Resume Buku Pengantar Sosiologi Karya Kamanto Sunarto Bab 1 Sejarah Perkembangan Sosiologi SEBAB MUNCULNYA SOSIOLOGI Menurut Peter Berger pemikiran sosiologis berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap hal yang sudah seharusnya demikian,benar, nyata. Manakala hal yang selama ini menjadi pegangan manusia mengalami krisis, maka mulailah orang melakukan renungan sosiologis. PARA PERINTIS SOSIOLOGI Para pemuka pemikiran sosiologis terdiri atas sejumlah tokoh klasik seperti Saint-Siomon, Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Marx, dan tokoh modrn seperti Sorokin, Mead, Cooley, Simmel, Goffman, Homans, Thibaut dan Kelly, Blau, Parsons, Merton, Mills, Dahrendorf, Coser, dan Collins. Antara pemikiran para awal dan pemikiran para tokoh sosiologi masa kini terdapat suatu kesinambungan suatu benang merah. Sebagian besar konsep dan teori sosiologi masa kini berakarpada sumbangan pikiran para tokoh klasik. 1. Auguste Comte Dalam sosiologi, tokoh ini dianggap sebagai Bapak ialah Auguste Comte. Nama “sosiologi” merupakan ciptaannya. Comte pun dianggap positivisne. Sumbanagn pikiran penting lain yang diberikan Comte ialah pembagian sosiologi ke dalam dua bagian besar: statika social (social statics) dan dinamika social (social dynamics). 2. Karl Marx Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas. Menurut Marx perkembangan kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda: kaum bourgeouisie dan kaum proletar. Menurut ramalan Marx konflik yang berlangsung antara kedua kelas akan dimenangkan oleh kaum proletar, yang kemudian akan mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas. 3. Emile Durkheim Buku The Division of Labor in Society (1968) merupakan suatu upaya Durkheim untuk memahami fungsi pembagian kerja dalam masyarakat, serta untuk mengetahui factor penyebabnya. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik, dan solidaritas organik. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik. 4. Max Weber Weber merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Salah satu bukunya yang terkenal ialah The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Dalm buku ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Sumbangan penting ialah kajian konsep dalam sosiologi dan menyebutkan juga bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami tindakan social. Bab 2 Pokok- pokok Bahasan Sosiologi Pandangan Para Perintis Entile Durkheim : Fakta Sosial Durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari fakta social. Menurut Durkheim fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Max Weber : Tindakan Sosial Bagi Weber sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajri tindakan sosial, yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Karena sosiologi bertujuan memahami (Verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahli sosiologi harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya. C.Wright Mills : The Sociological Imagination Mills berpandangan bahwa manusia memerlukan imajinasi sosiologi (sociological imagination) untuk dapat memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Untuk malakukan khayalan sosiologis memrlukan dua peralatan pokok: apa yang dinamakannya personal trobles of milieu dan public issuesnof social structure. Peter Berger Menurut Beger seorang sosiologi bertujuan mahami masyarakat. Berger berpendapat bahwa daya tarik sosiologi terletak pada kenyataan bahwa sudut pandang sosiologi memungkinkan kita untuk memperoleh gambaran lain mengenai dunia yang telah kita tempati sepanjang hidup. Pembagian Sosiologi : Makrososiologi, Mesososiologi, dan Mikrososiologi Lenski mengemukakan bahwadalam sosiologi terdapat tiga jenjang analisis : mikrososiologi, mesososiologi, makrososiologi. Inkeles pun melihat bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas : hubungan sosial, institusi, dan masyarakat. Bab 3 Sosialisasi Menurut Berger manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naluri yang relative tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia mangembangkankebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidk diisi oleh naluri. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Pemikiran Mead Dalam teori Mead manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dangan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui tahap play stage, tahap game stage, dan tahap genelazed other. Mead berpandangan bahwa setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang adadalam masyarakat suatu proses yang dinamakannya pangambilan peran (role taking). Pemikiran Cooley Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dangan orang lain. Karena kemampuan seseorang untuk mempunyai diri untuk berperan sebagai anggota masyarakat tergantung pada sosialisasi. Oleh karena itu seseorang tidak mengalami sosialisasi tidak akan dapat berinterksi dengan orang lain. Agen Sosialisasi Fuller dan Jacobs mengidentifikasi lima agen sosialisasi utama : Keluarga Kelompok Bermain Media Massa Sistem Pendidikan Kesepadanan Pesan Agen Sosialisasi Berlainan Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak selamanya sepadan satu dengan yang lain. Apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi diharapkan dapat berjalan lancar. Namun apabila pesan berbagai agen sosialisasi saling bertentangan maka warga masyarakat yang menjalani proses sosialisasi serimg mengalami konflik pribadi. Sosialisasi Primer Dan Sekunder Setelah sosialisai dini dinamakannya sosialisasi primer kita jumpaisosialisasi sekunder. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah apa yang dinamakan proses resosialisasi yang didahului dengan proses desosilisasi. Pola Sosialisasi Jeager membedakan dua pola sosialisasi. Menurut sosialisasi represif menekankan pda penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Sosialisasi partisipaotris, di pihak lain, merupakan pola yang di dalamnya anak di beri imbalan manakala ia berperilaku baik. Bab 4 Interaksi Sosial Interaksionisme Simbolik Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau meknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna suatu simbol hanya di tangkap melalui cara non-sensoris. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, pertama: manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Kedua: makna yang dupunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Ketiga: makna yang diperlakukan atau yang diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Definisi Situasi Thomas mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata. Thoans membedakan antara dua macam definisi situasi: definisi situasi yang dubuat secara spontan oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat. Aturan Yang Mengatur Interaksi Sosial Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Dari penelitian Hall menyimpulkan bahwa dalm situasi sosial oarng cenderung menggunakan empat macam jarak: jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak public. Komunikasi Nonverbal Menurut Hall dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dilakukannya. Komunikasi nonverbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar. Studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan isyarat tangan ini inamakan kinesics. Interaksi Dan Informasi Berinteraksi harus mempunyai informasi mengenai orang yang berada dihadapannya. Manakala ia asing bagi kita karena kita tidak mengetahui riwat hidupnya atau kebudayaannya maka interaksi sukar dilakukan. Orang mencari informasi mengenai orang yang dihadapinya dengan mengamati ciri fisik yang diwarisi sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras, serta penampilan daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan percakapan. Bab 5 Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial Pokok Pembahasan Makrososiologi Makrososiologi menggunakan sudut pandang struktural, sudut pandang klasik Durkheim. Perumusan Durkheim mengenai pokok pembhasan sosiologi menunjukan bahwa pokok perhatiansosiologi ialah tatanan meso dan makro, karena fakta sosial mengacu pada institusi yang mengendalikan individu dalam masyarakat. Durkheim berpandangan bahwa sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari institusi. Struktur Sosial Dalam membahasa struktur sosial, Linton menggunakan dua konsep penting: status dan peran. Tipologi lain yang dipopulerkan Linton ialah pembagian status menjadi status yang diperoleh dan status yang diraih. Masyarakat Dari berbagai definisi bahwa makrososiologi mempelajari masyarakat. Menurut Parsons masyarakat ialah suatu system sosial yang swasembada melibihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melkukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Shils pun menekankan pada aspek pemenuhan keperluan sendiri yang dibaginya dalam tiga komponen: pangaturan diri, reproduksi sendiri, dan penciptaan diri. Pengendalian Sosial Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana maupun tidak melalui mana individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok. Bab 6 Institusi Sosial Dalam keluarga dikenal berbagai penbedaan, yaitu antar keluarga yang bersistem konsanguinal dan keluarga konjungal, antara keluarga oreintasi dan prokreasi, dan antara keluarga batih dan keluarga luas. Kita mengenal beberapa tipe keluarga luas, seperti joint family, dan keluarga luas virilokal. Pokok bahasan utama dalam sosiologi pendidikan ialah institusi pendidikan Formal. Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahi sosiologi membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Menurut definisi Durkheim agama ialah suatu system terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci, dan bahwa kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang di namakan umat. Sosiologi mempelajari institusi politik, yaitu perangkat aturan dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Sosiologi politik mempelajari pula proses politik. Suatu masalah yang menjadi pokok perhatian sosiologi politik ialah factor yang menyebabkan terjadinya konflik dan consensus. Weber dan Michels memusatkan perhatian mereka pada hubungan antara birokrasi dan demokrasi. Keduanya berpandangan bahwa baik organisasi sosialis maupun kapitalis akan mempunyai kecenderungan untuk manjadi organisasi yang bersifat birokratis dan oligarkis. Bab 7 Stratifikasi Sosial Pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimikinya dalam sosiologi dinamakan stratifikasi sosioal. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya, kita jumpai adanya berbagai macam stratifikasi. Anggota masyarakat dibeda-bedakan pula berdasarkan status yang diraihnya,sehingga menghasilkan berbgai macam stratifikasi lain. Dalam sosiologi kita mengenal pmbedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka. Keterbukan suatu system stratifikasi diukur dari medah tidaknya dan sering tidaknya seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tinggi. Barber memperkenalkan beberapa konsep yang mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu di antaranya ialah konsep rentang, yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas dengan kelas terbawah. Konsep terkait lainnya ialah konsep bentuk (shape), yang mengacu pada proporsi orang yang terletak di kelas sosial yang berlainan. Bab 8 Jenis Kelamin dan Gender Mead menyimpulkan bahwa kepribadian laki-laki dan perumpuan tidak tergantung pada factor jenis kelamin melainkan di bentuk oleh factor kebudayaan. Perbedaan kepribadian antarmasyarakat maupun antarindividu, menurut mead merupakan proses sosialisasi, terutama pola asuhan dini yang dituntun oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Konsep gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan—arti penting yang dibrukan masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan. Gender mengacu pada pangetahuan dan kesadaran, baik secara sadar atau tidak, bahwa diri seseorang btergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan dalam jenis kelamin lain. Konsep gender tidak mengacu perbedaan biologis antara perempuan dan lakilaki, melainkan pada perbedaan psikologis, sosial dan budaya yang dikaitkan masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Gender tidak bersifat biologis melainkan dikontrusikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi. Proses sosialisasi yang membentuk perspsi diri dan aspurasi dalam sosiologi dinamakan sosialisasi gender. Stratifikasi gender ketimpnagan dalam penbagian kekayaan, kekuasaan, dan privilese antara laki-laki dan perumpuan dijumpai di bidang kehidupan. Adanya stratifikasi gender telah mendorong lahirnya gerakan feminism yang bertujuan membela dan memperluas hak-hak kaum perempuan. Bab 9 Kelompok Sosial Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegitan manusia berlangsung di dalamnya. Tanpa kita sadari, sejak lahir hingga kini anda telah menjadi anggota bermacammacam kelompok. Dengan menggunakan tiga criteria yaitu ada tidaknya organisasi, hubungan sosial diantara anggota kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt membedakan empat jenis kelompok: kelompok statistic, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi. Menurut Merton kelompok merupakan sekelompok orang yang saling interaksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagi nilai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peran. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial. Menurut Weber dalam masyarakat dalam masyarakat modern kita jumpai suatu system jabatan yang dinamakan birokrasi. Organisasi birokrasi yang disebutkan Weber mengandung sejumlah prinsip. Prinsip tersebut hanya dijumpai pada birokrasi yang oleh Weber disebut tipe ideal, yang tidak akan dijumpai dalam masyarakat.Suatu gejala yang me3narik banyak ilmuan sosial ialah adanya keterkaitan antara kelompok formal dan keompok informal. Dalm organisasi formal akan terbentuk berbgai kelompok informal. Nilai dan aturan kelompok informal dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Bab 10 Hubungan Antarkelompok Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok menurut Robert Bierstedt, yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statiscal group, societal group, social group dan associational group. Kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok mencangkup semua kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan criteria cirri fisiologis, kebudayaan, ekonomi, dan perilaku. Faktor yang mempengaruhi minoritas dapat dikaji dangan menggunakan dimensi sejarah, demografi, sikap, institusi, gerakan sosial, dan tipe utama hubungan antarkelompok. Hubungan antarkelompok masih ada dimensi lain yaitu dimensi perilaku dan dimensi perilaku kolekif. Di Indonesia pun di kenal berbgai kebijaksaan yang mengatur hubungan antarkelompok. Dimasa penjajahan, misalnya penduduk orang eropa, oaring timur, orang asing, dan orang pribumi.Setelah merdeka kita mengenal berbagai peraturan yang mengatur hubungan antarkelompok, khususnya antara kelompok pribumi dan kelompok tionghoa. Masyarakat juga menerapkan kebijaksaan yang dikenal dangan nama reverse discrimination. Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai oloeh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin memperthankan yang ada. Hubungan antarkelompok pun sering berwujud perilaku kolektif. Tidak jarang suatu gerakan antarkelompok berkembang menjadi huru-hara yang dapat mengakibatkan perusakan harta benda atau koraban berjatuhan. Bab 11 Studi Penduduk Pertumbuhan demografi diawali pada abad 17 dan 18 sangat ditunjang dengan perkembangan system pencatatan dan sensus. Mengenal letak demografi dalam pohon ilmu dijumpai perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu bersifat antardisiplin, namun ada juga yang berpendapat bahwa demografi merupakan suatu ilmu sosial. Masalah besar, komposisi, distribusi, dan perubahan penduduk ini dipelajari para ahli demografi dengan mempelajari tingkat kelahiran, kematian, dan imigrasi. Salah satu indicator tngkat kelahiran ialah angka kelahiran kasar. Konsep lain yang dapat dipakai untuk mengukur pertumbuhan penduduk ialah angka kematian kasar. Faktor dasar lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk ialah perpindahan penduduk atau imigrasi. Pertumbuhan penduduk dunia secara sangat cepat menumbuhkan keinginan kea rah tercapainya penghentian pertumbuhan penduduk. Situasi ini hanya dapat tercapai menekala jumlah orang yang meninggal dunia atau berimigrasi ke luar sam dengan jumlah yang dilhairkan atau berimigrasi ke dalam. Komposisi penduduk merupakn suatu konsep yang memacu pada susunan penduduk menurut criteria tertentu seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan, tempat tinggal, dan penghasilan. Para ahli demografi membuat teori-teori tarnsisi demografi yang berusaha menjelaskan proses perubuhan demografi penduduk dengan angka kelahiran dan angka kematian tinggi ke angka kelahiran dan angka kematian rendah. Menurut teori ini suatu masyarakat yang mengalami proses indutrialisasi akan melewati tiga tahap. Kebijaksaan prenatal merukan suatu kebijaksaan yang menujang angka kelahiran tinggi. Kebijaksanaanantinatal, dipihak lain merupakan kebijaksanaan yang bertujuan membatasi tungkat kelahiran. Bab 12 Konformitas dan Penyimpangan Konsep konformitas didefinisikan Shepard sebagai bentuk interaksi yang didalamnya seorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Pada umumnya kita cenderung bersifat konformis. Berbgai studi memperlihatkan bahwa manusia mudah dipengaruhi orang lain. Salah satunya ialah studi Muzafer Sherif, yang membuktikan bahwa dalam situasi kelompok orang cnderung membentuk norma sosial. Vander Zanden mendefinisikan penyimpangan sebgai perilaku yang oleh sejumlah besar orang di anggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Menurut para ahli sosiologi penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk perilaku tertentu, melainkan diberi cirri penyimpangan melalui definisi sosial. Pemyimpangan terjadi karena adanya perbedaan pergaulan dan di peljari melalui proses ahli budaya. Merton mengidentifikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu, empat diantaranya berperilaku peran dalam menghadpi situasi tersebut merupkan perilaku menyimpang. Ada pun lima tipe tersebut adalah : 1. Conformity 2. Innovation 3. Ritualism 4. Retreatism 5. Rebellion Bab 13 Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial Perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat dalam masyarakat dalam sosiologi dinamakan perilaku koloktif, yaitu perilaku yang (1) dilakukan bersama sejumlah orang, (2) tidak bersifat rutin, (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu. Perilaku menyimpang yang merupakan tindakan bersama sejumlah orang dan berperilaku tidak rutin. Perilaku kolektif di picu oleh suatu rangsangan yang sam dan dapat terdiri atas suatu peristiwa, benda, atau ide. Perilaku kolektif selalu melibatkan perilaku sejumlah orang yang berkerumun. Menurut Le Bon istilah kerumunan berarti sekumpulan orang yang mempunyai cirri baru yang berbeda sama sekali dengan cirri individu yang membentuknya. Suatu kerumunan mempunyai cirri baru yang emula tidak dijumpai pada masing-masing anggotanya. Gerakan sosial merupakan perilaku kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atu institusi yang ada di dalamnya. Cir lain gerakan sosial ialah pengguna cara yang berada di luar institusi yang ada. Sejumlah sosiologi lain berpendapat bahwa perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun alam. Tanpa adanya pengerahan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan terjadi, meskipun tingkat deprivasi tinggi. Bab 14 Perubahan sosial Pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan ke dalam beberapa pola. Pola pertama ialah pola linier, pola siklus, pola ketiga, penggabungan antara pola pertama dan pola kedua. Giddens mengemukakan bahwa proses peningkatan kesaling tergantungan masyarakat dunia yang dinamakannya globalisasi ditandai kesenjangan besar antara kejayaan dan tingkat hidup masyarakat-masyarakat industry dan masyarakat-masyarakat dunia ketiga. Selain itu ia mencatat tumbuh dan berkembangnya Negara-negara industry baru dan semakin meningkatnya komunikasi antarnegara sebagai dampak teknologi komunikasi yang semakin canggih. Masalah globalisasi diulas pula oleh Waters yang berpandangan bahwa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan, yaitu prekonomian, politik, dan budaya. Teori-teori modern yang terkenal ialah teori modernisasi, teori ketergantungan, dan teori mengenai system dunia. Bab 15 Teori Sosiologi Untuk menjelaskan proses perubahan sosial dan mendasar da berjangka pajang di eropa seperti industrialisasi, urbanisasi, dan rasinalisasi para ahli sosiologi klasik di masa lampau mulai berteori. Teori menurut Kornblum, merupakan seperangkat konsep salinh terkait yan bertujuan menjelaskan sebab-sebab terjadinya yang dapat diamati. Inti penjelasan ilmiah ialah pencarian factor penyebab. Dalam proses pencarian sebab ini di bedakan antara factor yang harus dijelaskan dan factor penyebab, atau antara variable tergantung. Dan variable bebas. Teori menjawab pertanyaan: “mengapa?” pertanyaa yang hendak dijawab leh teori sosiologi ialah mengapa dan bagaimana masyarakat dimungkinkan, dan dikenal dengan nama the problem of order. Menurut Ritzer teori sosiologi di Amerika sebelum tahun 80-an ditandai oleh ekstramisme mikro-makro, yaitu konflik antara teori dan teoretikus ekstrem mikro dan ekstem makro. Namun Ritzer mancatat bahwa sejak tahun 80an telah terjadi perkembangan baru sosiologi. Bab 16 Metode Sosiologi Dalam usaha mengumpulkan data yang dapat menghasilkan temuan-temuan baru dalm sosiologi, para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap penelitian, yang saling berkaitan secara erat. Sebelum memulai suatu usaha penelitian seorang ahli sosiologi terlebih dahulu harus melakukan tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka agar dapat mengetahui temuantemuan yang sebelumnya. Setelah pertanyaan penelitian dirumuskan, peneliti dituangkan dalam suatu metode penelitian yang akan digunakannya. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal berbagai metode pengumpulan data, seperti metode survai serta beberapa metode nonsurvai seperti metode riwayat hidup, studi kasus, analisis isi, kajian data yang telah di kumpulkan oleh pihak lain, dan eksperimen. Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi sering terkait dengan teori dan paradigm sosiologi yang dianutnya. Menurut Ritzer masalah apa yang akan di teliti seorang peneliti, pertanyaan peneliti yang akan diajukannya, caranya mengajukan pertanyaan penelitian, dan aturan yang diikutinya dalam menafsirkan temuan penelitinya ditentukan oleh ditentukan oleh paradigm yang dianut.