84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari a. Marjinalisasi (peminggiran) terhadap perempuan Marjinalisasi merupakan proses pengabaian hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh pihak-pihak yang termarjinal (dalam hal ini adalah perempuan), namun hak tersebut diabaikan dengan alasan tertentu. Ada beberapa kasus marjinalisasi (peminggiran) yang dilakukan terhadap perempuan dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari, salah satunya yakni marjinalisasi dalam bidang ekonomi. Marjinalisasi yang dialami oleh Sumarah terkait dengan stereotip yang disandangnya, yakni sebagai keturunan PKI, sehingga dia tidak bisa melamar menjadi PNS, lantaran tidak bisa mendapat Surat Bersih Diri dari Ormas Terlarang, sebagai pra-syarat untuk menjadi PNS. Akibatnya, Sumarah tidak bisa mendapat pekerjaan yang layak dan mengalami pemiskinan. b. Subordinasi terhadap perempuan Anggapan tidak penting kepada perempuan. Dalam monolog Balada Sumarah, subordinasi dialami oleh tokoh Simbok yang dilarang mempertanyakan keberadaan suaminya oleh Den Projo. commit to user 84 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Stereotyping (pelabelan negatif) Stereotyping (pelabelan negatif) merupakan narasi dominian dalam monolog Balada Sumarah. Pelabelan negatif terutama dialami oleh Sumarah, yakni dianggap sebagai keturunan PKI. Efek dari pelabelan negatif tersebut, Sumarah mengalami berbagai diskriminasi yang memicu ketidakadilan dalam berbagai berbagai bidang, yakni sosial, ekonomi dan politik. d. Kekerasan fisik dan psikis (psikologis) Kekerasan fisik dan psikis, dialami oleh Sumarah. Kekerasan fisik seksual dan non seksual dialami Sumarah saat bekerja menjadi pembantu (babu) di Indonesia dan di Arab Saudi. Kekerasan fisik seksual yang dialami Sumarah, yakni diperkosa oleh majikannya. Sumarah mengalami penyiksaan selama menjadi pembantu BMP (Buruh Migran Perempuan) di Arab Saudi. Penyiksaan yan dialami oleh Sumarah termasuk kekerasan fisik nonseksual. Kekerasan psikis dialami Sumarah selama hidupnya, yakni ketika masih sekolah hingga dewasa, berupa cacian dan hinaan dari para tetangga serta teman sekolahnya. e. Beban kerja berlebih Pensifatan yang dilekatkan pada perempuan, bahwa perempuan itu lebih rajin dan bersifat memelihara, membuat perempuan mengalami beban kerja berlebih, dan sudah ditanamkan semenjak kanak-kanak. Posisi perempuan sebagai pembantu rumah tangga lebih sering menyebabkan mereka mengalami beban kerja berlebih lantaran ketimpangan dalam relasi kuasa, majikan-pembantu. commit to user 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Bentuk perlawanan perempuan atas tindak diskriminatif yang dialaminya dalam monolog Balada Sumarah. Bentuk perlawanan perempuan dalam monolog Balada Sumarah dilakukan oleh tokoh Sumarah melalui, narasi gugatannya yang terepresentasi dalam cakapan-cakapan. Puncak perlawanan Sumarah atas ketidakadilan yang dialaminya yakni, dengan membunuh majikannya di Arab Saudi. Kesadaran Sumarah atas ketertidasan yang dialaminya, memunculkan keberanian untuk melawan. Perlawanan yang dilakukan oleh Sumarah adalah demi melindungi diri dan memperoleh kebebasan serta haknya sebagai manusia. Bentuk perlawanan lainnya yang dilakukan oleh Sumarah, yakni dengan terus meningkatkan pendidikan (sekolah) dan bekerja agar terlepas dari jerat kemiskinan. Akan tetapi, perjuangan Sumarah untuk melawan kemiskinan serta diskriminasi yang dialaminya dengan jalan meningkatkan pendidikan, nyatanya tidak bisa membuat dia lantas mendapatkan kebebasannya sebagai individu. Perjuangan yang dilakukan perempuan dengan mengacu pada prinsip feminisme kekuasaan, nyatanya tidak selalu berhasil membawa perempuan mendapatkan keadilan. Dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari, perjuangan menuntut persamaan hak demi mencapai keadilan ternyata bisa terwujud hanya lewat jalan ‘menjemput kematian’. Bagi Sumarah, kematian adalah kehidupan kedua. commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Saran Saran yang diberikan peneliti dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Peneliti menyadari penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan kurangnya penguasaan peneliti terhadap teori maupun objek. Oleh karena itu, peneliti berharap akan ada penelitian selanjutnya yang memperdalam penelitian ini. 2. Monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari belum pernah diteliti sebelumnya, padahal monolog ini sangat menarik untuk diteliti. Peneliti berikutnya diharapkan tertarik untuk meneliti permasalahan yang terdapat dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari, salah satunya dengan menelusuri ideologi pengarang yang tertuang dalam karyanya, atau mengkaji permasalah sosial yang ada dalam monolog Balada Sumarah dengan pendekatan sosiologi, strukturalisme genetik, dramaturgi, maupun dari segi psikologi. 3. Pembahasan yang peneliti lakukan, baru sebatas mengenai bentuk-bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Bentuk-bentuk diskriminasi tersebut berupa, marjinalisasi, subordinasi, stereotyping, kekerasan (fisik dan psikis) serta beban kerja berlebih. Penerapan kritik sastra feminis pada penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca, khususnya mengenai diskriminasi terhadap perempuan dalam karya sastra bergenre monolog. commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4. Monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari memberikan gambaran mengenai diskriminasi terhadap perempuan, khususnya terkait dengan stereotyping terhadap keluarga dan keturunan PKI. Hendaknya para pembaca lebih peka dan saling menghormati hak-hak asasi sesama manusia, agar tercipta kedamaian dan terwujudnya masyarakat yang inklusif. Hidup damai tanpa diskriminasi. commit to user