12 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian UKM
Di kota Bandung sektor informal tumbuh pesat sejajar dengan
berkembangnya sektor formal. Sektor informal masih tampak dalam berbagai
aspek kelompok masyarakat yang merupakan salah satu bentuk kreativitas
masyarakat bawah. Usaha sektor informal di Indonesia merupakan salah satu
kegiatan ekonomi yang memiliki fungsi dan peranan yang sangat strategis karena
sektor informal ini selain mampu menciptakan lapangan kerja juga mampu
memberikan pendapatan bagi masyarakat.
Hal itu sesuai dengan pendapat Wirosardjuno (1985) yang mengatakan
bahwa :
“Angkatan kerja dengan mudah dapat memasuki lapangan kerja di sektor
ini karena tidak menuntut pendidikan dan keterampilan khusus, tidak
membutuhkan modal, tidak ada larangan/pembatasan untuk melakukan
kegiatan sektor ini dan sistem akomodasi serta penempatan tenaga kerja
lazimnya diwarnai oleh corak kekerabatan” (Evy Susanti 1996).
Mudahnya masuk dalam sektor informal karena tidak memerlukan
keahlian dan modal yang besar seolah-olah menjamin bahwa setiap orang dapat
bekerja asal mereka menginginkannya. Dan karena tekanan keadaan hampir
semua angkatan kerja memerlukan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan
yang dapat menunjang hidupnya.
12
13
Sedangkan menurut Ebert ddan Griffin (2000:150) dalam Buchari Alma,
menyatakan bahwa bisnis kecil adalah “suatu usaha yang dimiliki dan dikelola
secara bebas dan bisnis kecil ini tidak mendominasi pasar. Bisnis kecil ini bukan
merupakan bagian atau cabang dari perusahaan lain. Yang menjalankan bisnis ini
adalah pemilik sendiri, bekerja bebas sesuai dengan kesanggupannya.”
Kegiatan bisnis kecil yang bergerak dalam bidang perdagangan dapat
diklasifikasikan secara garis besarnya yaitu:
Skala besar, dengan modal lebih dari Rp 100 juta.
Skala menengah dengan modal Rp[ 25-100 juta.
Skala kecil di bawah Rp 25 juta.
Adapun menurut Payaman J.Simanjuntak (1985:98) mengemukakan
batasan-batasan sektor informal yaitu :
“Sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marginal/kecil-kecilan yang
mempunyai ciri seperti kegiatan usaha umumnya sederhana dan tidak
teratur, bermodal kecil dan bersifat harian, berdiri sendiri, tidak
mempunyai ijin usaha berlaku dikalangan masyarakat yang
berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan
khusus lingkungan kecil/keluarga dan tidak mengenal sistem perbankan,
pembukuan maupun perkreditan dan kegiataan usaha sangat beraneka
ragam. ”
Namun Clifford M.Baumback Ph.d menyatakan lain bahwa batasanbatasan usaha sektor informal yaitu “Manajemen oleh pemilik, kegiatan usaha
sangat tergantung pada pribadi seseorang, daerah operasinya bersifat lokal dan
permodalannya sangat tergantung pada sumber dari dalam bisnis”. (Buchari
Alma 1999 : 96)
Sektor informal merupakan bagian dari perekonomian yang dapat
penyediaan kesempatan kerja serta penyediaan barang dan jasa bagi penduduk.
14
Besarnya populasi sektor informal mempunyai kaitan dengan semakin
menurunnya kemampuan sektor formal dalam menyerap pertumbuhan angkatan
kerja di kota sebagai akibat migrasi dari desa ke kota lebih pesat daripada
pertumbuhan kesempatan kerja, akibatnya pengangguran terutama dikalangan
penduduk usia muda dan terdidik. Oleh karena itu bagi sebagian angkatan kerja di
perkotaan sektor informal merupakan salah satu alternatif untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Adapun ciri-ciri dari sektor informal adalah:
a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik
b. Belum mempunyai izin usaha yang resmi
c. Teknologi yang digunakan sangat sederhana
d. Modal dan perputaran uang sangat kecil
e. Pendidikan formal dari para pengelolanya tidak menjadi pertimbanagn dalam
membuka usaha
f. Usahanya bersifat mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga sendiri
2.1.2 Kuliner Bandung
Bandung merupakan Ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, kota Bandung
sendiri merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Saat ini kota Bandung
menjelma menjadi kota Pariwisata, hal ini terlihat dari Visi dan Misi dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata kota Bandung. Adapun Visi kota Bandung sendiri
adalah sebagai kota tujuan wisata dan kota Seni Budaya. Sedangkan Misi Kota
Bandung adalah:
15
1. mendorong perwujudan kota bandung sebagai kota wisata dan kota seni
budaya;
2. mendorong
terwujudnya
pengembangan
kondisi
kepariwisataan
dan
lingkungan
yang
kebudayaan,
kondusif
serta
untuk
pengembangan
investasi;
3. mendorong perwujudan potensi daerah dan masyarakat dengan memperkuat
identitas ke-lokal-an;
4. meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas aparatur;
5. mendorong pengembangan kemitraan;
6. mendorong promosi kepariwisataan kota bandung;
7. mendorong peningkatan pemanfaatan IPTEK dan LITBANG;
Beberapa wisata yang dijadikan tujuan utama wisatawan adalah wisata
belanja. Namun seiring berkembangnya fasilitas wisata di kota Bandung, kuliner
lambat laun menjadi tren baru wisata di Bandung.
Sebenarnya sejak tahun 1941 Bandung sudah diposisikan sebagai sentra
kuliner nusantara karena memiliki jumlah rumah makan terbanyak di Indonesia.
Pendek kata, Bandung adalah gudang makanan dan surga bagi kaum pengadap
(tukang jajan). Bandung selalu menjadi trendmark dan trendsetter yang cukup
menawan hati dengan produk-produk kulinernya. Hal ini dipertegas dengan
dijadikannya Bandung sebagai tempat persinggahan ideal dalam menikmati
masakan-masakan khas Bandung oleh Bung Karno.
Bandung daerah tujuan wisata mengalami pergeseran ketika akhir tahun
1990-an mulai bermunculan toko-toko sisa pakaian ekspor yang lebih dikenal
16
dengan FO (Factory Outlet). Dengan adanya daya tarik FO, akan membuat usaha
pariwisata lain ikut bergeliat, salah satunya kuliner, ditambah dengan di
bangunnya tol Cipularang yang memudahkan akses menuju Bandung.
Kuliner merupakan kata lain dari makanan yang menjadi khas suatu
wilayah. Arti kuliner sendiri secara baku tidak tercantum dalam kamus besar
bahasa Indonesia. Sehingga secara sederhana pengertian kuliner menurut penulis
adalah kumpulan makanan atau minuman yang menjadi ciri khas dari suatu
wilayah. Kuliner memiliki cakupan yang cukup luas, mulai dari makanan berat,
makanan ringan, jajanan, hingga minuman. Kuliner menurut Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata kota Bandung terbagi kedalam beberapa jenis,
diantaranya:
•
Kuliner tradisional Sunda
•
Jajanan khas kota Bandung
•
Aneka kue
•
Panganan dan oleh-oleh
•
Aneka minuman segar
•
Makanan khas daerah lain
•
Warung tenda dan kaki lima
Restoran/rumah makan/warung makan adalah jenis usaha jasa pangan
yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan tetap (tidak berpindah-pindah),
yang menyajikan dan menjual makanan dan minuman di tempat usahanya baik
dilengkapi maupun tidak dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
17
pembuatan maupun penyimpanan dan belum mendapatkan ijin dan surat
keputusan dari instansi yang membinanya. (BPS, 2003).
2.1.3 Pendapatan
Sektor informal sama dengan sektor formal lainnya yang bertujuan untuk
memperoleh pendapatan. Pendapatan dalam arti umum yaitu jumlah semua
penghasilan yang didapat dari usaha sebelum dikurangi oleh biaya dan beban.
Istilah pendapatan sendiri terdapat beberapa versi seperti total revenue,
penghasilan, omset, volume penjualan dan lain-lain, bahkan pada orang awam
pendapatan sendiri kadang diimpretasikan sebagai laba atau keuntungan yang
diperoleh. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan, maka akan dijelaskan oleh
beberapa pendapat dari para ahli sebagai beikut :
Konsep-konsep pendapatan
1. Paul A Samuelson dan William D N (1992:258)
“Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang
atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun)”.
Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja; pendapatan dari
kekayaan sewa, bunga dan deviden; serta pembayaran transfer atau
penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan social, atau asuransi
pengangguran. Dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
pendapatan merupakan hasil dari perkalian antara harga (P) dengan kuantitas
atau jumlah barang yang terjual (Q).
18
2. Case and Fair (2002:224)
“Total penerimaan adalah jumlah total yang diterima oleh perusahaan dari
penjualan produknya.” Oleh karena itu, total penerimaan sama dengan harga
per unit (P) dikali kuantitas barang yang terjual (Q). jika ditulis dalam rumus
adalah seperti ini:
TR = P x Q
3. Komarudin (1986:213)
“Penjualan adalah suatu persetujuan yang menerangkan bahwa penjual
memindahkan hak miliknya kepada pembeli untuk sejumlah uang yang
disebut harga”
4. Wikipidia Indonesia
“Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada
pelanggan.” Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan,
yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.
5. Hasibuan (1999:22-24)
Ada tiga alasan yang menyebabkan diperolehnya pendapatan yaitu :
1. Karena pemilik perusahaan menanggung resiko
2. Adanya ketidaksempurnaan, tepatnya pada persaingan yang tidak
sempurna dalam kegiatan bisnis
3. Dalam keadaan yang menguntungkan apa yang diproduksi cepat laku
kalau perkiraan terhadap selera konsumen adalah cocok, tetapi dapat juga
sebaliknya.
19
6. Winardi (1980:17)
“Pendapatan adalah yang berupa uang atau materil lainnya yang dicapai
daripada penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas.”
Istilah pendapatan pada penelitian ini adalah total penerimaan atau biasa
disebut dengan total revenue yaitu semua hasil penjualan yang diterima oleh
struktur pasar dan diterima oleh produsen. Untuk menentukan nilai pendapatan
adalah dengan menghitung total penerimaan yang didapat.
Menurut Sadono Sukirno (2002:192) hubungan hasil penjualan dengan
sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (x1,x2,x3….xn) secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Q = (X1,X2,X3….Xn)
Dimana : Q = output/jumlah produksi
X = input
Cara pengusaha untuk memaksimalkan pendapatan tergantung pada pasar
dimana mereka bersaing. Di masyarakat sendiri terdapat beberapa struktur pasar,
diantaranya:
•
Pasar persaingan sempurna
•
Pasar persaingan tidak sempurna
a. Pasar monopoli
b. Pasar persaingan monopolistic
c. Pasar oligopoly
Menurut Tati Suhartati Joesron & M. Fathorrozi (2003: 137) pasar
persaingan sempurna memiliki 5 (lima) karakteristik utama yaitu :
20
1. berdasarkan karakteristik tersebut kurva terdiri dari banyak penjual dan
pembeli. sifat ini menyebabkan perilaku penjual atau pembeli tidak dapat
mempengaruhi keadaan pasar, karena ia merupakan bagian kecil dari
keseluruhan yang ada di pasar. seorang penjual atau pembeli dikatakan
sebagai pengikut harga (price taker) sehingga harga di pasar bersifat datum,
artinya berapa pun jumlah barang yang dijual di pasar harganya tetap.
2. adanya kebebasan untuk membuka dan menutup perusahaan (free entry and
free exit). maksudnya tidak ada hambatan yang menghalangi suatu perusahaan
untuk memulai usaha baru bila dianggap menguntungkan dan menutup
usahanya bila dianggap merugikan.
3. barang yang diperjual belikan bersifat homogen. artinya barang yang
dihasilkan merupakan pengganti yang sempurna terhadap barang yang
dihasilkan oleh produsen lain dalam semua segi.
4. penjual dan pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan
pasar. maksudnya penjual dan pembeli mempunyai pengetahuan yang
sempurna tentang keadaan pasar, yaitu mengetahui tingkat harga yang berlaku
di pasar dan perubahan-perubahannya.
5. mobilitas sumber ekonomi cukup sempurna. maksudnya adalah faktor
produksi dapat dipindahkan dari satu kelain tempat tanpa adanya hambatan
apa pun.
permintaan
individual
atau
perusahaan
bersifat
elastis
sempurna
(horizontal), hal ini berarti produsen tidak mempunyai kekuatan untuk
21
mempengaruhi harga, hanya menentukan berapa output yang dapat dijual atau
dihasilkan pada tingkat harga tertantu.
Harga
MC
ATC
A
P = MR = D
B
K
D
AVC
G
0
H
Kuantitas
Sumber : Tati Suhartati Joesron & M. Fathorrozi (2003 : 142)
Gambar 2.1
Kurva Individual Perusahaan Pasar Persaingan Sempurna Dalam Analisis
Jangka Pendek
ATC (Average Total Cost) menunjukan total biaya rata-rata jangka pendek
dan AVC (Average Variabel Cost) menunjukan biaya rata-rata variabel jangka
pendek, berarti selisih antara ATC dan AVC merupakan AFC (Average Fixed
Cost). Berdasarkan gambar 2.1 bilamana tingkat harga sebesar OA kuantitas yang
terjual sebesar OH maka produsen akan menikmati excess profit sebesar luas
daerah AKBD. Pada komoditas tersebut banyak produsen baru yang masuk dalam
industri sehingga akan mengakibatkan penurunan harga, selama tingkat harga
(P)> AVC produsen tetap dapat melanjutkan usahanya akan tetapi bila P = AVC
yaitu pada OG maka produsen lebih baik menghentikan usahanya (critical point).
22
Hal ini berarti pada pasar persaingan sempurna perusahaan akan berusaha
menjadi efisien sebab perusahaan yang tidak efisien tidak akan mampu bersaing
dalam industri. Sementara perusahaan yang menggunakan input pada titik dimana
masing-masing kontribusi ‘Marginal Value of Production’ input sama dengan
harga, jadi semua elemen-elemen yang dipilih oleh produsen adalah efisien.
Barang-barang yang dikonsumsi pada titik dimana ‘Marginal Utility’ ada di
sepanjang garis harga.
Hubungan harga-marginal cost mempunyai pengertian yang dalam, harga
merupakan nilai atau penghargaan untuk sejumlah barang yang dinikmati
konsumen ditunjukan oleh kemauan konsumen untuk membayar atas sejumlah
barang yang dibeli. Marginal cost merupakan pengorbanan yang sesuai untuk
menghasilkan barang pada tingkat yang efisien. Sumber daya yang nyata bersifat
langka ditunjukan oleh harga. Jadi marginal cost merefleksikan sejumlah
pengorbanan yang dihasilkan produsen dalam menghasilkan barang.
Invisible hand pada pasar persaingan sempurna menuntun produsen dalam
alokasi sumber daya yang digunakan, dia akan berusaha memaksimumkan barang
yang dihasilkan, selain itu efisiensi pada pasar persaingan menghasilkan produsen
yang kuat. Harga akan tetap sama dengan marginal cost, berarti surplus konsumen
adalah maksimum, konsisten dengan biaya produksinya dan excess profit sangat
kecil.
Struktur industri monopoli mempunyai kondisi yang berlawanan dengan
industri persaingan sempurna. Menurut Tati Suhartati Joesron & M. Fathorrozi
23
(200: 155) yang dimaksud dengan pasar monopoli adalah suatu model pasar yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terdapat 1 (satu) penjual di pasar.
2. Terdapat diferensiasi produk, sehingga tidak ada subtitusinya.
3. Di pasar terdapat rintangan bagi produsen lain untuk memasukinya (barries to
entry).
Berdasarkan ketiga ciri tersebut monopolis mempunyai kekuatan untuk
mengontrol harga dan kuantitas dalam pasar baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang, berkenaan dengan kemampuan subtitusi pada pasar
monopoli, dapat dikatakan bahwa koefisien cross elasticity of demand antara
harga produk monopoli dengan permintaan akan barang lain bisa positif dan
sangat kecil atau negatif. Sulitnya perusahaan lain masuk kedalam industri
mengakibatkan koefesien cross elasticity of suply antara harga barang monopolis
dengan kuantitas barang yang ditawarkan produsen lain mendekati nol. Hambatan
masuk harus ada bila monopoli ingin tetap menguasai pasar dalam jangka
panjang, sementara dalam waktu yang sama memperoleh keuntungan murni. Pada
umumnya hambatan masuk disebabkan : 1). Kondisi permintaan; 2). Penguasaan
input; 3). Faktor kelembagaan; 4). Skala ekonomi; 5). Kebutuhan modal yang
besar; dan 6). Teknologi. Keseimbangan pada pasar monopoli dapat digambarkan
sebagai berikut :
24
Harga
MC
ATC
P1
H
D
Kuantitas
0
Q1
MR
Sumber : Tati Suhartati Joesron & M. Fathorrozi (2003 : 161)
Gambar 2.2
Keseimbangan Pasar Monopoli
Monopoli merupakan price maker dan bukan price taker, kurva
permintaannya memiliki slope negatif. Ada 2 (dua) gambar yang krusial bagi
monopoli, yaitu marginal cost (MC) dan marginal revenue (MR). MR terletak di
bawah kurva permintaan dan lebih rendah dari harga, sebab monopoli harus
menurunkan harga agar menjual produk dalam jumlah yang lebih banyak. Untuk
itu penerimaan yang hilang dapat digambarkan dari bawah unit marginal,
sehingga penerimaan bersih dari tambahan unit (MR) yaitu unit harga dikurangi
penerimaan yang hilang akibat dari penurunan harga dari semua unit sebelumnya.
Untuk itu kurva MR selalu terletak di bawah kurva permintaan dengan slope yang
negatif. Marginal cost dalam pasar persaingan merupakan kurva penawaran pasar,
sebaliknya marginal cost monopoli merupakan penjumlahan marginal cost dari
semua perusahaan. Jadi monopoli tidak memiliki kurva penawaran.
25
Monopoli menetapkan harga pada MR = MC agar mencapai keuntungan
maksimum yaitu pada harga P1 dan output yang dijual sebesar Q1. Dibanding
dengan industri persaingan, monopoli sangat tidak efisien karena dia menetapkan
P di atas MC (P > MC), oleh karena itu sebagai suatu pertanda terjadinya distorsi
yang merupakan sumber inefisiensi, serta melanggar kriteria kesejahteraan dengan
pembatasan output.
Bila diklasifikasikan usaha kuliner jenis minuman di kota Bandung ini
termasuk kedalam ciri dari pasar persaingan monopolistik, hal ini karena sesuai
dengan ciri pasar persaingan monopolistik, yaitu:
•
Terdapat banyak penjual dan pembeli
•
Barangnya berbeda corak
•
Perusahaan mempunyai kekuasaan yang cenderung kecil untuk menjadi price
taker.
•
Keluar masuk kedalam pasar relative lebih mudah,
Ciri-ciri diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Samuelson
(1997:214) “persaingan monopolistic menyerupai persaingan sempurna dalam
tiga hal, yaitu: terdapat banyak penjual dan pembeli, mudah keluar masuk pasar,
dan perusahaan mengnggap harga perusahaan lainnya identik, sedangkan dalam
persaingan monopolistic produknya didiferensiasikan.”
Menurut
Joesron
(2002:174),
yang
dimaksud
pasar
persaingan
monopolistic adalah suartu pasar dimana terdapat banyak produsen dalam suatu
industri yang menghasilkan barang yang berbeda corak atau differentiated
product. Ciri-ciri pasar persaingan monopolistic adalah sebagai berikut:
26
1. terdapat banyak penjual
2. barangnya berbeda corak
3. perusahaan memiliki sedikit kekuasaan untuk mempengaruhi harga
4. persaingan menetapkan promosi sangat mudah
menurut Hasibuan (1999:22-24) mengemukakan bahwa ada tiga alasan
yang menyebabkan diperolehnya pendapatan yaitu:
1. karena pemilik usaha menanggung resiko
2. adanya ketidaksempurnaan, tepatnya pada persaingan yang tidak sempurna
dalam kegiatan bisnis
3. dalam keadaan yang menguntungkan apa yang diproduksi cepat laku kalau
perkiraan terhadap selera konsumen adalah cocok, tetapi dapat juga
sebaliknya.
Struktur pasar yang dikaji dalam penelitian ini bersifat persaingan
monopolistis sebab berada diantara dua jenis pasar yang ekstrem yaitu persaingan
sempurna dan monopoli. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis menurut
Sadono Sukirno (2003 : 298), yaitu :
a. Terdapatnya banyak penjual
b. Barangnya bersifat berbeda corak
c. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
d. Kemasukan ke dalam industri termasuk mudah
e. Persaingan mempromosi penjualan sangat aktif
Dua keadaan monopolistis ditujukan dalam gambar 2.3 yang ditujukan
dalam gambar (i) adalah keadaan dimana perusahaan memperoleh keuntungan.
27
Keuntungan yang maksimun akan diperoleh apabila perusahaan memproduksi
pada tingkat dimana keadaan MR = MC tercapai. Maka keuntungan maksimun
tercapai apabila produksi (Q) dan pada tingkat produksi ini tingkat harga (P). Segi
empat PABC menunjukan jumlah keuntungan maksimun yang dinikmati
perusahaan monopolistis itu. Dalam gambar (ii) yang ditujukan adalah keadaan
dimana mengalami kerugian. Kerugian akan diminimunkan apabila keadaan
MR=MC tercapai. Hal ini berarti perusahaan harus mencapai tingkat produksi
sebanyak Q, pada tingkat produksi ini harga mencapai P. Besarnya kerugian yang
diderita digambarkan oleh kotak PABC.
28
MC
P
Harga
AC
A
B
C
D
MR
0
Jumlah Barang
Q
(i) Memperoleh untung
MC
Harga
D
AC
B
C
P
A
MR
0
Q
D
Jumlah Barang
(ii) Mengalami kerugian
Gambar 2.3
Keseimbangan Persaingan Monopolistik
29
Menghadapi persaingan para pedagang dapat menerapkan strategi
bersaing, selain itu penetapan harga produk yang sesuai, serta diferensiasi produk
yang akan dipasarkan.
Persaingan
monopolistik
memiliki
persamaan
dengan
persaingan
sempurna yang meliputi: terdapat banyak pembeli dan penjual, mudah keluarmasuk industri, dan perusahaan – perusahaan menganggap harga perusahaan lain
tetap. Perbedaannya adalah pada persaingan sempurna, produknya identik,
sedangkan pada persaingan monopolistik produknya didiferensiasikan (barangnya
berbeda corak).
Berikut ini adalah kurva yang menggambarkan perolehan keuntungan
dalam pasar persaingan monopolistik sebelum dan setelah perusahaan lain
memasuki pasar yang digambarkan sebagai berikut:
P
d
MC
C
G
A
B
AC
E
d
MR
0
Q
Sumber : Samuelson dan Nordhaus (1999: 215)
Gambar 2.4
Persaingan Monopolistik Sebelum Perusahaan Lain memasuki Industri
30
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa pada persaingan monopolistik, banyak
perusahaan kecil menjual berbagai produk yang didiferensiasikan sehingga
mempunyai permintaan yang miring ke bawah. Setiap perusahaan menganggap
harga pesaingnya sudah tertentu (tetap). Keseimbangan terjadi ketika MR = MC
pada titik E, dan harga pada titik G. Karena harga berada di atas AC, maka
perusahaan tersebut mendapat keuntungan yaitu sebesar daerah ABGC.
P
MC
d
AC
G
E
d
0
Q
MR
Sumber : Samuelson dan Nordhaus (1999: 215)
Gambar 2.5
Persaingan Monopolistik Setelah Perusahaan Lain memasuki Industri
Gambar 2.5 menunjukkan, kurva dd yang semula menguntungkan seorang
penjual dalam Gambar 2.5 akan bergeser ke kiri bawah oleh masuknya para
pesaing baru. Masuknya pesaing akan berhenti hanya jika setiap penjual telah
dipaksa mencapai suatu garis persinggungan jangka panjang (tanpa keuntungan)
seperti pada titik G. Pada equilibrium jangka panjang, harga tetap di atas MC, dan
31
tiap produsen berada pada cabang sebelah kiri yang menurun dari kurva AC
jangka panjangnya.
2.1.4 Lingkungan Persaingan
Lingkungan persaingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan sesuatu dengan cara bersaing. Menurut kamus lengkap Bahasa
Indonesia (1995:258) bersaing memiliki kata dasar “saing” yang berarti
melakukan sesuatu yang sama dengan tujuan yang sama pula. Menurut Porter
(1994:1) yaitu pencarian akan posisi bersaing yang menguntungkan di dalam
suatu industri, arena fundamental tempat persaingan terjadi.
Menurut Heizer dan Render (Komaruddin S, 2003: 103-105), dalam
menciptakan keunggulan kompetitif maka diperlukan suatu strategi yang meliputi:
1. Strategi bersaing dengan diferensiasi (Competing on Differentiation Strategy)
Strategi bersaing dengan diferensiasi dilakukan agar dapat menciptakan
perbedaan yang jelas dalam penawaran barang atau jasa sehingga para pelanggan
merasakannya sebagai pertambahan nilai. Dengan kata lain, pelanggan
menganggap barang atau jasa yang dibelinya lebih baik daripada barang atau jasa
lainnya. Pertambahan nilai barang atau jasa tersebut akan menjadi alasan bagi
para pelanggan untuk meningggalkan barang atau jasa yang diproduksi oleh
perusahaan lain.
2. Strategi bersaing dengan harga (Competing on cost Strategy)
Strategi biaya rendah tidak mengandung arti bahwa perusahaan
menghasilkan barang atau jasa dengan mutu dan nilai yang buruk. Strategi
32
bersaing dengan harga merupakan upaya agar perusahaan dapat memberikan nilai
maksimum kepada para pelanggan dengan biaya tertentu. Strategi harga rendah
adalah upaya untuk memasarkan barang atau jasa yang lebih murah dibandingkan
dengan barang atau jasa lainnya. Untuk itu diperlukan peningkatan produktivitas.
3. Strategi bersaing dengan tanggapan (Competing on Response Strategy)
Strategi bersaing dengan tanggapan merupakan strategi yang dilakukan
dengan reaksi yang luwes, cepat, dan dapat dipercaya. Kemampuan untuk
menanggapi sesuatu dari suatu perusahaan tampak dari kemampuannya
membangun rentang nilai yang berkaitan dengan pengembangan produk dan
penyerahan yang tepat waktu dan penjadwalan yang dapat diandalkan serta
kinerja yang luwes. Oleh sebab itu, perusahaan yang bersaing dengan tanggapan
perlu melakukan tiga jenis kebijakan yaitu:
1. kebijakan pengembangan produk yang lebih cepat
2. kebijakan penyerahan produk yang tepat waktu, lebih cepat dan dapat
diandalkan.
3. kebijakan untuk meningkatkan keluwesan dalam jumlah dan keluwesan dalam
desain barang atau jasa yang ditawarkannya
Menurut Porter ( 1994: 4), dalam persaingan terdapat lima kekuatan yang
menentukan kemampulabaan perusahaan di dalam suatu industri untuk
memperoleh secara rata – rata tingkat laba investasi yang melebihi biaya modal,
kelima kekuatan yang dimaksud yaitu:
1. Masuknya pesaing baru, menentukan tinggi rendahnya kemungkinan
perusahaan baru akan memasuki suatu industri dan merebut nilai. Baik
33
dengan meneruskannya kepada pembeli dalam bentuk harga yang lebih murah
atau memanfaatkannya dengan menaikkan biaya bersaing.
Adanya pendatang baru dianggap sebagai ancaman oleh banyak
perusahaan karena dapat menurunkan permintaan produk dari konsumen.
Terjadinya penurunan permintaan dari konsumen akan berakibat pula pada
menurunnya keuntungan yang diperoleh perusahaan lama. Ditambahkan pula
menurut Sadono Sukirno ( 2002: 302),
“Keuntungan lebih dari normal akan menarik perusahaan – perusahaan
baru untuk masuk ke dalam industri. Dalam persaingan monopolistis tidak
terdapat hambatan kepada perusahaan – perusahaan baru. Maka keuntungan yang
melebihi normal akan menyebabkan pertambahan dalam jumlah perusahaan di
pasar. Sebagai akibatnya setiap perusahaan akan menghadapi permintaan yang
semakin sedikit pada berbagai tingkat harga. Ini berarti, masuknya perusahaan
baru akan menggeser kurva permintaan ke kiri, sehingga jika hal ini terus
berlangsung maka perusahaan akan mendapat keuntungan normal saja.”
2. Ancaman dari produk pengganti, menentukan sejauh mana produk lain dapat
memenuhi kebutuhan pembeli yang sama, sehingga menempatkan plafon pada
jumlah yang seorang pembeli bersedia membayar untuk produk suatu industri.
Produk pengganti dapat membatasi laba potensial dari industri dengan
menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh perusahaan
industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk
pengganti, makin ketat pembatasan laba industri. Menurut Iwan Purwanto (2007:
92), ”Produk pengganti yang perlu mendapat perhatian besar adalah produk –
produk yang (a) mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi
yang lebih baik ketimbang produk industri,(b) dihasilkan oleh industri yang
berlaba tinggi.”
34
3. Kekuatan pertawaran (tawar – menawar) pembeli, menentukan sejauh mana
pembeli mempertahankan sebagian besar nilai yang diciptakan untuk diri
mereka sehingga menyebabkan perusahaan dalam suatu industri memperoleh
keuntungan yang sedang saja.
Menurut Kotler (1995: 22) kelompok pembeli disebut kuat jika situasi
berikut terjadi:
a. kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah relatif besar
terhadap penjualan pihak penjual
b. produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau
pembelian yang cukup besar dari pembeli
c. produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak
terdiferensiasi
d. pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil
e. pembeli mendapatkan laba kecil
f. pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik
g. produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli
h. pembeli mempunyai informasi lengkap
4. Kekuatan pertawaran pemasok, menentukan sejauh mana nilai yang diciptakan
untuk pembeli akan cocok dengan pemasok dan bukan dengan perusahaan di
dalam suatu industri.
Dalam Manajemen Strategi (Iwan Purwanto, 2007: 90) dikatakan bahwa,
hubungan kekuatan antara perusahaan dan pemasok telah mengikhtisarkan
kekuatan relatif para pemasok, yaitu seperti di bawah ini:
35
a. kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan
pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini terpisah dari model
persaingan bebas. Semakin jauh pemasok terpisah maka semakin besar
kekuatannya.
b. kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan
pembelinya
akan
berkurang
jika
perusahaan
pembeli
merupakan
perusahaan monopolistis.
c. pemasok akan mempunyai kekuatan yang kecil jika tersedia bahan
pengganti dengan harga yang pantas dan mempunyai kekuatan yang paling
besar jika tak tersedia bahan pengganti yang dapat diterima.
d. kekuatan pemasok paling besar jika pemasok dapat melakukan integrasi ke
depan.
e. ancaman pemasok dapat disingkirkan jika pembeli dapat menyatu dan
berada dalam industri yang sangat menguntungkan atau dapat mengambil
alih pemasok.
5. Persaingan di antara pesaing – pesaing yang ada, menentukan sejauh mana
perusahaan yang sudah ada di dalam suatu industri akan bersaing merebut nilai
yang mereka ciptakan bagi pembeli di antara mereka sendiri, meneruskannya
kepada
pembeli
dalam
bentuk
harga
yang
lebih
murah
atau
menghamburkannya dalam bentuk biaya bersaing yang lebih tinggi.
Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya
tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Rivalitas (rivalry) di
kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi
36
dengan menggunakan taktik – taktik seperti persaingan harga, perang iklan,
introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan terhadap pelanggan.
Kelima kekuatan tersebut menentukan kemampuan laba industri karena
mempengaruhi harga, biaya, dan memerlukan investasi perusahaan di dalam suatu
industri. Namun dari kelima kekuatan tersebut menimbulkan ancaman bagi
perusahaan (Philip Kotler, 2005: 266), diantaranya:
1. Ancaman persaingan segmen yang ketat, kondisi ini akan menyebabkan sering
terjadinya perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru, sehingga
akan menjadi sangat mahal bagi perusahaan untuk bersaing.
2. Ancaman pendatang baru, kondisi ini akan berakibat terjadinya kelebihan
kapasitas yang kronis serta adanya penurunan pada harga dan penghasilan bagi
semua pihak, hal tersebut terjadi jika daya tarik segmen yang digunakan adalah
hambatan untuk masuk pasar rendah dan hambatan untuk keluar tinggi.
3. Ancaman produk substitusi, substitusi membatasi harga dan laba. Jika
kemajuan teknologi/persaingan meningkat pada industri tersebut maka harga
dan laba dalam segmen tersebut cenderung akan menurun.
4. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli, segmen tertentu menjadi
tidak menarik jika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar yang kuat/semakin
meningkat.
5. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok, segmen tertentu menjadi
tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau
mengurangi kuantitas yang mereka pasok.
37
Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan dari lima kekuatan bersaing
dalam perusahaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pendatang
Baru
Ancaman
Pendatang Baru
Pesaing Industri
Kekuatan Pertawaran
Kekuatan Pertawaran
Pemasok
Pembeli
Pemasok
Persaingan
diantara
perusahaan
Pembeli
Ancaman produk atau
Jasa pengganti
Produk
Pengganti
Gambar 2.6
Lima Kekuatan Bersaing yang Menentukan Kemampuan Industri
Sumber : Porter (1994 : 5)
Persaingan yang terjadi pada usaha kuliner jenis minuman di Kota
Bandung ini lebih mengarah pada persaingan dengan pedagang lain, baik
pendatang baru (new Comers) dengan modal yang besar maupun pesaing yang
telah lama.
2.1.5 Harga Jual
Menurut Philip Kotler (1997 : 107) “Harga adalah nilai yang tertera pada
suatu produk dan beberapa sebagai penentu pilihan pembeli yang merupakan satu-
38
satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan”. Menurut
Buchari Alma (1998 : 23) menyatakan : “Bahwa harga suatu barang adalah apa
yang dirasa oleh penjual, pembeli mampu membayar. Kemudian harga ada yang
bersifat tetap dan ada yang dicapai tawar menawar.” Menurut Djaslim Saladin
(1999:55) dilihat dari sisi pembeli, “harga adalah jumlah uang sebagai alat tukar
untuk memperoleh produk atau jasa.” Sedangkan dilihat dari sisi penjual menurut
Alex Nitisemito (1977:55), “harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur
dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang dan jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Sigit Purnomo (1997:42) menyatakan harga adalah nilai tukar suatu barang tang
dinyatakan dengan uang.
Harga merupakan nilai suatu barang yang di ukur dengan besarnya uang
yang kita keluarkan untuk mendapatkan barang tersebut. Setiap barang
mempunyai nilai dan harga. Semakin tinggi kualitas suatu barang, maka semakin
tinggi harga barang itu. Begitu juga sebaliknya semakin rendah kualitas suatu
barang maka akan semakin rendah harga barang tersebut.
2.1.5.1 Penentuan Harga Jual
Harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang diperjualbelikan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Oleh karena itu, untuk
menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjual
belikan, secara serentak perlulah dianalisis permintaan dan penawaran terhadap
sesuatu barang tertentu yang wujud di pasar. Hal ini senada dengan pendapat
39
Sadono
Sukirno
(2000:92)
“Keadaan
disuatu
pasar
dikatakan
dalam
keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada
suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada
harga tersebut.” Dengan demikian harga sesuatu barang dan jumlah barang yang
diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam
suatu pasar. Mengenai harga keseimbangan ini tokoh ekonomi Alferd Marshall
mengemukakan: “Bahwa keseimbangan output dari suatu komoditi adalah pada
keseimbangan antara harga permintaan dan harga penawaran”.
Hukum harga menyatakan: “Perubahan penawaran akan menyebabkan
berubahnya dalam arah yang berlawanan dengan asumsi permintaan tetap”.
Maksudnya apabila permintaan tetap, naiknya penawaran akan menyebabkan
turunnya harga keseimbangan dan naiknya jumlah keseimbangan. Dan apabila
permintaan tetap, penurunan penawaran akan menyebabkan naiknya harga
keseimbangan dan turunnya keseimbangan.
Terdapat
empat
kemungkinan
perubahan
atau
pergeseran
kurva
permintaan dan penawaran, yaitu:
1. Harga naik menyebabkan permintaan bertambah dan jumlah barang yang
diperjualbelikan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan). Seperti
yang ditunjukan pada Gambar 2.7 berikut ini:
40
P
D
D1
S
E1
P1
P
E
D1
S
D
0
Q1 Q
Q
Sumber : Sadono Sukirno (2003 : 95)
Gambar 2.7
Akibat Pergeseran Permintaan Terhadap Keseimbangan
2. Harga turun menyebabkan permintaan berkurang dan jumlah yang
diperjualbelikan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri).
3. Harga turun menyebabkan penawaran bertambah dan jumlah yang
diperjualbelikan bertambah (kurva penawaran bergeser ke kanan). Seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut ini:
P
D
P
S
S1
E
P1
E1
S
0
S1
Q
D
Q1
Q
Sumber : Sadono Sukirno (2003 : 95)
Gambar 2.8
Akibat Pergeseran Penawaran Terhadap Keseimbangan
41
4. Harga naik (kurva penawaran bergeser ke kiri) menyebabkan penawaran
berkurang dan jumlah yang diperjualbelikan berkurang (kurva penawaran
bergeser ke kiri).
2.1.5.2 Perubahan Serentak Permintaan dan Penawaran
Setiap terjadi perubahan dalam harga akan menimbulkan perubahan
serentak terhadap jumlah permintaan dan penawaran. Ada beberapa kemungkinan
perubahan serentak permintaan dan penawaran yang dapat berlaku. Perubahan
mungkin pada arah yang sama, yaitu sama-sama mengalami kenaikan atau samasama menurun. Mungkin juga ke arah yang bertentangan, yaitu misalnya
permintaan turun tetapi penawaran bertambah atau permintaan bertambah tetapi
penawaran menurun. Tiap-tiap perubahan tersebut akan menimbulkan akibat yang
berbeda kepada perubahan harga dan jumlah barang yang diperjual belikan.
Sebagai contoh didalam menganalisis perubahan serentak permintaan dan
penawaran akan dimisalkan permintaan dan penawaran mengalami pertambahan.
Akibat pertambahan ini ke atas harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan
ditunjukan dalam Gambar 2.9 sebagai berikut:
42
D1
S1
S
D
P1
E1
P
E
D1
S1
S
0
D
Q
Q1
Sumber : Sadono Sukirno (2003 : 96)
Gambar 2.9
Perubahan Serentak Permintaan dan Penawaran
Pada mulanya permintaan masyarakat ke atas suatu barang ditunjukan oleh
kurva D, Sedangkan penawaran barang oleh para penjual ditunjukan oleh kurva
SS. Dengan demikian mulanya keseimbangan dicapai di titik E. Berarti tingkat
harga mencapai P dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q.
Pada masa berikutnya penawaran bertambah menjadi S 1S 1 dan serentak
dengan perubahan ini permintaan mengalami kenaikan dan sekarang menjadi
D 1D 1. Dalam grafik digambarkan tingkat perubahan permintaan adalah lebih besar
dari tingkat perubahan penawaran . Perubahan seperti ini mengakibatkan harga
naik dari P menjadi P 1 dan jumlah yang diperjualbelikan bertambah, yaitu dari Q
menjadi Q 1.
43
2.1.5.3 Strategi Penentuan Harga
Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan dan keuntungan perusahaan. Mengingat bahwa pendapatan dari
penjualan sebuah produk akan sama dengan harga dikalikan dengan kuantitas
penjualan. Meskipun harga yang rendah akan mengurangi pendapatan per unit
yang diterima, biasanya akan menghasilkan kuantitas penjualan yang lebih tinggi.
Sedangkan harga yang lebih tinggi akan meningkatkan pendapatan per unit yang
diterima namun akan menghasilkan kuantitas unit penjualan yang lebih rendah.
Perusahaan menentukan harga produk mereka dengan pertimbangan sebagai
berikut:
Biaya produksi
Adalah dengan cara mengestimasi biaya perdagangan per unit untuk
memproduksi
dan
menambahkan
suatu
kenaikan.
Penentuan
harga
berdasarkan biaya berupaya untuk memastikan bahwa biaya produksi dapat
ditutupi. Sebetulnya semua perusahaan mempertimbangkan biaya produksi
saat menentukan harga, namun faktor-faktor lain juga dapat mempengaruhi
penentuan harga.
Biaya produksi per unit tergantung pada volume produksi. Bagi banyak
produk pada skala ekonomis, biaya produksi per unit rata-rata akan turun saat
volume penjualan naik. Hal ini terjadi pada produk yang memiliki biaya tetap
Ketika penentuan harga yang tinggi, maka tidak hanya volume penjualan
yang turun namun juga biaya rata-rata produksi dalam jumlah kecil akan naik.
Sedangkan bagi produk yang berada didalam skala ekonomis, harga harus
44
cukup rendah agar dapat mencapai volume penjualan yang tinggi dan
akibatnya biaya produksi turun.
Suplai permintaan
Beberapa keputusan harga berhubungan langsung dengan suplai
persediaan. Perusahaan biasanya akan menurunkan harga jika ingin
mengurangi jumlah persediaan.
Harga persaingan
Banyak perusahaan akan mempertimbangkan harga pesaing ketika
menentukan harga produk mereka. Mereka dapat menggunakan berbagai
strategi penentuan harga. Harga untuk bersaing melawan produk-produk lain,
dengan cara:
a. Penentuan harga penetrasi
Adalah strategi menentukan harga yang lebih rendah dibandingkan
produk-produk pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan dari
penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapa
konsumen terhadap penurunan harga.
Permintaan akan produk dengan harga elastis akan sangat responsif
terhadap perubahan harga, dimana harga menjadi ukuran yang paling
penting yang digunakan konsumen saat memutuskan merek mana yang
akan dibeli.
Permintaan akan produk dengan harga inelastis akan tidak responsif
terhadap perubahan harga. Perusahaan tidak perlu menggunakan
penentuan harga penetrasi terhadap produk mereka karena konsumen tidak
45
akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga
yang lebih rendah.
b. Penentuan harga defensive
Adalah tindakan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa
pasarnya. Misalnya, perusahaan penerbangan umumnya menurunkan tarif
penerbangan
dalam
menanggapi
pesaing yang menurunkan
tarif
penerbangannya. Tanggapan ini cenderung membuat semua penerbangan
mempertahankan pangsa pasar mereka, tetapi pendapatan mereka akan
turun.
c. Penentuan harga prestise
Adalah strategi menggunakan harga yang lebih tinggi untuk meraih kesan
lini yang terbaik. Misalnya, GapKids menjual pakaian bayi dengan harga
yang relatif tinggi untuk menciptakan kesan kualitas yang terbaik, untuk
pelanggan yang tidak terlalu memperhatikan harga.
2.1.6 Diversifikasi Produk
(produce) merupakan salah satu unsur dari bauran pmasaran di dalam
industri pada umumnya adalah segala sesuatu, baik itu berupa barang nyata (real
goods) ataupun yang berupa barang jasa-jasa (service) yang dihasilkan melalui
proses produksi. Produk dalam ilmu ekonomi adalah sesuatu yang dihasilkan
melalui suatu proses produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan
akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang/jasa (product) yang
dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.
46
Produk menurut W.J Stanton dalam Buchari Alma (2004: 139), dijelaskan sebagai
berikut:
Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud,
termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik
took yang menjual (pengecer), dan pelayanan pbrik serta pelayanan
pengecer yangditerima oleh pembeli guna memuaskan keiginannya.
Sedangkan Fandy Tjiptobo (2002:95), mendefinisikan prouk sebagai berikut:
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas
suatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai
dengan kompeteni dan kapasitas organsasi serta daya beli pasar. Selain itu,
produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang
dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya.
Bauran produk (product mix atau disebut juga product assortment)
menurut Philipkotler adalah kumpulan semua produk dan barang yang ditawarkan
penjual tertentu dengan harga murah. Dimensi bauran produk terdiri dari
keragaman produk, kualitas, design, cirri, nama, merek, kemasan, ukuran,
pelayanan, garansi, dan imbalan (Philip Kotler 2005:18).
Keragaman produk sebagai salah satu dari dimensi baurn produk dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembeliannya. Pengelolaan unsur keragaman produk
dilakukan melalui perencanaan dan pengambilan keputusan pembeliannya.
Pengelolaan unsur keragaman produk/jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan
mengubah produk\jasa yang ada dengan menambah dan mengambil tindakan yang
mempengaruhi bermacam-macam produk/jasa tersebut. Penambahan produk/jasa
baru untuk dipasrkan salah satunya melalui divrsifikasi produk.
47
Diversifikasi produk merupakan faktor penting dalam suatu produk.
Semakin beragam dan bertambah produk yang ditawarkan kepada konsumen
semakin besar ketertekanan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan
Diversifikasi produk adalah upaya mencari dan mengembangkan produk atau
pasar yang baru, atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan,
peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas. Diversifikasi dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1. Diversifikasi konsentris, di mana produk-produk baru yang diperkenalkan
memiliki kaitan atau hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan
produk yang sudah ada.
2. Diversifikasi horizontal, di mana perusahaan menambah produk-produk baru
yang tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada
pelanggan yang sama.
3. Diversifikasi konglomerat, di mana produk-produk yang dihasilkan sama
sekali baru, tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran maupun teknologi
dengan produk yang sudah ada dan diual kepada pelanggan yang berbeda.
Secara garis besar, strategi diversifikasi dikembangkan dengan berbagai
tujuan, di antaranya:
1. meningkatkan pertumbuhan bila pasar/produk yang ada telah mencapai tahap
kedewasaan dalam Product Life Cycle (PLC).
2. menjaga stabilitas, dengan jalan menyebarkan fluktuasi laba.
3. meningkatkan kredibilitas di pasar modal.
48
Diversifikasi konsentik menurut Fred r.David (2006:227) adalah
“Diversifikasi konsentrik adalah produk/jasa baru yang masih berkaitan dengan
produk/jasa yang lama”. Seperti telah dijelaskan di atas, semakin beragam produk
yang ditawarkan kepada konsumen semakin besar ketertarikan konsumen untuk
membeli produk yang ditawarkan.
Keanekaragaman roduk (produk variety) membawa pengaruh baik, karena
dapat meningkatkan pendapatan. Pengembangan produk/jasa untuk dipasarkan
melalui penambahan produk/jasa baru baik berkaitan maupun tidak berkaitan
dengan produk/jasa yang lama disebut diversifikasi produk.
Keberhasilan suatu perluasan lini sangat tergantung pada perbedaan yang
berhasil diciptakan di bandingkan produk utama, artinya produk baru berikut
perluasan lini harus memiliki keunggulan bersaing, pelanggn tahudengan jelas
perbedaannya dan yang paling penting produk tersebut harus lebih baik
dibandingkan merek sejenis yang dimiliki pesaing.
Perluasan merek secara umum dapat dibedakan menjadi:
•
perluasan lini
perusahaan membuat produk baru dengan mengguanakan merek lama yang
terdapat pada merek induk, meskipun target market produk tersebut berbeda,
tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk (atau merek yang
lama)
49
•
perluasan kategori
perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki
kategori yang sama sekali berbeda dari yang dilayani merek yang sekarang.
(Freddy Rangkuti, 2004: 116bisnis)
Untuk mengurangi risiko yang melekat dalam strategi diversifikasi, unit
seharusnya memperhatikan hal-hal berikut:
1. mendiversifikasi kegiatan-kegiatannya hanya bila peluang produk/pasar yang
ada terbatas.
2. memiliki pemahaman yang baik dalam bidang-bidang yang didiversifikasi.
3. memberikan dukungan yang memadai pada produk yang diperkenalkan.
4. memprediksi pengaruh diversifikasi terhadap lini produk yang ada.
Peningkatan pendapatan suatu perusahaan salah latunya dapat dilakukan
dengan diversifikasi produk. Pada tingkat paling strategik, perusahaan harus
mengambil keputusan-keputusan tentang jumlah jenis produk-produknya,
bagaimana luas variasi produk-produknya dan mungkin pula pada berapa banyak
pasar yang berbeda harus dilakukan penjualan oleh perusahaan pada saat tertentu.
Pada tingkat lebih rendah, perusahaan tersebut harus mengambil keputusan
tentang ditiadakannya produk-produk yang ada dan penggantiannya dengan
produk-produk baru ketika terjadi perubahan pada kebutuhan pasar dan perubahan
pada teknologi dengan berlangsungnya waktu.
50
2.2 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
No Nama
Peneliti
1
Andrian
Novandra
(055849)
2
3
4
5
Ineu Erni
Rohaeni
Santika
Pratama
Aprilianti
(032963)
Erliah
Yuli
Pujianti
(011558)
Table 2.1
Hasil penelitan sebelumnya
Judul
Variabel yang
Diteliti
Pengaruh promosi dan
• harga
harga menu terhadap
• promosi
pendapatan pada Okoh • pendapatan
Jaanese restaurant di
Hotel Horison
Bandung
Pengaruh Harga,
Lokasi Dan Perilaku
Kewirausahaan
Terhadap Pendapatan
Usaha Para Pedagang
Pakaian Jadi Di Pasar
Soreang Kabupaten
Bandung
Pengaruh Persaingan,
Perilaku
Kewirausahaan Dan
Lokasi Usaha
Terhadap Pendapatan
Para Pedagang Pakaian
Jadi Di Plaza
Parahiyangan
Pengaruh Persaingan,
Promosi Dan
Keunikan Produk
Terhadap Keberhasilan
Usaha (Studi Pada
Pengrajin Batik Desa
Trusam Kulon
Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon)
Analisis pengaruh
harga jual, diferensiasi
produk, dan saluran
distribusi terhadap
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pengaruh
Harga
Lokasi
Perilaku
Kewirausahaan
Pendapatan
Usaha
Hasil Penelitian
• harga berpengaruh
nyata terhadap
pendapatan
• promosi berpengaruh
nyata terhadap
pendapatan
• secara simultan
promosi dan harga
berpengaruh nyata
terhadap pendapatan.
Secara Parsial Semua
Variable Berpengaruh
Signifikan Terhadap
Pendapatan Usaha
Pengaruh
Persaingan
Perilaku
Kewirausahaan
Lokasi Usaha
Pendapatan
Secara Parsial Semua
Variable Berpengaruh
Signifikan Terhadap
Pendapatan Usaha
Pengaruh
Persaingan
Promosi
Keunikan
Produk
Keberhasilan
Usaha
Persaingan Dan
Keunikan Produk
Berpengaruh Terhadap
Keberhasilan Usaha
Sedangkan Promosi
Tidak Berpengaruh
Terhadap Keberhasilan
Usaha
Harga jual
Diferensiasi
produk
Saluran
• Harga jual
berpengaruh positif
terhadap pendapatan
• Diferensiasi tidak
51
pendapatan (suatu
kasus pada usaha
kerajinan anyaman
bamboo di kecamatan
Palasah Kota
Majalengka)
6
Mira Yuni
Safitri
Purwani
(044004)
Pengaruh persaingan
dan perilaku
kewirausahaan
terhadap pendapatan
usaha (suatu kasus
pada pedagang pakaian
dewasa di Mall MTC)
•
•
•
distribusi
Pendapatan
Persaingan
Perilaku
kewirausahaan
berpengaruh positif
terhadap pendapatan
• Saluran distribusi
berpengaruh positif
terhadap pendapatan
• Secara simultan harga
jual, difrensiasi
produk, saluran
distribusi berpengaruh
positif terhadap
pendapatan.
• Persaingan
berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan
• Perilaku
kewirausahaan
berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan
• Secara simultan
persaingan dan
perilaku
kewirausahaan
berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan
2.3 Kerangka Pemikiran
Di kota Bandung sektor informal tumbuh pesat sejajar dengan
berkembangnya sektor formal. Sektor informal masih tampak dalam berbagai
aspek kelompok masyarakat yang merupakan salah satu bentuk kreativitas
masyarakat bawah. Usaha sektor informal di Indonesia merupakan salah satu
kegiatan ekonomi yang memiliki fungsi dan peranan yang sangat strategis karena
sektor informal ini selain mampu menciptakan lapangan kerja juga mampu
memberikan pendapatan bagi masyarakat.
Hal itu sesuai dengan pendapat Wirosardjuno (1985) yang mengatakan
bahwa :
52
“Angkatan kerja dengan mudah dapat memasuki lapangan kerja di sektor
ini karena tidak menuntut pendidikan dan keterampilan khusus, tidak
membutuhkan modal, tidak ada larangan/pembatasan untuk melakukan
kegiatan sektor ini dan sistem akomodasi serta penempatan tenaga kerja
lazimnya diwarnai oleh corak kekerabatan” (Evy Susanti 1996).
Mudahnya masuk dalam sektor informal karena tidak memerlukan
keahlian dan modal yang besar seolah-olah menjamin bahwa setiap orang dapat
bekerja asal mau. Dan karena tekanan keadaan hampir semua angkatan kerja
memerlukan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan yang dapat menunjang
hidupnya.
Adapun menurut Payaman J.Simanjuntak (1985:98) mengemukakan
batasan-batasan sektor informal yaitu :
“Sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marginal/kecil-kecilan yang
mempunyai ciri seperti kegiatan usaha umumnya sederhana dan tidak
teratur, bermodal kecil dan bersifat harian, berdiri sendiri, tidak
mempunyai ijin usaha berlaku dikalangan masyarakat yang
berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan
khusus lingkungan kecil/keluarga dan tidak mengenal sistem perbankan,
pembukuan maupun perkreditan dan kegiataan usaha sangat beraneka
ragam ”.
Namun Clifford M.Baumback Ph.d menyatakan lain bahwa batasanbatasan usaha sektor informal yaitu “Manajemen oleh pemilik, kegiatan usaha
sangat tergantung pada pribadi seseorang, daerah operasinya bersifat lokal dan
permodalannya sangat tergantung pada sumber dari dalam bisnis.” (Buchari
Alma 1999 : 96)
Sektor informal sama dengan sektor formal lainnya yang bertujuan untuk
memperoleh pendapatan. Pendapatan sendiri memiliki beberapa pengertian
diantaranya, ”hasil berupa uang atau materil lainnya yang dicapai daripada
penggunaan kakayaan atau jasa-jasa manusia bebas.” (Winardi. 1980:17).
53
Sedangkan menurut Case and Fair (2002:224) ”total penerimaan adalah jumlah
total yang diterima perusahaan dari penjualan produknya, oleh karena itu, total
penerimaan sama dengan harga per unit (P) dikalikan kuantitas barang yang
terjual (Q).”
TR = P x Q
Istilah pendapatan pada penelitian inia adalah total penerimaan atau biasa
disebut dengan total revenue yaitu semua hasil penjualan yang diterima oleh
struktur pasar dan diterima oleh produsen. Untuk menentukan nilai pendapatan
adalah dengan menghitung total penerimaan yang didapat.
Menurut Sadono Sukirno (2002:192) hubungan hasil penjualan dengan
sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (x1,x2,x3….xn) secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Q = (X1,X2,X3….Xn)
Dimana :
Q = output/jumlah produksi
X = input
Cara pengusaha untuk memaksimalkan pendapatan tergantung pada pasar
dimana mereka bersaing. Di masyarakat sendiri terdapat beberapa struktur pasar,
diantaranya:
•
Pasar persaingan sempurna
•
Pasar persaingan tidak sempurna
a. pasar monopoli
b. pasar persaingan monopolistic
c. pasar oligopoli
54
Bila diklasifikasikan usaha kuliner jenis minuman di kota Bandung ini
termasuk kedalam ciri dari pasar persaingan monopolistik, hal ini karena sesuai
dengan ciri pasar persaingan monopolistik, yaitu:
•
terdapat banyak penjual dan pembeli
•
barangnya berbeda corak
•
perusahaan mempunyai kekuasaan yang cenderung kecil menjadi price taker.
•
keluar masuk kedalam pasar relative lebih mudah,
Ciri-ciri diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Samuelson
(1997:214) “persaingan monopolistic menyerupai persaingan sempurna dalam
tiga hal, yaitu: terdapat banyak penjual dan pembeli, mudah keluar masuk pasar,
dan perusahaan mengnggap harga perusahaan lainnya identik, sedangkan dalam
persaingan monopolistic produknya didiferensiasikan.”
Menurut
Joesron
(2002:174),
yang
dimaksud
pasar
persaingan
monopolistic adalah suartu pasar dimana terdapat banyak produsen dalam suatu
industri yang menghasilkan barang yang berbeda corak atau differentiated
product. Ciri-ciri pasar persaingan monopolistic adalah sebagai berikut:
1. terdapat banyak penjual
2. barangnya berbeda corak
3. perusahaan memiliki sedikit kekuasaan untuk mempengaruhi harga
4. persaingan menetapkan promosi sangat mudah
menurut Hasibuan (1999:22-24) mengemukakan bahwa ada tiga alasan
yang menyebabkan diperolehnya pendapatan yaitu:
1. karena pemilik usaha menanggung resiko
55
2. adanya ketidaksempurnaan, tepatnya pada persaingan yang tidak sempurna
dalam kegiatan bisnis
3. dalam keadaan yang menguntungkan apa yang diproduksi cepat laku kalau
perkiraan terhadap selera konsumen adalah cocok, tetapi dapat juga
sebaliknya.
Struktur pasar yang dikaji dalam penelitian ini bersifat persaingan
monopolistis sebab berada diantara dua jenis pasar yang ekstrem yaitu persaingan
sempurna dan monopoli. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis menurut
Sadono Sukirno (2003 : 298), yaitu :
1. terdapatnya banyak penjual
2. barangnya bersifat berbeda corak
3. perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
4. kemasukan ke dalam industri termasuk mudah
5. persaingan mempromosi penjualan sangat aktif
Diversifikasi produk merupakan faktor penting dalam suatu produk.
Semakin beragam dan bertambah produk yang ditawarkan kepada konsumen
semakin besar ketertekanan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan
Diversifikasi produk adalah upaya mencari dan mengembangkan produk atau
pasar yang baru, atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan,
peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas. Diversifikasi dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
56
1. Diversifikasi konsentris, di mana produk-produk baru yang diperkenalkan
memiliki kaitan atau hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan
produk yang sudah ada.
2. Diversifikasi horizontal, di mana perusahaan menambah produk-produk baru
yang tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada
pelanggan yang sama.
3. Diversifikasi konglomerat, di mana produk-produk yang dihasilkan sama
sekali baru, tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran maupun teknologi
dengan produk yang sudah ada dan diual kepada pelanggan yang berbeda.
Secara garis besar, strategi diversifikasi dikembangkan dengan berbagai
tujuan, di antaranya:
1. meningkatkan pertumbuhan bila pasar/produk yang ada telah mencapai tahap
kedewasaan dalam Product Life Cycle (PLC).
2. menjaga stabilitas, dengan jalan menyebarkan fluktuasi laba.
3. meningkatkan kredibilitas di pasar modal.
Diversifikasi konsentik menurut Fred r.David (2006:227) adalah
“Diversifikasi konsentrik adalah produk/jasa baru yang masih berkaitan dengan
produk/jasa yang lama”. Seperti telah dijelaskan di atas, semakin beragam produk
yang ditawarkan kepada konsumen semakin besar ketertarikan konsumen untuk
membeli produk yang ditawarkan.
Keanekaragaman produk (produk variety) membawa pengaruh baik,
karena dapat meningkatkan pendapatan. Pengembangan produk/jasa untuk
57
dipasarkan melalui penambahan produk/jasa baru baik berkaitan maupun tidak
berkaitan dengan produk/jasa yang lama disebut diversifikasi produk.
Menghadapi persaingan para pedagang dapat menerapkan strategi
bersaing, selain itu penetapan harga produk yang sesuai, serta diversifikasi produk
yang akan dipasarkan.
Dari penjelasan di atas dapat dibentuk suatu kerangka berfikir sebagai
berikut:
Persaingan (X1)
Harga Jual (X2)
Pendapatan
(Y)
diversifikasi Produk (X3)
Gambar 2.10
Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nazir, 1999:182).
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis Mayor
Persaingan, harga jual dan diversifikasi produk berpengaruh terhadap
pendapatan.
58
Hipotesis Minor
•
persaingan berpengaruh terhadap pendapatan.
•
harga jual berpengaruh terhadap pendapatan.
•
diversifikasi produk berpengaruh terhadap pendapatan.
Download