FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35 30 Faktor Demografi, Economic Factors dan Behavioral Motivation Dalam Pertimbangan Keputusan Investasi Di Surabaya Melisa Kusumawati Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] Abstrak—Penelitian ini menganalis faktor yang paling mendominasi dalam pertimbangan keputusan investasi serta mengetahui hubungan faktor demografi dengan faktor behavioral motivations dan economic factors dalam pertimbangan keputusan investasi di Surabaya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi investor ketika berinvestasi di pasar saham. Penelitian ini menggunakan teknik analisa faktor konfirmatori untuk mengetahui faktor yang paling mendominasi dalam pertimbangan keputusan investasi, variabel yang digunakan economic factors dan behavioral motivations. Selanjutnya, analisa crosstab dan chi square digunakan untuk mengetahui hubungan faktor demografi dengan economic factors dan faktor behavioral motivation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal financial needs merupakan faktor yang paling dipertimbangkan dalam keputusan investasi dan terdapat hubungan antara usia, pendidikan, dan pendapatan dengan faktor self image atau firm image coincidence. Kata Kunci— investasi, economic factors dan behavioral motivations Abstract—This study analyzes the most dominating factor in the consideration of investment decisions and determines the relationship of demographic factors with behavioral motivations and economic factors into consideration factors of investment decision. The result is expected to be a reference for investor when investing in the stock market. This study uses confirmatory factor analysis techniques to determine the most dominating factor in the consideration of the investment decision, the variables used economic factors and behavioral motivations. Furthermore, crosstab and chi square analysis are used to determine the relationship of demographic factors with economic factors and behavioral motivations. The results of this study indicate that the personal financial needs is the most considered factor in investment decisions. In addition, there is a relationship between age, education, and income with self-image or firm image coincidence factor. Keyword: investment, motivations economic factors, and behavioral 1. PENDAHULUAN PERKEMBANGAN dunia usaha yang kompetitif membutuhkan keikutsertaan para pelaku usaha untuk lebih aktif dalam menarik investor sehingga perusahaan harus mempersiapkan strategi untuk bertahan di dalam persaingan misalnya melalui investasi. Investasi di Indonesia saat ini demikian pesat ditandai dengan peningkatan jumlah investor di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah investor saham sebayak 200.000 dari Juli 2009 sampai Oktober 2011 (Warsito, 2011). Adanya perkembangan investasi, menunjukkan perilaku keuangan berperan dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini berarti bahwa terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keuangan. Christanti & Mahastanti (2011) menyatakan bahwa faktor ecomonic dan behavioral motivation menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi. Economic factors yang digunakan dalam penelitian adalah neutral information, accounting information, dan classic. Faktor behavioral motivations yang digunakan adalah self image atau firm image coincidence, social relevan, advocate recommendation, dan personal financial needs. Selain itu, Lewellen, Lease dan Schlarboum (1977), menyatakan bahwa faktor demografi juga berhubungan dengan keputusan investasi. Berikut ini adalah beberapa hasil bukti empiris penelitian sebelumnya. mengenai faktor demografi, economic factors, dan behavioral motivations dalam pertimbangan keputusan investasi. Studi yang dilakukan oleh Barber & Odean (2001) memberikan bukti empiris bahwa pria lebih berani menanggung risiko dalam berinvestasi. Christanti & Mahastanti (2011) menggambarkan hubungan faktor demografi dengan economic factors dan behavioral motivations. Investor usia 25-29 tahun mempertimbangkan semua economic factors dan behavioral motivations sebelum berinvestasi. Hal ini dikarenakan investor pada usia tersebut masih tergolong pemula di pasar modal. Investor wanita lebih banyak mempertimbangkan banyak faktor daripada pria. Investor dengan tingkat pendidikan S1 pun masih banyak mempertimbangkan semua faktor . Jangka waktu investasi 1-3 tahun paling banyak mempertimbangkan banyak factor sebelum berinvestasi. Menurut Ranganathan (2004) menyatakan bahwa investor yang sudah menikah cenderung menghindari risiko sehingga mempertimbangkan hampir semua faktor sebelum berinvestasi. Naggy & Obenberger (1994) menyatakan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan investor sebelum berinvestasi adalah economic factor (neutral information dan accounting information) sehingga dalam berinvestasi, investor paling mempertimbangkan informasi mengenai ekonomi dan keuangan perusahaan dan cenderung kurang mempertimbangkan faktor lainnya. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka peneliti ingin menguji apakah faktor yang paling mendominasi dalam pertimbangan keputusan investasi serta apakah ada hubungan faktor demografi dengan economic factors dan behavioral motivations dalam pertimbangan keputusan investasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor sebelum berinvestasi saham. 2. TEORI PENUNJANG Menurut Bodie, Kane & Marcus (2003), investasi adalah komitmen untuk mengikatkan aset di masa sekarang untuk mendapatkan return di masa datang dengan FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35 mengkompensasikan pengorbanan yang telah dilakukan investor. Investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu real asset dan financial asset. Dalam berinvestasi, investor memerlukan informasi-informasi yang merupakan faktorfaktor penting sebagai dasar keputusan investasi. Dimana sikap investor dalam melakukan investasi untuk memaksimalkan kekayaan investor dengan cara menghindari risiko (economic factors) dan keputusan investasi berdasarkan psikologi investor (behavioral motivations). Berdasarkan klasifikasi Nagy & Obenberger (1994), economic factors meliputi neutral information, accounting information, dan classic. Sedangkan behavioral motivations meliputi self image atau firm image coincidence, social relevance, advocate recommendation, dan personal financial needs. 1. Neutral Information merupakan informasi yang didapat sebelum investor mengambil tindakan dalam berinvestasi. Informasi ini mencakup informasi dari media tentang keuangan maupun keadaan ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan investasi. Misalnya, kondisi ekonomi global, informasi indikator ekonomi (PDB, inflasi, tingkat suku bunga, dan lain-lain), dan informasi media mengenai investasi saham (Nagy & Obenberger, 1994). 2.Accounting Information yaitu informasi mengenai laporan keuangan perusahaan. Misalnya, informasi track record kinerja perusahaan, informasi laporan keuangan perusahaan keseluruhan, informasi pertumbuhan pendapatan perusahaan, informasi pertumbuhan laba perusahaan, dan harga saham perusahaan (Nagy & Obenberger, 1994). 3.Classic merupakan kemampuan investor dalam mengambil tindakan investasi berdasarkan informasi yang telah didapat. Hal ini meliputi, membeli saham dengan harga kurang dari atau sama dengan open price, membeli saham yang memiliki nilai undervalue, membeli saham yang membagikan dividen kas, membeli saham yang membagi dividen saham, dan membeli saham untuk memperkecil risiko keuangan (Nagy & Obenberger, 1994). 4. Self Image atau Firm Image Coincidence merupakan penilaian terhadap perusahaan yang menerbitkan saham, meliputi informasi tentang reputasi perusahaan, posisi perusahaan pada industri yaitu termasuk market leader atau market follower, new comers, perkiraan produk perusahaan, dan mengetahui etika-etika perusahaan (Nagy & Obenberger, 1994). 5. Social Relevan merupakan informasi tentang posisi saham perusahaan di bursa saham dan tanggung jawab sosial perusahaan, yang meliputi informasi posisi saham dalam saham-saham yang terdaftar pada bursa saham, jenis investasi yang beroperasi di area lokal, jenis investasi yang beroperasi di area internasional, dan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan (Nagy & Obenberger, 1994). 6. Advocate Recommendation merupakan rekomendasi yang berasal dari pihak-pihak lain mengenai investasi. Toral (2002) menyatakan bahwa investor dalam pemilihan investasi memerlukan tenaga profesional sehingga tidak ada kecemasan dalam memilih investasi di saat keadaan pasar sedang lesu, informasi tersebut meliputi rekomendasi dari teman dan pendapat dari keluarga (Nagy & Obenberger, 1994). 7. Personal Financial Needs jenis merupakan pengalaman investor dalam melihat nilai investasi dan perhitungan 31 pada pengeluaran, yang meliputi informasi tentang target hasil dari investasi untuk memenuhi keuangan pribadi, estimasi dana untuk investasi, keinginan diversifikasi dengan membeli saham beda sektor, melihat kembali kinerja portofolio saham yang dimiliki di masa yang lalu, melihat alternatif investasi lain selain yang telah dimiliki dengan melakukan perbandingan alternatif investasi selain saham (Nagy & Obenberger, 1994). Selain itu, terdapat faktor demografi yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan investasi. Jika dilihat dari faktor demografi, terdapat variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, pendapatan, dan lama investasi. Evan (2004), mengemukakan bahwa investor usia muda (dibawah 30 tahun) lebih berani mengambil risiko. Lundeberg, Fox, dan Puncochar (1994), menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan investasi yang dimiliki pria dan wanita sama, namun pria lebih cenderung toleransi terhadap risiko. Schooley & Worden (1999) yang mengemukakan bahwa investor yang sudah menikah memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap risiko sehingga lebih mempertimbangkan faktor-faktor dalam keputusan investasi. Bhandari & Deaves (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga toleransi terhadap risiko. Christanti & Mahastanti (2011) yang mengemukakan bahwa investor yang paling banyak mempertimbangkan semua faktor adalah investor yang telah berinvestasi selama 1-3 tahun. William (2007), menyatakan bahwa dalam melakukan investasi, investor mempertimbangkan perilaku perusahaan terhadap lingkungan dan sosial sekitar. Selain itu, hasil penelitian Hoffman, Eije, dan Jager (2006) menunjukkan bahwa investor kurang melakukan interaksi dengan investor lain. Epstein (1994), meneliti permintaan untuk informasi sosial dengan investor individu. Hasil menunjukkan laporan tahunan menjadi bahan pertimbangan yang penting bagi pemegang saham perusahaan. Hasilnya juga menunjukkan permintaan yang kuat untuk informasi tentang keselamatan dan kualitas produk, dan tentang kegiatan lingkungan perusahaan. Lebih lanjut, mayoritas pemegang saham perusahaan yang disurvei juga ingin untuk melaporkan etika perusahaan, hubungan karyawan, dan keterlibatan masyarakat. Kutan & Aksoy (2003) menyatakan bahwa informasi publik mengenai inflasi dan suku bunga memiliki peran penting dalam menentukan investasi. Selain itu, Merikas (2008) meneliti faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi pemilihan ekuitas serta perilaku investor di Bursa Efek Athena dengan melakukan survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor informasi akuntansi memiliki tingkat signifikan tertinggi. Hal ini berarti informasi akuntansi sangat berpengaruh terhadap perilaku investor. Gordon (1959), menyatakan bahwa dividen dapat meningkatkan kesejahteraan investor saham. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nagy & Obenberger (1994) menyatakan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan investor dalam keputusan investasi adalah neutral information dan accounting information. Hipotesa penelitian : H1: Terdapat faktor yang paling mendominasi dalam pertimbangan keputusan investasi. H2: Terdapat hubungan faktor demografi dengan faktorfaktor pertimbangan dalam keputusan investasi. FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35 32 3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kuantitatif dengan teknik analisa deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah Surabaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah investor saham di Surabaya. Sampel yang diambil merupakan nonprobability sample (sampel tidak acak) menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria investor saham berdomisili di Surabaya. Bedasarkan rumus penarikan sampel, maka kuisioner akan diolah sebanyak 100. Metode Penelitian Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa faktor konfirmatori, crosstab, chi square. Dalam penelitian ini, analisa faktor konfirmatori digunakan untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam mempertimbangkan keputusan investasi. Kriteria pengujian berdasarkan loading factor. Jika loading factor > 0,5 maka faktor dapat dipertimbangkan. Semakin tinggi loading factor semakin dipertimbangkan faktor tersebut. Uji cross tab dan chi square untuk melihat ada tidaknya hubungan faktor demografi dengan faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi. 25 tahun (27%). Dari segi jenis kelamin mayoritas responden adalah investor pria (61%). Dari segi pendidikan mayoritas responden adalah investor berpendidikan Sarjana S1 (62%). Dari segi lama investasi saham mayoritas responden adalah investor yang telah berinvestasi selama 1 hingga 3 tahun (39%). Dari segi pendapatan dalam 1 tahun mayoritas responden adalah investor yang dalam 1 tahun mempunyai pendapatan kurang dari 50 juta (43%). Analisa Faktor Konfirmatori Suatu indikator dikatakan dapat membentuk variabel penelitian jika memiliki loading factor > 0,5. Dari confirmatory model awal dihasilkan nilai loading factor tiap indikator sebagai berikut: Tabel 2 Nilai Loading Factor Model Awal Neutral Information Accounting Information 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Profil Responden Tabel 1 Profil Responden Jenis Kelamin Status Pendidikan Pendapatan Dalam 1 Tahun Ne1 0,812 Kritis 0,5 Ne2 0,593 0,5 Ne3 0,524 0,5 Ac1 0,597 0,5 Ac2 0,677 0,5 Ac3 0,848 0,5 Ac4 0,88 0,5 Ac5 0,575 0,5 Cl1 0,757 0,5 Cl2 0,565 0,5 Cl3 0,554 0,5 Prosen tase Cl4 0,569 0,5 Cl5 0,563 0,5 17 - 25 tahun 27 27% Se1 0,552 0,5 26 - 35 tahun 22 22% Se2 0,743 0,5 36 - 45 tahun 12 12% Se3 0,587 0,5 46 - 55 tahun 20 20% Se4 0,421 0,5 56 - 65 tahun 9 9% So1 0,617 0,5 > 65 tahun Pria 10 10% So2 0,622 0,5 61 61% Wanita So3 0,303 0,5 39 39% Menikah 54 54% 0,618 0,639 0,5 0,5 Belum menikah So4 Ad1 46 46% < SMA Ad2 0,822 0,5 1 1% SMA Ad3 0,562 0,5 27 27% Diploma (D1/D2/D3) Pe1 0,663 0,5 3 3% Sarjana S1 Pe2 0,771 0,5 62 62% Pasca Sarjana (S2 atau S3) Pe3 0,371 0,5 7 7% Pe4 0,631 0,5 31 31% 1 - 3 tahun Pe5 0,32 0,5 39 39% 4 - 6 tahun 23 23% > 6 tahun 7 7% < Rp.50.000.000 43 43% Rp.50.000.000 - Rp.250.000.000 24 24% Rp.250.000.000 - Rp.500.000.000 19 19% > Rp.500.000.000 14 14% Kategori < 1 tahun Lama Investasi Saham Loading Factor Frek uens i Demografi Usia Classic Nilai Indikator Variabel Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa dari segi usia mayoritas responden adalah investor berusia 17 hingga Self Image Social Relevan Advocate Recommendation Personal Financial Needs Berdasarkan tabel 2 diatas, diketahui bahwa pada variabel neutral information, accounting information, classic, dan advocate recommendation, semua indikator memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5. Hasil ini memberikan konfirmasi bahwa semua indikator pada keempat variabel tersebut dapat membentuk masing-masing variabelnya, sehingga keseluruhan indikator digunakan dalam proses analisis lebih lanjut. Pada variabel self image terdapat satu indikator yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5 yaitu Se4. Pada FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35 33 variabel social relevan terdapat satu indikator yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5 yaitu So3. Pada variabel personal financial needs terdapat dua indikator yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5 yaitu Pe3 dan Pe5. Hasil ini memberikan konfirmasi bahwa indikator Se4, So3, Pe3 dan Pe5 harus direduksi dan tidak digunakan dalam proses analisis lebih lanjut. Tabel 3 Nilai Loading Factor Model Tereduksi Variabel Indikator Loading Factor Ne1 0,833 Nilai Kritis 0,5 Ne2 0,57 0,5 Ne3 0,532 0,5 Ac1 0,601 0,5 Ac2 0,678 0,5 Ac3 0,846 0,5 Ac4 0,88 0,5 Ac5 0,575 0,5 Cl1 0,756 0,5 Cl2 0,565 0,5 Cl3 0,554 0,5 Cl4 0,569 0,5 Cl5 0,565 0,5 Se1 0,629 0,5 Se2 0,678 0,5 Se3 0,564 0,5 So1 0,594 0,5 So2 0,66 0,5 Neutral Information Accounting Information Classic Self Image Social Relevan Advocate Recommendation Personal Financial Needs So4 0,593 0,5 Ad1 0,647 0,5 Ad2 0,814 0,5 Ad3 0,56 0,5 Pe1 0,598 0,5 Pe2 0,686 0,5 Pe4 0,716 0,5 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa semua indikator memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5. Hasil ini memberikan konfirmasi bahwa indikator-indikator pada tabel 3 merupakan indikator pembentuk variabel neutral information, accounting information, classic, self image, social relevan, advocate recommendation dan personal financial needs. dalam keputusan investasi saham di Surabaya karena kedua faktor tersebut memiliki nilai standardized regression weight < 0,5. Berdasarkan hasil yang diambil dari kesimpulan diatas menunjukkan bahwa faktor personal financial needs merupakan faktor yang paling dominan dalam pertimbangan keputusan investasi di Surabaya karena memiliki nilai Standardized Regression Weight paling besar. Analisa Crosstab dan Chi Square Uji Crosstab dan Chi Square dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor demografi dengan faktor-faktor dalam pertimbangan keputusan investasi. Faktor demografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan, pendidikan, dan lama isnvestasi. Berikut adalah rangkuman hasil uji crosstab dan chi square pada faktor demografi Tabel 5 Uji Crosstab dan Chi Square Pada Faktor Demografi dengan Faktor-Faktor Pertimbangan Keputusan Investasi Variabel Usia Jenis Kelamin Status Pernikahan Tabel 4 Nilai Standardized Regression Weight Faktor SRW Neutral Information ← Keputusan Investasi 0,679 Accounting Information ← Keputusan Investasi 0,528 Classic ← Keputusan Investasi 0,165 Self Image ← Keputusan Investasi 0,820 Social Relevan ← Keputusan Investasi 0,622 Advocate Recommendation ← Keputusan Investasi 0,379 Personal Financial Needs ← Keputusan Investasi 0,929 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa faktor classic dan advocate recommendation tidak menjadi pertimbangan Pendidikan Lama Investasi Kategori Neutral Information Accounting Information Self Image Social Relevan Personal Financial Needs Neutral Information Accounting Information Self Image Social Relevan Personal Financial Needs Neutral Information Accounting Information Self Image Social Relevan Personal Financial Needs Neutral Information Accounting Information Self Image Social Relevan Personal Financial Needs Neutral Information Accounting Hasil Tolak H2 Tolak H2 Tidak menolak H2 Tolak H2 Interpretasi Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tidak menolak H2 Tolak H2 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak H2 Tolak H2 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak Tidak ada Ada hubungan Tidak ada hubungan Ada hubungan Tidak ada hubungan FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35 Information Self Image Social Relevan Personal Financial Needs Neutral Information Accounting Information Pendapatan Self Image Social Relevan Personal Financial Needs 34 H2 hubungan Tolak H2 Tolak H2 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak H2 Tolak H2 Tolak H2 Tidak menolak H2 Tolak H2 Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tolak H2 Tidak ada hubungan Ada hubungan Tidak ada hubungan Berdasarkan Tabel 5 hanya faktor usia, pendidikan, dan pendapatan yang berhubungan dengan pertimbangan faktorfaktor dalam berinvestasi. Pada faktor usia, semakin muda usia investor, maka semakin besar pertimbangannya terhadap faktor self image perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan Epstein (2004) yang menyatakan bahwa investor saham mempertimbangkan reputasi perusahaan penerbit saham sebelum berinvestasi. Pada pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan investor, maka semakin besar pertimbangannya terhadap faktor self image perusahaan. Selanjutnya, pada faktor pendapatan, semakin besar pendapatan investor, maka semakin besar pertimbangannya terhadap faktor self image. Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa faktor personal financial needs merupakan faktor yang paling mendominasi, dilihat dari nilai loading faktor terbesar 0,929. Dengan demikian, membuktikan bahwa sebelum berinvestasi saham, investor saham di Surabaya mengestimasi target hasil dari investasi saham agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi investor dan investor juga mengestimasikan dana yang digunakan untuk berinvestasi saham. Selain itu, berdasarkan hasil output standardized regression weight menunjukkan bahwa faktor classic dan faktor advocate recommendation tidak termasuk dalam faktor-faktor yang dipertimbangkan investor saham di Surabaya sebelum berinvestasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai standardized regression weight pada advocate recommendation dan classic memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5, yaitu masing-masing sebesar 0,379 dan 0,165. Hasil tersebut, membuktikan bahwa sebelum berinvestasi saham, investor saham di Surabaya kurang memperhitungkan rekomendasi dari pihak lain dan kurang mempertimbangkan kemampuan investor dalam mengambil tindakan berdasarkan informasi yang sudah ada. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Hoffman, Eijie, dan Jager (2006), menyatakan bahwa pengalaman pribadi cukup untuk membuat keputusan investasi yang benar sehingga tidak terlalu mempertimbangkan pendapat pihak lain. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Miller dan Scholer (1978) yang menghasilkan bahwa dividen tidak relevan terhadap kesejahteraan investor saham. Hal ini menyebabkan informasi dividen yang sudah ada tidak begitu menjadi pertimbangan investor saham di Surabaya. Pengujian statistik menunjukan bahwa ada sebagian faktor demografi yang mempunyai hubungan dengan faktor-faktor pertimbangan dalam keputusan investasi. Faktor usia yang mempunyai hubungan yang kuat dengan faktor self image atau firm-image coincidence. Hal ini dibuktikan dengan hasil chi square antara usia dengan self image yang kurang dari 0,5, yaitu 0,047. Semakin muda usia investor saham di Surabaya, maka semakin besar pertimbangannya terhadap faktor self image atau firm-image coincidence, ditunjukkan dengan prosentase jawaban responden yang semakin sangat setuju. Investor di Surabaya cenderung mempertimbangkan informasi mengenai perusahaan penerbit saham secara keseluruhan. Penelitian ini sejalan dengan Epstein (2004) yang menyatakan bahwa investor saham mempertimbangkan reputasi perusahaan penerbit saham sebelum berinvestasi. Sedangkan faktor-faktor pertimbangan lainnya tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan usia. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun usia investor saham di Surabaya mempunyai pertimbangan yang sama terhadap faktor-faktor selain self image atau firm-image coincidence. Faktor jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan faktor-faktor pertimbangan dalam keputusan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa investor saham di Surabaya baik pria dan wanita mempunyai pertimbangan yang sama terhadap faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi. Faktor status pernikahan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan faktor-faktor dalam pertimbangan keputusan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa investor saham di Surabaya baik yang menikah maupun belum menikah mempunyai pertimbangan yang sama terhadap faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi. Selanjutnya, faktor pendidikan mempunyai hubungan yang kuat dengan faktor self image atau firm-image coincidence, hal ini dibuktikan dengan hasil chi square antara pendidikan dengan self image yang kurang dari 0,5, yaitu 0,000. Hal ini berarti semakin tinggi jenjang pendidikan investor saham di Surabaya, maka semakin besar pertimbangannya terhadap faktor self image atau firm-image coincidence. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bhandari dan Deaves (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga toleransi terhadap risiko. Faktor lama investasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan faktor-faktor pertimbangan keputusan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun lama investor telah berinvestasi, mempunyai pertimbangan yang sama terhadap faktor-faktor pertimbangan dalam keputusan investasi. Hasil dari pendapatan membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan 1 tahun dengan faktor self image atau firm-image coincidence, hal ini dibuktikan dengan hasil chi square antara pendapatan dengan self image yang kurang dari 0,5, yaitu 0,009. Hal ini berarti bahwa semakin besar pendapatan, maka semakin besar pertimbangannya terhadap faktor self image atau firmimage coincidence. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 100 responden maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Hipotesa pertama yang menyatakan terdapat faktor yang dominan dalam pertimbangan keputusan investasi saham di Surabaya, yaitu faktor personal financial needs. FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 30-35 Hipotesa kedua yang menyatakan terdapat hubungan antara faktor demografi dengan pertimbangan dalam keputusan investasi, diterima karena berdasarkan hasil diketahui bahwa faktor usia, pendidikan, dan pendapatan berhubungan dengan pertimbangan dalam keputusan investasi. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang seharusnya secara logika mempunyai hubungan, tetapi setelah di analisa mempunyai hasil yang tidak signifikan. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai perilaku investor karena melihat perkembangan investor di Indonesia yang semakin meningkat. Selain itu dapat juga dilakukan pengambilan sampel dari lain wilayah atau ditentukan faktor-faktor lain (seperti faktor bias kognitif perilaku investor dalam berinvestasi) yang dapat dapat menjadi pertimbangan keputusan investasi saham. DAFTAR PUSTAKA Barber, B., & Odean, T. (2001). Boys Will Be Boys : Gender,Overconvidence, and Common Stock Investment. The Quarterly Journal of Economics , 261-292. Bhandari, G. a. (2005). The Demographics of Overconfidence. The Journal of Behavioral Finance , 7 , 5-11. Bodie, Z., Kane, A., & Markus, A. (1999). Investments (3th Edition ed). New York: McGraw-Hill. Christanti, N. & Mahastanti, L. A. (2011). Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Investor dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, vol 4. Evans, J. (2004). Wealthy Investor Attitudes, Expectations, and Behaviors toward Risk and Returns. Journal of Wealth Management , 12-18. Gordon, M. (1959), Dividends, Earnings and Stock Prices, Review of Economics and Statistics. Hoffmann, A., Eijie, J. & Jager, W. (2006). Individual Investors’ Needs and Conformity Behavior. (Working Paper) Kutan. A. M., & Aksoy, T. (2003). Public information arrival and the Fisher effect in Emerging Markets: Evidence from stock and bond Markets in Turkey. The Journal of Financial Services Research Vol. 23 No. 3, 225-239. Lewellen, W., Lease, R. C., & Schlarbaum, G. G. (1977). Pattern of Investment Strategy and Behavior among Individual Investors. The Journal of Business , 296-332. Lundeberg, M. A., Paul, W. F. & Judith, P. (1994). Highly Confident but Wrong : Gender Differences and Similarities in Confiende Judgements. The Journal of Education Psychology , LXXXVI , 114-121. Merikas, A. A., Merikas, A. G., Vozikis, G. S, Prasad, D. (2008). Economic Factors and Individual Investor Behavioral : The Case Of The Greek Stock. The Journal of Applied Business Research, Vol. 20, No.4. Nagy. A., & Obenberger, W. (1994). Factors Influencing Individual Investor Behavior. Financial Analysts Journal , 63-68. Ranganathan, K. (2004). A Study of Fund Selection Behavior of Individual Investor Towards Mutual Funds. Madurai Komaraj University 35 Schooley, D., & Worden, D. (1999). Investor's Asset Allocations versus Life-Cycle Funds. Financial Analysis Journal , 48, 32-37. Toral, Al. (2002). Other ways to Score Investment Points. Pure Fundamentalist Warsito, Ito. (2011). Dirut BEI: Minat Investasi di Pasar Modal Meningkat. Retrived Mei 7, 2013, from http://www.investor.co.id/home/dirut-bei-minat-investasi-di-pasarmodal-meningkat/21286. William, D. (2007). Some Determinants of The Socially Responsible Investment Decision : A Cross Country. The Journal Behavioral Finance , 8, 43-57.