PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polongpolongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Indonesia merupakan salah satu dari empat negara yang memproduksi kacang tanah terbesar di dunia. Hasil rata-rata nasional selama 17 tahun terakhir masih rendah yaitu berada dalam kisaran 0.9 ton/ha hingga 1.2 ton/ha biji kering (lampiran 1). Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Namun banyak ditemui kacang tanah tidak ditanam sebagai tanaman utama sehingga industri-industri yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku kesulitan mendapatkan pasokan kacang tanah dan lebih memilih impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah pada tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintaan tahun 2012 mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007) sedangkan produksi kacang tanah Indonesia hingga tahun 2009 belum dapat memenuhi permintaan yaitu sebesar 763 507 ton (lampiran 2). Rendahnya produksi kacang tanah Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa masalah seperti teknik budidaya dan varietas. Masalah teknik budidaya menyebabkan peningkatan persentase polong hampa (cipo) yang cukup besar. Hal inilah yang sering ditemui di lapang, polong yang terisi pun seringkali tidak selalu penuh terisi biji atau terisi kurang maksimal sehingga tidak mencapai ukuran biji yang diharapkan. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996) polong hampa disebabkan oleh ginofor yang tidak mencapai permukaan tanah, kadar kalsium pada tanah yang rendah serta akibat cekaman air. Selain permasalahan teknik budidaya, penanaman varietas berdaya hasil rendah oleh petani juga merupakan masalah yang menyebabkan rendahnya produksi. Varietas dipandang sebagai komponen teknologi budidaya esensial didalam suatu sistem produksi tanaman (Kasno, 1993). Lebih lanjut Adisarwanto (2001) menyatakan, perbedaan varietas pun menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas menentukan hasil, sehingga upaya untuk peningkatan hasil per satuan luas yaitu dengan menanam varietas berdaya hasil tinggi atau varietas unggul. Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah. Pada kacang tanah, zat pengatur tumbuh ternyata mampu menekan pertumbuhan vegetatif, memperbaiki kualitas polong, dan meningkatkan hasil (Adisarwanto et all., 1993). Salah satu zat pengatur tumbuh yang telah banyak dibuktikan efektif menekan pertumbuhan vegetatif adalah paclobutrazol. Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga pemangkasan tidak perlu dilakukan (Harijono, 1990). Paclobutrazol juga mampu meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar, meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang, Stefefens dan Faust dalam Purnomo dan Prahardini, 1991). Senoo dan Isoda (2003) di Jepang melakukan percobaan dengan menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per ha. Kegiatan tersebut juga diujicobakan oleh Mas’udah (2008) dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah penggunaan paclobutrazol dapat menekan indeks luas daun dan bobot brangkasan kering, memperpendek tanaman, dan menurunkan jumlah polong isi. Informasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh untuk budidaya kacang tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Penggunaan paclobutrazol pada kacang tanah diharapkan dapat menjadi kajian lanjutan dalam mempelajari fisiologi produksi tanaman kacang tanah. Tujuan 1. Identifikasi karakter fisiologi kacang tanah varietas Sima dan Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap produktivitas kacang tanah varietas Sima dan Kelinci Hipotesis 1. Paclobutrazol mempengaruhi karakter fisiologi kacang tanah 2. Penggunaan paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada kacang tanah 3. Penggunaan paclobutrazol meningkatkan produktivitas tanaman kacang tanah