1 UPAYA MENINGKATKAN KECEPATAN LARI JARAK PENDEK DENGAN MENERAPKAN METODE PERMAINAN LOMBA LARI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Engkay 1) Iis Marwan 2) 1) Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya: [email protected] 2) Program studi PJKR FKIP Unversitas Siliwangi : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar lari jarak pendek dengan menggunakan modifikasi pembelajaran lari pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota TasikmalayaTahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (class action research) dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini di observasi oleh teman sejawat sebagai mitra penelitian sehingga pelaksanaan refleksi dapat dilakukan dengan lancar. Instrumen penelitian berupa observasi dan tes lari cepat sejauh 40 meter. Hasil penelitian menunjukan terjadinya peningkatan hasil belajar lari jarak pendek dari siklus ke I hingga siklus ke II dan ketuntasan hasil belajar dapat terlaksana yakni 85 % rata-rata siswa telah tuntas hasil belajarnya. Kepada semua pihak yang memiliki perhatian terhadap peningkatan hasil belajar kecepatan lari agar dapat menggunakan model pembelajaran lomba lari sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar kecepatan lari jarak pendek pada sekolah dasar. Kata Kunci : Pembelajaran, Kecepatan Lari, Modifikasi Belajar 2 EFFORTS TO INCREASE SPEED RUN SHORT DISTANCE TO IMPLEMENT THE METHOD RACE RUN GAME ON PRIMARY CLASS V Engkay 1) Iis Marwan 2) 1) 2) Elementary School Tugu II Cihideung District Tasikmalaya City: [email protected] The program of study PJKR FKIP Siliwangi University: [email protected] ABSTRACT Purpose of action research is to improve learning outcomes sprint speed by using a modification of escape learning in class V Elementary School District Tugu II Cihideung District Tasikmalaya City Academic Year 2013/2014. This study used research methods class action (class action research) was conducted in two cycles. This study on the observation by peers as research partners so that the implementation can be carried out smoothly reflection. The research instrument in the form of observations and tests run faster as far as 40 meters. The results showed an increase in the learning outcomes of the sprint cycle I to cycle II and mastery of learning outcomes that can be executed on average 85% of students have completed their learning outcomes. To all those concerned with increasing running speed of learning outcomes in order to use the learning model race as a way to improve learning outcomes sprint speed in primary school. Keywords: Learning, Speed Run, Modified Learning 3 PENDAHULUAN Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Lari cepat termasuk salah satu nomor atletik yang diperlombakan. Lari cepat sering disebut juga dengan lari Sprint, karena jarak lari yang di tempuh adalah pendek. Untuk itu waktu tempuhnya pun dibilang sangat singkat. Lari jarak 50 meter merupakan langkah awal sebagai latihan untuk menempuh lari jarak pendek lainnya yang harus ditempuh dengan kecepatan yang maksimal dan kemampuan yang optimal pula. Pelari cepat disebut juga dengan Sprinter. Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (2013) untuk sekolah dasar kelas V semester II (semester genap) Kompetensi Dasar: (4.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi gerak dasar atletik lompat, dan lempar melalui permainan/ olahraga yang dimodifikasidan atau tradisional. Lari cepat termasuk salah satu sub pokok bahasan (kompetensi) materi pelajaran yang terdapat dalam pokok bahasan atletik. Lari cepat mulai diajarkan sejak jenjang sekolah dasar. Mengajarkan lari cepat pada siswa sekolah dasar dilakukan dengan pendekatan modifikasi dengan tujuan agar anak lebih termotivasi untuk belajar, dapat menimbulkan rasa senang dan gembira, tidak jenuh atau membosankan. Modifikasi tugas gerak merupakan alternatif yang dapat dilaksanakan dengan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran lari cepa yang sebenarnya. Banyak macam cara untuk terlaksananya proses pembelajaran lari cepat salah satunya adalah dalam bentuk pendekatan permainan lomba lari. Proses pembelajaran lari cepat masih ada guru yang sifat atau cara mengajarnya yang langsung pada teknik berlari, hal ini dapat menyebabkan aktivitas gerak kurang, karena banyaknya instruksi dari guru untuk dilaksanakan siswa dengan tujuan perbaikan teknik yang harus dilakukannya. Dalam konteks seperti ini maka jumlah waktu aktif bergerak siswa kurang. Untuk itu perlu dilakukan dengan modifikasi proses pembelajaran lari cepat. Keterampilan guru dalam memodifikasi alat atau proses pembelajaran olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani mutlak perlu dilakukan. Modifikasi pembelajaran merupakan suatu pendekatan alternatif yang perlu dilakukan oleh guru pendidikan jasmani, sehingga guru pendidikan jasmani dituntut untuk mampu melakukan berbagai modifikasi pembelajaran keterampilan gerak 4 yang akan diberikan pada peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kondisi psychologis maupun fisiologis atau fisiknya. Model pembelajaran dengan modifikasi alat menuntut kreatifitas dan inisiatif guru penjas untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam. Selain itu juga, pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Modifikasi proses pembelajaran lari jarak pendek (sprint) banyak nuansa proses pembelajaran yang dapat dilakukan, salah satunya dengan dengan cara permainan berlari. Pendekatan permainan berlari, karakteristik permainannya mengacu kepada kemampuan lari cepat dan jarak, lari berkelok-kelok, lari untuk mengelak, menjaga pemain lawan, menjaga atau menutup area lawan bermain, merubah kecepatan lari dari formasi menyerang ke bertahan, menangkap atau menahan obyek permainan. Pendekatan permainan lomba lari dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktifitas berlarin secara terus menerus. Berdasarkan data hasil tes dan pengukuran terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota TasikmalayaTahun Ajaran 2013/2014 diperoleh hasil belajar lari cepat masih tergolong rendah, karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat. Metode pembelajaran pendekatan permainan lomba lari adalah suatu cara dimana guru menyiapkan berbagai cara agar siswa berlari secara berlomba, dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota TasikmalayaTahun Ajaran 2013/2014 dengan penerapan pendekatan permainan lomba lari. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Suharsimi (2010) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 5 Salah satu ciri penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah cyclic atau adanya langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Model siklus dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, (1992). Setiap siklus melalui fasefase: Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi). Hal yang sama dikemukakan oleh Suharsimi (2010) bahwa dalam penelitian tindakan kelas desain panel terdiri dari langkah-langkah yaitu perencanaan atau planning tindakan atau acting, pengamatan atau observing dan refleksi atau reflecting. Desain penelitian tindakan kelas, digunakan oleh peneliti adalah model siklus meliputi yaitu: Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas 1. Rencana. Rencana adalah tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu atau perbaikan perilaku dan sikap sebagai solusi. 2. Tindakan. Tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perbaikan yang diinginkan. 3. Observasi. Observasi adalah mengamati atau hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa. 4. Refleksi. Refleksi adalah peneliti mengkaji, melihat dan memperhitungkan atas hasil refleksi ini peneliti bersama-sama guru dapat melalakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal (Soedarsono, 2001). Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalayapada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Kelas ini tergolong kelompok siswa dengan prestasi sedang bahkan cenderung rendah, sebuah kelas yang terdiri dari kombinasi antara siswa dengan dengan 6 prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi belajar cukup tinggi. Kondisi tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi dan prestasi dalam kegiatan pembelajaran, khususnya materi pelajaran lari cepat. Sumber data penelitian ini diperoleh dari hasil unjuk kerja tes lari cepat yang dilakukan pada kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yang termasuk dalam aspek penilaian psikomotor. Selain itu sumber data juga diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap kegiatan pembelajaran teknik lari cepat dengan melihat hasil dari aspek kognitif dan afektif. Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut : a. Quesioner; b. Panduan wawancara; c. Rubrik unjuk kerja; d. Lembar Observasi; e. Rubrik tugas; f. Catatan siswa. Selain dalam bentuk tersebut digunakan instrumen tes baku untuk mengukur keterampilan lari cepat yang dikembangkan Depdiknas (2003). Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan ini menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Mata Pelajaran Penjasorkes lari cepat, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lari cepat dan Sistem Penilaian Teknik Lari cepat. Validasi dan reliabilitas instrumen/data digunakan practically validity/reability, artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa istrumen layak digunakan maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel. Untuk meningkatkan validasi digunakan pula strategi berikut, yakni: 1. Face validity, setiap anggota saling menilai/memutuskan validitas suatu instrument/data dalam proses kolaborasi. 2. Triangulation, menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian/ Skematik Triangulation. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) Membuat interpretasi. 7 PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian pada Pra Siklus Hasil belajar lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pra siklus diperoleh skor rerata sebesar 10,79 detik hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa masih dibawah KKM (10,00 detik atau KKM sebesar 72). 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian pada Siklus 1 a. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dilakukan dengan menyiapkan berbagai macam keperluan proses pembelajaran keterampilan teknik lari cepat dengan menyiapkan silabus, RPP, media pembelajaran, alat dan instrumen evaluasi serta berbagai format pedoman observasi. b. Pelaksanaan Tindakan Selama siklus ke – 1 kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana dimana peneliti maupun siswa maupun observer hadir 100%, keadaan cuaca mendukung (tidak terganggu hujan) sehingga proses pembelajaran dapat dikatakan maksimal. c. Observasi Tindakan Observasi dilakukan dengan menggunakan latihan, penugasan yang telah dibuat, langkah pelaksanaan sebagai lembar observasi. Guru mengamati aktivitas siswa pada saat proses belajar-mengajar dan saat siswa menyelesaikan latihan. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan. 8 d. Refleksi Hasil Tindakan Hasil refleksi pada siklus I menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya. 1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. 2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. 3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang dilakukan oleh peneliti bersama observer diperoleh hasil bahwa tes hasil belajar lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada siklus I diperoleh skor rerata sebesar 10,12 detik hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa masih dibawah KKM (skor maksimum 10,00 detik atau KKM sebesar 72), sehingga perlu dilakukan penyempurnaan dari berbagai tahapan, karena itu direkomendasikan perlu ditindaklanjuti dengan melaksanakan siklus 2. 3. Deskripsi Data Hasil Penelitian pada Siklus 2 a. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dilakukan dengan menyiapkan berbagai macam keperluan proses pembelajaran keterampilan lari cepat dengan menyiapkan silabus, RPP, media pembelajaran, alat dan instrumen evaluasi serta berbagai format pedoman observasi. Hasil perbaikan dari siklus I yang dirasakan masih ada kekurangan dan kelemahan. 9 b. Pelaksanaan Tindakan Selama siklus ke – 2 kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana dimana peneliti maupun siswa maupun observer hadir 100%, keadaan cuaca mendukung (tidak terganggu hujan) sehingga proses pembelajaran dapat dikatakan maksimal. c. Observasi Tindakan Adapun hal yang yang perlu diamati adalah aktVitas positif siswa yang meliputi: Kehadiran Siswa; Siswa yang aktif mengerjakan tugas gerak; Siswa yang rajin mengerjakan berdiskusi; Siswa yang aktif bertanya; dan Siswa yang cepat mengerjakan tugas gerak. Selain itu dalam kegiatan belajar, guru harus lebih memperhatikan Siswa. Agar kesulitan-kesulitan belajar bisa teratasi, Guru harus menumbuhkan minat belajar anak serta meningkatkan minat belajar itu sendiri. d. Refleksi Hasil Tindakan Hasil refleksi pada siklus 2 menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya: 1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. 2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. 3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2 yang dilakukan oleh peneliti bersama observer diperoleh hasil bahwa tes hasil belajar lari cepat siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada 10 siklus 2 diperoleh skor rerata sebesar 9,23 detik hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah di atas KKM (skor maksimum 10,00 detik atau KKM 72), sehingga direkomendasikan sudah tidak perlu melaksanakan siklus 3. 4. Analisis Data Hasil Penelitian Berdasarkan skor tes keterampilan lari cepat di deskripsikan dalam bentuk Diagram 1 dibawah ini. 80 60 KKM 40 Pra Siklus 20 0 Lari Sprint Diagram 1 Keterampilan Lari Cepat Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini Tabel 1 Data AktVitas Siswa Yang Relevan Dengan Pembelajaran Ketercapaian No Indikator 1. Aspek Psikomotor Keterampilan siswa dalam melakukan teknik lari cepat Aspek Kognitif Kemampuan siswa mengetahui dan memahami teknik lari cepat. 2 Siklus I Jml % Siklus II Jml % 14 70% 18 90% 13 65% 17 85% 11 Tabel 1 Data Aktivitas Siswa Yang Relevan Dengan Pembelajaran Ketercapaian No 3 Indikator Siklus I Jml % Siklus II Jml % 12 60% 17 85% 12 60% 16 80% 13 65% 16 80% 13 65% 17 85% Aspek Afektif Interaksi siswa dalam mengikuti lari cepat Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran lari cepat MotVasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran lari cepat (menyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok ) Kemampuan siswa dalam pembelajaran lari cepat dengan peraturan yang dimodifikasi. Rata-rata Jumlah Rata-rata 64% 82,5% 66,33% 85,83 Berdasarkan Tabel 1 tersebut, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran lari cepat pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 19,5%. Dari Tabel 1 tersebut, maka dapat digambarkan data siswa yang relevan dengan aktivitas pembelajaran sebagaimana dalam Diagram 2 berikut ini: 100 80 60 Siklus I 40 20 0 Afektif Psikomotor Kognitif Diagram2 Aktivitas Pembelajaran 12 Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran Ketercapaian No 1. 2. 3. Indikator Tidak memperhatikan penjelasan guru Mengobrol dengan teman Mengerjakan tugas lain Rata – rata Siklus I Siklus II Jml % 16 80% 16 80% 14 70% 76,7% Jml % 12 60% 7 35% 9 45% 46,7% Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 30%. Dari Tabel 2 di atas, maka dapat dibuat diagram ketercapaian aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran dalam Diagram 3 sebagai berikut 80 70 60 Tdk Memperhatikan 50 40 Mengobrol 30 Mengerjakan tgs lain 20 Rata - rata 10 0 Siklus 1 Siklus 2 Diagram 3 Ketercapaian Aktivitas Siswa Data pemahaman siswa tentang kecepatan lari cepat dan ketuntasan belajar dari siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut. 13 Tabel 3 Data Pemahaman Siswa tentang Teknik Lari Cepat dan Ketuntasan Belajar Siswa No 1. 2. 3. Aspek yang diamati Nilai Rata-rata kecepatan lari Siswa yang telah tuntas Siswa yang belum tuntas Ketercapaian Siklus I Siklus II 10,12 9,23 68% 83% 22% 17% Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang teknik lari cepat mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15%. Dari Tabel 4.4, dapat didiagramkan pemahaman siswa tentang teknik lari cepat dan ketuntasan belajar siswa sebagaimana pada Diagram 4.4 dibawah ini 100 80 60 Rata-rata Lari Sprint 40 Telah Tuntas 20 Belum Tuntas 0 Siklus 1 Siklus 2 Diagram 4 Teknik Lari Cepat dan Ketuntasan Belajar Siswa Hasil pengamatan guru menunjukkan pada pembahasan siklus pertama dengan menggunakan menggunakan modifikasi pembelajaran lari, terlihat para siswa sangat antusias dalam melaksanakan teknik lari cepat. Dengan modifikasi pembelajaran daapt meningkatkan motivasi belajar anak. Hasil penelitian ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Lutan (1997:9) mendefinisikan “Modifikasi diartikan sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru. Perubahan itu dapat berupa bentuk, fungsi cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan karakteristik semula”. Selanjutnya, tentang pengertian permainan modifikasi Ngasmain & Soepartono (1997:3) adalah “perubahan dalam permainan dari teknik bermain yang baku menjadi teknik yang sederhana sesuai dengan perkembangan anak”. Dari kedua pendapat ahli di atas maka 14 penulis dapat mengambil simpulan bahwa permainan modifikasi adalah perubahan dalam permainan baik itu teknik, alat, dan peraturan menjadi lebih sederhana sesuai dengan aspek perkembangan anak, tanpa menghilangkan karakteristik dari permainan tersebut. Proses pembelajaran lari cepat dengan modifikasi ini menerapkan konsep pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009:267) mengemukakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Maxim (1993) dalam Sujiono (2008: 1.7) menyatakan bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda, menangkapnya, mencobanya, melemparkannya, atau menjatuh-kannya, mengambil, mengocok-ngocok, dan meletakan kembali benda-benda ke dalam tempatnya. Keterampilan siswa dalam melakukan lari cepat dengan menggunakan pendekatan bermain lomba lari rerata perolehan skor pada pra siklus 10,79 detik dan pada siklus pertama 10,12 detik menjadi 9,23 detik pada siklus kedua mengalami kenaikan 0,89 detik. Selanjutnya kemampuan siswa memahami teknik lari cepat, pada siklus pertama 65 % sedangkan pada siklus kedua 85 % mengalami kenaikan sebesar 20%. Kemampuan siswa dalam pembelajaran lari cepat dengan peraturan yang dimodifikasi pada siklus pertama 65 %, sedangkan pada siklus kedua 85 % mengalam kenaikan sebesar 20 %. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa temuan hasil penelitian tindakan kelas ini yaitu berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa menggunakan modifikasi pembelajaran lari dapat meningkatkan teknik lari cepat pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tugu II Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan temuan-temuan dan simpulan tersebut di atas, disarankan agar pembelajaran atletik nomor lari cepat untuk siswa sekolah menggunakan modifikasi pembelajaran lari dengan pendekatan permainan lomba lari. Penelitian ini dapat 15 ditindaklanjuti dengan mengadakan penelitian yang serupa untuk jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta , PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, (2010). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara. Depdiknas (2003). Kurikulum dan Hasil Kompetensi Dasar Pendidikan Anak Usia 4-6 Tahun. Jakarta, Depdiknas. Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instruktional Design. New York. Holt Rinehart and Winston Gagne, M. Robert. (1989). The Condition of Learning and Theory of Instruction. Terjemahan Munadir. Jakarta: PAU-PPAI UnVersitas. Kemmis and Mc. Taggart, (1992). The Action Research Planner. Dekain UnVersity, Vic. Kiram, Yanuar, (2000). Metode Pembelajaran Keterampilan Motorik Dasar Bagi Anak Usia Sekolah Dasar, Jakarta, Pusat Kesegaran Jasmani, Depdiknas. Lutan, Rusli (1988 ). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode, Jakarta, Depdikbud Dirjendikti P2LPTK. ________, (2001), Mengajar Pendidikan Jasmani, Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar, Jakarta Depdiknas, Dirjen, Dikdasmen. Schmidt, Richard, A., (1991). Motor Learning and Performance: Human Kinetic Application to Motor Skill and Movement Behaviors. New York: Macmillan Publishing Co.Inc. Sudarsono, FX., 2001. Apikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Pusat Antar UnVersitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.