FAKTOR KRITIS PENENTU KEBERHASILAN

advertisement
disiplin ilmu lain. Tidak ada pelaku professional yang
memiliki semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk
merancang suatu fasilitas yang kompleks. Mereka perlu
bekerja sama dan berkolaborasi untuk melakukan
berbagai kegiatan konstruksi tersebut.
FAKTOR KRITIS PENENTU KEBERHASILAN
KOLABORASI DESAIN PADA KONSULTAN
PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
Nama
: Maureen Erlina Angker
NRP
: 3107 100 031
Dosen Pembimbing : Christiono Utomo, ST. MT. Ph.D
Jurusan
: Teknik Sipil ITS
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti pada
manajemen proyek konstruksi telah menjadi semakin
tertarik pada faktor penentu keberhasilan. Berangkat dari
latar belakang inilah, memunculkan suatu dorongan bagi
penulis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
dari keberhasilan proyek serta menemukan wawasan
nyata dalam kolaborasi desain pada konsultan proyek
konstruksi di Surabaya.
ABSTRAK
Di era perkembangan ketika tuntutan performa, tantangan dan
persaingan kian ketat, faktor penentu keberhasilan menjadi
sangat penting untuk diketahui khususnya pada dunia kontruksi
yang cenderung melibatkan berbagai multi disiplin ilmu.
Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan tugas akhir ini adalah
mengidentifikasi dan menentukan faktor kritis penentu
keberhasilan kolaborasi desain pada konsultan proyek
konstruksi di Surabaya.
1.2 Permasalahan Penelitian
Permasalahan yang dikemukakan dalam tugas akhir ini
adalah:
1. Apa saja faktor penentu keberhasilan kolaborasi
desain pada konsultan proyek konstruksi di
Surabaya.
2. Apa saja faktor kritis penentu keberhasilan
kolaborasi desain pada konsultan proyek konstruksi
di Surabaya.
Penilitian ini dilakukan dengan dua tahap survei, yaitu survei
pendahuluan dan survei utama. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif mean-standar
deviasi dan analisis faktor dengan program bantu SPSS dengan
sampel penelitian diambil sebanyak 34 responden mengikuti
kurva distribusi normal. Pengambilan data menggunakan
kuisioner yang disusun dalam bentuk skala likert dan disebar
sebanyak 50 eksemplar di 12 konsultan proyek konstruksi di
Surabaya.
1.3 Batasan Penelitian
1. Studi dilakukan pada konsultan proyek konstruksi
di Surabaya.
2. Faktor-faktor penentu keberhasilan kolaborasi
hanya pada tahap desain.
Berdasarkan hasil analisis faktor, diperoleh 6 faktor kritis
penentu
keberhasilan,
yaitu
kelengkapan
(35.7%),
profesionalisme (10.3%), kepercayaan & fleksibilitas (9.2%),
motivasi internal (7.9%), kompetensi pelaku proyek (6.7%), dan
performa tim (5.3%). Dari keseluruhan faktor tersebut,
kelengkapan merupakan faktor paling dominan.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan
kolaborasi desain pada konsultan proyek konstruksi
di Surabaya.
2. Menentukan faktor kritis penentu keberhasilan
kolaborasi desain pada konsultan proyek konstruksi
di Surabaya.
Kata kunci : Analisis Faktor, Faktor Kritis Keberhasilan,
Kolaborasi Desain
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan
kolaborasi desain proyek konstruksi sedini mungkin
sehingga dapat mengantisipasi kegagalan pada saat
pelaksanaan.
2. Dapat memberikan kontribusi yang lebih
komprehensif dari keberhasilan proyek dimana
memperluas lingkup manajemen proyek dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengelola
proyek konstruksi secara lebih efektif.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi penulis dan pembaca serta dapat
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.1 Latar Belakang
Fragmentasi merupakan masalah utama pada proyek
konstruksi (Sense, 2008). Tidak satu pun proyek
konstruksi lahir dari desain tunggal dengan penerapan
satu disiplin ilmu saja. Sebuah desain memerlukan
beragam ketrampilan dan teknologi yang melibatkan
berbagai disiplin ilmu.
Setiap pelaku proyek memiliki preferensi sendiri karena
adanya
latar
belakang
keragaman
budaya,
keprofesionalan, pengetahuan, dan teknologi yang
dipengaruhi oleh niat/tujuan dan keadaan yang cenderung
didistribusikan secara geografis dimana terjadi banyak
interaksi antarelemen yang kadang-kadang melibatkan
ribuan pelaku konstruksi dari lintas daerah bahkan negara
(Evanisto et al, 2004 ; Nidiffer and Dolan, 2005). Setiap
pelaku tersebut membuat keputusan berdasarkan
persyaratan desain, kendala yang ada serta masukan dari
1
kelompok, adalah penting membuat pemahaman
bersama, menentukan aturan untuk pengambilan
keputusan dan memfasilitasi interaksi sedemikian rupa
sehingga menjadi kerjasama yang efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi dan Terminologi
a. Kolaborasi: Motif dari pandangan dan perubahan
dalam mencari hubungan yang jujur (Encyclopedia
of Profesional Management).
b. Desain: Suatu teknik yang berkaitan dengan
penciptaan sistem yang berguna dan dicari oleh
masyarakat (Dictionary of Science and Engineering
McGraw-Hill).
c. Proyek: Tugas khusus didefinisikan dalam bidang
penelitian dan pengembangan (Kamus Teknik
McGraw-Hill).
d. Konstruksi: Bagian khusus dari teknik sipil yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
kontrol operasi konstruksi untuk proyek seperti jalan
raya, bendungan, dan lain-lain (Dictionary of
Science and Engineering McGraw-Hill).
e. Keberhasilan : Sebuah Pencapaian setelah sekian
lama
berupaya
dengan
cara-cara
tertentu
(Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia).
Menurut Chan (2002), Keberhasilan suatu proyek
bergantung pada kinerja tim proyek. Kinerja tim proyek
bergantung pada keahlian tim proyek, klien, pimpinan
tim desain, dan pimpinan tim konstruksi.
Nurick, et al (1999) juga menyebutkan bahwa tim sangat
penting terutama dalam sebuah proyek yang
diorientasikan pada lingkungan kerjanya dimana terdiri
dari kegiatan antar multi-disiplin yang sangat komplek
dan membutuhkan beberapa spesialis juga pendukung
dari beberapa kelompok.
Menurut Ambile (1997), menjaga emosi positif dalam
lingkungan proyek seperti mempertahankan hubungan
tim yang baik, menerapkan gaya kepemimpinan yang
sesuai dan mencocokan orang bekerja yang
memanfaatkan ketrampilan mereka menjadi pendukung
keberhasilan proyek.
Menurut Fredrickson (1998), faktor-faktor yang terkait
dengan dinamika kerja tim antar disiplin seperti gairah
dan antusiasme, nilai-nilai bersama, kreativitas dan
inovasi.
2.2 Dasar Teori dan Konsep
2.2.1 Proyek Konstruksi
Konstruksi merupakan salah satu sektor ekonomi yang
sangat penting bagi suatu negara yang merangkum
pelaksanaan beberapa aktifitas yang menghasilkan
produk-produk konstruksi tertentu
Menurut Kaotsikori (2008), komunikasi termasuk
perilaku seperti berbagi informasi, dan pemahaman antar
orang yang terlibat, menjaga perilaku dengan fokus
mengembangkan dan memelihara hubungan kerja sama
antara anggota kelompok adalah penting dalam
keberhasilan proyek. Komunikasi sering terjadi hilang
dalam proses kerja sehingga meningkatkan kemungkinan
kesalahan, kerja ulang, dan gagal pada saat memenuhi
harapan klien. Sama halnya dengan komunikasi, apresiasi
penting dalam suatu hubungan kolaboratif. Tiap
angggota yang telah berhasil melakukan apa yang
menjadi tanggung jawabnya dengan baik, atau telah
memberikan kontribusi positif bagi keuntungan proyek,
pantas mendapatkan apresiasi karena apresiasi bisa
menambah semangat untuk terus berprestasi. Tentu saja
apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa
dampaknya.
Menurut Farooq dan Bubshait (2003), proyek konstruksi
adalah sebuah usaha penggabungan dari disiplin ilmu
yang berbeda dan dicapai menggunakan sumber daya
yang ada dengan mempertimbangkan batasan biaya,
waktu, dan mutu.
2.2.2 Kolaborasi Desain
Menurut Chiu (2002), kolaborasi desain adalah suatu
kegiatan yang membutuhkan partisipasi individu untuk
berbagai informasi dan mengorganisir tugas dan sumber
daya.
Menurut Zha, et al (2006), kolaborasi desain dianggap
sebagai suatu proses desain yang anggotanya aktif
berkomunikasi dan bekerja sama dalam rangka bersamasama menetapkan tujuan desain, pencarian masalah
desain, dan membangun solusi desain.
Menurut Cicmil (2005), keberhasilan dalam praktek
multidisiplin tergantung pada sosialisasi anggota proyek
dalam proyek-proyek yang berbeda serta kualitas
interaksi antar anggota tim.
Menurut Bucciarelli (2002), kolaborasi desain adalah
aktifitas kolektif dari tim peserta yang berbeda dengan
kompetensi, tanggung jawab, dan hasil yang berbeda
dengan melihat obyek yang sama.
Menurut Anderson & Weitz (1992), komitmen berperan
dalam keberhasilan diamana komitmen menyiratkan
pentingnya hubungan dengan para mitra kerja dan
keinginan melanjutkan hubungan ke masa depan.
2.3 Faktor Keberhasilan
Menurut Lu, et al (2007), faktor keberhasilan adalah
ketrampilan menghasilkan produk dan jasa yang
kompleks, bukan tanpa tantangan melainkan pada tingkat
Menurut Wilson (1995), kepercayaan penting dalam
hubungan bermitra dimana kepercayaan melibatkan
2
keyakinan bahwa salah satu pasangan hubungan akan
bertindak dalam kepentingan terbaik dari mitra lainnya.
Taiwan. Penelitian ini mengidentifikasi faktor kritis
kesuksesan (CSF) kemitraan konstruksi sesuai dengan
kepentingan yg diukur berdasarkan pandangan para
profesional konstruksi di Taiwan dengan respondennya
adalah seluruh pelaku konstruksi pada tahap desain
maupun tahap konstruksi dengan pengambilan data
menggunakan kuisioner yg disebar sebanyak 330
eksemplar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan metode analisis faktor. Hasil dari penelitiannya,
yakni terdapat 4 cluster yang paling berpengaruh yaitu
budaya tim kolaborasi, fokus kualitas jangka panjang,
tujuan yang konsisten dan beragam sumber daya.
Menurut Kerzner (1999). Menerangkan kriteria
keberhasilan proyek adalah sesuai dengan waktu, biaya,
dan kinerja. Gagasan ini juga dikemukakan oleh Nurick,
et al (1999) bahwa variabel yang berhubungan dengan
tugas adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil
tugasnya seperti kemauan untuk menyelesaikan
pekerjaan atau tugasnya selesa tepat waktu dan tepat
biaya (on budget).
Menurut Vyas, et al (1995), salah satu hambatan yang
menghalangi
keberhasilan
kerjasama
adalah
ketidakmampuan untuk memahami dan menyesuaikan
diri dengan budaya perusahaan lain yang menjadi
mitranya.
Penelitian oleh Kautsikori, et al (2008) dengan judul
Critical Success Factors in Collaborative MultyDiciplinary Design Projects. Penelitian ini bertujuan
mengeksplorasi faktor penentu keberhasilan dalam
desain proyek multi-disiplin dari sudut pandang anggota
proyek sendiri yang didasarkan pada sebuah konsultan
teknik multi-disiplin di Inggris yang memperkerjakan
2000 karyawan di 10 negara. Secara khusus, penelitian
terletak di sebuah kantor di Timur Selatan Inggris yang
memperkerjakan lebih dari 100 insinyur termasuk staf
pendukung. Metode penelitian yang digunakan, yaitu
wawancara semi-terstruktur, survei dan difasilitasi
lokakarya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
keberhasilan proyek masih tergantung pada metode
manajemen proyek formal (perencanaan, kontrol sumber
daya dan biaya), dan ketersediaan pekerja terampil. Titik
kuncinya adalah bahwa anggota tim harus bekerja satu
sama lain. Hal ini terutama penting untuk proyek multidisiplin. Temuan yang paling menarik dalam penelitian
ini adalah faktor khas untuk mencapai sukses dalam
desain proyek kolaborasi erat kaitannya dengan dinamika
sosial politik kerja tim seperti gairah dan antusiasme,
nilai-nilai bersama, kreatifitas dan inovasi.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kolaborasi desain telah dilakukan
sebelumnya antara lain :
Penelitian oleh Hiroki Sayama, et all (2007) dengan judul
The Dynamics of Collaborative Design: Insights From
Complex Systems and Negotiation Research. Penelitian
ini membahas peningkatan dinamika kolaborasi desain
dari sistem kompleks dan proses negosiasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis sistem linear &
non linear berkaitan dengan fungsi utilitas multioptimum. Hasil dari penilitian adalah dinamika desain
kolaboratif dapat dipahami sebagai refleksi dari dua fakta
dasar dimana desain kolaboratif adalah sejenis jaringan
terdistribusi dan agen-agen di jaringan ini adalah respon
insentif lokal.
Penelitian oleh Ren, et all (2010) dengan judul Multi
Diciplinary
Collaborative
Building
Design-A
Comparative Study Between Multi Agent Systems and
Multi Disciplanary Optimisation Approache. Penelitian
ini membandingkan
pendekatan untuk
mengatasi
masalah kolaborasi desain dengan sistem multi agen
(sebuah pendekatan desain maju yang berpusat pada
komunikasi, data, teknologi, pengetahuan dan negosiasi)
dan optimasi desain multi disiplin (pendekatan
permodelan desain teoritis melalui analisa masalah
teknis). Metode penelitian yang digunakan, yaitu Multi
Disciplanary Optimisation Approache (MDO) dan Multi
Agent Systems (MAS). Hasil dari penelitian ini adalah
MAS maupun MDO memiliki keunggulan masingmasing. MAS lebih unggul dalam teknologi informasi
dan komunikasi dalam memfasilitasi kolaborasi desain
namun MDO menyediakan metode untuk mengatasi
masalah desain yang masih tidak dapat digantikan oleh
alat teknologi.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Konsep dan Model Penelitian
Pada dasarnya tugas akhir ini disusun untuk mengetahui
faktor-utama penentu keberhasilan kolaborasi desain
pada konsultan proyek konstruksi di Surabaya. Untuk
mencapai tujuan penelitian digunakan research question
yang disusun berdasarkan kajian/studi pustaka. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, digunakan pendekatan
dengan menggunakan metode survei.
3.2 Jenis Data
Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak
langsung dari sumber.
Penelitian oleh Chen & Chen (2007) dengan judul
Critical success factors for construction partnering in
3
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner. Penyebarannya dilakukan melalui beberapa
alternatif media komunikasi seperti surat, email, faks,
telepon dan lewat pengiriman langsung ke sumber.
dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel tersebut
berpengaruh terhadap penelitian ini dan variabel
dinyatakan tidak berpengaruh apabila semua responden
menjawab “Tidak”. Responden juga dapat menambah
variabel jika menurut mereka diperlukan.
3.4 Variabel Penelitian
Melalui penulusuran studi pustaka. Didapat 23 faktor
yang menjadi variabel penelitian seperti terlihat pada
Tabel 3.1.
Dari hasil survei pendahuluan diperoleh 7 variabel
tambahan, yaitu SOP (Standart Operational Prosedure),
kualitas pemilik proyek, kesehatan & keselamatan kerja.
Frekuensi pertemuan, kelengkapan data awal,
pemahaman kolaborasi desain, dan latar belakang budaya
pelaku konstruksi. Jumlah variabel penelitian sebanyak
30 variabel.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
VARIABEL
Komunikasi & Transparansi
Keahlian Personal
Motivasi & Antusiasme
Tantangan
Pengakuan & Apresiasi
Kualitas Kepemimpinan
Kreatifitas
Pengembangan Tim
Tim & Komposisi
Kepercayaan
Peran & Tanggunjawab
Tujuan & Visi Proyek
Teknologi
Lingkungan Fisik
Besarnya Nilai Proyek
16
17
18
Manajeman Penuluhan
Inovasi Berpikir
Manajemen Waktu
19
20
21
22
Perubahan & Fleksibilitas
Peraturan & Respon
Proses & Cara Berpikir
Komitmen
23
Karakteristik Pekerja
SUMBER
Kaotsikori,et al (2008)
Kaotsikori,et al (2008)
Fredrickson (1998)
Lu, et al (2007)
Kaotsikori,et al (2008)
Ambile (1997)
Kaotsikori,et al (2008)
Ambile (1997)
Ambile (1997)
Wilson (1995)
Kaotsikori,et al (2008)
Chen & Chen (2007)
Ren, et al (2010)
Nurick, et al (1999)
Kerzner (1999); Nurick
(1999)
Cicmil (2005)
Fredrickson (1998)
Kerzner (1999); Nurick
(1999)
Vyas, et al (1997)
Kaotsikori,et al (2008)
Fredrickson (1998)
Anderson & Weitz
(1992)
Kaotsikori,et al (2008)
3.6.2 Pengukuran Variabel Pada Survei Utama
Untuk mengukur frekuensi kejadian dari masing-masing
variabel digunakan skala pengukuran. Skala Likert 1-5
akan digunakan sebagai ukuran persepsi dalam skala
tingkat persetujuan terhadap variabel atau konsep yang
diberikan.
Skala Pengukuran :
Sangat Tidak Setuju
Sangat Setuju
Diagram garis diatas menggambarkan tingkat persepsi
terhadap tingkat persetujuan dari keberhasilan kolaborasi
desain.
3.7 Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif menggambarkan atau menjelaskan
berbagai karakteristik data seperti berapa rata-rata dan
seberapa jauh data bervariasi.
Untuk atribut identifikasi keberhasilan digunakan
diagram
kartesian
mean-standar
deviasi
yang
mengurutkan faktor keberhasilan dominan dengan
melihat skor mean tertinggi dan standar deviasi terendah.
Diagramnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku proyek
konstruksi pada tahap desain di Surabaya dengan
pengambilan sampel diharapkan minimum 30, mengikuti
kurva distribusi normal menurut teori sentral limit.
(Singarimbun, dkk. 1989).
3.6 Pengukuran Variabel Penelitian
3.6.1 Pengukuran Variabel Pada Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan terhadap beberapa ahli
dengan kriteria memiliki reputasi baik dalam dunia
konstruksi, memiliki pendidikan yang menunjang di
bidangnya, dan memiliki pengalaman profesional dalam
bidang terkait.
Gambar 3.1 Diagram Mean-Standar Deviasi
Keterangan:
S = Standar deviasi
X = Mean
Prinsip persepsi responden akan digunakan untuk
mengukur variabel penelitian pada survei pendahuluan.
Apabila salah satu responden menjawab “Ya” maka
Urutan faktor-faktor yang
dijelaskan sebagai berikut:
4
paling
dominan
dapat
1. Nilai Mean Besar, Standar Deviasi Kecil.
Nilai mean yang besar menunjukan bahwa sebagian
besar responden memberikan skor yang tinggi terhadap
variabel tersebut, sedangkan nilai standar deviasi yang
kecil menunjukan bahwa sebagaian besar responden
sepakat dengan jawaban tersebut.
2. Nilai Mean Besar, Standar Deviasi Besar.
Nilai mean yang besar menunjukan bahwa sebagian
besar responden memberi skor yang tinggi terhadap
variabel tersebut, sedangkan nilai standar deviasi yang
besar menunjukan bahwa sebagian besar responden
kurang sepakat dengan jawaban tersebut.
3. Nilai Mean Kecil, Standar Deviasi Besar.
Niali mean yang kecil menunjukan bahwa sebagian besar
responden memberikan skor yang rendah terhadap
variabel tersebut, sedangkan nilai standar deviasi yang
besar menunjukan bahwa sebagian besar responden
kurang sepakat dengan jawaban tersebut.
4. Nilai Mean Kecil, Standar Deviasi Kecil.
Nilai mean yang kecil menunjukan bahwa sebagian besar
responden memberikan skor yang rendah terhadap
variabel tersebut sedangkan nilai standar deviasi yang
kecil menunjukan bahwa sebagian besar responden
sepakat dengan jawaban tersebut.
Menentukan distribusi variabel terhadap faktor yang
terbentuk. Tujuannya adalah menentukan variabel mana
yang dapat masuk kesalam suatu faktor atau yang tidak
masuk kedalam faktor. Cara yang dilakukan untuk
melihat distribusi variabel, yaitu membandingkan nilai
loading factor suatu variabel pada faktor-faktor yang ada.
Variabel yang masuk dalam suatu faktor harus memiliki
nilai loading factor diatas 0.5. Jika tidak akan diabaikan.
Yang dimaksud dengan loading factor adalah nilai yang
menunjukan hubungan suatu variabel terhadap faktor.
Tabel component matrix menunjukan nilai dari loading
factor.
1.8 Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada bagan alir
seperti pada Gambar 3.2.
3.7.2 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah prosedur untuk mengelompokakan
data menjadi beberapa kelompok berdasarkan hasil
mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization).
Prosedur Melakukan Analisis Faktor :
Perumusan masalah, terdiri dari mengidentifikasi sasaran
dan pengukuran variabel-variabel berdasarkan skala
likert kemudian melakukan pengujian terhadap variabel.
Pengujian terhadap variabel akan diukur terhadap nilai
pengujian Keiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Barlett Test
of Sphericity.
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
BAB IV
ANALISIS DATA
KMO adalah ukuran kecukupan sampling, yaitu suatu
indeks yang digunakan untuk memeriksa kelayakan
faktor. Indikator lain dari kekuatan hubungan antar
variabel adalah Bartlett Test tentang kebulatan. Uji
Bartlett digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa
variabel dalam matrik korelasi tidak berkorelasi. Tingkat
signifikansi yang diamati adalah <0.05.
4.1 Profil Responden
4.1.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Konsultan
Dari 34 kuisioner yang didapat, dikelompokan terhadap 4
jenis konsultan yang paling umum seperti dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Konsultan
Jenis Konsultan
Struktur
Arsitektur
Manajemen
Keairan
Total
Melakukan rotasi faktor. Hasil penting dari analisis
faktor adalah matrik faktor (factor Pattern Matrix).
Didalam suatu matrik yang kompleks, sulit untuk
menginterpretasikan suatu faktor. Oleh karena itu rotasi
faktor dibutuhkan untuk menyederhanakan bentuk
sehingga lebih mudah diinterpretasikan. Metode yang
digunakan untuk rotasi adalah varimax procedure yang
meminimalkan banyaknya variabel dengan nilai yang
tinggi pada faktor sehingga memaksimalkan kemampuan
menginterpretasi.
Jumlah Responden
15
11
3
5
34
Persentase
44.12%
32.35%
8.82%
14.71%
100%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Persentase
masing-masing
konsultan
divisualisasikan pada Gambar 4.1.
5
seperti
Gambar 4.3 Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja
4.2 Analisis Deskriptif
Untuk mendapatkan faktor dominan berdasarkan skor
pilihan responden, sebanyak 30 variabel yang semula
disusun secara acak akan diurutkan berdasarkan nilai
mean dan standar deviasi dari masing-masing faktor dan
kemudian akan dilakukan pemetaan (ploting) pada
diagram mean dan standar deviasi.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Gambar 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Konsultan
4.1.2 Profil Responden Berdasarkan Jabatan di Proyek
Dikelompokanterhadap jabatan di proyek dengan hasil
seperti pada Tabel 4.2.
4.2.1 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Mean
Yang dimaksud dengan faktor dominan berdasarkan nilai
mean adalah faktor yang memiliki nilai mean terbesar.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jabatan di Proyek
Jabatan di Proyek
Civil Engineer
Arsitek
Mekanikal-Elektrikal
Drafter
Total
Jumlah Responden
18
9
4
3
34
Tabel 4.4 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Mean
Persentase
52.94%
26.47%
11.76%
8.82%
100%
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Persentase dari masing-masing jabatan divisualisasikan
pada Gambar 4.2
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Gambar 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Jabatan di Proyek
4.1.3 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Dikelompokan terhadap lama bekerja pada proyek
dengan rentang waktu lima tahun. Hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
0 - 5 tahun
5 - 10 tahun
10 - 15 tahun
> 20 tahun
Total
Jumlah Responden
15
7
7
5
34
Persentase
44.12%
20.59%
20.59%
14.71%
100%
FAKTOR DOMINAN
Peran & Tanggung jawab
Kelengkapan data Awal
Komunikasi & Transparansi
Manajemen Waktu
Kualitas Kepemimpinan
Proses & Cara Berpikir
Peraturan & Respon
Inovasi Berpikir
Motivasi & Antusiasme
Kreatifitas
Tujuan & Visi Proyek
Teknologi
Komitmen
Kepercayaan
Kesehatan & Keselamatan Kerja
Pemahaman Kolaborasi Desain
SOP (Standart Operational Prosedure)
Tim & Komposisi
Frekuensi Pertemuan
Perubahan & Fleksibilitas
Pengembangan Tim
Keahlian Personal
Tantangan
Pengakuan/ Apresiasi
Manajemen Penyuluhan
Karakteristik Pekerja
Kualitas Pemilik Proyek
Lingkungan Fisik
Besarnya Nilai Proyek
Latar Belakang Budaya Pelaku Konstruksi
MEAN
4.50
4.47
4.35
4.26
4.24
4.24
4.21
4.21
4.18
4.12
4.06
4.00
3.94
3.88
3.88
3.88
3.85
3.76
3.76
3.74
3.71
3.71
3.68
3.68
3.68
3.68
3.59
3.56
3.41
3.24
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Divisualisasikan seperti pada diagram batang berikut ini:
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Persentase dari setiap rentang waktu lama bekerja di
proyek divisualisasikan pada Gambar 4.3.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Gambar 4.4 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Mean
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
6
4.2.2 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Standar
Deviasi
Yang dimaksud dengan faktor dominan berdasarkan nilai
standar deviasi adalah faktor yang memiliki nilai standar
deviasi terkecil. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Standar Deviasi
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
FAKTOR DOMINAN
Peran & Tanggung jawab
Lingkungan Fisik
Kreatifitas
Proses & Cara Berpikir
Komunikasi & Transparansi
Kelengkapan data Awal
Motivasi & Antusiasme
Inovasi Berpikir
Karakteristik Pekerja
Manajemen Waktu
Keahlian Personal
Pengakuan/Apresiasi
Peraturan & Respon
Manajemen Penyuluhan
Tujuan & Visi Proyek
Teknologi
Kepercayaan
Komitmen
Kesehatan & Keselamatan Kerja
Pemahaman Kolaborasi Desain
Kualitas Kepemimpinan
SOP (Standart Operational Prosedure)
Frekuensi Pertemuan
Pengembangan Tim
Kualitas Pemilik Proyek
Besarnya Nilai Proyek
Perubahan & Fleksibilitas
Latar Belakang Budaya Pelaku Konstruksi
Tantangan
Tim & Komposisi
SD
0.62
0.65
0.66
0.70
0.73
0.75
0.77
0.77
0.77
0.79
0.80
0.81
0.84
0.84
0.85
0.85
0.87
0.85
0.88
0.88
0.89
0.89
0.89
0.95
0.95
0.96
0.96
0.96
0.99
1.02
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Gambar 4.6 Diagram Mean-Standar Deviasi
Faktor dominan hasil analisis deskriptif mean dan standar
deviasi untuk setiap variabel disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Mean & Standar Deviasi
KODE
FAKTOR DOMINAN
Peran & Tanggung jawab
Kelengkapan Data Awal
Komunikasi & Transparansi
Proses & Cara Berpikir
Manajemen Waktu
Inovasi Berpikir
Motivasi & Antusiasme
Peraturan & Respon
Kreatifitas
Kualitas Kepemimpinan
Tujuan & Visi Proyek
Teknologi
Komitmen
Kepercayaan
Pemahaman Kolaborasi Desain
SOP (Standart Operational
Prosedure)
Frekuensi Pertemuan
Manajemen Penyuluhan
Keahlian Personal
Pengakuan/Apresiasi
Karakteristik Pekerja
Pengembangan Tim
Perubahan & Fleksibilitas
Kualitas Pemilik Proyek
Tim & Komposisi
Tantangan
Lingkungan Fisik
Besarnya Nilai Proyek
Latar Belakang Budaya Pelaku
Konstruksi
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Divisualisasikan seperti pada diagram batang berikut:
MEAN
4.50
4.47
4.35
4.24
4.26
4.21
4.18
4.21
4.12
4.24
4.06
4.00
3.94
SD
0.62
0.75
0.73
0.70
0.79
0.77
0.77
0.84
0.66
0.89
0.85
0.85
0.85
3.88
3.88
0.87
0.88
3.85
3.76
3.68
3.71
3.68
3.68
3.71
3.74
3.59
3.76
3.68
3.56
3.41
0.89
0.89
0.84
0.80
0.81
0.77
0.95
0.96
0.95
1.02
0.99
0.65
0.96
3.24
0.96
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
4.4 Analisis Faktor
Untuk memudahkan analisis dengan program bantu
SPSS, setiap variabel akan diberi pengkodean terlebih
dahulu. Tabel 4.7 berikut menampilkan pengkodean dari
setiap variabel.
Gambar 4.5 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Standar Deviasi
4.2.3 Faktor Dominan Berdasarkan Nilai Mean dan
Standar Deviasi
Sumbu X menunjukan besarnya nilai mean dan sumbu Y
menunjukan besarnya nilai standar deviasi. Gambar 4.6
berikut menampilkan posisi masing-masing variabel
penelitian.
7
ditunjukan dalam tabel Anti Image Correlation. Oleh
karena hasil analisis menunjukan adanya beberapa
variabel dengan nilai MSA < 0.5 maka dipilih variabel
dengan nilai MSA terkecil.
Tabel 4.7 Pengkodean Variabel
VARIABEL
Komunikasi & Transparansi
Peraturan & Respon
Motivasi & Antusiasme
Tantangan
Pengakuan/Apresiasi
Kualitas Kepemimpinan
Kreatifitas
Pengembangan Tim
Tim & Komposisi
Kepercayaan
Peran & Tanggung jawab
Tujuan & Visi Proyek
Teknologi
Lingkungan Fisik
Besarnya Nilai Proyek
Manajemen Penyuluhan
Inovasi Berpikir
Manajemen Waktu
Perubahan & Fleksibilitas
Keahlian Personal
Proses & Cara Berpikir
Komitmen
Karakteristik Pekerja
SOP (Standart Operational Prosedure)
Kualitas Pemilik Proyek
Kesehatan & Keselamatan Kerja
Frekuensi Pertemuan
Kelengkapan Data Awal
Pemahaman Kolaborasi Desain
Latar Belakang Budaya Pelaku Konstruksi
KODE
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
V9
Variabel yang direduksi (secara urut) dapat dilihat pada
tabel 4.21.
Tabel 4.21 Variabel Reduksi
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
V10
V11
V12
V13
V14
V15
V16
V17
V18
V19
V20
V21
V22
V23
V24
V25
V26
V27
V28
V29
V30
KODE VARIABEL
V26
V13
V5
V8
V15
V9
V27
V24
V7
V14
MEAN
3.88
4.00
3.68
3.71
3.41
3.76
3.76
3.85
4.12
3.56
SD
0.88
0.85
0.81
0.95
0.96
1.02
0.89
0.89
0.66
0.65
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Untuk 20 variabel yang tidak tereduksi memiliki nilai
KMO dan Barlett Test seperti terlihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Nilai KMO dan Barlett Test Terhadap 20 Variabel
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy
Barlett's Test of Sphericity
Approx.Chi-Square
df
Sig.
0.714
371.197
190
0.000
Sumber : Output Program SPSS
Hasil output menunjukan nilai KMO dan Barlett Test
adalah 0.714 dengan signifikansi 0.000. Oleh karena nilai
tesebut sudah diatas 0.5 dan signifikansi jauh di bawah
0.05, maka 20 variabel tersebut dapat dianalisis lebih
lanjut.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
4.4.1 Menentukan Variabel
Jumlah variabel pada penelitian ini sebanyak 30 variabel
dan jumlah responden sebanyak 34 responden.
Dikarenakan jumlah variabel kurang dari jumlah
responden maka tidak perlu dilakukan reduksi variabel
yang berarti semua variabel akan diikutkan dalam
analisis faktor.
4.4.4 Factoring dan Rotasi
1. Analisis Communialities
Communialities merupakan nilai yang menunjukan
kontribusi variabel tersebut terhadap faktor yang
terbentuk atau dapat pula didefenisikan sebagai besar
nilai varians (dalam persentase) suatu variabel yang dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
4.4.2 Pengujian Terhadap Variabel
Pengujian terhadap variabel akan diukur terhadap nilai
pengujian KMO dan Barlett Test. Hasil dari pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.23 Communalities
Tabel 4.8 Nilai KMO dan Barlett Test Terhadap 30 Variabel
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy
Barlett's Test of Sphericity
Approx.Chi-Square
Df
Sig.
Initial Extraction
Initial
1.000
0.735
1.000
V1
V18
1.000
0.750
1.000
V2
V19
1.000
0.740
1.000
V3
V20
1.000
0.715
1.000
V4
V21
1.000
0.830
1.000
V6
V22
1.000
0.792
1.000
V10
V23
1.000
0.662
1.000
V11
V25
1.000
0.764
1.000
V12
V28
1.000
0.699
1.000
V16
V29
1.000
0.790
1.000
V17
V30
Extraction Method : Principal Component Analysis
0.287
807.977
435
0.000
Sumber : Output Program SPSS
Hasil output menunjukan nilai KMO adalah 0.287. Oleh
karena nilai KMO < 0.5 maka faktor-faktor tesebut
belum dapat dianalisis lebih lanjut sehingga perlu
dilakukan redusi variabel.
4.4.3 Anti Image Correlation
Untuk mereduksi sejumlah variabel, perlu diperhatikan
nilai Measures of Sampling Adequency (MSA) yang
Extraction
0.835
0.759
0.778
0.853
0.779
0.609
0.750
0.793
0.610
0.785
Sumber : Output Program SPSS
8
4.4.5 Component Transformation Matrix
Dari Tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa diagonal faktor
1 ; 3; 5 dan 6 berada diatas 0.5 (0.571; 0.565; 0.592 dan
0.697) yang menunjukan bahwa keempat faktor yang
terbentuk sudah tepat karena mempunyai korelasi yang
tinggi sedangkan diagonal 2 dan 4 berada dibawah 0.5
yang menunjukan variabel lain pada masing-masing
faktor mempunyai korelasi yang cukup tinggi.
2. Total Variance Explained
Total Variance Explained menjelaskan besarnya varians
yang dapat dijelaskan oleh faktor yang dianalisis untuk
dapat menentukan berapa variabel yang dapat diterima
secara empirik dengan melihat eigenvalue. Hanya ada 6
variabel yang memiliki eigenvalues > 1 yang dinyatakan
dengan nilai varian (dalam persentase), yaitu:
Faktor 1: (7.142/20)*100% = 35.711%
Faktor 2: (2.057/20)*100% = 10.283%
Faktor 3: (1.842/20)*100% = 9.210%
Faktor 4: (1.587/20)*100% = 7.936%
Faktor 5: (1.349/20)*100% = 6.745%
Faktor 6: (1.051/20)*100% = 5.257%
Dengan demikian ada 6 faktor yang terbentuk.
Tabel 4.27 Component Transformation Matrix
Component
1
2
3
4
5
6
3. Rotated Component Matrix
Untuk memperjelas variabel-variabel mana yang
merupakan anggota dari faktor maka perlu dilakukan
rotasi. Hasil rotasi dapat dilihat pada Tabel 4.25
(lampiran no 16).
1
0.571
0.248
0.346
0.498
0.211
0.447
2
0.531
0.246
0.240
0.759
0.003
0.156
3
0.362
0.072
0.565
0.052
0.706
0.210
4
0.232
0.869
0.026
0.200
0.143
0.360
5
0.326
0.037
0.643
0.110
0.592
0.341
6
0.317
0.341
0.300
0.348
0.294
0.697
Sumber : Output Program SPSS
Pada faktor 2, diagonalnya menunjukan angka 0.246
tetapi diluar diagonal, angka yang ditunjukan beberapa
varibel (dalam komponen 2) > 0.246 (0.248; 0.869;
0.341) bahkan pada variabel 4 (dalam komponen 2)
menunjukan angka 0.869.
Variabel yang masuk pada masing-masing faktor adalah
sebagai berikut:
Faktor 1 terdiri dari: V16; V17; V18 dan V28.
Faktor 2 terdiri dari: V11; V21; V22; V29 dan V30.
Faktor 3 terdiri dari: V10 dan V19.
Faktor 4 terdiri dari: V3 dan V4.
Faktor 5 terdiri dari: V6; V20 dan V23.
Faktor 6 terdiri dari: V1; V2 dan V12.
V25 akan dikeluarkan dari model penelitian sebab
semua nilai menunjukan angka < 0.5.
Begitu pula dengan faktor 4. Diagonal menunjukan
angka 0.200 tetapi beberapa variabel lain (dalam faktor
4) diluar diagonal 4 menunjukan angka > 0.200 (0.498;
0.759; 0.348) bahkan pada variabel 2 (dalam komponen
4) menunjukan angka 0.759.
Dari hasil analisis tersebut, faktor 2 dan 4 mempunyai
korelasi yang rendah karena masih terdapat korelasi
dengan faktor yang lain.
Dengan demikian hanya terdapat 19 variabel yang
dikelompokan menjadi 6 faktor. Tabel 4.26
memperlihatkan faktor baru hasil analisis Rotated
Component Matrix.
BAB V
PEMBAHASAN
Dari analisis data pada bab sebelumnya, diketahui ada 6
faktor kritis penentu keberhasilan kolaborasi desain pada
konsultan proyek konstruksi di Surabaya, yaitu: faktor 1
(35.7%); faktor 2 (10.3%); faktor 3 (9.2%); faktor 4
(7.9%); faktor 5 (6.7%) dan faktor 6 (5.3%). Komulatif
varian ke-6 faktor tersebut adalah 71% > 60%. Keadaan
tersebut menunjukan model layak untuk digunakan.
5.1 Faktor 1
menunjukan kelengkapan awal terdiri dari manajemen
waktu (loading 0.835); inovasi berpikir (loading 0.790);
kelengkapan data awal (loading 0.793); dan manajemen
penyuluhan (loading 0.699). Gambar 5.1 memperlihatkan
factor loading masing-masing variabel.
Tabel 4.26 Faktor Baru Hasil Analisis
Sumber : Output Program SPSS
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 5.1 Komponen Faktor 1
9
mengakibatkan kekacauan tanggung jawab yang lebih
lanjut menimbulkan terganggunya mekanisme kegiataan
yang berdampak terhadap keterlambatan jadwal dan
berujung pada peningkatan biaya. Alasan lain peran &
tanggung jawab masing-masing pelaku desain harus
jelas, tujuannya adalah agar mereka tahu kontribusi apa
yang bisa diberikan untuk menunjang tercapainya
keberhasilan dari proyek itu sendiri.
Dalam suatu proses kolaborasi desain yang melibatkan
multi disiplin ilmu, memiliki dan memahami data awal
merupakan salah satu hal pokok yang wajib dipenuhi
oleh para pelaku desain. Ketidaklengkapan data awal
akan menjadi kendala besar dalam proses desain
selanjutnya.
Manajemen waktu merupakan proses yang penting dalam
mencapai keberhasilan desain kolaboratif dimana pelaku
desain yang terlalu banyak menganggur akan berdampak
pada ketidakberesan dalam tim yang lambat laun akan
membuat tim menjadi tidak efektif.
Manajemen penyuluhan dapat diibaratkan sebagai
‘penerangan’. Manajemen penyuluhan memberikan
segala informasi yang ingin disampaikan kepada
kelompok sasaran. Tidak hanya itu, yang diharapkan dari
manajemen penyuluhan, yaitu adanya perubahan perilaku
yang lebih cenderung pada inovasi berpikir. Orientasi
dari inovasi berpikir yang dimaksudkan adalah aplikasi
proses pengembangan pemikiran ke arah yang lebih baik
atau berhasil.
5.3 Faktor 3
menunjukan kepercayaan & fleksibilitas terdiri dari
kepercayaan (loading 0.792), perubahan & fleksibilitas
(loading 0.759). Gambar 5.3 memperlihatkan factor
loading masing-masing variabel.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 5.3 Komponen Faktor 3
5.2 Faktor 2
menunjukan profesionalisme yang terdiri dari latar
belakang budaya pelaku konstruksi (loading 0.785);
proses & cara berpikir (loading 0.853); peran &
tanggung jawab (loading 0.662); komitmen (loading
0.779); dan pemahaman kolaborasi desain (loading
0.610). Gambar 5.2 memperlihatkan factor loading
masing-masing variabel.
Mockler (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa
indikator dari fleksibilitas. Beberapa diantaranya adalah
kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan belajar dan
sikap yang tidak kaku. Perubahan & fleksibilitas yang
dimaksudkan disini adalah fleksibel terhadap perubahan
desain dimana kriteria ini memungkinkan pemilik proyek
untuk mengubah detail desain.
Dalam kaitannya dengan perubahan & fleksibilitas,
keberhasilan kolaborasi juga didukung oleh kepercayaan.
Menurut pengalaman peneliti, kepercayaan merupakan
dasar bagi kelanjutan sebuah hubungan yang mana
masing-masing tim percaya akan kemampuan dari tim
lain untuk melengkapi apa yang menjadi kekurangan
timnya.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
5.4 Faktor 4
menunjukan motivasi internal yang terdiri dari motivasi
& antusiasme (loading 0.740), dan tantangan (loading
0.715). Gambar 5.4 memperlihatkan factor loading
masing-masing variabel.
Gambar 5.2 Komponen Faktor 2
Budaya adalah kombinasi sejarah bersama, harapan,
aturan tidak tertulis, dan kebiasaan sosial yang memaksa
perilaku. Latar belakang budaya dapat mempengaruhi
persepsi yang berdampak pada tindakan. Latar belakang
budaya ini juga dipercaya menjadi dasar dari pemahaman
kolaborasi itu sendiri dan juga secara tidak langsung
membentuk pola pikir seseorang.
Proses & cara berpikir yang dimaksudkan, tujuannya
bukan untuk mendorong pelaku konstruksi bekerja lebih
banyak tetapi untuk bekerja lebih efektif.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Salah satu faktor yang bersifat menentukan untuk dapat
mencapai keberhasilan proyek adalah peran &
tanggungjawab yang jelas dan disetujui oleh seluruh
pelakunya. Tanpa ada kesepakatan yang jelas akan
menimbulkan masalah-masalah koordinasi yang dapat
Gambar 5.4 Komponen Faktor 4
Motivasi adalah semangat atau dorongan terhadap
seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan
bekerja keras secara cerdas demi untuk mencapai tujuan
10
tertentu, dalam hal ini adalah keberhasilan kolaborasi
desain.
beruntung karena secara tidak sengaja memiliki SDM
yang kompeten tetapi tidak jarang pula proyek yang
memiliki SDM dengan ketrampilan dan pengetahuan
yang tidak cukup memadai yang berasal dari berbagai
‘titipan’.
Kontribusi SDM yang kompeten sebagai salah satu
faktor pendukung keberhasilan kolaborasi desain amat
disadari oleh banyak pihak. Banyak perusahaan (proyek
konstruksi) yang melakukan upaya pengembangan
terhadap kualitas para pekerjanya. Salah satu bentuk
nyata yang terlihat, yaitu melalui pelatihan-pelatihan
untuk merangsang kemampuan SDM’nya.
Pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi
perlu dilakukan untuk meningkatkan gairah kerja
(antusiasme) pelaku desain sehingga dapat mencapai
hasil yang dikehendaki oleh manajemen.
Hubungan motivasi, antusiasme, dan tantangan
mempunyai bentuk yang linear terhadap keberhasilan
dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik
maka gairah pelaku proyek akan meningkat yang
ditunjukan lewat hasil kerja yang optimal dimana
tantangan yang dihadapi tidak terasa memberatkan atau
terasa sebagai penghalang tetapi lebih dianggap sebagai
pembuktian akan hasil kerja sesuai dengan standar
kinerja yang ditetapkan.
5.6 Faktor 6
menunjukan performa tim terdiri dari komunikasi &
transparansi (loading 0.735); peraturan & respon
(loading 0.750); dan tujuan & visi proyek (loading
0.764). Gambar 5.6 memperlihatkan factor loading
masing-masing variabel.
5.5 Faktor 5
menunjukan kompetensi pelaku proyek yang terdiri dari
kualitas kepemimpinan (loading 0.830); keahlian
personal (loading 0.778); dan karakteristik pekerja
(loading 0.609). Gambar 5.5 memperlihatkan factor
loading masing-masing variabel.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 5.6 Komponen Faktor 6
Hubungan komunikasi dapat dipandang sebagai sarana
yang digunakan antar pelaku proyek dalam berbagi
informasi dan data secara tepat waktu dan terbuka
(transparan). Komunikasi memegang peran penting bagi
keberhasilan hubungan dalam kolaborasi. Banyak
masalah yang muncul sebagai akibat adanya perbedaan
persepsi dapat berhasil dipecahkan dengan komunikasi
yang baik. Oleh karena itu, komunikasi diibaratkan
sebagai ‘lem’ yang mampu mempererat hubungan antar
pelaku proyek demi keberhasilan sebagai tujuan akhir
pencapaian suatu proyek.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 5.5 Komponen Faktor 5
Sesuatu yang dikatakan sukses/berhasil tentu tidak
terlepas dari siapa pelakunya. Keungggulan suatu desain
konstruksi tergantung dari keahlian pelaku konstruksi,
seperti apa karakteristik mereka dan bagaimana kualitas
pemimpinnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa salah satu
elemen yang bernilai penting dalam pencapaian
keberhasilan desain kolaboratif
adalah kompetensi
pelaku proyek konstruksi dimana sumber daya manusia
menjadi penentunya. SDM merupakan sumber
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan lain-lain
yang terakumulasi dalam diri seorang pelaku proyek.
Pemahaman komunikasi biasanya mengarah pada tiga
elemen, yaitu frekuensi komunikasi, komunikasi dua
arah, dan komunikasi yang terencana dan terstruktur.
Transparansi penting dibangun karena tanpa transparansi
akan
menimbulkan
selah
pengertian
atau
kesalahpahaman.
Keahlian personal yang dimaksud adalah kemampuan
teknis pelaku konstruksi. Keahlian yang berbeda-beda
dapat saling menunjang sehingga pekerjaan menjadi
lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan. Pelaku
konstruksi dengan keahlian berbeda juga bisa saling
memperluas dan memperkaya keahlian masing-masing
namun tidak selalu kompetensi sesuai dengan apa yang
dituntut untuk keberhasilan suatu proyek. Tidak dapat
dipungkiri bahwa ada proyek konstruksi yang cukup
Komunikasi dan transparansi juga memiliki kaitan yang
cukup erat dengan tujuan & visi proyek dimana pelaku
proyek memastikan tujuan yang sama adalah suatu hal
yang penting sehingga seluruh anggota tim desain tahu
betul tujuan yang hendak dicapai bersama dan mereka
yakin ke arah mana akan ditempuh yang tentunya
didukung dengan visi bersama. Kesemuannya ini dapat
tercapai jika ada tunjangan dari komunikasi yang baik
dan efektif antar pelaku.
11
Case Study”. Journal of engineering and
Technology Management.
Farooq dan Bubshait. 2003. “Team Building and Project
Success”. Cost engineering Vol 41/7 Juli
2003:34-38.
Fredrickson, B. 1998. “What Good Are Positive
Emotion?”. Review of General Psychology.
Kamus Teknik McGraw-Hill
Kaotsikouri, D., Austin, S.A., dan Danity, A.R.J. 2008.
“Critical Success Factors in Collaborative
Multy-Diciplinary Design Projects”. Journal of
Engineering Design and Technology Vol 6/No
3:198-226.
Kerzner Harold. 1999. Project Management : A
Systems to Planning, Schedulling, and
Controlling. New York : Van Nostrand
Reinhold.
Nurick, A.J., Thamhain, H.J., Cleland, D., dan Gareis, R.
1999.
Strategic
Project
Management.
McGraw-Hill international Editions Chapter 19.
Nidiffer, K.E., dan Dolan, D. 2005. “Evolving
Distributed Project Management”. IEEE
Software.
Ren Z., F.Yang, N.M.Bouchlaghem, dan C.J.Anumba.
2010. “Multi-Diciplinary Collaborative Building
Design : A Comparative Study Between MultiAgent
Systems
and
Multi-Diciplinary
Optimisation
Approache”.
International
Journal of Project Management.
Sense, A. J. 2008. “The Conditioning of Project
Participan’s Authority to Learn Within Project”.
International
Journal
of
Project
Management.
Singarimbun, Masri, dan Sofian. E. 1989. Metode
Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.
S.Y.Lu, W.Elmaraghy, A.Schuh, dan R.Wilhelm. 2007.
“A Scientific Foundation of Collaborative
Engineering CIRP Annals”. Manufacturing
Technology.
Vyas, N.M., William, L.S., dan Dennis, C.R. 1995. “An
Analysis of Strategic Alliance : Form, Function
and Framework”. Journal of Bussiness &
Industrial Marketing Vol 10 No 4.
Wei Chen, and Tung Chen. 2007. “Critical Success
Factors for Construction Patnering in Taiwan”.
International
Journal
of
Project
Management.
Wilson, D.T. 1995. “An Integrated Model of BuyerSeller Relationship”. Journal of The Academy
Science.
Zha, X.F., dan H. Du. 2006. Knowledge Intensive
Collaborative Design Modelling and Support
Part I : Review Distributed Models and
Framework. Computers in Industry Vol 57:3955.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh proses analisis yang telah dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 30 variabel penentu keberhasilan
kolaborasi desain pada konsultan proyek konstruksi
di Surabaya.
2. Faktor kritis penentu keberhasilan kolaborasi desain
pada konsultan proyek konstruksi di Surabaya adalah
faktor proses (35.7%), profesionalisme (10.3%),
keprcayaan & fleksibilitas (9.2%), motivasi internal
(7.9%), kompetensi pelaku proyek (6.7%), dan
performa tim (5.3%).
3. Faktor yang paling dominan diantara ke-6 faktor
kritis tersebut adalah proses.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan lebih
lanjut, antara lain adalah untuk pengumpulan data, perlu
dilakukan dengan menambahkan wawancara atau
lokakarya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ambile
Teresa. 1997. “Motovating Creativity in
Organizations : On Doing What You Love and
loving
What
You
Do”.
California
Management Review Vol40/No1:39-58.
Anderson, E., Weitz, B. 1992. “The Use of Pledges to
Build and Sustain Commitment in Distribution
Channels”. Journal of Marketing Reserch.
Bucciarelli, L. 2002. “Between Thought and Object in
Engineering Design”. Design Studies 23, 219223.
Chan Albert, P.C. 2002. A Predective Model for
Project Success. 351-359.
Cicmil, S. 2005. Reflection, Participation and Learning
in Project Environment : A Multiple
Perpective in P.Love., W.Fong., dan Z. Iriani
(Ed). Management of Knowledge Project
Environments. Oxford: Elsevier Butterworth
Heinemann.
Chiu, M.L. 2002. “An Organization View of Design
Communication in Design Collaborative”.
Design Studies 23:187-210.
Dictionary of Science and Engineering McGraw-Hill.
Vol 3
Encyclopedia of Profesional Management. 1988
Evaristo, J.R., Scudder, R., Desouza, K.C., dan Sato, O.
2004.
“A
Dimensional
Analysis
of
Geographically Distributed Project Team : A
12
Download