BAB V Interaksi Sosial

advertisement
BAB I
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk hidup yang dikaruniai akal budi dan cipta karsa oleh Tuhan
menjadikan manusia selanjutnya menjadi makhluk penemu,pencipta,penggagas dan pereka.
Kekuatan itu mendorong manusia untuk menguasai berbagai macam hal dasar untuk
melanjutkan eksistensinya sebagai akhluk hidup, serta seiring berkembangnya jaman
menjadikan mereka memiliki kemampuan khusus yanng membedakan mereka dengan
makhluk hidup lain bahkan dengan manusia satu sama lain pun menjadi berbeda. Hal inilah
yang menjadikan mereka saling membutuhan satu sama lain untuk mencapai tujuan dan
mewujudkan kepentingannya. Dari rasa saling ketergantungan inilah yang mengawali manusia
untuk melakukan interaksi, dimana interaksi du arah antar manusia ini selanjutnya disebut
interaksi sosial..
Interaksi sosial yang merupakan hakikat dasar makhluk sosial melahirkan pasang surut
dalam berhubungan satu sama lain sehingga menimbulkan banyak perubahan sosial yang
berjangka dari masa ke masa atau dinamika sosial. Dinamika atau naik turunnya kehidupan
sosial manusia telah melahirkan banyak peristiwa-peristiwa besar yang membuka mata
manusia bahwa kedepan diperlukan sesuatu yang bisa mempelajari,menganalisa,dan mengkaji
peristiwa sosial masa kini,lalu dan masa depan. Keterbukaan pikiran inilah yang melahirkan
disiplin ilmmmu sosial baru, yang pada era selanjutnya disebut degan sosiologi.
Sosiologi sebagai disiplin ilmu sosial berfokus pada kajian yang mempelajari segala
bentuk mulai dari permulaan,proses,penganalisaan hubungan dan segala permasalahan yang
ditimbulkan dari hubungan sosial. Berangkat dari itu, sosiologi sebagai disiplin ilmu memiliki
ciri-ciri hakikat yang melekat, diantaranya: empiris,teoretis,komulatif,nonetis
yang dimana kesemua ciri tersebut memberikan garis yang jelas tentang peggambaran umum
sosiologi itu sendiri.
Dalam kajian yang luas tersebut, dalam makalah ini penulis akan menyajikann
interpretasi singkat mengenai sebagian besar apa saja yang menjadi kajian sosiologi.
1
BAB II
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sebab Munculnya Sosiologi
Kelahiran sosiologi dilaatar belakangi oleh berbagai peristiwa yang terutaama terjadi
di kawasan benua Eropa. L.Laeyendecker mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian
perubahan jangka pajang yang melanda Eropa Barat. Proses perubahan yang diidentifiikasikan
oleh L.Layendecker
antara lain (1) tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15, (2)
prubahan di bidang sosial dan politik, (3) perubahan berkenaan dengan reformasi Martin
Luther, (4) meningatnya individualisme, (5) lahirmya ilmu pengetahuan modern, (6)
berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri ; serta revolusi yang terjadi di Eropa pada abad
ke-18, yaitu (1) Revolusi Industri serta (2) Revolusi Perancis
(Layendecker, 1983:11-43).
Berbagai
proses perubahan berjangka panjang yang dijabarkan Leyndecker yang diangggap “ancaman
terhadapt tatanan sosial” telah membuka pikiran masyarakat luas sehingga faktor inilah yang
menyebabkan mengapa pemikiran sosiologi mulai berkembang secara serentak di beberapa
negara Eropa.
Para Perintis Sosiologi
Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki tokoh tertentu yang dianggap sebagai perintis
ilmu.
Dalam
sosiologi
sendiri
kita
sering
mengenal
tokoh
seperti
Comte,Weber,Durkheim,Marx Spencer,dsb. Namun dalam menspesifikasikan tokoh perintis
sosiologi, Doyle Paul Johnson membagi dua diantara tokoh sosiologi klasik
seperti
Comte,Marx,Durkheim,Weber,Simmel dan tokoh sisologi penganut perspektif masa kinni
seperti Goffman,Homans,Thibaut,Kelly.
Pemikiran tokoh masa kini itu banyak dipenggaruhi oleh umbangan pemikiran tokoh
terdahulu, selayaknya apa yang pernah diungkapkan Isaac newton “If I have seen farther,it is
by standing on the shoulders of giants”.(Merton,1974:303). Kesepakatan atas siapa saja para perintis
Sosiologi sendiri dirumuskan oleh Inkeles (1965) antara lain Auguste Comte,Herbert
Spencer,Emile Durkheim, dan Max Weber. Berikut merupakan tokoh perintis sosiologi dan
sumbangsih atas pemikirannya :
2
 Auguste Comte
Beliau merupakan penyandang gelar Bbapak Sosiologi atas sumbangsihnya
yang dimana nama “sosiologi” sendiri merupakan hasil ciptaannnya, gabungan antara
kata Romawi socius dan Yunani logos.
Sumbangan lain yang diberikan oleh Auguste Comte diantaranya “hukum tiga
jenjang” yang tertera dalam bukunya yang berjudul Course de Philosophie Positive.
Menurut pandangan ini, sejarah manusia akan melewati tiga jenjanng yang mendaki:
jnjang sosial,jenjang metafiisika,dan jenjang positif.
Sumbangan selanjutnya yang diiberikan oleh Comte ialah pembagian sosiologi
kedalam dua bagian besar: statika sosial (social statics)--kajian terhadap tatanan sosialdan dinamika sosiall (social dynamics)—kajian terhadap kemajuan dan perubahan
sosial.
 Karl Marx
Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak padaa teorinya mengenai kelas
yang disajikannya dalam berbagai tulisan termasuk didalamnya The Communist
Manifesto yang ia tulis bersama Frederich Engels.
Dalam pemikiran itu Marx menuturkan bahwa kelak akan ada revolusi besar
yang dilakukan oleh kaum proletar karena kesadaran mereka akan kepentingan bersama
dan kesetaraan sosial, yang dimana konflik ini diisebut Marx dengan perjuangan kelas.
 Emile Durkheim
Durkheim sebagai penulis buku yang produktif banyak memberikan sumbangan
pemikiran dalam bidang sosiologi. Satu diantaranya yang paling terkenal adalah yang
tercantum dalam bukunya yang berjudul The Division of Labor in Society (1968) yang
mengkaji pembagian kerja dalam kelompok masyarakat.
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memilik solidaritas. Ia
membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik, dan solidaritas
organik.
o
Solidaritas mekanik merupakan solidaritas yang dijumpai pada
masyarakat yang masih sederhana, didasarkan atas persamaan
(Layendecker,1983:20) dan faktor pengikatnya adalah consience colllective atau
hati nurani (Abdullah dan v.d. Leeden,1986:81-124)
3
o
Solidaritas organik membagi peran dan kerja masing-masing anggota
sesuai keahlian, sehingga masing-masing anggota masyaarakat tidak
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri . Solidaritas ini terjadi atas dasar
hukum dan akal.
 Max Weber
Berkaca dari latar belakang lahirnya sosiologi yang bermula dari perubahan
sosial jangka panjang, Max Weber dalam bukunya The Protestant Ethic and Spirit of
Capitalism (1904) menjabarkan bahwa berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat
berlangsunng bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama
Protestan. Ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadi umat yang
makmur dimana kemakmuran tadi harus didapatkan dari hasil kerja keras. Keuntungan
yang diperoleh dari kerja keras ini dilarang digunakan untuk kemewahan dan berfoyafoya. Sehingga keuntungan yang mereka peroleh pun ditanam kembali dalam usaha
mereka. Menurut cara inilah menurut Weber kapitalisme berkembang di Eropa Barat.
Kajian Weber mengenai konsep dasar sosiologi yang menyebutkan sosiologi
sebagai ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial pun menjadi acuan bagi
dikembangkannya teori sosiologi yang membahas interaksi sosial, berangkkat dari
definisi Weber berikut: “Sociology... is a science which attemptss the interpretive
understanding of social action in order therapy to arrive at casual explanation of its
course and effects.”
(Weber,1964:88).
4
BAB III
Pokok-Pokok Bahasan Sosiologi
Pandangan Para Perintis
 Emile Durkheim: Fakta Sosial
Emile Durkheim berpendapat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari apa
yang dinamakannya fakta social (fait sosial), dan fakta sosial merupakan cara bertindak,
berpikir, dan berperasaan yang berada di luar lingkup individu dan mempunyai kekuatan
paksaan yang mengendalikan.
Menurut Durkheim angka bunuh diri (suicide rate) di masyarakat dari tahun ke tahun
relative konstan, dan merupakan fakta sosial. Menurutnya angka bunuh diri disebabkan dari
pengaruh di luar individu. Contohnya menurut Durkheim, yaitu altruistic suicide yang
disebabkan oleh integrasi sosial yang terlalu kuat. Salah satunya yang disajikan Durkheim dari
militer, para anggota militer mengorbankan dirinya demi menyelamatkan rekan-rekannya.
Yang kedua, yaitu egoistic suicide yang terjadi karena integrasi masyarakat terlalu lemah. Dan
yang ketiga, yaitu anomic suicide yang terjadi karena masyarakat tidak berpegangan pada
warganya lagi.
 Max Weber: Tindakan Sosial
Pandangan Weber Tindakan Sosial itu apabila tindakan manusia dimana dilakukan
dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Jadi
menurut Weber tindakan manusia yang memiliki keterkaitan dengan orang lain adalah
Tindakan sosial.
Menurut Weber suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna
subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan untuk memahami mengapa tindakan sosial
mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi
pelakunya.
5
Pandangan Ahli Sosiologi Masa Kini
 C. Wright Mills: The Sociological Imagination
C. Wright Mills berpandangan bahwa untuk dapat memahami apa yang terjadi di dunia
maupun apa yang ada dalam diri sendiri manusia memerlukan apa yang dinamakannya
imajinasi sosiologi (sociological imagination). Mills berpendapat bahwa untuk melakukan
imajinasi sosiologi ini diperlukan dua perlatan pokok, yaitu troubles of milieu dan issues of
social structure. Troubles (kesusahan) berlangsung dalam diri individu dan hubungan
langsungnya dengan orang lain. Issues (isu), merupakan hal yang berada diluar lingkungan
individu dan diluar jangkauan pribadinya.
 Peter Berger
Menurut Peter Berger Teori konstruksi sosial (sosial construction) merupakan teori
sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini terkandung
pemahaman bahwa kenyataan dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan
merupakan dua istilah kunci untuk memahaminya. Kenyataan adalah suatu kualitas yang
terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui memiliki keberadaan (being)-nya sendiri
sehingga tidak tergantung kepada kehendak manusia; sedangkan pengetahuan adalah kepastian
bahwa fenomen-fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Berger mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi, yaitu sebagai
seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang lain, melakukan sesuatu untuk
orang lain. Menurut Berger seorang ahli sosiologi bertujuan untuk memahami masyarakat.
Tujuannya bersifat teoritis, yaitu memahami semata-mata.
Konsep lain yang disoroti Berger adalah masalah sosiologi (sociological problem).
Masalah Sosiologi ialah menyangkut pemahaman terhadap interaksi social.
Pembagian Sosiologi :

Makrososiologi mempelajari ciri masyarakat secara menyeluruh.

Mikrososiologi mempelajari dampak system social dan kelompok primer pada individu

Mesososiologi mempelajari institusi khas dalam masyarakats
6
Bab IV
Sosialisasi
Menurut Peter Berger (1978) manusia merupakan makhluk tak berdaya karena
dilengkapi naluri yang relative tidak lengkap. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a
process by which a child learns to be a participant member of society”—proses melalui mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. yang kita
pelajari dalam proses sosialisasi adalah peran-peran (role theory).
Menurut George Herbert Mead diri manusia berkembang secara bertahap melalui
interaksi dengan anggota masyarakat lain.pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui
beberapa tahap, seperti:
-
Play stage; seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada
disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan oleh orang tuanya. Namun pada
tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi perang-peran yang ditirunya itu.
-
Game stage; seorang anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus
dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain
dan dengan siapa dia berinteraksi.
-
Generalized other; seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang
dijalankan orang lain dalam masyarakat.
Menurut Charles H. Cooley konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan
orang lain (looking glass self). Konsep ini terbentuk melalui tiga tahap, yaitu:
-
Persepsi mengenai pandangan orang lain mengenai dirinya
-
Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya
-
Perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadap dirinya
Agen Sosialisasi
Menurut Fuller dan Jacobs terdapat empat agen sosialisasi utama, yaitu
-
Keluarga; pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua
dan saudara kandung. Pada masyarakat yang mengenai system keluarga luas agen
sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan dapat mencangkup pula nenek, kakek,
paman, bibi, dan sebagainya.
7
-
Teman bermain; setelah mulai mengenal lingkungan sekitar, seorang anak memperoleh
agen sosialisasi lain; teman bermain, baik terdiri dari kerabat maupun tetangga dan
teman sekola. Maka dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan
orang yang sederajat karena sebaya.
-
Sekolah; disini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinnya dalam
keluarga ataupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkan untuk
penguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seseorang tidak tergantung lagi
pada orang tuanya.
-
Media masa; media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televise,
film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang.
Sosialisasi Primer dan Sekunder
Berger dan Luckman mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang
dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. sedangkan
sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah
disosialisasi kedalam sektor baru dari dunia objektif masyarakat.
Pola Sosialisasi
Menurut Jaeger pola sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu;
-
Sosialisasi Represif; menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri
lain seperti penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan,
menekankan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang
bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada
orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
-
Sosialisasi Partisipatoris; pola dimana didalamnya anak diberi imbalan manakala
berbuat baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan,
penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat
sosialisasi, keperluan anak dianggap penting, dan keluarga menjadi generalized other.
8
BAB V
Interaksi Sosial
1. Interaksi Sosial
Dalam sosiologi berkembang cabang yang mengkhususkan diri pada kehidupan seharihari yang dikenal dengan ”The Sociology Of Everyday Life Situatuions” “The Sociology Of
The Familiar” dan “Down To Earth Sociology”.
“Down To Earth Sociology” mempelajari hal yang bersifat “down to earth” (praktis,realitis)
contohnya hubungan antara dokter dengan juru rawat.
“Sociology Of The Familiar” membahas hal yang bersifat ‘familiar’ (dikenal) seperti perilaku
interaksi antara pelayan restoran
”The Sociology Of Everyday Life” membahas interaksi antara pasien dan juru rawat di kamar
praktik dokter
2. Interaksionisme Simbolik
Dalam mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu yang dikenal
dengan ‘Interactionist Perspective’. Pendekatan yang digunakan untuk di pelajari adalah
Interaksionisme Simbolik,pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead.
Leslie White mendefiisikan symbol sebagai ‘A Thing The Value Or Meaning Of Which Is
Bestowed Upon By Those Who Use It’. Menurut White makna atau nilai tersebut tidak berasal
atau ditentukan oleh sifat-sifat yang secara intrinsic terdapat di dalam bentuk fisiknya. Sebagai
contoh makna suatu warna tergantung pada mereka yang menggunakannya. Warna
merah,dapat berarti berani dapat juga berarti komunis.Makna-makna tersebut tidak ada
kaitannya dengan sifat-sifat yang secara intrinsik melekat pada benda,mahluk atau sesuatu
yang lain.
Herbert Blumer salah seorang penganut pemikiran Mead berpendapat pokok pikiran
interaksionisme simbolik ada 3 : Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang
dipunyai. Dengan demikian tindakan seorang penganut agama Hindu di India terhadap seekor
sapi berbeda dengan seorang penganut agama Islam di Pakistan. Blumer juga berpendapat
bahwa makna yang dipunyai berasal dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.
9
Pokok pikiran ketiga ialah bahwa makna diperlakukan melalui suatu proses penafsiran
yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Interaksi tersebut tidak
begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan terlebih dahulu.
3. Definisi Situasi
Konsep definisi situasi (The Definition Of The Situation) berbeda dengan pandangan
bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan terhadap rangsangan,maka menurut
Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi saat ia mendapatkan rangsangan dari luar.
Menurutnya tindakan selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan;
rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi atau penafsiran situasi.
Thomas juga membedakan antara dua macam definisi situasi yaitu yang dibuat spontan oleh
individu dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat.
4. Aturan yang Mengatur Interaksi
Dalam bukunya Symbols,Selves, and Society; Understanding Interaction David A.Karp
dan W.C.Yoels. Thomas menyebutkan 3 jenis aturan,yaitu aturan mengenai ruang,waktu serta
gerak dan sikap tubuh.
Dalam bukunya The Hidden Dimension, Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi
dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Hall menyimpulkan bahwa dalam situasi
sosial orang cenderung menggunakan 4 macam jarak; Jarak Intim,Jarak Pribadi,Jarak
Sosial,dan Jarak Publik
5. Komunikasi Nonverbal
Hall mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal atau Bahasa tubuh yang menurutya
ada sebelum Bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari
manusia,kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kepada
oranglain.
6. Interaksi dan Informasi
Dalam buku Karp dan Yoels berjudul Symbols,Selves dan Society; Understanding
Interaction,mereka mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi seseorang perlu
mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hapadannya.
10
7. Warna Kulit
Menurut Karp dan Yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin,usia dan ras
sangat menentukan interaksi. Dalam masyarakat yang mengenai diskriminasi ras seperti
Amerika Serikat,interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi.
8. Usia
Usia merupakan factor yang ikut menentukan pola interaksi. Masyarakat interaksi dengan
orang yang dianggap lebih tua, seperti kakek-nenek,ayah-ibu,paman-ibu sering berbeda
dengan interaksi dengan orang yang sebaya
9. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi interaksi. Dalam hal kita berpapasan dengan
seorang waria yang berpakaian sebagai laki-laki tetapi memakai dan tas perempuan dan
bergaya perempuan,bagaimana kita harus menyapanya, Pak,Buk,Mas atau Mbak?
10. Penampilan Fisik
Karp dan Yoels mengemukakan bahwa factor penampilan juga mempengaruhi
interaksi. Contoh pada hasil penelitian yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah
memperoleh pasangan dan sebaliknya
11. Bentuk Tubuh
Suatu factor lain yang dikemukakan Karp dan Yoels ialah bentuk tubuh.Penelitian
Wells dan Slegal orang cenderung menggangap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh dan
watak manusia.
12. Pakaian
Pakaian merupakan suatu factor dalam interaksi. Seseorang yang berbusana sebagai
esekutif muda jelas mendapat perilaku berbeda dengan seseorang yang berpakaian pemulung
13. Wacana
Dari berbagai macam sumber informasi yang digunakan manusia agar dapat
berinteraksi dengan orang lain Karp dan Yoeis menyimpulkan bahwa interaksi merupakan
suatu keahlian yang memerlukan kemampuan yang tinggi. Di kemukakan bahwa proses ini
tidak selalu lancer;kekeliruan dan salah paham pun sering terjadi.
11
14. Goffman dan Prinsip Dramaturgi
Seorang ahli Sosiologi, Erving Goffman menggunakan prinsip yang dinamakan
dramatungi yang didefinisikan ‘pendekatan yang menggunakan Bahasa dan khayalan teater
untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial.
Goffman membedakan 2 macam pernyataan yaitu,pernyataan yang diberikan dan
dilepaskan. Pernyataan yang diberikan merupakan informasi sesuai dengan apa yang lazimnya
berlaku. Pernyataan yang dilepaskan di pihak lain,mengandung informasi yang menurut orang
lain memperlihatkan ciri si pembuata pernyataan.
15. Dari Berjumpa Sampai Berpisah
Pertalian merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan dan
ditandai diresmikan pertalian yang terjalin oleh masyarakat. Tahap dalam proses perenggangan
hubungan
pun
dirinci
Knapp,yaitu
;
membeda-
bedakan,membatasi,memacetkan,menghindari,dan memutuskan.
Pada tahap awal yaitu membeda-bedakan,keakuan mulai ditonjolkan,toleransi terhadap
kekhasan pihak lain mulai menurun seperti ‘milik kita’ menjadi ‘milik kamu’ atau ‘milik aku’
Pada tahap membatasi,menurut Knapp pada tahap ini pembahasan mengenai hubungan
mulai dihindari
Pada tahap memacetkan komunikasi sudah macet,bila ada komunikasi maka ini
dilakukan karena terpaksa dan dilaksanakan dengan sangat hati-hati
Pada tahap menghindari bilamana para pelaku yang hubungannya telah macet terpaksa
harus tetap berada di tempat yang sama mereka berusaha untuk saling menghindar
Pada tahap terakhir yaitu pemutusan hubungan. Pemutusan dikomunikasikan melalui
pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri
12
BAB VI
Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial
1. Pokok Pembahasan Makrososiologi
Makrososiologi menggunakan sudut pandangan struktual, sudut pandangan klasik
Durkheim. Perumusan Durkheim mengenai pokok pembahasan sosiologi menunjukkan bahwa
pokok perhatian sosiologi ialah tatanan meso dan makro,karna fakta sosial mengacy pada
institusi yang mengendalikan individu dalam masyarakat dan mempelajari institusi.
2. Struktur Sosial
Dalam membahas struktur sosial, dikenal dua konsep penting: status dan peran (role).
Definisi Ralph Linton mengenai kedua konsep tersebut adalah sebagai berikut: suatu status
ialah suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan suatu peran ialah the aspek dinamis
sebuah status. Tipologi lain yang juga dipopulerkan Linton (1968:360) ialah pembagian status
menjadi status yang diperoleh ( ascribed status ) dan status yang diraih
( achieved status ).
Menurut Linton status yang diperoleh ialah status yang diberikan kepada individu tanpa
memandang kemampuan atauperbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir. Status yang
menurut Linton termasuk dalam kategori ini ialah usia ( misalnya anak, orang dewasa, manusia
berusia lanjut), jenis kelamin (setiap masyarakat menetapkan kegiatan dan sikap berbeda bagi
laki-laki dan perempuan), hubungan kekerabatan, dan kelahiran dalam suatu kelompok khusus
seperti kasta atau kelas. Status yang diraih didefinisikan Linton sebagai status yang
memerlukan kualitas tertentu. Menurut Linton status jenis ini tidak diberikan pada individu
sejak lahir melainkan harus diraih melalui persaingan dan usaha pribadi. Robert K.Merton
(1965) mempunyai pandangan yang berbeda dengan Linton. Menurut Merton ciri dasar dari
suatu struktur sosial ialah bahwa suatu status tidak hanya melibat satu peran terkait melainkan
sejumlah peran terkait. Contoh yang disajikan Merton ialah status sebagai mahasiswa fakultas
kedokteran, yang menurut Merton tidak hanya melibatkan peran mahasiswa dalam kaitan
dengan dosennya melainkan juga sekumpulan peran yang mengaitkan status mahasiswa
kedokteran dengan mahasiswa lain, juru rawat, dokter, teknikus medis dan sebagainya.
13
3. Institusi Sosial
Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi. Institusi ialah
seperangkat norma yg terinstutionalisasi, yaitu telah diterima sejumlah besar anggota system
sosial, ditanggapi secara sungguh sungguh, diwajibkan dan terhadap pelanggar nya dikenakan
sanksi tertentu
Masyarakat
Dari berbagai definisi telah kita lihat bahwa makrososiologi mempelajari masyarakat. empat
criteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu kemampuan
bertahan melebihi masa hidup seorang individu, rekrutmen seluruh atau sebagian anggota
melalui reproduksi, kesetiaan pada suatu system tindakan utama bersama, adanya system
tindakan utama yang bersifat swasembada
4. Pengendalian Sosial
Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan
masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek mengemukakan bahwa
pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana maupun
tidak melalui mana individu diajarkan,dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada
kebiasaan dan nilai hidup kelompok.
14
BAB VII
Institusi Sosial
1. Institusi Keluarga
Menurut Clayton, tipe keluarga dibedakan menjadi yaitu, keluarga yang bersistem
konsanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah, seperti misalnya anak dengan
orang tuanya. Dan sistem konjugal yang menekankan pada pentingnya hubungan
perkawinan (suami dan istri).
Ada juga tipe keluarga yang lain, Keluarga Orientasi ialah keluarga yang
didalamnya dilahirkan. Dan keluarga Prokreasi ialah keluarga yang dibentuk, dengan
jalan menikah dan mempunyai keturunan.
Aturan mengenai perkawinan tergantung budaya dan aturan masing-masing
kelompok masyarakat. Maka ada istilah Incest Taboo, yaitu satu aturan yang dijumpai
dalam semua masyarakat mengenai siapa yang boleh dinikahi dan tidak boleh dinikahi.
Bentuk-bentuk perkawinan meliputi monogami dan poligami. Poligami sendiri
dibagi lagi menjadi polyginy dan poliandri. Dan group marriage. Bentuk lainnya yaitu,
eksogami yang melarang perkawinan dengan anggota kelompok, sedangkan endogami
mewajibkan perkawinan dengan anggota sekelompok.
Aturan mengenai keturunan dibedakan menjadi empat yaitu, aturan patrilineal,
yang garis keturunannya ditarik melalui laki-laki. Bilateral, yang garis keturunannya
ditarik dari melalui pihak laki-laki dan perempuan. Matrilineal, ditarik dari perempuan.
Dan keturunan rangkap yang garis keturunannya ditarik melalui laki-laki secara
patrilineal dan melalui perempuan secara matrilineal.
Pola-pola menetap dibedakan menjadi: pola patriokal, pasangan menetap di rumah
keluarga pihak laki-laki. Pola matri-patriokal, pasangan mula-mula menetap di
keluarga pihak perempuan, lalu pindah ke pihak keluarga laki-laki. Pola matriokal,
menetap di keluarga pihak perempuan. Pola patri-matriokal, mula-mula di pihak
keluarga laki-laki kemudian menetap di pihak perempuan. Pola biokal, pasangan dapat
memilih untuk menetap bersama keluarga laki-laki maupun perempuan. Pola
15
advunculokal, seorang laki-laki menetap di desa paman dari pihak ibu (kakak laki-laki
ibunya). Pola neolokal ialah pola yang bebas untuk menetap diluar keluarga laki-laki
maupun perempuan.
Fungsi keluarga yang terpenting diantaranya ialah fungsi pengaturan seks,
reproduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, perlindungan, dan ekonomi.
Ikatan suami-istri kadangkala rapuh dan bahkan putus sehingga terjadi perpisahan
atau perceraian. Dengan adanya itu anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi
baru, anak hanya bisa hidup dengan salah satu orang tuanya dan berpisah dengan
saudara kandung yang lain.
Sekarang mucul gaya-gaya hidup baru yang terkesan menyimpang. Giddens
mengidentifikasikan tiga bentuk gaya hidup baru yaitu, hidup bersama di luar nikah
(cohabitation), keluarga homoseks (gay parent families), dan hidup membujang.
Dalam keluarga juga dapat mucul gejala-gejala negatif yang berupa kekerasan
dalam keluarga: penganiayaan suami terhadap istri, penganiayaan orang tua kepada
anak, dan pemerkosaan orang tua terhadap anak.
2. Institusi Pendidikan
Pokok bahasan utama dalam sosiologi ialah institusi pendidikan formal, dan istitusi
pendidikan formal terpenting dalam masyarakat ialah sekolah. Makrososiologi
pendidikan mempelajari
hubungan antara pendidikan dan institusi lain dalam
masyarakat, mesososiologi pendidikan mempelajari hubungan dalam suatu organisasi
pendidikan, dan mikrososiologi pendidikan membahas interaksi sosial yang
berlangsung dalam institusi pendidkan.
Fungsi pendidikan dibedakan menjadi dua, fungsi manifes dan laten. Menurut
Horton dan Hunt (1984) fungsi manifes antara lain, mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perorangan, melestarikan
budaya, dan menanamkan keterampilan. Fungsi manifes ini tercantum dalam kurikulum
sekolah. Sedangkan, fungsi laten antara lain untuk memperpanjang masa remaja,
pengurangan pengendalian orang tua, dan memertahankan sistem kelas sosial.
16
3. Institusi di Bidang Agama
Agama merupakan institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Menurut
Durkheim agama ialah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik
yang berhubungan dengan hal suci dan bahwa kepercayaan dan praktik tersebut
mempersatukan semua orang yang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang
dinamakan umat.
Agama dibedakan menjadi monotheisme, politeisme, dan adikodrati. Ada pula
yang dikemukakan oleh Robert Bellah yang dinamakan civil religion. Yang dimaksud
adalah kepercayaan ritual di luar agama. Contohnya, pemujaan pemimpin, bendera
negara, dan lagu kebangsaan. Contoh lain dari Civil religion adalah adat istiadat dari
setiap budaya.
Setiap agama punya simbol masing-masing. Setiap agama juga memiliki praktik
keagamaan masing-masing.
Fungsi agama secara manifes adalah sebagai doktrin, ritual, dan aturan perilaku
dalam agama. Fungsi laten adalah munculnya pandangan positif dari masyarakat.
Dalam masyarakat kadang muncul gejala sekularisme. Proses ini seringkali
memancing reaksi dari kalangan agama yang dapat berbentuk perlawanan maupun
penyesuaian diri.
Agama dalam institusi lain contohnya dalam peraturan keluarga tentang peraturan
muhrim dan tidak muhrim, dalam politik masyarakat cenderung memihak pada partai
yang bernaungan agama, dalam pendidikan munculnya sekolah-sekolah agama seperti
MAN, SMA Katolik dan lainnya.
4. Institusi Ekonomi
Kajian sosiologi terhadap kegiatan ekonomi meliputi produksi, distribusi,
pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa yang bersifat langka. Dan juga antara lain
perkembangan sosiologi industri dan sosiologi profesi.
Ideologi ekonomi ada tiga yaitu, merkantalisme, kapitalisme, dan sosialisme.
Dalam masyarakat kita menjumpai berbagai bentuk organisasi yang terlibat dalam
proses produksi dan distribusi barang dan jasa seperti perusahaan oligopoli dan
perusahaan multinasional. Tetapi juga ada sejumlah usaha kecil.
17
5. Institusi Politik
Kornblum (1989) mendefinisikan institusi politik sebagai perangkat aturan dan
status yang mengususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Institusi
utama di bidang politik meliputi eksekutif, legislatif, judikatif, dan partai politik.
Dalam politik ada tipe dominasi yang berarti bahwa pada dominasi pihak yang
berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku
sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati kehendak penguasa. Pada tipe dominasi
ini Weber membedakan dominasi menjadi tiga tipe: dominasi kharismatik, dominasi
tradisional, dan dominasi legal-rasional.
Sosiologi politik mempelajari proses politik pula. Suatu masalah yang menjadi
pokok perhatian sosiologi politik adalah proses yang menyebabkan konflik dan
konsensus.
18
BAB VIII
Stratifikasi Sosial
A. Konsep Stratifikasi
Ralph Linton menyatakan bahwa sejak lahir seseorang memperoleh sejumlah
status tanpa memandang perbedaan antar individu atau kemampuan.Berdasarkan status
yang diperoleh dengan sendirinya ini,anggota masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan
usia,jenis kelamin,hubungan kekerabatan dan keanggotan dalam kelompok tertentu
seperti kasta dan kelas.
Stratifikasi berdasarkan perolehan adalah
a. Stratifikasi Usia (age stratification)
Di system ini anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan
kewajiban berbeda dengan anggota masyarakat yang berusia lebih tua. Asas
senioritas yang dijumpai dalam stratifikasi berdasarkan usia ini dijumpai dalam
bidang pekerjaan. Sistem yang dianut dikalangan pegawai negeri kita adalah
merits system (system penghargaan terhadap prestasi) dan system senioritas.
b. Stratifikasi Jenis Kelamin (sex stratificiation)
Pada factor ini sejak lahir laki-laki dan perempuan memperoleh hak dan
kewajiban yang berbeda dan perbedaan tersebut mengarah ke suatu herarki. Dalam
banyak masyarakat status laki laki lebih tinggi lebih dari perempuan.
c. Stratifikasi Hubungan Kekerabatan
d. Stratifikasi Atas Keanggotan Dalam Kelompok (Keagamaan,Etnik,dan Ras)
e. Stratifikasi Pendidikan
f. Stratifikasi Ekonomi
B. Sistem Stratifikasi Tertutup Dan Terbuka
4 Kriteria perbedaan stratifikasi menurut J. Milton Yinger:
-Anggota berdasarkan kelahiran
-Anggota berdasarkan edogami
-Anggota berdasarkan dukungan institusi bagi perlakuan berbeda
-Penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah
19
Sistem minortitas dan mayoritas pun masih ditandai kecenderungan untuk menerima
keanggotaan melalui kelahiran dan endogami, dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan
penerimaan status rendah oleh kelompok yang lebih rendah. Namun kecenderungan tersebut
lebih lemah daripada kecenderungan pada sistem kasta.
Sebagaimana telah dikemukakan Yinger klasifikasinya merupakan tipe ideal dan dalam
kenyataan kita akan menjumpai berbagai pengecualian. Dalam sosiologi, kita mengenal
pembedaan antara stratifikasi terbuka. Keterbukaan suatu system stratifikasi diukur dari mudah
atau tidaknya dan sering atau tidaknya seseorang yang mempunyai status tertentu memrpeoleh
status dalam strata yang lebih tinggi. Yinger mempekirakan bahwa dalam masyarakat yang
paling terbuka, yaitu masyarakat industry modern.
C. Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi, mobilitas social berarti perpindahan status dalam stratifikasi social.
“Social mobility refers to the movement of individuals or groups—up or down—within a
social hierarchy”. Mobilitas social dapat mengacu pada individu maupun kelompok.
Mobilitas social suatu kelompok terjadi mana kala suatu minoritas etnik atau kaum
perempuan mengalami mobilitas, misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan
rata-rata bila dibandingkan dengan kelompok mayoritas.
Suatu studi yang seringmenjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di Amerika
Serikat. Mereka menyimpulkan dari datanya bahwa masyarakat Amerika merupakan
masyarakat yang relative terbuka karena di dalamnya telah terjafi mobilitas social vertical
antar generasi.
D. Jumlah Lapisan Sosial dalam Masyarakat
Di kalangan para ahli sosilogi kita menjumpai keanekaragam dalam penentuan
jumlag lapisan social. Misalnya pembedaan antara kelas atas, kelas menengah, dan
kelas bawah. Warner bahkan merinci tiga kelas ini menjadi 6 kelas:

Kelas atas atas (upper-upper)

Kelas atas bawah (lower upper)

Kelas menengah atas (upper middle)

Kelas menengah bawah (lower middle)
20

Kelas bawah atas (upper middle)

Kelas bawah bawah (lower lower)
Bernard Bear memperkenalkan beberapa konsep yang mempertajam konsep stratifikasi.
Salah satu diantaranya ialah konsep rentang, yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas
dengan kelas bawah. Konsep terkait lainnya yang dilakukan Barber ialah konsep bentuk, yang
mengacu pada proporsi orang yang terletak di kelas sosial yang berlainan.
Stratifikasi tidak selalu terbentu segitiga atau piramada, karena kita sering menjumpai
situasi yang di dalamnya terdapat sejumlah besar posisi rendah dan sejumpulah kecil posisi
tinggi. Situasi kesenjangan besar ini sering dijumpai dalam masyarakat yang sedang
berkembang. Di bidang pendidikan formal, dalam masyarakat kita pun dijumpai kesenjangan
besar antara mereka yang berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yang
berpendidikan tinggi. Data sensus 1971 dari BPS, misalnya menunjukkan bahwa di tahun 1971
di kalangan penduduk berusia 10 tahun keatas 41.01% tidak bersekolah, 52.35% berpendidikan
dasar, 4.3% berpendidikan SLP, 2.03% berpendidikan SLA dan hanya 0.31% berpendidikan
tinggi.
E. Kelas Sosial
Konsep kelas merupakan suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu social.
Makna yang diberikan pada konsep tersebut berbeda-beda. Meskipun konsep tersebut
menduduki posisi sangat penting, namun Marx tidak pernah mendefinisikan secara tegas.
Menurut Giddens, peluang untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang dimaksudkan
Weber tidak hanya berupa penugasan atas barang tetapi dapat pula berupa ketrampilan dan
kemampuan yang antara lain tercermin dari ijazah.
Weber mendefinisikan kelas sebagai sekelompok orang. Namun ada ahli sosiologi yang
berpandangan lain. Bernard Barber misalnya, ia mendefinisikan kelas social sebagai himpunan
keluarga. Ini mencerminkan pandangannya bahwa kedudukan seorang anggota keluarga dalam
suatu kelas terkait dengan kedudukan anggota keluarga lain. Bilamana seorang kepala keluarga
menduduki status istri dan anak-anaknya akan tinggi pula.
Secara ideal system kelas merupakan suatu system stratifikasi terbuka karena status di
dalamnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataanya, sering terlihat bahwa system
kelas mempunyai ciri system, seperti misalnya endogamy kelas. Pergaulan dan pernikahan
21
misalnya, lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama daripada dengan orang dari
kelas lebih rendah atau lebih tinggi.
F. Penjelasan bagi adanya Stratifikasi
Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup
masyarakat. Dalam masyarakat terdapat status yang harus ditempati agar masyarakat dapat
berlangsung. Anggota masyarakat perlu diberi rangsangan agar mau menempati status tersebut
dan menempati status, bersedia menjalankan peran sesuai dengan harapan masyarakat.
Sejumlah ahli sosilogi lain melihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat
berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan
prestise. Kekayaan, kekuasaan dan pestise tersebut jumlahnya sangat terbatas sehingga
sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik untuk
memilikinya.
G. Dampak Stratifikasi
Adanya perbedaan prestise dalm masyarakat tercermin pada perbedaan gaya hidup,
sebagaimana Nampak dari pernyataan Max Weber berikut:
…status honor is normally expressed by the fact that above all else a specific style of life
can be expected from all those who wish to belong to the circle. Linked with this expectation
are restrictions on ‘social’ intercourse (Weber, 1920:187)
Dalam kaitan dengan perbedaan antarkelas ini para ahli sosiologi sering berbicara
mengenal symbol status, yaitu symbol yang menandakan status seseorang dalam
masyarakat. Berger, misalnya, menjelaskan konsep simbolisme status sebagai berikut “by
the use of various symbols. One keeps on showing the wprl where one has arrived”.
Status seseorang tercermin dari tipe dan letak tempat tinggalnya. Di tiap kota besar
dijumpai daerah permukiman yang penghuninya cenderung berasal dari kalangan elite, baik
berupa daerah elite yang telah lama ada maupun daerah elit baru.
Dari contoh tersebut di atas kita melihat bahwa kegiatan tersebut, selain mempunyai satu
fungsi, yaitu makan dan berpakaian untuk memenuhi keperluan pokok, bermukim untuk
melindungi diri terhadap alam, berbahasa untuk komunikasi, berkendaraan untuk mencapai
tempat tujuan dengan cepat, berkreasi untuk memelihara danmeningkatkan kesehatan fisik dan
22
mental pun mempunyai fungsi lain, yaitu menunjukkan kedudukan seseorang dalam
masyarakat.
H. Makna Stratifikasi bagi Peluang Hidup dan Perilaku
Kedudukan dalam suatu kelas social tertentu mempunyai arti penting bagi sesorang. Kita
telah melihat bahwa Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan peluang
hidup. Kekayaan dan pemilikan yang dimiliki seseorang dan keluarganya memang mempunyai
pengaruh besar terhadap peluang hidupnya terhadap nasibnya.
Kurangnya studi terhadap perilaku kelas dalam masyarakat kita serta adanya perbedaan
besar antara masyarakat kita dengan masyarakat Amerika tidak memungkinkan kita untuk
membuat generalisasi. Dalam beberapa hal kita mungkin akan menjumpai persamaan.
Misalnya dalam hal harapan hidup bayi. Stratifikasi melalui pendekatan reputasi dapat disusun
pula dengan mengamati siapa yang bergaul dengan siapa, siapa berkencan dan menikanh
dengan siapa, siapa menjauhi siapa sebagainya.
I. Upaya Masyarakat untuk Mengurangi Ketidaksamaan.
Untuk mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat, pemerintah berbagai usaha untuk
membantu angora masyarakat yang tidak mampu memenuhi keperluan pokok mereka. Kita
mengenal, pembangunan pemerintah seperti program Inpes Desa Tertinggal, program
pembangunan perumahan rakyat murah bagi anggota masyarakat berpenghasilan rendah,
program kredit mahasiswa, beasiswa, dan pembebasan SPP bagi siswa atau mahasiswa yang
tidak mampu.
Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat,
dengan jalan membatasi perbedaan antarindividu. Usaha membatasi perbedaan antarindividu
ini sering dimulai sejak masa bayi, karna disadari bahwa keluarga merupakan sumber utama
ketidaksamaan social. Dalam masyarakat komunis seperti Uni Soviet dan RRT di masa lampau,
misalnya anak-anak telah sejak sangat dini dipisahkan dari orangtua dan di didik bersama
dalam komune tempat mereka disosialisasi untuk menganut asas persamaan. Hal serupa
dijumpai pula dalam system Kibbutz di Israel.
23
Bab IX
Jenis Kelamin dan Gender
Menurut Mead, dalam sejarah kebudayaan Barat dikenal pembedaan kepribadian lakilaki dan perempuan. Pada umumnya,perempuan dikaitkan dengan sifat keibuan, tidak agresif,
berhati lembut, emosional, dan memiliki seksualitas feminin. Laki-laki, di pihak lain, dikaitkan
dengan kepribadian keras, agresif, mendominasi dan seksualitas kuat. Namun hal tersebut tidak
berlaku bagi beberapa suku di dunia seperti suku Mundugumor yang tinggal di tepi sungai,
suku Arapesh yang tinggal di pegunungan, dan suku Tschambuli yang tinggal di tepi danau.
Dari kasus ini, Mead menyimpulkan bahwa kepribadian laki-laki dan perempuan tidak
bergantung pada faktor jenis kelamin melainkan dibentuk oleh faktor kebudayaan.
Jenis Kelamin dan Gender
Hasil penelitian Mead tersebut membawa kita untuk membahas perbedaan dari seks dan
gender. Lalu, apa maksud dari seks dan gender itu sendiri?
1. Seks
Seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan,
yamg disebabkan oleh perbedaan kromosom pada janin. Dan sifatnya adalah tidak
dapat dirubah.
2. Gender
Gender adalah perbedaan psikologis, ssial dan budaya antara laki-laki dan perempuan.
Konsep gender sendiri tidak mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan
laki-laki, melainkan pada perbedaan psikologis, sosial dan budaya yang dikaitkan
masyarakat antara laki-laki dan perempuan.
Gender dan Sosialisasi
Menurut Kerstan (1995), gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara
sosial. Artinya, gender ini bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan dipelajari melalui
lingkungan sekitarnya dengan cara sosialisasi.
1. Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Keluarga memperkenalkan dan mempertegas gender anak-anaknya dengan cara
memberikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin dari anak tersebut.
24
2. Kelompok Bermain Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Dijumpainya kelompok-kelompok bermain yang sejenis, seperti laki-laki bermain
sepak bola, dan perempuan bermain boneka, merupakan faktor yang memperkuat
identitas gender.
3. Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Adanya sistem pendidikan formal yang menerapkan pembelajaran gender melalui
media utamanya. Misalnya, memisahkan siswa dan siswi agar mendapat mata pelajaran
yang berbeda. Siswi dapat diminta mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan rumah
tangga, sedangkan siswa diminta mempelajari keterampilan pertukangan.
4. Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Media massa, cetak maupun elektronik, sering memuat iklan yang menunjang stereotip
gender. Iklan yang mempromosikan produk rumah tangga, cenderung diperankan oleh
perempuan. Sedangkan iklan yang mempromosikan produk mewah yang merupakan
simbol status dan kesuksesan di bidang pekerjaan cenderung diperankan oleh laki-laki.
Gender dan Stratifikasi
Marconis (1996:245-246) mendefinisikan stratifikasi gender adalah ketimpangan
dalam pembagian kekayaan, kekuasaan, dan privilese antara laki-laki dan perempuan.
Ketimpangan ini dapat kita jumpai dalam berbagai bidang.
1. Gender dan Pendidikan
Pada zaman dahulu, dapat kita temui aturan tertentu yang mengatakan jika perempuan
tidak perlu menempuh pendidikan tinggi karena pada akhirnya hanya akan menjadi
seorang ibu rumah tangga. Sebagai akibatnya, terdapatlah ketimpangan pendidikan
formal antara laki-laki dan perempuan.
2. Gender dan Pekerjaan
Selama ini, perempuan hanya dianggap mapu melakukan pekerjaan di tempat kerja
formal seperti pabrik dan kantor. Tapi, orang sering melupakan bahwa di rumahnya pun
perempuan dapat melakukan hal yang dapat menghasilkan dana, seperti melakukan
perdaganga eceran, mengelola hail pertanian maupun produk lain untuk dipasarkan.
Selain itu, saat ini sering terjadi kesenjangan pembagian kerja antaara laki-laki dan
perempuan. Contoh nyatanya adalah terkonsentrasinya perempuan pada jenjang rendah
dalam organisasi, misalnya jabatan pramuniaga, tenaga kebersihan, pengasuh anak dan
25
sebagainya. Sedangkan sebaliknya, para laki-laki dikonsentrasikan dalam jenis jabatan
yang lebih tinggi.
3. Gender dan Penghasilan
Sejatinya, menerima upah yang sama atas suatu pekerjaan adalah hak semua orang.
Namun, di berbagai masyarakat lain pekerja laki-laki memperoleh upah lebih tinggi
daripada upah pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama.
Gender dan Kekuasaan
1. Gender dan Politik
Perempuan juga memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Sebagai contoh, saat ini sudah
mulai banyak perempuan-perempuan yang maju ke ranah politik sebagai clon
pemimpin. Tetapi, masih relatif terbatasnya jumlah posisi yang diraih perempuan di
ranah politik, mengindikasikan bahwa masih adanya kesenjangan antara peraihan status
laki-laki dan perempuan di bidang politik.
2. Gender dan Keluarga
Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa kebanyakan pekerjaan
rumah tangga dilakukan perempuan dan kekuasaan pengelolaan keuangan cenderung
berada pada laki-laki. Dan peran pria dalam rumah tangga masih sangat mendominasi.
Kekerasan Terhadap Perempuan
1. Perkosaan
2. Kekerasan domestik
3. Pelecehan seksual
26
Download