konsistensi harian kompas dalam - UIN Repository

advertisement
KONSISTENSI HARIAN KOMPAS
DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BAHASA
JURNALISTIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
HANA FUTARI
NIM: 1112051100024
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2017
Hana Futari
ABSTRAK
Hana Futari
Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berita di surat kabar.
Selain untuk menyampaikan informasi, bahasa juga memiliki fungsi edukasi
kepada masyarakat. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar media
cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia. Apabila media cetak
tidak mengindahkan bahasa, informasi yang disampaikan oleh media tidak
tersampaikan dengan baik.
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana implementasi bahasa
jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Bahasa
jurnalistik memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam menulis
berita. Sebagai media cetak dengan jumlah pembaca 2.000.000 jiwa, Harian
Kompas memiliki pengaruh besar dalam penyebaran bahasa tulis. Apabila Harian
Kompas terbukti melanggar pedoman bahasa jurnalistik berarti pembaca harian
tersebut terbohongi dari segi bahasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan mayor dan minor.
Pertanyaan mayornya bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas? Pertanyaan minornya pedoman
apakah yang digunakan Harian Kompas dalam penulisan berita? Kemudian
Apabila terdapat pelanggaran bahasa jurnalistik, mengapa masih terdapat
pelanggaran terhadap pedoman bahasa jurnalistik?
Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan
pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI). Metode penelitian menggunakan analisis 10 pedoman bahasa jurnalistik
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan, dari 114 kalimat dari berita Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan yang diteliti, terdapat 59 kalimat yang melanggar
pedoman bahasa jurnalistik. Ini berarti, Harian Kompas khususnya Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan tidak konsisten dalam mengimplementasikan bahasa
jurnalistik pada penulisan berita.
Hal menarik dari penelitian ini, Harian Kompas menyatakan bahwa
stylebook yang digunakan Harian Kompas relevan dengan 10 pedoman bahasa
jurnalistik PWI, namun dalam penulisan berita masih ditemukan pelanggaranpelanggaran. Mengenai pelanggaran-pelanggaran tersebut, Harian Kompas
menjelaskan pelanggaran masih dilakukan dengan alasan untuk mempertegas
kalimat dalam berita dan membuat berita menjadi lebih dimengerti pembaca.
Kata kunci: bahasa jurnalistik, surat kabar, Persatuan Wartawan Indonesia, Harian
Kompas,
pendidikan
dan
kebudayaan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tak pernah
henti melimpahkan rahmat, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat serta salam
penulis junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillahi rabbil’alamin penulis ucapkan, akhirnya skripsi yang
berjudul “Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan
Bahasa Jurnalistik” ini terselesaikan. Dalam kesempatan ini, secara
khusus peneliti ingin menyampaikan ucapan terimaksih yang tak terhingga
kepada kedua orangtua peneliti, Ibunda R.Rinna Sufarina dan Ayahanda
Drs.
Moh.
Husen
Susanto
yang
telah memperjuangkan pendidikan,
memberikan kasih sayang serta memanjatkan untaian doa yang tak pernah
putus untuk anak-anaknya. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan
selalu dalam lindungan Allah SWT.
Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan
dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,
Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
Dr.Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris,
Dra.
Hj Musfirah Nurlaily,
ii
M.A yang banyak
memberikan
kemudahan,
masukan,
dan
solusi
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing skripsi, Drs. Helmi Hidayat, M.A yang telah
berkenan meluangkan waktu, memberi arahan dan sangat sabar
dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan
baik dan bermanfaat.
4. Narasumber penelitian, Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian
Kompas,
Nasrullah
Nara
atas
bantuannya
dalam
melengkapi syarat penelitian ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada
peneliti sejak awal perkuliahan hingga selesai.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti mengurus administrasi
selama perkuliahan dan penelitian skripsi.
7. Kakak-kakak kandung, Lia Aprilia, Muhamad Dhany Hambali dan
Moch. Fuji Hanafi yang selalu memberikan kasih sayang serta
dukungan kepada peneliti.
8. Sahabat sejak
SMP
hingga saat ini Theresia Novita Dwi
Puspitasari yang telah menemani, membantu, dan memotivasi
peneliti
sekaligus
menjadi
kompetitor
peneliti
dalam
menyelesaikan skripsi. Selamat telah lulus terlebih dahulu sebelum
peneliti menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman dekat peneliti, Deby Novia, Rista Dwi Septiani dan
Corri Prestita Ishaya yang telah berbagi ilmu, motivasi, inspirasi
serta hiburan kepada peneliti. Semoga tali silaturahmi kami tetap
terjalin.
10. Seluruh staf Seeties Indonesia yang telah memberikan kesempatan
peneliti mendapatkan pengalaman internship di bidang mobile
iii
application selama tiga bulan dan untuk teman-teman sesama
internshiper Azmy, Fadelia, Syifa, Hilya, Tofik, dan Andre.
11. Seluruh teman-teman Jurnalistik A 2012 (JKA27). Semoga tali
silaturhmi di antara kami tidak putus walaupun sudah tidak berada
dalam satu kelas.
12. Teman-teman Jurnalistik 2012, Azmy, Eva, Kak Rahma, Lilis,
Qori, dan kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu. Kalian bukan hanya sekedar teman tetapi juga keluarga.
Semoga dimanapun kalian berada, kalian sukses dengan jalan
masing- masing
13. Semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, namun
hal ini tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih
peneliti.
Akhir kata, peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih atas
bantuan mereka dan semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti,
baik berupa dukungan ilmu, dan doa mendapat balasan yang setimpal dari
Allah
SWT.
Peneliti
menyadari skripsi ini masih
belum mencapai
kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 22 Maret 2017
Hana Futari
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah ................................................................ 4
2. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis ............................................................. 5
2. Manfaat Praktis .................................................................. 5
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian .......................................................... 6
2. Pendekatan Penelitian ........................................................ 7
3. Metodologi Penelitian ........................................................ 7
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 8
v
5. Teknik Analisis Data .......................................................... 9
6. Subjek dan Objek Penlitian .............................................. 10
7. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 10
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Ruang Lingkup Bahasa
1. Bahasa .............................................................................. 13
2. Fungsi Bahasa .................................................................. 15
B. Bahasa Jurnalistik
1. Pengertian Bahasa Jurnalistik .......................................... 18
2. Pedoman Bahasa Jurnalistik ............................................ 21
3. Karakteristik Bahasa Jurnalistik ...................................... 24
4. Fungsi Paragraf Jurnalistik .............................................. 30
C. Media Massa Cetak
1. Pengertian Media Massa Cetak ........................................ 31
2. Surat Kabar ...................................................................... 32
3. Karakteristik Surat Kabar ................................................. 34
4. Spesifikasi Surat Kabar .................................................... 34
5. Pengertian Berita .............................................................. 35
vi
6. Komposisi Berita ............................................................. 38
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis .............................. 40
B. Profil Harian Kompas
1. Profil dan Sejarah Harian Kompas.................................... 43
2. Visi Kompas ..................................................................... 44
3. Misi Kompas .................................................................... 46
C. Profil Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan .......................... 47
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Bahasa Jurnalistik Pada Berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Edisi Juli 2016 ................................................ 49
1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I ............................... 50
2. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II ............................. 64
3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III ............................ 78
4. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV ............................ 95
B. Temuan Kesalahan Kalimat pada Berita ............................ 109
C. Penggunaan
Bahasa
Jurnalistik
di
Rubrik
Pendidikan
Kebudayaan Harian Kompas ............................................. 123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 128
B. Saran ................................................................................... 130
vii
dan
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 132
LAMPIRAN ............................................................................................ 136
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Judul berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 di
Harian Kompas ............................................................................ 49
2. Tabel II Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 50
3. Tabel III Analisis bahasa jurnalistik berita II Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 2 Juli 2016 .............................................................. 64
4. Tabel IV Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 4 Juli 2016 .............................................................. 78
5. Tabel V Analisis bahasa jurnalistik berita Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 95
6. Tabel VI Temuan Kesalahan pada Kalimat Berita .................... 109
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5
Transkrip Wawancara Penelitian
Lampiran 6
Dokumentasi Wawancara
Lampiran 7
Dokumentasi Teks Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli
2016 Harian Kompas
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Surat kabar sebagai media cetak sangat mengandalkan kualitas tulisan dan
penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi. Dalam surat kabar, bahasa
merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk menyampaikan informasi,
bahasa memiliki fungsi edukasi untuk pembaca. Melalui bahasa yang digunakan,
pembaca dapat mengetahui bahasa yang benar dan yang seharusnya digunakan.
Ini karena apa yang dibaca akan diserap dan menjadi kosakata yang akan
digunakan oleh pembaca tersebut. Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar media cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia.
Bahkan, penggunaan bahasa dapat mencerminkan kredibilitas dari media cetak.
Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa jurnalistik, informasi
yang disampaikan oleh media tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada
seluruh kalangan masyarakat. Tidak semua masyarakat memahami apa yang
disampaikan oleh surat kabar tersebut sehingga dapat menyebabkan multitafsir.
Selain itu, jika surat kabar tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, salah
satu fungsi edukasi pada media berkurang. Padahal, media merupakan sesuatu
yang dilihat dan menjadi model bagi masyarakat. Jika media sebagai model bagi
1
2
masyarakat
tidak
turut
andil dalam menjaga
tatanan
bahasa,
bagaimana
masyarakat bisa menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Maka dari
itu, media sebagai model untuk masyarakat harus turut andil dalam menjaga
tatanan bahasa yang baik dan benar.
Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan
Komposisi, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang terdapat
dalam media cetak. Dengan fungsi tersebut, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan
mudah dipahami oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga
sebagian besar masyarakat dapat menikmati isi dari informasi yang disampaikan.
Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah patuh pada normanorma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan
pilihan kata yang cocok.1
Sementara itu, AS Haris Sumadiria dalam buku Bahasa Jurnalistik
Indonesia mengemukakan 17 ciri utama bahasa jurnalistik yakni sederhana,
singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal,
menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan diksi yang
tepat, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis dan
tunduk kepada kadah etika.2
Sedangkan Kunjana Rahardi dalam buku Asyik Berbahasa Jurnalistik
menyebutkan terdapat lima ciri bahasa jurnalistik yakni komunikatif, spesifik,
hemat kata, jelas makna dan tidak mubazir dan tidak klise. 3 Ciri-ciri bahasa
1
Rosihan Anwar, Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h.4.
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.17-20.
3
Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 18.
2
3
jurnalistik
tersebut
harus dipatuhi oleh surat kabar dalam menyampaikan
informasi karena surat kabar dalam menyampaikan informasinya melalui tulisan
dan dibaca oleh semua kalangan masyarkat. Dengan demikian, bahasa harus
dimengerti oleh semua pembaca. Selain itu, faktor pengetahuan bahasa setiap
orang berbeda-beda karena itu harus diberlakukannya bahasa jurnalistik.
Dalam penggunaan bahasa, salah satu surat kabar di Indonesia yakni
Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia
mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui perhitungan jika satu koran
dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi pembaca Harian Kompas
perharinya mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. 4 Kompas tidak hanya koran
dengan oplah terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara.
Harian Kompas memiliki 10 rubrik, salah satunya yaitu rubrik pendidikan
dan kebudayaan. Sesuai dengan nama rubrik pendidikan dan kebudayaan, sudah
semestinya berita yang disajikan mendidik para pembaca termasuk dari segi
bahasa.
Bahasa
yang
digunakan
dalam berita
di rubrik
tersebut
harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar karena apa yang dibaca oleh pembaca
akan diserap dan menjadi kosakata yang digunakan oleh pembaca.
Apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas sebagai
media cetak terbesar di Indonesia sudah menggunakan bahasa sesuai kaidah
bahasa jurnalistik yang telah ditentukan? Dalam penelitian ini, peneliti akan
meneliti mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas. Apakah di rubrik ini masih terdapat penggunaan
4
PT. Kompas Media Nusantara, “Tentang Kompas,” diakses pada 25 Juni 2016 dari
http://profile.print.kompas.com/profil/
4
bahasa yang tidak mengindahkan kaidah Bahasa Jurnalistik Indonesia? Sudah
sepatutnya surat kabar dalam penulisan berita mengindahkan bahasa jurnalistik
yang
sudah
ditentukan.
Melalui
penelitian
ini,
akan
terlihat
bagaimana
penggunaan bahasa pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Dari latar belakang yang telah peneliti sampaikan, peneliti tertarik untuk
menganalisis bahasa jurnalistik pada surat kabar. Dari sini peneliti mengangkat
judul
pada
penelitian
ini adalah
“Konsistensi
Harian
Kompas
dalam
Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.
Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, penelitian ini dibatasi hanya dengan
menganalisis penulisan Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang mengacu
pada pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang ditetapkan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978. Objek penelitian
terfokus pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas edisi Juli
2016.
2.
Rumusan Masalah
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah mengenai aturan atau
kaidah baku bahasa jurnalistik berita Harian Kompas. Oleh sebab itu, maka
muncul rumusan masalah:
1. Bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di rubrik Pendidikan
dan Kebudayaan harian Kompas edisi Juli 2016?
5
2. Apakah pedoman bahasa jurnalistik yang digunakan oleh Harian
Kompas pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli
2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian Kompas
menerapkan bahasa jurnalistik dalam Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Jika
terdapat ketidaksesuaian, bagaimana jenis ketidaksesuaian tersebut berdasarkan
karakteristik bahasa jurnalistik yang mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa
pada Pers yang telah ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Akademis
Agar mahasiswa dapat mengimplementasikan bahasa jurnalistik dalam
tiap menulis dan mengolah setiap berita. Mengingat bahwa bahasa jurnalistik
merupakan bagian dari keilmuan dalam bidang jurnalisme.
2.
Manfaat Praktis
Agar penelitian ini dapat memberi kontribusi positif dalam penulisan
berita dan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi
praktisi, wartawan, maupun pihak yang berminat dalam dunia jurnalistik.
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah wawasan bagi wartawan, praktisi dan pihak-pihak yang terlibat
dalam struktur redaksional surat kabar Harian Kompas.
6
E. Metodologi Penlitian
1.
Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian adalah basis kepercayaan utama dari
sistem berpikir penelitian untuk melakukan penelitiannya. Hal tersebut berupa
sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang
mengarahkan cara berpikir yang membawa konsekuensi praktis perilaku,
interprestasi, dan kebijakan dalam memilih masalah penelitian. Paradigma
penelitian bisa menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa
yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam
menafsirkan jawaban penelitian yang diperoleh. 5
Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah Paradigma
Konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang memandang
ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap aksi pemberian makna
sosial melalui pengamatan langsung terhadap perilaku sosial dalam latar para
pelaku sosial memelihara dunia sosial mereka. Pada paradigma ini yang
dimaksud komunikasi adalah ketika pesan yang disampaikan komunikator
dapat dipahami oleh komunikan dan mereka mengkonstruksi pesan tersebut
berdasarkan rujukan yang dimiliki.6 keseharian yang alamiah agar mampu
memahami dan menafsirkan bagaimana
5
Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada Senin, 19
Desember 2016 pukul 22.13 dari
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/ fmenu_2.1.ht m
6
Universitas Islam Indonesia, Paradigma Penelitian Komunikasi, diakses pada Senin, 19
Desember 2016 pukul 22.30 dari
http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradig ma%20penelit ian%20%5Bco mpat
ibility%20mode%5D.pdf
7
2.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.
Pendekatan
kualitatif
sendiri
adalah
jenis
penelitian
yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan caracara lain dari kuantitatif (pengukuran)7 .
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti menggunakan
konsep
bahasa
jurnalistik
untuk
membedah
data-data
yang
telah
dikumpulkan. Konsep tersebut juga merupakan instrumen penelitian dalam
pembahasan di Bab IV. Konsep tersebut adalah pedoman pemakaian bahasa
dalam pers yang telah ditentukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
3.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
bahasa
jurnalistik
yang
digunakan
berita
di rubrik
Pendidikan
dan
Kebudayaan Harian Kompas. Teori Bahasa Jurnalistik dalam penelitian ini
menggunakan 10 Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers yang dikeluarkan
oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
pada 10 November 1978.
Kesepuluh pedoman ini juga menjadi instrumen penilaian saat pembahasan di
Bab IV.
Dalam menjabarkan hasil penelitian, peneliti menggunakan metode
penelitian studi dokumentasi atau teks dan metode analisis deskriptif. Studi
dokumen atau teks merupakan kajian dari bahan dokumen yang tertulis
seperti buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, naskah, artikel dan
sejenisnya untuk
7
dianalisisis,
diinterprestasikan,
digali untuk
menentukan
Djunaidi Ghony, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Grounded
(Surabaya:Bina Ilmu, 2007), h.11.
8
tingkat pencapaian pemahaman tehadap topi tertentu dari sebuah bahan atau
teks tersebut8 .
Metode analisis deskriptif adalah metode mendeskripsikan secara
mendalam subjek penelitian. Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya
Metode Riset Komunikasi, jenis analisis deskriptif bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau objek tertentu9 . Jenis deskriptif ini peneliti gunakan untuk
memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di Harian
Kompas.
4.
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Observasi
mendapatkan
yang
data
berarti
tentang
suatu
pengamatan
masalah,
bertujuan
sehingga
untuk
diperoleh
pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi di
sini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung wacana
yang terdapat dalam media cetak surat kabar Kompas. Dalam hal ini,
observasi teks yang dimaksud adalah teks-teks dalam Berita Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas
8
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami (Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2014), h.23).
9
Rachmat Kriyanto, Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public
Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2006), h.69.
9
b. Dokumentasi
Dokumentasi atau studi dokumen adalah pengumpulan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen-dokumen yang
dimaksud
adalah
data-data
yang
diteliti salah satunya dengan
mengliping surat kabar tersebut dari berita-berita yang sudah diambil
setiap edisinya.
c. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang sebuaah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktan terhadap informasi
atau
keterangan
yang
telah
diperoleh
lewat teknik
yang lain
sebelumnya.10 Dalam hal ini peneliti mewawancarai Editor Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
5.
Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, peneliti menganalisis data ke dalam
kata kata dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan pedoman
bahasa
jurnalistik.
Peneliti juga
mengkonstruksi teks
berita
kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana bahasa yang digunakan dalam
berita utama apakah terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman bahasa
jurnalistik menurut Persatuan Pers Indonesia (PWI).
10
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Baru Press, 2014), h.31.
10
6.
Subjek dan Objek Penelitian
Menurut Suharsmi Arikunto subjek penelitian adalah subjek yang
dituju oleh peneliti.11 Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah Harian
Kompas edisi Juli 2016. Sedangkan Objek penelitian dalam penelitian ini
adalah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan harian Kompas.
7.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung sejak Juni 2016 setelah seminar proposal
dilakukan sampai Maret 2017. Tempat penelitian berlokasi di Gedung
Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 26-28. Jakarta Pusat 10270 dengan
melakukan wawancara langsung kepada editor rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan dan mencari data-data yang berkaitan dengan penelitian. Selain
itu, untuk keperluan referensi, peneliti mencari data di Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan, buku, dan lainnya
pada
perpustakaan
perpustakaan
utama
Fakultas
UIN
Ilmu
Dakwah
dan
Ilmu
Syarif Hidayatullah Jakarta,
Komunikasi
juga
penulis menemukan
beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan, antara lain :
1.
Analsis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi
Desember 2008 ditulis oleh Aris Takomaladi. Penelitian ini berbeda
dari segi objek dan metode penelitian serta rujukannya. Skripsi Aris
membahasa penggunaan bahasa jurnalistik berita utama di Harian
11
Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
1992), h.122.
11
Republika edisi Desember 2008 dan menggunakan rujukan bahasa
jurnalistik menurut Kunjana Rahardi.
2.
Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama “Straight News” di
Surat Kabar “Radar Bekasi” Edisi 1-5 Oktober 2012 ditulis oleh
Eneng Khairunnisa. Penelitian ini berbeda dari segi subjek, objek dan
metodologi
penelitiannya,
skripsi Eneng
membahasa
penggunaan
bahasa jurnalistik berita utama di Harian Radar Bekasi edisi Oktober
2012.
Penelitian
ini
menggunakan
rujukan
tujuh
ciri
bahasa
jurnalistik.
3.
Analisis Diksi Gorys Keraf pada Features di Rubrik Nasional Podium
Harian Republika
ditulis oleh Fauziah Muslimah.
Penelitian ini
berbeda dari segi subjek, objek dan metodologi penelitiannya. Skripsi
Fauziah membahas tentang penggunaan diksi features di Rubrik
Nasional Podium Harian Republika. Penelitian ini menggunakan teori
diksi Gorys Keraf.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latat belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini, membahas mengenai teori mengenai
bahasa, teori bahasa jurnalistik ruang lingkup bahasa jurnalistik, yang terdiri dari
pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa jurnalistik
dan 10 pedoman yang dikemukakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia..
12
BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. Bab ini
berisi sosiologi penggunaan penyebaran bahasa, logika bahasa, profil harian
kompas dan profil rubrik pendidikan dan kebudayaan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi tentang temuan
dan analisis mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada enam berita rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli 2016 Harian Kompas menggunakan
pedoman bahasa jurnaistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) dan penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi keimpulan dari penelitian serta saran terhadap
penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Ruang Lingkup Bahasa
1.
Bahasa
Bahasa merupakan cermin kebudayaan suatu suku bangsa. Ada pula
yang mengatkan bahwa bahasa merupakan jantung kebudayaan suatu bangsa.
Pemimpin redaksi majalah kebudayaan Basis (Yogyakarta), Dick Hartoko,
mengatakan, dalam bahasa terungkap sistem dan lambang yang dipakai oleh
bangsa yang bersangkutan.1
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur-unsur berikut:
1. Sistem
lambang
yang
bermakna
dan
dapat
dipahami oleh
masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan
oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan.
3. Lambang-lambang tersebut bersifat abiter (kesepakatan) digunakan
secara berulang dan tetap.
4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas tetapi produktif. Artinya,
dengan sistem yang sederhana dan jumlah aturan yang terbatas
1
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010),
h.213.
13
14
dapat menghasilkan jumlah kata, frasa, klausa, kalimat pragraf
dan wacana yang tidak terbatas jumlahnya.
5. Sistem lambang bersifat unik, khas dan tidak sama dengan
lambang bahasa lain.
6. Sistem lambang
dibangun
berdasarkan
kaidah
yang
bersifat
universal. Hal ini memungkinkan bahwa suatu sistem bisa sama
dengan bahasa lain.1
Sementara
itu,
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
memberikan
pengertian bahasa ke dalam tiga batasan, yaitu sistem lambang bunyi
berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang disepakati (arbiter) dan
konvensional yang
dipakai sebagai alat
komunikasi untuk
melahirkan
perasaan dan pikiran. Selain itu, perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu
bangsa. Kemudian yang terakhir percakapan yang baik, sopan santun, tingkah
laku yang baik.2
Menurut Bloch dan Trager melalui buku Filsafat Bahasa, bahasa
sebagai sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Serupa dengan
Bloch dan Tragrer, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi abirter yang dipergunakan
oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. 3
1
Widjono Hs, Bahasa Indonesia (Jakarta:Grasindo, 2012), h.20
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai
Pustaka, 1988), cet.ke-1, h.66-67
3
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22.
2
15
2.
Fungsi Bahasa
Menurut Gorys Keraf, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan
motif itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis
besarnya adalah;4
1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa
menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam
dada,
sekurang-kurangnya
untuk
memaklumkan
keberadaan
individu. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain:
agar
menarik
perhatian
orang
lain,
dan
keinginan untuk
membebaskan diri dari semua tekanan emosi.
2. Alat komunikasi
Komunikasi merupakan
akibat yang lebih jauh dari
ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri
tidak
diterima
atau
dipahami
oleh
orang
lain.
Dengan
komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan,
pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Melalui
komunikasi dapat mempelajari dan mewarisi pula semua yang
pernah dicapai oleh nenek moyang, serta apa yang dicapai oleh
orang-orang
sezaman.
Sebagai
alat
komunikasi,
bahasa
merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan
dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan warga.
Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
4
Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.37.
16
merencanakan dan mengarahkan masa depan. Bahasa juga
memungkinkan manusia menganalisis masa lalu untuk memetik
hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan
datang.
3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Selain sebagai salah satu unsur kegian dalam kebudayaan,
bahasa
memungkinkan
pengalaman,
manusia
memperlajari
dan
untuk
mengambil
memanfaatkan
bagian
dalam
pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan
orang-orang lain. Anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi,
memungkinkan setiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan,
efisiensi yang
menghindari
setinggi-tingginya.
konflik,
Ia
untuk
memperoleh
memungkinkan
integrasi
yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui bahasa, setiap anggota masyarakat perlahan-lahan
belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku, dan tatakrama
masyarakatnya.
Bahasa
mencoba menyesuaikan diri
dengan semua melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam
sebuah masyarkat pun harus melakukan hal yang sama. Bila
ingin
hidup
dengan
tentram
dan
harmonis,
menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu.
maka
harus
17
4. Alat mengadakan kontrol sosial
Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena
dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur
pertama-tama
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
tanggapan.
Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang
dipergunakan untuk menyampaikan instruksi atau penerangan
kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur.
Sedangkan P.W.J. Nababan, seorang linguis Indonesia, membagi
fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan
pendidikan
menjadi
empat
fungsi,
yaitu
fungsi
kebudayaan,
fungsi
kemasyarakatan, fungsi perorangan dan fungsi pendidikan. 5
Fungsi kebudayaan dari bahasa adalah sebagai sarana perkembangan
kebudayaan,
sedangkan,
fungsi kemasyarakatan
bahasa
menunjukkan
peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat.
Nababan
mengklarifikasi fungsi kemasyarakatan bahasa ke dalam dua bagian yaitu
berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan bidang pemakaian. Pertama
mengandung “bahasa nasional” dan “bahasa kelompok”. Bahasa nasional
berfungsi
sebagai
lambang
kebanggaan
kebangsaan,
lambang
identitas
bangsa; alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang
sosial budaya dan bahasa dan sebagai alat yang menghubungkan antar daerah
dan antarbudaya. Kemudian, bahasa kelompok ialah bahasa yang digunakan
oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa, seperti suku bangsa atau
5
P.W.J. Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.38.
18
suatu daerah subsuku,
sebagai lambang identitas kelompok
dan alat
pelaksanaan kebudayaan kelompok itu.
Klarifikasi fungsi bahasa golongan ketiga, yaitu fungsi perorangan,
Nababan menjelaskan dengan mendasarkan pada hasil kajian Haliday (1976)
yang telah membuat klarifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar
observasi yang terus menerus terhadap penggunaan bahasa.
Terakhir, fungsi pendidikan dari bahasa, didasarkan pada banyaknya
penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran, mencakup empat
fungsi yaitu fungsi intergratif, fungsi instrumental, fungsi kultural dan fungsi
penalaran.
Dari fungsi-fungsi yang diungkapkan di atas, bahasa meningkatkan
martabat manusia. Karena itu manusia sampai kapanpun tidak akan bisa
melepaskan diri dari adanya bahasa sebagai suatu yang harus ada. 6
B. Bahasa Jurnalistik
1.
Pengertian Bahasa Jurnalistik
Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan
oleh pers. Bahasa pers merupakan bahasa ragam resmi baku karena itu bahasa
pers harus tunduk pada aturan atau kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa pers
merupakan bahasa tulis sehingga harus menggunakan bahasa tulis baku.
Sebagai ragam bahasa tulis yang baku, maka bahasa pers harus tunduk
kepada kaidah bahasa yang dibakukan yaitu kaidah tata bahasa dan kaidah
ejaan serta tanda baca. Selain itu, harus menggunakan kata atau istilah yang
sama maknanya dengan yang telah ditetapkan dalam kamus. Dengan
6
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.26.
19
demikian, bahasa yang digunakan oleh pers menjadi bahasa yang dapat
dipahami oleh umumnya masyarakat pemakai bahasa.
7
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas
tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh
benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar
sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas.
Sebaliknya,
bahasa
yang
kacau
dalam menyampaikan informasi akan
menyulitkan khalayak untuk memahami informasi tersebut. 8
Dalam menyampaikan informasi, surat kabar menggunakan bahasa
secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa, terutama bagi
media cetak. Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa.
Bahasa menjadi media bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan
peradaban bangsa.9
Karena itu, dunia pers atau jurnalistik harus menggunakan bahasa
yang baik dan benar agar khalayak dapat memahami informasi yang
disampaikan dengan mudah. Selain itu, dunia pers juga memiliki kaidahkaidah bahasa agar bahasa yang digunakan dalam menyamapikan informasi
lebih mudah dipahami dan tidak membosankan khalayak. Prinsip bahasa
jurnalistik yaitu harus jelas, padat, ringkas dan lugas.
Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia
dan Komposisi, bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
wartawan. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat,
7
J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia II (Jakarta: Gramedia, 1992), h.61.
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.118.
9
Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas
Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h.85-86.
8
20
sederhana,
lancar,
jelas,
lugas dan menarik.
Bahasa jurnalistik
harus
didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik tidak dapat menghiraukan
kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga harus memperhatikan ejaan yang
benar.10
Rosihan Anwar menambahkan, bahasa jurnalistik merupakan bahasa
komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah.
Dengan fungsi yang demikian itu, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan mudah
dibaca oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian
besar masyarakat yang dapat membaca dapat menikmati isi dari informasi
yang disampaikan. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah
sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan
kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.11
Begitu pula menurut pakar bahasa JS Badudu, bahasa jurnalistik harus
singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat
tersebut harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa
dinikmati oleh
seluruh
lapisan
masyarakat
yang
tidak
semua tingkat
pengetahuannya sama. Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya
untuk membaca surat kabar. Bahasa jurnalistik harus lugas, tetapi jelas, agar
mudah dipahami. Orang tidak perlu mengulang-ulang apa yang dibacanya
karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar tersebut.12
Kemudian, menurut Daryl L. Frazel dan George Tuck, dua pakar pers
Amerika dalam Principles of Editing, A Comprehensive Guide for Student
and Journalist, Pembaca berharap, apa yang dibacanya dalam media massa
10
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), h.3.
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.4.
12
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.2.
11
21
bisa dimengerti tanpa bantuan pengetahuan khusus. Pembaca berharap,
wartawan dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan
ilmuwan,
perihal hubungan-hubungan internasional kepada mereka yang
bukan diplomat, dan masalah-masalah politik kepada para memilih yang
awam (to explain science to no scienctist, international relations to
nondiplomats, and politics to ordinary voters).13
Selain itu, menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik yang baik harus
sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri dari susunan kalimat
yang benar dan pilihan kata yang cocok. Anton M. Moeliono seorang
konsultan Pusat Bahasa mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong
ragam bahasa baku.14
Dari pengertian-pengertian tentang bahasa jurnalistik di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh
media massa dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik harus singkat, padat,
lugas, menarik dan mengindahkan kaidah tata bahasa. Bahasa jurnalistik juga
harus menggunakan kata-kata serta kalimat-kalimat yang dimengerti oleh
seluruh lapisan masyarakat.
2.
Pedoman Bahasa Jurnalistik
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di
Jakarta mengeluarkan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers.
Kesepuluh pedoman ini berbicara tentang pemakaian ejaan, singkatan dan
akronim, imbuhan, pemakaian kalimat pendek, ungkapan klise, kata mubazir,
kata asing dan istilah teknis, dan tiga aspek bahasa jurnalistik.
13
A.M Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, Panduan Mencermati Penulisan Berita (Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, 2004), h.23.
14
Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h.1.
22
Berikut kutipan lengkap kesepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam
pers itu:15
1.
Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal ini juga harus
diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol
dalam surat kabar ini ialah kesalahan ejaan.
2.
Wartawan
hendaknya
membatasi
diri
dalam singkatan
atau
akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia
harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim
tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.
3.
Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal
atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam
kepala
berita
mengingat
ketrbatasan
ruangan.
Akan
tetapi
pemenggalan jangan sampai dipukulratatakan sehingga merembet
pula ke dalam tubuh berita.
4.
Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.
Pengutaraan pikirannya logis, tertatur, lengkap dengan kata pokok,
sebutan, dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan
induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata
mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip
yang harus dipegang ialah “satu gagasan utnuk satu ide dalam satu
kalimat”.
15
HS Haris Sumadiria,Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.193
23
5.
Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau
stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti katakata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam
rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan
atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan
ekonomi kata atau penghematan bahasa.
6.
Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah
(kata kerja kopula), telah (penujuk masa lampau), untuk (sebagai
terjemah to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of
dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk
jamak yang tidak perlu diulang.
7.
Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif
(me).
8.
Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilahistilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa
menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan
maksudnya.
9.
Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.
10. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang
komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai
dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.
24
3.
Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik surat kabar harus tunduk kepada kaidah atau
prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik dan juga memiliki ciri-ciri yang
sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan bahasa jurnalistik
surat kabar dengan bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio, bahasa
jurnalistik bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online.
Berhubung pedoman bahasa jurnalstik di atas terlalu umum, maka akan
dijabarkan lagi karateristik bahasa jurnalistik menurut para ahli.
Dalam buku Bahasa Jurnalistik, AS Haris Sumadiria mengemukakan
17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk surat kabar. Ciri-ciri
bahasa jurnalistik tersebut, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas,
jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal menghindari kata
tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat,
mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan tunduk
kepada kaidah etika. Berikut penjelasannya :16
1.
Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau
kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak
pembaca yang sangat heterogen. Contoh dari kalimat sederhana
yaitu:
Pemerintah perlu merubah drastis kelembagaan dan tata kelola
penyelenggaraan haji agar kualitas pelayanan publik bagi jeaah
dapat meningkat.
16
AS Haris Sumadirian, Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.15.
25
Kata
“merubah
drastis”
sebenarnya
dapat
diubah
menjadi
“reformasi”, namun kata “merubah drastis” lebih sederhana dan
lebih banyak diketahui oleh khalayak.
2.
Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah, tidak bertele-tele,
tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang
sangat berharga. Contoh dari kalimat singkat yaitu:
Tersangka membunuh korban dengan cara memukul wajah korban
berulang-ulang.
3.
Padat
Menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku
Teknik Jurnalistik, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat
informasi. Contoh dari kalimat padat yaitu:
Badan Pemeriksa Keuangan menemukan indikasi kerugian negara
Rp. 191,3 miliar dalam pembelian lahan Yayasan Kesehatan
Sumber Waras seluas 3,64 hektar.
4.
Lugas
Lugas
berarti
eufemisme
atau
tegas,
tidak
penghalusan
membingungkan khalayak
ambigu,
kata
dan
sekaligus
kalimat
menghindari
yang
bisa
pembaca sehingga terjadi pebedaan
persepsi dan kesalahan konklusi. Contoh kalimat lugas yaitu:
Tersangka
korban.
membunuh korban dengan cara menembak dada
26
5.
Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya. Tidak baur dan kabur
serta
kalimat
sesuai
dengan
kaidah
subjek-predikat-objek-
keterangan (SPOK). Contoh kalimat jelas yaitu:
Pelaku menyimpan sabu kristal di dalam pipa baja.
S
P
O
K
6.
Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus,
tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif
seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisisi wacana,
kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak
memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu beruta atau
laporan kecuali fakta,
kebenaran,
kepentingan publik. Dalam
bahasa kiai, jernih berarti bersikap berprasangka baik dan sejauh
mungkin menghidari prasangka buruk. Menurut orang komunikasi,
jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif dan
menolak pola pikir negatif. Contoh kalimat jernih yaitu:
Gubernur non-aktif DKI Jakarta diduga menistakan agama.
7.
Menarik
Bahasa
jurnalistik
harus
menarik.
Menarik
artinya
mampu
membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu
selera baca, serta membuat orang yang tertidur, terjaga seketika.
Contoh kalimat menarik yaitu:
Komisi
Pemberantasan
Korupsi menangkap
Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Rohadi,
panitera
27
8.
Demokratis
Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa jurnalistik adalah
demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal
tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa
dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekanknan aspek
fungsional dan komunal,
sehingga sama sekali tidak dikenal
pendekatan feudal. Contoh kalimat demokratis adalah:
Joko Widodo menyapa para pedagang di pasar tradisional.
9.
Populis
Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi
oleh semua lapisan masyarakat. Contoh kalimat populis yaitu:
Kegiatan ini merupakan penerapan dari peraturan daerah.
10. Logis
Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau
paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan
dengan akal sehat. Contoh kalimat logis yaitu:
Dia mengajarkan Bahasa Inggris.
11. Gramatikal
Gramatikal berarti kata istilah, atau kalimat apapun yang dipakai
dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata
bahasa baku. Contoh kalimat gramatikal yaitu:
Ia
mengatakan,
presiden
menyetujui
anggaran
pendidikan
dinaikan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima tahun ke
depan.
28
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapn seharisehari secara
informal.
Kata
tutur
ialah
kata
yang hanya
menekankna pada pengertian, sama sekali tidak pemperhatikan
masalah
struktur
dan
tata
bahasa.
Contoh
kalimat
yang
menghindari kata tutur yaitu:
Pegawai Penyelidik PPPAT berkata, lokasi popular ikan lomah
berkumpul dan bermigrasi ke hulu.
13. Menghindari kata dan istilah-istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar
harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya.
Berita atau laporan yang yang banyak diselipi kata-kata asing,
selain
tidak
membingungkan.
informatif
dan
komunikatif,
juga
sangat
Contoh kalimat yang menghindari kata dan
istilah asing yaitu :
Acara tersebut dihadiri Menteri Kesehatan.
14. Pilihan diksi yang tepat
Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata
jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, pilihan katau atau diksi
jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu.
Contoh kalimat memiliki diksi yang tepat yaitu:
Sang pembimbing rohani bernama Hasan Makarim.
29
15. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalyak
pembaca dibanding kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan
pengertian dan memperjelas pemahaman. Contoh kalimat aktif
yaitu:
Berdasarkan data Badan Nasional Penganggulangan Bencana,
bencana alam menewaskan 154 orang.
16. Menghindari kata atau istilah teknis
Bahasa jurnalistik ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik
harus sederhana, mudah dipahami dan ringan dibaca. Salah satu
cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau
istilah-istilah teknis.
Contoh kalimat yang tidak menggunakan
istilah
: kerja
teknis
yaitu
sama
satu
program ini bisa
menghasilkan efek berlipat ganda.
17. Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja
harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikelartikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada
bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran
seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu.
Sebagai guru bangsa dengan fungsi sebagai pendidik, pers wajib
menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.
Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa,
pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar,
30
sumpah serapah. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata
porno
dan
berselera
rendah
lainnya
dengan
maksud
untu
membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.
Contoh kalimat yang tunduk kepada kaidah etika yaitu:
Sejumlah PSK Gang Dolly masih beroprasi.
4.
Fungsi Paragraf Jurnalistik
Paragraf jurnalistik mempunyai fungsi yang amat mendasar dalam
sebuah karangan atau karya jurnalistik. Secara singkat, dalam konteks tulismenulis atau karang mengarang dalam wadah pers atau jurnalistik, sosok
paragraf jurnalistik
memiliki sejumlah fungsi yang amat penting, yaitu
sebagai berikut.17
1.
Media pengungkapan ide, penyampaian gagasan, pengungkapan
pikiran, penyampaian fakta pokok, yang semuanya mempunyai
nilai dan kadar jurnalistik.
2.
Memudahkan pembaca media massa cetak untuk memahami jalan
pikiran sang jurnalis atau yang menuliskan karya jurnalistik.
3.
Media bagi jurnalis untuk mengembangkan jalan pikiran dan
pengungkapan gagasannya dalam laras bahas pers atau ragam
bahasa jurnalistik
4.
Media
mengawali,
mengisi,
mengembangkan,
dan
menutup
pengungkapan gagasan atau pemikiran secara keseluruhan dalam
konteks tulisan jurnalistik atau tulisan di media massa.
17
Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h.128.
31
C. Media Massa Cetak
1.
Pengertian Media Massa Cetak
Media cetak adalah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai
macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Dalam proses
produksi tersebut terjadi komunikasi antarmanusia, sehingga media cetak
tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana
komunikasi massa.18
Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Media
cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis
media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Secara garis besar,
media cetak dapat diklasifikasikan menjadi surat kabar, tabloid dan majalah.19
Sejak
awal perubuhannya hingga saat ini,
media cetak
telah
mengalami berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya,
speisfikasi bahasanya, kualitas pesan-pesannya dan lain sebagainya semua
telah
berubah
dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi
pendukungnya.20
Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan
negara-bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama
berabad-abad
media
cetak
menjadi satu-satunya alat pertukaran dan
penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh
aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik,
18
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Jakarta: Graha
Ilmu, 2007), h.6.
19
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pnegantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40.
20
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Ciputat: Logos Wacana Ilmu,
1999), h.88.
32
media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli
dan penjual.21
2.
Surat Kabar
Surat kabar adalah media komunikasi yang berisi informasi aktual dari
berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya,
seni, olahraga dan sebagainya. Surat kabar merupakan media massa tertua
sebelum ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitik
beratkan pada penyebaran informasi (fakta atau peristiwa) agar diketahui
publik.22
Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah lembaran
tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri
terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai
apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia yang mengandung nilai untuk
diketahui khalayak pembaca.23
Sementara itu,
Kurniawan Junaedhi mengemukakan surat kabar
adalah sebutan untuk penerbitan pers yang masuk dalam media massa
tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan.
Surat kabar diterbitkan secara berkala serta diedarkan secara umum. Isi dari
surat kabar pun harus aktual dan harus bersifat universal. Maksudnya,
pemberitaannya
harus
bersangkut
paut
dengan manusia dari berbagai
golongan dan kalangan. Menurut jenisnya surat kabar dibagi menjadi berkala
harian dan surat kabar berkala mingguan. Surat kabar juga dapat digolongkan
menjadi surat kabar khusus dan surat kabar umum. Surat kabar khusus adalah
21
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17.
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40.
23
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.241.
22
33
surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet
partai politik yang disokongnya, sedangkan surat kabar umum adalah surat
kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam
masyarakat. Isi pembertaannya pun tidak mewakili suara partai atau golongan
tertentu.24
Menjelang
kredibilitas
yang
abad
lebih
ke-20,
dunia
persuratkabaran
baik
melalui
pembentukan
mampu
suatu
meraih
organisasi
profesional. Pada awal abad ini, pengaruh individu dalam pers semakin
rontok dan berubah menjadi bentuk perusahaan semakin besar. Secara
bertahap perubahan itu terjadi hingga surat kabar tumbuh membentuk press
association yang cukup besar. Di sini, kelangsungan pers ditunjang pula oleh
kekuatan ekonomi yang terus berpacu mengikuti perkembangan zaman.
Sekian tahun lalu, keberadaan surat kabar dianggap segera berakhir.
Kalaupun surat kabar dapat bertahan setelah adanya televisi, dapat dinilai
surat kabar tidak akan banyak berpengaruh terhadap khalayak. Pandangan ini
memiliki alasan karena banyak surat kabar di kota-kota besar terpaksa gulung
tikar. Namun sejak tahun 1970, koran terbukti mampu bertahan meskipun
prosesnya memang tidak mudah. Sekalipun surat kabar gagal bertahan, surat
kabar yang mampu menyajikan pelayanan baru, khususnya di daerah
pinggiran kota berhasil menyelamatkan diri. Pada awal tahun 1970-an,
volume aneka koran yang beredar naik pesat dibandingkan sepuluh tahun
lalu.
24
25
Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1991), h.257.
25
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.20.
34
3.
Karakteristik Surat Kabar
Dalam buku Dasar-dasar Jurnalistik karya Hoeta Soehoed, Karl
Batwizh mengemukakan terdapat lima karakteristik dari surat kabar yaitu:26
1.
Publisitas
:
Surat
kabar
diterbitkan
untuk
publik
dan
masyarakat umum.
2.
Periodisitas
: Surat kabar terbit pada waktu yang telah
ditentukan sebelumya. Periode terbit, jarak dan waktu antara dua
terbitan bersifat tetap dan teratur.
3.
Aktualitas
: Isi dari surat kabar aktual, belum pernah dimuat
sebelumnya
4.
Universalitas
: Isi dari surat kabar tidak mengenai satu persoalan
saja.
5.
4.
Kontinuitas
: Isi dari surat kabar berkesinambungan.
Spesifikasi Surat Kabar
Surat kabar dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi penerbitan,
sirkulasi, format isi, dan kelas sosial pembacanya. Sebagai berikut penjelasan
singkatnya:27
1.
Frekuensi Pemberitaan: Surat kabar dibedakan menjadi dua, yaitu
surat kabar harian dan surat kabar mingguan
2.
Sirkulasi: Surat kabar adalah media komunikasi massa yang
menjangkau khalayak regional, nasional, maupun lokal.
3.
Format isi:
format sebuah surat kabar harus disusaikan dengan
rubrik-rubrik yang ada di dalamnya.
26
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003), h.11.
Kasali Rhenald,Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti), 1992, h.101.
27
35
4.
Kelas sosial budaya: berdasarkan kelas sosial pembacanya, surat
kabar dibedakan menjadi dua jenis yaitu High BrowNewspaper dan
BoulevardNewspaper. High BrowNewspaper adalah surat kabar
untuk
golongan
menengah
sampai golongan atas,
sedangkan
BoulevardNewspaper adalah surat kabar untuk golongan menengah
sampai golongan bawah.
5.
Pengertian Berita
Belum ada definisi berita secara universal.
Untuk memperkuat
penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana
menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri
mengenai lingkup pekerjaannya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean
Lyle Spencer berita adalah suatu kejadian nyata yang dapat menarik perhatian
sebagaian dari pembaca. Adapula pengertian berita menurut William S
Maulsby yaitu suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari faktafakta yang mempunya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian para pembaca surat kabar.28
Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer,
berita didefinisikan sebagai informasi tentang kejadian yang baru, penting,
dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta
relevan
28
dan
layak
dinikmati
oleh
mereka.
Definisi
berita
tersebut
Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan (Bandung: Dimensi Publisher, 2005), h.1
36
mengandung unsur-unsur Baru dan penting, Bermakna dan berpengaruh,
Menyangkut hidup orang banyak, Relevan dan menarik.
29
Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di
samping opini (views). Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian
berita. Bahkan, menurut Earl English dan Clarence Hach News is difficult to
be define, because it involves many variable factors. Berita sulit
didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variable.
Sedangkan Romli mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa
yang memiliki nilai berita. Nilai berita yaitu aktual, faktual, penting dan
menarik.30 Selain itu, Hoeta Soehoet mengemukakan definisi berita sebagai
berikut:31
1.
Berita adalah keterangan menganai sebuah peristiwa atau isi
pernyataan manusia.
2.
Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa/isi
pernyataan
manusia
yang
perlu
untuk
mewujudkan
filsafat
hidupnya
3.
Berita bagi surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa/isi
pernyataan yang diperlukan bagi pembacanya untuk mewujudkan
filsafat hidupnya.
Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan
definisi berita,
dikandung
29
dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang
sebuah
berita.
Nothclife seorang pakar komunikasi Inggris
Helena Olii, Berita dan Informasi (Jakarta: Indeks, 2007), h.25.
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.133.
31
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik, h.23.
30
37
menekankan pengertian berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman,
sehingga menarik perhatian dan rasa ingin tahu.
Sementara itu, Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita
yang lebih lengkap dan layak dijadikan acuan. Ia mengatakan, berita adalah
laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, serta
menyangkut kepentingan mereka.
Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsur yang harus
dipenuhi oleh sebuah berita sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah
berita dapat dipublikasikan di media massa. Berita memiliki empat unsur
yaitu cepat, nyata, penting dan menarik. Keempat unsur ini yang dikenal
dengan nilai-nilai berita.
32
Berita dapat dibedakan dari beberapa segi yakni segi sifat kejadian,
cakupan isi, dan bentuk penyajian. Dari ketiga faktor tersebut masih dapat
diklasifikasikan kembali. Dilihat dari segi sifat kejadiannya berita dibedakan
antara berita yang terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita tak
terduga
seperti ledakan bom,
kebakaran,
kecelakaan lalu lintas dan
semacamnya. Jika dilihat dari segi cakupan isinya, berita terbagi pada berita
politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kriminal,
militer, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Berita
juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya seperti berita langsung
(spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature.
32
Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Rosda, 2005), h.3-6.
38
6.
Komposisi Berita
Berita dalam surat kabar memiliki komposisi yang membangun berita
tersebut. Komposisi dalam berita terdiri dari judul berita, teras berita (lead),
tubuh berita (isi berita) dan penutup berita. Berita yang baik haruslah
memiliki empat komposisi tersebut.
Judul berita merupakan hal yang urgen dalam berita karena judul
mewakili isi berita itu sendiri. Judul yang baik akan menarik perhatian
khalayak pembaca. Setiap media memiliki aturan dan prisinsip tersendiri
dalam menulis judul berita. Kekhasan prinsip dalam merumuskan judul berita
itu yang akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan
baik atau tidak. Koran-koran nasional lazimnya cenderung akan merumuskan
judul-judul beritanya secara standar.33
Dalam suatu berita, judul dimaksudkan untuk mempromosikan berita
tersebut.
Biasanya
judul
dibuat
semenarik
mungkin
sehingga
dapat
menimbulkan dan meningkatkan keinginan khalayak untuk membaca berita
tersebut. Selain untuk mempromosikan berita, judul berfungsi sebagai cara
memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca.
Selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf
pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan
berita.34
33
Teras berita berisi bagian berita yang paling mendapat perhatian
Kunjana Rahardi, Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media (Depok: Gramata Publishing,
2010), h.134.
34
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006),h.126.
39
dalam penulisan berita karena teras berita merupakan pintu gerbang yang
mengantarkan pada isi, atau sebagai jembatan antara judul dan isi.35
Kekuatan berita terletak pada lead. Jika leadnya bagus, maka
khalayak akan terus membaca. Selain itu lead merupakan laporan singkat
yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Agar memenuhi
rasa ingin tahu pembacanya secara cepat, lead disusun sedemikian rupa yang
dirumuskan sebagai 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How).
Dengan demikian baik pembaca, pendengar, ataupun penonton akan segera
tahu mengenai persoalan pokok dari sebuah peristiwa yang dilaporkannya.36
Setelah lead atau teras berita, terdapat pula tubuh berita atau isi berita.
Tubuh berita merupakan bagian isi berita yang berda setelah judul, baris
tanggal dan teras berita. Tubuh berita berisi paparan lengkap mengenai fakta
sebuah peristiwa, pernyataan, atau pendapat. Biasanya isi berita berupa
penjelasan lebih terperinci dari lead.
Setelah isi berita, terdapat penutup berita. Penutup berita merupakan
bagian akhir dari struktur penulisan berita yang berperan penting. Akhir
kalimat dalam struktur penulisan berita merupakan penguat tulisan yang
bersanding
35
dengan
judul,
lead,
dan
body
keseluruhan
laporan.37
Suhaemi, Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
h.41-44
36
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik
(Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia, 2004), h.120.
37
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006), h.119.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis
Sering terdapat anggapan bahwa surat kabar merupakan perusak bahasa.
Anggapan ini merupakan anggapan yang dilihat dari satu sisi saja tanpa melihat
sisi surat kabar yang sangat berjasa mengembangkan bahasa. Dalam masyarakat
modern, surat kabar merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Melalui surat kabar,
masyarakat mendapatkan informasi yang dibutuhkan.1
Keakraban antara surat kabar dan masyarakat membuat bahasa yang
digunakan surat kabar akan diserap oleh pembaca. Tidak semua pembaca surat
kabar merupakan orang yang ahli dalam bahasa. Oleh karena itu, jika surat kabar
menggunakan bahasa yang salah, besar kemungkinan hal tersebut berpengaruh
pada bahasa yang digunakan pembaca. Pembaca secara sengaja atau tidak meniru
penggunaan bahasa surat kabar tersebut. 2
Karena itu, media berperan sangat penting dalam menyebarluaskan bahasa.
Padahal, media merupakan sesuatu yang setiap hari dilihat oleh masyarakat, tidak
terkecuali media cetak. Sebagai model yang selalu dilihat masyarakat, sudah
semestinya media cetak mencontohkan sesuatu yang baik dan benar seperti hal
nya dalam tulisan. Tulisan dalam media cetak yang dilihat oleh masyarakat akan
diserap dan menjadi kosakata yang akan digunakan masyarkat sehingga apabila
terdapat
1
2
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10.
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10.
40
41
tulisan dalam media cetak yang tidak sesuai, maka hal tersebut juga yang akan
diserap oleh masyarakat.
Kesalahan paling mencolok dari media massa dan kemudian diikuti
masyarakat
adalah
pemakaian
kata.
Masyarakat
yang
kurang
begitu
memperhatikan bahasa pasti tidak terlalu peduli dengan penggunaan kata yang
benar. Hal yang sama terjadi pada kesalahan pada struktur kalimat. Masyarakat
mencontohkan
penggunaan
kalimat
dari media
massa yang agak
kurang
bertanggung jawab. Dengan begitu banyak sekali orang yang membuat kalimat
tanpa subjek, memulai kalimat dengan kata depan, terbawanya struktur bahasa
lisan dalam bahasa tulis.1
Surat kabar dan majalah merupakan sarana pembinaan bahasa. Kekuatan
surat
kabar
terletak
pada
penggunaan
bahasa
secara
terampil
dalam
menyampaikan informasi, opini, dan hiburan. Sarana yang digunakan dalam
komunikasi antara surat kabar dan masyarakat yaitu melalui bahasa tulis.2
Peran surat kabar dan majalah dalam membina bahasa dapat bersifat
positif, dapat juga bersifat negatif. Apabila bahasa yang digunakan oleh pers
adalah bahasa yang baik dan terpelihara, tentu pengaruh terhadap pembaca pun
baik. Akan tetapi, apabila bahasa yang digunakan pers itu bahasa yang tidak
terpelihara, bahasa yang tidak baik dalam segi struktur kata dan kalimat, tentulah
pengaruh terhadap masyarakat sifatnya negatif. 3
1
Tri Ardi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2007), h.8.
J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1985), h.135.
3
J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, h.135.
2
42
Masyarakat menuntut lebih dari pers sebagai lembaga yang diakui
memiliki peranan yang besar dalam pembinaan bahasa. Bahasa yang digunakan
pers adalah bahasa tulis yang setiap hari dibaca oleh masyarakat. Bahasa tulis
dapat dilihat selamanya oleh pembaca berbeda dengan bahasa lisan yang hanya
sepintas didengar oleh masyarakat. Oleh sebab itu, pembaca yang kurang
menguasai kaidah bahasa mudah dipengaruhi oleh bahasa yang dibaca dalam surat
kabar. Pembaca meniru bukan hanya bahasa yang benar, melainkan pula bahasa
yang salah.
Itu sebabnya penyebaran bahasa yang digunakan pers lebih
berpengaruh terhadap masyarakat dibanding penyebaran melalui media lain. 4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Harian Kompas sebagai objek
penelitian. Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di
Indonesia. Oplah surat kabar ini mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui
perhitungan jika satu koran dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi
pembaca Harian Kompas per hari mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. Jika
Harian Kompas menggunakan bahasa yang tidak sesuai, berarti sebanyak
2.000.000 masyarakat Indonesia yang membaca Harian Kompas terbohongi.
Bahasa tulisan yang salah tersebut selanjutnya akan diteruskan dalam penggunaan
sehari-hari dan dapat menjadi kebiasaan. Hal ini dapat berdampak pada rusaknya
tatanan bahasa.
Bahasa Indonesia dalam surat kabar khususnya surat kabar nasional sudah
mengalami kemajuan dibanding belasan atau puluhan tahun lalu, namun tidak
berarti bahwa bahasa tersebut sudah tidak ada kesalahan. Seorang wartawan harus
berusaha
4
meningkatkan
penguasaan
dan
J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, h.136.
kemampuan
berbahasa
Indonesia,
43
khususnya
bahasa
tulis.
Bahasa
merupakan
alat
utama
wartawan
untuk
menjalankan tugasnya.5
Di samping kekurangan dalam segi bahasa yang masih terdapat dalam
surat kabar, harus diakui bahwa surat kabar memiliki peranan yang penting dalam
pengembangan Bahasa Indonesia. Wartawan yang baik juga turut serta dalam
membina bahasa yang baik karena jasa mereka dalam penyebaran Bahasa
Indonesia.6
B. Profil Harian Kompas
1.
Profil dan Sejarah Harian Kompas
Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika
Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan
menyuarakan perlu dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat
keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan
penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini ditulis oleh “Harian
Rakyat” sebagai adil dan patriotik. Awal tahun 1965 Panglima TNI-AD
Letjen Ahmad Yani menelpon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Ahmad
Yani melemparkan ide untuk menerbitkan koran melawan pers komunis.
Frans Seda menanggapi ide itu dan membicatakan dengan Ignatius Josef
Kasimo sesama rekan di Partai Katolik dan dengan rekannya, pemimpin
majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. 7
PK. Ojong dan Jacob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan
mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih yaitu “Bentara
5
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12.
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12.
7
Company Profile, Harian Kompas
6
44
Rakyat”, namun atas usul Soekarno koran tersebut diberi nama “Kompas”
yang memiliki makna pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau
hutan rimba. Maka jadilah nama Harian Kompas. Harian Kompas pertama
kali terbit empat halaman pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat
Hati Nurani Rakyat”8
Saat ini, Kompas berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh
PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha
Kompas Gramedia (KG). Harian Kompas menjadi satu-satunya surat kabar
yang mampu menjangkau 33 provinsi di penjuru Indonesia. 9 Kompas
merupakan surat kabar dengan oplah terbesar yaitu mencapai 530.000 setiap
hari dengan 2 juta lebih pembaca yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Sebagian besar oplah Harian Kompas beredar di Jabodetabek
sebanyak 66%. 10
2.
Visi Kompas
Dalam visinya, Kompas bertujuan mengedukasi dan memberikan
manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan informasi dengan
menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan bahasa. Kompas sangat
urgen terhadap pengembangan bahasa. Hal ini tertera pada visinya yang
meyatakan11 :
8
Company Profile, Harian Kompas.
Data Litbang Bisnis Kompas tahun 2013.
10
Company Profile, http://profile.print.kompas.com/profil/ diakses pada Jumat 20 Januari 2017
pukul 00.59.
11
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
9
45
“Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan
Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bemartabat serta Menjunjung
Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”12
Dalam visi tersebut, terdapat kata bemartabat, yang dimaksud dengan
bemartabat yaitu, menjadi organisasi yang bermanfaat di mata masyarkat.
Bemartabat di sini juga berkaitan dengan bahasa karena seseorang dikatakan
bemartabat
apabila
Ia
menghargai bahasanya
dan
seberapa
jauh ia
berbahasa.13
Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi
membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip
humanism transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati
individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa
diuraikan sebagai berikut:14
a.
Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.
b.
Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu
baik politik, agama, sosial, ekonomi atau golongan
c.
Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif
dengan segala kelompok.
d.
Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi
dan cita-cita bangsa.
12
Company Profile Harian Kompas
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
14
Company Profile Harian Kompas
13
46
e.
Kompas
bersifat
dikembangkan
luas
tetapi
dan
selalu
bebas
dalam
pandangan
memperhatikan
konteks
yang
struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan.
3.
Misi Kompas
Layaknya
pengembangan
Visi
bahasa.
Kompas,
Misi
Bahasa
ibarat
Kompas
alat
pun
yang
mengedepankan
digunakan
untuk
menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas adalah bahasa
jurnalistik. Pesan dapat disampaikan kepada masyarakat apabila alat yang
digunakan berupa bahasa sudah baik dan pas. 15
Hal ini tertera pada misi Kompas yang menyatakan, “Menginspirasi
dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi
Arah Perubahan (Trend Setter) dengan Menyediakan dan Menyebarluaskan
Informasi Tepercaya”16
Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor
satu dalam semua usaha di antara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas
yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan
kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima
sasaran operasional:17
a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri :
cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.
b. Kompas
memiliki
bobot
jurnalistik
yang
tinggi
dan
terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat
15
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
16
Company Profile Harian Kompas
17
Company Profile Harian Kompas
47
yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya
nuansa kehidupan dan kemanusiaan.
c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya
intelektual yang
penuh
empati dengan
pendekatan
memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak
rasional,
lain,
selalu
berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan
tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip.
d. Berusaha
menyebarkan
informasi
seluas-luasnya
dengan
meningkatkan tiras.
e. Untuk
dapat
merealisasikan
visi
dan
misi
Kompas
harus
memperoleh keuntungan dari usaha, namun, keuntungan yang
dicari
bukan
sekedar
demi
keuntungan
itu
sendiri
tetapi
menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan
usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosial
sebagai perusahaan.
C. Profil Rubik Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan dan Kebudayaan merupakan salah satu rubrik yang dimiliki
Harian Kompas. Rubrik ini terletak di halaman 11-12 pada setiap edisi. Rubrik ini
berisi berita mengenai pendidikan dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan
orang
banyak,
mengedukasi
masyarkat,
kebijakan
pendidikan
nasional,
momentum tentang pendidikan dan kebudayaan, fasilitas, sarana, regulasi dan
Undang-undang Pendidikan mengena pendidikan. Berita yang diterbitkan harus
48
membangun pluralisme atau menghargai keanekaragaman masyarakat, merawat
nasionalisme dan membangun karakter bangsa. 18
Semenjak
awal berdiri,
Kompas sudah menerbitkan berita tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik sendiri
dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena pada saat pertama terbit, koran
belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar 1980 barulah terbentuk Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas.19
Latar belakang berdirinya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak
terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi pendiri Harian Kompas. Pendiri
Harian Kompas, Jacob Oetama merupakan seorang guru. Jacob Oetama ingin
mengedukasi masyarakat melalui koran dan sebagai jalannya membuat Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan ini merupakan dedikasi Jacob Oetama kepada masyarkat. Sementara
itu, kebudayaan berkaitan dan tidak bisa terlepas dari pendidikan sehingga
terbentuklah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. 20
18
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
19
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
20
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis
Bahasa
Jurnalistik
pada
Berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas Edisi Juli 2016
Pada Juli 2016
terdapat empat berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas yang akan peneliti analisis. Bahasa jurnalistik
keenam berita ini akan dibahas sesuai dengan 10 pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Berikut adalah keenam berita
di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas:
Tabel 1. Judul Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016
No.
Judul Berita
1
101 PTS Ditutup
2
PTS
Tutup
Waktu Terbit
Jumat, 1 Juli 2016
Karena
Kurang Sabtu, 2 Juli 2016
Mahasiswa
3
Perguruan
Tinggi
Swasta
Butuh Senin, 4 Juli 2016
Pendampingan
4
Cegah Titipan Industri Penyiaran
Jumat, 15 Juli 2016
49
50
1.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I
Berita pertama berjudul 101 PTS Ditutup Tak Sanggup Penuhi Syarat
Layanan Pendidikan, Jumat 1 Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang penutupan
101 perguruan tinggi swasta oleh Kemristek dan Dikti karena dinilai tak
sanggup
memenuhi syarat layanan pendidikan.
Judul berita ini sudah
menggunakan bahasa jurnalistik yang cukup baik dan tidak melanggar
pedoman bahasa jurnalistik.
Selanjutnya, temuan analisis naskah berita berlandaskan 10 pedoman
bahasa jurnalistik PWI akan penulis deskripsikan dalam bentuk tabel. Berikut
analisisnya:
Tabel 2. Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016
Paragraf
Lead
Berita
Analisis
Sebanyak 101 perguruan Pada lead ini terdapat dua kesalahan.
tinggi swasta yang sempat Pertama,
masuk
dalam
daftar terlalu
pembinaan/nonaktif
bersama
243
tinggi
lainnya
Kementrian
kalimat
panjang.
dalam lead
Ini
ini
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
perguruan empat
yang
oleh wartawan
Riset, dengan
menyatakan
bahwa,
hendaknya
menulis
kalimat-kalimat
pendek.
Teknologi,
dan Sedangkan kalimat ini, mengandung
Pendidikan
Tinggi 28 kata dalam satu kalimat. Menulis
akhirnya
diputuskan dengan
induk
kalimat
dan
anak
51
untuk ditutup
kalimat yang mengandung banyak
kata dapat menyebakan kalimat tidak
dapat dipahami. Semestinya kalimat
ini diubah menjadi:
101
perguruan
tinggi
swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian
Riset,
Teknologi,
Perguruan
dan Pendidikan.
tinggi
masuk
tersebut
sempat
dalam
pembinaan/nonaktif
daftar
bersama
243
perguruan tinggi lainnya.
Kedua, kalimat ini mengandung kata
mubazir,
yaitu
melanggar
“untuk”.
pedoman
jurnalistik
nomor
menyataakan
hendaknya
bahasa
enam
bahwa
Ini
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Kata “untuk” merupakan
salah satu kata mubazir. Ini karena
ada atau tidak kata “untuk”, makna
kalimat
tetap
sama.
Semestinya
kalimat ini diubah menjadi
“… perguruan tinggi lainnya oleh
52
Kementrian Riset,
Pendikan
Teknologi,
Tinggi
dan
akhirnya
diputuskan ditutup”
Dengan demikian, kalimat pada lead
seharusnya diubah menjadi :
101
perguruan
tinggi
swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian
Riset,
Teknologi,
Perguruan
tinggi
masuk
dan Pendidikan.
tersebut
sempat
dalam
pembinaan/nonaktif
daftar
bersama
243
perguruan tinggi lainnya.
1
Perguruan
dianggap
tersebut Pada paragraf pertama terdapat kata
sanggup “untuk”.
tidak
Dalam kalimat ini,
kata
memenuhi berbagai syarat “untuk” merupakan kata mubazir ini
untuk
membenahi karena jika kata “untuk” dihilangkan
layanan
pendidikan tidak
kepada masyarakat.
bahkan
lebih
mengubah
makna
kalimat
membuat kalimat menjadi
panjang.
Dengan
demikian
Kompas melanggar pedoman nomor
enam yang menyatakan
hendaknya
wartawan
menghilangkan
kata
53
mubazir. Seharusnya kalimat diubah
menjadi :
Perguruan tersebut dianggap tidak
sanggup memenuhi berbagai syarat
membenahi
layanan
pendidikan
kepada masyarakat.
2
Dalam acara jumpa awak Pada paragraf kedua, kalimat terlalu
media di Jakarta, Rabu panjang. Kalimat ini mengandung 46
(29/6)
malam,
bertajuk kata dalam satu kalimat. Menulis
Pemaparan
Kinerja dengan
induk
kalimat
dan
anak
Semester 1 Tahun 2006 di kalimat yang mengandung banyak
Kementrian
Riset, kata dapat menyebakan kalimat tidak
Teknologi,
dan dapat dipahami. Dengan demikian
Pendidikan
Tinggi, Kompas melanggar pedoman nomor
Menristek
dan
Muhammad
mengatakan,
Dikti empat
yang
Nasir wartawan
peningkatan dengan
menyatakan
bahwa
hendaknya
menulis
kalimat-kalimat
pendek.
mutu pendidikan tinggi di Kalimat seharusnya diubah menjadi :
Indonesia
komitmen
penyelenggara
harus
jadi Dalam acara jumpa awak media di
bersama Jakarta,
Rabu
perguruan Menristek
dan
tinggi negeri dan swasta.
Nasir
(29/6)
Dikti
mengatakan,
malam,
Muhammad
peningkatan
mutu pendidikan tinggi di Indonesia
harus
jadi
komitmen
bersama
54
penyelenggara
perguruan
tinggi
negeri dan swasta. Acara jumpa
awak
media
Pemaparan
Tahun
tersebut
Kinerja
2006,
bertajuk
Semester
1
diselenggarakan
di
Kementrian Riset,
Teknologi,
dan
Pendidikan Tinggi.
3
“Tindakan tegas dilakukan Pada paragraf ketiga, terdapat kata
terhadap “upaya” sebanyak dua kali dalam
pemerintah
institusi
orang
ataupun
yang
melanggar
orang- satu kalimat.
berupaya kata
“berupaya”
sebagai
kata
ketentuan mubazir. Kalimat lebih tepat jika
dalam upaya mewujudkan kata
“berupaya”
pendidikan tinggi bermutu Dengan
yang dapat meningkatkan melanggar
daya saing bangsa,” ujar jurnalistik
Nasir.
Hal ini menjadikan
menyatakan
hendaknya
dihilangkan.
demikian
Kompas
pedoman
nomor
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Kalimat seharusnya diubah
menjadi :
“Tindakan
tegas
pemerintah
terhadap
ataupun
orang-orang
dilakukan
institusi
yang
melanggar ketentuan dalam upaya
55
mewujudkan
pendidikan
tinggi
bermutu yang dapat meningkatkan
daya saing bangsa,” ujar Nasir.
4
Ia
mencontohkan,
di Pada paragraf keempat, terdapat kata
Negeri “melakukan
Universitas
Manado yang melakukan kata
tersebut
dalam “pelanggar”.
pelanggaran
membuka
pelanggaran”
kelas
jauh, melanggar
pihaknya
sudah yang
memberikan
sanksi hendaknya
cukup
Ini
padahal,
dituliskan
berarti
pedoman
Kompas
nomor enam
menyatakan
wartawan
menghilangkan
kata
kepada tiga orang. Mereka mubazir. Dengan demikian kalimat
diberhentikan dari jabatan dapat diubah menjadi :
fungsional.
Ia
mencontohkan,
Negeri
Manado,
memberikan
di
Universitas
pihaknya
sanksi
kepada
sudah
tiga
orang pelanggar yang membukaan
kelas
jauh.
Mereka diberhentikan
dari jabatan fungsional.
5
Pemalsuan
ijazah
S-2 Pada paragraf lima terdapat kata
sorang dosen di PTN itu “itu” padahal kata tersebut kurang
juga ditindak tegas. “Kami tepat untuk kalimat tersebut. Kata
memberikan
tindakan yang
cocok
untuk
menggantikan
tegas kepada PTN dan kata “itu” adalah kata “tersebut”.
PTS yang tidak memenuhi Kalimat seharusnya berbunyi:
56
ketentuan untuk menjamin Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen
kualitas
pendidikan di PTN tersebut juga ditindak tegas.
tinggi,” kata Nasir.
Dengan demikian Kompas melakukan
pelanggaran terhadap pedoman bahasa
jurnalistik
nomor
menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang
dimaksud dalam hal ini berhubungan
dengan diksi atau pemilihan kata.
6
Jendral Pada paragraf keenam di kalimat kedua,
Direktur
Ilmu terdapat kata
Kelembagaan
Teknologi, Padahal
Pengetahuan,
dan
Pendidikan
kata
cukup
Tinggi dituliskan “berkesempatan”. Hal ini
menjelesakan, pada tahun sedangkan
243
pedoman
wartawan
Pangkalan Data Penelitian menghilangkan
(PDPT).
kata
hendaknya
mubazir.
Setelah kalimat seharusnya diubah menjadi :
kesempatan Setelah
diberi
bahasa
PT yang jurnalistik nomor enam menyatakan
awalnya dinontaktifkan di bahwa
Tinggi
tersebut
Suwignjo membuat kalimat menjadi mubazir
Patdono
ini ada
“diberi kesempatan”,
berkesempatan
menjalani
menjalani pembinaan oleh pembinaan oleh tim yang dibentuk
tim
yang
dibentuk Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni
Kemristek dan Dikti, pada lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif
57
29
Juni lalu ditetapkan kembali.
112
PTS
sudah
aktif
kembali.
7
Sebanyak 15 PTS masih Pada paragraf ketujuh, terdapat kata
terus
oleh “sedangkan”
dibina
Kemristek
awal
kalimat,
Dikti, seharusnya kata “sedangkan” tidak
dan
Koordinator
di
Perguruan boleh diletakan di awal kalimat. Hal
Tinggi Swasta (Kopertis), ini
berarti
Kompas
melanggar
serta Asosiasi Perguruan pedoman bahasa jurnalistik nomor
Tinggi Swasta Indonesia. sembilan yang menyatakan bahwa
Sedangkan 15 PTS yang wartawan
dibawahi
Agama
hendaknya
sedapat
Kementrian mungkin menaati kaidah tata bahasa.
belum
diketahui Kalimat seharusnya diubah menjadi :
kemajuannya.
Sebanyak
15
PTS
masih
terus
dibina oleh Kemristek dan Dikti,
Koordinator
Perguruan
Swasta (Kopertis),
Tinggi
serta Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia,
sedangkan 15 PTS yang dibawahi
Kementrian Agama belum diketahui
kemajuannya.
.
8
“Ada
101
PTS
yang Pada paragraf ini, kalimat kedua
ditutup. Sebagian besar tidak
lengkap
sehingga
kalimat
58
dengan
sendiri
keputusan menjadi tidak jelas apa maksud yang
berkirim
mengajukan kata
untuk
penutupan.
tidak
surat ditutup di kalimat tersebut. Setelah
“penutupan”
Alasannya ditambah
sanggup
“perguruan
kata
tinggi
untuk mereka”. Hal ini berarti Kompas
melanjutkan
lagi melanggar
penyelenggaraan
PT jurnalistik
pedoman
nomor
sesuai dengan ketentuan,” menyatakan
tutur Patdono.
seharusnya
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hedaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Kalimat tersebut
seharusnya diubah menjadi :
Sebagian besar dengan keputusan
sendiri
berkirim
mengajukan
surat
penutupan
untuk
perguruan
tinggi mereka.
Pada
kalimat
ketiga,
seharusnya
setelah kata “alasannya” dituliskan
kata “mereka” karena jika tidak ada
kata
“mereka”,
maka tidak
ada
subjek dari kalimat tersebut. Dengan
demikian,
Kompas
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan.
Kalimat
seharusnya diubah menjadi :
tersebut
59
Alasannya,
untuk
mereka tidak
sanggup
melanjutkan
lagi
penyelenggaraan PT sesuai dengan
ketentuan,” tutur Patdono.
9
Menurut
yang
Patdono,
tidak
memenuhi
rasio
PT Pada paragraf
dapat kata
“diberi
antara tersebut
kesembilan terdapat
kesempatan”
kata
merupakan
kata mubazir
cukup
dituliskan
dosen dan mahasiswa 1 karena
berbanding 100 atau lebih “berkesempatan”. Dengan demikian,
awalnya
kesempatan
diberi Kompas melanggar pedoman bahasa
berbenah jurnalistik
nomor
hingga akhir 2015. Namun menyatakan
enam
bahwa
yang
wartawan
gejala kekurangan dosen hendaknya
menghilangkan
ternyata terjadi di PTN mubazir.
Kalimat
kata
tersebut
dan PTS sehingga diberi seharusnya diubah menjadi:
kelonggaran waktu hingga Menurut Patdono, Perguruan Tinggi
akhir Juni ini.
yang tidak dapat memenuhi rasio
antara
dosen
dan
mahasiswa
1
berbanding 100 atau lebih, awalnya
berkesempatan
berbenah
hingga
akhir 2015.
Pada kalimat kedua, sesuai dengan
kaidah
bahasa seharusnya setelah
60
kata “namun” terdapat tanda (,).
Selain
tidak
itu,
kalimat
tersebut
juga
memiliki subjek. Ini berarti
dalam
kalimat
melanggar
jurnalistik
ini
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah
jurnalistik
memiliki
tata
bahasa.
haruslah
pola
Kalimat
jelas
S-P-O-K.
dan
Dengan
demikian kalimat tersebut menjadi :
Namun,
gejala kekurangan dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS
sehingga
semua
perguruan
tinggi
tersebut diberi kelonggaran waktu
hingga akhir Juni ini.
10
“Ada permintaan supaya Pada paragraf kesepuluh, di kalimat
tenggat diundur lagi, tapi ketiga
terdapat
kata
“dari”.
kami
tetap
menetapkan Penggunaan kata “dari” pada kalimat
akhir
Juni.
Setelah
ini ini
tidak
tepat
dan
sebaiknya
kami akan audit PT yang dihilangkan karena ada atau tidak
masih
rasio
bermasalah
soal ada kata “dari” tidak mengubah arti
antara dosen dan kalimat. Ini berarti dalam kalimat ini
61
mahasiswa. Jika dari hasil Kompas melanggar pedoman bahasa
audit
tidak
menunjukkan jurnalistik
nomor
tanda-tanda
untuk menyatakan
memperbaiki diri,
sanksi hendaknya
akan
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
diberikan. mubazir. Selain itu, di kalimat yang
Sebaliknya,
yang berniat sama,
memperbaiki,
kalimat
termasuk memiliki
dengan
memanfaatkan tidak
kebijakan
soal
objek
lengkap.
tersebut
tidak
sehingga
Ini
kalimat
berarti
pada
nomor kalimat ini, Kompas juga melanggar
induk dosen khusus, akan pedoman bahasa jurnalistik nomor
kami
berikan sembilan yang menyatakan bahwa
kesempatan,”
Patdono.
ujar wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa,
khususnya
Dengan
kejelasan
demikian
kalimat.
kalimat
seharusnya diubah menjadi:
Jika hasil audit tidak menunjukkan
tanda-tanda
memperbaiki
mereka
diri,
sanksi
untuk
akan
diberikan.
11.
Sesuai dengan ketentuan, Pada paragraf
rasio
dosen
mahasiswa
Ilmu
untuk
Pengetahuan
dan kata
“adalah”.
kesebelas, terdapat
Kata
tersebut
bidang merupakan kata mubazir karena jika
Alam tidak ada kata tersebut kalimat sudah
62
adalah 1 berbanding 30. jelas.
Adapun
untuk
Pengetahuan
Dengan
Ilmu kalimat
Sosial
berbanding 45.
ini
demikian
Kompas
dalam
melanggar
1 pedoman bahasa jurnalistik nomor
enam,
yang
menyatakan
bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan
kata mubazir.
Kalimat seharusnya
diubah menjadi :
Sesuai
dengan
ketentuan,
rasio
dosen dan mahasiswa untuk bidang
Ilmu
Pengetahuan
Alam
1
berbanding 30.
12
Terkait
nasib
mahasiswa Pada paragraf keduabelas, terdapat
di PT yang ditutup, ujar kata “ujar”, “pihaknya” dan “agar”,
Patdono,
meminta
pihaknya padahal dalam kalimat ini kata-kata
agar
mengalihkan
ke
yayasan tersebut
merupakan
mahasiswa karena
PTS
jika tidak
terdekat. tesebut
kalimat
kata mubazir
ada kata-kata
sudah
jelas.
Ini
Kemristek dan Dikti juga berarti dalam kalimat ini, Kompas
turun tangan untuk bisa melanggar
membantu
peralihan jurnalistik
mahasiswa yang terdata di menyatakan
PDPT
agar
dapat hendaknya
menyelesaikan studinya.
pedoman
nomor
bahwa
bahasa
enam
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir.
Masih
pada kalimat yang sama,
63
kalimat
tersebut
tidak
Seharusnya
“mahasiswa”
lengkap.
setelah
kata
diperjelas
dengan
ditambah kata “mereka”. Ini berarti
Kompas
dalam
melanggar
kalimat
pedoman
jurnalistik
nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
ini
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah
tata
bahasa.
Dengan
demikian, kalimat seharusnya diubah
menjadi :
Terkait nasib mahasiswa di PT yang
ditutup, Patdono meminta yayasan
mengalihkan mahasiswa mereka ke
PTS terdekat.
Selain
terdapat
itu,
pada
kata
kalimat
kedua
“studinya”.
Dalam
kalimat ini, kata tersebut tidak tepat
karena menunjukan studi seseorang,
padahal
yang
dimaksud
tersebut
menunjukan
banyak.
Dengan
kalimat
ini
kalimat
studi
orang
demikian
dalam
Kompas
melanggar
64
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, kaidah tata bahasa
yang
dilanggar
diksi.
Seharusnya
yaitu
penggunaan
kalimat
diubah
menjadi:
Kemristek
tangan
dan
untuk
Dikti juga
bisa
turun
membantu
peralihan mahasiswa yang terdata di
PDPT
agar
dapat
menyelesaikan
studi mereka.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita I
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Jumat, 1 Juli 2016 halaman
11, terdapat 12 paragraf yang terdiri dari 24 kalimat yang telah dianalsis.
Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat tiga pelanggaran
pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor empat sebanyak
satu kalimat, nomor enam sebanyak sembilan kalimat dan pedoman nomor
sembilan sebanyak lima kalimat.
2.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II
Berita kedua berjudul PTS Tutup karena Kurang Mahasiswa terbit 2
Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 11. Berita ini berisi
65
tentang
Kementrian
Riset,
Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi menutup
perguruan tinggi swasta. Penutupan dilakukan karena proses perkuliahan
sudah tidak berjalan selama beberapa semester. Judul berita ini lebih baik
dipersingkat menjadi Kurang Mahasiswa, PTS ditutup.
Selanjutnya, berita tentang di tutupnya Perguruan Tinggi Swasta
tersebut akan dianalisis berdasarkan 10 pedoman bahasa jurnalistik Persatuan
Wartawan
Indonesia.
Untuk
memudahkan
menganalisis,
analisis
akan
dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Analisis bahasa jurnalis tik berita II Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 2 Juli 2016
Paragraf
Lead
Berita
Analisis
Perguruan tinggi swasta Pada lead ini di kalimat pertama
yang
ditutup
oleh terdapat
kata
Kementrian
Riset, “penutupan”
Teknologi,
dan sama-sama
“penutupan”.
dan
kata
Kata
“permintaan”
benda
penumpukan
sehingga
Pendidikan
Tinggi terjadi
kata
benda.
umumnya
secara Dengan demikian pada kalimat ini
sukarela
mengajukan Kompas melanggar pedoman bahasa
permintaan
penutupan. jurnalistik
Alasannya,
proses menyatakan
nomor
sembilan
bahwa
yang
wartawan
perkuliahan sudah tidak hendaknya sedapat mungkin menaati
berjalan selama beberapa kaidah tata bahasa. Pada kalimat ini,
semester
tidak
bisa
dan
mereka kaidah tata bahasa yang dimaksud
memperoleh adalah pemilihan diksi. Seharusnya,
mahasiswa baru.
kata
“penutupan”
diganti
dengan
66
“ditutup”
agar
tidak
terjadi
penumpukan kata benda. Seharusnya
kalimat diubah menjadi :
Perguruan
ditutup
tinggi
oleh
Teknologi,
swasta
yang
Kementrian
Riset,
dan Pendidikan Tinggi
umumnya
secara
sukarela
mengajukan permintaan ditutup.
1
Kepala
seksi Pada kalimat pertama di paragraf
Kelembagaan Koordinasi pertama
terdapat
kata
Perguruan Tinggi Swasta Dalam kalimat ini,
(Kopertis)
Wilayah
III merupakan
“waktu”.
kata “waktu”
suatu
redundansi
DKI Jakarta Sri Mastuti (tindakan menggunakan kata, frasa,
mengatkan,
pihaknya dan lain-lain, yang berulang. Padahal
memberikan pengulangan tersebut tidak perlu)1
sudah
kesempatan
tinggi
perguruan sehingga kata “waktu” merupakan
swasta
(PTS) kata
bermasalah
berbenah. jurnalistik
“Akan
tetapi,
akhirnya
para pengurus hendaknya
PTS
Dengan
demikian
tersebut Kompas melanggar pedoman bahasa
waktu untuk
1
mubazir.
memilih
pada menyatakan
nomor
bahwa
enam
yang
wartawan
menghilangkan
kata
untuk mubazir. Seharusnya kata tersebut
Merriam Webster, Redundancy, diakses pada Senin, 13 Februari2017 melalui
https://www.merriam-webster.com/dictionary/redundancy.
67
menghentikan
dihilangkan.
operasionalnya.
Kalimat
seharusnya
Mereka diubah menjadi:
datang ke Kopertis III Kepala
seksi
Kelembagaan
dengan membawa surat Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
permohonan
penutupan,” (Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta
ujarnya ketika ditemui di Sri
Jakarta, Jumat (1/7).
Mastuti
sudah
mengatkan,
memberikan
perguruan
tinggi
pihaknya
kesempatan
swasta
(PTS)
bermasalah tersebut berbenah.
Pada kalimat kedua, terdapat kata
“untuk”.
kata
Kata
“untuk
merupakan
mubazir
karena
ada
tidaknya
kata
tersebut
atau
tidak
mengubah makna kalimat. Dengan
demikian pada kalimat ini Kompas
melanggar
pedoman
jurnalistik
nomor
menyatakan
hendaknya
mubazir.
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
Kata “untuk” seharusnya
dihilangkan.
Dengan demikian
kalimat seharusnya diubah menjadi:
Akan tetapi, pada akhirnya para
68
pengurus
PTS
memilih
menghentikan operasionalnya.
2
Salah
satu
sudah
PTS
ditutup
yang Pada kalimat keempat di paragraf
adalah kedua, susunan kalimat tidak tepat,
Akademi Sekretaris dan seharusnya susunan kalimat ditulis:
(ASM) “Setiap tahun hanya satu-dua orang
Manajemen
Purnama yang didirikan yang tertarik mendaftar” karena jika
pada
1971.
Menurut susunan kata seperti berita tersebut
Ketua Yayasan Purnama, tidak ada kata yang disifati dari kata
Aminudin
Tinit,
dihubungi
ketika tertarik sehingga kalimat tidak jelas..
secara Dengan demikian pada kalimat ini
terpisah,
lembaga Kompas melanggar pedoman bahasa
pendidikan
tersebut jurnalistik
sudah
tidak
nomor
mendapat menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
mahasiswa baru selama hendaknya sedapat mungkin menaati
lima
tahun
terakhir. kaidah
tata
bahasa.
Kalimat
Praktis, tak ada kegiatan seharusnya diubah menjad:
operasional.
“Setiap “setiap tahun, hanya satu-dua orang
tahun,
tertarik yang tertarik untuk mendaftar”
yang
mendaftar hanya satudua orang,” katanya.
3
Aminudin
menjelaskan, Pada paragraf ketiga, terdapat dua
sejak lima tahun lalu para kalimat
dosen di ASM Purnama bahasa
yang
melanggar pedoman
jurnalistik.
Pertama,
di
69
satu
persatu kalimat
mengundurkan
diri
hingga
kata
akhirnya mengubah
tidak ada yang tersisa. demikian
Menurut
dia,
terdapat
kata
dan mubazir yaitu “akhirnya”. Ada atau
pindah bekerja di tempat tidak
lain
pertama
“akhirnya”
arti
kalimat.
hal
ini
tidak
Dengan
bertentangan
Yayasan dengan pedoman bahasa jurnalistik
Purnama sudah berupaya nomor lima yang menyatakan bahwa
melakukan
pembenahan wartawan hendaknya menghilangkan
pengelolaan.
juga
menggiatkan diubah menjadi:
promosi
lulusan
Mereka kata mubazir. Seharusnya kalimat ini
agar
SMA
para Aminudin menjelaskan,
sejak lima
sederajat tahun lalu para dosen di ASM
dan orang yang berhak Purnama satu persatu mengundurkan
mengambil
pendidikan diri dan pindah bekerja hingga tidak
lanjut mau mendaftar ke ada yang tersisa.
ASM
Purnama.
tetapi, hasilnya nihil.
Akan Kedua, di kalimat ketiga terdapat
kata “mau”. Kata “mau” merupakan
kata tutur. Menggunakan kata tutur
bukanlah
karakteristik
bahasa
jurnalistik dan melanggar pedoman
bahasa jurnalistik
nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya
70
kalimat ditulis :
Mereka juga menggiatkan promosi
agar para lulusan SMA sederajat dan
orang
yang
berhak
mengambil
pendidikan lanjut ingin mendaftar ke
ASM Purnama.
4
“keputusan
untuk Pada kalimat pertama di paragraf
menutup ASM Purnama keempat
terdapat
adalah hal yang sangat padahal
dalam
logis,”
merupakan
tuturnya.
Di “untuk”
kata
kalimat
“untuk”
ini
kata
kata
mubazir
samping itu, Kementrian karena jika tidak ada kata tersebut
Riset,
Teknologi,
Pendidikan
Tinggi dalam
(Kemristek
juga
dan makna kalimat tetap sama. Ini berarti
dan
Dikti) melanggar
mengeluarkan jurnalistik
aturan
tinggi hendaknya
sehingga menutup ASM mubazir.
Purnama
adalah
bentuk
terhadap aturan.
ini
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
pembenahan menyatakan
perguruan
satu
kalimat
enam
bahwa
wartawan
menghilangkan
seharusnya
yang
kata
kata “untuk”
salah dihilangkan dalam kalimat. Dengan
kepatuhan demikian kalimat seharusnya diubah
menjadi:
keputusan menutup ASM Purnama
adalah
tuturnya.
hal
yang
sangat
logis,”
71
5
Serupa
dengan
ASM Pada paragraf kelima, terdapat dua
Purnama, Sekolah Tinggi kata mubazir. pertama, di kalimat
Administrasi pertama terdapat kata “permohonan”
Ilmu
Yayasan
Pembina padahal
sebelum
kata
tersebut
Administrasi terdapat
kata
“mengajukan”
Niaga dan Negara (STIA sehingga
kata
“permohonan:
Pendidikan
Yappann)
juga menjadi
mengajukan
mubazir
dihilangkan.
permohonan
penutupan melanggar
jumlah hendaknya
mahasiswa
berarti
nomor
operasional menyatakan
karena
harus
Kompas
pedoman
dengan alasan tidak ada jurnalistik
kegiatan
Ini
dan
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
yang mubazir. kalimat seharusnya diubah
melamar
semakin menjadi:
berkurang.
Menurut …(STIA Yappann) juga mengajukan
Mastuti,
Yappann
mahasiswa penutupan dengan alasan…
yang
tersisa Kedua, di kalimat kedua terdapat
pindah ke PTS lain. Saat kata “sedang” padahal dalam kalimat
ini mereka sedang dalam tersebut juga terdapat kata “saat ini”,
proses
mengurus sehingga kata “sedang” merupakan
dokumen akademis.
kata mubazir pada kalimat tersebut
karena
waktu
sama-sama
yang
sama.
menunjukan
Ini
berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
72
jurnalistik
nomor
menyatakan
enam
bahwa
hendaknya
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Kalimat seharusnya diubah
menjadi:
Saat
ini
mereka
dalam
proses
mengurus dokumen akademis.
6
Sekolah
Tinggi Pada kalimat pertama di paragraf
Keguruan
dan
Pendidikan
Ilmu keenam terdapat kata “pelaksanaan”
(STKIP) seharusnya
Suluh
Bangsa
paksa
karena
kata
ditutup “melaksanakan”
terbukti “pelaksanaan”
melakukan
tersebut
ditulis
karena
kata
merupakan
kata
jual-beli benda sedangkan seharusnya pada
ijazah serta pelaksanaan kalimat ini diikuti kata kerja. Ini
wisuda
tanpa berarti pada kalimat ini Kompas
pemberitahuan
Kemristek
kepada melanggar
dan
Dikti. jurnalistik
Diselidiki lebih lanjut, menyatakan
dari ratusan
pedoman
nomor
bahasa
sembilang
bahwa
yang
wartawan
mahasiswa hendaknya sedapat mungkin menaati
yang diwisuda, hanya 50 kaidah tata bahasa. Dalam hal ini
orang
yang
namanya tata bahasa yang dimaksud adalah
masuk ke dalam laporan pemilihan kata atau diksi.
Kopertis.
Dengan
demikian kalimat seharusnya diubah
menjadi:
73
… melakukan jual-beli ijazah serta
melaksanakan
wisuda
tanpa
pemberitahuan serta melaksanakan
wisuda tanpa …
Pada kalimat kedua, terdapat kata
“diselidiki lebih lanjut” padahal kata
tersebut merupakan ungkapan klise
dan harus dihilangkan. Ini berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik
nomor
lima
menyatakan
bahwa
hendaknya
menjauhkan
ungkapan
Dengan
klise
atau
demikian
yang
wartawan
diri
dari
stereotype.
kalimat
yang
mahasiswa
yang
benar adalah:
Dari
ratusan
diwisuda, hanya 50 orang …
Ketiga,
terdapat
masih di kalimat kedua,
kata
“namanya” padahal
sebelum kata tersebut terdapat kata
“50 orang” sedangkan partikel “nya”
menunjukan hanya satu orang. Ini
berarti Kompas melanggar pedoman
bahasa jurnalistik
nomor sembilan
74
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya
menaati
kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya partikel “nya” diubah
menjadi “mereka” sehingga kalimat
yang benar:
hanya 50 orang nama mereka yang
masuk laporan Kopertis.
7
“Penyelidikan
Pada
kalimat
kedua di paragraf
membuktikan bahwa dari ketujuh terdapat kata “serupa dengan
50
tersebut, Yappann” padahal kata itu diikuti
orang
beberapa nama tak cocok dengan “mahasiswa STIKIP” kedua
dengan
nomor
induk kata ini tidak setara. Maka dari itu,
mahasiswa yang ada di kata pertama harus diubah menjadi
Data “serupa
Pangkalan
dengan
Tinggi Yappann”. Hal ini berarti Kompas
Pendidikan
(PDPT),” kata Mastuti. melanggar
Serupa
dengan jurnalistik
Yappann,
STKIP
mahasiswa
pedoman
nomor
mahasiswa menyatakan
Suluh
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
Bangsa hendaknya sedapat mungkin menaati
yang terdaftar di PDPT kaidah
tata
bahasa.
Kalimat
ini
dan masih aktif kuliah seharusnya diubah menjadi:
sedang
dalam
proses Serupa dengan mahasiswa Yappann,
perpindahan ke PTS lain.
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa …
75
8
Selain PTS yang resmi Pada paragraf kedelapan Kompas
ditutup, Kopertis III juga tidak
melakukan
melanggar pedoman bahasa
soft-delete, jurnalistik.
yaitu menghapus namanama
PTS
yang
“menghilang”
dari
masyarakat. Terdapat 10
PTS di DKI Jakarta yang
masuk kategori tersebut.
9
Mastuti
memaparkan, Pada
kalimat
PTS-PTS ini sebelumnya sembilan,
aktif.
Namun,
ketiga
kalimat
di paragraf
tersebut
tidak
selama padu. Ini berarti Kompas melanggar
beberapa tahun terakhir, pedoman bahasa jurnalistik nomor
mereka
tidak
pernah sembilan yang menyatakan bahwa
mengirim kabar kepada wartawan
Kopertis
juga
hendaknya
sedapat
III.
Kopertis mungkin menaati kaidah tata bahasa.
tidak
bisa Seharusnya kalimat yang benar:
menghubungi
mereka Keberadaan pengursnya juga tidak
karena
kontak diketahui.
yang
nomor
terdaftar
sudah
tidak aktif. Pengurusnya
juga
tidak
diketahui
keberadaannya.
10
Ketika petugas Kopertis Pada kalimat pertama
di paragraf
76
mendatangi alamat PTS kesepuluh
gedungnya “gedungnya” padahal
tersebut,
sudah beralih fungsi. Ada cukup
yang
terdapat
menjadi
gedung
ditulis
kata
kata tersebut
“gedung”.
Dengan
sekolah, demikian dalam kalimat ini Kompas
perkantoran, melanggar
bahkan ada yang kosong.
jurnalistik
pedoman
nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya
kalimat yang benar :
…
alamat PTS tersebut, gedung
sudah berlaih fungsi.
11
Ia
mengungkapkan, Pada
Kopertis
kedua di paragraf
masih kesebelas terdapat kata “melakukan
III
memberikan
kalimat
kesempatan pembinaan” padahal kata tersebut
bagi para pengurus PTS cukup
dituliskan
“membina”.
Ini
yang masuk dalam daftar berarti dalam kalimat ini Kompas
soft-delete untuk segera melanggar
datang
menghadap
membicarakan
keluar
yang
dan jurnalistik
pedoman
nomor
jalan menyatakan
ditempuh. hendaknya
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
Jika mereka tetap ingin mubazir. Seharusnya kalimat ditulis:
menjalankan
kegiatan …
Kopertis
sebagai
lembaga mereka.
bersedia
membina
77
pendidikan,
Kopertis Selain itu, di kalimat ketiga, terdapat
melakukan kata
bersedia
“melakukan”.
Kata
pembinaan. Jika mereka “melakukan” di kalimat ini tidak
memilih
ditutup, jelas. Ini berarti Kompas melanggar
Kopertis
akan pedoman bahasa jurnalistik nomor
melakukan secara resmi.
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam kalimat ini seharusnya kata
“melakukan”
diganti
dengan
“mengabulkan
permintaan
mereka”
karena sebelumnya,
“jika
mereka
terdapat kata
memilih
ditutup”.
Kalimat ini seharusnya ditulis:
…
Kopertis
akan
mengabulkan
permintaan mereka secara resmi.
12
Ketua
Umum Pengurus Pada paragraf keduabelas Kompas
Pusat Asosiasi Perguruan tidak
melanggar pedoman bahasa
Tinggi Swasta Indonesia jurnalistik.
(Aptisi)
M
Budi
Djatmiko
mengatakan,
penutupan
101
PTS
merupakan langkah tegas
yang didukung Aptisi.
78
“Kami
13
memang Pada kalimat pertama di paragraf
meminta
kepada ketigabelas,
kalimat
tidak
teratur.
pemerintah supaya ada Seharusnya kalimat ditulis:
untuk “Kami
kesempatan
memang
dibina terlebih dahulu pemerintah
jika
ada
PTS
jika
meminta
ada
kepada
PTS
yang
yang bermasalah agar diberi pembinaan
Ternyata terlebih dahulu.”
bermasalah.
ada 101 dari 243 PTS Ini berarti dalam kalimat ini Kompas
yang menyatakan tidak melanggar
pedoman
sanggup, ya, lebih baik jurnalistik
nomor
ditutup saja,” ujar Budi menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
yang juga Ketua Pembina hendaknya sedapat mungkin menaati
Yayasan
Universitas kaidah tata bahasa.
Narotama Surabaya.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita II
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Sabtu, 2 Juli 2016, terdapat 13
paragraf
yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat
tiga
pelanggaran
pedoman
bahasa
jurnalistik
masing-masing
pedoman nomor lima sebanyak satu kalimat, nomor enam sebanyak tujuh
kalimat dan pedoman nomor sembilan sebanyak sembilan kalimat.
3.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III
Berita
Pendampingan,
ketiga
berjudul
Perguruan
Tinggi
Swasta
Butuh
terbit Senin 4 Juli 2016, di rubrik Pendidikan dan
79
Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang perguruan
tinggi yang membutuhkan dampingan dari pemerintah untuk meningkatkan
mutu layanan pendidikan. Penulisan judul ini sudah sesuai dengan pedoman
bahasa jurnalistik.
Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman
bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut
analisisnya:
Tabel 4. Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 4 Juli 2016
Paragraf
Lead
Berita
Analisis
Peningkatan
mutu Pada kalimat pertama, terdapat kata
layanan pendidikan juga “layanan”.
Dalam
kalimat
ini,
komitmen seharusnya kata “layanan” berbunyi
menjadi
penyelenggaraan
dan “pelayanan”
karena
perguruan “pelayanan”
pimpinan
kata
berarti
proses
tinggi swasta. Untuk itu, melayani, sedangkan kata “layanan”
perguruan
pun
tinggi swasta lebih
butuh
merujuk
kesempatan pelayanan.
memperbaiki diri melalui melanggar
pendampingan
sungguh-sungguh
yang jurnalistik
dari menyatakan
pada
Ini
berarti
hasil
Kompas
pedoman
nomor
bahasa
sembilan
bahwa
dari
yang
wartawan
pemerintah dan asosiasi hendaknya sedapat mungkin menaati
perguruan tinggi swasta.
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
tata bahasa yang dilanggar yaitu
mengenai pemilihan kata atau diksi.
80
Selain itu, dalam kalimat ini terdapat
kata “juga”. Dalam kalimat ini kata
“juga” seharusnya tidak digunakan
karena
kata
itu
tidak
berfungsi
sebagai kata sambung dua kalimat
yang
setara.
kalimat
Ini
ini
berarti
Kompas
dalam
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, tata bahasa yang
dilanggar adalah pemilihan kata atau
diksi.
Seharusnya,
kata
“juga”
diganti dengan “salah satu”. Selain
itu, kalimat tersebut juga tidak logis.
Pada
kalimat
tersebut,
“penyelenggaraan”
kata
diseterakan
dengan “pimpinan perguruan tinggi
swasta” padahal, dua kata tersebut
tidak setara. Kata “penyelenggaraan”
merujuk pada suatu kegiatan dan
“pimpinan
merujuk
perguran
pada
tinggi swasta
orang.
Hal
ini
81
melanggar
jurnalistik
pedoman
nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sebisa mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang
dimaksud di sini yaitu logika bahasa
paralel).2
Dengan
kalimat
seharusnya
Peningkatan
mutu
pelayananan
pendidikan
menjadi
salah
satu
komitmen
penyelenggaraan
dan
(struktur
demikikan
berbunyi:
pelaksanaan
yang
dilakukan
pimpinan perguruan tinggi swasta.
1
Demikian
dikemukakan Pada kalimat pertama di paragraf
Umum Pengurus pertama, terdapat kata “akhir pekan”
Ketua
Pusat Asosiasi Perguruan namun tidak diikuti dengan tanggal.
Tinggi Swasta Indonesia Dalam berita seharusnya dituliskan
(Aptisi)
M
Budi waktu yang jelas karena bila koran
Djatmiko
di
Jakarta, sudah dalam keadaan terpisah-pisah,
akhir pekan lalu. Dia masih
mengatakan,
101
2
PTS
diketahui
kapan
penutupan peristiwa tersebut terjadi.
Dengan
yang
tidak demikian
dapat
kalimat
http://tanja.portalbahasa.com/apa-yang-dimaksud-dengan-struktur-paralel/
seharusnya
82
mampu
memenuhi berbunyi:
ketentuan
pemerintah Demikian
meskipun
diberi Umum
dikemukakan
Pengurus
Ketua
Pusat
Asosiasi
kesempatan masuk dalam Perguruan Tinggi Swasta Indonesia
pembinaan
merupakan (Aptisi) M Budi Djatmiko di Jakarta
langkah
tegas
yang (2/7).
didukung Aptisi.
2
“Kami
dari
Aptisi Pada kalimat pertama di paragraf
meminta kedua, terdapat kata “kepada”. Pada
memang
kepada
pemerintah kalimat
ini,
seharusnya
tidak
supaya ada kesempatan menggunakan kata “kepada” karena
untuk
dibina
terlebih kalimat
ini
dulu jika ada PTS yang intransitif
bermasalah.
Ternyata memerlukan
merupakan
kalimat
sehingga
kata
tidak
“kepada”.
Ini
ada 101 PTS dari 243 berarti pada kalimat ini Kompas
PTS
yang
menyatakan melanggar
tidak sanggup, ya lebih jurnalistik
baik ditutup saja,” ujar menyatakan
Budi, yang juga Ketua hendaknya
Pembina
Universitan
Surabaya.
Yayasan bahasa.
pedoman
nomor
bahasa
sembilan
bahwa
menaati
Dengan
yang
wartawan
kaidah
tata
demikian
Narotama seharusnya kalimat berbunyi:
… meminta pemerintah supaya ada
kesempatan dibina terlebih dulu jika
ada PTS …
83
3
Menurut Budi, Aptisi pro Pada
kalimat
kedua
pada kualitas pendidikan ketiga,
kalimat
tinggi.
tersebut
Akan
berikan
kepada
PTS
pendampingan
Kementrian
secara
sungguh.
, Kalimat
tidak
lengkap.
tidak
memiliki
kesempatan subjek dan objek dan kalimat ini
memperbaiki
Teknologi,
tetapi
di paragraf
untuk merupakan kalimat perintah. Dalam
melalui bahasa
jurnalistik
oleh diperkenankan
tidak
menggunakan
Riset, kalimat perintah. Ini berarti pada
dan Aptisi kalimat
ini
Kompas
melanggar
sungguh- pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan
hendaknya
sebisa
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, kaidah tata bahasa
yang dilanggar yaitu kalimat harus
jelas dan memiliki pola S-P-O-K.
Selain itu, pada kalimat ini terdapat
kata mubazir yaitu “akan tetapi” kata
ini seharusnya cukup ditulis dengan
“tetapi”.
melanggar
jurnalistik
menyatakan
hendaknya
Ini
berarti,
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
bahwa
enam
yang
wartawan
menghilangkan
kata
84
mubazir.
Dengan demikian kalimat
yang benar adalah:
Tetapi
seharusnya
Aptisi
memberikan
kesempatan
kepada
PTS
memperbaiki
kualitas
untuk
melalui pendampingan oleh …
4
“Yang jauh lebih penting Pada
apa
solusinya?
hanya
kalimat
saling awal kalimat. Padahal kata “yang”
boleh
uluran tangan pemerintah kalimat.
Beda dengan PTN yang jurnalistik
semuanya
pemerintah,”
Budi.
diletakkan
Ini
untuk mengejar kualitas. melanggar
berkualitas
paragraf
Bukan keempat, terdapat kata “yang” di
menyalahkan. PTS butuh tidak
umumnya
pertama
awal
berarti
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
lebih menyatakan
di
sembilan
bahwa
yang
wartawan
karena hendaknya sedapat mungkin menaati
dibiayai kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya
ujar kalimat yang benar adalah :
Jauh lebih penting apa solusinya?
Bukan hanya saling menyalahkan.
Kemudian, pada
kalimat keempat,
kalimat
tidak lengkap karena tidak
memiliki
subjek
tidak
kalimat
jelas.
yang
sehingga
Dengan
benar
kalimat
demikian
seharusnya
85
berbunyi:
PTS
beda
dengan
PTN
yang
umumnya lebih berkualitas karena
semuanya dibiayai pemerintah,” ujar
Budi
5
Budi
PTN
menambahkan, Pada
mestinya
untuk tidak
dunia,
PT
kedua di paragraf
lebih kelima, kalimat tidak lengkap karena
diarahkan
mencapai
kalimat
memiliki subjek. Ini berarti
berkelas pada kalimat ini Kompas melanggar
mengembangkan pedoman bahasa jurnalistik nomor
riset dan inovasi, serta sembilan yang menyatakan bahwa
banyak
mengembangkan wartawan
hendaknya
sedapat
program S-2 dan S-3. mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Selain itu, juga fokus Dalam hal ini, kaidah tata bahasa
meningkatkan
pendidikan
daerah
yang
tinggi
terpencil
dilanggar
di kalimat.
adalah
Padahal
dalam
kejelasan
karakter
dan bahasa jurnalistik kalimat harus jelas
terluar serta kawasan yakni memiliki pola S-P-O-K. Maka
Indonesia
“Jangan
timur. dari itu, kalimat yang tepat adalah:
kebalikannya, Selain
malah
mengembangkan
itu,
PTN
juga
fokus
fokus meningkatkan pendidikan tinggi di
S-1. daerah terpencil dan terluar serta
Yang ini sebenarnya bisa kawasan Indonesia timur.
diperkuat oleh PTS,” ujar Selain itu,
terdapat kata “yang” di
86
Budi.
awal
kalimat.
Penggunaan
kata
“yang” di awal kalimat merupakan
suatu kesalahan tata bahasa. Hal ini
melanggar
jurnalistik
pedoman
nomor
menyatakan
hendaknya
bahasa
sembilan
bahwa
menaati
yang
wartawan
kaidah
tata
bahasa. Seharusnya kalimat diubah
menjadi:
Hal ini sebenarnya bisa diperkuat
oleh PTS, ujar Budi.
6
Ketua
Umum
Badan
Asosiasi Pada
paragraf
Penyelenggaraan terdapat
keenam,
pelanggaran
tidak
bahasa
Perguruan Tinggi Swasta jurnalistik yang dilakukan Kompas.
Indonesia
(ABPPTSI)
Thomas
Suyatno
mengatakan,
penyelenggara
PTS
mendukung
pada
komitmen
mutu
dan
menyambut baik adanya
pembinaan
yang
ditawarkan
Kemristek
dan
Dikti
untuk
87
mewujudkan
PTS
yang
berkualitas.
7
“Arah
menuju
itu
mulai
kualitas Pada
jelas. terdapat
Setidaknya
digagas
paragraf
ketujuh,
pelanggaran
tidak
bahasa
sudah jurnalistik yang dilakukan Kompas.
pertemuan
tripartit
dengan
susana
dialogis yang rutin antara
Kemenristek
ABPPTSI,
untuk
dan Dikti,
serta
Aptisi
membahas
berbagai tantangan yang
dihadapi PTS supaya bisa
mengikuti
ketentuan
dalam
memberikan
layanan
pendidikan
tinggi,” ujar Thomas.
8
Menurut
Thomas, Pada paragraf kedelapan,
ABPPTSI
mendukung
agar
pun terdapat
pelanggaran
tidak
bahasa
pemerintah jurnalistik yang dilakukan Kompas.
memberikan
izin
pendirian
PTS
hanya
kepada
penyelenggara
yang benar-benar mampu
88
memenuhi
ketentuan.
Sebaliknya
terhadap
penyelenggara
yang
memang
tidak
menunjukkan
komitmennya
memberikan
yang
layanan
baik,
pihaknya
mendukung ada tindakan
tegas
dari
pemerintah,
termasuk penutupan.
9
Terkait
batas
pemenuhan rasio
dan
waktu Pada
kalimat
kedua di paragraf
dosen kesembilan, kalimat tidak lengkap.
yang Pada kalimat ini ditulis “itu karena
mahasiswa
ditetapkan
akhir
Juni, pemenuhan dosen memang menjadi
ABPPTSI
dan
Aptisi salah satu tantangan …” kalimat
meminta
pemerintah tersebut tidak logis dan tidak jelas
untuk tetap memberikan apa yang harus dipenuhi dari dosen.
kelonggaran. Itu karena Dalam kalimat tersebut seharusnya
pemenuhan
dosen ditulis “pemenuhan jumlah dosen”.
memang menjadi salah Ini
satu
berarti
tantangan pedoman
sebagian besar PTS.
menyatakan
Kompas
nomor
melanggar
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
89
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
tata bahasa yang dilanggar adalah
kalimat
logis.
Dengan
demikian,
kalimat
yang
benar
seharusnya
berbunyi :
Itu karena pemenuhan jumlah dosen
….
10
“Dosen yang S-1 masih Pada kalimat pertama, kalimat tidak
banyak. Ada yang sulit lengkap.
untuk
S-2
tersebut
nya ini, kata tersebut tidak menunjuk arti
terbatas, seperti bidang apa-apa.
kesehatan.
kalimat
karena terdapat kata “yang”, dalam kalimat
S-2
program
Pada
Selain
Kalimat
tersebut
itu, seharusnya berbunyi :
tidak semua PTS mampu “Dosen
dengan
level S-1
masih
kuliah banyak …”.
membiayai
dosennya
karena Ini
berarti
Kompas
melanggar
keterbatasan
finansial. pedoman bahasa jurnalistik nomor
Kondisi
ini
dipahami
riil
juga
perlu sembilan
yang
menyatakan
oleh wartawan hendaknya menaati kaidah
pemerintah,” ujar Budi.
tata
bahasa.
Dalam
kalimat
ini,
kaidah tata bahasa yang dilanggar
yaitu kejelasan kalimat.
Selanjutnya
pada
kalimat
kedua
tedapat kata “nya”. seharusnya kata
90
dihilangkan
karena dalam kalimat
ini, kata tersebut tidak memiliki arti
apa-apa. Ini berarti dalam kalimat
tersebut
Kompas
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
enam
yang
menyatakan
bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan
kata
mubazir.
Dengan
demikian
kalimat yang bernar berbunyi:
… karena program S-2 terbatas …
Selain dua kesalahan di atas, masih
terdapat
satu
kesalahan
pada
paragraf ini. Pada kalimat ketiga,
terdapat
partikel
“dosen”.
“nya”
Padahal
di
kata
seharusnya,
partikel “nya” diubah menjadi kata
“mereka”
karena
kalimat
ini
menunjuk banyak orang. Ini berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik
menyatakan
hendaknya
nomor
sembilan
bahwa
menaati
yang
wartawan
kaidah
bahasa. Selain itu, masih
tata
pada
kalimat yang sama, terdapat kata
91
“finansial”. Kata tersebut merupakan
istilah-istilah teknis, padahal dalam
pedoman bahasa jurnalistik nomor
delapan
menyatakan
bahwa
wartawan
hendaknya
menghindari
kata-kata
asing
istilah-istilah
yang
terlalu
dan
teknis
ilmiah
dalam
berita. Kata tersebut dapat diubah
menjadi “ekonomi”
Kalimat ini
seharusnya berbunyi:
… mampu membiayai kuliah dosen
mereka
karena
keterbatasan
ekonomi…”
Serupa
dengan
kesalahan
sebelumnya, pada kalimat keempat,
terdapat kata “riil”. Kata tersebut
juga
merupakan
Seharusnya
kata
istilah
teknis.
tersebut
diubah
menjadi “nyata”.
11
Sementara
menyatakan
sejumlah
belum
itu,
Thomas Pada kalimat pertama di paragraf ini
masih
aturan
sinkron
ada terdapat tanda titik dua (:). Tanda
yang titik dua tersebut diartikan sebagai
untuk “banding”. Hal ini berarti Kompas
pengajuan dosen dengan melanggar
pedoman
bahasa
92
nomor
induk
(NIDK)
khusus jurnalistik
yang
dipakai
nomor
bisa menyatakan
sembilan
wartawan
yang
hendaknya
dalam sedapat mungkin menaati kaidah tata
perhitungan rasio dosen : bahasa. Seharusnya, tanda titik dua
mahasiswa.
teknis
Aturan dituliskan
membingungkan
NIDK
dengan
kata
masih “berbanding” karena jika dituliskan
yang
membuat
saja
ini dengan
tanda
titik
dua,
dapat
pengajuan menjadi multi tafsir karena tanda
dari
terhambat.
PTS titik dua dapat digunankan untuk
banyak
arti.
Kalimat
seharusnya
diubah menjadi:
Sementara itu, Thomas menyatakan
masih
ada sejumlah aturan yang
belum
sinkron
untuk
pengajuan
dosen dengan nomor induk khusus
(NIDK) yang bisa dipakai dalam
perhitungan rasio dosen berbanding
mahasiswa.
12
Direktur Jendral Sumber Pada kalimat pertama di paragraf ke
Daya Ilmu Pengetahuan, duabelas,
Pendidikan
Ali
belum lengkap,
dan seharusnya sebelum kata “periode”
Teknologi,
Kemenristek
kalimat
Tinggi terdapat
dan
Ghufron
kata
depan
yang
Dikti menunjukkan waktu, yaitu “Pada”.
Mukti Ini berarti pada kalimat ini Kompas
93
mengatakan,
periode melanggar
pedoman
Januari –Juni 2016 sudah jurnalistik
ada
567
dosen
nomor
ber- menyatakan
sembilan
bahwa
NIDK. Dukungan untuk hendaknya
peningkatan
bahasa
menaati
yang
wartawan
kaidah
tata
pendidikan bahasa. Tata bahasa yang dimaksud
dosen ke S-2 dan S-3 di sini yaitu kejelasan kalimat. Pada
untuk tahun ini tersedia kalimat
ini,
kalimat
yang
benar
bagi 2.300 dosen dengan berbunyi:
beasiswa
Pengelola
pendidikan.
Lembaga
… Ali Ghufron Mukti mengatakan,
Dana pada periode Januari –Juni 2016
sudah ada 567 dosen …
Masih pada kalimat yang sama, pada
kalimat ini terdapat awalan (prefiks)
yang mengawali akronim. Padahal,
dalam
tata
menggunakan
bahasa
awalan
dilarang
di
depan
akronim yang menggunakan huruf
kapital. Ini berarti pada kalimat ini,
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik
nomor
menyatakan
hendaknya
bahasa.
berbunyi :
sembilan
bahwa
menaati
Kalimat
wartawan
kaidah
ini
yang
tata
seharusnya
94
… ada 567 dosen yang memiliki
NIDK.
Selanjutnya,
pada
kalimat
kedua,
sebaiknya kalimat diubah menjadi
kalimat
aktif
jurnalistik
kalimat
karena
harus
aktif.
bahasa
mengutamakan
Dengan
demikian,
kalimat berbunyi:
Dukungan
untuk
meningkatkan
pendidikan …
Masih pada kalimat yang sama, pada
kalimat
ini
terdapat
penggalan
kalimat “ke S-2 dan S-3”, kalimat
tidak
lengkap.
seharusnya,
Pada
kalimat
ini
ditulis “ke jenjang S-2
dan jenjang S-3”. Pada kalimat ini
berarti, Kompas melanggar pedoman
bahasa jurnalistik
nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya
menaati
kaidah
tata
bahasa. Tata bahasa yang dimaksud
pada
kalimat
ini yaitu
kejelasan
kalimat. Dengan demikian, kalimat
yang benar berbunyi:
95
… pendidikan dosen ke jenjang S-2
dan jenjang S-3 untuk tahun ini
tersedia …
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita III
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Senin, 4 Juli 2016, terdapat 12
paragraf
yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat
tiga
pelanggaran
pedoman
bahasa
jurnalistik
masing-masing
pedoman nomor sembilan sebanyak 14 kalimat, nomor enam sebanyak satu
kalimat, dan nomor delapan sebanyak satu kalimat.
4.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV
Berita keempat berjudul Cegah Titipan Industri penyiaran Uji
Kelayakan Calon Anggota KPI Segera Digelar, terbit Jumat 15 Juli 2016, di
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 12. Berita ini berisi tentang uji
kelayakan para calon anggota KPI yang akan dilaksanakan Senin 18 Juli
2016.
Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman
bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut
analisisnya:
Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita IV Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 15 Juli 2016
Paragraf
Lead
Berita
Senin
pekan
Analisis
depan, Pada kalimat pertama dalam
lead
Komisi I DPR menggelar ini, terdapat kata “Komisi Penyiaran
96
uji
kepatutan
calon
dan Indonesia” seharusnya setelah kata
kelayakan
terhadap
anggota
Penyiaran
Komisi tanda kurung “(KPI)” karena pada
Indonesia kalimat
seterusnya
2016-2019. menggunakan
periode
komisioner menyebut
Sembilan
KPI
27 tersebut dituliskan akronim di dalam
yang
diharapkan
ketegasan,
kata
berita
ini
“KPI”
“Komisi
untuk
Penyiaran
terpilih Indonesia”. Sesuai dengan pedoman
memiliki bahasa jurnalistik nomor dua yang
intergritas, menyatakan
dan tidak bisa “didikte” hendaknya
oleh industri penyiaran.
bahwa
membatasi
wartawan
diri
dalam
singkatan atau akronim. Kalaupun
harus menulis akronim, maka satu
kali ia harus menjelaskan dalam
tanda kurung kepanjangan akronim
tersebut agar tulisan dapat dipahami
oleh
khalayak.
Maka
dari
itu,
seharusnya kalimat berbunyi:
Senin pekan depan, Komisi I DPR
menggelar
uji
kelayakan
dan
kepatutan terhadap 27 calon anggota
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
periode 2016-2019.
1
Pengamat
sekaligus
penyiaran Pada kalimat ketiga di paragraf ini,
pengajar terdapat kata “melakukan hal sama”
97
Universitas
Indonesia, kata ini tidak lengkap dan kata yang
Ade
Armando, benar adalah “melakukan hal yang
menegaskan,
dalam
kelayakan
uji sama”.
Ini
dan melanggar
kepatutuan
jangan jurnalistik
sampai
berarti
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
pertimbangan menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
dipakai
DPR
sekadar hendaknya sedapat mungkin menaati
berifat
politis.
“selama kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
ini
DPR
sudah tata bahasa yang dilanggar yaitu
membuktikan
bagaimana kejelasan
kalimat.
Kalimat
yang
memilih anggota Komisi jelas adalah kalimat yang lengkap
Pemberantasan
yang
Korupsi sesuai dengan kaidah tata bahasa.
independen
dan Selain itu, masih dalam kalimat yang
juga sama, terdapat kata “anti korupsi”
berintegritas,
anggota
Komisi padahal
Pemilihan
Umum
berintegritas.
berharap
melakukan
kata
yang “antikorupsi”.
Kami dalam
DPR
juga melanggar
hal
sama jurnalistik
karena
kalimat
peran hendaknya
dengan pemilihan umum Bahasa
perang
anti disempurnakan.
yaitu
demikian,
ini
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
penyiaran sama vitalnya melaksanakan
dan
benar
Dengan
dalam pemilihan anggota menyatakan
KPI
yang
satu
bahwa
secara
wartawan
konsekuen
Pedoman
Indonesia
Dengan
yang
Ejaan
yang
demikian,
98
ucapnya, kalimat yang benar berbunyi:
korupsi,”
Kamis (14/7), di Jakarta.
“… DPR juga melakukan hal yang
sama dalam pemilihan anggota KPI
karena
peran
penyiaran
sama
vitalnya
dengan
pemilihan
umum
dan perang antikorupsi,”…
2
Menurut
Ade, Pada
kalimat
politis kedua, terdapat kata “yang” di awal
pertimbangan
pemilihan kalimat. Peletakan kata “yang” di
dalam
sembilan komisioner KPI awal
kalimat
benar-benar
harus kesalahan.
dikesampingkan.
Yang melanggar
dibutuhkan
sekarang jurnalistik
adalah anggota KPI yang menyatakan
tegas,
merupakan
Ini
berarti,
suatu
Kompas
pedoman
nomor
bahasa
sembilan
wartawan
yang
hendaknya
berintegritas, dan sedapat mungkin menaati kaidah tata
independen
bisa
kedua di paragraf
atau
diintervensi
industri penyiaran.
tidak bahasa. Seharusnya kalimat diubah
oleh menjadi:
Apa
yang
dibutuhkan
sekarang
adalah anggota KPI yang tegas,
berintegritas, dan independen atau
tidak bisa diintervensi oleh industri
penyiaran.
3
Menurut
data
Media Pada kalimat ketiga di paragraf ini
Scene 2014/2015, belanja terdapat
kata
“calon-calon”
99
iklan televisi di Indonesia sebaiknya
pada 2015 mencapai Rp menjadi
83,824
triliun.
adalah
bisnis
kata
“para
“Televisi berkaitan
dengan pada
tersebut
calon”.
dengan
kalimat.
diubah
Hal
pemilihan
Dengan
ini
diksi
demikian
nilai ekonomi luar biasa kalimat lebih baik ditulis:
sehingga
mereka
berkepentingan
anggota
DPR
harus
terhadap dengan para
sangat
hati-hati
anggota KPI yang
yang dekat dengan industri penyiaran,”…
KPI
akomodatif
terhadap
pemodal.
sangat
pasti “…
DPR
hati-hati
harus
dengan
calon-calon anggota KPI
yang
dekat
industri
dengan
penyiaran,”
ujarnya.
4
Pengalaman
Pada
menunjukkan,
pemilihan
di setiap sudah
anggota
paragraf
benar.
memasukkan
nama-nama
yang
akomodatif.
Kecenderungan
ini
sangat
Dengan
kalimat
demikian
KPI Kompas tidak melanggar pedoman
industri penyiaran selalu bahasa jurnalistik
berusaha
keempat,
seperti
berbahaya
100
karena efeknya ke depan
sangat
serius
terhadap
nasib bangsa.
5
Pertaruhan kualitas sosok Pada kalimat kedua di paragraf ini,
komisioner
penting
baru
sangat terdapat kata “penyusunan”. Kata
KPI
karena
KPI
anggota tersebut
nanti
seharusnya
akan “menyusun” karena
menentukan
jurnalistik
perpanjangan
izin kalimat aktif.
penyelenggaraan
penyiaran
swasta.
10
Selain
mudah
revisi
dalam bahasa
sebaiknya
menggunakan
Kalimat aktif lebih
dipahami
televisi memudahkan
khalayak
pengertian
serta
dan
itu, memperjelas pemahaman. Ini berarti
mereka juga akan terlibat dalam
dalam
diubah
kalimat
ini
Kompas
penyusunan melanggar pedoman nomor sembilan
Undang-undang yang menyatakan bahwa wartawan
Penyiaran.
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah
demikian
tata
bahasa.
kalimat
Dengan
sebaiknya
berbunyi:
… mereka juga akan terlibat dalam
menyusun
revisi
Undang-undang
Penyiaran.
6
“Selama
ini kita
tahu, Pada kalimat pertama di paragraf
101
peranan
DPR
setiap
turut
fraksi keenam,
terdapat
kata
“peranan”
menentukan padahal kata yang benar adalah
siapa yang terpilih di KPI “peran”. Kata “peran” berarti tugas.
nanti.
Namun,
yang Dalam
kalimat
terpenting
dari melanggar
semuanya,
jangan jurnalistik
nomor
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
terpengaruh hendaknya sedapat mungkin menaati
kepentingan
atau
Kompas
pedoman
sampai proses pemilihan menyatakan
ini
ini,
pemilik
pemodal kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang
industri dimaksud
penyiaran,” ucapnya.
di sini yaitu pemilihan
diksi atau kata yang tepat. Dengan
demikian,
kalimat
ini
seharusnya
berbunyi:
“Selama ini kita tahu, peran setiap
fraksi …”
Selanjutnya
pada
kalimat
kedua,
terdapat kata “jangan”. Kalimat yang
berawalan kata “jangan” merupakan
bentuk kalimat perintah, sedangkan
pada
bahasa
diperkenankan
perintah.
“jangan”
menjadi:
jurnalistik
tidak
menggunakan
kata
Dengan
demikian,
seharusnya
kata
diubah
102
“hendaknya
proses
pemerintah
pemilihan
terpengaruh
sampai
ini
tidak
kepentingan
modal”.
Pada kalimat ini berarti Kompas
melanggar
pedoman
bahasa
jurnalistik nomor sembilan.
7
Direktur
Remotivi Pada paragraf ketujuh, terdapat dua
Muhamad
Heychael pelanggaran
mengatakan, yang perlu jurnalistik.
pedoman
Pertama,
bahasa
pada kalimat
ditekankan dalam proses pertama, terdapat kata “yang” yang
pemilihan anggota KPI diletakkan setelah tanda koma “,”.
ini
transparansi. Padahal, kata “yang” tidak dapat
adalah
“Transparansi
akan diletakkan
setelah
tanda
koma.
membuat publik percaya Dengan demikian, pada kalimat ini,
kepada siapa pun yang Kompas melanggar pedoman bahasa
kelak terpilih. Siapa pun jurnalistik
nomor
akan mendapat dukungan menyatakan
publik
kalau
transparan.
sembilan
bahwa
yang
wartawan
prosesnya hendaknya sedapat mungkin menaati
Karena
proses
itu, kaidah
penilaian, demikian,
tata
bahasa.
kalimat
Dengan
seharusnya
indikator, dan bagaimana berbunyi:
hasilnya
publik
ujarnya.
nanti
ingin
tentu …
mengatakan,
hal
yang
perlu
tahu,” ditekankan dalam proses …
Kedua, masih di kalimat pertama.
103
Dalam kalimat tersebut terdapat kata
“pemilihan”
seharusnya
kata
tersebut diubah menjadi “memilih”.
Pada
dasarnya
bahasa
jurnalistik
mementingkan kalimat aktif karena
kalimat aktif lebih mudah dipahami
dan dan disukai oleh khalayak. Ini
berarti pada kalimat ini Kompas
melanggar
pedoman
bahasa
jurnalistik nomor sembilan. Kalimat
ini seharusnya berbunyi:
… dalam proses memilih anggota
KPI ini adalah transparansi.
8
Heychael
berharap Paragraf kedelapan sudah memenuhi
anggota Komisi I DPR pedoman bahasa jurnalistik sehingga
benar-benar
mengajukan tidak ada kesalahan dalam penulisan.
pertanyaan-pertanyaan
serius
untuk
kompetensi
menguji
para
calon
anggota KPI dan tidak
berhenti
pada
penilaian
riwayat
hidup
semata.
Lebih jauh, rekam jejak
setiap calon mesti digali
104
agar terlihat kompetensi,
independensi,
dan
visi-
misi mereka ke depan.
9
Muncul
dugaan
bahwa Pada paragraf kesembilan, terdapat
dalam uji kelayakan dan dua
kepatutuan,
DPR
memilih
kesalahan
akan Pertama
bahasa
jurnalistik.
kalimat
kedua di
kesembilan,
terdapat
pada
sembilan paragraf
komisioner KPI dengan “pemilihan”
kata
representasi. tersebut diubah menjadi “memilih”.
logika
Menurut
Heychael, Pada
jangan
sampai
seperti
ini
karena
anggota
seharusnya
dasarnya
bahasa
jurnalistik
logika mementingkan kalimat aktif karena
diterapkan kalimat aktif lebih mudah dipahami
pemilihan dan dan disukai oleh khalayak. Ini
KPI berbeda berarti pada kalimat ini Kompas
dengan
lembaga- melanggar
pedoman
bahasa
lembaga lainnya, seperti jurnalistik nomor sembilan. Kalimat
Dewan Pers.
ini seharusnya berbunyi:
…
logika
karena
seperti ini diterapkan
memilih
anggota
KPI
berbeda …
Kedua, masih pada kalimat yang
sama.
Pada
ketidaksesuaian
kalimat ini terdapat
penulisan
yang
terjadi pada penyetaraan antara kata
105
anggota
KPI
dengan
lembaga-
lembaga lainnya. Dalam kalimat ini
seharusnya anggota KPI disetarakan
dengan
anggota
lembaga-lembaga
lain. Hal ini yang disebut dengan
konstruksi
paralel.
Dengan
demikian, pada kalimat ini, Kompas
melanggar
pedoman
jurnalistik
nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah
tata
demikian,
bahasa.
kalimat
Dengan
seharusnya
berbunyi:
karena
pemilihan
anggota
KPI
berbeda dengan anggota lembagalembaga
lainnya,
seperti
Dewan
Pers.
10
“KPI
adalah
yang
mewakili
sehingga
lembaga Pada paragraf kesepuluh, terdapat
publik tiga
kata
yang
elemen-elemen Pertama,
pada
yang mewakili KPI harus terdapat
kata
benar-benar
diuji padahal
yang
harus
kalimat
dikoreksi.
pertama
“kompetensinya”
dimaksudkan
di
kompetnesinya. Mereka kalimat ini adalah kompetensi orang-
106
yang
dipilih
haruslah orang,
maka
orang
yang kompeten seharusnya
kata
dan memiliki komitmen. diubah
kalimat
sampai
DPR mereka”.
berpikir
dengan
logika melanggar
Ini
jurnalistik
ini
“kompetensinya”
menjadi
Jangan
representasi,” katanya.
pada
“kompetensi
berarti
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa.
Kedua, pada kalimat kedua terdapat
kata
“orang”.
Kata
“orang”
menunjuk pada satu orang, padahal
dalam kalimat ini yang dimaksudkan
adalah lebih dari satu orang, maka
seharusnya
kata
“orang”
menjadi “orang-orang”.
diubah
Ini berarti
Kompas melanggar pedoman nomor
sembilan.
Ketiga, masih pada kalimat yang
sama
terdapat
padahal kata
“berkompetensi”
memiliki
kata
yang
“kompeten”,
tepat
yang
kompetensi.
Ini
adalah
berarti
berarti
pada kalimat ini, Kompas melanggar
107
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan mengenai tata bahasa. Tata
bahasa yang dimaksud pada kalimat
ini yaitu pemilihan diksi atau kata
yang
tepat.
Dengan
demikian,
kalimat seharusnya berbunyi:
…
haruslah
orang-orang
berkompetensi
dan
yang
memiliki
komitmen.
11
Dari
27
anggota
nama
calon Pada kalimat pertama di paragraf
KPI
yang kesebelas, terdapat kata “pansel”,
diserahkan
pansel kata tersebut merupakan akronim
kepada Komisi I DPR, dari panitia seleksi,
terdapat beberapa nama dijelaskan
namun tidak
kepanjangannya.
Tidak
calon yang masih bekerja semua pembaca paham kepanjangan
di
penyiaran. dari
industri
Meski
demikian,
“pansel”.
Dengan
demikian,
ada pada paragraf ini Kompas melanggar
pula beberapa calon yang pedoman bahasa jurnalistik nomor
tidak
memiliki
latar dua
yang
menyatakan
bahwa
belakang pekerjaan atau wartawan hendaknya membatasi diri
kegiatan
penyiaran.
di
bidang dalam
singkatan
Kalaupun
maka
harus
satu
atau
akronim.
menulis
akronim,
kali harus
dijelaskan
kepanjangannya. Seharusnya kalimat
108
diubah menjadi:
…
calon
anggota
KPI
yang
diserahkan pansel (panitia seleksi)
kepada Komisi I DPR …
12
Sebanyak
27
calon Paragraf
anggota KPI yang akan memenuhi
menjalani uji kelayakan jurnalistik
dan
kepatutan
Agung
Suprio,
Agus Sudibyo, Arif Adi
Kuswardono,
Cecep
Suryadi, Dewi Setyarini,
H
Obsatar
Sinaga,
Hardly Stefano Fenelon
Pariela,
Ignatius
Haryanto,
M
Hariman
Bahtiar, Mathilda Agnes
Maria Wowor, Maulana
Arief,
Maulana Isnarto,
Mayong Suryo Laksono,
Mega
Ratna
Muhammad
sudah
pedoman
bahasa
sehingga
tidak
adalah kesalahan dalam penulisan.
Ade Bujaerimi, Afrianto
Korga,
keduabelas
Juwita,
Shalahuddin
ada
109
Muyo
Hadi
Purnomo,
Nuning
Rodiyah,
Nurhasnah,
Redemptus
Kristiawan,
Renaldi
Zein,
Gozali,
Riyanto
Sudjarwanto
Muh
Arifin,
Rahmat
Surokim,
Ubidillah, dan Yuliandre
Darwis.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita IV
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit 15 Juli 2016, terdapat 12
paragraf
yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat
tiga
pelanggaran
pedoman
bahasa
jurnalistik
masing-masing
pedoman nomor dua sebanyak dua kalimat, nomor sembilan sebanyak
sembilan kalimat, nomor satu sebanyak satu kalimat.
B. Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita
Tabel 6. Daftar Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita
No.
1.
Kalimat dalam Berita
Sebanyak
101
perguruan
Kalimat Setelah Dikoreksi
tinggi 101
perguruan
tinggi
swasta
swasta yang sempat masuk dalam diputuskan ditutup oleh Kementrian
daftar pembinaan/nonaktif bersama Riset,
Teknologi,
243 perguruan tinggi lainnya oleh Perguruan
tinggi
dan
Pendidikan.
tersebut
sempat
110
Kementrian Riset, Teknologi, dan masuk
Pendidikan
Tinggi
akhirnya pembinaan/nonaktif
Perguruan tersebut dianggap tidak Perguruan
membenahi
243
dianggap
tidak
memenuhi berbagai syarat
layanan membenahi
pendidikan kepada masyarakat.
3.
bersama
tersebut
sanggup memenuhi berbagai syarat sanggup
untuk
daftar
perguruan tinggi lainnya.
diputuskan untuk ditutup
2.
dalam
layanan
pendidikan
kepada masyarakat.
Dalam acara jumpa awak media di Dalam acara jumpa awak media di
Jakarta,
Rabu
bertajuk
(29/6)
malam, Jakarta,
Pemaparan
Semester
1
Tahun
Rabu
Kinerja Menristek
2006
dan
(29/6)
Dikti
malam,
Muhammad
di Nasir mengatakan, peningkatan mutu
Kementrian Riset, Teknologi, dan pendidikan tinggi di Indonesia harus
Pendidikan Tinggi, Menristek dan jadi
Dikti
Muhammad
mengatakan,
pendidikan
harus
jadi
penyelenggara
di
tegas
pemerintah
terhadap
ataupun
orang-orang
perguruan
tinggi
mutu negeri dan swasta. Acara jumpa awak
bersama Kinerja
perguruan
“Tindakan
bersama
Indonesia media tersebut bertajuk Pemaparan
komitmen
negeri dan swasta.
4.
Nasir penyelenggara
peningkatan
tinggi
komitmen
Semester 1
Tahun 2006,
tinggi diselenggarakan di Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
dilakukan “Tindakan
tegas
dilakukan
institusi pemerintah terhadap institusi ataupun
yang orang-orang
yang
melanggar
111
berupaya
dalam
melanggar
upaya
pendidikan
dapat
ketentuan ketentuan dalam upaya mewujudkan
mewujudkan pendidikan tinggi bermutu yang dapat
tinggi
yang meningkatkan
bermutu
meningkatkan
daya
daya
saing
bangsa,”
saing ujar Nasir.
bangsa,” ujar Nasir.
5.
Ia
mencontohkan,
di Universitas Ia
mencontohkan,
Negeri Manado yang melakukan Negeri
pelanggaran
kelas
jauh,
memberikan
dalam
Universitas
pihaknya
sudah
membuka memberikan sanksi kepada tiga orang
pihaknya
sanksi
Manado,
di
sudah pelanggar
kepada
yang
membukaan
kelas
tiga jauh,
orang.
6.
Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen di
di PTN itu juga ditindak tegas.
7.
Setelah
diberi
PTN tersebut juga ditindak tegas.
kesempatan Setelah
berkesempatan
menjalani
menjalani pembinaan oleh tim yang pembinaan oleh tim yang dibentuk
dibentuk Kemristek dan Dikti, pada Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni
29 Juni lalu ditetapkan 112 PTS lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif
sudah aktif kembali.
8.
…
Tinggi
Swasta
kembali.
Indonesia. …
Tinggi
Swasta
Indonesia,
Sedangkan 15 PTS yang dibawahi sedangkan 15 PTS yang dibawahi
Kementrian
Agama
diketahui kemajuannya.
belum Kementrian Agama belum diketahui
kemajuannya.
112
.
9.
Sebagian
besar
dengan Sebagian
besar
keputusan sendiri berkirim surat sendiri
untuk mengajukan penutupan.
dengan
berkirim
mengajukan
keputusan
surat
penutupan
untuk
perguruan
tinggi mereka.
10.
Alasannya
tidak
melanjutkan
lagi
sanggup
untuk Alasannya,
mereka
penyelenggaraan untuk
sanggup
melanjutkan
PT sesuai dengan ketentuan,” tutur penyelenggaraan
PT
lagi
sesuai dengan
ketentuan,” tutur Patdono.
Patdono.
11.
tidak
Menurut Patdono, PT yang tidak Menurut Patdono, Perguruan Tinggi
dapat memenuhi rasio antara dosen yang
tidak
dan mahasiswa 1 berbanding 100 antara
atau
lebih
awalnya
dapat memenuhi rasio
dosen
dan
mahasiswa
1
diberi berbanding 100 atau lebih, awalnya
kesempatan berbenah hingga akhir berkesempatan berbenah hingga akhir
2015.
2015.
12.
Namun gejala kekurangan dosen Namun,
gejala
kekurangan
dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS ternyata terjadi di PTN dan PTS
sehingga diberi kelonggaran waktu sehingga
tersebut
hingga akhir Juni ini.
semua
diberi
perguruan
tinggi
kelonggaran
waktu
hingga akhir Juni ini.
13.
Jika
dari
hasil
audit
tidak Jika hasil audit tidak menunjukkan
113
menunjukkan
tanda-tanda
untuk tanda-tanda
memperbaiki
diri,
akan memperbaiki
sanksi
diberikan.
14.
Sesuai
mereka
diri,
untuk
sanksi
akan
diberikan.
dengan
ketentuan,
rasio Sesuai dengan ketentuan, rasio dosen
dosen dan mahasiswa untuk bidang dan mahasiswa untuk bidang Ilmu
Ilmu Pengetahuan Alam adalah 1 Pengetahuan Alam 1 berbanding 30.
berbanding 30.
15.
Terkait nasib
yang
mahasiswa di PT Terkait nasib mahasiswa di PT yang
ditutup,
ujar
Patdono, ditutup,
Patdono
meminta
yayasan
pihaknya meminta agar yayasan mengalihkan mahasiswa mereka ke
mengalihkan
mahasiswa ke PTS PTS terdekat.
terdekat.
16.
Kemristek
tangan
dan Dikti juga turun Kemristek dan Dikti juga turun tangan
untuk
bisa
membantu untuk
bisa
membantu
peralihan
peralihan mahasiswa yang terdata mahasiswa yang terdata di PDPT agar
di PDPT agar dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan studi mereka.
studinya.
17.
Perguruan
ditutup
tinggi
oleh
swasta
Riset, oleh
Kementrian
Riset,
Teknologi,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan
Pendidikan
Tinggi
umumnya
umumnya
mengajukan
Kementrian
yang Perguruan tinggi swasta yang ditutup
secara
sukarela secara
sukarela
permintaan permintaan ditutup.
mengajukan
114
penutupan.
18.
Kepala
seksi
Koordinasi
Kelembagaan Kepala
Perguruan
seksi
Kelembagaan
Tinggi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
Swasta (Kopertis) Wilayah III DKI (Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta
Jakarta
Sri
pihaknya
Mastuti
sudah
kesempatan
mengatkan, Sri
Mastuti
memberikan sudah
perguruan
mengatkan,
memberikan
tinggi perguruan
tinggi
pihaknya
kesempatan
swasta
(PTS)
swasta (PTS) bermasalah tersebut bermasalah tersebut berbenah.
waktu untuk berbenah
19.
“Setiap
tahun,
mendaftar
tertarik “setiap tahun, hanya satu-dua orang
yang
satu-dua yang tertarik untuk mendaftar”
hanya
orang,” katanya.
20.
Aminudin menjelaskan, sejak lima Aminudin
tahun lalu para dosen di ASM tahun
Purnama
satu
mengundurkan
diri
bekerja
di
tempat
menjelaskan,
lalu
para
dosen
sejak
lima
di ASM
persatu Purnama satu persatu mengundurkan
dan
lain
pindah diri dan pindah bekerja hingga tidak
hingga ada yang tersisa.
akhirnya tidak ada yang tersisa.
21.
Mereka juga menggiatkan promosi Mereka
juga
menggiatkan promosi
agar para lulusan SMA sederajat agar para lulusan SMA sederajat dan
dan orang yang berhak mengambil orang
yang
berhak
mengambil
pendidikan lanjut mau mendaftar pendidikan lanjut ingin mendaftar ke
115
ke ASM Purnama.
22.
ASM Purnama.
“keputusan untuk menutup ASM keputusan menutup
Purnama adalah hal yang sangat adalah
logis,” tuturnya.
23.
Serupa
hal
ASM
Purnama, Serupa
dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Sekolah
Pembina
Administrasi
Niaga
dan
penutupan
logis,”
mengurus
ASM
Ilmu
Purnama,
Administrasi
Niaga
Yappann)
Pendidikan
dan
juga
Negara
mengajukan
dengan penutupan dengan alasan tidak ada
kegiatan…
Saat ini mereka sedang dalam Saat
proses
sangat
Pembina
Negara Administrasi
alasan tidak ada kegiatan …
24.
Tinggi
Pendidikan Yayasan
(STIA Yappann) juga mengajukan (STIA
permohonan
yang
tuturnya.
dengan
Yayasan
ASM Purnama
ini
mereka
dalam
proses
dokumen mengurus dokumen akademis.
akademis.
25.
… Suluh Bangsa ditutup paksa …
Suluh
Bangsa
ditutup
paksa
karena terbukti melakukan jual-beli karenta terbukti melakukan jual-beli
ijazah serta pelaksanaan wisuda ijazah
tanpa
pemberitahuan
Kemristek dan Dikti.
kepada tanpa
serta
melaksanakan
pemberitahuan
melaksanakan
wisuda
wisuda
serta
tanpa
pemberitahuan kepada Kemristek dan
Dikti.
116
26.
Diselidiki
lebih
lanjut,
dari Dari
ratusan
ratusan mahasiswa yang diwisuda, diwisuda,
hanya
mahasiswa
yang
50
nama
orang
hanya 50 orang yang namanya mereka yang masuk laporan Kopertis.
masuk ke dalam laporan Kopertis.
27.
Serupa
dengan
Yappann, Serupa dengan mahasiswa Yappann,
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa mahasiswa STKIP Suluh Bangsa yang
yang terdaftar di PDPT dan masih terdaftar di PDPT dan masih aktif
aktif kuliah sedang dalam proses kuliah
perpindahan ke PTS lain.
28.
Pengurusnya
juga
Ketika
petugas
dalam
proses
perpindahan ke PTS lain.
tidak Keberadaan
diketahui keberadaannya.
29.
sedang
pengursnya juga tidak
diketahui.
Kopertis Ketika petugas Kopertis mendatangi
mendatangi alamat PTS tersebut, alamat PTS tersebut, gedung sudah
gedungnya sudah beralih fungsi.
30.
Jika
mereka
menjalankan
lembaga
tetap
kegiatan
pendidikan,
berlaih fungsi.
ingin Jika mereka tetap ingin menjalankan
sebagai kegiatan sebagai lembaga pendidikan,
Kopertis Kopertis bersedia membina mereka.
bersedia melakukan pembinaan.
31.
Jika
mereka
memilih
ditutup, Jika mereka memilih ditutup, Kopertis
Kopertis akan melakukan secara akan
resmi.
mengabulkan
mereka secara resmi.
permintaan
117
32.
Kami memang meminta kepada “Kami
pemerintah
supaya
kesempatan
untuk
memang
meminta
ada pemerintah
jika
ada
dibina bermasalah
agar
diberi
kepada
PTS
yang
pembinaan
terlebih dahulu jika ada PTS terlebih dahulu. Ternyata ada 101 dari
yang bermasalah. Ternyata ada 243
101
dari
243
PTS
PTS
yang menyatakan tidak
yang sanggup, ya, lebih baik ditutup saja,”
menyatakan tidak sanggup, ya, ujar Budi yang juga Ketua Pembina
lebih baik ditutup saja,” ujar Budi Yayasan
Universitas
Narotama
yang juga Ketua Pembina Yayasan Surabaya.”
Universitas Narotama Surabaya.
33.
Peningkatan
mutu
layanan Peningkatan
mutu
pelayananan
pendidikan juga menjadi komitmen pendidikan
menjadi
penyelenggaraan
penyelenggaraan
dan
pimpinan komitmen
salah
satu
dan
pelaksanaan yang dilakukan pimpinan
perguruan tinggi swasta.
perguruan tinggi swasta.
34.
Demikian
Umum
dikemukakan
Pengurus
Pusat
Ketua Demikian dikemukakan Ketua Umum
Asosiasi Pengurus Pusat Asosiasi Perguruan
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M
(Aptisi)
M
Budi
Djatmiko
di Budi Djatmiko di Jakarta (2/7).
Jakarta, akhir pekan lalu.
35.
“Kami
meminta
supaya
dari
kepada
ada
memang “Kami dari Aptisi memang meminta
Aptisi
pemerintah pemerintah supaya ada kesempatan
kesempatan
untuk dibina terlebih dulu jika ada PTS yang
118
dibina terlebih dulu jika ada PTS bermasalah.
yang bermasalah.
36.
Akan
tetapi
,
berikan Tetapi seharusnya Aptisi memberikan
kesempatan kepada PTS untuk kesempatan
memperbaiki
kepada
melalui memperbaiki
PTS
kualitas
untuk
melalui
pendampingan oleh Kementrian pendampingan oleh Kementrian Riset,
Riset,
Teknologi,
dan
Aptisi Teknologi,
secara sungguh-sungguh.
37.
“Yang
jauh
solusinya?
lebih
Aptisi
secara
sungguh-sungguh.
penting
Bukan
dan
apa “Jauh lebih penting apa solusinya?
hanya
saling Bukan hanya saling menyalahkan.
PTN
yang PTS
menyalahkan.
38.
Beda
dengan
umumnya
karena
lebih
berkualitas
semuanya
Selain
itu,
juga
umumnya
lebih
PTN
berkualitas
yang
karena
Budi
fokus
Selain
itu,
meningkatkan pendidikan tinggi meningkatkan
di daerah terpencil dan terluar daerah
serta kawasan Indonesia timur.
40.
dengan
dibiayai semuanya dibiayai pemerintah,” ujar
pemerintah,” ujar Budi.
39.
beda
PTN
juga
pendidikan
fokus
tinggi
di
terpencil dan terluar serta
kawasan Indonesia timur.
Yang ini sebenarnya bisa diperkuat Hal ini sebenarnya bisa diperkuat oleh
oleh PTS,” ujar Budi.
PTS, ujar Budi.
119
41.
Itu
karena
memang
42.
pemenuhan dosen Itu karena pemenuhan jumlah dosen
menjadi
salah
satu memang
menjadi
salah
satu
tantangan sebagian besar PTS.
tantangan sebagian besar PTS.
“Dosen yang S-1 masih banyak.
“Dosen
dengan
level
S-1
masih
banyak . Ada yang sulit untuk S-2
karena program S-2 terbatas, seperti
bidang kesehatan.
43.
Ada yang sulit untuk S-2 karena Ada yang sulit untuk S-2 karena
program S-2 nya terbatas, seperti program S-2 terbatas, seperti bidang
bidang kesehatan.
44.
kesehatan.
Selain itu, tidak semua PTS mampu Selain itu, tidak semua PTS mampu
membiayai kuliah dosennya karena membayai
keterbatasan finansial.
45.
mereka
karena
keterbatasan ekonomi
Kondisi riil ini perlu dipahami juga Kondisi nyata ini perlu dipahami juga
oleh pemerintah,” ujar Budi.
46.
dosen
oleh pemerintah,” ujar Budi.
Sementara itu, Thomas menyatakan Sementara itu, Thomas menyatakan
masih ada sejumlah aturan yang masih
belum
sinkron
untuk
ada
sejumlah
aturan
yang
pengajuan belum sinkron untuk pengajuan dosen
dosen dengan nomor induk khusus dengan nomor induk khusus (NIDK)
(NIDK) yang bisa dipakai dalam yang bisa dipakai dalam perhitungan
perhitungan
rasio
dosen
: rasio dosen berbanding mahasiswa.
120
mahasiswa.
47.
Direktur
Jendral
Sumber
Daya Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pengetahuan,
Pendidikan
Tinggi
dan
Ali
Dikti
Teknologi,
dan
Kemenristek Pendidikan Tinggi Kemenristek dan
Ghufron
Mukti Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan,
mengatakan, periode Januari –Juni pada
Januari –Juni 2016
periode
2016 sudah ada 567 dosen ber- sudah ada 567 dosen yang memiliki
NIDK.
NIDK.
48.
Dukungan
untuk
peningkatan Dukungan
untuk
meningkatkan
pendidikan dosen ke S-2 dan S-3 pendidikan dosen ke jenjang S-2 dan
untuk tahun ini tersedia bagi 2.300 jenjang S-3 untuk tahun ini tersedia
dosen dengan beasiswa Lembaga
Pengelola Dana pendidikan.
49.
Senin pekan depan, Komisi I DPR Senin pekan depan, Komisi I DPR
menggelar
uji
kelayakan
dan menggelar
kepatutan
terhadap
27
anggota
Komisi
Penyiaran Komisi Penyiaran
Kami
berharap
DPR
kelayakan
dan
calon kepatutan terhadap 27 calon anggota
Indonesia periode 2016-2019.
50.
uji
Indonesia
(KPI)
periode 2016-2019.
juga DPR juga melakukan hal yang sama
melakukan
hal
sama
dalam dalam pemilihan anggota KPI karena
pemilihan
anggota
KPI
karena peran penyiaran sama vitalnya dengan
121
peran
penyiaran
dengan
sama
pemilihan
vitalnya pemilihan
umum
umum
dan
perang
dan antikorupsi,”
perang anti korupsi,”
51.
Yang dibutuhkan sekarang adalah Apa yang dibutuhkan sekarang adalah
anggota
KPI
yang
tegas, anggota KPI yang tegas, berintegritas,
berintegritas, dan independen atau dan
independen
atau
tidak
bisa
tidak bisa diintervensi oleh industri diintervensi oleh industri penyiaran.
penyiaran.
52.
Selain
itu,
mereka
juga
akan Selain itu, mereka juga akan terlibat
terlibat dalam penyusunan revisi dalam
revisi
Undang-
undang Penyiaran.
Undang-undang Penyiaran.
53.
menyusun
“Selama ini kita tahu, peranan “Selama ini kita tahu, peran setiap
setiap fraksi DPR turut menentukan fraksi DPR turut menentukan siapa
yang terpilih di KPI nanti.”
siapa yang terpilih di KPI nanti.
54.
Namun,
yang
terpenting
dari “hendaknya pemerintah sampai proses
semuanya, jangan sampai proses pemilihan
terpengaruhkepentingan
pemilik
ucapnya.
tidak
ini kepentingan modal”.
pemilihan
atau
ini
pemodal
industri penyiaran,”
terpengaruh
122
55.
Direktur
Remotivi
Muhamad Direktur
Remotivi
Muhamad
Heychael mengatakan, yang perlu Heychael mengatakan, hal yang perlu
ditekankan
dalam
proses ditekankan
dalam
proses
memilih
pemilihan anggota KPI ini adalah anggota KPI ini adalah transparansi.
transparansi.
56.
Menurut Heychael, jangan sampai Menurut
Heychael,
jangan
sampai
logika seperti ini diterapkan karena logika seperti ini diterapkan karena
pemilihan anggota KPI berbeda memilih anggota KPI berbeda dengan
dengan lembaga-lembaga lainnya, memilih
seperti Dewan Pers.
57.
“KPI
adalah
anggota
lembaga-lembaga
lainnya, seperti Dewan Pers.
lembaga
yang “KPI adalah lembaga yang mewakili
mewakili publik sehingga elemen- publik sehingga elemen-elemen yang
elemen yang mewakili KPI harus mewakili KPI harus benar-benar diuji
benar-benar diuji kompetnesinya.
58.
Mereka
orang
yang
yang
dipilih
kompetensi mereka.
haruslah Mereka yang dipilih haruslah orang-
kompeten
dan orang
memiliki komitmen. Jangan sampai memiliki
DPR
berpikir
dengan
representasi,” katanya.
59
logika DPR
yang
berkompetensi
komitmen.
berpikir
Jangan
dengan
dan
sampai
logika
representasi,” katanya
Dari 27 nama calon anggota KPI calon anggota KPI yang diserahkan
yang
diserahkan pansel kepada pansel
(panitia
Komisi I DPR, terdapat beberapa Komisi I DPR
seleksi)
kepada
123
nama calon yang masih bekerja di
industri penyiaran.
C. Penggunaan Bahasa Jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas
Berdasarkan
hasil
temuan
yang
peneliti
paparkan
pada
sub-bab
sebelumnya, terlihat bahwa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas
masih belum konsisten dalam mengimplementasikan bahasa jurnalistik. Harian
Kompas masih melakukan pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik poin 1, 2, 4, 5,
6, 8 dan 9.
Pada sub-bab ini peneliti juga akan menghubungkan temuan dan teori
mengenai bahasa dan fungsi bahasa. seperti sudah dijelaskan bahwa bahasa
merupakan sistem lambang yang arbiter (disepakati) yang digunakan oleh
kelompok sosial untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa yang digunakan harus
dipahami oleh komunikator dan komunikan atau dalam media bahasa harus
dipahami oleh media dan pembaca.
Selain itu,
bahasa dibentuk
melalui
kesepakatan. Dalam hal ini, kesepakatan antara Persatuan Wartawan Indonesia
dengan media Harian Kompas.3 Bahasa juga memiliki empat fungsi yaitu sebagai
alat menyatakan ekspresi, alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial. 4
Selain melakukan analisis bahasa jurnalistik pada empat berita di Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti juga melakukan wawancara
3
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22.
Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.37.
4
124
dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan, Nasrullah Nara.
Dalam wawancara tersebut peneliti mendapatkan beberapa hal yang penting untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Menurut Nasrullah Nara, berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas menggunakan stylebook yang sudah ditetapkan oleh Kompas.
Stylebook tersebut relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Harian Kompas juga menggunakan teori 10
elemen jurnalisme yang dikemukakan Bill Kovach. Selain itu, bahasa yang
digunakan Harian Kompas harus santun, menghormati keanekaragaman dan tidak
sembrono dalam menulis kalimat dalam berita. 5 Pernyataan ini selaras dengan
teori bahasa yang menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
bersifat arbiter (disepakati). Hal ini terjadi pada pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan oleh PWI. Pedoman bahasa jurnalistik tersebut merupakan pedoman
yang dibuat oleh suatu lembaga dan disepakati oleh media cetak, salah satunya
Kompas yang menyatakan bahwa stylebook Harian Kompas relevan dengan
pedoman bahasa jurnalistik PWI.
Mengenai stylebook Harian Kompas yang relevan dengan pedoman bahasa
jurnalistik PWI, peneliti masih menemukan pelanggaran-palanggaran dalam berita
Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Mengenai pelanggaranpelanggaran tersebut Nasrullah Nara menjelaskan, berita di Rubrik Pendidikan
dan Kebudayaan Harian Kompas mengutamakan penulisan berita dengan kalimat
pendek, tetapi pada berita yang menyangkut kebijakan pemerintah tidak dapat
menggunakan kalimat yang sederhana karena jika kalimat disederhanakan, maka
5
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
125
makna kalimat tersebut berbeda. Jadi, dengan sangat terpaksa berita menggunakan
kalimat yang panjang.6
Kalimat yang panjang dapat menyulitkan pembaca untuk memahami
makna kalimat padahal dalam bahasa terdapat fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi.
Apabila kalimat dalam berita terlalu panjang dan menyulitkan
pembaca memahami makna kalimat dalam berita, maka komunikasi antara Harian
Kompas dan pembaca tidak berjalan dengan baik sehingga fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang bersifat arbiter tidak terlaksana.
Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas terkadang
masih menggunakan ungkapan klise karena ungkapan klise yang digunakan pada
berita
tersebut
bertujuan
untuk
mempertegas
penulisan.
Contohnya
kata
“diselidiki lebih lanjut” ini mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari
penyelidikan lebih lanjut.7 Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI
merupakan pedoman yang dibuat dan disepakati oleh suatu lembaga. Pihak Harian
Kompas juga telah menyatakan bahwa stylebook yang digunakan harian Kompas
relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI, namun
dalam prakteknya penulisan berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas masih tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik. Dalam hal ini, fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan baik,
namun fungsi bahasa sebagai kontrol sosial tidak berjalan baik.
Mengenai penggunaan kata mubazir yang masih digunakan dalam berita,
Nasrullah mengatakan kadangkala kata-kata mubazir tersebut perlu digunakan
6
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
7
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
126
untuk mempertegas kalimat dan menjelaskan konteks kalimat. Jika kata yang
digunakan tidak terlalu mubazir dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan,
maka kata mubazir tersebut digunakan dalam penulisan berita. Intinya, terkadang
ada tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat agar pembaca
paham dengan berita tersebut.8 Sama seperti bagian sebelumnya, dalam hal ini ini
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan
dengan baik karena pelanggaran pada poin ini dimaksudkan agar pembaca lebih
memahami isi berita, namun fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial dan kontrol
sosial tidak berjalan dengan baik karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman
bahasa jurnalistik yang sudah disepakati.
Dalam penulisan berita, terkadang Harian Kompas masih menggunakan
kalimat ilmiah dan akronim yang tidak dijelaskan kepanjangannya, namun kata
ilmiah dan akronim yang digunakan adalah kata yang sudah lazim digunakan
masyarakat. Standar yang digunakan dalam kata yang bersifat ilmiah atau tidak
adalah jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak, maka kata tersebut dapat
digunakan. Contohnya kata “finansial”, “riil” dan “pansel” kedua kata ini sudah
tidak asing dikalangan masyarakat.9 Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat
menyatakan ekspresi sudah terlaksana, namun fungsi sebagai alat komunikasi,
tidak terlaksana karena Harian Kompas masih menggunakan kalimat teknis dan
ilmiah, sedangkan tidak semua masyarakat memahami kata-kata teknis dan
ilmiah. Fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial juga tidak terlaksana karena katakata tersebut bukan kata yang umumnya digunakan. Selain itu, fungsi kontrol
8
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
9
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
127
sosial juga tidak terlaksana karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman
bahasa jurnalistik sebagai pedoman yang telah disepakati.
Mengenai pelanggaran tentang kaidah tata bahasa, Nasrullah mengakui
kesalahan bahasa yang dilakukan dan kesalahan ini dapat menjadi masukan bagi
Kompas
Temuan-temuan
tersebut
akan
menjadi salah satu acuan untuk
memperbaiki penulisan berita di Harian Kompas.10 Dalam hal ini, fungsi bahasa
sebagai alat untuk menyatakan ekspresi sudah terlaksana. Sementara itu, fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial tidak
terlaksana dengan baik
10
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian berupa analisis bahasa jurnalistik pada berita
di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan dan wawancara kepada Editor Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti mendapat kesimpulan
bahwa penggunaan bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas tidak konsisten terhadap pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia. Buktinya, dari 114 kalimat yang
peneliti analisis, terdapat 59 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik.
Berikut penjelasannya
1. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor
satu yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya secara konsekuen
melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia.
2. Terdapat dua kalimat tidak mematuhi pedoman bahasa jurnalistik nomor
dua
yang
menyatakan
wartawan
hendaknya membatasi diri dalam
singkatan atau akronim. Dalam pelanggaran ini terdapat akronim-akronim
yang tidak dijelaskan kepanjangannya.
3. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor
empat yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menulis dengan
kalimat-kalimat pendek. Mengenai hal ini, Editor Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan menanggapi bahwa Kompas mengutamakan kalimat-kalimat
pendek. Namun, jika berita tersebut berisi tentang kebijakan pemerintah,
maka kalimat pada berita tersebut tidak dapat dipendekan.
128
129
4. Selanjutnya peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa
jurnalistik yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menjauhkan diri
dari ungkapan klise atau stereotype. Mengenai hal ini, Editor Kompas
menyatakan
bahwa
kalimat
klise
kadangkala
dibutuhkan
untuk
mempertegas proses penulisan berita.
5. Kemudian peneliti juga menemukan 17 kalimat yang melanggar pedoman
bahasa jurnalistik nomor enam yang menyatakan wartawan hendaknya
menghilangkan kata mubazir. Mengenai penggunaan kata mubazir, Editor
menyatakan
kalau
kalimat
mubazir
kadangkala
diperlukan
untuk
menjelaskan konteks kalimat kepada pembaca.
6. Selain itu, peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa
jurnalistik
menghindari
nomor
delapan
kata-kata
yang
asing
menyatakan
dan
wartawan
istilah-istilah
teknis.
hendaknya
Mengenai
penggunaan istilah-istilah teknis, Editor menyatakan jika kata-kata teknis
tersebut sudah lazim digunakan oleh masyarakat, maka kata tersebut dapat
digunakan untuk penulisan berita.
7. Terakhir peneliti menemukan 37 kalimat yang melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya
sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam pelanggaran pedoman
bahasa jurnalistik nomor sembilan, pedoman yang sering dilanggar yakni
mengenai pemilihan diksi yang tidak tepat, kalimat yang tidak logis dan
kalimat yang tidak terstruktur. Menurut Editor Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan, inilah yang menjadi temuan peneliti yang dapat menjadi
130
masukan bagi Kompas. Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu
acuan untuk memperbaiki penulisan berita.
B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran untuk pekerja media
cetak, khususnya Harian Kompas dan untuk mahasiswa jurnalistik, yaitu:
1. Dengan oplah dan pembaca terbanyak di Indonesia, hendaknya wartawan
Harian Kompas lebih mengindahkan pedoman bahasa jurnalistik dalam
penulisan berita,.
2.
Hendaknya wartawan Harian Kompas
membatasi diri dalam singkatan
atau akronim jika harus menulis akronim, setidaknya kepanjangan akronim
tersebut dijelaskan minimal satu kali.
3. Hendaknya Wartawan Harian Kompas dalam menulis berita menggunakan
kalimat-kalimat pendek. Jika kalimat tersebut tidak bisa disederhanakan,
alangkah baiknya kalimat tersebut dibuat menjadi dua kalimat atau lebih.
4. Hendaknya wartawan Harian Kompas dapat menghilangkan kata-kata
mubazir yang tidak perlu digunakan dalam penulisan kalimat.
5. Hendaknya wartawan Harian Kompas lebih memperhatikan kaidah tata
bahasa yang meliputi struktur kalimat, pemilihan diksi dan logika kalimat
karena peneliti menemukan pelanggaran ini yang paling sering ditemukan.
6. Terakhir
untuk
Hidayatullah
mahasiswa
Jakarta,
jurnalistik,
hendaknya
khususnya
menemukan
di
UIN
Syarif
penelitian-penelitian
131
terdekat dahulu. Kadangkala sesuatu yang terdekat luput untuk dijadikan
penelitian. Misalnya bahasa jurnalistik, bahasa jurnalistik sangat penting
dalam penulisan berita tetapi jarang penelitian yang meneliti bahasa
jurnalistik. Peneliti berharap, di kemudian hari penelitian mengenai media
massa
lebih
berkembang
dari
penelitian-penelitian
tercipta pemikiran baru mengenai penelitian.
sebelumnya
dan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Yogyakarta: Media
Abadi. 2004.
Arikunto, Suharsmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta. 1992.
Badudu, J.S. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia. 1992.
---------------- Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1985.
---------------- Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia. 1994.
Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Erlangga. 2010.
Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik. Panduan Mencermati Penulisan Berita.
Jakarta: Kompas. 2004.
Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. 1989.
Ghony, Djunaidi.
Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan
Grounded. Surabaya: Bina Ilmu.2007.
Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
Hs, Widjono. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2012.
Junaedhi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 1991.
Keraf , Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa
Indah. 2001.
132
133
Kriyanto, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
2006.
Masri, R. Sareb Putra. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi.
Jakarta: Graha Ilmu. 2007
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2008.
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. Ciputat: Logos
Wacana Ilmu. 1999.
Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1991.
Olii, Helena. Berita dan Informasi. Jakarta: Indeks. 2007.
Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali
Masalahnya. Yogyakarta: Santusta. 2006.
---------------- Bahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. 2011.
--------------- Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok: Gramata
Publishing. 2010.
Rhenald, Kasali. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1992.
Rivers, William L. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana. 2003.
Sarwoko, Tri Ardi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2007.
Setiati, Eni. Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi
Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2005.
Soehoed, Hoeta. Dasar-dasar Jurnalistik.
IISIP. 2003.
Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta
134
Suhaemi, Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2009.
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode
Etik. Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia. 2004.
Suhirman , Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publisher.
2005.
Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2014.
Sumadiria, Haris.
Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. 2006.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2011.
Syamsul, Asep. M Romli. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda. 2005.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. 2005.
Kamus
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.1988. cet.ke-1
Berita Koran
ELN. 101 PTS Ditutup. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Jumat 1 Juli 2016.
DNE. ELN. PTS Tutup Karena Kurang Mahasiswa. Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas. Sabtu 2 Juli 2016.
ELN.
Perguruan
Tinggi
Butuh
Pendampingan.
Rubrik
Pendidikan
dan
Kebudayaan Harian Kompas. Senin 4 Juli 2016.
ABK. Cegah Titipan Industri Penyiaran. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas. Jumat 15 Juli 2016.
135
Artikel Internet
Company Profile. http://profile.print.kompas.com/profil/. Artikel diakses pada
Jumat 20 Januari 2017 pukul 00.59.
PT. Kompas Media Nusantara. Tentang Kompas. Artikel diakses pada 25 Juni
2016 dari http://profile.print.kompas.com/profil/
Universitas Islam Indonesia. Paradigma Penelitian Komunikasi. Artikel diakses
pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.30 dari
http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradigma
%20penelitian%20%5Bcompatibility%20mode%5D.pdf
Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada
Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.13 dari
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/fmenu
_2.1.htm
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Nama Narasumber
: Nasrullah Nara
Jabatan
: Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan / Wakil Kepala
Desk Humaniora
Waktu Wawancara
: Jumat, 17 Maret 2017 Pukul 18.15 - 19.05 WIB
Tempat Wawancara
: Lantai 3 Gedung Kantor Kompas Gramedia (Kantor
Redaksi)
1. Mengenai Visi Kompas yang menyatakan bahwa “Menjadi Institusi
yang
Memberikan
Pencerahan
bagi
Perkembangan
Masyarakat
Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat serta Menjunjung Tinggi
Asas dan Nilai Kemanusiaan”. Apa yang dimaksud dengan kata
bemartabat? Apakah ada hubungannya dengan penggunaan bahasa
jurnalistik?
Definisi dari bemartabat itu mulia dan berharga di masyarakat. Mengapa
berharga di masyarkat? Karena Kompas bertujuan mengedukasi dan
memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan
informasi dengan menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan
bahasa.
Bemartabat adalah bagaimana orang itu bermanfaat, menjadi organisasi
yang bermanfaat di mata masyarkat. Tentu saja bemartabat di sini
berkaitan dengan bahasa jurnalistik karena seseorang dikatakan bemartabat
apabila Ia menghargai bahasanya dan seberapa jauh ia berbahasa.
Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki azas
yang harus dijunjung tinggi dan mengharuskan menyampaikan informasi
dengan baik dan benar secara sederhana, menghemat ruang dan waktu
karena orang membaca berita dengan buru-buru, tergesa-gesa. Dengan
memberikan informasi yang terstruktur orang menjadi paham. Bahasa
jurnalistik memiliki prinsip tersendiri seperti singkat, padat, sederhana,
lugas.
2. Mengenai Misi Kompas, apakah dalam Misi tersebut Kompas
mengedepankan bahasa jurnalistik dalam menuliskan berita?
Tentu saja, bagaimana kita dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat
kalau alat yang kita pakai tidak pas. Bahasa ibarat alat yang digunakan
untuk menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas
adalah bahasa jurnalistik.
3. Apakah semenjak kali pertama diterbitkan, Kompas sudah mempunyai
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan?
Semenjak
awal berdiri,
Kompas sudah menerbitkan berita tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik
sendiri dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena memang pada
saat pertama terbit, koran belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar
1980-an Koran baru menerapkan sistem perubrikan.
Rubrikasi dilakukan untuk mengelompokkan berita agar pembaca dengan
mudah mengetahui halaman-halaman dari berita yang ingin Ia baca.
Secara internal manejemen, sistem perubrikan memberikan kemudahan
untuk mengatur dan mengelola yang mengisi halaman tersebut.
4. Bagaimana latar belakang
terbentuknya rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan?
Saya pikir ini tidak terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi
pendiri Harian Kompas. Pendiri Harian Kompas, Jacob Oetama awalnya
adalah seorang guru, jadi Jacob Oetama ingin mengajar masyarakat
melalui koran dan sebagai jalannya Ia membuat Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini
sebagai dedikasi kepada masyarkat. Pendidikan berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan
dari Kebudayaan. Perlu diingat bahwa tidak begitu banyak
media yang memiliki rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Mengapa rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ditempatkan di halaman
11-12 ? Apakah ada korelasi antara letak rubrik dengan jumlah
pembaca?
Itu hanya faktor teknis saja. Semua berita di koran Kompas itu penting,
mulai dari halaman awal sampai halaman akhir. Tidak ada korelasi antara
letak rubrik dengan jumlah pembaca. Hanya saja, pada halaman satu
merupakan berita-berita pilihan. Konten berita pada halaman satu dapat
diambil dari rubrik mana saja asalkan berita tersebut terbaik. Adakalanya,
Berita Pendidikan dan Kebudayaan pun terdapat di halaman pertama.
Tidak ada pertimbangan mengenai rubrik penting dan tidak penting.
Semua kami anggap penting.
6. Bagaimana gambaran umum pembaca kompas?
Menurut company profile Kompas tahun 2013, distribusi oplah Kompas
tahun 2013 menjangku 33 provinsi di Indonesia. Pembaca di Pulau Jawa
mencapai 87% dan di luar Pulau Jawa 13%.
Berdasarkan jenis kelamin, pembaca Harian Kompas mayoritas adalah
wanita dengan presentase 70% sedangkan pria 30%.
7. Apakah rubrik Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pengaruh
terhadap oplah Kompas?
Kami tidak pernah mengukur apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
memiliki pengaruh terhadap oplah Kompas yang pasti menteri atau pejabat
sering menjadikan koran kami sebagai rujukan kebijakan.
8. Apa saja kriteria yang menjadikan berita layak diterbitkan pada rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan?
Berita yang layak untuk diterbitkan di rubrik ini adalah berita pendidikan
dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan orang banyak. Berita pada
rubrik
ini haruslah mengedukasi masyarakat,
membangun pluralisme,
merawat nasionalisme dan membangun karakter bangsa.
9. Apakah setiap berita yang ditulis oleh wartawan sudah pasti
diterbitkan?
Tidak
juga,
menyangkut
semua berita disleksi.
kebijakan
Berita yang diutamakan adalah
pendidikan nasional,
berita yang menyangkut
momentum mengenai pendidikan dan kebudayaan dan kepentingan orang
banyak.
Apa yang dimaksud pendidikan adalah fasilitas, sarana, regulasi
dan Undang-undang Pendidikan.
10. Dalam penulisan berita, apakah berita mutlak ditulis oleh wartawan?
Lalu, bagaimanakah proses berita dari pencarian berita hingga
penerbitan berita?
Berita mutlak
ditulis oleh wartawan dan wartawan juga mengedit
tulisannya sendiri. Jadi prosesnya dari wartawan menulis dan mengedit
bahasanya
halaman,
sendiri,
kemudian
selanjutnya
editor
diserahkan
mengedit
kepada
mengenai
penyelaras
peletakan
bahasa
untuk
dilakukan penyintingan bahasa.
11. Apakah Harian Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita? Jika
ada, pedoman apa yang digunakan Kompas?
Tentu saja Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita. Setiap koran
punya stylebook masing-masing Salah satunya penulisan berita harus
mencakup rumus 5W1H, what ,who, when, where, why dan how.
Dalam
penulisan
berita
Kompas
harus
santun
juga
menghormati
keanekaragaman dan tidak sembrono dalam menulis kalimat dalam berita.
Selain
itu
juga
menggunakan
teori
10
elemen
jurnalisme
yang
dikemukakan Bill Kovach.
12. Bagaimana tanggapan mengenai pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan oleh PWI?
Bagus sekali PWI dapat mengeluarkan pedoman bahasa jurnalistik.
Kurang lebih pedoman ini juga yang digunakan oleh Kompas. Style book
Kompas relevan dengan Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh
PWI.
13. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih
ditemukan kalimat yang terlalu panjang? Bagaimana style book Kompas
dalam mengatur jumlah kata dalam satu kalimat?
Dalam penulisan berita, Kompas pasti mengutamakan kalimat sependek
mungkin, tetapi pada berita Pendidikan dan Kebudayaan yang menyangkut
kebijakan pemerintah, kalimat tidak dapat disederhanakan karena jika
disederhanakan, makna kalimat tersebut menjadi berbeda dan rusak
maknanya jadi,
dengan sangat terpaksa menggunakan kalimat yang
panjang.
14. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih
ditemukan ungkapan klise seperti kata “diselidiki lebih lanjut”?
Kalimat klise yang digunakan pada berita tersebut bertujuan untuk
mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari penyelidikan lebih lanjut.
Kata “diselidiki lebih lanjut” itu menegaskan bahwa berita tersebut
wartawan melakukan proses penyelidikan lebih lanjut.
15. Mengapa masih banyak ditemukan kata mubazir di berita rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas?
Kata mubazir kadang kala diperlukan untuk mempertegas kalimat dan
menjelaskan konteks kalimat. Kata yang digunakan tidak terlalu mubazir
dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan. Intinya, terkadang ada
tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat.
16. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas masih ditemukan kata yang terlalu ilmiah tanpa dijelaskan
maknanya seperti kata “finansial” dan “riil”? Bagaimana style book
Kompas dalam penulisan istilah ilmiah?
Ini merupakan bahasa yang sudah digunakan sehari-hari dan sudah umum.
Kedua kata ini sudah menjadi umum sehingga dapat digunakan dalam
penulisan berita. Standar yang kita gunakan dalam kata yang bersifat
ilmiah atau tidak yaitu jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak,
maka kata tersebut tidak terlalu ilmiah dan dapat digunakan.
17. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas masih ditemukan kalimat yang tidak menaati kaidah tata
bahasa seperti yang saya temukan terdapat kata “sedangkan” diawal
kalimat ?
Ini merupakan temuan kamu yang dapat menjadi masukan bagi Kompas.
Temuan-temuan
tersebut
memperbaiki penulisan.
akan
menjadi
salah
satu
acuan
untuk
Dokumentasi Wawancara
Download