1 UPAYA MENINGKATKAN KECEPATAN LARI JARAK PENDEK

advertisement
1
UPAYA MENINGKATKAN KECEPATAN LARI JARAK PENDEK DENGAN
MENERAPKAN METODE PERMAINAN LOMBA LARI PADA SISWA KELAS
V SEKOLAH DASAR
Engkay 1)
Iis Marwan 2)
1) Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya: [email protected]
2) Program studi PJKR FKIP Unversitas Siliwangi : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar lari
jarak pendek dengan menggunakan modifikasi pembelajaran lari pada siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota TasikmalayaTahun Pelajaran
2013/2014.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (class action
research) dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini di observasi oleh teman sejawat
sebagai mitra penelitian sehingga pelaksanaan refleksi dapat dilakukan dengan lancar.
Instrumen penelitian berupa observasi dan tes lari cepat sejauh 40 meter.
Hasil penelitian menunjukan terjadinya peningkatan hasil belajar lari jarak
pendek dari siklus ke I hingga siklus ke II dan ketuntasan hasil belajar dapat terlaksana
yakni 85 % rata-rata siswa telah tuntas hasil belajarnya.
Kepada semua pihak yang memiliki perhatian terhadap peningkatan hasil belajar
kecepatan lari agar dapat menggunakan model pembelajaran lomba lari sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan hasil belajar kecepatan lari jarak pendek pada sekolah
dasar.
Kata Kunci : Pembelajaran, Kecepatan Lari, Modifikasi Belajar
2
EFFORTS TO INCREASE SPEED RUN SHORT DISTANCE TO IMPLEMENT
THE METHOD RACE RUN GAME ON PRIMARY CLASS V
Engkay 1)
Iis Marwan 2)
1)
2)
Elementary School Tugu II Cihideung District Tasikmalaya City: [email protected]
The program of study PJKR FKIP Siliwangi University: [email protected]
ABSTRACT
Purpose of action research is to improve learning outcomes sprint speed by using
a modification of escape learning in class V Elementary School District Tugu II
Cihideung District Tasikmalaya City Academic Year 2013/2014.
This study used research methods class action (class action research) was
conducted in two cycles. This study on the observation by peers as research partners so
that the implementation can be carried out smoothly reflection. The research instrument
in the form of observations and tests run faster as far as 40 meters.
The results showed an increase in the learning outcomes of the sprint cycle I to
cycle II and mastery of learning outcomes that can be executed on average 85% of
students have completed their learning outcomes.
To all those concerned with increasing running speed of learning outcomes in
order to use the learning model race as a way to improve learning outcomes sprint speed
in primary school.
Keywords: Learning, Speed Run, Modified Learning
3
PENDAHULUAN
Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar
manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Lari cepat termasuk salah satu nomor
atletik yang diperlombakan. Lari cepat sering disebut juga dengan lari Sprint, karena jarak
lari yang di tempuh adalah pendek. Untuk itu waktu tempuhnya pun dibilang sangat
singkat. Lari jarak 50 meter merupakan langkah awal sebagai latihan untuk menempuh
lari jarak pendek lainnya yang harus ditempuh dengan kecepatan yang maksimal dan
kemampuan yang optimal pula. Pelari cepat disebut juga dengan Sprinter.
Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (2013) untuk sekolah
dasar kelas V semester II (semester genap) Kompetensi Dasar: (4.1 Mempraktikkan
variasi dan kombinasi gerak dasar
atletik lompat, dan lempar melalui permainan/
olahraga yang dimodifikasidan atau tradisional.
Lari cepat termasuk salah satu sub pokok bahasan (kompetensi) materi pelajaran
yang terdapat dalam pokok bahasan atletik. Lari cepat mulai diajarkan sejak jenjang
sekolah dasar. Mengajarkan lari cepat pada siswa sekolah dasar dilakukan dengan
pendekatan modifikasi dengan tujuan agar anak lebih termotivasi untuk belajar, dapat
menimbulkan rasa senang dan gembira, tidak jenuh atau membosankan.
Modifikasi tugas gerak merupakan alternatif yang dapat dilaksanakan dengan
tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran lari cepa yang sebenarnya. Banyak macam
cara untuk terlaksananya proses pembelajaran lari cepat salah satunya adalah dalam
bentuk pendekatan permainan lomba lari.
Proses pembelajaran lari cepat masih ada guru yang sifat atau cara mengajarnya
yang langsung pada teknik berlari, hal ini dapat menyebabkan aktivitas gerak kurang,
karena banyaknya instruksi dari guru untuk dilaksanakan siswa dengan tujuan perbaikan
teknik yang harus dilakukannya. Dalam konteks seperti ini maka jumlah waktu aktif
bergerak siswa kurang.
Untuk itu perlu dilakukan dengan modifikasi proses
pembelajaran lari cepat.
Keterampilan guru dalam memodifikasi alat atau proses pembelajaran olahraga
sebagai suatu pendekatan alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani mutlak
perlu dilakukan. Modifikasi pembelajaran merupakan suatu pendekatan alternatif yang
perlu dilakukan oleh guru pendidikan jasmani, sehingga guru pendidikan jasmani
dituntut untuk mampu melakukan berbagai modifikasi pembelajaran keterampilan gerak
4
yang akan diberikan pada peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan
kondisi psychologis maupun fisiologis atau fisiknya.
Model pembelajaran dengan modifikasi alat menuntut kreatifitas dan inisiatif
guru penjas untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam. Selain
itu juga, pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
Modifikasi proses pembelajaran lari jarak pendek (sprint) banyak nuansa proses
pembelajaran yang dapat dilakukan, salah satunya dengan dengan cara permainan
berlari. Pendekatan permainan berlari, karakteristik permainannya mengacu kepada
kemampuan lari cepat dan jarak, lari berkelok-kelok, lari untuk mengelak, menjaga
pemain lawan, menjaga atau menutup area lawan bermain, merubah kecepatan lari dari
formasi menyerang ke bertahan, menangkap atau menahan obyek permainan.
Pendekatan permainan lomba lari dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa
melakukan aktifitas berlarin secara terus menerus.
Berdasarkan data hasil tes dan pengukuran terhadap siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota TasikmalayaTahun Ajaran 2013/2014
diperoleh hasil belajar lari cepat masih tergolong rendah, karena itu perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat. Metode pembelajaran pendekatan
permainan lomba lari adalah suatu cara dimana guru menyiapkan berbagai cara agar
siswa berlari secara berlomba, dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan lari cepat siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota TasikmalayaTahun Ajaran
2013/2014 dengan penerapan pendekatan permainan lomba lari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Class Action
Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan
decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk
melakukan perbaikan.
Suharsimi (2010) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
5
Salah satu ciri penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah
cyclic atau adanya langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus.
Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Model
siklus dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, (1992). Setiap siklus melalui fasefase: Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan
Reflecting (Refleksi). Hal yang sama dikemukakan oleh Suharsimi (2010) bahwa dalam
penelitian tindakan kelas desain panel terdiri dari langkah-langkah yaitu perencanaan
atau planning tindakan atau acting, pengamatan atau observing dan refleksi atau
reflecting.
Desain penelitian tindakan kelas, digunakan oleh peneliti adalah model siklus
meliputi yaitu:
Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
1. Rencana. Rencana adalah tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan mutu atau perbaikan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan. Tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perbaikan yang diinginkan.
3. Observasi. Observasi adalah mengamati atau hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi. Refleksi adalah peneliti mengkaji, melihat dan memperhitungkan atas hasil
refleksi ini peneliti bersama-sama guru dapat melalakukan revisi perbaikan
terhadap rencana awal (Soedarsono, 2001).
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalayapada semester genap Tahun Pelajaran
2013/2014. Kelas ini tergolong kelompok siswa dengan prestasi sedang bahkan
cenderung rendah, sebuah kelas yang terdiri dari kombinasi antara siswa dengan dengan
6
prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi belajar cukup tinggi. Kondisi
tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi dan prestasi dalam
kegiatan pembelajaran, khususnya materi pelajaran lari cepat.
Sumber data penelitian ini diperoleh dari hasil unjuk kerja tes lari cepat yang
dilakukan pada kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yang termasuk dalam aspek
penilaian psikomotor. Selain itu sumber data juga diperoleh dari hasil observasi yang
dilakukan oleh observer terhadap kegiatan pembelajaran teknik lari cepat dengan
melihat hasil dari aspek kognitif dan afektif.
Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat
pengumpul data yang digunakan sebagai berikut : a. Quesioner; b. Panduan wawancara;
c. Rubrik unjuk kerja; d. Lembar Observasi; e. Rubrik tugas; f. Catatan siswa. Selain
dalam bentuk tersebut digunakan instrumen tes baku untuk mengukur keterampilan lari
cepat yang dikembangkan Depdiknas (2003).
Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan ini
menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Mata Pelajaran
Penjasorkes lari cepat, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lari cepat dan Sistem
Penilaian Teknik Lari cepat.
Validasi dan reliabilitas instrumen/data digunakan practically validity/reability,
artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa istrumen layak digunakan
maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel. Untuk meningkatkan
validasi digunakan pula strategi berikut, yakni:
1. Face validity, setiap anggota saling menilai/memutuskan validitas suatu
instrument/data dalam proses kolaborasi.
2. Triangulation, menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas
penilaian/ Skematik Triangulation.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data,
(2). Melihat pola-pola, dan (3) Membuat interpretasi.
7
PEMBAHASAN
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian pada Pra Siklus
Hasil belajar lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pra siklus diperoleh skor rerata
sebesar 10,79 detik hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa masih dibawah
KKM (10,00 detik atau KKM sebesar 72).
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian pada Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dilakukan dengan menyiapkan berbagai macam keperluan
proses pembelajaran keterampilan teknik lari cepat dengan menyiapkan silabus, RPP,
media pembelajaran, alat dan instrumen evaluasi serta berbagai format pedoman
observasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Selama siklus ke – 1 kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
rencana dimana peneliti maupun siswa maupun observer hadir 100%, keadaan cuaca
mendukung (tidak terganggu hujan) sehingga proses pembelajaran dapat dikatakan
maksimal.
c. Observasi Tindakan
Observasi dilakukan dengan menggunakan latihan, penugasan yang telah dibuat,
langkah pelaksanaan sebagai lembar observasi. Guru mengamati aktivitas siswa pada
saat proses belajar-mengajar dan saat siswa menyelesaikan latihan.
Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat
semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
8
d. Refleksi Hasil Tindakan
Hasil refleksi pada siklus I menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada
siklus berikutnya.
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah
dan waktu dari setiap macam tindakan.
2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran
dan lembar kerja siswa.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada
siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang dilakukan oleh peneliti bersama
observer diperoleh hasil bahwa tes hasil belajar lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada
siklus I diperoleh skor rerata sebesar 10,12 detik hal ini menandakan bahwa ketuntasan
belajar siswa masih dibawah KKM (skor maksimum 10,00 detik atau KKM sebesar 72),
sehingga perlu dilakukan penyempurnaan dari berbagai tahapan, karena itu
direkomendasikan perlu ditindaklanjuti dengan melaksanakan siklus 2.
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian pada Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dilakukan dengan menyiapkan berbagai macam keperluan
proses pembelajaran keterampilan lari cepat dengan menyiapkan silabus, RPP, media
pembelajaran, alat dan instrumen evaluasi serta berbagai format pedoman observasi.
Hasil perbaikan dari siklus I yang dirasakan masih ada kekurangan dan kelemahan.
9
b. Pelaksanaan Tindakan
Selama siklus ke – 2 kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
rencana dimana peneliti maupun siswa maupun observer hadir 100%, keadaan cuaca
mendukung (tidak terganggu hujan) sehingga proses pembelajaran dapat dikatakan
maksimal.
c. Observasi Tindakan
Adapun hal yang yang perlu diamati adalah aktVitas positif siswa yang meliputi:
Kehadiran Siswa; Siswa yang aktif mengerjakan tugas gerak; Siswa yang rajin
mengerjakan berdiskusi; Siswa yang aktif bertanya; dan Siswa yang cepat mengerjakan
tugas gerak. Selain itu dalam kegiatan belajar, guru harus lebih memperhatikan Siswa.
Agar kesulitan-kesulitan belajar bisa teratasi, Guru harus menumbuhkan minat belajar
anak serta meningkatkan minat belajar itu sendiri.
d. Refleksi Hasil Tindakan
Hasil refleksi pada siklus 2 menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada
siklus berikutnya:
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah
dan waktu dari setiap macam tindakan.
2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran
dan lembar kerja siswa.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada
siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2 yang dilakukan oleh peneliti bersama
observer diperoleh hasil bahwa tes hasil belajar lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada
10
siklus 2 diperoleh skor rerata sebesar 9,23 detik hal ini menandakan bahwa ketuntasan
belajar siswa sudah di atas KKM (skor maksimum 10,00 detik atau KKM 72), sehingga
direkomendasikan sudah tidak perlu melaksanakan siklus 3.
4. Analisis Data Hasil Penelitian
Berdasarkan skor tes keterampilan lari cepat di deskripsikan dalam bentuk
Diagram 1 dibawah ini.
80
60
KKM
40
Pra
Siklus
20
0
Lari Sprint
Diagram 1 Keterampilan Lari Cepat
Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada Tabel 1
berikut ini
Tabel 1
Data AktVitas Siswa Yang Relevan Dengan Pembelajaran
Ketercapaian
No
Indikator
1.
Aspek Psikomotor
Keterampilan siswa dalam melakukan
teknik lari cepat
Aspek Kognitif
Kemampuan siswa mengetahui dan
memahami teknik lari cepat.
2
Siklus I
Jml
%
Siklus II
Jml
%
14
70%
18
90%
13
65%
17
85%
11
Tabel 1
Data Aktivitas Siswa Yang Relevan Dengan Pembelajaran
Ketercapaian
No
3
Indikator
Siklus I
Jml
%
Siklus II
Jml
%
12
60%
17
85%
12
60%
16
80%
13
65%
16
80%
13
65%
17
85%
Aspek Afektif
Interaksi siswa dalam mengikuti lari
cepat
Hubungan siswa dengan guru selama
kegiatan pembelajaran lari cepat
MotVasi dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran lari cepat (menyelesaikan
tugas mandiri atau tugas kelompok )
Kemampuan siswa dalam
pembelajaran lari cepat dengan peraturan
yang dimodifikasi.
Rata-rata
Jumlah Rata-rata
64%
82,5%
66,33%
85,83
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan
dengan kegiatan pembelajaran lari cepat pada siklus 2 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 19,5%.
Dari Tabel 1 tersebut, maka dapat digambarkan data siswa yang relevan dengan
aktivitas pembelajaran sebagaimana dalam Diagram 2 berikut ini:
100
80
60
Siklus I
40
20
0
Afektif
Psikomotor
Kognitif
Diagram2 Aktivitas Pembelajaran
12
Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
Ketercapaian
No
1.
2.
3.
Indikator
Tidak memperhatikan penjelasan guru
Mengobrol dengan teman
Mengerjakan tugas lain
Rata – rata
Siklus I
Siklus II
Jml
%
16
80%
16
80%
14
70%
76,7%
Jml
%
12
60%
7
35%
9
45%
46,7%
Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan
dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan
dengan siklus 1 yaitu sebesar 30%.
Dari Tabel 2 di atas, maka dapat dibuat diagram ketercapaian aktivitas siswa
yang kurang relevan dengan pembelajaran dalam Diagram 3 sebagai berikut
80
70
60
Tdk Memperhatikan
50
40
Mengobrol
30
Mengerjakan tgs lain
20
Rata - rata
10
0
Siklus 1
Siklus 2
Diagram 3 Ketercapaian Aktivitas Siswa
Data pemahaman siswa tentang kecepatan lari cepat dan ketuntasan belajar dari
siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.
13
Tabel 3
Data Pemahaman Siswa tentang Teknik Lari Cepat
dan Ketuntasan Belajar Siswa
No
1.
2.
3.
Aspek yang diamati
Nilai Rata-rata kecepatan lari
Siswa yang telah tuntas
Siswa yang belum tuntas
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
10,12
9,23
68%
83%
22%
17%
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang teknik
lari cepat mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa
yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15%.
Dari Tabel 4.4, dapat didiagramkan pemahaman siswa tentang teknik lari cepat
dan ketuntasan belajar siswa sebagaimana pada Diagram 4.4 dibawah ini
100
80
60
Rata-rata Lari Sprint
40
Telah Tuntas
20
Belum Tuntas
0
Siklus 1
Siklus 2
Diagram 4 Teknik Lari Cepat dan Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil pengamatan guru menunjukkan pada pembahasan siklus pertama dengan
menggunakan menggunakan modifikasi pembelajaran lari, terlihat para siswa sangat
antusias dalam melaksanakan teknik lari cepat. Dengan modifikasi pembelajaran daapt
meningkatkan motivasi belajar anak. Hasil penelitian ini selaras dengan yang
diungkapkan oleh Lutan (1997:9) mendefinisikan “Modifikasi diartikan sebagai perubahan
dari keadaan lama menjadi keadaan baru. Perubahan itu dapat berupa bentuk, fungsi cara
penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan karakteristik semula”.
Selanjutnya, tentang pengertian permainan modifikasi Ngasmain & Soepartono (1997:3)
adalah “perubahan dalam permainan dari teknik bermain yang baku menjadi teknik yang
sederhana sesuai dengan perkembangan anak”. Dari kedua pendapat ahli di atas maka
14
penulis dapat mengambil simpulan bahwa permainan modifikasi adalah perubahan
dalam permainan baik itu teknik, alat, dan peraturan menjadi lebih sederhana sesuai
dengan aspek perkembangan anak, tanpa menghilangkan karakteristik dari permainan
tersebut.
Proses pembelajaran lari cepat dengan modifikasi ini menerapkan konsep
pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009:267) mengemukakan pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Maxim (1993) dalam Sujiono (2008: 1.7) menyatakan bahwa aktivitas fisik akan
meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan
benda-benda, menangkapnya, mencobanya, melemparkannya, atau menjatuh-kannya,
mengambil, mengocok-ngocok, dan meletakan kembali benda-benda ke dalam tempatnya.
Keterampilan siswa dalam melakukan lari cepat dengan menggunakan
pendekatan bermain lomba lari rerata perolehan skor pada pra siklus 10,79 detik dan
pada siklus pertama 10,12 detik menjadi 9,23 detik pada siklus kedua mengalami
kenaikan 0,89 detik. Selanjutnya kemampuan siswa memahami teknik lari cepat, pada
siklus pertama 65 % sedangkan pada siklus kedua 85 % mengalami kenaikan sebesar
20%. Kemampuan siswa dalam pembelajaran lari cepat dengan peraturan yang
dimodifikasi pada siklus pertama 65 %, sedangkan pada siklus kedua 85 % mengalam
kenaikan sebesar 20 %.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa temuan hasil penelitian tindakan kelas
ini yaitu berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan
bahwa menggunakan modifikasi pembelajaran lari dapat meningkatkan teknik lari cepat
pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan temuan-temuan dan simpulan tersebut di atas, disarankan agar
pembelajaran atletik nomor lari cepat untuk siswa sekolah menggunakan modifikasi
pembelajaran lari dengan pendekatan permainan lomba lari. Penelitian ini dapat
15
ditindaklanjuti dengan mengadakan penelitian yang serupa untuk jenjang pendidikan
sekolah menengah pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta ,
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, (2010). Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta, Bumi Aksara.
Depdiknas (2003). Kurikulum dan Hasil Kompetensi Dasar Pendidikan Anak Usia 4-6
Tahun. Jakarta, Depdiknas.
Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instruktional Design. New York. Holt Rinehart
and Winston
Gagne, M. Robert. (1989). The Condition of Learning and Theory of Instruction.
Terjemahan Munadir. Jakarta: PAU-PPAI UnVersitas.
Kemmis and Mc. Taggart, (1992). The Action Research Planner. Dekain UnVersity,
Vic.
Kiram, Yanuar, (2000). Metode Pembelajaran Keterampilan Motorik Dasar Bagi Anak
Usia Sekolah Dasar, Jakarta, Pusat Kesegaran Jasmani, Depdiknas.
Lutan, Rusli (1988 ). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode,
Jakarta, Depdikbud Dirjendikti P2LPTK.
________, (2001), Mengajar Pendidikan Jasmani, Pendekatan Pendidikan Gerak di
Sekolah Dasar, Jakarta Depdiknas, Dirjen, Dikdasmen.
Schmidt, Richard, A., (1991). Motor Learning and Performance: Human Kinetic
Application to Motor Skill and Movement Behaviors. New York: Macmillan
Publishing Co.Inc.
Sudarsono, FX., 2001. Apikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Pusat Antar
UnVersitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional
Dirjen Dikti Depdiknas.
Download
Study collections