9 BAB II TINJAUAN TENTANG MASJID SECARA UMUM 2.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN TENTANG MASJID SECARA UMUM
2.1. Tinjauan Umum Masjid
2.1.1. Definisi Masjid
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat
sujud, juga disebut musholla atau langgar. Selain tempat ibadah masjid juga
merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari
besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Quran sering dilaksanakan di
masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas
sosial kemasyarakatan bahkan kemiliteran.1
Dalam Islam, masjid menduduki tempat sangat penting. Terlepas dari ukurannya,
lokasinya, atau kemegahannya, fungsi masjid di mana saja sama. Begitu dibangun,
masjid bukan milik manusia. Pemiliknya secara harfiah adalah Allah, sehingga
ungkapan “Rumah Allah” bukan saja benar adanya secara kias namun juga secara
hukum. Setiap Muslim di dunia sama-sama berhak menikmati fungsi masjid, samasama berhak memanfaatkan fasilitasnya. Tak ada izin atau pentahbisan, tak dipungut
bayaran atau tak ada langganan, tak ada kuota, batas, atau larangan bagi siapapun di
masjid. Ini merupakan hasil praktis dari masjid secara wakaf, suatu amanat yang
diberikan pemberinya kepada Allah. Masjid dikelola oleh mutawalli (manajer) yang
diangkat oleh qadhi (hakim) distrik. Tugasnya adalah menerima donasi masyarakat
dan merawat bangunan masjid, membukanya, membersihkannya, meneranginya, dan
memperindahnya.2 Untuk merawat masjid, mutawalli, imam masjid, donator awal dan
donator lain menyumbangkan benda-benda lain, atau membangun toko di sekitar
masjid. Pendapatan toko ini digunakan untuk menutup biaya perawatan masjid.
Mutawalli mengelola wakaf dengan diawasi qadhi.
Setiap masjid mempunyai muazin dan imam. Keduanya adalah anggota masyarakat
yang bagus bacaan Al-Qurannya dan reputasinya tak tercela. Mereka bukan pendeta,
sehingga tak ada pentahbisan atau sakramen. Imam dimaksudkan untuk menyamakan
1
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid
Atlas Budaya Islam, Isma’il Raji Al-Faruqi
9
gerakan orang shalat ( mengawali dan mengakhiri shalat, rukuk, dan sujud), membaca
keras-keras ayat-ayat Al-Quran dalam shalat, dan menyampaikan khutbah Jumat—
fungsi yang dapat dilakukan semua orang Muslim. Terkadang imam juga bekerja di
bidang yang lain, seperti menjadi guru sekolah, atau pemimpin sosial dan politik
umat, namun ini tidak harus pada imam shalat.3
Masjid secara fisik dapat disebut sebagai wujud dari kebudayaan Islam. Wujud
kebudayaan adalah cita, lakuperbuatan, ciptaan dari suatu bangsa atau kaum.4 Dalam
hal ini yang disebut kaum adalah umat islam. Sebagai sebuah wujud kebudayaan
masjid juga terpengaruh oleh budaya-budaya lainnya. Saat Islam mengadakan kontak
dengan budaya bangsa yang didatanginya, ia melakukan akulturasi, selain melahirkan
unsur-unsur baru. Unsur-unsur lama dirombaknya, diolahnya, diberinya semangat
baru, disesuaikan dengan jiwa Islam.
Masjid sebagai sebuah wujud budaya Islam, tentu dipengaruhi oleh intisari
kebudayaan Islam. Intisari kebudayaan Islam adalah agama Islam itu sendiri. Di
dalam sejarah telah tercatat bahwa Islam membawa pengaruh yang signifikan dalam
perkembangan budaya masyarakatnya, mulai dari sistem ekonomi, politik, kesenian,
bangunan dan segi-segi kebudayaaan lainnya. Hal ini dikarenakan Islam dengan
sumber hukumnya tidak hanya mengajarkan peribadatan tapi dengan tegas ia
mengajarkan persoalan-persoalan mengenai hubungan manusia antar sesamanya. Ia
misalnya mengajarkan kehidupan kemasyarakatan, kenegaraan, soal-soal politik dan
perang, ekonomi, bermacam-macam ilmu, etika dan kesusilaan, perkawinan,
perceraian, hartapusaka, pembagian kekayaan, hubungan antara pemodal dan pekerja,
pembagian-pembagian hukum, soal-soal perjanjian, kesenian, pendeknya anekawarna
persoalan, yang meliputi tiap lapangan persoalan kehidupan.5
Dapat disimpulkan bahwa masjid adalah suatu artefak budaya Islam yang fungsi
utamanya sebagai tempat peribadatan, selain sebagai pusat budaya Islam lainnya
seperti pusat pembelajaran dan aktivitas sosial. Masjid dibentuk oleh masyarakat yang
memegang teguh sumber hukum Islam yang intisarinya adalah Tauhid.
3
Atlas Budaya Islam, Isma’il Raji Al-Faruqi
Sidi Gazalba
5
Sidi Gazalba, Bentuk-bentuk kebudayaan, 165
4
10
Sebagai Intisari Kebudayaan Tauhid memiliki 2 dimensi (Konseptual/Ideologis dan
Metodologis):
Metodologis: -
Kesatuan (Tak ada peradaban tanpa Kesatuan)
Rasionalisme (Menolak setiap yang tidak berkaitan dengan realitas,
tetapi terbuka terhadap bukti baru)
-
Toleransi (Penerimaan terhadap yang tampak sampai kepalsuannya
terungkap)
Ideologis:
-
Tauhid sebagai prinsip pertama metafisika (Pencipta)
-
Tauhid sebagai prinsip pertama etika.(hanya satu tujuan perbuatan)
-
Tauhid sebagai prinsip pertama aksiologi (Menerima hukum tuhan)
-
Tauhid sebagai prinsip pertama masyarakat.(Semua manusia sama)
-
Tauhid sebagai prinsip pertama estetika.(Menyingkirkan tuhan dari
segenap bidang alam, nontransenden)6
2.1.2. Fungsi-fungsi Masjid
Fungsi masjid yang utama adalah tempat shalat wajib lima waktu terutama berjamaah.
Bila sedang tidak digunakan untuk shalat wajib lima waktu, masjid sering berfungsi
sebagai tempat “pendidikan tambahan” bagi orang Muslim, pusat komunitas yang
digunakan untuk pertemuan Muslim setempat. Nabi bermarkas di masjidnya di
Madinah. Masjid ini tetap menjadi markas para khalifah Rasyidun(10-39/632-660).
Masjid juga menjadi pusat misi. Kaum non-Muslim disilakan untuk belajar pokokpokok Islam. Biasanya, masjid segera berkembang menjadi kampus dengan guru serta
muridnya yang tetap. Kampus pertama bertempat di dalam masjid, dan pelajaran
diberikan di antara waktu shalat. Kemudian, kampus menempati bangunan tersendiri
bersebelahan dengan masjid. Sebelum ada orang lain yang diangkat menjadi kepala
kampus, imam masjid mengemban tanggung jawab sebagai kepala kampus. Dia, guru
lain, dan siswa, semuanya menerima gaji dan bea siswa dari pendapatan wakaf masjid
atau dari wakaf khusus untuk madrasah.7
2.2. Tinjauan Historis Masjid
6
7
Atlas Budaya Islam, Isma’il Raji Al-Faruqi
Ibid
11
2.2.1. Sejarah awal Masjid
Masjid yang pertama dibangun oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam adalah
masjid Quba8 di dekat Madinah di dalam perjalanan hijrahnya dari Mekkah menuju
Madinah. Di penghujung perjalanan beliau singgah di Quba dan mendirikan masjid di
sana. Begitupun ketika beliau telah tiba di madinah segera beliau mendirikan masjid
di sana. Dari sini kita dapat menarik benang merah bahwa pembangunan masjid
adalah hal pertama yang dilakukan saat awal komunitas dibina, karena masjid
menjadi pusat kegiatan umat Islam, atau dengan kata lain masjid ialah pusat budaya
Islam.
Pada dasarnya masjid yang paling suci bagi umat Islam adalah masjidil haram di
makkah al-mukaromah9, yang mengelilingi Ka’bah. Ka’bah merupakan struktur yang
dipercaya dibina oleh nabi Adam AS dan kemudian diperbaiki oleh nabi Ibrahim AS
dan Ismail AS, struktur ini sudah ada sebelum nabi Muhammad SAW lahir. Ka’bah
sekarang telah menjadi arah kiblat—ke mana muslim menghadap saat shalat—oleh
karena itu Ka’bah dapat disebut contoh arsitektur islam paling awal. Muslim tidak
menyelenggarakan shalat di dalam Ka’bah, tetapi ka’bah menjadi semacam orientasi
bagi umat Islam.
Setelah Rasul SAW wafat perkembangan arsitektur masjid dipertahankan oleh Dinasti
Umayah(661-750). Salah satu contoh peninggalan arsitektural dari masa ini adalah
Dome of The Rock, atau Qubatus-Sakrah yang melingkupi batu yang dipercaya
sebagai tempat pengorbanan Ismail AS oleh Ibrahim AS.
Dinasti Umayah digantikan oleh dinasti Abbasiah yang berkuasa sekira 750-945.
Salah satu contoh masjid yang dibangun pada masa ini adalah masjid Kordoba yang
saat ini digunakan sebagai Kapel. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan umat
muslim di Spanyol.
Dinasti Seljuk dan Ottoman di Turki banyak terpengaruh oleh bangunan dari masa
pra-Islam, hal ini memperkaya seni arsitektur islam. Hal tersebut terlihat dari
pengadaptasian Hagia Sophia sebagai Masjid dengan beberapa perubahan. Hagia
8
9
Shirah Nabawiyah
Id.wikipedia.org
12
sophia pun ditandingi keindahannya oleh Masjid Suleymaniye yang diarsiteki oleh
Mimar Sinan.10
2.2.2. Sejarah Perkembangan Masjid di Indonesia
Masjid erat kaitannya dengan komunitas Islam, yang menurut beberapa pendapat
telah ada sejak masa kekhalifahan, beberapa bukti fisik mengindikasikan pedagangpedagang Arab telah masuk ke Indonesia pada awal abad XI diindikasikan dengan
adanya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah di Leran Gresik berangka tahun
1088(475H). Komunitas Besar pertama berbentuk kerajaan Samudra Pasai berdiri
sekitar abad XII. Peninggalan masjid dari masa ini sayangnya belum dapat dirunut,
masjid Baiturrahman dibangun pada abad ke XIX sebagai ganti masjid bernama sama
yang dihancurkan oleh Belanda. Masjid tertua di Indonesia yang dapat dirunut
hanyalah masjid Demak yang merupakan masjid tertua di Jawa dibangun pada awal
abad XV.11 Masjid ini dipercaya sebagai tempat berkumpulnya walisongo. Begitupun
masjid-masjid seperti masjid Ampel, masjid Menara Kudus, masjid Agung Cirebon
dibangun pada abad XV, masjid Agung Banten dibangun pada abad XVI oleh Sultan
Maulana Hassanuddin yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati.12
Masjid-masjid pertama yang dibangun di Indonesia kebanyakan terpengaruh oleh
arsitektur masa Hindu-Budha, Hal ini dapat dilihat pada masjid menara Kudus yang
menampakkan arsitektur seperti Candi Hindu. Masjid-masjid tersebut pun berbentuk
joglo sebagai seni budaya asli masyarakat Jawa. Pada arsitektur masjid Agung Banten
ternyata dipengaruhi pula oleh budaya Tiongkok dari bentuk atap serta elemen
Interiornya.13
Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur hubungan dagang
yang sangat lama. Di Jawa khususnya, Islam masuk dan berkembang secara perlahan
tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Para penyebarnya terkenal
dengan toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang ada. Perkembangan
ini sedikit demi sedikit menggantikan norma yang telah ada sebelumnya khususnya
10
Architecture of the Islamic World, Michell, George
id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Demak
12
M. Al Hatta Kurdie, Sie. Pendidikan dan Informasi Kenadziran Masjid Agung Banten
13
C. Decker Fe, 1676
11
13
Hindu-Budha sejalan selama masa waktu itu. Proses tersebut berlangsung lama
sehingga terjadilah percampuran secara alamiah.14
Awal perkembangan Islam yang pesat terjadi pada abad ke-14, yang juga ditandai
oleh banyaknya artefak budaya yang berasal dari masa ini. Dimulai dengan artefak
berupa makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik15 yang merupakan penyebar Islam
di sana. Paralel dengan hal tersebut juga terdapat masjid Bondan yang diperkirakan
berasal dari tahun 1414. Setelah masa Maulana Malik Ibrahim, penyebaran Islam
dilanjutkan oleh Sunan Ampel (1421) yang dikatakan juga sebagai kerabat dari
Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel ini dikabarkan datang dari Champa (Vietnam).
Sunan Ampel inilah yang mendirikan masjid Ampel di wilayah Denta (utara
Surabaya). 1478 Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di Demak Jawa Tengah, masjid
Demak didirikan 1479. Sunan Gunung Jati(Syarif Hidayatullah) menyebarkan Islam
di Jawa bagian barat anak dari Sunan Gunung Jati inilah yang kemudian menyebarkan
Islam di Banten. Sunan Giri menyebarkan Islam di Jawa Timur demikian pula Sunan
Bonang. Begitulah sejarah populer yang mengiringi pertumbuhan Islam di tanah
Jawa.16
2.3. Tinjauan Arsitektur-Interior Masjid di Indonesia
2.3.1. Tinjauan Arsitektural Masjid
Islam terlihat mengadaptasi budaya dan tradisi setempat ke dalam perwujudan bentuk
dan fungsinya yang baru. Contoh yang paling menarik adalah pada masjid Sendang
Duwur (1559) di Jawa Timur atau masjid Menara Kudus (1549) di Jawa Tengah
Utara. Yang pertama memiliki bentuk gerbang yang padanya terdapat ornamen
makhluk hidup menyerupai burung merak dan garuda. Yang kedua mempunyai
gerbang-gerbang (kori) dan menara yang lebih mirip bangunan candi Hindu dari pada
sebuah
menara
adzan
masjid
pada
umumnya.
Kedua
bangunan
tersebut
memperlihatkan dengan jelas proses adaptasi oleh Islam atau kata lain proses
‘pertemuan’ dua atau lebih prodik budaya ini.17
14
Bambang Setia Budi, Masjid 2000
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam
16
Metro TV, Metro Files, Jejak penyebaran Islam di Jawa, Sabtu 1 April 2007, 20.00 WIB
17
Bambang Setya Budi, Masjid 2000
15
14
Bentuk-bentuk pertemuan dua atau lebih budaya seperti ini sebenarnya biasa terjadi,
salah satu contohnya pada Hindu di Jawa yang datang kemudian dengan Budha yang
lebih dulu seperti terlihat pada Candi Jawi bertingkat dua di Prigen, Jawa Timur. Di
mana patung Budha dan Syiwa ditampilkan dalam satu candi dengan komposisi:
Patung Syiwa diletakkan pada lantai dasar sedangkan Budha diletakkan pada lantai
lainnya.18
Bentuk-bentuk adaptasi (dengan berbagai ragamnya) juga terdapat pada bangunan
masjid-masjid tradisional di Jawa dengan arsitektur tradisional Jawa, seperti
pengambilan metode dan prinsip konstruksi Saka Guru. Saka Guru yang biasanya
berupa kolom-kolom kayu berjumlah empat buah dan terletak di tengah ruang utama
ini telah menjadi ciri umum yang sangat penting. Begitu pula konstruksi masjid
bertiang satu atau yang dikenal dengan masjid Saka Tunggal, sangat mungkin
diadaptasi dari bentuk rumah tradisional Tajug Semar Sinongsong di Jawa. Contoh
lainnya adalah bentuk atap yang biasanya berbentuk atap tumpuk dari duan hingga
lima. Menurut beberapa peneliti bentuk atap masjid seperti ini berasal dari bangunan
wantilan_gelanggang tempat adu ayam di Bali19 atau tipologi rumah tinggal
tradisional Jawa20, dan secara khusus, bentuk masjid-masjid agung di Jawa diadaptasi
dari bentuk pendopo/joglo dari keraton-keraton Jawa kurang lebih abad ke-15.
Beberapa karakteristik umum masjid tradisional di jawa selain yang telah disebutkan
tersebut di atas adalah: berdenah segi empat, beratap tumpang yang memiliki memolo
(hiasan di puncak atap yang diadaptasikan dari tradisi Hindu), memiliki tempat wudlu
berupa kolam/gentong, beduk/kentongan, jam matahari(istiwa), dan sebagian menara.
Satu kompleks masjid biasanya memiliki ruang terbuka di sebelah timur dan makam
di sebelah barat, utara atau selatan yang dibatasi oleh pagar dan gerbang.21
Bentuk umum masjid tradisional di Jawa seperti ini sering disebut juga sebagai
bentuk asli dari masjid Jawa. Contoh yang menggambarkan deskripsi ini adalah
masjid-masjid agung seperti Masjid Agung Demak (1479), Kasepuhan Cirebon
(1489), Banten (1565), Yogyakarta(1773), dan Mangkunegaran Solo (1878).
18
Bambang Setya Budi, Masjid 2000
Pigeaud T.G. et H.J. de Graaf (1976), Islamic State in Java
20
Wiryosaputro, Sucipto, Sejarah Bangunan Masjid di Indonesia
21
Bambang Setyabudi, Masjid 2000
19
15
Sekalipun beberapa masjid agung sudah memperlihatkan campuran idiom Eropa
(biasanya pada menara) pada masjid-masjid yang disebut akhir-akhir. Khusus untuk
masjid Agung Banten, memperlihatkan keunikan tersendiri pada atapnya yang
tumpuk lima di mana tambahan dua tumpuk paling atas lebih mirip mahkota beridiom
pagoda dibanding fungsi atap yang sebenarnya.
Masjid-masjid tradisional lainnya sebenarnya sangat banyak dan memiliki ekspresi
bentuk yang beragam membentang dari abad ke-15 hingga abad ke-19. Di antara
keragaman tersebut, beberapa menampilkan keunikan dan memperkaya khazanah
perbendaharaan arsitektur masjid di Jawa seperti masjid Bondan(1592) di Indramayu
yang dalam banyak hal memperlihatkan bentuk-bentuk bangunan rumah tradisional
Sunda atau Masjid Selo/Watu (1787) di Yogyakarta di mana terdapat penyatuan
antara dinding dengan atap (menerus-monolit).22
Contoh lainnya adalah masjid Hidayatullah (1750) di DKI Jakarta yang beratap
tumpuk memanjang barat ke timur dan bertumpuk namun hanya pada tiap ujung
atapnya. Bahkan di antara keragaman tersebut terdapat masjid yang boleh jadi
menunjukkan kualitas mendekati lokal jenius yakni masjid Saka Tunggal pada
Langgar Alit Kraton Kasepuhan Cirebon (1490). Bangunan ini memiliki kolom
tunggal di tengah ruangnya untuk menahan konstruksi atap. Di sini, bentuk
memperlihatkan keunikan dari komposisi formal, teknik konstruksi, keragaman
bahasa bentuk, maupun permaknaan simbolismenya.23
2.3.2. Tinjauan Interior Masjid
Interior masjid di Timur-tengah kebanyakan menampilkan keahlian dan kearifan lokal
dalam menata interior masjid. Masjid Nabawi di Madinah misalnya, sangat
menampilkan keahlian dan kualitas interior, bukan saja secara visual melainkan juga
secara fungsional. Hal tersebut juga didukung oleh kemampuan negara-negara Arab
secara finansial.
Dalam sejarahnya masjid-masjid di timur-tengah pada awalnya dibuat secara
sederhana, kemudian baru dilakukan penambahan-penambahan fungsi maupun
22
23
Bambang Setya Budi, Masjid 2000
Ibid
16
struktur bangunan. Di manapun masjid berada selalu ada kekhasan yang berbeda, baik
itu mengakomodasikan kearifan budaya lokal maupun dalam segi perencanaan
lainnya. Bentuk masjid bukanlah sesuatu yang sudah ditetapkan, tetapi sangat
fleksibel sesuai dengan ijtihad, dimana tetap memperhatikan fungsi utama sebagai
tempat ibadah.
Masjid-masjid di Indonesia sebagaimana yang telah juga disampaikan pada tinjauan
Arsitektural memiliki ekspresi bentuk yang beragam membentang dari abad ke-15
hingga abad ke-19. Di antara keragaman tersebut, beberapa menampilkan keunikan
dan memperkaya khazanah perbendaharaan arsitektur masjid di Jawa seperti masjid
Bondan(1592) di Indramayu yang dalam banyak hal memperlihatkan bentuk-bentuk
bangunan rumah tradisional Sunda atau Masjid Selo/Watu (1787) di Yogyakarta di
mana terdapat penyatuan antara dinding dengan atap (menerus-monolit).24
Dari pertimbangan tersebut, hal yang perlu ditinjau dari interior masjid ini adalah
kesamaan pandangan yang ada pada masjid-masjid yang ada. Masjid merupakan hasil
dari peradaban Muslim di manapun ia berada, oleh karena itu pandangan islam
terhadap interiorlah yang perlu dijadikan acuan/tinjauan analisa.
Berikut merupakan intisari dari pandangan-pandangan terhadap interior islam, seperti
yang dikemukakan oleh Ismail Raji’ al-Faruqi dan Abdul Jabar Beg:
Bentuk
Arsitektur islam memandang dunia sebagai sebuah ruang, untuk membuat tempat
tinggal manusia harus memotong ruang tersebut, tetapi tidak memotongnya dengan
niat pernyataan diri, eksistensi yang naïf dan brutal, dari norma-norma yang
purba(kekuasaan). Jika manusia harus memotong ruang tersebut untuk mendapatkan
tempat tinggal, itu harus dilakukannya dengan rasa gembira dan rendah hati, bukan
dengan menunjukkan kekuasaannya, menonjolkan diri, dan menantang.25
Dalam arsitektur islam—yang tanpa konflik, tanpa menantang, tanpa mengalahkan,
dan tanpa memenangkan ruang di luarnya—tak ada keinginan untuk membuat ruang24
25
Bambang Setya Budi, Masjid 2000
M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam
17
dalam menjadi terkurung. Malahan sebaliknya, ruang dalam pada bangunan islam
dibuat berhubungan dengan ruang yang di luarnya.26 Arsitektur islam enggan
melakukan pemenjaraan ruang, tapi dengan penuh sukacita ia menghubungkan
kembali dengan ruang di luarnya. Hal itu bisa tercapai dengan cara membuka
pelataran dalam dan jendela-jendela. Sampai sekarang pun pada kontur bangunan
selalu dibangun pelataran dalam.
Ruang di dalam arsitektur islam hanya memiliki 3 dinding tidak ada dinding keempat.
Sebab dinding keempat digunakan untuk menghubungkan ruang tertutup dengan
pelataran dalam.27 Bila pun Harus ada dinding keempat, maka pintu-pintu besar,
jendela-jendela, dan arcade-arcade yang terbuka selalu melaksanakan tugasnya secara
amat mengagumkan.
Warna
Penggunaan ubin berglazur menandai dipakainya warna-warni dalam perkembangan
arsitektur Islam.28 Sesungguhnya warna lebih ditekankan daripada tekstur atau
motifnya. Di Spanyol dan Afrika Utara, keramik kebanyakan dipakai pada bagian
bawah dinding dan dan kebanyakan bermotif geometric. Perbedaan yang tajam antara
warna gelap dan warna terang—di Istana Alhambra—digunakan untuk membentuk
pola-pola geometric yang sangat kompleks. Warna digunakan untuk membuat massa
tidak tampak, sehingga sesuai dengan prinsip tidak memotong ruang, sehingga Desain
Islam sangat kaya akan penggunaan warna-warna.29
Material
Arsitek Muslim berusaha untuk menyusun material-material yang sama secara
berulang-ulang sedemikian rupa, sehingga perhatian kepada massa dapat dialihkan
kepada suatu pola atau desain. Material-material dengan berbagai warna dan tekstur
dipergunakannya dalam pelbagai susunan untuk menghasilkan efek-efek yang sama,
yaitu transfigurasi massa, Ia memahat massa, dengan melubangi semua atau sebagian,
dan menghasilkan massa yang telah berubah bentuk menjadi suatu tirai desain, warna,
dan bentuk. Ketika semua metode itu gagal maka ia berusaha melapisi/munutupi masa
26
M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam
Ibid
28
Michell George, Architecture of the Islamic World
29
M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam.
27
18
tersebut dengan ubin, stucco, kayu serta material lainnya sehingga yang tinggal
hanyalah pola yang tegak sendiri dalam atmosfir yang murni.30
Bata telah dipakai sejak awal perkembangan Islam, dipakai dalam macam-macam
pola sehingga menimbulakan efek bayangan dan bentuk yang dramatis. Batu-batuan
seperti marmer dan granit pun sering digunakan. Metal dan Kayu juga tak
ketinggalan.31 Dapat disimpulkan bahwa tak ada material yang sebenarnya dihindari
dalam pembuatan masjid maupun bangunan islam lainnya.
Pencahayaan
Seperti bentuk-bentuk kesenian lainnya, arsitektur mengekspresikan pandangan dunia
masyarakatnya. Salah satu pandangan dunia Islam yaitu penerangan figur-figur yang
mulia. Tuhan membandingkan diri-Nya dengan penerangan (Qur’an, 24:35), dan
wahyu Tuhan menggunakan istilah yang sama untuk mengekspresikan pandangan
fisik, moral, dan spiritual. Sudah barang tentu, pandangan dan penerangan itu
merupakan unsur yang membentuk penglihatan dan kearifan yang tak hanya di atas
bumi saja, tapi juga di surga. Pahala yang mahabesar adalah menyaksikan wajah
tuhan. Selama berabad-abad, kaum muslim telah menyatakan bahwa seluruh tuntunan
Islam merupakan penerangan terhadap kesadaran, jalan, dan argumen baik pro
maupun kontra. Sebelum Islam, seluruh dunia timur tengah memuja “penerangan
surgawi” sama seperti cara Mesopotamia dan Mesir kuno berabad-abad yang silam.32
Warisan itulah yang menyebabkan bangunan-bangunan Islam selalu terbuka dan kaya
akan cahaya. Islam membenci kegelapan. Ia tidak memiliki misteri, rahasia, dan tidak
mengizinkan adanya paradoks maupun mendua. Tujuannya adalah kejernihan yang
sempurna, dan ketegasan yang sempurna pula. Islam tak pernah menggunakan
ataupun menyetujui simbolisme rahim. Wahyunya tak dilahirkan dalam kegelapan,
tidak disembunyikan dalam misteri, dan tidak dipersulit dengan dua arti. Nabi
acapkali menerima wahyu ditengah khalayak. Kedatangan wahyu itu tak pernah
disertai dengan kesadaran yang keliru. Sebaliknya, kesadaran Nabi selalu dituntun
dan menjadi lebih terang di bawah pengaruh wahyu. Itulah sebabnya, Islam tak
30
M. Abdul Jabbar Beg. Seni di dalam Peradaban Islam
Michell, George. Seni di dalam Peradaban Islam
32
M. Abdul Jabbar Beg. Seni di dalam Peradaban Islam
31
19
pernah menyukai dan tak pernah memperkenankan penghambatan-penghambatan
kesadaran, kemabukan-kemabukan, psichotropika untuk melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan pandangan kudus dan pengalaman relijius.33
2.4. Tinjauan Psikologis Terhadap Masjid
2.4.1. Hubungan Psikologis dan Masjid Sebagai Tempat Peribadahan
Pengantar Ilmu Psikologi
Psikologi seringkali dikatakan sebagai “Studi atas Pikiran”, “ Studi atas Hakikat
Manusia”, dan banyak lagi. Tetapi definisi Psikologi yang tampaknya tepat dapat
dituliskan sebagai berikut: “ Psikologi adalah fakta-fakta yang dihimpun dari
penelitian-penelitian dilihat dari sudut pandang psikologis”. Sudut pandang ini dapat
berbeda antara seorang psikolog dan psikolog yang lainnya,34 tapi keseluruhannya
mengacu pada kegiatan makhluk hidup.
Setiap proses psikologis merupakan respon dari stimulus. Manusia dan Hewan, yang
di dalam ilmu psikologi disebut sebagai Organisme merupakan mekanisme reaksi.
Stimulus merupakan faktor penyebab. Integrasi atau Koordinasi dari suatu reaksi
dilakukan oleh organisme. Reaksi merupakan hasil dari proses Stimulus dan
Koordinasi. Ketiga faktor ini membentuk S-I-R, formula dari aktivitas psikologis.
Stimulus memiliki 3 bentuk yaitu: Fisik(dapat diukur), Fisiologis(Faal), dan
Psikologis (contohnya ilusi)
33
34
M. Abdul Jabbar Beg. Seni di dalam Peradaban Islam
Fryer, Douglas.H., General Psychology, hal 13
20
Contoh ilusi:
Reaksi atau respon merupakan hasil dari stimulus yang diterima oleh organisme.
Respon dapat segera terlihat maupun tidak oleh pengamat. Organisme yang merespon
pun kadang tidak sadar akan proses ini. Respon dilakukan oleh efektor. Reaksi
Berpola (pattern reaction) merupakan reaksi yang melibatkan efektor-efektor di
seluruh tubuh. Kadang pola yang satu diikuti oleh pola respon yang lainnya.
Integrasi atau koordinasi berperan sentral di dalam proses stimulus-respon. Integrasi
dapat dikaji dari dua sisi, yaitu: Integrasi Fisiologis (dari sisi faal) dan Integrasi Sikap
(behavioral Integration). Integrasi Sikap meliputi Refleks, Sensitivitas, Persepsi,
komprehensi, Pikiran, Sikap bermotif tujuan, hal-hal ini memenuhi kajian di dalam
Psikologi.35
Stimulus yang diterima oleh indera manusia yang sadar adalah kesadaran akan adanya
stimulus. Stimulus yang diterima oleh reseptor inilah yang menyebabkan fenomena
Sensasi. Persepsi merupakan sensitivitas langsung terhadap sensasi. Tapi jarang sekali
35
Fryer, Douglas.H., General Psychology
21
terdapat persepsi yang tidak terimbas oleh pengalaman sebelumnya (recalled
sensitivity).36
Terdapat ambang batas yang harus dilampaui oleh suatu stimulus agar terjadi proses
sensasi-persepsi, ambang batas terdiri dari dua macam yaitu ambang batas indera dan
ambang batas psikologis. Keduanya dipengaruhi oleh Kualitas, Intensitas, Ekstensitas,
dan Durasi.
Di dalam peribadahan di masjid terutama shalat terdiri atas gerakan dan konsentrasi
terhadap gerakan tersebut. Stimulus yang terdapat di Masjid berupa elemen-elemen
interior dengan bentuk dan warna serta polanya.
Psikologi Persepsi
Setelah membahas Psikologi, penulis pun merasa perlu untuk membahas persepsi.
Persepsi adalah kesadaran terhadap elemen-elemen lingkungan melalui sensasi fisik
(contohnya warna, bentuk, pola dan sebagainya).37 Dengan demikian persepsi
berperan penting sebagai langkah awal proses psikologis. Persepsi dapat berbeda pada
setiap orang, tetapi memiliki pola atau prinsip-prinsip yang sama.38
Prinsip-prinsip Persepsi:
1. Asimilasi & Kontras
Apabila seseorang mempunyai karakter yang menyerupai kelompoknya maka
disamakan dengan persepsi (asimilasi) sedangkan bila berbeda terjadi kontras.
Seseorang anggota kelompok pada umumnya mempunyai karakter yang
menyertai atau mendekati karakteristik kelompoknya.
2. Whole Part (Gestalt)
Dalam mengamati objek atau rangsang, individu cenderung melihat sebagai suatu
keseluruhan.
36
Fryer, Douglas.H., General Psychology
Merriam Websters Collegiate Dictionary 10th edition
38
Diktat Psikologi Persepsi, FSRD ITB
37
22
Makna pengamatan keseluruhan akan lebih berarti daripada bagian-bagiannnya
saja.
Jika stimulus tidak lengkap, seseorang akan mengisinya dengan intrepretasi yang
konsisten dengan rangkaian stimulus.
3. Constancy/Keajegan
Memberi gambaran atau menentukan persepsi akan benda yang relatif stabil.
4. Proxymity/Kedekatan
Setiap objek atau peristiwa yang palin berdekatan dalam ruang dan waktu, atau
menyerupai satu sama lain, cenderung dipersepsi sebagai suatu bagian dari
struktur yang sama.39
Dari prinsip psikologi persepsi yang telah disampaikan, muncul keterkaitan antara
manusia/jemaah dengan lingkungannya pada saat melaksanakan ibadah (masjid).
Prinsip-prinsip di atas berlaku pada jemaah saat stimulus dalam bentuk warna, bentuk,
pencahayaan, dan material ditangkap oleh indera-indera manusia tersebut. Hal ini
selanjutnya akan di bahas pada poin 2.4.2.
Psikologi Peribadatan
William James menyatakan empat karakter pengalaman religius/mistis: 40
1. Tidak bisa diungkapkan
2. Kualitas Noetik (Kualitas yang dianggap kebenaran/pencerahan, tidak dapat
digali dengan diskusi)
3. Situasi Transien (Trance Æ Kesurupan), hal ini tidak mesti ada
4. Kepasifan (Bisa menciptakan pengalaman religius, tetapi pada saat
mengalaminya, seakan patuh terhadap kekuasaan, hal ini tidak mesti ada).
Di dalam pembahasannya James menambahkan bahwa pengalaman religius dapat
dikondisikan dengan melakukan pemusatan pikiran atau gerakan tubuh, hal ini lebih
ke arah mistisisme.
39
40
Diktat Psikologi Persepsi, FSRD ITB
William James, The Varieties of Religious experience
23
Masalahnya oleh sebagian muslim, mistisisme atau yang dikenal dengan Tasawuf
dipersalahkan sebagai penyebab kemunduran yang diderita umat Islam 1000 tahun
belakangan ini.41
Di dalam Islam Ibadah dipandang sebagai pengabdian terhadap Tuhan, sebenarnya
jauh dari mistisisme, Kekhusyukkan lebih dianggap sebagai kesungguhan bukan
sebagai cara untuk menerima suatu pengalaman yang mistis. Walaupun umat Islam
diperkenankan untuk menikmati atau menghayati keindahan Shalat, tapi hal ini bukan
menjadi tujuan melainkan Proses. Islam tak pernah menyukai dan tak pernah
memperkenankan penghambatan-penghambatan kesadaran, kemabukan-kemabukan,
psichotropika untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pandangan kudus
dan pengalaman relijius.42
Hubungan yang masuk akal antara Masjid dan Psikologis adalah pada prinsip persepsi
yang dapat ditampilkan oleh elemen-elemen masjid sehingga menghadirkan suasana
yang kondusif untuk beribadah seperti yang diamanatkan Islam. Suasana yang
diharapkan adalah kesadaran penuh (maximum awareness)43 sehingga menggiring
manusia untuk berkontemplasi akan ayat-ayat Ilahi.
2.4.1. Tinjauan Psikologis Warna, Bentuk, Material dan Pencahayaan
Warna
Penyebab terjadinya warna tidak lain adalah cahaya. Setiap benda yang kita lihat
berwarna memantulkan dan menyerap gelombang cahaya tertentu. Tanpa cahaya kita
tidak akan melihat warna. Cahaya terdiri atas seberkas sinar-sinar yang memiliki
panjang gelombang yang frekuensinya berbeda-beda. Bila gelombang tersebut
memasuki mata, maka akan terjadi yang disebut sensasi warna.44
Para ilmuwan yakin bahwa persepsi visual terutama bergantung kepada interpretasi
otak terhadap suatu rangsang yang diterima oleh mata. Warna menyebabkan otak
bekerjasama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian,
41
Ismail Raji’ Al Faruqi, Atlas Budaya Islam
M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam
43
Ibid.
44
Darmaprawira, Sulasmi. Warna, Penerbit ITB
42
24
manusia memiliki rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi
terhadap warna dibandingkan dengan binatang.
Bila kita perhatikan selera orang terhadap warna itu berbeda-beda, hal tersebut
menunjukkan bahwa warna berpengaruh terhadap emosi setiap orang. Apabila
seseorang tidak menyukai warna tertentu mungkin ada sebabnya. Demikian juga
respon kita terhadap warna tertentu, karena warna tersebut pernah dipakai oleh orang
tertentu yang tidak kita sukai misalnya.45
Berikut merupakan contoh analisis warna:
45
Darmaprawira, Sulasmi. Warna, Penerbit ITB
25
(Toekangweb.com)
Bentuk
Bentuk yang terdapat pada lingkungan kita baik yang melekat pada benda mati
maupun hewan, tumbuhan atau bahkan manusia memiliki bentuk dasar.46 Bentuk
dasar tersebut ada 5 macam. Bentuk dasar ini berlainan dengan apa yang biasa kita
lihat di alam. Hal itu terjadi akibat irama yang ditimbulkan oleh kondisi alam. Secara
garis besar bisa dikatakan ada lima pokok yaitu tabung, bola, piramida, kerucut, dan
balok. Atau dalam bentuk dua dimensinya yaitu lingkaran, silinder, piramida, kerucut,
dan segiempat.
Sebelum lebih jauh membahas bentuk, ada suatu elemen mendasar yang membentuk
bentuk tersebut yaitu titik dan garis. Bentangan titik-titik yang bersambung disebut
garis. Pada alam dapat kita lihat garis-garis terbentuk dari persinggungan sebuah
bentuk atau daerah. Seperti tepi sungai, batas antara air dan tanah yang bisa dilihat
sebagai garis tepi, atau jalanan yang dilihat dari atas, atau garis yang terjadi akibat
persinggungan antara tepi hutan dengan dataran tanah terbuka.
46
Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003
26
Garis yang dibuat oleh bangunan dapat menimbulkan beraneka ragam bentuk yang
membawa kesan dan pesan-pesan orang lain atau diri sendiri atas nilai yang hendak
disampaikan oleh suatu kelompok atau individu. Setiap garis memiliki ciri, karakter,
dan sifat masing-masing tergantung pada si pembuatnya.
Garis dapat bersifat kaku, keras, lembut, lentur, tegas dan sebagainya, yang
ditentukan oleh cara menggariskannya. Garis dapat menyampaikan perasaan kepada
orang lain dan bentuk dapat mewakili perasaan dari pengalaman-pengalaman manusia
atas pengaruh sekeliling maupun alam semesta.47 Seperti saat kita melihat gunung,
yang terasa dalam hati adalah perasaan teguh mantap, dan kokoh. Begitupun saat kita
melihat awan tebal, berwarna hitam pekat, seakan mau jatuh, yang menandakan
sebentar lagi akan turun hujan. Dalam hal ini pengalaman sehari-hari dapat
memperkaya penghayatan terhadap garis maupun bentuk.
Garis lengkung menimbulkan kesan dinamis, lembut, lemah, alami, nyaman, santai.
Sedangkan garis lurus bersifat statis, kokoh, pasti, formal, bersih, kuat. Garis putusputus berkesan lemah, tersembunyi, pasif. Garis bergelombang mengesankan irama,
47
Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003
27
lembut, dan gerak. Garis lingkaran seperti kabel membuat kesan elastis seperti per,
tapi juga rumit seperti benang kusut.
(Mofit)
Garis keriting mengesankan keseragaman dan ramai. Garis putus-putus berkesan
kasar, tajam, kaku, tegas. Sedangkan garis luncur mengesankan kealamian, polos,
natural.48
Contoh pada karya Rembrand di samping, kita dapat
melihat bentuk yang disusun oleh garis-garis, garis yang dibuat oleh Rembrand
tersebut kebanyakan merupakan garis luncur yang memberi kesan natural, lembut.
48
Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003
28
Pada karya bangsa Mesir kuno di samping, kita
segera mengetahui perbedaannya dari karya Rembrand. Karya ini lebih statis, dan 2
dimensional. Kesan yang ditimbulkannya pun cenderung kaku, kuat, dan jika
ditambahkan magis. Hal ini sesuai dengan kebudayaan yang ada di Mesir pada saat
itu. Dengan kata lain ada kaitan erat antara suatu karya dan pembuatnya.
Pada seni rupa Islam di samping, karya bersifat
garis lurus yang patah-patah tapi bila dilihat secara general membentuk suatu
keterkaitan simetris antara bentuk-bentuk tersebut. Kesan yang dapat ditangkap
kesatuan, ketegasan, kuat, kaku. Tidak terlalu tajam karena tidak ada sudut yang lebih
kecil dari 90 derajat.49
49
Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003
29
Pada karya di atas, garis yang digunakan lurus
dan membentuk bidang persegi. Harmoni diperoleh dari keseimbangan asimetris dan
penggunaan terang-gelap warna. Kesannya Harmonis, kekuatan garis tersamarkan
oleh garis yang terputus-putus, tidak monoton. 50
Material
Material dilihat dari sumbernya terdiri dari dua jenis, material alam dan buatan.
Material alam contohnya marmer, granit, kayu, bermacam-macam logam, bambu,
batu dan masih banyak lagi. Material buatan atau lebih tepatnya artificial dapat berupa
bahan alam yang diproses secara kimiawi seperti plastik seperti HPL, atau juga bahan
alami yang dibuat serupa dengan bahan lain atau bahan alami yang kadarnya lebih
rendah, contohnya Kayu Jati yang sering diganti oleh multipleks yang dilapis oleh
lapisan veneer Jati. Secara tekstur sistem ini masih menampakkan tekstur alam.
Material memiliki karakteristik tertentu (Keras, Lembut, Kasar, Licin), selain juga
warna dan bentuk, seperti yang juga telah dibahas pada dua poin sebelumnya.
Keuntungan-keuntungan dalam pemilihan material tertentu dapat kita peroleh bila
kita:
1.
Memahami karakteristik material yang dipilih termasuk kelebihan dan
kekurangannya.
50
51
2.
Menyesuaikan material dengan fungsi yang akan diakomodasi.
3.
Mengetahui umur, kualitas dan perawatannya.51
Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003
Gatut Susanta, Lantai, Gramedia 2007
30
Material dipilih berdasarkan fungsinya, adapun fungsi material antara lain:
1. Menahan beban barang-barang yang ada di atasnya.
2. Menahan cahaya, angin, hujan, banjir, dan hal lainnya yang bersumber dari
alam.
3. Membuat permukaan tidak licin.
4. Mengurangi kebisingan ruang, misal ruang kedap suara.
5. Menambah nilai artistik tertentu.
6. Menahan api dan zat kimia tertentu.52
Dari rumusan di atas material untuk interior harus berkarakter lembut dan membuat
suasana ruang nyaman. Khusus untuk tempat peribadatan harus dapat mendukung
kegiatan peribadatan yang berlangsung, kenyamanan merupakan salah satu faktor
yang dapat mendukung. Dari kriteria tersebut, kita dapat menyebutkan beberapa
material yang mendukung kenyamanan di dalam interior masjid antara lain:
1. Kayu, yang memberikan kesan hangat dan alami.
2. Parquet, kayu masif atau kayu lapis dan sejenis mdf.
3. Keramik, memiliki banyak motif dan tekstur.
4. Granit atau Marmer, berkesan mewah cocok untuk hawa panas.
5. Karpet, banyak digunakan pada masjid kuno timur tengah.
6. Terakota, pernah digunakan pada masjid agung Banten.
7. Ubin, pernah juga digunakan pada masjid agung Banten.
8. Terasso, digunakan pada masjid agung Banten sebelum 1980an dan eksterior
masjid salman.
Untuk lebih memahami material-material tersebut berikut penjelasan tentang
kelebihan dan kekurangan material-material tersebut:
a. Lantai kayu
Jenis kayu yang digunakan untuk interior bisa apa saja, tetapi juga harus
diperhatikan masalah kekuatan dan keindahan untuk jenis kayu yang digunakan
sebagai lantai haruslah kuat, misalnya kayu jati, damar laut, meranti merah,
bangkirai, sono keling, kayu besi(ulin).
52
Gatut Susanta, Lantai, Gramedia 2007
31
Kelebihan:
-
Mudah dalam pengerjaan dan finishing.
-
Mudah didapat.
-
Mudah dikombinasikan dengan bahan lain.
-
Bersifat alami.
-
Mudah dibentuk dan ringan.
-
Tidak perlu dilapis.
-
Hangat pada hawa dingin.
Kekurangan:
-
Mudah terbakar.
-
Tidak tahan rayap.
-
Jenis kayu tertentu tidak tahan air, misalnya ulin dan berlian.
-
Susah didapat untuk kayu tua dan waktu kering cukup lama.
-
Harganya lebih mahal dibanding multiplek.
-
Mudah susut sehingga sambungan pada kayu cepat renggang.
b. Parquet
Parquet adalah jenis kayu untuk pelapis lantai yang telah diolah sedemikian rupa,
bertekstur rata, halus, dan indah. Jenis parquet yang ada di pasaran dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Parquet yang berasal dari kayu solid,
2. Parquet yang berasal dari kayu yang dilapis,
3. Parquet yang berasal dari serbuk kayu press.
32
Kelebihan dan kekurangan parquet kayu ini kurang lebih sama dengan kayu.
c. Keramik
Dulu keramik di pasaran hanya berukuran 10 cm x 20 cm atau 20 cm x 20 cm
seperti layaknya tegel. Tetapi, saat ini ukuran keramik beragam mulai dari 5 cm x
33
10 cm sampai 60 cm x 90 cm. Keramik yang berukuran kecil dan distukan dengan
benang disebut mozaik, sedangkan yang tipis disebut porselin.
Saat ini tebal keramik mencapai 1 cm. Keramik terbuat dari bahan campuran batu
keras, seperti granit atau marmer. Pemakaian keramik jenis ini harganya berkisar
3-4 kali harga keramik biasa, namun masih 1/5 dari harga granit atau marmer.
Jenis keramik tersebut menjadi alternatif pilihan bagi sebagian orang yang ingin
memakai granit, tetapi memiliki dana terbatas.
Kelebihan dari material ini adalah sifatnya yang fleksibel dari mulai alami sampai
modern dan pemasangannya yang mudah dan cepat, perawatannya juga lebih
mudah daripada granit dan marmer.
d. Granit/Marmer
Salah satu cara agar ruang terlihat mewah adalah dengan penggunaan granit dan
marmer. Material ini sering digunakan pada lantai masjid, bahkan pada masa lalu.
Material ini merupakan jenis batuan yang cepat mengalirkan panas, sehingga
berkesan dingin, cocok untuk daerah panas seperti timur tengah atau daerah pantai
di Indonesia.
34
Kelebihan dari material ini adalah sifatnya yang alami dan pemasangannya yang
mudah dan cepat, tetapi memerlukan perawatan seperti polishing agar
permukaannnya tetap terlihat indah.
e. Karpet
Pada dasarnya karpet terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan atas berbahan
wool/sintetik dan lapisan bawah berupa karet.
Ada enam jenis bahan wool/sintetik untuk lapisan atas karpet, yaitu:
1. wool katun,
2. wool sintetik,
3. polyester sintetik,
4. nilon,
5. tenun/lampit,
6. akrilik.
Kelebihan:
1. Permukaan lantai rapi.
2. Tidak menimbulkan bunyi jika ada orang berjalan.
3. Harga relatif murah.
4. Pemasangan mudah dan cepat.
Kekurangan:
1. Perawatan harus rutin.
35
2. Jika dipasang secara permanen sulit dibersihkan dan dikeringkan.
3. Menimbulkan alergi bagi sebagian orang.
f. Terakota
Jika dilihat, lantai terakota sama dengan bata merah yang diproduksi di Tabanan,
Bali. Lantai terakota memang merupakan perkembangan dari lantai-lantai kuno
yang menggunakan bata merah tanpa diplester, sekarang banyak diproduksi di
daerah industri genteng seperti Plered.
Kelebihan:
1. Lantai terlihat alami.
2. Menyerap panas.
3. Pemasangan mudah dan cepat.
Kekurangan:
1. Harganya mahal.
2. Perlu perawatan agar tidak berlumut.
g. Ubin
Ubin tegel ini banyak digunakan pada rumah-rumah sederhana, karena harganya
relatif murah. Meskipun saat ini ubin tegel jarang ditemukan, tetap saja menjadi
incaran, karena harganya tidak jauh berbeda dengan keramik.
Kelebihan:
1. Harganya murah
36
2. Pemasangannya mudah dan cepat
3. Perawatan mudah
4. Mudah diganti jika pecah
Kekurangan:
1. Kurang populer, karena dianggap kuno
2. Harga ubin yang bermutu lebih mahal daripada keramik
h. Terasso
Pemasangan ubin terasso hampir sama dengan ubin abu-abu atau tegel, tetapi
pengisi nat/sambungannya menggunakan semen putih. Setelah dipasang,
permukaan ubin terasso dipoles dengan mesin poles atau poles tangan agar
permukaannya mengkilat dan halus.
Kelebihan:
1. Pemolesan dan pemasangan yang baik seperti lantai marmer.
37
2. Sangat kuat, karena keras.
Kekurangan:
1. Tidak memiliki banyak pilihan warna.
2. Mudah memudar dan kusam.
Kesimpulan mengenai material yang digunakan pada masjid, banyak material yang
dapat digunakan asalkan rata dan mudah dibersihkan. Karpet dan kayu cocok untuk
digunakan pada daerah berhawa dingin karena akan membuat suasana lebih hangat
sedangkan keramik dan batuan alam lebih cocok digunakan di daerah berhawa panas.
Pemakaian kayu lebih disarankan daripada karpet yang dapat menimbulkan alergi
pada sebagian orang.
Pencahayaan
Dengan cahaya, benda hidup atau mati dapat dilihat warnanya, bentuk dan suasana
yang ditimbulkannya. Cahaya bisa bersumber dari matahari atau benda buatan seperti
lampu dan api. Cahaya bisa berkembang melalui reflektor atau pantulan-pantulan
yang alami seperti dari bulan atau benda-benda lain yang dapat menerima dan
memantulkan cahaya tersebut.
Sebuah benda dapat dilihat karena serapan sinar. Benda itu juga menyerap jenis-jenis
warna apapun serta pemantulan-pemantulan sinar terhadap benda lain yang sesuai
dengan kondisi kekuatan sinar itu dipantulkan. Dari kondisi penyinaran tersebut
timbul lingkungan yang berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan nilai ruang dan
menciptakan pola bentuk yang menarik. Selain itu nilai serapan benda juga
mempunyai intensitas tertentu sesuai pengaruh benda tersebut terhadap benda lain
yang mempengaruhinya.53
53
Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003
38
Cahaya Redup
Cahaya Terang
Pencahayaan redup memberikan kesan romantis, misterius, bergantung pada
konteksnya, sedangkan pencahayaan yang terang mengesankan keterbukaan,
kejelasan.
Cahaya Fluorescent
Cahaya Petang
Cahaya Fluorescent bersifat dingin dengan kecenderungan ke warna biru atau putih
terang berbeda dengan cahaya lampu pijar yang kekuningan, tetapi efek dari cahaya
pijar lebih mendekati color rendering cahaya alami yang berkesan natural.54
54
Kuliah Tata Suara dan Cahaya Interior, Fx. Nugroho S. 2005
39
Cahaya Alami/Refleksi
Cahaya Pijar
40
Download