workshop peningkatan kemampuan menulis artikel populer

advertisement
IR DEDI JUNAEDI MSI
TAM INFORMASI & KOMUNIKASI
WORKSHOP PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENULIS ARTIKEL
DEFINISI BAHASA
JURNALISTIK
Bahasa Jurnalistik: gaya bahasa wartawan
dalam menulis berita. Yakni bahasa
komunikasi melalui media massa, baik
komunikasi lisan (tutur) di media elektronik
(radio dan TV) maupun komunikasi tertulis
(media cetak dan online), dengan ciri khas
singkat, padat dan mudah dipahami.
 Dua ciri utama: Komunikatif dan Spesisifik.
o Komunikatif  lansung ke pokok persoalan
(straight to the point), tidak konotatif, tidak
berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa
CIRI DAN KARAKTERISTIK
1. Sederhana. Sederhana berarti memilih kata atau
kalimat yang tidak rumit, paling banyak dipahami
maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat
heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya
maupun karakteristik demografis ,dan psikografisnya.
Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami
maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam
bahasa jurnalistik.
2. Singkat. Singkat berarti langsung kepada pokok
masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputarputar, tidak boros bermain kata/kalimat sehingga tidak
menyita waktu pembaca yang sangat berharga.
Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom
halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat
terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam.
3. Padat. Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat
CIRI DAN KARAKTERISTIK
(LANJUTAN...)
4. Lugas. Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari
eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa
membingunglian khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan
persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu
menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya
penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
5.Jelas. Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan
kabur. Sebagai contoh, hitam adalah wara yang jelas. Putih adalah
warna yang jelas. Ketika kedua warna itu disandingkan, maka
terdapat perbedaan yang tegas mana disebut hitam, mana pula yang
disebut putih. Pada kedua warna itu sama sekali tidak ditemukan
nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan
kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas
susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-objekpredikat- keterangan (SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.
6.Jernih. Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur,
CIRI DAN KARAKTERISTIK
(LANJUTAN...)
7. Menarik. Artinya mampu membangkitkan minat dan
perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta
membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.
Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan
baku. Bahasa jurnalistik memang harus provokatif tetapi
tetap merujuk kepada pendekatan dan kaidah normatif.
Tidak semena-mena, tidak pula bersikap durjana. Perlu
ditegaskan salah satu fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan
nuansa edukatif itu, juga harus tampak pada bahasa
jurnalistik pers.
8. Demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik itu
egaliter, tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau
perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa
sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan
CIRI DAN KARAKTERISTIK
(LANJUTAN...)
9. Populis. Setiap kata, istilah, atau kalimat
harus akrab di telinga, di mata, dan di benak
pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau.
pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat,
tidak elitis.
10. Logis. Kata, istilah, kalimat, atau paragraph
dapat diterima dan sesuai akal sehat
(common sense). Bahasa jurnalistik harus
dapat diterima dan sekaligus mencerminkan
nalar. Di sini berlaku hukum logis. Contoh tak
STANDAR BAHASA
JURNALISTIK
1. Memenuhi kaidah gramatikal. Kata, istilah, atau kalimat yang dipakai
harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa
resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang
disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang
menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar
pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau
kelompok masyarakat.
2. Menghindari kata tutur. Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan
dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar.
Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh
pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya. Kata tutur
ialah kata yang hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidak
memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kata-kata
tutur: bilang, diilangin, bikin, dikasih tahu, mangkanya, sopir, jontor,
kelar, semangkin.
3. Menghindari kata dan istilah asing. Berita ditulis untuk dibaca atau
didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap
kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak
STANDAR BAHASA
JURNALISTIK
(LANJUTAN...)
4. Pilihan kata (diksi) yang tepat. Setiap kalimat
yang disusun tidak hanya harus produktif, tetapi
juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas. Artinya
setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat
sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin
disampaikan kepada khlayak. Pilihan kata atau
diksi tidak sekadar hadir sebagai varian dalam
gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang
didasarkan kepada pertimbangan matang untuk
mencapai efek optimal terhadap khalayak.
5. Mengutamakan kalimat aktif. Kalimat akiff lebih
mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak
pembaca daripada kalimat pasif. Bahasa jurnalistik
STANDAR BAHASA
JURNALISTIK
(LANJUTAN...)
6.
7.
8.
9.
Menghindari kata atau istilah teknis. Karena ditujukan untuk umum,
maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca,
tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut.
Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau
istilah-istilah teknis. Bagaimanapun kata atau istilah teknis hanya berlaku
untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas
yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa tidak boleh dibawa ke
dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efelitf, juga mengandung
unsur pemerkosaan.
Perbanyak kata kerja, kurangi kata sifat. Ini penting untuk mendukung
obyektivitas, mengurangi faktor subyektif. Kata kerja dipilih untuk
menunjukkan suatu peristiwa atau fenomena apa adanya, bukan
mengatakan dengan kata sifat yang cenderung subjektif. Kata sifat boleh
dipakai oleh narasumber.
Hindari kalimat majemuk. Kalimat sederhana dan aktf lebih mudah
dipahami. Kalimat majemuk tidak enak dibaca, sulit dipahami, sehingga
mengurangi efektvitas bahasa.
Tunduk kepada kaidah etika. Salah satu fungsi utama pers adalah
BEBERAPA
PENYIMPANGAN
1. Peyimpangan morfologis. Penyimpangan ini sering
dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai
kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku
dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang
berupa prefik/awalan kerap dihilangkan. Kita sering
menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati
Lima Perampok Nasabah Bank. Israil Tembak Pesawat
Matamata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.
2. Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian
tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar
sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini akibat
logika bahasa yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan
Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika
BEBERAPA
PENYIMPANGAN
3. Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan
kesopanan (eufemisme) atau meminimalisir dampak buruk
pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus
itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti
kejahatan. Dalam konfliks Dayak-Madura, jelas bahwa pelakunya
adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua
etnis ecara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali
kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan
seperti GPK, suibversif, aktor intelektual, esktrim kiri, ekstrim kanan,
golongan frustasi, golongan anti pembangunan, dll. Bahkan di era
kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian
kosakata yang bias makna juga semakin banyak.
4. Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam
surat kabar. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata,
seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis
jadual, sinkron ditulis singkron, antarkota ditulis antar kota,
ekstrakurikuler ditulis ekstra kurikuler, dll. Mengubah jadi merubah.
KARYA JURNALISTIK
 TEMA
 JUDUL
 OUTLINE
 LEAD
 FOKUS
 PENUTUP (CLOSING MARK)
ANEKA LEAD
A. Direct Lead untuk Hardnews atau Straightnews
- Gaya konvensional/tradisional
- Mendahulukan elemen terpenting dari 5 w (who,
when, where, why, what) + 1H (how)
- Struktur piramida terbalik
B. Delayed Lead untuk Softnews, Newsfeatures atau
Featues
- Gaya mutakhir
- Mengutamakan unsur pemikat (bukan info
terpenting) dalam mengawali tulisan. Elemen dari
5W + 1 H bisa disebar dalam beberapa alinea
berikutnya.
- Variasinya banyak, antara lain Narrative Lead,
Question Lead, Dialog Lead, Quote Lead, Staccato,
Terima Kasih
ALHAMDULILLAH.....
Download