1.Perubahan kurs pada sistem mata uang mengambang terkendali berfluktuasi tinggi dapat terjadi karena Sistem kurs yang ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran namun pemerintah dapat juga mempengaruhi nilai tukar melalui intervensi pasar. kurs penentuan kurs valas yang terjadi karna adanya campur tangan pemerintah yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas melalui berbagai kebijakannya di bidang moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri. Kebanyakan sistem kurs yang digunakan negara-negara saat ini berada diantara sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang bebas, yaitu sistem kurs mengambang terkendali. Komponen sistem kurs mengambang bebas ditunjukkan oleh kurs tukar yang diizinkan berfluktuasi pada basis harian tanpa adanya batasan resmi. Komponen sistem kurs tetap ditunjukkan oleh pemerintah yang dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah mata uangnya bergerak terlalu jauh pada arah tertentu. Sistem ini dapat dinyatakan sebagai penggabungan antara sistem nilai kurs tetap dan sistem kurs mengambang. Dalam sistem ini nilai tukar suatu mata uang diambang dalam suatu batas yang disebut rentang intervensi. Otoritas moneter akan melakukan tindakan stabilisasi (intervensi) manakala nilai tukar mata uangnya telah melampaui nilai-nilai batas yang ditetapkan. Kelebihan sistem ini adalah fleksibilitasnya yang cukup tinggi dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan kondisi pasar. Adapun kelemahan sistem ini yaitu perlunya otoritas moneter memiliki cadangan dana yang cukup untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya. SISTEM KURS MENGAMBANG TERKENDALI Nilai tukar rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket of currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Pemerintah menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergekestabilan nilai rupiah, pemerintah melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah dari spread. - Sistem nilai tukar mengambang terkendali pada periode tsb dapat dibagi dalam 3 kelompok : a. Managed floating I b. Managed floating II c. Crawling band rak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga 2.Koordinasi kebijakan ekonomi dapat membuat kurs lebih atau kurang stabil,karena apabila nilai rupiah misalnya dalam keadaan lemah atau rendah maka pemerintah melalui Bank Sentral melakukan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan atau menguatkan nilai rupiah,dan sebaliknya. Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal yakni mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini mengandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi; serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, Bank Indonesia menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi melalui penyampaian informasi kepada masyarakat luas secara terbuka melalui media massa setiap awal tahun mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter, dan serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter pada tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada Presiden dan DPR sesuai dengan amanat Undang-Undang Berdasarkan undang-undang republik indonesia nomor 3 tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang republik indonesia nomor 23 tahun 1999 tentang bank Indonesia. Pada pasal 10, Bank Indonesia berwenang: 1. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi; 2. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada: 1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing; 2. penetapan tingkat diskonto; 3. penetapan cadangan wajib minimum; 4. pengaturan kredit atau pembiayaan. Dalam peranannya sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia membuat suatu inflation targeting dengan cara mentapkan sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2008 – 2010, masing-masing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%. Namun demikian, berdasarkan perkembangan terkini, Bank Indonesia mengusulkan kepada Pemerintah tentang perubahan sasaran inflasi 2010-2012 menjadi sebesar 5% ± 1%, 5% ± 1%, dan 4,5% ± 1. 3. Perbedaan Sistem Gold Standard dan Sistem Bretton Wood Perubahan nilai tukar dalam sistem moneter internasional telah menjadi suatu isu penting dalam studi Ekonomi Politik Internasional. Karena dalam kenyataannya perubahan sistem nilai tukar tidak cuma dipandang sebagai suatu permasalahan ekonomi, tetapi juga menjadi sangat politis karena berkaitan erat dengan kepentingan masing-masing negara. Pertengahan 1870an menjadi periode awal dari penggunaan sistem nilai tukar tetap dalam sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional yang pertama kali berhubungan langsung dengan hegemoni internasional adalah kemunculan sistem standar emas klasik (the classical gold standard) yang dipraktekkan oleh Inggris berlangsung dari tahun 1870 hingga tahun 1914 (Gilpin 1987: 124). Pada sistem standar emas klasik ini, setiap negara menjadikan emas sebagai mata uangnya dan sistem nilai tukar yang dipakai adalah sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Karena semua negara menggunakan emas sebagai mata uangnya, maka cadangan internasional yang harus dimiliki setiap bank sentral juga harus berupa emas. Dalam hal ini pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Karena perkembangan industri dan perdagangan dunia yang berkembang pada abad 19 serta diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika, maka sistem standar emas dipakai oleh banyak negara hingga era Perang Dunia I. Dengan adanya pengaturan dalam standar emas, kurs semua mata uang menjadi baku. Prinsip pokok sistem moneter dengan standar emas klasik adalah bahwa bank sentral setiap negara menjual dan membeli emas berdasarkan harga yang telah ditetapkan. Sementara dalam perdagangan internasional, transaksi-transaksi yang dilakukan harus mengacu pada mata uang Inggris (Poundsterling) konskuensinya bank-bank sentral seluruh dunia dalam menentukan kurs atau nilai tukar standar emas harus mengacu pada kebijakan Bank of England. Persoalan kedua muncul ketika bank sentral mesti mendapatkan emas terbatas dari kegiatan jual beli di sisi lain emas begitu banyak masuk dengan bebas dari pengusaha yang melakukan kegiatan di sektor pertambangan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam sistem standar emas: sistem di mana uang dalam negeri dijamin penuh dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut (misalnya, satu rupiah) selalu bisa ditukar dengan emas murni seberat gram tertentu di Bank Sentral. Setelah Perang Dunia Dua sruktur finansial yang muncul adalah sistem Bretton Woods. Pertemuan para wakil dari 44 negara yang berlangsung pada bulan Juli 1944 di Bretton Woods, New Hemisphere, Amerika Serikat merupakan momen kelahiran sistem Bretton Woods yang kemudian ditandai dengan pembentukan IMF-International Monetary Fund (Dana Moneter Internasional) sebagai lembaga keuangan internasional yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dunia pasca Perang Dunia (Gilpin, 1987: 132). Salah satu misi dari terbentuknya lembaga ini adalah menjamin terciptanya full employment dan stabilisasi harga, sekaligus memungkinkan semua negara mencapai keseimbangan eksternal tanpa melakukan pembatasan perdagangan. Sistem Bretton Woods adalah suatu sistem yang mensyaratkan kurs mata uang dipatok dalam emas atau dollar Amerika Serikat. Dalam sistem ini bank-bank pemerintah tiap negara selain AS diwajibkan untuk menjaga nilai kurs mata uang mereka dan dolar. Untuk itu mereka melakukan intervensi terhadap pasar mata uang asing. Bila mata uang satu negara terlalu tinggi terhadap dolar, maka bank pemerintahnya harus menjual mata uangnya dengan dolar agar menjaga nilai tukarnya. Sebaliknya, bila mata uangnya terlalu rendah, mereka harus membeli mata uang mereka sendiri agar menaikkan kembali nilainya. Sistem standart Emas • Standar Tukar Emas: Menetapkan dolar AS sebagai mata uang sentral dengan $35 per ons Emas, dengan harga mana AS Sepakat untuk membeli emas dari atau menjualnya kepada bank-bank sentral lain. SISTEM BRETTON WOODS (SBW): 1945-1972 (1) • • • • • SBW dihasilkan dari pertemuan 44 wakil negara di Bretton Woods, New Hampshire, pada Juli 1944. Lembaga yang dihasilkan: IMF dan IBRD/World Bank, yang keduanya mempunyai tanggung jawab berbeda. SBW berusaha mencegah berulangnya nasiona-lisme ekonomi dengan kebijakan destruktif “memiskinkan negara tetangga” dan mengarah pada kekurangan peraturan2 yang jelas atas terganggunya permainan selama perang. Desain sistem tukar emas: setiap negara menentukan nilai pari mata uangnya pada US$, dan US$ menambatkan pada emas ($35/ons). Negara yang memegang US$, seperti emas, dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional (dollar berdasarkan standar tukar emas).