Faktor Demografi, Economic Factors dan Behavioral

advertisement
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35
30
Faktor Demografi, Economic Factors dan Behavioral
Motivation Dalam Pertimbangan Keputusan Investasi Di
Surabaya
Melisa Kusumawati
Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: [email protected]
Abstrak—Penelitian ini menganalis faktor yang paling
mendominasi dalam pertimbangan keputusan investasi serta
mengetahui hubungan faktor demografi dengan faktor behavioral
motivations dan economic factors dalam pertimbangan keputusan
investasi di Surabaya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
referensi investor ketika berinvestasi di pasar saham. Penelitian ini
menggunakan teknik analisa faktor konfirmatori untuk mengetahui
faktor yang paling mendominasi dalam pertimbangan keputusan
investasi, variabel yang digunakan economic factors dan
behavioral motivations. Selanjutnya, analisa crosstab dan chi
square digunakan untuk mengetahui hubungan faktor demografi
dengan economic factors dan faktor behavioral motivation. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal financial needs
merupakan faktor yang paling dipertimbangkan dalam keputusan
investasi dan terdapat hubungan antara usia, pendidikan, dan
pendapatan dengan faktor self image atau firm image coincidence.
Kata Kunci— investasi, economic factors dan behavioral
motivations
Abstract—This study analyzes the most dominating factor in the
consideration of investment decisions and determines the
relationship of demographic factors with behavioral motivations
and economic factors into consideration factors of investment
decision. The result is expected to be a reference for investor when
investing in the stock market. This study uses confirmatory factor
analysis techniques to determine the most dominating factor in the
consideration of the investment decision, the variables used
economic factors and behavioral motivations. Furthermore,
crosstab and chi square analysis are used to determine the
relationship of demographic factors with economic factors and
behavioral motivations. The results of this study indicate that the
personal financial needs is the most considered factor in
investment decisions. In addition, there is a relationship between
age, education, and income with self-image or firm image
coincidence factor.
Keyword: investment,
motivations
economic
factors,
and
behavioral
1. PENDAHULUAN
PERKEMBANGAN dunia usaha yang kompetitif
membutuhkan keikutsertaan para pelaku usaha untuk lebih
aktif dalam menarik investor sehingga perusahaan harus
mempersiapkan strategi untuk bertahan di dalam persaingan
misalnya melalui investasi.
Investasi di Indonesia saat ini demikian pesat ditandai
dengan peningkatan jumlah investor di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan jumlah investor saham
sebayak 200.000 dari Juli 2009 sampai Oktober 2011
(Warsito, 2011).
Adanya perkembangan investasi, menunjukkan perilaku
keuangan berperan dalam pengambilan keputusan investasi.
Hal ini berarti bahwa terdapat banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku keuangan. Christanti & Mahastanti
(2011) menyatakan bahwa faktor ecomonic dan behavioral
motivation menjadi pertimbangan investor sebelum
berinvestasi. Economic factors yang digunakan dalam
penelitian adalah neutral information, accounting
information, dan classic. Faktor behavioral motivations
yang digunakan adalah self image atau firm image
coincidence, social relevan, advocate recommendation, dan
personal financial needs. Selain itu, Lewellen, Lease dan
Schlarboum (1977), menyatakan bahwa faktor demografi
juga berhubungan dengan keputusan investasi.
Berikut ini adalah beberapa hasil bukti empiris penelitian
sebelumnya. mengenai faktor demografi, economic factors,
dan behavioral motivations dalam pertimbangan keputusan
investasi. Studi yang dilakukan oleh Barber & Odean (2001)
memberikan bukti empiris bahwa pria lebih berani
menanggung risiko dalam berinvestasi. Christanti &
Mahastanti (2011) menggambarkan hubungan faktor
demografi dengan economic factors dan behavioral
motivations. Investor usia 25-29 tahun mempertimbangkan
semua economic factors dan behavioral motivations
sebelum berinvestasi. Hal ini dikarenakan investor pada usia
tersebut masih tergolong pemula di pasar modal. Investor
wanita lebih banyak mempertimbangkan banyak faktor
daripada pria. Investor dengan tingkat pendidikan S1 pun
masih banyak mempertimbangkan semua faktor . Jangka
waktu investasi 1-3 tahun paling banyak mempertimbangkan
banyak factor sebelum berinvestasi. Menurut Ranganathan
(2004) menyatakan bahwa investor yang sudah menikah
cenderung menghindari risiko sehingga mempertimbangkan
hampir semua faktor sebelum berinvestasi. Naggy &
Obenberger (1994) menyatakan bahwa faktor yang paling
dipertimbangkan investor sebelum berinvestasi adalah
economic factor (neutral information dan accounting
information) sehingga dalam berinvestasi, investor paling
mempertimbangkan informasi mengenai ekonomi dan
keuangan
perusahaan
dan
cenderung
kurang
mempertimbangkan faktor lainnya.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka
peneliti ingin menguji apakah faktor yang paling
mendominasi dalam pertimbangan keputusan investasi serta
apakah ada hubungan faktor demografi dengan economic
factors dan behavioral motivations dalam pertimbangan
keputusan investasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan bagi investor sebelum berinvestasi
saham.
2. TEORI PENUNJANG
Menurut Bodie, Kane & Marcus (2003), investasi adalah
komitmen untuk mengikatkan aset di masa sekarang untuk
mendapatkan
return
di
masa
datang
dengan
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35
mengkompensasikan pengorbanan yang telah dilakukan
investor. Investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
real asset dan financial asset. Dalam berinvestasi, investor
memerlukan informasi-informasi yang merupakan faktorfaktor penting sebagai dasar keputusan investasi. Dimana
sikap investor dalam melakukan investasi untuk
memaksimalkan kekayaan investor dengan cara menghindari
risiko (economic factors) dan keputusan investasi
berdasarkan psikologi investor (behavioral motivations).
Berdasarkan klasifikasi Nagy & Obenberger (1994),
economic factors meliputi neutral information, accounting
information, dan classic. Sedangkan behavioral motivations
meliputi self image atau firm image coincidence, social
relevance, advocate recommendation, dan personal
financial needs.
1. Neutral Information merupakan informasi yang didapat
sebelum investor mengambil tindakan dalam berinvestasi.
Informasi ini mencakup informasi dari media tentang
keuangan maupun keadaan ekonomi yang berhubungan
dengan kegiatan investasi. Misalnya, kondisi ekonomi
global, informasi indikator ekonomi (PDB, inflasi, tingkat
suku bunga, dan lain-lain), dan informasi media mengenai
investasi saham (Nagy & Obenberger, 1994).
2.Accounting Information yaitu informasi mengenai laporan
keuangan perusahaan. Misalnya, informasi track record
kinerja perusahaan, informasi laporan keuangan
perusahaan
keseluruhan,
informasi
pertumbuhan
pendapatan perusahaan, informasi pertumbuhan laba
perusahaan, dan harga saham perusahaan (Nagy &
Obenberger, 1994).
3.Classic merupakan kemampuan investor dalam mengambil
tindakan investasi berdasarkan informasi yang telah
didapat. Hal ini meliputi, membeli saham dengan harga
kurang dari atau sama dengan open price, membeli saham
yang memiliki nilai undervalue, membeli saham yang
membagikan dividen kas, membeli saham yang membagi
dividen saham, dan membeli saham untuk memperkecil
risiko keuangan (Nagy & Obenberger, 1994).
4. Self Image atau Firm Image Coincidence merupakan
penilaian terhadap perusahaan yang menerbitkan saham,
meliputi informasi tentang reputasi perusahaan, posisi
perusahaan pada industri yaitu termasuk market leader
atau market follower, new comers, perkiraan produk
perusahaan, dan mengetahui etika-etika perusahaan (Nagy
& Obenberger, 1994).
5. Social Relevan merupakan informasi tentang posisi saham
perusahaan di bursa saham dan tanggung jawab sosial
perusahaan, yang meliputi informasi posisi saham dalam
saham-saham yang terdaftar pada bursa saham, jenis
investasi yang beroperasi di area lokal, jenis investasi
yang beroperasi di area internasional, dan bentuk
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan (Nagy &
Obenberger, 1994).
6. Advocate Recommendation merupakan rekomendasi yang
berasal dari pihak-pihak lain mengenai investasi. Toral
(2002) menyatakan bahwa investor dalam pemilihan
investasi memerlukan tenaga profesional sehingga tidak
ada kecemasan dalam memilih investasi di saat keadaan
pasar sedang lesu, informasi tersebut meliputi
rekomendasi dari teman dan pendapat dari keluarga (Nagy
& Obenberger, 1994).
7. Personal Financial Needs jenis merupakan pengalaman
investor dalam melihat nilai investasi dan perhitungan
31
pada pengeluaran, yang meliputi informasi tentang target
hasil dari investasi untuk memenuhi keuangan pribadi,
estimasi dana untuk investasi, keinginan diversifikasi
dengan membeli saham beda sektor, melihat kembali
kinerja portofolio saham yang dimiliki di masa yang lalu,
melihat alternatif investasi lain selain yang telah dimiliki
dengan melakukan perbandingan alternatif investasi selain
saham (Nagy & Obenberger, 1994).
Selain itu, terdapat faktor demografi yang berhubungan
dengan pertimbangan keputusan investasi. Jika dilihat dari
faktor demografi, terdapat variabel usia, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, pendapatan, dan lama
investasi.
Evan (2004), mengemukakan bahwa investor usia muda
(dibawah 30 tahun) lebih berani mengambil risiko.
Lundeberg, Fox, dan Puncochar (1994), menunjukkan
bahwa meskipun pengetahuan investasi yang dimiliki pria
dan wanita sama, namun pria lebih cenderung toleransi
terhadap risiko. Schooley & Worden (1999) yang
mengemukakan bahwa investor yang sudah menikah
memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap risiko sehingga
lebih mempertimbangkan faktor-faktor dalam keputusan
investasi. Bhandari & Deaves (2005) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
tinggi juga toleransi terhadap risiko. Christanti & Mahastanti
(2011) yang mengemukakan bahwa investor yang paling
banyak mempertimbangkan semua faktor adalah investor
yang telah berinvestasi selama 1-3 tahun.
William (2007), menyatakan bahwa dalam melakukan
investasi, investor mempertimbangkan perilaku perusahaan
terhadap lingkungan dan sosial sekitar. Selain itu, hasil
penelitian Hoffman, Eije, dan Jager (2006) menunjukkan
bahwa investor kurang melakukan interaksi dengan investor
lain. Epstein (1994), meneliti permintaan untuk informasi
sosial dengan investor individu. Hasil menunjukkan laporan
tahunan menjadi bahan pertimbangan yang penting bagi
pemegang saham perusahaan. Hasilnya juga menunjukkan
permintaan yang kuat untuk informasi tentang keselamatan
dan kualitas produk, dan tentang kegiatan lingkungan
perusahaan. Lebih lanjut, mayoritas pemegang saham
perusahaan yang disurvei juga ingin untuk melaporkan etika
perusahaan, hubungan karyawan, dan keterlibatan
masyarakat.
Kutan & Aksoy (2003) menyatakan bahwa informasi
publik mengenai inflasi dan suku bunga memiliki peran
penting dalam menentukan investasi. Selain itu, Merikas
(2008) meneliti faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi
pemilihan ekuitas serta perilaku investor di Bursa Efek
Athena dengan melakukan survey. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor informasi akuntansi memiliki
tingkat signifikan tertinggi. Hal ini berarti informasi
akuntansi sangat berpengaruh terhadap perilaku investor.
Gordon (1959), menyatakan bahwa dividen dapat
meningkatkan kesejahteraan investor saham. Penelitian yang
telah dilakukan oleh
Nagy & Obenberger (1994)
menyatakan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan
investor dalam keputusan investasi adalah neutral
information dan accounting information.
Hipotesa penelitian :
H1: Terdapat faktor yang paling mendominasi dalam
pertimbangan keputusan investasi.
H2: Terdapat hubungan faktor demografi dengan faktorfaktor pertimbangan dalam keputusan investasi.
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35
32
3. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis
penelitian kuantitatif dengan teknik analisa deskriptif.
Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
berada di wilayah Surabaya. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah investor saham di Surabaya. Sampel
yang diambil merupakan nonprobability sample (sampel
tidak acak) menggunakan metode purposive sampling,
dengan kriteria investor saham berdomisili di Surabaya.
Bedasarkan rumus penarikan sampel, maka kuisioner akan
diolah sebanyak 100.
Metode Penelitian
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa faktor konfirmatori, crosstab, chi square.
Dalam penelitian ini, analisa faktor konfirmatori digunakan
untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam
mempertimbangkan keputusan investasi. Kriteria pengujian
berdasarkan loading factor. Jika loading factor > 0,5 maka
faktor dapat dipertimbangkan. Semakin tinggi loading factor
semakin dipertimbangkan faktor tersebut. Uji cross tab dan
chi square untuk melihat ada tidaknya hubungan faktor
demografi dengan faktor-faktor pertimbangan keputusan
investasi.
25 tahun (27%). Dari segi jenis kelamin mayoritas
responden adalah investor pria (61%). Dari segi pendidikan
mayoritas responden adalah investor berpendidikan Sarjana
S1 (62%). Dari segi lama investasi saham mayoritas
responden adalah investor yang telah berinvestasi selama 1
hingga 3 tahun (39%). Dari segi pendapatan dalam 1 tahun
mayoritas responden adalah investor yang dalam 1 tahun
mempunyai pendapatan kurang dari 50 juta (43%).
Analisa Faktor Konfirmatori
Suatu indikator dikatakan dapat membentuk variabel
penelitian jika memiliki loading factor > 0,5. Dari
confirmatory model awal dihasilkan nilai loading factor tiap
indikator sebagai berikut:
Tabel 2
Nilai Loading Factor Model Awal
Neutral Information
Accounting
Information
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Tabel 1
Profil Responden
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pendapatan
Dalam 1
Tahun
Ne1
0,812
Kritis
0,5
Ne2
0,593
0,5
Ne3
0,524
0,5
Ac1
0,597
0,5
Ac2
0,677
0,5
Ac3
0,848
0,5
Ac4
0,88
0,5
Ac5
0,575
0,5
Cl1
0,757
0,5
Cl2
0,565
0,5
Cl3
0,554
0,5
Prosen
tase
Cl4
0,569
0,5
Cl5
0,563
0,5
17 - 25 tahun
27
27%
Se1
0,552
0,5
26 - 35 tahun
22
22%
Se2
0,743
0,5
36 - 45 tahun
12
12%
Se3
0,587
0,5
46 - 55 tahun
20
20%
Se4
0,421
0,5
56 - 65 tahun
9
9%
So1
0,617
0,5
> 65 tahun
Pria
10
10%
So2
0,622
0,5
61
61%
Wanita
So3
0,303
0,5
39
39%
Menikah
54
54%
0,618
0,639
0,5
0,5
Belum menikah
So4
Ad1
46
46%
< SMA
Ad2
0,822
0,5
1
1%
SMA
Ad3
0,562
0,5
27
27%
Diploma (D1/D2/D3)
Pe1
0,663
0,5
3
3%
Sarjana S1
Pe2
0,771
0,5
62
62%
Pasca Sarjana (S2 atau S3)
Pe3
0,371
0,5
7
7%
Pe4
0,631
0,5
31
31%
1 - 3 tahun
Pe5
0,32
0,5
39
39%
4 - 6 tahun
23
23%
> 6 tahun
7
7%
< Rp.50.000.000
43
43%
Rp.50.000.000 - Rp.250.000.000
24
24%
Rp.250.000.000 - Rp.500.000.000
19
19%
> Rp.500.000.000
14
14%
Kategori
< 1 tahun
Lama
Investasi
Saham
Loading
Factor
Frek
uens
i
Demografi
Usia
Classic
Nilai
Indikator
Variabel
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa dari segi
usia mayoritas responden adalah investor berusia 17 hingga
Self Image
Social Relevan
Advocate
Recommendation
Personal Financial
Needs
Berdasarkan tabel 2 diatas, diketahui bahwa pada variabel
neutral information, accounting information, classic, dan
advocate recommendation, semua indikator memiliki nilai
loading factor lebih besar dari 0,5. Hasil ini memberikan
konfirmasi bahwa semua indikator pada keempat variabel
tersebut dapat membentuk masing-masing variabelnya,
sehingga keseluruhan indikator digunakan dalam proses
analisis lebih lanjut.
Pada variabel self image terdapat satu indikator yang
memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5 yaitu Se4. Pada
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35
33
variabel social relevan terdapat satu indikator yang memiliki
nilai loading factor kurang dari 0,5 yaitu So3. Pada variabel
personal financial needs terdapat dua indikator yang
memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5 yaitu Pe3 dan
Pe5. Hasil ini memberikan konfirmasi bahwa indikator Se4,
So3, Pe3 dan Pe5 harus direduksi dan tidak digunakan dalam
proses analisis lebih lanjut.
Tabel 3
Nilai Loading Factor Model Tereduksi
Variabel
Indikator
Loading
Factor
Ne1
0,833
Nilai
Kritis
0,5
Ne2
0,57
0,5
Ne3
0,532
0,5
Ac1
0,601
0,5
Ac2
0,678
0,5
Ac3
0,846
0,5
Ac4
0,88
0,5
Ac5
0,575
0,5
Cl1
0,756
0,5
Cl2
0,565
0,5
Cl3
0,554
0,5
Cl4
0,569
0,5
Cl5
0,565
0,5
Se1
0,629
0,5
Se2
0,678
0,5
Se3
0,564
0,5
So1
0,594
0,5
So2
0,66
0,5
Neutral Information
Accounting Information
Classic
Self Image
Social Relevan
Advocate
Recommendation
Personal Financial
Needs
So4
0,593
0,5
Ad1
0,647
0,5
Ad2
0,814
0,5
Ad3
0,56
0,5
Pe1
0,598
0,5
Pe2
0,686
0,5
Pe4
0,716
0,5
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa semua indikator
memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5. Hasil ini
memberikan konfirmasi bahwa indikator-indikator pada
tabel 3 merupakan indikator pembentuk variabel neutral
information, accounting information, classic, self image,
social relevan, advocate recommendation dan personal
financial needs.
dalam keputusan investasi saham di Surabaya karena kedua
faktor tersebut memiliki nilai standardized regression
weight < 0,5. Berdasarkan hasil yang diambil dari
kesimpulan diatas menunjukkan bahwa faktor personal
financial needs merupakan faktor yang paling dominan
dalam pertimbangan keputusan investasi di Surabaya karena
memiliki nilai Standardized Regression Weight paling besar.
Analisa Crosstab dan Chi Square
Uji Crosstab dan Chi Square dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara faktor demografi dengan
faktor-faktor dalam pertimbangan keputusan investasi.
Faktor demografi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan,
pendidikan, dan lama isnvestasi.
Berikut adalah rangkuman hasil uji crosstab dan chi
square pada faktor demografi
Tabel 5
Uji Crosstab dan Chi Square Pada Faktor Demografi dengan
Faktor-Faktor Pertimbangan Keputusan Investasi
Variabel
Usia
Jenis
Kelamin
Status
Pernikahan
Tabel 4
Nilai Standardized Regression Weight
Faktor
SRW
Neutral Information
←
Keputusan Investasi
0,679
Accounting Information
←
Keputusan Investasi
0,528
Classic
←
Keputusan Investasi
0,165
Self Image
←
Keputusan Investasi
0,820
Social Relevan
←
Keputusan Investasi
0,622
Advocate Recommendation
←
Keputusan Investasi
0,379
Personal Financial Needs
←
Keputusan Investasi
0,929
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa faktor classic
dan advocate recommendation tidak menjadi pertimbangan
Pendidikan
Lama
Investasi
Kategori
Neutral
Information
Accounting
Information
Self Image
Social
Relevan
Personal
Financial
Needs
Neutral
Information
Accounting
Information
Self Image
Social
Relevan
Personal
Financial
Needs
Neutral
Information
Accounting
Information
Self Image
Social
Relevan
Personal
Financial
Needs
Neutral
Information
Accounting
Information
Self Image
Social
Relevan
Personal
Financial
Needs
Neutral
Information
Accounting
Hasil
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak
menolak
H2
Tolak
H2
Interpretasi
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak
menolak
H2
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
Tidak ada
Ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35
Information
Self Image
Social
Relevan
Personal
Financial
Needs
Neutral
Information
Accounting
Information
Pendapatan
Self Image
Social
Relevan
Personal
Financial
Needs
34
H2
hubungan
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
H2
Tolak
H2
Tolak
H2
Tidak
menolak
H2
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Tolak
H2
Tidak ada
hubungan
Ada
hubungan
Tidak ada
hubungan
Berdasarkan Tabel 5 hanya faktor usia, pendidikan, dan
pendapatan yang berhubungan dengan pertimbangan faktorfaktor dalam berinvestasi. Pada faktor usia, semakin muda
usia investor, maka semakin besar pertimbangannya
terhadap faktor self image perusahaan. Penelitian ini sejalan
dengan Epstein (2004) yang menyatakan bahwa investor
saham mempertimbangkan reputasi perusahaan penerbit
saham sebelum berinvestasi. Pada pendidikan, semakin
tinggi jenjang pendidikan investor, maka semakin besar
pertimbangannya terhadap faktor self image perusahaan.
Selanjutnya, pada faktor pendapatan, semakin besar
pendapatan investor, maka semakin besar pertimbangannya
terhadap faktor self image.
Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa
faktor personal financial needs merupakan faktor yang
paling mendominasi, dilihat dari nilai loading faktor terbesar
0,929. Dengan demikian, membuktikan bahwa sebelum
berinvestasi saham, investor saham di Surabaya
mengestimasi target hasil dari investasi saham agar dapat
memenuhi kebutuhan pribadi investor dan investor juga
mengestimasikan dana yang digunakan untuk berinvestasi
saham.
Selain itu, berdasarkan hasil output standardized
regression weight menunjukkan bahwa faktor classic dan
faktor advocate recommendation tidak termasuk dalam
faktor-faktor yang dipertimbangkan investor saham di
Surabaya sebelum berinvestasi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan nilai standardized regression weight pada advocate
recommendation dan classic memiliki nilai loading factor
kurang dari 0,5, yaitu masing-masing sebesar 0,379 dan
0,165. Hasil tersebut, membuktikan bahwa sebelum
berinvestasi saham, investor saham di Surabaya kurang
memperhitungkan rekomendasi dari pihak lain dan kurang
mempertimbangkan kemampuan investor dalam mengambil
tindakan berdasarkan informasi yang sudah ada. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Hoffman,
Eijie, dan Jager (2006), menyatakan bahwa pengalaman
pribadi cukup untuk membuat keputusan investasi yang
benar sehingga tidak terlalu mempertimbangkan pendapat
pihak lain. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Miller dan Scholer
(1978) yang menghasilkan bahwa dividen tidak relevan
terhadap kesejahteraan investor saham. Hal ini menyebabkan
informasi dividen yang sudah ada tidak begitu menjadi
pertimbangan investor saham di Surabaya.
Pengujian statistik menunjukan bahwa ada sebagian faktor
demografi yang mempunyai hubungan dengan faktor-faktor
pertimbangan dalam keputusan investasi. Faktor usia yang
mempunyai hubungan yang kuat dengan faktor self image
atau firm-image coincidence. Hal ini dibuktikan dengan
hasil chi square antara usia dengan self image yang kurang
dari 0,5, yaitu 0,047. Semakin muda usia investor saham di
Surabaya, maka semakin besar pertimbangannya terhadap
faktor self image atau firm-image coincidence, ditunjukkan
dengan prosentase jawaban responden yang semakin sangat
setuju. Investor di Surabaya cenderung mempertimbangkan
informasi mengenai perusahaan penerbit saham secara
keseluruhan. Penelitian ini sejalan dengan Epstein (2004)
yang menyatakan bahwa investor saham mempertimbangkan
reputasi perusahaan penerbit saham sebelum berinvestasi.
Sedangkan faktor-faktor pertimbangan lainnya tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan usia. Hal ini
menunjukkan bahwa berapapun usia investor saham di
Surabaya mempunyai pertimbangan yang sama terhadap
faktor-faktor selain self image atau firm-image coincidence.
Faktor jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan
faktor-faktor pertimbangan dalam keputusan investasi. Hal
ini menunjukkan bahwa investor saham di Surabaya baik
pria dan wanita mempunyai pertimbangan yang sama
terhadap faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi.
Faktor status pernikahan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan faktor-faktor dalam pertimbangan
keputusan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa investor
saham di Surabaya baik yang menikah maupun belum
menikah mempunyai pertimbangan yang sama terhadap
faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi.
Selanjutnya, faktor pendidikan mempunyai hubungan
yang kuat dengan faktor self image atau firm-image
coincidence, hal ini dibuktikan dengan hasil chi square
antara pendidikan dengan self image yang kurang dari 0,5,
yaitu 0,000. Hal ini berarti semakin tinggi jenjang
pendidikan investor saham di Surabaya, maka semakin besar
pertimbangannya terhadap faktor self image atau firm-image
coincidence. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Bhandari dan Deaves (2005) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin tinggi juga toleransi terhadap risiko. Faktor lama
investasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi. Hal ini
menunjukkan bahwa berapapun lama investor telah
berinvestasi, mempunyai pertimbangan yang sama terhadap
faktor-faktor pertimbangan dalam keputusan investasi. Hasil
dari pendapatan membuktikan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara jumlah pendapatan 1 tahun dengan
faktor self image atau firm-image coincidence, hal ini
dibuktikan dengan hasil chi square antara pendapatan
dengan self image yang kurang dari 0,5, yaitu 0,009. Hal ini
berarti bahwa semakin besar pendapatan, maka semakin
besar pertimbangannya terhadap faktor self image atau firmimage coincidence.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 100
responden maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesa pertama yang menyatakan terdapat faktor yang
dominan dalam pertimbangan keputusan investasi saham di
Surabaya, yaitu faktor personal financial needs.
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35
Hipotesa kedua yang menyatakan terdapat hubungan
antara faktor demografi dengan pertimbangan dalam
keputusan investasi, diterima karena berdasarkan hasil
diketahui bahwa faktor usia, pendidikan, dan pendapatan
berhubungan dengan pertimbangan dalam keputusan
investasi.
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang seharusnya
secara logika mempunyai hubungan, tetapi setelah di analisa
mempunyai hasil yang tidak signifikan. Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai perilaku
investor karena melihat perkembangan investor di Indonesia
yang semakin meningkat. Selain itu dapat juga dilakukan
pengambilan sampel dari lain wilayah atau ditentukan
faktor-faktor lain (seperti faktor bias kognitif perilaku
investor dalam berinvestasi) yang dapat dapat menjadi
pertimbangan keputusan investasi saham.
DAFTAR PUSTAKA
Barber, B., & Odean, T. (2001). Boys Will Be Boys :
Gender,Overconvidence, and Common Stock Investment. The
Quarterly Journal of Economics , 261-292.
Bhandari, G. a. (2005). The Demographics of Overconfidence. The
Journal of Behavioral Finance , 7 , 5-11.
Bodie, Z., Kane, A., & Markus, A. (1999). Investments (3th
Edition ed). New York: McGraw-Hill.
Christanti, N. & Mahastanti, L. A. (2011). Faktor-Faktor yang
Dipertimbangkan Investor dalam Melakukan Investasi. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan, vol 4.
Evans, J. (2004). Wealthy Investor Attitudes, Expectations, and
Behaviors toward Risk and Returns. Journal of Wealth
Management , 12-18.
Gordon, M. (1959), Dividends, Earnings and Stock Prices, Review
of Economics and Statistics.
Hoffmann, A., Eijie, J. & Jager, W. (2006). Individual Investors’
Needs and Conformity Behavior. (Working Paper)
Kutan. A. M., & Aksoy, T. (2003). Public information arrival and
the Fisher effect in Emerging Markets: Evidence from stock and
bond Markets in Turkey. The Journal of Financial Services
Research Vol. 23 No. 3, 225-239.
Lewellen, W., Lease, R. C., & Schlarbaum, G. G. (1977). Pattern
of Investment Strategy and Behavior among Individual Investors.
The Journal of Business , 296-332.
Lundeberg, M. A., Paul, W. F. & Judith, P. (1994). Highly
Confident but Wrong : Gender Differences and Similarities in
Confiende Judgements. The Journal of Education Psychology ,
LXXXVI , 114-121.
Merikas, A. A., Merikas, A. G., Vozikis, G. S, Prasad, D. (2008).
Economic Factors and Individual Investor Behavioral : The Case
Of The Greek Stock. The Journal of Applied Business Research,
Vol. 20, No.4.
Nagy. A., & Obenberger, W. (1994). Factors Influencing
Individual Investor Behavior. Financial Analysts Journal , 63-68.
Ranganathan, K. (2004). A Study of Fund Selection Behavior of
Individual Investor Towards Mutual Funds. Madurai Komaraj
University
35
Schooley, D., & Worden, D. (1999). Investor's Asset Allocations
versus Life-Cycle Funds. Financial Analysis Journal , 48, 32-37.
Toral, Al. (2002). Other ways to Score Investment Points. Pure
Fundamentalist
Warsito, Ito. (2011). Dirut BEI: Minat Investasi di Pasar Modal
Meningkat.
Retrived
Mei
7,
2013,
from
http://www.investor.co.id/home/dirut-bei-minat-investasi-di-pasarmodal-meningkat/21286.
William, D. (2007). Some Determinants of The Socially
Responsible Investment Decision : A Cross Country. The Journal
Behavioral Finance , 8, 43-57.
Download