PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DINAMIKA KEKERASAN ETNIS DI YOGYAKARTA DAN DAMPAK SOSIO-PSIKOLOGISNYA PADA MAHASISWAMAHASIWA YANG BERASAL DARI INDONESIA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Gregorius Septian Agung Renggi 109114142 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan Jalanmu.” (Amsal 3:6) Dari malam yang menyelimutiku, sehitam lubang yang dalam, Aku berterimakasih kepada Tuhan di manapun ia berada Atas jiwaku yang tak terkalahkan. Di dalam keadaan yang menimpaku. Aku tak mengeluh ataupun menangis. Di Bawah tempaan Takdir. Jiwaku berdarah namun tak terpatahkan. Di balik tempat amarah dan air mata ini. Hanya mengintip horor kematian. Namun ancaman bertahun-tahun akan menemukanku tanpa rasa takut. Seberapapun kuatnya gerbang. Seberapapun beratnya hukuman. Aku adalah Penguasa takdirku Aku adalah kapten Jiwaku. "Kemuliaan terbesar dalam hidup adalah bukan karena tidak pernah jatuh, tetapi bangkit setiap kali kita jatuh" (Nelson Mandela) iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Persembahanku Kepada : Allah Tritunggal Maha Kudus Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Bunda Maria dan Santo Yosef. Terimakasih untuk Segala Kebaikan, Kasih Setia, & Penyertaan-Mu dalam Hidupku yang Luar Biasa Indahnya. Dan Kepada Keluarga Tercinta Papa (Zakarias Renggi), Mama (Marthina Renggi) Adik-adikku tercinta (Fulgensius Chalpin Stilman Renggi), dan (Fenensius Elmar Fermin Renggi) yang Selalu Mendoakan, Mendukung, serta Memberi Semangat. “Doaku Menyertai Kalian Semua” v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DINAMIKA KEKERASAN ETNIS DI YOGYAKARTA DAN DAMPAK SOSIO-PSIKOLOGISNYA PADA MAHASISWA-MAHASIWA YANG BERASAL DARI INDONESIA TIMUR Gregorius Septian Agung Renggi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika dari kekerasan etnis di Yogyakarta dan dampak sosio-psikologisnya pada mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Indonesia timur. Penelitian ini berfokus pada empat hal yaitu faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kekerasan antara penduduk Yogyakarta dan orang-orang dari Indonesia timur, prasangka dan diskriminasi sebagai akibat dari kekerasan, dampak sosio-psikologis yang dialami para mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur, dan upaya penyesuian diri agar tidak terjadi lagi kekerasan etnis di Yogyakarta. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Penelitian ini melibatkan 4 mahasiswa yaitu dua mahasiswa asal NTT dan dua mahasiswa asal Papua yang mendapatkan perlakuan diskriminasi dan tidak melakukan kekerasan etnis di Yogyakarta. Subjek dipilih menggunakan criterion sampling yaitu dengan kriteria mahasiswa usia antara 18-23 tahun, pernah mengalami kekerasan ataupun diskriminasi dari warga Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada empat faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis seperti, perbedaan antar individu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, dan persaingan. Terdapat tiga bentuk pengucilan masyarakat seperti tidak diterima tinggal di kos-kosan, ditolak teman kelas, dan diremehkan masyarakat. Dampak sosio-psikologis terdiri dari enam bentuk seperti, harga diri rendah, kecemasan, depresi, stress pasca trauma, perasaan malu, dan tertekan. Selain itu didapatkan data berkaitan dengan upaya-upaya positif seperti membangun sikap ramah, mau menyesuaikan diri, menaati peraturan lalu lintas dan upaya bersama komunitas melalui pelayanan masyarakat serta sangsi tegas kepada mahasiswa yang membuat keributan di Yogyakarta. Kata Kunci : Kekerasan Etnis, Dampak Sosio-Psikologis, Mahasiswa Asal Indonesia Timur vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DYNAMICS OF ETHNIC VIOLENCE IN YOGYAKARTA AND IMPACT ON SOCIO-PSYCHOLOGICALLY THOSE STUDENTS EAST FROM INDONESIA Gregorius Septian Agung Renggi ABSTRACT This study aims to describe the dynamics of ethnic violence in Yogyakarta and sociopsychological impact on students who come from eastern Indonesia. This research focuses on four issues of the factors that can lead to violence between residents of Yogyakarta and the people from eastern Indonesia, prejudice and discrimination as a result of violence, socio-psychological impact experienced by students from eastern Indonesia, and efforts adjusting themselves to prevent further ethnic violence in Yogyakarta. Qualitative descriptive approach used to answer the research questions. The study involved four students: two students from NTT and two students from Papua who get discriminated against and do not do ethnic violence in Yogyakarta. Subjects selected using criterion sampling that the criteria students aged between 18-23 years, had experienced violence or discrimination of people of Yogyakarta. These results indicate that there are four factors that have led to violence such as ethnic, inter-individual differences, cultural differences, clashes of interests, and competition. There are three forms of exclusion such communities are not welcome to stay in the boarding house, rejected classmates, and underestimated the public. Sociopsychological impact consists of six forms such as, low self esteem, anxiety, depression, post traumatic stress, shame, and distress. In addition, the data obtained with regard to positive efforts such as building a friendly attitude, willing to conform, obey traffic laws and efforts with the community through community service and firm sanctions to students who make a scene in Yogyakarta. Keyword : Ethnic violence, Socio-Psychological Impact, Student Origin Eastern Indonesia viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yosep atas rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Walaupun demikian, penulis bersyukur karena banyak pihak turut berperan serta dalam mendukung dan membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dari lubuk hati terdalam dan dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ratri Sunar A., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan banyak waktu dan penuh kesabaran telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi serta memberikan inspirasi atas skripsi ini. 4. P. Henrietta PDADS., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 5. Monica Eviandaru M., M. App. Psych yang telah memberi masukan dan informasi kepada penulis berkaitan dengan penelitian kualitatif dan fenomena sosial. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan menambah wawasan bagi penulis di bidang psikologi. 7. Semua Karyawan di Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya Mas Gandung, ibu Nanik, Mas Mudji, Mas Doni, dan Pak Gie yang telah memberikan pelayanan selama penulis menempuh studi dan tidak lupa Karyawan Perpustakaan USD yang telah memberikan fasilitas serta kemudahan kepada penulis dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. 8. Papa Zakarias Renggi dan Mama Marthina Fernatyanan yang penulis Cintai. Terimakasih atas doa, semangat serta dukungan secara moril maupun materil. 9. Adik-adikku yang terkasih dan kubanggakan Fulgensius Chalpin Stilman Renggi dan Fenensius Elmar Fermin Renggi. Terimakasih sudah mendoakan, dan mendukung kakakmu ini. 10. Mama Habeldina (almarhumah), Tete (almarhum) dan Nene Fernatyanan (almarhumah), Tete (almarhum) dan Nene Pati, Muda Berhmans (almarhum) dan semua nenek moyang yang sudah doakan dari surga. 11. Keluarga besar di Jayapura, Ende-Flores, Kupang, Jakarta yang selalu memberi dukungan dan doa bagi penulis. xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. Keempat subjek penelitian yang telah bersedia diwawancarai selama proses penelitian berlangsung. Terimakasih atas ketulusan kalian teman-teman. 13. Segenap umat di Gereja Kristus Terang Dunia Waena yang telah mendukung, mendoakan serta memotivasi penulis selama penyelesaiaan skripsi. 14. Kekasih hati Maria Gretty Huwae yang telah bersama menemani dalam susah dan senang selama menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Tuhan memberkati segala kebaikan dan masa depanmu. 15. Teman-teman kelas D angkatan 2010, dan semua teman-teman angkatan 2010 yang telah mendukung dan menemani selama kita menempuh matakuliah-matakuliah yang menyenangkan di Fakultas Psikologi. 16. Sahabat-sahabat Yosi Virargo, Satya, Ryan, Damar, Leo, Dita, Rendi, Grego, Stefanus Sampeako, Cahyo, Akbar, Yuyu, Yosep. Terima kasih karena sudah menemani, mendukung, canda-tawa bersama, dan menjadi tempat curahan hati penulis selama menjalani kuliah. 17. Teman-teman Psikologi baik itu kakak angkatan maupun adik angkatan. 18. Teman-teman Vertigostic : Sandi, Vincent, Uli Silaen, Daning, Aldo, Disty, Koko Yosua Karmali. Terimakasih telah mendukung, memotivasi dan membantu mengembangkan talenta dalam. xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. i HALAM PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ v ABSTRAK.............................................................................................. vii ABSTRACT............................................................................................. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ........................................................................... x DAFTAR ISI ......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .................................................................................. xviii DAFTAR SKEMA ................................................................................. xix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 12 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 13 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 13 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B AB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 15 A. Tinjauan Konseptual Dampak Sosio-Psikologis ......................... 15 1. Memahami Pengertian Dampak Sosio-Psikologis ................ 15 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Dampak Psikologis ........................................................................... 17 a. Faktor Internal ............................................................ 17 b. Faktor Eksternal .......................................................... 20 3. Bentuk-bentuk Dampak Sosio-Psikologis Akibat Kekerasan ................................................................ 21 B. Tinjauan Konseptual tentang Mahasiswa-Mahasiwi Remaja Korban Kekerasan yang Berasal dari Indonesia Timur ............. 28 1. Remaja ................................................................................ 28 2. Korban ............................................................................... 32 3. Kelompok Etnis .................................................................. 33 C. Agresi Antar Etnis ..................................................................... 34 1. Faktor-faktor yang Mengakibatkan Terjadinya Konflik dan Kekerasan antar Etnis di Masyarakat ................ 36 2. Bentuk-bentuk Kekerasan Antar Etnis ................................. 43 3. Akibat Sosio-Psikologis dari Kekerasan............................... 45 D. Prasangka ................................................................................. 46 1. Pengucilan Sosial ................................................................ 47 2. Konflik Sosial ..................................................................... 48 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI E. Kerangka Penelitian: Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Mahasiswa-mahasiwi asal Indonesia Timur............................................................ 49 F. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 54 A. Jenis Penelitian .......................................................................... 54 B. Fokus Penelitian ........................................................................ 55 C. Definisi Operasional ................................................................. 56 D. Subjek Penelitian ....................................................................... 57 E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 58 1. Observasi............................................................................. 58 2. Wawancara .......................................................................... 60 F. Prosedur Analisis Data ............................................................. 63 G. Uji Kesahihan dan Keandalan ................................................... 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 74 A. Proses Penelitian ....................................................................... 74 1. Persiapan Penelitian ............................................................ 74 2. Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 75 3. Proses Analisis Data ........................................................... 78 4. Jadwal Pengambilan Data ................................................... 79 B. Profil Subjek ............................................................................. 83 1. Subjek 1 (AT) ..................................................................... 83 2. Subjek 2 (YD) ..................................................................... 96 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Subjek 3 (AS) ..................................................................... 110 4. Subjek 4 (MR) .................................................................... 121 C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian ....................................... 137 D. Deskripsi Tema ........................................................................ 139 1. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Terjadinya Kekerasan Etnis di Yogyakarta ............................................................ 139 2. Prasangka dan Diskriminasi ................................................ 146 3. Dampak Sosio-Psikologis dari diskriminasi dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta ............................................................ 147 4. Upaya Para Subjek dan Komunitas untuk Mengurangi Kekerasan Etnis di Yogyakarta ............................................ 153 E. Pembahasan .............................................................................. 156 1. Temuan Tambahan .............................................................. 162 BAB V PENUTUP ................................................................................ 165 A. Kesimpulan .............................................................................. 165 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 166 C. Saran ........................................................................................ 166 1. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................... 166 2. Bagi Para Mahasiswa dan Perantau yang Berasal dari Indonesia Timur .................................................................. 167 3. Bagi Warga Yogyakarta....................................................... 167 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 168 LAMPIRAN ........................................................................................... 173 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 1. Panduan Wawancara tentang Dinamika Kekerasan Etnis dan dampak Sosio-Psikologis yang Dialami Subjek ......................... 61 Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (AT) ................................. 80 Tabel 3. Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (YD)........................ ......... 81 Tabel 4. Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 (AS) ................................. 81 Tabel 5. Jadwal Wawancara dengan Subjek 4 (MR) ................................ 82 Tabel 6. Rangkuman Tema Temuan Penelitian ........................................ 137 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR SKEMA Skema 1. Kerangka Penelitian : Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa asal Indonesia Timur ................................................................ 51 Skema 2. Kerangka Hubungan antara Faktor-faktor, Prasangka dan diskriminasi, Dampak Sosio-Psikologis dan Upaya Mencegah terjadinya kekerasan etnis ....................................... 164 Skema 3. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 1 (AT) .................................................................. 175 Skema 4. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 2 (TD) .................................................................. 177 Skema 5. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 3 (AS) .................................................................. 179 Skema 6. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 4 (MR) ................................................................. xix 181 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 1 (AT) .................................. 174 Lampiran 2 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak SosioPsikologis pada Subjek 2 (YD) ............................................ 176 Lampiran 3 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak SosioPsikologis pada Subjek 3 (AS)............................................. 178 Lampiran 4 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak SosioPsikologis pada Subjek 4 (MR) ........................................... 180 Lampiran 5 Protokol Wawancara ........................................................... 182 Lampiran 6 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1 (AT) ............................................................. 184 Lampiran 7 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2 (YD) ............................................................. 196 Lampiran 8 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (AS)............................................................. 209 Lampiran 9 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 4 (MR) ............................................................ 222 Lampiran 10 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 1 (AT) .. 233 Lampiran 11 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 1 (AT) ..................................................................... xx 235 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 12 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 2 (YD) .. 237 Lampiran 13 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 2 (YD) ..................................................................... 239 Lampiran 14 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 3 (AS)... 241 Lampiran 15 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 3 (AS) ...................................................................... 243 Lampiran 16 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 4 (MR) . 245 Lampiran 17 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 4 (MR)..................................................................... xxi 247 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Era globalisasi dan modern ini, konflik dan kekerasan sering sekali terjadi. Hampir setiap hari di media cetak maupun elektronik memberitakan tentang penembakan, perampokan, pembacokan, dan penyerangan antar geng yang menelan korban jiwa (Berkowitz, 1995). Maraknya konflik dan kekerasan di masyarakat mengakibatkan kerugian bagi para korbannya mulai dari melukai hingga menghilangkan nyawa manusia (Sarwono, 2009). Konflik dan kekerasan sebenarnya bukan baru saja ini terjadi (Rahman, 2013). Konflik dan kekerasan etnis di Indonesia sejak lama terjadi misalnya konflik Poso, konflik Sanggoledo, konflik Ambon, konflik Sambas yang terjadi pada awal milenium baru (Tohari, dkk 2011). Dampak yang dirasakan dari konflik dan kekerasan etnis pada saat itu ialah banyak korban yang meninggal dunia serta meningkatnya jumlah pengungsi yang pergi meninggalkan daerah konflik (Tohari, 2011). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Tohari (2008), konflik dan kekerasan di Indonesia terbagi dalam delapan jenis. Konflik dan kekerasan tersebut meliputi, konflik agama, konflik etnis, konflik politik, konflik sumber daya alam, konflik sumber daya ekonomi, kekerasan rutin (tawuran, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 penghakiman massa, pengeroyokan), konflik antar aparat negara, dan lainlain. Berdasarkan data presentase konflik dan kekerasan di Indonesia yang terjadi dari tahun 2008 hingga 2010, kekerasan etnis yang terjadi sekitar 2,2 % dari total keseluruhan. Itu berarti jumlah kekerasan etnis yang terjadi sejak tahun 2008 hingga 2010 sebanyak 90 kali dan tiap tahunnya terjadi 30 kali kasus konflik dan kekerasan etnis yang terjadi di Indonesia. Konfik dan kekerasan etnis masih terjadi di kota Yogyakarta. Sebagai kota pelajar dan kota yang menjunjung keberagaman, masih marak terjadi konflik dan kekerasan antara mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga Yogyakarta. Pada tanggal 6 Mei 2013, dua Tentara Nasional Indonesia dikeroyok oleh 4 mahasiswa Papua yang sedang menjalani kuliah di Yogyakarta (Hasan, 2013). Selain itu, seorang mahasiswa asal Indonesia Timur melakukan tindakan kriminal yaitu mengamuk dan memecahkan kaca di Mapolsek Mergangsan pada hari rabu 9 Oktober 2013 (Fernandez, 2013). Kekerasan lain yang terjadi adalah tanggal 8 Mei 2012 terjadi pembacokan di Babarsari Yogyakarta. Awal mula kejadian ketika mahasiswa asal Timor Leste tidak mau membayar parkir di depan sebuah cafe. Karena emosi, mahasiswa tersebut kembali ke asrama dan mengajak rombongan temantemannya sambil membawa sebilah parang. Sesampainya di cafe, mahasiswa tersebut membacok tukang parkir yang saat itu berjaga (Surya, 2012). Pada malam yang sama tidak jauh dari lokasi kejadian, terjadi juga pembacokan 2 orang pemuda dan pemudi di daerah selokan mataram. Pada waktu yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 berurutan, sebuah ATM di depan Sekolah Tinggi YKPN, dibobol dan kemudian dirusak (Surya, 2012). Selain kasus kekerasan di atas, kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan merupakan salah satu kasus kekerasan menyangkut etnis di Yogyakarta. Penembakan yang terjadi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 23 Maret 2013 dilakukan oleh beberapa anggota kopasus terhadap warga NTT karena motif balas dendam. Empat korban penembakan merupakan pelaku pengeroyokan seorang anggota kopasus bernama Heru Santosa yang tewas di Hugo‟s Café beberapa hari sebelumnya. Keempat korban tersebut merupakan perantau asal Nusa Tenggara Timur (Iwe, 2013). Berdasarkan media elektronik dan media cetak, konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta memberi dampak psikologis seperti traumatik dan ketakutan bagi mahasiswa asal NTT lainnya yang tidak melakukan kekerasan yang saat ini kuliah di Yogyakarta. Perasaan ketakutan dan trauma tersebut muncul karena beredar isu melalui pesan singkat SMS dan blackberry messenger (BBM) akan adanya sweeping terhadap masyarakat asal NTT. Dari pemberitaan koran SINDO, salah seorang mahasiswa asal NTT yang berhasil ditemui di RSUP Sardjito Yogyakarta, bernama Max Nani berumur 26 tahun mengaku pasca kejadian penembakan ini, mahasiswa dan masyarakat asal NTT yang berada di DIY merasa trauma dan ketakutan (Hanafi, 2013). Ketakutan tersebut membuat mereka mengungsi ke kerabat yang ada di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 Malang, Solo, dan Surabaya. Separuh dari 10 ribu mahasiswa NTT, terutama dari Kupang, melakukan eksodus (Maharani, 2013). Dampak yang dirasakan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan para ahli misalnya, konflik dan kekerasan di masyarakat menyangkut suku maupun etnis, ternyata memberi dampak sosio-psikologis bagi kaum minoritas yang mewakili etnis tertentu (Cooley & Quille, 2001). Selain itu, penelitian yang dilakukan Mahoney (2004) di Caribbean mengungkapkan bahwa ada korelasi yang kuat antara maraknya kekerasan dan gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder). Penelitian lain juga melihat adanya implikasi hubungan antara kekerasan dengan masalah sosio-psikologis seperti stress pasca trauma, depresi, penyalahgunaan Zat, maupun agresi (Bingenheimer, Brennan, & Earls, 2005; Goldstein, Walton, Cunningham, Trowbridge, & Maio, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Horowitz (2005), di Amerika menunjukan bahwa, ada hubungan antara kekerasan yang terjadi di masyarakat dengan kondisi psikologis anak-anak dan remaja. Penelitian ini menunjukan bahwa, dampak kekerasan yang terjadi di masyarakat dapat menimbulkan masalah psikologis seperti konsentrasi buruk, dan menimbulkan kecemasan. Kondisi kecemasan, traumatik, hingga berdampak pada masalah sosial seperti agresi, dipicu oleh faktor-faktor seperti, kekerasan yang langsung disaksikan oleh anak-anak atau remaja, memiliki kedekatan dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 korban, hingga lingkungan tempat tinggal yang berada di wilayah konflik (Jenkins dalam Mahoney 2008). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat dampak psikologis yang dirasakan mahasiswa asal Indonesia Timur yang tidak melakukan kekerasan namun menjadi korban dari maraknya konflik dan kekerasan antara orangorang Timur dengan warga Yogyakarta. Untuk itu peneliti melakukan wawancara singkat terhadap dua mahasiswa asal Papua dan dua mahasiswa asal NTT untuk melihat adanya tanda-tanda dampak psikologis dari fenomena kekerasan yang terjadi, sekaligus membuktikan pemberitaan media di atas. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada waktu dan tempat berbeda, ditemukan bahwa keempat subjek merasa sedih, terpukul, karena warga Yogyakarta telah memberi penilaiaan negatif terhadap semua mahasiswa asal Indonesia Timur yang sedang menjalani kuliah di Yogyakarta. Padahal menurut para mahasiswa tersebut, “tidak semua orang Papua atau NTT adalah orang yang keras, mudah marah, maupun bertindak seenaknya di tempat rantauaan. Hanya beberapa mahasiswa saja yang kebetulan berasal dari Timur Indonesia”. Walker dan Gresham (1997) berpendapat bahwa diskriminasi ras dan etnik terhadap individu maupun kelompok minoritas, dapat menjadi pemicu timbulnya masalah internal seperti kecemasan, depresi, traumatik hingga dapat memicu masalah eksternal seperti agresi, maupun melakukan tindak kriminal. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 Sangat disayangkan bahwa akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang yang berasal dari Indonesia Timur (Papua, NTT, Maluku), membuat warga Yogyakarta semakin membentuk prasangka negatif bagi semua mahasiswa asal Indonesia Timur yang tinggal di Kota Yogyakarta. Ada pengalaman yang dialami oleh teman peneliti ketika ditolak oleh pemilik kos walaupun masih ada kamar kosong di kos tersebut. Penolakan yang diterimanya hanya karena dia berasal dari NTT. Waktu itu bapak pemilik kos bertanya, “masnya berasal dari mana?” Teman saya menjawab, “Flores Pak!”. Oh, “NTT yah”, jawab bapak pemilik kos, “aduh gimana ya mas ya, saya kapok punya anak kos dari Timur” (Timur baginya merujuk ke Papua, NTT dan Maluku). “Pusing saya ngurus masalah tiap hari karena mabuk lalu berantem”. Teman saya mencoba membela diri dan menyatakan bahwa itu hanya oknum, dan tidak semua mahasiswa asal NTT bertabiat buruk, tapi tetap saja bapak itu menolak teman saya. Perasaan sedih dan kecewa terhadap penilaiaan negatif tersebut membuatnya terpukul. Stereotype terhadap individu maupun kelompok tertentu, berdampak pada pengucilan sosial dan konflik sosial (Putra & Pitaloka, 2012). Fenomena kekerasan mengakibatkan warga Yogyakarta membentuk stereotype dan membuat mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur mengalami pengucilan dan diskriminasi. Konflik dan kekerasan etnis juga dialami oleh mahasiswa Papua yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi Yogyakarta. Beberapa data yang dikumpulkan oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) adalah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 tahun 2002 misalnya, warga DIY secara terang-terangan menyerang asrama mahasiswa Papua dan menghancurkan kaca-kaca asrama dan melukai seorang mahasiswi asal Merauke. Kemudian pada tahun 2002 juga mahasiswa asal Biak Mesak Ronsumre dibunuh di jalan Solo. Pada bulan Agustus 2004, seorang mahasiswa Magister Manajemen Agribisnis Universitas Gajah Mada, dipukul dengan balok pada otak kecilnya oleh warga hingga dirawat di rumah sakit selama dua minggu. Kekerasan ini mengakibatkan mahasiswa tersebut mengalami gangguan lupa ingatan. Selain itu pada tahun 2007, seorang mahasiswa asal pegunungan bintang diracuni sehingga meninggal dengan mengenaskan di tengah rumah warga. Aksi ini adalah salah satu bentuk penyerangan yang terang-terangan oleh warga (Degei, 2007). Perbedaan antar invidu dan perbedaan budaya, menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan konflik dan kekerasan etnis antar kelompok, saling men-stereotype-kan kelompok satu dengan kelompok lainnya (Soekanto dalam Budioyono, 2009). Bahkan menjadi sangat menyedihkan jika setiap individu yang berasal dari suku maupun etnis tertentu, diberikan label negatif. Dalam buku berjudul Psikologi Prasangka yang ditulis oleh Eka Putra dan Ardiningtiyas Pitaloka (2012), dikatakan bahwa prasangka terjadi dalam hubungannya antar kelompok bukan individu. Sedangkan individu yang menjadi sasaran dari prasangka adalah individu yang menjadi bagian kelompok etnis tertentu. Mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia Timur merupakan bagian dari kelompok besar yaitu etnis Timur, Ambon, NTT, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 Papua dan sebagainya. Teramat disayangkan jika mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur, yang tidak melakukan kekerasan mendapat perlakuan diskriminasi oleh warga Yogyakarta. Untuk membuktikan bahwa ada stereotype negatif terhadap para mahasiswa asal Indonesia Timur, penulis melakukan wawancara singkat terhadap dua orang warga asli Yogyakarta yang memiliki kos-kosan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap mereka didapatkan jawaban bahwa, kedua pemilik kos tersebut merasa tidak ingin menerima mahasiswa baru yang berasal dari Indonesia Timur. Pernyataan kedua pemilik kos tersebut dikuatkan oleh anggapan mereka bahwa mahasiswa asal Indonesia Timur baik itu yang berasal dari Papua, NTT maupun Maluku, memiliki sikap yang kurang baik, seperti sering mabuk-mabukan, suka mengganggu ketenangan dengan memutar musik keras maupun berteriak-teriak, dan kalau sudah mabuk akan meresahkan warga sekitar. Penelitian yang dilakukan Warnaen (1979) tentang stereotype antaretnis di Indonesia, menunjukan bahwa, orang Jawa khususnya Yogyakarta, menganggap orang Maluku, maupun yang berasal dari Timur Indonesia sebagai orang yang periang, menyukai pesta, agresif, dan emosional (Warnaen dalam Putra 2012). Kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur semakin menguatkan warga Yogyakarta dalam berpandangan negatif hingga akhirnya memberi perlakuan diskriminasi terhadap para mahasiswa asal Indonesia Timur. Terbentuknya prasangka sangat erat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 kaitannya dengan sejarah, emosi, pengalaman, pengetahuan yang telah dibentuk sebelumnya, dan bentuk karakteristik masyarakat (Wagner, 1993; Duveen, 1993; Scherer, 1992; Liu & Hilton, 2005; Moscovici, 2001 dalam Eka Putra dkk, 2012; 86). Ibarat “bola salju” fenomena kekerasan yang terjadi semakin membuat citra mahasiswa asal Indonesia Timur semakin buruk. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, para mahasiswa asal Indonesia Timur dianggap “suka membuat kericuhan”, “sangat emosional”, “sering mabukmabukan” dan “bertindak seenaknya”. Akibatnya mereka mendapatkan perlakuan diskriminasi seperti, tidak diterima tinggal di kos-kosan, dan sebagainya. Jika stereotype dan diskriminasi terus terjadi, tentunya dapat berdampak pada perkembangan psikologi maupun study para mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani pendidikan di Yogyakarta. Dalam taraf perkembangannya, mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah di Yogyakarta berada dalam peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Menurut Hurlock (1955) remaja adalah mereka yang berada pada usia 13-17 tahun. Monks, dkk (2003) memberi batasan usia remaja adalah 9-17 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2007; 6) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan batasan usia yang dikemukakan oleh Stanley Hall karena subjek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 penelitian merupakan mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah di Yogyakarta. Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologis, psikologis, dan juga sosialnya (Santrock, 2007). Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya (Idai, 2013). Schneiders (1951) menegaskan bahwa, individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya mengalami kondisi yang tertekan dan tidak dapat bertindak rasional dan efektif sehingga mengakibatkan individu tersebut dapat bertindak agresif terhadap masalah yang dihadapi. Permasalahan emosi pada masa remaja sangat menarik, sebab emosi merupakan suatu fenomena yang dimiliki oleh setiap manusia (Rosenthal dalam Burdett, 2009; 99) dan pengaruhnya sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan lain seperti sikap, perilaku, penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan (Hurlock, 1955). Menurut G. Stanley Hall 1904 (dalam John W. Santrock 2003), masa remaja merupakan masa dimana terjadi pergulatan yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati atau yang biasa disebut dengan istilah storm and stress. Hurlock (1955) menerangkan bahwa salah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan orang lain diluar lingkungan keluarga. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok teman sebaya agar dapat diterima dilingkungan. Rasa aman, kepercayaan, dan memberikan kebebasan untuk bereksplorasi serta menguasai lingkungan penting untuk diberikan kepada remaja agar perkembangan hidupnya menjadi sehat (Erikson, 1963 dalam Burdett, 2009). Menurut Hurlock (1955) Untuk menjadikan remaja mampu berperan serta dan melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini dalam diri remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada fisik, psikis, maupun sosial. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam berhubungan yang belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus banyak penyesuaian baru. Selain itu, Hill dan Jones (1997) mengatakan bahwa, dukungan sosial dari orangtua maupun kerabat sangat penting dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 mengatasi masalah kecemasan dan membantu perkembangan diri remaja dalam lingkungan sosialnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk memahami dampak sosiopsikologis yang dialami para subjek penelitian, akibat dari kekerasan etnis yang terjadi di kota Yogyakarta. Peneliti menilai bahwa pendekatan kualitatif menjadi metode penelitian yang tepat untuk memperoleh gambaran pengalaman para subjek. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif peneliti dapat menggali secara lebih mendalam tentang dampak yang dirasakan para mahasiswa asal Indonesia Timur (subjek penelitian) yang menjadi korban dari fenomena kekerasan antara orang-orang Timur dengan warga Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa dampak Sosio-Psikologis yang dialami mahasiswa asal Indonesia Timur dari kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta dan apa tindakan preventif yang dilakukan mahasiswa Indonesia Timur agar dapat diterima oleh masyarakat Yogyakarta? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menggambarkan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta; 2. Menggambarkan dampak Sosio-Psikologis yang dialami mahasiswa asal Indonesia Timur dari kekerasan yang terjadi di Yogyakarta; 3. Menggambarkan upaya yang dilakukan para mahasiswa asal Indonesia Timur agar diterima serta dapat hidup damai bersama warga Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi sosial, mengenai pengaruh fenomena kekerasan etnis, terbentuknya prasangka negatif, perlakuan diskriminasi hingga dampak kekerasan pada perkembangan sosiopsikologis mahasiswa asal Indonesia Timur yang berdomisili di Yogyakarta. Selain itu diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 2. Manfaat Praktis a. Bagi para mahasiswa asal Indonesia Timur agar dapat memahami fenomena kekerasan etnis di Yogyakarta dan dapat menyesuaikan diri serta berperilaku baik di Yogyakarta. b. Bagi masyarakat Yogyakarta agar dapat memahami dampak sosiopsikologis yang dialami mahasiswa asal Indonesia Timur akibat kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di Yogyakarta. Selain itu kiranya juga menjadi sarana informasi untuk semakin mempererat tali persaudaraan diantara warga Yogyakarta dengan mahasiswa perantau asal Indonesia Timur. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauaan Konseptual Dampak Sosio-Psikologis Pada bab ini akan dijelaskan tinjauan terkait dengan dinamika kekerasan etnis di Yogyakarta dan dampak sosio-psikologis yang dialami mahasiswa asal Indonesia Timur yang saat ini berada pada tahap perkembangan remaja. Tinjauaan ini tidak digunakan sebagai landasan teori melainkan sebagai konsep-konsep yang bertujuan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Selain itu memperjelas pemahaman peneliti mengenai area konseptual yang menjadi fokus dalam penelitian ini. 1. Memahami Pengertian Dampak Sosio-Psikologis Pada tinjauaan konseptual mengenai dampak sosio-psikologis, akan ditinjau sejumlah definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Hartley dan Hartley (1961), psikologi sosial adalah cabang ilmuilmu sosial yang berusaha untuk memahami perilaku individu dalam konteks interaksi sosial. Berdasarkan definisi ini, Hartley dan Hartley melihat perilaku individu dalam suatu konteks interaksi sosial (Walgito, 1978). Selain itu Sherif dan Sherif (1956) mengemukakan bahwa psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus sosial. Definisi yang dikemukakan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Sherif dan Sherif menjelaskan bahwa perilaku individu berkaitan dengan situasi sosial (Walgito, 1978). Definisi yang lebih rinci mengenai psikologi sosial dijelaskan oleh Myers (Walgito, 1978). Menurut Myers (1983), psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir tentang pengaruh, dan berhubungan satu sama lain. Hubungan dengan orang lain tidak dapat lepas dari situasi sosialnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011) dampak berarti, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif. Psikologis adalah bersifat kejiwaan atau ditinjau dari segi kejiwaan. Sedangkan sosiologis adalah interaksi antara individu maupun kelompok dalam masyarakat (Sarwono, 2009). Menurut Sherif dan Hovland dalam teori penilaiaan sosial (dalam Sarwono, 1995), seseorang membentuk situasi penting bagi dirinya. Pembentukan situasi ini mencakup faktor-faktor intern berupa motif, emosi, sikap, pengalaman masa lampau serta faktor-faktor eksternal seperti objek, orang-orang sekitar, maupun lingkungan dimana individu berada. Oleh karena itu faktor-faktor internal dan eksternal ini yang menjadi landasan dari setiap perilaku yang terbentuk. Dari beberapa pandangan tokoh di atas mengenai dampak sosiopsikologis, dapat disimpulkan bahwa, dampak sosio-psikologis adalah akibat positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil dari adanya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 stimulus dan respon psikis yang bekerja dalam diri seseorang seperti motif, emosi, sikap, pengalaman lampau sebagai akibat dari adanya interaksi-interasi dengan lingkungan sekitar dimana individu itu berada. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Dampak Psikologis pada Individu Dampak sosio-psikologis yang dialami manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada dalam dirinya. Faktorfaktor internal dan eksternal tersebut dikemukakan oleh Frizt Heider (dalam Huffman & Vernoy, 1958). Heider (dalam Sears dkk. 1994) mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal yaitu motif, emosi, sikap, kemampuan, kesehatan, keinginan, sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan umum, individu yang diajak berinterksi, tekanan sosial, dan peran yang dipaksakan. Lebih lanjut, Frizt Heider menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya dampak sosiopsikologis sebagai berikut: a. Faktor Internal Menurut Heider (dalam Pujiani, 2007) faktor internal adalah stimulus maupun respon yang berasal dari kondisi internal dalam diri individu. Faktor internal dalam diri individu dapat berupa : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 1) Konsep Diri Menurut Hurlock (1993), konsep diri merupakan konsep akan pengenalan diri yang dimiliki individu sebagai suatu pribadi. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang dirinya yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, dan sosial. Hurlock (1993) menambahkan bahwasanya konsep diri individu dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat. Konsep diri terbagi menjadi dua bagian utama yaitu citra diri dan harga diri (Malcolm H & Steve H). Citra diri merupakan gambaran sederhana mengenai diri misalnya, saya adalah kakak pertama, saya seorang mahasiswa dan sebagainya. Sedangkan harga diri merupakan penilaiaan terhadap diri misalnya, saya peramah, saya agak pandai dan sebagainya. Lebih lanjut Malcolm H & Steve H (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang membentuk konsep diri adalah, reaksi dari orang lain, pembandingan dengan orang lain, peranan seseorang, identifikasi terhadap orang lain. 2) Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang artinya dorongan atau kehendak (Dirgagunarsa, 1983). Menurut para ahli, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 berpikir dan merasa seperti yang mereka lakukan (King, 2010). Berbeda dengan emosi yang dipicu dari luar, motif bersumber dari dalam diri individu (Atkinson dkk, 2010), misalnya motif untuk makan, memenuhi hasrat seksual dan lain sebagainya. Pada umumnya motif dapat dikategorisasikan menjadi kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup, kebutuhan sosial, dan kebutuhan untuk memuaskan keingintahuan (Atkinson dkk, 2010). 3) Emosi Emosi berasal dari kata Emotus atau Emovere yang artinya menggerakan yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu (Dirgagunarsa, 1983). Selain motif, perasaan mendasar yang dimiliki manusia ialah emosi (Atkinson dkk, 2010). Seseorang dapat merasakan bahagia, marah, dan sebagainya karena kondisi emosional (Atkinson dkk, 2010). Walaupun motif dan emosi memiliki kemiripan, namun diantara keduanya memiliki perbedaan yaitu emosi dipicu dari luar sementara motif dibangkitkan dari dalam (Atkinson dkk, 2010). Atkinson (2010) Menyebutkan komponen-komponen emosi adalah respon tubuh internal, terutama yang melibatkan system saraf otonomik, keyakinan atau penilaiaan kognitif bahwa terjadi keadaan positif atau negatif tertentu, ekspresi wajah, dan reaksi terhadap emosi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan di luar diri yang meliputi dukungan sosial, lingkungan fisik ataupun sosial budaya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1) Dukungan Sosial Menurut Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2005), dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain. Sementara itu Frazier dan para koleganya (dalam Baron & Byrne, 2005) mengemukakan bahwa, dukungan sosial adalah hal yang bermanfaat tatkala kita mengalami stress, dan sesuatu yang sangat efektif, terlepas dari strategi mana yang digunakan untuk mengatasi stress. Adanya dukungan sosial dapat membantu menghalau penyakit dan memungkinkan seseorang untuk sembuh dari penyakitnya dengan lebih cepat (Roy, Steptoe, & Kirschbaum dalam Baron & Byrne, 2005). Dukungan Sosial yang didapatkan dari kerabat maupun dari keluarga dapat berdampak positif pada aliran darah, kelenjar endokrin, dan sistem kekebalan (Uchino, U, & Holt L dalam Baron & Byrne, 2005). Maka dukungan sosial sangat penting bagi kondisi fisik dan psikologis pada individu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 2) Lingkungan Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), Lingkungan adalah daerah atau kawasan yang didalamnya semua yang memengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. Lingkungan dapat digambarkan sebagai lingkungan dimana individu berasa seperti lingkungan sosial, pendidikan atau budaya. Lingkungan sosial secara fisik dapat digambarkan sebagai tempat tinggal berupa asrama, panti asuhan, apartemen, kos-kosan atau rumah tinggal pada umumnya. Lingkungan pendidikan berupa sekolah atau kampus dan lain sebagainya, sedangkan lingkungan budaya merupakan sekumpulan masyarakat yang memiliki kesamaan cara pandang, dimana budaya itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah (Badudu dan Zein, 1994 dalam Pujiani). 3. Bentuk-bentuk Dampak Sosio-Psikologis Akibat Kekerasan Berikut ini adalah beberapa bentuk dampak psikologis akibat kekerasan etnis di masyarakat menurut para akademisi. Kekerasan Etnis yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh pada kesehatan mental anak-anak dan remaja (Farver, Xu, Eppe, Fernandez, & Schwartz, 2005; Finkelhor, Ormrod, Turner, & Hamby, 2005). Dampak dari kekerasan pada remaja dapat mengarah pada kecemasan, depresi dan stress pasca PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 trauma (Kliewer, Lepore, Oskin, & Johnson, 1998). Selain dampakdampak di atas, remaja korban kekerasan juga mengalami penyalahgunaan zat, dan agresi (Bingenheimer, Brennan, & Earls, 2005; Goldstein, Walton, Cunningham, Trowbridge, Maio, 2007; Rosenthal, 2000). Menurut Coser (dalam Budiyono, 2009), dampak psikologis akibat konflik dan kekerasan adalah perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu yang tidak tahan menghadapi situasi konflik. Selain itu, mematikan semangat kompetisi dalam masyarakat karena pribadi yang mendapat tekanan psikologis akibat konflik cenderung pasrah dan putus asa. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai dampak psikologi pada korban akibat kekerasan di masyarakat: a. Harga Diri Rendah Menurut Maslow (dalam Goble, 1971), setiap orang memiliki kebutuhan akan penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Lebih spesifik Maslow mengemukakan bahwa harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Sementara penghargaan dari orang lain meliputi, prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. Jika seseorang memiliki kebutuhan harga diri yang cukup terpenuhi maka, maka orang tersebut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 akan lebih percaya diri, lebih mampu dan lebih produktif. Sebaliknya jika kebutuhan akan harga diri kurang maka, seseorang akan diliputi rasa rendah diri, dan perasaan tidak berdaya. b. Kecemasan Anxiety atau kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid dkk, 2005). Freud (dalam Corey, 2005) mengartikan kecemasan sebagai keadaan tegang yang memotivasi seseorang berbuat sesuatu. Dalam hal ini fungsinya adalah memperingatkan seseorang akan adanya bahaya. Sulaiman (1995) berpendapat bahwa kecemasan merupakan reaksi psikologis yang disebabkan karena adanya rasa kawatir terus-menerus yang ditimbulkan oleh adanya inner conflik. Kecemasan merupakan manivestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dan terjadi ketika orang mengalami tekanan perasaan karena adanya pertentangan (Daradjat dalam Jessica, 2007). Sementara pendapat Kenyou (dalam Jessica, 2007), kecemasan adalah rasa takut yang pasti terhadap sesuatu yang mengerikan akan terjadi, namun apa yang menjadi penyebab rasa takut ini tidak diketahui. Adapun gejala-gejala kecemasan oleh Buklew (dalam Purnamaningsih, 2003), dibagi menjadi dua tingkatan yaitu: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 1) Tingkatan Fisiologis. Kecemasan ini sudah mempengaruhi atau berwujud pada gejala fisik terutama pada fngsi syaraf diantaranya tidak dapat tidur, perut mual, dan keringat dingin berlebihan. 2) Tingkat psikologis. Kecemasan semacam ini sudah berupa gejala kejiwaan seperti rasa khawatir, bingung, sulit konsentrasi, tegang, dan sebagainya. c. Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertaannya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplam, 1998). Gejala yang paling sering ditemukan pada pasien depresi adalah penurunan mood yang berkepanjangan (Katona dkk, 2012). Katona dan koleganya lebih lanjut menjelaskan bahwa, ICD-10 mengklasifikasikan gangguan depresi berdasarkan tingkat keparahan dan mengidentifikasi tiga gejala utama yaitu, mood yang buruk, anhedonia (kehilangan rasa senang pada kegiatan yang sebelumnya terasa menyenangkan), dan penurunan energi (peningkatan rasa mudah lelah). Depresi Gejala ringan dapat berlaku jika dua dari tiga gejala utama dialami oleh individu (Katona dkk, 2012). Selain itu, individu yang mengalami depresi ringan dapat dikatakan depresi jika memiliki PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 dua gejala diantara gejala-gejala berikut seperti: penurunan konsentrasi dan perhatian; penurunan rasa percaya diri dan harga diri; perasaan bersalah dan tidak berharga; merasa putus asa mengenai masa depan; pikiran untuk melukai diri sendiri, gangguan tidur, dan peningkatan atau penurunan nafsu makan. Depresi Gejala sedang terdapat enam gejala termasuk setidaknya dua dari gejala utama. Sedangkan depresi berat, setidaknya memiliki delapan gejala, termasuk seluruh tiga gejala utama yang mengakibatkan tekanan yang bermakna dan mengganggu kehidupan sehari-hari (Katona dkk, 2012). d. Stres Pasca Trauma Menurut DSM-IV, gangguan stress pasca trauma merupakan paparan terhadap kejadian traumatik dimana saat itu orang merasakan ketakutan, ketakberdayaan, atau kengerian. Setelah itu orang merasa mengalami kembali kejadian tersebut melalui kenangan dan mimpi buruknya (Mark & Barlow, 2006). Dengan kata lain stress pasca trauma, adalah gangguan emosional yang menyebabkan distress, yang bersifat menetap, yang terjadi setelah menghadapi ancaman keadaan yang membuat individu merasa benar-benar tidak berdaya atau ketakutan (Mark & Barlow, 2006). Gangguan stess pasca trauma dibagi menjadi dua yaitu, stess pasca trauma akut dan stess pasca trauma kronis (Mark & Barlow, 2006). Stess pasca trauma akut dapat didiagnosa dalam kurun waktu 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 sampai 3 bulan. Jika stess pasca trauma lebih lama dari 3 bulan maka dianggap kronis. Pada kondisi kronis, individu cenderung menunjukan gejala menghindar (Davidson, dkk dalam Mark & Barlow, 2006). Menurut Crider dkk (1983), gejala-gejala stress antara lain : 1) Gangguan emosional : tegang, khawatir, marah, tertekan oleh perasaan bersalah. Stress yang paling sering timbul adalah kecemasan, biasanya dialami individu dalam mengantisipasi situasi yang penuh stress. 2) Gangguan kognitif : berpikir irrasional, tidak logis dan tidak fleksibel akibat kekhawatiran dan evaluasi diri yang negatif. Sering lupa dan bingung akibat terhambatnya kemampuan memisahkan dan menggabungkan ingatan-ingatan jangka pendek dengan ingatan jangka panjang. 3) Gangguan fisiologis : nyeri otot, cepat lelah, dan mual Stress akan menimbulkan berbagai reaksi dalam diri individu yang mengalaminya, yaitu : a) Reaksi emosional : cepat marah, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, dan kecemasan yang terus menerus. b) Reaksi intelektual : konsentrasi menurun c) Reaksi fisiologis : sakit kepala, gatal-gatal dan diare, perasaan perut tidak menentu, dan mual. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 d) Reaksi sosial : tidak betah seorang diri, marah tanpa alasan, kehilangan minat terhadap banyak hal, merasa tidak aman, dan sulit bersantai. e. Rasa Malu Lewis (dikutip Tangney, 1995) mengungkapkan bahwa rasa malu merupakan suatu reaksi emosi yang berfokus pada kekalahan atau pelanggaran moral, membungkus kekurangan diri dan memuat suatu kondisi pasif atau tidak berdaya. Pendapat lain datang dari Weekes (1991), yang memandang rasa malu sebagai campuran dari kesombongan dan ketakutan akan omongan si sekitar kita. Hurlock (1993) mengemukakan rasa malu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan diri dari individu terhadap penilaiaan orang lain, baik yang merupakan dugaan maupun yang benar-benar terjadi, yang mengakibatkan individu mencela diri sendiri berhadapan dengan kelompok. Sementara Goffman (dalam Harre & Lamb, 1996) mengemukakan bahwa apa yang dihasilkan rasa malu ialah pengakuan bahwa diri yang disokong dalam sebuah interaksi sosial telah terganggu oleh sesuatu yang dilakukan atau oleh suatu kenyataan pribadi yang terlepas. Ditambahkan pula ungkapan kekuatan rasa malu berasal dari pentingnya interaksi-interaksi sosial. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 f. Tertekan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tertekan berarti, keadaan tidak menyenangkan yang umumnya merupakan beban batin seperti merasa rendah diri, dan tidak bebas. g. Penyalahgunaan Zat h. Agresi Dari beberapa penjelasan tentang dampak sosio-psikologis di atas, maka disimpulkan bahwa kekerasan etnis yang terjadi di masyarakat, dapat menimbulkan dampak psikologis seperti : kecemasan, depresi, stress pasca trauma, perasaan malu, tertekan, penyalahgunaan zat dan tindakan agresi. B. Tinjauan Konseptual tentang Mahasiswa-Mahasiwi Remaja Korban Kekerasan yang Berasal dari Indonesia Timur 1. Remaja a. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahanperubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Transisi antara anak-anak dan dewasa, membuat masa remaja menjadi masa yang penuh dengan gejolak dan pergolakan. Hal ini yang diungkapkan G. Stanley Hall 1904 (dalam Santrock 2003) bahwa masa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 remaja merupakan masa dimana terjadi pergulatan yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati atau yang biasa disebut dengan istilah storm and stress. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2007) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Menurut Hurlock (1980) Untuk menjadikan remaja mampu berperan serta dan melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 1955) . Remaja harus menyesuaikan diri dengan orang lain diluar lingkungan keluarga. Dari penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan remaja adalah individu yang berusia 12 tahun sampai dengan 23 tahun (Stanley Hall dalam Santrock, 2007), yang mengalami perubahanperubahan biologis, kogitif dan sosio-emosional dalam diri, dan yang akan memulai tugas-tugasnya dalam menyesuaikan diri di masyarakat. b. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Hurlock (2004), menyatakan bahwa tugas perkembangan remaja meliputi: 1) Mencapai Hubungan Yang Lebih Matang Dengan Teman Sebaya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Dalam tugas ini, remaja belajar melihat kenyataan, bahwa anak wanita sebagai wanita, dan anak pria sebagai pria. Selain itu, remaja diharapkan berkembang menjadi orang dewasa di antara orang dewasa lainnya, belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan, belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya. 2) Mencapai Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. 3) Menerima Keadaan Fisik dan Menggunakannya Secara Efektif. Tugas ini bertujuan agak remaja merasa bangga, atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan meemlihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut. 4) Mencapai Kemandirian Emosional Dari Orangtua dan Orang Dewasa Lainnya. membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang kekanakkanakan atau bergantung pada orangtua, mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orangtua, dan mengembangkan sikap respek terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 5) Mencapai Jaminan Kemandirian Ekonomi. Tujuannya agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Penting buat remaja pria dan tidak terlalu penting buat remaja wanita. 6) Memilih dan Mempersiapkan Karier (Pekerjaan) memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut. 7) Mempersiapkan Pernikahan dan Hidup Berkeluarga Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan memiliki anak. Memperoleh pengetahuan yaang tepat tentang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak. 8) Mengembangkan Keterampilan Intelektual dan Konsep-Konsep yang Diperlukan Bagi Warga Negara Mengembangkan konsep-konsep hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, geografi, hakikat manusia, dan lembaga-lembaga sosial yang cocok dengan dunia modern, dan mengembangkan keterampilan berbahasa dan kemampuan nalar (berfikir) yang penting bagi upaya memecahkan masalah-masalah secara efektif. 9) Mencapai Tingkah Laku yang Bertanggung Jawab Secara Sosial. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai masyarakat, dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya. 10) Memperoleh Seperangkat Nilai dan Sistem Etika sebagai Petunjuk/Pembimbing dalam Bertingkah Laku Membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai, mengembangkan kesadaran akan hubungannya dengan sesama manusia dan juga alam sebagai lingkungan tempat tinggalnya, dan memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya, sehingga dapat hidup selaras (harmoni) dengan orang lain. 11) Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mencapai kematangan sikap, kebiasaan dan pengembangan wawasan dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial. 2. Korban Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) mendefinisikan istilah korban sebagai orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 (mati, dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya. Maka, korban dapat diartikan sebagai individu yang menderita akibat suatu kekerasan maupun tindakan jahat dan sebagainya. Dalam penelitian ini, korban yang dimaksud adalah mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah di Yogyakarta, yang tidak melakukan kekerasan etnis namun merasakan dampak dari konflik dan kekerasan tersebut. 3. Kelompok Etnis Kelompok etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatan (Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang No. 40 tahun 2008). Etnis berbeda dengan pengertian ras. Seperti yang diungkap oleh Coakley (2001) “...it refers to the cultural heritage of particular group of people”. Jadi, etnis mengacu pada warisan budaya dari kelompok orang tertentu. Maguire (2002) menjelaskan juga bahwa “the term ethnic become a precise word to use regarding people of varying origins”. Jadi, istilah etnis menjadi sebuah kata yang tepat untuk memandang orang dari berbagai asal-usul. Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa etnis mungkin dipertimbangkan dalam istilah kelompok apapun yang didefinisikan atau disusun oleh asal-usul budaya, agama, nasional PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 atau beberapa kombinasi dari kategori-kategori tersebut (Maguire, 2002). Pengertian-pengertian etnis membentuk pengertian kelompok etnis. Kelompok etnis merupakan sebuah kategori orang yang berbeda secara sosial karena mereka membagi sebuah jalan kehidupan dan komitmen pada segala sesuatu cita-cita, norma-norma, dan meteril yang terdapat pada jalan kehidupan itu (Coakley, 2001). Greely dan McCready dalam Maguire (2002) berpendapat bahwa, kelompok etnis adalah sebuah kolektivitas yang didasarkan pada dugaan asal-usul yang lazim dengan sebuah sifat menarik yang menandai mereka diluar atau yang tetap menanamkan mereka pada keanehan dengan populasi asli dalam kampung pedalaman. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, maka terdapat dua istilah yaitu etnis dan kelompok etnis. Etnis mengacu pada orang yang didasarkan pada asal-usul sebagai warisan budaya kelompok orang tertentu. Kelompok etnis merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki jalan kehidupan dan memiliki sifat serta karakteritik yang menarik. Kelompok etnis dalam penelitian ini adalah antara etnis asal Indonesia Timur dan kelompok etnis Jawa yaitu Yogyakarta. C. Agresi Antar Etnis Secara umum Berkowitz (1995) mendefinisikan Agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 fisik maupun mental. Lebih khusus Berkowitz menjelaskan bahwa, agresi bukan hanya suatu usaha untuk sengaja menyakiti seseorang tetapi juga, “dasar dari prestasi intelektual, dari tercapainya kebebasan, bahkan kebanggaan yang bisa membuat seseorang merasa lebih dari temantemannya.” Poerwandari (2004) mendefinisikan agresi sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa, menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan, melalui cara-cara fisik, psikologis, ataupun gabungan-gabungannya, dan atau tindakan yang mungkin tidak disengaja, tetapi didasari oleh ketidaktahuan, kekurang pedulian, atau alasan-alasan lain, yang menyebabkan subjek secara langsung atau tidak lansung terlibat dalam upaya pemaksaan, penaklukan, penghancuran, dominasi, perendahan manusia lain. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, agresi antar kelompok etnis adalah suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa, menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan, melalui cara-cara fisik, psikologis, ataupun gabungan-gabungannya, dan tindakan yang mungkin tidak disengaja, tetapi didasari oleh ketidaktahuan, kekurang pedulian, atau alasan lain yang menyebabkan individu maupun kelompok etnis tertentu tidak berdaya. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan di masyarakat: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 1. Faktor-faktor yang Mengakibatkan Terjadinya Konflik dan Kekerasan antar Etnis di Masyarakat Sementara itu, Soerjono Soekanto (dalam Budioyono, 2009) mengemukakan bahwa sebab-sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut: a. Perbedaan pada Tiap Individu Perbedaan pendirian dan keyakinan orang per orang yang menyebabkan konflik antarindividu. Dalam hal ini masing-masing pihak berusaha membinasakan lawan baik fisik maupun pikiran- pikiran dan ide yang tidak disetujuinya. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan individu yang lain. b. Perbedaan Kebudayaan Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial. Contoh adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru. c. Bentrokan Kepentingan Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. d. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di Masyarakat Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-proses sosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial. Selain yang disebutkan di atas, proses sosial dalam masyarakat ada juga yang menyebabkan atau berpeluang menimbulkan konflik adalah persaingan dan kontravensi. e. Persaingan (Competition) Dalam persaingan individu atau kelompok berusaha mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menarik perhatian atau PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Jika dikelompokkan, ada dua macam persaingan, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan tidak pribadi atau kelompok. Persaingan pribadi merupakan persaingan yang dilakukan orang per orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi. Persaingan kelompok, misalnya terjadi antara dua macam perusahaan dengan produk yang sama untuk memperebutkan pasar di suatu wilayah. Persaingan pribadi dan kelompok menghasilkan beberapa bentuk persaingan, antara lain persaingan di bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan peranan, dan persaingan ras. 1) Persaingan di Bidang Kebudayaan Persaingan di bidang kebudayaan merupakan persaingan antara dua kebudayaan untuk memperebutkan pengaruh di suatu wilayah. Persaingan kebudayaan misalnya terjadi antara kebudayaan pendatang dengan kebudayaan penduduk asli. Bangsa pendatang akan berusaha agar kebudayaannya dipakai di wilayah di mana ia datang. Begitu pula sebaliknya, penduduk asli akan berusaha agar bangsa pendatang menggunakan kebudayaannya dalam kehidupan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 2) Persaingan Kedudukan dan Peranan Apabila dalam diri seseorang atau kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dan peranan terpandang maka terjadilah persaingan. Kedudukan dan peranan yang dikejar tergantung pada apa yang paling dihargai oleh masyarakat pada suatu masa tertentu. 3) Persaingan Ras Persaingan Ras sebenarnya juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras baik perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atau perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan. Persaingan dalam batas-batas tertentu memiliki fungsi. Fungsi dari persaingan yaitu: a) Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin dan sosial dan menyalurkan keinginan individu atau kelompok. b) Jalan untuk menyalurkan keinginan, kepentingan, serta nilainilai yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian sehingga tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing. c) Alat untuk menyaring para warga golongan fungsional sehingga menghasilkan pembagian kerja yang efektif. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 Persaingan dalam segala bentuknya akan menghasilkan hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Hal-hal positif yang dihasilkan dengan adanya persaingan, antara lain makin kuatnya solidaritas kelompok, dicapainya kemajuan, dan terbentuknya kepribadian seseorang. 1. Makin Kuatnya Solidaritas Kelompok Persaingan yang dilakukan dengan jujur akan menyebabkan individu saling menyesuaikan diri dalam hubungan sosialnya. Dengan demikian, keserasian dalam kelompok akan tercapai. Hal itu bisa tercapai apabila persaingan dilakukan dengan jujur. 2. Dicapainya Kemajuan Persaingan akan lebih banyak dijumpai pada masyarakat yang maju dan berkembang pesat. Untuk itu, individu yang berada dalam masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Persaingan akan menyebabkan seseorang terdorong untuk bekerja keras supaya dapat berperan dalam masyarakat. 3. Terbentuknya Kepribadian Seseorang Persaingan yang dilakukan dengan jujur dapat menimbulkan tumbuhnya rasa sosial dalam diri seseorang. Namun sebaliknya, persaingan juga bisa menimbulkan hal yang negatif, yaitu terciptanya disorganisasi. Adanya disorganisasi karena PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 masyarakat hampir tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dan melakukan reorganisasi saat terjadi perubahan. Hal itu disebabkan karena perubahan yang terjadi bersifat cepat atau revolusi. f. Kontravensi Kontravensi berasal dari bahasa Latin, contra dan venire yang berarti menghalangi atau menantang. Kontravensi merupakan usaha untuk menghalang-halangi pihak lain dalam mencapai tujuan. Tujuan utama tindakan dalam kontravensi adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Hal itu dilakukan karena rasa tidak senang atas keberhasilan pihak lain yang dirasa merugikan. Namun demikian, dalam kontravensi tidak ada maksud untuk menghancurkan pihak lain. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker (dalam Budioyono, 2009; 57) ada lima macam bentuk kontravensi. 1) Kontravensi umum, antara lain dilakukan dengan penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, protes, gangguan-gangguan, dan kekerasan. 2) Kontravensi sederhana, antara lain dilakukan dengan menyangkal pernyataan pihak lain di depan umum, memaki-maki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah. 3) Kontravensi intensif, antara lain dilakukan dengan menghasut, menyebarkan desas-desus, dan mengecewakan pihak lain. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 4) Kontravensi rahasia, antara lain dilakukan dengan pengkhianatan dan mengumumkan rahasia pihak lain. 5) Kontravensi taktis, antara lain dilakukan dengan mengejutkan lawan dan mengganggu pihak lain. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan etnis antara lain, perbadaan antar invidu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat, kompetisi dan kontravensi. Faktor-faktor tersebut dapat memicu terbentuknya prasangka yang pada akhirnya dapat mengakibatkan konflik dan kekerasan sosial. 2. Bentuk-bentuk Kekerasan antar Etnis Buss (1989) menyatakan bahwa tingkah laku agresi dapat digolongkan menjadi tiga dimensi, yaitu fisik-verbal, aktif-pasif, dan langsung tidak langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada perbedaan antara menyakiti fisik (tubuh) orang lain dan menyerang dengan kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif adalah pada perbedaan antara tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak. Sementara agresi langsung berarti kontak face-to-face dengan orang yang diserang, dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang yang diserang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 Menurut Poerwandari (2004), bentuk-bentuk kekerasan yang lebih umum adalah : a. Kekerasan Fisik Merupakan kekerasan yang dilakukan dengan menyerang organ-organ fisik pada manusia sehingga membuat korbannya menderita. b. Kekerasan Psikis Kekerasan Psikis biasanya bersifat emosional seperti kekerasan verbal, ancaman dan lain sebagainya c. Kekerasan Seksual Merupakan kekerasan yang dilakukan pada organ intim manusia dan biasanya kekerasan seksual terjadi secara fisik dan psikologi. d. Kekerasan Ekonomi Kekerasan yang dilakukan dengan tindakan-tindakan yang menjarah, merampas, hingga membuat korbannya bergantung secara materi. Dari penjelasan mengenai bentuk-bentuk agresi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk Kekerasan secara umum adalah kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 3. Akibat Sosio-Psikologis dari Kekerasan Menurut penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli sebelumnya, akibat dari kekerasan cukup bervariatif namun pada umumnya hampir sama. Menurut Rosenthal pada tahun 2006 (dalam Deborah Burdett, 2009), kekerasan berpotensi memberi dampak traumatik pada para korbannya. Sementara itu, Jenkins (dalam Annette Mahoney 2002) mengemukakan bahwa orang yang menyaksikan kekerasan, memiliki kerabat yang menjadi korban kekerasan, maupun tinggal di lingkungan kekerasan dapat mengakibatkan stress traumatik, termasuk gangguan klinis dan reaksi klinis. Masalah-masalah kesehatan mental seperti kecemasan, perasaan malu, depresi, tertekan, dan kepanikan sangat mungkin terjadi pada korban-korbannya (Freedy dan Hobfol 1995, dalam Annette Mahoney 2002). Selain itu meenurut Bingenheimer dkk (2005), kekerasan tidak hanya berdampak pada masalah internal seperti kecemasan, trauma, maupun depresi, melainkan juga dapat berdampak pada masalah-masalah eksternal seperti agresi dan tindakan kriminal. Secara fisiologis, dampak kekerasan dapat memberi pengaruh pada perubahan tingkat kortisol dan dapat memicu asma (Wright & Steinback, 2001). Dampak dari konflik adalah menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut (Coser dalam Budiyono, 2009). Jadi dapat disimpukan bahwa kekerasan yang terjadi dapat menimbulkan masalah pada fisiologis seperti meningkatnya kortisol dalam tubuh sehingga dapat memicu penyakit asma, selain itu berdampak pada kesehatan mental seperti kecemasan, stress pasca traumatik, depresi, kepanikan, perasaan malu, tertekan, dan juga dapat berdampak pada masalah-masalah sosial seperti agresi dan melakukan tindakan kriminal. D. Prasangka Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), prasangka merupakan pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidik) sendiri. Selain itu menurut Stangor (dalam Putra, 2012), prasangka adalah sikap negatif terhadap suatu kelompok atau terhadap anggota kelompok. Dalam penelitian ini peneliti mau melihat prasangka yang dirasakan para mahasiswa asal Indonesia Timur oleh warga Yogyakarta. Faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya prasangka yang pada akhirnya menimbulkan kekerasan salah satunya adalah teori Ingroup Outgroup similarity. Ingroup dan outgroup ada apabila kategorisasi “kita” dan “mereka” telah ada, seseorang dalam suatu kelompok akan merasa dirinya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 sebagai ingroup dan orang lain sebagai outgroup. Dalam kategori ingroup memiliki dampak tertentu yang ditimbulkan, di antaranya: 1. Similarity effect adalah anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup yang lain lebih memiliki kesamaan apabila dibandingkan dengan anggota outgroup. 2. Favoritism effect adalah anggapan bahwa ingroup lebih favorit dari pada outgroup yang disebabkan oleh kategorisasi antara ingroup dan outgroup. 3. Outgroup homogenity effect, bahwa seseorang dalam ingroup memandang outgroup lebih homogen dari pada ingroup, baik dalam hal kepribadian maupun hal yag lain. Dampak yang diakibatkan dari prasangka adalah terjadi pengucilan sosial hingga dapat menimbulkan konflik dan kekerasan sosial (Putra dan Pitaloka, 2012). Penjelasan mengenai pengucilan sosial dan konflik akan di jelaskan di bawah ini: 1. Pengucilan Sosial Menurut Millar (dalam Putra, 2012), pengucilan sosial memiliki tiga derajat yaitu multidimensional, dinamis, dan relasional. Aspek multidimensional menunjukan bahwa para korban pengucilan sosial akan dihadapkan pada hambatan (penolakan) secara sosial, politik, maupun dimensi sosial lainnya. Selain itu, derajat dinamis adalah saat para korbannya akan sulit memilih kesempatan yang lebih baik di masa depan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Derajat relasional menunjukan bahwa para korban menerima pengucilan dalam konteks sosial, termasuk ekonomi. 2 Konflik Sosial Menurut Kriesberg dkk (dalam Putra, 2012), konflik antarkelompok merupakan situasi dimana satu kelompok menilai bahwa tujuan dan kepentingannya terhalang oleh tujuan dan kepentingan kelompok lain atau dengan kata lain musuh. Selain itu Coser (dalam Putra, 2012) mengemukakan bahwa konflik kelompok dan sosial merupakan usaha yang tidak hanya untuk mendapatkan nilai tertentu, melainkan juga untuk perubahan afeksi, tindakan melukai lawan. Coser (dalam Budiyono, 2009) menambakan bahwa dampak dari konflik adalah menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu yang tidak tahan menghadapi situasi konflik. Selain itu, jatuhnya korban manusia yang disebabkan konflik telah mencapai pada tahap kekerasan, seperti perang, bentrok antarkelompok masyarakat, dan konflik antarsuku bangsa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 E. Kerangka Penelitian: Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Mahasiswa-mahasiwi asal Indonesia Timur Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta, tidaklah terjadi tanpa faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan. Soerjono Soekanto (dalam Budioyono, 2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dan kekerasan di masyarakat adalah perbedaan antar invidu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat, kompetisi dan kontravensi. Faktorfaktor tersebut dapat memicu timbunya prasangka antar kelompok etnis. Akibatnya dari prasangka menimbulkan konflik, pengucilan sosial hingga berujung pada kekerasan sosial. Beberapa Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kekerasan baik itu menyangkut Etnis yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh pada kesehatan mental remaja (Farver, Xu, Eppe, Fernandez, & Schwartz, 2005; Finkelhor, Ormrod, Turner, & Hamby, 2005). Selain itu dampak dari kekerasan pada remaja dapat mengarah pada kecemasan, depresi dan stress pasca trauma (Kliewer, Lepore, Oskin, & Johnson, 1998). Penelitian yang dilakukan Bingenheimer dkk (2005) menunjukan bahwa kekerasan juga dapat berdampak pada tindakan penyalahgunaan zat, agresi dan kriminal. Selain itu, Secara fisiologis, dampak kekerasan dapat memberi pengaruh pada perubahan tingkat kortisol dan dapat memicu asma (Wright & Steinback, 2001). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 Dalam penelitian ini, peneliti mau melihat dinamika kekerasan etnis di Yogyakarta meliputi faktor-faktor penyebab kekerasan etnis, prasangka yang diakibatkan oleh faktor-faktor tersebut, dan dampak prasangka yang dirasakan mahasiswa seperti pengucilan sosial, konflik, hingga kekerasan. Selain itu peneliti juga mau melihat dampak sosio-psikologis yang dirasakan serta upaya yang dilakukan subjek dalam menghadapi masalah kekerasan etnis di Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Berikut ini merupakan skema yang digunakan sebagai kerangka penelitian: Skema 1 Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan Indonesia Timur Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Konflik danKekerasan Etnis 1. Perbedaan antar invidu 2. Perbedaan budaya Faktorf 3. Bentrokan kepentingan 4. Perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat 5. Kompetisi 6. Kontravensi Prasangka Diskriminasi Kecemasan Pengucilan sosial, konflik dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta tertekan Rasa Malu Stres Pasca Trauma Penyalahgunaan Harga Diri Rendah Depresi Zat Keterangan : Menyebabkan Berdampak Negatif Mahasiswa Asal Indonesia Timur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 F. Pertanyaan Penelitian Dalam Penelitian yang ini, peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Pertanyaan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana dinamika kekerasan etnis di Yogyakarta dan pengaruhnya pada kondisi Sosio Psikologis Mahasiswa Asal Indonesia Timur? Berdasarkan pertanyaan utama tersebut, peneliti selanjutnya membuat pertanyaan yang dirincikan menjadi empat fokus, yaitu: 1. Menurut subjek apa yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta? 2. Pengalaman diskriminasi seperti apa yang subjek alami di Yogyakarta? 3. Apa dampak sosio psikologis yang dialami subjek dari kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta? 4. Upaya apa saja yang subjek lakukan agar tidak terjadi kekerasan etnis antara warga Yogyakarta dengan mahasiswa asal Indonesia Timur? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul “Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Mahasiswa-Mahasiswa Asal Indonesia Timur” ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian ini dianggap tepat oleh peneliti untuk melihat dampak sosio-psikologis yang dialami oleh para mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur sebagai akibat dari kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta. Selain itu, dapat diketahui upaya yang dilakukan oleh para mahasiswa asal Indonesia Timur agar dapat diterima oleh warga Yogyakarta. Hal ini karena, penelitian kualitatif mencoba memahami suatu fenomena dalam konteks seting dan konteks natural (bukan di dalam laboratorium) dimana peneliti tidak memanipulasi fenomena yang diamati (Crotty 1998; Hoepfl 1997; Sekaran 2000 dalam Samiaji, 2012; 7). Dalam hal ini, fenomena alami yang diangkat dalam penelitian adalah kekerasan etnis antar mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga Yogyakarta yang ternyata berdampak pada kondisi sosio-psikologis mahasiswa asal Indonesia Timur lain yang tidak melakukan kekerasan. Selain itu, ada beberapa alasan yang digunakan peneliti dalam memilih pendekatan kualitatif yang berkaitan dengan ciri prosedur dan hasil yang didapat dari penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, prosedur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 penelitian yang dilakukan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Taylor dalam Basrowi, 2008; 21). Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari hasil wawancara terhadap para mahasiswa asal Indonesia Timur. Dengan menggunakan kerangka prosedural dalam penelitian kualitatif, peneliti diharapkan dapat memiliki patokan dalam proses pengambilan data. Dengan demikian data yang didapatkan dapat menggambarkan kondisi subjek secara mendalam. Menurut Poerwandari (2005) data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak berupa angka melainkan berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar atau foto) ataupun bentuk-bentuk non angka lainnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, data yang nantinya akan dihasilkan dari penelitian ini dapat berupa data wawancara tertulis yang nantinya akan diolah menjadi suatu bentuk deskripsi sehingga hasil yang didapatkan dapat berupa deskripsi berkaitan dengan dampak sosio-psikologis dan dinamika dari kekerasan etnis di Yogyakarta sesuai dengan ciri-ciri dari pendekatan kualitatif deskriptif. B. Fokus penelitian Terdapat empat fokus dalam penelitian ini, yaitu: 1. Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta antara mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga Yogyakarta (bagaimana subjek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 memandang fenomena kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta? Faktorfaktor apa yang mempengaruhi terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta?) 2. Prasangka dan diskriminasi yang dibangun warga Yogyakarta terhadap mahasiswa asal Indonesia Timur (Pengalaman diskriminasi seperti apa yang subjek alami di Yogyakarta?) 3. Dampak sosio-psikologis yang dialami subjek (apakah fenomena kekerasan etnis berdampak pada kondisi psikologis maupun kehidupan sosial subjek?) 4. Upaya yang dilakukan subjek (bagaimana upaya yang subjek lakukan agar tidak terjadi kekerasan etnis dan subjek dapat diterima di masyarakat?) C. Definisi Operasional Psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir tentang pengaruh, dan berhubungan satu sama lain. Hubungan dengan orang lain tidak dapat lepas dari situasi sosialnya (Menurut Myers, 1983). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011) dampak berarti, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif. Psikologis adalah bersifat kejiwaan atau ditinjau dari segi kejiwaan. Sedangkan sosiologis adalah interaksi antara individu maupun kelompok dalam masyarakat (Sarlito, 2009, h.11). Berdasarkan definisi di atas maka disimpulkan bahwa, dampak sosiopsikologis adalah akibat positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 dari adanya stimulus dan respon psikis yang bekerja dalam diri seseorang seperti motif, emosi, sikap, pengalaman lampau serta sebagai akibat dari adanya interaksi-interasi dengan lingkungan sekitar dimana individu itu berada. Pengertian agresi dikemukakan oleh Poerwandari. Poerwandari (2004) mendefinisikan agresi sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa, menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan, melalui cara-cara fisik, psikologis, ataupun gabungan-gabungannya, dan atau tindakan yang mungkin tidak disengaja, tetapi didasari oleh ketidaktahuan, kekurang pedulian, atau alas an-alasan lain, yang menyebabkan subjek secara langsung atau tidak lansung terlibat dalam upaya pemaksaan, penaklukan, penghancuran, dominasi, perendahan manusia lain. D. Subjek Penelitian Subjek penelitian berjumlah empat orang. Keempat subjek ini dibagi yaitu dua orang berasal dari NTT dua orang berasal dari Papua. Adapun dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan dalam menentukan subyek penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa asal Indonesia Timur (Papua, dan NTT) yang memiliki rentang usia dari 18 tahun sampai 23 tahun. 2. Pernah mengalami kekerasan ataupun diskriminasi dari warga Yogyakarta 3. Berdomisili di Yogyakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling secara nonprobabiliti yaitu ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Jenis yang digunakan dari teknik ini adalah jenis Criterion sampling. Teknik ini digunakan karena anggota sampel yang dipilih sesuai kriteria khusus yaitu para mahasiswa Indonesia Timur yang tidak melakukan kekerasan namun mengalami dampak dari kekerasan etnis di Yogyakarta. E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan dan wawancara. 1. Observasi Menurut Narbuko dan Ahmadi (2007; 70), pengamatan atau observasi merupakan suatu alat pengumpulan data, yang dilakukan dengan cara mengamati setiap perilaku, gejala-gejala maupun kondisi subyek yang nantinya dilakukan pencatatan secara sistematis. Berdasarkan pengertian tentang pangamatan, Yehoda dan kawan-kawan (dalam Narbuko dan Achmadi 2007; 70) menjelaskan cirri-ciri pengamatan yang baik adalah : a. Mengabdi kepada tujuan penelitian. b. Direncanakan secara sistematik. c. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum. d. Dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 Pengamatan digunakan sebagai alat pengumpulan data yang cukup membantu dalam menganalisis data. Selain itu, menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007; 174), alasan-alasan yang menjadikan pangamatan memberi manfaat besar dalam sebuah penelitian kualitatif sebagai berikut : a. Teknik pengamatan merupakan teknik yang didasarkan atas pengalaman subyek secara langsung. b. Pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian perilaku dicatat dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. d. Pengamatan dapat menjadi jalan untuk mengecek kepercayaan peneliti pada data. Hal ini dikarenakan sering terjadi keraguan pada peneliti atas data dijaringnya. e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. f. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. g. Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 h. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menagkap fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subyek 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara (interviewee) dengan maksud dan tujuan tertentu. Lincoln dan Guba (dalam Moelong 2007; 186) menjabarkan maksud dan tujuan dari wawancara sebagai berikut : a. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. b. Merekonstruksikan topik wawancara yang berkaitan dengan pengalaman yang dialami di masa lalu. c. Merekonstruksikan topik wawancara sebagai harapan untuk dialami dimasa yang akan datang. d. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan data. yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Menurut Moleong (2007; 190), wawancara tidak terstruktur adalah teknik yang tidak tersusun terlebih dahulu, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari respon. Bentuk-bentuk tanya dalam wawancara tidak terstruktur mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Bentuk-bentuk pertanyaan menyangkut topik penelitian dan tanpa menentukan urutan pertanyaan. Namun peneliti menggunakan panduan dalam melakukan wawancara agar pertanyaan yang diberikan tetap berfokus pada topik penelitian. Berikut ini adalah panduan pertanyaan dan tujuannya yang digunakan selama proses wawancara berlangsung: Tabel 1. Panduan Wawancara tentang Dinamika Kekerasan Etnis dan dampak SosioPsikologis yang Dialami Subjek No 1 Topik Dinamika konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta Tujuan Memahami pandangan subjek berkaitan dengan konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta Bentuk Pertanyaan Bagaimana pandangan anda berkaitan dengan konflik dan kekerasan yang terjadi antara warga Yogyakarta dengan mahasiswa asal Indonesia Timur di Yogyakarta? (peneliti memberi beberapa contoh kasus kekerasan etnis di Yogyakarta) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Mengetahui dinamika kekerasan etnis mulai dari faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan etnis, prasangka yang dibentuk warga Yogya hingga pengalaman diskriminasi dan kekerasan yang dirasakan subjek Apakah anda memiliki pengalaman diskriminasi dan pengucilan sosial oleh warga Yogyakarta? Apa saja pengalaman diskriminasi dan kekerasan anda alami selama di Yogyakarta? Bagaimana pengalaman 2 Dampak Psikologis dari konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta Mengetahui dampak psikologis yang dirasakan maupun yang dialami subjek dari kekerasan tersebut Mengetahui seberapa besar dampak psikologis tersebut pada subjek Seberapa besar perasaan tersebut mempengaruhi anda? Mengetahui pengaruh dari Apakah dampak-dampak dampak tersebut dalam keseharian subjek 3 Upaya subjek menghadapi konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta tersebut berpengaruh dalam kehidupan anda sebagai mahasiswa? Apa akibat yang anda rasakan maupun anda alami dari kekerasan etnis yang terjadi? (disertakan pengalaman kekerasan dan diskriminasi) tersebut mempengaruhi kehidupan anda sebagai mahasiswa di Yogyakarta? Memahami upaya yang dilakukan subjek dalam membangun kesejahteraan dengan warga Yogyakarta Sikap apa yang anda lakukan agar antara warga Yogyakarta dan mahasiswa Indonesia Timur semakin harmonis? Mengetahui harapan subjek Sebagai mahasiswa asal berkaitan dengan konflik dan kekerasan di Yogyakarta Indonesia Timur apa yang anda harapkan berkaitan dengan konflik dan kekerasan di Yogyakarta? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 Dalam proses wawancara, peneliti melakukan beberapa tahap, yaitu: 1. Mencari subjek penelitian yang bersedia dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. 2. Menjalin relasi yang hangat (rapport) antara peneliti dan subjek agar tercipta sikap saling percaya. 3. Menyepakati jadwal wawancara antara peneliti dan subjek. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu aktifitas subjek. 4. Membuat panduan dalam wawancara. 5. Melakukan proses wawancara F. Prosedur Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif membutuhkan teknik dan ketelitian. Teknik dan ketelitian dibutuhkan karena yang akan dianalisis dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, baik itu narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis ataupun bentuk non angka lain. Sebuah kata bisa saja mengandung makna yang lain. Selain itu, tidak ada aturan baku dalam mengolah dan menganalisis suatu data. Walaupun demikian, ada pedoman maupun teknik yang dapat dipakai dalam penelitian kualitatif. Dalam melakukan pengolahan dan penganalisisan data kualitatif, yang pertama dimulai adalah mengorganisasikan sebuah data. Peneliti tentunya harus memiliki arsip yang lengkap dalam bentuk data mentah seperti hasil PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 rekaman selama wawancara, hasil observasi dilapangan, maupun draft-draft laporan lainnya. Setelah mengumpulkan data melalui hasil rekaman wawancara, observasi dan lain sebagainya, peneliti melakukan proses pengkodean atau yang biasa disebut dengan koding. Menurut Miles dan Huberman, (1992; 87), kode merupakan singkatan atau symbol-simbol yang diterapkan pada sekelompok kata-kata, kalimat, atau paragraph dari cacatan lapangan yang ditulis agar dapat dikategorisasikan dengan baik. Dalam hal ini, kode-kode yang dibuat bertujuan untuk mengkategorisasikan konsep-konsep kunci, atau tema-tema yang penting. Selain itu, kode dapat menjadi suatu sarana yang mengorganisasikan dan menyusun kembali kata-kata sehingga memungkinkan penganalisis dapat menemukan dengan cepat, dan menarik. Straus dan Cobin (dalam Jessica, 2007; 40) membagi langkah-langkah koding ke dalam tiga bagian, yaitu koding terbuka, koding aksial, dan koding selektif. Dalam penelitian ini koding yang digunakan adalah koding terbuka yaitu proses dimana peneliti mengidentifikasi kategori-kategori dan dimensidimensi. Dalam menganalis sebuah data, membutuhkan kemampuan dari seorang peneliti dalam mengembangkan teori-teori yang mendasarinya. Kemampuan dalam mengembangkan teori-teori yang mendasari tentunya mengacu padan kemampuan untuk memberi suatu makna pada data, dan memahami makna yang mendasar maupun yang tidak. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Strauss dan Corbin (dalam Jessica, 2003; 41) mengusulkan teknikteknik untuk meningkatkan suatu kepekaan teoritis sebagai berikut : 1. Seorang peneliti harus mampu memiliki kemampuan dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya untuk membuka pemahaman terhadap data dengan memikirkan berbagai kategori potensial, kualitas yang dimiliki serta dimensi-dimensinya. 2. Kemampuan dalam menganalisis kata, frase, dan kalimat, sebagai latihan yang penting untuk mengidentifikasi kemungkinan makna-makna yang muncul dari data baik yang diamsusikan maupun sengaja dibentuk. 3. Menganalisis tahap lanjutan melalui perbandingan, yang merupakan bagian esensi dari identifikasi dan kategori konsep. Tahap selanjutnya adalah menginterpretasikan data. Menurut Kayle (dalam Jessica, 2003), interpretasi mengacu pada suatu upaya untuk memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah : 1. Memahami seluruh data yang didapatkan dari berbagai sumber 2. Mengkategori data-data yang diperlukan 3. Menghubungkan dengan landasan teori dan rumusan masalah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 4. Menyusun suatu bentuk interpretasi dinamika dampak sosio-psikologis subyek. G. Uji Kesahihan dan Keandalan Paradigma alamiah penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian kuantitatif (Moelong, 2007; 323). Lincoln dan Guba (dalam Moelong, 2007; 323) menambahkan bahwa dasar kepercayaan antara kedua penelitian baik itu kualitatif dan kuantitatif berbeda. Maka dalam penelitian kualitatif ada empat kriteria yang digunakan dalam suatu teknik pemeriksaan data. Empat kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. Derajat Kepercayaan Merupakan pengganti konsep validitas internal dari penelitian kuantitatif. Fungsi dari penelitian adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Selain itu bertujuan untuk mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. 2. Keteralihan Berbeda dengan validitas eksternal pada penelitian kuantitatif, keteralihan dilakukan oleh seorang peneliti dengan mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 3. Kebergantungan Dalam penelitian kuantitatif kebergantungan diartikan sebagai reliabilitas dimana jika diadakan dua atau tiga kali pengujian memiliki hasil yang sama maka penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Namun dalam penelitian kualitatif, tidak hanya sekedar reliabilitas, faktor-faktor lain yang berkaitan juga ditambahkan. 4. Kepastian Dalam penelitian kuantitatif, kepastian diistilahkan sebagai keobjektifitasan. Menurut Scriven (dalam Moelong 2007; 326), jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Menurut Moelong (2007; 326-343) uji kesahihan dan keandalan dalam suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara perpanjang keikutsertaan, ketekunan pengamatan, metode triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan referensi, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing. Pada penelitian ini, uji kesahihan dan keandalan dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut : 1. Triangulasi Triangulasi merupakan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Ada tiga bentuk teknik triangulasi yaitu: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 a. Triangulasi Sumber Dilakukan dengan cara mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda (Patton dalam Moleong, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti mengecek balik derajat kepercayaan dengan melakukan observasi dan partisipan. Peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh para subjek dan mengecek sesuai dengan indikatorindikator dampak psikologi yang dirasakan para subjek. Indikator rendahnya harga diri adalah tidak percaya diri, tidak bebas, dan tidak berdaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Maslow bahwa, indikator yang menunjukan rendahnya harga diri meliputi rasa tidak percaya diri, tidak mampu berkompetisi, tidak berdaya, dan tidak bebas. Pada subjek pertama (AT), rendahnya harga diri ditunjukan saat mencari kontrakan baru. Subjek tampak lesu saat mencari kos-kosan baru. Subjek berkata “apa memang kami ini pantas diperlakukan seperti ini?.” Pada subjek kedua (YD), peneliti mengobservasi saat subjek berkomunikasi dengan teman-teman dan pemilik kos-kosan. Subjek menunjukan indikator rendah diri dan tidak berdaya. Saat pemilik kos dan teman-temannya pergi, subjek mengatakan kepada peneliti bahwa, “saya tidak enak saat berkomunikasi dengan orang Jawa karena, kadang logat dan nada berbicara saya keras, jadinya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 saya agak minder saat berkomunikasi dengan mereka.” Subjek berkeringat dan menunduk saat berkomunikasi dengan orang Jawa karena, logat dan nada berbicara subjek dikurangi. Hal ini sesuai dengan indikator yang Maslow kemukakan yaitu rendah diri dan tidak berdaya. Observasi pada subjek ketiga terjadi saat peneliti dan subjek (AS) makan bersama di sebuah warung. Saat itu subjek dibicarakan oleh pedagang yang menggunakan bahasa Jawa. Subjek yang mengerti, secara spontan menundukan kepala dan mengerutkan dahinya saat mendengar pembicaraan pedagang makanan yang menyudutkan subjek. Spontan subjek menyatakan bahwa “saya merasa tidak enak karena nama orang Timur jelek. Mungkin memang orang Timur pantas mendapat perlakuan buruk.” Pada subjek keempat (MR), harga diri rendah tampak saat di komunitas subjek menunjukan bekas luka akibat bacokan. Subjek menunjukan ekspresi sedih dan mata berkaca-kaca saat berkata “Ini luka akibat keteledoran saya, dan sikap buruk dari beberapa teman-teman yang berasal dari Indonesia Timur”. Subjek melanjutkan pernyataannya “sekarang saya sudah tidak dapat beraktivitas dengan leluasa karena kondisi fisik yang saya alami”. Pernyataan subjek menujukan bahwa subjek tidak berdaya, tidak percaya diri, tidak dapat berkompetisi, dan tidak dapat berprestasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 Indikator cemas dialami oleh setiap subjek. Keempat subjek menunjukan indikator yang sama yaitu, adanya perasaan tegang, terancam dari suatu bahaya. Pada subjek pertama (AT), rasa cemas ditunjukan saat subjek mengendarai sepeda motor dimana subjek sangat lengkap mengenakan helm, sarung tangan, dan sebelum mengendarai sepeda motor, subjek selalu memeriksa lampu, rem, dan kaca spion. Subjek mengatakan bahwa “ini demi keselamatan bukan hanya dari kecelakaan tapi dari amukan warga yang tidak senang dengan orang Timur”. Hal ini sesuai dengan indikator kecemasan yang dikemukakan Nevid (2005), yaitu subjek merasa tegang, dan terancam oleh adanya bahaya. Sementara itu, rasa cemas dialami subjek kedua (YD) saat diajak peneliti untuk menanda-tangani surat keabsahan. Saat ditanyai, subjek menyatakan tidak ingin dijumpai saat malam hari karena subjek merasa cemas keluar malam dan menjadi korban amukan warga. Begitu pula pada subjek ketiga (AS), subjek mengurangi jam keluar malam, ataupun tidak mau sering-sering keluar kos. Sehingga peneliti datang langsung menjumpai subjek di kos-kosan, saat meminta tanda-tangan surat keabsahan. Sedangkan subjek keempat (MR), merasa cemas jika pembacokan terulang kembali pada dirinya. Subjek berbicara terbatah-batah saat menceritakan peristiwa pembacokan. Dan berharap peristiwa tersebut tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 terulang kembali pada dirinya. Hal ini sesuai dengan indikator cemas yaitu perasaan tegang, dan terancam dari suatu bahaya. Perasaan tertekan dirasakan subjek pertama (AT), saat itu subjek ingin mencari tempat tinggal yang nyaman agar bisa tenang dan belajar dengan baik. Subjek menujukan indikator tertekan yaitu perasaan tidak bebas, dan tidak tenang dalam beraktivitas. Selain itu pada subjek kedua (YD), indikator rasa tertekan yaitu saat subjek menelpon para saudaranya untuk tidak melanjutkan kuliah di Yogyakarta karena pengalaman subjek cukup tertekan di Yogyakarta. Subjek kedua tampak tidak bebas, dan merasakan beban batin tinggal di Yogya. Pada subjek ketiga (AS), subjek tidak melanjutkan kuliahnya dan lebih memilih tinggal di rumah komunitas San Egidio karena tertekan di kos-kosan. Pengalaman yang dirasakan subjek sesuai dengan indikator perasaan tidak bebas dan tidak tenang dalam beraktivitas. Pada subjek keempat (MR), subjek menunjukan sikap tertekan, dimana indikator tertekan yaitu tidak nyaman dalam beraktivitas. Subjek belum melakukan pendaftaran ulang karena cuti kuliah. Keempat subjek menunjukan adanya indikator perasaan tidak bebas. Stress pasca trauma dirasakan oleh keempat subjek, dimana keempat subjek merasa ketakutan, ketidakberdayaan, kengerian yang selalu terbayang dipikiran mereka (DSM-IV). Keempat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 subjek tidak dapat melangsungkan hidup dengan baik, karena ada perasaan cemas, tertekan, dan trauma akan kekerasan yang pernah dialami secara langsung maupun tidak langsung. Depresi dialami oleh subjek keempat (MR) dimana subjek merasa sedih, merasa putus asa, tidak berdaya, dan tidak dapat berkonsentrasi. Depresi ini muncul karena subjek tidak dapat menyalurkan hobi bermain sepakbola dan berorganisasi. Subjek menunjukan kondisi tubuh subjek yang tampak tidak normal lagi. Selain itu, subjek putus asa akan keberlangsungan hidupnya. Perasaan malu ditunjukan oleh para subjek saat mereka berkomunikasi dengan orang Jawa. Keempat subjek menujukan sikap tidak berdaya atas pelanggaran kekerasan. Para subjek juga mengatakan “kami malu karena beberapa pelaku kekerasan adalah mahasiswa asal Indonesia Timur”. b. Triangulasi menggunakan Metode Triangulasi metode yaitu memeriksa derajat kepercayaan dengan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Untuk mengecek keajegan data, peneliti membandingkan antara data hasil wawancara, dan hasil observasi yang telah dilakukan. Hasil pengecekan ini, menunjukan adanya kesamaan yang terjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 antara pernyataan (hasil wawancara) subjek dan kenyataan (hasil observasi). c. Triangulasi menggunakan Teori Pada triangulasi teori, peneliti mencoba membandingkan data hasil temuan dengan teori-teori yang berkaitan dengan kekerasan yang berakibat pada dampak psikologis para korbannya. Peneliti juga membandingkannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan dengan agresi yang terjadi di masyarakat, maupun dampak psikologis yang diakibatkan dari akibat sikap agresi. Sebagai contoh teori Coser (dalam Budiyono, 2009) yang menjelaskan bahwa dampak dari kekerasan adalah menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut. Selain itu peneliti membandingkan dengan penelitian Mahoney di kepulauaan Carribian yang melihat dampak psikologis pada para remaja akibat kekerasan. 2. Pemeriksa Dosen Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan dosen pembimbing dan dosen pengajar kualitatif. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Penelitian 1. Persiapan Penelitian Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian. Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Peneliti mencari para mahasiswa asal Indonesia Timur yang memiliki kriteria memiliki rentang usia dari 18 hingga 23 tahun. Status para subjek sebagai mahasiswa yang saat ini kuliah di Yogyakarta. Selain itu para calon subjek tentunya memiliki pengalaman yang berkaitan dengan diskriminasi maupun kekerasan dari warga Yogyakarta. b. Selanjutnya para mahasiswa Indonesia Timur yang memiliki kesesuaian dengan kriterian tersebut diminta kesediaan menjadi subjek penelitian. Peneliti meminta kesediaan para subjek dengan menyertakan surat kesediaan menjadi subjek dalam penelitian ini. c. Setelah para subjek bersedia, peneliti dan para subjek menyepakati waktu serta tempat dilakukannya penelitian. Setelah disepakati, penelitian dilakukan di kota Yogyakarta yaitu di kampus Sanata Dharma Paingan, dan di rumah komunitas San Egidio Seturan. d. Peneliti mempersiapkan digital voice recorder sebagai alat untuk merekam setiap sesi wawancara dengan subjek, dan juga alat tulis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Selain itu, peneliti juga menyediakan Handphone tambahan untuk mengantisipasi apabila alat perekam mati selama proses wawancara. e. Peneliti melakukan janji secara langsung dengan subjek untuk melakukan proses wawancara. 2. Pelaksanaan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian, penelitian melalui beberapa tahapan penelitian, mulai dari menentukan karakteristik subjek yang akan diteliti, meminta kesediaan subjek dalam proses wawancara, melakukan proses wawancara hingga meminta keabsahan dari para subjek berdasarkan hasil verbatim dan analisis data yang telah peneliti dapatkan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data dalam bentuk wawancara dan observasi. Pengumpulan data dilakukan secara resmi pada bulan Juni hingga Juli 2014. Dalam melakukan wawancara dan observasi, peneliti dan subyek bertatap muka lebih dari satu kali. Berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan penelitian secara rinci: a. Dalam pertemuan pertama, peneliti meminta persetujuan dengan menyertakan surat kesediaan menjadi subjek penelitian. Peneliti berusaha membangun relasi yang hangat agar dalam diri subyek ada rasa nyaman dan sikap percaya terhadap peneliti. Sehingga data peneliti yang didapat menjadi kaya karena sikap keterbukaan dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 kepercayaan subjek terhadap peneliti. Selain membangun relasi yang baik, dalam pertemuan pertama, peneliti mengambil identitas yang dimiliki subyek. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan tentang latarbelakang subjek dan pandangan umum subjek berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta. Dalam memulai proses wawancara, peneliti tidak langsung menanyakan pada dampak seperti apa yang dialami subyek, melainkan peneliti terlebih dahulu menanyakan pendapat subyek mengenai kekerasan etnis secara umum yang terjadi di Yogyakarta. Dalam melakukan wawancara terhadap identitas subyek, peneliti juga melakukan observasi mengenai kondisi subyek serta lokasi dilakukan proses wawancara dan observasi. b. Pada pertemuan kedua, peneliti mewawancarai subjek berkaitan dengan data kekerasan etnis yang masih kurang pada proses wawancara sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, peneliti mencoba melihat adakah dampak yang dirasakan subjek berkaitan dengan kekerasan etnis tersebut. Selanjutnya, peneliti mencoba mengembangkan pertanyaan berkaitan dengan dampak sosio- psikologi. Setelah memperoleh data-data berkaitan dengan dampak sosio-psikologis, peneliti bertanya lebih jauh pada upaya yang dilakukan subjek dari dampak sosio-psikologis yang dirasakan subjek. Yogyakarta menjadi wilayah yang di khususkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Dengan demikian, subyek diharapkan dapat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 memberi penjelasan mengenai pengalaman subjek berkaitan dengan diskriminasi dan pengucilan sosial akibat kekerasan etnis di wilayah Yogyakarta. Setelah subyek menjelaskan tentang kekerasan secara umum, peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dari kekerasan di yogyakarta. c. Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti alat perekam, buku dan pulpen. Tujuan peneliti menggunakan alat bantu ini adalah agar dapat membantu peneliti nantinya dalam proses verbatim dan menganalisis data. Selain itu dalam wawancara, peneliti melakukan wawancara semi terstruktur dimana pertanyaan yang diajukan peneliti, tidak terlalu berpatokan dari daftar pertanyaan yang telah dibuat. Peneliti membuat poin-poin pertanyaan yang akan diajuakan namun tidak terlalu terpaku. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti melakukan observasi dengan mengamati ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau gerakan-gerakan tertentu yang muncul saat subyek menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Hasil dari data yang didapatkan melalui wawancara akan menjadi suatu data primer dalam penelitian, sementara hasil observasi adalah sebagai pendukung dalam data primer. d. Setelah dilakukan proses analisis pada data, peneliti melakukan keabsahan data dengan menunjukan data verbatim serta data hasil PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 analisis pada para subjek penelitian. Setelah menunjukan data verbatim dan hasil analisis, peneliti menanyakan apakah data serta hasil analisis tersebut sudah sesuai dengan pengalaman yang dialami maupun dirasakan subjek pada kenyataannya. Selanjutnya, persetujuan dari para subjek penelitian disertakan melalui surat keterangan keabsahan hasil wawancara. Surat keterangan keabsahan lalu ditandatangani oleh subjek sebagai bentuk kesesuaiaan data dengan kenyataan yang dialami subjek. 3. Proses Analisis Data Dalam proses analisis data, peneliti melakukan pengorganisasian data, pengkodean, interpretasi dan pengambilan kesimpulan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci tentang proses analisis data yang sudah dilakukan dalam penelitian ini: a. Setelah proses wawancara dilakukan pada masing-masing subjek, peneliti melakukan organisasi data yaitu dengan memindahkan hasil rekaman wawancara dari digital voice recorder ke dalam bentuk tulisan dan menghasilkan transkrip verbatim. b. Transkrip verbatim yang telah dibuat kemudian diklasifikasi dalam bentuk tabel yang terdiri dari 4 kolom. Kolom pertama berisi penomoran untuk setiap baris kalimat pertanyaan pewawancara dan jawaban subjek atas pertanyaan wawancara. Pada Kolom kedua berisi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 verbatim hasil wawancara, kolom ketiga berisi koding awal, dan kolom terakhir berisi analisis tema-tema yang muncul. c. Selanjutnya, peneliti membaca secara teliti transkrip verbatim wawancara dari masing-masing subjek. Kemudian peneliti melakukan proses pengkodean yaitu dengan cara memberi garis bawah pada kalimat atau kata-kata subjek yang relevan dengan fokus penelitian. Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah mengeluarkan atau menemukan kata-kata atau kalimat kunci yang relevan dengan fokus penelitian. Kalimat atau kata-kata subjek yang mengarah pada fokus penelitian tersebut kemudian dituliskan kembali secara ringkas tanpa mengubah esensi kalimat yang disampaikan oleh subjek ke dalam kolom koding awal. d. Setelah itu, peneliti mencoba membuat analisis dari hasil koding untuk menemukan kemungkinan tema-tema yang muncul. e. Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah membuat rangkuman hasil temuan penelitian dalam bentuk tabel dan skema untuk memudahkan pembaca mengetahui hasil penelitian. 4. Jadwal Pengambilan Data Dalam proses pengambilan data, peneliti dan subjek menyepakati kapan waktu yang tepat dilakukan. Kesepakatan dilakukan agar proses wawancara tidak mengganggu aktivitas para subjek. Dalam pertemuan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 yang dilakukan lebih dari satu kali, peneliti mencatat hari, tanggal, durasi wawancara, tempat diadakan wawancara, kegiatan yang dilakukan hingga kondisi lingkungan yang terjadi selama proses wawancara. Berikut ini adalah jadwal proses wawancara peneliti dengan para subjek: Tabel 2 Jadwal wawancara subjek 1 (AT) Hari Tanggal Waktu Minggu 15 Juni 2014 10.00-11.30 WIB Tempat Lantai 3 Kampus USD Paingan Kegiatan Jumat 20 Juni 2014 17.00-17.45 WIB Kantin Kampus Mrican Kondisi lingkungan Meminta AT untuk mengisi surat pernyataan persetujuan wawancara Bertanya mengenai data pribadi AT Bertanya mengenai pandangan AT berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta Suasana cukup tenang karena bertepatan dengan liburan semester, walaupun ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang Bertanya mengenai akibat yang dirasakan AT dari kekerasan etnis di Yogyakarta Melengkapi data berkaitan dengan akibat kekerasan Bertanya mengenai upaya AT merespon kekerasan etnis di Yogya Suasana cukup tenang karena bertepatan dengan liburan semester namun ada beberapa mahasiswa yang berdiskusi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 Tabel 3 Jadwal wawancara subjek 2 (YD) Hari Rabu Tanggal Waktu 25 Juni 2014 18.00-19.00 WIB Tempat Kegiatan Kantin Kampus Mrican Jumat 27 Juni 2014 16.00-16.30 WIB Kantin Kampus Mrican Kondisi lingkungan Meminta YD untuk mengisi surat pernyataan persetujuan wawancara Bertanya mengenai data pribadi YD Bertanya mengenai pandangan YD berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta Suasana cukup tenang karena bertepatan dengan liburan semester, walaupun ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang Bertanya mengenai akibat yang dirasakan YD dari kekerasan etnis di Yogyakarta Melengkapi data berkaitan dengan akibat kekerasan Bertanya mengenai upaya YD merespon kekerasan etnis di Yogya Suasana cukup tenang namun ada beberapa mahasiswa yang berdiskusi Tabel 4 Jadwal wawancara subjek 3 (AS) Hari Tanggal Jumat 4 Juli 2014 Waktu Tempat 17.30-18.30 WIB Rumah Komunitas San Egidio Kegiatan Meminta AS untuk mengisi surat pernyataan persetujuan wawancara Bertanya mengenai data pribadi AS Bertanya mengenai pandangan AS berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta Kondisi lingkungan Suasana sepi karena para anggota komunitas sedang berada di kos masing-masing. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 Selasa 8 Juli 2014 19.00-19.25 WIB Rumah Komunitas San Egidio Bertanya mengenai akibat yang dirasakan AS dari kekerasan etnis di Yogyakarta Melengkapi data berkaitan dengan akibat kekerasan Bertanya mengenai upaya YD merespon kekerasan etnis di Yogya Suasana cukup tenang namun ada beberapa anggota komunitas yang mengadakan rapat Tabel 5 Jadwal wawancara subjek 4 (MR) Hari Tanggal Waktu Tempat Minggu 13 Juli 2014 19.30-20.15 WIB Rumah Komunitas San Egidio Kegiatan Sabtu 19 Juli 2014 16.00-16.30 WIB Rumah Komunitas San Egidio Kondisi lingkungan Meminta MR untuk mengisi surat pernyataan persetujuan wawancara Bertanya mengenai data pribadi MR Bertanya mengenai pandangan MR berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta Suasana cukup tenang di dalam ruang Doa. Hal ini karena sedang dilaksanakan doa komunitas. Bertanya mengenai akibat yang dirasakan M dari kekerasan etnis di Yogyakarta Melengkapi data berkaitan dengan akibat kekerasan Bertanya mengenai upaya MR merespon kekerasan etnis di Yogya Suasana cukup tenang karena tidak ada kegiatan yang dilakukan di komunitas. Selain itu, para anggota komunitas sedang berada di kos masing-masing. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 B. Profil Subjek 1. Subjek 1 (AT) a. Identitas Nama : AT Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat /Tanggal Lahir : Epouto, 16 Agustus 1992 Usia : 22 tahun Pendidikan Terakhir : SMA YPPK Adhi Luhur, Nabire Urutan Kelahiran : Anak ke-tiga dari empat bersaudara Status : Mahasiswa Hobi : Bersepeda, membaca, mendengar musik b. Hasil Wawancara 1) Deskripsi Subjek Subjek pertama berinisial AT. AT dilahirkan dari orangtua yang berasal dari suku Mee di daerah pegunungan tengah NabirePapua. AT dan keluarga besarnya beragama Katolik. Mata pencaharian keluarganya adalah berkebun. Status ekonomi AT termasuk dalam golongan bawah. Dalam keluarganya, AT merupakan anak ke-tiga dari empat bersaudara. Kedua kakaknya telah berkeluarga sedangkan adik bungsunya masih bersekolah di Kota Nabire. Saat ini AT menjadi harapan dari keluarga secara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 khusus bagi ibunya yang berstatus sebagai single parent yang saat ini mengasuh adik bungsunya. AT memiliki hubungan yang cukup baik dengan keluarganya, meskipun relasinya dengan sang ayah tidak begitu dekat. Orang tua AT telah bercerai sejak tahun 2002 dan sejak saat itu ayahnya telah menikah lagi. Karena perceraiaan kedua orangtuanya, AT bersama saudara-saudaranya mengikuti sang ibu untuk pindah kampung. Sejak saat itu, sang ibu berjuang membesarkan dan mendidik ke-empat anaknya tanpa didampingi seorang suami. AT merasa bahwa hubungannya dengan sang ayah tidak begitu dekat sejak SD hingga SMA. Namun saat di perguruan tinggi, AT berusaha membangun komunikasi yang baik dengan ayahnya melalui telephone. Hal ini disadari bahwa bagaimanapun juga menurut AT, dia tetap adalah ayahnya. Sementara itu, hubungan AT dengan ibu dan para saudaranya sangat baik. Pola asuh orang tua dalam keluarga AT cukup disiplin. Sejak kedua orangtuanya belum bercerai, hingga telah bercerai pola asuh disiplin dan tegas yang ditunjukan oleh orangtuanya (saat ini ibunya). Selain itu dukungan berupa motivasi dan nasehat sering diberikan oleh sang ibu kepada subyek. Walaupun sikap yang tegas dan disiplin menjadi pedoman dalam mendidik keempat anaknya, AT menyadari bahwa sang ibu sangat menyayangi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 mereka. Hal ini yang membuat AT sangat bersyukur karena diajarkan untuk hidup disiplin, dan menghargai waktu sejak kecil. Disiplin yang ditanamkan oleh orangtua AT dapat berupa keteladanan, teguran, maupun nasehat. Dampak pola asuh tersebut bagi AT adalah menimbulkan efek jera dan patuh terhadap orangtua. Pola asuh yang dirasakan AT setelah memasuki perguruan tinggi adalah pola asuh yang demokrasi dan tidak otoriter. Sejak kecil AT disekolahkan di sekolah katolik. Sebagai keluarga katolik, peran pendidikan dan agama sangat dihayatinya dan keluarga. Sehingga orangtua AT mempercayakannya untuk bersekolah di yayasan katolik. Nilai-nilai yang diajarkan di sekolah, juga turut membentuk watak serta kepribadian AT. Setelah Menyelesaikan SMA (Sekolah Menengah Atas), AT mendapatkan beasiswa oleh SMA Adhi Luhur yang dikelolah oleh para Pastor Serikat Yesus untuk melanjutkan Kuliah di Yogyakarta. Saat ini, AT sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Keguruan Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan Subjek 1 di Yogyakarta (AT) Selama tinggal di Yogyakarta, AT berusaha untuk tidak bergantung pada oranglain dan berusaha berbaur dengan warga Yogyakarta. Sikap yang ditunjukan oleh AT adalah sikap yang ramah, terbuka dan berani untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat Yogyakarta. Sikap untuk menyesuaikan diri di tempat yang baru dibiasakan sejak kecil agar mandiri dan tidak bergantung dengan oranglain. Hal ini yang membuat AT mampu bergaul dan menyesuaikan diri pada masyarakat Yogyakarta. Dalam relasinya dengan teman-teman maupun warga setempat, AT mengaku cukup baik. Bagi AT yang terpenting dalam menjalin relasi dengan teman-teman maupun warga dari budaya yang berbeda adalah keterbukaan diri. Dengan membuka diri maka seseorang akan diterima, walaupun dari budaya yang berbeda. Selain itu dengan teman-teman yang berasal dari budaya yang sama, relasi yang dibangun cukup baik. Hal ini karena prinsip AT dalam menjalin relasi adalah jika dalam relasi dengan temanteman dari budaya yang berbeda sudah baik, maka dengan temanteman yang berasal dari budaya yang sama secara otomatis harus baik dahulu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 Peran Budaya dari suku Mee sangat mempengaruhi AT dalam melangsungkan hidup maupun dalam berelasi dengan orang lain. Dalam suku Mee diajarkan tiga unsur penting dalam berelasi seperti Dou yaitu melihat dengan mata, Gai yang artinya berpikir dengan otak, dan Ekowai yaitu bekerja dengan tangan maupun kaki. Ketiga pedoman tersebut merupakan dasar dari hidup menurut suku Mee yang dihayati oleh AT. 3) Pandangan Subjek 1 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta (AT) a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis Sebagai mahasiswa semester akhir yang berasal dari Papua, AT melihat bahwa kekerasan antar etnis sering terjadi karena pemahaman budaya antara etnis satu dengan yang lain berbeda. Orang Timur menganggap bahwa orang Jawa memiliki watak yang lembut dan sopan, sedangkan orang Jawa menganggap bahwa orang Timur memiliki watak yang keras dan emosional. Pandangan ini yang kadang menimbulkan kesalahpahaman dari dua etnis yang berbeda. Padahal belum tentu pandangan tersebut berlaku pada semua orang Timur atau orang Jawa. Pandangan ini yang mengakibatkan antara kedua PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 budaya ini ada salah persepsi. Akibatnya kekerasan antar etnis timbul di kota Yogyakarta. b) Tanggapan Subjek Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta Sebagai orang Papua, AT memandang bahwa kekerasan yang dilakukan oleh orang yang berasal dari Indonesia Timur secara khusus Papua, hanya dilakukan oleh segelintir orang saja. Menurut AT tidak adil jika semua mahasiswa Papua maupun yang berasal dari Indonesia Timur dianggap “penjahat” hanya karena kesalahan satu atau dua orang. AT memberi perumpamaan seperti suatu rak telur yang “di dalam rak tersebut pasti ada telur yang busuk namun ada juga telur yang masih baik”. Namun AT juga merasa malu karena pelaku kejahatan kadang orang yang berasal dari Timur khususnya Papua. 4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 1 serta Dampak Psikologis (AT) Pengalaman AT mendapat diskriminasi dan stereotype atas kekerasan yang terjadi di Yogya yaitu saat dia hendak mencari koskosan. AT pernah ditolak karena berasal dari Papua dengan ciri-ciri rambut keriting dan warna kulit hitam. Perasaan sedih, jengkel dan terpukul sangat dirasakan oleh AT ketika ditolak oleh pemiliki kos PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 pada saat itu padahal ada kamar kosong. Ada pengalaman emosional yang dirasakan AT saat bersepeda ke daerah Jawa Timur. Di sana, AT pernah dianggap sepele oleh orang Jawa setempat setelah melihat subyek sambil menggunakan bahasa Jawa “Ahh…wong Papua saja”. Saat mendengar kalimat ejekan yang dilontakan tersebut AT sangat emosional dan merasa minder, namun AT berusaha tenang kembali. Perlakukan-perlakukan diskriminasi tersebut masih dialami AT maupun teman-teman yang juga berasal dari Papua. Pengalaman lain yang dialami AT saat mendapat diskriminasi dari warga Yogya yaitu saat AT bersama keempat adiknya diracun oleh orang yang tidak dikenal. Pengalaman tersebut terjadi pada saat AT bersama dua saudara sepupunya yang kebetulan berasal dari suku yang sama hendak makan di warung. Saat makan, minuman yang dipesan diberi obat. Pada saat itu, AT tidak menyadarinya bahwa minumannya diberi obat, hanya adik sepupunya yang melihat bahwa seseorang mencampurkan obat kedalam minuman mereka. Tanpa berpikir negatif, akhirnya mereka tetap meminumnya. Sepulangnya dari warung tersebut, mereka muntah-muntah dan merasakan sakit kepala. Untungnya mereka cepat diobati sehingga tidak menimbulkan efek yang parah. Pengalaman diskriminasi lain yaitu saat dikos-kosan. Waktu itu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 adik sepupu AT sedang mengingap di kosnya dan kebetulan AT sedang keluar. Saat itu memang AT tinggal bersama adik sepupunya yang berstatus mahasiswa baru, tiba-tiba saudaranya didatangi oleh pemilik kos dan disuruh untuk membayar uang tambahan karena menginap. Saudara Agus menerima pesan pemilik kos pada saat itu namun yang membuat AT sedih adalah kata-kata yang dilontarkan selanjutnya oleh pemilik kos “tinggal disini jangan membuat saya menjadi rugi” dengan nada yang tinggi. Pernyataan ini yang membuat saudara AT maupun AT sendiri sangat kecewa dan tak berdaya. Akhirnya saat ini AT bersama saudaranya memutuskan untuk pindah kos-kosan. Pengalaman lain yang membuat AT menjadi cemas, takut dan tidak bebas untuk tinggal sebagai mahasiswa Papua di Yogyakarta adalah saat teman satu suku yang di pukul di kepalanya hingga tewas oleh orang tidak dikenal. Pada saat itu, sepulang pertemuan rutin mahasiswa Papua, dua orang teman AT meminta ijin dengan ketua asrama untuk makan. Pada saat itu sekitar jam sebelas malam setibanya di warung, kedua temannya dipukul menggunakan sebuah benda tumpul oleh orang yang tidak dikenal. Orang yang tidak dikenal menggunakan penutup muka sehingga tidak diketahui wajahnya. Kedua teman AT terkena pukulan yang satu di daerah kepala dan yang satu di bahunya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 Teman yang terkena pukulan di daerah kepala seketika itu langsung meninggal di tempat karena diperkirakan benda tumpul tersebut mengenai otak. Sedangkan teman yang lain hanya mendapatkan memar di bahunya. Atas pengalaman tersebut, AT merasakan sedih karena dua teman tersebut tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Mereka adalah teman-teman yang baik dan saat itu mereka masih berstatus mahasiswa baru. Setelah pengalaman itu, AT merasa takut dan trauma untuk keluar malam. Perasaan sedih, takut, trauma dan tidak bebas ini membuat AT memutuskan untuk mengurangi waktu untuk berpergian apalagi di saat malam hari, di keramaian atau tempat sepi. Perasaan takut dan cemas dirasakan AT saat berkendara sepeda gayung maupun sepeda motor. AT takut saat sedang membawa sepeda, ada orang yang tidak dikenal yang melukainya secara tiba-tiba. Maka ketika mengendarai sepeda motor helm dan kaca spion sangat penting bagi AT. Hal ini karena teman AT pernah di tabrak oleh truk pada hari Minggu tahun 2012. Setelah pulang dari malam keakraban Ikatan Pelajar Suku Mee, teman tersebut hendak beribadah ke gereja namun di jalan dia di tabrak truk. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 5) Upaya Subjek I dalam Membentuk Pandangan Positif Warga Yogya (AT) Tidak hanya secara internal, dampak eksternal dirasakan AT dalam berelasi dengan orang Jawa setempat. Akibatnya AT semakin bertindak lebih sopan baik itu dalam bertutur kata maupun dalam menjaga sikap. Melalui tindakan-tindakan yang positif seperti mengajar les matematika, mengikuti kegiatan-kegiatan kampus maupun organisasi diharapkan menjadi sarana untuk membuka cara pandang warga Yogya yang menomorduakan orang Timur secara khusus Papua. Tidak hanya itu, AT pernah mendiskusikan masalah ini dengan kepala RT setempat mengenai hal ini. Pada saat itu, AT menyampaikan bahwa tidak semua orang Timur maupun Papua adalah orang yang jahat dan tidak seharusnya disisihkan. Harapannya melalui diskusi tersebut pandangan warga setempat di RT tersebut berada dapat semakin positif. Dampak lain yang dirasakan oleh AT adalah penghayatan terhadap agama semakin meningkat. Selain beribadah semakin dihayati, AT mengimbanginya dengan sikap yang ditunjukannya kepada sesama baik itu kepada orang dari satu daerah maupun dari daerah lain. Menurut AT yang pertama harus dilakukan untuk membuat warga Yogya tidak memandang sebelah mata orang Timur adalah melalui sikap positif dari dalam diri terlebih dahulu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 yang ditunjukan. Misalnya menaati peraturan lalu lintas, mengenakan helm, maupun bertindak sopan di tanah rantauan. Setelah kesadaran dimulai dari dalam diri, baru hal lain dilakukan agar menciptakan cara pandang yang positif dari warga Yogyakarta. Sebagai mahasiswa semester akhir, AT juga sering menasehati maupun memberi wejangan kepada adik-adik mahasiswa Papua yang baru di Yogya untuk menjaga sikap positif. Sikap positif itu dibangun dari dalam diri misalnya tidak mengonsumsi alkohol, menaati peraturan lalu lintas, tidak membuat kericuhan, dan membuka diri terhadap warga Yogya. Upaya yang dilakukan Komunitas Mahasiswa Papua juga ikut andil dalam mengurangi kekerasan maupun konflik. Selain itu sering dilakukan dialog intern antar mahasiswa Papua yang kemudian hasil dialog tersebut diberikan kepada Pemerintah Yogya untuk disikapi. Dalam komunitas Papua, dibuat suatu aturan bagi mahasiswa agar tidak mabuk dan membuat kericuhan di Yogyakarta. Komunitas Mahasiswa Papua juga membuat tim keamanan malam. Tim ini bertugas untuk memantau keamanan di jalan, jika mahasiswa Papua sebagai pelaku kekerasan akan ditangkap dan diproses. Komunitas juga membuat aturan untuk dilarang keluar malam karena banyak pembunuhan yang terjadi di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 malam hari. Aturan untuk mentaati lalu lintas seperti mengenakan helm dan kaca spion. 6) Harapan Subjek I Berkaitan dengan kekerasan Etnis di Yogyakarta (AT) Harapan AT sebagai mahasiswa asal Papua yang menjalani kuliah di Yogyakarta adalah agar cara pandang antar etnis semakin terbuka. Terbuka dalam arti kita semua baik itu orang Papua, Jawa, adalah sama warga Indonesia. Kita tetap harus saling menghargai suku, budaya, etnis, warna kulit. Selain itu, semoga tidak adanya pandangan negatif (menomorduakan) terhadap orang Timur begitu pula sebaliknya. Kesejahteraan kiranya dapat dirasakan oleh masyarakat Yogya maupun Papua. c. Hasil Observasi AT seorang remaja yang sopan dan murah senyum, dengan kulit berwarna coklat, rambut keriting. AT memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, namun tegap dan agak gemuk. AT dalam berpenampilan sangat sederhana dan sopan. Dalam aktivitas seharihari AT senang menggunakan baju kaos oblong atau kaos berkerah dan senang mengenakan celana panjang. Selain itu, AT sering mengenakan sepatu sandal yang agak kusam, sehingga dia tampak sangat sederhana. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Sarana yang sering digunakan untuk berpergian adalah sebuah sepeda gayung. Hal ini sesuai dengan hobinya mengendarai sepeda. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara pertama dilakukan dilakukan tanggal 15 Juni 2014 di Kampus Sanata Dharma Paingan pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 11.30 WIB. Sedangkan wawancara kedua dilakukan tanggal 20 Juni 2014 di kantin Kampus Sanata Dharma Mrican pada pukul 17.00 hingga pukul 17.45 WIB. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali karena peneliti merasa masih ada data-data yang kurang. Saat wawancara pertama, AT mengenakan baju kemeja hijau, celana jeans dan sebuah tas ransel. Suasana kampus yang tenang karena bertepatan dengan liburan semester, membuat wawancara berlangsung dengan lancar. Selama wawancara subjek tampak mengatupkan kedua tangannya. Sesekali AT menggerak-gerakan tangannya. AT dan peneliti duduk di bangku kampus lantai dua fakultas psikologi, diantara meja yang saat itu digunakan peneliti untuk meletakan alat perekam dan buku catatan. Saat wawancara kedua di kantin Mrican, suasana kampus sedang sepi karena para mahasiswa lainnya sedang menjalani liburan semester. AT mengenakan baju kaos oblong dengan celana jeans hitam. AT dan peneliti duduk berhadapan dengan dipisahkan sebuah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 meja. Di atas meja itu peneliti meletakan sebuah alat perekam, sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat. Secara umum pada kedua proses wawancara jawaban AT tampak cukup antusias. Hal ini tampak dari jawaban-jawaban AT yang lancar dan terkesan bahwa AT cukup terbuka. AT menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat seksama. Selain itu, jawaban yang diberikan AT tampak serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak tampak kesan asal-asalan dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab AT tampak tersenyum atau ketawa. Namun secara keseluruhan proses wawancara, AT menjalaninya dengan lancar tampa hambatan. 2. Subjek 2 (YD) a. Identitas Nama : YD Jenis Kelamin : Perempuan Tempat /Tanggal Lahir : Dogiyai, 23 Agustus 1992 Usia : 22 tahun Pendidikan Terakhir : SMA YPPK Adhi Luhur, Nabire Urutan Kelahiran : Anak ke-tiga dari delapan bersaudara Status : Mahasiswa Hobi : Menyanyi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 b. Hasil Wawancara 1) Deskripsi Subjek (YD) Subjek kedua berinisial YD. YD dilahirkan dari orangtua yang berasal dari suku Mee di daerah pegunungan tengah DogiaiPapua. Selain itu, keluarga YD beragama Katolik. Mata pencaharian keluarga YD adalah berkebun. Selain itu, status ekonominya termasuk dalam golongan bawah. Dalam keluarganya, YD merupakan anak ke-tiga dari delapan bersaudara. Ayah, ibu dan ketujuh saudaranya tinggal di Kota Nabire. Saat ini YD menjalani pendidikan di Fakultas Ekonomi Akutansi Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY). YD memiliki hubungan yang cukup baik dengan keluarganya. Pola asuh orang tua dalam keluarga YD demokratis. Sikap yang sering ditunjukan ayah dan ibunya dalam membimbing yaitu dengan memberikan nasehat dan contoh kepada anak-anak. YD menilai bahwa sang ayah memiliki sifat lebih pendiam daripada ibu. Dalam mendidik YD dan para saudaranya, peran Ibu lebih dominan. Sang ibu lebih sering mengarahkan dan membimbing kedelapan anaknya dibanding sang ayah. Peran ayah selain sebagai kepala keluarga, beliau juga mencarikan nafkah di kantor desa sebagai karyawan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 Sejak kecil YD disekolahkan di sekolah katolik. Sebagai keluarga katolik, orangtua YD mempercayakannya untuk bersekolah di Yayasan Katolik. Ilmu serta nilai-nilai yang diajarkan di sekolah, juga turut membentuk watak serta kepribadian YD. Setelah Menyelesaikan SMA (Sekolah Menengah Atas), YD mendapatkan beasiswa oleh SMA Adhi Luhur yang dikelola oleh pastor-pastor Serikat Yesus untuk melanjutkan Kuliah di Yogyakarta. Pada saat itu, YD dihadapkan pada dua pilihan dalam memilih tempat kuliah. Satu di Jakarta, dan satu di Yogyakarta. Saat itu, dua Kota ini dianggap memiliki perguruan tinggi yang cukup baik. Dengan mempertimbangkan biaya hidup yang lebih murah, maka YD memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta. 2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan subjek 2 di Yogyakarta (YD) Dalam relasinya dengan teman-teman maupun warga setempat, YD mengaku cukup baik. Pada awal tinggal di koskosan, YD belajar untuk berbaur dengan teman-teman yang berasal juga dari beberapa daerah seperti Pekalongan, Pati, Purwokerto, dan Muntilan. Teman-teman kos YD semuanya satu angkatan dengannya sehingga kedekatan mereka cukup erat. Selain karena PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 faktor usia yang rata-rata sama, teman-temannya juga merupakan mahasiswi yang merantau dari daerahnya masing-masing. Kebersamaan diantara YD dan teman-temannya terwujud dalam kegiatan kebersamaan seperti belajar bersama, makan bersama, dan kegiatan kebersamaan lainnya. Walaupun demikian, para temanteman kos YD juga menciptakan suasana yang tenang ketika belajar di kamarnya masing-masing. Kesan yang YD dapatkan setelah berbaur dengan teman-temannya kosnya adalah, pada umumnya mereka baik dan memiliki sikap disiplin khususnya dalam mengatur waktu. Hal ini yang membuat teman-temannya unggul dalam belajar dan juga sering mendapatkan hasil yang baik dalam perkuliahan. Kegiatan umum yang dilakukan oleh YD dan teman-temannya adalah di kos dan kampus. Di kampus, YD juga sering mengikuti organisasi atau kegiatan kepanitiaan lainnya. Hubungan pertemanan YD dengan dengan teman-teman yang berasal dari Papua cukup dekat walaupun jarang berjumpa dengan mereka. YD mengaku bahwa kesehariannya lebih banyak dengan teman-teman kosnya. Teman-teman yang berasal dari Papua juga kadang berkunjung ke kosnya. Selain itu YD mengaku bahwa teman-teman kos yang berasal dari Papua lebih banyak lakilaki ketimbang perempuan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 Pada awal YD menyesuaikan diri dengan Budaya Yogya, YD merasakan cukup bingung khususnya dalam kebiasaan seharihari orang setempat. Kebingungan yang pernah dialami YD adalah suatu saat teman kosnya pamit untuk makan dengan melontarkan kata “mari makan”. Seketika itu juga YD secara spontan bergabung makan dengan temannya tersebut. YD tidak menyadari bahwa pernyataan “mari makan” hanya sebagai suatu tanda untuk ijin makan. Baru setelah itu YD menyadari melalui penyesuaian diri dengan teman-temannya bahwa pernyataan tersebut hanya ijin bukan mengajak orang untuk makan bersama. Selama berbaur dengan teman-teman kosnya, YD banyak belajar tentang kesopanan dan cara berinteraksi yang ditekankan oleh orang Jawa. Karena dekat juga dengan anak dari pemilik kos, YD banyak bertanya mengenai kebiasaan-kebiasaan orang setempat khususnya dalam bersikap yang baik. Sikap-sikap baik yang telah dipelajari YD, diterapkan dalam kesehariannya misalnya dalam menyapa tetangga dilingkungan RT yang kebetulan telah mengenal YD. Walaupun YD kurang paham dalam menanggapi teman atau kerabat yang menggunakan bahasa Jawa, namun YD tetap memberikan perhatian kepada orang tersebut dengan mendengarkan. Yang terutama dalam berelasi menurut YD adalah inisiatif untuk menyesuaikan diri dan berbaur. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 3) Pandangan Subjek 2 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta (YD) a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis Sebagai mahasiswi semester akhir yang berasal dari Papua, YD melihat kekerasan antar etnis sering terjadi karena kelalaiaan orang Timur. Orang Timur yang tinggal di kota asalnya, pada awalnya sulit untuk membeli minuman keras karena biaya hidup tinggi. Sedangkan ketika merantau ke Yogya, biaya hidup yang murah membuat orang Timur membeli banyak minuman keras, senang-senang dan dampaknya membuat keributan. Walaupun demikian bagi YD, tidak semua orang Timur dikategorisasikan sebagai pemabuk atau pembuat keributan hanya orang-orang tertentu saja. Menurutnya karena hal-hal sepele ini, orang Jawa membuat pandangan bahwa pada umumnya orang Timur baik itu Papua maupun NTT memiliki sikap yang buruk. Akhirnya pandangan ini menjadi pemicu dalam suatu bentuk konflik-konflik di Yogyakarta. Kebiasaan yang dibangun oleh dua budaya baik itu Papua dan Jawa sangat berbeda. Perbedaan ini kadang yang dijadikan sumbu konflik dan kekerasan antar dua kelompok. Misalnya pada bahasa dan intonasi dalam berbicara. Orang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 Timur memiliki intonasi yang tinggi, sedangkan orang Jawa intonasi dalam berbicara sangat halus. Kadang ketika orang Timur sedang berbicara, orang Jawa mengganggap bahwa orang Timur sedang marah, padahal memang gaya berbicara orang Timur memiliki intonasi yang tinggi. Kondisi emosi orang Timur saat berbicara juga dalam kondisi yang normal. Teman-teman YD juga pernah mengeluhkan hal ini “kamu ngomong membuat saya kaget” atau “suara temanmu itu besar sekali loh..menakutkan”, “tolong suaranya agak dikurangi”. Perbedaan yang sebenarnya harus menyatukan, bagi YD halhal ini yang mengakibatkan hancurnya keberagaman dan dapat menimbulkan konflik. YD menekankan bahwa intonasi yang tinggi bukan karena orang Timur marah atau kasar melainkan kebiasaan dalam berbicara orang Timur. YD memberikan contoh, romo paroki di Papua adalah orang Jawa, dan gaya berbicaranya sangat halus. Orang Papua yang mendengarkan merasa lucu. Menurut YD perbedaan persepsi mengenai gaya berbicara juga mengakibatkan timbulnya konflik. YD sudah dapat menyesuaikan dalam berbicara dengan mengurangi intonasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 2 serta Dampak Psikologis (YD) Sebagai orang Papua, YD merasakan perasaan yang sedih saat orang Jawa memandang bahwa atas kesalahan satu dua orang Timur, semua orang Timur jahat atau patut disisihkan. Misalnya saat mencari kos-kosan, orang Timur sangat susah di terima. Padahal di kos tersebut tertulis menerima kos putri dan masih ada kamar yang kosong. YD menganggap bahwa keberagaman baik itu warna kulit, rambut bahasa dan sebagainya yang kita miliki sebagai bentuk ciri khas Indonesia, namun apa salahnya „kami‟ sebagai orang Timur yang mau menuntut kuliah di Yogya dan dianggap kalangan nomor dua. Diskriminasi juga pernah dialami YD saat kuliah dimana saat YD menerima KHS (kartu hasil studi), nilai yang didapatkan cukup memuaskan. Dosen pembimbing pada saat itu melihat hasil studi YD yang baik, dan melontarkan pernyataan kepada teman-temannya yang lain, “masa orang Papua lebih bisa dari kalian yang lain!”. Seketika itu, YD mengatakan kepada dosen tersebut bahwa soal kepintaran bukan ditentukan oleh orang suku atau warna kulit melainkan dari usaha. Perasaan YD sedih tidak terima dan kecewa menerima perlakuan orang Jawa khusunya Yogyakarta yang bersikap diskriminasi dan menganggap orang Timur bodoh, dan sering membuat kekerasan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104 YD mempunyai pengalaman tentang temannya yang dibunuh oleh orang tidak dikenal. Pada saat itu, sepulang pertemuan rutin mahasiswa Papua, dua orang teman YD meminta ijin dengan ketua asrama untuk makan. Pada saat itu sekitar jam sebelas malam setibanya di salah satu warung di nol kilometer Yogya, kedua temannya dipukul menggunakan sebuah benda tumpul oleh orang yang tidak dikenal. Orang yang tidak dikenal menggunakan penutup muka sehingga tidak diketahui wajahnya. Kedua teman YD terkena pukulan yang satu di area kepala dan yang satu di bahunya. Teman yang terkena pukulan di area kepala seketika itu langsung meninggal di tempat karena diperkirakan benda tumpul tersebut mengenai otak. Sedangkan teman yang lain hanya mendapatkan memar di bahunya. Masalah ini telah diserahkan ke tangan KAPOLDA untuk ditindaklanjuti. Masalah ini menurut YD sudah semakin berdampak pada pelanggaran HAM. Suatu kasus lagi pembunuhan mahasiswi Papua asal kota Sorong yang dibuang di rel kereta API. Berdasarkan pengalaman dari YD dan teman-temannya hampir setiap tahun ada korban asal Indonesia Timur yang meninggal akibat konflik etnis. Dari kejadian-kejadian diskriminasi yang terjadi kepada orang Timur khususnya orang Papua, dibentuklah suatu organisasi yang bertujuan untuk membuat keberadaan orang Timur dapat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 diterima di Yogyakarta. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA). Presiden IPMAPA telah menyampaikan kepada KAPOLDA dan Pemerintah Yogya untuk menghimbau agar bagi pelaku kekerasan yang berasal dari Papua diadili dengan hukum yang benar, namun tidak menyamaratakan pelaku kekerasan dengan mahasiswa-mahasiswi Papua lain yang tidak tahu menahu soal kekerasan itu. Begitu pula sebaliknya jika orang Jawa yang melakukan kekerasan hingga melanggar HAM, sebaiknya ditindaklanjuti dengan adil. Jika dalam media ada berita mengenai kekerasan yang dilakukan orang Papua maka, berita tersebut sebaiknya memberitakan tentang individu bukan suku yang mewakilinya. Pengalaman-pengalaman mengerikan di atas, membuat YD merasa trauma hingga membuat YD takut untuk keluar di malam hari. Selain itu YD merasa kecewa, sedih dan tertekan tinggal di Yogyakarta. Dengan jumlah mahasiswa Papua korban kekerasan yang semakin bertambah, YD merasakan perasaan-perasaan tersebut. Hampir setiap tahun, asrama Papua menerima jenasah yang dibunuh akibat kekerasan etnis di Yogya. YD berharap Sultan memiliki peran yang besar untuk menciptakan suasana damai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 4. Upaya Subjek 2 dalam Membentuk Pandangan Positif Warga Yogya (YD) Dari pengalaman kekerasan dan diskriminasi yang dialaminya, YD membuat tindakan-tindakan positif yang bertujuan untuk mengubah pola prasangka orang Jawa terhadap mahasiswa Papua. Misalnya mulai dari teman-teman dekat dan teman-teman di kampus, YD memberitahukan bahwa kami orang Papua tidak semua jahat. Kami punya hati dan tidak semua adalah sumber dari kekerasan, maka diharapkan kepada teman-temannya untuk menerima orang Timur khususnya Papua sebagai kaum minoritas. Namun ada teman-teman yang mengerti ada juga teman-teman yang malah menjauhi. Contohnya ketika pembagian kelompok, teman-teman YD memilih untuk berkelompok dengan temanteman lain yang berasal dari Jawa. Karena tidak ada yang mau bergabung, YD membentuk kelompok belajar yang anggotanya berasal dari Indonesia Timur. Namun YD tetap mau membaur dengan teman-temannya tadi. Malahan setelah teman-temannya mengenal YD, mereka jadi lebih dekat dengannya. Selain itu, YD juga sering memberi pesan, nasehat kepada adik-adik mahasiswa baru asal Papua untuk bertindak baik dan mau untuk menyesuaikan diri di Yogyakarta. Program dari organisasi juga dibuat untuk memberi pemahaman tentang cara hidup di Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 5. Harapan Subjek 2 Berkaitan dengan Kekerasan Etnis di Yogyakarta (YD) Harapan YD kedepan adalah, orang Timur dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan di Yogya sehingga tidak menimbulkan masalah. Selain itu semoga warga Jawa tidak menyalahkan semua mahasiswa Timur khususnya Papua yang tinggal Yogyakarta. Dan antara warga Jawa dan Papua dalam saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. c. Hasil Observasi YD merupakan seorang remaja putri asal Papua yang tampak pendiam namun cukup hangat, dengan kulit berwarna coklat, rambut keriting. YD memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, dan agak gemuk. YD dalam berpenampilan sangat sederhana dan sopan. Gadis berkacamata ini memiliki tutur kata yang sopan dan halus. Selama wawancara, YD mengenakan baju kaos yang dibaluti jaket dan celana jeans. Pada awal berjumpa dengan YD kesan yang penulis lihat adalah, YD merupakan anak yang pendiam namun pada kenyataannya YD cukup terbuka dan ramah. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara pertama dilakukan dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 di kantin Kampus PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108 Sanata Dharma Mrican pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 11.30 WIB. Sedangkan wawancara kedua juga dilakukan tanggal 27 Juni 2014 di kantin Kampus Sanata Dharma Mrican pada pukul 17.00 hingga pukul 17.45 WIB. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali karena peneliti merasa masih ada data-data yang kurang. Saat wawancara pertama, YD mengenakan baju kaos putih yang ditutupi jaket ungu, dan mengenakan celana jeans. YD dan peneliti duduk di bangku kantin. Pada saat itu kampus sedang sepi karena para mahasiswa lainnya sedang menjalani liburan semester. YD dan peneliti duduk berhadapan dengan dipisahkan sebuah meja. Di atas meja itu peneliti meletakan sebuah alat perekam, sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat. Saat wawancara kedua YD mengenakan baju kaos kuning yang ditutupi jaket ungu dan celana jeans hitam. Pada pertemuan kedua YD tampak dekat dengan peneliti, sikapnya sangat ramah. Saat pertama datang, YD yang pertama berinisiatif untuk menjabat tangan peneliti. YD dan peneliti duduk di bangku yang sama saat wawancara pertama berlangsung. Di atas meja peneliti tetap meletakan sebuah alat perekam, sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat. Secara umum kedua proses wawancara berlangsung dengan lancar. Jawaban-jawaban YD saat pertemuan kedua lebih yang lancar karena antara peneliti dan YD semakin akrab. Ketika diberikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 pertanyaan-pertanyaan wawancara, YD tampak menyimak dengan seksama. Kadang tampak dahinya di kerutkan dan matanya semakin fokus menyimak. Selama proses wawancara tangan dikatupkan di atas meja. YD menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat seksama. Selain itu, jawaban yang diberikan YD tampak serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak tampak kesan asal-asalan dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab YD tampak tersenyum atau ketawa. Walaupun saat wawancara pertama YD tampak agak raguragu dalam menjawab namun secara keseluruhan proses wawancara berjalan dengan lancar tampa hambatan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110 3. Subjek 3 a. Identitas Nama : AS Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat /Tanggal Lahir : Los Palos, 14 Januari 1991 Usia : 23 tahun Pendidikan Terakhir : SMA Urutan Kelahiran : Anak ke-dua dari kelima bersaudara Status : Mahasiswa Hobi : Pelayanan, bermain game, jalan-jalan b. Hasil Wawancara 1) Deskripsi Subjek Subjek ketiga bernama AS. AS dilahirkan dari orangtua yang berasal dari dua suku yang berbeda. Ayah AS berasal dari Flores Manggarai sedangkan ibu berasal dari Timor Timur. Selain itu, keluarga AS beragama Katolik. pekerjaan dari ayah adalah sebagai Polisi sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga. Selain itu, status ekonominya termasuk dalam golongan menengah. Dalam keluarganya, AS merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara. Ayah, dan ibu berada di Maumere, sedangkan kakak tertua serta ketiga saudaranya saat ini tinggal di Manggarai bersama nenek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 untuk menjalani sekolah. Kakak pertamanya telah bekerja, dan akan menikah sedangkan adik ketiga kuliah, yang keempat di SMA dan yang bungsu masih SMP. Saat ini AS menjalani pendidikan di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (USD). AS memiliki hubungan yang cukup baik dengan keluarganya. Walaupun AS merantau di Yogyakarta, namun AS dan orangtua sering berkomunikasi lewat telephone. AS merindukan orangtua dan saudara-saudaranya di Flores. Begitu pula orangtua dan saudaranya yang sering menanyakan kapan AS dapat pulang ke Flores. Sejak kecil sekitar umur 3 tahun, AS bersama kakaknya diasuh oleh nenek dan tantenya di flores. Hal ini yang membuat kedekatan AS dengan kakak pertama sangat dekat. Sementara orangtua AS dan ketiga adiknya saat itu berada di Timor Timur. Ketika SMA AS bersekolah di asrama Seminari dan kuliah di Yogyakarta membuat AS jarang berjumpa dengan orangtua dan ketiga adiknya. Kurangnya intensitas perjumpaan antara AS dan orangtuanya sejak kecil tidak menyurutkan kerinduannya untuk berjumpa dengan orangtua dan para saudaranya. Sikap yang sering ditunjukan ayah dan ibu dalam membimbing AS yaitu selain berperan sebagai orangtua yang mendidik dan memberi teladan, kedua orangtuanya bersikap PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 sebagaimana teman. AS menilai bahwa sang ayah memiliki sifat lebih pendiam daripada ibu, hal ini karena menurut AS profesi ayahnya sebagai seorang polisi. Namun sikap ayah yang pendiam, justru mengajarkan banyak hal kepada subjek. AS banyak belajar dari sikap dan tindakan ayahnya. Prinsip ayah yang selalu diingat dan tertanam dalam diri AS adalah “ketika dilahirkan saya menangis dan orang lain tertawa, sedangkan ketika saya meninggal oranglain menangis sedangkan saya tertawa”. Prinsip ini mengajarkan agar dalam hidup kita harus senantiasa berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang latarbelakang suku, budaya dan lain sebagainya. Selain itu sikap ayah yang sangat menghargai keputusan dan perkembangan anak membuat AS bangga terhadap ayahnya. AS merasa bangga dengan ayahnya walaupun jarang berkomunikasi dengan ayahnya. AS juga menilai sang ibu sangat berperan besar dalam keluarganya. Walaupun sikap ibu cerewet namun, rasa sayang ibu sangat besar. Sang ibu sangat mengerti kondisi AS dalam kondisi apapun dengan mengarahkan anakanaknya menjadi pribadi yang lebih dewasa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113 2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan Subjek 3 di Yogyakarta (AS) Dalam relasinya dengan teman-teman maupun warga setempat, AS mengaku cukup baik. AS berusaha menjalin relasi yang terbuka dengan siapapun tanpa memandang suku tertentu meskipun kadang AS lupa dengan nama teman-temannya. Sikap yang terbuka dalam menjalin relasi menjadi prinsipnya walaupun, saat kecil AS sudah merasakan diskriminasi dari teman-temannya. Saat berpindah dari Timor Timur ke Flores, AS menjalin pertemanannya dengan anak-anak Flores. Saat itu teman-temannya menganggap AS sebagai pendatang walaupun AS memiliki darah Flores dari ayahnya. AS merasa bingung harus memiliki identitas budaya yang mana. Pernah AS menjadi korban pengeroyokan teman-temannya di Flores karena bukan orang Flores. Saat AS mempelajari bahasa Manggarai Flores, AS dianggap tidak pantas karena pendatang (orang Timor-timur). Saat berada di Timor-timur AS melihat bahwa orang Timor-timur pada saat itu menganggap orang Indonesia sebagai penjajah atau dalam sebutan mereka “Javanice”. Ayahnya yang adalah orang Flores, pada saat tinggal di Timor-timur juga mendapat perlakuan diskriminasi dari warga Timor-timur. Pengalaman diskriminasi dan kondisi diskriminasi yang dialami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114 AS sejak kecil membuatnya belajar dewasa dalam berelasi khususnya dengan budaya yang berbeda. Pada awal tinggal di Yogyakarta, AS belajar untuk menyesuaikan diri dengan budaya setempat. Pengalaman diskriminasi yang terjadi di masa lalu, membuat AS belajar untuk menyesuaikan diri di Yogyakarta. AS melihat, pada awal tinggal di kos, warga setempat tidak begitu dekat dengannya. Karena jarak dari kos ke kampus cukup dekat, AS setiap harinya berjalan kaki ke kampus. Dalam keseharian itu, AS berusaha tersenyum dan menyapa warga sekitar yang dijumpainya. Sesekali AS bersama bapak-bapak dan pemuda setempat bermain pimpong dan hal ini membuat mereka semakin akrab. Perjumpaaan yang intens dengan warga setempat membuatnya akhirnya merasa diterima. Prinsip AS adalah dimana dia berada disitu dia berbaur dan menyesuaikan diri dengan senyuman. Hubungan pertemanan AS dengan dengan teman-teman yang berasal dari Flores cukup dekat. AS mengaku bahwa kesehariannya lebih banyak dengan teman-teman komunitas San Egidio. Komunitas ini dominan beranggotakan mahasiswa dari Flores. Namun bukan berarti kedekatan dengan teman-teman Flores membuatnya tidak menjalin relasi yang hangat dengan orang Jawa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 Hubungan AS dengan teman-teman dari suku lain juga baik. Di kampus banyak teman-temannya yang berasal dari suku dan daerah di luar pulau Jawa. AS menjaga kedekatan diantara pertemanannya dengan baik termasuk dengan teman-teman yang berasal dari Jawa. Hingga temannya yang dulunya adalah musuh, sekarang berteman sangat baik dengannya. 3) Pandangan Subjek 3 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta (AS) a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis AS melihat bahwa kekerasan antar etnis yang sering terjadi karena kurangnya pemahaman orang Jawa setempat maupun orang Timur dalam melihat kedua latarbelakang budaya yang berbeda. Misalnya orang Jawa melihat bahwa orang Timur memiliki raut wajah yang menunjukan orang Timur sebagai orang keras, emosian, dan suka marah. Namun pada kenyataannya dibalik wajah yang garang, hatinya lembut dan baik. Pada umumnya orang Timur memiliki hati yang lembut karena kedekatan mereka sangat kuat dengan sosok ibu. Sehingga sifat mereka sebenarnya berperasaan. Kelemahan orang Timur berada di hati mereka. Akhirnya karena salah persepsi dari warga setempat, kebiasaan-kebiasaan orang Timur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116 dibawa ke Yogyakarta seperti mabuk-mabukan dan sebainya. Namun sebenarnya di Yogya, orang Timurlah yang harus menyesuaikan diri terlebih dahulu dan mengikuti aturan setempat. Bukan menuntut orang Jawa yang harus berubah. 4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 3 serta Dampak Psikologis (AS) Perbedaan antara individu dapat menimbulkan diskriminsi. Diskriminasi ada pada setiap individu misalnya berbeda rambut, kulit, kepribadian semuanya dapat menimbulkan diskriminasi. Namun yang terpenting melihat apa kesamaan bukan perbedaan. Ketika orang melihat perbedaan disitulah diskriminasi. Perasaan yang dirasakan AS saat terjadi diskriminasi bagi dirinya maupun teman-teman yang berasal dari Timur adalah perasaan sakit, sedih, cemas, tertekan, tidak bebas. Apalagi saat timbul kekerasan atau keributan yang dilakukan oleh orang Timur perasaan-perasaan tersebut menghantui. Perasaan malu ketika orang Timur menjadi pelaku keributan juga dirasakan oleh AS. Namun AS menyadari bahwa orang Timur juga memiliki kesalahan dengan membuat keributan di Yogya. AS tidak ingin perasaan sakit dan sedih mengalahkan dan mengendalikan dirinya. Sebagai orang Timur, kita harus tahu diri tinggal di tanah orang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117 Misalnya jika mengonsumsi minum-minuman keras, sebaiknya di dalam kamar bukan di luar rumah yang akhirnya dapat memicu timbulnya kekerasan. Bila perlu kebiasaan minum-minuman beralkohol dihilangkan. AS tidak dapat mengubah pandangan karena memang sebagai orang Timur kita juga tidak menyesuaikan diri dengan baik. Sekarang sikap positif itu yang harus dibangun. Pengaruh kekerasan yang berdampak pada kondisi psikologis AS, mempengaruhi dirinya dalam menjalani pendidikan di Yogyakarta. Misalnya studinya menjadi lama. Karena perasaan tidak tenang dan bebas di Yogyakarta menghantuinya. 5) Upaya Subjek 3 dalam Membentuk Pandangan Positif Warga Yogya (AS) Sebagai orang Timur, AS menunjukan sikap yang positif dalam berelasi kepada warga Jawa lewat tindakan. Misalnya AS memberikan senyuman, sapaan dan memulai dalam berkomunikasi. Kebiasaan yang baik akan dilihat oleh orang Jawa dan mereka juga akan menilai secara positif sikap kita. Sikap ini juga sebagai bentuk teladan saat AS bersama dengan teman-teman yang berasal dari Timur. Dalam komunitas San Egidio, AS memberikan pelayanan kepada anak-anak jalanan. Dari pelayanan tersebut, AS belajar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118 membuka diri tanpa memandang apapun. Perubahan diri dan upaya untuk melayani anak-anak jalanan sebagai bentuk kesaksian hidup bahwa AS sebagai orang Timur memiliki semangat untuk melayani anak-anak yang berasal dari Jawa tanpa memandang perbedaan yang ada. Sikap tulus untuk membuka diri dan membantu warga dan anak-anak jalanan merupakan pelayanan kita sebagai satu saudara. Ketika kita merasa bahwa semua adalah saudara, tidak ada lagi perbedaan dimata kita. Dari kejadian-kejadian diskriminasi yang terjadi kepada orang Timur, AS mengikuti komunitas San Egidio. Dalam komunitas ini, AS mencoba melayani anak-anak, para lansia dan orang-orang yang tidak diterima di masyarakat. AS belajar untuk mensyukuri hidup. Rasa syukur itu timbul karena AS menyadari bahwa masih banyak orang yang hidup dalam kesusahan namun mereka masih bisa berdiri dan tersenyum. Anak-anak di jalanan, kakek nenek lansia yang menerima AS sebagai saudara tanpa memandang perbedaan membuat AS belajar akan Kasih. Hal ini menguatkan AS meskipun dia adalah minoritas. Bersama temanteman komunitas, AS belajar arti kasih, dan pluralitas harus ditegakan. Agar Yogyakarta menjadi rumah bagi siapapun yang datang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119 6) Harapan Subjek 3 Berkaitan dengan kekerasan Etnis di Yogyakarta (AS) Harapan AS tinggal di Yogyakarta adalah ingin agar kota ini dapat menjadi rumah bagi siapapun yang datang. Dengan menjadi rumah kita dapat menjadi saudara. Sehingga kemanapun AS berada, perasaan nyaman itu yang dirasakan. c. Hasil Observasi AS merupakan seorang remaja Putra asal Flores yang tampak ramah dan murah senyum, cukup hangat, dengan kulit berwarna sawo matang, rambut keriting. AS memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, dan kurus. Pada saat dijumpai di rumah komunitas San Egidio, AS memiliki penampilan sangat sederhana dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Sebelumnya AS membersihkan halaman sehingga penampilan sederhana yang tampak. AS memiliki tutur kata yang sopan namun kadang intonasinya tinggi. Selama wawancara, pakaiaan yang dikenakan adalah pakaiaan saat dia bekerja. Karena peneliti sudah cukup lama mengenal subjek, kedekatan yang dirasakan cukup kental antara subjek dan peneliti. Hal ini yang membuat AS terbuka dan tidak canggung ketika menjawab pertanyaan dari subjek. Wawancara dilakukan selama dua kali. Wawancara pertama dilakukan tanggal 4 Juli 2014 pukul 17.30 sampai pukul 18.30 WIB. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120 Sedangkan wawancara kedua berlangsung pada tanggal 8 Juli 2014 pukul 19.00 hingga 19.30 WIB. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali karena peneliti merasa masih ada data-data yang kurang. Kedua proses wawancara dilakukan di rumah komunitas komunitas San Egidio Seturan Wawancara pertama dan kedua dilakukan di di ruang tamu rumah komunitas. Saat wawancara pertama tampak suasana sedang sepi karena anggota komunitas lainnya sedang berada di kos-kosannya masing-masing. AS dan peneliti duduk berhadapan dengan dipisahkan sebuah meja. Di atas meja itu peneliti meletakan sebuah alat perekam, sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat. Pada akhir-akhir wawancara, AS mengajak subjek untuk melanjutkan wawancara di taman depan karena sekitar jam 19.00 WIB akan diadakan doa rutin komunitas. Saat itu sudah menunjukan pukul 18.20 WIB. Secara proses wawancara, Alo tampak cukup antusias. Hal ini tampak dari jawaban-jawaban AS yang lancar. Namun ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan wawancara, yang berkaitan dengan kekerasan AS tampak memberikan jawaban yang bertele-tele. Selain itu selama proses wawancara AS tampak menyimak dengan seksama. Kadang tampak dahinya di kerutkan dan matanya semakin fokus menyimak. Selama proses wawancara kaki AS disilakan di atas bangku. AS menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat seksama walaupun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121 ada yang diulang-ulang. Selain itu, jawaban yang diberikan AS tampak serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak tampak kesan asal-asalan dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab AS tampak tersenyum atau ketawa. Namun secara keseluruhan proses wawancara, Yosi menjalaninya dengan lancar tampa hambatan. 4. Subjek 4 a. Identitas Nama : MR Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat /Tanggal Lahir : Bajawa, 15 Agustus 1991 Usia : 23 tahun Pendidikan Terakhir : SMA Urutan Kelahiran : Anak ke-tiga dari tiga bersaudara Status : Mahasiswa Hobi : Bermain sepakbola, berorganisasi b. Hasil Wawancara 1) Deskripsi Subjek Subjek keempat berinisial MR. MR dilahirkan dari orangtua yang berasal dari suku Bajawa Flores. Ayah MR berasal dari Flores Bajawa dan ibunya juga berasal dari Bajawa, sebuah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122 daerah yang berada di tengah-tengah pulau Flores. Keluarga MR beragama Katolik. Pekerjaan dari ayah adalah sebagai Pegawai Negeri Swasta yang sekarang telah pensiun di Bajawa. Sedangkan ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang sekarang telah almarhumah. Selain itu, status ekonominya termasuk dalam golongan menengah. Dalam keluarganya, MR merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayah, dan kedua saudaranya berada di Bajawa. Kedua kakaknya telah berkeluarga dan sedang berkerja di Bajawa. MR memiliki hubungan yang cukup baik dengan keluarganya. Dalam menjalin relasi dengan keluarganya, MR berkomunikasi lewat telephone. Saat ini ayahnya merupakan single parent karena sang ibu telah meninggal dunia. Kedekatannya dengan saudara-saudaranya cukup dekat walaupun saat ini saudaranya telah bekerja dan berkeluarga. 2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan Subjek 3 di Yogyakarta (AS) Relasi MR dengan teman-teman dari budaya Flores yang tinggal di Yogyakarta cukup dekat, walaupun MR jarang berjumpa dengan mereka. Hal ini karena aktifitas MR lebih banyak melayani di komunitas San Egidio. Kalaupun berjumpa, MR tetap menyapa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123 dan menegur mereka. Karena mereka telah mengetahui bahwa MR dari Flores dan termasuk lama tinggal di Yogyakarta maka, kadang adik-adik mahasiswa baru datang berkunjung padanya dan menyapa terlebih dahulu. MR jarang berelasi dengan mereka juga dikarenakan, karena MR berpikir bahwa sudah saatnya adik-adik dari Flores membangun relasi tidak hanya dengan teman-teman satu suku melainkan berbaur dengan warga maupun mahasiswamahasiswa dari Jawa. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara lebih dekat keberagaman dimana sikap saling menghargai itu dirasakan oleh adik-adik dari Flores. Namun bukan berarti MR menutup diri terhadap adik-adik Flores. Perjumpaan dengan saudara-saudara dari Flores sebagai bentuk jalinan relasi yang mengingatkannya akan tanah kelahiran sehingga membuatnya tidak lupa dengan keluarganya di Flores. 3) Pandangan Subjek 4 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta (M) a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis Sebagai mahasiswa yang tinggal di Yogyakarta hampir sebelas tahun, membuat MR memandang bahwa Yogyakarta adalah kota yang memiliki predikat yang cukup baik dalam hal keberagaman dan Pluralitas. Dengan beraneka budaya dan suku dari para mahasiswa yang ada di Yogyakarta, membuatnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124 memberikan rasa salut terhadap kota Yogya. Setiap suku, budaya dan agama ada di kota Yogyakarta dan setiap orang saling menghargai keberagaman tersebut. Namun menurut MR, memang ada beberapa kelompok yang menjadi provokator dibalik kekerasan yang terjadi. Pada tahun-tahun 2012 ke bawah, ada kasus-kasus kekerasan yang terjadi namun tidak mencuat seperti saat ini. Misalnya saja kasus di LP Cebongan dan pembunuhan-pembunuhan yang pemberitaannya mengangkat etnis, agama tertentu sebagai biang kerok. Tahun 2013 dan 2014 Yogyakarta tampak keluar dari simbol keberagaman karena kasus-kasus kekerasan etnis. Penerimaan masyarakat masih ada, namun mereka tidak sepenuhnya menerima. Menurut MR, penyebab timbulnya konflik dan kekerasan adalah cukup banyaknya mahasiswa Timur yang kuliah di Yogyakarta. Bervariatifnya mahasiswa Timur, membuat sulit dilakukan kontrol terhadap mereka. Selain itu mahasiswa-mahasiswa Timur merasa memiliki kekuatan tinggal di tempat rantauaannya karena semakin banyak temanteman satu daerah yang kuliah di Yogyakarta. Kadang pandangan negatif yang orang Jawa berikan membuat MR merasa sedih. Namun pandangan itu harus kita terima sebagai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125 bentuk bahan introspeksi diri untuk berubah. Orang Timur telah melewati batas-batas toleransi yang diberikan oleh orangorang Yogya walaupun tidak semua masalah muncul dari orang Timur, ada juga dilakukan oleh orang setempat. Secara budaya antara orang Timur dan Jawa cukup berbeda. Orang Timur tidak terlalu suka diatur dengan aturan yang ketat atau ditegur secara berulang-ulang. Misalnya ada teman dari daerah yang datang kemudian kami kumpul dan minum-minum. Ini merupakan budaya Timur dalam menyambut teman dengan berkumpul dan minum. Saat lingkungan warga setempat merasa terusik, mereka menegur. Kami yang memiliki teman yang berasal dari Timur merasa tidak enak bukan hanya kepada masyarakat, namun lebih kepada teman yang datang berkunjung. Hal ini mengakibatkan konflik dan perdebatan antara orang Timur dan warga setempat. Masalah yang mendasari timbulnya konflik ini karena komunikasi dimana orang Jawa tidak mengerti budaya dari Timur, dan orang Timur merasa tidak dihargai dan tidak tahu bersikap di budaya Jawa. MR pernah menyatakan kepada teman-temannya yang berasal dari Jawa bahwa, kami memang dibentuk dari budaya yang berbeda sehingga kami minta maaf jika mengganggu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126 kenyamanan warga setempat. Namun bukan karena masalah perbedaan itu kami dibenci. Orang Timur sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya bersikap di budaya Jawa yang berbeda. Karena tidak baik juga jika yang menjadi sasaran kebencian orang Jawa adalah mereka mahasiswa yang baru kuliah di Yogyakarta dan tidak tahu menahu soal kekerasan dan konflik di Yogyakarta. Mungkin kebiasaan di Timur masih melekat dalam diri mereka dan mereka tidak dapat disalahkan. Mungkin orang Timur butuh waktu dan proses untuk menyesuaikan diri di Yogyakarta. Satu-satunya cara yang harus dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Timur adalah keluar dari kelompok budaya (eksklusif) dan membaur dengan masyarakat dan budaya setempat (inklusif). Tujuannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat tanpa menghilangkan budaya yang telah dianut sejak kecil. Contohnya mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia Timur yang dulu (kakak dan om) kuliah di Yogya membuat banyak program dari organisasinya yang melibatkan warga maupun orang Jawa setempat. Akhirnya mahasiswa Timur yang dulu dapat memahami karakter orang Jawa setempat dan budaya setempat yang dianut. Selain itu, antara senior dari beberapa budaya di Flores, saat itu memiliki PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127 kedekatan yang erat. Saat ini, antara senior kurang memiliki kedekatan. Sehingga jika ada konflik tidak dibicarakan terlebih dahulu dan kekerasan menjadi solusi akhir. Sebagai kakak senior, MR berusaha memberitahukan kepada adik-adik dari Timur untuk membangun relasi dengan teman-teman dari budaya yang berbeda atau dengan warga masysrakat setempat. 4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 4 serta Dampak Psikologis (MR) Melihat diskriminasi dan kekerasan yang terjadi di Yogyakarta membuat MR tidak sepenuhnya menyalahkan pandangan warga setempat. Yang pertama dilakukan oleh MR adalah mengoreksi diri bahwa pandangan dari warga Jawa sebenarnya menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa Timur yang kuliah di Yogyakarta. Sebenarnya orang Timur harus berubah. Sebenarnya konflik dan kekerasan antar etnis terjadi karena orang setempat tidak dapat membendung lagi kesabaran mereka yang selama ini mereka tahan. Mereka sebenarnya telah sabar memaklumi keributan-keributan yang selama ini dilakukan oleh beberapa orang Timur. Namun orang-orang yang melakukan kekerasan merasa bahwa orang Jawa akan mengerti dan memaklumi kekerasan yang orang Timur lakukan. Sehingga orang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128 Timur merasa melunjak, bebas dan tidak berhenti membuat keributan di Yogyakarta. Misalnya ada beberapa kasus dimana orang Jawa setempat menjadi korban kekerasan dan mereka memakluminya. Hari berikutnya kekerasan dilakukan lagi oleh orang Timur hingga seterusnya. Sikap kesabaran yang selama ini dirasakan oleh Jawa tidak terbendung lagi dan akhirnya timbul diskriminasi dan kekerasan juga dari beberapa orang Jawa. Pandangan yang diberikan oleh orang Jawa bahwa orang Timur sebagai pembuat keributan adalah wajar. MR memiliki beberapa pengalaman diskriminasi pasca kasus Cebongan terjadi. Pada saat itu MR hendak mencari kos. Saat menemukan kos yang kosong MR bernegosiasi dengan pemilik kos. Saat bertanya tentang kos, pemilik kos mengatakan bahwa kosnya telah penuh. MR berusaha mengklarifikasikan pemilik kos bahwa di luar terpampang pemberitahuan menerima kos putra namun kenapa dia tidak diterima. Pemilik kos mengatakan kebetulan kamar tersebut baru dipesan, dan ada keluarga yang mau tempati dengan berbagai alasan agar MR tidak menempati kamar tersebut. MR seketika menanyakan apa yang membuat saya tidak diterima di sini. Pemilik kos menjawab “mungkin karena masalah Cebongan!”. MR ingin menjelaskan, namun pemilik kos langsung mengatakan bahwa tidak punya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129 waktu. MR merasa kecewa dengan sikap dari pemilik kos yang memberikan stigma dan pandangan negatif namun dia berusaha menerima. Peran media juga terlalu membesar-besarkan pemberitaan bahwa orang etnis atau suku tertentu dalam hal ini Papua, NTT, Ambon dan sebainya menjadi biang kerok dari masalah kekerasan etnis di Yogya. Padahal sebenarnya yang harus diangkat adalah orangnya atau individu yang melakukan kekerasan bukan budaya atau sukunya. Suku dan budaya tidak bersalah yang bersalah adalah individunya. Sehingga peran media cukup besar dalam menimbulkan konflik dan pandangan negatif dari warga Jawa terhadap masyarakat NTT secara umum. cemas dan takut juga dirasakan oleh MR tinggal di Yogyakarta. MR merasa takut jika menjadi sasaran amarah dari masyarakat Yogyakarta. Saat berkendara motor MR takut dihakimi dan dipukul oleh warga Yogya. MR mengaku takut saat keluar malam. Apalagi para korban kekerasan Cebongan merupakan kenalan MR yang pernah berjumpa dengan MR. Perasaan cemas juga dirasakan MR kepada adik-adik mahasiswa baru yang datang di Yogyakarta dan menjadi korban kekerasan atau diskriminasi dari orang Jawa setempat. MR berpikir dia saja yang telah lama tinggal di Yogya memiliki masalah seperti ketakutan dan kecemasan tadi, apalagi adik-adik mahasiswa baru yang tidak tahu apa-apa menjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130 korban. Ada kepedualian yang dirasakan MR kepada adik-adik yang baru kuliah di Yogyakarta. Hal ini terbukti saat adik-adik kos mau mencari kos-kosan mereka mendapat kos-kosan yang kebetulan kenalan dari teman-teman mereka. Untuk memperoleh kos-kosan saja sulit bagi mahasiswa NTT. Pada awal-awal masuk kuliah, MR pernah menjadi korban salah pembacokan oleh enam orang mahasiswa NNT. Saat itu MR ditelephone oleh teman-temannya yang sedang berselisih dengan warga NTT lain. MR yang ditelephone merasa ingin menenangkan dan membantu mereka yang ketakutan. Bukannya membantu menenangkan teman-temannya, malah menjadi korban pembacokan yang sebenarnya bukan ditujukan padanya. Saat itu MR mendapat dua luka bacokan di punggung dan harus dirawat dirumah sakit. Pengalaman itu membuatnya trauma dan akhirnya cuti kuliah selama tiga tahun. Sehingga saat ini baru bisa melanjutkan kuliahnya lagi. Hal ini menjadi pelajaran bagi korban untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan dan juga tidak sepenuhnya member kepercayaan kepada teman-teman dari satu daerah. Karena antar daerah juga bisa terjadi konflik dan kekerasan. Selain itu, tidak semua masalah bisa dilakukan melalui kekerasan. Pada saat itu orangtua MR marah dan kecewa dengan musibah yang dialaminya. Untung sang ibu sangat memahami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131 kondisi yang dialami ibu. “mungkin Tuhan memberi pembelajaran dalam hidupmu, bahwa tidak selamanya hidup berjalan mulus. Setelah kejadian pembacokan, sebulan kemudian ibu MR meninggal dunia. MR merasa terpukul sekali dengan musibah beruntun yang dia alami dan membuatnya tidak bisa menerima. Pada saat itu MR tidak bebas, tidak dapat menyalurkan hobi bermain bola, atau berorganisasi yang mana hal itu sangat digemari olehnya. MR merasa stress karena tidak bebas bergerak dan beraktifitas seperti biasanya. Dampak kekerasan member dampak yang sangat berat. Semuanya akhirnya menjadi pembelajaran bagi MR untuk lebih tenang dalam menghadapi segala macam hal, dan memaafkan oranglain. Kasus ini pernah dibawa hingga ke pengadilan. Namun MR tidak melanjutkan karena dia berjanji untuk tidak membalas kejadian itu kepada pelakunya. Saat berjumpa dengan para pelaku kekerasan, MR menunjukan sikap yang ramah dengan menegur. Namun karena merasa malu kepadanya, mereka akhirnya menghindar darinya hingga saat ini. Bukan dengan kekerasan untuk membalas namun dengan kasih cara terbaik untuk membalasnya. Walaupun orang menganggap pengalaman itu adalah pengalaman paling sial, MR mengganggapnya sebagai pengalaman paling berharga saat berhadapan dengan kematian. Semuanya mengajarkan banyak hal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 positif hingga saat ini MR menjadi sangat kuat menerima semua kondisi berat yang dialami walaupun secara manusiawi dia tetap sedih. Kadang ada rasa kangen dengan almarhum ibunya dan tidak terima dengan pengalaman tersebut. Hingga saat ini MR merasakan hal itu saat-saat sendiri. 5) Upaya Subjek 4 dalam Membentuk Pandangan Positif Warga Yogya (MR) Upaya-upaya yang dilakukan oleh MR dalam membentuk pemikiran positif dan menjadi contoh bagi adik-adik mahasiswa baru adalah melayani di komunitas San Egidio. Pelayananpelayanan yang dilakukan bersama komunitas mungkin di zaman ini tidak popular di mata teman-teman mahasiswa. Namun melaui pelayanan ini sekaligus menjadi kesaksian bagi warga Jawa bahwa MR memiliki kepedulian kepada anak-anak jalanan, orang-orang yang membutuhkan bantuan, kaum marginal dan para lansia. Melalui pelayanan tersebut, MR merasa dikuatkan dengan keberadaan mereka. Sudah tidak ada perbedaan lagi diantara MR dengan mereka. Yang ada adalah perasaan sebagai satu saudara. Selain itu, pelayanan ini menjadi kesaksian bagi adik-adik mahasiswa baru untuk membangun sikap toleransi diantara siapapun baik itu dari suku, budaya, agama yang berbeda. MR PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133 belajar bahwa orang miskin tidak hanya dilihat dari harta dan kekayaan, namun miskin bisa dalam bentuk perhatian, kasih sayang, pelukan dan sebagainya. Hal ini yang membuat MR melihat bahwa setiap orang pasti membutuhkan oranglain. Setiap individu tidak dapat hidup sendiri tanpa individu lain. Dengan kesaksian itu, orang-orang yang dilayani memberi kesan bahwa orang Timur atau Flores ternyata tidak seperti yang dipikirkan. Mereka juga memiliki hati untuk saling membantu dan menolong. Seorang pemuda jalanan pernah menayakan “mengapa kalian mau membantu kami?”. MR menjawab “karena saya melihat kalian sebagai saudara”. MR sering menasehati adik-adik dari Timur bahwa tinggal di Yogya bukan sekedar untuk kuliah dan pandai secara teori, namun juga harus pandai dalam membangun relasi sosial dengan siapapun bukan hanya dari teman-teman satu budaya. Nasehat yang diberikan MR bukan sebagai suatu paksaan namun pilihan. Yang terpenting baginya adalah contoh dan teladan melalui tindakan. Sebagai orang Timur kita juga memiliki tugas untuk menjelaskan lewat kegiatan-kegiatan positif yang sifatnya membangun kebersamaan antar budaya, misalnya melakukan bakti sosial, pentas budaya dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan positif ini sebenarnya dulu pernah dilakukan para mahasiswa dari Timur, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134 namun sekarang telah pudar. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun relasi yang baik antara mahasiswa Timur dengan warga setempat agar Timur rasa persaudaraan yang erat. Namun saat ini yang terjadi, suatu masalah diselesaikan dengan kekerasan bukan dengan dialog atau diskusi. Hal ini yang dirasakan hilang dari mahasiswa-mahasiswa asal Timur. 6) Harapan Subjek 4 Berkaitan dengan kekerasan Etnis di Yogyakarta (AS) Harapan MR adalah saudara-saudara dari Timur dapat sadar bahwa kita tinggal di tanah orang harus menunjukan sikap sopan dan tahu diri ditempat rantauaan. Sikap ini ditunjukan melaui sikap positif dan baik dengan warga Yogyakarta bentuk bergaul, menjalin relasi, senyum, menyapa, menerima aturan maupun budaya setempat dan berbaur dengan warga Jawa. Jika sikap positif kita bangun, orang warga Yogyakarta akan bersikap positif dengan kita. Selain itu prestasi dalam kuliah dan talenta yang dimiliki harus harus tampak dalam diri mahasiswa-mahasiswa Timur khususnya NTT. Tujuannya agar kita dapat dihargai oleh orang Jawa setempat bukan dengan kekerasan namun lewat kualitas hidup. Sehingga kekeluargaan antara mahasiswa NTT dan warga Yogyakarta dapat erat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135 c. Hasil Observasi MR merupakan seorang remaja Putra asal Flores yang senang berbicara, perawakan tegas, namun cukup hangat, dengan kulit berwarna gelap, rambut keriting. MR memiliki postur tubuh yang sedang, dan sangat kurus. Pada saat dijumpai di rumah komunitas San Egidio, MR memiliki penampilan yang santai dengan mengenakan celana panjang jeans dan kaos oblong berwarna hitam. Wawancara dengan MR dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara dengan subjek ketiga AS. Setelah melakukan wawancara dengan subjek ketiga, peneliti menunggu menunggu MR yang saat itu masih di tempat kosnya. Kira-kira setengah jam kemudian, Mario datang diboncengi teman kosnya. Wawancara dilakukan di rumah komunitas San Egidio. Wawancara dilakukan selama dua kali yaitu tanggal 13 Juli 2014 pada pukul 19.30 hingga 20.15 WIB dan wawancara kedua dilakukan pada tanggal 19 Juli pada pukul 19.00 WIB hingga 19.30 WIB. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali karena peneliti merasa masih ada datadata yang kurang. Saat kedua wawancara berlangsung, MR dan peneliti duduk di taman. Pada saat itu wawancara berlangsung di malam hari dengan kondisi taman cukup terang dengan adanya lampu taman. MR dan peneliti duduk berhadapan tanpa ada meja. Hal ini karena wawancara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136 dilakukan di taman. Peneliti memegang alat perekam di tangan kiri sambil memangku buku dan tangan kanan memegang pulpen untuk menulis. Pada awalnya peneliti cukup berhati-hati dalam memberi pertanyaan, karena belum mengenal subjek sebelumnya. Namun setelah menjalin komunikasi, tampak subjek ramah. Selama proses wawancara, MR tampak cukup antusias. Hal ini tampak dari jawaban-jawaban MR yang lancar dan bervariatif. Namun kadang ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan wawancara, MR menjawabnya dengan bertele-tele dan sesekali mengulang jawaban yang sama. Selama proses wawancara MR tampak menyimak dengan seksama. Kadang tampak dahinya di kerutkan, matanya semakin fokus menyimak, dan tangannya diayun-ayunkan. Selama proses wawancara MR menjawab dengan cepat, dikarenakan gaya berbicaranya yang cepat. MR menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat seksama walaupun ada yang diulang-ulang. Selain itu, jawaban yang diberikan MR tampak serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak tampak kesan asal-asalan dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab MR tampak tersenyum atau ketawa. Secara keseluruhan proses wawancara, MR menjalaninya dengan lancar tanpa hambatan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137 C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian Tabel 6 Rangkuman Tema Temuan Penelitian Fokus Penelitian 1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan etnis antara mahasiswa asal Indonesia Timur dan warga Yogyakarta Rumusan Tema Temuan Penelitian 1.1. Perbedaan Antar Individu Rincian Tema 1.1.1. 1.1.2. 1.1.3. 1.2. Perbedaan Budaya 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.3. Bentrokan Kepentingan 1.3.1. 1.3.2. 1.3.3. 2. Prasangka dan akibat prasangka Perbedaan fisik meliputi warna kulit, rambut, perawakan, dan wajah Sifat dan karakter setiap individu berbeda-beda Frustasi yang dialami individu korban kekerasan Perbedaan pada gaya dan nada berbicara Kebiasaan saat berkumpul atau menyambut kerabat dari etnis yang sama (Mahasiswa Indonesia Timur mabuk dan menimbulkan suasana ramai) Kebiasaan dalam menaati aturan lalu lintas pada masingmasing budaya Membandingkan intelektual mahasiswa Jawa dan Indonesia Timur untuk tujuan motivasi. Biaya hidup yang murah di Yogyakarta membuat mahasiswa Timur menyalahgunakan untuk mabuk. Peran media dalam menginformasikan kekerasan etnis di Yogyakarta. 1.4. Persaingan 1.4.1. 1.4.2. 2.1. Pengucilan sosial 2.1.1. Tidak diterima tinggal di koskosan, ditolak oleh teman kelas, dan pernyataan yang menyepelekan. 2.2. Konflik dan kekerasan Sosial Persaingan Kebudayaan Persaingan Ras PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138 3. Dampak SosioPsikologis dari diskriminasi dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta 3.1. Harga Diri Rendah 3.1.1. Perasaan sedih, terpukul dan tidakberdaya dianggap sebagai individu yang harus dikucilkan. 3.2. Kecemasan 3.2.1. Perasaan cemas menjadi korban kekerasan oleh warga Yogyakarta. 3.2.2. Perasaan cemas terhadap adikadik mahasiswa baru asalTimur yang kuliah di Yogyakarta. 3.3.1. 3.3. Depresi 4. Upaya untuk mengurangi Kekerasan Etnis di Yogyakarta 3.4. Stress Pasca Trauma 3.4.1. 3.5. Rasa malu 3.5.1. 3.6. Tertekan 3.6.1. 4.1. Upaya yang dibangun dari dalam diri 4.2. Upaya yang dilakukan bersama komunitas Depresi karena menjadi korban kekerasan dan tertimpa pengalaman lain yang menyakitkan. Kekerasan mengakibatkan timbulnya stress pada mahasiswa misalnya tidak berkonsentrasi dalam kuliah, perasaan tidak aman tinggal di Yogya, takut menjadi korban kekerasan, dan tidak dapat beraktifitas dengan baik. Perasaan malu dirasakan karena masih ada mahasiswa asal Indonesia Timur yang membawa kebiasaan buruk seperti mabuk dan membuat keributan di yogya Diskriminasi dan kekerasan etnis mengakibatkan perasaan dihantui ketakutan menjadi korban kekerasan warga serta tidak nyaman menjalani kuliah di Yogyakarta. 4.1.1. Sikap ramah, menghormati aturan, mau menyesuaikan diri dengan warga Yogya. 4.2.1. Memberi pemahaman dalam meyesuaikan diri di Yogyakarta pada mahasiswa asal baru asal Indonesia Timur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139 D. Deskripsi Tema Berdasarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan dari keempat mahasiswa asal Indonesia Timur yaitu dua mahasiswa berasal dari Papua dan dua berasal dari Nusa Tenggara Timur, didapatkan rumusan tema mengenai dinamika kekerasan etnis dan dampak sosio-psikologis dari kekerasan etnis di Yogya. Dinamika kekerasan etnis tersebut meliputi faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan etnis, dampak sosio-psikologis yang ditimbulkan, serta upaya yang dilakukan para mahasiswa dalam mengurangi tingkat kekerasan di Yogyakarta yang menyangkut pautkan mahasiswa asal Indonesia Timur. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih detail dinamika kekerasan etnis di Yogyakarta, dampak sosio psikologis yang dialami para mahasiswa tersebut, dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi konflik dan kekerasan tersebut. 1. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Terjadinya Kekerasan Etnis di Yogyakarta Hasil analisis yang didapatkan dari keempat subjek, didapatkan data mengenai faktor-faktor yang menimbulkan kekerasan etnis di Yogya. Faktor-faktor tersebut adalah: perbedaan antar individu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, dan persaingan. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor tersebut: a. Perbedaan Antar Individu Berdasarkan data hasil analisis dari keempat subjek didapatkan bahwa kekerasan etnis di Yogyakarta antara mahasiswa asal Indonesia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140 Timur dan warga Yogyakarta terjadi karena faktor perbedaan individu. Perbedaan antar individu dilihat dari segi fisik misalnya warna kulit para mahasiswa asal Indonesia Timur berwarna hitam, rambut keriting, tampang yang tegas menimbulkan prasangka yang keliru mengenai watak mahasiswa asal Indonesia Timur. Dengan perbedaan fisik dan tampang yang kelihatan tegas, membuat warga Yogyakarta menilai bahwa watak mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah di Yogyakarta keras dan jahat. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek berikut ini: (Subjek II, YD) “…Mungkin yang membedakan antara orang Jawa dan orang Timur adalah warna kulit dan rambut tapi kita semua kan tetap sama. Padahal saya rasa kita semua satu”. (II.no.257-262) (Subjek III, AS) “…orang-orang Jawa melihat sifat orang Timur karena fisik dan perawakannya. Kulit hitam, rambut keriting, dan perawakan yang tegas, membuat orang Jawa berpikir bahwa orang Timur adalah orang jahat dan keras”. (III.no.126-135) Selain itu, kurang pemahaman akan perbedaan antar individu menjadi faktor yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dan kekerasan. Akhirnya terbentuk prasangka keliru yang digeneralisasikan oleh warga Yogyakarta bagi semua mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah di Yogyakarta. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141 (Subjek I, AT) “…misalnya anggapan orang Jawa bahwa orang Timur memiliki karakter keras tapi pada kenyataannya tidak semua orang Timur keras.” (I.no.45-49) Perasaan frustasi karena dianggap berwatak keras, pembuat keributan serta sikap diskriminatif warga Yogyakarta mengakibatkan terjadinya kekerasan. Para mahasiswa yang menjadi korban pengucilan sosial yang tidak terima dianggap pembuat keributan merasa frustasi. Akibatnya frustasi mengarahkan pada kebiasaan mabuk, sehingga tidak jarang terjadi kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur. Berikut adalah kutipan dari pernyataan subjek ketika: (Subjek III, AS) “…orang Timur merasa tidak terima dipandang berwatak keras dan pembuat keributan. Akhirnya mereka frustasi dan kebiasaan mabuk dibawa ke Yogyakarta.” (III.no.153-158) Perasaan frustasi juga diarasakan oleh warga Yogyakarta. Atas tindakan mabuk dan keributan yang selama ini dilakukan oleh orangorang Timur. Karena tidak dapat menahan rasa sabar dari dalam diri maka warga Yogyakarta melakukan tindakan diskriminasi hingga dalam bentuk kekerasan. Berikut adalah pernyataan subjek ketiga berkaitan dengan perasaan frustasi warga Yogyakarta: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142 (subjek III, AS) “Sikap kesabaran yang selama ini dirasakan oleh Jawa tidak terbendung lagi dan akhirnya timbul diskriminasi dan kekerasan juga dari beberapa orang Jawa.” (III.no.46-52) b. Perbedaan Budaya Perbedaan budaya menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta. Berdasarkan data yang didapatkan dari subjek kedua (YD), perbedaan pada kebiasaan berbicara misalnya orang Timur berbicara dengan nada yang tinggi dan keras sementara pada orang Jawa memiliki nada berbicara yang halus dan sopan. Perbedaan pada gaya berbicara antara dua budaya ini dapat menimbulkan konflik. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut: (Subjek II, YD) “…nada berbicara orang papua tinggi dan kasar sedangkan orang jawa halus. Teman-teman saya kadang kaget jika ada anak papua yang berbicara.” (II.no.52-57) Selain kebiasaan pada nada dan gaya berbicara, konflik dan kekerasan dapat terjadi karena kebiasaan saat berkumpul dengan kerabat atau teman-teman. Saat berkumpul dengan teman-teman asal satu daerah, mahasiswa asal Indonesia Timur yang berada di Yogyakarta juga mengkonsumsi minuman beralkohol hingga akhirnya menimbulkan kondisi mabuk. Dalam kondisi mabuk, suasana menjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143 ramai dan tidak jarang menimbulkan keributan. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan dari subjek ketiga (AS): (Subjek III, AS) “...konflik dan kekerasan di Yogya itu dikarenakan orang Jawa dan orang Timur belum saling kenal. Orang Timur kalau berkumpul atau menyambut teman yang datang dengan cara minum-minuman beralkohol.” (III.no.218-225) faktor lain yang mengakibatkan konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta adalah kebiasaan mahasiswa asal Indonesia Timur yang tidak terlalu memperhatikan peraturan dalam berlalu lintas. Kebiasaan tidak mengenakan helm atau melengkapi atribut kendaraan seperti kaca spion da sebagainya masih dibawa di kota Yogyakarta. Akibatnya mahasiswa yang tidak menaati peraturan lalu lintas akan mendapatkan pengucilan dari lingkungan masyarakat Yogyakarta. Berikut ini adalah pernyataan dari subjek pertama mengenai faktor ketidaktaatan mahasiswa Timur dalam berlalu lintas yang dapat memicu terjadinya pengucilan: (Subjek I, AT) “...Menurut saya karena hal-hal kecil seperti orang Papua sering tidak menaati lalu lintas. Akhirnya pandangan orang setempat menganggap rata-rata orang Timur negatif.” (I.no.81-86) c. Bentrokan Kepentingan Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis adalah bentrokan kepentingan. Bentrokan kepentingan dialami oleh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144 subjek kedua kedua, saat dosen di kampus mengeluarkan pernyataan yang bertujuan memotivasi para mahasiswa lain namun dengan kalimat remehan bagi mahasiswa asal Indonesia Timur. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan wawancara subjek kedua di bawah ini: (Subjek II, YD) “...dosen pembimbing saat itu melihat nilai saya memuaskan dan dosen tersebut menyatakan bahwa, “masa anak Papua lebih bisa dalam belajar dari anak Jawa!” (II.no.138-144) Selain itu, biaya hidup yang lebih murah dari biaya hidup di daerah Indonesia Timur mengakibatkan mahasiswa asal Indonesia Timur menggunakan uang pegangan untuk bersenang-senang dan membeli minuman beralkohol. Berikut ini adalah kutipan dari subjek kedua: (Subjek II, YD) “...Di papua biaya hidup mahal, namun di Yogya biaya hidup murah. Kebanyakan anak-anak Timur kaget dengan uang banyak yang dikirim dari orangtua dan menggunakan uangnya untuk mabuk-mabukan di Yogyakarta.” (II.no.3846) Peran media massa dalam meinformasikan berita juga mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan di Yogyakarta. Informasi dari media massa biasanya memberi penekanan pada budaya dari individu yang melakukan kekerasan. Informasi menjadi melenceng dan warga Yogya pada akhirnya menyalahkan kelompok budaya dari Indonesia Timur bukan pada individunya. Berikut ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145 kutipan mengenai peran media yang mengakibatkan terjadinya konflik pada subjek kedua dan keempat: (Subjek II, YD) “...di media memberitakan bahwa ada mahasiswa asal Indonesia Timur yang mabuk dan buat keributan. Orang yang mabuk dan membuat keributan itu yang harus diadili, bukan mahasiswa Indonesia Timur yang lainnya yang tidak tahu menau tentang keributan yang mereka lakukan. Jadi media juga harus bersikap adil.” (II.no.280-292) (Subjek IV, MR) “...Peran media juga terlalu membesar-besarkan pemberitaan bahwa orang etnis atau suku tertentu dalam hal ini Papua, NTT, Ambon dan sebagainya menjadi biang kerok dari masalah kekerasan etnis di Yogya. Padahal sebenarnya yang harus diangkat adalah orangnya atau individu yang melakukan kekerasan bukan budaya atau sukunya.” (IV.no.108-123) d. Persaingan Berdasarkan data yang didapatkan, faktor persaingan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta. Persaingan ini meliputi persaingan budaya dan persaingan ras. Berikut merupakan pernyataan dari subjek ketiga mengenai persaingan yang terjadi: (Subjek III, AS) “...perasaan bangga sebagai tuan rumah sangat besar, sehingga yang dilihat adalah perbedaan bukan persamaan. Analoginya seperti “saya orang Jogja misalnya memecahkan kaca milik saya tidak menjadi masalah, namun jika kamu sebagai pendatang memecahkan kaca milik saya adalah suatu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146 masalah besar”. (III.no.274-287) Itu karena milik atau kepunyaan. 2. Prasangka dan Diskriminasi Fenomena kekerasan yang sering dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur, mengakibatkan timbulnya prasangka yang digeneralisasikan kepada semua mahasiswa asal Indonesia Timur di Yogyakarta. Prasangka tersebut akhirnya berakibat pada tindakan pengucilan dan konflik sosial. Berdasarkan hasil data wawancara, didapatkan bahwa keempat subjek penelitian mengalami pengalaman pengucilan sosial seperti tidak diterima tinggal kos-kosan, tidak diterima oleh teman kelompok belajar di kelas, dan mendapatkan pernyataan yang menyepelehkan. Berikut merupakan kutipan pernyataan dari keempat subjek berkaitan dengan pengalaman pengucilan sosial: (Subjek I, AT) “…Saya punya pengalaman di tolak saat saya mencari kos. Saat saya tidak diterima oleh pemilik kos saya merasa sedih. Pernah juga saya punya pengalaman emosi saat di Jawa Timur dimana pernah ada warga yang mengatakan “ah wong Papua saja”. Sebagai orang Papua saya merasa sangat emosional namun saya berusaha sabar.” (I.no.101-113) (Subjek II, YD) “…Jadinya sekarang kami merasa sulit untuk mencari koskosan. Misalnya sebuah kos-kosan yang menerima mahasiswa baru, akan berat menerima hingga menolak mahasiswa asal Indonesia Timur. Mereka seperti kaget ketika yang mencari kos adalah mahasiswa asal Indonesia Timur. Padahal sudah sangat jelas bahwa sedang ada kamar kosong di kos tersebut.” (II.no.232-245) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147 (Subjek III, AS) “…ketika saya mulai kos sendiri, saya merasakan bahwa ada ketidakterimaan warga setempat terhadap saya.” (III.no.98102) (Subjek IV, MR) “…saat itu saya hendak mencari kos. Saat menemukan kos yang kosong kemudian bernegosiasi dengan pemilik kos. Saat bertanya tentang kos, pemilik kos mengatakan bahwa kosnya telah penuh. saya berusaha mengklarifikasikan pemilik kos bahwa di luar terpampang pemberitahuan menerima kos putra namun kenapa saya tidak diterima. Pemilik kos mengatakan kebetulan kamar tersebut baru dipesan, dan ada keluarga yang mau tempati dengan berbagai alasan agar saya tidak menempati kamar tersebut. Saya seketika menanyakan apa yang membuat saya tidak diterima di sini. Pemilik kos menjawab “mungkin karena masalah Cebongan!”.” (IV.no.63-88) 3. Dampak Sosio-Psikologis dari diskriminasi dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta antara mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga setempat, berakibat pada kondisi psikologis para mahasiswa Timur yang tidak melakukan kekerasan. Dampak Psikologis yang dialami ialah semakin rendahnya harga diri, timbulnya perasaan cemas, depresi, stress pasca trauma, malu, dan rasa tertekan. Berikut akan dijabarkan dampak-dampak psikologis yang dialami para subjek: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148 a. Harga Diri Rendah Perasaan harga diri rendah menjadi salah satu dampak yang diakibatkan dari kekerasan etnis di Yogyakarta. Perasaan tidak berdaya, terpukul, sedih akibat kekerasan etnis dirasakan oleh keempat subjek. Berikut adalah kutipan pernyataan dari keempat subjek berkaitan dengan perasaan rendah diri akibat fenomena kekerasan di Yogya: (Subjek I, AT) “…Kalaupun ada kekerasan yang dilakukan oleh orang Timur, menurut saya kekerasan itu hanya dilakukan oleh beberapa mahasiswa Timur saja. Tidak semua orang Timur membuat keributan di sini. Namun warga Yogya setempat menganggap bahwa semua orang Papua pembuat onar.” (I.no.65-75) “…Saya sebagai orang Papua merasa terpukul, sedih, karena dianggap sepele dengan kalimat “ah orang Papua saja.” (I.no.92-96) “…Perasaan-perasaan sedih, terpukul, dan dianggap sepele masih dirasakan sekarang.” (I.no.324-327) (Subjek II, YD) “…Perasaan saya sedih karena melalui kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang Timur, akhirnya kami semua dipersalahkan. Padahal yang .bersalah itu hanya orangorang tertentu.” (II.no.221-227) (Subjek III, AS) “…Saya mau bagaimana lagi mengubah pandangan warga Yogya, sudah sangat susah.” (III.no.389-391) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149 (Subjek IV, MR) “…Saya merasa kecewa dengan sikap dari pemilik kos yang memberikan stigma dan pandangan negatif namun saya berusaha menerima.” (IV.no.97-101) b. Kecemasan Dampak lain yang dirasakan oleh para subjek akibat kekerasan yang terjadi di Yogyakarta adalah kecemasan. Dari hasil wawancara, keempat subjek merasa cemas pasca terjadi kekerasan antar mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga Yogyakarta. Kecemasan tersebut berupa kecemasan menjadi sasaran amukan warga, berpergian di malam hari, hingga melaksanakan kegiatan lain di luar ruangan. Berikut kutipan para subjek berkaitan dengan perasaan cemas yang mereka rasakan: (Subjek I, AT) “…Yang membuat saya takut adalah ketika kami anak-anak Papua lagi kumpul-kumpul atau bercerita-cerita di tempat umum, takutnya ada orang yang mencelakai kami dari belakang. Selain di tempat-tempat ramai saya juga takut jika di tempat-tempat sepi. Lalu yang sering saya takutkan jika mengendarai sepeda motor ada yang mecoba melukai saya. Jadi selama ini saya sangat berhati-hati sekali saat mengendarai sepeda motor. Setelah banyak kasus terjadi, saya menjadi takut saat mengendarai sepeda gayung, karena sepeda gayung itu lambat dan saya takutnya ada yang melukai saya dari belakang saat mengendarai sepeda gayung.” (I.no.188-212) (Subjek II, YD) “…Dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya mulai merasa trauma. Makanya saya menyarankan kepada adikadik saya untuk tidak usah melanjutkan kuliahnya di Yogya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150 Masalahnya mau keluar malam saya juga trauma dan takut. Kami ini manusia bukan binatang. Jadi merasa kecewa dan sedih.” (II.no.410-421) (Subjek III, AS) “…Saya jadi takut harus keluar, lewat jalan yang mana, padahal bukan saya pelakunya bentrokan. Intinya saya tidak mau mencari masalah.” (III.no.376-381) c. Depresi Dampak lain yang dirasakan subjek adalah perasaan depresi. Depresi dirasakan oleh subjek akibat pengalaman menjadi korban langsung kekerasan. Pengalaman depresi yang dirasakan membuat subjek dirundung perasaan sedih yang sangat besar, hingga putus asa. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dari subjek keempat: (Subjek IV, MR) “…Saat itu saya mendapat dua luka bacokan di punggung dan harus dirawat dirumah sakit. Pengalaman itu membuat saya trauma dan akhirnya cuti kuliah selama tiga tahun. Sehingga saat ini baru bisa melanjutkan kuliah lagi.” (IV.no.156-164) d. Stress Pasca Trauma Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta, mengakibatkan perasaan timbulnya stress pasca trauma yang dirasakan oleh subjek. Stress pasca trauma yang dirasakan oleh para subjek mempengaruhi kehidupan harian para subjek. para subjek merasa tidak aman dan nyaman tinggal di Yogyakarta, kuliah menjadi terganggu dan beberapa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151 hobi tidak dapat tersalurkan dengan baik. Berikut ini adalah kutipan tentang dampak stress pasca trauma yang dirasakan para subjek: (Subjek I, AT) “…Tentunya karena ada masalah-masalah ini, saya menjadi tidak aman dalam belajar dan harus mengurus tempat tinggal yang nyaman. Belum lagi susah mencari tempat tinggal di Yogyakarta.” (I.no.261-268) (Subjek II, YD) “…Saya tinggal di Yogya ini seperti ada sesuatu yang menggangu seperti tertekan, ada beban juga. Tinggal di kos juga membuat saya merasa takut dengan kejadian-kejadian seperti itu.” (II.no.421-428) (Subjek III, AS) “…Dampak yang saya rasakan dalam studi akibat kekerasan di Yogyakarta adalah membuat saya lama kuliah. Saya merasa tidak begitu nyaman kuliah di Yogyakarta.” (III.no.420-426) (Subjek IV, MR) “…Pada saat itu saya tidak bebas, tidak dapat menyalurkan hobi bermain bola, atau berorganisasi yang mana sangat saya gemari olehnya. Saya merasa stress karena tidak bebas bergerak dan beraktifitas seperti biasanya. Dampak kekerasan memberi dampak yang sangat berat.” (IV.no.206216) e. Rasa malu Sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur, keempat subjek merasakan perasaan malu karena kekerasan etnis di Yogyakarta juga terjadi karena ulah orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152 Berikut adalah kutipan yang didapatkan dari keempat subjek mengenai perasaan malu berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta: (Subjek II, YD) “…Saya kan merasa malu karena teman saya sendiri yang melakukan keributan.(II.no.331-333) (Subjek III, AS) “…Saya malu karena ada teman-teman dari Timur yang melakukan kekerasan, mabuk. Perasaan malu itu sangat besar. Cuma saya prinsip bahwa dari diri saya tidak mau menambah malu atau adik-adik saya ikut membuat malu wajah orang Timur.” (III.no.406-415) f. Tertekan Fenomena kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta mengakibatkan para subjek merasakan perasaan tertekan. Perasaan tertekan dirasakan karena mahasiswa asal Indonesia Timur masih dianggap sebagai kaum “nomordua”, pengalaman diskrimininasi dan prasangka dari warga membuat para subjek merasa tidak bebas. Berikut adalah kutipan dari subjek berkaitan dengan perasaan tertekan yang dialami: (Subjek II, YD) “…Saat itu saya merasa jengkel dan marah, mengapa sih orang Papua dianggap tidak mampu dan harus dianggap jadi nomor dua.” (II.no.164-169) “…Saya tinggal di Yogya ini seperti ada sesuatu yang menggangu seperti tertekan, ada beban juga.” (II.no.421425) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153 “…Mahasiswa juga mau menghadirkan Sultan untuk menghimbau solidaritas antar etnis. Kami juga datang ke yogya untuk menempuh pendidikan dan studi.” (II.no.437443) (Subjek III, AS) “…. Kadang saya punya perasaan sakit karena sebagai mahasiswa Timur masih ada diskriminasi terhadap kami.” (III.no.327-331) “…Seperti disini ketika kasus dan pandangan orang Jawa terhadap orang Timur buruk, saya sangat sakit dan terpukul, namun saya tidak boleh terlena dengan perasaan sakit itu.” (III.no.351-358) 4. Upaya Para Subjek dan Komunitas untuk Mengurangi Kekerasan Etnis di Yogyakarta Kekerasaan etnis di Yogyakarta mendorong para subjek penelitian asal Indonesia Timur untuk berupaya mencegah terjadinya kekerasan melalui upaya-upaya positif. Upaya-upaya positif tersebut dibangun dari dalam diri dan juga dari komunitas daerah yang mereka ikuti. Upayaupaya tersebut tampak melalui hasil wawancara dengan para subjek di bawah ini: a. Upaya Para Subjek Dorongan agar dapat diterima oleh warga Yogyakarta diupayakan oleh mahasiswa asal Indonesia Timur. Upaya yang dibangun melalui sikap positif seperti ramah, sopan, serta melalui kegiatan-kegiatan positif seperti mengajar les, kor gereja, pelayanan di kampus dan masyarakat. Berikut adalah kutipan mengenai upaya dari para subjek penelitian: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 154 (Subjek I, AT) “…memberi pemahaman bagi adik-adik mahasiswa baru. Agar pandangan orang setempat tentang orang papua yang suka mabuk, sering buat kekerasan, suka senang-senang dan tidak menaati lalu lintas menjadi berkurang. Intinya saya meyakinkan warga setempat dengan memberi les matematika di masyarakat agar mereka tahu bahwa orang Papua juga bisa dan tidak semua orang Papua negatif. Selain memberi les saya juga memberi pengetahuan kepada teman-teman tentang keadaan di Papua karena mereka selama ini hanya melihat kondisi Papua lewat TV.” (I.no.315-340) (Subjek II, YD) “...saya mengikuti cara berbicara, atau sikap orang Jawa dalam berelasi dengan warga sekitar. Saya juga banyak bertanya dengan teman-teman kos atau anak dari ibu kos dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Saya beranikan diri menyapa dan lebih murah senyum dengan warga sekitar. Saya juga belajar bahasa Jawa dengan teman-teman kos. Saya berusaha menyesuaikan saja agar dapat diterima.” (II.no.15-30) “…ya memberitahu kepada teman-teman bahwa tidak semua orang Papua jahat. Tapi ada teman yang bisa menerima ada yang tidak menerimanya.” (II.no.457-462) “…Selain itu untuk adik-adik mahasiswa baru, saya memberikan nasehat kepada mereka untuk meyesuaikan diri dengan budaya Yogyakarta.” (II.no.478-483) (Subjek III, AS) “…Walaupun demikian saya berusaha untuk ramah dan murah senyum kepada mereka. Walaupun awalnya mereka menganggap saya orang asing, mereka akhirnya bisa menerima saya. Hal itu menurut saya karena saya berusaha untuk murah senyum dan menghargai mereka. Akhirnya saya sering melakukan kegiatan bersama seperti main ping-pong dan sebagainya.” (III.no.107-121) (Subjek IV, MR) “…membentuk pemikiran positif dan menjadi contoh bagi adik-adik mahasiswa baru misalnya melayani di komunitas San Egidio. Pelayanan-pelayanan tersebut mungkin di zaman PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155 ini tidak popular di mata teman-teman mahasiswa. Namun melaui pelayanan ini menjadi suatu kesaksian bahwa saya peduli kepada anak-anak jalanan, orang-orang yang membutuhkan bantuan, kaum marginal dan para lansia.” (IV.no.274-290) b. Upaya dari Komunitas Selain upaya positif dibentuk dalam diri subjek, komunitas mahasiswa Papua juga membuat upaya seperti dialog dengan pemerintah Yogyakarta dan membuat aturan-aturan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kekerasan etnis di Yogyakarta. Berikut merupakan pernyataan subjek pertama dan kedua, berkaitan dengan upaya dari komunitas mahasiswa Papua: (Subjek I, AT) “…Upaya yang kami buat di komunitas adalah dengan membuat dialog-dialog dengan warga Yogyakarta maupun dengan pemerintah Yogya. Sedangkan berkaitan dengan peraturan, kami di komunitas telah menyepakati bersama untuk tidak mengonsumsi minuman keras. Jika ada mahasiswa papua mabuk dan membuat kekerasan di jalan, kami akan membawa dan mengadili mereka. Kami dari komunitas memiliki tim keamanan malam sendiri. Tim ini akan memantau siapa yang membuat kekerasan di jalan akan diproses. Jika mahasiswa tersebut membuat keributan dan mabuk, maka dia akan di pulangkan ke Papua. Selain itu untuk jam malam, kami di asrama di tentukan batas keluar malam adalah pukul tujuh malam agar tidak ada korban kekerasan. Hal ini karena banyak kekerasan dilakukan di malam hari. Selain itu kami menegaskan aturan untuk menggunakan helm saat berpergian. Selain untuk waspada, keamanan juga harus diperhatikan karena demi keselamatan pengendara. Selain itu, kelengkapan kendaraan seperti kaca spion, lampu sein, rem tangan dan kaki. Semua harus diperhatikan. Dan jangan terlalu banyak berpergian tanpa tujuan,…” (I.no.344-387) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156 (Subjek II, YD) “…Dalam komunitas juga ada diskusi-diskusi yang dilakukan dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar. Kita yang harus mulai terlebih dahulu dengan senyum dan sapa.” (II.no.483-490) E. Pembahasan Berdasarkan data yang telah dijelaskan sebelumnya, didapatkan beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan etnis antara orang-orang Timur dengan warga Yogyakarta. Faktor-faktor tersebut adalah perbedaan antar individu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, dan persaingan. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan tersebut, sesuai dengan tinjauaan teori yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (dalam Budiyono, 2009; 52-57). Menurut Soejono Soekanto (dalam Budiyono, 2009) banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kekerasan di masyarakat. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis sesuai dengan empat faktor yang dikemukakan oleh Soejono Soekanto. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, fokus penelitian tidak berfokus pada faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan di masyarakat melainkan pada dampak kekerasan pada remaja di masyarakat (Horwitz 2005), Pengaruh kekerasan terhadap perkembangan remaja (Cooley-Quille, Boyd, Frantz, & Walsh, 2001; Farver et al, 2005; Finkelhor et al, 2005; Segel & Young, 2003), perbedaan identitas budaya yang dapat berakibat menimbulkan kekerasan (Steven Salaita, 2005) dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, didapatkan data mengenai faktor- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157 faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis khususnya di Yogyakarta. Oleh karena itu, temuan dalam penelitian ini tentunya memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kekerasan di masyarakat khususnya Yogyakarta. Dari data hasil temuan, didapatkan bahwa kekerasan yang dilakukan orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur, semakin membentuk prasangka keliru warga Yogyakarta. Menurut Ancok dan Suroso (1995), salah satu ciri terbentuknya prasangka adalah jika ada salah seorang individu dari kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar. Prasangka berakibat pada pengucilan dan konflik sosial. Misalnya saja pengalaman keempat subjek yang ditolak untuk tinggal di kos-kosan, kemudian subjek kedua yang disepelehkan oleh dosen dan teman-teman kelas, serta pengalaman subjek pertama yang dikucilkan oleh warga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Steven Salaita (2005) mengenai bentuk pandangan warga Amerika terhadap warga Arab yang tinggal di Amerika sebelum dan sesudah peristiwa WTC, dimana dalam penelitian didapatkan bahwa pasca peristiwa tersebut warga Arab yang tinggal di Amerika mendapatkan perlakuan diskriminasi, dicap sebagai teroris dan sebagainya. Konflik dan kekerasan yang terjadi berdampak pada kondisi psikologis dan juga kehidupan sosial para subjek. Pada penelitian ini, para mahasiswa (subjek penelitian) asal Indonesia Timur secara khusus Papua dan NTT, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158 menunjukan adanya pengaruh kekerasan terhadap kondisi psikologi dan sosial mereka, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Kekerasan yang dimaksud tentunya tidak hanya merujuk pada kekerasan fisik antara orangorang Timur dengan warga Yogyakarta, namun juga kekerasan verbal, psikis, konflik dan pengucilan sosial. Beberapa penelitian menemukan bahwa, kekerasan etnis membawa dampak psikologis bagi para individu yang mewakili etnisnya. Kekerasan Etnis yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh pada kesehatan mental remaja (Farver, Xu, Eppe, Fernandez, & Schwartz, 2005; Finkelhor, Ormrod, Turner, & Hamby, 2005). Dampak psikologis kekerasan pada remaja dapat mengarah pada kecemasan, depresi dan stress pasca trauma (Kliewer, Lepore, Oskin, & Johnson, 1998). Selain itu, kekerasan juga dapat mengakibatkan penyalahgunaan zat, dan tindakan agresi pada para korbannya (Bingenheimer, Brennan, & Earls, 2005; Goldstein, Walton, Cunningham, Trowbridge, Maio, 2007; Rosenthal, 2000). Harga diri rendah dialami setiap subjek. Hal ini dilihat dari pengakuan keempat subjek yang tidak berdaya dan tidak percaya diri sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur. Pada subjek pertama dan kedua, dianggap “pembawa keributan”. Sementara itu subjek ketiga tidak berdaya dengan pandangan negatif warga Yogya. Sedangkan perasaan tidak berdaya dirasakan subjek keempat setelah mendapat musibah pembacokan dan meninggalnya sang ibu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159 Maslow menyatakan bahwa jika kebutuhan akan harga diri kurang maka, seseorang akan diliputi rasa rendah diri, dan perasaan tidak berdaya. Kecemasan juga dialami oleh para subjek. Keempat subjek menunjukan indikator yang sama yaitu, adanya perasaan tegang, terancam dari suatu bahaya. Para subjek cemas karena takut menjadi korban amarah warga Yogyakarta. Selain itu, para subjek cemas jika adik-adik mahasiswa baru asal Papua dan NTT dapat menjadi korban dari konflik dan kekerasan etnis di Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan pengertian kecemasan yaitu keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (American Psychiatric Association, 1994; Barlow, 2002 dalam Durand; 158). Dari data yang dihasilkan didapatkan bahwa hanya subjek keempat yang mengalami keadaan depresi. Subjek keempat merasa sedih, merasa putus asa, tidak berdaya, dan tidak dapat berkonsentrasi. Pengalaman subjek saat itu mendapat dua luka bacokan di punggung dan harus dirawat dirumah sakit. Pengalaman itu membuat subjek trauma dan akhirnya cuti kuliah selama tiga tahun. Selama tiga tahun subjek ketiga melalui masa-masa pemulihan fisik dan psikis. Pengalaman menjadi korban kekerasan dan meninggalnya sosok ibu membuat subjek mengalami depresi. Depresi menimbulkan gejala-gejala depresi seperti perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplam, 1998). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160 Stress pasca trauma dialami oleh keempat subjek. Stress pasca trauma dialami para subjek keempat subjek yang merasa ketakutan, ketidakberdayaan, kengerian yang selalu terbayang dipikiran mereka (DSM-IV). Subjek pertama merasa stress saat mencari tempat tinggal di Yogyakarta. Subjek juga merasa tertekan, dan beban. Tinggal di kos juga membuat saya merasa takut dengan kejadian-kejadian seperti itu seperti yang dikemukakan subjek kedua. Subjek ke-tiga mengaku akibat kekerasan etnis yang terjadi, dirinya merasa tidak begitu nyaman kuliah akhirnya kuliah menjadi terganggu. Sedangkan akibat kekerasan, subjek keempat merasa tidak bebas, tidak dapat menyalurkan hobi bermain bola, atau berorganisasi yang mana sangat digemari olehnya. subjek juga merasa stress karena tidak bebas bergerak dan beraktifitas seperti biasanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Feldmen (dalam Fausiah dan Widury, 2006) yang mendefinisikan stress sebagai suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, dan kognitif, dan perilaku. Rasa malu dialami oleh keempat subjek. Keempat subjek merasa malu karena beberapa pelaku kekerasan berasal dari Indonesia Timur. Keempat menyangsikan tindakan kekerasan yang pelakunya adalah para mahasiswa asal Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan pendapat Weekes (1991), yang memandang rasa malu sebagai campuran dari kesombongan dan ketakutan akan omongan si sekitar kita. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 161 Perasaan tertekan juga dialami oleh para subjek. Para subjek merasa bahwa kekerasan etnis di Yogyakarta membuat timbulnya perasaan tertekan dan perasaan tidak bebas. Subjek kedua mengaku bahwa seperti ada sesuatu yang menggangu seperti tertekan, ada beban juga. Selain itu subjek ketiga, merasakan perasaan sangat sakit dan terpukul atas pengucilan sosial dan prasangka warga Yogyakarta. Kekerasan yang terjadi membuat para subjek berupaya agar tidak terjadi lagi konflik dan kekerasan di Yogyakarta. Upaya tersebut bertujuan agar antara warga Yogyakarta dan mahasiswa asal Indonesia Timur dapat berdampingan dengan baik, tidak ada lagi konflik, pengucilan sosial, dan kekerasan antar kelompok etnis. Bentuk-bentuk upaya yang dilakukan yaitu dimulai dari diri sendiri. Upaya yang dibentuk dari dalam diri misalnya subjek pertama dengan membentuk sikap ramah, murah senyum dengan warga Yogyakarta, memberi les matematika, mengikuti kegiatan koor di gereja maupun di kampus. Selain itu dengan menasehati para mahasiswa baru asal Papua dan teman-teman di kampus. Pada subjek kedua ditunjukan melalui sikap penyesuaiaan diri pada kebiasaan warga Yogya misalnya dalam bersikap, bertutur kata sopan, ramah, murah senyum dengan warga sekitar, mempelajari bahasa Jawa, menasehati adik-adik mahasiswa baru asal Papua, serta memberi pemahaman kepada teman-teman bahwa tidak semua orang yang berasal dari Indonesia Timur keras dan jahat. Pada subjek ketiga juga melalui sikap yang ramah dan murah senyum terhadap warga Yogyakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162 serta pelayanan masyarakat di komunitas San Egidio. Sedangkan pada subjek keempat upaya dilakukan melalui sikap dan pemikiran positif terhadap warga Yogyakarta, serta menjadi contoh terhadap adik-adik asal NTT melalui pelayanan masyarakat di komunitas San Egidio. Selain upaya untuk mengurangi kekerasan dilakukan oleh para subjek, upaya juga dilakukan dari komunitas Papua misalnya melalui dialog-dialog antara komunitas dengan pihak pemerintah Yogyakarta dalam upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta. Selain itu komunitas mengeluarkan aturan untuk tidak mengonsumsi minuman beralkohol, tidak membuat keributan, mengatur jam keluar malam di asrama Papua, dan menegaskan kepada para mahasiswa Papua untuk menaati aturan dalam berlalu lintas. Bagi yang membuat keributan dan mabuk akan ditegur dan diberi sangsi hingga dipulangkan ke Papua jika tidak jera. 1. Temuan Tambahan Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta juga disebabkan oleh rasa frustasi yang dialami oleh orang-orang Timur yang tinggal di Yogyakarta. Orang-orang Timur yang melakukan kekerasan merasa kecewa karena pengucilan sosial dan sikap menyepelehkan dari warga Yogyakarta. Kondisi frustasi ini sesuai dengan teori frustasi-agresi John Dollard dan rekannya (dalam Myers, 2010) bahwa, frustasi selalu mengarahkan individu pada suatu bentuk agresi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 163 Kondisi frustasi juga dirasakan oleh warga Yogyakarta yang merasa tidak dapat menahan kesabaran atas tindakan oran-orang Timur yang melakukan kekerasan dan keributan di Yogyakarta. Yogyakarta sebagai kota yang nyaman dan damai menjadi rusuh karena kebiasaankebiasaan orang Timur yang suka mabuk-mabukan dan sebagainya. Di bawah ini merupakan Skema Kerangka tentang dinamika Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta, dampak sosio-psikologis, serta upaya dalam mencegah terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 164 Skema 2: Dinamika Kekerasan etnis Di Yogyakarta Perbedaan Antar Individu Perbedaan fisik : warna kulit, rambut, perawakan, dan wajah Kurang Pemahaman antar Individu Frustasi yang dialami individu korban kekerasan Perbedaan Budaya Gaya dan nada berbicara/Logat Kebiasaan berkumpulMabuk Kebiasaan Berlalu Lintas Menyepelehkan IQ orangtimur Biaya hidup murahMabuk & senang-senang di Yogya Kepentingan media dalam menginformasikan berita Faktor-faktor Bentrokan Kepentingan Persaingan Persaingan Kebudayaan Persaingan Ras Pengucilan Prasangka keliru Dinamika Konflik dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta Konflik dan Kekerasan Sedih, terpukul dan tidakberdaya Cemas bagi diri sendiri Cemas bagi Mahasiswa baru Depresi karena menjadi korban kekerasan Stress Pasca Trauma Tidak konsentrasi, tidak aman di Yogya, aktifitas terganggu Rasa Malu Malu karena orang timur mabuk dan membuat keributan di yogya Takut menjadi korban serta tidak nyaman menjalani kuliah di Yogya Ramah, menghormati aturan, mau menyesuaikan diri dengan warga Yogya, memberi les, dan lainnya Dialog, membuat aturan, dan mengarahkan mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri di Yogya Harga Diri Rendah Kecemasan Dampak SosioPsikologis Depresi Tertekan Dari diri sendiri Upaya mengurangi Kekerasan Etnis di Yogyakarta Dari Komunitas PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 165 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Secara Keseluruhan, keempat subjek menunjukan adanya dampak psikologis yang dialami dari konflik dan kekerasan etnis antara orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur dan warga Yogyakarta. Selain itu, upaya positif untuk mencegah terjadinya konflik dan kekerasan juga ditunjukan oleh para subjek sebagai mahasiswa yang sedang menjalani kuliah di Yogyakarta. Hasil penelitian yang berfokus pada faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan, dampak psikologis akibat kekerasan, dan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan menunjukan bahwa terdapat empat jenis faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis yaitu perbedaan antar individu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, dan persaingan. Selain itu, terdapat enam dampak psikologis yang dialami para subjek yaitu rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, stress pasca trauma, rasa malu, dan tertekan. Terdapat dua upaya yang dibangun oleh para subjek yaitu upaya dari dalam diri seperti membangun sikap ramah, mengikuti kegiatan pelayanan masyarakat, dan menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat Yogyakarta seperti tidak mengonsumsi minuman beralkohol, menaati rambu-rambu lalu lintas. Upaya lain yang dilakukan bersama komunitas ialah melalui dialog, dibentuknya aturan dari komunitas Papua, dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 166 kegiatan keakraban bersama mahasiswa baru yang membicarakan proses penyesuaiaan diri di Yogyakarta. Kekerasan yang terjadi, ternyata tidak menurunkan niat para mahasiswa asal Indonesia Timur untuk menyesuaikan diri dan bertindak lebih baik lagi di Yogyakarta. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya diberikan pada subjek dengan batasan usia dan latarbelakang pendidikan mahasiswa sementara, perantau asal Indonesia Timur yang berada di Yogyakarta tidak hanya remaja yang berstatus mahasiswa sehingga penelitian ini tidak dapat menggambarkan dampak yang sosio psikologis yang terjadi pada orang-orang di usia dewasa akhir. Penelitian ini juga, tidak menggambarkan data yang lengkap mengenai kekerasan dan dampak psikologis dari sudut pandang warga Yogyakarta. Selain itu, proses Triangulasi dalam penelitian ini tidak dilakukan secara lengkap. C. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti topik yang sama diharapkan dapat meneliti dampak sosio psikologis dari sudut pandang warga Yogyakarta yang menjadi korban konflik dan kekerasan etnis di Yogykarta. Selain itu juga mempertimbangkan faktor usia, latarbelakang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 167 pendidikan, dan peran budaya yang lebih mendalam sehingga memperkaya penelitian psikologi lintas budaya. 2. Bagi Para Mahasiswa dan Perantau yang Berasal dari Indonesia Timur Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa semua subjek mengalami dampak secara psikologis dalam diri mereka akibat kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta. Oleh karena itu, bagi para mahasiswa dan perantau yang berasal dari Indonesia Timur untuk dapat mencegah terjadinya konflik dan kekerasan dengan membangun sikap yang baik, mau menyesuaikan diri, serta menaati peraturan serta ketentuan di tempat rantauaan dalam hal ini kota Yogyakarta. 3. Bagi Warga Yogyakarta Berdasarkan hasil analisis data, ternyata para mahasiswa asal Indonesia Timur yang tidak melakukan kekerasan membutuhkan dukungan dalam hal ini rasa aman untuk tinggal di Yogyakarta. Karena prasangka yang diberikan kepada semua orang yang berasal dari Indonesia Timur, mereka mendapatkan pengucilan seperti tidak diterima kos-kosan dan sebagainya. Selain itu, pendidikan yang dijalani akhirnya mengalami kendala karena kurangnya rasa aman untuk beraktivitas di Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168 DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Smith, E. E. Bem, D. J. (2010). Pengantar Psikologi, jilid 2, edisi kesebelas.(alih bahasa: Widjaja Kusuma). Batam Centre: Interaksara. Baron, R. A dan Byrne, D,(2005). Psikologi Sosial (edisi Kesepuluh, jilid 2). Jakarta: Erlangga. Basrowi,. & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Citra. Berkowitz, L. (1995). Agresi 1 : Sebab dan Akibatnya. Alih Bahasa: Hartatni Woro Susiatni. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo. Bingenheimer, B, J. & Robert, T, B. (2005). Firearm Violence Exposure and Serious Violent Behavior. Journal Science, Volume 308 no. 5726 pp. 1323-1326 Budiyono. (2009). Sosiologi 2 : Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Burdett Deborah. (2009). The Effects of Exposure to Community Violence on Aspects of Adolescent Identity Development. Journal of Child and Adolescent Psychiatric Nursing, Volume 22, Number 2, pp. 99–105 Cholid, N., & Achmadi, H. A. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara. Cooley Michele & Tanya J. Quille. (2009). Community Violence and Youth: Affect, Behavior, Substance Use, and Academics. Journal Clin Child Fam Psychol 12(1): 127-156. Degei Yeremias. (2007). Teriak Maling, Warga Aniaya Mahasiswa Papua Hingga Mata Kiri Cacat. Diunduh 1 April 2014 dari http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=2623 Dirgagunarsa, S. (1983). Pengantar Psikologi. Jakarta. Mutiara. Farver, J. A. M., Xu, Y., Eppe, S., Fernandez, A., & Schwartz, D. (2005). Community violence, family conflict, and preschoolers' socioemotional functioning. Developmental psychology, 41(1), 160. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 169 Fernandez Noviarizal. (2013). PENGRUSAKAN MAPOLSEK: Sesepuh Papua di Yogyakarta Minta Aparat Tegas. Diunduh 11 Desember 2013 dari http:// Bisnis-Jateng.com. Finkelhor, D., Ormrod, R., Turner, H., & Hamby, S. L. (2005). The victimization of children and youth: A comprehensive, national survey. Child maltreatment, 10(1), 5-25. Goble, F. G. (1987). Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow, terj. A. supratinya, Yogyakarta: Kanisius. Hanafi Ristu. (2013). “Mahasiswa Asal NTT Trauma”. Diunduh 29 April 2014 dari http://m.koran-sindo.com/node/302235. Hasan Addy. (2013). 2 TNI Dikeroyok Mahasiswa, Sesepuh Papua Minta Berdamai. Diunduh 11 Desember 2013 dari http:// liputan6dotcom Hill, H. M., & Jones, L. P. (1997). Children's and parents' perceptions of children's exposure to violence in urban neighborhoods. Journal of the National Medical Association, 89(4), 270. Horowitz., McKay M. & Marshall R. (2005). Community Violence and Urban Families: Experiences, Effects, and Directions for Intervention. The American Journal of Orthopsychiatry. 75(3):356-68. Huffman, K., Vernoy, M., Williams, B., & Vernoy, J. (2000). Psychology in action. Wiley. Hurlock, E. B. (1955). Adolescent development (Vol. 30). New York: McGrawHill. Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo, M.Sc. Jakarta: Erlangga. IDAI. (2013). “Masalah kesehatan mental emosional remaja”. Diunduh 26 Maret 2014 dari http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatananak/masalah-kesehatan-mental-emosional-remaja. Indonesia, D. P. N. R. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta. Gramedia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170 Iwe. (2013). “Lapas Cebongan Sleman Diserbu Sekelompok Pria Bersenjata”. Diunduh 21 April http://jogja.tribunnews.com/2013/03/23/lapascebongan-sleman-diserbu-sekelompok-pria/ Jessica, M. (2007). Dampak psikologis pada dewasa muda korban kekerasan dalam berpacaran (Doctoral dissertation, Unika Soegijapranata). Kaplam, H. I., & Saddock, B. J. (1981). Modern synopsis of comprehensive textbook of psychiatry. Katona, C., Cooper, C., & Robertson, M. (2012). Psychiatry at a Glance. John Wiley & Sons. King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika Kliewer, W., Lepore, S. J., Oskin, D., & Johnson, P. D. (1998). The role of social and cognitive processes in children's adjustment to community violence. Journal of consulting and clinical psychology, 66(1), 199. Kristi, E. P. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi-Universitas Indonesia. Maharani Shinta. (2013). “Ribuan Mahasiswa asal NTT Eksodus dari Yogya”. Diunduh 3 Oktober 2013 dari http:// Ribuan Mahasiswa asal NTT Eksodus dari Yogya _ nasional _ Tempo.co. Mahoney, A. & Lear M. (2008). Social Violence, Psychosocial Consequences and Considerations for Social Work Intervention. The Caribbean Journal of Social Work Volume 6 and 7. No 36-57. Malcolm, H., & Steve, H. (1988). Pengantar Psikologi. Jakarta. Erlangga. Mark, D. V., & Barlow David, H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal. Cetakan pertama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Moleong Lexy, J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171 Monk, C. S., McClure, E. B., Nelson, E. E., Zarahn, E., Bilder, R. M., Leibenluft, E., ... & Pine, D. S. (2003). Adolescent immaturity in attention-related brain engagement to emotional facial expressions. Neuroimage, 20(1), 420-428. Pujiani, H. (2007). Dampak Psikologis Orang Tua yang Mempunyai Anak Autis (Doctoral dissertation, Unika Soegijapranata). Pusat Pembinaan, Pengembangan Bahasa (Indonesia), Indonésie. Departemen Pendidikan, Balai Pustaka, & PN. (1991). Kamus besar bahasa Indonesia (Vol. 3658). Pusat Pembinaan, & Pengembangan Bahasa (Eds.). Jakarta. Balai Pustaka. Pustaka, B. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Putra, E.I., & Ardiningtiyas, P. (2012). Psikologi Prasangka: Sebab, Dampak, dan Solusi. Bogor: Ghalia Indonesia. Quille, C. M., Boyd, R. C., & Walsh J. (2001). Emotional and Behavioral Impact of Exposure to Community Violence in Inner-city Adolescents. Department of Mental Hygiene, School of Hygiene and Public Health, Johns Hopkins University, 624 North Broadway, 8th Floor, Baltimore, MD 21205, USA. Rahman Abdul, A. (2013). Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta. Rajawali Pers. Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar). Jakarta. Indeks. Sarwono, S. W. (1995). Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, Sarlito.W. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Schneiders, A. A. (1951). The psychology of adolescence. Milwaukee, Bruce. Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1994). Psikologi sosial jilid 2. Penterjemah Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. Santrock, W.J. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Dra. Shinto B. Adelar, M.Sc. dan Sherly Saragih, S.Psi. Jakarta: Erlangga. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 172 Santrock, W.J. (2007). Remaja. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga. Smith, E. E., Atkinson, R. L., & Hilgard, E. R. (2003). Atkinson & Hilgard's introduction to psychology. Wadsworth Pub Co. Surya Roy. (2012). “Mahasiswa Timor Leste gak mau bayar parkir, malah ajak gank, bacok tukang parkir”. Diunduh 21 April 2014 dari http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php/4767-MahasiswaTimor-leste-gak-mau-bayar-parkir-malah-ajak-gank-bacok-tukang-parkir Tohari Amien, dkk (2011). Dinamika Konflik dan Kekerasan di Indonesia. Jakarta: Institut Titian Perdamaian. Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal jilid 1. Jakarta: Erlangga. Purnamaningsih, E. H. (2003). Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 30(2), 67-71. Walker, H. M., & Gresham, F. M. (1997). Making Schools Safer and Violence Free. Intervention in School and Clinic, 32(4), 199-204. Walgito, B. (1980). Psikologi sosial: Suatu pengantar. Fakultas Psikologi UGM. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173 LAMPIRAN PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 174 LAMPIRAN 1 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 1 (AT) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175 Skema 3 Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan Indonesia Timur Subjek 1 Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Individu Mengalami Kekerasan Etnis 1. Perbadaan antar invidu 2. Perbedaan budaya Prasangka Pengucilan sosial, konflik dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta Dampak Negatif a) b) c) d) e) f) Harga Diri Rendah Kecemasan tertekan Stres Pasca Trauma Rasa Malu Kuliah Menjadi Terganggu Keterangan Upaya Positif a) b) c) d) Menigkatkan Penghayatan Agama Mentaati peraturan Berbaur dan membuka diri Mengarahkan Adik-adik Mahasiswa Baru dalam Membentuk Sikap Positif : Mengakibatkan Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 176 LAMPIRAN 2 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 2 (YD) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 177 Skema 4 Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan Indonesia Timur Subjek 2 Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Individu Faktorf Mengalami Kekerasan Etnis 1. Perbadaan antar invidu 2. Perbedaan budaya 3. Bentrokan Kepentingan Prasangka Pengucilan sosial, konflik dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta Dampak Negatif a) b) c) d) e) Harga Diri Rendah Kecemasan Tertekan Stres Pasca Trauma Rasa Malu Keterangan Upaya Positif a) Berbaur dan membuka diri b) Mengarahkan Adik-adik Mahasiswa Baru dalam Membentuk Sikap Positif : Mengakibatkan Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 178 LAMPIRAN 3 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 3 (AS) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 179 Skema 5 Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan Indonesia Timur Subjek 3 Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Individu Mengalami Kekerasan EtnisFaktorf 1. Perbadaan antar invidu 2. Perbedaan budaya 3. Persaingan Prasangka Pengucilan sosial, konflik dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta Dampak Negatif a) b) c) d) e) Harga Diri Rendah Kecemasan Tertekan Stres Pasca Trauma Rasa Malu Keterangan Upaya Positif a) Berbaur dan membuka diri di masyarakat b) Mengikuti pelayanan masyarakat di komunitas San Egidio : Mengakibatkan Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 180 LAMPIRAN 4 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis pada Subjek 4 (MR) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 181 Skema 6 Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan Indonesia Timur Subjek 4 Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Individu Faktorf Mengalami Kekerasan Etnis 1. Bentrokan Kepentingan Prasangka Pengucilan sosial, konflik dan Kekerasan Etnis di Yogyakarta Dampak Negatif a) b) c) d) e) Harga Diri Rendah Tertekan Stres Pasca Trauma Rasa Malu Kuliah Menjadi Terbengkalai Keterangan Upaya Positif a) Berbaur dan membuka diri b) Mengikuti pelayanan masyarakat di komunitas San Egidio : Mengakibatkan Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182 LAMPIRAN 5 Protokol Wawancara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 183 PROTOKOL WAWANCARA Waktu wawancara (hari/tanggal/jam) : Durasi wawancara : Tempat wawancara : Nama Interviewe (Inisial) : Pekerjaan : Tempat/tanggal lahir : Status pernikahan : Sudah / Belum Menikah Usia : Urutan Kelahiran : anak ke- dari bersaudara Pendidikan terakhir : Hobi : No. No Panduan Pertanyaan bagi Subjek 1 Faktor-faktor Penyebab Kekerasan Etnis di a. Bagaimana pandangan anda berkaitan dengan konflik dan kekerasan yang terjadi antara warga Yogyakarta dengan mahasiswa asal Indonesia Timur di Yogyakarta? b. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta? 2 3 4 Pengalaman Diskriminasi dan Pengucilan Sosial a. Apakah anda memiliki pengalaman diskiminasi atau pengucilan sosial oleh warga Yogyakarta? b. Jika ada dapatkah anda menceritakan pengalaman tersebut? c. Bagaimana pengalaman tersebut berpengaruh dalam kehidupan anda sebagai mahasiswa? Dampak Sosio-Psikologis dari Kekerasan Etnis di Yogyakarta a. Apa akibat yang anda rasakan maupun anda alami dari kekerasan etnis yang terjadi? b. Seberapa besar perasaan tersebut mempengaruhi anda? c. Apakah dampak-dampak tersebut mempengaruhi kehidupan anda sebagai mahasiswa di Yogyakarta? Upaya-upaya dan harapan agar tidak Terjadinya Kekerasan Etnis di Yogya a. Sikap apa yang anda lakukan agar antara warga Yogyakarta dan mahasiswa Indonesia Timur semakin harmonis? b. Sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur apa yang anda harapkan berkaitan dengan konflik dan kekerasan di Yogyakarta? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 184 LAMPIRAN 6 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1 (AT) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 185 Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1 (AT) Baris 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Verbatim Bagaimana relasi anda dengan teman-teman satu suku maupun berbeda suku? Relasi saya dengan temanteman baik, yang penting saya terbuka dengan temanteman. Di kos ataupun di kampus saya berani membuka diri. Sedangkan relasi saya dengan temanteman satu daerah itu sudah pasti baik. Karena prinsip saya harus baik dulu dengan teman-teman satu daerah sebelum dengan temanteman dari daerah lain. Bagaimana peran suku mey dalam membentuk watak dan kepribadian anda? Suku mey mengajarkan saya dalam berperilaku. Misalnya ada tiga unsur utama yaitu Dou artinya melihat dengan mata, Gae artinya berpikir, dan ekowae artinya berkerja dengan tangan dan kaki. Ketiga unsur itu adalah pegangan saat di tempat rantauan. Bagaimana anda memandang kekerasan etnis antara mahasiswa timur dengan warga yang terjadi di Yogyakarta? Menurut saya kekerasan yang terjadi antara Koding Awal Analisis Upaya untuk membuka diri dalam relasi dengan teman-teman dari budaya Jawa Kesadaran akan pentingnya membuka diri dengan temanteman dari budaya Jawa maupun dengan warga Yogyakarta Prinsip dalam menjalin relasirelasi yang baik dengan budaya yang berbeda mencerminkan relasi yang baik dengan budaya sendiri Suku mey mengajarkan 3 cara bersikap yaitu melihat, berpikir dan berkerja dimanapun berada termasuk di tempat rantauan Peran budaya Mey dalam membentuk pribadiTidak menutup mata akan lingkungan sekitar, memikirkan cara yang tepat dalam bersikap dan bertindak dengan baik dan benar Kekerasan terjadi karena perbedaan Faktor yang menimbulkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 186 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. mahasiswa asal timur dan warga setempat adalah karena perbedaan budaya, pemahaman budaya. Misalnya anggapan orang Jawa terhadap orang timur adalah orang yang keras tapi pada kenyataannya tidak semua orang timur keras. Sedangkan orang timur memandang bahwa orang Jawa adalah orang yang sopan dan halus namun pada kenyataannya tidak semua orang Jawa seperti itu. Karena pemahaman budaya yang berbeda akhirnya terjadi konflik dan kekerasan. Menurut anda apakah semua mahasiswa timur keras dan suka menimbulkan kekerasan? Kalaupun ada kekerasan yang dilakukan oleh orang timur, menurut saya kekerasan itu hanya dilakukan oleh beberapa mahasiswa timur saja. Tidak semua orang timur membuat keributan di sini. Namun warga Yogya setempat menganggap bahwa semua orang Papua pembuat onar. Menurut anda apakah yang menyebabkan pandangan warga Yogya seperti itu? Menurut saya karena hal-hal kecil seperti orang Papua sering tidak menaati lalu lintas. Akhirnya pandangan budaya dan kurangnya pemahaman budaya kekerasan disebabkan oleh perbedaan budaya dan kurangnya pemahaman terhadap perbedaan individu Prasangka yang keliru timbul dari kurangnya pemahaman akan budaya tertentu Kurangnya pemahaman budaya menimbulkan prasangka yang keliru yang akhirnya mengakibatkan konflik dan kekerasan etnis Proses Generalisasi: Kekerasan hanya dilakukan oleh beberapa mahasiswa timur, namun warga setempat berprasangka pada semua mahasiswa timur Rasa ketidakadilan atas prasangka keliru yang dibentuk warga Yogya Kekerasan etnis semakin menguatkan prasangka yang selama ini telah dibentuk warga Yogya karena perbedaan budaya Prasangka negatif timbul karena hal-hal sepele, seperti ketidaktaatan pada Faktor timbulnya prasangka negatif karena tidaktaatnya mahasiswa Papua pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 187 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. orang setempat menganggap rata-rata orang timur negatif. Sebagai orang Papua apa yang anda rasakan berkaitan dengan pandangan tersebut? Saya sebagai orang Papua merasa terpukul, sedih, karena dianggap sepele dengan kalimat “ah orang Papua saja”. Adakah pengalaman diskriminasi yang anda rasakan di Yogya? Saya punya pengalaman di tolak saat saya mencari kos. Saat saya tidak diterima oleh pemilik kos saya merasa sedih. Pernah juga saya punya pengalaman emosi saat di Jawa Timur dimana pernah ada warga yang mengatakan “ah wong Papua saja”. Sebagai orang Papua saya merasa sangat emosional namun saya berusaha sabar. Apa yang anda rasakan dari pengalaman diskriminasi tersebut? Saya sih tidak terlalu terbebani dengan tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh warga setempat. Itu tergantung bagaimana pintarpintarnya saya untuk bergaul. Namun saat saya berada di suatu daerah yang baru, pandangan warga terhadap saya itu sama dengan teman-teman Papua rambu lalu lintas peraturan setempat misanya dalam aturan berlalu lintas Perasaan terpukul, sedih dan tidak berdaya timbul akibat diskiminasi warga Jawa Prasangka keliru mengakibatkan masalah psikologis seperti terpukul, sedih dan ketidakberdayaan sebagai kaum minoritas Pengalaman di tolak pemilik kos-kosan serta dianggap remeh warga mengakibatkan perasaan sedih dan emosi yang ditahan Pengaruh diskriminasi mengakibatkan perasaan sedih, emosi dalam kondisi tidak berdaya Diskriminasi tidak terlalu membebani, namun masih ada kecemasan saat berada di daerah baru Dampak prasangka mengakibatkan perasaan trauma dan cemas jika berada di tempat baru PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 188 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172 lain yang sering buat keributan, dan mabukmabukan. Apakah ada pengalaman kekerasan yang tidak bisa anda lupakan? Saya punya beberapa pengalaman trauma tapi yang menjadi korbannya adalah teman saya. Waktu itu pada hari minggu tahun 2012 komunitas mahasiswa Papua melaksanakan acara makrab di pantai baron, eh sori pantai kukup. Saat itu teman saya ini mau beribadah di Yogya, akhirnya di memutuskan untuk pulang dan dalam perjalanan dia tabrakan di daerah Playen Wonosari. Tapi berdasarkan hasil visum itu menunjukan bahwa dia benar-benar kecelakaan. Apa dampak yang anda rasakan dari pengalaman teman anda? Nah yang saya takutkan dari pengalaman itu adalah misalnya saya mengendarai sepeda gayung atau sepeda motor, terus ada orang-orang yang mencoba mencelakai kami orang timur. Saat itu saya merasa sangat ketakutan, sehingga membuat saya sangat waspada ketika mengendarai sepeda motor. Apa yang anda lakukan dalam menghadapi hal Perasaan takut dan trauma menjadi korban kecelakaan Dampak kekerasan mengakibatkan perasaan tidak aman dalam mengendarai kendaraan, trauma dan menjadi korban amukan warga Yogya Ada ketakutan menjadi sasaran amukan warga Yogya yang sengaja melukai. Kekerasan yang tidak dialami secara langsung mengakibatkan masalah psikologis Perasaan takut saat mengendarai sepeda motor atau sepeda gayung Dampak Psikologis yaitu perasaan tidak aman dalam mengendarai kendaraan Sikap waspada saat mengendarai kendaraan bermotor. Meningkatnya kewaspadaan saat berkendara sepeda motor PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 189 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. tersebut? Melalui pengalaman itu, saya dan teman-teman senior di komunitas menghimbau kepada teman-teman komunitas dan adik-adik tingkat untuk waspada dan berhati-hati. Apakah hanya itu pengalaman kekerasan yang tidak dapat anda lupakan? Ada juga pengalaman adik tingkat yang di bacok dan dipukul dari belakang. Yang membuat saya takut adalah ketika kami anak-anak Papua lagi kumpul-kumpul atau bercerita-cerita di tempat umum, takutnya ada orang yang mencelakai kami dari belakang. Selain di tempattempat ramai saya juga takut jika di tempat-tempat sepi. Lalu yang sering saya takutkan jika mengendarai sepeda motor ada yang mecoba melukai saya. Jadi selama ini saya sangat berhati-hati sekali saat mengendarai sepeda motor. Setelah banyak kasus terjadi, saya menjadi takut saat mengendarai sepeda gayung, karena sepeda gayung itu lambat dan saya takutnya ada yang melukai saya dari belakang saat mengendarai sepeda gayung. Saya mengendarai motor saja takut apalagi sepeda gayung. Berarti sekarang anda masih takut mengendarai Pengalaman kekerasan mengakibatkan meningkatkan rasa persaudaraan dan kepedulian diantara teman-teman satu daerah untuk lebih menjaga diri Pengalaman kekerasan yang dialami teman dari Papua secara tidak langsung menimbulkan perasaan tidak bebas dalam beraktifitas, takut tinggal di Yogyakarta Upaya subjek dan teman-teman senior yang berasal dari Papua untuk mengingatkan mahasiswa baru agar lebih berhati-hati di Yogya Ketakutan-ketakutan menjadi korban amukan warga Yogya seperti takut berada di tempat umum, tempat sepi, saat berkumpul dengan teman-teman maupun saat mengendarai sepeda motor PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 190 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. sepeda gayung? Kalau tahun-tahun kedepan situasi sudah membaik, maka saya akan menggunakan sepeda gayung. Kalau menggunakana sepeda hanya di daerah kos, ya masih bisa lah tapi kalau sudah keluar agak jauh saya takut. Selain itu, jika keluar malam saya juga takut. Sehingga saya merasa tidak bebas dan merasa terancam tinggal di Yogyakarta. Apakah kekerasan tersebut mempengaruhi kuliah anda? Iya tentunya memberi dampak dalam studi saya di Yogyakarta. Misalnya kalau saya mau berpergian untuk urusan belajar kadang perasaan takut dan was-was itu muncul. Selain itu, saat tinggal di kos juga tidak merasa aman, mau belajar juga tidak nyaman. Takutnya pemilik kos dengan inteligen berkerjasama untuk memusnakan kami orang timur Indonesia. Wah emangnya sampai menyangkutpautkan inteligen ya? Iya kayak mata-mata yang berkerjasama dengan pemilik kos dan mencoba meracuni kami. Hal ini yang membuat saya dan adik-adik mau pindah kos-kosan atau kontrakan yang baru. Perasaan tidak bebas dan terancam saat menggunakan sepeda motor atau gayung di luar dari tempat tinggal serta takut berpergian di malam hari Dampak kekerasan mengakibatkan kecemasan saat berpergian di malam hari dan saat mengendarai sepeda motor atau sepeda gayung Perasaan tidak aman dalam belajar yang mengakibatkan konsentrasi belajar menurun Dampak kekerasan menimbulkan perasaan tidak bebas, tertekan dan selalu dihantui ketakutan dalam belajar maupun perkuliahan di Yogyakarta Pengalaman diracuni oleh orang tidak dikenal, membuat subjek ingin pindah kos dan lebih memilih mencari kontrakan Pengalaman kekerasan membuat subjek trauma tinggal di kos-kosan. Selain itu tidak aman saat berada di koskosan Ketakutan menjadi sasaran amukan bapak kos dan inteligen PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 191 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. Tentunya karena ada masalah-masalah ini, saya menjadi tidak aman dalam belajar dan harus mengurus tempat tinggal yang nyaman. Belum lagi susah mencari tempat tinggal di Yogyakarta. Adakah kekawatiran lain yang anda rasakan? Saya juga punya kekawatiran dengan teman-teman yang masih baru kuliah dan tempat tinggalnya agak jauh dari kampus. Adakah dampak positif yang anda rasakan dari kekerasan etnis di Yogya? Saya merasa bahwa malalui pengalaman diskriminasi dan kekerasan etnis di Yogyakarta, penghayatan agama saya semakin meningkat. Selain rajin ke gereja dan mengikuti kegiatan seperti kor, dan mudika di gereja, saya mengimbangi dengan sikap yang baik terhadap warga Yogya. Keseimbangan antara penghayatan agama dengan sikap yang nyata menurut saya saat ini meningkat. Tentunya sikap baik itu saya lakukan bukan semata-mata hanya purapura di depan warga Yogya, namun saya lakukan sungguh-sungguh dari hati yang paling dalam. Karena masalah-masalah kekerasan itu, membuat saya semakin Tidak aman dan nyaman dalam belajar Kekerasan mengakibatkan timbulnya perasaan kecemasan menjadi sasaran amarah warga Rasa kawatir jika mahasiswa baru dari timur menjadi korban kekerasan warga Yogya Timbul rasa kawatir sesama saudara mahasiswa Papua Diskriminasi dan kekerasan etnis di Yogyakarta membuat penghayatan agama subjek semakin meningkat dan semangat pelayanan seperti koor, mudika serta lebih ramah kepada warga Yogya Dampak positif dari kekerasan yaitu meningkatnya kesadaran dalam penghayatan agama yang diimbangi melalui tindakan kongkrit dalam pelayanan di gereja dan masyarakat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 192 305. 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334. 335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. dekat dengan Tuhan. Upaya apa yang anda lakukan dalam menghadapi prasangka, diskriminasi dan kekerasan di Yogya? Hal yang harus kita buat adalah melakukan hal-hal positif dimana saja kita berada dan memberi pemahaman bagi adik-adik mahasiswa baru. Agar pandangan orang setempat tentang orang papua yang suka mabuk, sering buat kekerasan, suka senangsenang dan tidak menaati lalu lintas menjadi berkurang. Perasaanperasaan sedih, terpukul, dan dianggap sepele masih dirasakan sekarang. Intinya saya meyakinkan warga setempat dengan memberi les matematika di masyarakat agar mereka tahu bahwa orang Papua juga bisa dan tidak semua orang Papua negatif. Selain memberi les saya juga memberi pengetahuan kepada temanteman tentang keadaan di Papua karena mereka selama ini hanya melihat kondisi Papua lewat TV. Apakah masih ada upaya lain? Upaya yang kami buat di komunitas adalah dengan membuat dialog-dialog dengan warga Yogyakarta maupun dengan pemerintah Upaya mulai dari diri sendiri seperti memberi les matematika, memberi pemahaman kepada teman-teman maupun kenalan orang Yogya. Upaya bagi adik-adik mahasiswa baru dengan menasehati untuk berperilaku baik di Yogya. Dampak kekerasan etnis mengakibatkan terbentuknya upaya positif yang dibangun dari diri sendiri serta bagi adik-adik mahasiswa baru Kesadaran untuk tetap semangat untuk tetap mengubah pandangan orang Jawa bahwa tidak semua orang Papua jahat Perasaan-perasaan sedih, terpukul, dan diremehkan tidak menyurutkan semangat untuk berperilaku baik di Yogya. Upaya dari komunitas agar tidak timbul kekerasan melalui dialog dengan pemerintah Yogya, Peran Komunitas Papua dalam mengurangi angka kekerasan etnis di Yogya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 193 349. 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362. 363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390. 391. 392. Yogya. Sedangkan berkaitan dengan peraturan, kami di komunitas telah menyepakati bersama untuk tidak mengonsumsi minuman keras. Jika ada mahasiswa papua mabuk dan membuat kekerasan di jalan, kami akan membawa dan mengadili mereka. Kami dari komunitas memiliki tim keamanan malam sendiri. Tim ini akan memantau siapa yang membuat kekerasan di jalan akan diproses. Jika mahasiswa tersebut membuat keributan dan mabuk, maka dia akan di pulangkan ke Papua. Selain itu untuk jam malam, kami di asrama di tentukan batas keluar malam adalah pukul tujuh malam agar tidak ada korban kekerasan. Hal ini karena banyak kekerasan dilakukan di malam hari. Selain itu kami menegaskan aturan untuk menggunakan helm saat berpergian. Selain untuk waspada, keamanan juga harus diperhatikan karena demi keselamatan pengendara. Selain itu, kelengkapan kendaraan seperti kaca spion, lampu sein, rem tangan dan kaki. Semua harus diperhatikan. Dan jangan terlalu banyak berpergian tanpa tujuan, jadi kalau satu orang yang timur buat kesalahan maka semua orang timur akan merasakan dampak. Kalau kami kakakkakak senior sudah bisa tidak mengonsumsi alkohol, peringatan untuk menaati aturan lalu lintas, menghimbau untuk tidak sering keluar malam, hingga sikap yang tegas terhadap mahasiswa yang berbuat keributan Membentuk pemahaman kepada mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri serta menaati peraturan di Yogya itu tidak mudah. Tantangan dalam mengarahkan mahasiswa baru asal Papua untuk berperilaku baik membutuhkan kerja keras PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 194 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418. 419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. menyesuaikan, yang menjadi masalah disini adalah adikadik mahasiswa baru kadang mereka masih membawa kebiasaan lama, dan keras kepala. Apa harapan anda sebagai mahasiswa asal Indonesia timur di Yogya berkaitan dengan kekerasan etnis? Harapan saya secara pribadi dan mewakili teman-teman Papua kepada Pemerintah setempat adalah kiranya pemerintah setempat dapat terbuka, transparan, dan membuat aturan agar mahasiswa timur dapat juga diakui. Memberi kesempatan kepada mahasiswamahasiswa asal Indonesia timur, karena selama ini mahasiswa Papua dipandang sebelah mata. Kiranya kami dipandang seperti manusia juga. Misalnya di dunia kerja, kami di Papua memberi kesempatan jabatan kepada warga jawa untuk berkerja dan membangun Papua. Sementara kalau di Yogya, saya melihat bahwa orang Papua itu jarang. Maksud saya adalah kami dipandang adil. Selain itu dalam menerima kos atau kontrakan, kita semua warga Indonesia Timur adalah warga negara Indonesia, jadi jangan dipandang berbeda. Karena pemahaman, bahasa, dan kurangnya perhatian dari pemerintah akhirnya kami Harapan agar Pemerintah memberi kesempatan bagi mahasiswa Indonesia timur untuk diakui dan dihargai di Yogya. Harapan agar kiranya diskriminasi dapat berkurang dan mahasiswa Papua dapat dihargai Himbauaan kepada pemerintah setempat untuk terlibat menciptakan perdamaian diantara mahasiswa Indonesia timur dan warga Yogya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 195 437. 438. 439. 440. kurang dihargai. Saya juga berharap dalam penegakan hukum harus adil dalam menegakan hukum. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 196 LAMPIRAN 7 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2 (YD) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 197 Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2 (YD) Baris 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Verbatim Bagaimana awalnya anda menyesuaikan diri di Yogyakarta? Pada awal saya tinggal di Yogyakarta, memang sulit. Misalnya “mari makan” itu di papua artinya diajak makan. Tapi di sini ternyata hanya simbol ijin makan. - Lalu apa yang anda lakukan selanjutnya untuk menyesuaikan diri? Lama kelamaan saya mengikuti cara berbicara, atau sikap orang Jawa dalam berelasi dengan warga sekitar. Saya juga banyak bertanya dengan temanteman kos atau anak dari ibu kos dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Saya beranikan diri menyapa dan lebih murah senyum dengan warga sekitar. Saya juga belajar bahasa Jawa dengan teman-teman kos. Saya berusaha menyesuaikan saja agar dapat diterima Berkaitan dengan kekerasan antara mahasiswa timur dan warga Yogya, menurut anda apa yang menjadi penyebabnya? Di papua biaya hidup mahal, namun di Yogya biaya hidup murah. Kebanyakan anak- Koding Awal Analisis Awal proses penyesuaiaan diri dengan budaya Yogya mengalami kesulitan Faktor agar dapat diterima di Yogya adalah menyesuaiaan diri 9 Kebiasaan lama yang dibawa Perbedaan persepsi budaya dalam hal makan 1 Penyesuaiaan diri dengan budaya Yogya Faktor penting dalam penyesuaian diri dengan budaya berbeda ialah kemauaan dan keberanian untuk berbaur 9 Faktor ekonomi dapat mempengaruhi timbulnya konflik dan kekerasan di Yogya 1 Proses penyesuaiaan diri yang dimulai dari kesadaran untuk memulai menyapa, berbaur dengan budaya setempat Adanya keberanian untuk berbaur Biaya hidup yang murah membuat mahasiswa asal Indonesia Timur boros PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 198 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. anak timur kaget dengan uang banyak yang dikirim dari orangtua dan menggunakan uangnya untuk mabuk-mabukan di Yogyakarta. Apakah ada penyebab lain? Bahasa juga membedakan orang Jawa dan orang timur. Misalnya nada orang papua tinggi, kasar sedangkan orang jawa halus. Temanteman saya kadang kaget jika ada anak papua yang berbicara. Nada kasar, besar dan tinggi itu merupakan kebiasaan orang-orang timur namun bukan berarti orang timur itu kasar sesuai nada suaranya. Hal-hal itu yang membuat orang Jawa memandang orang timur kasar padahal nada suara itu merupakan kebiasaan. Kebiasaan yang sejak lahir ada dalam diri seseorang sulit untuk di rubah. Begitupun sebaliknya orang jawa ketika ke papua tidak mungkin merubah kebiasaan dengan nada yang tinggi atau kasar. dan mabuk-mabukan di Yogyakarta - Nada suara yang tinggi adalah gaya berbicara budaya orang timur. Sedangkan nada suara halus adalah gaya berbicara budaya Jawa - Pemahaman budaya penting agar tidak timbul kesalahpahaman - Gaya berbicara dengan nada tinggi tidak sepenuhnya mencerminkan watak yang keras. Begitu pula gaya berbicara halus tidak sepenuhnya mencerminkan watak yang baik - Kebiasaan yang melekat sulit untuk diubah Apakah ada pengalaman kongkrit berkaitan dengan budaya yang melekat dalam diri seseorang? Contohnya ada romo yang bertugas di paroki tempat saya tinggal. Romo tersebut berasal dari Jawa dan gaya Rasa lucu karena nada Romo sangat halus dan dianggap seperti anak kecil Faktor yang dapat menimbulkan konflik dan kekerasan etnis adalah perbedaan budaya dan kurangnya pemahaman budaya 1 Persepsi yang salah pada gaya dan nada berbicara dapat menimbulkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 199 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. berbicaranya sangat halus sebagai orang Jawa. Memang dialek dan nada sangat membedakan orang Jawa dan orang Papua. Jadinya romo saya itu berbicara halus sekali, jadinya kami merasa lucu mendengar suaranya kayak anak kecil. Jadi perbedaan persepsi terhadap nada. Apa akibat yang anda rasakan ketika gaya berbicara dengan nada tinggi, anda bawa di Yogya? Teman-teman kos saya juga kadang kaget jika ada anakanak Papua yang datang ke kos. Teman-teman yang berasal dari Jawa kadang kaget dan menyarankan agar teman papua tersebut mengurangi volume suaranya. Namun ternyata susah karena nada suara merupakan kebiasaan yang sulit dihilangkan. Kalau saya bisa menyesuaikan karena sudah mempelajari kebiasaan. Akhirnya nada itu membuat orang jawa berpikir bahwa orang timur itu kasar. Apakah semua orang Papua dapat dianggap biang timbulnya kekerasan di Yogya? Kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa dari papua hanya dilakukan oleh orangorang tertentu saja. Tidak prasangka 1 Persepsi yang salah terhadap nada berbicara dapat mengakibatkan kesalahpahaman Nada suara yang tinggi dapat mengganggu lingkungan sekitar Kebiasaan dalam berbicara sulit untuk dihilangkan namun dapat disesuaikan dengan budaya Yogya 9 Perasaan tidak terima sekaligus tidak berdaya bahwa semua mahasiswa timur Kemauaan dalam menyesuaian diri terhadap nada bebicara yang tinggi dapat dilakukan Prasangka digeneralisasikan kepada semua mahasiswa asal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 200 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. semua orang Papua adalah pelaku kekerasan. Adakah pengalaman diskriminasi yang anda rasakan di Yogyakarta? Saya di kampus pernah mendapatkan pernyataan dari dosen saya. Saat itu sedang pembagian KHS, dosen pembimbing saat itu melihat nilai saya memuaskan dan dosen tersebut menyatakan bahwa, “masa anak Papua lebih bisa dalam belajar dari anak Jawa”! Apa yang anda rasakan dari tindakan diskriminasi tersebut? Saat itu saya merasa jengkel dan marah, mengapa sih orang Papua dianggap tidak mampu dan harus dianggap jadi nomor dua. Saya spontan langsung protes. Saya mengatakan “buk, belajar dan lain-lain itu tergantung usaha seseorang, saya belajar sungguhsungguh. Bukan karena warna kulit, rambut, latarbelakang suku atau identitas yang kita miliki. Kita semua sama, jadi pernyataan ibu itu salah dan tidak menyenangkan dalam hati saya”. Saya merasa sedih macam saya dianggap bodoh dan dikesampingkan. Tanggapan dosen tersebut apa? Saya protes dan dosen - Indonesia timur sebagai orang yang harus dikucilkan dianggap berwatak keras dan dapat menimbulkan keributan 5 Pengalaman diskriminasi oleh dosen di kampus Perbedaan budaya dapat menimbulkan diskriminasi pada budaya tertentu 1 Kurangnya pemahaman budaya dapat menimbulkan Prasangka yang berujung pada tindakan diskriminasi pada budaya tertentu 1 Perasaan jengkel, marah, sedih saat disepelekan oleh warga Yogya Diskriminasi mengakibatkan masalah emosional dan psikis pada korbannya seperti marah, sedih, jengkel maupun perasaan ketidakberdayaan sebagai kaum minoritas 5 Untuk memotivasi Diskriminasi terjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 201 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. tersebut mengatakan bahwa saya betul. Tapi kata dosen tersebut hanya mau memotivasi teman-teman yang lain. Saya bilang bukan begitu cara yang baik dan benar. Masih ada kah pengalaman diskriminasi lain? Teman-teman kelas juga pernah mengatakan “wah, kok orang Papua nilainya lebih bagus dari kami”. Lalu mereka membuat kelompok sendiri dalam belajar. Faktor perbedaan budaya menjadi faktor yang membuat orang Jawa seperti demikian. Saya merasa sedih dan jengkel dengan pernyataan tersebut. Apa tanggapan anda atas sikap mereka? Saya pernah berbicara kepada mereka, mengapa kami harus dibedakan dan dinomorduakan oleh kalian? Kalau memang mau demikian lebih baik kami berpisah dan merdeka dari Negara Indonesia. Kalau mau bersama ya jangan membeda-bedakan seperti itu. Dan yang terpenting Indonesia adalah Negara yang kaya akan keberagaman maka kita harus saling menghargai satu sama lain. Apa yang anda rasakan dari prasangka dan teman-teman kelas, prasangka dan diskriminasi digunakan sebagai alat oleh dosen karena ada kepentingan untuk memotivasi 1 Pengalaman dikucilkan dari teman-teman kelas karena faktor perbedaan budaya Perbedaan budaya berakibat pada timbulnya prasangka dan pengucilan sosial 1 Perbedaan budaya dapat mengakibatkan prasangka Perasaan tidak terima dianggap sebagai kaum nomor dua oleh teman kelas Prasangka dan diskriminasi menimbulkan rasa ketidakadilan 5 Upaya agar diterima, dan hidup dalam damai dengan teman-teman kelas Upaya agar dapat diterima dan hidup harmonis dengan warga Yogya 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 202 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. diskriminasi yang diberikan warga terhadap mahasiswa Papua di Yogya? Perasaan saya sedih karena melalui kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang timur, akhirnya kami semua dipersalahkan. Padahal yang bersalah itu hanya orang-orang tertentu. Dampak apa yang anda alami dari prasangka dan diskriminasi tersebut? Jadinya sekarang kami merasa sulit untuk mencari kos-kosan. Misalnya sebuah kos-kosan yang menerima mahasiswa baru, akan berat menerima hingga menolak mahasiswa asal Indonesia timur. Mereka seperti kaget ketika yang mencari kos adalah mahasiswa asal Indonesia timur. Padahal sudah sangat jelas bahwa sedang ada kamar kosong di kos tersebut. Kita memang beragam akan suku dan budaya, tapi kenapa kami yang tidak ada hubungannya dengan kekerasan juga dianggap bersalah. Apa salahnya kami tinggal di Yogyakarta. Kalau dihadapkan dengan warga Yogya, apa yang ingin anda sampaikan? Mungkin yang membedakan antara orang Jawa dan orang timur adalah warna kulit dan rambut tapi kita semua kan Kekerasan di Yogya menimbulkan perasaan sedih dan tidak berdaya karena prasangka keliru yang dilimpahkan kepada semua mahasiswa perantau dari timur 5 Akibat kekerasan di Yogya, mahasiswa asal Indonesia timur di kucilkan, tidak diterima kos Dampak dari prasangka dan diskriminasi adalah dikucilkan dari kehidupan sosial dan timbul perasaan tidak berdaya 5, 3 Akibat dari kekerasan di Yogya, ialah nama baik mahasiswa timur semakin buruk dan timbul perasaan sedih pada subjek serta tidak berdaya Perasaan ingin membela diri namun tidak berdaya Harapan untuk bersatu dengan warga Yogyakarta tanpa ada lagi pembeda yang Perbedaan menjadi simbol persatuan bukan perpecahan 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 203 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. tetap sama. Padahal saya rasa kita semua satu. Memang suara kita kasar tapi itu hanya nada. Kami juga tahu jika berbuat kesalahan, hanya kebetulan ada orang timur yang mabuk dan buat keributan, suara besar-besar. Itu yang menciptakan kekerasan. Apa yang dilakukan pihak organisasi berkaitan dengan kekerasan etnis? Dalam organisasi HIPMAPA, presiden himpunan mahasiswa papua yang ada di Yogya sempat menyampaikan ke Kapolda bahwa di media memberitakan bahwa ada mahasiswa asal Indonesia timur yang mabuk dan buat keributan. Orang yang mabuk dan membuat keributan itu yang harus diadili, bukan mahasiswa Indonesia timur yang lainnya yang tidak tahu menau tentang keributan yang mereka lakukan. Jadi media juga harus bersikap adil bukannya hanya karena satu orang yang kebetulan berasal dari Papua akhirnya Papua secara keseluruhan dianggap pembuat onar dan lain-lain. Apakah ada pengalaman diskriminasi dan kekerasan di Yogya? Saya punya pengalaman dengan teman saya. Teman saya saat itu sedang mabuk justru memecahkan persatuan Organisai melakukan diskusi dengan Kapolda meminta keadilan soal pemberitaan media yang terlalu menekankan pada latarbelakang budaya bukan individu Pengalaman saat teman subjek mabuk dan dikerumini oleh warga Peran media sangat besar memberi pengaruh timbulnya prasangka dan berujung pada konflik dan kekerasan etnis di Yogya 1 Faktor mabuk dan membuat keributan di Yogya dapat memicu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 204 305. 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334. 335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 347. 348. 349. di pinggir jalan dan membuat keributan. Warga sekitar yang melihat dia langsung mengerumuni dia. Saya yang melihat dia akhirnya menarik dia untuk keluar dari kerumunan. Motornya yang tadinya di kendarainya itu rusak sehingga dia masukin kedalam bengkel. Dan teman saya mengatakap pada tukang bengkel akan membayar uang perbaikin jika sudah memiliki uang. Pokoknya bicaranya kasar dan tidak sadar karena mabuk. Orang sekitar menganggap dia ribut dan mengganggu ketenangan. Akhirnya dia dikerumuni orang-orang setempat. Uang untuk memperbaiki bengkel menggunakan uang saya. Apa yang anda rasakan dari pengalaman tersebut? Saya kan merasa malu karena teman saya sendiri yang melakukan keributan. Akhirnya dia pergi dan saya yang membayar uang bengkel. Pengalaman kekerasan lain yang anda pernah alami apa? Selain itu ada satu kasus yang terjadi. Kelihatannya pelanggaran HAM yang terjadi di titik nol malioboro. Sore harinya kami ada pertemuan HIPMAPA yang berdiskusi tentang pendidikan di Papua. Setelah sekitar karena mengganggu ketenangan timbulnya prasangka yang digeneralisasikan bagi semua mahasiswa asal Indonesia timur 1 Perasaan malu karena teman mabuk dan mengakibatkan keributan di Yogya Dampak kekerasan mengakibatkan perasaan malu karena pelaku adalah kerabat 5 Pengalaman adik tingkat yang dibunuh di tempat keramaian Pengalaman kekerasan yang dirasakan kerabat dekat mempengaruhi kondisi psikologis subjek 5 Peristiwa kekerasan yang mempengaruhi kondisi psikologis subjek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 205 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362. 363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390. 391. 392. 393. diskusi selesai, kami pulang ke tempat kos kami masingmasing. Nah, salah satu saudara yang adalah mahasiswa baru bernama Paul Petege semester dua di kampus APMD. Sekitar pukul Sembilan malam selesai diskusi, dia ijin untuk mencari udara segar. Namun saat itu ketua asrama menahannya agar tidak keluar malam. Peraturan asrama itu tidak boleh keluar kalau sudah jam Sembilan. Tapi orangnya tetap keluar dan temannya ikut. Katanya daripada sendiri mendingan berdua. Mereka ke Babarsari selanjutnya ke Malioboro. Saat pesan kopi di salah satu warung di malioboro, ada orang dari belakang yang memukul kedua saudara tersebut. Pelaku pemukulan tersebut tidak diketahui identiasnya karena pelakunya menggunakan penutup kepala dan tidak ada yang mengetahui siapa pelaku kekerasan tersebut. Saudara yang bernama Paul Petege akhirnya meninggal di tempat karena kepalanya terkena benda tumpul. Sedangkan teman yang lainnya hanya mendapat cedera di bahu. Untuknya dia selamat. Tapi kasus tersebut sudah diserahkan ke Kapolda. Apakah masih ada lagi? Selain itu ada seorang wanita - Pengalaman- Kebutuhan akan rasa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 206 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418. 419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. asal Sorong yang dibunuh lalu mayatnya dilempar di rel kereta api. Hampir setiap tahun ada korban mahasiswa asal Indonesia timur yang meninggal. Hal ini yang membuat presiden HIPMAPA berjuang agar ada perhatian dari pemerintah dalam menjaga keamanan mahasiswa asal Indonesia timur yang ada di Yogyakarta. Dampak yang anda rasakan apa? Dari pengalaman- pengalaman tersebut, saya mulai merasa trauma. Makanya saya menyarankan kepada adik-adik saya untuk tidak usah melanjutkan kuliahnya di Yogya. Masalahnya mau keluar malam saya juga trauma dan takut. Kami ini manusia bukan binatang. Jadi merasa kecewa dan sedih. Saya tinggal di Yogya ini seperti ada sesuatu yang menggangu seperti tertekan, ada beban juga. Tinggal di kos juga membuat saya merasa takut dengan kejadian-kejadian seperti itu. Ada juga mayat mahasiswa papua yang ditinggal di pinggir jalan dan diantar ke asraman Papua. Apa yang kalian inginkan berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta? Mahasiswa juga mau - pengalaman kekerasan di Yogya dialami mahasiswa asal Indonesia timur hampir setiap tahun dan memakan koban jiwa aman untuk tinggal dan menjalani kuliah dengan baik di Yogyakarta 5 Upaya dilakukan oleh ketua HIPMAPA untuk menjaga keamanan mahasiswa Papua di Yogya Dampak psikologis akibat pengalaman kekerasan yang dirasakan seperti trauma, ketakutan, sedih, tertekan, kecewa, terbebani Kekerasan etnis di Yogya memberi dampak psikologis bagi korbannya baik itu kekerasan yang langsung dialami maupun dialami oleh kerabat terdekat 5 Perlindungan Kebutuhan rasa aman PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 207 438. 439. 440. 441. 442. 443. 444. 445. 446. 447. 448. 449. 450. 451. 452. 453. 454. 455. 456. 457. 458. 459. 460. 461. 462. 463. 464. 465. 466. 467. 468. 469. 470. 471. 472. 473. 474. 475. 476. 477. 478. 479. 480. 481. menghadirkan Sultan untuk menghimbau solidaritas antar etnis. Kami juga datang ke yogya untuk menempuh pendidikan dan studi. jadi harus menciptakan suasana damai. Apa upaya yang anda lakukan sebagai mahasiswa asal Papua dalam menghadapi kekerasan etnis di Yogyakarta? Kita sendiri sulit untuk mengubah pandangan negatif warga Yogya kepada mahasiswa asal Indonesia Timur. Yang saya usahakan ya memberitahu kepada teman-teman bahwa tidak semua orang Papua jahat. Tapi ada teman yang bisa menerima ada yang tidak menerimanya. Ya akhirnya kadang juga di kelas ada teman-teman tidak mau sekelompok dan memisahkan dirinya dengan saya. Tapi ada teman-teman yang setelah mengenal saya dengan baik mereka malah tidak menjauhi kami. Malah mereka dekat dengan kami orang Papua. Adakah upaya yang dilakukan bagi mahasiswa baru yang berasal dari Papua? Selain itu untuk adik-adik mahasiswa baru, saya memberikan nasehat kepada mereka untuk meyesuaikan keamanan dari pemerintahan Yogyakarta dibutuhkan oleh para mahasiswa Indonesia Timur dari pemerintah Yogyakarta 5 Tidak mudah meyakinkan warga Yogya bahwa kekerasan dilakukan hanya oleh mahasiswa tertentu yang berasal dari Indonesia Timur 11 Memberi pengertian dan membentuk sikap positif mulai dari diri sendiri kepada warga merupakan cara yang harus terus dilakukan mahasiswa asal Indonesia Timur 6 Sebagai mahasiswa perantau tindakan yang patut dilakukan ialah bertindak sopan dan Upaya dari para mahasiswa senior sangat penting dalam memberi teladan serta Perasaan tidak berdaya meyakinkan warga Yogyakarta Berusaha menginformasikan kepada teman-teman kelas, kos, bahwa pandangan negatif selama ini tidak dapat berlaku bagi semua mahasiswa papua. Tidak semua teman menerima, dan ada yang masih menjauhi diri PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 208 482. 483. 484. 485. 486. 487. 488. 489. 490. 491. 492. 493. 494. 495. 497. 498. 499. 500. 501. 502. 503. 504. 505. 506. 507. 508. 509. 510. 511. 512. 513. 514. 515. 516. 517. diri dengan budaya Yogyakarta. Dalam komunitas juga ada diskusidiskusi yang dilakukan dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar. Kita yang harus mulai terlebih dahulu dengan senyum dan sapa. Apa harapan anda sebagai mahasiswa asal Papua yang saat ini kuliah di Yogya? Harapan saya kedepan adalah kita saling menghormati dan menghargai. Mahasiswa dari timur harus bisa menyesuaikan diri terlebih dahulu karena kita adalah tamu. Sehingga kita harus lebih berinisiatif. Bagi mahasiswa-mahasiswa yang mabuk dan buat keributan, akan dipulangkan ke Papua jika masih membuat keresahan masyarakat. Harapan lain adalah kiranya orang jawa tidak menyalahkan semua orang Papua yang tinggal di Yogyakarta dan tentunya kita bisa hidup saling rukun dan damai. menaati aturan yang berlaku di Yogyakarta mengarahkan mahasiswa baru asal Indonesia timur dalam berperilaku baik di Yogya 6 Peran mahasiswa senior dalam mengarahkan mahasiswa baru asal Indonesia timur cukup besar Harapan agar kekerasan tidak terjadi seterusnya di Yogyakarta agar tercipta kedamaiaan antara mahasiswa asal Indonesia timur dan warga Yogyakarta Inisiatif dari mahasiswa Indonesia timur dalam proses penyesuaiaan diri Dukungan dari warga Yogyakarta sangat dibutuhkan dalam proses penyesuaiaan diri Kesadaran akan pentingnya proses penyesuaian diri yang harus dimulai dari diri para mahasiswa Indonesia timur serta peran dukungan dari warga Yogyakarta 8 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 209 LAMPIRAN 8 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (AS) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 210 Baris 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (AS) Verbatim Koding Awal Bagaimana relasi anda dengan teman-teman dari satu suku maupun dari yang berbeda suku? Relasi saya dengan teman- teman di kampus maupun di komunitas baik. Dalam berteman saya tidak mamandang latarbelakang budaya ataupun agama. Saya menganggap semuanya adalah teman. Pada awalnya saya kuliah, saya dahulu lebih berinisiatif untuk terbuka dan berbaur dengan teman-teman. Ada yang dari Batak, Jawa, Flores dan suku-suku lainnya. Bagaimana pengalaman diskriminasi mempengaruhi anda hingga saat ini? Sejak kecil saya di daerah perang, dimana orang Timor Timur memandang bahwa orang Indonesia adalah penjajah atau kompeni. Kebetulan bapak saya orang Flores dan dia sulit diterima oleh orang Timor Timur pada saat itu. Sementara saya dan kakak saya yang pindah ke Flores bingung karena identitas suku dari bapa dan ibu saya yang berbeda. Saat di Flores Maumere, saya mendapatkan tindakan diskriminasi dari temanteman yang asli Flores. Mereka menganggap saya Analisis Awal relasi dimulai dengan inisiatif untuk membuka diri dengan teman-teman di kampus tanpa memandang latarbelakang suku, agama dan budaya Sebagai perantau, sikap yang dilakukan ketika berada pada budaya baru ialah, berinisiatif untuk membuka diri tanpa memandang latarbelakang suku dan budaya 9 Pengalaman diskriminasi saat kecil mengakibatkan kebingungan indentitas suku dalam diri subjek 3 Lahir dan besar di wilayah konflik Timor Timur mendapatkan pengalaman diskriminasi Dampak diskriminasi mengakibatkan kebingungan identitas suku PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 211 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 86. 85. adalah pendatang karena ibu saya orang Timur leste dan saya baru pindah dari Timor Leste. Apa yang anda lakukan saat anda mendapat perlakuan diskriminatif? Saya pernah protes “saya tahu bahasa sini, dan bapak saya orang Flores mengapa saya masih dianggap pendatang”? saya pernah dikeroyok oleh teman-teman yang tidak menerima saya. Di Flores Manggarai saya juga mendapatkan tindakan diskriminasi yang sama saat berada di Maumere. Hal ini yang membuat saya kebingungan dengan identitas saya. Ketika di Timur Leste orang mengangap saya orang Flores, sedangkan ketika di Flores, orang menganggap bahwa saya orang Timor Leste. Dari pengalamanpengalaman tersebut, saya berusaha untuk menghargai setiap orang. Bagaimana anda berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan di Yogya? Ketika di Yogyakarta, saya berteman dengan banyak orang seperti pepatah, “dimana bumi di pijak, disitu langit dijunjung”. Pengalaman di tolak membuat saya belajar untuk bisa diterima disini. Prinsip saya, setiap orang pasti Awalnya pengalaman diskriminasi membuat subjek protes Pengalaman diskriminasi dari teman-teman di Flores berakibat pada terjadinya kekerasan Pengalaman diskriminasi yang menyakitkan membuat subjek semakin lebih dewasa dalam menghargai orang lain 5. Pengalaman diskriminasi dan kekerasan memberi dampak positif dalam diri subjek 5. Pengalaman diskriminasi dimaknai sebagai proses pembelajaran dalam menjalin relasi dengan budaya Yogyakarta 5. Hingga saat ini pengalaman diskriminasi menjadikan subjek dewasa dalam menghargai orang lain Pengalaman diskriminasi membuat subjek belajar menyesuaikan diri dengan warga Yogya Keyakinan bahwa dengan membuka diri dapat diterima oleh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 212 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 130. 129. punya sisi yang baik dan ketika saya membuka diri dengan orang lain, saya yakin mereka akan menerima saya. Bagaimana awalnya anda tinggal di Yogyakarta? Sejak awal saya tinggal di Paingan, saya kos dengan teman-teman sehingga saya lebih sering bergaul dengan mereka. Namun ketika saya mulai kos sendiri, saya merasakan bahwa ada ketidakterimaan warga setempat terhadap saya. Apa tanggapan anda berkaitan dengan diskriminasi warga? Walaupun demikian saya berusaha untuk ramah dan murah senyum kepada mereka. Walaupun awalnya mereka menganggap saya orang asing, mereka akhirnya bisa menerima saya. Hal itu menurut saya karena saya berusaha untuk murah senyum dan menghargai mereka. Akhirnya saya sering melakukan kegiatan bersama seperti main pingpong dan sebagainya. Apa pendapat anda berkaitan dengan kekerasan di Yogya? Menurut saya orang-orang Jawa melihat sifat orang timur karena fisik dan perawakannya. Orang timur warga Yogya Awal tinggal di Yogyakarta, ada perlakuan ketidakterimaan warga terhadap subjek yang berasal dari Flores Perasaan tidak diterima saat awal tinggal di Yogyakarta 2 Sikap konsisten dalam membangun sikap ramah, murah senyum membuat relasi dengan warga semakin dekat Penerimaan warga setempat muncul karena sikap ramah yang ditunjukan subjek secara konsisten 9 Tampilan fisik menjadi faktor warga Yogya dalam memberi penilaian bahwa watak Faktor fisik pada individu dari etnis timur mempengaruhi timbulnya prasangka PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 213 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. yang berkulit hitam, rambut keriting, dan perawakan yang tegas, membuat orang jawa berpikir bahwa orang timur adalah orang keras dan jahat. Sebenarnya watak orang timur itu seperti apa sih? Sebenarnya orang timur itu memiliki kelemahan di hati. Maksudnya adalah orang timur memiliki hati yang sangat lembut. Orang timur walaupun tampak sangar namun hati mereka sangat sensitif. Orang timur itu paling dekat dengan mama, sehingga hati mereka sebenarnya sangat lemah. Jadi karena pandangan orang Jawa yang keliru dengan sifat orang timur, maka orang timur merasa tidak terima jika dipandang keras, dan pembuat keributan. Akhirnya mereka frustasi dan kebiasaan dari timur dibawa di Yogyakarta. Akibatnya apa bagi mahasiswa asal Indonesia Timur? Dampaknya prasangka itu semakin terbentuk dan mahasiswa timur mempertahankan sikap-sikap kurang baik. Bagaimana tanggapan anda mengenai kekerasan yang diakibatkan perasaan frustasi mahasiswa asal Indonesia Timur? Mahasiswa timur yang keras dan jahat Sifat yang lembut tidak tampak karena perawakan orang timur yang tegas dan keras keliru warga Yogyakarta 1 Perasaan frustasi karena dianggap pembuat keributan mengakibatkan terjadinya kekerasan 1 Faktor yang mengakibatkan kekerasan adalah perasaan frustasi pada mahasiswa asal Indonesia timur 1 Kekerasan di Yogyakarta muncul juga karena disebabkan oleh perasaan frustasi karena dianggap sebagai pembuat keributan, dan jahat Prasangka keliru dari warga mengakibatkan rasa frustasi dan mengakibatkan terjadinya keributan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 214 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. Saya sebagai orang timur juga sadar bahwa, seharusnya tidak harus sampai frustasi dan membuat keributan di Yogyakarta. Mahasiswa timur sebaiknya menyesuaikan diri dan berlaku ramah di tempat rantauannya. Kalau orang timur memiliki perasaan halus, seharusnya sikap halus harus dipertahankan bukan mengarahkan ke halhal negatif seperti kekerasan. Apa yang seharusnya dilakukan mahasiswa timur di Yogyakarta? Intinya orang timur yang harus terlebih dahulu berubah misalnya dengan senyum sapa, dan terbuka. Mungkin karena pemahaman yang kurang untuk membuka diri, sehingga dari mahasiswa timur belum ada inisiatif. Kekerasan terjadi karena tidak ada keterbukaan antara kedua bela pihak etnis, dan mempertahankan anggapan pandangannya yang benar. Pembukaan diri mereka hanya pada kelompok etnisnya masingmasing, bukan antar kelompok etnis. Sebenarnya sejahat-jahatnya penjahat, dia pasti memiliki sisi positif dalam dirinya. Menurut anda apa penyebab terjadi konflik dan kekerasan etnis di Yogya? Dampak dari frustasi seharusnya tidak dalam bentuk kekerasan melainkan sikap terbuka dan mau menyesuaikan diri Kekerasan dapat dicegah dengan sikap ramah dan terbuka dengan warga Yogya bukan dengan perasaan frustasi 8 Perasaan halus jika dipertahankan tidak akan mengakibatkan kekerasan Mempertahankan sifat halus di Yogya menjadi solusi dalam berelasi dengan warga 8 Mau terbuka dan bertindak ramah mejadi upaya yang harus dilakukan mahasiswa asal Indonesia timur di Yogyakartaagar pandangan-pandangan keliru yang selama ini dipertahankan hilang Prasangka dapat dikurangi dengan sikap terbuka, ramah dan menyesuaikan diri dengan aturan setempat 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 215 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. Sebenarnya konflik dan kekerasan di Yogya itu dikarenakan orang Jawa dan orang timur belum saling kenal. Orang timur kalau berkumpul atau menyambut teman yang datang dengan cara “minum-minum.” Memang budaya mabukmabukan masih kita bawa di Yogyakarta. Memang salahnya mahasiswa timur adalah membawa budaya yang tidak baik disini dan orang Jawa setempat belum mengenal budaya timur. Memang kita salah, karena kita seharusnya datang ke Yogya untuk belajar bukan membuat keributan. Kekerasan diakibatkan perbedaan budaya, kebiasaan timur yang dibawa di Yogya dan kurangnya pemahaman pada kedua budaya Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan kekerasan adalah perbedaan budaya, mahasiswa timur membawa kebiasaan timur seperti mabuk sampai membuat keributan ke Yogya, dan kurangnya pemahaman antar budaya dari kedua kelompok 1 Apa yang sebaiknya diperhatikan oleh mahasiswa timur yang sering mabuk? Seharusnya budaya mabuk tidak harus sampai menimbulkan keributan. Mabuk seharusnya di dalam kamar tidak harus keluar rumah dan buat keributan. Bapa saya mengajarkan bahwa mabuk ya kita mabuk tapi di dalam rumah. Sehingga hal itu terbawa hingga sekarang. Kalau mau bilang sebenarnya orang Jawa juga minum, mereka juga minum dan mabuk namun ini di rumah mereka dan mereka berhak atas rumah mereka. Orang jawa kalau mabuk juga tidak sampai menimbulkan Jika kebiasaan mabuk sulit untuk diubah sikap yang tepat adalah minum alkohol di dalam kamar dan tidak membuat keributan Solusi jika kebiasaan minum alkohol susah dihilangkan sehingga tidak membuat keributan saat mabuk seperti warga Yogya yang mengonsumsi alkohol namun tetap menjaga ketenangan 8 Belajar dari warga Yogya yang meminum alkohol dan tidak sampai menimbulkan kekerasan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 216 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. kekerasan. Jika kita minum dan mabuk di rumah orang, pastinya tuan rumah akan merasa terganggu. Sehingga kita sebagai tamu harus tahu diri tinggal di rumah orang. Menurut anda apa yang salah dari pandangan tersebut? Yang menjadi kekurangan orang setempat menurut saya adalah, perasaan bangga sebagai tuan rumah sangat besar, sehingga yang dilihat adalah perbedaan bukan persamaan. Analoginya seperti “saya orang Jogja misalnya memecahkan kaca milik saya tidak menjadi masalah, namun jika kamu sebagai pendatang memecahkan kaca milik saya adalah suatu masalah besar”. Itu karena milik atau kepunyaan. Ketika semua orang merasakan kamu adalah bagian dari saya atau kita adalah sama-sama satu keluarga, tidak ada lagi perbedaan. Agresifitas itu ada dalam diri setiap orang dan itu wajar. Diskriminasi dimata anda seperti apa? Perbedaan itu merupakan diskriminasi. Misalnya saja saya rambut keriting, kamu rambut lurus itu sudah diskriminasi. Ada yang medok ada yang tidak, ada yang Kristen ada yang islam, hal-hal itu dapat Perasaan bangga yang besar sebagai bagian dari kota yang damai mengakibatkan warga berupaya untuk mempertahankan predikatnya walaupun pada akhirnya melalui konflik dan kekerasan Faktor yang dapat mengakibatkan konflik ialah kepentingan warga untuk menjaga keamanan kota Yogyakarta namun dengan cara yang salah seperti kekerasan 1 Faktor lain yang dapat mengakibatkan konflik adalah rasa persaudaraan yang semakin memudar sebagai bangsa Indonesia 1 Faktor yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan kekerasan adalah perbedaan diantara individu serta berkurangnya semangat persatuan 1 Berkurangnya rasa persaudaraan sebagai satu bagian dari tanah air Indonesia yang “berbeda-beda tapi tetap satu jua” Perbedaan antar Individu dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi Kurangnya kesadaran warga Indonesia bahwa perbedaan seharusnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 217 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334. 335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. menimbulkan diskriminasi. Jika setiap orang melihat perbedaan itu sudah diskriminasi. Yang penting adalah melihat sedikit persamaan antar sesama manusia. Tapi jangan pernah menggunakan perbedaan untuk menjatuhkan seseorang maupun kelompok lain. Justru perbedaan harus menjadi alat persatuan. Pengalaman diskriminasi apa yang pernah anda rasakan di Yogyakarta? Pengalaman diskriminasi sih banyak, tapi saya tidak menggunkana pengalaman itu untuk memisahkan hubungan dengan orang Yogya. Kadang saya punya perasaan sakit karena sebagai mahasiswa timur masih ada diskriminasi terhadap kami. Tapi bagaimana saya mengendalikan perasaan sakit itu agar tetap bisa bertahan Apa yang anda rasakan dari prasangka dan diskriminasi warga Yogya? Perasaan sakit saya rasakan atas stereotype dan prasangka dari warga jawa terhadap mahasiswa asal Timur. Sama seperti saat kecil banyak orang mengatakan bahwa polisi tidak dapat dipercaya, saya sebagai anak polisi merasa sakit. Tapi bagaimana menjadi alat persatuan Pengalaman diskriminasi di Yoga mengakibatkan timbul perasaan sakit Pengendalian rasa sakit atas diskriminasi warga Yogya membuat subjek dapat bertahan Dampak yang dirasakan dari prasangka dan diskriminasi adalah perasaan sakit, sedih, cemas, tidak bebas, tertekan saat ada bentrokan dan takut saat keluar malam Dampak diskriminasi yang berdampak pada perasaan sakit subjek tidak menimbulkan masalah maupun konflik berkepanjangan karena subjek mengendalikan diri 5 Dampak psikologis dirasakan subjek dari kekerasan etnis di Yogyakarta 5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 218 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362. 363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390. 391. 392. 393. perasaan sakit itu tidak mengendalikan saya. Seperti disini ketika kasus dan pandangan orang Jawa terhadap orang timur buruk, saya sangat sakit dan terpukul, namun saya tidak boleh terlena dengan perasaan sakit itu. Ketika oranglain ingin membuat saya marah, satu-satunya jalan adalah saya tidak boleh marah. Meskipun sakit sekali, tapi bagaimanapun saya tidak boleh merasakan sakit. Memang sakit sekali, misalnya di warung ketika mereka melihat bahwa orang timur makannya banyak, atau ketika masuk kos kami tidak diterima padahal ada kamar. Perasaan lain yang saya rasakan adalah perasaan cemas, tidak bebas, tertekan misalnya ketika ada bentrokan di babarsari. Saya jadi takut harus keluar, lewat jalan yang mana, padahal bukan saya pelakunya bentrokan. Intinya saya tidak mau mencari masalah. Upaya apa yang anda lakukan sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur dalam menghadapi diskriminasi dan kekerasan tersebut? Saya mau bagaimana lagi mengubah pandangan warga Yogya, sudah sangat susah. Kecuali saya merubahnya dengan sikap positif. Ketika Subjek merasa tidak berdaya merubah prasangka dari warga Yogya, namun melalui tindakan positif subjek Dampak kekerasan mengakibatkan ada perasaan tidak berdaya saat meyakinkan warga namun berdampak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 219 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418. 419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. saya memulai sikap positif dari diri saya, kemudian saya bisa menjadi contoh bagi adik-adik timur, dan semakin banyak mahasiswa timur yang berbuat baik di Yogyakarta. Apa yang anda rasakan ketika kekerasan etnis dilakukan oleh mahasiswa asal Indonesia Timur? Saya malu karena ada teman- teman dari timur yang melakukan kekerasan, mabuk. Perasaan malu itu sangat besar. Cuma saya prinsip bahwa dari diri saya tidak mau menambah malu atau adik-adik saya ikut membuat malu wajah orang timur. Dampak apa yang anda rasakan dalam perkuliahan? Dampak yang saya rasakan dalam studi akibat kekerasan di Yogyakarta adalah membuat saya lama kuliah. Saya merasa tidak begitu nyaman kuliah di Yogyakarta. Apa yang anda lakukan dalam menghadapi diskriminasi dan kekerasan etnis di Yogyakarta? Ya saya terlebih dahulu berinisiatif untuk menjadi saudara bagi warga Yogya, bukan menunggu mereka. Saya berusaha ramah dan merasa menjadi cara yang terbaik positif dalam pembentukan sikap 5 Kekerasan mengakibatkan timbulnya perasaan malu karena mahasiswa Indonesia timur melakukan kekerasan Dampak kekerasan membuat subjek merasa malu karena kekerasan dilakukan mahasiswa asal Indonesia timur dan ada harapan agar adik mahasiswa baru tidak melakukan kekerasan di Yogya 5 Akibat kekerasan, subjek merasa tidak tenang kuliah di Yogya dan membuat kuliah subjek menjadi lama Upaya positif dilakukan untuk mengurangi prasangka dan disskriminasi seperti bersikap ramah, murah Dampak kekerasan etnis di Yogya mengakibatkan perasaan tidak aman dan nyaman belajar sehingga membuat kuliahan menjadi lama 5 Upaya positif untuk membentuk citra positif mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 220 438. 439. 440. 441. 442. 443. 444. 445. 446. 447. 448. 449. 450. 451. 452. 453. 454. 455. 456. 457. 458. 459. 460. 461. 462. 463. 464. 465. 466. 467. 468. 469. 470. 471. 472. 473. 474. 475. 476. 477. 478. 479. 480. 481. senyum kepada mereka. Saya melayani di komunitas San Egidio, melayani sesama, anak-anak jalanan, para lansia tanpa memandang orang Jawa atau dari daerah mana, dan melayani di beberapa SMA di Yogyakarta untuk menyuarakan agar Yogya lebih baik, menjadi rumah bagi siapapun yang datang tanpa kekerasan. Pengalaman-pengalaman pertemuan dengan mereka menjadi kekuatan bagi saya untuk tetap bertahan di Yogyakarta meskipun saya menjadi minoritas. Perasaan satu saudara dengan anakanak jalanan, lansia dan remaja-remaja SMA menjadikan kita menjadi satu tanpa perbedaan lagi. Selain itu apakah ada lagi? Saya juga memberi contoh melalui sikap positif kepada para mahasiswa baru asal Flores. Melalui komunitas saya belajar untuk lebih membuka diri. Ketika saya berada di jalan bersama anak-anak jalanan saya belajar membuka diri dari perjumpaan dengan mereka. Apa yang anda harapkan sebagai mahasiswa timur, berkaitan dengan kekerasan etnis yang terjadi di Yogya? Harapan saya adalah Yogya bisa menjadi rumah bagi senyum. Selain itu melalui pelayanan di Komunitas San Egidio yang melayani anak jalanan, para lansia dan pelajar SMA Pelayanan Memberi pelajaran untuk tetap bertahan dan hidup berdampingan dengan warga Yogyakarta Pelayanan sosial adalah upaya subjek memberi teladan positif bagi mahasiswa baru asal Indonesia Timur Niat untuk membuka diri melalui pelayanan sosial mengajarkan subjek akan persatuan yang harus tetap dijaga diantara warga Yogya dengan mahasiswa asal Indonesia Timur 6 Antara warga Yogya dan mahasiswa asal Kebersamaan dirasakan melalui pelayanan Yogyakarta menjadi tempat yang nyaman Yogyakarta 5. Semangat untuk tetap menjalani kuliah di Yogyakarta disebabkan oleh perjumpaan dengan anak-anak jalanan, dan para lansia 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 221 482. 483. 484. 485. 486. 487. 488. 489. 490. 491. 492. siapapun, baik itu orang timur, orang asing dan sebagainya. Kemanapun saya berada dan tinggal di yogya, saya merasa nyaman dan senang tinggal di Yogyakarta. Saya harapkan Yogya mempertahankan predikat sebagai kota yang menjunjung tinggi keberagaman. untuk tinggal dan melangsungkan pendidikan Indonesia timur dapat hidup damai 8 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 222 LAMPIRAN 9 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 4 (MR) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 223 Baris 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (AS) Verbatim Koding Awal Analisis Bagaimana pandangan anda berkaitan dengan diskriminasi dan kekerasan etnis di Yogyakarta? Melihat diskriminasi dan kekerasan yang terjadi di Yogyakarta saya tidak sepenuhnya menyalahkan pandangan warga setempat. Yang pertama saya lakukan adalah mengoreksi diri bahwa pandangan dari warga Jawa sebenarnya menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa timur yang kuliah di Yogyakarta. Orang timur harus berubah. Sebenarnya konflik dan kekerasan antar etnis terjadi karena orang setempat tidak dapat membendung lagi kesabaran mereka yang selama ini mereka tahan. Mereka sebenarnya telah sabar memaklumi keributankeributan yang selama ini dilakukan oleh beberapa orang Timur. Namun orangorang yang melakukan kekerasan merasa bahwa orang Jawa akan mengerti dan memaklumi kekerasan yang orang timur lakukan. Sehingga orang timur merasa melunjak, bebas dan tidak berhenti membuat keributan di Yogyakarta. Misalnya ada beberapa kasus dimana orang Jawa setempat Penyebab timbulnya kekerasan karena keributan yang terusmenerus dilakukan oleh mahasiswa asal Indonesia timur yang membuat warga Yogya tidak dapat membendung kesabarannya lagi Kesadaran bahwa tindakan diskriminasi dari warga Yogya menjadi bahan refleksi untuk berperilaku sesuai aturan dan norma yang berlaku di Yogyakarta Faktor yang mengakibatkan kekerasan etnis adalah warga Yogya tidak dapat memaklumi keributan yang sering dilakukan oleh mahasiswa asal Indonesia Timur 1 Diskriminasi yang terjadi menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa asal Indonesia Timur untuk bertindak sesuai norma dan aturan setempat 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 224 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. menjadi korban kekerasan dan mereka memakluminya. Hari berikutnya kekerasan dilakukan lagi oleh orang timur hingga seterusnya. Sikap kesabaran yang selama ini dirasakan oleh Jawa tidak terbendung lagi dan akhirnya timbul diskriminasi dan kekerasan juga dari beberapa orang Jawa. Pandangan yang diberikan oleh orang Jawa bahwa orang timur sebagai pembuat keributan adalah wajar. Apakah anda memiliki pengalaman diskriminasi? Saya memiliki beberapa pengalaman diskriminasi pasca kasus Cebongan terjadi. Pada saat itu saya hendak mencari kos. Saat menemukan kos yang kosong kemudian bernegosiasi dengan pemilik kos. Saat bertanya tentang kos, pemilik kos mengatakan bahwa kosnya telah penuh. saya berusaha mengklarifikasikan pemilik kos bahwa di luar terpampang pemberitahuan menerima kos putra namun kenapa saya tidak diterima. Pemilik kos mengatakan kebetulan kamar tersebut baru dipesan, dan ada keluarga yang mau tempati dengan berbagai alasan agar saya tidak menempati kamar tersebut. Saya seketika menanyakan apa yang Pengalaman tidak diterima pemilik kos saat ada kamar kos yang kosong Faktor yang mengakibatkan pengucilan sosial adalah kasus-kasus kekerasan seperti cebongan yang membuat image mahasiswa timur menjadi buruk Faktor yang mengakibatkan timbulnya prasangka keliru dan diskriminasi adalah fenomena kekerasan yang sering dilakukan mahasiswa asal Indonesia timur di Yogya 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 225 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 129. membuat saya tidak diterima di sini. Pemilik kos menjawab “mungkin karena masalah Cebongan!”. Saya ingin menjelaskan, namun pemilik kos langsung mengatakan bahwa tidak punya waktu. Apa yang anda alami setelah tidak diterima pemilik kos? Saya merasa kecewa dengan sikap dari pemilik kos yang memberikan stigma dan pandangan negatif namun saya berusaha menerima. Apa yang juga menimbulkan prasangka buruk di mata warga Yogya terhadap mahasiswa asal timur? Peran media juga terlalu membesar-besarkan pemberitaan bahwa orang etnis atau suku tertentu dalam hal ini Papua, NTT, Ambon dan sebagainya menjadi biang kerok dari masalah kekerasan etnis di Yogya. Padahal sebenarnya yang harus diangkat adalah orangnya atau individu yang melakukan kekerasan bukan budaya atau sukunya. Suku dan budaya tidak bersalah yang bersalah adalah individunya. Sehingga peran media cukup besar dalam menimbulkan konflik dan pandangan negatif dari warga Jawa terhadap masyarakat NTT secara Perasaan kecewa akibat ditolak serta penerimaan diri subjek atas diskriminasi pemilik kos Dampak diskriminasi menimbulkan perasaan kecewa dan kondisi tak berdaya 5 Faktor yang menimbulkan prasangka adalah berita di media elektronik maupun masa yang mempermasalahkan budaya timur. Seharusnya pelaku kekerasan yang harus diberitakan bukan latarbelakang budayanya. Peran media sangat besar membentuk prasangka yang keliru warga Yogya terhadap mahasiswa asal Indonesia Timur 2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 226 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. umum. Apakah ada pengalaman berkaitan dengan kekerasan di Yogya? Pada awal-awal masuk kuliah, saya pernah menjadi korban salah pembacokan oleh enam orang mahasiswa NNT. Saat itu saya ditelephone oleh temantemannya yang sedang berselisih dengan warga NTT lain. Saya yang ditelephone merasa ingin menenangkan dan membantu mereka yang ketakutan. Bukannya membantu menenangkan teman-teman, saya malah menjadi korban pembacokan yang seharusnya bukan ditujukan padanya. Apa yang anda alami saat itu? Saat itu saya mendapat dua luka bacokan di punggung dan harus dirawat dirumah sakit. Pengalaman itu membuat saya trauma dan akhirnya cuti kuliah selama tiga tahun. Sehingga saat ini baru bisa melanjutkan kuliah lagi. Pelajaran apa yang anda petik dari pengalamn tersebut? Hal ini menjadi pelajaran bagi saya untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan dan juga tidak sepenuhnya Pengalaman menjadi korban kekerasan oleh mahasiswa dari NTT Pengalaman kekerasan memberi dampak trauma serta membuat subjek cuti dalam perkuliahan Pengalaman kekerasan memberi pelajaran untuk tidak terburu dalam mengambil keputusan serta tidak sepenuhnya percaya kepada teman satu Kekerasan etnis di Yogya terjadi bukan hanya antara mahasiswa timur dengan warga setempat, namun antara mahasiswa Indonesia timur 4 Dampak psikologis akibat kekerasan yaitu perasaan trauma serta mengganggu proses perkuliahan di Yogya 5 Fenomena kekerasan di Yogya juga terjadi antar sesama mahasiswa asal Indonesia timur 4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 227 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. memberi kepercayaan kepada teman-teman dari satu daerah. Karena antar daerah juga bisa terjadi konflik dan kekerasan. Selain itu, tidak semua masalah bisa diselesaikan melalui kekerasan. Apa yang orangtua anda lakukan saat itu? Pada saat itu orangtua saya marah dan kecewa dengan musibah yang dialami saya. Untung mama saya sangat memahami kondisi yang saya alami. “mungkin Tuhan memberi pembelajaran dalam hidupmu, bahwa tidak selamanya hidup berjalan mulus. Setelah kejadian pembacokan, sebulan kemudian ibu saya meninggal dunia. Saya merasa terpukul sekali dengan musibah beruntun yang saya alami dan membuat saya tidak bisa menerima. Apa yang anda rasakan? Pada saat itu saya tidak bebas, tidak dapat menyalurkan hobi bermain bola, atau berorganisasi yang mana sangat saya gemari olehnya. Saya merasa stress karena tidak bebas bergerak dan beraktifitas seperti biasanya. Dampak kekerasan memberi dampak yang sangat berat. daerah karena kekerasan terjadi juga antar mahasiswa timur Peran Ibu sangat besar dalam menguatkan subjek Kohesifitas antar sesama mahasiswa asal Indonesia timur mengakibatkan terjadinya kekerasan yang tidak dipikirkan secara matang 1 Faktor yang menguatkan subjek untuk tetap kuat dan semangat menghadapi masalah adalah dukungan dari ibu 12 Karena faktor dukungan ibu sangat besar, subjek mengalami kesedihan yang mendalam saat ibu telah dipanggil Tuhan 5 Meninggalnya ibu membuat subjek merasa terpukul dan sedih Cedera akibat kekerasan mengakibatkan stress karena hobi tidak dapat tersalurkan dengan baik Dampak psikologis pada korban kekerasan menimbulkan stress karena subjek tidak dapat beraktifitas secara baik 5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 228 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. Makna apa yang anda petik dari semua pengalaman itu? Semuanya akhirnya menjadi pembelajaran bagi saya untuk lebih tenang dalam menghadapi segala macam hal, dan memaafkan oranglain. Kasus ini pernah dibawa hingga ke pengadilan. Namun saya tidak melanjutkan karena saya berjanji untuk tidak membalas kejadian itu kepada pelakunya. Sikap apa yang anda lakukan setelah menjadi korban kekerasan? Saat berjumpa dengan para pelaku kekerasan, saya menunjukan sikap yang ramah dengan menegur. Namun karena merasa malu kepada saya, mereka akhirnya menghindar dari saya hingga saat ini. Bukan dengan kekerasan untuk membalas namun dengan kasih cara terbaik untuk membalasnya. Walaupun orang menganggap pengalaman itu adalah pengalaman paling sial, saya mengganggapnya sebagai pengalaman paling berharga saat berhadapan dengan kematian. Semuanya mengajarkan banyak hal positif hingga saat ini saya menjadi sangat kuat menerima semua kondisi berat yang dialami walaupun secara manusiawi saya tetap Sikap positif yang ditunjukan adalah memaafkan pelaku kekerasan Hati yang besar untuk memaafkan pelaku kekerasan 13 Kekerasan diselesaikan bukan dengan kekerasan melainkan dengan cara damai dan mewujudkan kasih Kekerasan yang dialami memberi pelajaran yang mendewasakan subjek serta mampu memaknainya dengan penuh Kasih 13 Perasaan sedih dan kangen pada almarhumah ibunya masih dirasakan hingga saat ini Peran ibu sangat besar dalam membentuk karakter 12 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 229 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. sedih. Kadang ada rasa kangen dengan almarhum ibunya dan tidak terima dengan pengalaman tersebut. Hingga saat ini saya merasakan hal itu disaat-saat sendiri. Apa upaya positif yang anda lakukan sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur di Yogyakarta? Saya sih membentuk pemikiran positif dan menjadi contoh bagi adikadik mahasiswa baru misalnya melayani di komunitas San Egidio. Pelayanan-pelayanan tersebut mungkin di zaman ini tidak popular di mata teman-teman mahasiswa. Namun melaui pelayanan ini menjadi suatu kesaksian bahwa saya peduli kepada anak-anak jalanan, orangorang yang membutuhkan bantuan, kaum marginal dan para lansia. Melalui pelayanan tersebut, saya merasa dikuatkan dengan keberadaan mereka. Sudah tidak ada perbedaan lagi diantara saya dengan mereka. Yang ada adalah perasaan sebagai satu saudara. Selain itu, pelayanan ini menjadi kesaksian bagi adik-adik mahasiswa baru untuk membangun sikap toleransi diantara siapapun baik itu dari suku, budaya, agama yang berbeda. Sikap positif dibangun melalui pelayanan di komunitas San Egidio dan bertujuan menjadi bentuk teladan positif bagi mahasiswa baru yang berasal dari Indonesia timur Keterlibatan dalam pelayanan membuat tidak ada lagi perbedaan Sikap subjek dalam memberi teladan bagi mahasiswa baru asal Indonesia timur 6 Persatuan timbul dari kebersamaan dan keterlibatan dengan warga secara langsung 13 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 230 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 328. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334. 335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. Nilai apa yang anda dapatkan dari pelayanan di komunitas? Saya belajar bahwa orang miskin tidak hanya dilihat dari harta dan kekayaan, namun miskin bisa dalam bentuk perhatian, kasih sayang, pelukan dan sebagainya. Hal ini yang membuat saya melihat bahwa setiap orang pasti membutuhkan oranglain. Setiap individu tidak dapat hidup sendiri tanpa individu lain. Melalui pelayanan tersebut apa yang ingin anda sampaikan? Selain bentuk kepedulian, kiranya menjadi kesaksian bahwa orang timur atau Flores ternyata tidak seperti yang dipikirkan. Mereka juga memiliki hati untuk saling membantu dan menolong. Seorang pemuda jalanan pernah menayakan “mengapa kalian mau membantu kami?” Saya menjawab “karena saya melihat kalian sebagai saudara”. Apa yang anda lakukan sebagai mahasiswa senior bagi para mahasiswa baru? Saya sering menasehati adik- adik dari timur bahwa tinggal di Yogya bukan Persatuan perlu ditegakan di kota Yogya karena kita saling membutuhkan dan tidak terlapas satu dengan yang lain Pelayanan merupakan sikap positif sebagai satu saudara dengan warga Yogya, sekaligus kesaksian bahwa tidak semua orang timur jahat Terciptanya sikap positif adalah melalui teladan positif serta Keyakinan subjek bahwa antara mahasiswa asal Indonesia bisa saling menjalin relasi yang baik 8 Upaya untuk membuat mahasiswa asal Indonesia timur dapat diterima di Yogya melalui pelayanan 6 Dampak kekerasan mengakibatkan terbentuknya sikap PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 231 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362. 363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390. 391. 392. 393. sekedar untuk kuliah dan pandai secara teori, namun juga harus pandai dalam membangun relasi sosial dengan siapapun bukan hanya dari teman-teman satu budaya. Nasehat yang diberikan saya bukan sebagai suatu paksaan namun pilihan. Yang terpenting adalah contoh dan teladan melalui tindakan. Secara pribadi, upaya positif apa yang anda lakukan? Sebagai orang timur saya juga memiliki tugas untuk menjelaskan lewat kegiatankegiatan positif yang sifatnya membangun kebersamaan antar budaya, misalnya melakukan bakti sosial, pentas budaya dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan positif ini sebenarnya dulu pernah dilakukan para mahasiswa dari timur, namun sekarang telah pudar. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun relasi yang baik antara mahasiswa timur dengan warga setempat agar timbul rasa persaudaraan yang erat. Namun saat ini yang terjadi, suatu masalah diselesaikan dengan kekerasan bukan dengan dialog atau diskusi. Hal ini yang dirasakan hilang dari mahasiswa-mahasiswa asal timur. Apa yang anda harapkan nasehat bagi para mahasiswa baru untuk menaati peraturan, dan bersikap baik di Yogya Perlunya kegiatankegiatan positif antar mahasiswa dengan warga setempat misalnya bakti sosial, pentas budaya dan kegiatan dialog bersama positif dalam menjalin relasi dengan warga Yogya 5. Solusi untuk meningkatkan persatuan antar mahasiswa asal timur dengan warga Yogya adalah melalui kegiata kebersamaan yang positif 5. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 232 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418. 419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur yang saat ini tinggal di Yogya? Semoga para saudara dari timur dapat sadar bahwa kita tinggal di tanah orang harus menunjukan sikap sopan dan tahu diri ditempat rantauaan. Sikap ini ditunjukan melaui sikap positif dan baik dengan warga Yogyakarta misalnya bergaul, menjalin relasi, senyum, menyapa, menerima aturan maupun budaya setempat dan berbaur dengan warga Jawa. Pesan apa yang ingin anda sampaikan kepada mahasiswa asal Indonesia Timur di Yogya? Jika sikap positif kita bangun, orang warga Yogyakarta akan bersikap positif dengan kita. Selain itu prestasi dalam kuliah dan talenta yang dimiliki harus tampak dalam diri mahasiswa-mahasiswa timur khususnya NTT. Tujuannya agar kita dapat dihargai oleh orang Jawa setempat bukan dengan kekerasan namun lewat kualitas hidup. Sehingga kekeluargaan antara mahasiswa NTT dan warga Yogyakarta dapat erat. Kesadaran sebagai mahasiswa pendatang harus dimiliki oleh mahasiswa asal Indonesia timur dalam bertindak dan membangun sikap positif di Yogyakarta 8 Perlunya sikap positif dalam hubungan dengan warga, meningkatkan talenta serta berprestasi sehingga dapat dipandang warga secara positif Solusi terbaik agar dapat diterima adalah bukan dengan kekerasan melainkan melalui prestasi serta kemampuan softskill yang mahasiswa asal Indonesia timur miliki 8 Harapan agar timbul kesadaran bagi mahasiswa asal Indonesia Timur untuk menyesuaikan diri serta berbaur dengan warga Yogyakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 233 LAMPIRAN 10 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 1 (AT) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 234 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 235 LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 1 (AT) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 236 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 237 LAMPIRAN 12 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 2 (YD) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 238 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 239 LAMPIRAN 13 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 2 (YD) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 240 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 241 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 242 LAMPIRAN 14 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 3 (AS) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 243 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 244 LAMPIRAN 15 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 3 (AS) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 245 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 246 LAMPIRAN 16 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 4 (MR) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 247 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 248 LAMPIRAN 17 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 4 (MR) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 249 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 250