http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEB DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN Oleh : Sri Rayani Tanjung, S.Si (Pengadministrasi Diklat Seksi Diklat Administrasi Pada Balai Diklat Keagamaan Medan) ABSTRAK Pengembangan media pembelajaran berbasis web ke dalam proses pembelajaran sangat penting karena berkaitan erat dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Pengembangan media pembelajaran berbasis web dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih keterampilan menggunakan Pengembangan media pembelajaran berbasis web dengan cara mengintegrasikannya ke dalam aktifitas pembelajaran, bukan mengajarkan pengembangan media pembelajaran berbasis web tersebut sebagai mata pelajaran yang terpisah. Pengembangan media pembelajaran berbasis web dalam Diklat Reguler dengan cara membuat skenario pembelajaran yang menunjukkan secara jelas bahwa melalui Pengembangan media pembelajaran berbasis web ke dalam proses pembelajaran, disamping tujuan pembelajaran tercapai ada suatu agenda terselubung (hidden agenda) penting yang dapat dicapai pula, yaitu ICT Literacy, seperti peserta diklat dapat melakukan browsing informasi melalui internet, berkomunikasi melalui e-mail, membuat laporan dengan aplikasi pengolah kata (MsWord), atau mempresentasikan sesuatu dengan PowerPoint, dan lain-lain. Pengembangan media pembelajaran berbasis web dalam Diklat Jarak Jauh (DJJ) dengan cara membuat skenario pembelajaran, yang hampir sama dengan Diklat Reguler, tapi lebih banyak pada komunikasi dan pemberian tugas melalui Learning Managemen System (LMS) dengan program Moodle, chatting, dan teleconference. Manfaat DJJ Selain memperluas sasaran diklat, mempercepat siklus kediklatan, dan tentu saja menambah wawasan pengetahuan pegawai, serta meningkatkan kemampuan peserta dalam bidang teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi dalam dunia kediklatan mengurangi keterbatasan jarak dan waktu antara penyelenggara diklat, tutor dan peserta diklat. Sesungguhnya internet bukanlah pengganti sistim pengajaran. Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan pelengkap. Metode konvensional tetap diperlukan, hanya saja bisa dimodifikasi kebentuk lain. Metode talk and chalk mengalami modifikasi menjadi online conference. Internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik yang khas, yaitu a) sebagai media interpersonal dan masa; b) bersifat interaktif; c) memungkinkan komunikasi secara sinkronous maupun ansinkronous (tunda). Karakteristik ini memungkinkan peserta diklat melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konvensional. http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 Kata Kunci: Diklat, Teknologi Informasi, Media Pembelajaran, Kualitas, A. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Khususnya teknologi komputer dan internet, baik dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak, memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan informasi namun jugafasilitas multi media yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif. Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini. Adanya perkembangan dalam bidang pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, maka proses pembelajaran tradisionalkonvensional yang terjadi dalam ruangan kelas, pada era desentralisasi dan globalisasi saat ini pelan namun pasti akan mengalami mulai kehilangan bentuk. Paradigma pendidikan yang dahulu bersifat konvensional, sekarang mulai bergeser menjadi pendidikan yang berbasis Teknologi Informasi. Perubahan-perubahan tersebut antara lain pada metode mengajar, referensi pembelajaran, media pembelajaran dan lain sebagainya. Pada era Teknologi Informasi tersebut, memungkinkan peserta diklat bisa saja lebih mengetahui dibandingkan dengan widyaiswaranya. Adanya masalah tersebut akan membawa konsekwensi para widyaiswara supaya lebih kreatif dalam membuat langkah-langkah pembelajarannya. Diharapkan widyaiswara jangan sampai menyampaikan materi pembelajaran yang sudah usang atau bahkan menyampaikan materi pelajaran yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang ini. Media pembelajaran menggunakan Teknologi Informasi ini tentunya diharapkan bisa meningkatkan mutu pendidikan, lebih efisien, serta sangat efektif dan terakhir adalah hasil proses belajar mengajar dapat lebih maksimal. Adanya media pembelajaran yang menggunakan Teknologi Informasi ini, memungkinkan munculnya sebuah paradigma baru dalam bidang pendidikan, dimana paradigma baru ini akan mengaitkan antara mesin dengan manusia. Manusia yang dibekali akal pikiran harus bisa menggunakan mesin sebagai alat bantu pembelajaran yang disebut dengan media pembelajaran. Perubahan paradigma ini khususnya pada inovasi media pembelajaran konvensional menuju media pembelajaran yang menggunakan Teknologi Informasi. Kenyataannya pada skala yang lebih besar, kegiatan belajar tradisional-konvensional membutuhkan biaya yang cukup besar dalam penyiapan infrastrukturnya (ruangan, laboratorium, perpustakaan, meubel, media pembelajaran, dan lain-lain). Dengan kondisi http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 seperti itu, maka dewasa ini banyak pihak penyelenggara pendidikan mulai melirik penerapan konsep distance learning sebagai alternatif pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan efisien, terutama sekali sebagai pengaruh munculnya perkembangan yang sangat pesat yang terjadi dalam bidang teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi . Berbagai teknologi dan aplikasi tercipta dalam upaya mendukung kegiatan operasional kehidupan manusia maupun organisasi, termasuk kegiatan belajar dan mengajar. Dalam era informasi, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda dengan era agraris dan industri, kemajuan suatu bangsa dalam era informasi/ global sangat tergantung pada kemampuan masyarakatnya dalam memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik masyarakat seperti ini dikenal dengan istilah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Orang yang menguasai pengetahuan akan mampu bersaing dalam era global. Oleh karena itu, setiap negara berlomba untuk mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Comunication Technology (ICT) dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk membangun dan membudayakan masyarakat berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Dalam makalah ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana peningkatan kualitas pendidikan melalui pengembangan media pembelajaran berbasis web di Balai Diklat Keagamaan, selanjutnya bagaimana pengembangan model pembelajaran berbasis web pada diklat regular maupun diklat jarak jauh serta hambatannya. B. PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI Dalam mewujudkan media pembelajaran ini pada awalnya memang sangat berat, disebabkan oleh kurangnya fasilitas dan sarana pembelajaran pada Balai Diklat Keagamaan tentunya akan menyebabkan kualitas pendidikan yang rendah. Kualitas pendidikan yang rendah akan menyebabkan adanya kesenjangan kemampuan pada peserta diklat yang punya fasilitas dan tidak. Adanya masalah ini, maka perlu diambil langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Balai Diklat Keagamaan supaya media pembelajaran dapat tersedia. Untuk mewujudkan media pembelajaran yang murah salah satunya adalah menggunakan Teknologi Informasi. Langkah-langkah yang diambil tersebut tentunya bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan secara umum tersebut (Fawzi, 2003), antara lain: http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 1. Adanya semangat untuk memperbaiki kualitas pendidikan. 2. Kemauan berkreasi dan berinovasi untuk mencari metode pembelajaran yang tepat. 3. Adanya laboratorium komputer yang terhubung dengan internet. 4. Keterampilan Teknologi Informasi yang dimiliki oleh para widyaiswara sebagai pendukung terwujudnya pendidikan yang berkualitas. 5. Adanya buku pendukung pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran menggunakan Teknologi informasi memungkinkan proses pembelajaran yang lebih detail, jelas, mudah serta disenang oleh peserta diklat. Selain langkah-langkah tersebut diatas, sebelum membuat media pembelajaran juga perlu dilakukan serangkaian kegiatan untuk menentukan media membelajaran yang tepat. Hal ini supaya jangan sampai hal-hal yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diinginkan atau bahkan tidak sesuai dengan kurikulum. Serangkaian kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran antara lain sebagai berikut (Rosenberg, 2006): 1. Mendeskripsikan kurikulum yang digunakan. 2. Pembuatan pedoman penyusunan media pembelajaran menggunakan teknologi informasi. 3. Menyelenggarakan seminar mengenai penyusunan dan inovasi media pembelajaran yang tepat. 4. Menyelenggarakan pelatihan Multimedia sebagai dasar pembuatan media pembelajaran. 5. Penyusunan SAP/AP tiap mata diklat yang dilengkapi dengan data-data media pembelajaran yang dibutuhkan. 6. Pembuatan media pembelajaran yang dibutuhkan. 7. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran menggunakan teknologi informasi. 8. Evaluasi hasil pembelajaran. 9. Pembuatan laporan tentang pengembangan kurikulum melalui inovasi media pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. 10. Pembuatan buku acuan mengenai Inovasi media pembelajaran. Permasalahan yang perlu diselesaikan yaitu terbatasnya sumberdaya manusia dalam membuat media pembelajaran, sehingga buku acuan mengenai rambu-rambu pembuatan media pembelajaran dengan teknologi Informasi sangat diperlukan. Buku mengenai acuan pembuatan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi saat jarang ditemui atau bahkan memang belum tersedia. Untuk membuat buku acuan tersebut perlu adanya sumber daya baik berupa sumber daya manusia, peralatan maupun laboratorium http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 yang bisa digunakan. Sumber daya tersebut biasanya tidak dimiliki oleh salah satu instasi/lembaga tertentu saja, tetapi dimiliki oleh beberapa instansi. Adanya keterbatasan tersebut diperlukan kerja sama dengan instansi yang berbeda untuk membuat buku acuan atau media pembelajaran yang menggunakan Teknologi Informasi. Media pembelajaran yang menggunakan Teknologi Informasi ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, lebih efisien, serta sangat efektif dan terakhir adalah hasil proses belajar mengajar dapat lebih maksimal. Dalam mewujudkan media pembelajaran yang menggunakan Teknologi Informasi ini, diperlukan masukan dari para widyaiswara yang akan terjun langsung dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara mitra kerja dengan instansi. Pemilihan mitra kerja ini adalah pada instansi yang memiliki sumber daya lebih baik, seperti laboratorium Teknologi Informasi, tenaga ahli maupun pendukung lainnya. Laboratorium Teknologi Informasi serta sumber daya yang lain yang dimiliki merupakan sebuah aset penting untuk dapat mengembangkan sebuah media pembelajaran. Teknologi hanyalah alat bantu, yang jika digunakan diharapkan akan mempermudah pekerjaan manusia, jika tidak digunakan juga tidak salah. Oleh karena itu jika dalam dunia pendidikan akan memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai alat bantu, tentunya kita harus melakukan persiapan-persiapan, seperti sumberdaya manusia, laboratorium pendukung, kesiapan peserta diklat, buku-buku pendukung dan lain-lain (Reigeluth, 1984). C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS WEB Ada tiga bentuk sistem pembelajaran berbasis web yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, (Judith and Rita – Marie Conrad, 1999) yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course (Haughey dalam Riyana, 2009). 1. Web Course Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Peserta diklat dan widyaiswara sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board dan online conference. http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 Selain itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik dll. Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat. 2. Web Centric Course Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet. Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, peserta diklat da widyasiwara sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di instansi maupun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman bacaan, ataupun di balai pertemuan. 3. Web Enhanced Course Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke berbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara widyaiswara dengan peserta diklat secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok. Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Bentuk ini dapat pula dikatakan sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan menyelenggarakan http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric course ataupun web course. Baik pada model ataupun web course, web centric course ataupun web enhanced course, terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan belajar, pembelajaran ataupun komunikasi, penilaian yang bervariasi. Untuk mengembangkan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain: 1. Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intitusi, staf pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara konvensional 2. Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software 3. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta sofware tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau scound. Harus diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan bajakan harganya relative mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan. 4. Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem akan berhjalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian, sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional, honor pengelolaan, biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya langganan saluran telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila berkeinginan menggunakan dial-up. Sedangkan biaya perawatan termasuk penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan baik karena umur maupun kesalahan prosedur pemakaian. Untuk menanggulangi biaya operasional dan perawatan tersebut, dapat dilakukan dengan mendayagunakan sistem tersebut agar mampu menghasilkan uang (income generating), antara lain dengan membuka warnet untuk umum, mengadakan pelatihan-pelatihan dan lain-lain. 5. Sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan system pembelajaran, diperlukan sejumlah sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi. Dalam hal ini termasuk widyaiswara yang harus http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui internet. Untuk keperluan itu hendaknya dilakukan identifikasi dan kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga tersebut, apakah bisa dicukupi dari dalam ataukah harus merekrut tenaga-tenaga baru. Untuk membekali tenaga-tenaga tersebut perlu diberikan pelatihan, diperhitungkan lama waktu pelatihan, tempat pelatihan, cara pelatihan agar bisa menghasilkan tenaga yang memiliki kualifikasi. 6. Peserta diklat. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui sejauhmana kesiapan peserta diklat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan. Kalau internet merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar peserta diklat, tentunya perlu dilakukan serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut. Hal yang tidak mudah untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa belajar secara tatap muka secara konvensional selama bertahun-tahun, yang tentunya telah menjadi gaya belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging. Berdasarkan kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian sistim pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu: a. Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer Protocol). b. Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di anataranya bisa didapatkan secara gratis ataupun bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang mengembangkan Web Course Tools seperti WebCT, Webfuse, TopClass dan lain-lain. c. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain. Setiap cara memiliki kelebihan dan kekurangan, misalnya pengembangan program pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah dibandingkan yang lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit karena sifatnya tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course Tools atau pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun memiliki kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya, lebih power full, dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memilih salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan kajian terhadap berbagai hal seperti http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 yang telah dibahas dibagian terdahulu tadi. Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan secara luas di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia. D. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEB PADA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN Pemanfaatan media pembelajaran berbasis web dalam dunia pengajaran akan membantu dunia pengajaran meningkatkan kuantitas peserta diklat. Akan semakin banyak peserta diklat yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta diklat dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator terhadap kemungkinan tersebut. Menurut Purnomo (2008) bahwa Pembelajaran jarak jauh (distance learning) melalui internet harus tetap melibatkan empati para widyaiswara sehingga terjadi hubungan erat antara widyaiswara dan peserta diklat. Tanpa empati, pengajaran dalam arti sesungguhnya tidak terjadi dan yang berlangsung hanyalah proses transfer informasi. Untuk itu, institusi yang mengadakan distance learning harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: 1) pusat kegiatan peserta diklat, 2) Interaksi dalam group, 3) Sistem administrasi peserta diklat, 4) Evaluasi materi, 5) Perpustakaan digital, dan 5) Materi online pendukung lainnya. Sebagai community web distance learning maka ia harus bisa menjadi sarana bagi pusat kegiatan peserta diklat, diantaranya menambah kemampuan, membaca materi diklat, mencari informasi, dan sebagainya. Untuk itu, Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan telah merancang website Diklat Jarak Jauh (DJJ) yang menarik, sehingga dapat menampung semua kebutuhan peserta diklat. Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan juga membuka diri kepada para peserta diklat sehingga penjaringan ide bagi pengembangan aplikasi yang ada bisa berjalan lebih cepat. Para peserta diklat harus bisa saling berinteraksi satu sama lain walaupun tidak berada pada satu tempat/ruangan yang sama. Mereka bisa saling berdiskusi tentang materi yang diberikan oleh para widyaiswara. Widyasiwara bisa hadir dalam diskusi ini dengan memberikan ulasan awal sebelum diskusi dimulai. Oleh karena itu, Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan benar-benar serius dalam pola DJJ (distance learning) telah mempersiapkan aplikasi LMS (Learning management System) yang bisa menjalin interaksi antara semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran. Unsur pengadministrasian tidak boleh diabaikan. Karena dalam distance learning peserta diklat tidak hadir secara fisik pada lembaga yang ada, maka format administrasi yang perlu http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 dibangun akan lebih komplek bila dibandingkan pola pembelajaran konvensial. Dengan LMS juga dikembangkan aplikasi yang memungkinkan peserta diklat mengetahui statusnya (prestasi), progres report yang telah ditempuh, jumlah mata diklat yang akan diikuti, cara pendaftaran sebagai peserta dan sebagainya. Evaluasi sangat perlu dilakukan agar peserta diklat maupun lembaga pembelajaran bisa mengetahui sejauh mana efektifitas pengajaran yang dilakukan. Evaluasi ini juga membantu peserta diklat dalam mengetahui tingkat pemahaman materi yang disajikan. Perpustakaan digital merupakan hal yang wajib dalam distance learning. Tanpa adanya perpustakaan digital maka peserta diklat akan mengalami kesulitan dalam mencari literatur yang dibutuhkan dalam proses pengajaran. Ketidakhadiran perpustakaan digital akan sangat menurunkan kualitas pengajaran yang ada, karena peserta diklat tidak mampu hadir secara fisik untuk memperoleh sumber informasi pengajaran yang dimiliki perpustakaan digital. Yang disiapkan tidak hanya berupa modul dengan jumlah cukup fantastik sekitar 600 modul dan telah terupload, tetapi ada juga literasi berbentuk video, dan image. Selain perpustakaan digital yang menyajikan sumber ilmu yang dimiliki oleh Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, peserta diklat juga diberi link ke sumber informasi lainnya. Situs-situs pendukung yang sekiranya mampu meningkatkan pemahaman peserta diklat terhadap materi yang ada perlu disajikan dalam aplikasi DJJ. Peserta diklat juga diberikan kesempatan untuk bisa mengisikan link pada aplikasi DJJ, sehingga peserta diklat lain bisa memperoleh manfaat yang lebih progresif. Dengan keterlibatan peserta diklat, diharapkan tumbuh loyalitas untuk saling berbagi informasi sehingga bisa membantu peserta diklat lain dalam memperoleh manfaat dari DJJ ini. 1. Skenario pembelajaran yang mungkin bisa dilaksanakan dalam DJJ adalah: Belajar mandiri secara individu, artinya peserta diklat akan mempelajari bahan belajar kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya sendiri. Media pembelajaran apa yang akan peserta diklat gunakan? Dalam hal ini media belajar utamanya adalah modul cetak, dimana mereka bisa mempelajarinya dimana saja dan kapan saja. Kemudian ditunjang dengan media pembelajaran online melalui web, dimana bahan belajar (baik berbasis teks (seperti pdf, doc, ppt, dll) maupun berbasis multimedia (flash animation, streaming video, dll) disimpan dalam web diklat Kemenag sehingga peserta diklat dapat mempelajarinya kapan saja, tapi di tempat tertentu, yaitu di Balai Diklat Keagamaan, Madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah Induk terdekat sebagai pusat belajar (learning center) atau pusat akses (access point/ warnet). 2. Belajar Mandiri secara Kelompok, artinya peserta diklat secara kelompok akan mempelajari bahan belajar kapan saja dan dimana saja sesuai dengan waktu, http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 tempat dan agenda yang akan mereka pelajari bersama. Namun hal ini kemungkinan sulit dilaksanakan jika peserta yang terjaring dalam DJJ ternyata mempunyai rumah yang sangat berjauhan, mungkin berbeda kabupaten/kota. Sudah tentu belajar mandiri secara kelompok baru dapat dilaksanakan dengan lebih intens jika peserta yang ikut DJJ bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan. 3. Tutorial Terjadwal; pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya oleh penyelenggara (Balai Diklat Keagamaan), peserta diklat mengikuti tutorial langsung dengan instruktur/Widyaiswara. Menurut scenario yang diusulkan oleh pihak Pustekom, bentuk tutorial utamanya adalah menggunakan tutorial tatap muka. Artinya, peserta diklat bertemu muka langsung dengan WI pada saat tertentu yang lebih bersifat problem solving, atau pemecahan masalah, praktek, dll). Bentuk tutorial kedua yang diusulkan adalah tutorial elektronik. Alat komunikasi (communication tools) yang dapat digunakan sangat bervariasi. Bisa dipilih dan ditentukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Alat komunikasi tersebut antara lain adalah secara sinkronous (real time) dapat menggunakan telpon (telpon rumah, HP), konferensi video dua arah (webcham), siaran televisi satu arah (tanya jawab bisa dilakukan via telpon), text-based conference (chatting menggunakan messenger tools seperti Yahoo Messenger, Face Book), dan tutorial elektronik secara asinkronous (tidak real time), dengan cara atau melalui e-mail, milist, dll. Masih menurut pihak Pustekom, pertemuan peserta diklat dengan widyaiswara/Balai Diklat Keagamaan minimal dilaksanakan tiga kali dalam masa DJJ. Pertemuan pertama, peserta diklat datang ke Balai Diklat Keagamaan untuk pendaftaran, diberi modul, diajari tentang program pembelajaran melalui web, yaitu program Moodle. Jika masih ada peserta yang belum familier dengan chatting, pertemuan melalui webcham, dll, maka perlu juga diajarkan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada paruh setengah massa kediklatan (bulan ketiga), agendanya adalah seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu peserta diklat bertemu muka langsung dengan WI untuk membahas hal yang lebih bersifat problem solving, atau pemecahan masalah, praktek, dll. Sedangkan pertemuan ketiga adalah ujian tulis secara langsung di Balai Diklat Keagamaan. Ujian dilaksanakan dua cara, yaitu secara online yang akan dijadwalkan oleh widyaiswara /Balai Diklat Keagamaan dan ujian offline bertempat di Balai Diklat Keagamaan. Menurut penulis pertemuan tiga kali secara langsung (sinkronous) terasa terlalu memberatkan beban pekerjaan bagi peserta maupun widyaiswara/Balai Diklat http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 Keagamaan, demikian juga dengan beban anggaran untuk dana transport peserta diklat. Pertemuan maksimal dua kali secara sinkronous, penulis rasa sudah cukup karena jika ada permasalahan atau peserta menyakan sesuatu menyangkut materi diklat maupun lainnya, bisa melalui forum diskusi yang sudah tersedia di aplikasi LMS (moodle). Pertemuan dua kali dilaksanakan pada awal program dan akhir program saja. Apabila memungkinkan selama masa kediklatan DJJ bisa hanya melaksanakan satu kali pertemuan langsung (sinkronous) atau bahkan tanpa pertemuan langsung. Hal ini tergantung kesiapan peserta maupun Balai Diklat Keagamaan. Jika peserta yang terjaring dalam DJJ ternyata mempunyai kompetensi dalam ICT, mereka cukup mendaftar langsung lewat internet, system evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi mandiri (self-assement). Pertemuan satu kali secara sinkronous dilakukan hanya pada awal program, dengan memberikan pengarahan dan pengenalan aplikasi LMS serta pemberian modul atau pertemuan sinkronous hanya pada akhir program untuk penutupan program, pemberian sertifikat diklat serta penyelesaian adminitrasi. Jika penyelesaian administrasi bisa dilaksanakan tanpa peserta harus datang langsung ke Balai Diklat Keagamaan, maka selama masa DJJ tidak menutup kemungkinan tidak perlu ada pertemuan secara sinkronous. Uang transport/akomodasi, dll untuk peserta bisa melalui rekening, sedangkan tanda-tangan dan sertifikat bisa melalui jasa pos. 4. Sistem Evaluasi; system evaluasi bisa dilakukan dalam bentuk (a) evaluasi mandiri (self-assesment), dimana setiap selesai mempelajari satu modul atau beberapa modul, peserta diklat dapat mengukur hasil belajarnya melalui online self-assessment. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi LMS (moodle), sehingga semua soal evaluasi mandiri tersebut telah dimuat dalam aplikasi tersebut. Dimana evaluasi dilakukan? Evaluasi dapat dilakukan di Balai Diklat Keagamaan atau MA Induk, dimana setiap komputer sudah terhubung dengan LAN. Bisa juga evaluasi dilakukan dimana saja sesuai keinginan peserta, misalnya di rumah atau di warnet, yang penting mereka bisa mengakses internet pada saat evaluasi. Waktu untuk self-assessment tidak harus satu waktu dalam satu hari, tetapi bisa diberi tenggang waktu satu minggu, mengingat kesibukan pekerjaan masing-masing peserta berbeda; (b) evaluasi akhir, yaitu evaluasi untuk menguji kelulusan yang dilakukan secara reguler di lokasi tertentu, yaitu di Balai Diklat Keagamaan atau MA Induk jika peserta DJJ semua hanya satu kota atau satu kabupaten tempat MA Induk itu berada. http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 Evaluasi akhir bisa juga dilaksanakan secara online tanpa peserta harus datang di lokasi tertentu. Hambatan yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan pemanfaatan web untuk pembelajaran. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah: 1. Penolakan untuk berubah (resistancy to change), Sejak Tahun 2009 hambatan tersebut sudah mulai berkurang dengan kebijakan Kepala Badan Litbang dan Diklat serta Kapusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan dengan paradigma baru kediklatan-nya, yaitu Diklat Jarak Jauh (DJJ) yang mengharuskan seluruh Balai Diklat Keagamaan untuk menyediakan fisilitas internet, parabola untuk bisa akses TV-edukasi serta infastruktur penunjangnya. Tinggal Kepala Balai Diklat Keagamaan apakah mampu untuk melaksanakan kebijakan tersebut dan menyempurnakan pelaksanaan DJJ tersebut. Tahun 2009 belum semua Balai Diklat Keagamaan bisa melaksanakan DJJ. Mudah-mudahan di tahun 2010 ini semua bisa melaksanakannya. Sebelumnya, penolakan atau keengganan untuk berubah, khususnya dari para pembuat kebijakan merupakan hal yang wajar mengingat web masih dapat dikatakan sebagai suatu inovasi (hal baru). Sikap para pengambil kebijakan terhadap web sebagian besar masih rendah. 2. Kesiapan SDM Baik WI maupun tenaga teknis harus bersama-sama meningkatkan ICT literacy-nya. Tenaga teknis berfungsi menyiapkan dan merawat peralatan, sedangkan widyaiswara lebih berfungsi dalam penggunaan web dalam pembelajaran, disamping juga ikut menjaga dan merawat peralatan agar selalu siap digunakan. 3. Ketersediaan fasilitas. Hal ini sangat erat hubungannya dengan dana dan kesiapan SDM Balai Diklat Keagamaan. Ketersediaan bahan belajar berbasis aneka sumber (resources-based learning packages). Bahan belajar tersebut terdiri dari bahan cetak, seperti modul, makalah, buku paket dan bahan non cetak, seperti CD/DVD pembelajaran, internet, TV-edukasi. Fasilitas Hot-Spot, Speedy atau Telkomnet Instan di beberapa Diklat belum dikembangkan sampai memasuki area kelas, laboratorium computer, maupun perpustakaan. Hal ini memang sangat disayangkan. Laboratorium on-line, perpustakaan on-line, dan kelas on-line sudah seharusnya dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan. Kalau Perpustakaan MAN Model Yogyakarta dapat merebut juara pertama perpustakaan tingkat nasional antar sekolah dan madrasah tahun 2007. Bagaimana dengan perpustakaan Balai Diklat Keagamaan? tentunya harus lebih bagus daripada madrasah karena Balai Diklat Keagamaan adalah tempat http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 pendidikan dan pelatihan bagi seluruh pegawai Kementerian Agama, termasuk pegawai perpustakaan madrasah. 4. Keberlangsungan (sustainability). Agar fasilitas tidak cepat rusak dan selalu siap digunakan, maka perlu adanya tambahan biaya untuk perawatan fasilitas dan berlangganan internet. Hal ini perlu dipikirkan oleh kepala Balai Diklat Keagamaan demi keberlangsungan proses pembelajaran berbasis web. E. SIMPULAN Penggunaan media ini memerlukan persiapan-persiapan seperti sumber daya manusia seperti kesiapan widyasiwara dan peserta diklat. Selain itu memerlukan sarana seperti laboratorium komputer beserta pendukungnya. Penggunaan media pembelajaran ini diharapkan dapat memperbaiki proses belajar mengajar pada widyasiwara maupun peserta diklat, dapat lebih efektif, efisien, serta mendorong kreatifitas peserta diklat. Keuntungan lain adalah pada penghematan biaya operasional pembelajaran dan mempermudah persiapan widyaiswara dalam mengajar. Selain itu juga, akan mempermudah penilaian, mengatasi keterbatasan media pembelajaran yang tidak tersedia, serta harapannya dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Salah satu paradigma kediklatan yang dikembangkan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2008 adalah mengembangkan Diklat Jarak Jauh (Distance Training) yang tertuang dalam surat keputusan Kepala Badan nomor : BD/53/2008 Tentang pedoman penyelenggaraaan djj diklat teknis keagamaan. Mekanisme Distance Training adalah sebagai berikut: a) Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan menyiapkan infrastruktur sistem diklat jarak jauh, b) Balai Diklat Keagamaan memberikan kesempatan kepada calon peserta di unit kerja masing-masing untuk mengikuti kelas DJJ, c) Calon peserta melakukan registrasi via email ke Balai Diklat Keagamaan, d) Balai Diklat Keagamaan akan memanggil calon peserta untuk mendapatkan penjelasan DJJ, e) Daftar peserta DJJ dikirim ke Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan agar mendapatkan account untuk akses ke http://djj. pusdiklatteknis.depag.go.id, dan f) Peserta mengikuti Diklat Jarak Jauh pada http://djj.pusdiklatteknis.depag.go.id/. Manfaat DJJ Selain memperluas sasaran diklat, mempercepat siklus kediklatan, dan tentu saja menambah wawasan pengetahuan pegawai, serta meningkatkan kemampuan peserta dalam bidang TIK. Penggunaan TIK dalam dunia kediklatan mengurangi keterbatasan jarak dan waktu antara penyelenggara diklat, tutor dan peserta diklat. Sesungguhnya internet bukanlah pengganti sistim pengajaran. Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan pelengkap. Metode konvensional tetap diperlukan, hanya saja bisa http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 dimodifikasi kebentuk lain. Metode talk and chalk mengalami modifikasi menjadi online conference. Internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik yang khas, yaitu a) sebagai media interpersonal dan masa; b) bersifat interaktif; c) memungkinkan komunikasi secara sinkronous maupun ansinkronous (tunda). Karakteristik ini memungkinkan peserta diklat melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konvensional. Pengembangan media pembelajaran berbasis web ke dalam proses pembelajaran sangat penting karena berkaitan erat dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Pengembangan media pembelajaran berbasis web dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih keterampilan menggunakan Pengembangan media pembelajaran berbasis web dengan cara mengintegrasikannya ke dalam aktifitas pembelajaran, bukan mengajarkan pengembangan media pembelajaran berbasis web tersebut sebagai mata pelajaran yang terpisah. Pengembangan media pembelajaran berbasis web dalam Diklat Reguler dengan cara membuat skenario pembelajaran yang menunjukkan secara jelas bahwa melalui Pengembangan media pembelajaran berbasis web ke dalam proses pembelajaran, disamping tujuan pembelajaran tercapai ada suatu agenda terselubung (hidden agenda) penting yang dapat dicapai pula, yaitu ICT Literacy, seperti peserta diklat dapat melakukan browsing informasi melalui internet, berkomunikasi melalui e-mail, membuat laporan dengan aplikasi pengolah kata (MsWord), atau mempresentasikan sesuatu dengan PowerPoint, dan lain-lain. Pengembangan media pembelajaran berbasis web dalam Diklat Jarak Jauh (DJJ) dengan cara membuat skenario pembelajaran, yang hampir sama dengan Diklat Reguler, tapi lebih banyak pada komunikasi dan pemberian tugas melalui Learning Managemen System (LMS) dengan program Moodle, chatting, dan teleconference. http://bdkmedan.kemenag.go.id 13/05/2015 DAFTAR PUSTAKA Atho Mudzhar, 2009. Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Dep.Agama pada acara “Pembukaan Sosialisasi Produk Sistem Diklat Tenaga Teknis dan Soft Launching Penyelenggaraan DJJ Tahun 2009 dan penandatanganan kerjasama kediklatan tanggal 16 Februari 2009 di kampus Pusdiklat Ciputat Jakarta. Boettcher, Judith And Rita – Marie Conrad, 1999. 21st Century Teaching And Learning Patterns: What Will We See?, Syllabus Press Inc. Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette; 1999. The Learning Revolution: to Change the Way the World Learn”, the Learning Web, Torrence, USA, http://www.thelearningweb.net. Fawzi A., 2003. Virtual Education: Cases in Learning & Teaching Technologies, IRM Press. Kruse, K., 2004. Using the Web for Learning. [Online]. Tersedia: http://carquime.wordpress.com/2007/10/27/%e2%80%9cusing-the-web-for-learningadvantages-and-disadvantages%e2%80%9d/. Marc J. Rosenberg., 2006. Beyond E-Learning: Approaches and Technologies to Enhance Organizational Knowledge, Learning, and Performance, John Wiley & Sons, Inc. Purnomo Wahyu., 2008. Pemebelajaran Berbasis ICT, Artikel. Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan., 2009 Panduan Penyelenggaraan DJJ, Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan Press : Jakarta. Reigeluth, C.M., 1984. Instructional-Design:Theories and Models. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc. Riyana, C., 2009. “Blended Learning”, dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Russel, J.D., 2008. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana. Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka.