BAB II TINJAUAN TENTANG MASJID SECARA UMUM 2.1. Tinjauan Umum Masjid 2.1.1. Definisi Masjid Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, juga disebut musholla atau langgar. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Quran sering dilaksanakan di masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan bahkan kemiliteran.1 Dalam Islam, masjid menduduki tempat sangat penting. Terlepas dari ukurannya, lokasinya, atau kemegahannya, fungsi masjid di mana saja sama. Begitu dibangun, masjid bukan milik manusia. Pemiliknya secara harfiah adalah Allah, sehingga ungkapan “Rumah Allah” bukan saja benar adanya secara kias namun juga secara hukum. Setiap Muslim di dunia sama-sama berhak menikmati fungsi masjid, samasama berhak memanfaatkan fasilitasnya. Tak ada izin atau pentahbisan, tak dipungut bayaran atau tak ada langganan, tak ada kuota, batas, atau larangan bagi siapapun di masjid. Ini merupakan hasil praktis dari masjid secara wakaf, suatu amanat yang diberikan pemberinya kepada Allah. Masjid dikelola oleh mutawalli (manajer) yang diangkat oleh qadhi (hakim) distrik. Tugasnya adalah menerima donasi masyarakat dan merawat bangunan masjid, membukanya, membersihkannya, meneranginya, dan memperindahnya.2 Untuk merawat masjid, mutawalli, imam masjid, donator awal dan donator lain menyumbangkan benda-benda lain, atau membangun toko di sekitar masjid. Pendapatan toko ini digunakan untuk menutup biaya perawatan masjid. Mutawalli mengelola wakaf dengan diawasi qadhi. Setiap masjid mempunyai muazin dan imam. Keduanya adalah anggota masyarakat yang bagus bacaan Al-Qurannya dan reputasinya tak tercela. Mereka bukan pendeta, sehingga tak ada pentahbisan atau sakramen. Imam dimaksudkan untuk menyamakan 1 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid Atlas Budaya Islam, Isma’il Raji Al-Faruqi 9 gerakan orang shalat ( mengawali dan mengakhiri shalat, rukuk, dan sujud), membaca keras-keras ayat-ayat Al-Quran dalam shalat, dan menyampaikan khutbah Jumat— fungsi yang dapat dilakukan semua orang Muslim. Terkadang imam juga bekerja di bidang yang lain, seperti menjadi guru sekolah, atau pemimpin sosial dan politik umat, namun ini tidak harus pada imam shalat.3 Masjid secara fisik dapat disebut sebagai wujud dari kebudayaan Islam. Wujud kebudayaan adalah cita, lakuperbuatan, ciptaan dari suatu bangsa atau kaum.4 Dalam hal ini yang disebut kaum adalah umat islam. Sebagai sebuah wujud kebudayaan masjid juga terpengaruh oleh budaya-budaya lainnya. Saat Islam mengadakan kontak dengan budaya bangsa yang didatanginya, ia melakukan akulturasi, selain melahirkan unsur-unsur baru. Unsur-unsur lama dirombaknya, diolahnya, diberinya semangat baru, disesuaikan dengan jiwa Islam. Masjid sebagai sebuah wujud budaya Islam, tentu dipengaruhi oleh intisari kebudayaan Islam. Intisari kebudayaan Islam adalah agama Islam itu sendiri. Di dalam sejarah telah tercatat bahwa Islam membawa pengaruh yang signifikan dalam perkembangan budaya masyarakatnya, mulai dari sistem ekonomi, politik, kesenian, bangunan dan segi-segi kebudayaaan lainnya. Hal ini dikarenakan Islam dengan sumber hukumnya tidak hanya mengajarkan peribadatan tapi dengan tegas ia mengajarkan persoalan-persoalan mengenai hubungan manusia antar sesamanya. Ia misalnya mengajarkan kehidupan kemasyarakatan, kenegaraan, soal-soal politik dan perang, ekonomi, bermacam-macam ilmu, etika dan kesusilaan, perkawinan, perceraian, hartapusaka, pembagian kekayaan, hubungan antara pemodal dan pekerja, pembagian-pembagian hukum, soal-soal perjanjian, kesenian, pendeknya anekawarna persoalan, yang meliputi tiap lapangan persoalan kehidupan.5 Dapat disimpulkan bahwa masjid adalah suatu artefak budaya Islam yang fungsi utamanya sebagai tempat peribadatan, selain sebagai pusat budaya Islam lainnya seperti pusat pembelajaran dan aktivitas sosial. Masjid dibentuk oleh masyarakat yang memegang teguh sumber hukum Islam yang intisarinya adalah Tauhid. 3 Atlas Budaya Islam, Isma’il Raji Al-Faruqi Sidi Gazalba 5 Sidi Gazalba, Bentuk-bentuk kebudayaan, 165 4 10 Sebagai Intisari Kebudayaan Tauhid memiliki 2 dimensi (Konseptual/Ideologis dan Metodologis): Metodologis: - Kesatuan (Tak ada peradaban tanpa Kesatuan) Rasionalisme (Menolak setiap yang tidak berkaitan dengan realitas, tetapi terbuka terhadap bukti baru) - Toleransi (Penerimaan terhadap yang tampak sampai kepalsuannya terungkap) Ideologis: - Tauhid sebagai prinsip pertama metafisika (Pencipta) - Tauhid sebagai prinsip pertama etika.(hanya satu tujuan perbuatan) - Tauhid sebagai prinsip pertama aksiologi (Menerima hukum tuhan) - Tauhid sebagai prinsip pertama masyarakat.(Semua manusia sama) - Tauhid sebagai prinsip pertama estetika.(Menyingkirkan tuhan dari segenap bidang alam, nontransenden)6 2.1.2. Fungsi-fungsi Masjid Fungsi masjid yang utama adalah tempat shalat wajib lima waktu terutama berjamaah. Bila sedang tidak digunakan untuk shalat wajib lima waktu, masjid sering berfungsi sebagai tempat “pendidikan tambahan” bagi orang Muslim, pusat komunitas yang digunakan untuk pertemuan Muslim setempat. Nabi bermarkas di masjidnya di Madinah. Masjid ini tetap menjadi markas para khalifah Rasyidun(10-39/632-660). Masjid juga menjadi pusat misi. Kaum non-Muslim disilakan untuk belajar pokokpokok Islam. Biasanya, masjid segera berkembang menjadi kampus dengan guru serta muridnya yang tetap. Kampus pertama bertempat di dalam masjid, dan pelajaran diberikan di antara waktu shalat. Kemudian, kampus menempati bangunan tersendiri bersebelahan dengan masjid. Sebelum ada orang lain yang diangkat menjadi kepala kampus, imam masjid mengemban tanggung jawab sebagai kepala kampus. Dia, guru lain, dan siswa, semuanya menerima gaji dan bea siswa dari pendapatan wakaf masjid atau dari wakaf khusus untuk madrasah.7 2.2. Tinjauan Historis Masjid 6 7 Atlas Budaya Islam, Isma’il Raji Al-Faruqi Ibid 11 2.2.1. Sejarah awal Masjid Masjid yang pertama dibangun oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam adalah masjid Quba8 di dekat Madinah di dalam perjalanan hijrahnya dari Mekkah menuju Madinah. Di penghujung perjalanan beliau singgah di Quba dan mendirikan masjid di sana. Begitupun ketika beliau telah tiba di madinah segera beliau mendirikan masjid di sana. Dari sini kita dapat menarik benang merah bahwa pembangunan masjid adalah hal pertama yang dilakukan saat awal komunitas dibina, karena masjid menjadi pusat kegiatan umat Islam, atau dengan kata lain masjid ialah pusat budaya Islam. Pada dasarnya masjid yang paling suci bagi umat Islam adalah masjidil haram di makkah al-mukaromah9, yang mengelilingi Ka’bah. Ka’bah merupakan struktur yang dipercaya dibina oleh nabi Adam AS dan kemudian diperbaiki oleh nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, struktur ini sudah ada sebelum nabi Muhammad SAW lahir. Ka’bah sekarang telah menjadi arah kiblat—ke mana muslim menghadap saat shalat—oleh karena itu Ka’bah dapat disebut contoh arsitektur islam paling awal. Muslim tidak menyelenggarakan shalat di dalam Ka’bah, tetapi ka’bah menjadi semacam orientasi bagi umat Islam. Setelah Rasul SAW wafat perkembangan arsitektur masjid dipertahankan oleh Dinasti Umayah(661-750). Salah satu contoh peninggalan arsitektural dari masa ini adalah Dome of The Rock, atau Qubatus-Sakrah yang melingkupi batu yang dipercaya sebagai tempat pengorbanan Ismail AS oleh Ibrahim AS. Dinasti Umayah digantikan oleh dinasti Abbasiah yang berkuasa sekira 750-945. Salah satu contoh masjid yang dibangun pada masa ini adalah masjid Kordoba yang saat ini digunakan sebagai Kapel. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan umat muslim di Spanyol. Dinasti Seljuk dan Ottoman di Turki banyak terpengaruh oleh bangunan dari masa pra-Islam, hal ini memperkaya seni arsitektur islam. Hal tersebut terlihat dari pengadaptasian Hagia Sophia sebagai Masjid dengan beberapa perubahan. Hagia 8 9 Shirah Nabawiyah Id.wikipedia.org 12 sophia pun ditandingi keindahannya oleh Masjid Suleymaniye yang diarsiteki oleh Mimar Sinan.10 2.2.2. Sejarah Perkembangan Masjid di Indonesia Masjid erat kaitannya dengan komunitas Islam, yang menurut beberapa pendapat telah ada sejak masa kekhalifahan, beberapa bukti fisik mengindikasikan pedagangpedagang Arab telah masuk ke Indonesia pada awal abad XI diindikasikan dengan adanya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah di Leran Gresik berangka tahun 1088(475H). Komunitas Besar pertama berbentuk kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar abad XII. Peninggalan masjid dari masa ini sayangnya belum dapat dirunut, masjid Baiturrahman dibangun pada abad ke XIX sebagai ganti masjid bernama sama yang dihancurkan oleh Belanda. Masjid tertua di Indonesia yang dapat dirunut hanyalah masjid Demak yang merupakan masjid tertua di Jawa dibangun pada awal abad XV.11 Masjid ini dipercaya sebagai tempat berkumpulnya walisongo. Begitupun masjid-masjid seperti masjid Ampel, masjid Menara Kudus, masjid Agung Cirebon dibangun pada abad XV, masjid Agung Banten dibangun pada abad XVI oleh Sultan Maulana Hassanuddin yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati.12 Masjid-masjid pertama yang dibangun di Indonesia kebanyakan terpengaruh oleh arsitektur masa Hindu-Budha, Hal ini dapat dilihat pada masjid menara Kudus yang menampakkan arsitektur seperti Candi Hindu. Masjid-masjid tersebut pun berbentuk joglo sebagai seni budaya asli masyarakat Jawa. Pada arsitektur masjid Agung Banten ternyata dipengaruhi pula oleh budaya Tiongkok dari bentuk atap serta elemen Interiornya.13 Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur hubungan dagang yang sangat lama. Di Jawa khususnya, Islam masuk dan berkembang secara perlahan tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Para penyebarnya terkenal dengan toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang ada. Perkembangan ini sedikit demi sedikit menggantikan norma yang telah ada sebelumnya khususnya 10 Architecture of the Islamic World, Michell, George id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Demak 12 M. Al Hatta Kurdie, Sie. Pendidikan dan Informasi Kenadziran Masjid Agung Banten 13 C. Decker Fe, 1676 11 13 Hindu-Budha sejalan selama masa waktu itu. Proses tersebut berlangsung lama sehingga terjadilah percampuran secara alamiah.14 Awal perkembangan Islam yang pesat terjadi pada abad ke-14, yang juga ditandai oleh banyaknya artefak budaya yang berasal dari masa ini. Dimulai dengan artefak berupa makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik15 yang merupakan penyebar Islam di sana. Paralel dengan hal tersebut juga terdapat masjid Bondan yang diperkirakan berasal dari tahun 1414. Setelah masa Maulana Malik Ibrahim, penyebaran Islam dilanjutkan oleh Sunan Ampel (1421) yang dikatakan juga sebagai kerabat dari Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel ini dikabarkan datang dari Champa (Vietnam). Sunan Ampel inilah yang mendirikan masjid Ampel di wilayah Denta (utara Surabaya). 1478 Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di Demak Jawa Tengah, masjid Demak didirikan 1479. Sunan Gunung Jati(Syarif Hidayatullah) menyebarkan Islam di Jawa bagian barat anak dari Sunan Gunung Jati inilah yang kemudian menyebarkan Islam di Banten. Sunan Giri menyebarkan Islam di Jawa Timur demikian pula Sunan Bonang. Begitulah sejarah populer yang mengiringi pertumbuhan Islam di tanah Jawa.16 2.3. Tinjauan Arsitektur-Interior Masjid di Indonesia 2.3.1. Tinjauan Arsitektural Masjid Islam terlihat mengadaptasi budaya dan tradisi setempat ke dalam perwujudan bentuk dan fungsinya yang baru. Contoh yang paling menarik adalah pada masjid Sendang Duwur (1559) di Jawa Timur atau masjid Menara Kudus (1549) di Jawa Tengah Utara. Yang pertama memiliki bentuk gerbang yang padanya terdapat ornamen makhluk hidup menyerupai burung merak dan garuda. Yang kedua mempunyai gerbang-gerbang (kori) dan menara yang lebih mirip bangunan candi Hindu dari pada sebuah menara adzan masjid pada umumnya. Kedua bangunan tersebut memperlihatkan dengan jelas proses adaptasi oleh Islam atau kata lain proses ‘pertemuan’ dua atau lebih prodik budaya ini.17 14 Bambang Setia Budi, Masjid 2000 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam 16 Metro TV, Metro Files, Jejak penyebaran Islam di Jawa, Sabtu 1 April 2007, 20.00 WIB 17 Bambang Setya Budi, Masjid 2000 15 14 Bentuk-bentuk pertemuan dua atau lebih budaya seperti ini sebenarnya biasa terjadi, salah satu contohnya pada Hindu di Jawa yang datang kemudian dengan Budha yang lebih dulu seperti terlihat pada Candi Jawi bertingkat dua di Prigen, Jawa Timur. Di mana patung Budha dan Syiwa ditampilkan dalam satu candi dengan komposisi: Patung Syiwa diletakkan pada lantai dasar sedangkan Budha diletakkan pada lantai lainnya.18 Bentuk-bentuk adaptasi (dengan berbagai ragamnya) juga terdapat pada bangunan masjid-masjid tradisional di Jawa dengan arsitektur tradisional Jawa, seperti pengambilan metode dan prinsip konstruksi Saka Guru. Saka Guru yang biasanya berupa kolom-kolom kayu berjumlah empat buah dan terletak di tengah ruang utama ini telah menjadi ciri umum yang sangat penting. Begitu pula konstruksi masjid bertiang satu atau yang dikenal dengan masjid Saka Tunggal, sangat mungkin diadaptasi dari bentuk rumah tradisional Tajug Semar Sinongsong di Jawa. Contoh lainnya adalah bentuk atap yang biasanya berbentuk atap tumpuk dari duan hingga lima. Menurut beberapa peneliti bentuk atap masjid seperti ini berasal dari bangunan wantilan_gelanggang tempat adu ayam di Bali19 atau tipologi rumah tinggal tradisional Jawa20, dan secara khusus, bentuk masjid-masjid agung di Jawa diadaptasi dari bentuk pendopo/joglo dari keraton-keraton Jawa kurang lebih abad ke-15. Beberapa karakteristik umum masjid tradisional di jawa selain yang telah disebutkan tersebut di atas adalah: berdenah segi empat, beratap tumpang yang memiliki memolo (hiasan di puncak atap yang diadaptasikan dari tradisi Hindu), memiliki tempat wudlu berupa kolam/gentong, beduk/kentongan, jam matahari(istiwa), dan sebagian menara. Satu kompleks masjid biasanya memiliki ruang terbuka di sebelah timur dan makam di sebelah barat, utara atau selatan yang dibatasi oleh pagar dan gerbang.21 Bentuk umum masjid tradisional di Jawa seperti ini sering disebut juga sebagai bentuk asli dari masjid Jawa. Contoh yang menggambarkan deskripsi ini adalah masjid-masjid agung seperti Masjid Agung Demak (1479), Kasepuhan Cirebon (1489), Banten (1565), Yogyakarta(1773), dan Mangkunegaran Solo (1878). 18 Bambang Setya Budi, Masjid 2000 Pigeaud T.G. et H.J. de Graaf (1976), Islamic State in Java 20 Wiryosaputro, Sucipto, Sejarah Bangunan Masjid di Indonesia 21 Bambang Setyabudi, Masjid 2000 19 15 Sekalipun beberapa masjid agung sudah memperlihatkan campuran idiom Eropa (biasanya pada menara) pada masjid-masjid yang disebut akhir-akhir. Khusus untuk masjid Agung Banten, memperlihatkan keunikan tersendiri pada atapnya yang tumpuk lima di mana tambahan dua tumpuk paling atas lebih mirip mahkota beridiom pagoda dibanding fungsi atap yang sebenarnya. Masjid-masjid tradisional lainnya sebenarnya sangat banyak dan memiliki ekspresi bentuk yang beragam membentang dari abad ke-15 hingga abad ke-19. Di antara keragaman tersebut, beberapa menampilkan keunikan dan memperkaya khazanah perbendaharaan arsitektur masjid di Jawa seperti masjid Bondan(1592) di Indramayu yang dalam banyak hal memperlihatkan bentuk-bentuk bangunan rumah tradisional Sunda atau Masjid Selo/Watu (1787) di Yogyakarta di mana terdapat penyatuan antara dinding dengan atap (menerus-monolit).22 Contoh lainnya adalah masjid Hidayatullah (1750) di DKI Jakarta yang beratap tumpuk memanjang barat ke timur dan bertumpuk namun hanya pada tiap ujung atapnya. Bahkan di antara keragaman tersebut terdapat masjid yang boleh jadi menunjukkan kualitas mendekati lokal jenius yakni masjid Saka Tunggal pada Langgar Alit Kraton Kasepuhan Cirebon (1490). Bangunan ini memiliki kolom tunggal di tengah ruangnya untuk menahan konstruksi atap. Di sini, bentuk memperlihatkan keunikan dari komposisi formal, teknik konstruksi, keragaman bahasa bentuk, maupun permaknaan simbolismenya.23 2.3.2. Tinjauan Interior Masjid Interior masjid di Timur-tengah kebanyakan menampilkan keahlian dan kearifan lokal dalam menata interior masjid. Masjid Nabawi di Madinah misalnya, sangat menampilkan keahlian dan kualitas interior, bukan saja secara visual melainkan juga secara fungsional. Hal tersebut juga didukung oleh kemampuan negara-negara Arab secara finansial. Dalam sejarahnya masjid-masjid di timur-tengah pada awalnya dibuat secara sederhana, kemudian baru dilakukan penambahan-penambahan fungsi maupun 22 23 Bambang Setya Budi, Masjid 2000 Ibid 16 struktur bangunan. Di manapun masjid berada selalu ada kekhasan yang berbeda, baik itu mengakomodasikan kearifan budaya lokal maupun dalam segi perencanaan lainnya. Bentuk masjid bukanlah sesuatu yang sudah ditetapkan, tetapi sangat fleksibel sesuai dengan ijtihad, dimana tetap memperhatikan fungsi utama sebagai tempat ibadah. Masjid-masjid di Indonesia sebagaimana yang telah juga disampaikan pada tinjauan Arsitektural memiliki ekspresi bentuk yang beragam membentang dari abad ke-15 hingga abad ke-19. Di antara keragaman tersebut, beberapa menampilkan keunikan dan memperkaya khazanah perbendaharaan arsitektur masjid di Jawa seperti masjid Bondan(1592) di Indramayu yang dalam banyak hal memperlihatkan bentuk-bentuk bangunan rumah tradisional Sunda atau Masjid Selo/Watu (1787) di Yogyakarta di mana terdapat penyatuan antara dinding dengan atap (menerus-monolit).24 Dari pertimbangan tersebut, hal yang perlu ditinjau dari interior masjid ini adalah kesamaan pandangan yang ada pada masjid-masjid yang ada. Masjid merupakan hasil dari peradaban Muslim di manapun ia berada, oleh karena itu pandangan islam terhadap interiorlah yang perlu dijadikan acuan/tinjauan analisa. Berikut merupakan intisari dari pandangan-pandangan terhadap interior islam, seperti yang dikemukakan oleh Ismail Raji’ al-Faruqi dan Abdul Jabar Beg: Bentuk Arsitektur islam memandang dunia sebagai sebuah ruang, untuk membuat tempat tinggal manusia harus memotong ruang tersebut, tetapi tidak memotongnya dengan niat pernyataan diri, eksistensi yang naïf dan brutal, dari norma-norma yang purba(kekuasaan). Jika manusia harus memotong ruang tersebut untuk mendapatkan tempat tinggal, itu harus dilakukannya dengan rasa gembira dan rendah hati, bukan dengan menunjukkan kekuasaannya, menonjolkan diri, dan menantang.25 Dalam arsitektur islam—yang tanpa konflik, tanpa menantang, tanpa mengalahkan, dan tanpa memenangkan ruang di luarnya—tak ada keinginan untuk membuat ruang24 25 Bambang Setya Budi, Masjid 2000 M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam 17 dalam menjadi terkurung. Malahan sebaliknya, ruang dalam pada bangunan islam dibuat berhubungan dengan ruang yang di luarnya.26 Arsitektur islam enggan melakukan pemenjaraan ruang, tapi dengan penuh sukacita ia menghubungkan kembali dengan ruang di luarnya. Hal itu bisa tercapai dengan cara membuka pelataran dalam dan jendela-jendela. Sampai sekarang pun pada kontur bangunan selalu dibangun pelataran dalam. Ruang di dalam arsitektur islam hanya memiliki 3 dinding tidak ada dinding keempat. Sebab dinding keempat digunakan untuk menghubungkan ruang tertutup dengan pelataran dalam.27 Bila pun Harus ada dinding keempat, maka pintu-pintu besar, jendela-jendela, dan arcade-arcade yang terbuka selalu melaksanakan tugasnya secara amat mengagumkan. Warna Penggunaan ubin berglazur menandai dipakainya warna-warni dalam perkembangan arsitektur Islam.28 Sesungguhnya warna lebih ditekankan daripada tekstur atau motifnya. Di Spanyol dan Afrika Utara, keramik kebanyakan dipakai pada bagian bawah dinding dan dan kebanyakan bermotif geometric. Perbedaan yang tajam antara warna gelap dan warna terang—di Istana Alhambra—digunakan untuk membentuk pola-pola geometric yang sangat kompleks. Warna digunakan untuk membuat massa tidak tampak, sehingga sesuai dengan prinsip tidak memotong ruang, sehingga Desain Islam sangat kaya akan penggunaan warna-warna.29 Material Arsitek Muslim berusaha untuk menyusun material-material yang sama secara berulang-ulang sedemikian rupa, sehingga perhatian kepada massa dapat dialihkan kepada suatu pola atau desain. Material-material dengan berbagai warna dan tekstur dipergunakannya dalam pelbagai susunan untuk menghasilkan efek-efek yang sama, yaitu transfigurasi massa, Ia memahat massa, dengan melubangi semua atau sebagian, dan menghasilkan massa yang telah berubah bentuk menjadi suatu tirai desain, warna, dan bentuk. Ketika semua metode itu gagal maka ia berusaha melapisi/munutupi masa 26 M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam Ibid 28 Michell George, Architecture of the Islamic World 29 M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam. 27 18 tersebut dengan ubin, stucco, kayu serta material lainnya sehingga yang tinggal hanyalah pola yang tegak sendiri dalam atmosfir yang murni.30 Bata telah dipakai sejak awal perkembangan Islam, dipakai dalam macam-macam pola sehingga menimbulakan efek bayangan dan bentuk yang dramatis. Batu-batuan seperti marmer dan granit pun sering digunakan. Metal dan Kayu juga tak ketinggalan.31 Dapat disimpulkan bahwa tak ada material yang sebenarnya dihindari dalam pembuatan masjid maupun bangunan islam lainnya. Pencahayaan Seperti bentuk-bentuk kesenian lainnya, arsitektur mengekspresikan pandangan dunia masyarakatnya. Salah satu pandangan dunia Islam yaitu penerangan figur-figur yang mulia. Tuhan membandingkan diri-Nya dengan penerangan (Qur’an, 24:35), dan wahyu Tuhan menggunakan istilah yang sama untuk mengekspresikan pandangan fisik, moral, dan spiritual. Sudah barang tentu, pandangan dan penerangan itu merupakan unsur yang membentuk penglihatan dan kearifan yang tak hanya di atas bumi saja, tapi juga di surga. Pahala yang mahabesar adalah menyaksikan wajah tuhan. Selama berabad-abad, kaum muslim telah menyatakan bahwa seluruh tuntunan Islam merupakan penerangan terhadap kesadaran, jalan, dan argumen baik pro maupun kontra. Sebelum Islam, seluruh dunia timur tengah memuja “penerangan surgawi” sama seperti cara Mesopotamia dan Mesir kuno berabad-abad yang silam.32 Warisan itulah yang menyebabkan bangunan-bangunan Islam selalu terbuka dan kaya akan cahaya. Islam membenci kegelapan. Ia tidak memiliki misteri, rahasia, dan tidak mengizinkan adanya paradoks maupun mendua. Tujuannya adalah kejernihan yang sempurna, dan ketegasan yang sempurna pula. Islam tak pernah menggunakan ataupun menyetujui simbolisme rahim. Wahyunya tak dilahirkan dalam kegelapan, tidak disembunyikan dalam misteri, dan tidak dipersulit dengan dua arti. Nabi acapkali menerima wahyu ditengah khalayak. Kedatangan wahyu itu tak pernah disertai dengan kesadaran yang keliru. Sebaliknya, kesadaran Nabi selalu dituntun dan menjadi lebih terang di bawah pengaruh wahyu. Itulah sebabnya, Islam tak 30 M. Abdul Jabbar Beg. Seni di dalam Peradaban Islam Michell, George. Seni di dalam Peradaban Islam 32 M. Abdul Jabbar Beg. Seni di dalam Peradaban Islam 31 19 pernah menyukai dan tak pernah memperkenankan penghambatan-penghambatan kesadaran, kemabukan-kemabukan, psichotropika untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pandangan kudus dan pengalaman relijius.33 2.4. Tinjauan Psikologis Terhadap Masjid 2.4.1. Hubungan Psikologis dan Masjid Sebagai Tempat Peribadahan Pengantar Ilmu Psikologi Psikologi seringkali dikatakan sebagai “Studi atas Pikiran”, “ Studi atas Hakikat Manusia”, dan banyak lagi. Tetapi definisi Psikologi yang tampaknya tepat dapat dituliskan sebagai berikut: “ Psikologi adalah fakta-fakta yang dihimpun dari penelitian-penelitian dilihat dari sudut pandang psikologis”. Sudut pandang ini dapat berbeda antara seorang psikolog dan psikolog yang lainnya,34 tapi keseluruhannya mengacu pada kegiatan makhluk hidup. Setiap proses psikologis merupakan respon dari stimulus. Manusia dan Hewan, yang di dalam ilmu psikologi disebut sebagai Organisme merupakan mekanisme reaksi. Stimulus merupakan faktor penyebab. Integrasi atau Koordinasi dari suatu reaksi dilakukan oleh organisme. Reaksi merupakan hasil dari proses Stimulus dan Koordinasi. Ketiga faktor ini membentuk S-I-R, formula dari aktivitas psikologis. Stimulus memiliki 3 bentuk yaitu: Fisik(dapat diukur), Fisiologis(Faal), dan Psikologis (contohnya ilusi) 33 34 M. Abdul Jabbar Beg. Seni di dalam Peradaban Islam Fryer, Douglas.H., General Psychology, hal 13 20 Contoh ilusi: Reaksi atau respon merupakan hasil dari stimulus yang diterima oleh organisme. Respon dapat segera terlihat maupun tidak oleh pengamat. Organisme yang merespon pun kadang tidak sadar akan proses ini. Respon dilakukan oleh efektor. Reaksi Berpola (pattern reaction) merupakan reaksi yang melibatkan efektor-efektor di seluruh tubuh. Kadang pola yang satu diikuti oleh pola respon yang lainnya. Integrasi atau koordinasi berperan sentral di dalam proses stimulus-respon. Integrasi dapat dikaji dari dua sisi, yaitu: Integrasi Fisiologis (dari sisi faal) dan Integrasi Sikap (behavioral Integration). Integrasi Sikap meliputi Refleks, Sensitivitas, Persepsi, komprehensi, Pikiran, Sikap bermotif tujuan, hal-hal ini memenuhi kajian di dalam Psikologi.35 Stimulus yang diterima oleh indera manusia yang sadar adalah kesadaran akan adanya stimulus. Stimulus yang diterima oleh reseptor inilah yang menyebabkan fenomena Sensasi. Persepsi merupakan sensitivitas langsung terhadap sensasi. Tapi jarang sekali 35 Fryer, Douglas.H., General Psychology 21 terdapat persepsi yang tidak terimbas oleh pengalaman sebelumnya (recalled sensitivity).36 Terdapat ambang batas yang harus dilampaui oleh suatu stimulus agar terjadi proses sensasi-persepsi, ambang batas terdiri dari dua macam yaitu ambang batas indera dan ambang batas psikologis. Keduanya dipengaruhi oleh Kualitas, Intensitas, Ekstensitas, dan Durasi. Di dalam peribadahan di masjid terutama shalat terdiri atas gerakan dan konsentrasi terhadap gerakan tersebut. Stimulus yang terdapat di Masjid berupa elemen-elemen interior dengan bentuk dan warna serta polanya. Psikologi Persepsi Setelah membahas Psikologi, penulis pun merasa perlu untuk membahas persepsi. Persepsi adalah kesadaran terhadap elemen-elemen lingkungan melalui sensasi fisik (contohnya warna, bentuk, pola dan sebagainya).37 Dengan demikian persepsi berperan penting sebagai langkah awal proses psikologis. Persepsi dapat berbeda pada setiap orang, tetapi memiliki pola atau prinsip-prinsip yang sama.38 Prinsip-prinsip Persepsi: 1. Asimilasi & Kontras Apabila seseorang mempunyai karakter yang menyerupai kelompoknya maka disamakan dengan persepsi (asimilasi) sedangkan bila berbeda terjadi kontras. Seseorang anggota kelompok pada umumnya mempunyai karakter yang menyertai atau mendekati karakteristik kelompoknya. 2. Whole Part (Gestalt) Dalam mengamati objek atau rangsang, individu cenderung melihat sebagai suatu keseluruhan. 36 Fryer, Douglas.H., General Psychology Merriam Websters Collegiate Dictionary 10th edition 38 Diktat Psikologi Persepsi, FSRD ITB 37 22 Makna pengamatan keseluruhan akan lebih berarti daripada bagian-bagiannnya saja. Jika stimulus tidak lengkap, seseorang akan mengisinya dengan intrepretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus. 3. Constancy/Keajegan Memberi gambaran atau menentukan persepsi akan benda yang relatif stabil. 4. Proxymity/Kedekatan Setiap objek atau peristiwa yang palin berdekatan dalam ruang dan waktu, atau menyerupai satu sama lain, cenderung dipersepsi sebagai suatu bagian dari struktur yang sama.39 Dari prinsip psikologi persepsi yang telah disampaikan, muncul keterkaitan antara manusia/jemaah dengan lingkungannya pada saat melaksanakan ibadah (masjid). Prinsip-prinsip di atas berlaku pada jemaah saat stimulus dalam bentuk warna, bentuk, pencahayaan, dan material ditangkap oleh indera-indera manusia tersebut. Hal ini selanjutnya akan di bahas pada poin 2.4.2. Psikologi Peribadatan William James menyatakan empat karakter pengalaman religius/mistis: 40 1. Tidak bisa diungkapkan 2. Kualitas Noetik (Kualitas yang dianggap kebenaran/pencerahan, tidak dapat digali dengan diskusi) 3. Situasi Transien (Trance Æ Kesurupan), hal ini tidak mesti ada 4. Kepasifan (Bisa menciptakan pengalaman religius, tetapi pada saat mengalaminya, seakan patuh terhadap kekuasaan, hal ini tidak mesti ada). Di dalam pembahasannya James menambahkan bahwa pengalaman religius dapat dikondisikan dengan melakukan pemusatan pikiran atau gerakan tubuh, hal ini lebih ke arah mistisisme. 39 40 Diktat Psikologi Persepsi, FSRD ITB William James, The Varieties of Religious experience 23 Masalahnya oleh sebagian muslim, mistisisme atau yang dikenal dengan Tasawuf dipersalahkan sebagai penyebab kemunduran yang diderita umat Islam 1000 tahun belakangan ini.41 Di dalam Islam Ibadah dipandang sebagai pengabdian terhadap Tuhan, sebenarnya jauh dari mistisisme, Kekhusyukkan lebih dianggap sebagai kesungguhan bukan sebagai cara untuk menerima suatu pengalaman yang mistis. Walaupun umat Islam diperkenankan untuk menikmati atau menghayati keindahan Shalat, tapi hal ini bukan menjadi tujuan melainkan Proses. Islam tak pernah menyukai dan tak pernah memperkenankan penghambatan-penghambatan kesadaran, kemabukan-kemabukan, psichotropika untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pandangan kudus dan pengalaman relijius.42 Hubungan yang masuk akal antara Masjid dan Psikologis adalah pada prinsip persepsi yang dapat ditampilkan oleh elemen-elemen masjid sehingga menghadirkan suasana yang kondusif untuk beribadah seperti yang diamanatkan Islam. Suasana yang diharapkan adalah kesadaran penuh (maximum awareness)43 sehingga menggiring manusia untuk berkontemplasi akan ayat-ayat Ilahi. 2.4.1. Tinjauan Psikologis Warna, Bentuk, Material dan Pencahayaan Warna Penyebab terjadinya warna tidak lain adalah cahaya. Setiap benda yang kita lihat berwarna memantulkan dan menyerap gelombang cahaya tertentu. Tanpa cahaya kita tidak akan melihat warna. Cahaya terdiri atas seberkas sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang yang frekuensinya berbeda-beda. Bila gelombang tersebut memasuki mata, maka akan terjadi yang disebut sensasi warna.44 Para ilmuwan yakin bahwa persepsi visual terutama bergantung kepada interpretasi otak terhadap suatu rangsang yang diterima oleh mata. Warna menyebabkan otak bekerjasama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian, 41 Ismail Raji’ Al Faruqi, Atlas Budaya Islam M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam 43 Ibid. 44 Darmaprawira, Sulasmi. Warna, Penerbit ITB 42 24 manusia memiliki rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi terhadap warna dibandingkan dengan binatang. Bila kita perhatikan selera orang terhadap warna itu berbeda-beda, hal tersebut menunjukkan bahwa warna berpengaruh terhadap emosi setiap orang. Apabila seseorang tidak menyukai warna tertentu mungkin ada sebabnya. Demikian juga respon kita terhadap warna tertentu, karena warna tersebut pernah dipakai oleh orang tertentu yang tidak kita sukai misalnya.45 Berikut merupakan contoh analisis warna: 45 Darmaprawira, Sulasmi. Warna, Penerbit ITB 25 (Toekangweb.com) Bentuk Bentuk yang terdapat pada lingkungan kita baik yang melekat pada benda mati maupun hewan, tumbuhan atau bahkan manusia memiliki bentuk dasar.46 Bentuk dasar tersebut ada 5 macam. Bentuk dasar ini berlainan dengan apa yang biasa kita lihat di alam. Hal itu terjadi akibat irama yang ditimbulkan oleh kondisi alam. Secara garis besar bisa dikatakan ada lima pokok yaitu tabung, bola, piramida, kerucut, dan balok. Atau dalam bentuk dua dimensinya yaitu lingkaran, silinder, piramida, kerucut, dan segiempat. Sebelum lebih jauh membahas bentuk, ada suatu elemen mendasar yang membentuk bentuk tersebut yaitu titik dan garis. Bentangan titik-titik yang bersambung disebut garis. Pada alam dapat kita lihat garis-garis terbentuk dari persinggungan sebuah bentuk atau daerah. Seperti tepi sungai, batas antara air dan tanah yang bisa dilihat sebagai garis tepi, atau jalanan yang dilihat dari atas, atau garis yang terjadi akibat persinggungan antara tepi hutan dengan dataran tanah terbuka. 46 Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003 26 Garis yang dibuat oleh bangunan dapat menimbulkan beraneka ragam bentuk yang membawa kesan dan pesan-pesan orang lain atau diri sendiri atas nilai yang hendak disampaikan oleh suatu kelompok atau individu. Setiap garis memiliki ciri, karakter, dan sifat masing-masing tergantung pada si pembuatnya. Garis dapat bersifat kaku, keras, lembut, lentur, tegas dan sebagainya, yang ditentukan oleh cara menggariskannya. Garis dapat menyampaikan perasaan kepada orang lain dan bentuk dapat mewakili perasaan dari pengalaman-pengalaman manusia atas pengaruh sekeliling maupun alam semesta.47 Seperti saat kita melihat gunung, yang terasa dalam hati adalah perasaan teguh mantap, dan kokoh. Begitupun saat kita melihat awan tebal, berwarna hitam pekat, seakan mau jatuh, yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Dalam hal ini pengalaman sehari-hari dapat memperkaya penghayatan terhadap garis maupun bentuk. Garis lengkung menimbulkan kesan dinamis, lembut, lemah, alami, nyaman, santai. Sedangkan garis lurus bersifat statis, kokoh, pasti, formal, bersih, kuat. Garis putusputus berkesan lemah, tersembunyi, pasif. Garis bergelombang mengesankan irama, 47 Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003 27 lembut, dan gerak. Garis lingkaran seperti kabel membuat kesan elastis seperti per, tapi juga rumit seperti benang kusut. (Mofit) Garis keriting mengesankan keseragaman dan ramai. Garis putus-putus berkesan kasar, tajam, kaku, tegas. Sedangkan garis luncur mengesankan kealamian, polos, natural.48 Contoh pada karya Rembrand di samping, kita dapat melihat bentuk yang disusun oleh garis-garis, garis yang dibuat oleh Rembrand tersebut kebanyakan merupakan garis luncur yang memberi kesan natural, lembut. 48 Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003 28 Pada karya bangsa Mesir kuno di samping, kita segera mengetahui perbedaannya dari karya Rembrand. Karya ini lebih statis, dan 2 dimensional. Kesan yang ditimbulkannya pun cenderung kaku, kuat, dan jika ditambahkan magis. Hal ini sesuai dengan kebudayaan yang ada di Mesir pada saat itu. Dengan kata lain ada kaitan erat antara suatu karya dan pembuatnya. Pada seni rupa Islam di samping, karya bersifat garis lurus yang patah-patah tapi bila dilihat secara general membentuk suatu keterkaitan simetris antara bentuk-bentuk tersebut. Kesan yang dapat ditangkap kesatuan, ketegasan, kuat, kaku. Tidak terlalu tajam karena tidak ada sudut yang lebih kecil dari 90 derajat.49 49 Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003 29 Pada karya di atas, garis yang digunakan lurus dan membentuk bidang persegi. Harmoni diperoleh dari keseimbangan asimetris dan penggunaan terang-gelap warna. Kesannya Harmonis, kekuatan garis tersamarkan oleh garis yang terputus-putus, tidak monoton. 50 Material Material dilihat dari sumbernya terdiri dari dua jenis, material alam dan buatan. Material alam contohnya marmer, granit, kayu, bermacam-macam logam, bambu, batu dan masih banyak lagi. Material buatan atau lebih tepatnya artificial dapat berupa bahan alam yang diproses secara kimiawi seperti plastik seperti HPL, atau juga bahan alami yang dibuat serupa dengan bahan lain atau bahan alami yang kadarnya lebih rendah, contohnya Kayu Jati yang sering diganti oleh multipleks yang dilapis oleh lapisan veneer Jati. Secara tekstur sistem ini masih menampakkan tekstur alam. Material memiliki karakteristik tertentu (Keras, Lembut, Kasar, Licin), selain juga warna dan bentuk, seperti yang juga telah dibahas pada dua poin sebelumnya. Keuntungan-keuntungan dalam pemilihan material tertentu dapat kita peroleh bila kita: 1. Memahami karakteristik material yang dipilih termasuk kelebihan dan kekurangannya. 50 51 2. Menyesuaikan material dengan fungsi yang akan diakomodasi. 3. Mengetahui umur, kualitas dan perawatannya.51 Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003 Gatut Susanta, Lantai, Gramedia 2007 30 Material dipilih berdasarkan fungsinya, adapun fungsi material antara lain: 1. Menahan beban barang-barang yang ada di atasnya. 2. Menahan cahaya, angin, hujan, banjir, dan hal lainnya yang bersumber dari alam. 3. Membuat permukaan tidak licin. 4. Mengurangi kebisingan ruang, misal ruang kedap suara. 5. Menambah nilai artistik tertentu. 6. Menahan api dan zat kimia tertentu.52 Dari rumusan di atas material untuk interior harus berkarakter lembut dan membuat suasana ruang nyaman. Khusus untuk tempat peribadatan harus dapat mendukung kegiatan peribadatan yang berlangsung, kenyamanan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung. Dari kriteria tersebut, kita dapat menyebutkan beberapa material yang mendukung kenyamanan di dalam interior masjid antara lain: 1. Kayu, yang memberikan kesan hangat dan alami. 2. Parquet, kayu masif atau kayu lapis dan sejenis mdf. 3. Keramik, memiliki banyak motif dan tekstur. 4. Granit atau Marmer, berkesan mewah cocok untuk hawa panas. 5. Karpet, banyak digunakan pada masjid kuno timur tengah. 6. Terakota, pernah digunakan pada masjid agung Banten. 7. Ubin, pernah juga digunakan pada masjid agung Banten. 8. Terasso, digunakan pada masjid agung Banten sebelum 1980an dan eksterior masjid salman. Untuk lebih memahami material-material tersebut berikut penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan material-material tersebut: a. Lantai kayu Jenis kayu yang digunakan untuk interior bisa apa saja, tetapi juga harus diperhatikan masalah kekuatan dan keindahan untuk jenis kayu yang digunakan sebagai lantai haruslah kuat, misalnya kayu jati, damar laut, meranti merah, bangkirai, sono keling, kayu besi(ulin). 52 Gatut Susanta, Lantai, Gramedia 2007 31 Kelebihan: - Mudah dalam pengerjaan dan finishing. - Mudah didapat. - Mudah dikombinasikan dengan bahan lain. - Bersifat alami. - Mudah dibentuk dan ringan. - Tidak perlu dilapis. - Hangat pada hawa dingin. Kekurangan: - Mudah terbakar. - Tidak tahan rayap. - Jenis kayu tertentu tidak tahan air, misalnya ulin dan berlian. - Susah didapat untuk kayu tua dan waktu kering cukup lama. - Harganya lebih mahal dibanding multiplek. - Mudah susut sehingga sambungan pada kayu cepat renggang. b. Parquet Parquet adalah jenis kayu untuk pelapis lantai yang telah diolah sedemikian rupa, bertekstur rata, halus, dan indah. Jenis parquet yang ada di pasaran dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Parquet yang berasal dari kayu solid, 2. Parquet yang berasal dari kayu yang dilapis, 3. Parquet yang berasal dari serbuk kayu press. 32 Kelebihan dan kekurangan parquet kayu ini kurang lebih sama dengan kayu. c. Keramik Dulu keramik di pasaran hanya berukuran 10 cm x 20 cm atau 20 cm x 20 cm seperti layaknya tegel. Tetapi, saat ini ukuran keramik beragam mulai dari 5 cm x 33 10 cm sampai 60 cm x 90 cm. Keramik yang berukuran kecil dan distukan dengan benang disebut mozaik, sedangkan yang tipis disebut porselin. Saat ini tebal keramik mencapai 1 cm. Keramik terbuat dari bahan campuran batu keras, seperti granit atau marmer. Pemakaian keramik jenis ini harganya berkisar 3-4 kali harga keramik biasa, namun masih 1/5 dari harga granit atau marmer. Jenis keramik tersebut menjadi alternatif pilihan bagi sebagian orang yang ingin memakai granit, tetapi memiliki dana terbatas. Kelebihan dari material ini adalah sifatnya yang fleksibel dari mulai alami sampai modern dan pemasangannya yang mudah dan cepat, perawatannya juga lebih mudah daripada granit dan marmer. d. Granit/Marmer Salah satu cara agar ruang terlihat mewah adalah dengan penggunaan granit dan marmer. Material ini sering digunakan pada lantai masjid, bahkan pada masa lalu. Material ini merupakan jenis batuan yang cepat mengalirkan panas, sehingga berkesan dingin, cocok untuk daerah panas seperti timur tengah atau daerah pantai di Indonesia. 34 Kelebihan dari material ini adalah sifatnya yang alami dan pemasangannya yang mudah dan cepat, tetapi memerlukan perawatan seperti polishing agar permukaannnya tetap terlihat indah. e. Karpet Pada dasarnya karpet terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan atas berbahan wool/sintetik dan lapisan bawah berupa karet. Ada enam jenis bahan wool/sintetik untuk lapisan atas karpet, yaitu: 1. wool katun, 2. wool sintetik, 3. polyester sintetik, 4. nilon, 5. tenun/lampit, 6. akrilik. Kelebihan: 1. Permukaan lantai rapi. 2. Tidak menimbulkan bunyi jika ada orang berjalan. 3. Harga relatif murah. 4. Pemasangan mudah dan cepat. Kekurangan: 1. Perawatan harus rutin. 35 2. Jika dipasang secara permanen sulit dibersihkan dan dikeringkan. 3. Menimbulkan alergi bagi sebagian orang. f. Terakota Jika dilihat, lantai terakota sama dengan bata merah yang diproduksi di Tabanan, Bali. Lantai terakota memang merupakan perkembangan dari lantai-lantai kuno yang menggunakan bata merah tanpa diplester, sekarang banyak diproduksi di daerah industri genteng seperti Plered. Kelebihan: 1. Lantai terlihat alami. 2. Menyerap panas. 3. Pemasangan mudah dan cepat. Kekurangan: 1. Harganya mahal. 2. Perlu perawatan agar tidak berlumut. g. Ubin Ubin tegel ini banyak digunakan pada rumah-rumah sederhana, karena harganya relatif murah. Meskipun saat ini ubin tegel jarang ditemukan, tetap saja menjadi incaran, karena harganya tidak jauh berbeda dengan keramik. Kelebihan: 1. Harganya murah 36 2. Pemasangannya mudah dan cepat 3. Perawatan mudah 4. Mudah diganti jika pecah Kekurangan: 1. Kurang populer, karena dianggap kuno 2. Harga ubin yang bermutu lebih mahal daripada keramik h. Terasso Pemasangan ubin terasso hampir sama dengan ubin abu-abu atau tegel, tetapi pengisi nat/sambungannya menggunakan semen putih. Setelah dipasang, permukaan ubin terasso dipoles dengan mesin poles atau poles tangan agar permukaannya mengkilat dan halus. Kelebihan: 1. Pemolesan dan pemasangan yang baik seperti lantai marmer. 37 2. Sangat kuat, karena keras. Kekurangan: 1. Tidak memiliki banyak pilihan warna. 2. Mudah memudar dan kusam. Kesimpulan mengenai material yang digunakan pada masjid, banyak material yang dapat digunakan asalkan rata dan mudah dibersihkan. Karpet dan kayu cocok untuk digunakan pada daerah berhawa dingin karena akan membuat suasana lebih hangat sedangkan keramik dan batuan alam lebih cocok digunakan di daerah berhawa panas. Pemakaian kayu lebih disarankan daripada karpet yang dapat menimbulkan alergi pada sebagian orang. Pencahayaan Dengan cahaya, benda hidup atau mati dapat dilihat warnanya, bentuk dan suasana yang ditimbulkannya. Cahaya bisa bersumber dari matahari atau benda buatan seperti lampu dan api. Cahaya bisa berkembang melalui reflektor atau pantulan-pantulan yang alami seperti dari bulan atau benda-benda lain yang dapat menerima dan memantulkan cahaya tersebut. Sebuah benda dapat dilihat karena serapan sinar. Benda itu juga menyerap jenis-jenis warna apapun serta pemantulan-pemantulan sinar terhadap benda lain yang sesuai dengan kondisi kekuatan sinar itu dipantulkan. Dari kondisi penyinaran tersebut timbul lingkungan yang berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan nilai ruang dan menciptakan pola bentuk yang menarik. Selain itu nilai serapan benda juga mempunyai intensitas tertentu sesuai pengaruh benda tersebut terhadap benda lain yang mempengaruhinya.53 53 Mofit, cara mudah menggambar, Gramedia 2003 38 Cahaya Redup Cahaya Terang Pencahayaan redup memberikan kesan romantis, misterius, bergantung pada konteksnya, sedangkan pencahayaan yang terang mengesankan keterbukaan, kejelasan. Cahaya Fluorescent Cahaya Petang Cahaya Fluorescent bersifat dingin dengan kecenderungan ke warna biru atau putih terang berbeda dengan cahaya lampu pijar yang kekuningan, tetapi efek dari cahaya pijar lebih mendekati color rendering cahaya alami yang berkesan natural.54 54 Kuliah Tata Suara dan Cahaya Interior, Fx. Nugroho S. 2005 39 Cahaya Alami/Refleksi Cahaya Pijar 40