Apa itu hepatitis B?

advertisement
KELOMPOK I
Perawati
10406020
Reni Wijayanti
10407001
Saepudin
10407002
Pradana Gilang Perwira
10407003
Felix Johanes
10407004
Siti Trisagita Utari
10407005
Adi Budhi Kusuma
10407006
Heidy Dwiyanti Utami
10407007
Anriansyah Renggaman
10407008
Dimas Arif Nugraha
10407009
Definisi
Virus yang memiliki kapabilitas untuk menginduksi
pembentukan tumor ganas.
Oleh karenanya sering disebut juga virus tumor.
Golongan virus onkogenik antara lain; retrovirus;
(contohnya virus leukemia pada ternak, kucing, dan
unggas), herpesvirus; (RBV-induced Burkitt’s lymphoma),
Asiatic nasopharyngeal carcinoma.
Onkogen merupakan gen yang ketika bermutasi dan
diekspresikan dalam frekuensi yang tinggi menyebabkan
sel normal menjadi sel tumor.
Sejarah
Teori yang menyatakan bahwa virus dapat menjadi agen
penyebab kanker dimulai oleh eksperimen Oluf Bang dan
Vilhelm Ellerman, 1908 yang menunjukkan gejala avian
erythroblastosis (salah satu bentuk leukemia pada ayam)
yang dapat ditularkan melalui ekstrak sel.
Eksperimen ini didukung oleh Peyton Rous, 1910-1911,
yang menmukan gejala tumor ganas pada ayam.
1933: Richard Edwin Shope menemukan cotton tail
papiloma virus atau Shope papillomavirus, yang
merupakan virus tumor mamalia yang pertama kali
ditemukan.
1964; Anthony Epstein, Bert Achong, dan Yvonne Barr
mengidentifikasi vitus kanker pertama pada manusia pada sel
Burkitt lymphoma, yang mana merupakan herpesvirus tipe 4
atau dikenal juga Epstein-Barr Virus atau EBV.
1980, HTLV 1 (Human T-lymphotropic Virus 1), merupakan
retrovirus pertama yang ditemukan oleh Bernard Poiesz,
Robert Gallo, dan Mitsuaki Yoshida.
1984–86: Harald zur Hausen dan Lutz Gissman menemukan
untuk yang pertama kali virus HPV16 dan HPV18 yang
bertanggung jawab untuk 70% kasus kanker serviks.
1987: Hepatitis C virus (HCV) ditemukan oleh Michael
Houghton dan D.W. Bradley. Virus ini secara signifikan
menjadi penyebab kanker hati (hepatocellular carcinoma).
Perkembangan riset mengenai virus kanker telah menciptakan
vaksin untuk mencegah kanker. Vaksin hepatitis B merupakan
vaksin pertama yang dibuat untuk mencegah kanker hati.
Pada tahun 2006, FDA, USA telah mengizinkan peredaran
vaksin untuk human papilloma virus, bernama Gardasil, yang
dapat melindungi dari empat tipe virus HPV.
-Small dsDNA virus
-Memiliki 100 tipe berdasarkan sekuens DNA
-Kapsid terdiri dari 72 kapsomer
-Komponen kapsomer: hexons dan pentons
-Periode inkubasi:
3 bulan setelah terekspos (kutil), tahunan
(kanker)
-Menghibisi p56 dan pRb (protein regulator
Apoptosis) → mengiduksi sel malignant
KLASIFIKASI HPV
Genital
Transmisi
Non-genital
Klasifikasi
Kulit
Tempat
terinfeksi
Membran
mukosa
Autoinokulas
Infeksi daera
lembab
Peralatan &
pakaian
Ibu  anak
HPV 45/31/52
Lainnya
HPV16 / 18
menyebabkan :
-karsinoma (Vulva, penis, anus,kepala, dan leher)
-papilloma pada kulit, genital, saluran respiratori
-kanker serviks
penyebaran : kontak seksual, dari ibu, bersentuhan langsung
dengan penderita (bertukaran handuk, kolam renang)
pencegahan : vaksin ,safe sex, tidak bertukar pakaian dan handuk,
kutil harus ditutup saat berenang
Contoh gejala infeksi HPV
Onkogenesis Virus
( Patogenesis virus onkogen terhadap inang )
Ada dua kelas gen yang terlibat dalam kontrol pertumbuhan
sel,yaitu :
1.Onkogen
2.Anti-onkogen( Tumor supressor genes )
Onkogen  Stimulasi pertumbuhan sel
dalam keadaan normal
Anti-onkogen  Membatasi pertumbuhan
sel dalam keadaan normal.
Onkogen
Onkogen  Bagian dari viral genom(DNA di DNA tumorviruses atau RNA di RNA-tumor viruses) yang dapat
menyebabkan terjadinya tumor /kanker.
Onkogen dapat dikelompokan menjadi 2 tipe,yaitu :
1.Protoonkogen disebut juga celullar oncogen,berfungsi
untuk mengatur pertumbuhan sel normal
2.Viral onkogen berasal dari gen seluler,biasanya diambil
dari melalui rekombinasi genom viral.
Anti-onkogen
( Tumor supressor gene )
Gen ini fungsinya untuk
membatasi pertumbuhan sel
normal .Sehingga jika gen ini
mengalami mutasi dan
menjadi “Turn off” ,maka
pertumbuhan sel normal
menjadi tidak terkendali 
Malignant Tumor
Anti-onkogen : Protein p53 & G1
Aktivasi Onkogen
Onkogenisitas virus terhadap
inang sangat bergantung
Dikenal ada 5 mekanisme
aktivasi onkogen pada
virus,yaitu :
pada mekanisme aktivasi
1.Transduksi  Retrovirus
onkogen.
2.Insersi
Setiap virus memiliki cara
3.Translokasi kromosom
tersendiri dalam mekanisme
4.Amplifikasi Gen
aktivasi onkogennya
bergantung dari
patogenisitas virus tersebut.
5.Mutasi bermakna salah
( Missense mutation )
Human Papilloma Virus
77 subtipe atau genotip (Genus A Papovaviridae).
23 subtipe menginfeksi daerah ano-genital.
All develop some type of humoral response.
30% menyebabkan infeksi klinikal: condyloma atau
dysplasia.
Usia 15-35 tahun paling rentan terhadap HPV.
Hanya menginfeksi sel epitel.
90% subtipe memiliki resiko tinggi terhadap kematian.
Human Papilloma Virus( HPV )
Dede si”Manusia Akar”
pada kasus Dede si Manusia Akar, ia memiliki kelainan
genetik pertumbuhan kutil yang terus membesar juga
disebabkan lemahnya jaringan sel darah putih dalam tubuh
sehingga virus HPV yang menggerogoti berkembang ganas,
virus ini menyebabkan penyakit : Epidermodisplasia
verruciformis (EV) dan giant cutaneous horn.
Viral genome
Transcription factor
Helicase protein
Oncogenes
Mekanisme Onkogenesis
Virus menginfeksi sel
epithel parabasal
1
Virus induces epithelial cell to
transcribe its
genome/intimate relation
with cell
2
Specific segments of the
genome become integrated
into the host cell DNA
Disturb cell cycle check points
3
Loss of function of part or all of
E2 gene
4
results in over expression of
viral oncogenes(E6 dan E7)
5
Inaktivasi tumor supressor gen(
p53 dan pRb )
6
Malignant tumor
Ex:serviks cancer
Apa itu hepatitis B?
Kata hepatitis berarti peradangan hati
•
Hepatitis B adalah virus sexually transmitted yang menyebabkan
luka pada hati,dan penyakit liver seperti cirrhosis and kanker
hati.
•
Kebanyakan orang tidak menunjukkan gejala penginfeksian.
Gejala akan muncul pada hari ke-45 sampai 180 sejak infeksi.
•
Infeksi hepatitis B dapat berupa acute (short term) atau chronic
(long term)
•
Hepatitis B menyerang 350 sampai 400 juta orang di dunia, dan
sekitar 1 juta kematian setiap tahun.
Hepatitis B virus
•Hepatitis B Virus (HBV) adalah virus
penyebab penyakit hepatitis B
•Klasifikasi: Hepadnavirus
•Menyerang hati→peradangan hati
akut→kronis→kanker hati
•Replikasi in vivo: liver, lymphocytes,
pancreas, dan organ lainnya.
•Tiga bentuk morfologi yang terlihat
dari mikroskop elektron: doubleshelled spheres (intact virions),
smaller spherical particles, and
tubular structures
Hepatitis B virion
•
•
•
Partikel yang menginfeksi
Diameter virion: 42nm
Outer envelope mengandung hepatitis b surface proteins
yang tinggi
• Nukleokapsid mengandung
180 hepatitis B core proteins
tersusun dalam icosahedral
dan paling tidak terdapat
satu hepatitis b polymerase
protein bersama genom HBV
Genome HBV
Terdapat 4 gen : S, C, P, X
Walaupun genome kecil, 4 protein besar dapat diproduksi karena
terjadi overlap gen.
Genome HBV virion adalah circular
dan berukuran sekitar 3.2 kb,
terdiri dari DNA yang kebanyakan
double stranded
Gejala Hepatitis B
•
Myalgia (muscle pain), Arthralgia (joint pain)
•
Fatigue (extreme tiredness), fever
•
Headache, Sore throat, Runny nose, Cough (“flu like”)
•
Anorexia (kehilangan nafsu makan)
•
Unusual sensitivity to bright light (photophobia)
•
Nausea and vomiting
•
Diarrhea and constipation (less common)
•
Jaundice (yellow color in the skin, urine and especially around the
whites of the eyes→accumulation of a chemical called bilirubin )
Mekanisme infeksi
DNA genome
RNA polymerase II
Host enzyme
RNA Provirus
Reverse transcriptase
Viral enzyme
DNA genome
ATTACHMENT
Penempelan virion HBV pada reseptor di sel inang.
‘Virus attachment site’ terletak pada protein L.
ENTRY
Endositosis dari virion HBV diikuti
dengan pelepasan nukleokapsid
dan masuk ke dalam nukleus.
TRANSCRIPTION
Pelepasan genom HBV dari kapsid
dan mengubahnya menjadi cccDNA
TRANSLATION
Translasi protein HBV
NUCLEOCAPSID ASSEMBLY
Tahap awal perakitan HBV. Kapsid dirakit dari
protein C dan memperoleh salinan pregenom
RNA yang berikatan dengan protein P dan
beberapa protein sel lainnya. (tidak
ditunjukkan dalam gambar)
Roles of progeny HBV nucleocapsids.
Selama sintesis DNA,nukleokapsid
dapt berpindah ke dalam nukleus
atau menempel melalui membran
mengandung envelop virion
membentuk virion.
Outline of the HBV replication cycle
12/4/2009
12/4/2009
•
Terinfeksi HBV  3 kemungkinan
1)
jika tanggapan kekebalan tubuh kuat maka akan terjadi
pembersihan virus, pasien sembuh.
2)
jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien
tersebut akan menjadi carrier inaktif
(Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV
persisten hati tanpa nekroinflamasi)
3)
jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua
hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi
hepatitis B kronis
12/4/2009
Definisi dan Kriteria Diagnostik pasien dengan virus
Hepatits B
12/4/2009
Diagnosa
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis :
a)
Serologi,
b)
virologi,
c)
biokimiawi dan
d)
histologi
12/4/2009
a) Serologi
pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan
evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg,
anti HBe dan HBV DNA (4,5)
12/4/2009
b) virologi
Dilakukan untuk
mengukur jumlah HBV
DNA serum 
menggambarkan tingkat
replikasi virus
12/4/2009
c) biokimiawi
•
Pemeriksaan biokimiawi Kadar ALT.
•
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas
kroinflamasi.
•
Pemeriksaan ini sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan
kadar ALT tinggi menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat
dibandingkan pada ALT yang normal.
•
Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang
kurang baik pada terapi antiviral. Pasien dengan kadar ALT normal
dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan
histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
12/4/2009
d) histologi
• Tujuan  untuk menilai
tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis
penyakit hati lain, prognosis
dan menentukan
manajemen anti viral.
12/4/2009
Pengobatan
Terapi  bertujuan untuk mengeliminasi secara bermakna
replikasi HBV dan mencegah progesi penyaki hati menjadi
sirosis yang berpotensial menuju gagal hati dan mencegah
karsinoma hepatoseluler.
12/4/2009
Rekomendasi terapi hepatitis B kronis
12/4/2009
Pengobatan
•
Hepatitis B kronis  antiviral seperti lamivudine dan adefoir dan
modulator sistem kebal seperti interferon Alfa. Dan beberapa obat
yang masih dalam tahap penelitian seperti telbivudine, emtricitabine,
clevudine dan LB 80380 (ANA 380)
•
Tradisional  Herbal
•
Contoh : temulawak(Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma
longa), sambiloto(Andrographis paniculata), meniran(Phyllanthus
urinaria), daun serut/ mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma
lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring
(Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang
(Taraxacum officinale).
EBV (Epstein-Barr virus)
Virus herpes tipe gamma pada manusia (parasit pada manusia).
Virus ini juga berperan dalam tumor limfosit B tertentu pada
penderita gangguan sistem kekebalan (Ex: penerima organ
cangkokan atau penderita AIDS) dan pada beberapa kanker
hidung dan tenggorokan.
Agen infeksi mononukleosis (penyakit yang ditandai dengan
demam, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar getah
bening) dan kofaktor utama biologi yang berkontribusi dalam
kanker pada manusia, termasuk B-cell neoplasms (seperti Burkitt's
lymphoma-sejenis kanker yang terjadi terutama di Afrika,
Hodgkin's disease-kanker pada sistem limfa, dan immunoblastic
lymphomas-kelainan pada sel-B), beberapa bentuk T-cell
lymphoma, dan tumor epitel (seperti nasopharyngeal carcinomas
dan gastric carcinomas)
(Robertson, 2005)
EBV (Epstein-Barr virus) (2)
Umumnya virus ini tidak aktif dan tetap dalam tubuh seumur hidup
tanpa menunjukkan gejala banyak, tetapi dalam beberapa kasus
penyakit menyebabkan infeksi kronis yang parah.
Virus menyebar terutama melalui kontak air liur orang yang terinfeksi.
Dapat juga menyebar baik dengan berciuman atau berbagi peralatan
umum yang dapat berisi air liur yang terinfeksi. Hal ini juga dapat
menyebar dari mulut ke tangan yang mungkin mengandung air liur
yang terkontaminasi dari orang yang terinfeksi saat bersin atau batuk.
Pemahaman tentang interaksi molekular antara EBV dan manusia
sebagai inang, kemampuan virus menyerang sistem imun inang,
kemampuan virus untuk “bersembunyi” pada sel memori-B (B-memory
cells) , dan faktor yang dapat merangsang reaktivasi virus merupakan
hal penting untuk memahami patogenitas virus secara molekular dan
seluler.
(Robertson, 2005)
Morfologi EBV
Epstein-Barr Virus dikelompokkan sebagai anggota dari :
family
: Herpesviridae
subfamily
: gammmaherpesvirinae
genus
: lymphocryptovirus.
Famili Herpesviridae dikelompokkan berdasarkan struktur dari
virionnya.
Tipikal dari herpesvirion terdiri dari inti yang mengandung DNA
rantai ganda linear, kapsid ikosahedral berdiameter 100-110 nm,
mengandung 162 kapsomer dengan sebuah lubang yang berada
pada sepanjang aksis, amorphous (tidak memiliki bentuk) yang
terkadang material asimetrik mengelilingi seluruh kapsid yang
dikenal sebagai tegumen (tegument), dan amplop yang berisi
glikoprotein virus yang berbentuk duri pada permukaannya.
(Roizman 1990)
Sejarah ditemukannya EBV
Tahun 1950, Denis Burkitt mendeskripsikan keberadaan B-cell lymphomas
pada anak-anak Afrika berumur 2-14 tahun dari area endemik malaria.
Tahun 1964, sel limfosit-B (sel darah putih yang bertanggungjawab
terhadap pembentukan antibodi) yang merupakan turunan dari tumor
yang secara spontan melepaskan herpesvirus, ditemukan oleh Epstein
dan Barr. Getrud dan Werner Henle yang mendemonstrasikan bahwa
Epstein-Barr virus (EBV) terdapat di mana-mana pada populasi manusia
yang dapat menyebabkan infeksi mononukleosis (Anonim 1, 2009).
Tahun 1968 : EBV didemonstrasikan sebagai agen infeksi dari
mononukleosis.
Tahun 1969 : EBV tidak dapat mati (immortal) pada kultur limfosit. EBV
dapat immortal pada sel marmoset (sejenis monyet) dan menyebabkan
tumor pada primata non-manusia (Anonim 2, 2009).
Mekanisme infeksi EBV
EBV menginfeksi sel-B pada jaringan limfa dari transformasi
Waldeyer’s ring (lingkaran jaringan limfa di faring yang
berfungsi sebagai pelindung pertama dari sebagian besar
infeksi) pada sel menjadi B-blasts (ledakan sel-B) yang aktif.
Akhir EBV memasuki pusat germinal dari Waldeyer’s ring yang
melakukan diferensiasi dan muncul di dalam sirkulasi periferal
sebagai memori sel-B yang terinfeksi dengan virus pada
keadaan diam.
Sel yang terinfeksi mungkin kembali ke Waldeyer’s ring dan
memasuki keadaaan lisis (virus bereproduksi dan keluar dari sel
inang).
Virus yang telah keluar dapat menginfeksi sel-B yang
belum terinfeksi atau dapat ditransmisi ke inang baru.
Sistem imun menyusun sel sitotoksik T (cytotoxic T cell,
CTL) merespon pada B-blast yang terinfeksi dan sel-B lisis
(yang aktif memproduksi virus). Sistem imun juga
memproduksi antibodi untuk melawan virion bebas.
(Shapiro, et.al, 2008)
(Shapiro, et. al, 2008)
Gejala Klinik
Demam dan sakit tenggorokan
Pembengkakan kelenjar limpa dan kadang disertai dengan
pembengkakan hati.
Pada anak remaja juga disertai infeksi telinga, diare,
simptom gastrointestinal, dingi ditambah dengan simptom
klasik dari IM.
Infeksi primer dapat berpengaruh pada gangguan saraf
Guillain-Barre syndrome dan meningoencephalitis
Diagnosa
Tes aglutinasi antibodi heterofil (Paul – Bunnell test)
Deteksi viral kapsid antigen (VCA)
Monospot test
Pada mononukleosis, diagnosa dibuat dengan
mengkarakteristik demam faringitis kelenjar limfa selama
1 – 4 minggu.
Pengobatan
Terapi spesifik belum memberikan efek yang signifikan.
Dalam masa demam biasanya diobati dengan
prednisolone.
Penggunaan steroid untuk mencegah pelebaran tonsil
dan tenggorokan
HTLV
Virus HTLV pertama kali diisolasi dari Jepang oleh Drs.
Bernard Poiesz dan Francis Ruscetti pada tahun 1977
Diidentifikasi sebagai Human retrovirus yang pertama.
Terdapat empat buah HTLV yaitu HTLV-1 HTLV-2, HTLV-3,
dan HTLV-4.
Klasifikasi Virus
Group
: Group VI (ssRNA-RT)
Family
: Retroviridae
Subfamily
: Orthoretrovirinae
Genus
: Deltaretrovirus
Species
: Simian T-lymphotropic virus
Serotype
: Human T-lymphotropic virus
HTLV
Virus HTLV pertama kali diisolasi dari Jepang oleh Drs.
Bernard Poiesz dan Francis Ruscetti pada tahun 1977
Diidentifikasi sebagai Human retrovirus yang pertama.
Terdapat empat buah HTLV yaitu HTLV-1 HTLV-2, HTLV-3,
dan HTLV-4.
Penularan HTLV-1 dan HTLV-2
Infeksi dari Ibu ke anaknya melalui proses menyusui
Hubungan seksual dengan penderita
Transfusi darah yang terkontaminasi virus
Pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi virus
HTLV-1
• Ditemukan tahun 1980,
retrovirus pertama yang
patogen pada manusia
• Infeksi HTLV-1 dapat
menyebabkan kelainan
pada sel (mis:tumor atau
kanker)
• Endemic di daerah
selatan Jepang, Karibia,
US dan menyebar ke
daerah sekitarnya.
Infeksi HTLV-1
Virus ini menginfeksi sel Th limfosit dengan cara
penempelan amplop virion (glikoprotein) pada
reseptor GLUT1 pada sel target.
Menghasilkan protein Tax sebagai aktivator
transkripsi dari HTLV.
Tax juga dapat menyebabkan proliferasi sel dan
juga prolifersi DNA yang rusak karena Tax dapat
menghambat kerja DNA topoisomerase-I and DNA
beta-polymerase.
Infeksi HTLV-1
HTLV-1 dapat juga diasosiasikan dengan
penyakit Adult T-cell leukemia.
Tax dapat menginduksi pembentukanIL-2
receptor (IL-2R) di sel leukemic dan juga
menghambat apoptosis limfosit yang
menyebabkan jumlah limfosit menjadi banyak.
Infeksi HTLV-1
HTLV-1 diduga jug menyebabkan penyakit Tropical spastic
paraparesis yaitu penyakit infeksi pada sumsum tulang
belakang yang menyebabkan kelemahan kaki.
Timbul karena adanya inflammatory perivascular dan
infiltrasi parenchymal oleh mononuclear cells yang
menyebabkan degenerasi dan fibrosis pada CNS white
matter.
Namun, mekanisme yag menyebabkan penyakit ini oleh virus
HTLV masih harus diteliti lebih lanjut. Peneliti menduga
penyakit ini berhubungan dengan sistem imun.
HTLV-2
Genomnya 70% sama dengan HTLV-1
Endemic di daerah Amerika Utara, suku Indian
Infeksi HTLV-2
Virus ini menginfeksi sel limfosit dengan penempelan
glikoprotein (amplop) dengan reseptor GLUT1 pada
membran sel target
Virus ini mampu menginfeksi semua tipe sel limfosit.
Infeksi HTLV-2
Virus ini diduga menyebabkan penyakit Tropical spastic
paraparesis
Virus ini diduga mempunyai hubungan dengan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan seperti
pneunomia dan asma
Virus ini menyebabkan adanya inhibisi sistem imun
terutama yang berkaitan dengan infeksi saluran
pernapasan
Diagnosis HTLV
Diagnosis serum (serodiagnosis) merupakan metode umum dan cepat untuk
diagnosis HTLV. Metode ini memanfaatkan kenaikan antibodi yang
disebabkan oleh infeksi dari HTLV pada sera dari pasien. Deteksi antibodi
pada serum untuk HTLV terbagi atas dua tes yaitu screening test dan
confirmatory test.
1.
Screening test
a. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
b. Particle Agglutination (PA)
2.
Confirmatory Test
a.
Immunoflourescent
Diagnosis HTLV (Lanjutan)
b. Western blot assay
c. Immunoblot
d. Radioimmunoprecipitation (RIP)
Dikarenakan uji-uji di atas berbeda dalam hal spesifitas dan sensitifitas,
maka dalam melakukan pengujian/diagnosis HTLV biasanya akan
dilakukan pengujian berganda (multiple assay).
Terapi (Pengobatan)
 Meskipun ATL (adults T-cell leukemia) disebabkan oleh virus HTLV,
penyakit ini bukan jenis penyakit dimana replikasi virus berperan penting
dalam maintenance keadaan leukemik dari sel. Oleh karena itu terapi dan
pengobatan lebih ditargetkan pada sel leukemik ATL dengan menggunakan
obat-obat antikanker antara lain : vincristine, cyclophospamide, adriamycin,
methotrexate, prednisolone, 2-deoxycoformycin, camptotecin, anthracyclin,
dan retinoids.
 Untuk treatment penyakit lain yang terasosiasi dengan virus HTLV seperti
HAM/TSP biasanya digunakan corticosteroids, heparin, alpha interferon dll.
 Beberapa vaksin juga telah dikembangkan dari HTLV
Gejala HTLV
Symptom yang biasa muncul pada penderita ATL akibta infeksi HTLV antara
lain adalah :
• Lymphadenopathy : pembengkakan pada lympha node
• Hepatomegaly : Pembengkakan pada hati
• Splenomegaly : Pembengkakan pada bagian kuadran kiri atas dari abdomen
• Karakter hematologi yang paling khas adalah keberadaan sel T limfosit
abnormal
• Hipercalcemia (kadar kalsium tinggi dalam darah), disfungsi hati,
hypoproteinemia (kadar protein yanga terlalu rendah pada darah)
Daftar Pustaka
•
•
•
•
Anonim 1. 2009. Oncogenic Infections. http://www.humanillnesses.com/InfectiousDiseases-My-Si/Oncogenic-Infections.html (tanggal akses 3 November 2009)
Anonim 2. 2005. OncogenicViruses.
http://www.life.umd.edu/classroom/bsci424/BSCI223WebSiteFiles/OncogenicViruses.htm
(tanggal akses 3 November 2009)
Carter, John B., Venetia A.Saunders. 2007. Virology: Principles & Applications. England:
John Wiley & Sons Ltd.
oncogenic virus. (n.d.) The American Heritage® Medical Dictionary. (2007). Retrieved
November 6 2009 from http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/oncogenic+virus
oncogenic virus. (n.d.) McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern Medicine. (2002).
Retrieved November 6 2009 from http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/oncogenic+virus
Lau GKK et al (2005). "Peginterferon Alfa-2a, lamivudine, and the combination for HBeAgpositive chronic hepatitis B". N Engl J Med 352 (26): 2682-95. PMID 15987917/ Diakses
8/11/2009
http://www.kalbe.co.id/Diagnosismenajemenhepatiskronis.html/ Diakses 8/11/2009
http://www.medsci.org/v02p0008.htm/ Diakses 8/11/2009
http://www.hon.ch/Hepatitis/HBV_Chap1-3.html/ Diakses 8/11/2009
Carter, John. V .Saunders.2007. Virologi : principle and application. John Willey. West
Sussex
Kudesia, Goura. T .Wreight.2009.Clinical and Diagnostic Virology. Cambridge
University Press. New York
Cann, J.Alan.2005.Principle of Molecular Virology 4th ed. Elsevier Inc. London.
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6WSN-4B1X0XXC&_user=10&_rdoc=1&_fmt=&_orig=search&_sort=d&_docanchor=&view=c&_acct=C
000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=f77550b4af67daa29c801df
7c223e61a
Robertson, Erle S.. 2005. Epstein-Barr Virus: Latency and Transformation. U.K :
Horizon Scientific Press.
Anonim 1, 2009. Epstein-Barr virus.
http://www.who.int/vaccine_research/diseases/viral_cancers/en/index1.html. 8
November 2009.
Roizman, B. (1990). Herpesviridae: A Brief Introduction. In Virology, 2nd., eds. B. N.
Fields & D. M. Knipe, 1787-1793. Raven Press, New York.
Anonim 2, 2009. Epstein-Barr Virus. http://www.uq.edu.au/vdu/VDUEBV.htm. 8
November 2009.
Shapiro, M., dkk. A Virtual Look at Epstein-Barr Virus Infection: Simulation
Mechanism J Theor Biol. 2008 June 21; 252(4): 633–648. Published online 2008
February 16. doi: 10.1016/j.jtbi.2008.01.032.
Download