KAJIAN FISIOLOGIS STATUS KALSIUM Coturnix

advertisement
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh
Kasiyati, Nastiti Kusumorini, Hera Maheshwari, Wasmen Manalu, 1-11
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica)
setelah Pemberian Cahaya Monokromatik
Kasiyati*, Nastiti Kusumorini**, Hera Maheshwari**, Wasmen Manalu**
*
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi,Fakultas MIPA
Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang
Email: [email protected]
**
Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis, Kampus IPB Dramaga, Bogor
Abstract
Deposited calsium makes of the eggshell is influnce of the light. The objective of the study was evaluate
exposed of monochromatic light to obtain basic information of the physiology aspect of calcium satus in
the quail which direct relation with quality of the eggshell. Two hundred and seventy quails were divided
into nine treatments of light, with ten replications and three quails in each replication. The treatments
were without light, controls with 15 and 25 W, red, green, and blue lights with intensities of 15 and
25 lux. Control treatment used incandescent bulb. The red, green, and blue lights were provided by
light emitting diodes (LED). All lights treatment were given for 14 h daily, started from 17.00 to
07.00. Parameters measured were serum calcium concentrations, calcium contents in bone and the
eggshell, weights and thichness of the eggshell. The data obtained were analyzed by analysis of variance
(ANOVA), and the differences between treatments groups were subjected for Duncan’s Multiple Range
Test (DMRT). All of the data analyzed were done GLM (general linear model) procedure in the SAS
program. Quails exposed to monochromatic light had higher serum calcium concentrations and calcium
contents in bone (P<0,05). Blue light could be used to increase
quality of the eggshell.
Key words: calcium deposite, monochromatic light, quail
Abstrak
Deposisi kalsium untuk pembentukan kerabang telur dipengaruhi oleh cahaya. Penelitian ini bertujuan
memperoleh informasi yang mendasar mengenai aspek fisiologis status kalsium pada puyuh yang
berhubungan langsung dengan kualitas kerabang telur. Dua ratus tujuh puluh ekor puyuh dibagi ke dalam
sembilan kelompok perlakuan pencahayaan, dengan sepuluh kali ulangan dan masing-masing ulangan
terdiri atas tiga ekor puyuh. Perlakuan pencahayaan berupa tanpa pemberian cahaya, kontrol 15 dan 25 W,
pencahayaan warna merah, hijau, dan biru dengan intensitas 15 serta 25 lux. Sumber cahaya untuk kontrol
menggunakan bohlam lampu pijar. Sumber cahaya merah, hijau, dan biru berupa lampu LED. Semua
perlakuan pencahayaan diberikan 14 jam per hari, yang dimulai dari pukul 17.00 sampai 07.00. Parameter
yang diukur, yaitu kadar kalsium dalam serum, tulang, dan kerabang telur, serta bobot dan tebal kerabang
telur. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan ANOVA dengan uji lanjut uji Duncan. Semua analisis
data dikerjakan dengan prosedur GLM (general linear model) pada program SAS. Pemberian cahaya
monokromatik berpengaruh (P<0,05) pada kadar kalsium dalam serum, tulang, dan kerabang telur. Dari
penelitian ini disimpulkan pemberian cahaya biru memiliki potensi meningkatkan kualitas kerabang telur.
Kata kunci: deposisi kalsium, cahaya monokromatik, puyuh
1
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010
PENDAHULUAN
banyak dipergunakan untuk diet kolesterol
Puyuh jepang (Coturnix coturnix
japonica)
adalah
spesies
dari
genus
Coturnix yang tersebar luas di seluruh
daratan Eropa, Asia, dan Afrika, kecuali
karena dapat mengurangi timbunan lemak,
terutama di jantung, sedangkan kebutuhan
proteinnya tetap tercukupi (Menegristek
2008).
Cahaya merupakan suatu bagian
Amerika. Di Indonesia puyuh jepang mulai
dikenal dan dibudidayakan akhir tahun
1979.
Seperti
halnya
di
Amerika,
pemerintah memasukkan ras puyuh jepang
karena sifatnya yang mudah didomestikasi
dan
mempunyai
keunggulan
terutama
kemampuan tumbuh dan berkembang biak
yang sangat cepat. Pada umur 41 hari,
puyuh betina sudah mampu menghasilkan
telur. Dalam waktu satu tahun, puyuh dapat
menghasilkan 250-300 butir telur dengan
bobot telur sekitar 10 g (Randall dan Bola,
2008; Listiyowati dan Roospitasari, 2007).
Nilai gizi telur dan daging puyuh
tidak kalah dengan telur dan daging unggas
lainnya sehingga dapat menambah variasi
dalam penyediaan sumber protein hewani.
Secara umum, kandungan telur puyuh
terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%;
dari fenomena alam yang kompleks yang
disebut sebagai radiasi elektromagnetik.
Kompleksitas
membran
kerabang
20,7%.
Kandungan protein telur puyuh sekitar
13,1%, sedangkan kandungan lemaknya
relatif lebih rendah dibandingkan dengan
telur ayam ras dan itik. Kandungan lemak
telur puyuh sekitar 11,1%, sedangkan
kandungan lemak telur ayam ras dan itik
adalah 11,3% dan 14,5%.
Telur puyuh
tersebut
warna cahaya, adaptasi penglihatan, dan
sensasi penglihatan akan diterima sebagai
suatu
informasi
yang
datang
dari
lingkungan serta memiliki peran penting
dalam kehidupan semua organisme (Lewis
dan Morris 2006). Cahaya monokromatik
merupakan jenis cahaya tampak dengan
frekuensi panjang gelombang tunggal dan
jarak antarpanjang gelombang tidak terlalu
besar.
Sesuai
dengan
panjang
gelombangnya, spektrum elektromagnetik
cahaya monokromatik memiliki
warna-
warna tunggal, yaitu merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu (Elert 2008).
Aves adalah kelompok hewan yang
sangat responsif dalam menerima informasi
cahaya.
Untuk
memulai
proses
pembentukan telur setiap hari dibutuhkan
stimulasi cahaya. Dari berbagai penelitian,
cahaya lebih penting dibandingkan dengan
temperatur tubuh dalam hal pengaruhnya
pada kemampuan bertelur. Puyuh masih
mampu bertelur pada temperatur 0°C
dengan
2
alam
meliputi warna cahaya, persepsi terhadap
kuning telur (yolk) 31,9%; dan kerabang
serta
fenomena
cahaya
lebih
dari
14
jam.
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh
Kasiyati, Nastiti Kusumorini, Hera Maheshwari, Wasmen Manalu, 1-11
Pemberian cahaya artifisial pada kelompok
Deposisi kalsium dikontrol oleh cahaya.
unggas juga mampu memberikan respons
Ketika kondisi gelap
yang berbeda, misalnya pemberian cahaya
pakan dan minum normal akan terjadi
biru menyebabkan unggas menjadi lebih
deposisi
tenang, pemberian cahaya merah dapat
kerabang
mengurangi
pembentukan
kanibalisme
antarindividu,
kalsium
pada saat asupan
untuk
telur.
pembentukan
Untuk
kebutuhan
kerabang telur,
biasanya
memacu pertumbuhan bulu sayap, dan
unggas akan menyimpan kalsium pakan
memacu masak kelamin, serta pemberian
secara periodik dalam tulang medula.
cahaya
menstimulasi
Penyimpanan kalsium pakan akan diinisiasi
pertumbuhan pada periode anak (Gewehr et
oleh peningkatan sekresi estrogen ketika
al. 2005). Cahaya monokromatik biru yang
unggas
diberikan kepada ayam broiler jantan dapat
Calbindin-D28k
menstimulasi
dan
intraseluler yang memiliki kemampuan
protein untuk menginduksi pertumbuhan
mengikat kalsium dengan afinitas tinggi
sel-sel otot (Lewis dan Morris 2006).
serta
Cahaya yang diterima oleh aves akan
transport kalsium dalam usus dan kelenjar
memacu hipotalamus untuk mensekresikan
kerabang. Produksi protein calbindin-D28k
GnRH, yang
pada tahap selanjutnya
diregulasi oleh vitamin D3. Sintesis protein
kehadiran GnRH akan merangsang sekresi
calbindin-D28k dalam kelenjar kerabang
hormon-hormon reproduksi, seperti FSH,
distimulasi oleh kehadiran yolk dan adanya
LH, estrogen, dan progesteron, yang pada
aliran kalsium dari darah (Woodard et al.
akhirnya akan merangsang produksi telur
1973;
hijau
akan
produksi
testosteron
dan meningkatan fertilitas. Seperti yang
dikemukakan oleh
Rodenboorg et al.
telah
menjelang
masak
kelamin.
merupakan
protein
memegang peran penting dalam
Johnson 2000).
Berbagai
program
diberikan
pada
pencahayaan
unggas
untuk
(2001) efek utama yang muncul dari durasi
meningkatkan produktifitasnya. Penelitian
pencahayaan
langsung
ini bertujuan untuk memperoleh informasi
terlibat dalam masak kelamin. Masak
yang mendasar mengenai aspek fisiologis
kelamin pada unggas betina berkaitan erat
status
dengan pengeluaran telur, sedangkan pada
berhubungan langsung dengan kualitas
unggas jantan masak kelamin merupakan
kerabang telur.
adalah
secara
kalsium
pada
puyuh
yang
tahap dimana testis telah tumbuh dan
berkembang serta mampu menghasilkan
spermatozoa yang matang.
Pembentukan telur unggas sangat
erat kaitannya dengan deposisi kalsium.
METODOLOGI
Jenis puyuh yang dipakai dalam
penelitian
ini
adalah
puyuh
jepang
(Coturnix coturnix japonica), sebanyak 270
3
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010
ekor DOQ (day old quail) betina. Puyuh
secara ad libitum pada pagi, siang, dan sore
percobaan
hari.
diaklimatisasi
selama
dua
minggu dalam kandang kolektif dan satu
Sumber cahaya yang dipergunakan
minggu dalam kandang sangkar (baterai)
dalam penelitian ini berupa lampu LED
untuk
kandang
warna merah, hijau, dan biru dengan
percobaan dan manajemen pemeliharaan.
intesitas 15 dan 25 lux. Intensitas cahaya
Kandang terbuat dari kombinasi
kawat
diukur dengan menggunakan lightmeter.
ram/kasa dan kayu yang dilengkapi dengan
Sumber cahaya untuk puyuh kontrol berupa
tempat pakan, minum, penampung feses,
bohlam lampu pijar 15 dan 25 W warna
serta alas yang dibuat miring. Setiap satu
kuning. Sumber cahaya disusun secara seri
unit kandang sangkar terdiri atas 10 buah
dan di gantung di bagian atas pada sisi
kotak kandang, dan masing-masing kotak
sebelah dalam setiap kandang sangkar.
diberi sekat partisi sehingga setiap satu
Rangkaian lampu pada setiap kandang
kotak hanya disinari oleh satu jenis warna
sangkar dilengkapi dengan adaptor untuk
lampu.
mengatur voltase, pengatur waktu (timer)
menyesuaikan
dengan
Puyuh yang berumur awal empat
untuk mengatur hidup matinya lampu, serta
minggu mulai diberi perlakuan berupa
stabilisator
cahaya merah, hijau, dan biru dengan
menstabilkan arus yang masuk dengan arus
intensitas berbeda selama enam minggu.
yang
Puyuh dibagi ke dalam sembilan kelompok
berumur dua minggu ditimbang untuk
percobaan, yaitu
menyeragamkan
P01: puyuh yang tidak
mendapat pencahayaan;
yang
keluar.
digunakan
Puyuh
percobaan
bobot
badan.
untuk
yang
Puyuh
P02 dan P03
dengan bobot 30,0-40,0 g dipilih sebagai
(kontrol): puyuh yang diberi pencahayaan
hewan coba, selanjutnya ditempatkan dalam
bohlam lampu pijar 15 dan 25 W; P11 dan
kandang sangkar. Perlakuan pencahayaan
P12: puyuh
yang diberi pencahayaan
diberikan mulai dari umur 4 minggu sampai
lampu LED warna merah dengan intensitas
9 minggu selama 14 jam per hari, yang
15 dan 25 lux; P21 dan P22: puyuh yang
dimulai dari pukul 17.00-07.00.
diberi pencahayaan lampu LED warna hijau
Pakan yang diberikan pada puyuh
dengan intensitas 15 dan 25 lux; serta P31
percobaan adalah pakan komersial standar
dan P32: puyuh yang diberi pencahayaan
yang diproduksi oleh PT Cargill Indonesia
lampu LED warna biru dengan intesitas 15
dan disesuaikan dengan umur pemeliharaan,
dan 25 lux. Masing-masing kelompok
yaitu pakan pada fase pertumbuhan dan
terdiri
pakan pada fase bertelur. Pakan komersial
atas
30
ekor
puyuh.
Selama
penelitian puyuh diberi makan dan minum
standar
untuk
fase
pertumbuhan
mengandung 2.900 kkal/kg; protein kasar
4
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh
Kasiyati, Nastiti Kusumorini, Hera Maheshwari, Wasmen Manalu, 1-11
29,0%; lemak kasar 4,0%; kadar air 11,0%;
Rancangan
dipergunakan
dan
pakan
Lengkap (RAL) dengan sembilan perlakuan
komersial standar yang diberikan untuk fase
dan masing-masing diulang sebanyak 10
bertelur mengandung 2.700 kkal/kg; protein
kali, serta setiap ulangan terdiri atas tiga
kasar 22,0%; lemak kasar 5,0%; kadar air
satuan percobaan. Data yang diperoleh
12,0%; abu 7,0%; serat kasar 5,0%;
dianalisis
kalsium 4,0%; dan fosfor 0,9%.
ragam (ANOVA) dengan uji lanjut uji jarak
0,4%;
sedangkan
Pengambilan
sampel
Rancangan
yang
abu 6,0%; serat kasar 4,0%; kalsium 1,0%;
fosfor
adalah
percobaan
menggunakan
analisis
Acak
sidik
darah
berganda Duncan. Semua analisis data
dilakukan pada minggu ke 5, 7, dan 9
dikerjakan dengan prosedur GLM (general
dengan cara memotong vena jugularis pada
linear model) pada program SAS (Mattjik
bagian leher dan darah ditampung dalam
dan Made 2006).
tabung reaksi. Isolasi tulang tibia dilakukan
setelah puyuh dibedah untuk memperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
kadar kalsiumtulang. Kadar kalsium serum
diukur
dengan
Hasil rataan kadar kalsium serum
menggunakan
dan tulang pada puyuh setelah pemberian
absorbansinya
cahaya monokromatik disajikan pada Tabel
dibaca pada panjang gelombang 570 nm.
1 dan 2. Pemberian cahaya monokromatik
Kadar kalsium tulang dan kerabang telur
pada puyuh umur 5, 7, dan 9 minggu
diukur
(Atomic
berpengaruh pada kadar kalsium di dalam
Kadar
serum (P<0,05). Kadar kalsium dalam
kalsium tulang diukur pada akhir minggu
tulang pada puyuh umur 5 dan 7 minggu
ke-5 dan ke-7. Sedangkan kadar kalsium
juga
kerabang telur diperoleh dari produksi telur
(P<0,05) antara kontrol dan perlakuan
minggu ke 6, 7, dan 9.
cahaya
spektrofotometer
yang
menggunakan
Absorption
AAS
Spectrophotometry).
menunjukkan
adanya
perbedaan
monokromatik.
5
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010
Tabel 1. Rataan kadar kalsium (mg/dl) dalam serum pada puyuh umur 5, 7, dan 9 minggu
setelah pemberian cahaya monokromatik
Pemberian Cahaya
P01
P02
P03
P11
P12
P21
P22
P31
P32
Umur 5 minggu
10,16b ± 0,04
9,49d ± 0,08
9,92c ± 0,04
10,18b ± 0,08
10,33a ± 0,00
10,23a ± 0,04
9,82c ± 0,06
9,23e ± 0,06
10,13b ± 0,05
Umur 7 minggu
10,46c ± 0,06
10,10d ± 0,02
10,25d ± 0,06
10,85a ± 0,08
10,72b ± 0,05
10,47c ± 0,10
10,24d ± 0,09
10,53c ± 0,09
10,89a ± 0,04
Umur 9 minggu
10,32b ± 0,08
10,03d ± 0,12
10,14c ± 0,06
10,27b ± 0,09
10,49a ± 0,08
10,23b ± 0,05
10,13c ± 0,08
10,17c ± 0,05
10,57a ± 0,10
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
P01: puyuh tanpa diberi pencahayaan; P02 dan P03: puyuh kontrol yang diberi pencahayaan 15 dan 25
W ; P11 dan P12: puyuh yang diberi pencahayaan warna merah dengan intensitas 15 dan 25 lux; P21 dan
P22: puyuh yang diberi pencahayaan warna hijau dengan intensitas 15 dan 25 lux; P31 dan P32: puyuh
yang diberi pencahayaan warna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
Puyuh umur 5 minggu yang tidak
tulang.
Osteoklas
pada
tulang
keras
menerima cahaya memiliki kadar kalsium
memiliki reseptor yang spesifik terhadap
serum 10,16 mg/dl, sedangkan puyuh yang
hormon
menerima cahaya memiliki kisaran kadar
kalsium dalam serum merupakan sinyal
kalsium 9,23-10,33 mg/dl. Diduga cahaya
bagi hormon paratiroid untuk mengabsorpsi
sangat
kalsium dalam tulang, memacu ginjal untuk
kalsium.
berpengaruh
pada
Metabolisme
metabolisme
kalsium
yang
paratiroid.
mengaktifkan
dan
menginduksi
(1,25-
kadar
menyerap kembali kalsium dalam urin, dan
melibatkan hormon paratiroid kalsitonin,
1,25-dihidroksikolekalsiferol
Rendahnya
1,25-(OH)2D3
terbentuknya
untuk
calbindin
(OH)2D3) akan lebih efektif pada malam
sehingga kalsium dalam intestinum dapat
hari atau pada kondisi gelap sehingga
diserap.
rataan kadar kalsium pada puyuh yang tidak
Klasing (2006) bahwa transport aktif
menerima cahaya pada malam hari relatif
kalsium terdiri atas 4 langkah, yaitu 1)
tinggi pada umur 7 dan 9 minggu. Absorpsi
Ketersediaan energi yang akan mengambil
kalsium
yang
Ca2+ menembus enterosit. 2) Ikatan Ca 2+
dikontrol oleh 1,25-dihidroksikolekalsiferol
pada calbindin dengan vesikel endosit. 3)
didahului dengan terbentuknya calbindin.
Fusi vesikel dengan lisosom, dan 4)
Calbindin inilah yang akan berikatan
Pergerakan lisosom sepanjang mikrotubul
dengan kalsium dan memfasilitasi kalsium
dan proses eksositosis pada membran basal
untuk melintasi membran sel epitelium
lateral. Yang paling penting adalah absorpsi
intestinal. Sebaliknya, hormon paratiroid
kalsium pada puyuh sangat dipengaruhi
menginisiasi penyerapan kalsium pada
oleh ukuran ion tersebut.
6
dari
dalam
intestinum
Seperti yang dikemukakan oleh
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh
Kasiyati, Nastiti Kusumorini, Hera Maheshwari, Wasmen Manalu, 1-11
Jika dicermati kadar kalsium dalam
dipertahankan konstan dan kadar kalsium
serum pada puyuh umur 7 dan 9 minggu
tulang relatif meningkat selama produksi
memiliki nilai yang konstan. Kondisi ini
telur, artinya, periode aktif pembentukan
dapat terjadi karena kadar kalsium dalam
telur pada puyuh yang terjadi pada siang
darah dipertahankan dalam batas-batas
hari lebih banyak menggunakan kalsium
relatif stabil. Kalsium merupakan salah satu
dalam
mineral yang aktif dimetabolisme dan
pembentuk kerabang. Kalsium di dalam
metabolismenya
ketat.
tulang dipergunakan sebagai cadangan
Kalsium di dalam plasma darah berfungsi
pembentuk kerabang, jika kalsium di dalam
untuk mengatur komunikasi intraseluler,
pakan defisien. Hasil penelitian Baksi dan
kontraksi otot, interaksi makromolekul serta
Kenny (1981) menunjukkan kalsium yang
pembekuan darah. Puyuh yang menerima
dideposisi
cahaya merah, hijau dan biru serta kontrol
sebagai sumber kalsium kerabang telur
memiliki kadar kalsium darah pada umur 7
ketika terjadi defisiensi kalsium pakan.
dan 9 minggu yang relatif tinggi karena
Sebagian besar puyuh mengalami oviposisi
kalsium dalam plasma diperlukan untuk
pada siang hari dan pakan yang tersedia
membentuk kerabang telur. Sebaliknya,
sudah mencukupi selama periode aktif
puyuh yang tidak menerima cahaya pada
pembentukan
umur 7 dan 9 minggu dimana produksi telur
tulang medular masih tetap dipergunakan
berhenti, kadar kalsium dalam darah yang
untuk
juga meningkat dipergunakan untuk fungsi
deposisi pembentukan kerabang.
diatur
sangat
pemeliharaan. Seperti yang dikemukan oleh
pakan
di
sebagai
dalam
dalam
kalsium
Ca10(PO4)6(OH)2,
dalam
tubuh
aves
tetap
telur.
kalsium
utama
berfungsi
Namun,
di
awal
Skeleton aves 98% berupa kalsium
Dacke (2000) dan Klasing (2006) 15%
di
tulang
kerabang
menyediakan
sumber
bentuk
dan
hidroksiapatit,
sejumlah
kecil
bersirkulasi dalam darah sebagai Ca 2+ bebas
kalsium fosfat nonkristal serta kalsium
serta ditemukan berikatan dengan protein,
karbonat. Tulang medular dibentuk oleh
seperti albumin atau membentuk kompleks
osteoblast pada permukaan endosteal yang
dengan sitrat, fosfat atau sulfat.
distimulasi oleh pelepasan androgen dan
Cahaya berpengaruh nyata (P<0,05)
estrogen ketika adanya sinyal folikel ovari
pada kadar kalsium dalam tulang (Tabel 2).
telah matang. Femur dan tibiotarsus kaya
Menjelang masak kelamin pada umur 5
akan
minggu
akan
dimobilisasi oleh tulang dan yang berasal
mendeposisikan kalsium di dalam tulang
dari absorpsi pakan akan dipergunakan oleh
panjang terutama di bagian tulang medular
kelenjar kerabang untuk disekresikan dalam
femur dan tibia. Kadar kalsium serum
cairan lumen kelenjar
sebagian
besar
puyuh
tulang
medular.
Kalsium
yang
kerabang serta
7
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010
dipergunakan sebagai bahan pembentuk
bobot kerabang dan tebal kerabang telur.
kerabang. Kemampuan kelenjar kerabang
Terdapat indikasi puyuh yang menerima
untuk mengkonsentrasikan kalsium dan
cahaya hijau 25 lux memiliki kadar kalsium
mempertahankan kalsium tetap berada di
dalam kerabang lebih rendah dibandingkan
dalam
cairan
lumen
merupakan peristiwa
kelenjar
telur
dengan puyuh yang menerima cahaya
yang luar
biasa
merah dan biru, yaitu sebesar 46,97%.
(Klasing 2006; Dacke 2000).
Rataan
kadar
kerabang,
bobot
kerabang
disajikan
Tebal kerabang telur dan bobot kerabang
kalsium
kerabang,
dalam
yang
menerima
cahaya
tebal
monokromatik tidak menunjukkan adanya
3.
perbedaan yang signifikan. Namun jika
Pemberian cahaya monokromatik pada
dicermati telur dengan kadar kalsium
puyuh memberikan pengaruh pada kadar
kerabang tinggi mengindikasikan
kalsium dalam kerabang telur (P<0,05),
kerabang
sedangkan
meningkat.
pada
dan
puyuh
Tabel
pemberian
cahaya
dan
tebal
kerabang
bobot
juga
monokromatik belum dapat mempengaruhi
Tabel 2 Rataan kadar kalsium (%) dalam tulang pada puyuh umur 5 dan 7 minggu setelah
pemberian cahaya monokromatik
Pemberian Cahaya
P01
P02
P03
P11
P12
P21
P22
P31
P32
Umur 5 minggu
14,04e ± 0,08
14,19e ± 0,05
14,09e ± 0,04
14,91d ± 0,16
14,87d ± 0,07
15,73b ± 0,18
15,30c ± 0,14
16,13a ± 0,10
15,88a ± 0,11
Umur 7 minggu
13,36g ± 0,13
13,69f ± 0,09
14,18e ± 0,17
15,16b ± 0,13
14,60d ± 0,08
15,34b ± 0,09
15,00c ± 0,17
15,63a ± 0,13
15,40a ± 0,08
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05)
P01: puyuh tanpa diberi pencahayaan; P02 dan P03: puyuh kontrol yang diberi pencahayaan 15 dan 25
W; P11 dan P12: puyuh yang diberi pencahayaan warna merah dengan intensitas 15 dan 25 lux; P21
dan P22: puyuh yang diberi pencahayaan warna hijau dengan intensitas 15 dan 25 lux; P31 dan P32:
puyuh yang diberi pencahayaan warna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
8
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh
Kasiyati, Nastiti Kusumorini, Hera Maheshwari, Wasmen Manalu, 1-11
Tabel 3. Rataan kadar kalsium (%) dalam kerabang, bobot kerabang (g), dan tebal kerabang
(mm) setelah pemberian cahaya monokromatik
Pemberian cahaya
P01
P02
P03
P11
P12
P21
P22
P31
P32
Kadar kalsium (%)
kerabang
47,05d ± 0,21
48,51ab ± 0,55
47,11d ± 0,31
49,40a ± 0,42
48,95ab ± 0,37
47,67c ± 0,63
46,97e ± 0,54
48,03b ± 0,18
48,61ab ± 0,41
Bobot kerabang
(g)
1,33 a ± 1,14
1,39 a ± 0,15
1,39 a ± 0,11
1,39 a ± 0,16
1,26 a ± 0,08
1,36 a ± 0,10
1,29 a ± 0,11
1,26 a ± 0,08
1,39 a ± 0,13
Tebal kerabang
(mm)
0,033a ± 0,023
0,026 a ± 0,003
0,026 a ± 0,008
0,035 a ± 0,019
0,033 a ± 0,008
0,039 a ± 0,021
0,048 a ± 0,006
0,036 a ± 0,008
0,041 a ± 0,010
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05)
P01: puyuh tanpa diberi pencahayaan; P02 dan P03: puyuh kontrol yang diberi pencahayaan 15 dan 25
W; P11 dan P12: puyuh yang diberi pencahayaan warna merah dengan intensitas 15 dan 25 lux; P21
dan P22: puyuh yang diberi pencahayaan warna hijau dengan intensitas 15 dan 25 lux; P31 dan P32:
puyuh yang diberi pencahayaan warna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
Terdapat
kecenderungan
kadar
cahaya, terutama warna cahaya. Deposisi
kalsium kerabang yang relatif tinggi diikuti
kalisum
dengan meningkatnya bobot kerabang dan
cahaya biru 25 lux bisa terjadi melalui
tebal
yang
proses seperti yang dikemukan oleh Lewis
diungkapkan oleh Rahayu (2003) bobot
dan Moris (2006) serta Priel (2007) bahwa
kerabang
juga
hipotalamus aves sangat sensitif terhadap
dipengaruhi oleh jumlah produksi telur.
cahaya biru. Cahaya biru juga akan diterima
Pada unggas dengan produksi telur sedikit
oleh seperempat bagian dari jumlah total
proses
baik
sel-sel batang (rod cell) yang ada dalam
dengan
retina mata aves. Sinyal cahaya biru yang
pada
diterima oleh sel batang akan langsung
puyuh yang menerima
diterima oleh hipotalamus melalui serabut
cahaya biru 25 lux memiliki jumlah
optik dan sinyal tersebut diteruskan ke
produksi telur yang tinggi dibandingkan
dalam sistem reproduksi untuk selanjutnya
dengan puyuh yang menerima cahaya
menstimulasi
merah dan hijau memiliki kadar kalsium
ovulasi dan oviposisi.
kerabang
dan
tebal
kalsifikasi
dibandingkan
produksi
telur.
telur
penelitian ini
Seperti
kerabang
terjadi
dengan
tinggi.
lebih
unggas
Namun
pada puyuh yang menerima
sistem
reproduksi
untuk
dalam kerabang, bobot kerabang, dan tebal
Pembentukan kerabang telur terjadi
kerabang yang tetap tinggi, yaitu kadar
pada saat telur berada dalam oviduk.
kalsium dalam kerabang 48,61%, bobot
Berbagai macam lapisan kerabang dibentuk
kerabang 1,39 g dan tebal kerabang 0,41
secara suksesif pada bagian oviduk ketika
mm. Kondisi ini menunjukkan dekalsifikasi
telur melewati bagian ini. Setelah ovulasi
kalsium juga dipengaruhi oleh keberadaan
ovum yang berada dalam infundibulum
9
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010
akan berjalan menuju magnum untuk
kualitas
memperoleh
telur
meningkatkan daya jual telur tersebut.
kemudian masuk ke dalam isthmus selama
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
2 sampai 3 jam setelah ovulasi. Di dalam
oleh Lavelin et al (2000) keberhasilan
isthmus, sel-sel granuler mensekresikan
perkembangan embrio unggas bergantung
berbagai komponen membran kerabang
pada struktur kekuatan kerabang dalam
salah satunya adalah
mekanisme proteksi infeksi,
sekresi
albumen,
kolagen. Sebagian
kerabang
yang
baik
akan
mencegah
besar deposisi kalsium pada kerabang telur
kehilangan air, dan sumber utama kalsium
terjadi pada kelenjar kerabang/uterus (ESG:
skeleton embrio. Sebaliknya pada telur-
eggshell gland). Sekitar 5 hingga 7 g
telur konsumsi, kualitas kerabang yang baik
kalsium
akan
karbonat
membentuk
proses
dideposisikan
untuk
kerabang telur unggas dan
pembentukan
kerabang
membutuhkan waktu 17 sampai 20 jam.
menigkatkan
mutu
dengan
meminimalkan pecah dan retak, baik pada
saat pengemasan maupun setelah sampai di
pasaran.
Proses deposisi kalsium pada kerabang telur
merupakan
salah
satu
proses
KESIMPULAN
biomineralisasi tercepat di dalam tubuh
(Lavelin at al 2000).
Pemberian cahaya biru memiliki
potensi meningkatkan kualitas kerabang
Puyuh yang menerima cahaya hijau
telur
15 dan 25 lux memiliki produksi telur yang
DAFTAR PUSTAKA
rendah dengan kadar kalsium kerabang
Baksi SN, Kenny AD. 1981. Vitamin D
metabolism in aged japanese
quail: dietary calcium and
estrogen effects. J Physiol
Endocrinol Metab 241: 275-280.
Dacke CG. 2000. The Paratiroids,
Calcitonin, and Vitamin D. In GC
Whittow.
Sturkie’s
Avian
Physiology. Ed ke-5. New York:
Academic Press.
Elert
G. 2008. The nature of light.
http://hypertexbook.com/physics/
(20 Pebruari 2008).
Gewehr CE, Cotta JT, Oliviera AIG, de
Freitas HJ. 2005. Effect of
lighting programs on the egg
production of quails (Coturnix
coturnix
japonica).
Agrotecnologia 29(4): 139-146.
Johnson AL. 2000. Reproduction in Female.
In GC Whittow. Sturkie’s Avian
Physiology. Ed ke-5. New York:
Academic Press.
yang relatif rendah diduga kerena sistem
reproduksi mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Mengacu
pada hasil penelitian Rozenboim dalam
Priel (2007) bahwa retina aves sangat
sensitif terhadap cahaya hijau. Cahaya yang
diterima oleh retina akan menekan proses
reproduksi.
Lebih
lanjut
Rozenboim
mengemukakan untuk meningkatkan profil
reproduksi pada aves, jaringan retina mata
akan lebih baik jika dinetralisasi.
Kualitas kerabang telur merupakan
dasar
perkembangan
embrio
yang
berkualitas, sedangkan pada telur konsumsi
10
Kajian Fisiologis Status Kalsium Puyuh
Kasiyati, Nastiti Kusumorini, Hera Maheshwari, Wasmen Manalu, 1-11
Klasing KC. 2006. Comparative Avian
Nutrition. London: CAB
International.
Lavelin I, Meiri N, Pines M. 2000. New
insight in eggshell formation. J
Poult Sci 79: 1014-1017.
Lewis P, Morris T. 2006. Poultry Lighting:
The Theory and Practice.
Hampshire UK: Northcot.
Listiyowati E, Roospitasari K. 2007. Puyuh
Tata Laksana Budi Daya Secara
Komersial. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Mattjik AA,
Sumertajaya IM. 2006.
Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor:
IPB Press.
Menegristek. 2008. Budidaya burung
puyuh
(Coturnix
coturnix
japonica).
http://www.ristek.go.id
(15
Januari 2008).
Priel A. 2007. Broilers and layers respond
differently to coloured light.
World poult Sci 23(4): 17.
Rahayu I.HS. 2003. Karaktersitik fisik,
komosisi
kimia,dan
uji
organoleptik
telur
ayam
merawang dengan pemberian
pakan bersuplemen omega-3.
Jurnal Teknol dan Industri
Pangan 14(3): 199-205.
Randall M, Bolla G.
2008. Raising
Japanese Quail. Ed ke-2. New
South Walles: PrimefactHome.
http://www.publish.csiro.au/hid/2
2/pid/3451.htm/
(17 Maret
2008).
Roodenboog H,
Noord P, Oost G,
Slagharen T. 2001. Sodium,
green, blue, cool or warm white
light. World Poult Sci 17(12):
128-134.
Woodard AE, Abplanalp H, Wilson WO,
Vohra P. 1973. Japanese quail
husbandry in the laboratory.
11
Download