BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi merupakan ilmu yang terus berkembang sehingga memiliki banyak definisi dari berbagai ahli diantaranya Carl I. Hovland4 yang mengatakan “Ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. Komunikasi juga didefinisikan sebagai berikut menurut paradigma Lasswell 5 “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.” Pengertian pesan sendiri dapat dilihat dari kutipan selanjutnya dari Onong Uchjana Effendy yang menunjukan pemahamannya dalam paradigma Lasswell, bahwa “Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.”, lebih lanjut Effendi mengatakan medium komunikasi ini tidak hanya merujuk pada alat tertentu yang menjembatani komunikator dengan komunikan saja, tetapi juga merujuk pada bahasa yang digunakan pelaku komunikasi baik secara verbal dan non-verbal. 4 Prof. Drs. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000 hal 10 5 Prof. Drs. Effendy, Onon Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000 hal 10 14 15 2.2 Komunikasi Antar Budaya Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orangorang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. 6 Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.7 Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.8 Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture. Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.9 Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan: 6 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication :Konteks-konteks Komunikasi. 1996. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal. 236-238 7 Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. 2003. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal. 123 8 Fred E. Jandt. Intercultural Communication, An Introduction. 1998. London. Sage Publication. Hal. 3 9 Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. 2003. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 11-12,36-42 16 1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan; 2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama; 3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita; 4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara. 2.2.1 Proses terjadinya Komunikasi Antar Budaya Komunikasi antara orang-orang yg berbeda kebudayaannya, misalnya suku bangsa, etnik dan ras atau kelas sosial (Samovar dan Porter, 1976). Terjadi diantara produser pesan dan penerima pesan yang berbeda latar belakang kebudayaan (Samovar dan Porter, 1976). Komunikasi Antar Budaya meliputi yg melibatkan peserta yg mewakili pribadi, antarpribadi, kelompok dengan tekanan perbedaan latar belakang yang mempengaruhi peserta komunikasi (Dood, 1991). 17 Proses komunikasi simbolik, intepretatif, transaksional, konstekstual yang dilakukan sejumlah orang (Lustig dan Koester, 1993). Komunikasi Antar Budaya merupakan interaksi antarpribadi seorang anggota dengan kelompok yg berbeda 2.3 Teori-teori Behavioral dan Cognitive Teori Behavioral dan Cognitive merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran strukturalis dan fungsional hanyalah terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara teori - teori behavioral dan kognitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu - ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah tentang model ”S-R” (stimulus-respon) yang menggambarkan proses informasi antara ”stimulus”(rangsangan) dan ”response” (tanggapan. Teori-teori ”behavioral dan cognitive” juga mengutamakan ”variabelanalytic” (analisis variabel). Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya 18 mengidentifikasikan variabel-variabel kognitif yang dianggap penting, serta mencari hubungan korelasi diantara variabel. Analisis ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana variabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebabkan atau menghasilkan tingkah laku tertentu. Komunikasi, menurut pandangan teori ini, dianggap sebagai manifestasi dari tingkahlaku, proses berpikir, dan fungsi ”bio-neural” dari individu. Oleh karenanya, variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang tersebut. 2.4 Komunikasi Verbal Komunikasi Verbal menurut ahli komunikasi Jamil Hashim 10 berpendapat bahwa bahasa verbal merupakan wahana utama dalam komunikasi. Verbal juga merupakan elemen utama untuk mengungkapkan dan melafalkan kata-kata bagi penyampaian pesan. Selain itu ada juga ahli komunikasi lainnya yang berpendapat tentang komunikasi Verbal yaitu menurut Ronald dan George Rodman 11 terdiri dari Bahasa Lisan (spoken words) dan komunikasi non vokalnya berupa bahasa tertulis 10 Jamil Hashim. Bahasa verbal dan bukan verbal I : komunikasi, pendidikan dan penerjemah.Cetakan pertama. 2009 hal 1. 11 Ronald B Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication.edisi kedua. Hal 96 19 (written words). Michael Ruffner 12 menegaskan sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut: 1. Dikirimkan oleh sumber dengan sengaja 2. Diterima oleh penerima secara sengaja pula Komunikasi Verbal lebih spesifik dari bahasa non-verbal dalam arti ia dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah. 3 Konsep mengenai bahasa verbal : 1. Verbal vokal : berupa kata-kata yang diungkapkan dengan suara vokal) 2. Verbal Visual : Jika anda berbicara dengan seseorang maka anda merasa tidak cukup mengungkapkan kata-kata atau rangkaian kata dengan hanya sekedar ucapan, tetapi harus menggunakan visualisasi agar dapat dilihat atau didengar oleh telinga. 3. Verbal visual : pengungkapan suatu kata-kata atau rangkaian katakata dengan bantuan vokal (suara) dan ditunjang lagi oleh visual. 12 S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi. 2002. Hal 6-7. 20 2.5 Komunikasi Non-Verbal Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan- pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk menggambarkan peristiwa komunikasi di luar pengucapan kata-kata dan tulisan. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. Jalaludin Rakhmat 13 (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagaiberikut: 1 Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. 2 Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. 3 Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. 4 Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: 13 Jalaludin Rakhamat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya.Bandung. 1994. 21 a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. 5 Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. 6 Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik. 7 Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana14 disebutnya sebagai parabahasa. 14 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005. 22 8 Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian. Beberapa batasan mengenai komunikasi non-verbal yang dikemukakan beberapa ahli: 1. Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson yaitu komunikasi non-verbal adalah sebuah stimuli yang tidak bergantung pada isi simbolik untuk memaknainya. 2. Edward Sapir mengatakan komunikasi non-verbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak dimana pun juga, diketahui oleh tidak seorangpun dan dimengeti oleh semua. Ekman (1965) dan knapp (1978) dalam Devito 15 dengan bukunya Komunikasi Antar Manusia mengidentifikasi enam fungsi utama komunikasi non verbal, yaitu : 1. Untuk menekankan 2. Untuk melengkapi/memperkuat 3. Untuk menunjukkan kontradiksi 4. Untuk mengatur 5. Untuk mengulanggi 6. Untuk menggantikan 15 Josep A Devito. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima Terjemahan Agus Mulyana. Jakarta. Proffesional Books. 1997. Hal 177. 23 2.6 Fungsi komunikasi Fungsi komunikasi menurut Maslow16 dalam buku berjudul … : 1. to inform: berfungsi sebagai penyebar informasi bagi para penerima informasi (komunikan) melalui proses komunikasi, ditandai dengan reaksi penerima setelah mendapatkan informasi sehingga memberikan tanggapan yang baik. 2. to educate: mendidik, komunikasi dapat membuat pengalihan ilmu pengetahuan sehingga dapat mendorong perkembangan intelektual dan kepribadian seseorang. 3. to entertain: komunikasi berfungsi sebagai hiburan, bahwa komunikasi memberikan hiburan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi para penerima pesan. 4. to influence: komunikasi berfungsi untuk mempengaruhi penerima pesan, karena adanya penyampaian pesan sehingga penerima pesan dapat terpengaruh pemikiran atau tingkah lakunya setelah menerima pesan dari pengirim pesan (Effendy, 2003 : 31). 2.7 Definisi Tattoo “Tattoo berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti.Menurut Oxford Encyclopedic Dictionary 17 - tattoo v.t. Mark (skin) with permanent pattern or design by puncturing it and inserting pigment; make (design) thus - n. Tattooing (Tahitian tatau). Tattoo adalah menandai (pada kulit) menggunakan pola atau 16 Effendy,Onong Uchjana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Cetakan kesembilanbelas. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2003. Hal. 31 17 The Oxford Encyclopedic English Dictionary. Oxford University Press; 3rd edition.2003 24 design secara permanen dengan membubuhkan dan memasukan cairan berwarna. Tattoo juga merupakan berasal dari kata Tahiti tattoo). Dalam bahasa Indonesia, kata tattoo merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia Indonesia 18 dijelaskan bahwa tattoo merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh. Sedangkan dalam Ensiklopedia Americana19 disebutkan bahwa tattoo, tattooing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indication of status, or as mean of obtaining magical protection. Menurut Sarah Sawyer 20 beberapa body art (tattoo) yang telah dimodifikasi yang kini tengah berkembang di masyarakat karena ketidakpuasan bentuk tattoo yang hanya menggunakan tinta, seperti Scarification,Branding (menggoreskan daging dengan kedalaman tertentu dan membentuk pola yang artistik), dan implantations yang berarti membenamkan benda dari plastic maupun besi kedalam kulit sehingga menghasilkan tonjolan di bagian tubuh tersebut. 18 Ensiklopedia Indonesia. 1984. Hal 241. Encyclopedia Americana.Scholastic. 1975. Hal 312. 20 Sarah Sawyer. Body Piercing and Tattooing: The Hidden Dangers of Body Art. ReadHowYouWant.com.2008. Hal 2. 19 25 2.7.1 Fungsi Tattoo Untuk dapat melihat konseptualisasi dari model mekanistis yang digunakan, maka peneliti menjelaskannya dalam enam bagian pokok di bawah ini: 1. Maka pesan dalam penggunaan tattoo merupakan isyarat yang dikemas dengan sebuah konsep untuk menyampaikan sebuah pesan yang tersirat dalam lukisan tattoo tersebut. Pengguna tattoo tersebut mengharapkan adanya usaha untuk dapat memahami gamabar tattoo dalam seperangkat elemen dan hal-hal pendukungnya.Hal-hal mengenai pemahaman objek gambar,penggunaan warna, design, posisi gambar, letak penggunaan gambar dan berbagai isyarat fisik dalam gambar tattoo tersebut mengindikasikan adanya pesan yang disampaikan. 2. Makna pesan sebagai bentuk struktural pada dasarnya akan mengacu pada bagian yang meliputi stimuli verbal, stimuli fisik, dan stimuli vokal. Penggunaan gambar tattoo pada penelitian ini tidak menunjukan adanya bagian stimuli verbal dan stimuli vokal, karena sebagaimana diketahui dengan jelas bahwa tattoo tidak memiliki sifat verbalitas. Bagian yang sangat memungkinkan adalah melihatnya sebagai stimuli fisik, berupa pemahaman mengenai cara lain memahami sikap-sikap non verbal. 3. Makna pesan sebagai pengaruh sosial akan memberikan ketertarikan tersendiri mengingat pesan ada karena tujuan sebagai alat untuk mempengaruhi. Konseptualisasi dari pemahaman di atas merujuk pada keinginan peneliti untuk dapat melihat tattoo saling mempengaruhi lingkungan dan sosial penggunanya maupun orang lain. Dari bagian ini 26 dapat dilihat bagaimana tattoo mempengaruhi seseorang dalam menggunakan tattoonya, juga menunjukan sikapnya dalam sosialitas. 4. Makna pesan sebagai penafsiran, sedikitnya akan menunjukan sikap orang kebanyakan dalam memaknai tattoo. Pemahaman mengenai maksud dari tattoo, tujuan tattoo, latar belakang penggunaan tattoo, keinginan yang ingin di capai melalui tattoo dan berbagai hal tentang kepentingan tattoo diperlukan dalam bagian ini untuk dapat melihat halhal yang mendukung dalam mengartikan tattoo. 5. Makna pesan sebagai refleksi diri dalam konseptualisasi ini, berarti memberikan konsepsi bagi peneliti untuk dapat melihat kepentingan pribadi dari pengguna tattoo dalam memahami tattoo yang digunakannya. Ada hal-hal yang terkait dengan sikap dan pilihan individual dalam melihat makna tattoonya tersendiri. Hal ini juga mencerminkan posisi pengguna tattoo dengan keterkaitannya mengenai alasan penggunaan tattoo, sikap diri terhadap tattoonya, pandangan dalam menilai makna tattoonya, dan hal-hal yang merefleksikan sikap penggunanya. 6. Makna pesan sebagai bentuk kebersamaan (commonality) dalam penelitian ini, merupakan bagian yang terintegrasi mengenai adanya alasan-alasan kuat lingkungan dan sosialias dalam memperngaruhi nilai kuat tattoo dalam masyarakat. Adanya sikap-sikap yang menunjukan bentuk kebersamaan, persaudaraan, nilai kelompok, identitas, atau apa pun itu yang merujuk pada adanya semangat kebersamaan dalam 27 penggunaan tattoo sangat memungkinkan untuk memperlihatkan adanya makna kebersamaan dalam penggunaan tattoo. 2.8 Teori Konstruksi Sosial (Peter L. Berger & Thomas Luckmann) Pada penelitian ini teori Berger menjelaskan tentang konstruksi sosial yang akan dijadikan analisis dalam menganalisa fenomena sosial khususnya tentang perilaku pergaulan dalam kehidupan pemakai tattoo di kalangan remaja Surabaya. Berger 21 menyatakan bahwa masyarakat adalah produk dari manusia, namun masyarakat ini secara terus menerus mempunyai aksi kembali terhadap manusia (pembuatnya). Sehingga manusia pun adalah produk masyarakat. Dalam hal ini terjadi proses dialektis. Proses dialektis inilah yang terbagi menjadi 3 tahap, yang dinyatakan oleh Berger adalah momen, yaitu : 1. Eksternalisasi, yakni usaha untuk ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, Manusia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Pada tahap ini manusia mengalami proses penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. 2. Objektivasi, yakni hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang 21 Eriyanto.Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. LKis.Yogyakarta.2002. Hal. 1415. 28 bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu aktivitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Ini adalah tahap interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. 3. Internalisasi. Proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh stuktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui proses internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Berger mengisyaratkan juga tentang bagaimana cara meneliti pengalaman intersubjektif sehingga ditemukan bangunan atau konstruksi sosial dari kenyataan. Penerapan dalam penelitian ini mencoba mengkonstruksikan tattoo yang semakin lama mempengaruhi gaya hidup para remaja. Manusia adalah pencipta kenyataan sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana kenyataan obyektif mempengaruhi kembali manusia melalui proses internalisasi (yang mencerminkan kenyataan subyektif), menurut Berger. Dengan kemampuan berpikir dialektis, di mana terdapat tesa, antitesa dan sintesa, Berger memandang masyarakat sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk masyarakat. 29 Obyektivasi menjelaskan bahwa harus diakui adanya eksistensi kenyataan sosial obyektif yang ditemukan dalam hubungan individu dengan lembaga-lembaga sosial (salah satu lembaga sosial yang besar adalah negara).Aturan sosial atau hukum yang melandasi lembaga-lembaga sosial bukanlah hakekat dari lembaga itu, karena lembaga itu ternyata hanya produk buatan manusia. Pemaksaan dari struktur sosial yang obyektif merupakan suatu perkembangan aktivitas manusia dalam proses eksternalisasi atau interaksi manusia dengan struktur - struktur sosial yang sudah ada.