KONSISTENSI HARIAN KOMPAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BAHASA JURNALISTIK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh HANA FUTARI NIM: 1112051100024 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 27 Maret 2017 Hana Futari ABSTRAK Hana Futari Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berita di surat kabar. Selain untuk menyampaikan informasi, bahasa juga memiliki fungsi edukasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar media cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia. Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa, informasi yang disampaikan oleh media tidak tersampaikan dengan baik. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Bahasa jurnalistik memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam menulis berita. Sebagai media cetak dengan jumlah pembaca 2.000.000 jiwa, Harian Kompas memiliki pengaruh besar dalam penyebaran bahasa tulis. Apabila Harian Kompas terbukti melanggar pedoman bahasa jurnalistik berarti pembaca harian tersebut terbohongi dari segi bahasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan mayor dan minor. Pertanyaan mayornya bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas? Pertanyaan minornya pedoman apakah yang digunakan Harian Kompas dalam penulisan berita? Kemudian Apabila terdapat pelanggaran bahasa jurnalistik, mengapa masih terdapat pelanggaran terhadap pedoman bahasa jurnalistik? Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Metode penelitian menggunakan analisis 10 pedoman bahasa jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan, dari 114 kalimat dari berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang diteliti, terdapat 59 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik. Ini berarti, Harian Kompas khususnya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak konsisten dalam mengimplementasikan bahasa jurnalistik pada penulisan berita. Hal menarik dari penelitian ini, Harian Kompas menyatakan bahwa stylebook yang digunakan Harian Kompas relevan dengan 10 pedoman bahasa jurnalistik PWI, namun dalam penulisan berita masih ditemukan pelanggaranpelanggaran. Mengenai pelanggaran-pelanggaran tersebut, Harian Kompas menjelaskan pelanggaran masih dilakukan dengan alasan untuk mempertegas kalimat dalam berita dan membuat berita menjadi lebih dimengerti pembaca. Kata kunci: bahasa jurnalistik, surat kabar, Persatuan Wartawan Indonesia, Harian Kompas, pendidikan dan kebudayaan. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tak pernah henti melimpahkan rahmat, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat serta salam penulis junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillahi rabbil’alamin penulis ucapkan, akhirnya skripsi yang berjudul “Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik” ini terselesaikan. Dalam kesempatan ini, secara khusus peneliti ingin menyampaikan ucapan terimaksih yang tak terhingga kepada kedua orangtua peneliti, Ibunda R.Rinna Sufarina dan Ayahanda Drs. Moh. Husen Susanto yang telah memperjuangkan pendidikan, memberikan kasih sayang serta memanjatkan untaian doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr.Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris, Dra. Hj Musfirah Nurlaily, ii M.A yang banyak memberikan kemudahan, masukan, dan solusi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dosen pembimbing skripsi, Drs. Helmi Hidayat, M.A yang telah berkenan meluangkan waktu, memberi arahan dan sangat sabar dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan bermanfaat. 4. Narasumber penelitian, Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, Nasrullah Nara atas bantuannya dalam melengkapi syarat penelitian ini. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada peneliti sejak awal perkuliahan hingga selesai. 6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti mengurus administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi. 7. Kakak-kakak kandung, Lia Aprilia, Muhamad Dhany Hambali dan Moch. Fuji Hanafi yang selalu memberikan kasih sayang serta dukungan kepada peneliti. 8. Sahabat sejak SMP hingga saat ini Theresia Novita Dwi Puspitasari yang telah menemani, membantu, dan memotivasi peneliti sekaligus menjadi kompetitor peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Selamat telah lulus terlebih dahulu sebelum peneliti menyelesaikan skripsi. 9. Teman-teman dekat peneliti, Deby Novia, Rista Dwi Septiani dan Corri Prestita Ishaya yang telah berbagi ilmu, motivasi, inspirasi serta hiburan kepada peneliti. Semoga tali silaturahmi kami tetap terjalin. 10. Seluruh staf Seeties Indonesia yang telah memberikan kesempatan peneliti mendapatkan pengalaman internship di bidang mobile iii application selama tiga bulan dan untuk teman-teman sesama internshiper Azmy, Fadelia, Syifa, Hilya, Tofik, dan Andre. 11. Seluruh teman-teman Jurnalistik A 2012 (JKA27). Semoga tali silaturhmi di antara kami tidak putus walaupun sudah tidak berada dalam satu kelas. 12. Teman-teman Jurnalistik 2012, Azmy, Eva, Kak Rahma, Lilis, Qori, dan kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Kalian bukan hanya sekedar teman tetapi juga keluarga. Semoga dimanapun kalian berada, kalian sukses dengan jalan masing- masing 13. Semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, namun hal ini tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih peneliti. Akhir kata, peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka dan semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti, baik berupa dukungan ilmu, dan doa mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ciputat, 22 Maret 2017 Hana Futari iv DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah ................................................................ 4 2. Rumusan Masalah .............................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis ............................................................. 5 2. Manfaat Praktis .................................................................. 5 E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian .......................................................... 6 2. Pendekatan Penelitian ........................................................ 7 3. Metodologi Penelitian ........................................................ 7 4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 8 v 5. Teknik Analisis Data .......................................................... 9 6. Subjek dan Objek Penlitian .............................................. 10 7. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 10 F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10 G. Sistematika Penulisan .......................................................... 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Ruang Lingkup Bahasa 1. Bahasa .............................................................................. 13 2. Fungsi Bahasa .................................................................. 15 B. Bahasa Jurnalistik 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik .......................................... 18 2. Pedoman Bahasa Jurnalistik ............................................ 21 3. Karakteristik Bahasa Jurnalistik ...................................... 24 4. Fungsi Paragraf Jurnalistik .............................................. 30 C. Media Massa Cetak 1. Pengertian Media Massa Cetak ........................................ 31 2. Surat Kabar ...................................................................... 32 3. Karakteristik Surat Kabar ................................................. 34 4. Spesifikasi Surat Kabar .................................................... 34 5. Pengertian Berita .............................................................. 35 vi 6. Komposisi Berita ............................................................. 38 BAB III GAMBARAN UMUM A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis .............................. 40 B. Profil Harian Kompas 1. Profil dan Sejarah Harian Kompas.................................... 43 2. Visi Kompas ..................................................................... 44 3. Misi Kompas .................................................................... 46 C. Profil Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan .......................... 47 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Bahasa Jurnalistik Pada Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Juli 2016 ................................................ 49 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I ............................... 50 2. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II ............................. 64 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III ............................ 78 4. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV ............................ 95 B. Temuan Kesalahan Kalimat pada Berita ............................ 109 C. Penggunaan Bahasa Jurnalistik di Rubrik Pendidikan Kebudayaan Harian Kompas ............................................. 123 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 128 B. Saran ................................................................................... 130 vii dan DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 132 LAMPIRAN ............................................................................................ 136 viii DAFTAR TABEL 1. Tabel I Judul berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 di Harian Kompas ............................................................................ 49 2. Tabel II Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 50 3. Tabel III Analisis bahasa jurnalistik berita II Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 2 Juli 2016 .............................................................. 64 4. Tabel IV Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 4 Juli 2016 .............................................................. 78 5. Tabel V Analisis bahasa jurnalistik berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 95 6. Tabel VI Temuan Kesalahan pada Kalimat Berita .................... 109 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 5 Transkrip Wawancara Penelitian Lampiran 6 Dokumentasi Wawancara Lampiran 7 Dokumentasi Teks Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 Harian Kompas x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media cetak sangat mengandalkan kualitas tulisan dan penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi. Dalam surat kabar, bahasa merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk menyampaikan informasi, bahasa memiliki fungsi edukasi untuk pembaca. Melalui bahasa yang digunakan, pembaca dapat mengetahui bahasa yang benar dan yang seharusnya digunakan. Ini karena apa yang dibaca akan diserap dan menjadi kosakata yang akan digunakan oleh pembaca tersebut. Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar media cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia. Bahkan, penggunaan bahasa dapat mencerminkan kredibilitas dari media cetak. Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa jurnalistik, informasi yang disampaikan oleh media tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada seluruh kalangan masyarakat. Tidak semua masyarakat memahami apa yang disampaikan oleh surat kabar tersebut sehingga dapat menyebabkan multitafsir. Selain itu, jika surat kabar tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, salah satu fungsi edukasi pada media berkurang. Padahal, media merupakan sesuatu yang dilihat dan menjadi model bagi masyarakat. Jika media sebagai model bagi 1 2 masyarakat tidak turut andil dalam menjaga tatanan bahasa, bagaimana masyarakat bisa menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Maka dari itu, media sebagai model untuk masyarakat harus turut andil dalam menjaga tatanan bahasa yang baik dan benar. Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang terdapat dalam media cetak. Dengan fungsi tersebut, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan mudah dipahami oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat dapat menikmati isi dari informasi yang disampaikan. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah patuh pada normanorma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.1 Sementara itu, AS Haris Sumadiria dalam buku Bahasa Jurnalistik Indonesia mengemukakan 17 ciri utama bahasa jurnalistik yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan diksi yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis dan tunduk kepada kadah etika.2 Sedangkan Kunjana Rahardi dalam buku Asyik Berbahasa Jurnalistik menyebutkan terdapat lima ciri bahasa jurnalistik yakni komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna dan tidak mubazir dan tidak klise. 3 Ciri-ciri bahasa 1 Rosihan Anwar, Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h.4. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.17-20. 3 Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 18. 2 3 jurnalistik tersebut harus dipatuhi oleh surat kabar dalam menyampaikan informasi karena surat kabar dalam menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan masyarkat. Dengan demikian, bahasa harus dimengerti oleh semua pembaca. Selain itu, faktor pengetahuan bahasa setiap orang berbeda-beda karena itu harus diberlakukannya bahasa jurnalistik. Dalam penggunaan bahasa, salah satu surat kabar di Indonesia yakni Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui perhitungan jika satu koran dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi pembaca Harian Kompas perharinya mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. 4 Kompas tidak hanya koran dengan oplah terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Harian Kompas memiliki 10 rubrik, salah satunya yaitu rubrik pendidikan dan kebudayaan. Sesuai dengan nama rubrik pendidikan dan kebudayaan, sudah semestinya berita yang disajikan mendidik para pembaca termasuk dari segi bahasa. Bahasa yang digunakan dalam berita di rubrik tersebut harus menggunakan bahasa yang baik dan benar karena apa yang dibaca oleh pembaca akan diserap dan menjadi kosakata yang digunakan oleh pembaca. Apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas sebagai media cetak terbesar di Indonesia sudah menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa jurnalistik yang telah ditentukan? Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Apakah di rubrik ini masih terdapat penggunaan 4 PT. Kompas Media Nusantara, “Tentang Kompas,” diakses pada 25 Juni 2016 dari http://profile.print.kompas.com/profil/ 4 bahasa yang tidak mengindahkan kaidah Bahasa Jurnalistik Indonesia? Sudah sepatutnya surat kabar dalam penulisan berita mengindahkan bahasa jurnalistik yang sudah ditentukan. Melalui penelitian ini, akan terlihat bagaimana penggunaan bahasa pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Dari latar belakang yang telah peneliti sampaikan, peneliti tertarik untuk menganalisis bahasa jurnalistik pada surat kabar. Dari sini peneliti mengangkat judul pada penelitian ini adalah “Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik” B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus, penelitian ini dibatasi hanya dengan menganalisis penulisan Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang mengacu pada pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978. Objek penelitian terfokus pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas edisi Juli 2016. 2. Rumusan Masalah Pokok masalah dalam penelitian ini adalah mengenai aturan atau kaidah baku bahasa jurnalistik berita Harian Kompas. Oleh sebab itu, maka muncul rumusan masalah: 1. Bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan harian Kompas edisi Juli 2016? 5 2. Apakah pedoman bahasa jurnalistik yang digunakan oleh Harian Kompas pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli 2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian Kompas menerapkan bahasa jurnalistik dalam Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Jika terdapat ketidaksesuaian, bagaimana jenis ketidaksesuaian tersebut berdasarkan karakteristik bahasa jurnalistik yang mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa pada Pers yang telah ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Agar mahasiswa dapat mengimplementasikan bahasa jurnalistik dalam tiap menulis dan mengolah setiap berita. Mengingat bahwa bahasa jurnalistik merupakan bagian dari keilmuan dalam bidang jurnalisme. 2. Manfaat Praktis Agar penelitian ini dapat memberi kontribusi positif dalam penulisan berita dan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi, wartawan, maupun pihak yang berminat dalam dunia jurnalistik. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi wartawan, praktisi dan pihak-pihak yang terlibat dalam struktur redaksional surat kabar Harian Kompas. 6 E. Metodologi Penlitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir penelitian untuk melakukan penelitiannya. Hal tersebut berupa sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir yang membawa konsekuensi praktis perilaku, interprestasi, dan kebijakan dalam memilih masalah penelitian. Paradigma penelitian bisa menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban penelitian yang diperoleh. 5 Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah Paradigma Konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang memandang ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap aksi pemberian makna sosial melalui pengamatan langsung terhadap perilaku sosial dalam latar para pelaku sosial memelihara dunia sosial mereka. Pada paradigma ini yang dimaksud komunikasi adalah ketika pesan yang disampaikan komunikator dapat dipahami oleh komunikan dan mereka mengkonstruksi pesan tersebut berdasarkan rujukan yang dimiliki.6 keseharian yang alamiah agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana 5 Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.13 dari http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/ fmenu_2.1.ht m 6 Universitas Islam Indonesia, Paradigma Penelitian Komunikasi, diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.30 dari http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradig ma%20penelit ian%20%5Bco mpat ibility%20mode%5D.pdf 7 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sendiri adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan caracara lain dari kuantitatif (pengukuran)7 . Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti menggunakan konsep bahasa jurnalistik untuk membedah data-data yang telah dikumpulkan. Konsep tersebut juga merupakan instrumen penelitian dalam pembahasan di Bab IV. Konsep tersebut adalah pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang telah ditentukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bahasa jurnalistik yang digunakan berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Teori Bahasa Jurnalistik dalam penelitian ini menggunakan 10 Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978. Kesepuluh pedoman ini juga menjadi instrumen penilaian saat pembahasan di Bab IV. Dalam menjabarkan hasil penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian studi dokumentasi atau teks dan metode analisis deskriptif. Studi dokumen atau teks merupakan kajian dari bahan dokumen yang tertulis seperti buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, naskah, artikel dan sejenisnya untuk 7 dianalisisis, diinterprestasikan, digali untuk menentukan Djunaidi Ghony, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Grounded (Surabaya:Bina Ilmu, 2007), h.11. 8 tingkat pencapaian pemahaman tehadap topi tertentu dari sebuah bahan atau teks tersebut8 . Metode analisis deskriptif adalah metode mendeskripsikan secara mendalam subjek penelitian. Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metode Riset Komunikasi, jenis analisis deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau objek tertentu9 . Jenis deskriptif ini peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di Harian Kompas. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teks Observasi mendapatkan yang data berarti tentang suatu pengamatan masalah, bertujuan sehingga untuk diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi di sini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung wacana yang terdapat dalam media cetak surat kabar Kompas. Dalam hal ini, observasi teks yang dimaksud adalah teks-teks dalam Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas 8 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h.23). 9 Rachmat Kriyanto, Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), h.69. 9 b. Dokumentasi Dokumentasi atau studi dokumen adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah data-data yang diteliti salah satunya dengan mengliping surat kabar tersebut dari berita-berita yang sudah diambil setiap edisinya. c. Wawancara Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuaah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktan terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.10 Dalam hal ini peneliti mewawancarai Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. 5. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul, peneliti menganalisis data ke dalam kata kata dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan pedoman bahasa jurnalistik. Peneliti juga mengkonstruksi teks berita kemudian memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana bahasa yang digunakan dalam berita utama apakah terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman bahasa jurnalistik menurut Persatuan Pers Indonesia (PWI). 10 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Baru Press, 2014), h.31. 10 6. Subjek dan Objek Penelitian Menurut Suharsmi Arikunto subjek penelitian adalah subjek yang dituju oleh peneliti.11 Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah Harian Kompas edisi Juli 2016. Sedangkan Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan harian Kompas. 7. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung sejak Juni 2016 setelah seminar proposal dilakukan sampai Maret 2017. Tempat penelitian berlokasi di Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 26-28. Jakarta Pusat 10270 dengan melakukan wawancara langsung kepada editor rubrik Pendidikan dan Kebudayaan dan mencari data-data yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu, untuk keperluan referensi, peneliti mencari data di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Jakarta. F. Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan, buku, dan lainnya pada perpustakaan perpustakaan utama Fakultas UIN Ilmu Dakwah dan Ilmu Syarif Hidayatullah Jakarta, Komunikasi juga penulis menemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan, antara lain : 1. Analsis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008 ditulis oleh Aris Takomaladi. Penelitian ini berbeda dari segi objek dan metode penelitian serta rujukannya. Skripsi Aris membahasa penggunaan bahasa jurnalistik berita utama di Harian 11 Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.122. 11 Republika edisi Desember 2008 dan menggunakan rujukan bahasa jurnalistik menurut Kunjana Rahardi. 2. Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama “Straight News” di Surat Kabar “Radar Bekasi” Edisi 1-5 Oktober 2012 ditulis oleh Eneng Khairunnisa. Penelitian ini berbeda dari segi subjek, objek dan metodologi penelitiannya, skripsi Eneng membahasa penggunaan bahasa jurnalistik berita utama di Harian Radar Bekasi edisi Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan rujukan tujuh ciri bahasa jurnalistik. 3. Analisis Diksi Gorys Keraf pada Features di Rubrik Nasional Podium Harian Republika ditulis oleh Fauziah Muslimah. Penelitian ini berbeda dari segi subjek, objek dan metodologi penelitiannya. Skripsi Fauziah membahas tentang penggunaan diksi features di Rubrik Nasional Podium Harian Republika. Penelitian ini menggunakan teori diksi Gorys Keraf. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latat belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini, membahas mengenai teori mengenai bahasa, teori bahasa jurnalistik ruang lingkup bahasa jurnalistik, yang terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa jurnalistik dan 10 pedoman yang dikemukakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia.. 12 BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. Bab ini berisi sosiologi penggunaan penyebaran bahasa, logika bahasa, profil harian kompas dan profil rubrik pendidikan dan kebudayaan. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi tentang temuan dan analisis mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada enam berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli 2016 Harian Kompas menggunakan pedoman bahasa jurnaistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan BAB V PENUTUP. Bab ini berisi keimpulan dari penelitian serta saran terhadap penelitian. Daftar Pustaka Lampiran BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Ruang Lingkup Bahasa 1. Bahasa Bahasa merupakan cermin kebudayaan suatu suku bangsa. Ada pula yang mengatkan bahwa bahasa merupakan jantung kebudayaan suatu bangsa. Pemimpin redaksi majalah kebudayaan Basis (Yogyakarta), Dick Hartoko, mengatakan, dalam bahasa terungkap sistem dan lambang yang dipakai oleh bangsa yang bersangkutan.1 Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur-unsur berikut: 1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya. 2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan. 3. Lambang-lambang tersebut bersifat abiter (kesepakatan) digunakan secara berulang dan tetap. 4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas tetapi produktif. Artinya, dengan sistem yang sederhana dan jumlah aturan yang terbatas 1 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010), h.213. 13 14 dapat menghasilkan jumlah kata, frasa, klausa, kalimat pragraf dan wacana yang tidak terbatas jumlahnya. 5. Sistem lambang bersifat unik, khas dan tidak sama dengan lambang bahasa lain. 6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal. Hal ini memungkinkan bahwa suatu sistem bisa sama dengan bahasa lain.1 Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahasa ke dalam tiga batasan, yaitu sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang disepakati (arbiter) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Selain itu, perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa. Kemudian yang terakhir percakapan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.2 Menurut Bloch dan Trager melalui buku Filsafat Bahasa, bahasa sebagai sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Serupa dengan Bloch dan Tragrer, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi abirter yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. 3 1 Widjono Hs, Bahasa Indonesia (Jakarta:Grasindo, 2012), h.20 Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), cet.ke-1, h.66-67 3 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22. 2 15 2. Fungsi Bahasa Menurut Gorys Keraf, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya adalah;4 1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan individu. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain: agar menarik perhatian orang lain, dan keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi. 2. Alat komunikasi Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Melalui komunikasi dapat mempelajari dan mewarisi pula semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang, serta apa yang dicapai oleh orang-orang sezaman. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan warga. Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, 4 Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.37. 16 merencanakan dan mengarahkan masa depan. Bahasa juga memungkinkan manusia menganalisis masa lalu untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang. 3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Selain sebagai salah satu unsur kegian dalam kebudayaan, bahasa memungkinkan pengalaman, manusia memperlajari dan untuk mengambil memanfaatkan bagian dalam pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, memungkinkan setiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, melakukan semua kegiatan kemasyarakatan, efisiensi yang menghindari setinggi-tingginya. konflik, Ia untuk memperoleh memungkinkan integrasi yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya. Melalui bahasa, setiap anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku, dan tatakrama masyarakatnya. Bahasa mencoba menyesuaikan diri dengan semua melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam sebuah masyarkat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan tentram dan harmonis, menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu. maka harus 17 4. Alat mengadakan kontrol sosial Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan instruksi atau penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur. Sedangkan P.W.J. Nababan, seorang linguis Indonesia, membagi fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan menjadi empat fungsi, yaitu fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perorangan dan fungsi pendidikan. 5 Fungsi kebudayaan dari bahasa adalah sebagai sarana perkembangan kebudayaan, sedangkan, fungsi kemasyarakatan bahasa menunjukkan peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat. Nababan mengklarifikasi fungsi kemasyarakatan bahasa ke dalam dua bagian yaitu berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan bidang pemakaian. Pertama mengandung “bahasa nasional” dan “bahasa kelompok”. Bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas bangsa; alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan bahasa dan sebagai alat yang menghubungkan antar daerah dan antarbudaya. Kemudian, bahasa kelompok ialah bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa, seperti suku bangsa atau 5 P.W.J. Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.38. 18 suatu daerah subsuku, sebagai lambang identitas kelompok dan alat pelaksanaan kebudayaan kelompok itu. Klarifikasi fungsi bahasa golongan ketiga, yaitu fungsi perorangan, Nababan menjelaskan dengan mendasarkan pada hasil kajian Haliday (1976) yang telah membuat klarifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar observasi yang terus menerus terhadap penggunaan bahasa. Terakhir, fungsi pendidikan dari bahasa, didasarkan pada banyaknya penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran, mencakup empat fungsi yaitu fungsi intergratif, fungsi instrumental, fungsi kultural dan fungsi penalaran. Dari fungsi-fungsi yang diungkapkan di atas, bahasa meningkatkan martabat manusia. Karena itu manusia sampai kapanpun tidak akan bisa melepaskan diri dari adanya bahasa sebagai suatu yang harus ada. 6 B. Bahasa Jurnalistik 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pers. Bahasa pers merupakan bahasa ragam resmi baku karena itu bahasa pers harus tunduk pada aturan atau kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa pers merupakan bahasa tulis sehingga harus menggunakan bahasa tulis baku. Sebagai ragam bahasa tulis yang baku, maka bahasa pers harus tunduk kepada kaidah bahasa yang dibakukan yaitu kaidah tata bahasa dan kaidah ejaan serta tanda baca. Selain itu, harus menggunakan kata atau istilah yang sama maknanya dengan yang telah ditetapkan dalam kamus. Dengan 6 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.26. 19 demikian, bahasa yang digunakan oleh pers menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh umumnya masyarakat pemakai bahasa. 7 Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas. Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan informasi akan menyulitkan khalayak untuk memahami informasi tersebut. 8 Dalam menyampaikan informasi, surat kabar menggunakan bahasa secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa, terutama bagi media cetak. Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa. Bahasa menjadi media bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan peradaban bangsa.9 Karena itu, dunia pers atau jurnalistik harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar khalayak dapat memahami informasi yang disampaikan dengan mudah. Selain itu, dunia pers juga memiliki kaidahkaidah bahasa agar bahasa yang digunakan dalam menyamapikan informasi lebih mudah dipahami dan tidak membosankan khalayak. Prinsip bahasa jurnalistik yaitu harus jelas, padat, ringkas dan lugas. Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan oleh wartawan. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, 7 J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia II (Jakarta: Gramedia, 1992), h.61. Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.118. 9 Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h.85-86. 8 20 sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik tidak dapat menghiraukan kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga harus memperhatikan ejaan yang benar.10 Rosihan Anwar menambahkan, bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan mudah dibaca oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang dapat membaca dapat menikmati isi dari informasi yang disampaikan. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.11 Begitu pula menurut pakar bahasa JS Badudu, bahasa jurnalistik harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat tersebut harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat yang tidak semua tingkat pengetahuannya sama. Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Bahasa jurnalistik harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar tersebut.12 Kemudian, menurut Daryl L. Frazel dan George Tuck, dua pakar pers Amerika dalam Principles of Editing, A Comprehensive Guide for Student and Journalist, Pembaca berharap, apa yang dibacanya dalam media massa 10 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), h.3. Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.4. 12 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.2. 11 21 bisa dimengerti tanpa bantuan pengetahuan khusus. Pembaca berharap, wartawan dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan ilmuwan, perihal hubungan-hubungan internasional kepada mereka yang bukan diplomat, dan masalah-masalah politik kepada para memilih yang awam (to explain science to no scienctist, international relations to nondiplomats, and politics to ordinary voters).13 Selain itu, menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik yang baik harus sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri dari susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok. Anton M. Moeliono seorang konsultan Pusat Bahasa mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku.14 Dari pengertian-pengertian tentang bahasa jurnalistik di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh media massa dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik harus singkat, padat, lugas, menarik dan mengindahkan kaidah tata bahasa. Bahasa jurnalistik juga harus menggunakan kata-kata serta kalimat-kalimat yang dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat. 2. Pedoman Bahasa Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta mengeluarkan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers. Kesepuluh pedoman ini berbicara tentang pemakaian ejaan, singkatan dan akronim, imbuhan, pemakaian kalimat pendek, ungkapan klise, kata mubazir, kata asing dan istilah teknis, dan tiga aspek bahasa jurnalistik. 13 A.M Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, Panduan Mencermati Penulisan Berita (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004), h.23. 14 Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h.1. 22 Berikut kutipan lengkap kesepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers itu:15 1. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar ini ialah kesalahan ejaan. 2. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai. 3. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat ketrbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan sampai dipukulratatakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita. 4. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya logis, tertatur, lengkap dengan kata pokok, sebutan, dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan utnuk satu ide dalam satu kalimat”. 15 HS Haris Sumadiria,Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.193 23 5. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti katakata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan bahasa. 6. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah (kata kerja kopula), telah (penujuk masa lampau), untuk (sebagai terjemah to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang. 7. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me). 8. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilahistilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya. 9. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. 10. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan. 24 3. Karakteristik Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik surat kabar harus tunduk kepada kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik dan juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan bahasa jurnalistik surat kabar dengan bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online. Berhubung pedoman bahasa jurnalstik di atas terlalu umum, maka akan dijabarkan lagi karateristik bahasa jurnalistik menurut para ahli. Dalam buku Bahasa Jurnalistik, AS Haris Sumadiria mengemukakan 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk surat kabar. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika. Berikut penjelasannya :16 1. Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen. Contoh dari kalimat sederhana yaitu: Pemerintah perlu merubah drastis kelembagaan dan tata kelola penyelenggaraan haji agar kualitas pelayanan publik bagi jeaah dapat meningkat. 16 AS Haris Sumadirian, Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.15. 25 Kata “merubah drastis” sebenarnya dapat diubah menjadi “reformasi”, namun kata “merubah drastis” lebih sederhana dan lebih banyak diketahui oleh khalayak. 2. Singkat Singkat berarti langsung kepada pokok masalah, tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Contoh dari kalimat singkat yaitu: Tersangka membunuh korban dengan cara memukul wajah korban berulang-ulang. 3. Padat Menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Contoh dari kalimat padat yaitu: Badan Pemeriksa Keuangan menemukan indikasi kerugian negara Rp. 191,3 miliar dalam pembelian lahan Yayasan Kesehatan Sumber Waras seluas 3,64 hektar. 4. Lugas Lugas berarti eufemisme atau tegas, tidak penghalusan membingungkan khalayak ambigu, kata dan sekaligus kalimat menghindari yang bisa pembaca sehingga terjadi pebedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Contoh kalimat lugas yaitu: Tersangka korban. membunuh korban dengan cara menembak dada 26 5. Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya. Tidak baur dan kabur serta kalimat sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek- keterangan (SPOK). Contoh kalimat jelas yaitu: Pelaku menyimpan sabu kristal di dalam pipa baja. S P O K 6. Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisisi wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu beruta atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan publik. Dalam bahasa kiai, jernih berarti bersikap berprasangka baik dan sejauh mungkin menghidari prasangka buruk. Menurut orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif dan menolak pola pikir negatif. Contoh kalimat jernih yaitu: Gubernur non-aktif DKI Jakarta diduga menistakan agama. 7. Menarik Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang tertidur, terjaga seketika. Contoh kalimat menarik yaitu: Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Rohadi, panitera 27 8. Demokratis Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekanknan aspek fungsional dan komunal, sehingga sama sekali tidak dikenal pendekatan feudal. Contoh kalimat demokratis adalah: Joko Widodo menyapa para pedagang di pasar tradisional. 9. Populis Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Contoh kalimat populis yaitu: Kegiatan ini merupakan penerapan dari peraturan daerah. 10. Logis Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Contoh kalimat logis yaitu: Dia mengajarkan Bahasa Inggris. 11. Gramatikal Gramatikal berarti kata istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Contoh kalimat gramatikal yaitu: Ia mengatakan, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima tahun ke depan. 28 12. Menghindari kata tutur Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapn seharisehari secara informal. Kata tutur ialah kata yang hanya menekankna pada pengertian, sama sekali tidak pemperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kalimat yang menghindari kata tutur yaitu: Pegawai Penyelidik PPPAT berkata, lokasi popular ikan lomah berkumpul dan bermigrasi ke hulu. 13. Menghindari kata dan istilah-istilah asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak membingungkan. informatif dan komunikatif, juga sangat Contoh kalimat yang menghindari kata dan istilah asing yaitu : Acara tersebut dihadiri Menteri Kesehatan. 14. Pilihan diksi yang tepat Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, pilihan katau atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu. Contoh kalimat memiliki diksi yang tepat yaitu: Sang pembimbing rohani bernama Hasan Makarim. 29 15. Mengutamakan kalimat aktif Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalyak pembaca dibanding kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Contoh kalimat aktif yaitu: Berdasarkan data Badan Nasional Penganggulangan Bencana, bencana alam menewaskan 154 orang. 16. Menghindari kata atau istilah teknis Bahasa jurnalistik ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami dan ringan dibaca. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Contoh kalimat yang tidak menggunakan istilah : kerja teknis yaitu sama satu program ini bisa menghasilkan efek berlipat ganda. 17. Tunduk kepada kaidah etika Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikelartikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu. Sebagai guru bangsa dengan fungsi sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar, 30 sumpah serapah. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata porno dan berselera rendah lainnya dengan maksud untu membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca. Contoh kalimat yang tunduk kepada kaidah etika yaitu: Sejumlah PSK Gang Dolly masih beroprasi. 4. Fungsi Paragraf Jurnalistik Paragraf jurnalistik mempunyai fungsi yang amat mendasar dalam sebuah karangan atau karya jurnalistik. Secara singkat, dalam konteks tulismenulis atau karang mengarang dalam wadah pers atau jurnalistik, sosok paragraf jurnalistik memiliki sejumlah fungsi yang amat penting, yaitu sebagai berikut.17 1. Media pengungkapan ide, penyampaian gagasan, pengungkapan pikiran, penyampaian fakta pokok, yang semuanya mempunyai nilai dan kadar jurnalistik. 2. Memudahkan pembaca media massa cetak untuk memahami jalan pikiran sang jurnalis atau yang menuliskan karya jurnalistik. 3. Media bagi jurnalis untuk mengembangkan jalan pikiran dan pengungkapan gagasannya dalam laras bahas pers atau ragam bahasa jurnalistik 4. Media mengawali, mengisi, mengembangkan, dan menutup pengungkapan gagasan atau pemikiran secara keseluruhan dalam konteks tulisan jurnalistik atau tulisan di media massa. 17 Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h.128. 31 C. Media Massa Cetak 1. Pengertian Media Massa Cetak Media cetak adalah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Dalam proses produksi tersebut terjadi komunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa.18 Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Secara garis besar, media cetak dapat diklasifikasikan menjadi surat kabar, tabloid dan majalah.19 Sejak awal perubuhannya hingga saat ini, media cetak telah mengalami berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya, speisfikasi bahasanya, kualitas pesan-pesannya dan lain sebagainya semua telah berubah dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi pendukungnya.20 Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama berabad-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik, 18 R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h.6. 19 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pnegantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 20 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.88. 32 media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli dan penjual.21 2. Surat Kabar Surat kabar adalah media komunikasi yang berisi informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya, seni, olahraga dan sebagainya. Surat kabar merupakan media massa tertua sebelum ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitik beratkan pada penyebaran informasi (fakta atau peristiwa) agar diketahui publik.22 Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.23 Sementara itu, Kurniawan Junaedhi mengemukakan surat kabar adalah sebutan untuk penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan. Surat kabar diterbitkan secara berkala serta diedarkan secara umum. Isi dari surat kabar pun harus aktual dan harus bersifat universal. Maksudnya, pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Menurut jenisnya surat kabar dibagi menjadi berkala harian dan surat kabar berkala mingguan. Surat kabar juga dapat digolongkan menjadi surat kabar khusus dan surat kabar umum. Surat kabar khusus adalah 21 William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17. Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 23 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.241. 22 33 surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya, sedangkan surat kabar umum adalah surat kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi pembertaannya pun tidak mewakili suara partai atau golongan tertentu.24 Menjelang kredibilitas yang abad lebih ke-20, dunia persuratkabaran baik melalui pembentukan mampu suatu meraih organisasi profesional. Pada awal abad ini, pengaruh individu dalam pers semakin rontok dan berubah menjadi bentuk perusahaan semakin besar. Secara bertahap perubahan itu terjadi hingga surat kabar tumbuh membentuk press association yang cukup besar. Di sini, kelangsungan pers ditunjang pula oleh kekuatan ekonomi yang terus berpacu mengikuti perkembangan zaman. Sekian tahun lalu, keberadaan surat kabar dianggap segera berakhir. Kalaupun surat kabar dapat bertahan setelah adanya televisi, dapat dinilai surat kabar tidak akan banyak berpengaruh terhadap khalayak. Pandangan ini memiliki alasan karena banyak surat kabar di kota-kota besar terpaksa gulung tikar. Namun sejak tahun 1970, koran terbukti mampu bertahan meskipun prosesnya memang tidak mudah. Sekalipun surat kabar gagal bertahan, surat kabar yang mampu menyajikan pelayanan baru, khususnya di daerah pinggiran kota berhasil menyelamatkan diri. Pada awal tahun 1970-an, volume aneka koran yang beredar naik pesat dibandingkan sepuluh tahun lalu. 24 25 Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.257. 25 William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.20. 34 3. Karakteristik Surat Kabar Dalam buku Dasar-dasar Jurnalistik karya Hoeta Soehoed, Karl Batwizh mengemukakan terdapat lima karakteristik dari surat kabar yaitu:26 1. Publisitas : Surat kabar diterbitkan untuk publik dan masyarakat umum. 2. Periodisitas : Surat kabar terbit pada waktu yang telah ditentukan sebelumya. Periode terbit, jarak dan waktu antara dua terbitan bersifat tetap dan teratur. 3. Aktualitas : Isi dari surat kabar aktual, belum pernah dimuat sebelumnya 4. Universalitas : Isi dari surat kabar tidak mengenai satu persoalan saja. 5. 4. Kontinuitas : Isi dari surat kabar berkesinambungan. Spesifikasi Surat Kabar Surat kabar dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi penerbitan, sirkulasi, format isi, dan kelas sosial pembacanya. Sebagai berikut penjelasan singkatnya:27 1. Frekuensi Pemberitaan: Surat kabar dibedakan menjadi dua, yaitu surat kabar harian dan surat kabar mingguan 2. Sirkulasi: Surat kabar adalah media komunikasi massa yang menjangkau khalayak regional, nasional, maupun lokal. 3. Format isi: format sebuah surat kabar harus disusaikan dengan rubrik-rubrik yang ada di dalamnya. 26 Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003), h.11. Kasali Rhenald,Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 1992, h.101. 27 35 4. Kelas sosial budaya: berdasarkan kelas sosial pembacanya, surat kabar dibedakan menjadi dua jenis yaitu High BrowNewspaper dan BoulevardNewspaper. High BrowNewspaper adalah surat kabar untuk golongan menengah sampai golongan atas, sedangkan BoulevardNewspaper adalah surat kabar untuk golongan menengah sampai golongan bawah. 5. Pengertian Berita Belum ada definisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean Lyle Spencer berita adalah suatu kejadian nyata yang dapat menarik perhatian sebagaian dari pembaca. Adapula pengertian berita menurut William S Maulsby yaitu suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari faktafakta yang mempunya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar.28 Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan 28 dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan (Bandung: Dimensi Publisher, 2005), h.1 36 mengandung unsur-unsur Baru dan penting, Bermakna dan berpengaruh, Menyangkut hidup orang banyak, Relevan dan menarik. 29 Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping opini (views). Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, menurut Earl English dan Clarence Hach News is difficult to be define, because it involves many variable factors. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variable. Sedangkan Romli mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa yang memiliki nilai berita. Nilai berita yaitu aktual, faktual, penting dan menarik.30 Selain itu, Hoeta Soehoet mengemukakan definisi berita sebagai berikut:31 1. Berita adalah keterangan menganai sebuah peristiwa atau isi pernyataan manusia. 2. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa/isi pernyataan manusia yang perlu untuk mewujudkan filsafat hidupnya 3. Berita bagi surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa/isi pernyataan yang diperlukan bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya. Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi berita, dikandung 29 dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang sebuah berita. Nothclife seorang pakar komunikasi Inggris Helena Olii, Berita dan Informasi (Jakarta: Indeks, 2007), h.25. Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.133. 31 Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik, h.23. 30 37 menekankan pengertian berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman, sehingga menarik perhatian dan rasa ingin tahu. Sementara itu, Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan layak dijadikan acuan. Ia mengatakan, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, serta menyangkut kepentingan mereka. Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa. Berita memiliki empat unsur yaitu cepat, nyata, penting dan menarik. Keempat unsur ini yang dikenal dengan nilai-nilai berita. 32 Berita dapat dibedakan dari beberapa segi yakni segi sifat kejadian, cakupan isi, dan bentuk penyajian. Dari ketiga faktor tersebut masih dapat diklasifikasikan kembali. Dilihat dari segi sifat kejadiannya berita dibedakan antara berita yang terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita tak terduga seperti ledakan bom, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan semacamnya. Jika dilihat dari segi cakupan isinya, berita terbagi pada berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kriminal, militer, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Berita juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya seperti berita langsung (spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature. 32 Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Rosda, 2005), h.3-6. 38 6. Komposisi Berita Berita dalam surat kabar memiliki komposisi yang membangun berita tersebut. Komposisi dalam berita terdiri dari judul berita, teras berita (lead), tubuh berita (isi berita) dan penutup berita. Berita yang baik haruslah memiliki empat komposisi tersebut. Judul berita merupakan hal yang urgen dalam berita karena judul mewakili isi berita itu sendiri. Judul yang baik akan menarik perhatian khalayak pembaca. Setiap media memiliki aturan dan prisinsip tersendiri dalam menulis judul berita. Kekhasan prinsip dalam merumuskan judul berita itu yang akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak. Koran-koran nasional lazimnya cenderung akan merumuskan judul-judul beritanya secara standar.33 Dalam suatu berita, judul dimaksudkan untuk mempromosikan berita tersebut. Biasanya judul dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan dan meningkatkan keinginan khalayak untuk membaca berita tersebut. Selain untuk mempromosikan berita, judul berfungsi sebagai cara memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca. Selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita.34 33 Teras berita berisi bagian berita yang paling mendapat perhatian Kunjana Rahardi, Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media (Depok: Gramata Publishing, 2010), h.134. 34 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006),h.126. 39 dalam penulisan berita karena teras berita merupakan pintu gerbang yang mengantarkan pada isi, atau sebagai jembatan antara judul dan isi.35 Kekuatan berita terletak pada lead. Jika leadnya bagus, maka khalayak akan terus membaca. Selain itu lead merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Agar memenuhi rasa ingin tahu pembacanya secara cepat, lead disusun sedemikian rupa yang dirumuskan sebagai 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Dengan demikian baik pembaca, pendengar, ataupun penonton akan segera tahu mengenai persoalan pokok dari sebuah peristiwa yang dilaporkannya.36 Setelah lead atau teras berita, terdapat pula tubuh berita atau isi berita. Tubuh berita merupakan bagian isi berita yang berda setelah judul, baris tanggal dan teras berita. Tubuh berita berisi paparan lengkap mengenai fakta sebuah peristiwa, pernyataan, atau pendapat. Biasanya isi berita berupa penjelasan lebih terperinci dari lead. Setelah isi berita, terdapat penutup berita. Penutup berita merupakan bagian akhir dari struktur penulisan berita yang berperan penting. Akhir kalimat dalam struktur penulisan berita merupakan penguat tulisan yang bersanding 35 dengan judul, lead, dan body keseluruhan laporan.37 Suhaemi, Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.41-44 36 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik (Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia, 2004), h.120. 37 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.119. BAB III GAMBARAN UMUM A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis Sering terdapat anggapan bahwa surat kabar merupakan perusak bahasa. Anggapan ini merupakan anggapan yang dilihat dari satu sisi saja tanpa melihat sisi surat kabar yang sangat berjasa mengembangkan bahasa. Dalam masyarakat modern, surat kabar merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Melalui surat kabar, masyarakat mendapatkan informasi yang dibutuhkan.1 Keakraban antara surat kabar dan masyarakat membuat bahasa yang digunakan surat kabar akan diserap oleh pembaca. Tidak semua pembaca surat kabar merupakan orang yang ahli dalam bahasa. Oleh karena itu, jika surat kabar menggunakan bahasa yang salah, besar kemungkinan hal tersebut berpengaruh pada bahasa yang digunakan pembaca. Pembaca secara sengaja atau tidak meniru penggunaan bahasa surat kabar tersebut. 2 Karena itu, media berperan sangat penting dalam menyebarluaskan bahasa. Padahal, media merupakan sesuatu yang setiap hari dilihat oleh masyarakat, tidak terkecuali media cetak. Sebagai model yang selalu dilihat masyarakat, sudah semestinya media cetak mencontohkan sesuatu yang baik dan benar seperti hal nya dalam tulisan. Tulisan dalam media cetak yang dilihat oleh masyarakat akan diserap dan menjadi kosakata yang akan digunakan masyarkat sehingga apabila terdapat 1 2 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10. J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10. 40 41 tulisan dalam media cetak yang tidak sesuai, maka hal tersebut juga yang akan diserap oleh masyarakat. Kesalahan paling mencolok dari media massa dan kemudian diikuti masyarakat adalah pemakaian kata. Masyarakat yang kurang begitu memperhatikan bahasa pasti tidak terlalu peduli dengan penggunaan kata yang benar. Hal yang sama terjadi pada kesalahan pada struktur kalimat. Masyarakat mencontohkan penggunaan kalimat dari media massa yang agak kurang bertanggung jawab. Dengan begitu banyak sekali orang yang membuat kalimat tanpa subjek, memulai kalimat dengan kata depan, terbawanya struktur bahasa lisan dalam bahasa tulis.1 Surat kabar dan majalah merupakan sarana pembinaan bahasa. Kekuatan surat kabar terletak pada penggunaan bahasa secara terampil dalam menyampaikan informasi, opini, dan hiburan. Sarana yang digunakan dalam komunikasi antara surat kabar dan masyarakat yaitu melalui bahasa tulis.2 Peran surat kabar dan majalah dalam membina bahasa dapat bersifat positif, dapat juga bersifat negatif. Apabila bahasa yang digunakan oleh pers adalah bahasa yang baik dan terpelihara, tentu pengaruh terhadap pembaca pun baik. Akan tetapi, apabila bahasa yang digunakan pers itu bahasa yang tidak terpelihara, bahasa yang tidak baik dalam segi struktur kata dan kalimat, tentulah pengaruh terhadap masyarakat sifatnya negatif. 3 1 Tri Ardi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2007), h.8. J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1985), h.135. 3 J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, h.135. 2 42 Masyarakat menuntut lebih dari pers sebagai lembaga yang diakui memiliki peranan yang besar dalam pembinaan bahasa. Bahasa yang digunakan pers adalah bahasa tulis yang setiap hari dibaca oleh masyarakat. Bahasa tulis dapat dilihat selamanya oleh pembaca berbeda dengan bahasa lisan yang hanya sepintas didengar oleh masyarakat. Oleh sebab itu, pembaca yang kurang menguasai kaidah bahasa mudah dipengaruhi oleh bahasa yang dibaca dalam surat kabar. Pembaca meniru bukan hanya bahasa yang benar, melainkan pula bahasa yang salah. Itu sebabnya penyebaran bahasa yang digunakan pers lebih berpengaruh terhadap masyarakat dibanding penyebaran melalui media lain. 4 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Harian Kompas sebagai objek penelitian. Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia. Oplah surat kabar ini mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui perhitungan jika satu koran dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi pembaca Harian Kompas per hari mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. Jika Harian Kompas menggunakan bahasa yang tidak sesuai, berarti sebanyak 2.000.000 masyarakat Indonesia yang membaca Harian Kompas terbohongi. Bahasa tulisan yang salah tersebut selanjutnya akan diteruskan dalam penggunaan sehari-hari dan dapat menjadi kebiasaan. Hal ini dapat berdampak pada rusaknya tatanan bahasa. Bahasa Indonesia dalam surat kabar khususnya surat kabar nasional sudah mengalami kemajuan dibanding belasan atau puluhan tahun lalu, namun tidak berarti bahwa bahasa tersebut sudah tidak ada kesalahan. Seorang wartawan harus berusaha 4 meningkatkan penguasaan dan J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, h.136. kemampuan berbahasa Indonesia, 43 khususnya bahasa tulis. Bahasa merupakan alat utama wartawan untuk menjalankan tugasnya.5 Di samping kekurangan dalam segi bahasa yang masih terdapat dalam surat kabar, harus diakui bahwa surat kabar memiliki peranan yang penting dalam pengembangan Bahasa Indonesia. Wartawan yang baik juga turut serta dalam membina bahasa yang baik karena jasa mereka dalam penyebaran Bahasa Indonesia.6 B. Profil Harian Kompas 1. Profil dan Sejarah Harian Kompas Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan perlu dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini ditulis oleh “Harian Rakyat” sebagai adil dan patriotik. Awal tahun 1965 Panglima TNI-AD Letjen Ahmad Yani menelpon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu dan membicatakan dengan Ignatius Josef Kasimo sesama rekan di Partai Katolik dan dengan rekannya, pemimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. 7 PK. Ojong dan Jacob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih yaitu “Bentara 5 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12. J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12. 7 Company Profile, Harian Kompas 6 44 Rakyat”, namun atas usul Soekarno koran tersebut diberi nama “Kompas” yang memiliki makna pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah nama Harian Kompas. Harian Kompas pertama kali terbit empat halaman pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”8 Saat ini, Kompas berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG). Harian Kompas menjadi satu-satunya surat kabar yang mampu menjangkau 33 provinsi di penjuru Indonesia. 9 Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar yaitu mencapai 530.000 setiap hari dengan 2 juta lebih pembaca yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Sebagian besar oplah Harian Kompas beredar di Jabodetabek sebanyak 66%. 10 2. Visi Kompas Dalam visinya, Kompas bertujuan mengedukasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan informasi dengan menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan bahasa. Kompas sangat urgen terhadap pengembangan bahasa. Hal ini tertera pada visinya yang meyatakan11 : 8 Company Profile, Harian Kompas. Data Litbang Bisnis Kompas tahun 2013. 10 Company Profile, http://profile.print.kompas.com/profil/ diakses pada Jumat 20 Januari 2017 pukul 00.59. 11 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 9 45 “Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bemartabat serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”12 Dalam visi tersebut, terdapat kata bemartabat, yang dimaksud dengan bemartabat yaitu, menjadi organisasi yang bermanfaat di mata masyarkat. Bemartabat di sini juga berkaitan dengan bahasa karena seseorang dikatakan bemartabat apabila Ia menghargai bahasanya dan seberapa jauh ia berbahasa.13 Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanism transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai berikut:14 a. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka. b. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik, agama, sosial, ekonomi atau golongan c. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok. d. Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa. 12 Company Profile Harian Kompas Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 14 Company Profile Harian Kompas 13 46 e. Kompas bersifat dikembangkan luas tetapi dan selalu bebas dalam pandangan memperhatikan konteks yang struktur kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan. 3. Misi Kompas Layaknya pengembangan Visi bahasa. Kompas, Misi Bahasa ibarat Kompas alat pun yang mengedepankan digunakan untuk menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas adalah bahasa jurnalistik. Pesan dapat disampaikan kepada masyarakat apabila alat yang digunakan berupa bahasa sudah baik dan pas. 15 Hal ini tertera pada misi Kompas yang menyatakan, “Menginspirasi dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) dengan Menyediakan dan Menyebarluaskan Informasi Tepercaya”16 Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha di antara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima sasaran operasional:17 a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri : cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna. b. Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat 15 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 16 Company Profile Harian Kompas 17 Company Profile Harian Kompas 47 yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan. c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak rasional, lain, selalu berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip. d. Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan meningkatkan tiras. e. Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh keuntungan dari usaha, namun, keuntungan yang dicari bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosial sebagai perusahaan. C. Profil Rubik Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan merupakan salah satu rubrik yang dimiliki Harian Kompas. Rubrik ini terletak di halaman 11-12 pada setiap edisi. Rubrik ini berisi berita mengenai pendidikan dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan orang banyak, mengedukasi masyarkat, kebijakan pendidikan nasional, momentum tentang pendidikan dan kebudayaan, fasilitas, sarana, regulasi dan Undang-undang Pendidikan mengena pendidikan. Berita yang diterbitkan harus 48 membangun pluralisme atau menghargai keanekaragaman masyarakat, merawat nasionalisme dan membangun karakter bangsa. 18 Semenjak awal berdiri, Kompas sudah menerbitkan berita tentang Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik sendiri dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena pada saat pertama terbit, koran belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar 1980 barulah terbentuk Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas.19 Latar belakang berdirinya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi pendiri Harian Kompas. Pendiri Harian Kompas, Jacob Oetama merupakan seorang guru. Jacob Oetama ingin mengedukasi masyarakat melalui koran dan sebagai jalannya membuat Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini merupakan dedikasi Jacob Oetama kepada masyarkat. Sementara itu, kebudayaan berkaitan dan tidak bisa terlepas dari pendidikan sehingga terbentuklah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. 20 18 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 19 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 20 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Bahasa Jurnalistik pada Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas Edisi Juli 2016 Pada Juli 2016 terdapat empat berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas yang akan peneliti analisis. Bahasa jurnalistik keenam berita ini akan dibahas sesuai dengan 10 pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Berikut adalah keenam berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas: Tabel 1. Judul Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 No. Judul Berita 1 101 PTS Ditutup 2 PTS Tutup Waktu Terbit Jumat, 1 Juli 2016 Karena Kurang Sabtu, 2 Juli 2016 Mahasiswa 3 Perguruan Tinggi Swasta Butuh Senin, 4 Juli 2016 Pendampingan 4 Cegah Titipan Industri Penyiaran Jumat, 15 Juli 2016 49 50 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I Berita pertama berjudul 101 PTS Ditutup Tak Sanggup Penuhi Syarat Layanan Pendidikan, Jumat 1 Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang penutupan 101 perguruan tinggi swasta oleh Kemristek dan Dikti karena dinilai tak sanggup memenuhi syarat layanan pendidikan. Judul berita ini sudah menggunakan bahasa jurnalistik yang cukup baik dan tidak melanggar pedoman bahasa jurnalistik. Selanjutnya, temuan analisis naskah berita berlandaskan 10 pedoman bahasa jurnalistik PWI akan penulis deskripsikan dalam bentuk tabel. Berikut analisisnya: Tabel 2. Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016 Paragraf Lead Berita Analisis Sebanyak 101 perguruan Pada lead ini terdapat dua kesalahan. tinggi swasta yang sempat Pertama, masuk dalam daftar terlalu pembinaan/nonaktif bersama 243 tinggi lainnya Kementrian kalimat panjang. dalam lead Ini ini melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor perguruan empat yang oleh wartawan Riset, dengan menyatakan bahwa, hendaknya menulis kalimat-kalimat pendek. Teknologi, dan Sedangkan kalimat ini, mengandung Pendidikan Tinggi 28 kata dalam satu kalimat. Menulis akhirnya diputuskan dengan induk kalimat dan anak 51 untuk ditutup kalimat yang mengandung banyak kata dapat menyebakan kalimat tidak dapat dipahami. Semestinya kalimat ini diubah menjadi: 101 perguruan tinggi swasta diputuskan ditutup oleh Kementrian Riset, Teknologi, Perguruan dan Pendidikan. tinggi masuk tersebut sempat dalam pembinaan/nonaktif daftar bersama 243 perguruan tinggi lainnya. Kedua, kalimat ini mengandung kata mubazir, yaitu melanggar “untuk”. pedoman jurnalistik nomor menyataakan hendaknya bahasa enam bahwa Ini yang wartawan menghilangkan kata mubazir. Kata “untuk” merupakan salah satu kata mubazir. Ini karena ada atau tidak kata “untuk”, makna kalimat tetap sama. Semestinya kalimat ini diubah menjadi “… perguruan tinggi lainnya oleh 52 Kementrian Riset, Pendikan Teknologi, Tinggi dan akhirnya diputuskan ditutup” Dengan demikian, kalimat pada lead seharusnya diubah menjadi : 101 perguruan tinggi swasta diputuskan ditutup oleh Kementrian Riset, Teknologi, Perguruan tinggi masuk dan Pendidikan. tersebut sempat dalam pembinaan/nonaktif daftar bersama 243 perguruan tinggi lainnya. 1 Perguruan dianggap tersebut Pada paragraf pertama terdapat kata sanggup “untuk”. tidak Dalam kalimat ini, kata memenuhi berbagai syarat “untuk” merupakan kata mubazir ini untuk membenahi karena jika kata “untuk” dihilangkan layanan pendidikan tidak kepada masyarakat. bahkan lebih mengubah makna kalimat membuat kalimat menjadi panjang. Dengan demikian Kompas melanggar pedoman nomor enam yang menyatakan hendaknya wartawan menghilangkan kata 53 mubazir. Seharusnya kalimat diubah menjadi : Perguruan tersebut dianggap tidak sanggup memenuhi berbagai syarat membenahi layanan pendidikan kepada masyarakat. 2 Dalam acara jumpa awak Pada paragraf kedua, kalimat terlalu media di Jakarta, Rabu panjang. Kalimat ini mengandung 46 (29/6) malam, bertajuk kata dalam satu kalimat. Menulis Pemaparan Kinerja dengan induk kalimat dan anak Semester 1 Tahun 2006 di kalimat yang mengandung banyak Kementrian Riset, kata dapat menyebakan kalimat tidak Teknologi, dan dapat dipahami. Dengan demikian Pendidikan Tinggi, Kompas melanggar pedoman nomor Menristek dan Muhammad mengatakan, Dikti empat yang Nasir wartawan peningkatan dengan menyatakan bahwa hendaknya menulis kalimat-kalimat pendek. mutu pendidikan tinggi di Kalimat seharusnya diubah menjadi : Indonesia komitmen penyelenggara harus jadi Dalam acara jumpa awak media di bersama Jakarta, Rabu perguruan Menristek dan tinggi negeri dan swasta. Nasir (29/6) Dikti mengatakan, malam, Muhammad peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia harus jadi komitmen bersama 54 penyelenggara perguruan tinggi negeri dan swasta. Acara jumpa awak media Pemaparan Tahun tersebut Kinerja 2006, bertajuk Semester 1 diselenggarakan di Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 3 “Tindakan tegas dilakukan Pada paragraf ketiga, terdapat kata terhadap “upaya” sebanyak dua kali dalam pemerintah institusi orang ataupun yang melanggar orang- satu kalimat. berupaya kata “berupaya” sebagai kata ketentuan mubazir. Kalimat lebih tepat jika dalam upaya mewujudkan kata “berupaya” pendidikan tinggi bermutu Dengan yang dapat meningkatkan melanggar daya saing bangsa,” ujar jurnalistik Nasir. Hal ini menjadikan menyatakan hendaknya dihilangkan. demikian Kompas pedoman nomor bahasa enam bahwa yang wartawan menghilangkan kata mubazir. Kalimat seharusnya diubah menjadi : “Tindakan tegas pemerintah terhadap ataupun orang-orang dilakukan institusi yang melanggar ketentuan dalam upaya 55 mewujudkan pendidikan tinggi bermutu yang dapat meningkatkan daya saing bangsa,” ujar Nasir. 4 Ia mencontohkan, di Pada paragraf keempat, terdapat kata Negeri “melakukan Universitas Manado yang melakukan kata tersebut dalam “pelanggar”. pelanggaran membuka pelanggaran” kelas jauh, melanggar pihaknya sudah yang memberikan sanksi hendaknya cukup Ini padahal, dituliskan berarti pedoman Kompas nomor enam menyatakan wartawan menghilangkan kata kepada tiga orang. Mereka mubazir. Dengan demikian kalimat diberhentikan dari jabatan dapat diubah menjadi : fungsional. Ia mencontohkan, Negeri Manado, memberikan di Universitas pihaknya sanksi kepada sudah tiga orang pelanggar yang membukaan kelas jauh. Mereka diberhentikan dari jabatan fungsional. 5 Pemalsuan ijazah S-2 Pada paragraf lima terdapat kata sorang dosen di PTN itu “itu” padahal kata tersebut kurang juga ditindak tegas. “Kami tepat untuk kalimat tersebut. Kata memberikan tindakan yang cocok untuk menggantikan tegas kepada PTN dan kata “itu” adalah kata “tersebut”. PTS yang tidak memenuhi Kalimat seharusnya berbunyi: 56 ketentuan untuk menjamin Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen kualitas pendidikan di PTN tersebut juga ditindak tegas. tinggi,” kata Nasir. Dengan demikian Kompas melakukan pelanggaran terhadap pedoman bahasa jurnalistik nomor menyatakan sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud dalam hal ini berhubungan dengan diksi atau pemilihan kata. 6 Jendral Pada paragraf keenam di kalimat kedua, Direktur Ilmu terdapat kata Kelembagaan Teknologi, Padahal Pengetahuan, dan Pendidikan kata cukup Tinggi dituliskan “berkesempatan”. Hal ini menjelesakan, pada tahun sedangkan 243 pedoman wartawan Pangkalan Data Penelitian menghilangkan (PDPT). kata hendaknya mubazir. Setelah kalimat seharusnya diubah menjadi : kesempatan Setelah diberi bahasa PT yang jurnalistik nomor enam menyatakan awalnya dinontaktifkan di bahwa Tinggi tersebut Suwignjo membuat kalimat menjadi mubazir Patdono ini ada “diberi kesempatan”, berkesempatan menjalani menjalani pembinaan oleh pembinaan oleh tim yang dibentuk tim yang dibentuk Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni Kemristek dan Dikti, pada lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif 57 29 Juni lalu ditetapkan kembali. 112 PTS sudah aktif kembali. 7 Sebanyak 15 PTS masih Pada paragraf ketujuh, terdapat kata terus oleh “sedangkan” dibina Kemristek awal kalimat, Dikti, seharusnya kata “sedangkan” tidak dan Koordinator di Perguruan boleh diletakan di awal kalimat. Hal Tinggi Swasta (Kopertis), ini berarti Kompas melanggar serta Asosiasi Perguruan pedoman bahasa jurnalistik nomor Tinggi Swasta Indonesia. sembilan yang menyatakan bahwa Sedangkan 15 PTS yang wartawan dibawahi Agama hendaknya sedapat Kementrian mungkin menaati kaidah tata bahasa. belum diketahui Kalimat seharusnya diubah menjadi : kemajuannya. Sebanyak 15 PTS masih terus dibina oleh Kemristek dan Dikti, Koordinator Perguruan Swasta (Kopertis), Tinggi serta Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia, sedangkan 15 PTS yang dibawahi Kementrian Agama belum diketahui kemajuannya. . 8 “Ada 101 PTS yang Pada paragraf ini, kalimat kedua ditutup. Sebagian besar tidak lengkap sehingga kalimat 58 dengan sendiri keputusan menjadi tidak jelas apa maksud yang berkirim mengajukan kata untuk penutupan. tidak surat ditutup di kalimat tersebut. Setelah “penutupan” Alasannya ditambah sanggup “perguruan kata tinggi untuk mereka”. Hal ini berarti Kompas melanjutkan lagi melanggar penyelenggaraan PT jurnalistik pedoman nomor sesuai dengan ketentuan,” menyatakan tutur Patdono. seharusnya bahasa sembilan bahwa yang wartawan hedaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi : Sebagian besar dengan keputusan sendiri berkirim mengajukan surat penutupan untuk perguruan tinggi mereka. Pada kalimat ketiga, seharusnya setelah kata “alasannya” dituliskan kata “mereka” karena jika tidak ada kata “mereka”, maka tidak ada subjek dari kalimat tersebut. Dengan demikian, Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan. Kalimat seharusnya diubah menjadi : tersebut 59 Alasannya, untuk mereka tidak sanggup melanjutkan lagi penyelenggaraan PT sesuai dengan ketentuan,” tutur Patdono. 9 Menurut yang Patdono, tidak memenuhi rasio PT Pada paragraf dapat kata “diberi antara tersebut kesembilan terdapat kesempatan” kata merupakan kata mubazir cukup dituliskan dosen dan mahasiswa 1 karena berbanding 100 atau lebih “berkesempatan”. Dengan demikian, awalnya kesempatan diberi Kompas melanggar pedoman bahasa berbenah jurnalistik nomor hingga akhir 2015. Namun menyatakan enam bahwa yang wartawan gejala kekurangan dosen hendaknya menghilangkan ternyata terjadi di PTN mubazir. Kalimat kata tersebut dan PTS sehingga diberi seharusnya diubah menjadi: kelonggaran waktu hingga Menurut Patdono, Perguruan Tinggi akhir Juni ini. yang tidak dapat memenuhi rasio antara dosen dan mahasiswa 1 berbanding 100 atau lebih, awalnya berkesempatan berbenah hingga akhir 2015. Pada kalimat kedua, sesuai dengan kaidah bahasa seharusnya setelah 60 kata “namun” terdapat tanda (,). Selain tidak itu, kalimat tersebut juga memiliki subjek. Ini berarti dalam kalimat melanggar jurnalistik ini Kompas pedoman bahasa nomor menyatakan sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah jurnalistik memiliki tata bahasa. haruslah pola Kalimat jelas S-P-O-K. dan Dengan demikian kalimat tersebut menjadi : Namun, gejala kekurangan dosen ternyata terjadi di PTN dan PTS sehingga semua perguruan tinggi tersebut diberi kelonggaran waktu hingga akhir Juni ini. 10 “Ada permintaan supaya Pada paragraf kesepuluh, di kalimat tenggat diundur lagi, tapi ketiga terdapat kata “dari”. kami tetap menetapkan Penggunaan kata “dari” pada kalimat akhir Juni. Setelah ini ini tidak tepat dan sebaiknya kami akan audit PT yang dihilangkan karena ada atau tidak masih rasio bermasalah soal ada kata “dari” tidak mengubah arti antara dosen dan kalimat. Ini berarti dalam kalimat ini 61 mahasiswa. Jika dari hasil Kompas melanggar pedoman bahasa audit tidak menunjukkan jurnalistik nomor tanda-tanda untuk menyatakan memperbaiki diri, sanksi hendaknya akan enam bahwa yang wartawan menghilangkan kata diberikan. mubazir. Selain itu, di kalimat yang Sebaliknya, yang berniat sama, memperbaiki, kalimat termasuk memiliki dengan memanfaatkan tidak kebijakan soal objek lengkap. tersebut tidak sehingga Ini kalimat berarti pada nomor kalimat ini, Kompas juga melanggar induk dosen khusus, akan pedoman bahasa jurnalistik nomor kami berikan sembilan yang menyatakan bahwa kesempatan,” Patdono. ujar wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa, khususnya Dengan kejelasan demikian kalimat. kalimat seharusnya diubah menjadi: Jika hasil audit tidak menunjukkan tanda-tanda memperbaiki mereka diri, sanksi untuk akan diberikan. 11. Sesuai dengan ketentuan, Pada paragraf rasio dosen mahasiswa Ilmu untuk Pengetahuan dan kata “adalah”. kesebelas, terdapat Kata tersebut bidang merupakan kata mubazir karena jika Alam tidak ada kata tersebut kalimat sudah 62 adalah 1 berbanding 30. jelas. Adapun untuk Pengetahuan Dengan Ilmu kalimat Sosial berbanding 45. ini demikian Kompas dalam melanggar 1 pedoman bahasa jurnalistik nomor enam, yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir. Kalimat seharusnya diubah menjadi : Sesuai dengan ketentuan, rasio dosen dan mahasiswa untuk bidang Ilmu Pengetahuan Alam 1 berbanding 30. 12 Terkait nasib mahasiswa Pada paragraf keduabelas, terdapat di PT yang ditutup, ujar kata “ujar”, “pihaknya” dan “agar”, Patdono, meminta pihaknya padahal dalam kalimat ini kata-kata agar mengalihkan ke yayasan tersebut merupakan mahasiswa karena PTS jika tidak terdekat. tesebut kalimat kata mubazir ada kata-kata sudah jelas. Ini Kemristek dan Dikti juga berarti dalam kalimat ini, Kompas turun tangan untuk bisa melanggar membantu peralihan jurnalistik mahasiswa yang terdata di menyatakan PDPT agar dapat hendaknya menyelesaikan studinya. pedoman nomor bahwa bahasa enam yang wartawan menghilangkan kata mubazir. Masih pada kalimat yang sama, 63 kalimat tersebut tidak Seharusnya “mahasiswa” lengkap. setelah kata diperjelas dengan ditambah kata “mereka”. Ini berarti Kompas dalam melanggar kalimat pedoman jurnalistik nomor menyatakan bahasa sembilan bahwa ini yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dengan demikian, kalimat seharusnya diubah menjadi : Terkait nasib mahasiswa di PT yang ditutup, Patdono meminta yayasan mengalihkan mahasiswa mereka ke PTS terdekat. Selain terdapat itu, pada kata kalimat kedua “studinya”. Dalam kalimat ini, kata tersebut tidak tepat karena menunjukan studi seseorang, padahal yang dimaksud tersebut menunjukan banyak. Dengan kalimat ini kalimat studi orang demikian dalam Kompas melanggar 64 pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, kaidah tata bahasa yang dilanggar diksi. Seharusnya yaitu penggunaan kalimat diubah menjadi: Kemristek tangan dan untuk Dikti juga bisa turun membantu peralihan mahasiswa yang terdata di PDPT agar dapat menyelesaikan studi mereka. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita I rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Jumat, 1 Juli 2016 halaman 11, terdapat 12 paragraf yang terdiri dari 24 kalimat yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut, terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor empat sebanyak satu kalimat, nomor enam sebanyak sembilan kalimat dan pedoman nomor sembilan sebanyak lima kalimat. 2. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II Berita kedua berjudul PTS Tutup karena Kurang Mahasiswa terbit 2 Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 11. Berita ini berisi 65 tentang Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menutup perguruan tinggi swasta. Penutupan dilakukan karena proses perkuliahan sudah tidak berjalan selama beberapa semester. Judul berita ini lebih baik dipersingkat menjadi Kurang Mahasiswa, PTS ditutup. Selanjutnya, berita tentang di tutupnya Perguruan Tinggi Swasta tersebut akan dianalisis berdasarkan 10 pedoman bahasa jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia. Untuk memudahkan menganalisis, analisis akan dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3. Analisis bahasa jurnalis tik berita II Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 2 Juli 2016 Paragraf Lead Berita Analisis Perguruan tinggi swasta Pada lead ini di kalimat pertama yang ditutup oleh terdapat kata Kementrian Riset, “penutupan” Teknologi, dan sama-sama “penutupan”. dan kata Kata “permintaan” benda penumpukan sehingga Pendidikan Tinggi terjadi kata benda. umumnya secara Dengan demikian pada kalimat ini sukarela mengajukan Kompas melanggar pedoman bahasa permintaan penutupan. jurnalistik Alasannya, proses menyatakan nomor sembilan bahwa yang wartawan perkuliahan sudah tidak hendaknya sedapat mungkin menaati berjalan selama beberapa kaidah tata bahasa. Pada kalimat ini, semester tidak bisa dan mereka kaidah tata bahasa yang dimaksud memperoleh adalah pemilihan diksi. Seharusnya, mahasiswa baru. kata “penutupan” diganti dengan 66 “ditutup” agar tidak terjadi penumpukan kata benda. Seharusnya kalimat diubah menjadi : Perguruan ditutup tinggi oleh Teknologi, swasta yang Kementrian Riset, dan Pendidikan Tinggi umumnya secara sukarela mengajukan permintaan ditutup. 1 Kepala seksi Pada kalimat pertama di paragraf Kelembagaan Koordinasi pertama terdapat kata Perguruan Tinggi Swasta Dalam kalimat ini, (Kopertis) Wilayah III merupakan “waktu”. kata “waktu” suatu redundansi DKI Jakarta Sri Mastuti (tindakan menggunakan kata, frasa, mengatkan, pihaknya dan lain-lain, yang berulang. Padahal memberikan pengulangan tersebut tidak perlu)1 sudah kesempatan tinggi perguruan sehingga kata “waktu” merupakan swasta (PTS) kata bermasalah berbenah. jurnalistik “Akan tetapi, akhirnya para pengurus hendaknya PTS Dengan demikian tersebut Kompas melanggar pedoman bahasa waktu untuk 1 mubazir. memilih pada menyatakan nomor bahwa enam yang wartawan menghilangkan kata untuk mubazir. Seharusnya kata tersebut Merriam Webster, Redundancy, diakses pada Senin, 13 Februari2017 melalui https://www.merriam-webster.com/dictionary/redundancy. 67 menghentikan dihilangkan. operasionalnya. Kalimat seharusnya Mereka diubah menjadi: datang ke Kopertis III Kepala seksi Kelembagaan dengan membawa surat Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta permohonan penutupan,” (Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta ujarnya ketika ditemui di Sri Jakarta, Jumat (1/7). Mastuti sudah mengatkan, memberikan perguruan tinggi pihaknya kesempatan swasta (PTS) bermasalah tersebut berbenah. Pada kalimat kedua, terdapat kata “untuk”. kata Kata “untuk merupakan mubazir karena ada tidaknya kata tersebut atau tidak mengubah makna kalimat. Dengan demikian pada kalimat ini Kompas melanggar pedoman jurnalistik nomor menyatakan hendaknya mubazir. bahasa enam bahwa yang wartawan menghilangkan kata Kata “untuk” seharusnya dihilangkan. Dengan demikian kalimat seharusnya diubah menjadi: Akan tetapi, pada akhirnya para 68 pengurus PTS memilih menghentikan operasionalnya. 2 Salah satu sudah PTS ditutup yang Pada kalimat keempat di paragraf adalah kedua, susunan kalimat tidak tepat, Akademi Sekretaris dan seharusnya susunan kalimat ditulis: (ASM) “Setiap tahun hanya satu-dua orang Manajemen Purnama yang didirikan yang tertarik mendaftar” karena jika pada 1971. Menurut susunan kata seperti berita tersebut Ketua Yayasan Purnama, tidak ada kata yang disifati dari kata Aminudin Tinit, dihubungi ketika tertarik sehingga kalimat tidak jelas.. secara Dengan demikian pada kalimat ini terpisah, lembaga Kompas melanggar pedoman bahasa pendidikan tersebut jurnalistik sudah tidak nomor mendapat menyatakan sembilan bahwa yang wartawan mahasiswa baru selama hendaknya sedapat mungkin menaati lima tahun terakhir. kaidah tata bahasa. Kalimat Praktis, tak ada kegiatan seharusnya diubah menjad: operasional. “Setiap “setiap tahun, hanya satu-dua orang tahun, tertarik yang tertarik untuk mendaftar” yang mendaftar hanya satudua orang,” katanya. 3 Aminudin menjelaskan, Pada paragraf ketiga, terdapat dua sejak lima tahun lalu para kalimat dosen di ASM Purnama bahasa yang melanggar pedoman jurnalistik. Pertama, di 69 satu persatu kalimat mengundurkan diri hingga kata akhirnya mengubah tidak ada yang tersisa. demikian Menurut dia, terdapat kata dan mubazir yaitu “akhirnya”. Ada atau pindah bekerja di tempat tidak lain pertama “akhirnya” arti kalimat. hal ini tidak Dengan bertentangan Yayasan dengan pedoman bahasa jurnalistik Purnama sudah berupaya nomor lima yang menyatakan bahwa melakukan pembenahan wartawan hendaknya menghilangkan pengelolaan. juga menggiatkan diubah menjadi: promosi lulusan Mereka kata mubazir. Seharusnya kalimat ini agar SMA para Aminudin menjelaskan, sejak lima sederajat tahun lalu para dosen di ASM dan orang yang berhak Purnama satu persatu mengundurkan mengambil pendidikan diri dan pindah bekerja hingga tidak lanjut mau mendaftar ke ada yang tersisa. ASM Purnama. tetapi, hasilnya nihil. Akan Kedua, di kalimat ketiga terdapat kata “mau”. Kata “mau” merupakan kata tutur. Menggunakan kata tutur bukanlah karakteristik bahasa jurnalistik dan melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Seharusnya 70 kalimat ditulis : Mereka juga menggiatkan promosi agar para lulusan SMA sederajat dan orang yang berhak mengambil pendidikan lanjut ingin mendaftar ke ASM Purnama. 4 “keputusan untuk Pada kalimat pertama di paragraf menutup ASM Purnama keempat terdapat adalah hal yang sangat padahal dalam logis,” merupakan tuturnya. Di “untuk” kata kalimat “untuk” ini kata kata mubazir samping itu, Kementrian karena jika tidak ada kata tersebut Riset, Teknologi, Pendidikan Tinggi dalam (Kemristek juga dan makna kalimat tetap sama. Ini berarti dan Dikti) melanggar mengeluarkan jurnalistik aturan tinggi hendaknya sehingga menutup ASM mubazir. Purnama adalah bentuk terhadap aturan. ini Kompas pedoman bahasa nomor pembenahan menyatakan perguruan satu kalimat enam bahwa wartawan menghilangkan seharusnya yang kata kata “untuk” salah dihilangkan dalam kalimat. Dengan kepatuhan demikian kalimat seharusnya diubah menjadi: keputusan menutup ASM Purnama adalah tuturnya. hal yang sangat logis,” 71 5 Serupa dengan ASM Pada paragraf kelima, terdapat dua Purnama, Sekolah Tinggi kata mubazir. pertama, di kalimat Administrasi pertama terdapat kata “permohonan” Ilmu Yayasan Pembina padahal sebelum kata tersebut Administrasi terdapat kata “mengajukan” Niaga dan Negara (STIA sehingga kata “permohonan: Pendidikan Yappann) juga menjadi mengajukan mubazir dihilangkan. permohonan penutupan melanggar jumlah hendaknya mahasiswa berarti nomor operasional menyatakan karena harus Kompas pedoman dengan alasan tidak ada jurnalistik kegiatan Ini dan bahasa enam bahwa yang wartawan menghilangkan kata yang mubazir. kalimat seharusnya diubah melamar semakin menjadi: berkurang. Menurut …(STIA Yappann) juga mengajukan Mastuti, Yappann mahasiswa penutupan dengan alasan… yang tersisa Kedua, di kalimat kedua terdapat pindah ke PTS lain. Saat kata “sedang” padahal dalam kalimat ini mereka sedang dalam tersebut juga terdapat kata “saat ini”, proses mengurus sehingga kata “sedang” merupakan dokumen akademis. kata mubazir pada kalimat tersebut karena waktu sama-sama yang sama. menunjukan Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa 72 jurnalistik nomor menyatakan enam bahwa hendaknya yang wartawan menghilangkan kata mubazir. Kalimat seharusnya diubah menjadi: Saat ini mereka dalam proses mengurus dokumen akademis. 6 Sekolah Tinggi Pada kalimat pertama di paragraf Keguruan dan Pendidikan Ilmu keenam terdapat kata “pelaksanaan” (STKIP) seharusnya Suluh Bangsa paksa karena kata ditutup “melaksanakan” terbukti “pelaksanaan” melakukan tersebut ditulis karena kata merupakan kata jual-beli benda sedangkan seharusnya pada ijazah serta pelaksanaan kalimat ini diikuti kata kerja. Ini wisuda tanpa berarti pada kalimat ini Kompas pemberitahuan Kemristek kepada melanggar dan Dikti. jurnalistik Diselidiki lebih lanjut, menyatakan dari ratusan pedoman nomor bahasa sembilang bahwa yang wartawan mahasiswa hendaknya sedapat mungkin menaati yang diwisuda, hanya 50 kaidah tata bahasa. Dalam hal ini orang yang namanya tata bahasa yang dimaksud adalah masuk ke dalam laporan pemilihan kata atau diksi. Kopertis. Dengan demikian kalimat seharusnya diubah menjadi: 73 … melakukan jual-beli ijazah serta melaksanakan wisuda tanpa pemberitahuan serta melaksanakan wisuda tanpa … Pada kalimat kedua, terdapat kata “diselidiki lebih lanjut” padahal kata tersebut merupakan ungkapan klise dan harus dihilangkan. Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor lima menyatakan bahwa hendaknya menjauhkan ungkapan Dengan klise atau demikian yang wartawan diri dari stereotype. kalimat yang mahasiswa yang benar adalah: Dari ratusan diwisuda, hanya 50 orang … Ketiga, terdapat masih di kalimat kedua, kata “namanya” padahal sebelum kata tersebut terdapat kata “50 orang” sedangkan partikel “nya” menunjukan hanya satu orang. Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan 74 yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menaati kaidah tata bahasa. Seharusnya partikel “nya” diubah menjadi “mereka” sehingga kalimat yang benar: hanya 50 orang nama mereka yang masuk laporan Kopertis. 7 “Penyelidikan Pada kalimat kedua di paragraf membuktikan bahwa dari ketujuh terdapat kata “serupa dengan 50 tersebut, Yappann” padahal kata itu diikuti orang beberapa nama tak cocok dengan “mahasiswa STIKIP” kedua dengan nomor induk kata ini tidak setara. Maka dari itu, mahasiswa yang ada di kata pertama harus diubah menjadi Data “serupa Pangkalan dengan Tinggi Yappann”. Hal ini berarti Kompas Pendidikan (PDPT),” kata Mastuti. melanggar Serupa dengan jurnalistik Yappann, STKIP mahasiswa pedoman nomor mahasiswa menyatakan Suluh bahasa sembilan bahwa yang wartawan Bangsa hendaknya sedapat mungkin menaati yang terdaftar di PDPT kaidah tata bahasa. Kalimat ini dan masih aktif kuliah seharusnya diubah menjadi: sedang dalam proses Serupa dengan mahasiswa Yappann, perpindahan ke PTS lain. mahasiswa STKIP Suluh Bangsa … 75 8 Selain PTS yang resmi Pada paragraf kedelapan Kompas ditutup, Kopertis III juga tidak melakukan melanggar pedoman bahasa soft-delete, jurnalistik. yaitu menghapus namanama PTS yang “menghilang” dari masyarakat. Terdapat 10 PTS di DKI Jakarta yang masuk kategori tersebut. 9 Mastuti memaparkan, Pada kalimat PTS-PTS ini sebelumnya sembilan, aktif. Namun, ketiga kalimat di paragraf tersebut tidak selama padu. Ini berarti Kompas melanggar beberapa tahun terakhir, pedoman bahasa jurnalistik nomor mereka tidak pernah sembilan yang menyatakan bahwa mengirim kabar kepada wartawan Kopertis juga hendaknya sedapat III. Kopertis mungkin menaati kaidah tata bahasa. tidak bisa Seharusnya kalimat yang benar: menghubungi mereka Keberadaan pengursnya juga tidak karena kontak diketahui. yang nomor terdaftar sudah tidak aktif. Pengurusnya juga tidak diketahui keberadaannya. 10 Ketika petugas Kopertis Pada kalimat pertama di paragraf 76 mendatangi alamat PTS kesepuluh gedungnya “gedungnya” padahal tersebut, sudah beralih fungsi. Ada cukup yang terdapat menjadi gedung ditulis kata kata tersebut “gedung”. Dengan sekolah, demikian dalam kalimat ini Kompas perkantoran, melanggar bahkan ada yang kosong. jurnalistik pedoman nomor menyatakan bahasa sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Seharusnya kalimat yang benar : … alamat PTS tersebut, gedung sudah berlaih fungsi. 11 Ia mengungkapkan, Pada Kopertis kedua di paragraf masih kesebelas terdapat kata “melakukan III memberikan kalimat kesempatan pembinaan” padahal kata tersebut bagi para pengurus PTS cukup dituliskan “membina”. Ini yang masuk dalam daftar berarti dalam kalimat ini Kompas soft-delete untuk segera melanggar datang menghadap membicarakan keluar yang dan jurnalistik pedoman nomor jalan menyatakan ditempuh. hendaknya bahasa enam bahwa yang wartawan menghilangkan kata Jika mereka tetap ingin mubazir. Seharusnya kalimat ditulis: menjalankan kegiatan … Kopertis sebagai lembaga mereka. bersedia membina 77 pendidikan, Kopertis Selain itu, di kalimat ketiga, terdapat melakukan kata bersedia “melakukan”. Kata pembinaan. Jika mereka “melakukan” di kalimat ini tidak memilih ditutup, jelas. Ini berarti Kompas melanggar Kopertis akan pedoman bahasa jurnalistik nomor melakukan secara resmi. sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam kalimat ini seharusnya kata “melakukan” diganti dengan “mengabulkan permintaan mereka” karena sebelumnya, “jika mereka terdapat kata memilih ditutup”. Kalimat ini seharusnya ditulis: … Kopertis akan mengabulkan permintaan mereka secara resmi. 12 Ketua Umum Pengurus Pada paragraf keduabelas Kompas Pusat Asosiasi Perguruan tidak melanggar pedoman bahasa Tinggi Swasta Indonesia jurnalistik. (Aptisi) M Budi Djatmiko mengatakan, penutupan 101 PTS merupakan langkah tegas yang didukung Aptisi. 78 “Kami 13 memang Pada kalimat pertama di paragraf meminta kepada ketigabelas, kalimat tidak teratur. pemerintah supaya ada Seharusnya kalimat ditulis: untuk “Kami kesempatan memang dibina terlebih dahulu pemerintah jika ada PTS jika meminta ada kepada PTS yang yang bermasalah agar diberi pembinaan Ternyata terlebih dahulu.” bermasalah. ada 101 dari 243 PTS Ini berarti dalam kalimat ini Kompas yang menyatakan tidak melanggar pedoman sanggup, ya, lebih baik jurnalistik nomor ditutup saja,” ujar Budi menyatakan bahasa sembilan bahwa yang wartawan yang juga Ketua Pembina hendaknya sedapat mungkin menaati Yayasan Universitas kaidah tata bahasa. Narotama Surabaya. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita II rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Sabtu, 2 Juli 2016, terdapat 13 paragraf yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut, terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor lima sebanyak satu kalimat, nomor enam sebanyak tujuh kalimat dan pedoman nomor sembilan sebanyak sembilan kalimat. 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III Berita Pendampingan, ketiga berjudul Perguruan Tinggi Swasta Butuh terbit Senin 4 Juli 2016, di rubrik Pendidikan dan 79 Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang perguruan tinggi yang membutuhkan dampingan dari pemerintah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Penulisan judul ini sudah sesuai dengan pedoman bahasa jurnalistik. Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut analisisnya: Tabel 4. Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 4 Juli 2016 Paragraf Lead Berita Analisis Peningkatan mutu Pada kalimat pertama, terdapat kata layanan pendidikan juga “layanan”. Dalam kalimat ini, komitmen seharusnya kata “layanan” berbunyi menjadi penyelenggaraan dan “pelayanan” karena perguruan “pelayanan” pimpinan kata berarti proses tinggi swasta. Untuk itu, melayani, sedangkan kata “layanan” perguruan pun tinggi swasta lebih butuh merujuk kesempatan pelayanan. memperbaiki diri melalui melanggar pendampingan sungguh-sungguh yang jurnalistik dari menyatakan pada Ini berarti hasil Kompas pedoman nomor bahasa sembilan bahwa dari yang wartawan pemerintah dan asosiasi hendaknya sedapat mungkin menaati perguruan tinggi swasta. kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, tata bahasa yang dilanggar yaitu mengenai pemilihan kata atau diksi. 80 Selain itu, dalam kalimat ini terdapat kata “juga”. Dalam kalimat ini kata “juga” seharusnya tidak digunakan karena kata itu tidak berfungsi sebagai kata sambung dua kalimat yang setara. kalimat Ini ini berarti Kompas dalam melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, tata bahasa yang dilanggar adalah pemilihan kata atau diksi. Seharusnya, kata “juga” diganti dengan “salah satu”. Selain itu, kalimat tersebut juga tidak logis. Pada kalimat tersebut, “penyelenggaraan” kata diseterakan dengan “pimpinan perguruan tinggi swasta” padahal, dua kata tersebut tidak setara. Kata “penyelenggaraan” merujuk pada suatu kegiatan dan “pimpinan merujuk perguran pada tinggi swasta orang. Hal ini 81 melanggar jurnalistik pedoman nomor menyatakan bahasa sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sebisa mungkin menaati kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud di sini yaitu logika bahasa paralel).2 Dengan kalimat seharusnya Peningkatan mutu pelayananan pendidikan menjadi salah satu komitmen penyelenggaraan dan (struktur demikikan berbunyi: pelaksanaan yang dilakukan pimpinan perguruan tinggi swasta. 1 Demikian dikemukakan Pada kalimat pertama di paragraf Umum Pengurus pertama, terdapat kata “akhir pekan” Ketua Pusat Asosiasi Perguruan namun tidak diikuti dengan tanggal. Tinggi Swasta Indonesia Dalam berita seharusnya dituliskan (Aptisi) M Budi waktu yang jelas karena bila koran Djatmiko di Jakarta, sudah dalam keadaan terpisah-pisah, akhir pekan lalu. Dia masih mengatakan, 101 2 PTS diketahui kapan penutupan peristiwa tersebut terjadi. Dengan yang tidak demikian dapat kalimat http://tanja.portalbahasa.com/apa-yang-dimaksud-dengan-struktur-paralel/ seharusnya 82 mampu memenuhi berbunyi: ketentuan pemerintah Demikian meskipun diberi Umum dikemukakan Pengurus Ketua Pusat Asosiasi kesempatan masuk dalam Perguruan Tinggi Swasta Indonesia pembinaan merupakan (Aptisi) M Budi Djatmiko di Jakarta langkah tegas yang (2/7). didukung Aptisi. 2 “Kami dari Aptisi Pada kalimat pertama di paragraf meminta kedua, terdapat kata “kepada”. Pada memang kepada pemerintah kalimat ini, seharusnya tidak supaya ada kesempatan menggunakan kata “kepada” karena untuk dibina terlebih kalimat ini dulu jika ada PTS yang intransitif bermasalah. Ternyata memerlukan merupakan kalimat sehingga kata tidak “kepada”. Ini ada 101 PTS dari 243 berarti pada kalimat ini Kompas PTS yang menyatakan melanggar tidak sanggup, ya lebih jurnalistik baik ditutup saja,” ujar menyatakan Budi, yang juga Ketua hendaknya Pembina Universitan Surabaya. Yayasan bahasa. pedoman nomor bahasa sembilan bahwa menaati Dengan yang wartawan kaidah tata demikian Narotama seharusnya kalimat berbunyi: … meminta pemerintah supaya ada kesempatan dibina terlebih dulu jika ada PTS … 83 3 Menurut Budi, Aptisi pro Pada kalimat kedua pada kualitas pendidikan ketiga, kalimat tinggi. tersebut Akan berikan kepada PTS pendampingan Kementrian secara sungguh. , Kalimat tidak lengkap. tidak memiliki kesempatan subjek dan objek dan kalimat ini memperbaiki Teknologi, tetapi di paragraf untuk merupakan kalimat perintah. Dalam melalui bahasa jurnalistik oleh diperkenankan tidak menggunakan Riset, kalimat perintah. Ini berarti pada dan Aptisi kalimat ini Kompas melanggar sungguh- pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sebisa mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, kaidah tata bahasa yang dilanggar yaitu kalimat harus jelas dan memiliki pola S-P-O-K. Selain itu, pada kalimat ini terdapat kata mubazir yaitu “akan tetapi” kata ini seharusnya cukup ditulis dengan “tetapi”. melanggar jurnalistik menyatakan hendaknya Ini berarti, Kompas pedoman bahasa nomor bahwa enam yang wartawan menghilangkan kata 84 mubazir. Dengan demikian kalimat yang benar adalah: Tetapi seharusnya Aptisi memberikan kesempatan kepada PTS memperbaiki kualitas untuk melalui pendampingan oleh … 4 “Yang jauh lebih penting Pada apa solusinya? hanya kalimat saling awal kalimat. Padahal kata “yang” boleh uluran tangan pemerintah kalimat. Beda dengan PTN yang jurnalistik semuanya pemerintah,” Budi. diletakkan Ini untuk mengejar kualitas. melanggar berkualitas paragraf Bukan keempat, terdapat kata “yang” di menyalahkan. PTS butuh tidak umumnya pertama awal berarti Kompas pedoman bahasa nomor lebih menyatakan di sembilan bahwa yang wartawan karena hendaknya sedapat mungkin menaati dibiayai kaidah tata bahasa. Seharusnya ujar kalimat yang benar adalah : Jauh lebih penting apa solusinya? Bukan hanya saling menyalahkan. Kemudian, pada kalimat keempat, kalimat tidak lengkap karena tidak memiliki subjek tidak kalimat jelas. yang sehingga Dengan benar kalimat demikian seharusnya 85 berbunyi: PTS beda dengan PTN yang umumnya lebih berkualitas karena semuanya dibiayai pemerintah,” ujar Budi 5 Budi PTN menambahkan, Pada mestinya untuk tidak dunia, PT kedua di paragraf lebih kelima, kalimat tidak lengkap karena diarahkan mencapai kalimat memiliki subjek. Ini berarti berkelas pada kalimat ini Kompas melanggar mengembangkan pedoman bahasa jurnalistik nomor riset dan inovasi, serta sembilan yang menyatakan bahwa banyak mengembangkan wartawan hendaknya sedapat program S-2 dan S-3. mungkin menaati kaidah tata bahasa. Selain itu, juga fokus Dalam hal ini, kaidah tata bahasa meningkatkan pendidikan daerah yang tinggi terpencil dilanggar di kalimat. adalah Padahal dalam kejelasan karakter dan bahasa jurnalistik kalimat harus jelas terluar serta kawasan yakni memiliki pola S-P-O-K. Maka Indonesia “Jangan timur. dari itu, kalimat yang tepat adalah: kebalikannya, Selain malah mengembangkan itu, PTN juga fokus fokus meningkatkan pendidikan tinggi di S-1. daerah terpencil dan terluar serta Yang ini sebenarnya bisa kawasan Indonesia timur. diperkuat oleh PTS,” ujar Selain itu, terdapat kata “yang” di 86 Budi. awal kalimat. Penggunaan kata “yang” di awal kalimat merupakan suatu kesalahan tata bahasa. Hal ini melanggar jurnalistik pedoman nomor menyatakan hendaknya bahasa sembilan bahwa menaati yang wartawan kaidah tata bahasa. Seharusnya kalimat diubah menjadi: Hal ini sebenarnya bisa diperkuat oleh PTS, ujar Budi. 6 Ketua Umum Badan Asosiasi Pada paragraf Penyelenggaraan terdapat keenam, pelanggaran tidak bahasa Perguruan Tinggi Swasta jurnalistik yang dilakukan Kompas. Indonesia (ABPPTSI) Thomas Suyatno mengatakan, penyelenggara PTS mendukung pada komitmen mutu dan menyambut baik adanya pembinaan yang ditawarkan Kemristek dan Dikti untuk 87 mewujudkan PTS yang berkualitas. 7 “Arah menuju itu mulai kualitas Pada jelas. terdapat Setidaknya digagas paragraf ketujuh, pelanggaran tidak bahasa sudah jurnalistik yang dilakukan Kompas. pertemuan tripartit dengan susana dialogis yang rutin antara Kemenristek ABPPTSI, untuk dan Dikti, serta Aptisi membahas berbagai tantangan yang dihadapi PTS supaya bisa mengikuti ketentuan dalam memberikan layanan pendidikan tinggi,” ujar Thomas. 8 Menurut Thomas, Pada paragraf kedelapan, ABPPTSI mendukung agar pun terdapat pelanggaran tidak bahasa pemerintah jurnalistik yang dilakukan Kompas. memberikan izin pendirian PTS hanya kepada penyelenggara yang benar-benar mampu 88 memenuhi ketentuan. Sebaliknya terhadap penyelenggara yang memang tidak menunjukkan komitmennya memberikan yang layanan baik, pihaknya mendukung ada tindakan tegas dari pemerintah, termasuk penutupan. 9 Terkait batas pemenuhan rasio dan waktu Pada kalimat kedua di paragraf dosen kesembilan, kalimat tidak lengkap. yang Pada kalimat ini ditulis “itu karena mahasiswa ditetapkan akhir Juni, pemenuhan dosen memang menjadi ABPPTSI dan Aptisi salah satu tantangan …” kalimat meminta pemerintah tersebut tidak logis dan tidak jelas untuk tetap memberikan apa yang harus dipenuhi dari dosen. kelonggaran. Itu karena Dalam kalimat tersebut seharusnya pemenuhan dosen ditulis “pemenuhan jumlah dosen”. memang menjadi salah Ini satu berarti tantangan pedoman sebagian besar PTS. menyatakan Kompas nomor melanggar sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati 89 kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, tata bahasa yang dilanggar adalah kalimat logis. Dengan demikian, kalimat yang benar seharusnya berbunyi : Itu karena pemenuhan jumlah dosen …. 10 “Dosen yang S-1 masih Pada kalimat pertama, kalimat tidak banyak. Ada yang sulit lengkap. untuk S-2 tersebut nya ini, kata tersebut tidak menunjuk arti terbatas, seperti bidang apa-apa. kesehatan. kalimat karena terdapat kata “yang”, dalam kalimat S-2 program Pada Selain Kalimat tersebut itu, seharusnya berbunyi : tidak semua PTS mampu “Dosen dengan level S-1 masih kuliah banyak …”. membiayai dosennya karena Ini berarti Kompas melanggar keterbatasan finansial. pedoman bahasa jurnalistik nomor Kondisi ini dipahami riil juga perlu sembilan yang menyatakan oleh wartawan hendaknya menaati kaidah pemerintah,” ujar Budi. tata bahasa. Dalam kalimat ini, kaidah tata bahasa yang dilanggar yaitu kejelasan kalimat. Selanjutnya pada kalimat kedua tedapat kata “nya”. seharusnya kata 90 dihilangkan karena dalam kalimat ini, kata tersebut tidak memiliki arti apa-apa. Ini berarti dalam kalimat tersebut Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor enam yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir. Dengan demikian kalimat yang bernar berbunyi: … karena program S-2 terbatas … Selain dua kesalahan di atas, masih terdapat satu kesalahan pada paragraf ini. Pada kalimat ketiga, terdapat partikel “dosen”. “nya” Padahal di kata seharusnya, partikel “nya” diubah menjadi kata “mereka” karena kalimat ini menunjuk banyak orang. Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik menyatakan hendaknya nomor sembilan bahwa menaati yang wartawan kaidah bahasa. Selain itu, masih tata pada kalimat yang sama, terdapat kata 91 “finansial”. Kata tersebut merupakan istilah-istilah teknis, padahal dalam pedoman bahasa jurnalistik nomor delapan menyatakan bahwa wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing istilah-istilah yang terlalu dan teknis ilmiah dalam berita. Kata tersebut dapat diubah menjadi “ekonomi” Kalimat ini seharusnya berbunyi: … mampu membiayai kuliah dosen mereka karena keterbatasan ekonomi…” Serupa dengan kesalahan sebelumnya, pada kalimat keempat, terdapat kata “riil”. Kata tersebut juga merupakan Seharusnya kata istilah teknis. tersebut diubah menjadi “nyata”. 11 Sementara menyatakan sejumlah belum itu, Thomas Pada kalimat pertama di paragraf ini masih aturan sinkron ada terdapat tanda titik dua (:). Tanda yang titik dua tersebut diartikan sebagai untuk “banding”. Hal ini berarti Kompas pengajuan dosen dengan melanggar pedoman bahasa 92 nomor induk (NIDK) khusus jurnalistik yang dipakai nomor bisa menyatakan sembilan wartawan yang hendaknya dalam sedapat mungkin menaati kaidah tata perhitungan rasio dosen : bahasa. Seharusnya, tanda titik dua mahasiswa. teknis Aturan dituliskan membingungkan NIDK dengan kata masih “berbanding” karena jika dituliskan yang membuat saja ini dengan tanda titik dua, dapat pengajuan menjadi multi tafsir karena tanda dari terhambat. PTS titik dua dapat digunankan untuk banyak arti. Kalimat seharusnya diubah menjadi: Sementara itu, Thomas menyatakan masih ada sejumlah aturan yang belum sinkron untuk pengajuan dosen dengan nomor induk khusus (NIDK) yang bisa dipakai dalam perhitungan rasio dosen berbanding mahasiswa. 12 Direktur Jendral Sumber Pada kalimat pertama di paragraf ke Daya Ilmu Pengetahuan, duabelas, Pendidikan Ali belum lengkap, dan seharusnya sebelum kata “periode” Teknologi, Kemenristek kalimat Tinggi terdapat dan Ghufron kata depan yang Dikti menunjukkan waktu, yaitu “Pada”. Mukti Ini berarti pada kalimat ini Kompas 93 mengatakan, periode melanggar pedoman Januari –Juni 2016 sudah jurnalistik ada 567 dosen nomor ber- menyatakan sembilan bahwa NIDK. Dukungan untuk hendaknya peningkatan bahasa menaati yang wartawan kaidah tata pendidikan bahasa. Tata bahasa yang dimaksud dosen ke S-2 dan S-3 di sini yaitu kejelasan kalimat. Pada untuk tahun ini tersedia kalimat ini, kalimat yang benar bagi 2.300 dosen dengan berbunyi: beasiswa Pengelola pendidikan. Lembaga … Ali Ghufron Mukti mengatakan, Dana pada periode Januari –Juni 2016 sudah ada 567 dosen … Masih pada kalimat yang sama, pada kalimat ini terdapat awalan (prefiks) yang mengawali akronim. Padahal, dalam tata menggunakan bahasa awalan dilarang di depan akronim yang menggunakan huruf kapital. Ini berarti pada kalimat ini, Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor menyatakan hendaknya bahasa. berbunyi : sembilan bahwa menaati Kalimat wartawan kaidah ini yang tata seharusnya 94 … ada 567 dosen yang memiliki NIDK. Selanjutnya, pada kalimat kedua, sebaiknya kalimat diubah menjadi kalimat aktif jurnalistik kalimat karena harus aktif. bahasa mengutamakan Dengan demikian, kalimat berbunyi: Dukungan untuk meningkatkan pendidikan … Masih pada kalimat yang sama, pada kalimat ini terdapat penggalan kalimat “ke S-2 dan S-3”, kalimat tidak lengkap. seharusnya, Pada kalimat ini ditulis “ke jenjang S-2 dan jenjang S-3”. Pada kalimat ini berarti, Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menaati kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud pada kalimat ini yaitu kejelasan kalimat. Dengan demikian, kalimat yang benar berbunyi: 95 … pendidikan dosen ke jenjang S-2 dan jenjang S-3 untuk tahun ini tersedia … Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita III rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Senin, 4 Juli 2016, terdapat 12 paragraf yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut, terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor sembilan sebanyak 14 kalimat, nomor enam sebanyak satu kalimat, dan nomor delapan sebanyak satu kalimat. 4. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV Berita keempat berjudul Cegah Titipan Industri penyiaran Uji Kelayakan Calon Anggota KPI Segera Digelar, terbit Jumat 15 Juli 2016, di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 12. Berita ini berisi tentang uji kelayakan para calon anggota KPI yang akan dilaksanakan Senin 18 Juli 2016. Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut analisisnya: Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita IV Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 15 Juli 2016 Paragraf Lead Berita Senin pekan Analisis depan, Pada kalimat pertama dalam lead Komisi I DPR menggelar ini, terdapat kata “Komisi Penyiaran 96 uji kepatutan calon dan Indonesia” seharusnya setelah kata kelayakan terhadap anggota Penyiaran Komisi tanda kurung “(KPI)” karena pada Indonesia kalimat seterusnya 2016-2019. menggunakan periode komisioner menyebut Sembilan KPI 27 tersebut dituliskan akronim di dalam yang diharapkan ketegasan, kata berita ini “KPI” “Komisi untuk Penyiaran terpilih Indonesia”. Sesuai dengan pedoman memiliki bahasa jurnalistik nomor dua yang intergritas, menyatakan dan tidak bisa “didikte” hendaknya oleh industri penyiaran. bahwa membatasi wartawan diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut agar tulisan dapat dipahami oleh khalayak. Maka dari itu, seharusnya kalimat berbunyi: Senin pekan depan, Komisi I DPR menggelar uji kelayakan dan kepatutan terhadap 27 calon anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) periode 2016-2019. 1 Pengamat sekaligus penyiaran Pada kalimat ketiga di paragraf ini, pengajar terdapat kata “melakukan hal sama” 97 Universitas Indonesia, kata ini tidak lengkap dan kata yang Ade Armando, benar adalah “melakukan hal yang menegaskan, dalam kelayakan uji sama”. Ini dan melanggar kepatutuan jangan jurnalistik sampai berarti Kompas pedoman bahasa nomor pertimbangan menyatakan sembilan bahwa yang wartawan dipakai DPR sekadar hendaknya sedapat mungkin menaati berifat politis. “selama kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, ini DPR sudah tata bahasa yang dilanggar yaitu membuktikan bagaimana kejelasan kalimat. Kalimat yang memilih anggota Komisi jelas adalah kalimat yang lengkap Pemberantasan yang Korupsi sesuai dengan kaidah tata bahasa. independen dan Selain itu, masih dalam kalimat yang juga sama, terdapat kata “anti korupsi” berintegritas, anggota Komisi padahal Pemilihan Umum berintegritas. berharap melakukan kata yang “antikorupsi”. Kami dalam DPR juga melanggar hal sama jurnalistik karena kalimat peran hendaknya dengan pemilihan umum Bahasa perang anti disempurnakan. yaitu demikian, ini Kompas pedoman bahasa nomor penyiaran sama vitalnya melaksanakan dan benar Dengan dalam pemilihan anggota menyatakan KPI yang satu bahwa secara wartawan konsekuen Pedoman Indonesia Dengan yang Ejaan yang demikian, 98 ucapnya, kalimat yang benar berbunyi: korupsi,” Kamis (14/7), di Jakarta. “… DPR juga melakukan hal yang sama dalam pemilihan anggota KPI karena peran penyiaran sama vitalnya dengan pemilihan umum dan perang antikorupsi,”… 2 Menurut Ade, Pada kalimat politis kedua, terdapat kata “yang” di awal pertimbangan pemilihan kalimat. Peletakan kata “yang” di dalam sembilan komisioner KPI awal kalimat benar-benar harus kesalahan. dikesampingkan. Yang melanggar dibutuhkan sekarang jurnalistik adalah anggota KPI yang menyatakan tegas, merupakan Ini berarti, suatu Kompas pedoman nomor bahasa sembilan wartawan yang hendaknya berintegritas, dan sedapat mungkin menaati kaidah tata independen bisa kedua di paragraf atau diintervensi industri penyiaran. tidak bahasa. Seharusnya kalimat diubah oleh menjadi: Apa yang dibutuhkan sekarang adalah anggota KPI yang tegas, berintegritas, dan independen atau tidak bisa diintervensi oleh industri penyiaran. 3 Menurut data Media Pada kalimat ketiga di paragraf ini Scene 2014/2015, belanja terdapat kata “calon-calon” 99 iklan televisi di Indonesia sebaiknya pada 2015 mencapai Rp menjadi 83,824 triliun. adalah bisnis kata “para “Televisi berkaitan dengan pada tersebut calon”. dengan kalimat. diubah Hal pemilihan Dengan ini diksi demikian nilai ekonomi luar biasa kalimat lebih baik ditulis: sehingga mereka berkepentingan anggota DPR harus terhadap dengan para sangat hati-hati anggota KPI yang yang dekat dengan industri penyiaran,”… KPI akomodatif terhadap pemodal. sangat pasti “… DPR hati-hati harus dengan calon-calon anggota KPI yang dekat industri dengan penyiaran,” ujarnya. 4 Pengalaman Pada menunjukkan, pemilihan di setiap sudah anggota paragraf benar. memasukkan nama-nama yang akomodatif. Kecenderungan ini sangat Dengan kalimat demikian KPI Kompas tidak melanggar pedoman industri penyiaran selalu bahasa jurnalistik berusaha keempat, seperti berbahaya 100 karena efeknya ke depan sangat serius terhadap nasib bangsa. 5 Pertaruhan kualitas sosok Pada kalimat kedua di paragraf ini, komisioner penting baru sangat terdapat kata “penyusunan”. Kata KPI karena KPI anggota tersebut nanti seharusnya akan “menyusun” karena menentukan jurnalistik perpanjangan izin kalimat aktif. penyelenggaraan penyiaran swasta. 10 Selain mudah revisi dalam bahasa sebaiknya menggunakan Kalimat aktif lebih dipahami televisi memudahkan khalayak pengertian serta dan itu, memperjelas pemahaman. Ini berarti mereka juga akan terlibat dalam dalam diubah kalimat ini Kompas penyusunan melanggar pedoman nomor sembilan Undang-undang yang menyatakan bahwa wartawan Penyiaran. hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah demikian tata bahasa. kalimat Dengan sebaiknya berbunyi: … mereka juga akan terlibat dalam menyusun revisi Undang-undang Penyiaran. 6 “Selama ini kita tahu, Pada kalimat pertama di paragraf 101 peranan DPR setiap turut fraksi keenam, terdapat kata “peranan” menentukan padahal kata yang benar adalah siapa yang terpilih di KPI “peran”. Kata “peran” berarti tugas. nanti. Namun, yang Dalam kalimat terpenting dari melanggar semuanya, jangan jurnalistik nomor bahasa sembilan bahwa yang wartawan terpengaruh hendaknya sedapat mungkin menaati kepentingan atau Kompas pedoman sampai proses pemilihan menyatakan ini ini, pemilik pemodal kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang industri dimaksud penyiaran,” ucapnya. di sini yaitu pemilihan diksi atau kata yang tepat. Dengan demikian, kalimat ini seharusnya berbunyi: “Selama ini kita tahu, peran setiap fraksi …” Selanjutnya pada kalimat kedua, terdapat kata “jangan”. Kalimat yang berawalan kata “jangan” merupakan bentuk kalimat perintah, sedangkan pada bahasa diperkenankan perintah. “jangan” menjadi: jurnalistik tidak menggunakan kata Dengan demikian, seharusnya kata diubah 102 “hendaknya proses pemerintah pemilihan terpengaruh sampai ini tidak kepentingan modal”. Pada kalimat ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan. 7 Direktur Remotivi Pada paragraf ketujuh, terdapat dua Muhamad Heychael pelanggaran mengatakan, yang perlu jurnalistik. pedoman Pertama, bahasa pada kalimat ditekankan dalam proses pertama, terdapat kata “yang” yang pemilihan anggota KPI diletakkan setelah tanda koma “,”. ini transparansi. Padahal, kata “yang” tidak dapat adalah “Transparansi akan diletakkan setelah tanda koma. membuat publik percaya Dengan demikian, pada kalimat ini, kepada siapa pun yang Kompas melanggar pedoman bahasa kelak terpilih. Siapa pun jurnalistik nomor akan mendapat dukungan menyatakan publik kalau transparan. sembilan bahwa yang wartawan prosesnya hendaknya sedapat mungkin menaati Karena proses itu, kaidah penilaian, demikian, tata bahasa. kalimat Dengan seharusnya indikator, dan bagaimana berbunyi: hasilnya publik ujarnya. nanti ingin tentu … mengatakan, hal yang perlu tahu,” ditekankan dalam proses … Kedua, masih di kalimat pertama. 103 Dalam kalimat tersebut terdapat kata “pemilihan” seharusnya kata tersebut diubah menjadi “memilih”. Pada dasarnya bahasa jurnalistik mementingkan kalimat aktif karena kalimat aktif lebih mudah dipahami dan dan disukai oleh khalayak. Ini berarti pada kalimat ini Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan. Kalimat ini seharusnya berbunyi: … dalam proses memilih anggota KPI ini adalah transparansi. 8 Heychael berharap Paragraf kedelapan sudah memenuhi anggota Komisi I DPR pedoman bahasa jurnalistik sehingga benar-benar mengajukan tidak ada kesalahan dalam penulisan. pertanyaan-pertanyaan serius untuk kompetensi menguji para calon anggota KPI dan tidak berhenti pada penilaian riwayat hidup semata. Lebih jauh, rekam jejak setiap calon mesti digali 104 agar terlihat kompetensi, independensi, dan visi- misi mereka ke depan. 9 Muncul dugaan bahwa Pada paragraf kesembilan, terdapat dalam uji kelayakan dan dua kepatutuan, DPR memilih kesalahan akan Pertama bahasa jurnalistik. kalimat kedua di kesembilan, terdapat pada sembilan paragraf komisioner KPI dengan “pemilihan” kata representasi. tersebut diubah menjadi “memilih”. logika Menurut Heychael, Pada jangan sampai seperti ini karena anggota seharusnya dasarnya bahasa jurnalistik logika mementingkan kalimat aktif karena diterapkan kalimat aktif lebih mudah dipahami pemilihan dan dan disukai oleh khalayak. Ini KPI berbeda berarti pada kalimat ini Kompas dengan lembaga- melanggar pedoman bahasa lembaga lainnya, seperti jurnalistik nomor sembilan. Kalimat Dewan Pers. ini seharusnya berbunyi: … logika karena seperti ini diterapkan memilih anggota KPI berbeda … Kedua, masih pada kalimat yang sama. Pada ketidaksesuaian kalimat ini terdapat penulisan yang terjadi pada penyetaraan antara kata 105 anggota KPI dengan lembaga- lembaga lainnya. Dalam kalimat ini seharusnya anggota KPI disetarakan dengan anggota lembaga-lembaga lain. Hal ini yang disebut dengan konstruksi paralel. Dengan demikian, pada kalimat ini, Kompas melanggar pedoman jurnalistik nomor menyatakan bahasa sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata demikian, bahasa. kalimat Dengan seharusnya berbunyi: karena pemilihan anggota KPI berbeda dengan anggota lembagalembaga lainnya, seperti Dewan Pers. 10 “KPI adalah yang mewakili sehingga lembaga Pada paragraf kesepuluh, terdapat publik tiga kata yang elemen-elemen Pertama, pada yang mewakili KPI harus terdapat kata benar-benar diuji padahal yang harus kalimat dikoreksi. pertama “kompetensinya” dimaksudkan di kompetnesinya. Mereka kalimat ini adalah kompetensi orang- 106 yang dipilih haruslah orang, maka orang yang kompeten seharusnya kata dan memiliki komitmen. diubah kalimat sampai DPR mereka”. berpikir dengan logika melanggar Ini jurnalistik ini “kompetensinya” menjadi Jangan representasi,” katanya. pada “kompetensi berarti Kompas pedoman bahasa nomor menyatakan sembilan bahwa yang wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Kedua, pada kalimat kedua terdapat kata “orang”. Kata “orang” menunjuk pada satu orang, padahal dalam kalimat ini yang dimaksudkan adalah lebih dari satu orang, maka seharusnya kata “orang” menjadi “orang-orang”. diubah Ini berarti Kompas melanggar pedoman nomor sembilan. Ketiga, masih pada kalimat yang sama terdapat padahal kata “berkompetensi” memiliki kata yang “kompeten”, tepat yang kompetensi. Ini adalah berarti berarti pada kalimat ini, Kompas melanggar 107 pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan mengenai tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud pada kalimat ini yaitu pemilihan diksi atau kata yang tepat. Dengan demikian, kalimat seharusnya berbunyi: … haruslah orang-orang berkompetensi dan yang memiliki komitmen. 11 Dari 27 anggota nama calon Pada kalimat pertama di paragraf KPI yang kesebelas, terdapat kata “pansel”, diserahkan pansel kata tersebut merupakan akronim kepada Komisi I DPR, dari panitia seleksi, terdapat beberapa nama dijelaskan namun tidak kepanjangannya. Tidak calon yang masih bekerja semua pembaca paham kepanjangan di penyiaran. dari industri Meski demikian, “pansel”. Dengan demikian, ada pada paragraf ini Kompas melanggar pula beberapa calon yang pedoman bahasa jurnalistik nomor tidak memiliki latar dua yang menyatakan bahwa belakang pekerjaan atau wartawan hendaknya membatasi diri kegiatan penyiaran. di bidang dalam singkatan Kalaupun maka harus satu atau akronim. menulis akronim, kali harus dijelaskan kepanjangannya. Seharusnya kalimat 108 diubah menjadi: … calon anggota KPI yang diserahkan pansel (panitia seleksi) kepada Komisi I DPR … 12 Sebanyak 27 calon Paragraf anggota KPI yang akan memenuhi menjalani uji kelayakan jurnalistik dan kepatutan Agung Suprio, Agus Sudibyo, Arif Adi Kuswardono, Cecep Suryadi, Dewi Setyarini, H Obsatar Sinaga, Hardly Stefano Fenelon Pariela, Ignatius Haryanto, M Hariman Bahtiar, Mathilda Agnes Maria Wowor, Maulana Arief, Maulana Isnarto, Mayong Suryo Laksono, Mega Ratna Muhammad sudah pedoman bahasa sehingga tidak adalah kesalahan dalam penulisan. Ade Bujaerimi, Afrianto Korga, keduabelas Juwita, Shalahuddin ada 109 Muyo Hadi Purnomo, Nuning Rodiyah, Nurhasnah, Redemptus Kristiawan, Renaldi Zein, Gozali, Riyanto Sudjarwanto Muh Arifin, Rahmat Surokim, Ubidillah, dan Yuliandre Darwis. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita IV rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit 15 Juli 2016, terdapat 12 paragraf yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut, terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor dua sebanyak dua kalimat, nomor sembilan sebanyak sembilan kalimat, nomor satu sebanyak satu kalimat. B. Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita Tabel 6. Daftar Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita No. 1. Kalimat dalam Berita Sebanyak 101 perguruan Kalimat Setelah Dikoreksi tinggi 101 perguruan tinggi swasta swasta yang sempat masuk dalam diputuskan ditutup oleh Kementrian daftar pembinaan/nonaktif bersama Riset, Teknologi, 243 perguruan tinggi lainnya oleh Perguruan tinggi dan Pendidikan. tersebut sempat 110 Kementrian Riset, Teknologi, dan masuk Pendidikan Tinggi akhirnya pembinaan/nonaktif Perguruan tersebut dianggap tidak Perguruan membenahi 243 dianggap tidak memenuhi berbagai syarat layanan membenahi pendidikan kepada masyarakat. 3. bersama tersebut sanggup memenuhi berbagai syarat sanggup untuk daftar perguruan tinggi lainnya. diputuskan untuk ditutup 2. dalam layanan pendidikan kepada masyarakat. Dalam acara jumpa awak media di Dalam acara jumpa awak media di Jakarta, Rabu bertajuk (29/6) malam, Jakarta, Pemaparan Semester 1 Tahun Rabu Kinerja Menristek 2006 dan (29/6) Dikti malam, Muhammad di Nasir mengatakan, peningkatan mutu Kementrian Riset, Teknologi, dan pendidikan tinggi di Indonesia harus Pendidikan Tinggi, Menristek dan jadi Dikti Muhammad mengatakan, pendidikan harus jadi penyelenggara di tegas pemerintah terhadap ataupun orang-orang perguruan tinggi mutu negeri dan swasta. Acara jumpa awak bersama Kinerja perguruan “Tindakan bersama Indonesia media tersebut bertajuk Pemaparan komitmen negeri dan swasta. 4. Nasir penyelenggara peningkatan tinggi komitmen Semester 1 Tahun 2006, tinggi diselenggarakan di Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. dilakukan “Tindakan tegas dilakukan institusi pemerintah terhadap institusi ataupun yang orang-orang yang melanggar 111 berupaya dalam melanggar upaya pendidikan dapat ketentuan ketentuan dalam upaya mewujudkan mewujudkan pendidikan tinggi bermutu yang dapat tinggi yang meningkatkan bermutu meningkatkan daya daya saing bangsa,” saing ujar Nasir. bangsa,” ujar Nasir. 5. Ia mencontohkan, di Universitas Ia mencontohkan, Negeri Manado yang melakukan Negeri pelanggaran kelas jauh, memberikan dalam Universitas pihaknya sudah membuka memberikan sanksi kepada tiga orang pihaknya sanksi Manado, di sudah pelanggar kepada yang membukaan kelas tiga jauh, orang. 6. Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen di di PTN itu juga ditindak tegas. 7. Setelah diberi PTN tersebut juga ditindak tegas. kesempatan Setelah berkesempatan menjalani menjalani pembinaan oleh tim yang pembinaan oleh tim yang dibentuk dibentuk Kemristek dan Dikti, pada Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni 29 Juni lalu ditetapkan 112 PTS lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif sudah aktif kembali. 8. … Tinggi Swasta kembali. Indonesia. … Tinggi Swasta Indonesia, Sedangkan 15 PTS yang dibawahi sedangkan 15 PTS yang dibawahi Kementrian Agama diketahui kemajuannya. belum Kementrian Agama belum diketahui kemajuannya. 112 . 9. Sebagian besar dengan Sebagian besar keputusan sendiri berkirim surat sendiri untuk mengajukan penutupan. dengan berkirim mengajukan keputusan surat penutupan untuk perguruan tinggi mereka. 10. Alasannya tidak melanjutkan lagi sanggup untuk Alasannya, mereka penyelenggaraan untuk sanggup melanjutkan PT sesuai dengan ketentuan,” tutur penyelenggaraan PT lagi sesuai dengan ketentuan,” tutur Patdono. Patdono. 11. tidak Menurut Patdono, PT yang tidak Menurut Patdono, Perguruan Tinggi dapat memenuhi rasio antara dosen yang tidak dan mahasiswa 1 berbanding 100 antara atau lebih awalnya dapat memenuhi rasio dosen dan mahasiswa 1 diberi berbanding 100 atau lebih, awalnya kesempatan berbenah hingga akhir berkesempatan berbenah hingga akhir 2015. 2015. 12. Namun gejala kekurangan dosen Namun, gejala kekurangan dosen ternyata terjadi di PTN dan PTS ternyata terjadi di PTN dan PTS sehingga diberi kelonggaran waktu sehingga tersebut hingga akhir Juni ini. semua diberi perguruan tinggi kelonggaran waktu hingga akhir Juni ini. 13. Jika dari hasil audit tidak Jika hasil audit tidak menunjukkan 113 menunjukkan tanda-tanda untuk tanda-tanda memperbaiki diri, akan memperbaiki sanksi diberikan. 14. Sesuai mereka diri, untuk sanksi akan diberikan. dengan ketentuan, rasio Sesuai dengan ketentuan, rasio dosen dosen dan mahasiswa untuk bidang dan mahasiswa untuk bidang Ilmu Ilmu Pengetahuan Alam adalah 1 Pengetahuan Alam 1 berbanding 30. berbanding 30. 15. Terkait nasib yang mahasiswa di PT Terkait nasib mahasiswa di PT yang ditutup, ujar Patdono, ditutup, Patdono meminta yayasan pihaknya meminta agar yayasan mengalihkan mahasiswa mereka ke mengalihkan mahasiswa ke PTS PTS terdekat. terdekat. 16. Kemristek tangan dan Dikti juga turun Kemristek dan Dikti juga turun tangan untuk bisa membantu untuk bisa membantu peralihan peralihan mahasiswa yang terdata mahasiswa yang terdata di PDPT agar di PDPT agar dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan studi mereka. studinya. 17. Perguruan ditutup tinggi oleh swasta Riset, oleh Kementrian Riset, Teknologi, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Tinggi umumnya umumnya mengajukan Kementrian yang Perguruan tinggi swasta yang ditutup secara sukarela secara sukarela permintaan permintaan ditutup. mengajukan 114 penutupan. 18. Kepala seksi Koordinasi Kelembagaan Kepala Perguruan seksi Kelembagaan Tinggi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Swasta (Kopertis) Wilayah III DKI (Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta Jakarta Sri pihaknya Mastuti sudah kesempatan mengatkan, Sri Mastuti memberikan sudah perguruan mengatkan, memberikan tinggi perguruan tinggi pihaknya kesempatan swasta (PTS) swasta (PTS) bermasalah tersebut bermasalah tersebut berbenah. waktu untuk berbenah 19. “Setiap tahun, mendaftar tertarik “setiap tahun, hanya satu-dua orang yang satu-dua yang tertarik untuk mendaftar” hanya orang,” katanya. 20. Aminudin menjelaskan, sejak lima Aminudin tahun lalu para dosen di ASM tahun Purnama satu mengundurkan diri bekerja di tempat menjelaskan, lalu para dosen sejak lima di ASM persatu Purnama satu persatu mengundurkan dan lain pindah diri dan pindah bekerja hingga tidak hingga ada yang tersisa. akhirnya tidak ada yang tersisa. 21. Mereka juga menggiatkan promosi Mereka juga menggiatkan promosi agar para lulusan SMA sederajat agar para lulusan SMA sederajat dan dan orang yang berhak mengambil orang yang berhak mengambil pendidikan lanjut mau mendaftar pendidikan lanjut ingin mendaftar ke 115 ke ASM Purnama. 22. ASM Purnama. “keputusan untuk menutup ASM keputusan menutup Purnama adalah hal yang sangat adalah logis,” tuturnya. 23. Serupa hal ASM Purnama, Serupa dengan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Sekolah Pembina Administrasi Niaga dan penutupan logis,” mengurus ASM Ilmu Purnama, Administrasi Niaga Yappann) Pendidikan dan juga Negara mengajukan dengan penutupan dengan alasan tidak ada kegiatan… Saat ini mereka sedang dalam Saat proses sangat Pembina Negara Administrasi alasan tidak ada kegiatan … 24. Tinggi Pendidikan Yayasan (STIA Yappann) juga mengajukan (STIA permohonan yang tuturnya. dengan Yayasan ASM Purnama ini mereka dalam proses dokumen mengurus dokumen akademis. akademis. 25. … Suluh Bangsa ditutup paksa … Suluh Bangsa ditutup paksa karena terbukti melakukan jual-beli karenta terbukti melakukan jual-beli ijazah serta pelaksanaan wisuda ijazah tanpa pemberitahuan Kemristek dan Dikti. kepada tanpa serta melaksanakan pemberitahuan melaksanakan wisuda wisuda serta tanpa pemberitahuan kepada Kemristek dan Dikti. 116 26. Diselidiki lebih lanjut, dari Dari ratusan ratusan mahasiswa yang diwisuda, diwisuda, hanya mahasiswa yang 50 nama orang hanya 50 orang yang namanya mereka yang masuk laporan Kopertis. masuk ke dalam laporan Kopertis. 27. Serupa dengan Yappann, Serupa dengan mahasiswa Yappann, mahasiswa STKIP Suluh Bangsa mahasiswa STKIP Suluh Bangsa yang yang terdaftar di PDPT dan masih terdaftar di PDPT dan masih aktif aktif kuliah sedang dalam proses kuliah perpindahan ke PTS lain. 28. Pengurusnya juga Ketika petugas dalam proses perpindahan ke PTS lain. tidak Keberadaan diketahui keberadaannya. 29. sedang pengursnya juga tidak diketahui. Kopertis Ketika petugas Kopertis mendatangi mendatangi alamat PTS tersebut, alamat PTS tersebut, gedung sudah gedungnya sudah beralih fungsi. 30. Jika mereka menjalankan lembaga tetap kegiatan pendidikan, berlaih fungsi. ingin Jika mereka tetap ingin menjalankan sebagai kegiatan sebagai lembaga pendidikan, Kopertis Kopertis bersedia membina mereka. bersedia melakukan pembinaan. 31. Jika mereka memilih ditutup, Jika mereka memilih ditutup, Kopertis Kopertis akan melakukan secara akan resmi. mengabulkan mereka secara resmi. permintaan 117 32. Kami memang meminta kepada “Kami pemerintah supaya kesempatan untuk memang meminta ada pemerintah jika ada dibina bermasalah agar diberi kepada PTS yang pembinaan terlebih dahulu jika ada PTS terlebih dahulu. Ternyata ada 101 dari yang bermasalah. Ternyata ada 243 101 dari 243 PTS PTS yang menyatakan tidak yang sanggup, ya, lebih baik ditutup saja,” menyatakan tidak sanggup, ya, ujar Budi yang juga Ketua Pembina lebih baik ditutup saja,” ujar Budi Yayasan Universitas Narotama yang juga Ketua Pembina Yayasan Surabaya.” Universitas Narotama Surabaya. 33. Peningkatan mutu layanan Peningkatan mutu pelayananan pendidikan juga menjadi komitmen pendidikan menjadi penyelenggaraan penyelenggaraan dan pimpinan komitmen salah satu dan pelaksanaan yang dilakukan pimpinan perguruan tinggi swasta. perguruan tinggi swasta. 34. Demikian Umum dikemukakan Pengurus Pusat Ketua Demikian dikemukakan Ketua Umum Asosiasi Pengurus Pusat Asosiasi Perguruan Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M (Aptisi) M Budi Djatmiko di Budi Djatmiko di Jakarta (2/7). Jakarta, akhir pekan lalu. 35. “Kami meminta supaya dari kepada ada memang “Kami dari Aptisi memang meminta Aptisi pemerintah pemerintah supaya ada kesempatan kesempatan untuk dibina terlebih dulu jika ada PTS yang 118 dibina terlebih dulu jika ada PTS bermasalah. yang bermasalah. 36. Akan tetapi , berikan Tetapi seharusnya Aptisi memberikan kesempatan kepada PTS untuk kesempatan memperbaiki kepada melalui memperbaiki PTS kualitas untuk melalui pendampingan oleh Kementrian pendampingan oleh Kementrian Riset, Riset, Teknologi, dan Aptisi Teknologi, secara sungguh-sungguh. 37. “Yang jauh solusinya? lebih Aptisi secara sungguh-sungguh. penting Bukan dan apa “Jauh lebih penting apa solusinya? hanya saling Bukan hanya saling menyalahkan. PTN yang PTS menyalahkan. 38. Beda dengan umumnya karena lebih berkualitas semuanya Selain itu, juga umumnya lebih PTN berkualitas yang karena Budi fokus Selain itu, meningkatkan pendidikan tinggi meningkatkan di daerah terpencil dan terluar daerah serta kawasan Indonesia timur. 40. dengan dibiayai semuanya dibiayai pemerintah,” ujar pemerintah,” ujar Budi. 39. beda PTN juga pendidikan fokus tinggi di terpencil dan terluar serta kawasan Indonesia timur. Yang ini sebenarnya bisa diperkuat Hal ini sebenarnya bisa diperkuat oleh oleh PTS,” ujar Budi. PTS, ujar Budi. 119 41. Itu karena memang 42. pemenuhan dosen Itu karena pemenuhan jumlah dosen menjadi salah satu memang menjadi salah satu tantangan sebagian besar PTS. tantangan sebagian besar PTS. “Dosen yang S-1 masih banyak. “Dosen dengan level S-1 masih banyak . Ada yang sulit untuk S-2 karena program S-2 terbatas, seperti bidang kesehatan. 43. Ada yang sulit untuk S-2 karena Ada yang sulit untuk S-2 karena program S-2 nya terbatas, seperti program S-2 terbatas, seperti bidang bidang kesehatan. 44. kesehatan. Selain itu, tidak semua PTS mampu Selain itu, tidak semua PTS mampu membiayai kuliah dosennya karena membayai keterbatasan finansial. 45. mereka karena keterbatasan ekonomi Kondisi riil ini perlu dipahami juga Kondisi nyata ini perlu dipahami juga oleh pemerintah,” ujar Budi. 46. dosen oleh pemerintah,” ujar Budi. Sementara itu, Thomas menyatakan Sementara itu, Thomas menyatakan masih ada sejumlah aturan yang masih belum sinkron untuk ada sejumlah aturan yang pengajuan belum sinkron untuk pengajuan dosen dosen dengan nomor induk khusus dengan nomor induk khusus (NIDK) (NIDK) yang bisa dipakai dalam yang bisa dipakai dalam perhitungan perhitungan rasio dosen : rasio dosen berbanding mahasiswa. 120 mahasiswa. 47. Direktur Jendral Sumber Daya Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pengetahuan, Pendidikan Tinggi dan Ali Dikti Teknologi, dan Kemenristek Pendidikan Tinggi Kemenristek dan Ghufron Mukti Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan, mengatakan, periode Januari –Juni pada Januari –Juni 2016 periode 2016 sudah ada 567 dosen ber- sudah ada 567 dosen yang memiliki NIDK. NIDK. 48. Dukungan untuk peningkatan Dukungan untuk meningkatkan pendidikan dosen ke S-2 dan S-3 pendidikan dosen ke jenjang S-2 dan untuk tahun ini tersedia bagi 2.300 jenjang S-3 untuk tahun ini tersedia dosen dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana pendidikan. 49. Senin pekan depan, Komisi I DPR Senin pekan depan, Komisi I DPR menggelar uji kelayakan dan menggelar kepatutan terhadap 27 anggota Komisi Penyiaran Komisi Penyiaran Kami berharap DPR kelayakan dan calon kepatutan terhadap 27 calon anggota Indonesia periode 2016-2019. 50. uji Indonesia (KPI) periode 2016-2019. juga DPR juga melakukan hal yang sama melakukan hal sama dalam dalam pemilihan anggota KPI karena pemilihan anggota KPI karena peran penyiaran sama vitalnya dengan 121 peran penyiaran dengan sama pemilihan vitalnya pemilihan umum umum dan perang dan antikorupsi,” perang anti korupsi,” 51. Yang dibutuhkan sekarang adalah Apa yang dibutuhkan sekarang adalah anggota KPI yang tegas, anggota KPI yang tegas, berintegritas, berintegritas, dan independen atau dan independen atau tidak bisa tidak bisa diintervensi oleh industri diintervensi oleh industri penyiaran. penyiaran. 52. Selain itu, mereka juga akan Selain itu, mereka juga akan terlibat terlibat dalam penyusunan revisi dalam revisi Undang- undang Penyiaran. Undang-undang Penyiaran. 53. menyusun “Selama ini kita tahu, peranan “Selama ini kita tahu, peran setiap setiap fraksi DPR turut menentukan fraksi DPR turut menentukan siapa yang terpilih di KPI nanti.” siapa yang terpilih di KPI nanti. 54. Namun, yang terpenting dari “hendaknya pemerintah sampai proses semuanya, jangan sampai proses pemilihan terpengaruhkepentingan pemilik ucapnya. tidak ini kepentingan modal”. pemilihan atau ini pemodal industri penyiaran,” terpengaruh 122 55. Direktur Remotivi Muhamad Direktur Remotivi Muhamad Heychael mengatakan, yang perlu Heychael mengatakan, hal yang perlu ditekankan dalam proses ditekankan dalam proses memilih pemilihan anggota KPI ini adalah anggota KPI ini adalah transparansi. transparansi. 56. Menurut Heychael, jangan sampai Menurut Heychael, jangan sampai logika seperti ini diterapkan karena logika seperti ini diterapkan karena pemilihan anggota KPI berbeda memilih anggota KPI berbeda dengan dengan lembaga-lembaga lainnya, memilih seperti Dewan Pers. 57. “KPI adalah anggota lembaga-lembaga lainnya, seperti Dewan Pers. lembaga yang “KPI adalah lembaga yang mewakili mewakili publik sehingga elemen- publik sehingga elemen-elemen yang elemen yang mewakili KPI harus mewakili KPI harus benar-benar diuji benar-benar diuji kompetnesinya. 58. Mereka orang yang yang dipilih kompetensi mereka. haruslah Mereka yang dipilih haruslah orang- kompeten dan orang memiliki komitmen. Jangan sampai memiliki DPR berpikir dengan representasi,” katanya. 59 logika DPR yang berkompetensi komitmen. berpikir Jangan dengan dan sampai logika representasi,” katanya Dari 27 nama calon anggota KPI calon anggota KPI yang diserahkan yang diserahkan pansel kepada pansel (panitia Komisi I DPR, terdapat beberapa Komisi I DPR seleksi) kepada 123 nama calon yang masih bekerja di industri penyiaran. C. Penggunaan Bahasa Jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas Berdasarkan hasil temuan yang peneliti paparkan pada sub-bab sebelumnya, terlihat bahwa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih belum konsisten dalam mengimplementasikan bahasa jurnalistik. Harian Kompas masih melakukan pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik poin 1, 2, 4, 5, 6, 8 dan 9. Pada sub-bab ini peneliti juga akan menghubungkan temuan dan teori mengenai bahasa dan fungsi bahasa. seperti sudah dijelaskan bahwa bahasa merupakan sistem lambang yang arbiter (disepakati) yang digunakan oleh kelompok sosial untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa yang digunakan harus dipahami oleh komunikator dan komunikan atau dalam media bahasa harus dipahami oleh media dan pembaca. Selain itu, bahasa dibentuk melalui kesepakatan. Dalam hal ini, kesepakatan antara Persatuan Wartawan Indonesia dengan media Harian Kompas.3 Bahasa juga memiliki empat fungsi yaitu sebagai alat menyatakan ekspresi, alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial. 4 Selain melakukan analisis bahasa jurnalistik pada empat berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti juga melakukan wawancara 3 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22. Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.37. 4 124 dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan, Nasrullah Nara. Dalam wawancara tersebut peneliti mendapatkan beberapa hal yang penting untuk menjawab pertanyaan penelitian. Menurut Nasrullah Nara, berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas menggunakan stylebook yang sudah ditetapkan oleh Kompas. Stylebook tersebut relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Harian Kompas juga menggunakan teori 10 elemen jurnalisme yang dikemukakan Bill Kovach. Selain itu, bahasa yang digunakan Harian Kompas harus santun, menghormati keanekaragaman dan tidak sembrono dalam menulis kalimat dalam berita. 5 Pernyataan ini selaras dengan teori bahasa yang menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat arbiter (disepakati). Hal ini terjadi pada pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI. Pedoman bahasa jurnalistik tersebut merupakan pedoman yang dibuat oleh suatu lembaga dan disepakati oleh media cetak, salah satunya Kompas yang menyatakan bahwa stylebook Harian Kompas relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik PWI. Mengenai stylebook Harian Kompas yang relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik PWI, peneliti masih menemukan pelanggaran-palanggaran dalam berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Mengenai pelanggaranpelanggaran tersebut Nasrullah Nara menjelaskan, berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas mengutamakan penulisan berita dengan kalimat pendek, tetapi pada berita yang menyangkut kebijakan pemerintah tidak dapat menggunakan kalimat yang sederhana karena jika kalimat disederhanakan, maka 5 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 125 makna kalimat tersebut berbeda. Jadi, dengan sangat terpaksa berita menggunakan kalimat yang panjang.6 Kalimat yang panjang dapat menyulitkan pembaca untuk memahami makna kalimat padahal dalam bahasa terdapat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Apabila kalimat dalam berita terlalu panjang dan menyulitkan pembaca memahami makna kalimat dalam berita, maka komunikasi antara Harian Kompas dan pembaca tidak berjalan dengan baik sehingga fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang bersifat arbiter tidak terlaksana. Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas terkadang masih menggunakan ungkapan klise karena ungkapan klise yang digunakan pada berita tersebut bertujuan untuk mempertegas penulisan. Contohnya kata “diselidiki lebih lanjut” ini mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari penyelidikan lebih lanjut.7 Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI merupakan pedoman yang dibuat dan disepakati oleh suatu lembaga. Pihak Harian Kompas juga telah menyatakan bahwa stylebook yang digunakan harian Kompas relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI, namun dalam prakteknya penulisan berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik. Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan baik, namun fungsi bahasa sebagai kontrol sosial tidak berjalan baik. Mengenai penggunaan kata mubazir yang masih digunakan dalam berita, Nasrullah mengatakan kadangkala kata-kata mubazir tersebut perlu digunakan 6 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 7 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 126 untuk mempertegas kalimat dan menjelaskan konteks kalimat. Jika kata yang digunakan tidak terlalu mubazir dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan, maka kata mubazir tersebut digunakan dalam penulisan berita. Intinya, terkadang ada tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat agar pembaca paham dengan berita tersebut.8 Sama seperti bagian sebelumnya, dalam hal ini ini fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan dengan baik karena pelanggaran pada poin ini dimaksudkan agar pembaca lebih memahami isi berita, namun fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial dan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik yang sudah disepakati. Dalam penulisan berita, terkadang Harian Kompas masih menggunakan kalimat ilmiah dan akronim yang tidak dijelaskan kepanjangannya, namun kata ilmiah dan akronim yang digunakan adalah kata yang sudah lazim digunakan masyarakat. Standar yang digunakan dalam kata yang bersifat ilmiah atau tidak adalah jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak, maka kata tersebut dapat digunakan. Contohnya kata “finansial”, “riil” dan “pansel” kedua kata ini sudah tidak asing dikalangan masyarakat.9 Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat menyatakan ekspresi sudah terlaksana, namun fungsi sebagai alat komunikasi, tidak terlaksana karena Harian Kompas masih menggunakan kalimat teknis dan ilmiah, sedangkan tidak semua masyarakat memahami kata-kata teknis dan ilmiah. Fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial juga tidak terlaksana karena katakata tersebut bukan kata yang umumnya digunakan. Selain itu, fungsi kontrol 8 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 9 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 127 sosial juga tidak terlaksana karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik sebagai pedoman yang telah disepakati. Mengenai pelanggaran tentang kaidah tata bahasa, Nasrullah mengakui kesalahan bahasa yang dilakukan dan kesalahan ini dapat menjadi masukan bagi Kompas Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu acuan untuk memperbaiki penulisan berita di Harian Kompas.10 Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi sudah terlaksana. Sementara itu, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial tidak terlaksana dengan baik 10 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian berupa analisis bahasa jurnalistik pada berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan dan wawancara kepada Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti mendapat kesimpulan bahwa penggunaan bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas tidak konsisten terhadap pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia. Buktinya, dari 114 kalimat yang peneliti analisis, terdapat 59 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik. Berikut penjelasannya 1. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor satu yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia. 2. Terdapat dua kalimat tidak mematuhi pedoman bahasa jurnalistik nomor dua yang menyatakan wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Dalam pelanggaran ini terdapat akronim-akronim yang tidak dijelaskan kepanjangannya. 3. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor empat yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Mengenai hal ini, Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan menanggapi bahwa Kompas mengutamakan kalimat-kalimat pendek. Namun, jika berita tersebut berisi tentang kebijakan pemerintah, maka kalimat pada berita tersebut tidak dapat dipendekan. 128 129 4. Selanjutnya peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa jurnalistik yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype. Mengenai hal ini, Editor Kompas menyatakan bahwa kalimat klise kadangkala dibutuhkan untuk mempertegas proses penulisan berita. 5. Kemudian peneliti juga menemukan 17 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor enam yang menyatakan wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir. Mengenai penggunaan kata mubazir, Editor menyatakan kalau kalimat mubazir kadangkala diperlukan untuk menjelaskan konteks kalimat kepada pembaca. 6. Selain itu, peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa jurnalistik menghindari nomor delapan kata-kata yang asing menyatakan dan wartawan istilah-istilah teknis. hendaknya Mengenai penggunaan istilah-istilah teknis, Editor menyatakan jika kata-kata teknis tersebut sudah lazim digunakan oleh masyarakat, maka kata tersebut dapat digunakan untuk penulisan berita. 7. Terakhir peneliti menemukan 37 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan, pedoman yang sering dilanggar yakni mengenai pemilihan diksi yang tidak tepat, kalimat yang tidak logis dan kalimat yang tidak terstruktur. Menurut Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan, inilah yang menjadi temuan peneliti yang dapat menjadi 130 masukan bagi Kompas. Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu acuan untuk memperbaiki penulisan berita. B. Saran Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran untuk pekerja media cetak, khususnya Harian Kompas dan untuk mahasiswa jurnalistik, yaitu: 1. Dengan oplah dan pembaca terbanyak di Indonesia, hendaknya wartawan Harian Kompas lebih mengindahkan pedoman bahasa jurnalistik dalam penulisan berita,. 2. Hendaknya wartawan Harian Kompas membatasi diri dalam singkatan atau akronim jika harus menulis akronim, setidaknya kepanjangan akronim tersebut dijelaskan minimal satu kali. 3. Hendaknya Wartawan Harian Kompas dalam menulis berita menggunakan kalimat-kalimat pendek. Jika kalimat tersebut tidak bisa disederhanakan, alangkah baiknya kalimat tersebut dibuat menjadi dua kalimat atau lebih. 4. Hendaknya wartawan Harian Kompas dapat menghilangkan kata-kata mubazir yang tidak perlu digunakan dalam penulisan kalimat. 5. Hendaknya wartawan Harian Kompas lebih memperhatikan kaidah tata bahasa yang meliputi struktur kalimat, pemilihan diksi dan logika kalimat karena peneliti menemukan pelanggaran ini yang paling sering ditemukan. 6. Terakhir untuk Hidayatullah mahasiswa Jakarta, jurnalistik, hendaknya khususnya menemukan di UIN Syarif penelitian-penelitian 131 terdekat dahulu. Kadangkala sesuatu yang terdekat luput untuk dijadikan penelitian. Misalnya bahasa jurnalistik, bahasa jurnalistik sangat penting dalam penulisan berita tetapi jarang penelitian yang meneliti bahasa jurnalistik. Peneliti berharap, di kemudian hari penelitian mengenai media massa lebih berkembang dari penelitian-penelitian tercipta pemikiran baru mengenai penelitian. sebelumnya dan DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi. 2004. Arikunto, Suharsmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Badudu, J.S. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia. 1992. ---------------- Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1985. ---------------- Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia. 1994. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga. 2010. Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik. Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas. 2004. Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. 1989. Ghony, Djunaidi. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Grounded. Surabaya: Bina Ilmu.2007. Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006. Hs, Widjono. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2012. Junaedhi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1991. Keraf , Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah. 2001. 132 133 Kriyanto, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2006. Masri, R. Sareb Putra. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Jakarta: Graha Ilmu. 2007 Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2008. Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. 1999. Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1991. Olii, Helena. Berita dan Informasi. Jakarta: Indeks. 2007. Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Yogyakarta: Santusta. 2006. ---------------- Bahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. 2011. --------------- Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok: Gramata Publishing. 2010. Rhenald, Kasali. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1992. Rivers, William L. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana. 2003. Sarwoko, Tri Ardi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2007. Setiati, Eni. Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2005. Soehoed, Hoeta. Dasar-dasar Jurnalistik. IISIP. 2003. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta 134 Suhaemi, Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik. Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia. 2004. Suhirman , Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publisher. 2005. Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2014. Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006. Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2011. Syamsul, Asep. M Romli. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda. 2005. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. 2005. Kamus Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.1988. cet.ke-1 Berita Koran ELN. 101 PTS Ditutup. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Jumat 1 Juli 2016. DNE. ELN. PTS Tutup Karena Kurang Mahasiswa. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Sabtu 2 Juli 2016. ELN. Perguruan Tinggi Butuh Pendampingan. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Senin 4 Juli 2016. ABK. Cegah Titipan Industri Penyiaran. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Jumat 15 Juli 2016. 135 Artikel Internet Company Profile. http://profile.print.kompas.com/profil/. Artikel diakses pada Jumat 20 Januari 2017 pukul 00.59. PT. Kompas Media Nusantara. Tentang Kompas. Artikel diakses pada 25 Juni 2016 dari http://profile.print.kompas.com/profil/ Universitas Islam Indonesia. Paradigma Penelitian Komunikasi. Artikel diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.30 dari http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradigma %20penelitian%20%5Bcompatibility%20mode%5D.pdf Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.13 dari http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/fmenu _2.1.htm LAMPIRAN-LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI Nama Narasumber : Nasrullah Nara Jabatan : Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan / Wakil Kepala Desk Humaniora Waktu Wawancara : Jumat, 17 Maret 2017 Pukul 18.15 - 19.05 WIB Tempat Wawancara : Lantai 3 Gedung Kantor Kompas Gramedia (Kantor Redaksi) 1. Mengenai Visi Kompas yang menyatakan bahwa “Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”. Apa yang dimaksud dengan kata bemartabat? Apakah ada hubungannya dengan penggunaan bahasa jurnalistik? Definisi dari bemartabat itu mulia dan berharga di masyarakat. Mengapa berharga di masyarkat? Karena Kompas bertujuan mengedukasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan informasi dengan menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan bahasa. Bemartabat adalah bagaimana orang itu bermanfaat, menjadi organisasi yang bermanfaat di mata masyarkat. Tentu saja bemartabat di sini berkaitan dengan bahasa jurnalistik karena seseorang dikatakan bemartabat apabila Ia menghargai bahasanya dan seberapa jauh ia berbahasa. Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki azas yang harus dijunjung tinggi dan mengharuskan menyampaikan informasi dengan baik dan benar secara sederhana, menghemat ruang dan waktu karena orang membaca berita dengan buru-buru, tergesa-gesa. Dengan memberikan informasi yang terstruktur orang menjadi paham. Bahasa jurnalistik memiliki prinsip tersendiri seperti singkat, padat, sederhana, lugas. 2. Mengenai Misi Kompas, apakah dalam Misi tersebut Kompas mengedepankan bahasa jurnalistik dalam menuliskan berita? Tentu saja, bagaimana kita dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat kalau alat yang kita pakai tidak pas. Bahasa ibarat alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas adalah bahasa jurnalistik. 3. Apakah semenjak kali pertama diterbitkan, Kompas sudah mempunyai rubrik Pendidikan dan Kebudayaan? Semenjak awal berdiri, Kompas sudah menerbitkan berita tentang Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik sendiri dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena memang pada saat pertama terbit, koran belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar 1980-an Koran baru menerapkan sistem perubrikan. Rubrikasi dilakukan untuk mengelompokkan berita agar pembaca dengan mudah mengetahui halaman-halaman dari berita yang ingin Ia baca. Secara internal manejemen, sistem perubrikan memberikan kemudahan untuk mengatur dan mengelola yang mengisi halaman tersebut. 4. Bagaimana latar belakang terbentuknya rubrik Pendidikan dan Kebudayaan? Saya pikir ini tidak terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi pendiri Harian Kompas. Pendiri Harian Kompas, Jacob Oetama awalnya adalah seorang guru, jadi Jacob Oetama ingin mengajar masyarakat melalui koran dan sebagai jalannya Ia membuat Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini sebagai dedikasi kepada masyarkat. Pendidikan berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari Kebudayaan. Perlu diingat bahwa tidak begitu banyak media yang memiliki rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. 5. Mengapa rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ditempatkan di halaman 11-12 ? Apakah ada korelasi antara letak rubrik dengan jumlah pembaca? Itu hanya faktor teknis saja. Semua berita di koran Kompas itu penting, mulai dari halaman awal sampai halaman akhir. Tidak ada korelasi antara letak rubrik dengan jumlah pembaca. Hanya saja, pada halaman satu merupakan berita-berita pilihan. Konten berita pada halaman satu dapat diambil dari rubrik mana saja asalkan berita tersebut terbaik. Adakalanya, Berita Pendidikan dan Kebudayaan pun terdapat di halaman pertama. Tidak ada pertimbangan mengenai rubrik penting dan tidak penting. Semua kami anggap penting. 6. Bagaimana gambaran umum pembaca kompas? Menurut company profile Kompas tahun 2013, distribusi oplah Kompas tahun 2013 menjangku 33 provinsi di Indonesia. Pembaca di Pulau Jawa mencapai 87% dan di luar Pulau Jawa 13%. Berdasarkan jenis kelamin, pembaca Harian Kompas mayoritas adalah wanita dengan presentase 70% sedangkan pria 30%. 7. Apakah rubrik Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pengaruh terhadap oplah Kompas? Kami tidak pernah mengukur apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pengaruh terhadap oplah Kompas yang pasti menteri atau pejabat sering menjadikan koran kami sebagai rujukan kebijakan. 8. Apa saja kriteria yang menjadikan berita layak diterbitkan pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan? Berita yang layak untuk diterbitkan di rubrik ini adalah berita pendidikan dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan orang banyak. Berita pada rubrik ini haruslah mengedukasi masyarakat, membangun pluralisme, merawat nasionalisme dan membangun karakter bangsa. 9. Apakah setiap berita yang ditulis oleh wartawan sudah pasti diterbitkan? Tidak juga, menyangkut semua berita disleksi. kebijakan Berita yang diutamakan adalah pendidikan nasional, berita yang menyangkut momentum mengenai pendidikan dan kebudayaan dan kepentingan orang banyak. Apa yang dimaksud pendidikan adalah fasilitas, sarana, regulasi dan Undang-undang Pendidikan. 10. Dalam penulisan berita, apakah berita mutlak ditulis oleh wartawan? Lalu, bagaimanakah proses berita dari pencarian berita hingga penerbitan berita? Berita mutlak ditulis oleh wartawan dan wartawan juga mengedit tulisannya sendiri. Jadi prosesnya dari wartawan menulis dan mengedit bahasanya halaman, sendiri, kemudian selanjutnya editor diserahkan mengedit kepada mengenai penyelaras peletakan bahasa untuk dilakukan penyintingan bahasa. 11. Apakah Harian Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita? Jika ada, pedoman apa yang digunakan Kompas? Tentu saja Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita. Setiap koran punya stylebook masing-masing Salah satunya penulisan berita harus mencakup rumus 5W1H, what ,who, when, where, why dan how. Dalam penulisan berita Kompas harus santun juga menghormati keanekaragaman dan tidak sembrono dalam menulis kalimat dalam berita. Selain itu juga menggunakan teori 10 elemen jurnalisme yang dikemukakan Bill Kovach. 12. Bagaimana tanggapan mengenai pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI? Bagus sekali PWI dapat mengeluarkan pedoman bahasa jurnalistik. Kurang lebih pedoman ini juga yang digunakan oleh Kompas. Style book Kompas relevan dengan Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI. 13. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih ditemukan kalimat yang terlalu panjang? Bagaimana style book Kompas dalam mengatur jumlah kata dalam satu kalimat? Dalam penulisan berita, Kompas pasti mengutamakan kalimat sependek mungkin, tetapi pada berita Pendidikan dan Kebudayaan yang menyangkut kebijakan pemerintah, kalimat tidak dapat disederhanakan karena jika disederhanakan, makna kalimat tersebut menjadi berbeda dan rusak maknanya jadi, dengan sangat terpaksa menggunakan kalimat yang panjang. 14. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih ditemukan ungkapan klise seperti kata “diselidiki lebih lanjut”? Kalimat klise yang digunakan pada berita tersebut bertujuan untuk mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari penyelidikan lebih lanjut. Kata “diselidiki lebih lanjut” itu menegaskan bahwa berita tersebut wartawan melakukan proses penyelidikan lebih lanjut. 15. Mengapa masih banyak ditemukan kata mubazir di berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas? Kata mubazir kadang kala diperlukan untuk mempertegas kalimat dan menjelaskan konteks kalimat. Kata yang digunakan tidak terlalu mubazir dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan. Intinya, terkadang ada tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat. 16. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih ditemukan kata yang terlalu ilmiah tanpa dijelaskan maknanya seperti kata “finansial” dan “riil”? Bagaimana style book Kompas dalam penulisan istilah ilmiah? Ini merupakan bahasa yang sudah digunakan sehari-hari dan sudah umum. Kedua kata ini sudah menjadi umum sehingga dapat digunakan dalam penulisan berita. Standar yang kita gunakan dalam kata yang bersifat ilmiah atau tidak yaitu jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak, maka kata tersebut tidak terlalu ilmiah dan dapat digunakan. 17. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih ditemukan kalimat yang tidak menaati kaidah tata bahasa seperti yang saya temukan terdapat kata “sedangkan” diawal kalimat ? Ini merupakan temuan kamu yang dapat menjadi masukan bagi Kompas. Temuan-temuan tersebut memperbaiki penulisan. akan menjadi salah satu acuan untuk Dokumentasi Wawancara