peningkatan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN
ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT
DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA
SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Oleh :
AGUS PRIHANDOKO
S441108001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN
ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT
DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING
PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN
TESIS
Oleh :
AGUS PRIHANDOKO
S441108001
Komisi
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd -------------
04 - 12 - 2012
NIP.19620407 198703 1 003
Pembimbing II
Prof. Dr. Sumarlam M.S
---------------
NIP. 19620309 198703 1 001
Telah dinyatakan memenuhi syarat
2012
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd
NIP.19620407 198703 1 003
commit to user
ii
17 - 12 - 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN
ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT
DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING
PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN
TESIS
Oleh
Agus Prihandoko
S441108001
Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.
NIP. 194403151978041001
................
Januari 2013
Seketaris
Prof. Dr. Andayani, M.Pd.
NIP. 196010301986012001
...............
Januari 2013
Anggota Penguji
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
NIP. 196204071987031003
Prof. Dr. Sumarlam, M.S.
NIP. 196203091987031001
Januari 2013
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal .........Januari 2013
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana UNS
Jawa
Ketua Program Studi
PBI M.U. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
NIP. 196107171986011001
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
NIP. 196204071987031003
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
MOTTO
-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang berilmu
(Q.S Al Mujaadalah)
Orang yang merasa suci adalah orang yang paling kotor. Orang yang merasa
(Penulis)
(Penulis)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
PERSEMBAHAN
Doa, harapan, senyuman, motivasi dan semangat yang kalian curahkan
dengan penuh kasih sayang, saya persembahkan lewat karya ini.
1. Allah AWT yang senantiasa memberikan hidayah, rezeki dan karunia-Nya
kepada saya.
2. Bapak Harjo Sukarto, Ibu Sugi dan Ibu Setiyoso yang senantiasa
mendoakan dan memberikan motivasi sehingga tesis ini terselesaikan
dengan lancar.
3. Istriku tercinta Nova Wistarina yang senantiasa mendampingiku,
mendoakan dan memberi support sehingga tesis ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
4. Putriku tercinta Castra Magistra Citra Kusuma. Kamu adalah anugrah dari
Allah yang melengkapi kebahagianku. Semoga tesis ini kelak menjadi
motivasi untukmu untuk menimba ilmu dan memperoleh pendidikan yang
tinggi.
5. Teman-temanku seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesi
Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan 2011 yang
selalu memberikan dorongan sehingga terselesaikan tesis ini.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis
yang
berjudul
:
PENINGKATAN
KEMAMPUAN
MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS
VIIIC SMP NEGERI 4 MAGETAN ini adalah karya saya sendiri bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti
terdapat plagiat dalam karya ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas
No. 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author atau
PPs UNS sebagai institusinya, apabila dalam waktu sekurang
kurangnya
satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka prodi bahasa
Indonesia, minat utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa PPs UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Prodi Bahasa Indonesia minat utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi
ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Januari 2013
Mahasiswa
Agus Prihandoko
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat Nya,
penulis memperoleh kekuatan dan kesabaran sehingga tesis ini yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat dengan
Pendekatan Quantum Learning pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan
dapat terselesaikan dengan lancar.
Dalam penulisan ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami.
Namun, hambatan dan rintangan ini dapat diatasi berkat bimbingan, semangat,
motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti study lanjut S2 Pendidikan Bahasa Indonesia.
2.
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sekaligus menjadi
dosen pembimbing I, yang sangat teliti memberikan bimbingan dan
senantiasa memberi masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat
tersusun dengan baik
3.
Prof. Dr. Sumarlam M.S., sebagai dosen pembimbing II yang telah memberi
bimbingan, semangat dan masukan yang sangat berarti sehingga tesis ini bisa
terselesaikan sesuai dengan harapan.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
4.
Drs. Setyo Budi, Kepala SMP Negeri 4 Magetan yang telah memberi izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menggunakan sarana dan
prasarana yang menunjang penelitian ini.
5.
Susilo Triwibowo, S.Pd., sebagai guru Bahasa Jawa kelas VIII C SMP Negeri
4 Magetan yang telah membantu pelaksanaan penelitian dari awal hingga
akhir.
6.
Bapak Harjo Sukarto dan ibu Sugi yang selalu memberi kasih sayang dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7.
Ibu Setiyoso yang memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan tesis ini.
8.
Istriku tercinta Nova Wistarina yang senantiasa mendampingiku, mendoakan
dan memberi support sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar.
9.
Anakku Castra Magistra Citra Kusuma yang selalu menginpirasi untuk terus
belajar dan menuntut ilmu.
Semoga amal dan dharma semua pihak yang penulis sebutkan di atas
mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan, amin.
Surakarta,
Januari 2013
Agus Prihandoko
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.........................................
iii
MOTTO ...........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................
v
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS .................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
ABSTRAK ....................................................................................................... xviii
SARIPATHI ......................................................................................................
xix
ABSTRACT .......................................................................................................
xx
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA
BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................
8
B. Landasan Teori..................................................................................
10
1.
Hakikat
Kemampuan
menemukan
Isi
Pesan
Tembang
Macapat .....................................................................................
10
a.
Pengertian Kemampuan ......................................................
10
b.
Isi Pesan Tembang Macapat ................................................
12
c.
Pengertian Tembang Macapat ............................................
14
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
2.
d.
Jenis Tembang Macapat ......................................................
18
e.
Watak Tembang Macapat ....................................................
20
f.
Tembang Macapat di SMP Magetan ...................................
28
Hakikat Quantum Learning .......................................................
31
a.
Pengertian Quantum Learning.............................................
31
b.
Sejarah Munculnya Quantum Learning...............................
41
c.
Asas Utama Quantum Learning ..........................................
44
d.
Prinsip Utama Quantum Learning .......................................
45
e.
Dasar Pemikiran Quantum Learning ...................................
47
f.
Karakteristik Umum Quantum Learning .............................
48
g.
Model Quantum Learning dalam Pembelajaran di Kelas ....
54
h.
TANDUR Sebagai Kerangka Perancangan
i.
3.
Quantum
Learning ...............................................................................
56
Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning ..................
59
Peran Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat
dengan Pendekatan Quantum Learning ......................................
60
a.
Pengertian Sikap ..................................................................
60
b.
Macam-macam Sikap ..........................................................
63
c.
Ciri-ciri dan Fungsi Sikap ....................................................
66
d.
Komponen Sikap .................................................................
70
e.
Pengukuran Sikap ................................................................
72
f.
Faktor Penyebab Perubahan Sikap ......................................
76
C. Kerangka Berpikir ..............................................................................
77
1.
Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Sikap Positif
terhadap Pembelajaran Tembang Macapat .................................
2.
77
Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan
Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat ...........................
78
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu .............................................................................
82
B. Jenis Penelitian...................................................................................
84
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
C. Subjek Penelitian ...............................................................................
85
D. Data dan Sumber Data .......................................................................
86
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
87
F. Validitas Data.....................................................................................
90
G. Teknik Analisis Data..........................................................................
90
H. Indikator Keberhasilan .......................................................................
91
I.
92
Prosedur Penelitian ............................................................................
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal .....................................................................
95
B. Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................................
96
1.
Siklus I ........................................................................................
97
a.
Perencanaan Tindakan Siklus I............................................
97
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I ............................................
99
c.
Observasi dan Interpretasi Siklus I .....................................
104
d.
Analisis dan Refleksi Siklus I ..............................................
110
Siklus II .......................................................................................
111
a.
Perencanaan Tindakan Siklus II ..........................................
111
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...........................................
115
c.
Observasi dan interpretasi Siklus II .....................................
119
d.
Analisis dan Refleksi Siklus II ............................................
123
Siklus III .....................................................................................
125
a.
Perencanaan Tindakan Siklus III .........................................
125
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus III .........................................
126
c.
Observasi dan interpretasi Siklus III....................................
131
d.
Analisis dan refleksi Siklus III ............................................
131
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................
135
2.
3.
1.
Peningkatan Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang
Macapat
dengan
Penerapan
Pendekatan
Quantum
Learning ......................................................................................
commit to user
xi
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
2.
Siswa Mengalami Peningkatan Nilai Kemampuan Menemukan
Isi dan Pesan Tembang Macapat ................................................
143
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
a.
Simpulan ............................................................................................
146
b.
Implikasi ............................................................................................
147
c.
Saran ..................................................................................................
148
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
150
LAMPIRAN .....................................................................................................
155
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1. Komponen Sikap ......................................................................
72
2.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................
82
3.
Tabel 3. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang
Macapat Siklus I.......................................................................
4.
Tabel 4. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang
Macapat Siklus II .....................................................................
5.
109
123
Tabel 5. Hasil Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang
Macapat Siklus III ....................................................................
135
6.
Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran .....................
139
7.
Tabel 7. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang
Macapat Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan ............
commit to user
xiii
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 1.
Sikap Siswa dalam Mengikuti Pelajaran .............................
207
2.
Gambar 2.
Sikap Siswa dalam Diskusi Kelompok ................................
120
3.
Gambar 3.
Guru memancing Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajaran .
121
4.
Gambar 4.
Histogram
Persentase
Siswa
yang
Aktif
dalam
Pembelajaran........................................................................
5.
Gambar 5.
139
Histogram Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan
Tembang Macapat ...............................................................
commit to user
xiv
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran ...................................................................................................
155
2.
Surat Permohonan Ijin Penelitian .............................................................
156
3.
Pra-Siklus ..................................................................................................
157
4.
Lampiran 1.
Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru .........
158
5.
Lampiran 2.
Catatan Lapangan Observasi Pra Tindakan ....................
161
6.
Siklus I ......................................................................................................
164
7.
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .................
165
8.
Lampiran 4.
Catatan Lapangan Observasi Mendalam
(Tahap Pelaksanaan Siklus I) ..........................................
9.
Lampiran 5.
171
Catatan Lapangan Observasi Mendalam
(Tahap Pelaksanaan Siklus I) .........................................
174
10. Lampiran 6.
Jurnal Refleksi Guru Siklus I ..........................................
177
11. Lampiran 7.
Jurnal Refleksi Siswa Siklus II .......................................
178
12. Lampiran 8.
Instrumen Penilaian RPP Siklus I ...................................
179
13. Lampiran 9.
Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
(Siklus I) ..........................................................................
14. Lampiran 10.
181
Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran
Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
(Siklus I) ..........................................................................
185
15. Lampiran 11. Soal Kompetensi Tembang macapat Siklus I .................
188
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
16. Lampiran 12.
Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC SMP Negeri 4
Magetan (siklus I) ...........................................................
189
17. Siklus II .....................................................................................................
191
18. Lampiran 13.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ..............
192
19. Lampiran 14.
Catatan Lapangan Observasi Mendalam
(Tahap Pelaksanaan Siklus II).........................................
20. Lampiran 15.
198
Catatan Lapangan Observasi Mendalam
(Tahap Pelaksanaan Siklus II) ........................................
201
21. Lampiran 16.
Jurnal Refleksi Guru Siklus II .........................................
204
22. Lampiran 17.
Jurnal Refleksi Siswa Siklus II .......................................
205
23. Lampiran 18.
Instrumen Penilaian RPP Siklus II ..................................
206
24. Lampiran 19.
Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
(Siklus II) ........................................................................
25. Lampiran 20.
208
Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran
Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas
VIIIC
dengan
Pendekatan
Quantum
Learning
(Siklus II) ........................................................................
212
26. Lampiran 21. Soal Kompetensi Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat (Siklus II) ..............................
215
27. Lampiran 22. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat Siklus II..................................
commit to user
xvi
216
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
28. Siklus III....................................................................................................
218
29. Lampiran 23.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus III) .............
219
30. Lampiran 24.
Catatan Lapangan Observasi Mendalam
(Tahap Pelaksanaan Siklus III) ......................................
31. Lampiran 25.
225
Catatan Lapangan Observasi Mendalam
(Tahap Pelaksanaan Siklus III) ......................................
228
32. Lampiran 26.
Jurnal Refleksi Guru Siklus III .......................................
231
33. Lampiran 27.
Jurnal Refleksi Siswa Siklus III .....................................
232
34. Lampiran 28.
Instrumen Penilaian RPP Siklus III ................................
233
35. Lampiran 29.
Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam pembelajaran
Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
Siklus III ..........................................................................
36. Lampiran 30.
235
Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran
Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas
VIIIC dengan Pendekatan Quantum Learning di SMP
Negeri 4 Magetan (Siklus III) .........................................
37. Lampiran 31. Soal Kompetensi Kemampuan Menemukan
239
Isi dan
Pesan Tembang Macapat Siklus III ...............................
242
38. Lampiran 32. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat Siklus III ................................
commit to user
xvii
244
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
ABSTRAK
Agus Prihandoko. S441108001. Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa
Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji
Suwandi, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Program Pascasarjana
Program Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
kemampuam menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan
quantum learning pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan selama
6 bulan, mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Penelitian
ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang bersifat reflektif,
yang berangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran
kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjuti dengan
tindakan-tindakan nyata terencana dan terstruktur. Strategi penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa dan guru
kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Sumber data penelitian berupa peristiwa
pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan
quantum learning, siswa dan guru, dan dokumen terkait. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, tes, dan analisis
dokumen. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi metode dan trianggulasi sumber. Teknik Analisis yang digunakan
adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menemukan
isi dan pesan tembang macapat di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan
mengalami peningkatan yang siknifikan. Hal ini terlihat dari sikap positif siswa
dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan. Dari pantauan keaktifan
siswa pada siklus I mencapai 15 siswa (44%). Pada siklus II keaktifan siswa
mengalami peningkatan yang lumayan tajam yaitu sebesar 25 siswa (74%). Pada
siklus III terjadi peningkatan sebesar 28 siswa (84%) yang aktif dalam
pembelajaran. Hasil rerata kemampuan menemukan isi dan pesan tembang
macapat mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7,
dan siklus III rarata 83,7
Kata Kunci: Tembang macapat, quantum learning
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
SARIPATHI
Agus Prihandoko. S441108001. Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa
Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji
Suwandi, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Program Pascasarjana
Program Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Panaliten punika ancasipun kangge ningkataken kasagedan manggihaken
wos lan pesen tembang macapat kanthi pendekatan quantum learning siswa kelas
VIII C SMP Negeri 4 Magetan.
Panaliten punika dipunlaksanaakaken wonten ing kelas VIIIC SMP Negeri
4 Magetan sadangunipun 6 wulan, wiwit wulan Agustus 2012 ngantos wulan
Januari 2013. Peneliten punika kalebet penelitian tindakan kelas. Strategi
panaliten ingkang dipunginakaken inggih punika deskriptif kualitatif. Subjek
panaliten inggih punika siswa lan guru kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan.
Sumber data panaliten arupi prastawa pasinaon manggihaken wos lan pesen
tembang macapat kanthi pendekatan quantum learning, siswa lan guru, sarta
dokumen ingkang wonten gegayutanipun. Teknik kangge ngempalaken dhata ing
panaliten punika inggih punika pengamatan, wawancara, tes, lan analisis
dokumen. Uji validitas dhata ingkang dipunginakaken ing panaliten inggih punika
trianggulasi metode lan trianggulasi sumber. Teknik Analisis ingkang
dipunginakaken inggih punika kanthi teknik deskriptif komparatif lan teknik
deskriptif kualitatif.
Asil panaliten nedahaken bilih mutu pasinaon manggihaken wos lan pesen
tembang macapat ing kelas VIII C SMP 4 Magetan ngalami peningkatan ingkang
siknifikan. Kawontenan punika saged dipuntingali saking solah bawanipun siswa
ingkang positif ing salebeting ndhereki proses pasinaon ingkang ngalami
peningkatan ingkang kathah. Sasampunipun dipunjingglengi aktifipun siswa, ing
siklus I saget ngantos dumugi 15 siswa (44%). Ing siklus II keaktifan siswa
ngalami peningkatan ingkang kathah inggih punika 25 siswa (74%). Ing siklus
III nemahi peningkatan 28 siswa (84%) ingkang aktif ing salebeting pasinaon.
Asil rerata kasagedan manggihaken wos lan pesen tembang macapat ngalami
peningkatan. Ing salebeting siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7, lan siklus III
rarata 83,7.
Tembung Kunci: Tembang macapat, quantum learning
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
ABSTRACT
Agus Prihandoko. S441108001. Improving the Ability in Finding the Content and
Message of Tembang Macapat using Quantum Learning Approach to grade VIII
C students of SMP Negeri 4 Magetan. Thesis. Counselor I: Prof. Dr. Sarwiji
Suwandi, M.Pd. Counselor II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Indonesian Language
Education Study Program of Postgraduate Program of Javanese Language and
Letter Education main concentration (S2) of Surakarta Sebelas Maret University.
The purposes of this research are to improve the quality of instructional in
finding the content and message of tembang macapat using quantum learning
approach to the grade VIII C students of SMP Negeri 4 Magetan.
This research was conducted in six months, started from August 2012 until
January 2013. This research was a classroom action research. The research used
was qualitative descriptive. The research subjects were the students and the
teacher of grade VIII C of SMP Negeri 4 Magetan. The research was instructional
activity in finding the content and message of tembang macapat using quantum
learning approach, the students and teacher, and related documents. The
techniques of collecting data used in this reseach were observation, interview, test
and document analysis. The data validation test used in this research were method
triangulation and source triangulation. The technique of analyzing data used were
comparative descriptive technique and qualitative descriptive technique.
The result of this research showed that the instructional quality in finding
the content and message of tembang macapat in grade VIII C of SMP Negeri 4
Magetan improved significantly. It could be seen from the improvement of the
process. The students who were active in
cycle I were 15 students (44%). In cycle II the students who were active increased
sharply until 25 students (74%). In cycle III the students who were active
increased up to 28 students (84%). The mean value of ability in finding the
content and the message increased. The mean value of cycle I was 59,5, cycle II
was 78,7 and cycle III was 83,7.
Keywords: Tembang macapat, quantum learning
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan siswa SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran
menemukan isi dan pesan tembang macapat masih sangat rendah. Dari hasil
kajian hasil tes menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai yang
sangat rendah. Keadaan ini tentu merisaukan guru bahasa Jawa. Harapan guru
seakan kandas oleh realitas yang dihadapi. Apalagi jika hal ini dibiarkan berlarurlarut maka akan menjadi pukulan berat bagi guru bersangkutan dalam
menjalankan tugas profesinya. Dan pada gilirannya tujuan pendidikan nasional
tidak akan tercapai.
Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan sikap positif siswa dalam
mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Sikap positif siswa seperti aktif, serius dan
berfikir positif akan menentukan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa Jawa. Maka dari pada itu, sikap positif siswa harus ditumbuhkan agar
dalam proses pembelajaran menghasilkan output yang memuasakan.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan
terlihat jelas bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran bahasa
Jawa. Ketika guru mengajarkan materi tembang macapat, banyak siswa yang
berbicara sendiri, mengantuk dan pikirannya tidak fokus pada pelajaran. Siswa
mengikuti pelajaran hanya sebagai rutinitas sehari-hari. Belajar sebagai sebuah
kegembiraan belum nampak sama sekali, sehingga proses pembelajaran terkesan
berjalan sangat lamban dan membosankan.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni (1) guru
cenderung menggunakan teacher-centered approach dalam proses pembelajaran,
(2) guru hanya menggunakan metode ceramah (3) suasana pembelajaran yang
tidak ditata secara baik, dan (4) penggunaan strategi belajar yang kurang tepat.
Pendekatan yang berorientasi pada guru cenderung menganggap bahwa
guru memegang peran yang sangat penting. Oleh karena pentingnya peran guru,
maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru.
Guru memiliki otoritas dalam menentukan rencana, menyampaikan informasi dan
mengevaluasi hasil belajar. Dalam perannya sebagai penyampai informasi, sering
guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Pendekatan ini
menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Siswa
dianggap sebagai organisme, yang belum memahami apa yang harus dipahami,
sehingga melalui proses belajar mereka dituntut untuk memahami segala sesuatu
yang diberikan guru (Sanjaya, 2011: 96-97)
Metode ceramah cenderung menempatkan siswa pada posisi yang pasif.
Peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilatarbelakangi
oleh sebuah keyakinan bahwa belajar adalah proses transformasi informasi dari
guru kepada siswa. Guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya, sedangkan
siswa hanya menerima informasi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa metode
ceramah kurang melibatkan mental siswa dalam belajar. Jika belajar hanya
dipandang sebagai proses transformasi informasi maka proses pembelajaran akan
mengalami kegagalan karena tidak melibatkan peran mental siswa. Belajar
seharusnya dipandang sebagai proses mental yang terjadi pada dalam diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
seseorang, sehingga belajar menyebabkan munculnya perubahan perilaku siswa.
Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan
yang disadari, termasuk dengan guru itu sendiri.
Suasana belajar yang kondusif akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Suasana belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan belum ditata dengan
baik. Suasana yang ada tidak memberi peran dan tidak membawa pesan apa-apa
kepada siswa dalam mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Padahal lingkungan
belajar atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi
belajar akademis. Suasana yang baik adalah suasana yang penuh dengan
keterlibatan emosi siswa. Dikatakan demikian karena suasana yang dibangun akan
memberi sugesti kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Strategi belajar sangat penting dalam membantu siswa meraih tujuan yang
hendak dicapai. Pemilihan strategi yang kurang tepat akan menyebabkan
kegagalan siswa dalam mempelajari materi. Strategi pembelajaran seperti pemain
sepak bola yang menggunakan taktik untuk memenangkan pertandingan, ketika
mereka berada di stadium. Siswa menggunakan strategi pembelajaran untuk
mempelajari sesuatu dengan sukses (Chien Kuo Lee, 2010:135)
Dari keempat penyebab tersebut yang merupakan penyebab utama adalah
penggunaan pendekatan dan metode guru yang kurang tepat. Dalam menggunakan
pendekatan dan metode, seharusnya guru mempertimbangkan beberapa hal agar
tujuan pembelajaran dapat terwujud. Pertimbangan tersebut antara lain: (1)
pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, (2)
pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, (3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
pertimbangan dari sudut siswa, dan (4) pertimbangan-pertimbangan lain, seperti:
apakah metode itu memiliki efektivitas dan efisiensi?
Permasalahan tersebut harus segera mendapat perhatian dan segera
mendapatkan pendekatan pembelajaran pengganti yang sesuai agar siswa mampu
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pendekatan yang tepat, yang mampu
mengatasi persoalan tersebut adalah pendekatan pembelajaran quantum learning.
Pendekatan quantum learning sangat tepat dan cocok digunakan untuk
pembelajaran
di
ruang
kelas
oleh
guru.
Quantum
learning
yang
diimplementasikan diruang kelas, oleh DePorter disebut dengan istilah Quantum
Teaching. Dalam bukunya yang bejudul Quantum Teaching: Mempraktekan
Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, DePorter membagi dua seksi utama:
konteks dan isi. Dalam seksi konteks, DePorter menguraikan beberapa hal,
diantaranya (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3)
lingkungan yang mendukung, dan (4) rancangan belajar yang dinamis. Sementara
itu bagian isi, DePorter menguraikan tentang (1) penyajian yang prima, (2)
fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan
hidup.
Penerapan pendekatan quantum teaching di kelas untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengungkapkan isi dan pesan Tembang macapat,
didasarkan
pada
beberapa
pertimbangan.
Pertama,
quantum
teaching
menguraikan beberapa metode atau cara-cara baru yang akan lebih memudahkan
bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran lewat pemaduan seni dan
pencapaian-pencapaian yang terarah. Apapun mata pelajaran yang diajarkan akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
lebih mudah ketika guru menggunakan pendekatan quantum teaching. Dengan
menggunakan pendekatan quantum teaching, guru akan menggabungkan
keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan
melejitkan prestasi siswa.
Kedua, quantum teaching merupakan ramuan dari berbagai teori
pendidikan yang selaras dengan fungsi kerja otak, sehingga akan mampu
meningkatakan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk
berprestasi. Di samping itu, quantum teaching juga menawarkan suatu sistesis
antara cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran guru
melalui perkembangan hubungan, penggabungan belajar, dan penyampaian
kurikulum.
Atas dasar pertimbangan tersebut maka quantum learning diyakini mampu
mengatasi persoalan-persoalan di kelas dalam mengajarkan materi kemampuan
menemukan isi dan pesan tembang macapat oleh guru. Dalam suasana yang
nyaman dan menyenangkan, siswa akan lebih termotivasi melakukan pencarian
dan penjelajahan sesuai dengan karakter siswa yang masih memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi. Potensi siswa yang ada akan mendapat penyaluran yang tepat
sehing
kehidupannya.
Dari uraian tersebut maka penulis melaksanakan penelitian dengan judul
Tembang Macapat
Dengan Pendekatan Quantum learning Pada Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian:
1. Apakah penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap
positif siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran
menemukan isi dan pesan tembeng macapat?
2. Apakah penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan
kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat siswa kelas VIII C
SMP Negeri 4 Magetan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan sikap positif siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan terhadap
pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui pendekatan
quantum learning.
2. Meningkatkan kemampuan menemukan isi pesan tembang macapat siswa kelas
VIII C SMP Negeri 4 Magetan melalui pendekatan quantum learning.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Siswa
a.
Siswa lebih termotivasi belajarnya untuk meningkatkan proses belajarnya.
b.
Siswa dapat menemukan isi pesan tembang macapat.
c.
Siswa bisa melantunkan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Guru Bahasa Jawa
a.
Memperbaiki proses pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Jawa
tentang menemukan isi dan pesan tembang macapat.
b.
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian
tindakan kelas.
c.
Menambah pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Jawa yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik.
d.
Membantu guru meningkatkan kinerjanya sebagai guru professional.
e.
Membantu guru untuk lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang
inovatif.
3. Manfaat bagi sekolah
a.
Penelitian tindakan kelas ini akan mendorong inovasi para guru untuk
meningkatkan pretasi sekolah
b.
Mendorong sekolah untuk mengembangkan kurikulum bahasa Jawa yang
memenuhi kebutuhan siswa.
c.
Sebagai gambaran penerapan kegiatan pembelajaran menemukan isi dan
pesan tembang macapat dan cara penyelesaiannya.
d.
Memberi pengalaman kepada sekolah berkaitan dengan penelitian
tindakan kelas.
e.
Memberi informasi ilmiah tentang pembelajaran bahasa Jawa untuk
mengembangkan pembelajaran bahasa Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang penerapan pendekatan quantum learning sudah pernah
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar. Dibawah ini akan diuraikan hasil
beberapa penelitian tentang penerapan quantum learning yang relevan dengan
penelitian ini.
Rita Purbawanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
ketrampilan Menyimak Puisi Melalui Metode Quantum Learning Pada Siswa
Kelas X6 MAN 2 Madiun Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa
penerapan quantum learning dapat meningkatkan ketrampilan menyimak puisi.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas
ketuntasan minimal, yaitu pada siklus I adalah 16 siswa dari 36 siswa (44,44%).
Pada siklus II menjadi 27 siswa (27%) dan meningkat lagi pada siklus 3, yaitu 29
siswa (80,33%)
Ellen Inderasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menulis Pengalaman Melalui Pendekatan Quantum
Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (Penelitian Tindakan Kelas
Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun),
menunjukan bahwa penerapan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan
menulis pengalaman dalam pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai rata-rata kelas pada kemampuan menulis pengalaman bahasa
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Indonesia meningkat 28,52%. Selain itu, dengan pendekatan quantum learning
sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia
mengalami
perubahan dari siswa yang semula sering menunjukkan sikap negatif berubah
menjadi sikap positif
Fajar Sri Utami (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya
Peningkatan
Keterampilan Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Quantum
Learning Pada Siswa Kelas IV SD 3 Demaan Kecamatan Kota Kudus Tahun
Pelajaran 2008/2009, menunjukan bahwa penerapan quantum learning dapat
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
rata-rata kelas pada Keterampilan Menulis Deskripsi meningkat 20%. Selain itu,
dengan pendekatan quantum learning sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
semakin baik, antusias dan semangat.
DePorter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nurie (1999) pernah melakukan
penelitian di 5 negara bagian di USA. Mereka menyatakan bahwa teknik-teknik
yang dianjurkan untuk diterapkan di dalam pembelajaran berdasarkan paradigma
quantum learning dapat bermanfaat untuk mengembangkan dan memberdayakan
lingkungan belajar, serta dapat memberikan penghargaan secara nyata terhadap
murid dengan latar belakang yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran
quantum learning menghasilkan prestasi murid yang optimal (Andayani:
2009,130-131)
Shelby Reeder (2003) pernah melakukan penelitian dengan menerapkan
quantum learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas, kepercayaan
diri, dan sikap positif mereka terhadap sekolah. Ia juga menemukan bahwa (1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
tiap-tiap orang hakikatnya adalah mampu belajar, (2) setiap orang belajar dengan
jalan atau cara yang berbeda-beda, (3) kepercayaan diri adalah faktor yang
penting ke arah kesuksesan belajar, (4) dalam belajar, setiap orang perlu
memelihara saling menghormati dan mengawasi atau mengendalikan dirinya
masing-masing,
(5)
pembelajaran
akan
menjadi
efektif
apabila
murid
diperkenalkan dengan sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan menentang
lingkungan disekitarnya, (6) kepercayaan antara para murid dan para guru adalah
penting dalam proses belajar, (8) hubungan antara guru dengan para murid dan
orang tua dapat memelihara proses pembelajaran yang efektif, dan (8) masa depan
yang sukses bagi murid tergantung penguasaan murid terhadap ketrampilan hidup
(Andayani: 2009,131-132)
B. Landasan Teori
4.
Hakikat Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat
g.
Pengertian Kemampuan
Setiap siswa memiliki kemampuan untuk merespon terhadap
proses pembelajaran dan kemampuan ini bersifat kompleks. Hal ini
sebagai mana diungkapkan Werren (1994: 1) bahwa kemampuan adalah
kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakangerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem
mental.
Menurut
Chaplin
(2000:1)
kemampuan
diartikan
sebagai
kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan, tenaga (daya/kekuatan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
untuk melakukan suatu perbuatan. Sementara itu Sternberg (1994: 4)
berpendapat
bahwa
kemampuan
adalah
suatu
kekuatan
untuk
menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik
maupun mental
Kemampuan siswa bisa dilihat dari hasil belajar siswa. Siswa telah
mencapai kemampuan atau belum bisa diukur pada setiap akhir
pembelajaran. Ini karena kemampuan sangat erat hubungannya dengan
hasil prestasi sebagai mana yang diungkapkan Gagne dan Briggs (1997:
57) bahwa kemampuan adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti suatu
proses belajar-mengajar. Selaras dengan itu, Eysenck, Arnold, dan Meili
(1995: 5) mengemukakan bahwa kemampuan adalah suatu pertimbangan
konseptual. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa kemampuan berarti
semua kondisi psikologi yang diperlukan siswa untuk menunjukkan suatu
aktivitas
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya
kemampuan
adalah
kecakapan,
ketangkasan,
bakat,
kesanggupan, tenaga yang dimiliki siswa yang menunjukan tindakan
reponsif sebagai hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Bila
menemukan isi dan pesan tembang macapat
aktivitas siswa yang ditunjukkan adalah kecakapan atau ketangkasan siswa
dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
h.
Isi dan Pesan (Amanat) Tembang Macapat
Sebuah puisi-termasuk puisi Jawa-pada hakekatnya terdiri atas
bentuk fisik puisi dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin
lazim disebut pula dengan bahasa dan isi atau bentuk dan isi. Marjori
Boulton menyebut kedua unsur pembentuk puisi tersebut dengan istilah
bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik dan bentuk mental bersatu
padu menyatu raga (Waluyo, 2010: 26)
I.A Richards menyebut adanya hakekat puisi
untuk mengganti
bentuk batin atau isi puisi, dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik.
Bentuk batin meliputi tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair
terhadap pembaca, dan amanat. Sementara bentuk fisik atau metode puisi
terdiri atas diksi, kata konkret, bunyi yang menghasilkan rima dan ritma
(Waluyo, 2010: 27)
Jadi yang dimaksud isi puisi adalah unsur batin yang membentuk
puisi, yang terdiri atas (1) tema/makna, yaitu gagasan pokok atau subjectmaster yang dikemukakan ole penyair, (2) rasa (feeling), yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya, (3)
nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lainlain, dan (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
Berikut ini diberikan contoh tembang durma sebagai berikut.
Iki sapa kethek papat bareng mara,
apa arep ngayoni,
iki Kumbakarna,
gegedhuging Ngalengka,
apa tan kulak pawarti,
tandhing lan ingong,
mesthi tumekeng pati
Isi yang dikemukakan tembang durma ini adalah tantangan yang
diberikan oleh Kumbakarna kepada empat prajurut kera dalam perang
antara pasukan Rama dengan pasukan Rahwana yang dipimpin olah
Kumbakarna.
Tantangan
ini
bernada
marah,
keras
dan
panuh
kesombongan. Mengungkapkan jiwa yang dibakar api patriotisme
mempertahankan negara Alengka yang akan diduduki oleh pasukan kera.
untuk menyebut kera.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa isi lebih luas dari pada
pesan. Pesan merupakan bagian dari isi puisi. Dalam sebuah puisi
(tembang macapat), pengarang selain mengemukakan tema juga ingin
menyampaikan pesan kepada pembaca. Amanat menurut Soediro Satoto
(1993:42) adalah pesan yag ingin disampaikan pengarang kepada
publiknya. Sementara itu, Panuti Sudjiman (1988:57) mengatakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
amanat adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan oleh
pengarang.
Sementara menurut Herman J Waluyo (2002:28) tema karya sastra
berhubungan dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, sedangkan
amanat berhubungan dengan makna (significance) dari karya sastra itu.
Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus; sedangkan amanat
bersifat kias, subjektif, dan umum.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah
ajaran moral atau pesan yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat
oleh pengarang yang termuat dalam sebuah karya sastra termasuk tembang
macapat kepada pembaca.
i.
Pengertian Tembang Macapat
Tembang adalah karangan dengan menggunakan aturan tertentu
yang sudah pasti. Cara mengucapkan tembang tidak seperti karangan yang
lain yang berbentuk gancaran (prosa) tetapi harus dilagukan. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh S. Padmosoekatjo (1960) bahwa yang
dimaksud tembang adalah
paugeran tertamtu (gumathok) kang pamacane (olehe ngutjapake) kudu
(karangan atau pembentukan bahasa
dengan aturan tertentu (pasti) dengan cara membacanya harus dilagukan
dengan seni suara).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Sementara itu, tembang menurut Martopangrawit adalah vokal
yang berhubungan dengan karawitan (musik Jawa) seperti sindhenan,
bawa, gerong, sulukan, sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat
(Martopangrawit, 1975: 3)
Tembang biasanya dilagukan dengan iringan gamelan Jawa yang
memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti bawa, lagon, ada-ada,
gerongan, sindhenan, dan rambangan. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Murdiati dan Untung Muljono sebagai berikut.
Tembang adalah nyanyian Jawa atau vokal Jawa yang
diiringi gamelan Jawa dan tembang itu sendiri bentuknya
ada bermacam-macam di antaranya bawa,lagon, adaada, gerongan, sindhenan, dan rambangan. Bawa adalah
vokal tunggal yang dilakukan seorang pria atau wanita,
tanpa iringan gamelan dan pada akhir bawa diterima
gendhing. Dengan kata lain adalah introduksi oleh vokal
tunggal untuk mengawali gending tertentu. Lagon adalah
vokal yang dilakukan oleh beberapa pria secara bersama
(koor). Ada-ada adalah bentuk lagu yang dibawakan oleh
beberapa orang (koor) pada umumnya menggambarkan
suasana tegang dan marah. Gerongan adalah tembang
yang dibuat dan disesuaikan dengan gendingnya.
Sindhenan adalah vokal tunggal yang dilakukan oleh
wanita atau pesindhen dengan pola gendhing yang
disajikan. Rambangan adalah vokal tunggal yang
dilakukan seorang pria atau wanita dengan menggunakan
tembang macapat dan diiringan dengan beberapa
instrumen gamelan.
Pengertian tembang seperti di atas senada dengan apa yang
diungkapkan oleh Suyoto dkk yang tertuang dalam laporan penelitian yang
berjudul Bawa Kaitannya dengan Gendhing (1996)
bahwa tembang
adalah sajian vokal dalam karawitan yang meliputi sindhenan, palaran,
gerong, dan bawa. Sementara itu, Darsono dkk, (1995:2) dalam laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
penelitiannya yang berjudul Perkembangan Musikal Sekar Macapat di
Surakarta menyatakan bahwa tembang adalah vokal pria atau wanita
dalam karawitan Jawa yang mencakup sekar ageng, sekar tengahan, dan
sekar macapat (Darsono, 1995:2)
Kata tembang merupakan merupakan bahasa Jawa ngoko, dan
bahasa kramanya adalah sekar. Tembang atau sekar itu hasil atau manfaat
dari bahasa yang edi
endah
-kata
yang terikat oleh aturan-aturan tertentu yaitu lagu (Sutardjo, 2011:8)
Sementara itu yang dimaksud macapat adalah sekar waosan yang
keempat sebagai mana yang diungkapkan oleh R.Ng Ranggawarsita dalam
bukunya yang berjudul Mardawalagu seperti berikut:
Mungguh kang diarani matja-pat lagu iku, tegese
tembang wewacan kang kaping pat, kang diarani
tembang cilik, ija kaya lelagoning wewatjan lajang
djarwa, awit saka panganggite Kangjeng Susuhunan ing
Giri Kedhaton, bandjur kababarake dening Sunan ing
Benang, waratane marang wali kabeh nganti tumeka ing
saprene iki. Dene wewatone padha uga karo tembang
tengahan, ora nganggo angetung pada pala, mung
ngetung pada lingga bae, ija nganggo kaupakara
lungguhe tibaning dhong dhing ing dalem sapadalinggane nganti tumekaning pada gedhe sarta ora mesthi
etunge lingganing sarta ing dalem sapada lingsa mau
iku (R.Ng Ranggawarsita, 1957:15)
Yang dimaksud macapat itu, maksudnya tembang bacaan
yang ke empat, yang disebut juga dengan tembang cilik,
ya seperti lagu-lagu dalam bacaan serat Jarwa, yang
merupakan karya Kangjeng Susuhunan Giri Kedaton
terus disebarluaskan lebih lanjut oleh Sunan Bonan,
merata ke para wali semua sampai sekarang ini.
Sedangkan aturannya sama dengan tembang tengahan,
tidak menghitung pada pala, hanya menghitung pada
lingganya saja, iya juga memperhatikan dhongdhing
dalam setiap sapada-lingganya sampai ke pada gedhe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
serta tidak harus menghitung pada lingganya serta di
dalam sapad-lingsa itu tadi.
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa sekar macapat disebut
juga dengan istilah sekar cilik. Sekar cilik pernah dipakai oleh Kangjeng
Susuhunan Giri dalam menyusun layang jarwa dan kemudian diturunkan
ke Sunan Bonang dan akirnya kita terima seperti sekarang.
Maca Pat Lagu adalah sekar waosan yang keempat yang dikenal
dengan nama macapat atau sekar alit. Satu bait sekar macapat disebut
pada, sedangkan baris-baris macapat disebut gatra. Perbedaan sekar
macapat yang satu dengan macapat yang lain dapat dilihat pada guru lagu
dan guru wilangan. Guru lagu adalah bunyi huruf hidup (vokal) pada
akhir baris, sedangkan adalah jumlah suku kata dalam setiap barisnya
(Darsono, 1995:3-4)
Macapat menurut Karsono (2001) adalah suatu bentuk puisi Jawa
yang menggunakan bahasa Jawa baru, diikat oleh persajakan yang meliputi
guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Macapat memiliki aturan atau persajakan yang meliputi: (1)guru
gatra, yaitu baris yang terdapat dalam satu bait tembang, (2) guru lagu,
yaitu jatuhnya suara atau dong dingnya suara diakhir baris, dan (3) guru
wilangan, yaitu jumlah suku kata setiap baris
Jadi yang dimaksud tembang macapat adalah suatu bentuk
karangan dengan menggunakan bahasa Jawa baru yang diikat oleh
persajakan tertentu dan cara membacanya dengan dilagukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
j.
Jenis Tembang Macapat
Menurut Subalidinata (1968: 89) tembang macapat terdiri dari
sembilan macam yaitu: pocong, maskumambang, mijil, kinanti, durma,
asmaradana, pangkur, sinom, dandanggula.
Karsono (2001) mengelompokan pola persajakan atau metrum
macapat menjadi tiga golongan yaitu: (1) metrum sekar macapat asli,
meliputi dandanggula, sinom, asmaradana, durma, pangkur, mijil,
kinanthi, maskumambang, pocong,
sudah
dianggap sebagai
metrum
(2) metrum sekar tengahan yang
macapat, meliputi
jurudemung,
wirangrong, balabak, gambuh, dan dhudhukwuluh (megatruh), (3)
metrum sekar ageng yang sering muncul bersama dengan macakup, yakni
girisa.
R.Ng Ranggawarsita (1957:15) menjelaskan bahwa jenis tembang
macapat
terdiri dari delapan
jenis
yakni dhandhanggula,
mijil,
asmaradana, sinom, pangkur, durma, kinanthi, dan pocong.
Padmosoekotjo (1960:28) menjelaskan bahwa tembang macapat
pada mulanya terdiri dari sembilan, yakni dhandhanggula, kinanthi,
pocong, asmaradana, pangkur, durma, mijil, sinom, dan maskumambang.
Selanjutnya tembang macapat berkembang menjadi lima belas jenis
dengan tambahan tembang girisa, wirangrong, jurudemung, dan balabak.
Keempat jenis tembang tersebut sebelumnya termasuk jenis tembang
tengahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Gunawan Sri Hastjarja (tanpa tahun) dalam buku macapat
menjelaskan bahwa tembang macapat berjumlah dua belas jenis, yakni
dhandhanggula, sinom, kinanthi, pangkur, asmaradana, mijil, durma,
pocong, maskumambang, megatruh, dudukwuluh, dan gambuh (Gunawan
Sri Hastjarja, t.th:1-95)
R.S Tjiptasoehardja menjelaskan bahwa tembang macapat ada
sebelas jenis dan mengalami perubahan yaitu bertambah empat jenis
sehingga jumlahnya menjadi lima belas jenis, yakni dhandhanggula,
sinom, pangkur, asmaradana, kinanthi, mijil, durma, maskumambang,
gambuh, megatruh, pocong, jurudemung, balabak, wirangrong, dan girisa
(R.S Tjiptasoehardja, 1969: 17-18 )
M. Soeharto menjelaskan bahwa tembang macapat berjumlah
sebelas jenis yakni pocong, maskumambang, megatruh, gambuh, kinanthi,
mijil, pangkur, durma, asmaradana, sinom dan dhandhanggula (M
Soeharto, 1978:96)
Sementara itu, Sutardjo (2011) mengatakan bahwa tembang
macapat berdasarkan perkembangan kesasteraan, sekarang berjumlah
sebelas, yaitu pucung, maskumambang, mijil, kinanti, durma, asmaradana,
pangkur, dandanggula, sinom, megatruh, dan gambuh.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa para ahli terdapat perbedaan
pendapat. Meski demikian, jika kita cermati tembang macapat yang
beredar di masyarakat sekarang terdiri dari sebelas jenis, yakni pocung,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
gambuh, pangkur, durma, maskumambang, megatruh, mijil, kinanthi,
asmarandana, sinom, dhandhanggula
k.
Watak Tembang Macapat
Tembang macapat dalam membacanya harus dilagukan dan harus
memperhatikan watak agar tercipta rasa yang mendukung suasana yang
diinginkan.
Menurut
Tedjohadisumarto
(1958),
Soedjono
(1964),
Gunawan Sri Hastjarjo (1978), Sadjijo Prawiradisastra (1991), Sukiyat
(1997) tembang macapat memiliki watak sebagai berikut.
1. Pucung
Pucung berwatak sesuka hati,
ceroboh, lucu
dan menggelikan; selain itu tembang pucung juga mempunyai watak
kurang bersemangat, lemah, narima, tidak sungguh-sungguh, sereng
ampang. Tembang pucung itu dalam karawitan Jawa sering digunakan
untuk
mengiringi
seni
pertunjukan
wayang
atau
tari
untuk
menggambarkan suasana menggelikan dan kurang kesungguhan. Tembang
pucung biasa digunakan untuk sembranan, cerita lucu dan menyenangkan.
Perhatikan tembang pucung dibawah ini.
Bapak pucung dudu watu dudu gunung
sabamu ing sendhang
pencokanmu lambung kering
prapteng wisma si pocung mutah guwaya
Terjemahan:
Bapak pucung bukan batu bukan gunung
kelanamu di sendang,
hinggapmu di pinggul kiri,
sampai dirumah si pucung mengeluarkan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2. Gambuh
Gambuh memiliki watak bergairah, keras hati, marah, sereng
antep, bersemangat tetapi agak prihatin. Tembang ini lebih tepat untuk
memberi nasehat, cinta kasih yang membara, atau untuk suasana yang
romantis. Tembang gambuh itu sering untuk mengiringi pertunjukan tari
atau wayang dengan adegan yang bersuasana
marah pada adegan
perang. Perhatikan tembang gambuh berikut.
Samengko ingsun tutur,
sembah catur supaya lumuntur,
dingin raga cipta jiwa rasa kaki,
ing kana lamun tinemu,
tandha nugrahaning Manon
(Serat Wedhatama pupuh IV, bait 1)
Terjemahan:
Kini aku memberi nasehat,
empat macam sembah agar mengalir,
pertama sembah raga cipta,
jiwa dan rasa anakku,
di dalam itu jika ketemu,
tanda memperoleh anugrah
3.
Pangkur
Pangkur mempunyai watak bergairah, keras hati, marah, sereng
antep, bersemangat tetapi agak prihatin. Tembang pangkur cocok untuk
memberi nasehat, cinta kasih yang membara atau suasana yang romantis.
Tembang pangkur sering digunakan untuk pertunjukan wayang untuk
menggambarkan suasana marah, jatuh cinta, atau adegan tegang. Misalnya
pada adegan perang kembang (perang seoarang satria dengan raksasa buta
cakil) dalam wayang kulit. Dalam wayang orang sering diiringi dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
pangkur palaran yang mempunyai rasa sereng atau marah. Perhatikan
kutipan di bawah ini.
Mingkar mingkuring angkara,
akarana karenan mardi siwi,
sinawung resmining kidung,
sinuba sinukarta,
mrih katarta pakartine ngelmu luhung,
tumprape wong tanah Jawa,
agama ageming aji,
(Serat Wedhatama pupuh I bait 1)
Terjemahan:
Menghindari angkara,
karena keinginanya mengajar anak,
yang termuat dalam keindahan puisi,
dihias dipercantik,
agar mudah dipahami ilmu yang luhur,
bagi orang Jawa,
Agama yang dipakai oleh para raja
4.
Durma
Tembang durma mempunyai watak keras, marah, greget, buas,
ganas,
kemarahan
yang luar
biasa.
Tembang
ini
cocok
untuk
mengungkapkan rasa marah. Tembang durma digunakan untuk pethilan
atau wayang pada adegan yang sereng atau untuk adegan tantangtantangan (sesumbar) sebelum peperangan terjadi.
Gajah Pagon muntap krodha mamrep mengsah,
peteng madyaning jurit,
lebu ngampak-ampak,
singa katrajang bubar,
buta wilis mapak jurit,
tan dangu pejah,
sang Wilalungin kanin,
(Serat Ranggalawe, pupuh XIII, bait 6 dalam Karsono H
Saputra )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Terjemahan:
Gajah Pagon menghadapi mungsuh sangat marah,
suasana dalam pertempuran gelap,
debu gulung-gumulung,
siapapun yang diterjang tercerai-berai,
buta wilis menghadapi perang,
tewas tak lama kemudian,
Wilalulangpun terluka
5.
Maskumambang
Maskumambang mempunyai watak sedih, nalangsa, prihatin,
memelas dan nglokro
. Tembang ini cocok untuk
melukiskan perasaan sedih, memilukan, penyesalan, terlunta-lunta akibat
nasip yang malang. Tembang maskumambang untuk mengiringi tari atau
wayang misalkan adegan Sinta di Taman Soka Alengkadiraja atau adegan
putri cina bertanding dengan Adaninggar dalam pethilan Adaninggar
Kelaswara, untuk merebut Wong Agung Jayengrana. Bisa juga dugunakan
dalam cerita wayang sebagai berikut.
Gereng-gereng Gathutkaca sru anangis
sambate mlas arsa
luhnya marawayan mili
gung tinameng astanira
(Abimanyu kerem)
Terjemahan:
Gereng-gereng Gathutkaca menangis dengan keras
rintihannya sangat memilikan
air matanya menetes dipipi
selalu ditangkap dengan tangannya
Tembang maskumambang juga cocok digunakan untuk memberi nasehat.
Hal ini tampak pada kutipan berikut.
Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi,
anemu duraka,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
ing donya tumekeng akhir,
tan wurung kasurang-surang
(Serat Wulang Reh, pupuh V bait 5)
Terjemahan:
orang yang tidak menurut orang tua,
akan menalami durhaka,
di dunia sampai akhirat,
hidup akan terlunta-lunta
6.
Megatruh
Tembang megatruh mempunyai watak sedih, getun
nglangut tanpa harapan, nalangsa dan gelisah. Tembang ini cocok untuk
melukiskan suasana yang mengandung rasa sedih, kecewa dan putus asa
karena putus cinta. Perhatikan kutipan berikut.
Ri paduka tan pegat denya manekung,
atarak brata wus lami,
supe dhahar lawan nginum,
puwara sang prameswari,
langkung welase ing batos,
(Serat Ranggalawe, pupuh XVII, bait 8
dalam Karsono H Saputra)
Terjemahan:
Adik paduka tiada henti bersemedi,
bertapa sudah lama,
lupa makan dan minum,
sehingga prameswari,
sangat prihatin dalam batin
7.
Mijil
Mijil mempunyai watak prihatin dan cinta kasih. Tembang ini
cocok untuk mengungkapkan rasa cinta kasih, prihatin atau nasehatnasehat tentang asmara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Abot lakuning janma utami,
angel yen ginayuh,
para pandhita wali lakune,
tyas ira wus pindha jalanidhi,
tan akagyat osik,
ing jagad kadulu,
(Serat Sasanasunu, pupuh XIV bait 24
dalam Karsono H Saputra)
Terjemahan:
Beratlah laku manusia utama,
sulit jika dicapai,
lakunya pandita dan wali,
yang hatinya bagaikan samodra,
tak terkejut pada perubahan,
dunia yang tampak.
8.
Kinanthi
Kinanthi mempunyai watak senang dan kasih sayang, riang
gembira, cinta kasih. Tembang ini cocok untuk memberikan nasehat atau
pemaparan kasih sayang, bercumbu rayu. Di bawah ini contoh tembang
kinanthi.
Lan wong anom puniku,
kang kanggo ing mangsa iki,
andhap asor dipunsimpar,
umbag gumungguning dhiri,
obrol umuk kang den gulang,
kumenthus lawan kumaki
(Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV,
pupuh II bait 8)
Terjemahan:
Dan orang muda itu,
yang digunakan saat ini,
rendah hati dibuang,
mengagunkan diri,
omong kosong yang dipelajari,
belagak gagah dan berlagak kayak orang tua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
9.
Asmaradana
Tembang Asmaranda mempunyai watak kasih sayang, sedih, cinta,
asmara, sengsem. Tembang ini cocok untuk melukiskan hal-hal yang
mengandung rasa kasih sayang, asmara. Seni pertunjukan Jawa sering
menggunakan tembang ini untuk mengiringi langendriyan. Perhatikan
kutipan di bawah ini.
Gegaraning wong akrami,
dudu bandha dudu rupa,
amung ati pawitane,
luput pisan kena pisan,
yen gampang luwih gampang,
yen angel-angel kalangkung,
tan kena tinumbas arta,
(Petikan dari bawa tembang Setya Tuhu )
Terjemahan:
Modalnya orang berumah tangga,
bukan harta bukan kecantikan,
hanya hati modalnya,
lepas sekali kena sekali,
jika mudah lebih mudah,
jika sulit akan semakin sulit,
tidak bisa dibeli dengan uang.
10. Sinom
Tembang Sinom memiliki watak lincah, cerdas, kasih sayang, riang
gembira tetapi juga berwatak sereng greget. Tembang ini cocok untuk
melukiskan kelincahan gerak, memberikan nasehat. Di bawah ini contoh
teks tembang sinom.
Lamun sira paksa nulad,
tuladhaning kangjeng nabi,
o ngger kadohan panjangkah,
watake tan betah kaki,
sarehne sira Jawi,
sathithik bae wus cukup,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
away guru aleman,
nelad kas ngeplegi pekeh,
lamun pengkuh pengangkah yekti karahmat.
(Serat Wedhatama, pupuh II bait 10)
Terjemahan:
Seandainya engkau terpaksa meniru,
teladan Kangjeng Nabi,
O nak..terlalu jauh,
biasanya tidak mampu nak..,
karena engkau orang jawa,
sedikit saja sudah cukup,
janganlah gila pujian,
meniru persis fikih,
jika kuat dalam kemauan niscaya memperoleh rahmat
11. Dhandhanggula
Tembang Dhandhanggula mempunyai watak menyenangkan dan
menggembirakan. Tembang ini dapat digunakan dalam berbagai keperluan
karena sifatnya yang luwes. Masyarakat Jawa sering menggunakan untuk
midodareni
malam
hari
pernikahan.
Tembang
Dhandhanggula juga sangat cocok untuk memberi nasehat. Ini tampak
pada kutipan berikut.
Wonten malih tuladha prayogi,
satriya gung nagari Ngalengka,
Sang Kumbakarna arane,
tur iku warna diyu,
suprandene nggayuh utami,
duk awit prang Ngalengka,
dennya darbe atur,
mring raka amrih raharja,
Dasamuka tan kengguh atur yekti,
amung mungsuh wanara.
(Serat Tripama, bait 3 dalam Karsono)
Terjemahan:
Adalagi contoh yang baik,
ksatria besar dari negara Alengka,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Sang kumbakarna namanya,
apalagi berwujud raksasa,
meski demikian ingin merengkuh kemuliaan,
sejak perang Alengka dimulai,
ia memiliki nasehat,
kepada kakak agar (hidup) sejahtera,
Dasamuka tidak menghiraukan nasehatnya,
karena hanya mungsuh kera
l.
Tembang macapat di SMP
Berdasrkan silabus di SMP Kabupaten Magetan, kompetensi
tentang tembang macapat hanya diberikan pada kelas VIII dan IX.
Kompetensi tembang tidak terdapat pada kelas VII. Kompetensi dasar
pada kelas VIII SMP di Magetan terdiri atas (1) menemukan ciri dan jenis
tembang macapat, dan (2) menemukan isi dan pesan tembang macapat.
Keduanya dipelajari pada semester satu.
Kompetensi dasar menemukan ciri dan jenis tembang macapat
memiliki indikator (a) mampu mengidentifikasi jenis tembang melalui
guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan ketika tembang tersebut
diperdengarkan secara tepat, dan (b) dapat secara kreatif dan inovatif
dalam membuat tembang macapat yang terkait dengan kegiatan seharihari.
Kompetensi dasar menemukan isi dan pesan tembang macapat
memiliki indikator: (1) mampu memberi tanggapan secara kritis dengan
basa ngoko/ basa krama mengenai isi tembang macapat, (2) mampu
memberi tanggapan dengan penuh rasa percaya diri dalam basa ngoko/
basa krama pesan yang terdapat dalam tembang macapt, dan (3) mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
melantunkan salah satu tembang macapat dengan kepercayaan diri yang
kuat
Pada kelas IX hanya ada satu kompetensi dasar tentang tembang
macapat, yaitu kompetensi dasar membuat tembang macapat sesuai
dengan kaidah. Pada kompetensi dasar ini siswa diharapkan mampu
membuat tembang macapat berdasarkan kaidah-kaidah tembang macapat,
seperti guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Guru gatra adalah
jumlah baris setia pada atau bait. Guru lagu adalah bunyi suara vokal
diakhir baris, dan guru wilangan jumlah suku kata dalam setiap baris.
Setiap tembang dibedakan atas dasar kaidah ini. Secara khusus siswa kelas
IX diharapkan mampu membuat Tembang macapat seperti Kinanti,
Asmaradana, Sinom, Megatruh, Dhandhanggula, Maskumambang.
Tembang kinanthi memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu
pada atau bait terdiri atas enam baris, (2) baris pertama sampai baris
keenam memiliki suku kata yang sama, yakni delapan suku kata. (3)
memiliki guru wilangan 8-u,8-i, 8-a, 8-i, 8-a, dan 8-i.
Tembang asmarandana memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam
satu pada atau bait terdiri atas tujuh baris atau gatra, (2) baris pertama
terdiri atas delapan suku kata, baris kedua terdiri atas delapan suku kata,,
baris ketiga terdiri atas delapan suku kata, baris keempat terdiri atas
delapan suku kata, baris kelima terdiri atas tujuh suku kata, baris keenam
terdiri atas delapan suku kata, baris tujuh terdiri atas delapan suku kata,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
dan baris kedelapan terdiri atas tujuh suku kata, dan (3) memiliki guru
wilangan 8-i, 8-a, 8-e, 8-a, 7-a, 8-u, dan 8-a
Tembang sinom memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu
pada terdiri atas sembilan baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru
lagu 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-I, 8-u, 7-a, 8-I, dan 12-a. Tembang sinom termasuk
tembang yang memiliki baris yang banyak, yakni sembilan baris
Tembang megatruh memiliki kaidah sebagai berikut: (1)dalam satu
pada atau bait terdiri atas lima baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan
guru lagu 12-u, 8-a, 8-u, 8-I, dan 8-o. Tembang megatruh termasuk
tembang yang memiliki gatra sedang, yakni lima gatra
Tembang dhandhanggula memiliki kaidah sebagai berikut: (1)
dalam satu pada atau bait terdiri atas sepuluh baris, dan (2) memiliki guru
wilangan dan guru lagu 10-i, 10-a, 8-e, 7-a, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, dan 7-a.
Tembang dhandhanggula termasuk tembang yang memiliki gatra yakni
lima gatra banyak, yakni sepuluh baris.
Tembang maskumambang memiliki kaidah sebagai berikut: (1)
dalam satu pada atau bait terdiri atas empat baris, dan (2) memiliki guru
wilangan dan guru lagu 12-i, 6-a, 8-i, dan 8-a. Tembang maskumambang
termasuk tembang yang memiliki gatra sedikit, yakni hanya empat gatra
saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
5.
Hakikat Quantum Learning
a. Pengertian Quantum Learning
Istilah quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti energi cahaya.
Dalam pembelajaran, quantum learning merupakan interaksi yang
mengubah energi menjadi "cahaya". Energi cahaya ini diperoleh melalui
interaksi yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini sebagai mana
diungkapkan oleh DePorter dan Henacki dalam bukunya yang berjudul
Quantum Learning Unleashing The Genius In You sebagai berikut.
know formula in quantum physics is Matter times the
Speed of Light Squared equals Energy. You may heve seen
this ekspresed as E=mc2.
Our phisycsal bodies are matter. As learners, it is our
purpose to experience as much light as possible:
interaction, connections, inspirations so as to produce
radiant energy. (DePorter dan Hernacki, 1992: 16)
Kami mendefisinikan Quantum Learning sebagai interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan
adalah energi. Rumus yang terkenal dalam quantum fisika
adalah Massa kali kecepatan cahaya quadrat sama dengan
energi. Mungkin anda sudah pernah melihat persamaan ini
sebagai E=mc2.
Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar,
tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi
cahaya.
Sebagai pelajar tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin
prestasi melalui proses interaksi yang terjadi dalam lingkungan belajar.
Potensi siswa
diasah,
diberdayakan
secara
maksimal,
ditumbuh-
kembangkan secara baik dalam lingkungan belajar yang menggembirakan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
jauh dari rasa takut dan ragu, sehingga menjadi potensi yang nyata dalam
bentuk prestasi yang menakjubkan.
Quantum learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas (Miftahul,
2011:21). Begitu pentingnya lingkungan belajar maka ruang kelas ditata
sedemikian rupa dengan memperhatikan kebutuhan pembelajar. Ruang
kelas yang difokuskan pada kelompok teman sejawat menyediakan
lingkungan yang tidak mengancam yang mana siswa termotivasi untuk
menjelaskan makna mereka, mengeksplor berbagai sudut pandang dan
memodifikasi pemahaman mereka, yang dipercaya bermanfaat bagi
konstruksi pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. (Yen-Chi Fan,
2012:114)
Quantum leraning merupakan interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Quantum teaching merupakan orkestra sekitar lingkungan
belajar. Maka dari itu, interaksi meliputi banyak aspek pembelajaran
efektive yang mempengaruhi prestasi siswa. Hal ini sebagaimana
diungkapkan Deporter sebagai berikut.
Quantum learning is the interaction which changes the
energy to be the light. Thus quantum teaching is an
orchestra of surround learning moment.The interaction
include many aspects of effective learning influencing
student achievement. The interaction change the student
ability and their natural talent to be the light that will be
useful for them and other (Diah Ayu Kusumaningtyas,
2011:26)
Quantum learning adalah interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Quantum teaching adalah sebuah orkestra
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
dari peristiwa belajar disekeliling. Interaksi meliputi
banyak aspek pembelajaran yang mempengaruhi prestasi
siswa. Interaksi mengubah kemampuan siswa dan bakat
alami mereka menjadi cahaya yang bermanfaat bagi
mereka dan yang lainnya.
Selanjutnya Hernowo (2002:228) mengartikan quntum learning
sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar sehingga mampu
mengubah potensi yang ada pada diri manusia menjadi pancaran dalam
memperoleh hal-hal baru untuk ditularkan kepada orang lain ( Ellen Indera
Sari: 2009, 40)
Istilah quantum dalam quantum learning mempunyai pengertian
keragaman atau variasi. Quantum Learning dapat dimaknai sebagai belajar
dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang
bervariasi (Andayani, 2009: 110)
Sementara itu menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar
quantum
adalah
banyaknya
(jumlah)
sesuatu.
Dalam
konteks
pembelajaran bahasa, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam
pembelajaran bahasa. Pendekatan ini mengutamakan percepatan belajar
dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam
kondisi penguasaan diri (2009: 61). Pendekatan ini tidak hanya berfokus
pada guru yang menyajikan lebih dari sekedar bimbingan pada pendidikan,
tetapi ini menempatkan siswa sebagai garis terdepan dari pendidikan mereka.
Sebagai hasilnya, murid lebih terlibat aktif dalam isi dan lebih berpartisipasi
dalam kelas (Petress dalam Crosby, B., 2012: 92). Pembelajaran aktif telah
menjadi fokus penting pada waktu perubahan pedagogik saat ini. Ketika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
istilah meliputi praktek, pembelajaran kolaboratif atau kelompok kerja
kecil, menyisakan sebuah elemen penting dari teori dan praktek yang aktif
(Davis dalam Burke. 2011: 87)
Jadi pembelajaran quantum learning adalah pembelajaran yang
memanfatkan segala potensi yang ada, pembelajaran dengan menempatkan
siswa secara aktif, belajar dengan cara yang bervariasi untuk mendapatkan
hasil pembelajaran yang menakjubkan.
Menurut Nyoman S. Degeng (2005), kelahiran quantum learning
sebagai model pembelajaran di Indonesia, pada mulanya diawali dengan
adanya
praanggapan
bahwa
manusia
Indonesia
terjangkit
virus
keseragaman. Keseragaman ini meliputi sentralistik dan uniformistik yang
mewarnai
pergemasan
dunia
pembelajaran.
Keseragaman
yang
menjangkiti dunia pembelajaran ini mengakibatkan kegagalan dalam
pembelajaran itu sendiri. karena berlawanan dengan hakikat murid yang
sebenarnya memiliki keberanekaragaman. Terlebih lagi, pemaksaan
melalui tindakan keseragaman dalam pembelajaran terhadap murid akan
menjauhkan dari keberhasilan belajar (dalam Andayani, 2009: 110).
Berkenaan dengan hal itu Nyoman S. Degeng (2005) menyebutkan
bahwa pendekatan quantum learning ini sebagai "orkestra pembelajaran"
dengar arti pembelajaran yang penuh dengan suasana bebas, Santai,
menakjubkan, menyenangkan. dan menggairahkan. Dengan penciptaan
suasana seperti itu, dapat: (1) dibangun motivasi; (2) ditumbuhkan simpati
dan saling pengertian; (3) dibangun sikap takjub kepada pembelajaran; (4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
dibangun perasaan saling memiliki: dan (5) dapat memberikan keteladanan
(dalm Ellen Indrasari, 2009: 50).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum learning,
dimana guru harus membawa pikiran siswa ke dalam pikiran guru dan
sebaliknya pemikiran guru menjadi pemikiran siswa. Dengan demikian,
ada kedekatan secara psikologis antara guru dengan siswa. Guru juga
harus mengenali gaya belajar siswa, apakah gaya belajarnya visual
(mementingkan
segala
sesuatu
yang
dilihat),
apakah
auditif
(mementingkan pendengaran), apakah kinestik (memerlukan gerakan).
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Derek Bok (2006)
dan Weimer ( 2002), menyatakan bahwa pendidikan yang lebih tinggi
dituntut untuk merubah pengalaman belajar kelas dari siswa yang
mendengarkan ceramah, mengerjakan soal dan mengingat fakta menjadi
pengalaman kelas yang menyelesaikan masalah dan siap menuju
kehidupan yang bermakna (Jones and Hilaire, 2012: 34)
Hal-hal yang perlu dilatih dalam kemampuan quantum learning ini
menurut Mike Hernacki (2005:24) adalah: (1) cara siswa memusatkan
perhatian (konsentrasi), (2) cara mencatat yang benar. (3) cara belajar
menyiapkan ujian, (4) cara membaca cepat, dan (5) cara menumbuhkan
ingatan jangka panjang (long time memory).
Dalam pelaksanaannya quantum learning memiliki petunjuk yang
bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
proses belajar (DePorter dkk, 2011 : 32). Selain itu, DePorter juga
menguraikan cara-cara efektif pelaksanaan quantum learning sebagai
berikut: (1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari kelas
yang
biasa
menjadi
kelas
yang
menarik;
(2)
memotivasi
dan
menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang
dikenal dergan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan,
Ulangi,
dan
Rayakan);
(3)
membangun
rasa
kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5)
merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan
menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar.
Pembelajaran quantum learning sesungguhnya merupakan ramuan
atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan
pemrograman neurologi/neurolinguistik yang sejauh sebelumnya sudah
ada. Hal ini seperti diungkapkan oleh DePorter dan Hernacki sebagai
berikut.
Quantum Learning incorporates suggestology, accelerate
learning techniques, and NLP with our own, and methods.
It includes key concepts from many other learning theories
and strategies including : Right/left brain theory, The triune
brain theory, Modality preference (visual,auditory,
Kinesthetic), Theory of multiple intelligences, Holistic
education, Experriential learning, Metaphoric learning dan
Simulation/gaming (DePorter dan Hernacki, 1992: 16)
Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
percepatan, dan NLP (Neo Linguistik Program) dengan
teori, teknik dan metode kami sendiri. Termasuk
diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan
strategi belajar yang lain seperti: Teori otak kanan/kiri,
Teori otak triune (3 in 1), Pilihan modalitas (visual,
auditorial,
dan
kinestetik),
Pendidikan
holistik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
(menyeluruh), Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar
dengan simbol dan Simulasi/permainan.
Dari gabungan berbagai teori tersebut, quantum learning tampil
mengesankan dan diyakini mampu mengantarkan siswa meraih prestasi
yang membanggakan. Ini sudah dibuktikan oleh DePorter sendiri di
SuperCamp
Kegiatan pelaksanaan quantum learning mempunyai dua ciri.
Pertama, penataan lingkungan belajar yang tepat. Penataan lingkungan
belajar dilakukan guru sebagai mana kru panggung menata pentas untuk
pementasan drama atau musik, segalanya dipersiapkan dengan cara menata
ruang pentas mulai dari pencahayaannya, tata suara, setiap nuansa warna
dan bentuk yang akan menentukan dan membantu penyampaian pesan
kepada penonton. Hal ini sebagai mana dijelaskan DePorter dan Hernacki
sebagai berikut.
much easier to develop and maintain a winning attitude.
And a winning attitude make for a much more successful
learner. When a stage crew is setting the stage for a play
or musical production, it knows that attention to detail is
important. The lighting, the sound, every nuance of color
and shape determine the mood and help send the
appropriate messages to audiance
(DePorter dan
Hernacki, 1992: 66).
Ketika anda bekerja di lingkungan yang ditata dengan
baik, maka lebih mudahlah mengembangkan dan
mempertahankan sikap juara. Dan sikap juara akan
menghasilkan pelajar yang lebih berhasil. Ketika kru
panggung menata pentas untuk pementasan drama atau
musik, ia mengetahui bahwa perhatian terhadap yang
detail adalah hal yang penting. Pencahayaan, tata suara,
setiap nuansa warna dan bentuk akan menentukan suasana
dan membantu penyampaian pesan kepada penonton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Apa yang diungkapkan DePorter tersebut senada dengan yang
diungkapkan oleh Colin Rose (2007:179) dalam bukunya yang berjudul
Super Accelerated Learning bahwa lingkungan akan menjadi sarana yang
bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif jika ditata
dengan baik.
Demikian pula terkait dengan penataan lingkungan belajar dimulai
dengan penataan lingkungan belajar. Quantum learning menekankan pada
penciptaan ruangan belajar yang sama dengan kru panggung, yaitu
penciptaan
lingkungan
yang
menyenangkan
mulai
dari
penataan
perabotan, bantuan visual (alat peraga) baik yang digunakan selama
pembelajaran maupun yang tergantung di dinding kelas, tampilan guru
"pleasant to look at", bila perlu didengarkan musik, semuanya merupakan
kunci yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal.
Semua yang ditata tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana
belajar agar terjaga sikap gembira. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Colon Rose dkk (2007: 177) bahwa kemampuan untuk menikmati belajar
dan belajar dengan gembira akan membawa siswa pada berbagai
kegembiraan wilayah minat-minat baru. Dan dalam setiap wilayah, siswa
akan menemukan begitu banyak kesempatan untuk ditelusuri sehingga
siswa akan sibuk selamanya, belajar selamanya, dan terangsang selamanya
dengan kerumitan-kerumitan dinia kita. Sebagai bonus terhadap tantangan
menarik seumur hidup ini dan penemuan kepuasan diri, siswa akan
semakin bernilai bagi lingkungan sekitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Kegembiraan yang dimaksud bukan berarti menciptakan suasana
ribut dan hura-hura. Kegembiraan tidak ada hubungannya dengan
kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Namun,
dan terciptanya makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri
si pembelajar. Itu adalah kegembiraan yang melahirkan sesuatu yang baru.
Dan kegembiraan ini jauh lebih penting untuk pembelajaran daripada
segala teknik dan metode atau medium yang mungkin anda pilih untuk
digunakan (Dave Meier, 2005: 36)
Kedua,
quantum
learning
menerapkan
falsafah
belajar
suggestologi atau suggestopedia. Metode pembelajaran suggestopedia
adalah seperangkat pembelajaran yang direkomendasi yang diturunkan
dari sugestologi. Hal ini sebagai mana yang diutarakan oleh Stevik (1972)
sebagai berikut.
Suggestopedia, also know as Desuggestopedia, is a
method developed by the bulgarian psychiatrist-educator
Georgi Lozanove, Suggestopedia is specific set of learning
recommendations derived from suggestologi, which
Losanove
systematic study of the nonrational and/or nonconcious
to ( Richard and Rodger, 2001 : 100 )
Sugestopedia, juga dikenal sebagai desugestopedia, adalah
metode yang dikembangkan oleh pendidik psikiatris
Bulgaria bernama Georgi Lozanove, Suggestopedia adalah
seperangkat spesifik rekomendasi pembelajaran yang
berasal dari istilah suggestologi, yang mana Losanov
yang berfokus pada penelitian sistematis dari pengaruh
merespon secara konstan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Lozanove menyakini bahwa suggestopedia dapat dan pasti
mempengaruhi hasil pembelajaran dan setiap detail apapun memberikan
sugesti positif dan negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk
memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
memasang poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni
pengajaran sugestif. Ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh DePorter
dan Hernacki (1992) sebagai berikut.
His premise is that suggestion can and does affect the
outcome of the learning situation, and every single detail
provides either positive or negative suggestion. Some of
the techniques he uses to provide positive suggestion are
seating students comfortably, using background music in
the music in the classroom, increasing individual
participation, using posters to suggest greatness while
reinforcing information, and having a teacher well trained
in the art of suggestive instruction (DePorter dan
Hernacki, 1992:14).
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiapdetiail apa
pun memberikan sugesti positif maupun negatif. Beberapa
teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukan murid secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan
partisipasi individu, memasang poster-poster untuk
memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni
pengajaran sugestif.
Wujud sugesti yang lain dalam interaksi belajar disarankan oleh
DePorter dan Hernacki (1992: 24) adalah komentar positif. Komentar
positif akan membentuk kepercayaan pada diri siswa ketika belajar. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
ini berarti bahwa quantum learning menghindari komentar negatif,
misalnya guru mengatakan "Tidak jawaban itu salah, saya heran
melihatmu".
Komentar negatif ini akan menyebabkan (1) siswa terguncang.
sehingga benih-benih keraguan akan tertanam pada diri siswa. (2) dapat
berhenti belajar dan secara tidak sadar akan
menutupi atau menghalangi pengalaman siswa dalam belajar, dan (3) akan
membuat perasaan siswa dalam belajar menjadi terasa tegang dan
terbebani.
Maka dari itu, fasilitator harus peka terhadap sugesti sugesti
negatif yang mungkin mereka masukkan ke dalam lingkungan belajar dan
menggantinya dengan yang positif. Bahasa sugestif positif akan dipahami
oleh orang secara keseluruhan dan karenanya berpengaruh besar pada hasil
belajar (Dave Meier, 2005:111)
Berdasarkan kedua ciri dari quantum learning, maka pelaksanaan
quantum learning dalam kegiatan pembelajaran diarahkan pada (1)
suasana belajar yang menggembirakan (semuanya bermakna), dan (2)
menekankan sugesti positif (pemberian komentar positif).
b. Sejarah Munculnya Quantum Learning
Pada awal penerapannya, model pembelajaran ini pertama kali
dilakukan pada tahun 1982, yang dikenal dengan nama SuperCamp,
sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Forum, yaitu sebuah program pendidikan internasional yang menekankan
perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Pada
awalnya,
program
ini
masih
diragukan
banyak
orang
akan
keberhasilannya, tetapi setelah berjalan beberapa saat, sudah mulai
menemukan dan melihat terobosan menuju ke arah yang benar. Akhirnya,
program ini berhasil dan melampaui apa yang diharapkan. Hal ini
dijelaskan sendiri oleh DePorter dan Hernacki sebagai berikut.
In the summer of 1982, our first group of sixty-four
teenagers arrived at camp. Most of them were reluctant,
suspicious, and not eager to cooperate. My own son was
one of the
My partners and I werw apprehensive about the
program as well, but as it go under way we began to see
some amazing breakthroughs that told us we werw headed
in the right direction. Ultimetely, it was more successful
than we ever expected, and became a significant event in
the lives of many of teens who attended (DePorter dan
Hernacki, 1992: 4-6).
Program tersebut di atas dilaksanakan dengan cara murid
mengikuti pembelajaran dengan program menginap selama dua belas hari,
siswa-siswa mulai dari usia sembilan hingga dua puluh empat tahun
memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal
dan membaca cepat, menulis dan berkreasi, berkomunikasi dan melakukan
kiat-kiat untuk meningkatkan kemampuan mereka menguasai berbagai hal
dalam dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang
mengikuti program tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih
banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri.
(Vos-Groenendal,1991 dalam DePorter dkk, 2011:32)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Quantum Learning oleh Learning Forum kemudian dikukuhkan
sebagai salah satu metodologi pembelajaran dalam bentuk rancangan
pembelajaran, penyajian bahan ajar dan fasilitas pembelajaran yang tidak
harus dilaksanakan di dalam sebuah SuperCamp namun dilaksanakan di
kelas-kelas biasa. Quantum learning ini pada hakikatnya diciptakan
berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti acceleated
learning (Mapes, 2003), multiple intelligences (Gardner. 1995: 104),
experintiel learning (Hart. 1983: 109) dan elements of effective instruction
(Hunter, 1995: 4). Dalam hal ini quantum learning merangkaikan suatu
model pembelajaran yang oleh asosiasi tersebut dianggap sebagai model
yang efektif untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran.
Dikatakan demikian, karena dapat merangsang multi sensorik, multi
kecerdasan, dan relevan dengan perkembangan otak pada masa anak-anak,
sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kemampuan guru untuk
memacu kemampuan murid agar berprestasi (Andayani, 2009:123).
Jadi quantum learning ditetapkan sebagai salah satu metodologi
pembelajaran yang efektif yang tidak harus dilaksanakan di dalam sebuah
SuperCamp namun dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Quantum learning
diciptakan berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti
acceleated learning, multiple intelligences, experintiel learning dan
elements of effective instruction yang dianggap sebagai model yang efektif
untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran, karena dapat
merangsang multi sensorik, multi kecerdasan, dan relevan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
perkembangan
otak
manusia,
sehingga
pada
akhirnya
dapat
mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan murid agar
berprestasi.
c. Asas Utama Quantum Learning
Asas utama quantum learning adalah Bawalah Dunia Mereka ke
Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dunia Mereka. Setiap bentuk
interaksi dengan pembelajar, setiap metode pembelajaran harus dibangun
diatas asas ini. Asas ini memiliki maksud agar pengajar membangun
jembatan yang otentik memasuki kehidupan pelajar sebagai langkah
pertama (DePorter dkk, 2011:34-35). Setelah jembatan terbangun dan
pengajar sudah memasuki dunia murid maka memudahkan pengajar
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan yang pengajar
inginkan dan membawa mereka tetap belajar (Mitahul, 2011:27). Jika hal
tersebut di atas mampu diterapkan, maka baik pembelajar maupun
pengajar akan memperoleh pemahaman baru. Ini berarti dunia pembelajar
diperluas, dan dunia pengajar diperluas. Disini dunia kita menjadi dunia
bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia
selaku pembelajar (Sugiyanto, 2010:69).
Jadi jelas bahwa agar pengajar mampu mengajar dengan efektif
dan efisien maka pengajar harus meraih hak mengajar dari murid terlebih
dahulu. Hanya dengan cara ini, pengajar mampu memimpin, menuntun,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu
pengetahuan yang lebih luas.
d. Prinsip Utama Quantum Learning
Prinsip dapat diartikan (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima
atau dikenal, dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental.
Quantum learning juga dibangun diatas aturan aksi atau perbuatan yang
diterima atau dikenal dan atau sebuah hukum, aksioma, atau doktrin
fundamental mengenai pembelajaran (Sugiyanto, 2010:69).
Ada lima prinsip utama yang mendasari quantum learning yaitu:
1. Segalanya berbicara
Dalam
quantum
learning,
segala
sesuatu
mulai
lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar sampai
dengan rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan pembelajaran.
2. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya
mempunyai tujuan. Tidak ada yang tidak bertujuan. Pengubahan
bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam atau diluar momen
belajar memiliki tujuan. Baik pelajar maupun pengajar harus
menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
3. Pengalaman sebelum memberi nama.
Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks
yang akan menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses
belajar paling baik ketika siswa telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh nama untuk apa mereka mempelajari.
4. Akui setiap usaha
Belajar selalu mengandung resiko yang besar. Dikatakan demikian
karena belajar berarti melangkah keluar dari zona yang nyaman
menuju ke zona yang penuh dengan ketidakpastian. Keberanian siswa
melakukan langkah ini, patut memperoleh pengakuan dan panghargaan
atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun
mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang
mereka lakukan. Seorang guru harus mengakui, memperkuat, dan
memotivasi agar murid mampu berkembang dan terus belajar tanpa
mengenal rasa putus asa.
5. Sesuatu yang layak dipelajari maka layak untuk dirayakan.
Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pelajar sudah selayaknya
dirayakan atas keberhasilannya. Perayaan atau memberikan sesuatu
sebagai reward akan memberikan motivasi dan umpan balik mengenai
kemajuan
murid
dan
meningkatkan
asosiasi
positif
dengan
pembelajaran. Perayaan perlu dilakukan agar keinginan murid tumbuh
berkembang pesat. Ini merupakan cara untuk memacu minat siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
dalam belajar
karena murid merasa mendapat perhatian dan
penghargaan.
Berdasarkan prinsip quantum learning di atas, guru harus
menyadari bahwa transfer pendidikan tidak hanya pekerjaan dari guru
tetapi juga membutuhkan peranan dari siswa. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Kusumaningtyas bahwa dalam implementasi quantum
teaching mengikuti prosedur pengajaran yang sesuai sebagai berikut.
Quantum teaching in the application conducts the
procedures of teaching like below:
1. Grow the attention through making students satisfied for
benefit of lesson tough.
2. Create and tell the experience of educating.
3. Name the things like formula, lesson, or others so the
student may keep remembering
4. Give the students chance to demonstrate what they know
5. Give the students the method how to repeat the lesson in
unusual ways.
Celebrate all what the students have done for their
participation, success or anything for instance
(Kusumaningtyas, 2011:32)
e. Dasar Pemikiran Quantum Learning
Semua manusia dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak
pernah terpuaskan. Dan semua manusia mempunyai alat-alat yang kita
perlukan untuk memuaskan (DePorter dan Hernacki, 1992:22). Misalkan
seorang bayi yang memasukkan mainan kedalam mulutnya untuk
mengetahui rasanya . Ia akan menggoyangkanya, mengangkatanya, dan
memutarkannya berlahan-lahan sehingga dapat melihat bagaimana setiap
bagian
sisinya
terkena
cahaya.
Ia
menempelkannya
ditelinga,
menjatuhkannya ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
bagian-bagiannya dan menyelidikinya satu demi satu. Proses demikian
seperti ini disebut belajar secara menyeluruh (global learning). Global
learning merupakan cara yang efektif dan alamiah bagi seorang manusia
untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh
tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan
kerumitan bahasa, yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan
bebas-stres. Proses ini juga ditambah dengan faktor-faktor umpan balik
positif dan rangsangan dari lingkungan.
f. Karakteristik Umum Quantum Learning
Quantum learning memiliki karakter yang membedakan dari
pembelajaran yang lain. Menurut Sugiyanto (2010) karakteristik quantum
learning ada beberapa hal, antara lain.
1. Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum yang
dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan
pembelajran diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari
berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika quantum.
2. Quantum learning lebih bersifat humanistik, bukan positivistikmenjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi, dan lain sebagainya dari pembelajar diyakini dapat
berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
dipandang tidak ada karena semua usaha manusia patut dihargai.
Kesalahan
dipandang
sebagai
gejala
manusiawi.
Ini
semua
menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dari
perspektif humanistis
3. Quantum learning lebih bersifat konstruktifis(tis), bukan positifistisempiris,
behavioristis. Karena itu, nuansa konstruktivisme dalam
pembelajaran quantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan disini
bahwa pembelajaran quantum menekankan pentingnya peranan
lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal
dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.pembelajaran
quantum berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan
faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik
dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Dalam pandangan
pembelajaran quantum, lingkungan fisikal-mental dan kemampuan
pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling
mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan
pemikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan
memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
4. Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa
interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam
pembelajaran quantum. Karena itu pembelajaran quantum memberikan
tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang
sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang
dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah
pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan
pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi
cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses
pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting
dalam quantum learning.
5. Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan dalam
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan
pembelajaran diandaikan sebagai lompatan quantum. Pendeknya,
menurut quantum learning, proses pembelajaran harus berlangsung
cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan
halangan yang dapat melambatakan proses pembelajaran harus
disingkirkan, dihilangkan atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara
dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik,
suasan yang menyegerkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat
duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang
menghalangi pemercepatan pembalajaran harus dihilangkan pada suatu
sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan
pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
6. Quantum learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan kreatifitas atau keadakan yang dibuat-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman,
segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedang kreatifitas dan
kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan.
Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja
secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaraan.
7. Quantum
learning
sangat
menekankan
kebermaknaan
dan
kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang
memungkinkan
terwujudnya
kebermaknaan
dan
kebermutuan
pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar fasilitator. Dalam
hubungan inilah perlu dihadirkam pengalamaan yang tidak dimengerti
dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu
diakomondasi secara memadai. Untuk itu, dapat dilakukan upaya
membawa dunia pembelajar kedalam dunia pada satu pihak dan pad a
pihak lain mengantarkan dunia pengajar kedalam dunia pembelajar.Hal
ini perlu dilakaukan secara seimbang.
8. Quantum learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
Konteks
memberdayakan,
pembelajaran
landasan
yang
meliputi
kukuh,
suasana
yang
lingkungan
yang
menggairahkan atau mendukung, dan rancangan pembelajaran yang
dinamis.
Isi
pembelajaran
meliputi
commit to user
penyajian
yang
prima,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
pemfasilitasan yang lentur, ketrampilan belajar untuk belajar, dan
ketrampilan untuk hidup. Konteks dan isi tidak dapat dipisahakan,
saling mendukung, bagaikan orkestra yang memainkan simfoni.
Pemisahan
keduannya
hanya
akan
membuahkan
kegagalan
pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional
akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya
permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah
orkestra.
9. Quantum learning memusatkan perhatiannya pada pembentukan
ketrampilan akademis, ketrampilan hidup, dan prestasi fisikal atau
material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan, dan dikelola secara
seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa
hanya
salah
satu
di
antaranya.
Dikatakan
demikian
karena
pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuk ketrampilan
akademis dan prestasi fisikal pembelajaran, namun lebih penting
adalah terbentuknya ketrampilan hidup pembelajar. Untuk itu,
kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud
kombinasi harmonis antara ketrampilan akademis, ketrampilan hidup,
dan prestasi fisikal.
10. Quantum learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu,
proses pembelajran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus
memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
pembelajar. Nilai dan keyakinan negati akan membuahkan kegagalan
proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan
bahwa kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir dari
segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan
keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment and reward) tidak
diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan
keyakinan positif seperti ini perlu terus menerus dikembangkan dan
dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif
seperti ini perlu terus menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin
kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki pembelajar,
kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi.
-nilai ini menjadi kacamata yang
dengannya kita memandang dunia. Kita mengavuluasi, menetapakan
prioritas, menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita
memandang kehidupan melalui kacamata ini.
11. Quantum learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dam ketertiban. Keberagaman dan kebebasan
dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam
pembelajaran
quantum
perlu diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar,
dikembangkannya aktivitas aktivitas pembelajar yang beragam, dan
digunakan bermacam macam kiat dan metode pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
12. Quantum learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalan
proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat
pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih
optimal.
g. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran di Kelas.
Sebagai sebuah model pembelajaran, quantum learning hampir
sama dengan sebuah simfoni. Dalam simfoni ada banyak unsur yang
menjadi faktor pengalaman musik penonton. Secara garis besar unsur itu
ada dua kategori, yaitu konteks dan isi (DePorter dkk, 2011: 37)
Konteks adalah latar pengalaman penonton. Konteks merupakan
keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor
dan pemain muksiknya (suasana), keseimbangan instrumen dan musisi
dalam bekerja sama (landasan), dan lembar interprestasi sang maestro
terhadap lembaran musik (rancangan).
Bagian isi (content), bagaikan lembaran musik itu sendiri. Salah
satu unsur isi adalah bagaimana tiap frase musik dimainkan (penyajian).
Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkestra,
memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.
Pada saat penerapan quantum learning di kelas, guru juga bisa
membagi unsur-unsur tersebut menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi
(context dan content). Konteks menyangkut masalah suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
rancangan yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang
prima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan
ketrampilan hidup (DePorter dkk, 2011 :38).
Suasana kelas mencakup tentang bahasa yang dipilh guru, cara
guru menjalin simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah
serta belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan
pula dalam belajar. Suasana dalam belajar sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Maka dari itu, setiap guru harus memahami dan
menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bisa belajar dengan
nyaman dan gembira.
Landasan dalam konsep quantum learning adalah kerangka kerja
yang mencakup: (1) tujuan bersama yang hendak dicapai, (2) prinsipprinsip bersama yang akan memberikan gambaran tentang cara yang
dipilih, (3) keyakinan akan kemampuan pelajar, belajar, dan mengajar, dan
(4) kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan.
Lingkungan
dalam konsep quantum learning adalah cara guru
manata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi,
tanaman, musik semua hal yang mendukung proses belajar. Lingkungan
kelas mempengaruhi siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. Untuk
itu lingkungan perlu ditata dengan rapi agar menyugesti siswa agar tetap
berminat dan mengikuti pelajaran.
Rancangan dalam konsep quantum learning adalah penciptaan
terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.
Dalam quantum learning, rancangan lebih dikenal dengan TANDUR.
Perpaduan kedua unsur konteks dan isi tersebut akan menciptakan
suasana pembelajaran yang menggairahkan, yang mendorong siswa untuk
belajar dan memperoleh
prestasi yang mengagumkan. Keduanya
merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mengantarkan siswa mencapai
puncak prestasi.
h. TANDUR Sebagai Kerangka Perancangan Quantum Learning
Dalam rangka untuk memudahkan operasional quantum learning
dalam pembelajaran dikelas, DePorter dkk, (2011:127)
menyebutnya
dengan istilah TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur
tersebut membentuk basis struktur yang melandasi model pembelajaran
quantum.
Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan
berminat pada setiap pelajaran apapun pelajarannya, tingkat kelas, dan
beragam budayanya, jika pada para guru betul-betul menggunakan prinsipprinsip atau nilai-nilai pembelajaran model quantum. Kerangkan ini juga
memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, dan
menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat
mencapai kesuksesan dalam belajar (Sugiyanto, 2010:73).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Kerangka perancangan TANDUR adalah sebagai berikut:
1. Tumbuhkan:
Sertakan
diri
mereka,
pikat
mereka,
puaskan
keingintahuan mereka. Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang
materi yang kita ajarkan. Tumbuhkan minat belajar siswa dengan
memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah manfaat
Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti guru A?
Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana
rileks, tumbuhkan interaksi siswa, masuklah ke dalam pikiran mereka
dan bawalah alam pikiran mereka ke dalam pikiran kita, yakinkan
siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah
kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Tumbuhkan niat yang kuat
pada diri kita bahwa kita akan menjadi guru dan pendidik yang hebat.
Tumbuhkan strategi mengajar dengan memanfaatkan seluruh potensi
yang ada di dalam kelas, di luar kelas, di dalam sekolah dan di luar
sekolah.
2. Alami
alami ini mendorong hasrat alami otak
informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar pengetahuan dan
ketrampilan yang sudah dimiliki siswa, misalnya, dapat membuktikan
bahwa kuat lemahnya arus listrik yang mengalir pada penghantar
dipengaruhi oleh
besarnya perlawanan
commit to user
dari penghantar,
luas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
penampang dan panjang panghantar?, bandingkan dengan keausan
ban mobil jika dikaitkan dengan panjang jalan dan kondisi jalan raya.
3. Namai
muncak mengenai materi
pelajaran. Dengan kata lain, setelah siswa melalui pengalaman belajar
pada topik tertentu, ajak mereka menulis di kertas, menamai apa yang
mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan
sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-nama tersebut di
dinding kelas atau dinding kamarnya.
4. Demonstrasikan: Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru, sehingga
mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Hal ini sebagaimana
pertama kali kita naik sepeda. Kita mencoba dan jatuh. Kita coba lagi,
berhenti, bertanya pada orang lain, dan akirnya kita mengkaitklan
antara pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan
melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan
mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan (kompetensi) dan
informasi (nama) yang cukup, sudah saatnya dia mendemonstrasikan
dihadapan guru, teman maupun saudara-saudaranya.
5. Ulangi: Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan
dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik
dalam
konsteks
yang
berbeda
dengan
pertunjukkan, drama dan lain sebagainya).
commit to user
asalnya
(permainan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
6. Rayakan
Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan
menambatkan belajar dengan asosiasi positif. Perayaan adalah
ekspresi atau kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan
sesuatu tugas atau kewajibannya dengan baik layak untuk dirayakaan
lewat; tepuk tangan, jentik jari, atau bernyanyi bersama-sama, atau
bersama dengan teman kita, mengucapakn: Aku Berhasil
i. Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning
Quantum
learning
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan
sebagaimana model-model pembelajaran yang lain. Kelebihan dari
quantum learning adalah:
1) Model quantum learning dapat mengubah proses belajar menjadi
suatu yang menyenangkan, sederhana dan efektif
2) Dalam quantum learning diajarkan ketrampilan hidup seperti
berkomunikasi secara efektif, menjalin hubungan dengan orang
lain, berlatih mendengarkan /menghargai pendapat orang lain dan
belajar memecahkan masalah
3) Model quantum learning merupakan model yang mudah untuk
dipraktekkan, efektif dan menyenangkan sehingga seseorang
dirangsang semangatnya untuk berusaha keras menguasai materi
yang dipelajari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
4) Quantum learning mengajarkan tiga hal, yakni ketrampilan
akademis, prestasi fisik, dan ketrampilan hidup
5) Dalam quantum learning terjadi adanya timbal balik yang
menggambarkan kondisi internal dan eksternal siswa dan guru.
Selain memiliki kelebihan, quantum learning juga memiliki
kekurangan, yakni:
1) Quantum learning membutuhkan biaya yang banyak untuk
mengorkestra lingkungna belajar.
2) Quantum
learning
membutuhkan
guru
yang
handal
dan
pengalaman untuk menerapkan pendekatan ini.
6.
Peran Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat dengan
Pendekatan Quantum Learning
a)
Pengertian Sikap
Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh herbert spencer
pada tahun (1862), yang menggunakan ini untuk menunjuk suatu status
mental seseorang. Pada masa itu penggunaan konsep sikap sering
dikaitkan dengan konsep mengenai perilaku tubuh seseorang (Azwar,
2005:3, Ahmadi, 2009:148)
Sikap menurut La Pierre diartikan sebagai pola perilaku, kondisi
atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial (Azwar, 1995: 5). Dalam pandangan La Pierre sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
berfungsi sebagai sarana untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial
tertentu.
Sementara itu, Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai
keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran seseorang terhadap
aspek lingkungan di sekitar (dalam Azwar, 1995: 5). Kalau La Pierre
memandang sikap sebagi pola prilaku, Secord dan Backman memandang
sikap sebagai kondisi perasaan dan pemikiran sebagi tanggapan terhadap
situasi sosial tertentu. Keduananya memiliki pemikiran yang sama tentang
sikap sebagi tanggapan terhadap lingkungan.
L.L Thursione (1946) memandang sikap sebagai tingkatan
kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan
objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi : simbol, kata kata,
slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki
sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau
memiliki sikap yang favorable sebaliknya orang yang dikatakan memiliki
sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau
sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi (Back W., 1977:3). Sikap
adalah kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik (Sanjaya,
2011:276) Kencenderungan untuk menanggapi suatu objek tertentu
tersebut, menurut Seamon dan Kenrick (1999:10) dilakukan dengan cara
yang khusus. Thursione memandang bahwa kecendrungan seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
menolak maupun menerima objek didasarkan pada perasaan suka atu tidak
suka, sementara Sanjaya didasarkan pada norma tertetentu yang berlaku.
Pendapat L.L Thursione tersebut di atas senada dengan Fishbein
dan Ajzen yang mendefinisikan sikap sebagai kencenderungan untuk
menanggapi secara taat atau cara yang disukai atau tidak di sukai dalam
kaitannya dalam suatu objek tertentu (dalam Suhardi,1996:22). Sementara
John H. Harvey dan William P.Smith memandang sikap sebagi kesiapan
merespon secara konsistan dalam bentuk positif atau negatif terhadap
objek atau situasi (dalam Ahmadi, 2009:150)
Menurut Zambardo dan Ebbesen (dalam Ahmadi, 2009:150) sikap
adalah suatu predisposision (keadaan mudah tepengaruh) terhadap
seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitive,
affective, dan behavior.
Menurut Krech, D and Crutchfield, R.S (dalam Ahmadi, 2009:150)
sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, depresi,
persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu
Gerungan Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata
sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan
atau sikap perasaan , tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu
lebih diterjemahkan bagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal
(dalam Ahmadi, 2009:150)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Menurut Triandis (dalam Suwito, 1985:8) sikap pada hakikatnya
seseorang ketika menghadapi keadaan itu.
Sementara itu menurut Suwito (1985:87), sikap merupakan suatu
sikap kejiwaan untuk mengamati sikap antara lain dapat dilakukan lewat
perilaku, apa yang tampak pada perilaku, belum tentu atau tidak selalu
menunjukkan sikap.
Dari pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa sikap adalah pola
perilaku, kondisi, predisposisi dan keteraturan perasaan maupun pikiran
yang memiliki kecendrungan yang bersifat positif atau negatif terhadap
objek. Sikap berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan
behavior.
b)
Macam Macam Sikap
Sikap sebagai suatu tanggapan untuk bereaksi terhadap suatu dan
yang dibentuk sepanjang perkembangan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) social attitude (sikap sosial), dan (2) individual attitude
(sikap individu)
Sikap
Sosial
(social
attitude)
merupakan
tindakan
yang
menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulangulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
seoarang saja tetapi diperhatikan olah orang-orang sekelompoknya.
(Ahmadi, 2009:152).
Sikap
individu
(individual
attitude)
merupakan
tanggapan
seseorang terhadap suatu objek tertentu yang sikapnya individual. Hal
(1991:150) yang menyatakan bahwa sikap individu dimiliki oleh seseorang
saja, dan berkenaan dengan objek-objek tertentu.
Sikap sebagai tanggapan terhadap objek tertentu, bisa dibedakan
atas bentuknya, yaitu (1) sikap positif, dan (2) sikap negatif (Hutagalung,
2007:56-57). Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan
norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Sikap positif siswa terlihat dari sikap mengikuti norma yang
berlaku disekolah seperti disiplin dalam mengikuti pelajaran, kesiapan
menerima pelajaran, keaktifan siswa dalam kelas, keadaan siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan, kesungguhan siswa dalam mengerjakan
tugas dan menjawab pertanyaan dalam diskusi.
Sikap positif merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan
yang memerhatikan hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih
mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada keputusan. Sesuatu
yang indah dan membawa sesorang untuk selalu dikenang, dihargai,
dihormati oleh orang lain. Untuk menyatakan sikap yang positif, seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
tidak hanya mengekpresikannya hanya melalui wajah, tetapi juga dapat
melalui bagaimana cara dia berbicara, berjumpa dengan orang lain, dan
cara menghadapi masalah.
Sikap positif juga mencerminkan seseorang yang memiliki
kepercayaan diri yang baik, dan karenanya dia patut dikenal dan diketahui.
Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang kearah
yang negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan
dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap positif hanya dapat
dipertahankan dengan kesadaran.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menuju sikap positif adalah (1)
tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat. Selalu mengingatkan
diri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari kebiasaan baru, (2)
jangan
biarkan
perkecualian
sebelum
kebiasaan
baru
mengakar
dikehidupan pribadi, dan (3) berlatih dan berlatih terus dalam setiap
kesempatan tanpa rasa jenuh dan bosan.
Sementara sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma
yang berlaku di mana individu berada. Sikap negatif harus diindari, karena
hal ini mengarahkan sesorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini
tercermin pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri
yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan,
ketidak-menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Untuk menghilangkan sikap negatif adalah (1) belajar mengenali
sifat negatif diri, bersikap jujur terhadap diri atau tanyalah kedapa
seseorang yang dipercaya dan dihormati mengenai sifat negatif diri, (2)
akui bahwa sikap negatif itu memang dilakukan. (3) sikap terbentuk
melalui pembiasaan (conditioning). Lebih sering kebiasaan, semakin
melekat dan bertambah sulit untuk dihilangkan. Untuk itu latihan untuk
menghilangkan kebisaan buruk pada diri harus dilakukan secara
berkesinambungan, dilandasi kesadaran penuh untuk berubah menjadi
pribadi yang lebih baik.
Jadi sikap positif siswa bisa diamati melalui perilaku yang tampak
dalam proses pembelajaran, seperti keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, perhatian siswa dalam mengikutipembelajaran, Serius dalam
mendengarkan penjelasan guru, kesungguhan dalam mengerjakan soal.
Sementara itu sikap negatif siswa tampak pada prilaku yang negatif seperti
tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, meremehkan dan lain
sebagainya.
c)
Ciri-ciri dan Fungsi Sikap
1) Ciri-ciri sikap
Menurut Ahmadi (2009:164-165) sikap menentukan jenis atau
tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang
relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Adapun ciri
adalah sebagai berikut :
commit to user
ciri sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
(a)
Sikap itu dipelajari (learnability)
Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif-motif
psikologi lainnya. Misalnya : lapar, haus, adalah motif psikologis
yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa
adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa
kesadaran kepada sebagian individu. Barang kali yang terjadi
adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti
bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri),
membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang
sifatnya perseorangan.
(b)
Memiliki kestabilan (stability)
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat tetap,
dan stabil, melalui pngalaman. Misalnya : perasaan like dan dislike
terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang
ulang
atau memiliki frekuensi yang tinggi.
(c)
Personal-societal significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan
juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa
bahwa orang lain menyenagkan, terbuka serta hangat, maka ini
akan berarti bagi dirinya, iya merasa bebas, dan favorable.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
(d)
Berisi Kognisi dan Afeksi
Komponen kognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang
faktual, misalnya : objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
(e)
Approach
avoidance directionality
Bila seseorang memiliki sikap favorable terhadap sesuatu objek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila
seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan
menghindarinya.
2) Fungsi Sikap
Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yakni:
(a) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa
sikap adalah sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu
yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik
bersama. Justru karna itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas
kepentingan bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai
oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek.
Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung
antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok
yang lain. Oleh karena itu anggota-anggota kelompok yang
mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan
tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
(b) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu
bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya
merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara
perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada anak
dewasa dan yang sudah lanjut usiannya perangsang itu pada
umumnya tidak diberi reaksi secara spontan, akan tetapi terdapat
adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang
itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang
disisipkan
yaitu
sesuatu
yang
pertimbangan/penilaian-penilaian
berwujud
terhadap
pertimbangan-
perangsang
itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan
hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam
masyarakat yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada
orang itu dan sebagainya.
(c) Siakap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia didalam
menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang
berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia,
tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang
tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian,
lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau
tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pilihan-pilihan, dan
semua perangsa tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau
demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tidak ada
keputusan dan tidak dapat melakukan perbuatan. Itulah sebabnya
maka apabila manusia tidak dapat memilih ketentuan-ketentuan
dengan pasti akan terjadilah kekacauan.
(d) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh
karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu,
sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi
sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah
sikap
seseorang,
kita
harus
mengetahui
keadaan
yang
sesungguhnya dan pada sikap orang tersebut dan dengan
mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin
tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubahnya
sikap-sikap tersebut.
d)
Komponen Sikap
Travers (1977), Gagne (1977), dan Gronbach (1977) sependapat
bahwa sikap mengandung tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu
komponen kognitif, afektif dan konatif (Ahmadi, 2009:151-152)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
1) Komponen Kognitif
Komponen kognitif adalah kompenen yang berisikan apa yang
diyakini dan apa yang di pikirkan seseorang yang mngenai obyek sifat
tentu fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Misalnya,
sikap mahasiswa terhadap senjata nuklir. Kompenen kognitif dapat
meliputi beberapa informasi tentang ukurannya, cara pelepasannya,
jumlah kepala nuklir pada setiap rudal, dan beberapa keyakinan
tentang negara-negara yang mungkin memilikinya, daya hancurnya,
dan lain-lain.
2) Kompenen Afektif
Komponen afektif menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu
emosi yang berhubungan dengan objek. Tumbunya rasa senang atau
sikap. Semakin dalam komponen keyakinan positif maka akan
semakin senang orang terhadap objek sikap. Misalnya, kekhawatiran
atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh nuklir pada
kehidupan manusia. Keyakinan negatif
ini akan menghasilkan
penilaian negatif pula terhadap nuklir.
3) Komponen Konatif atau Behavior
Komponen konatif terdiri dari kesiapan seseorang untuk beraksi atau
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Bila seseorang
menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan individu tersebut
akan mendekati objek dan sebaliknya. Misalnya, kecenderungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
mahasiswa
untuk
bertindak
terhadap
senjata
nuklir
dengan
menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk menentang
penyebaran rudal berkepala nuklir, menentang orang yang mendukung
penggunaan nuklir, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat diketahui bahwa ada
tiga komponen sikap, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen konatif. Secara ringkas ketiga komponen tersebut
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1. Komponen Sikap
Komponan Karakteristik
Kognitif
Afeksi
Konatif
e)
Contoh
Kepercayaan,
pengetahuan, Saya pikir, saya
pemikiran
yakin. menurut saya
Perasaan, emosi
Saya takut, saya
senang, saya suka
Kecendrungan untuk bertindak Saya melakukan
Pengukuran Sikap
Untuk mengetahui sikap perlu dilakukan pengukukuran. Teknik
mengukur sikap ada beberapa jenis, yaitu (1) teknik perbandingan fisik
(judgement technique), (2) teknik psikologik (method of summated
ratings), (3) teknik skala jarak sosial (social distance scale), dan (4) teknik
skala Guttman (Hutagalung, 2007:58-59)
1) Teknik Perbandingan Fisik (Judgement Technique)
Teknik
yang
paling
awal
adalah
yang
masih
menggunakan
perbandingan fisik untuk menentukan sikap terhadap objek sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
tertentu (A lebih berat dari B, X lebih keras dari Y, fitnah lebih kejam
dari pembunuhan, dan sebagainya). Menurut Thurstone, penilaian
(judgement) orang sebagai hasil memperbandingakan ini dapat di ukur
dalam bentuk skala.
2) Teknik Psikologik (Method of Summated Ratings)
Teknik pengukuran lain adalah yang sepenuhnya psikologik. Yaitu,
teknik yang tidak menggunakan perbandingan fisik yang dianggap
terlalu rumit. Dasar dari teknik ini adalah bahwa evaluasi seseorang
terhadap sebuah objek sikap dapat di skalakan tanpa harus membuat
perbandingan
fisik
terlebih
dahulu.
Caranya
adalah
dengan
mengumpulkan sejumplah pernyataan tentang suatu sikap. Pernyataan
pernyataan ini terdiri atas pernyataan positif maupun negatif dan
meliputi komponen kognitif (misalnya, X adalah sesuatu yang
bermanfaat, X memudahkan saya untuk melakukan Y, X berbahaya jika
dalam keaadan Z, dan sebagainya)
3) Teknik Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale)
Gabungan dari pengukuran fisik dan psikologik terdapat pada skala
Bogardus. Teknik yang dikembangkan dalam ilmu sosiologi ini
dinamakan skala jarak sosial, yang dimaksud disini adalah skla
untukmengukur sikap anta ras.
4) Teknik Skala Guttman
Penilaian sikap dengan menggunakan pengukuran fisik dan psikologig
juga dilaskukan Guttman. Teknik ini berdasarkan
commit to user
pemikiran bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
sejumlah perilaku terhadap sebuah objek sikap dapat disusun dalam
peringkat. Sebuah perilaku pada peringkat paling bawah dilakukan oleh
hampir semua orang. Perilaku pada peringkat lebih atas dari peringkat
sebelumnya akan dilakukan oleh lebih sedikit orang. Demikian
seterusnya, makin tinggi peringkat makin sedikit yang melakukannya.
Dan, pada peringkat tertinggi hanya sebagian kecil orang yang
melakukan. Sikap seseorang dapat dilihat pada peringkat mana
oerilakunya berada terhadap objek sikap tertentu.
Sementara itu Ahmadi (2009:169-174) mengemukakan beberapa
teknik pengukuran sikap, yakni (1) skala thurstone, (2) skala likert, (3)
skala borgadus, dan (4) skala perbedaan semantik.
1) Skala Thurstone
Skala Thurstone terdiri atas kumpulan pendapat yang memiliki
rentangan dari sangat positif ke arah sangat negatif terhadap objek
sikap. Pertanyaan tersebut kemudian diberikan sekelompok individu
yang diminta untuk menentukan pendapatnya pada suatu rentangan
sampai 11 (sebelas) dimana angka 1 (satu) mencerminkan paling positif
dan angka 11 (sebelas) mencerminkan paling negatif.
2) Skala Likert
Skala Likert merupakan pengembangan dari skala Thurstone. Likert
juga menggunakan sejumlah pertanyaan untuk mengukur sikap yang
didasarkan pada rata-rata jawaban. Likert di dalam pernyataannya
menggambarkan pandangan yang ekstrim pada masalahnya. Setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
pernyataan itu dirumuskan, Likert membaginya kepada sejumlah
responden diminta untuk menunjukkan tingkatan dimana mereka setuju
atau tidak setuju pada setiap pada setiap pernyataan dengan 5 (lima )
pilihan skala: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak
setuju.
3) Skala Borgadus (Social Distance Scale)
Emery Botgadus tahun 1925 menemukan suatu skala yang disebut
Social distance scale, yang secara kuantitatif mengukur tingkat jarak
seorang yang diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan
kelompok-kelompok lain. Dengan skala Borgadus responden diminta
untuk mengisi atau menjawab pernyataan satu atau semua dari 7 (tujuh)
pernyatan untuk melihat jarak sosial terhadap kelompok etnikbgroup
lainnya.
4) Skala perbedaan Semantik ( The Semantic Deffrent Scale)
Skala ini dikembangkan oleh Osgood, Sucu dan Tannerbaum (1957)
yang meminta responden untuk menentukan sikapnya terhadap objek
sikap, pada ukuran yang sangat berbeda dengan ukuran yang terdahulu.
Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa
teknik pengukuran sikap, yaitu (1) teknik perbandingan fisik (judgement
technique), (2) teknik psikologik (Method of Summated Ratings, Skala
Likert), (3) teknik skala jarak sosial (Scial Distance Scale, Borgadus
Scale), (4) teknik skala Guttman (5) skala thurstone, dan (6) skala
perbedaan semantik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
f)
Faktor Penyebab Perubahan Sikap
Sikap seseorang bisa mengalami perubahan dari negatif menjadi
positif, dan sebaliknya. Perubahan tersebut disebabkan beberapa faktor.
Menurut Ahmadi (2009:157-158) perubahan sikap disebabkan oleh faktor
intern dak ekstern.
1) Faktor Intern adalah faktor yang terdapat dalam diri manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa selectifity atau daya pilih seseorang untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan
motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat
perhatiannya. Misalnya: orang yang sangat haus, akan lebih
memperhatikan hausnya itu dari perangsang-perangsang yang lain.
perangsang dapat menghilangkan.
2) Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya: Interaksi
antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai
padanya melalui alat-alat komunikasi seperti: surat kabar, radio,
televisi, majalah dan lain sebagainya.
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa sikap seseorang bisa berubahubah. Perubahan tersebut disebabkan oleh faktor yang berada di dalam diri
orang tersebut dan faktor yang berada di luar diri orang tersebut. Termasuk
sikap siswa dalam mengikuti pelajaran bisa berubah dari yang negatif
menuju yang positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
C. Kerangka Berpikir
1. Penerapan Pendekatan Quantum learning dalam upaya meningkatkan
sikap positif siswa terhadap pembelajaran tembang macapat
Quantum learning merupakan pembelajaran yang memanfatkan segala
potensi yang ada. Artinya, segala sesuatu yang ada hubungangnya dengan
pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga sehingga potensi siswa dapat
berkembang dengan baik. Suasana pembelajaran yang menyenangkan akan
menyugesti anak untuk belajar dengan baik. Misalkan ruangan yang diberi
hiasan-hiasan, gambar-gambar dan aneka bentuk yang lain akan mempengaruhi
kejiwaan anak untuk terus belajar denga baik. Selain itu juga, adanya iringan
musik yang menyertainya akan memberi nuansa yang menyenangkan dan
nyaman bagi siswa.
Pembelajaran tembang akan berhasil dengan baik jika quantum learning
mampu diimplementasikan di ruang kelas dengan sempurna. Suasana yang
menyenangkan akan membawa siswa untuk terus mempelajari tembang,
sehingga tujuan pembelajaran akan berhasil dengan baik.
Pada pendekatan tradisional tidak mampu mempengaruhi siswa untuk
tetap nyaman belajar. Pendekatan quantum learning akan membangkitkan
minat dan siswa untuk terus berjuang memasuki daerah yang penuh dengan
tantangan. Sikap positif siswa sebagai akibat sugesti positif akan meningkat
dengan cepat sehingga hasil pembelajaran segera dapat diraih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
2. Penerapan Quantum Learning dalam upaya meningkatkan kemampuan
menemukan isi dan pesan tembang macapat
Semua manusia dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah
terpuaskan. Semua manusia mempunyai alat-alat yang kita perlukan untuk
memuaskan keinginan itu (DePorter dan Hernacki, 1992:22). Rasa ingin tahu
yang besar tercermin dari sikap dan perilaku ketika masih bayi. Bayi yang
normal akan selalu memasukkan mainannya kedalam mulutnya untuk
mengetahui rasanya. Ia akan menggoyangkanya, mengangkatanya, dan
memutarkannya berlahan-lahan sehingga dapat melihat bagaimana setiap
bagian sisinya terkena cahaya. Ia menempelkannya ditelinga, menjatuhkannya
ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar bagian-bagiannya dan
menyelidikinya satu demi satu. Proses demikian seperti ini disebut belajar
secara menyeluruh (global learning). Global learning merupakan cara yang
efektif dan alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajari bahwa otak
seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons,
menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa, yang kacau
dengan cara yang menyenangkan dan bebas-stres. Proses ini juga ditambah
dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan.
Pendidikan merupakan tempat untuk menuntun seorang anak memuaskan
keingintahuannya. Sekolah harus betul-betul melayani kebutuhan anak akan
naluri alamiahnya. Keingintahuannya harus terus dipupuk hingga anak mampu
belajar dengan suasana yang menyenangkan. Peraturan yang ada harus
diarahkan untuk menyalurkan kreatifitas anak. Peraturan yang memasung dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
membunuh kreatifitas harus dihapuskan. Sekolah harus menjadi sebuah taman
yang indah, beraneka bunga tumbuh didalamnya, sehingga anak nyaman
belajar jauh dari himpitan rasa stres.
Selain itu, juga tidak kalah penting adalah sikap guru sebagai pengajar dan
pendidik harus mengetahui segala macam pendekatan atau metode yang tepat.
Pendekatan atau metode harus lahir dari guru-guru yang tulus untuk
memberdayakan anak didik. Pendekatan atau metode lahir sebagai sarana
menjembatani kebutuhan anak akan pengetahuan. Sehingga pendekatan atau
metode yang dipakai guru harus mencerminkan kebutuhan murid yang
sesungguhnaya.
Pendekatan tradisional dan metode ceramah dan diskusi yang dipakai
selama ini kurang kurang efektif untuk merangsang siswa dalam belajar
sehingga menyebabkan siswa terjebak pada kondisi yang menjemukan. Rasa
ingin tahu yang alamiah pada akhirnya sirna dari diri siswa. Siswa kurang
motivasi, gairah, dan bahkan mengalami stres. Pada giliranya siswa mengalami
kegagalan belajar.
Metode yang memasung kreatifitas siswa harus diganti dengan metode
yang menggairahkan. Metode yang mampu melayani kebutuhan siswa akan
keingintahuannya. Quantum learning adalah metode yang diciptakan untuk
membantu siswa memuaskan keingintahuannya. Metode ini mengajak siswa
belajar secara aktif dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi dalam
pembelajaran akan diubah menjadi cahaya yang berguna. Potensi siswa akan
memancar keluar sehingga mampu bersaing hidup ditengah masyarakat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
kompetitif. Hal ini karena quantum learning memperhatikan segala yang ada
disekitar momen belajar. Semua ditata untuk menyugesti positif sehingga siswa
belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Pendekatan semacam ini akan
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa jawa
dan meraih puncak prestasi.
Alur berpikir dengan menggunakan pendekatan quantum learning dalam
pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat tampak seperti
gambar dibawah ini.
Guru menggunakan
pendekatan traditional
Kemampuan menemukan isi
pesan tembang
Siswa kurang
berminat dalam
mengikiti pelajaran
Proses Pembelajaran dengan
menggunakan
Pendekatan
Quantum Learning
Memacu siswa untuk
belajar secara serius
dan menyenangkan
Siswa bersemangat
dalam
mengikiti
pembelajaran
Kemampuan siswa dalam
menemukan isi pesan tembang
meningkat
Gambar. 1 Alur berpikir dengan menggunakan Pendekatan Quantum
Learning dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan
tembang macapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut.
1.
Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam
mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat.
2.
Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemapuan siswa siswa
dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Magetan,
Kabupaten Magetan. Sekolah ini terletak di Jalan Pramuka No. 23 Magetan.
Pemilihan SMP 4 Magetan sebagai tempat penelitian didasarkan pertimbangan:
(1) sikap siswa
dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa sangat kurang, (2)
kemampuan siswa terhadap pelajaran bahasa jawa rendah, dan (3) SMP 4 belum
pernah dijadikan tempat penelitian yang sejenis.
Penelitian ini akan dilaksanalkan pada semester I. Penelitian ini
berlangsung selama enam bulan, yaitu mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan
Januari 2013. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan,
tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi ), penyusunan laporan penelitian,
Ujian hasil penelitian, penyempurnaan hasil ujian dan penggandaan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai
dengan Januari 2013. Bulan Agustus sampai dengan September merupakan
kegiatan persiapan, meliputi perizinan, observasi awal, penyusunan laporan, dan
seminar proposal. Sedangkan bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
melakukan penelitian di lapangan dan penyusunan laporan akhir, secara rinci
kegiatan ini` disusun dalam jadwal sebagai berikut:
Tabel. 2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian
Waktu Pelaksanaan 2012/2013
Agustus Septeber Oktober Nopeber Deseber Januari
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
Persiapan
Koordinasi
Perijinan
Observasi
Perumusan Masalah
Penyusunan
Proposal
Seminar Proposal
Revisi dan
Pengiriman Naskah
Pelaksanaan
Penyiapan Kelas
dan Alat
Tindakan Siklus I
a. Rencana
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Tindakan Siklus II
a. Rencana
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Tindakan Siklus III
a. Rencana
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Penyusunan
Laporan
Penyusunan
Laporan Tesis
Ujian tesis
Perbaikan Laporan
Penggandaan
Laporan Tesis
v v
v
v
v
v v
v v
v v
v
v v
v v
v v
v
v
v v
v v
v
v v v v
v
v
v v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari
permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,
kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjuti dengan
tindakan-tindakan nyata terencana dan terstruktur. Hal yang penting dalam PTK
adalah tindakan nyata yang dilaksanakan guru (dengan pihak lain) untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu
harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam
pemecahan masalah. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan
masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya sampai
pemecahan masalah tersebut dapat diatasi (Suwandi, 2011:12)
Dave Ebbutt (1985) menyatakan action research is about the systematic
study of attempts to improve educational practice by groups of participants by
means of their own practical actions and by means of their reflection upon effects
of those actions. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian sistematis sebagai
usaha untuk meningkatkan praktek pendidikan oleh sekelompok peserta dengan
cara tindakan praktek mereka sendiri dan dengan cara merefleksi pengaruh dari
tindakan
tindakan tersebut. (dalam David Hopkins,1993:45)
Geoffrey E. Mills (2000:6) menyatakan bahwa action research is any
systematic inquiry conducted by teacher researchers, principals, school
counselors, or other stakeholders in the teaching/learning environment, to gather
information about the ways that their particular school operation, how the teach,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
and how well their student learn. Penelitian tindakan adalah inkuiri sistematis
yang dilaksanakan oleh guru-peneliti, kepala sekolah, penasehat sekolah,
pemegang kekuasaan lainnya dalam lingkungan belajar/pembelajaran, untuk
mendapatkan informasi tentang cara mereka mengoperasikan sekolah, cara
mengajar, dan seberapa bagus murid mereka belajar
Ferrance (2000: 1) menyatakan bahwa Action research is a process in which
participants examine their own educational practice systematically and carefully,
using the techniques of research. Penelitian tindakan adalah sebuah proses dimana
peserta menguji praktek pendidikan mereka secara sistematis dan hati
hati,
menggunakan teknik penelitian.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa Jawa SMP Negeri 4
Magetan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 34, yang terdiri dari siswa
laki-laki 19 dan perempuan 15. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII C. Dengan kata lain, kelas VIII C ditetapkan sebagai setting
kelas. Sementara itu, guru bahasa Jawa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah
bapak Susilo Triwibowo, S.Pd. Penelitian ini bersifat kolaboratif yang melibatkan
guru dan siswa. Kelas VIII C dijadikan objek penelitian karena prestasi siswa
kurang memuaskan sehingga perlu dilakukan tindakan agar hasil prestasi siswa
meningkat.
Siswa kelas VIII C dijadikan subbjek penelitian didasarkan pertimbangan:
(1) kelas VIII C memiliki sikap yang kurang positif dalam mengikuti pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
bahasa Jawa, khususnya materi kompetensi dasar menemukan isi dan pesan
tembang macapat. Para siswa mengikuti pelajaran hanya sekedar rutinitas biasa.
Kegiatan belajar berjalan tanpa gairah. Hal ini harus segera mendapat perhatian
dan mendapatan solusi yang tepat untuk mengatasinya, dan (2) kelas VIII C
memiliki kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat yang kurang.
Atas dasar pertimbangan tersebut maka kelas VIII C harus mendapat perlakuan
dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan quantum learning.
Quantum learning diyakini mampu mengatasi masalah tersebut karena quantum
learning merupakan pendekatan yang berusaha mengubah potensi siswa menjadi
prestasi nyata. Pada hakekatnya quantum learning merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan berbagai cara untuk meraih tujuan. Dengan
quantum learning siswa yang tidak memiliki semangat akan tumbuh gairah
sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
D. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, berupa peristiwa dan informasi
tentang kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat kelas VIII SMP
4 Magetan. Sutopo (2002:49-54) menyebutkan bahwa data dapat digali dari
informan (narasumber), peristiwa atau aktivitas, dokumen, dan arsip. Data
sebagian besar berupa uraian kata-kata yang didapat dari tiga sumber antara lain:
1. Informan (narasumber), yaitu dari guru bahasa Jawa dan siswa kelas
VIII C SMP 4 Magetan. Selain guru dan siswa, informan yang lain yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
kepala sekolah SMP 4 Magetan sebagai orang yang bertanggung jawab
di sekolah tersebut.
2. Peristiwa, yaitu proses pembelajaran kemampuan menemukan isi dan
pesan tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum
learning. Dalam peristiwa ini, peneliti melakukan pengamatan selama
proses belajar mengajar berlangsung.
3. Dokumen atau arsip, yaitu informasi tertulis yang berupa kurikulum,
silabus, rencana pembelajaran, kriteria ketuntasan minimal yang dibuat
oleh guru, hasil kerja siswa, serta buku penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulankan data di atas meliputi
pengamatan, wawancara, atau diskusi, kajian dokumen, angket dan tes yang
masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengamatan
Pengamatan adalah bagian kritis dari perkembangan kemampuan dan ada
pertumbuhan penelitian yang mendukung praktek guru dan teman sejawat yang
ditujukan untuk perkembangan guru (Anderson, Barksdale & Hite, 2005; Madsen
& Cassidy, 2005 dalam Myers, 2012: 94 ).
Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta
secara pasif. Pengamatan itu dilakukan mengajar siswa dan terhadap guru
ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas maupun kinerja siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu,
peneliti dapat secara leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar
siswa dan guru dikelas.
Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran pemahaman terhadap bahasa jawa ragam krama.
Pengamatan terhadap kinerja guru juga difokuskan pada kegiatan guru dalam
menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan
dan
menjawab pertanyaan siswa, mengelola kelas, memberikan latihan, umpan
balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu,
pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisifasi siswa dalam
mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi
stimuli baik yang datang dari guru maupun dari teman lain, keaktifan siswa
dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya.
b. Wawancara atau Diskusi
Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan dikelas
maupun kajian dokumen. Wawancara dilakukan antara peneliti dan guru.
Wawancara dilakukan dengan guru dilakukan setelah melakukan pengamatan
pertama terhadap kegiatan belajar mengajar dimaksudkan untuk memperoleh
informasi berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
bahasa jawa, khususnya pembelajaran pemahaman terhadap bahasa jawa ragam
krama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Selain itu wawancara juga dilakukan secara informal di rumah Bapak
Susilo Triwibowo, S.Pd baik sebelum maupun sesudah akan dilakukan
tindakan. Wawancara ini dilakukan secara santai sehingga data bisa diperoleh
secara jelas tanpa ada yang dirahasiakan.
Dalam wawancara ini peneliti menanyakan beberapa hal antara lain (1)
rencana persiapan pembelajaran yang akan dilakukan, (2) Masalah-masalah
yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran (3) mengali penguasaan
kompetensi guru mengenai materi pembelajaran, (4) mendiskusikan persiapan
yang akan dilakukan (5) dan lain-lain.
c. Kajian Dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada
seperti, kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, buku
atau materi pelajaran, hasil kerja siswa dan nilai yang diberikan guru. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. Tes dilakukan pada awal kegiatan
untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dan akhir penelitian
tindakan untuk mengetahui perkembangan atau peningkatan mutu hasil proses
belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan memeriksa validitas data antara lain melalui trianggulasi data.
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan penegecakan ataupun
membandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang
digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan tianggulasi metode
pengumpulan data. Misalnya, misalnya untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa dalam kegiatan berbicara menggunakan ragam krama dan
faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1)
melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui kesalahan dan kekliruan
yang dilakukan siswa. (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan dan hambatan siswa dalam berbicara dengan menggunakan
ragam krama, fasilitas pembelajaran yang dimiliki sekolah, penilaian guru dan
lain sebagainya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil
dikumpulkan adalah dengan teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif
kualitatif. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk analisis data kuantitatif,
yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus (Sarwiji Suwandi,
2011:66)
Teknik deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis data untuk
menggambarkan suatu keadaan atau fenomena. Tujuannya adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta sifat atau hubungan antar fenomena yang diselidiki. Teknik deskriptif
kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari aspek
sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran menemukan isi dan amanat
tembang macapat. Aspek-aspek perilaku siswa pada saat pembelajaran tersebut
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan jurnal.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Meningkatnya
kemampuan siswa diukur dengan membandingkan hasil test tiap akhir siklus. Dari
hasil ini akan didapat prosentasi peningkatan kemampuan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Jika ada peningkatan rerata hasil nilai tiap siklus maka
pembelajaran dikatakan berhasil. Selain itu, keberhasilan siswa juga bisa dilihat
dari perubahan sikap siswa selama mengikuti pelajaran. Indikatornya adalah (1)
siswa sering bertanya jika merasa tidak tahu, (2) siswa sering menjawab jika ada
pertanyaan, (3) memperhatikan setiap penjelasan dari guru, dan (4) selalu aktif
dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
I. Prosedur Penelitian
Prodedur penelitian ini menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur seperti berikut:
Bagan 1 Prosedur penelitian tindakan kelas
a. Rencana Tindakan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang rencana yang akan
dilakukan.
Termasuk
menyiapakan
segala
perangkat
yang
akan
diimplementasikan pada tahap pelaksanaan. Pada tahap ini segala sesuatu
disiapkan agar pada tahap pelaksanaan bisa berjalan dengan maksimal. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Richards dan Lockhart sebagai berikut.
The most important outcome of the planning phase is a
detailed plan of the action you intend to take or the change you
intend to make. Who is going to do what, and by when ? what are
the alterations to the curriculum? How do you intend to implement
your revised teaching strategies? Try to work out whether your
plans for observation or monitoring your changes. Prepare any
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
questionnares or other information-gathering instruments you will
use. (Richards dan Lockhart, 1994:28)
Hasil paling penting dari tahap perencanaaan adalah
rencana rinci dari tindakan yang akan kamu laksanakan atau
perubahan yang akan kamu buat. Siapa yang akan melakukan?
Kapan? Apa perubahannya terhadap kurikulum ? bagaimana kamu
menerapkan strategi mengajar yang direvisi. Mencoba unruk
mengalami apaakah rencanamu untuk observasi atau memonitor
perubahanmu.Siapkan beberapa kuesioner atau instrumen
pengumpul informasi lainnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan ini antara lain: (1)
membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
guru dan kegiatan-kegiatan siswa dalam rangka menerapkan tindakan
perbaikan, (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang perlu
diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, (3)
mempersiapkan cara merekam dam menanalisis data mengenai proses
dan
hasil tindakan perbaikan, (4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan
perbaiakan
untuk
menguji
keterlaksanaan
rancangan
sehingga
dapat
menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri.
Selain itu, dalam tahap ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa
yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat
sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung. Proses ini dilakukan secara bersama-sama
dengan guru pelaksana, karena penelitian tindakan kelas ini merupakan bentuk
kolaboratif, dimana semua harus mendapat kesepakastan bersama antara gurupeneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan dari isi rancangan, yakni mengenakan tindakan di
kelas. Pada tahap ini antara guru-peneliti berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan
c. Pengamatan
Tahap ketiga adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Tahap
pelaksanaan dan pengamatan bukan sesuatu yang terpisah. Pengamatan
dilakukan bersamaan dengan tindakan guru melakukan tindakan. Jadi pada
tahap ini peneliti melakukan secara cermat tindakan yang dilakukan guru di
depan kelas dan siswa yang dikenai tindakan.
d. Refleksi
Pada tahap keempat peneliti melakukan refleksi yakni proses yang
kompleks yang mana dikenali secara baik untuk memberikan konstribusi pada
pemahaman dan pembelajaran yang lebih mendalam (lucas dan Fleming,
2012:1). Dengan kata lain, refleksi adalah sebuah
kegiatan ini
untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan
peneliti setelah guru selesai melakukan tindakan. Dalam tahap ini guru
pelaksana mengemukakan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja
melakukan pengamatan. Dalam refleksi ini diketahui apa yang sudah berjalan
baik dan apa yang belum berjalan maksimal. Dari hasil ini peneliti melakukan
rancangan untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini mengenai hasil penelitian yang terdiri atas deskripsi kondisi awal,
deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan.
A. Deskripsi Kondisi Awal
Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan isi dan pesan tembang
macapat. Hanya beberapa siswa yang mampu menentukan isi dan pesan tembang
macapat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menentukan isi dan pesan
tembang macapat masih belum memadai. Kemampuan menentukan isi dan pesan
tembang
macapat
yang
masih
rendah
disebabkan
karena
pelaksanaan
pembelajaran tembang macapat yang kurang kreatif dan variatif. Maka dari itu,
dalam menyampaikan pembelajaran tembang macapat perlu dikemas semenarik
mungkin. Hal ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan sikap positif sehingga
prestasi atau hasil belajar siswa juga dapat meningkat.
Menurut hasil wawancara dan pengamatan secara langsung dapat
ditemukan bahwa kualitas pembelajaran bahasa jawa kurang maksimal. Sikap
siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat kurang. Keadaan ini berimbas pada
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Ada beberapa faktor penyebab
masalah ini, yakni (1) proses pembelajaran masih menggunakan pendekatan
konvensional, (2) pilihan materi kurang kontekstual sehingga menyulitkan siswa
dalam mempelajarinya, (3) guru kurang memupuk keberanian siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Untuk mengatasi permasalahan itu perlu dilakukan pemilihan pendekatan
yang tepat. Salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
kemampuan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat adalah
pendekatan quantum learning. Kelebihan quantum learning adalah : (1)
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, (2) memotivasi dan menumbuhkan
sikap positif dengan menerangkan kerangka yang dikenal dengan singkatan
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan), (3)
menerapkan falsafah belajar sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar,
(4) membangun rasa kebersamaan; (5) menumbuhkan dan mempertahankan daya
ingat, (6) merangsang daya dengar anak didik, (7) tujuan pendekatan quantum
learning adalah : menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan
bantuan visual / alat peraga yang digunakan selama pembelajaran; dan (8)
tampilan guru yang pleasant to look at.
Dengan pendekatan quantum learning ditargetkan peningkatan sikap
positif siswa dari siklusa I ke siklus II dan pada akhirnya ke siklus III. Selain itu
juga tidak kalah penting mengenai hasil pembelajaran diupayakan meningkat dari
siklus I ke siklus berikutnya.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dengan siklus yang terdiri dari empat
tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3)
observasi dan interpretasi (observing), dan (4) analisis dan refleksi (reflecting).
1. Siklus I
a.
Perencanaan Tindakan Siklus I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Berdasarkan survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan,
diketahui ada dua permasalahan utama yang menyebabkan siswa kesulitan
dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Permasalahan utama
adalah proses pembelajaran yang konvensional, dimana guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Permasalahan
yang kedua adalah kemampuan
menemukan isi dan pesan tembang macapat masih rendah.
Bertolak dari analisis itulah, peneliti berasumsi bahwa dilakukan
tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap I dari siklus I ini
adalah perencanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 3 Oktober 2012 pukul 10.00
11.00 WIB di kantor guru SMP Negeri
4 Magetan. Peneliti dan guru peneliti mendiskusikan rancangan tindakan
yang akan dilaksanakan dalam siklus I.
Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru sebagai
kolabolator. Hal
hal yang perlu didiskusikan antara lain : (1) peneliti
menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang dilakukan, (2)
peneliti mengusulkan penerapan pendekatan quantum learning dengan
penerapan pendekatan quantum learning dengan penerapan prosedur
TANDUR yaitu, tumbuhkan (T), alami (A), namai (N), demonstrasikan (D),
ulangi (U), dan rayakan (R) dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan
tembang macapat serta menjelaskan cara penerapannya, (3) peneliti dan guru
bersama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus I,
(4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
pembelajaran, dan (5) peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar
penilaian siswa yaitu instrumen penelitian berupa tes dan non tes. Instrumen
tes digunakan untuk menilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang
macapat. Instrumen non tes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam
pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat, dan (6)
menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Pada tahap perencanaan tindakan I, peneliti bersama guru merancang
skenario pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan
pendekatan quantum learning, yakni dengan langkah
langkah sebagai
berikut:
a) Peneliti bersama guru menyusun silabus sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan (Terlampir).
b) Guru dan peneliti menyusun Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP)
untuk materi tembang macapat berdasarkan silabus dari sekolah
(Terlampir).
c) Peneliti bersama guru menyusun pengembangan materi, hal ini dilakukan
karena materi dalam buku pelajaran belum sesuai dengan kebutuhan
anak. (materi terlampir)
d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian kinerja guru dan siswa.
(Terlampir)
e) Peneliti dan guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
f) Guru dan peneliti mengadakan diskusi bersama untuk mengatasi
permasalahan yang ada.
g) Peneliti dan guru mempersiapkan pendekatan quantum learning dengan
prosedur TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi,
dan Rayakan) yang akan digunakan dalam pembelajaran.
h) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan
non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam
menemukan
isi
dan
pesan
tembang
macapat
dan
beberapa
soalpendukung. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan
observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati sikap siswa selama
pembelajaran berlangsung. (Terlampir)
Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012 (dua jam
pelajaran) dan Kamis tanggal 11 Oktober (dua jam pelajaran).
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 4 Oktober 2012 (pukul 07.00
08.20 WIB) selama dua jam pelajaran
(2 x 40 menit) di ruang laboratorium bahasa SMP Negeri 4 Magetan. Dalam
pelaksanaan tindakan pertama siklus I ini, guru bertindak sebagai pemimpin
jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran. Peneliti duduk di kursi paling belakang untuk
mengamati jalannya pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut :
a.
pagi anak
doa, karena pelajaran bahasa Jawa jatuh pada jam pertama. Setelah berdoa
bersama guru menanyaka
b. Kemudian guru menembangkan tembang macapat secara langsung. Ada
juga siswa yang mencoba menirukan tembang macapat dengan suara lirih.
Ada juga beberapa siswa yang tersenyum mendengarkan guru nembang
jawa
nembang macapat
dulu waktu di SD pernah disuruh nembang macapat
jawab beberapa
siswa. (T:Tumbuhkan)
c. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh tembang macapat kepada
siswa. Siswa mendengarkan dan memperhatikan contoh yang diberikan
guru. (Alami)
d. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca tembang macapat.
Beberapa siswa terlihat masih canggung dan kaku dalam membaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
tembang macapat. Ada juga siswa yang menolak untuk membaca tembang
macapat.
e. Setelah itu, guru mengajak siswa mengidentifikasi bahasa (kesasteraan)
yang digunakan dalam tembang macapat. (Alami). Siswa memperhatikan
penjelasan guru, tetapi ada juga yang terlihat bingung. Ada juga yang
berbicara sendiri dengan teman sebangku.
f. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendefinisikan pengertian
tembang macapat. (Namai).
njelasan
yang sudah Bapak berikan, siapa yang bisa menyimpulkan apa pengertian
tembang Jawa
tembang macapat adalah tembang Jawa baru yang terikat dengan guru
g. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan
mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
h. Guru bersama murid merayakaan hasil pembelajaran dengan bertepuk
tangan bersama-sama (Rayakan)
i. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam,
Pada pertemuan kedua siklus I ini masih dengan tindakan yang sama,
yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama yang belum selesai. Pada
pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Oktober 2012 (07.00-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
08.20WIB) adapun urutan pelaksanaan tindakan kedua dari siklus I adalah
sebagai berikut.
a. Pada awal pembelajaran
pagi anak
b. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat.
Dalam kegiatan ini terlihat guru masih dominan dan siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru (Namai)
c. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
beranggotakan empat atau lima siswa. Dari kegiatan diskusi tersebut,
terlihat yang bekerja hanya beberapa siswa. Siswa laki
laki terlihat
berbicara sendiri dengan teman yang lain. Kegiatan diskusi ini kurang
berjalan dengan baik. Siswa masih bekerja sendiri tanpa mempedulikan
anggota kelompoknya. Kemudian guru membimbing siswa untuk
menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui kegiatan berdiskusi
(Namai)
d. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menuliskan isi dan pesan
tembang macapat
ke dalam selembar kertas manila atau buku
(Demonstrasikan).
e. Kemudiang guru bertanya lagi tentang pengertian, isi dan pesan tembang
macapat (Ulangi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
f. Pada kegiatan ini, siswa malu
malu menjawab pertanyaan guru
sehingga guru harus menunjuk siapa yang harus menjawab.
g. Setelah itu guru mengajak siswa bersama
sama membuat kesimpulan
dari apa yang telah dipelajari pada hari ini, diantaranya membuat
kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan
pesan tembang macapat (Namai).
h. Kemudian guru memberikan evaluasi hasil belajar berupa tes tentang isi
dan pesan tembang macapat. Dalam tes ini terdapat 10 soal yang dibagi
menjadi tiga kategori, (1) mengartikan kata
kata dalam tembang
macapat, (2) mengemukakan isi tembang macapat, dan (3) menemukan
pesan tembang macapat (Ulangi).
i. Guru
bersama
siswa
melakukan
refleksi
proses
hasil
belajar
(Demostrasikan)
j. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan
mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
k. Guri bersama murid merayakan hasil pembelajaran dengan bernyanyi
dan bertepuk tangan (Rayakan)
l. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
meninggalkan ruang kelas VIII C.
c.
Observasi dan Intepretasi
commit to user
mengucapkan
salam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar tembang macapat.
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 oktober 2012 dan Kamis, 11
Oktober 2012. Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar siswa kelas
VIII C. Peneliti duduk di bagian belakang kelas. Berdasarkan pengamatan
tersebut, diperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar tembang
macapat.
1) Sebelum mengajar, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Rencana pelaksanaan
pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP
Negeri 4 Magetan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Untuk menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa, guru
menembangkan tembang macapat secara langsung.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyuruh siswa
untuk menuliskan isi dan pesan dari tembang macapat yang diberikan
guru. Pada saat guru bertanya kepada siswa tentang isi dan pesan
tembang macapat, siswa malu untuk menjawab sehingga guru harus
menunjuk beberapa siswa untuk membaca isi dan pesan tembang
macapat.
4) Setelah menyampaikan materi, guru mengajak siswa bersama
sama
membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari pada hari itu,
diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan
mengemukakan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
5) Dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan
quantum learning, kinerja guru tampak sebagai berikut.
a) Guru belum sepenuhnya memahami penerapan pendekatan quantum
learning dengan prosedur TANDUR dalam kegiatan pembelajaran.
b) Guru masih terlihat mendominasi dalam pembelajaran sehingga
siswa lebih cenderung pasif dalam pembelajaran.
c) Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas menyebabkan ia
kurang berinteraksi
dengan siswa sehingga ia tidak bisa
memonitoring siswa yang berada di bagian belakang kelas saat
mengerjakan latihan.
d) Guru belum memberikan Reward (R) kepada siswa yang maju ke
depan kelas untuk membaca isi dan pesan tembang macapat.
Padahal Reward sangat penting untuk memberikan apresiasi bagi
siswa yang bisa menjawab dengan benar dan Reward juga bisa
memotivasi siswa lainnya.
e) Pada tahap persiapan untuk memulai kegiatan pembelajaran, guru
belum menyampaikan lama pembelajaran dan ruang lingkup materi
tembang macapat. Pada tahap persiapan ini guru baru menyiapkan
rencana dan garis besar materi pembelajaran.
f) Pada segi pengelolaan kelas masih tampak adanya kekurangan dalam
hal pemanfaatan dan pembagian peralatan yang digunakan dalam
pembelajaran. Sedangkan dalam pengkondisian siswa guru telah
melakukan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
g) Guru dalam pengelolaan waktu sudah sangat baik. Dalam memulai
maupun mengakiri pelajaran, guru sangat tepat waktunya.
h) Dalam kemampuan memberikan apersepsi, guru sudah cukup baik
ditandai dengan
kemampuannya dalam mendorong siswa untuk
mengemukakan pengetahuan awalnya tentang materi tembang
macapat.
i) Kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran sudah cukup baik,
hanya saja belum membimbing siswa dalam berdiskusi dan posisi
guru masih tetap berdiri di depan kelas tanpa mengamati dan
membantu siswa.
j) Ketrampilan guru dalam mengajukan pertanyaan kurang berhasil.
Guru belum berhasil memancing siswa untuk bertanya. Ketika guru
bertanya siswa masih banyak yang diam.
k) Perhatian guru terhadap siswa cukup baik. Guru sudah memberikan
perhatian pada siswa secara keseluruhan. Hanya saja guru masih
jarang menegur siswa yang tidak memperhatikan sehingga kadangkadang siswa berbicara sendiri dan tidak memperhatikan.
l) Dalam hal menutup pelajaran guru sudah baik ditandai dengan
mengajak siswa untuk membuat kesimpulan, memberi motivasi dan
berpesan untuk belajar di rumah.
Sedangkan dari penerapan pendekatan quantum learning dengan
prosedur TANDUR ditemukan kelemahan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
a) Pembelajaran
yang
dilaksanakan
guru
belum
sepenuhnya
mencerminkan prosedur TANDUR.
b) Dalam prosedur TANDUR siswa masih terlihat pasif, belum banyak
yang aktif.
6) Dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan
quantum learning, sikap siswa tampak sebagai berikut.
a. Sikap positif siswa belum tampak. Dalam mengikuti pelajaran, siswa
masih banyak berbicara dengan teman semeja, siswa belum menaruh
perhatian secara penuh terhadap penjelasan guru.
Gambar 1. Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran
b. Siswa masih kesulitan dalam mengartikan kosa kata yang dipakai
dalam tembang macapat, terbukti saat mengerjakan tes banyak siswa
yang bertanya kepada teman lain.
c. Siswa masih kesulitan dalam menemukan isi dan pesan tembang
macapat dilihat dari nilai siswa yang masih rendah dan dibawah
KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
7) Sedangkan dari penerapan pendekatan quantum learning dengan
prosedur TANDUR ditemukan kelemahan sebagai berikut.
a.
Pembelajaran
yang
dilaksanakan
guru
belum
sepenuhnya
mencerminkan prosedur TANDUR.
b.
Dalam prosedur TANDUR siswa masih terlihat pasif, belum banyak
yang aktif.
8) Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran tersebut
diperoleh gambaran tentang sikap positif siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut.
a. Siswa yang aktif (sikap positif) selama pemberian apersepsi sebanyak
10 (29%) anak, sedangkan 24 (71%) lainya tampak berbicara dengan
temannya dan ada juga yang melamun.
b. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung sebanyak 15 (44%) anak, sedangkan 19 (56%) anak
tidaka terlalu memperhatikan guru. Kebanyakan siswa yang tidak
memperhatikan guru adalah siswa laki laki dan siswa yang duduk di
bagian belakang.
c. Siswa yang antusias menjwab soal
soal (lisan maupun tulisan)
sebanyak 10 (29%) anak, sedangkan 24 (71%) anak yang lainnya
terlihat pasif ketika diberi pertanyaan lisan dan tidak sungguh
sungguh dalam mengerjakan pertanyaan tertulis.
d. Hasil pembelajaran tembang macapat pada siklus I disajikan dalam
tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Tabel 3. Nilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang
macapat siklus I
No. Uraian Pencapaian Hasil
Jumlah siswa / nilai
1.
Siswa yang mendapat nilai < 76
24
2.
Siswa yang mendapat nilai > 76
10
3.
Rerata
59,7
4.
Ketuntasan klasikal
29%
Hasil tes yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan siswa yang
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 76,
didapat 10 siswa (29%) sudah mampu menemukan isi dan pesan tembang
macapat, sedangkan 24 siswa (71%) masih perlu perbaikan. Nilai rata
rata
kelas 59,7. Ketuntasan secara klasikal sebesar 29%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus I belum
berjalan baik.
d.
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan
refleksi sebagai berikut:
1. Guru belum memahami penerapan metode quantum learning karena
masih banyak kelemahan guru dalam menerapkan prosedur TANDUR
dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
2. Guru belum membangkitkan sikap positif siswa. Guru terlihat masih
mendominasi pembelajaran.
3. Guru masih terlalu banyak memakai metode ceramah. Hal itu membuat
sebagian siswa menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran.
4. Untuk mendorong siswa agar sukarela dalam menjawab pertanyaan,
mengungkapkan komentar, sebaiknya guru memberikan reward kepada
siswa berupa pujian seperti : bagus, bagus sekali, tepat sekali, dan lain
sebagainya.
5. Guru sebaiknya menata ruang kelas dengan memutar musik agar siswa
tertarik mengikuti pembelajaran.
6. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, tindakan pada siklus I dikatakan
belum berhasil. Rata
rata nilai siswa masih rendah yaitu 59,7. Siswa
yang tuntas KKM hanya 10 anak, sedangkan 24 anak perlu perbaikan.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan tindakan siklus II diadakan pada hari Rabu, 17
Oktober 2012 (pukul 09.00
10.00WIB) di kantor guru SMP Negeri 4
Magetan. Peneliti dan guru sepakat melaksanakan tindakan siklus II pada hari
Kamis 18 Oktober 2012 dan Kamis tanggal 25 Oktober 2012. Peneliti dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
guru membahas rencana tindakan pada siklus II. Guru dan peneliti juga
membahas analisis hasil observasi terhadap siswa kelas VIII C SMP Negeri 4
Magetan. Kemudian, guru dan peneliti membahas kelebihan dan kekurangan
pada siklus I.
Kelebihan yang terlihat pada tindakan siklus I adalah :
1. Siswa sudah mulai tertarik dengan pembelajaran dengan mendengarkan
guru yang nembang Jawa secara langsung.
2. Siswa mulai tertarik dengan pembelajaran guru yang menggunakan
pendekatan quantum learning yang dikemas secara aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan, meskipun belum secara menyeluruh.
3. Siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran dengan adanya kegiatan
berdiskusi, meskipun hanya sebagian siswa yang aktif.
4. Guru
tidak
hanya
menggunakan
metode
ceramah,
tetapi
juga
menggunakan metode diskusi meskipun berjalan kurang efektif.
Pada siklus I juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya :
1. Guru masih terlihat mendominasi pembelajaran. Siswa hanya diam
mendengarkan penjelasan guru sehingga konsentrasi siswa kurang fokus
mengikuti pembelajaran.
2. Siswa masih terlihat malu dan canggung dalam menjawab pertanyaan.
Sikap positif belum tampak. Siswa menjawab pertanyaan setelah ditunjuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
oleh guru. Belum ada keberanian siswa dsalam mengemukakan
pendapatnya.
3. Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Konsentrasi
merupakan modal utama yang harus dimiliki siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Tanpa adanya konsentrasi pembelajaran tidak akan berhasil
dengan baik.
4. Masih banyak siswa yang bicara sendiri dalam kegiatan berdiskusi.
Dalam melakukan diskusi guru kurang memberi arahan sehingga siswa
siswa tampak bingung dan akhirnya berbicara diluar tema pembelajaran.
5. Siswa masih kesulitan dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat.
Ini disebabkan oleh penguasaan siswa terhadap kosa kata yang ada dalam
tembang masih rendah. Jika dicermati pilihan materi tembang macapat
pada siklus I kurang sesuai dengan usia anak SMP sehingga perlu kajian
dan pilihan untuk materi pada siklus II
6. Guru belum memahami penerapan metode quantum learning karena
masih banyak kelemahan guru dalam menerapkan prosedur TANDUR
dalam pembelajaran.
7. Guru tidak memberikan pujian (Reward) kepada siswa yang menjawab
pertanyaan. Reward memiliki pengaruh yang sangat besar untuk
menumbuhkan sikap positif siswa dan pada akhirnya mampu meraih
prestasi yang menakjubkan.
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, peneliti dan guru
mengambil keputusan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
1. Bagi siswa yang belum terlibat aktif dalam pembelajaran atau siswa yang
masih bicara sendiri dengan temannya, guru harus menegur dan
memotivasi.
2. Bagi siswa yang malu untuk mengungkapkan isi dan pesan tembang
macapat di depan kelas, guru harus mendorong dan memberi motivasi
serta tidak menyalahkan pendapat siswa.
3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat lebih aktif dari
sebelumnya,
dengan
cara
memupuk
keberanian
siswa
untuk
mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan di depan kelas.
4. Posisi guru selama pelajaran berlangsung harus senantiasa berotasi agar
guru dapat mengamati perilaku seluruh siswanya.
Selain itu yang perlu ditekankan dalam siklus II ini, guru akan
menambah pengetahuan siswa untuk menentukan isi dan pesan tembang
macapat. Hal ini berdasarkan pengamatan bahwa kemampuan siswa untuk
menemukan isi dan pesan tembang macapat masih rendah.
Peneliti dan guru sepakat menggunakan pendekatan quantum learning
untuk mengatasi kelemahan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang
macapat.
Peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran
tembang macapat dengan pendekatan quantum learning. Berdasarkan
kesepakatan bersama, peneliti dan guru kembali memberikan pembelajaran
tembang macapat sesuai dengan silabus. Pada siklus pertama, guru
menembangkan tembang macapat secara langsung, tetapi pada siklus kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
guru akan memutarkan VCD tembang macapat untuk menarik perhatian
siswa.
Tahap perencanaan tindakan siklus II sebagai berikut
1. Peneliti bersama guru merancang rencana pelaksanaan pembelajaran
tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning.
2. Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran berupa VCD
tembang macapat
3. Guru dan peneliti mempersiapkan materi tembang yang akan digunakan
pada siklus II
4. Peneliti dan guru menata kelas dengan memasang musik.
5. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa tes dan
non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam
menentukan isi dan pesan tembang macapat. Sedangkan instrumen non
tes dinilai berdasarkan observasi
yang dilakukan peneliti dengan
mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan siklus II akan
dilaksanakan pada Kamis, 18 Oktober 2012 dan Kamis, 25 Oktober 2012.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 18 Oktober 2012 (pukul 07.00
08.20) selama dua jam
pelajaran (2x40 menit) di ruang laboratorium bahasa SMP Negeri 4 Magetan.
Dalam pelaksanaan tindakan pertama siklus II ini, guru bertindak sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti duduk di kursi paling
belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut :
a.
pagi anak
murid menjwab
arena pelajaran bahasa Jawa jatuh pada jam pertama, guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa bersama . Setelah
b. Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat
antusias meliat tayangan tersebut. Ada juga siswa yang mencoba
menirukan tembang macapat dengan suara lirih. Kemudian guru bertanya
(T:Tumbuhkan)
c. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh tembang macapat kepada
siswa. Siswa mendengarkan dan memperhatikan contoh yang diberikan
guru. (Alami)
d. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca tembang macapat.
Beberapa siswa terlihat masih canggung dan kaku dalam membaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
tembang macapat. Ada juga siswa yang menolak untuk membaca tembang
macapat. (Alami)
e. Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam
tembang macapat.
f. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat.
(Namai)
g. Setelah itu, guru mengajak siswa mengidentifikasi bahasa (kesasteraan)
yang digunakan dalam tembang macapat (Namai)
h. Siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada juga yang terlihat
bingung. Ada juga yang berbicara sendiri dengan teman sebangku.
i. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang isi dan pesan tembang
macapat (Alami)
j. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendefinisikan pengertian
tembang macapat (Namai).
yang sudah Bapak berikan, siapa yang bisa menyimpulkan apa pengertian
dari tembang macapat
tembang Jawa
tembang macapat adalah tembang Jawa baru yang terikat dengan guru
lagu dan guru wilangan
k. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan
mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
l. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
commit to user
mengucapkan
salam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
kemudian tepuk tangan bersama-sama (Rayakan)
Pada pertemuan kedua siklus II ini masih dengan tindakan yang sama,
yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama yang belum selesai. Pada
pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Oktober 2012 (07.0008.20WIB) adapun urutan pelaksanaan tindakan kedua dari siklus II adalah
sebagai berikut.
a.
pagi anak
m
b. Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat
antusias melihat tayangan tersebut.
c. Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam
tembang macapat.
d. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat.
(Namai)
e. Kemudian guru membimbing siswa untuk menemukan isi dan pesan
tembang macapat melalui kegiatan berdiskusi. (Namai)
f. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
beranggotakan empat atau lima siswa. Dari kegiatan diskusi tersebut,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
terlihat yang bekerja hanya beberapa siswa. Siswa laki
laki terlihat
berbicara sendiri dengan teman yang lain.
g. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menuliskan isi dan pesan
tembang macapat
ke dalam selembar kertas manila atau buku
(Demonstrasikan)
h. Kemudiang guru bertanya lagi tentang pengertian, isi dan pesan tembang
macapat (Ulangi)
i. Pada kegiatan ini, siswa malu
malu menjawab pertanyaan guru sehingga
guru harus menunjuk siapa yang harus menjawab.
j. Setelah itu guru mengajak siswa bersama
sama membuat kesimpulan
dari apa yang telah dipelajari pada hari ini, diantaranya membuat
kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan
pesan tembang macapat (Namai).
k. Kemudian guru memberikan evaluasi hasil belajar berupa tes tentang isi
dan pesan tembang macapat. Dalam tes ini terdapat 10 soal yang dibagi
menjadi tiga kategori, (1) mengartikan kata
kata dalam tembang
macapat, (2) mengemukakan isi dan pesan tembang macapat, dan (3)
pengertian tembang macapat (Ulangi)
l. Guru
bersama
siswa
melakukan
refleksi
proses
hasil
belajar
(Demostrasikan)
m. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan
mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
n. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan terimakasih kepada
(Rayakan)
c.
Observasi dan Intepretasi
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar tembang macapat.
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2012 dan Kamis,
25 Oktober 2012. Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar siswa
kelas VIII C. Peneliti duduk di bagian belakang kelas. Berdasarkan
pengamatan tersebut, diperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar
tembang macapat sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang
akan
dilaksanakan
dalam
pembelajaran.
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP
Negeri 4 Magetan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Untuk menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa, guru
memutar VCD tembang macapat. Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi yang akan diajarkan, yaitu tembang macapat.
Meskipun guru sudah memutar VCD namun masih ada siswa yang kurang
antusias mengikuti pembelajaran. Masih ada siswa yang berbicara dengan
teman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyuruh siswa
untuk menuliskan isi dan pesan dari tembang macapat yang diberikan
guru. Pada saat guru bertanya kepada siswa tentang isi dan pesan tembang
macapat yang telah didiskusikan, siswa malu untuk menjawab sehingga
guru harus menunjuk beberapa siswa untuk membaca isi dan pesan
tembang macapat. Setelah itu guru mulai memberikan reward kepada
siswa yang memiliki keberanian untuk mengutarakan hasil diskusinya.
Cara ini sangat efektif untuk memberi motivasi siswa dalam pembelajaran.
Gambar 2. Sikap siswa dalam berdiskusi dengan kelompok
4) Setelah menyampaikan materi, guru mengajak siswa bersama
sama
membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari pada hari itu,
diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan
mengemukakan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
5) Dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan
quantum learning, terlihat guru sudah meningkat pemahamannya tentang
pendekatan quantum learning
a) Pemahaman guru penerapan pendekatan quantum learning dengan
prosedur TANDUR dalam kegiatan pembelajaran sudah meningkat
lebih baik
b) Dominasi guru dalam pembelajaran sudah berkurang, guru sudah
berusaha memancing siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
guru dan sikap positif siswa sudah mulai meningkat.
Gambar
3.
Guru memancing
pembelajaran
siawa
untuk
aktif
dalam
c) Guru sudah memberikan Reward (R) kepada siswa yang maju kedepan
kelas untuk membaca isi dan pesan tembang macapat. Reward ini
sangat sangat penting untuk memberikan apresiasi bagi siswa yang bisa
menjawab dengan benar dan bisa memotivasi siswa lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
9) Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran tersebut
diperoleh gambaran tentang sikap positif siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut.
a. Siswa yang aktif (sikap positif) selama pemberian apersepsi sebanyak
20 (59%) anak, sedangkan 14 (41%) lainya tampak berbicara dengan
temannya dan ada juga yang melamun.
b. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung sebanyak 25 (74%) anak, sedangkan 7 (26%) anak tidak
terlalu
memperhatikan
guru.
Kebanyakan
siswa
yang
tidak
memperhatikan guru adalah siswa laki laki dan siswa yang duduk di
bagian belakang.
c. Siswa yang antusias menjwab soal
soal (lisan maupun tulisan)
sebanyak 20 (59%) anak, sedangkan 14 (41%) anak yang lainnya
terlihat pasif ketika diberi pertanyaan lisan dan tidak sungguh
sungguh dalam mengerjakan pertanyaan tertulis.
d. Hasil pembelajaran tembang macapat pada siklus II disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 4. Nilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang
macapat siklus II
No. Uraian Pencapaian Hasil
Jumlah siswa / nilai
1.
Siswa yang mendapat nilai < 76
16
2.
Siswa yang mendapat nilai > 76
18
3.
Rerata
78,7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
4.
Ketuntasan klasikal
53%
Hasil tes yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan siswa yang
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 76,
didapat 18 siswa (53%) sudah mampu menemukan isi dan pesan tembang
macapat, sedangkan 16 siswa (47%) masih perlu perbaikan. Nilai rata
rata
kelas 78,705. Ketuntasan secara klasikal sebesar 53 %. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah
meningkat baik meskipun perlu perbaikan lebih lanjut.
d.
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan
refleksi sebagai berikut:
1. Pemahaman guru tentang penerapan pendekatan quantum learning lebih
baik dari pada siklus I namun perlu ditingkatkan lagi.
2. Guru sudah berhasil
membangkitkan keaktifan siswa, namun belum
secara menyeluruh untuk semua siswa.
3. Guru sudah menggunakan metode lain seperti metode tanya jawab,
diskusi dan metode latihan.
4. Posisi guru sudah tidak berada di depan kelas dalam memberi penjelasan.
Guru sudah berpindah-pindah tempat dalam memberikan penjelasan. Ini
berdampak pada sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
5. Pelaksanaan siklus II membangkitkan antusias siswa yang menjawab
soal soal (lisan maupun tulisan) sebanyak 20 (59%) anak, sedangkan 14
(41%) anak yang lainnya diberi pertanyaan lisan. Ini merupakan bentuk
usaha guru dalam memberi reward kepada siswa.
6. Tindakan siklus II masih mempunyai beberapa kelemahan terutama dari
segi pendekatan quantum learning dengan menerapkan multimedia.
a. Guru masih belum maksimal dalam menerapkan rancangan TANDUR
dalam pendekatan quantum learning.
b. Pada saat guru menjelaskan masih banyak siswa yang kurang antusias
mendengarkan. Masih ada yang berbicara dengan teman maupun yang
tampak melamun.
c. Berdasakan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II
dikatakan ada peningkatan meskipun belum mencapai hasil yang
maksimal secar keseluruhan. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil
nilai rata-rata pada siklus I yang hanya 59,7 meningkat 19,0 poin pada
siklus II yaitu sebesar 78,7.
d. Sikap
positif
siswa
mengalami
peningkatan
yang
siknifikan.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I bisa diatasi dengan baik.
3. Siklus III
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Berdasarkan hasil analisi dan refleksi tindakan siklus II, peneliti dan duru
mengadakan diskusi untuk membahas kekurangan pada siklus II dan mengatasi
kekurangan tersebut untuk diterapkan pada siklus III. Pada pelaksanaan siklus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
II penerapan pendekatan quantum learning sudah mulai menunjukkan
keberhasilan dalam memberikan solusi permasalahan siswa dakam menemukan
isi dan pesan tembang macapat. Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada hari
Sabtu 27 Oktober 2012 pukul 09.00
10.00 WIB di kantor guru SMP Negeri 4
Magetan.
Tahap perencanaan tindakan III meliputi kegiatan
kegiatan sebagai
berikut.
1. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran sebagai berkut.
2. Guru
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
yang
menerapakan pendekatan quantum learning.
3. Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran VCD tembang
macapat.
4. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes kemampuan siswa dalam
menemukan isi dan pesan tembang macapat. sedangkan instrumen nontes
dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati
siswa selama pembelajaran berlangsung.
Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan dalam siklus III
dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu pada hari Kamis, 1 November
2012 dan Kamis, 8 November 2012
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
Pertemuan pertama pada tindakan siklus III dilaksanakan pada hari
Kamis, 1 Oktober 2012 pukul 07.00
08.20 WIB selama 2 jam pelajaran
( 2 x 40 menit) di laboratorium bahasa SMP Negeri 4 Magetan. Dalam
pelaksanaan tindakan siklus III ini guru menerapakan solusi yang disepakati
dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran
tembang macapat pada siklus II, sedangkan peneliti melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran.
Urutan pelaksanaan tindakan siklus III
pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut.
a.
anak !. Siswa
kita memulai pelajaran hari ini
marilah kita berdoa terlebih dahulu bersama-sama. Siapa yang tidak
b. Selanjutnya guru mengadakan apersepsi dengan memutarkan VCD
tembang jawa yang sesuai dengan kondisi siswa.
c. Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat
sangat antusias meliat tayangan tersebut. (T:Tumbuhkan)
d. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh tembang macapat kepada
siswa. Siswa terlihat serius mendengarkan dan memperhatikan contoh
yang diberikan guru. (Alami)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
e. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca tembang macapat.
Siswa mulai terlihat percaya diri
membaca tembang macapat. guru
tembang macapat?.
Beberapa siswa juga mengacungkan tangan untuk menawarkan diri
membaca tembang macapat.
f. Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam
tembang macapat. Siswa terlihat fokus dan beberapa juga sudah bisa
mengartikan sendiri dengan mengucapkan arti secara langsung ketika
diberi pertanyaan oleh guru. (Alami)
g. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat.
Siswa sudah terlihat terlihat lihai dalam memprosakan tembang macapat
secara mandiri. (Namai)
h.
Setelah itu, guru mengajak siswa mengidentifikasi bahasa (kesasteraan)
yang digunakan dalam tembang macapat. Siswa sudah mulai terbiasa
mengidentifikasi kesasteraan dari pengalaman siklus I dan siklus II.
Hanya ada sedikit siswa terlihat bingung mengidentifikasi kesasteraan
tembang macapat (Alami)
i. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang isi dan pesan
tembang macapat. Siswa terlihat mulai bisa berkomunikasi dan bekerja
sama dengan teman satu kelompok. Mereka saling mengungkapkan
pendapat mereka masing
masing. (Alami)
j. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendefinisikan pengertian
tembang macapat. Disini terlihat banyak siswa sudah bisa mendefinisikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
pengertian tembang macapat. (Namai). Guru b
contoh dan penjelasan yang Bapak berikan, siapa yang tahu apa
pengertian dari
tembang macapat adalah tembang Jawa yang terikat dengan guru lagu
dan guru wilangan
memahami pengertian dari tembang macapat
k. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan
mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
l. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam,
. Kemudian guru
meninggalkan kelas VIII C menuju kantor guru.
Pada pertemuan kedua pada tindakan siklus III ini masih dengan
tindakan yang sama, yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama
yang belum selesai. Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis,
1 November 2012 (07.00-08.20 WIB) adapun urutan pelaksanaan tindakan
kedua dari siklus III adalah sebagai berikut.
a.
aikum Salam
pagi anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
b.
Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa
terlihat antusias melihat tayangan tersebut.
c.
Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam
tembang macapat. Siswa terlihat bisa mengartikan kosa kata secara
mandiri.
d.
Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat.
Siswa sudah terlihat mahir dalam memprosakan tembang macapat.
Hanya terlihat dua siswa yang sedikit kebingunganuntuk memprosakan
tembang macapat (Namai)
e.
Kemudian guru membimbing siswa untuk menemukan isi dan pesan
tembang macapat melalui kegiatan diskusi kelompok. Hampir semua
anggota kelompok berpartisipasi dalam tugas kelompok. Mereka saling
bertukar ide dan memberikan pendapat. (Namai)
f.
Setelah itu guru membimbing siswa untuk menuliskan isi dan pesan
tembang macapat
ke dalam selembar kertas manila atau buku.
(Demonstrasikan)
g.
Kemudiang guru bertanya lagi tentang pengertian, isi dan pesan tembang
macapat. Disini terlihat hampir sebagian besar siswa telah memahami
pengertian , isi dan pesan tembang macapat. (Ulangi)
h.
Pada kegiatan ini banyak siswa secara sukarela menjawab pertanyaan
guru sehingga guru tidak perlu menunjuk siapa yang harus menjawab.
Guru pun memberikan siswa reward berupa alat tulis kepada siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
menjawab dengan benar. Siswa terlihat sangat senang dan berlomba
lomba menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk. (Rayakan)
i.
Setelah itu guru mengajak siswa bersama
sama membuat kesimpulan
dari apa yang telah dipelajari pada hari ini, diantaranya membuat
kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan
pesan tembang macapat (Namai).
j.
Kemudian guru memberikan evaluasi hasil belajar berupa tes tentang isi
dan pesan tembang macapat. Dalam tes ini terdapat 10 soal yang dibagi
menjadi tiga kategori, (1) mengartikan kata
kata dalam tembang
macapat, (2) mengemukakan isi dan pesan tembang macapat, dan (3)
pengertian tembang macapat (Ulangi)
k.
Guru
bersama
siswa
melakukan
refleksi
proses
hasil
belajar
(Demostrasikan)
l.
Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan
mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
m. Guru bersama murid menyanyi bersama (Rayakan)
n.
Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
meninggalkan ruang kelas VIII C.
c. Observasi dan Interpretasi Siklus III
commit to user
mengucapkan
salam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
Selama pelaksanaan tindakan siklus III pada hari Kamis, 1 November
2012 dan Kamis, 8 November 2012, peneliti duduk di bagian belakang kelas
untuk mengamati jalannya proses pembelajaran. Dari pengamatan ini, peneliti
mencatat bahwa proses pembelajaran belajar baik, terbukti guru sudah
menerapkan pendekatan quantum learning dengan baik. Guru memimpin
jalannya prose belajar secara jelas dan terencana. Siswa terlihat tertib dan
antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seperti pada pertemuan
pertemuan sebelumnya, guru mengawali pelajaran dengan memutar VCD.
Pada pertemuan ini, materi yang diajarkan tetap sama yaitu kemampuan
menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan menggunakan pendekatan
quantum learning.
Pada pertemuan selanjutnya, guru memberikan reward tidak hanya berupa
pujian atau applause tapi juga berupa alat tulis (buku, pulpen dan pensil). Siswa
siswa terlihat antusias ketika guru memberikan reward. Siswa tambah
semangat mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan guru. Pada siklus I
dan II siswa masih terlihat malu dan enggan menjawab pertanyaan guru, tetapi
pada siklus ke III siswa tambah semangat dalam mengikuti pelajaran dan
menjawab pertanyaan dikarenakan adanya reward dari guru. Pada siklus ke III,
siswa mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan guru secara
sukarela.
Berikut dipaparkan kinerja guru selama tindakan siklus III
1. Dalam persiapan guru dalam memulai pelajaran sudah bagus. Guru sudah
menyiapkan rencana pembelajaran tembang macapat dengan baik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
menyampaikan
garis besar materi pembelajaran tembang macapat,
menyampaikan
ruang
lingkup
materi
tembang
macapat
dan
menyampaikan lama pembelajaran tembang macapat
2. Dalam pengelolaan kelas, guru sudah mampu dengan baik. Hal ini ditandai
dengan (a) usaha guru untuk mengkondisikan siswa, sehingga siswa
terkondisi untuk mengikuti pembelajaran, (b) usaha guru mengecek
kehadiran siswa, (c) usaha guru untuk melakukan pembagian peralatan
yang digunakan dalam pembelajran, dan (d) usaha guru untuk
membimbing siswa berdiskusi
3. Dalam pengelolaan waktu guru sudah baik dengan adanya usaha guru
memulai pelajaran tepat waktu, usaha guru memberikan batas waktu dalam
melakukan diskusi, usaha guru menggunakan waktu secara efisien, usaha
guru melakukan pembelajaran sesuai rencana. Semua usaha tersebut dapat
dilaksanalkan dengan baik.
4. Dalam melakukan apersepsi, guru telah mendorong siswa siswa untuk
mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas.
Selain
itu,
guru
juga
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
yang
berhubungan dengan konsep. Usaha guru mendorong siswa untuk
mengkomunikasikan pendapatnya juga sudah berhasil dengan baik dan
guru mengilustrasikan pemahaman tentang konsep yang akan dibahas.
5. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah berjalan
dengan baik. Hal ini ditandai dengan (a) guru menyampaikan materi
dengan mudah dipahami, (b) guru mampu berkomunikasi dengan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
secara baik, (c) guru mampu membangkitkan keaktofan siswa dengan
baik, (d) guru berkeliling mengamati dan membantu siswa.
6. Ketrampilan guru dalam mengajukan pertanyaan, perhatian guru terhadap
siswa, pengembangan aplikasi dan kemampuan menutup pelajaran sudah
sangat baik.
Sedangkan kinerja siswa dapat dipaparkan sebagai berikut.
1. Kedisiplinan siswa sangat baik. Indikasinya adalah (a) siswa tepat waktu
dalam masuk kelas sebelum pelajaran dimulai, (b) siswa memberikan
salam pada guru sebelum pelajaran dimulai, (c) siswa berdoa sebelum
pelajaran dimulai, dan (d) siswa bersikap sopan selam pelajaran
berlangsung
2. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran sudah sangat baik. Siswa
menyiapkan alat
alat tulis yang dibutuhkan, termasuk menyiapkan buku
pelajaran dan menyiapkan alat
alat untuk digunakan diskusi.
3. Dari segi keaktifan pada siklus III ini, siswa sudah bisa dikatakan aktif
dan positif. Siswa mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir
dengan baik, siswa berani mengemukakan pendapatnya, siswa berani
bertanya ketika mengalami kesulitan, dan Siswa berinteraksi aktif dengan
kelompok disk
4. Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi sangat baik. Siswa
menjawab pertanyaan secara tepat sesuai pertanyaa, logis, lengkap, dan
sempurna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
5. Kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat
mengalami peningkatan yang sinifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut
dapat dinyatakan bahwa :
1. Siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi sebanyak 25 anak (74%),
sedangkan 9 anak (26%) tampak diam dan tidak memperhatikan guru.
2. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung
sebanyak 28 anak ( 82%) sedangkan 6 anak (18%) yang lainnya tidak
memperhatikan guru dan sibuk berbicara dengan temannya.
3. Siswa yang antusias menjawab soal
soal (baik lisan maupun tulisan)
sebanyak 26 anak (76%) sedangkan 8 anak (24%) hanya diam saja ketika
diberi pertanyaan lisan dan tidak sungguh
sungguh dalam mengerjakan
soal.
4. Hasil pekerjaan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 31 anak
(91%).
Tabel 5. Hasil kemampuan menukan isi dan pesan tembang macapat
pada siklus III
No. Uraian Pencapaian Hasil
Jumlah siswa / nilai
1.
Siswa yang mendapat nilai < 76
3
2.
Siswa yang mendapat nilai > 76
31
3.
Rerata
80,3
4.
Ketuntasan klasikal
91%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
Hasil tes yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan siswa yang
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 76,
didapat 31 siswa ( 91%) sudah mampu menemukan isi dan pesan tembang
macapat, sedangkan 3 siswa ( 9 %) masih perlu perbaikan. Nilai rata
kelas 80,3. Ketuntasan secara klasikal sebesar
rata
91 %. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus III sudah
meningkat baik.
d. Analisis dan Refleksi Siklus III
Secara umum semua kelemahan yang ada dalam pembelajaran tembang
macapat dengan menggunakan metode quantum learning pada siklus III ini telah
dapat diatasi dengan baik. Guru berhasil meningkatkan semangat siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Guru mampu memancing
siswa terhadap stimulus yang diberikan dan mampu mengatasi penyimpanagn
siswa selama proses belajar mengajar tanpa membuat siswa merasa direndahkan.
Banyak siswa dengan sukarela berkomentar, memberikan tanggapan dan
pendapatnya tanpa ditunjuk guru.
Pendekatan quantum learning dengan menerapkan prosedur TANDUR
dengan menggunakan media VCD tembang macapat dapat menarik perhatian
siswa. Guru dalam siklus III ini sudah lihai dalam menerapkan pendekatan
quantum learning dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan siklus III
dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada indikator yang telah
commit to user
ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
Perbandingan nilai rata - rata kemampuan menemukan isi dan pesan tembang
macapat pada siklus I (59,7), siklus II (78,7), dan siklus III (80,3). Sedangkan
perbandingan siswa yang mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) 76
pada siklus I sebanyak 10 siswa (29%), siklus II sebanyak 18 siswa (53%), dan
siklus III sebanyak 31 siswa (91%)
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum
learning ternyata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan isi
dan pesan tembang macapat. Terbukti pendekatan quantum learning dapat
memancarkan cahaya positif yang menggerakkan daya kreatif dan sangat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan
tembang macapat.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peningkatan Sikap Positif Siswa dalam Pembelajaran Tembang Macapat
dengan Penerapan Pendekatan Quantum Learning.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 4
Magetan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan pembelajaran
TANDUR. Dari pelaksanaan siklus, mulai dari siklus I, siklus II dan siklus
III, semuanya menggunakan perancangan TANDUR. Meskipun demikian
setiap siklus memiliki perbedaan. Siklus I guru belum menggunakan media
compac disc tembang macapat, guru hanya menembangkan tembang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
macapat secara langsung. Pada siklus II dan III, guru memanfatkan media
compac disc tembang macapat untuk memberi rangsangan dan motivasi
siswa agar tumbuh kemauan dan keinginan untuk belajar. Belajar
yang
dilandasi rasa gembira akan membawa kondisi psikologis siswa untuk siap
menerima pelajaran. Keputusan guru untuk memanfaatkan media ini,
membawa dampak yang siknifikan bagi siswa. Dengan menggunakan media
siswa terlihat sangat senang dan gembira. Keadaan siswa yang lesu pada
siklus I berangsur-angsur berubah pada siklus II dan siklus III. Jadi media
yang tepat akan membawa manfaat bagi siswa dalam meraih tujuannya.
Pada siklus II dan III, selain guru menggunakan media sebagai sarana
untuk membantu siswa meraih tujuannya, guru juga memasang musik dan
menggunakan strategi berotasi posisi. Musik sangat berguna untuk
mempengaruhi kondisi fisiologi siswa. Selama belajar, siswa akan mengalami
ketegangan dan gelombang otak akan meningkat. Dengan adanya musik
ketegangan akan menjadi menurun dan kondisi akan menjadi releks kembali.
Kondisi yang releks akan membuat pikiran selalu siap dan mampu
berkonsentrasi sehingga tercipta pelajar-pelajar yang hebat.
Dengan
demikian, kondisi siswa pada siklus I yang kurang semangat, bisa berubah
menjadi antusias mengikuti pelajaran.
Strategi guru berotasi keliling akan berdampak pada keseriusan siswa
mengikuti pelajaran. Siswa yang berbicara dengan teman akan segera
mendapat teguran dan guru segera memberi perhatian. Keputusan ini akan
bermanfaat bagi siswa untuk selalu memperhatikan dengan serius sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
siswa akan belajar dengan baik.
Dengan berpindah posisi, guru akan
memberi perhatian secara merata keseluruh siswa.
Pemberian reward juga dilakukan guru untuk memancing siswa agar
berani mengungkapkan pendapatnya. Strategigi ini juga sangat ampuh
merangsang siswa belajar lebih giat lagi. Setelah diberi reward anak semakin
berani berkompetisi dengan teman yang lain, berani menjawab pertanyaan
guru dan mengemukakan pendapatnya.
Jadi penggunaan rancangan TANDUR yang dipadu dengan pimilihan
media dan pemilihan strategi akan bermanfaat untuk meningkatkan sikap
positif siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan
tembang macapat. Inilah yang membedakan penerapan quantum learning
pada penelitian ini dengan quantum learning penelitian yang lain.
Berdasarkan hasil keputusan pada tindakan pada siklus I, II dan III
dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan sikap positif siswa dalam
pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum
learning dari siklus I ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut.
Tabel 7. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran
Presentase
No.
Kegiatan Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Aktif selama apersepsi
29%
59%
74%
2.
Aktif selama KBM
44%
74%
82%
3.
Aktif dalam menjawab soal- 29%
59%
76%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
soal (lisan maupun tulisan)
Gambar 4. Histogram Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa selama siklus I diketahui dari
segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi masih tergolong rendah yaitu
sekitar 10 siswa (29%), sedangkan siswa yang aktif dalam KBM hanya 15
siswa (44%), sedangkan siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan hanya
10 siswa (29%), sedangkan siswa yang mencapai KKM hanya 10 siswa
(29%). Tetapi setelah dilakukan refleksi antara guru dan peneliti dengan
adanya perbaikan pada siklus II akhirnya bisa meningkat dengan sangat
signifikan. Siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi sebanyak sebanyak 20
siswa (59 %). Siswa yang aktif dalam KBM sebanyak 25 anak (74%)
sedangkan yang aktif menjawab pertanyaan dari guru 20 siswa (59%) dan
mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan prosedur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140
TANDUR sebanyak 18 siswa (53%). Setelah merefleksi siklus II ternyata
masih ada sisi kekurangan sehingga perlu adanya tindakan siklus III. Pada
siklus ke III ternyata hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan signifikan
yaitu aktif dalam kegiatan apersesi sebanyak 25 siswa (74%), aktif dalam
KBM 28 siswa (82%), aktif menjawab pertanyaan dari guru 26 siswa (76%)
dan mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan prosedur
TANDUR yang mencapai KKM adalah 31 siswa (91%) .
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan survey
ini peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran
tembang macapat pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan masih
tergolong rendah serta guru masih menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru untuk mengatasi
permasalahn tersebut dengan penerapan pendekatan quantum learning dalam
pembelajaran tembang macapat.
Peneliti bersama guru menyusun rencana untuk melaksanakan siklus I.
siklus I merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran tembang
macapat dengan menerapakan pendekatan quantum learning. Dalam siklus I
guru telah menerapkan prosedur TANDUR dan menembangkan tembang
macapat secara langsung. Berdasarkan siklus I ini dapat dideskripsikan hasil
pembelajaran tembang macapat yang masih rendah. Dari deskripsi tersebut
ternyata masih didapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
Siklus II merupakan solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi
kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran kemampuan menemukan
isi dan pesan tembang macapat dengan menerapkan pendekatan quantum
learning dengan prosedur TANDUR pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan
siklus II dapat dilihat peningkatan proses dan hasil jika dibandingkan siklus I.
Namun pada siklus II ini uga masih ditemukan sedikit kekurangan. Untuk
mengatasinya guru dan peneliti kemudian mempersiapkan tindakan untuk
siklus III.
Siklus III untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran tembang macapat pada siklus II. Selain itu, siklus III
merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Dalam siklus ini
guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi
selama pembelajaran tembang macapat dengan memutar VCD tembang
macapat.
Siklus III dilaksanakan dengan penerapan quantum learning
dengan prosedur TANDUR untuk menguatkan hasil dari siklus I dan II,
terbukti dapat meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang
macapat siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan telah mencapai KKM
yang ditentukan.
Berdasarkan
pembelajaran
yang
tindakan
mampu
tersebut
guru
berhasil
menarik
minat
siswa,
melaksanakan
yang
berakibat
meningkatnya proses dan hasil kemampuan siswa dalam menemukan isi dan
pesan tembang macapat. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142
dan menarik memancarkan energi positif siswa di kelas. Keberhasilan
penerapan pendekatan quantum learning dalam upaya meningkatkan
kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat dapat dilihat dari
tercapainya indikator
indikator sebagai berikut.
Sebelum tindakan penelitian dilaksanakan, siswa terlihat kurang antusias
mengikuti pembelajaran menulis. Hal tersebut disebabakan karena siswaa
tidak tertarik dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru. Guru lebih
banyak menggunakan metode ceramah. Kelemahan dari metode konvensional
ini adalah munculnya suatu kebosanan dan keengganan pada siswa, sehingga
siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran tembang macapat. Hal ini
terlihat dari suasana kelas mengajar tembang macapat yang sedang
berlangsung, siswa tidak begitu aktif menanggapi stimulus dari guru, ada
yang tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada proses pembelajaran dan
terlihat beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, diam dan tidak
merespon guru serta berbicara sendiri dengan teman.
Setelah dilakukan tindakan, yaitu menerapkan pendekatan quantum
learning dengan prosedur TANDUR dalam pembelajaran, siswa tertarik
untuk
mengikuti
pembelajarn
tembang
macapat
siswa
terlihat
memperhatikan penjelasan guru, serta banyak yang bertanya terhadap hal
yang belum mereka pahami dalam pembelajaran. Selain itu, siswa mulai aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, seperti menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru dan mengemukan pendapat mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
Dari pantauan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 15 siswa (44%).
Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang lumayan tajam
yaitu sebesar 25 siswa (74%). Pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 28
siswa (84%) yang aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa Mengalami Peningkatan Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan
Pesan Tembang Macapat.
Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dan pembelajaran
tembang macapat. Siswa juga tidak tertarik mengikuti pembelajaran tembang
macapat. Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam menemukan isi dan pesan
tembang macapat. Setelah diadakan tindakan dalam siklus I,II,III kemapuan
siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat meningkat. Hal ini
terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang semakin meningkat. Tingkat
keberhasilan ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap
siklusnya naik dengan memuaskan. Penilaian yang dilakukan guru dan peneliti
meliputi penguasaan kosa kata, kemampuan menemukan isi tembang macapat
dan kemampuan menemukan pesan tembang macapat.
Pada pelaksanaan siklus I, nilai rerata kemampuan siswa dalam
menemukan isi dan pesan tembang macapat adalah 59,7. Dari segi ketuntasan
belajar secara individu belum mencapai tujuan yang diharapkan. Dari 34 siswa,
tercatat 24 siswa belum mencapai KKM, sedangkan 10 siswa telah mencapai
KKM. Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144
Pada siklus II hasil rerata kemampuan siswa dalam menemukan isi dan
pesan tembang macapat adalah 78,7 meningkat dari siklus I. Namun masih
terdapat 16 siswa yang berada dibawah KKM. Sedangkan siswa yang
mencapai KKM sebanyak 18 ketuntasan secara klasikal 53%. Jadi hasil tes
kemampuan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat pada
siklus II, jika dilihat dari KKM sesuai indikator belum memenuhi kriteria.
Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus III.
Nilai rerata tes kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan
tembang macapat pada siklus III adalah 80,3. Ketuntasan klasikal sebesar 91
%. Masih ada 3 siswa yang nilainya dibawah KKM. Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus III berhasil.
Tabel 7. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan TembangMacapat
Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan
Tindakan
Nilai Rerata
Di bawah KKM
Kelas
(<78)
Di atas KKM
(> 78)
Siklus I
59,7
24 (71%)
10 (29%)
Siklus II
78,8
16 (47%)
18 (53%)
Siklus III
80,3
3 (09%)
31 (91%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan
Tembang Macapat
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kemampuan menemukan isi
dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan. Nilai rerata siswa pada pada
siklus I sebesar 59,7 siklus II sebesar 78,8 dan siklus III sebesar 80,3. Sedangkan
prosentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan yaitu
pada siklus I sebesar 29%, siklus II sebesar 53%, dan siklus III sebesar 91%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini secara singkat adalah:
1. Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap positif siswa
kelas VIII C dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan
tembang macapat. Pada siklus I segi keaktifan siswa pada kegiatan
apersepsi sekitar 10 siswa (29%), siswa yang aktif dalam KBM hanya 15
siswa (44%), sedangkan siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan
hanya 10 siswa (29%). Pada siklus II mengalami peningkatan dari segi
keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi sebanyak 20 siswa (59 %), siswa
yang aktif dalam KBM sebanyak 25 anak (74%) sedangkan yang aktif
menjawab pertanyaan dari guru 20 siswa (59%). Pada siklus ke III ternyata
hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan signifikan yaitu aktif dalam
kegiatan apersesi sebanyak 25 siswa (74%), aktif dalam KBM 28 siswa
(82%), aktif menjawab pertanyaan dari guru 26 siswa (76%).
2. Penerapan
pendekatan
quantum
learning
dapat
meningkatkan
kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang mengalami
ketuntasan belajar pada siklus I hingga siklus III. Selain itu, juga dapat
dilihat dari adanya peningkatan nilai rata
rata kemampuan menemukan
isi dan pesan tembang macapat dari siklus I hingga siklus III. Pada siklus
commit to user
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
I, jumlah siswa yang tuntas KKM adalah 10 siswa (29%). Sedangkan nilai
rata
rata yang dicapai pada siklus I adalah 59,5. Pada siklus II ada
peningkatan 18 yang tuntas KKM sehingga jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 18 siswa (53%) dan nilai rata
rata mencapai 78,7. Pada siklus
III hasilnya cukup memuaskan karena jumalah siswa yang tuntas KKM
mencapai 31 siswa (91%) dan nilai rata
rata mencapai 83,7
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor
faktor tersebut antara lain : guru, siswa, metode pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar. Ketrampilan guru dalam mengelola kelas
yang kurang baik akan membuat siswa tidak antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Wawasan guru yang kurang terhadap pendekatan, metode dan
teknik pembelajaran terbaru yang lebih inovatif dan bervariasi menyebabkan guru
menggunakan metode pembelajaran konvensional untuk menyampaikan materi.
Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional dan kurangnya media dan
sumber belajar dapat menjadi penghambat keberhasilan proses dan peningkatan
hasil belajar siswa.
Faktor
faktor tesebut saling terkait. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kualitas proses serta hasil pembelajaran, pemenuhan faktor tersebut perlu
diupayakan. Pengembangan pendekatan pembelajaran yang tepat perlu diterapkan.
Media serta sumber belajar perlu dipilih sesuai dengan materi yang diajarkan.
Siswa perlu memiliki minat, motivasi, perhatian dan aktif dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
sehingga materi pembelajarn dapat tersampaikan dengan baik. Pemenuhan faktor
faktor tersebut tercermin dalam ketrampilan guru mengelola kelas.
Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran
meningkat setelah diterapkannya pendekatan quantum learning. Oleh karena itu,
pendekatan quantum learning dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru
dalam kegiatan pembelajarannya. Selain itu, bagi guru bahasa Jawa pendekatan
quantum learning ini dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif dalam
pembelajaran tembang macapat.
Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Dengan penerapan
pendekatan quantum learning ini, siswa bisa lebih mengoptimalkan kreatifitas
yang ada dalam dirinya, hal ini sesuai dengan prinsip quantum learning yaitu
memancarkan energi positif dalam diri siswa.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan serta implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
mengajukan saran
saran sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Siswa hendaknya dapat menemukan isi dan pesan tembang macapat
dengan pendekatan quantum learning melalui prosedur TANDUR yang
mampu memunculkan daya kreatifitas mereka. Pendekatan quantum
learning tersebut tidak hanya dalam pembelajaran tembang macapat saja
tetapi juga dalam pembelajaran yang lain.
2. Bagi guru pengampu mata pelajaran bahasa Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
Guru disarankan untuk semakin meningkatkan kompetensinya , semisal
dengan menambah wawasan tentang pendekatan, metode dan media
pembelajaran yang baru. Guru diharapkan mengubah cara mengajar yang
konvensional menuju pendekatan
pendekatan baru yang lebih inovatif
(quantum learning, inquiry, CTL, cooperative learning, dll) sehingga
mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan, penerapan
tersebut perlu memperhatikan minat dan motivasi siswa. Pendekatan
quantum learning dapat diterapkan dalam pembelajaran tembang macapat
pada khususnya dan pembelajaran bahasa Jawa pada umumnya.
3. Bagi kepala sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kompetensi guru perlu
ditingkatkan. Kompetensi tersebut berpengaruh terhadap kinerja dalam
pembelajaran di kelas. Kepala sekolah disarankan untuk memotivasi guru
guna
meningkatkan
kompetensinya,
misalnya
dengan
penelitian tindakan kelas dan mengikutsertakan forum
melakukan
forum ilmiah
seperti seminar pendidikan, diklat dan sebagainya. Selain itu, kepala
sekolah perlu memotivasi guru agar lebih memperluas wawasan akan
pendekatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dan mendukung guru
untuk menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran.
commit to user
Download