BAB I Pendahuluan Manusia sebagai makhluk hidup yang dikaruniai akal budi dan cipta karsa oleh Tuhan menjadikan manusia selanjutnya menjadi makhluk penemu,pencipta,penggagas dan pereka. Kekuatan itu mendorong manusia untuk menguasai berbagai macam hal dasar untuk melanjutkan eksistensinya sebagai akhluk hidup, serta seiring berkembangnya jaman menjadikan mereka memiliki kemampuan khusus yanng membedakan mereka dengan makhluk hidup lain bahkan dengan manusia satu sama lain pun menjadi berbeda. Hal inilah yang menjadikan mereka saling membutuhan satu sama lain untuk mencapai tujuan dan mewujudkan kepentingannya. Dari rasa saling ketergantungan inilah yang mengawali manusia untuk melakukan interaksi, dimana interaksi du arah antar manusia ini selanjutnya disebut interaksi sosial.. Interaksi sosial yang merupakan hakikat dasar makhluk sosial melahirkan pasang surut dalam berhubungan satu sama lain sehingga menimbulkan banyak perubahan sosial yang berjangka dari masa ke masa atau dinamika sosial. Dinamika atau naik turunnya kehidupan sosial manusia telah melahirkan banyak peristiwa-peristiwa besar yang membuka mata manusia bahwa kedepan diperlukan sesuatu yang bisa mempelajari,menganalisa,dan mengkaji peristiwa sosial masa kini,lalu dan masa depan. Keterbukaan pikiran inilah yang melahirkan disiplin ilmmmu sosial baru, yang pada era selanjutnya disebut degan sosiologi. Sosiologi sebagai disiplin ilmu sosial berfokus pada kajian yang mempelajari segala bentuk mulai dari permulaan,proses,penganalisaan hubungan dan segala permasalahan yang ditimbulkan dari hubungan sosial. Berangkat dari itu, sosiologi sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri hakikat yang melekat, diantaranya: empiris,teoretis,komulatif,nonetis yang dimana kesemua ciri tersebut memberikan garis yang jelas tentang peggambaran umum sosiologi itu sendiri. Dalam kajian yang luas tersebut, dalam makalah ini penulis akan menyajikann interpretasi singkat mengenai sebagian besar apa saja yang menjadi kajian sosiologi. 1 BAB II Sejarah Perkembangan Sosiologi Sebab Munculnya Sosiologi Kelahiran sosiologi dilaatar belakangi oleh berbagai peristiwa yang terutaama terjadi di kawasan benua Eropa. L.Laeyendecker mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan jangka pajang yang melanda Eropa Barat. Proses perubahan yang diidentifiikasikan oleh L.Layendecker antara lain (1) tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15, (2) prubahan di bidang sosial dan politik, (3) perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther, (4) meningatnya individualisme, (5) lahirmya ilmu pengetahuan modern, (6) berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri ; serta revolusi yang terjadi di Eropa pada abad ke-18, yaitu (1) Revolusi Industri serta (2) Revolusi Perancis (Layendecker, 1983:11-43). Berbagai proses perubahan berjangka panjang yang dijabarkan Leyndecker yang diangggap “ancaman terhadapt tatanan sosial” telah membuka pikiran masyarakat luas sehingga faktor inilah yang menyebabkan mengapa pemikiran sosiologi mulai berkembang secara serentak di beberapa negara Eropa. Para Perintis Sosiologi Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki tokoh tertentu yang dianggap sebagai perintis ilmu. Dalam sosiologi sendiri kita sering mengenal tokoh seperti Comte,Weber,Durkheim,Marx Spencer,dsb. Namun dalam menspesifikasikan tokoh perintis sosiologi, Doyle Paul Johnson membagi dua diantara tokoh sosiologi klasik seperti Comte,Marx,Durkheim,Weber,Simmel dan tokoh sisologi penganut perspektif masa kinni seperti Goffman,Homans,Thibaut,Kelly. Pemikiran tokoh masa kini itu banyak dipenggaruhi oleh umbangan pemikiran tokoh terdahulu, selayaknya apa yang pernah diungkapkan Isaac newton “If I have seen farther,it is by standing on the shoulders of giants”.(Merton,1974:303). Kesepakatan atas siapa saja para perintis Sosiologi sendiri dirumuskan oleh Inkeles (1965) antara lain Auguste Comte,Herbert Spencer,Emile Durkheim, dan Max Weber. Berikut merupakan tokoh perintis sosiologi dan sumbangsih atas pemikirannya : 2 Auguste Comte Beliau merupakan penyandang gelar Bbapak Sosiologi atas sumbangsihnya yang dimana nama “sosiologi” sendiri merupakan hasil ciptaannnya, gabungan antara kata Romawi socius dan Yunani logos. Sumbangan lain yang diberikan oleh Auguste Comte diantaranya “hukum tiga jenjang” yang tertera dalam bukunya yang berjudul Course de Philosophie Positive. Menurut pandangan ini, sejarah manusia akan melewati tiga jenjanng yang mendaki: jnjang sosial,jenjang metafiisika,dan jenjang positif. Sumbangan selanjutnya yang diiberikan oleh Comte ialah pembagian sosiologi kedalam dua bagian besar: statika sosial (social statics)--kajian terhadap tatanan sosialdan dinamika sosiall (social dynamics)—kajian terhadap kemajuan dan perubahan sosial. Karl Marx Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak padaa teorinya mengenai kelas yang disajikannya dalam berbagai tulisan termasuk didalamnya The Communist Manifesto yang ia tulis bersama Frederich Engels. Dalam pemikiran itu Marx menuturkan bahwa kelak akan ada revolusi besar yang dilakukan oleh kaum proletar karena kesadaran mereka akan kepentingan bersama dan kesetaraan sosial, yang dimana konflik ini diisebut Marx dengan perjuangan kelas. Emile Durkheim Durkheim sebagai penulis buku yang produktif banyak memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang sosiologi. Satu diantaranya yang paling terkenal adalah yang tercantum dalam bukunya yang berjudul The Division of Labor in Society (1968) yang mengkaji pembagian kerja dalam kelompok masyarakat. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memilik solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik, dan solidaritas organik. o Solidaritas mekanik merupakan solidaritas yang dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana, didasarkan atas persamaan (Layendecker,1983:20) dan faktor pengikatnya adalah consience colllective atau hati nurani (Abdullah dan v.d. Leeden,1986:81-124) 3 o Solidaritas organik membagi peran dan kerja masing-masing anggota sesuai keahlian, sehingga masing-masing anggota masyaarakat tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri . Solidaritas ini terjadi atas dasar hukum dan akal. Max Weber Berkaca dari latar belakang lahirnya sosiologi yang bermula dari perubahan sosial jangka panjang, Max Weber dalam bukunya The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism (1904) menjabarkan bahwa berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsunng bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan. Ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadi umat yang makmur dimana kemakmuran tadi harus didapatkan dari hasil kerja keras. Keuntungan yang diperoleh dari kerja keras ini dilarang digunakan untuk kemewahan dan berfoyafoya. Sehingga keuntungan yang mereka peroleh pun ditanam kembali dalam usaha mereka. Menurut cara inilah menurut Weber kapitalisme berkembang di Eropa Barat. Kajian Weber mengenai konsep dasar sosiologi yang menyebutkan sosiologi sebagai ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial pun menjadi acuan bagi dikembangkannya teori sosiologi yang membahas interaksi sosial, berangkkat dari definisi Weber berikut: “Sociology... is a science which attemptss the interpretive understanding of social action in order therapy to arrive at casual explanation of its course and effects.” (Weber,1964:88). 4 BAB III Pokok-Pokok Bahasan Sosiologi Pandangan Para Perintis Emile Durkheim: Fakta Sosial Emile Durkheim berpendapat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakannya fakta social (fait sosial), dan fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar lingkup individu dan mempunyai kekuatan paksaan yang mengendalikan. Menurut Durkheim angka bunuh diri (suicide rate) di masyarakat dari tahun ke tahun relative konstan, dan merupakan fakta sosial. Menurutnya angka bunuh diri disebabkan dari pengaruh di luar individu. Contohnya menurut Durkheim, yaitu altruistic suicide yang disebabkan oleh integrasi sosial yang terlalu kuat. Salah satunya yang disajikan Durkheim dari militer, para anggota militer mengorbankan dirinya demi menyelamatkan rekan-rekannya. Yang kedua, yaitu egoistic suicide yang terjadi karena integrasi masyarakat terlalu lemah. Dan yang ketiga, yaitu anomic suicide yang terjadi karena masyarakat tidak berpegangan pada warganya lagi. Max Weber: Tindakan Sosial Pandangan Weber Tindakan Sosial itu apabila tindakan manusia dimana dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Jadi menurut Weber tindakan manusia yang memiliki keterkaitan dengan orang lain adalah Tindakan sosial. Menurut Weber suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan untuk memahami mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. 5 Pandangan Ahli Sosiologi Masa Kini C. Wright Mills: The Sociological Imagination C. Wright Mills berpandangan bahwa untuk dapat memahami apa yang terjadi di dunia maupun apa yang ada dalam diri sendiri manusia memerlukan apa yang dinamakannya imajinasi sosiologi (sociological imagination). Mills berpendapat bahwa untuk melakukan imajinasi sosiologi ini diperlukan dua perlatan pokok, yaitu troubles of milieu dan issues of social structure. Troubles (kesusahan) berlangsung dalam diri individu dan hubungan langsungnya dengan orang lain. Issues (isu), merupakan hal yang berada diluar lingkungan individu dan diluar jangkauan pribadinya. Peter Berger Menurut Peter Berger Teori konstruksi sosial (sosial construction) merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini terkandung pemahaman bahwa kenyataan dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan merupakan dua istilah kunci untuk memahaminya. Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui memiliki keberadaan (being)-nya sendiri sehingga tidak tergantung kepada kehendak manusia; sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomen-fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi, yaitu sebagai seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang lain, melakukan sesuatu untuk orang lain. Menurut Berger seorang ahli sosiologi bertujuan untuk memahami masyarakat. Tujuannya bersifat teoritis, yaitu memahami semata-mata. Konsep lain yang disoroti Berger adalah masalah sosiologi (sociological problem). Masalah Sosiologi ialah menyangkut pemahaman terhadap interaksi social. Pembagian Sosiologi : Makrososiologi mempelajari ciri masyarakat secara menyeluruh. Mikrososiologi mempelajari dampak system social dan kelompok primer pada individu Mesososiologi mempelajari institusi khas dalam masyarakats 6 Bab IV Sosialisasi Menurut Peter Berger (1978) manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi naluri yang relative tidak lengkap. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society”—proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. yang kita pelajari dalam proses sosialisasi adalah peran-peran (role theory). Menurut George Herbert Mead diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap, seperti: - Play stage; seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan oleh orang tuanya. Namun pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi perang-peran yang ditirunya itu. - Game stage; seorang anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dan dengan siapa dia berinteraksi. - Generalized other; seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Menurut Charles H. Cooley konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain (looking glass self). Konsep ini terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: - Persepsi mengenai pandangan orang lain mengenai dirinya - Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya - Perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadap dirinya Agen Sosialisasi Menurut Fuller dan Jacobs terdapat empat agen sosialisasi utama, yaitu - Keluarga; pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Pada masyarakat yang mengenai system keluarga luas agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan dapat mencangkup pula nenek, kakek, paman, bibi, dan sebagainya. 7 - Teman bermain; setelah mulai mengenal lingkungan sekitar, seorang anak memperoleh agen sosialisasi lain; teman bermain, baik terdiri dari kerabat maupun tetangga dan teman sekola. Maka dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang sederajat karena sebaya. - Sekolah; disini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinnya dalam keluarga ataupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkan untuk penguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya. - Media masa; media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televise, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Sosialisasi Primer dan Sekunder Berger dan Luckman mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi kedalam sektor baru dari dunia objektif masyarakat. Pola Sosialisasi Menurut Jaeger pola sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu; - Sosialisasi Represif; menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain seperti penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, menekankan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. - Sosialisasi Partisipatoris; pola dimana didalamnya anak diberi imbalan manakala berbuat baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting, dan keluarga menjadi generalized other. 8 BAB V Interaksi Sosial 1. Interaksi Sosial Dalam sosiologi berkembang cabang yang mengkhususkan diri pada kehidupan seharihari yang dikenal dengan ”The Sociology Of Everyday Life Situatuions” “The Sociology Of The Familiar” dan “Down To Earth Sociology”. “Down To Earth Sociology” mempelajari hal yang bersifat “down to earth” (praktis,realitis) contohnya hubungan antara dokter dengan juru rawat. “Sociology Of The Familiar” membahas hal yang bersifat ‘familiar’ (dikenal) seperti perilaku interaksi antara pelayan restoran ”The Sociology Of Everyday Life” membahas interaksi antara pasien dan juru rawat di kamar praktik dokter 2. Interaksionisme Simbolik Dalam mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu yang dikenal dengan ‘Interactionist Perspective’. Pendekatan yang digunakan untuk di pelajari adalah Interaksionisme Simbolik,pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Leslie White mendefiisikan symbol sebagai ‘A Thing The Value Or Meaning Of Which Is Bestowed Upon By Those Who Use It’. Menurut White makna atau nilai tersebut tidak berasal atau ditentukan oleh sifat-sifat yang secara intrinsic terdapat di dalam bentuk fisiknya. Sebagai contoh makna suatu warna tergantung pada mereka yang menggunakannya. Warna merah,dapat berarti berani dapat juga berarti komunis.Makna-makna tersebut tidak ada kaitannya dengan sifat-sifat yang secara intrinsik melekat pada benda,mahluk atau sesuatu yang lain. Herbert Blumer salah seorang penganut pemikiran Mead berpendapat pokok pikiran interaksionisme simbolik ada 3 : Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai. Dengan demikian tindakan seorang penganut agama Hindu di India terhadap seekor sapi berbeda dengan seorang penganut agama Islam di Pakistan. Blumer juga berpendapat bahwa makna yang dipunyai berasal dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. 9 Pokok pikiran ketiga ialah bahwa makna diperlakukan melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Interaksi tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan terlebih dahulu. 3. Definisi Situasi Konsep definisi situasi (The Definition Of The Situation) berbeda dengan pandangan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan terhadap rangsangan,maka menurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi saat ia mendapatkan rangsangan dari luar. Menurutnya tindakan selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan; rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi atau penafsiran situasi. Thomas juga membedakan antara dua macam definisi situasi yaitu yang dibuat spontan oleh individu dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat. 4. Aturan yang Mengatur Interaksi Dalam bukunya Symbols,Selves, and Society; Understanding Interaction David A.Karp dan W.C.Yoels. Thomas menyebutkan 3 jenis aturan,yaitu aturan mengenai ruang,waktu serta gerak dan sikap tubuh. Dalam bukunya The Hidden Dimension, Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Hall menyimpulkan bahwa dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan 4 macam jarak; Jarak Intim,Jarak Pribadi,Jarak Sosial,dan Jarak Publik 5. Komunikasi Nonverbal Hall mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal atau Bahasa tubuh yang menurutya ada sebelum Bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia,kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kepada oranglain. 6. Interaksi dan Informasi Dalam buku Karp dan Yoels berjudul Symbols,Selves dan Society; Understanding Interaction,mereka mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hapadannya. 10 7. Warna Kulit Menurut Karp dan Yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin,usia dan ras sangat menentukan interaksi. Dalam masyarakat yang mengenai diskriminasi ras seperti Amerika Serikat,interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi. 8. Usia Usia merupakan factor yang ikut menentukan pola interaksi. Masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua, seperti kakek-nenek,ayah-ibu,paman-ibu sering berbeda dengan interaksi dengan orang yang sebaya 9. Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat mempengaruhi interaksi. Dalam hal kita berpapasan dengan seorang waria yang berpakaian sebagai laki-laki tetapi memakai dan tas perempuan dan bergaya perempuan,bagaimana kita harus menyapanya, Pak,Buk,Mas atau Mbak? 10. Penampilan Fisik Karp dan Yoels mengemukakan bahwa factor penampilan juga mempengaruhi interaksi. Contoh pada hasil penelitian yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan dan sebaliknya 11. Bentuk Tubuh Suatu factor lain yang dikemukakan Karp dan Yoels ialah bentuk tubuh.Penelitian Wells dan Slegal orang cenderung menggangap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh dan watak manusia. 12. Pakaian Pakaian merupakan suatu factor dalam interaksi. Seseorang yang berbusana sebagai esekutif muda jelas mendapat perilaku berbeda dengan seseorang yang berpakaian pemulung 13. Wacana Dari berbagai macam sumber informasi yang digunakan manusia agar dapat berinteraksi dengan orang lain Karp dan Yoeis menyimpulkan bahwa interaksi merupakan suatu keahlian yang memerlukan kemampuan yang tinggi. Di kemukakan bahwa proses ini tidak selalu lancer;kekeliruan dan salah paham pun sering terjadi. 11 14. Goffman dan Prinsip Dramaturgi Seorang ahli Sosiologi, Erving Goffman menggunakan prinsip yang dinamakan dramatungi yang didefinisikan ‘pendekatan yang menggunakan Bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial. Goffman membedakan 2 macam pernyataan yaitu,pernyataan yang diberikan dan dilepaskan. Pernyataan yang diberikan merupakan informasi sesuai dengan apa yang lazimnya berlaku. Pernyataan yang dilepaskan di pihak lain,mengandung informasi yang menurut orang lain memperlihatkan ciri si pembuata pernyataan. 15. Dari Berjumpa Sampai Berpisah Pertalian merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan dan ditandai diresmikan pertalian yang terjalin oleh masyarakat. Tahap dalam proses perenggangan hubungan pun dirinci Knapp,yaitu ; membeda- bedakan,membatasi,memacetkan,menghindari,dan memutuskan. Pada tahap awal yaitu membeda-bedakan,keakuan mulai ditonjolkan,toleransi terhadap kekhasan pihak lain mulai menurun seperti ‘milik kita’ menjadi ‘milik kamu’ atau ‘milik aku’ Pada tahap membatasi,menurut Knapp pada tahap ini pembahasan mengenai hubungan mulai dihindari Pada tahap memacetkan komunikasi sudah macet,bila ada komunikasi maka ini dilakukan karena terpaksa dan dilaksanakan dengan sangat hati-hati Pada tahap menghindari bilamana para pelaku yang hubungannya telah macet terpaksa harus tetap berada di tempat yang sama mereka berusaha untuk saling menghindar Pada tahap terakhir yaitu pemutusan hubungan. Pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri 12 BAB VI Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial 1. Pokok Pembahasan Makrososiologi Makrososiologi menggunakan sudut pandangan struktual, sudut pandangan klasik Durkheim. Perumusan Durkheim mengenai pokok pembahasan sosiologi menunjukkan bahwa pokok perhatian sosiologi ialah tatanan meso dan makro,karna fakta sosial mengacy pada institusi yang mengendalikan individu dalam masyarakat dan mempelajari institusi. 2. Struktur Sosial Dalam membahas struktur sosial, dikenal dua konsep penting: status dan peran (role). Definisi Ralph Linton mengenai kedua konsep tersebut adalah sebagai berikut: suatu status ialah suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan suatu peran ialah the aspek dinamis sebuah status. Tipologi lain yang juga dipopulerkan Linton (1968:360) ialah pembagian status menjadi status yang diperoleh ( ascribed status ) dan status yang diraih ( achieved status ). Menurut Linton status yang diperoleh ialah status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atauperbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir. Status yang menurut Linton termasuk dalam kategori ini ialah usia ( misalnya anak, orang dewasa, manusia berusia lanjut), jenis kelamin (setiap masyarakat menetapkan kegiatan dan sikap berbeda bagi laki-laki dan perempuan), hubungan kekerabatan, dan kelahiran dalam suatu kelompok khusus seperti kasta atau kelas. Status yang diraih didefinisikan Linton sebagai status yang memerlukan kualitas tertentu. Menurut Linton status jenis ini tidak diberikan pada individu sejak lahir melainkan harus diraih melalui persaingan dan usaha pribadi. Robert K.Merton (1965) mempunyai pandangan yang berbeda dengan Linton. Menurut Merton ciri dasar dari suatu struktur sosial ialah bahwa suatu status tidak hanya melibat satu peran terkait melainkan sejumlah peran terkait. Contoh yang disajikan Merton ialah status sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, yang menurut Merton tidak hanya melibatkan peran mahasiswa dalam kaitan dengan dosennya melainkan juga sekumpulan peran yang mengaitkan status mahasiswa kedokteran dengan mahasiswa lain, juru rawat, dokter, teknikus medis dan sebagainya. 13 3. Institusi Sosial Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi. Institusi ialah seperangkat norma yg terinstutionalisasi, yaitu telah diterima sejumlah besar anggota system sosial, ditanggapi secara sungguh sungguh, diwajibkan dan terhadap pelanggar nya dikenakan sanksi tertentu Masyarakat Dari berbagai definisi telah kita lihat bahwa makrososiologi mempelajari masyarakat. empat criteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu, rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi, kesetiaan pada suatu system tindakan utama bersama, adanya system tindakan utama yang bersifat swasembada 4. Pengendalian Sosial Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana maupun tidak melalui mana individu diajarkan,dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok. 14 BAB VII Institusi Sosial 1. Institusi Keluarga Menurut Clayton, tipe keluarga dibedakan menjadi yaitu, keluarga yang bersistem konsanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah, seperti misalnya anak dengan orang tuanya. Dan sistem konjugal yang menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (suami dan istri). Ada juga tipe keluarga yang lain, Keluarga Orientasi ialah keluarga yang didalamnya dilahirkan. Dan keluarga Prokreasi ialah keluarga yang dibentuk, dengan jalan menikah dan mempunyai keturunan. Aturan mengenai perkawinan tergantung budaya dan aturan masing-masing kelompok masyarakat. Maka ada istilah Incest Taboo, yaitu satu aturan yang dijumpai dalam semua masyarakat mengenai siapa yang boleh dinikahi dan tidak boleh dinikahi. Bentuk-bentuk perkawinan meliputi monogami dan poligami. Poligami sendiri dibagi lagi menjadi polyginy dan poliandri. Dan group marriage. Bentuk lainnya yaitu, eksogami yang melarang perkawinan dengan anggota kelompok, sedangkan endogami mewajibkan perkawinan dengan anggota sekelompok. Aturan mengenai keturunan dibedakan menjadi empat yaitu, aturan patrilineal, yang garis keturunannya ditarik melalui laki-laki. Bilateral, yang garis keturunannya ditarik dari melalui pihak laki-laki dan perempuan. Matrilineal, ditarik dari perempuan. Dan keturunan rangkap yang garis keturunannya ditarik melalui laki-laki secara patrilineal dan melalui perempuan secara matrilineal. Pola-pola menetap dibedakan menjadi: pola patriokal, pasangan menetap di rumah keluarga pihak laki-laki. Pola matri-patriokal, pasangan mula-mula menetap di keluarga pihak perempuan, lalu pindah ke pihak keluarga laki-laki. Pola matriokal, menetap di keluarga pihak perempuan. Pola patri-matriokal, mula-mula di pihak keluarga laki-laki kemudian menetap di pihak perempuan. Pola biokal, pasangan dapat memilih untuk menetap bersama keluarga laki-laki maupun perempuan. Pola 15 advunculokal, seorang laki-laki menetap di desa paman dari pihak ibu (kakak laki-laki ibunya). Pola neolokal ialah pola yang bebas untuk menetap diluar keluarga laki-laki maupun perempuan. Fungsi keluarga yang terpenting diantaranya ialah fungsi pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, perlindungan, dan ekonomi. Ikatan suami-istri kadangkala rapuh dan bahkan putus sehingga terjadi perpisahan atau perceraian. Dengan adanya itu anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru, anak hanya bisa hidup dengan salah satu orang tuanya dan berpisah dengan saudara kandung yang lain. Sekarang mucul gaya-gaya hidup baru yang terkesan menyimpang. Giddens mengidentifikasikan tiga bentuk gaya hidup baru yaitu, hidup bersama di luar nikah (cohabitation), keluarga homoseks (gay parent families), dan hidup membujang. Dalam keluarga juga dapat mucul gejala-gejala negatif yang berupa kekerasan dalam keluarga: penganiayaan suami terhadap istri, penganiayaan orang tua kepada anak, dan pemerkosaan orang tua terhadap anak. 2. Institusi Pendidikan Pokok bahasan utama dalam sosiologi ialah institusi pendidikan formal, dan istitusi pendidikan formal terpenting dalam masyarakat ialah sekolah. Makrososiologi pendidikan mempelajari hubungan antara pendidikan dan institusi lain dalam masyarakat, mesososiologi pendidikan mempelajari hubungan dalam suatu organisasi pendidikan, dan mikrososiologi pendidikan membahas interaksi sosial yang berlangsung dalam institusi pendidkan. Fungsi pendidikan dibedakan menjadi dua, fungsi manifes dan laten. Menurut Horton dan Hunt (1984) fungsi manifes antara lain, mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perorangan, melestarikan budaya, dan menanamkan keterampilan. Fungsi manifes ini tercantum dalam kurikulum sekolah. Sedangkan, fungsi laten antara lain untuk memperpanjang masa remaja, pengurangan pengendalian orang tua, dan memertahankan sistem kelas sosial. 16 3. Institusi di Bidang Agama Agama merupakan institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Menurut Durkheim agama ialah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal suci dan bahwa kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Agama dibedakan menjadi monotheisme, politeisme, dan adikodrati. Ada pula yang dikemukakan oleh Robert Bellah yang dinamakan civil religion. Yang dimaksud adalah kepercayaan ritual di luar agama. Contohnya, pemujaan pemimpin, bendera negara, dan lagu kebangsaan. Contoh lain dari Civil religion adalah adat istiadat dari setiap budaya. Setiap agama punya simbol masing-masing. Setiap agama juga memiliki praktik keagamaan masing-masing. Fungsi agama secara manifes adalah sebagai doktrin, ritual, dan aturan perilaku dalam agama. Fungsi laten adalah munculnya pandangan positif dari masyarakat. Dalam masyarakat kadang muncul gejala sekularisme. Proses ini seringkali memancing reaksi dari kalangan agama yang dapat berbentuk perlawanan maupun penyesuaian diri. Agama dalam institusi lain contohnya dalam peraturan keluarga tentang peraturan muhrim dan tidak muhrim, dalam politik masyarakat cenderung memihak pada partai yang bernaungan agama, dalam pendidikan munculnya sekolah-sekolah agama seperti MAN, SMA Katolik dan lainnya. 4. Institusi Ekonomi Kajian sosiologi terhadap kegiatan ekonomi meliputi produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa yang bersifat langka. Dan juga antara lain perkembangan sosiologi industri dan sosiologi profesi. Ideologi ekonomi ada tiga yaitu, merkantalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Dalam masyarakat kita menjumpai berbagai bentuk organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa seperti perusahaan oligopoli dan perusahaan multinasional. Tetapi juga ada sejumlah usaha kecil. 17 5. Institusi Politik Kornblum (1989) mendefinisikan institusi politik sebagai perangkat aturan dan status yang mengususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Institusi utama di bidang politik meliputi eksekutif, legislatif, judikatif, dan partai politik. Dalam politik ada tipe dominasi yang berarti bahwa pada dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati kehendak penguasa. Pada tipe dominasi ini Weber membedakan dominasi menjadi tiga tipe: dominasi kharismatik, dominasi tradisional, dan dominasi legal-rasional. Sosiologi politik mempelajari proses politik pula. Suatu masalah yang menjadi pokok perhatian sosiologi politik adalah proses yang menyebabkan konflik dan konsensus. 18 BAB VIII Stratifikasi Sosial A. Konsep Stratifikasi Ralph Linton menyatakan bahwa sejak lahir seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang perbedaan antar individu atau kemampuan.Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya ini,anggota masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan usia,jenis kelamin,hubungan kekerabatan dan keanggotan dalam kelompok tertentu seperti kasta dan kelas. Stratifikasi berdasarkan perolehan adalah a. Stratifikasi Usia (age stratification) Di system ini anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban berbeda dengan anggota masyarakat yang berusia lebih tua. Asas senioritas yang dijumpai dalam stratifikasi berdasarkan usia ini dijumpai dalam bidang pekerjaan. Sistem yang dianut dikalangan pegawai negeri kita adalah merits system (system penghargaan terhadap prestasi) dan system senioritas. b. Stratifikasi Jenis Kelamin (sex stratificiation) Pada factor ini sejak lahir laki-laki dan perempuan memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dan perbedaan tersebut mengarah ke suatu herarki. Dalam banyak masyarakat status laki laki lebih tinggi lebih dari perempuan. c. Stratifikasi Hubungan Kekerabatan d. Stratifikasi Atas Keanggotan Dalam Kelompok (Keagamaan,Etnik,dan Ras) e. Stratifikasi Pendidikan f. Stratifikasi Ekonomi B. Sistem Stratifikasi Tertutup Dan Terbuka 4 Kriteria perbedaan stratifikasi menurut J. Milton Yinger: -Anggota berdasarkan kelahiran -Anggota berdasarkan edogami -Anggota berdasarkan dukungan institusi bagi perlakuan berbeda -Penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah 19 Sistem minortitas dan mayoritas pun masih ditandai kecenderungan untuk menerima keanggotaan melalui kelahiran dan endogami, dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan penerimaan status rendah oleh kelompok yang lebih rendah. Namun kecenderungan tersebut lebih lemah daripada kecenderungan pada sistem kasta. Sebagaimana telah dikemukakan Yinger klasifikasinya merupakan tipe ideal dan dalam kenyataan kita akan menjumpai berbagai pengecualian. Dalam sosiologi, kita mengenal pembedaan antara stratifikasi terbuka. Keterbukaan suatu system stratifikasi diukur dari mudah atau tidaknya dan sering atau tidaknya seseorang yang mempunyai status tertentu memrpeoleh status dalam strata yang lebih tinggi. Yinger mempekirakan bahwa dalam masyarakat yang paling terbuka, yaitu masyarakat industry modern. C. Mobilitas Sosial Dalam sosiologi, mobilitas social berarti perpindahan status dalam stratifikasi social. “Social mobility refers to the movement of individuals or groups—up or down—within a social hierarchy”. Mobilitas social dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Mobilitas social suatu kelompok terjadi mana kala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami mobilitas, misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan kelompok mayoritas. Suatu studi yang seringmenjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di Amerika Serikat. Mereka menyimpulkan dari datanya bahwa masyarakat Amerika merupakan masyarakat yang relative terbuka karena di dalamnya telah terjafi mobilitas social vertical antar generasi. D. Jumlah Lapisan Sosial dalam Masyarakat Di kalangan para ahli sosilogi kita menjumpai keanekaragam dalam penentuan jumlag lapisan social. Misalnya pembedaan antara kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Warner bahkan merinci tiga kelas ini menjadi 6 kelas: Kelas atas atas (upper-upper) Kelas atas bawah (lower upper) Kelas menengah atas (upper middle) Kelas menengah bawah (lower middle) 20 Kelas bawah atas (upper middle) Kelas bawah bawah (lower lower) Bernard Bear memperkenalkan beberapa konsep yang mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu diantaranya ialah konsep rentang, yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas dengan kelas bawah. Konsep terkait lainnya yang dilakukan Barber ialah konsep bentuk, yang mengacu pada proporsi orang yang terletak di kelas sosial yang berlainan. Stratifikasi tidak selalu terbentu segitiga atau piramada, karena kita sering menjumpai situasi yang di dalamnya terdapat sejumlah besar posisi rendah dan sejumpulah kecil posisi tinggi. Situasi kesenjangan besar ini sering dijumpai dalam masyarakat yang sedang berkembang. Di bidang pendidikan formal, dalam masyarakat kita pun dijumpai kesenjangan besar antara mereka yang berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yang berpendidikan tinggi. Data sensus 1971 dari BPS, misalnya menunjukkan bahwa di tahun 1971 di kalangan penduduk berusia 10 tahun keatas 41.01% tidak bersekolah, 52.35% berpendidikan dasar, 4.3% berpendidikan SLP, 2.03% berpendidikan SLA dan hanya 0.31% berpendidikan tinggi. E. Kelas Sosial Konsep kelas merupakan suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu social. Makna yang diberikan pada konsep tersebut berbeda-beda. Meskipun konsep tersebut menduduki posisi sangat penting, namun Marx tidak pernah mendefinisikan secara tegas. Menurut Giddens, peluang untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang dimaksudkan Weber tidak hanya berupa penugasan atas barang tetapi dapat pula berupa ketrampilan dan kemampuan yang antara lain tercermin dari ijazah. Weber mendefinisikan kelas sebagai sekelompok orang. Namun ada ahli sosiologi yang berpandangan lain. Bernard Barber misalnya, ia mendefinisikan kelas social sebagai himpunan keluarga. Ini mencerminkan pandangannya bahwa kedudukan seorang anggota keluarga dalam suatu kelas terkait dengan kedudukan anggota keluarga lain. Bilamana seorang kepala keluarga menduduki status istri dan anak-anaknya akan tinggi pula. Secara ideal system kelas merupakan suatu system stratifikasi terbuka karena status di dalamnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataanya, sering terlihat bahwa system kelas mempunyai ciri system, seperti misalnya endogamy kelas. Pergaulan dan pernikahan 21 misalnya, lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama daripada dengan orang dari kelas lebih rendah atau lebih tinggi. F. Penjelasan bagi adanya Stratifikasi Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat. Dalam masyarakat terdapat status yang harus ditempati agar masyarakat dapat berlangsung. Anggota masyarakat perlu diberi rangsangan agar mau menempati status tersebut dan menempati status, bersedia menjalankan peran sesuai dengan harapan masyarakat. Sejumlah ahli sosilogi lain melihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Kekayaan, kekuasaan dan pestise tersebut jumlahnya sangat terbatas sehingga sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik untuk memilikinya. G. Dampak Stratifikasi Adanya perbedaan prestise dalm masyarakat tercermin pada perbedaan gaya hidup, sebagaimana Nampak dari pernyataan Max Weber berikut: …status honor is normally expressed by the fact that above all else a specific style of life can be expected from all those who wish to belong to the circle. Linked with this expectation are restrictions on ‘social’ intercourse (Weber, 1920:187) Dalam kaitan dengan perbedaan antarkelas ini para ahli sosiologi sering berbicara mengenal symbol status, yaitu symbol yang menandakan status seseorang dalam masyarakat. Berger, misalnya, menjelaskan konsep simbolisme status sebagai berikut “by the use of various symbols. One keeps on showing the wprl where one has arrived”. Status seseorang tercermin dari tipe dan letak tempat tinggalnya. Di tiap kota besar dijumpai daerah permukiman yang penghuninya cenderung berasal dari kalangan elite, baik berupa daerah elite yang telah lama ada maupun daerah elit baru. Dari contoh tersebut di atas kita melihat bahwa kegiatan tersebut, selain mempunyai satu fungsi, yaitu makan dan berpakaian untuk memenuhi keperluan pokok, bermukim untuk melindungi diri terhadap alam, berbahasa untuk komunikasi, berkendaraan untuk mencapai tempat tujuan dengan cepat, berkreasi untuk memelihara danmeningkatkan kesehatan fisik dan 22 mental pun mempunyai fungsi lain, yaitu menunjukkan kedudukan seseorang dalam masyarakat. H. Makna Stratifikasi bagi Peluang Hidup dan Perilaku Kedudukan dalam suatu kelas social tertentu mempunyai arti penting bagi sesorang. Kita telah melihat bahwa Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan peluang hidup. Kekayaan dan pemilikan yang dimiliki seseorang dan keluarganya memang mempunyai pengaruh besar terhadap peluang hidupnya terhadap nasibnya. Kurangnya studi terhadap perilaku kelas dalam masyarakat kita serta adanya perbedaan besar antara masyarakat kita dengan masyarakat Amerika tidak memungkinkan kita untuk membuat generalisasi. Dalam beberapa hal kita mungkin akan menjumpai persamaan. Misalnya dalam hal harapan hidup bayi. Stratifikasi melalui pendekatan reputasi dapat disusun pula dengan mengamati siapa yang bergaul dengan siapa, siapa berkencan dan menikanh dengan siapa, siapa menjauhi siapa sebagainya. I. Upaya Masyarakat untuk Mengurangi Ketidaksamaan. Untuk mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat, pemerintah berbagai usaha untuk membantu angora masyarakat yang tidak mampu memenuhi keperluan pokok mereka. Kita mengenal, pembangunan pemerintah seperti program Inpes Desa Tertinggal, program pembangunan perumahan rakyat murah bagi anggota masyarakat berpenghasilan rendah, program kredit mahasiswa, beasiswa, dan pembebasan SPP bagi siswa atau mahasiswa yang tidak mampu. Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat, dengan jalan membatasi perbedaan antarindividu. Usaha membatasi perbedaan antarindividu ini sering dimulai sejak masa bayi, karna disadari bahwa keluarga merupakan sumber utama ketidaksamaan social. Dalam masyarakat komunis seperti Uni Soviet dan RRT di masa lampau, misalnya anak-anak telah sejak sangat dini dipisahkan dari orangtua dan di didik bersama dalam komune tempat mereka disosialisasi untuk menganut asas persamaan. Hal serupa dijumpai pula dalam system Kibbutz di Israel. 23 Bab IX Jenis Kelamin dan Gender Menurut Mead, dalam sejarah kebudayaan Barat dikenal pembedaan kepribadian lakilaki dan perempuan. Pada umumnya,perempuan dikaitkan dengan sifat keibuan, tidak agresif, berhati lembut, emosional, dan memiliki seksualitas feminin. Laki-laki, di pihak lain, dikaitkan dengan kepribadian keras, agresif, mendominasi dan seksualitas kuat. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa suku di dunia seperti suku Mundugumor yang tinggal di tepi sungai, suku Arapesh yang tinggal di pegunungan, dan suku Tschambuli yang tinggal di tepi danau. Dari kasus ini, Mead menyimpulkan bahwa kepribadian laki-laki dan perempuan tidak bergantung pada faktor jenis kelamin melainkan dibentuk oleh faktor kebudayaan. Jenis Kelamin dan Gender Hasil penelitian Mead tersebut membawa kita untuk membahas perbedaan dari seks dan gender. Lalu, apa maksud dari seks dan gender itu sendiri? 1. Seks Seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, yamg disebabkan oleh perbedaan kromosom pada janin. Dan sifatnya adalah tidak dapat dirubah. 2. Gender Gender adalah perbedaan psikologis, ssial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Konsep gender sendiri tidak mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki, melainkan pada perbedaan psikologis, sosial dan budaya yang dikaitkan masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Gender dan Sosialisasi Menurut Kerstan (1995), gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. Artinya, gender ini bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan dipelajari melalui lingkungan sekitarnya dengan cara sosialisasi. 1. Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Gender Keluarga memperkenalkan dan mempertegas gender anak-anaknya dengan cara memberikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin dari anak tersebut. 24 2. Kelompok Bermain Sebagai Agen Sosialisasi Gender Dijumpainya kelompok-kelompok bermain yang sejenis, seperti laki-laki bermain sepak bola, dan perempuan bermain boneka, merupakan faktor yang memperkuat identitas gender. 3. Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Gender Adanya sistem pendidikan formal yang menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya. Misalnya, memisahkan siswa dan siswi agar mendapat mata pelajaran yang berbeda. Siswi dapat diminta mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, sedangkan siswa diminta mempelajari keterampilan pertukangan. 4. Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Gender Media massa, cetak maupun elektronik, sering memuat iklan yang menunjang stereotip gender. Iklan yang mempromosikan produk rumah tangga, cenderung diperankan oleh perempuan. Sedangkan iklan yang mempromosikan produk mewah yang merupakan simbol status dan kesuksesan di bidang pekerjaan cenderung diperankan oleh laki-laki. Gender dan Stratifikasi Marconis (1996:245-246) mendefinisikan stratifikasi gender adalah ketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan, dan privilese antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan ini dapat kita jumpai dalam berbagai bidang. 1. Gender dan Pendidikan Pada zaman dahulu, dapat kita temui aturan tertentu yang mengatakan jika perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi karena pada akhirnya hanya akan menjadi seorang ibu rumah tangga. Sebagai akibatnya, terdapatlah ketimpangan pendidikan formal antara laki-laki dan perempuan. 2. Gender dan Pekerjaan Selama ini, perempuan hanya dianggap mapu melakukan pekerjaan di tempat kerja formal seperti pabrik dan kantor. Tapi, orang sering melupakan bahwa di rumahnya pun perempuan dapat melakukan hal yang dapat menghasilkan dana, seperti melakukan perdaganga eceran, mengelola hail pertanian maupun produk lain untuk dipasarkan. Selain itu, saat ini sering terjadi kesenjangan pembagian kerja antaara laki-laki dan perempuan. Contoh nyatanya adalah terkonsentrasinya perempuan pada jenjang rendah dalam organisasi, misalnya jabatan pramuniaga, tenaga kebersihan, pengasuh anak dan 25 sebagainya. Sedangkan sebaliknya, para laki-laki dikonsentrasikan dalam jenis jabatan yang lebih tinggi. 3. Gender dan Penghasilan Sejatinya, menerima upah yang sama atas suatu pekerjaan adalah hak semua orang. Namun, di berbagai masyarakat lain pekerja laki-laki memperoleh upah lebih tinggi daripada upah pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Gender dan Kekuasaan 1. Gender dan Politik Perempuan juga memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Sebagai contoh, saat ini sudah mulai banyak perempuan-perempuan yang maju ke ranah politik sebagai clon pemimpin. Tetapi, masih relatif terbatasnya jumlah posisi yang diraih perempuan di ranah politik, mengindikasikan bahwa masih adanya kesenjangan antara peraihan status laki-laki dan perempuan di bidang politik. 2. Gender dan Keluarga Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa kebanyakan pekerjaan rumah tangga dilakukan perempuan dan kekuasaan pengelolaan keuangan cenderung berada pada laki-laki. Dan peran pria dalam rumah tangga masih sangat mendominasi. Kekerasan Terhadap Perempuan 1. Perkosaan 2. Kekerasan domestik 3. Pelecehan seksual 26