanam adalah tipe spanish yang bercirikan polong berbiji 1 - 2, dan tipe Valencia yang dicirikan dari polong berbiji 3 – 4, sedangkan di daerah sub tropis termasuk tipe Virginia (Sumarno, 1987). Varietas lokal umumnya kurang respon terhadap pemupukan anorganik dan potensi hasil rendah. Upaya meningkatkan produksi kacang tanah tidak dapat dilepaskan dari varietas. Varietas unggul yang ditanam diharapkan 1) mampu menghasilkan polong/biji di atas 2,0 t ha-1, 2) Mempersingkat umur tanaman antara 80 – 100 hari agar sesuai dengan pola tanam, 3) Meningkatkan toleransi tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, 4) Meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman fisik lingkungan (kekeringan, naungan, genangan), dan 5) Memperbaiki mutu biji (warna, bentuk, dan ukuran) agar sesuai dengan permintaan pasar dan jenis produk yang diinginkan konsumen (Adisarwanto, 2000). Petani sampai saat ini sebagian besar masih senang menggunakan varietas lokal, hanya sedikit patani menggunakan varietas unggul. Alasan petani masih menanam varietas lokal adalah tahan terhadap penyakit layu, disamping bentuk biji dan polong lebih disukai pedagang. Menurut Purnomo dkk. ( 2007), varietas menunjukkan respon beragam tinggi pada semua parameter lingkungan tumbuh. Tanah ultisol tegalan, produktivitas varietas Tapir, Kancil, dan Domba berkisar antara 1,4 – 2,0 t ha-1 polong kering. Masalah utamanya adalah benih varietas unggul belum banyak ditanam petani. Musim tanam 2004/2005 tercatat varietas lokal masih dominan ditanam petani dengan luas tanam 78,02 %, serta varietas 13 Gajah, Macan dan Kelinci masing-masing 10,80 %, 6,54 % dan 4,64 %, dengan hasil berturut-turut Kelinci 1,2 t ha-1, Macan 1,6 t ha-1 Tapir 1,9 ton ha-1.dan Kancil 1,6 t ha-1 (Direktorat Perbenihan 2005, dalam Kasno, 2007). Produktivitas merupakan tolok ukur pendapatan dan akses teknologi. Tahun 2004 produktivitas kacang tanah rata-rata 1,17 t ha-1. Rendahnya hasil kacang tanah disebabkan masih banyak petani yang menanam varietas Lokal dengan populasi belum optimal, sedikit pupuk, dan pengendalian organisme pengganggu belum optimal. Hal tersebut kacang tanah memberikan isyarat produktivitas ditingkat petani masih dapat ditingkatkan dengan renovasi teknologi (Kasno, 2007). 14 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Hasil Kacang tanah di lahan kering desa Blahkiuh kecamatan Abiansemal secara umum masih rendah. Hal ini terjadi karena tingkat kesuburan tanah yang rendah yaitu C-organik tanah sangat rendah (0,88 %), N–total rendah (0,12 %), (lampiran 1) dan kacang tanah yang digunakan petani umumnya varietas lokal tampa pemberian pupuk yang berimbang. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil kacang tanah adalah dengan pemupukan dan penggunaan varietas unggul. Varietas domba merupakan varietas unggul baru , mempunyai potensi hasil cukup tinggi 3,6 t ha-1 polong kering, bobot 100 biji kering oven rata-rata 48,9 g, tetapi sangat respon terhadap pemupukan anorganik. Varietas Kelinci mempunyai potensi hasil 2,3 t ha-1, yang sudah beradaptasi dan biasa ditanam petani. Hasil kacang tanah varietas Kelinci dan varietas Lokal Culik ditingkat petani masih rendah namun memiliki potensi untuk ditingkatkan dengan pemberian pupuk kandang sapi. Pemberian pupuk kandang sapi dalam jumlah yang sesuai akan mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman kacang tanah. Pupuk kandang sapi mengandung C-organik 8,83 %, nitrogen (N) total 1,15 %, fosfor (P2O5) 524,86 ppm, kalium (K2O) 3.999,29 ppm dan unsur-unsur lain yang diperlukan tanaman. Pupuk kandang sapi secara perlahan menyediakan hara makro dan mikro bagi tanaman, selain juga memberikan pengaruh positif terhadap sifat fisik 14 15 tanah meliputi struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan daya pegang air (Water holding capacity) dan unsur hara. Pupuk kandang sapi secara biologi merupakan sumber energi dan karbon bagi mokroorganisme tanah yang aktif dalam proses dekomposisi, penambat N dan pelarut fosfat. Tanaman kacang tanah berbeda dengan tanaman kacang-kacangan lainnya. Polong kacang tanah tumbuh dan berkembang didalam tanah oleh karena itu tanah harus gembur. Pemberian pupuk kandang sapi akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah, serta memberikan lingkungan tumbuh akar untuk berkembang dengan baik, demikian pula halnya ginofor mudah masuk ke dalam tanah untuk membentuk polong. 3. 2 Konsep Pertumbuhan dan hasil kacang tanah ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Varietas kacang tanah yang berbeda akan memberikan pertumbuhan dan hasil yang berbeda karena perbedaan faktor genetiknya. Varietas unggul Domba dan Kelinci mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada varietas Lokal Culik. Penggunaan varietas kacang tanah yang dipadukan dengan pupuk kandang sapi, serta kombinasi yang tepat diantara perlakuan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan hasil kacang tanah serta dapat mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya lokal. 16 3.3 Hipotesis Penelitian 1. Terjadi interaksi antara pengaruh dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. 2. Diperoleh dosis optimum pupuk kandang sapi yang dicoba pada masingmasing varietas kacang tanah yang diuji. 3. Diduga varietas Kelinci dan Domba mampu memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Lokal Culik. 17 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan yang disusun secara faktorial. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua faktor yaitu : 1. Faktor dosis pupuk kandang sapi (K) terdiri dari : K0 = Pupuk kandang sapi 0 t ha -1 K1 = Pupuk kandang sapi 10 t ha-1 K2 = Pupuk kandang sapi 20 t ha-1 K3 = Pupuk kandang sapi 30 t ha-1 K4 = Pupuk kandang sapi 40 t ha-1 2. Faktor varietas (V) terdiri dari : Vk = Varietas Kelinci Vd = Varietas Domba Vc = Varietas Lokal Culik Percobaan ini terdiri atas 15 unit perlakuan kombinasi dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga diperlukan 45 petak percobaan 4.2 Lokasi dan Waktu Percobaan Percobaan ini merupakan percobaan lapangan, yang dilaksanakan di lahan kering Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, 17 mulai 18 tanggal 14 Desember 2009 sampai dengan 19 Maret 2010. Ketinggian tempat percobaan adalah 200 m dpl., dengan curah hujan rata-rata 1400 – 2.400 mm tahun-1. Hasil analisis tanah lokasi percobaan sebelum percobaan berlangsung disajikan pada (Lampiran 1). 4.3 Bahan dan Alat Bahan–bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih kacang tanah varietas Kelinci, Domba dan Lokal Culik serta pupuk kandang sapi yang sudah difermentasi (Lampiran 2). Alat yang digunakan meliputi cangkul, sabit, ajir, ember plastik, sekop, timbangan duduk, timbangan analitik, oven, meteran, hand sprayer, ring sampel, penggaris, tali rafia, kantong plastik, alat tulis menulis dan kamera. 4. 4 Pelaksanaan Percobaan 4.4.1 Persiapan lahan Tanah dicangkul sebanyak dua kali sedalam 30 cm sampai gembur, kemudian dibagi menjadi tiga blok dan masing-masing blok dibagi lagi menjadi 15 petak dengan ukuran 2,5 m x 2 m. Tinggi guludan 25 cm, jarak antar petak 50 cm dan jarak antar blok (ulangan) 1 m. Denah tata letak petak percobaan dilapangan disajikan pada Gambar 4.1. 19 II I III 2,50 m VcK3 VcK1 1 m VdK0 VcK2 50 cm VdK3 VcK3 VkK4 VcK1 VcK4 VkK2 VkK2 VcK4 VkK4 VdK4 VdK2 VkK1 VcK4 VdK0 VkK3 VcK0 VkK3 VcK3 VkK1 VkK3 VcK2 VdK2 VcK0 VdK4 VdK2 VkK2 VdK0 VkK0 VcK1 VkK4 VkK0 VcK2 VdK3 VdK1 VdK3 VdK1 VdK1 VcK0 VkK1 VkK0 2m U VdK4 S Keterangan : I , II, III K0 K1 K2 K3 K4 Vk Vd Vc = = = = = = = = = Blok (ulangan) Tanpa pupuk kandang sapi Dosis pupuk kandang sapi Dosis pupuk kandang sapi Dosis pupuk kandang sapi Dosis pupuk kandang sapi Varietas Kelinci Varietas Domba Varietas Lokal Culik 10 20 30 40 t t t t ha-1 ha-1 ha-1 ha-1 Gambar 4.1. Denah Tata Letak Percobaan di Lapangan 20 4.4.2 Pemupukan Pupuk kandang sapi diberikan satu minggu sebelum tanam dengan cara dicampur merata di permukaan tanah pada masing-masing petak percobaan. Dosis pupuk kandang sapi yang diberikan sesuai perlakuan yaitu 0 kg petak-1 (tanpa pupuk kandang sapi), 5 kg petak-1 (pupuk kandang sapi 10 t ha-1), 10 kg petak-1 (pupuk kandang sapi 20 t ha-1), 15 kg petak-1 (pupuk kandang sapi 30 t ha-1) dan 20 kg petak-1 (pupuk kandang sapi 40 t ha-1). 4.4.3 Penanaman Penanaman dilakukan secara tugal pada kedalaman + 3 cm dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga pada setiap petak percobaan terdapat 170 tanaman (populasi 340.000 tanaman ha-1). Benih dimasukan ke dalam lubang tanam sebanyak 3-4 biji lubang-1 dan setelah tumbuh dijarangkan dengan mempertahankan 2 tanaman lubang-1. Tata letak tanaman dalam petak percobaan dapat dilihat pada Gambar 4.2. 4.4.4 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembumbunan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada biji yang tidak tumbuh normal tujuh hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit kacang tanah pada polybag yang ditanam bersamaan dengan penanaman biji di lapangan. Setelah tanaman tumbuh dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 tanaman perlubang sehingga pertumbuhannya baik dan merata. Penjarangan dilakukan dua minggu setelah 21 2,50 m 15 cm x x x x 40 cm x x x x x x A x x x x x x x 1,05 m x x x x x x x x x x x x x B x x x x 1,2 m 2m x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x D x x x x x x x x C x x x x 20 cm 5 cm x Keterangan : Luas petak = 2,5 m x 2 m Jarak tanam = 40 cm x 15 cm ( Populasi : 340.000 ha-1 ) A X = Tanaman kacang tanah ( 2 tanaman perlubang ) = 170 tan petak-1 X = Tanaman sampel X = Sampel destruktif B = Ukuran ubinan 1,05 m x 1,2 m ( Luasan panen untuk pengukuran hasil dengan 42 tanaman ) D C Gambar 4.2. Tata Letak Tanaman dalam Petak Percobaan 22 tanam, dengan tujuan agar populasi tanaman dalam petak tetap. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan setelah tanaman berumur 3 minggu dengan tujuan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman dan membuat tanah gembur sehingga memudahkan ginofor masuk ke dalam tanah. Pengendalian hama ulat daun dilakukan secara mekanik dengan menungut hama. 4.4.5 Panen Panen kacang tanah dilakukan dengan kreteria dimana 75 % dari daundaun tanaman telah menguning dan polong sudah tua. Tanda-tanda polong, siap panen (tua) adalah berwarna coklat dan keras, bila dibuka biji telah berisi penuh dan kulit biji sudah kelihatan tipis berwarna hitam. Panen dilakukan pada masing-masing varietas apabila telah memenuhi kreteria panen (Marzuki, 2007). 4.5 Variabel Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan, komponen hasil dan hasil serta variabel sifat kimia dan fisik tanah. Pengamatan terhadap variabel pertumbuhan dilakukan pada 4 rumpun tanaman sampel pada masing-masing petak di luar ubinan, sedangkan untuk veriabel komponen hasil dan hasil diamati pada ubinan. 4.5.1 Variabel pertumbuhan 1. Tinggi tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan tiga kali pada umur 30 , 45 dan 60 hst. atau pada fase vegetatif, stadium pembentukan dan pengisian polong . 23 Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai bagian tanaman tertinggi dengan meluruskan batang (Sine, 2006). 2. Jumlah daun tan-1 ( helai) Daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka penuh dan minimal 50 % masih berwarna hijau. Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan tiga kali yaitu umur 30, 45 dan 60 hst. 3. Indeks luas daun (ILD) Pengamatan indeks luas daun dilakukan tiga kali yatu pada umur 30, 45 dan 60 hst. Indeks luas daun diperoleh dengan membagi total luas daun per tanaman dengan tersebut. luas areal yang diduduki (jarak tanam) oleh tanaman Luas daun adalah pajang x lebar daun maksimum x konstanta. Konstanta dicari dengan menghitung luas daun sebenarnya di atas kertas millimeter dibagi dengan panjang x lebar daun maksimum (Gomez, 1972 ). Total luas daun tanaman-1 (cm2) ................................. (1) Jarak tanam (cm2) ILD = 4. Jumlah bintil akar tanaman-1 (butir) dan nisbah akar pucuk ( %) Pengamatan dilakukan umur 45 dan 60 hst. dengan menghitung jumlah bintil akar yang berwarna merah pada akar tanaman setelah dibersihkan dari media tanam. Pengamatan nisbah akar pucuk dilakukan dengan membandingkan berat kering akar dan berat kering tanaman di atas permukaan tanah (Ashley, 1996). 24 4.5.2 Variabel komponen hasil dan hasil kacang tanah 1. Jumlah polong tan-1 (polong) Jumlah polong tan-1 dihitung setelah panen. Semua polong yang dihasilkan oleh seluruh tanaman dalam ubinan dihitung baik polong berisi maupun polong hampa. Jumlah polong yang diperoleh selanjutnya dibagi dengan jumlah tanaman pada ubinan. 2. Jumlah polong berisi tan-1 (polong) Pengamatan jumlah polong berisi tan-1 dilakukan dengan menghitung jumlah polong berisi dalam ubinan dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. Kreteria polong berisi bila biji dalam polong terbentuk sempurna (tidak gepeng dan keriput) dan minimum berisi satu biji. 3. Rata-rata jumlah biji polong-1 (biji) Jumlah biji polong-1 dihitung dengan membagi jumlah biji ubinan-1 dengan jumlah polong berisi maupun yang tidak berisi dalam ubinan. 4. Rata-rata jumlah biji tan-1 (biji) Jumlah biji tan-1 dihitung dengan menbagi jumlah biji ubinan-1 dengan jumlah tanaman dalam ubinan. 5. Berat biji k.a 10 % tan-1 (g) Berat biji kadar air 10 % tan-1 ditentukan dengan menghitung kadar air biji saat panen terlebih dahulu, dengan formula : Kadar air Berat biji saat panen tan-1 (g) - BKO biji tan-1 (g) saat panen = x 100 % ..(2) -1 -1 tan (%) Berat biji saat panen tan (g) 25 Berat biji k.a. 10 % tan-1 (g) = (100 – kadar air saat panen ) % x B. biji saat panen tan-1 (g) ...(3) (100 – kadar air 10 % ) % 6. Hasil biji k.a.10 % ha-1 (t) Hasil biji k.a. 10 % ha -1 diperoleh dengan cara mengkonversi berat biji k.a 10 % dalam ubinan ke hektar, dengan formulasi sebagai berikut : Hasil biji k.a 10 % ha-1 (t) 10 .000 m2 = Berat biji k.a 10 % ubinan (kg) x Luas ubinan (m2) x 1 t .... (4) 1000 kg 7. Berat 100 biji kering oven (g ) Berat 100 biji kering oven diperoleh dengan cara mengambil 100 biji hasil ubinan yang telah kering kemudian dioven pada suhu 800 C sampai mencapai berat konstan. 8. Berat biji kering oven tan-1 (g) Berat biji kering oven tanaman-1 diperoleh dengan cara menimbang berat biji hasil ubinan dibagi jumlah tanaman dalam ubinan kemudian dikonversi keberat biji kering oven dengan formula : Berat biji kering oven tan-1 = (g) Berat biji saat panen tan-1 (g) x BKO 100 g biji .........(5) Berat 100 g biji saat penen 9. Hasil biji kering oven ha-1 (t) Hasil biji kering oven ha-1 diperoleh dengan cara mengkonversi berat biji kering oven ubinan ke hektar. Hasil biji 10.000 m2 Berat biji kering oven = x kering oven ha-1 (t) Luas ubinan (m2) ubinan (kg) 1 x x 1 t ......... (6) 1.000 kg 26 10. Berat kering oven brangkasan ha-1 (t) Berat kering oven brangkasan ha-1 diperoleh dengan mengkonversi berat kering oven brangkasan ubinan-1 . Berat kering oven brangkasan ubinan-1 (BKO ubinan-1 ) diperoleh dengan menghitung : BKO Berat brangkasan ubinan-1 (g) brangkasan = x BKO sub sampel (g) ..…(7) ubinan-1 (g) 100 gram sub sampel Berat kering oven 100 g sub sample diperoleh dengan mengeringkan 100 g sub sampel brangkasan dalam oven pada suhu 80 0 C sampai diperoleh berat konstan. Berat kering oven brangkasan ha-1 dihitung dengan mengkonversi berat kering oven brangkasan ubinan-1 ke hektar. BKO brangkasan ha -1 (t) 10.000 m2 BKO brangkasan ubinan (kg) = x x 1 t ..... (8) Luas ubinan (m 2) 1 000 kg 11. Indeks panen (%) Indeks panen merupakan perbandingan antara hasil ekonomi (biji) dengan hasil biologis (biji + brangkasan ) dalam keadaan kering oven . Hasil biji kering oven IP ha-1 (t) = x 100 % ……. (9) -1 Hasil biologis kering oven ha (t) 4.5.3 Variabel sifat kimia dan fisik tanah 1. N-total tanah dan C-organik (%) Pengamatan N-total tanah dan C-organik dilakukan setelah panen. Parameter ini diperoleh melalui analisis terhadap sampel tanah dengan mengambil sampel tanah pada setiap petak percobaan pada kedalaman 0-20 cm secara 27 komposit, diayak sampai halus untuk analisis di laboraturium menggunakan metode Walkey dan Black dan metode Kjeldahl . 2. pH tanah Pengamatan pH tanah dilakukan setelah panen. Parameter ini diperoleh melelui analisis laboraturium terhadap sample tanah dengan mengambil sample tanah pada setiap petak percobaan pada kedalaman 0-20 cm secara komposit, diayak sampai halus dengan ukuran ayakan 3 mm untuk dianalisis di laboraturium menggunakan pH meter (perbandingan tanah dan air 1: 2,5 ). 3. Kadar air tanah (%) Pengamatan kadar air tanah dilakukan pada umur 45 hst dan 60 hst. Pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman tanah 0 – 20 cm. Contoh tanah ditimbang dengan metode gravimetri. Tanah selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 C sampai beratnya konstan. Kadar air tanah dihitung dengan rumus : Berat tanah basah (g) – Berat tanah kering oven (g) KAT (%) = x 100 % ...(10) Berat tanah kering oven (g) 4. Berat volume tanah ( bulk density ) (g cm-3) Berat volume tanah diamati sebelum penambahan pupuk organik dan setelah panen. Pengamatan di lapangan menggunakan metode ring sample pada kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah dikeringkan dengan oven pada suhu 105 0 : C sampai beratnya konstan. Berat volume tanah dapat dihitung dengan rumus 28 Berat tanah kering oven (g) Berat volume tanah (g cm-3) = …..... (11) 3 Volume tanah (cm ) 5. Total ruang pori tanah (%) Pengukuran dihitung berdasarkan hasil penetapan berat volume tanah ( bulk density ) dan asumsi kerapatan partikel tanah ( 2,65 g cm-3) (Buckman dan Brady, 1982). Pengukuran total ruang pori tanah dilakukan sebelum pemberian pupuk organik dan setelah panen. Total ruang pori dihitung dengan persamaan : P = (1,0 – b/f ) x 100 % …………………… (12) Dimana : P = Total ruang pori tanah (%) b = Berat volume tanah (g cm-3) f = Kerapatan partikel tanah diasumsikan 2,65 (g cm-3) 4.6 Analisis Data Data yang dikumpulkan, dianalisis dengan analisis varian (sidik ragam) sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila terdapat pengaruh interaksi yang nyata atau sangat nyata terhadap variabel yang diamati maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata mempergunakan uji jarak berganda Duncan 5 % dan jika hanya pengaruh faktor tunggal yang nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dengan uji BNT 5 %. Untuk mengetahui hubungan antara dosis pupuk kandang sapi dengan hasil biji k.a 10 % t ha-1 dilakukan analisis regresi (Gomez dan Gomez, 1995). 29 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1999. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi- umbian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Tahunan 50 hal. Anonim. 2008. Pertanian Organik Penyelamat Ibu Pertiwi. Denpasar : Bali Organik Association (BOA). 61 hal. Anonim. 2009 . Program Pengembangan Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi jalar dan Ubi Kayu (KABI) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali. 6 hal. Ashley, J.M. 1996. Kacang tanah dalam: Goldsworthy, P.G., Fisher,N.M.,editor. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal 595 - 651 Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. 88 hal. Andrianto, T.T., Indrianto, N. 2004. Budidaya dan analisa usahatani kacang tanah Yogyakarta : Absolut. Agung, I G.A. M.S. 2005. Pertanian Lahan Kering Potensi yang Terabaikan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Budidaya Pertanian pada Universitas Udayana. Denpasar : Universitas Udayana. Benne, E.,J., Moglind, C.R., Longpecker, E.D.,Cook,R.L. 1961. Animal Manure. What Are They Worth to Day. Bull 231. East Lanching : Michigan State University. Pp. 4 -11. Buckman, H.O., Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah . Terjemahan Soegiman. Jakarta : Bharata Karya Aksara. 788 hal. Donahue, R. L., Miller, R.W., Shickluna, J.C. 1977. An Introduction to Soil and Plant Growth 4 Ed. New Jersey : Prentice-Hall, Inc, 626 p Gomez, K.A. 1972. Techniques for Field Experiments with Rice. Los Banos, Laguna, Filipina : IRRI. 48 hal. Gardner, F.P., Pearce, R.B., Mitchel, R.L. 1985. Physiology of Crop Plants. The Iowa State University Press. Terjemahan Herawati S. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. 428 hal. 50 30 Gomez, A. K. ,dan Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia Press. 698 hal. Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.R. Diha, M.A., Hong, G.b., Bailey, h.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung. Hadisumitro, L.M. 2002. Membuat Pupuk kascing. Jakarta : Penebar Swadaya. Hartanik, W., Suriadikarta, D.A., Prihati, T. 2002. Teknologi Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Ismail, T., Utomo,W.H., 1995, Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jatmiko, H. 1977. Aplikasi Pupuk Kandang dan Mulsa Plastik pada Regosol Bukit Pasir. Edisi khusus. Malang : Balitkabi (10) : 187-193. Kasno, A. 2007. Strategi Pengembangan Kacang tanah di Indonesia. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi -Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. hal 69 - 87 Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta; PT. Penebar Swadaya. Lana, W. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) di Lahan Kering . (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Marisson, D.J. 1961. The Nutritive Value of Tropical Pastures. J. Aust. Inst. Agric. Sci. 37 : 255. Muladi, I. 1979. Pengetahuan Pupuk. Yogyakarta : Yayasan pembina Fakultas Kehutanan UGM. 79 hal. Munip , A., Nugrahaeni, N., Purnomo, J., Kasno, A. 1999. Evaluasi Toleransi Genotif Kacang Tanah Terhadap Cekaman Kekeringan. Balitkabi, 13: 3238 Musnamar, E. I. 2004. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya. Marsono , Sigit, P. 2005. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. 31 Marzuki, H.A.R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya. 43 hal. Nugrahaeni, N., Kasno, A. 1992. Plasma Nutfah Kacang Tanah Toleran terhadap Cekaman Fisik. Simposiaum Penelitian Tanaman Pangan III. Malang : Balai penelitian Tanaman Pangan Malang. Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta : Penerbit Kanisus. Purnomo, J., Kasno, A., Trustinah. 2007. Keragaan Varietas Kacang Tanah Unggul di Lahan Ultisol Masam. Peningkatan Produksi KacangKacangan dan Umbi -Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal 61-67. Sarief. S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana. Sumarno. 1987. Tehnik Budidaya Kacang Tanah. Bandung : Sinar Baru. 79 hal. Sumarno, Manwan, I., Syam, M. 1989. Bogor : CRIFC. Grain Legumes Research Program. Suyamto, H. 1993. Hara Meneral dan Pengelolaan Air pada tanaman Kacang tanah. Dalam Kasno, A., Winarno, A., Sunardi, Editor Kacang Tanah. Malang : Monografi Balitan Malang No 12. hal 108 - 137. Soepandie, D. 1996. Fysiology dan Genetik Daya Adaftasi Kedelai Terhadap Cekaman Kekeringan dan pH Rendah dengan AL Tinggi. Laporan Akhir Penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT). Dewan Riset Nasional. Sumarno. 2003. Tehnik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru Algensindo. Sine, H.M. 2006. Pengaruh Pemberian Dosis Dolomit dan Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Sifat Fisik, Kimia Tanah dan Hasil Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L.) di Lahan Kering. ( Tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Sutanto, R. 2006 Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta : Kanisus. Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, Ea, K. 2006. Kompos . Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organik fertilizer and Biofertilizer .Balai Besar Litbang Sumber daya lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 313 hal. 32 Sutanto, R. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta : Penerbit Kanisus. 208 hal. Tisdale, S.L., Nelson W.L. 1991. Soil Fertility and Fertilizer. New York : The Mc Millan Company. 33 Lampiran 1 Hasil analisis tanah sebelum percobaan pada lokasi penelitian di desa Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung No Jenis analisis Nilai Keterangan 1. pH 6,050 Agak masam 2. DHL ( mmhos/cm) 0,600 Sangat rendah 3. C-organik (%) 0,880 Sangat rendah 4. N Total ( % ) 0,120 Rendah 5. P tersedia (ppm) 359,200 Sangat tinggi 6. K tersedia (ppm) 987,500 Sangat tinggi 7. Kadar air 8. Kering udara (%) 13,160 Kapasitas lapang (%) 27,260 Tekstur Pasir (%) 22,280 Debu (%) 48,610 Liat (%) 29,110 Lempung berdebu Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Oktober 2009 34 Lampiran 2. Analisis pupuk kandang sapi No Jenis Analisis Nilai Keterangan 1. pH 7,410 Netral 2. DHL ( mmhos/cm) 5,310 Sangat tinggi 3. C-organik (%) 8,830 Sangat tinggi 4. N total (%) 1,150 Sangat tinggi 5. P tersedia (ppm) 524,860 Sangat tinggi 6. K tersedia (ppm) 3999,290 Sangat tinggi 7. Kadar air kering udara (%) 19,280 Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Januari 2010 35 Lampiran 3 Deskripsi kacang tanah varietas Kelinci Tahun pelepasan : 1987 No Galur : GH-478 Asal : IRRI Philipinna, dengan kode No. Acc-12 Hasil rata-rata : 2,3 ton ha-1 Mulai berbunga : 25-29 hari Umur tanaman : 95 hari Bentuk Tanaman : Tegak (valensia) Bentuk daun tua : Elip, kecil bertangkai empat Warna panggkal batang : Hijau Warna daun : Hijau Warna bunga : Kuning Warna ginofora : Hijau Warna kulit biji : Merah muda Kontruksi polong : Agak nyata Kulit polong : Nyata Jumlah polong pohon-1 : 15 buah Jumlah polong biji-1 : 4 Berat 100 biji : + 45 gram Kadar lemak : 27 % Kadar protein : 31 % Rendemen biji dari polong : 67 % Sifat-sifat lain : Tahan karat daun (Puccinia arashidis), toleran terhadap bercak daun (Cercospora). Agak tahan penyakit layu (Pseudomonas solanacearum) Pemulia : Sumarno, Lasanin, S, dan Sri Astuti Rais. 36 Lampiran 4. Diskripsi kacang tanah varietas Domba Dilepas tanggal SK Mentan Nomor induk Nama galur Asal : 17 Maret 2004 : 172/Kpts/L.B.240/3/2004 : MLG 7926 : G/PI 259747-92-B-28 : Silang tunggal antara Varietas Gajah (G) dengan ICGV 259747. Daya hasil rata-rata : 3,6 t ha-1 polong kering Hasil rata-rata : 2,1t ha-1 polong kering Warna batang : hijau Warna daun : hijau tua Warna bunga : Kuning Warna ginofor : hijau Warna biji : rose ( merah muda) Bentuk polong : tidak berpinggang Tipe pertumbuhan : tegak Tipe percabangan : tegak Bentuk biji : pipih Tinggi tanaman : 22,3-69,1 cm Jumlah polong tan-1 : 8 – 30 buah -1 Jumlah biji polong : 3/4/2/1 Umur berbunga : 28 – 32 hari Umur polong tua : 90 – 95 hari Bobot 100 biji : 46,5 – 50,5 g ( rata-rata 48,9 g) Bobot 100 polong : 152,5 g Kadar protein : 23,2 % Kadar lemak : 44,1 % Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan penyakit karat, dan bercak daun , tahan A .flavus Toleran abiatik : toleran kahat Fe dan adatif di alfisol alkalis Pemulai : Astanto Kasno, Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni, Trustinah, Mujiono dan Paidi. 37 Lampiran 5 Data curah hujan (mm) dan hari hujan selama penelitian (Desember 2009 – Maret 2010) Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah CH Jumlah HH Tahun 2009 Desember 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 * (tanam) 37 5 0 5 3 0 1 0 10 0 5 3 0 8 2 11 2 92 12 Januari 5 0 0 0 90 2 5 16 30 60 18 13 40 # 30 hst 50 5 0 0 20 6 0 0 0 0 2 2 0 4 43 # 45 hst 20 20 10 452 21 Tahun 2010 Pebruari 22 11 8 43 40 14 1 1 0 0 0 20 # 60 hst 19 0 0 0 0 0 0 0 5 0 19 19 20 10 0 4 0 0 0 256 16 Maret 4 0 0 6 0 8 7 0 0 37 0 0 0 0 @ Lc (90hst) 0 37 0 @ Kl (93 hst) 0 0 @ Db (95 hst) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 102 6 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Keterangan : * Tanam , # = Pengamatan , @ = Panen 38 Lampiran 6 Data curah hujan (ch) dan hari hujan (hh) selama 10 tahun (2000-2009) Di Desa Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Bula n Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nop Des Total Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh Ch (mm) Hh 2000 144,5 11 155,5 14 169 19 181 15 104,5 10 121 6 11,5 4 17,5 3 15 3 340 16 221 26 18,6 3 2001 173,6 8 124,6 7 119,4 7 61,7 5 14,5 1 82 9 0 0 0 0 66 2 270,8 9 160,8 8 489,5 13 2002 364 14 519,2 20 255,5 7 100,5 4 78,5 2 53.5 5 17,5 1 20 2 52 3 0 0 441,5 9 339 12 2003 883 22 125 9 206 5 464,5 11 132,5 4 32 2 81,5 3 4 1 199,5 4 480,5 16 358 8 212 6 Tahun 2004 326 10 640 15 358 11 4 1 216 6 9 1 0 0 3 2 5 7 48 4 450 15 370,5 20 2005 238,5 11 150,5 8 174,5 5 106 6 0 0 21 3 118 8 64 7 281 5 279 15 273 11 657 26 2006 418 22 263 13 279 18 443 20 201 13 251 10 41 8 14 3 63 2 108 6 137 7 258 14 2007 114 15 182 8 346 18 235 14 49 7 380 11 58 5 92 14 11 4 49 8 196 12 612 22 2008 237 20 339 20 340 24 185 13 141 16 28 7 22 6 84 11 133 7 291 16 259 18 191 16 2009 820 22 343 15 173 11 86 7 209 13 10 1 146 6 5 2 265 15 138 10 199 7 229 14 Ch (mm) Hh 1499,1 130 1562,9 69 2241,2 79 3178,5 91 2429,5 92 2362,5 105 2476 136 2324 138 2250 174 2623 123 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Ratarata 371,86 15,5 284,18 12,9 242,04 12,5 186,67 9,6 114,6 7,2 98,75 5,5 49,55 4,1 30,35 4,5 109,05 5,2 200,43 10 269,53 12,1 337,66 14,6 - 39 USULAN PENELITIAN PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGAEA L.) D1 LAHAN KERING I NYOMAN SUMADI N I M : 0890961009 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI PERTANIAN LAHAN KERING PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 40 USULAN PENELITIAN PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGAEA L.) D1 LAHAN KERING I NYOMAN SUMADI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 41 USULAN PENELITIAN TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 26 DESEMBER 2009 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS. NIP. 131771942 Ir. Ketut Kartha Dinata, MS NIP. 130869923 Mengetahui : Ketua Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS. NIP. 131771942 i 42 Usulan Penelitian Tesis ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana pada Tanggal 26 Desember 2009 Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana Nomor : 213 / H 14.14 / MPLK / 2009 Tanggal : 16 Nopember 2009 Panitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah : Ketua : Dr. Ir. Ni Luh Kartini MS. Anggota : 1. Prof. Ir. I G.M. Oka Nurjaya, M. Rur. Sc.Ph.D. 2. Prof. Ir. I G.A. Mas Sri Agung, M. Rur. Sc. Ph. D. 3. Prof. Dr. Ir. I Made Suarna, Msc. 4. Dr. Putu Gede Ardana, Msc. 5. Ir. I Ketut Kartha Dinata, MS. ii 43 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maka Esa / Ida Sang Hyang Widi Wasa , karena berkat rahmat-Nya. Sehingga usulan Rencana Penelitian sebagi salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dalam menyelesaikan studi dapat diselesaikan dengan baik. Usulan Rencana Penelitian ini dapat diselesaikan karena dukungan dari berbagai fihak, oleh karenanya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1 Ibu Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS. selaku Ketua Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering yang sekaligus sebagai Dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan , bantuan, saran, semangat dan dorongan dalam penyempurnaan rencana usulan penelitian. 2. Bapak Ir. I Ketut Kartha Dinata MS. Sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan rencana usulan penelitian. 3. Bapak dan Ibu Dosen serta rekan-rekan Karyasiswa Program Studi Pascasarjana S2 Pertanian Lahan Kering, yang turut serta memberikan saran, usulan dalam penyempurnaan rencana usulan penelitian ini. 4 Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya oleh penulis, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki, Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan sebagai pedoman dalam penulisan selanjutnya. Denpasar, Desember 2009 Penulis iii 44 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................i PENETAPAN PANITIA PENGUJI........................................................................ii KATA PENGANTAR............................................................................................iii DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1 Latar Belakang.....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................4 1.4 Mamfaat Penelitian..............................................................................5 BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................6 2.1 Pengembangan Tanaman Kacang Tanah.............................................6 2.2 Peranan Pupuk Kandang Sapi terhadap Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah...............................9 2.3 Varietas Kacang Tanah......................................................................12 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN........................................................................... ..........14 2.1 Kerangka berpikir...............................................................................14 2.2 Konsep................................................................................................15 2.3 Hipotesis Penelitian............................................................................15 iv 45 BAB IV METODE PENELITIAN....................................................... .............16 4.1 Rancangan Percobaan..................................................................16 4.2 Lokasi dan Waktu........................................................................17 4.3 Bahan dan Alat.............................................................................17 4.4 Pelaksanaan Percobaan................................................................17 4.5 Pariabel Pengamatan....................................................................21 4.6 Analisis Data................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29 LAMPIRAN – LAMPIRAN..................................................................................32 v 46 DAFTAR GAMBAR 4.1 Denah Tata Letak Percobaan di Lapangan.....................................................18 4.2 Tata Letak Tanaman dalam Petak Percobaan................................................20 47 DAFTAR LAMPIRAN vi Lampiran 1. Hasil analisis tanah sebelum percobaan pada lokasi penelitian di desa Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung ...........................................................................32 Lampiran 2. Analisis Pupuk Kandang Sapi..........................................................33 Lampiran 3. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Kelinci......................................34 Lampiran 4. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Domba......................................35 48 vii