plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEKERASAN ETNIS DI YOGYAKARTA DAN
DAMPAK SOSIO-PSIKOLOGISNYA PADA MAHASISWAMAHASIWA YANG BERASAL DARI INDONESIA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Gregorius Septian Agung Renggi
109114142
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan Jalanmu.”
(Amsal 3:6)
Dari malam yang menyelimutiku,
sehitam lubang yang dalam,
Aku berterimakasih kepada Tuhan di manapun ia berada
Atas jiwaku yang tak terkalahkan.
Di dalam keadaan yang menimpaku.
Aku tak mengeluh ataupun menangis.
Di Bawah tempaan Takdir.
Jiwaku berdarah namun tak terpatahkan.
Di balik tempat amarah dan air mata ini.
Hanya mengintip horor kematian.
Namun ancaman bertahun-tahun
akan menemukanku tanpa rasa takut.
Seberapapun kuatnya gerbang.
Seberapapun beratnya hukuman.
Aku adalah Penguasa takdirku
Aku adalah kapten Jiwaku.
"Kemuliaan terbesar dalam hidup adalah bukan karena tidak
pernah jatuh, tetapi bangkit setiap kali kita jatuh"
(Nelson Mandela)
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persembahanku Kepada :
Allah Tritunggal Maha Kudus Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Bunda Maria dan Santo Yosef.
Terimakasih untuk Segala Kebaikan, Kasih Setia, & Penyertaan-Mu dalam
Hidupku yang Luar Biasa Indahnya.
Dan Kepada Keluarga Tercinta
Papa (Zakarias Renggi), Mama (Marthina Renggi)
Adik-adikku tercinta (Fulgensius Chalpin Stilman Renggi), dan
(Fenensius Elmar Fermin Renggi)
yang Selalu Mendoakan, Mendukung, serta Memberi Semangat.
“Doaku Menyertai Kalian Semua”
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DINAMIKA KEKERASAN ETNIS DI YOGYAKARTA DAN DAMPAK
SOSIO-PSIKOLOGISNYA PADA MAHASISWA-MAHASIWA YANG
BERASAL DARI INDONESIA TIMUR
Gregorius Septian Agung Renggi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika dari kekerasan etnis di
Yogyakarta dan dampak sosio-psikologisnya pada mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari
Indonesia timur. Penelitian ini berfokus pada empat hal yaitu faktor-faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya kekerasan antara penduduk Yogyakarta dan orang-orang dari Indonesia
timur, prasangka dan diskriminasi sebagai akibat dari kekerasan, dampak sosio-psikologis yang
dialami para mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur, dan upaya penyesuian diri agar tidak
terjadi lagi kekerasan etnis di Yogyakarta. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Penelitian ini melibatkan 4 mahasiswa yaitu dua
mahasiswa asal NTT dan dua mahasiswa asal Papua yang mendapatkan perlakuan diskriminasi
dan tidak melakukan kekerasan etnis di Yogyakarta. Subjek dipilih menggunakan criterion
sampling yaitu dengan kriteria mahasiswa usia antara 18-23 tahun, pernah mengalami kekerasan
ataupun diskriminasi dari warga Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada empat
faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis seperti, perbedaan antar individu, perbedaan
budaya, bentrokan kepentingan, dan persaingan. Terdapat tiga bentuk pengucilan masyarakat
seperti tidak diterima tinggal di kos-kosan, ditolak teman kelas, dan diremehkan masyarakat.
Dampak sosio-psikologis terdiri dari enam bentuk seperti, harga diri rendah, kecemasan, depresi,
stress pasca trauma, perasaan malu, dan tertekan. Selain itu didapatkan data berkaitan dengan
upaya-upaya positif seperti membangun sikap ramah, mau menyesuaikan diri, menaati peraturan
lalu lintas dan upaya bersama komunitas melalui pelayanan masyarakat serta sangsi tegas kepada
mahasiswa yang membuat keributan di Yogyakarta.
Kata Kunci : Kekerasan Etnis, Dampak Sosio-Psikologis, Mahasiswa Asal Indonesia Timur
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DYNAMICS OF ETHNIC VIOLENCE IN YOGYAKARTA AND IMPACT
ON SOCIO-PSYCHOLOGICALLY THOSE STUDENTS EAST FROM
INDONESIA
Gregorius Septian Agung Renggi
ABSTRACT
This study aims to describe the dynamics of ethnic violence in Yogyakarta and sociopsychological impact on students who come from eastern Indonesia. This research focuses on four
issues of the factors that can lead to violence between residents of Yogyakarta and the people from
eastern Indonesia, prejudice and discrimination as a result of violence, socio-psychological impact
experienced by students from eastern Indonesia, and efforts adjusting themselves to prevent further
ethnic violence in Yogyakarta. Qualitative descriptive approach used to answer the research
questions. The study involved four students: two students from NTT and two students from Papua
who get discriminated against and do not do ethnic violence in Yogyakarta. Subjects selected
using criterion sampling that the criteria students aged between 18-23 years, had experienced
violence or discrimination of people of Yogyakarta. These results indicate that there are four
factors that have led to violence such as ethnic, inter-individual differences, cultural differences,
clashes of interests, and competition. There are three forms of exclusion such communities are not
welcome to stay in the boarding house, rejected classmates, and underestimated the public. Sociopsychological impact consists of six forms such as, low self esteem, anxiety, depression, post
traumatic stress, shame, and distress. In addition, the data obtained with regard to positive efforts
such as building a friendly attitude, willing to conform, obey traffic laws and efforts with the
community through community service and firm sanctions to students who make a scene in
Yogyakarta.
Keyword : Ethnic violence, Socio-Psychological Impact, Student Origin Eastern Indonesia
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yosep
atas rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini.
Walaupun demikian, penulis bersyukur karena banyak pihak turut berperan serta
dalam mendukung dan membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dari
lubuk hati terdalam dan dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ratri Sunar A., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
bersedia meluangkan banyak waktu dan penuh kesabaran telah
membimbing penulis selama penyusunan skripsi serta memberikan
inspirasi atas skripsi ini.
4. P. Henrietta PDADS., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing selama penulis menempuh studi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
5. Monica Eviandaru M., M. App. Psych yang telah memberi masukan
dan informasi kepada penulis berkaitan dengan penelitian kualitatif
dan fenomena sosial.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah membimbing dan menambah wawasan bagi penulis
di bidang psikologi.
7. Semua Karyawan di Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya
Mas Gandung, ibu Nanik, Mas Mudji, Mas Doni, dan Pak Gie yang
telah memberikan pelayanan selama penulis menempuh studi dan tidak
lupa Karyawan Perpustakaan USD yang telah memberikan fasilitas
serta kemudahan kepada penulis dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
8. Papa Zakarias Renggi dan Mama Marthina Fernatyanan yang penulis
Cintai. Terimakasih atas doa, semangat serta dukungan secara moril
maupun materil.
9. Adik-adikku yang terkasih dan kubanggakan Fulgensius Chalpin
Stilman Renggi dan Fenensius Elmar Fermin Renggi. Terimakasih
sudah mendoakan, dan mendukung kakakmu ini.
10. Mama Habeldina (almarhumah), Tete (almarhum) dan Nene
Fernatyanan (almarhumah), Tete (almarhum) dan Nene Pati, Muda
Berhmans (almarhum) dan semua nenek moyang yang sudah doakan
dari surga.
11. Keluarga besar di Jayapura, Ende-Flores, Kupang, Jakarta yang selalu
memberi dukungan dan doa bagi penulis.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12. Keempat subjek penelitian yang telah bersedia diwawancarai selama
proses penelitian berlangsung. Terimakasih atas ketulusan kalian
teman-teman.
13. Segenap umat di Gereja Kristus Terang Dunia Waena yang telah
mendukung,
mendoakan
serta
memotivasi
penulis
selama
penyelesaiaan skripsi.
14. Kekasih hati Maria Gretty Huwae yang telah bersama menemani
dalam susah dan senang selama menjalani pendidikan di Fakultas
Psikologi Sanata Dharma. Tuhan memberkati segala kebaikan dan
masa depanmu.
15. Teman-teman kelas D angkatan 2010, dan semua teman-teman
angkatan 2010 yang telah mendukung dan menemani selama kita
menempuh matakuliah-matakuliah yang menyenangkan di Fakultas
Psikologi.
16. Sahabat-sahabat Yosi Virargo, Satya, Ryan, Damar, Leo, Dita, Rendi,
Grego, Stefanus Sampeako, Cahyo, Akbar, Yuyu, Yosep. Terima kasih
karena sudah menemani, mendukung, canda-tawa bersama, dan
menjadi tempat curahan hati penulis selama menjalani kuliah.
17. Teman-teman Psikologi baik itu kakak angkatan maupun adik
angkatan.
18. Teman-teman Vertigostic : Sandi, Vincent, Uli Silaen, Daning, Aldo,
Disty,
Koko Yosua Karmali. Terimakasih telah mendukung,
memotivasi dan membantu mengembangkan talenta dalam.
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAM PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................
v
ABSTRAK..............................................................................................
vii
ABSTRACT.............................................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..........
Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...........................................................................
x
DAFTAR ISI .........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xviii
DAFTAR SKEMA .................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
12
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
13
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
13
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B AB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
15
A. Tinjauan Konseptual Dampak Sosio-Psikologis .........................
15
1. Memahami Pengertian Dampak Sosio-Psikologis ................
15
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Dampak
Psikologis ...........................................................................
17
a. Faktor Internal ............................................................
17
b. Faktor Eksternal ..........................................................
20
3. Bentuk-bentuk Dampak Sosio-Psikologis
Akibat Kekerasan ................................................................
21
B. Tinjauan Konseptual tentang Mahasiswa-Mahasiwi Remaja
Korban Kekerasan yang Berasal dari Indonesia Timur .............
28
1. Remaja ................................................................................
28
2. Korban ...............................................................................
32
3. Kelompok Etnis ..................................................................
33
C. Agresi Antar Etnis .....................................................................
34
1. Faktor-faktor yang Mengakibatkan Terjadinya
Konflik dan Kekerasan antar Etnis di Masyarakat ................
36
2. Bentuk-bentuk Kekerasan Antar Etnis .................................
43
3. Akibat Sosio-Psikologis dari Kekerasan...............................
45
D. Prasangka .................................................................................
46
1. Pengucilan Sosial ................................................................
47
2. Konflik Sosial .....................................................................
48
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
E. Kerangka Penelitian: Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan
Dampak Sosio-Psikologis pada Mahasiswa-mahasiwi
asal Indonesia Timur............................................................
49
F. Pertanyaan Penelitian ................................................................
52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................
54
A. Jenis Penelitian ..........................................................................
54
B. Fokus Penelitian ........................................................................
55
C. Definisi Operasional .................................................................
56
D. Subjek Penelitian .......................................................................
57
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................
58
1. Observasi.............................................................................
58
2. Wawancara ..........................................................................
60
F. Prosedur Analisis Data .............................................................
63
G. Uji Kesahihan dan Keandalan ...................................................
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................
74
A. Proses Penelitian .......................................................................
74
1. Persiapan Penelitian ............................................................
74
2. Pelaksanaan Penelitian ........................................................
75
3. Proses Analisis Data ...........................................................
78
4. Jadwal Pengambilan Data ...................................................
79
B. Profil Subjek .............................................................................
83
1. Subjek 1 (AT) .....................................................................
83
2. Subjek 2 (YD) .....................................................................
96
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Subjek 3 (AS) .....................................................................
110
4. Subjek 4 (MR) ....................................................................
121
C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian .......................................
137
D. Deskripsi Tema ........................................................................
139
1. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Terjadinya Kekerasan
Etnis di Yogyakarta ............................................................
139
2. Prasangka dan Diskriminasi ................................................
146
3. Dampak Sosio-Psikologis dari diskriminasi dan Kekerasan
Etnis di Yogyakarta ............................................................
147
4. Upaya Para Subjek dan Komunitas untuk Mengurangi
Kekerasan Etnis di Yogyakarta ............................................
153
E. Pembahasan ..............................................................................
156
1. Temuan Tambahan ..............................................................
162
BAB V PENUTUP ................................................................................
165
A. Kesimpulan ..............................................................................
165
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................
166
C. Saran ........................................................................................
166
1. Bagi Peneliti Selanjutnya .....................................................
166
2. Bagi Para Mahasiswa dan Perantau yang Berasal dari
Indonesia Timur ..................................................................
167
3. Bagi Warga Yogyakarta.......................................................
167
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
168
LAMPIRAN ...........................................................................................
173
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Wawancara tentang Dinamika Kekerasan Etnis dan
dampak Sosio-Psikologis yang Dialami Subjek .........................
61
Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (AT) .................................
80
Tabel 3. Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (YD)........................ .........
81
Tabel 4. Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 (AS) .................................
81
Tabel 5. Jadwal Wawancara dengan Subjek 4 (MR) ................................
82
Tabel 6. Rangkuman Tema Temuan Penelitian ........................................
137
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Penelitian : Dinamika Kekerasan Etnis dan
Dampak Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa
asal Indonesia Timur ................................................................
51
Skema 2. Kerangka Hubungan antara Faktor-faktor, Prasangka
dan diskriminasi, Dampak Sosio-Psikologis dan Upaya
Mencegah terjadinya kekerasan etnis .......................................
164
Skema 3. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis
pada Subjek 1 (AT) ..................................................................
175
Skema 4. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis
pada Subjek 2 (TD) ..................................................................
177
Skema 5. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis
pada Subjek 3 (AS) ..................................................................
179
Skema 6. Dinamika Kekerasan Etnis dan Dampak Sosio-Psikologis
pada Subjek 4 (MR) .................................................................
xix
181
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis pada Subjek 1 (AT) ..................................
174
Lampiran 2 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak SosioPsikologis pada Subjek 2 (YD) ............................................
176
Lampiran 3 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak SosioPsikologis pada Subjek 3 (AS).............................................
178
Lampiran 4 Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak SosioPsikologis pada Subjek 4 (MR) ...........................................
180
Lampiran 5 Protokol Wawancara ...........................................................
182
Lampiran 6 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis
Data Subjek 1 (AT) .............................................................
184
Lampiran 7 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis
Data Subjek 2 (YD) .............................................................
196
Lampiran 8 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis
Data Subjek 3 (AS).............................................................
209
Lampiran 9 Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis
Data Subjek 4 (MR) ............................................................
222
Lampiran 10 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 1 (AT) ..
233
Lampiran 11 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 1 (AT) .....................................................................
xx
235
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 12 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 2 (YD) ..
237
Lampiran 13 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 2 (YD) .....................................................................
239
Lampiran 14 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 3 (AS)...
241
Lampiran 15 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 3 (AS) ......................................................................
243
Lampiran 16 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 4 (MR) .
245
Lampiran 17 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 4 (MR).....................................................................
xxi
247
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada Era globalisasi dan modern ini, konflik dan kekerasan sering
sekali terjadi. Hampir setiap hari di media cetak maupun elektronik
memberitakan
tentang
penembakan,
perampokan,
pembacokan,
dan
penyerangan antar geng yang menelan korban jiwa (Berkowitz, 1995).
Maraknya konflik dan kekerasan di masyarakat mengakibatkan kerugian bagi
para korbannya mulai dari melukai hingga menghilangkan nyawa manusia
(Sarwono, 2009).
Konflik dan kekerasan sebenarnya bukan baru saja ini terjadi
(Rahman, 2013). Konflik dan kekerasan etnis di Indonesia sejak lama terjadi
misalnya konflik Poso, konflik Sanggoledo, konflik Ambon, konflik Sambas
yang terjadi pada awal milenium baru (Tohari, dkk 2011). Dampak yang
dirasakan dari konflik dan kekerasan etnis pada saat itu ialah banyak korban
yang meninggal dunia serta meningkatnya jumlah pengungsi yang pergi
meninggalkan daerah konflik (Tohari, 2011).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Tohari (2008), konflik dan
kekerasan di Indonesia terbagi dalam delapan jenis. Konflik dan kekerasan
tersebut meliputi, konflik agama, konflik etnis, konflik politik, konflik sumber
daya alam, konflik sumber daya ekonomi, kekerasan rutin (tawuran,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
penghakiman massa, pengeroyokan), konflik antar aparat negara, dan lainlain. Berdasarkan data presentase konflik dan kekerasan di Indonesia yang
terjadi dari tahun 2008 hingga 2010, kekerasan etnis yang terjadi sekitar 2,2 %
dari total keseluruhan. Itu berarti jumlah kekerasan etnis yang terjadi sejak
tahun 2008 hingga 2010 sebanyak 90 kali dan tiap tahunnya terjadi 30 kali
kasus konflik dan kekerasan etnis yang terjadi di Indonesia.
Konfik dan kekerasan etnis masih terjadi di kota Yogyakarta. Sebagai
kota pelajar dan kota yang menjunjung keberagaman, masih marak terjadi
konflik dan kekerasan antara mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga
Yogyakarta. Pada tanggal 6 Mei 2013, dua Tentara Nasional Indonesia
dikeroyok oleh 4 mahasiswa Papua yang sedang menjalani kuliah di
Yogyakarta (Hasan, 2013). Selain itu, seorang mahasiswa asal Indonesia
Timur melakukan tindakan kriminal yaitu mengamuk dan memecahkan kaca
di Mapolsek Mergangsan pada hari rabu 9 Oktober 2013 (Fernandez, 2013).
Kekerasan lain yang terjadi adalah tanggal 8 Mei 2012 terjadi pembacokan di
Babarsari Yogyakarta. Awal mula kejadian ketika mahasiswa asal Timor
Leste tidak mau membayar parkir di depan sebuah cafe. Karena emosi,
mahasiswa tersebut kembali ke asrama dan mengajak rombongan temantemannya sambil membawa sebilah parang. Sesampainya di cafe, mahasiswa
tersebut membacok tukang parkir yang saat itu berjaga (Surya, 2012). Pada
malam yang sama tidak jauh dari lokasi kejadian, terjadi juga pembacokan 2
orang pemuda dan pemudi di daerah selokan mataram. Pada waktu yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
berurutan, sebuah ATM di depan Sekolah Tinggi YKPN, dibobol dan
kemudian dirusak (Surya, 2012).
Selain kasus kekerasan di atas, kasus penembakan yang terjadi di
Lapas Cebongan merupakan salah satu kasus kekerasan menyangkut etnis di
Yogyakarta. Penembakan yang terjadi di Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tanggal 23 Maret 2013 dilakukan oleh beberapa anggota
kopasus terhadap warga NTT karena motif balas dendam. Empat korban
penembakan merupakan pelaku pengeroyokan seorang anggota kopasus
bernama Heru Santosa yang tewas di Hugo‟s Café beberapa hari sebelumnya.
Keempat korban tersebut merupakan perantau asal Nusa Tenggara Timur
(Iwe, 2013).
Berdasarkan media elektronik dan media cetak, konflik dan kekerasan
etnis di Yogyakarta memberi dampak psikologis seperti traumatik dan
ketakutan bagi mahasiswa asal NTT lainnya yang tidak melakukan kekerasan
yang saat ini kuliah di Yogyakarta. Perasaan ketakutan dan trauma tersebut
muncul karena beredar isu melalui pesan singkat SMS dan blackberry
messenger (BBM) akan adanya sweeping terhadap masyarakat asal NTT. Dari
pemberitaan koran SINDO, salah seorang mahasiswa asal NTT yang berhasil
ditemui di RSUP Sardjito Yogyakarta, bernama Max Nani berumur 26 tahun
mengaku pasca kejadian penembakan ini, mahasiswa dan masyarakat asal
NTT yang berada di DIY merasa trauma dan ketakutan (Hanafi, 2013).
Ketakutan tersebut membuat mereka mengungsi ke kerabat yang ada di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Malang, Solo, dan Surabaya. Separuh dari 10 ribu mahasiswa NTT, terutama
dari Kupang, melakukan eksodus (Maharani, 2013).
Dampak yang dirasakan di atas sesuai dengan penelitian yang
dilakukan para ahli misalnya, konflik dan kekerasan di masyarakat
menyangkut suku maupun etnis, ternyata memberi dampak sosio-psikologis
bagi kaum minoritas yang mewakili etnis tertentu (Cooley & Quille, 2001).
Selain itu, penelitian yang dilakukan Mahoney (2004) di Caribbean
mengungkapkan bahwa ada korelasi yang kuat antara maraknya kekerasan dan
gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder). Penelitian lain
juga melihat adanya implikasi hubungan antara kekerasan dengan masalah
sosio-psikologis seperti stress pasca trauma, depresi, penyalahgunaan Zat,
maupun agresi (Bingenheimer, Brennan, & Earls, 2005; Goldstein, Walton,
Cunningham, Trowbridge, & Maio, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Horowitz (2005), di Amerika
menunjukan bahwa, ada hubungan antara kekerasan yang terjadi di
masyarakat dengan kondisi psikologis anak-anak dan remaja. Penelitian ini
menunjukan bahwa, dampak kekerasan yang terjadi di masyarakat dapat
menimbulkan masalah psikologis seperti konsentrasi buruk, dan menimbulkan
kecemasan. Kondisi kecemasan, traumatik, hingga berdampak pada masalah
sosial seperti agresi, dipicu oleh faktor-faktor seperti, kekerasan yang
langsung disaksikan oleh anak-anak atau remaja, memiliki kedekatan dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
korban, hingga lingkungan tempat tinggal yang berada di wilayah konflik
(Jenkins dalam Mahoney 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat dampak psikologis yang
dirasakan mahasiswa asal Indonesia Timur yang tidak melakukan kekerasan
namun menjadi korban dari maraknya konflik dan kekerasan antara orangorang Timur dengan warga Yogyakarta. Untuk itu peneliti melakukan
wawancara singkat terhadap dua mahasiswa asal Papua dan dua mahasiswa
asal NTT untuk melihat adanya tanda-tanda dampak psikologis dari fenomena
kekerasan yang terjadi, sekaligus membuktikan pemberitaan media di atas.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada waktu dan tempat
berbeda, ditemukan bahwa keempat subjek merasa sedih, terpukul, karena
warga Yogyakarta telah memberi penilaiaan negatif terhadap semua
mahasiswa asal Indonesia Timur yang sedang menjalani kuliah di Yogyakarta.
Padahal menurut para mahasiswa tersebut, “tidak semua orang Papua atau
NTT adalah orang yang keras, mudah marah, maupun bertindak seenaknya di
tempat rantauaan. Hanya beberapa mahasiswa saja yang kebetulan berasal dari
Timur Indonesia”. Walker dan Gresham (1997) berpendapat bahwa
diskriminasi ras dan etnik terhadap individu maupun kelompok minoritas,
dapat menjadi pemicu timbulnya masalah internal seperti kecemasan, depresi,
traumatik hingga dapat memicu masalah eksternal seperti agresi, maupun
melakukan tindak kriminal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Sangat disayangkan bahwa akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh
beberapa orang yang berasal dari Indonesia Timur (Papua, NTT, Maluku),
membuat warga Yogyakarta semakin membentuk prasangka negatif bagi
semua mahasiswa asal Indonesia Timur yang tinggal di Kota Yogyakarta.
Ada pengalaman yang dialami oleh teman peneliti ketika ditolak oleh pemilik
kos walaupun masih ada kamar kosong di kos tersebut. Penolakan yang
diterimanya hanya karena dia berasal dari NTT. Waktu itu bapak pemilik kos
bertanya, “masnya berasal dari mana?” Teman saya menjawab, “Flores Pak!”.
Oh, “NTT yah”, jawab bapak pemilik kos, “aduh gimana ya mas ya, saya
kapok punya anak kos dari Timur” (Timur baginya merujuk ke Papua, NTT
dan Maluku). “Pusing saya ngurus masalah tiap hari karena mabuk lalu
berantem”. Teman saya mencoba membela diri dan menyatakan bahwa itu
hanya oknum, dan tidak semua mahasiswa asal NTT bertabiat buruk, tapi tetap
saja bapak itu menolak teman saya. Perasaan sedih dan kecewa terhadap
penilaiaan negatif tersebut membuatnya terpukul. Stereotype terhadap individu
maupun kelompok tertentu, berdampak pada pengucilan sosial dan konflik
sosial (Putra & Pitaloka, 2012). Fenomena kekerasan mengakibatkan warga
Yogyakarta membentuk stereotype dan membuat mahasiswa yang berasal dari
Indonesia Timur mengalami pengucilan dan diskriminasi.
Konflik dan kekerasan etnis juga dialami oleh mahasiswa Papua yang
menjalani pendidikan di perguruan tinggi Yogyakarta. Beberapa data yang
dikumpulkan oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
tahun 2002 misalnya, warga DIY secara terang-terangan menyerang asrama
mahasiswa Papua dan menghancurkan kaca-kaca asrama dan melukai seorang
mahasiswi asal Merauke. Kemudian pada tahun 2002 juga mahasiswa asal
Biak Mesak Ronsumre dibunuh di jalan Solo. Pada bulan Agustus 2004,
seorang mahasiswa Magister Manajemen Agribisnis Universitas Gajah Mada,
dipukul dengan balok pada otak kecilnya oleh warga hingga dirawat di rumah
sakit selama dua minggu. Kekerasan ini mengakibatkan mahasiswa tersebut
mengalami gangguan lupa ingatan. Selain itu pada tahun 2007, seorang
mahasiswa asal pegunungan bintang diracuni sehingga meninggal dengan
mengenaskan di tengah rumah warga. Aksi ini adalah salah satu bentuk
penyerangan yang terang-terangan oleh warga (Degei, 2007).
Perbedaan antar invidu dan perbedaan budaya, menjadi salah satu
faktor yang mengakibatkan konflik dan kekerasan etnis antar kelompok, saling
men-stereotype-kan kelompok satu dengan kelompok lainnya (Soekanto
dalam Budioyono, 2009). Bahkan menjadi sangat menyedihkan jika setiap
individu yang berasal dari suku maupun etnis tertentu, diberikan label negatif.
Dalam buku berjudul Psikologi Prasangka yang ditulis oleh Eka Putra dan
Ardiningtiyas Pitaloka (2012), dikatakan bahwa prasangka terjadi dalam
hubungannya antar kelompok bukan individu. Sedangkan individu yang
menjadi sasaran dari prasangka adalah individu yang menjadi bagian
kelompok etnis tertentu. Mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia Timur
merupakan bagian dari kelompok besar yaitu etnis Timur, Ambon, NTT,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
Papua dan sebagainya. Teramat disayangkan jika mahasiswa yang berasal dari
Indonesia Timur, yang tidak melakukan kekerasan mendapat perlakuan
diskriminasi oleh warga Yogyakarta.
Untuk membuktikan bahwa ada stereotype negatif terhadap para
mahasiswa asal Indonesia Timur, penulis melakukan wawancara singkat
terhadap dua orang warga asli Yogyakarta yang memiliki kos-kosan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap mereka didapatkan jawaban bahwa,
kedua pemilik kos tersebut merasa tidak ingin menerima mahasiswa baru yang
berasal dari Indonesia Timur. Pernyataan kedua pemilik kos tersebut
dikuatkan oleh anggapan mereka bahwa mahasiswa asal Indonesia Timur baik
itu yang berasal dari Papua, NTT maupun Maluku, memiliki sikap yang
kurang baik, seperti sering mabuk-mabukan, suka mengganggu ketenangan
dengan memutar musik keras maupun berteriak-teriak, dan kalau sudah mabuk
akan meresahkan warga sekitar. Penelitian yang dilakukan Warnaen (1979)
tentang stereotype antaretnis di Indonesia, menunjukan bahwa, orang Jawa
khususnya Yogyakarta, menganggap orang Maluku, maupun yang berasal dari
Timur Indonesia sebagai orang yang periang, menyukai pesta, agresif, dan
emosional (Warnaen dalam Putra 2012).
Kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari
Indonesia Timur semakin menguatkan warga Yogyakarta dalam berpandangan
negatif hingga akhirnya memberi perlakuan diskriminasi terhadap para
mahasiswa asal Indonesia Timur. Terbentuknya prasangka sangat erat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
kaitannya dengan sejarah, emosi, pengalaman, pengetahuan yang telah
dibentuk sebelumnya, dan bentuk karakteristik masyarakat (Wagner, 1993;
Duveen, 1993; Scherer, 1992; Liu & Hilton, 2005; Moscovici, 2001 dalam
Eka Putra dkk, 2012; 86). Ibarat “bola salju” fenomena kekerasan yang terjadi
semakin membuat citra mahasiswa asal Indonesia Timur semakin buruk.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, para mahasiswa asal Indonesia Timur
dianggap “suka membuat kericuhan”, “sangat emosional”, “sering mabukmabukan” dan “bertindak seenaknya”. Akibatnya mereka mendapatkan
perlakuan diskriminasi seperti, tidak diterima tinggal di kos-kosan, dan
sebagainya. Jika stereotype dan diskriminasi terus terjadi, tentunya dapat
berdampak pada perkembangan psikologi maupun study para mahasiswa asal
Indonesia Timur yang menjalani pendidikan di Yogyakarta.
Dalam taraf perkembangannya, mahasiswa asal Indonesia Timur yang
menjalani kuliah di Yogyakarta berada dalam peralihan dari anak-anak
menuju dewasa. Menurut Hurlock (1955) remaja adalah mereka yang berada
pada usia 13-17 tahun. Monks, dkk (2003) memberi batasan usia remaja
adalah 9-17 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2007; 6) usia
remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang
diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama,
tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan batasan usia yang dikemukakan oleh Stanley Hall karena subjek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
penelitian merupakan mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah
di Yogyakarta.
Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan
yang pesat dari aspek biologis, psikologis, dan juga sosialnya (Santrock,
2007). Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang
membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf
perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat
usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan
perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu
menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya (Idai, 2013).
Schneiders
(1951)
menegaskan
bahwa,
individu
yang
tidak
dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya mengalami kondisi yang tertekan
dan tidak dapat bertindak rasional dan efektif sehingga mengakibatkan
individu tersebut dapat bertindak agresif terhadap masalah yang dihadapi.
Permasalahan emosi pada masa remaja sangat menarik, sebab emosi
merupakan suatu fenomena yang dimiliki oleh setiap manusia (Rosenthal
dalam Burdett, 2009; 99) dan pengaruhnya sangat besar terhadap aspek-aspek
kehidupan lain seperti sikap, perilaku, penyesuaian pribadi dan sosial yang
dilakukan (Hurlock, 1955). Menurut G. Stanley Hall 1904 (dalam John W.
Santrock 2003), masa remaja merupakan masa dimana terjadi pergulatan yang
ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati atau yang biasa disebut
dengan istilah storm and stress.
Hurlock (1955) menerangkan bahwa salah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan orang
lain diluar lingkungan keluarga. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi
dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan
tersulit adalah penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok teman sebaya agar
dapat diterima dilingkungan. Rasa aman, kepercayaan, dan memberikan
kebebasan untuk bereksplorasi serta menguasai lingkungan penting untuk
diberikan kepada remaja agar perkembangan hidupnya menjadi sehat
(Erikson, 1963 dalam Burdett, 2009).
Menurut Hurlock (1955) Untuk menjadikan remaja mampu berperan
serta dan melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini dalam diri
remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada fisik, psikis,
maupun sosial. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit
adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam berhubungan yang belum pernah
ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan
keluarga. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
banyak penyesuaian baru. Selain itu, Hill dan Jones (1997) mengatakan
bahwa, dukungan sosial dari orangtua maupun kerabat sangat penting dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
mengatasi masalah kecemasan dan membantu perkembangan diri remaja
dalam lingkungan sosialnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk memahami dampak sosiopsikologis yang dialami para subjek penelitian, akibat dari kekerasan etnis
yang terjadi di kota Yogyakarta. Peneliti menilai bahwa pendekatan kualitatif
menjadi metode penelitian yang tepat untuk memperoleh gambaran
pengalaman para subjek. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif peneliti
dapat menggali secara lebih mendalam tentang dampak yang dirasakan para
mahasiswa asal Indonesia Timur (subjek penelitian) yang menjadi korban dari
fenomena kekerasan antara orang-orang Timur dengan warga Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apa dampak Sosio-Psikologis yang dialami mahasiswa
asal Indonesia Timur dari kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta dan apa
tindakan preventif yang dilakukan mahasiswa Indonesia Timur agar dapat
diterima oleh masyarakat Yogyakarta?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menggambarkan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konflik dan
kekerasan etnis di Yogyakarta;
2. Menggambarkan dampak Sosio-Psikologis yang dialami mahasiswa asal
Indonesia Timur dari kekerasan yang terjadi di Yogyakarta;
3. Menggambarkan upaya yang dilakukan para mahasiswa asal Indonesia
Timur agar diterima serta dapat hidup damai bersama warga Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
dalam bidang psikologi, khususnya psikologi sosial, mengenai pengaruh
fenomena kekerasan etnis, terbentuknya prasangka negatif, perlakuan
diskriminasi hingga dampak kekerasan pada perkembangan sosiopsikologis mahasiswa asal Indonesia Timur yang berdomisili di
Yogyakarta. Selain itu diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
bagi penelitian selanjutnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para mahasiswa asal Indonesia Timur agar dapat memahami
fenomena kekerasan etnis di Yogyakarta dan dapat menyesuaikan diri
serta berperilaku baik di Yogyakarta.
b. Bagi masyarakat Yogyakarta agar dapat memahami dampak sosiopsikologis yang dialami mahasiswa asal Indonesia Timur akibat
kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di Yogyakarta. Selain itu
kiranya juga menjadi sarana informasi untuk semakin mempererat tali
persaudaraan diantara warga Yogyakarta dengan mahasiswa perantau
asal Indonesia Timur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauaan Konseptual Dampak Sosio-Psikologis
Pada bab ini akan dijelaskan tinjauan terkait dengan dinamika
kekerasan etnis di Yogyakarta dan dampak sosio-psikologis yang dialami
mahasiswa asal Indonesia Timur yang saat ini berada pada tahap
perkembangan remaja. Tinjauaan ini tidak digunakan sebagai landasan teori
melainkan sebagai konsep-konsep yang bertujuan mengarahkan peneliti dalam
melakukan penelitian. Selain itu memperjelas pemahaman peneliti mengenai
area konseptual yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
1. Memahami Pengertian Dampak Sosio-Psikologis
Pada tinjauaan konseptual mengenai dampak sosio-psikologis,
akan ditinjau sejumlah definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut Hartley dan Hartley (1961), psikologi sosial adalah cabang ilmuilmu sosial yang berusaha untuk memahami perilaku individu dalam
konteks interaksi sosial. Berdasarkan definisi ini, Hartley dan Hartley
melihat perilaku individu dalam suatu konteks interaksi sosial (Walgito,
1978). Selain itu Sherif dan Sherif (1956) mengemukakan bahwa psikologi
sosial adalah studi ilmiah tentang pengalaman dan perilaku individu dalam
kaitannya dengan situasi stimulus sosial. Definisi yang dikemukakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Sherif dan Sherif menjelaskan bahwa perilaku individu berkaitan dengan
situasi sosial (Walgito, 1978).
Definisi yang lebih rinci mengenai psikologi sosial dijelaskan oleh
Myers (Walgito, 1978). Menurut Myers (1983), psikologi sosial adalah
studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir tentang pengaruh, dan
berhubungan satu sama lain. Hubungan dengan orang lain tidak dapat
lepas dari situasi sosialnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011) dampak
berarti, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun
positif. Psikologis adalah bersifat kejiwaan atau ditinjau dari segi
kejiwaan. Sedangkan sosiologis adalah interaksi antara individu maupun
kelompok dalam masyarakat (Sarwono, 2009).
Menurut Sherif dan Hovland dalam teori penilaiaan sosial (dalam
Sarwono, 1995), seseorang membentuk situasi penting bagi dirinya.
Pembentukan situasi ini mencakup faktor-faktor intern berupa motif,
emosi, sikap, pengalaman masa lampau serta faktor-faktor eksternal
seperti objek, orang-orang sekitar, maupun lingkungan dimana individu
berada. Oleh karena itu faktor-faktor internal dan eksternal ini yang
menjadi landasan dari setiap perilaku yang terbentuk.
Dari beberapa pandangan tokoh di atas mengenai dampak sosiopsikologis, dapat disimpulkan bahwa, dampak sosio-psikologis adalah
akibat positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil dari adanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
stimulus dan respon psikis yang bekerja dalam diri seseorang seperti
motif, emosi, sikap, pengalaman lampau sebagai akibat dari adanya
interaksi-interasi dengan lingkungan sekitar dimana individu itu berada.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Dampak Psikologis
pada Individu
Dampak sosio-psikologis yang dialami manusia dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada dalam dirinya. Faktorfaktor internal dan eksternal tersebut dikemukakan oleh Frizt Heider
(dalam Huffman & Vernoy, 1958). Heider (dalam Sears dkk. 1994)
mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
motif, emosi, sikap, kemampuan, kesehatan, keinginan, sedangkan faktor
eksternal seperti lingkungan umum, individu yang diajak berinterksi,
tekanan sosial, dan peran yang dipaksakan. Lebih lanjut, Frizt Heider
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya dampak sosiopsikologis sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Menurut Heider (dalam Pujiani, 2007) faktor internal adalah
stimulus maupun respon yang berasal dari kondisi internal dalam diri
individu. Faktor internal dalam diri individu dapat berupa :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
1) Konsep Diri
Menurut Hurlock (1993), konsep diri merupakan konsep
akan pengenalan diri yang dimiliki individu sebagai suatu pribadi.
Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki
individu tentang dirinya yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, dan sosial. Hurlock (1993) menambahkan bahwasanya
konsep diri individu dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan
seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat.
Konsep diri terbagi menjadi dua bagian utama yaitu citra
diri dan harga diri (Malcolm H & Steve H). Citra diri merupakan
gambaran sederhana mengenai diri misalnya, saya adalah kakak
pertama, saya seorang mahasiswa dan sebagainya. Sedangkan
harga diri merupakan penilaiaan terhadap diri misalnya, saya
peramah, saya agak pandai dan sebagainya. Lebih lanjut Malcolm
H & Steve H (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
membentuk konsep diri adalah,
reaksi dari orang lain,
pembandingan dengan orang lain, peranan seseorang, identifikasi
terhadap orang lain.
2) Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang artinya dorongan atau
kehendak (Dirgagunarsa, 1983). Menurut para ahli, motivasi
merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
berpikir dan merasa seperti yang mereka lakukan (King, 2010).
Berbeda dengan emosi yang dipicu dari luar, motif bersumber dari
dalam diri individu (Atkinson dkk, 2010), misalnya motif untuk
makan, memenuhi hasrat seksual dan lain sebagainya. Pada
umumnya motif dapat dikategorisasikan menjadi kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, kebutuhan sosial, dan
kebutuhan untuk memuaskan keingintahuan (Atkinson dkk, 2010).
3) Emosi
Emosi berasal dari kata Emotus atau Emovere yang artinya
menggerakan yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu
(Dirgagunarsa, 1983). Selain motif, perasaan mendasar yang
dimiliki manusia ialah emosi (Atkinson dkk, 2010). Seseorang
dapat merasakan bahagia, marah, dan sebagainya karena kondisi
emosional (Atkinson dkk, 2010). Walaupun motif dan emosi
memiliki kemiripan, namun diantara keduanya memiliki perbedaan
yaitu emosi dipicu dari luar sementara motif dibangkitkan dari
dalam (Atkinson dkk, 2010). Atkinson (2010) Menyebutkan
komponen-komponen emosi adalah respon tubuh internal, terutama
yang melibatkan system saraf otonomik, keyakinan atau penilaiaan
kognitif bahwa terjadi keadaan positif atau negatif tertentu,
ekspresi wajah, dan reaksi terhadap emosi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
b. Faktor Eksternal
Faktor
eksternal
merupakan
faktor
yang
berasal
dari
lingkungan di luar diri yang meliputi dukungan sosial, lingkungan fisik
ataupun sosial budaya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai
berikut:
1) Dukungan Sosial
Menurut Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2005),
dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis
yang diberikan oleh orang lain. Sementara itu Frazier dan para
koleganya (dalam Baron & Byrne, 2005) mengemukakan bahwa,
dukungan sosial adalah hal yang bermanfaat tatkala kita
mengalami stress, dan sesuatu yang sangat efektif, terlepas dari
strategi mana yang digunakan untuk mengatasi stress. Adanya
dukungan sosial dapat membantu menghalau penyakit dan
memungkinkan seseorang untuk sembuh dari penyakitnya dengan
lebih cepat (Roy, Steptoe, & Kirschbaum dalam Baron & Byrne,
2005).
Dukungan Sosial yang didapatkan dari kerabat maupun dari
keluarga dapat berdampak positif pada aliran darah, kelenjar
endokrin, dan sistem kekebalan (Uchino, U, & Holt L dalam Baron
& Byrne, 2005). Maka dukungan sosial sangat penting bagi kondisi
fisik dan psikologis pada individu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
2) Lingkungan
Menurut
kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2011),
Lingkungan adalah daerah atau kawasan yang didalamnya semua
yang memengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. Lingkungan
dapat digambarkan sebagai lingkungan dimana individu berasa
seperti lingkungan sosial, pendidikan atau budaya. Lingkungan
sosial secara fisik dapat digambarkan sebagai tempat tinggal
berupa asrama, panti asuhan, apartemen, kos-kosan atau rumah
tinggal pada umumnya. Lingkungan pendidikan berupa sekolah
atau kampus dan lain sebagainya, sedangkan lingkungan budaya
merupakan sekumpulan masyarakat yang memiliki kesamaan cara
pandang, dimana budaya itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah (Badudu dan
Zein, 1994 dalam Pujiani).
3. Bentuk-bentuk Dampak Sosio-Psikologis Akibat Kekerasan
Berikut ini adalah beberapa bentuk dampak psikologis akibat
kekerasan etnis di masyarakat menurut para akademisi. Kekerasan Etnis
yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh pada kesehatan mental
anak-anak dan remaja (Farver, Xu, Eppe, Fernandez, & Schwartz, 2005;
Finkelhor, Ormrod, Turner, & Hamby, 2005). Dampak dari kekerasan
pada remaja dapat mengarah pada kecemasan, depresi dan stress pasca
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
trauma (Kliewer, Lepore, Oskin, & Johnson, 1998). Selain dampakdampak di atas, remaja korban kekerasan juga mengalami penyalahgunaan
zat, dan agresi (Bingenheimer, Brennan, & Earls, 2005; Goldstein,
Walton, Cunningham, Trowbridge, Maio, 2007; Rosenthal, 2000).
Menurut Coser (dalam Budiyono, 2009), dampak psikologis akibat
konflik dan kekerasan adalah perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan
terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi,
cemas, dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu yang
tidak tahan menghadapi situasi konflik. Selain itu, mematikan semangat
kompetisi dalam masyarakat karena pribadi yang mendapat tekanan
psikologis akibat konflik cenderung pasrah dan putus asa. Berikut ini akan
dijelaskan secara lebih detail mengenai dampak psikologi pada korban
akibat kekerasan di masyarakat:
a. Harga Diri Rendah
Menurut Maslow (dalam Goble, 1971), setiap orang memiliki
kebutuhan akan penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Lebih spesifik Maslow mengemukakan bahwa harga diri meliputi
kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan,
prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Sementara penghargaan
dari orang lain meliputi, prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian,
kedudukan, nama baik serta penghargaan. Jika seseorang memiliki
kebutuhan harga diri yang cukup terpenuhi maka, maka orang tersebut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
akan lebih percaya diri, lebih mampu dan lebih produktif. Sebaliknya
jika kebutuhan akan harga diri kurang maka, seseorang akan diliputi
rasa rendah diri, dan perasaan tidak berdaya.
b. Kecemasan
Anxiety atau kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi (Nevid dkk, 2005). Freud (dalam Corey, 2005)
mengartikan kecemasan sebagai keadaan tegang yang memotivasi
seseorang berbuat
sesuatu. Dalam hal ini
fungsinya
adalah
memperingatkan seseorang akan adanya bahaya. Sulaiman (1995)
berpendapat bahwa kecemasan merupakan reaksi psikologis yang
disebabkan
karena
adanya
rasa
kawatir
terus-menerus
yang
ditimbulkan oleh adanya inner conflik.
Kecemasan merupakan manivestasi dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur dan terjadi ketika orang mengalami tekanan
perasaan karena adanya pertentangan (Daradjat dalam Jessica, 2007).
Sementara pendapat Kenyou (dalam Jessica, 2007), kecemasan adalah
rasa takut yang pasti terhadap sesuatu yang mengerikan akan terjadi,
namun apa yang menjadi penyebab rasa takut ini tidak diketahui.
Adapun gejala-gejala kecemasan oleh Buklew (dalam Purnamaningsih,
2003), dibagi menjadi dua tingkatan yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
1) Tingkatan Fisiologis. Kecemasan ini sudah mempengaruhi atau
berwujud pada gejala fisik terutama pada fngsi syaraf diantaranya
tidak dapat tidur, perut mual, dan keringat dingin berlebihan.
2) Tingkat psikologis. Kecemasan semacam ini sudah berupa gejala
kejiwaan seperti rasa khawatir, bingung, sulit konsentrasi, tegang,
dan sebagainya.
c. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertaannya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplam, 1998). Gejala yang paling
sering ditemukan pada pasien depresi adalah penurunan mood yang
berkepanjangan (Katona dkk, 2012). Katona dan koleganya lebih
lanjut menjelaskan bahwa, ICD-10 mengklasifikasikan gangguan
depresi berdasarkan tingkat keparahan dan mengidentifikasi tiga gejala
utama yaitu, mood yang buruk, anhedonia (kehilangan rasa senang
pada kegiatan yang sebelumnya terasa menyenangkan), dan penurunan
energi (peningkatan rasa mudah lelah).
Depresi Gejala ringan dapat berlaku jika dua dari tiga gejala
utama dialami oleh individu (Katona dkk, 2012). Selain itu, individu
yang mengalami depresi ringan dapat dikatakan depresi jika memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
dua gejala diantara gejala-gejala berikut seperti: penurunan konsentrasi
dan perhatian; penurunan rasa percaya diri dan harga diri; perasaan
bersalah dan tidak berharga; merasa putus asa mengenai masa depan;
pikiran untuk melukai diri sendiri, gangguan tidur, dan peningkatan
atau penurunan nafsu makan. Depresi Gejala sedang terdapat enam
gejala termasuk setidaknya dua dari gejala utama. Sedangkan depresi
berat, setidaknya memiliki delapan gejala, termasuk seluruh tiga gejala
utama yang mengakibatkan tekanan yang bermakna dan mengganggu
kehidupan sehari-hari (Katona dkk, 2012).
d. Stres Pasca Trauma
Menurut DSM-IV, gangguan stress pasca trauma merupakan
paparan terhadap kejadian traumatik dimana saat itu orang merasakan
ketakutan, ketakberdayaan, atau kengerian. Setelah itu orang merasa
mengalami kembali kejadian tersebut melalui kenangan dan mimpi
buruknya (Mark & Barlow, 2006). Dengan kata lain stress pasca
trauma, adalah gangguan emosional yang menyebabkan distress, yang
bersifat menetap, yang terjadi setelah menghadapi ancaman keadaan
yang membuat individu merasa benar-benar tidak berdaya atau
ketakutan (Mark & Barlow, 2006).
Gangguan stess pasca trauma dibagi menjadi dua yaitu, stess
pasca trauma akut dan stess pasca trauma kronis (Mark & Barlow,
2006). Stess pasca trauma akut dapat didiagnosa dalam kurun waktu 1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
sampai 3 bulan. Jika stess pasca trauma lebih lama dari 3 bulan maka
dianggap kronis. Pada kondisi kronis, individu cenderung menunjukan
gejala menghindar (Davidson, dkk dalam Mark & Barlow, 2006).
Menurut Crider dkk (1983), gejala-gejala stress antara lain :
1) Gangguan emosional : tegang, khawatir, marah, tertekan oleh
perasaan bersalah. Stress yang paling sering timbul adalah
kecemasan, biasanya dialami individu dalam mengantisipasi situasi
yang penuh stress.
2) Gangguan kognitif : berpikir irrasional, tidak logis dan tidak
fleksibel akibat kekhawatiran dan evaluasi diri yang negatif. Sering
lupa dan bingung akibat terhambatnya kemampuan memisahkan
dan menggabungkan ingatan-ingatan jangka pendek dengan
ingatan jangka panjang.
3) Gangguan fisiologis : nyeri otot, cepat lelah, dan mual
Stress akan menimbulkan berbagai reaksi dalam diri
individu yang mengalaminya, yaitu :
a) Reaksi emosional
: cepat marah, perubahan nafsu
makan, perubahan berat badan, dan kecemasan yang terus
menerus.
b) Reaksi intelektual
: konsentrasi menurun
c) Reaksi fisiologis
: sakit kepala, gatal-gatal dan diare,
perasaan perut tidak menentu, dan mual.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
d) Reaksi sosial
: tidak betah seorang diri, marah
tanpa alasan, kehilangan minat terhadap banyak hal, merasa
tidak aman, dan sulit bersantai.
e. Rasa Malu
Lewis (dikutip Tangney, 1995) mengungkapkan bahwa rasa
malu merupakan suatu reaksi emosi yang berfokus pada kekalahan
atau pelanggaran moral, membungkus kekurangan diri dan memuat
suatu kondisi pasif atau tidak berdaya. Pendapat lain datang dari
Weekes (1991), yang memandang rasa malu sebagai campuran dari
kesombongan dan ketakutan akan omongan si sekitar kita.
Hurlock (1993) mengemukakan rasa malu adalah reaksi
emosional yang tidak menyenangkan diri dari individu terhadap
penilaiaan orang lain, baik yang merupakan dugaan maupun yang
benar-benar terjadi, yang mengakibatkan individu mencela diri sendiri
berhadapan dengan kelompok. Sementara Goffman (dalam Harre &
Lamb, 1996) mengemukakan bahwa apa yang dihasilkan rasa malu
ialah pengakuan bahwa diri yang disokong dalam sebuah interaksi
sosial telah terganggu oleh sesuatu yang dilakukan atau oleh suatu
kenyataan pribadi yang terlepas. Ditambahkan pula ungkapan kekuatan
rasa malu berasal dari pentingnya interaksi-interaksi sosial.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
f. Tertekan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tertekan berarti,
keadaan tidak menyenangkan yang umumnya merupakan beban batin
seperti merasa rendah diri, dan tidak bebas.
g. Penyalahgunaan Zat
h. Agresi
Dari beberapa penjelasan tentang dampak sosio-psikologis di atas,
maka disimpulkan bahwa kekerasan etnis yang terjadi di masyarakat,
dapat menimbulkan dampak psikologis seperti : kecemasan, depresi, stress
pasca trauma, perasaan malu, tertekan, penyalahgunaan zat dan tindakan
agresi.
B. Tinjauan Konseptual tentang Mahasiswa-Mahasiwi Remaja Korban
Kekerasan yang Berasal dari Indonesia Timur
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahanperubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007).
Transisi antara anak-anak dan dewasa, membuat masa remaja menjadi
masa yang penuh dengan gejolak dan pergolakan. Hal ini yang
diungkapkan G. Stanley Hall 1904 (dalam Santrock 2003) bahwa masa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
remaja merupakan masa dimana terjadi pergulatan yang ditandai
dengan konflik dan perubahan suasana hati atau yang biasa disebut
dengan istilah storm and stress. Menurut Stanley Hall (dalam
Santrock, 2007) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Menurut Hurlock (1980) Untuk menjadikan remaja mampu
berperan serta dan melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat tidaklah mudah, karena masa
remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit
adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 1955) .
Remaja harus menyesuaikan diri dengan orang lain diluar lingkungan
keluarga.
Dari penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan remaja
adalah individu yang berusia 12 tahun sampai dengan 23 tahun
(Stanley Hall dalam Santrock, 2007), yang mengalami perubahanperubahan biologis, kogitif dan sosio-emosional dalam diri, dan yang
akan memulai tugas-tugasnya dalam menyesuaikan diri di masyarakat.
b. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Hurlock (2004), menyatakan bahwa tugas perkembangan
remaja meliputi:
1) Mencapai Hubungan Yang Lebih Matang Dengan Teman Sebaya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Dalam tugas ini, remaja belajar melihat kenyataan, bahwa
anak wanita sebagai wanita, dan anak pria sebagai pria. Selain itu,
remaja diharapkan berkembang menjadi orang dewasa di antara
orang dewasa lainnya, belajar bekerja sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama dan, belajar memimpin orang lain
tanpa mendominasinya.
2) Mencapai Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita
Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai
pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3) Menerima Keadaan Fisik dan Menggunakannya Secara Efektif.
Tugas ini bertujuan agak remaja merasa bangga, atau
bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan meemlihara
fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.
4) Mencapai Kemandirian Emosional Dari Orangtua dan Orang
Dewasa Lainnya.
membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang kekanakkanakan atau bergantung pada orangtua, mengembangkan afeksi
(cinta kasih) kepada orangtua, dan mengembangkan sikap respek
terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
5) Mencapai Jaminan Kemandirian Ekonomi.
Tujuannya agar remaja merasa mampu menciptakan suatu
kehidupan (mata pencaharian). Penting buat remaja pria dan tidak
terlalu penting buat remaja wanita.
6) Memilih dan Mempersiapkan Karier (Pekerjaan)
memilih
suatu
pekerjaan
yang
sesuai
dengan
kemampuannya, dan mempersiapkan diri memiliki pengetahuan
dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut.
7) Mempersiapkan Pernikahan dan Hidup Berkeluarga
Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga, dan memiliki anak. Memperoleh pengetahuan yaang
tepat tentang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak.
8) Mengembangkan Keterampilan Intelektual dan Konsep-Konsep
yang Diperlukan Bagi Warga Negara
Mengembangkan konsep-konsep hukum, pemerintahan,
ekonomi, politik, geografi, hakikat manusia, dan lembaga-lembaga
sosial yang cocok dengan dunia modern, dan mengembangkan
keterampilan berbahasa dan kemampuan nalar (berfikir) yang
penting bagi upaya memecahkan masalah-masalah secara efektif.
9) Mencapai Tingkah Laku yang Bertanggung Jawab Secara Sosial.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung
jawab sebagai masyarakat, dan memperhitungkan nilai-nilai sosial
dalam tingkah laku dirinya.
10) Memperoleh Seperangkat Nilai dan Sistem Etika sebagai
Petunjuk/Pembimbing dalam Bertingkah Laku
Membentuk seperangkat
nilai
yang mungkin dapat
direalisasikan, mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan
nilai-nilai, mengembangkan kesadaran akan hubungannya dengan
sesama manusia dan juga alam sebagai lingkungan tempat
tinggalnya, dan memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang
dimilikinya, sehingga dapat hidup selaras (harmoni) dengan orang
lain.
11) Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Mencapai kematangan sikap, kebiasaan dan pengembangan
wawasan dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun
sosial.
2. Korban
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) mendefinisikan istilah
korban sebagai orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
(mati, dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan
sebagainya.
Maka, korban dapat diartikan sebagai individu yang menderita
akibat suatu kekerasan maupun tindakan jahat dan sebagainya. Dalam
penelitian ini, korban yang dimaksud adalah mahasiswa asal Indonesia
Timur yang menjalani kuliah di Yogyakarta, yang tidak melakukan
kekerasan etnis namun merasakan dampak dari konflik dan kekerasan
tersebut.
3. Kelompok Etnis
Kelompok etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan
kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma bahasa, sejarah,
geografis dan hubungan kekerabatan (Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang
No. 40 tahun 2008). Etnis berbeda dengan pengertian ras. Seperti yang
diungkap oleh Coakley (2001) “...it refers to the cultural heritage of
particular group of people”. Jadi, etnis mengacu pada warisan budaya dari
kelompok orang tertentu. Maguire (2002) menjelaskan juga bahwa “the
term ethnic become a precise word to use regarding people of varying
origins”. Jadi, istilah etnis menjadi sebuah kata yang tepat untuk
memandang orang dari berbagai asal-usul. Lebih lanjut diungkapkan pula
bahwa etnis mungkin dipertimbangkan dalam istilah kelompok apapun
yang didefinisikan atau disusun oleh asal-usul budaya, agama, nasional
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
atau beberapa kombinasi dari kategori-kategori tersebut (Maguire, 2002).
Pengertian-pengertian etnis membentuk pengertian kelompok etnis.
Kelompok etnis merupakan sebuah kategori orang yang berbeda
secara sosial karena mereka membagi sebuah jalan kehidupan dan
komitmen pada segala sesuatu cita-cita, norma-norma, dan meteril yang
terdapat pada jalan kehidupan itu (Coakley, 2001). Greely dan McCready
dalam Maguire (2002) berpendapat bahwa, kelompok etnis adalah sebuah
kolektivitas yang didasarkan pada dugaan asal-usul yang lazim dengan
sebuah sifat menarik yang menandai mereka diluar atau yang tetap
menanamkan mereka pada keanehan dengan populasi asli dalam kampung
pedalaman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, maka terdapat
dua istilah yaitu etnis dan kelompok etnis. Etnis mengacu pada orang yang
didasarkan pada asal-usul sebagai warisan budaya kelompok orang
tertentu. Kelompok etnis merupakan suatu kelompok manusia yang
memiliki jalan kehidupan dan memiliki sifat serta karakteritik yang
menarik. Kelompok etnis dalam penelitian ini adalah antara etnis asal
Indonesia Timur dan kelompok etnis Jawa yaitu Yogyakarta.
C. Agresi Antar Etnis
Secara umum Berkowitz (1995) mendefinisikan Agresi sebagai segala
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
fisik maupun mental. Lebih khusus Berkowitz menjelaskan bahwa, agresi
bukan hanya suatu usaha untuk sengaja menyakiti seseorang tetapi juga,
“dasar dari prestasi intelektual, dari tercapainya kebebasan, bahkan
kebanggaan yang bisa membuat seseorang merasa lebih dari temantemannya.”
Poerwandari (2004) mendefinisikan agresi sebagai suatu tindakan yang
disengaja untuk memaksa, menaklukan, mendominasi, mengendalikan,
menguasai, menghancurkan, melalui cara-cara fisik, psikologis, ataupun
gabungan-gabungannya, dan atau tindakan yang mungkin tidak disengaja,
tetapi didasari oleh ketidaktahuan, kekurang pedulian, atau alasan-alasan lain,
yang menyebabkan subjek secara langsung atau tidak lansung terlibat dalam
upaya pemaksaan, penaklukan, penghancuran, dominasi, perendahan manusia
lain.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, agresi antar
kelompok etnis adalah suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa,
menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan,
melalui cara-cara fisik, psikologis, ataupun gabungan-gabungannya, dan
tindakan yang mungkin tidak disengaja, tetapi didasari oleh ketidaktahuan,
kekurang pedulian, atau alasan lain yang menyebabkan individu maupun
kelompok etnis tertentu tidak berdaya.
Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya
konflik dan kekerasan di masyarakat:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
1. Faktor-faktor
yang
Mengakibatkan
Terjadinya
Konflik
dan
Kekerasan antar Etnis di Masyarakat
Sementara itu, Soerjono Soekanto (dalam Budioyono, 2009)
mengemukakan bahwa sebab-sebab terjadinya konflik antara lain sebagai
berikut:
a. Perbedaan pada Tiap Individu
Perbedaan pendirian dan keyakinan orang per orang yang
menyebabkan konflik antarindividu. Dalam hal ini masing-masing
pihak berusaha
membinasakan lawan baik fisik maupun pikiran-
pikiran dan ide yang tidak disetujuinya. Hal ini mengingat bahwa
manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah
ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi
sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan individu
yang lain.
b. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan
tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang
bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan
dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu
dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup
kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan
lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas,
dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma
yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu
kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh
kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling
pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup
kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
Contoh adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki
kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang
tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu
saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan
kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat,
alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian terhadap
kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
c. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, sosial,
politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama
dengan kelompok lain.
d. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi
dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang
baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak
akan membuat keguncangan proses-proses sosial di dalam masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan
karena
dianggap
mengacaukan
tatanan
kehidupan
masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang
wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan
gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan
masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik
sosial.
Selain yang disebutkan di atas, proses sosial dalam masyarakat ada
juga yang menyebabkan atau berpeluang menimbulkan konflik adalah
persaingan dan kontravensi.
e. Persaingan (Competition)
Dalam persaingan individu atau kelompok berusaha mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum. Cara yang dilakukan untuk
mencapai
tujuan itu adalah dengan menarik perhatian atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman
atau kekerasan.
Jika dikelompokkan, ada dua macam persaingan, yaitu
persaingan yang bersifat pribadi dan tidak pribadi atau kelompok.
Persaingan pribadi merupakan persaingan yang dilakukan orang per
orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi.
Persaingan kelompok, misalnya terjadi antara dua macam perusahaan
dengan produk yang sama untuk memperebutkan pasar di suatu
wilayah. Persaingan pribadi dan kelompok menghasilkan beberapa
bentuk persaingan, antara lain persaingan di bidang ekonomi,
kebudayaan, kedudukan dan peranan, dan persaingan ras.
1) Persaingan di Bidang Kebudayaan
Persaingan di bidang kebudayaan merupakan persaingan
antara dua kebudayaan untuk memperebutkan pengaruh di suatu
wilayah.
Persaingan
kebudayaan
misalnya
terjadi
antara
kebudayaan pendatang dengan kebudayaan penduduk asli. Bangsa
pendatang akan berusaha agar kebudayaannya dipakai di wilayah
di mana ia datang. Begitu pula sebaliknya, penduduk asli akan
berusaha agar bangsa pendatang menggunakan kebudayaannya
dalam kehidupan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
2) Persaingan Kedudukan dan Peranan
Apabila dalam diri seseorang atau kelompok terdapat
keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok
yang mempunyai kedudukan dan peranan terpandang maka
terjadilah persaingan. Kedudukan dan peranan yang dikejar
tergantung pada apa yang paling dihargai oleh masyarakat pada
suatu masa tertentu.
3) Persaingan Ras
Persaingan Ras sebenarnya juga merupakan persaingan di
bidang kebudayaan. Perbedaan ras baik perbedaan warna kulit,
bentuk tubuh, maupun corak rambut hanya merupakan suatu
perlambang kesadaran dan sikap atau perbedaan-perbedaan dalam
kebudayaan. Persaingan dalam batas-batas tertentu memiliki
fungsi. Fungsi dari persaingan yaitu:
a) Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin
dan sosial dan menyalurkan keinginan individu atau kelompok.
b) Jalan untuk menyalurkan keinginan, kepentingan, serta nilainilai yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
sehingga tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
c) Alat untuk menyaring para warga golongan fungsional
sehingga menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Persaingan dalam segala bentuknya akan menghasilkan hal-hal
yang bersifat positif maupun negatif. Hal-hal positif yang dihasilkan
dengan adanya persaingan, antara lain makin kuatnya solidaritas
kelompok, dicapainya kemajuan, dan terbentuknya kepribadian
seseorang.
1. Makin Kuatnya Solidaritas Kelompok
Persaingan yang dilakukan dengan jujur akan menyebabkan
individu saling menyesuaikan diri dalam hubungan sosialnya.
Dengan demikian, keserasian dalam kelompok akan tercapai. Hal
itu bisa tercapai apabila persaingan dilakukan dengan jujur.
2. Dicapainya Kemajuan
Persaingan akan lebih banyak dijumpai pada masyarakat
yang maju dan berkembang pesat. Untuk itu, individu yang berada
dalam masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut. Persaingan akan menyebabkan seseorang
terdorong untuk bekerja keras supaya dapat berperan dalam
masyarakat.
3. Terbentuknya Kepribadian Seseorang
Persaingan
yang
dilakukan
dengan
jujur
dapat
menimbulkan tumbuhnya rasa sosial dalam diri seseorang. Namun
sebaliknya, persaingan juga bisa menimbulkan hal yang negatif,
yaitu terciptanya disorganisasi. Adanya disorganisasi karena
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
masyarakat hampir tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan
diri dan melakukan reorganisasi saat terjadi perubahan. Hal itu
disebabkan karena perubahan yang terjadi bersifat cepat atau
revolusi.
f. Kontravensi
Kontravensi berasal dari bahasa Latin, contra dan venire yang
berarti menghalangi atau menantang. Kontravensi merupakan usaha
untuk menghalang-halangi pihak lain dalam mencapai tujuan. Tujuan
utama tindakan dalam kontravensi adalah menggagalkan tercapainya
tujuan pihak lain. Hal itu dilakukan karena rasa tidak senang atas
keberhasilan pihak lain yang dirasa merugikan. Namun demikian,
dalam kontravensi tidak ada maksud untuk menghancurkan pihak lain.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker (dalam
Budioyono, 2009; 57) ada lima macam bentuk kontravensi.
1) Kontravensi umum, antara lain dilakukan dengan penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, protes,
gangguan-gangguan, dan kekerasan.
2) Kontravensi sederhana, antara lain dilakukan dengan menyangkal
pernyataan pihak lain di depan umum, memaki-maki orang lain
melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah.
3) Kontravensi intensif, antara lain dilakukan dengan menghasut,
menyebarkan desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
4) Kontravensi rahasia, antara lain dilakukan dengan pengkhianatan
dan mengumumkan rahasia pihak lain.
5) Kontravensi taktis, antara lain dilakukan dengan mengejutkan
lawan dan mengganggu pihak lain.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan etnis antara lain,
perbadaan antar invidu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan,
perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat, kompetisi dan
kontravensi. Faktor-faktor tersebut dapat memicu terbentuknya
prasangka yang pada akhirnya dapat mengakibatkan konflik dan
kekerasan sosial.
2. Bentuk-bentuk Kekerasan antar Etnis
Buss (1989) menyatakan bahwa tingkah laku agresi dapat
digolongkan menjadi tiga dimensi, yaitu fisik-verbal, aktif-pasif, dan
langsung tidak langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada
perbedaan antara menyakiti fisik (tubuh) orang lain dan menyerang dengan
kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif adalah pada perbedaan antara
tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak. Sementara agresi langsung
berarti kontak face-to-face dengan orang yang diserang, dan agresi tidak
langsung terjadi tanpa kontak dengan orang yang diserang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
Menurut Poerwandari (2004), bentuk-bentuk kekerasan yang lebih
umum adalah :
a. Kekerasan Fisik
Merupakan kekerasan yang dilakukan dengan menyerang organ-organ
fisik pada manusia sehingga membuat korbannya menderita.
b. Kekerasan Psikis
Kekerasan Psikis biasanya bersifat emosional seperti kekerasan verbal,
ancaman dan lain sebagainya
c. Kekerasan Seksual
Merupakan kekerasan yang dilakukan pada organ intim manusia dan
biasanya kekerasan seksual terjadi secara fisik dan psikologi.
d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan yang dilakukan dengan tindakan-tindakan yang menjarah,
merampas, hingga membuat korbannya bergantung secara materi.
Dari penjelasan mengenai bentuk-bentuk agresi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk-bentuk Kekerasan secara umum adalah
kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
3. Akibat Sosio-Psikologis dari Kekerasan
Menurut penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli
sebelumnya, akibat dari kekerasan cukup bervariatif namun pada
umumnya hampir sama. Menurut Rosenthal pada tahun 2006 (dalam
Deborah Burdett, 2009), kekerasan berpotensi memberi dampak
traumatik pada para korbannya. Sementara itu, Jenkins (dalam Annette
Mahoney 2002) mengemukakan bahwa orang yang menyaksikan
kekerasan, memiliki kerabat yang menjadi korban kekerasan, maupun
tinggal di lingkungan kekerasan dapat mengakibatkan stress traumatik,
termasuk gangguan klinis dan reaksi klinis. Masalah-masalah
kesehatan mental seperti kecemasan, perasaan malu, depresi, tertekan,
dan kepanikan sangat mungkin terjadi pada korban-korbannya (Freedy
dan Hobfol 1995, dalam Annette Mahoney 2002). Selain itu meenurut
Bingenheimer dkk (2005), kekerasan tidak hanya berdampak pada
masalah internal seperti kecemasan, trauma, maupun depresi,
melainkan juga dapat berdampak pada masalah-masalah eksternal
seperti agresi dan tindakan kriminal. Secara fisiologis, dampak
kekerasan dapat memberi pengaruh pada perubahan tingkat kortisol
dan dapat memicu asma (Wright & Steinback, 2001). Dampak dari
konflik adalah menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti
perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut (Coser
dalam Budiyono, 2009).
Jadi dapat disimpukan bahwa kekerasan yang terjadi dapat
menimbulkan masalah pada fisiologis seperti meningkatnya kortisol
dalam tubuh sehingga dapat memicu penyakit asma, selain itu
berdampak pada kesehatan mental seperti kecemasan, stress pasca
traumatik, depresi, kepanikan, perasaan malu, tertekan, dan juga dapat
berdampak pada masalah-masalah sosial seperti agresi dan melakukan
tindakan kriminal.
D. Prasangka
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), prasangka
merupakan pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum
mengetahui (menyaksikan, menyelidik) sendiri. Selain itu menurut Stangor
(dalam Putra, 2012), prasangka adalah sikap negatif terhadap suatu kelompok
atau terhadap anggota kelompok. Dalam penelitian ini peneliti mau melihat
prasangka yang dirasakan para mahasiswa asal Indonesia Timur oleh warga
Yogyakarta.
Faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya prasangka yang pada
akhirnya menimbulkan kekerasan salah satunya adalah teori Ingroup Outgroup
similarity. Ingroup dan
outgroup ada apabila
kategorisasi “kita” dan
“mereka” telah ada, seseorang dalam suatu kelompok akan merasa dirinya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
sebagai ingroup dan orang lain sebagai outgroup. Dalam kategori ingroup
memiliki dampak tertentu yang ditimbulkan, di antaranya:
1. Similarity effect adalah anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup
yang lain lebih memiliki kesamaan apabila dibandingkan dengan anggota
outgroup.
2. Favoritism effect adalah anggapan bahwa ingroup lebih favorit dari pada
outgroup yang disebabkan oleh kategorisasi antara ingroup dan outgroup.
3. Outgroup homogenity effect, bahwa seseorang dalam ingroup memandang
outgroup lebih homogen dari pada ingroup, baik dalam hal kepribadian
maupun hal yag lain.
Dampak yang diakibatkan dari prasangka adalah terjadi pengucilan
sosial hingga dapat menimbulkan konflik dan kekerasan sosial (Putra dan
Pitaloka, 2012). Penjelasan mengenai pengucilan sosial dan konflik akan di
jelaskan di bawah ini:
1. Pengucilan Sosial
Menurut Millar (dalam Putra, 2012), pengucilan sosial memiliki
tiga derajat yaitu multidimensional, dinamis, dan relasional. Aspek
multidimensional menunjukan bahwa para korban pengucilan sosial akan
dihadapkan pada hambatan (penolakan) secara sosial, politik, maupun
dimensi sosial lainnya. Selain itu, derajat dinamis adalah saat para
korbannya akan sulit memilih kesempatan yang lebih baik di masa depan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Derajat relasional menunjukan bahwa para korban menerima pengucilan
dalam konteks sosial, termasuk ekonomi.
2
Konflik Sosial
Menurut
Kriesberg
dkk
(dalam
Putra,
2012),
konflik
antarkelompok merupakan situasi dimana satu kelompok menilai bahwa
tujuan dan kepentingannya terhalang oleh tujuan dan kepentingan
kelompok lain atau dengan kata lain musuh. Selain itu Coser (dalam Putra,
2012) mengemukakan bahwa konflik kelompok dan sosial merupakan
usaha yang tidak hanya untuk mendapatkan nilai tertentu, melainkan juga
untuk perubahan afeksi, tindakan melukai lawan. Coser (dalam Budiyono,
2009) menambakan bahwa dampak dari konflik adalah menimbulkan
dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga
menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri,
rasa frustasi, cemas, dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi
individu yang tidak tahan menghadapi situasi konflik. Selain itu, jatuhnya
korban manusia yang disebabkan konflik telah mencapai pada tahap
kekerasan, seperti perang, bentrok antarkelompok masyarakat, dan konflik
antarsuku bangsa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
E. Kerangka Penelitian: Kekerasan Etnis di Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis pada Mahasiswa-mahasiwi asal Indonesia Timur
Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta, tidaklah terjadi tanpa
faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan. Soerjono Soekanto
(dalam Budioyono, 2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik dan kekerasan di masyarakat adalah
perbedaan antar invidu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, perubahan
sosial yang terlalu cepat di masyarakat, kompetisi dan kontravensi. Faktorfaktor tersebut dapat memicu timbunya prasangka antar kelompok etnis.
Akibatnya dari prasangka menimbulkan konflik, pengucilan sosial hingga
berujung pada kekerasan sosial.
Beberapa Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kekerasan baik
itu menyangkut Etnis yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh pada
kesehatan mental remaja (Farver, Xu, Eppe, Fernandez, & Schwartz, 2005;
Finkelhor, Ormrod, Turner, & Hamby, 2005). Selain itu dampak dari
kekerasan pada remaja dapat mengarah pada kecemasan, depresi dan stress
pasca trauma (Kliewer, Lepore, Oskin, & Johnson, 1998). Penelitian yang
dilakukan Bingenheimer dkk (2005) menunjukan bahwa kekerasan juga dapat
berdampak pada tindakan penyalahgunaan zat, agresi dan kriminal. Selain itu,
Secara fisiologis, dampak kekerasan dapat memberi pengaruh pada perubahan
tingkat kortisol dan dapat memicu asma (Wright & Steinback, 2001).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
Dalam penelitian ini, peneliti mau melihat dinamika kekerasan etnis di
Yogyakarta meliputi faktor-faktor penyebab kekerasan etnis, prasangka yang
diakibatkan oleh faktor-faktor tersebut, dan dampak prasangka yang dirasakan
mahasiswa seperti pengucilan sosial, konflik, hingga kekerasan. Selain itu
peneliti juga mau melihat dampak sosio-psikologis yang dirasakan serta upaya
yang dilakukan subjek dalam menghadapi masalah kekerasan etnis di
Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Berikut ini merupakan skema yang digunakan sebagai kerangka
penelitian:
Skema 1
Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan
Indonesia Timur
Faktor-Faktor
Yang
Dapat
Mengakibatkan
Terjadinya Konflik danKekerasan Etnis
1. Perbedaan antar invidu
2. Perbedaan budaya
Faktorf
3. Bentrokan kepentingan
4. Perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat
5. Kompetisi
6. Kontravensi
Prasangka
Diskriminasi
Kecemasan
Pengucilan sosial,
konflik dan
Kekerasan Etnis
di Yogyakarta
tertekan
Rasa Malu
Stres Pasca
Trauma
Penyalahgunaan
Harga Diri
Rendah
Depresi
Zat
Keterangan :
Menyebabkan
Berdampak Negatif Mahasiswa Asal Indonesia Timur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
F. Pertanyaan Penelitian
Dalam Penelitian yang ini, peneliti membuat pertanyaan penelitian
sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Pertanyaan utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dinamika kekerasan etnis di Yogyakarta dan pengaruhnya pada
kondisi Sosio Psikologis Mahasiswa Asal Indonesia Timur?
Berdasarkan pertanyaan utama tersebut, peneliti selanjutnya membuat
pertanyaan yang dirincikan menjadi empat fokus, yaitu:
1. Menurut subjek apa yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis di
Yogyakarta?
2. Pengalaman diskriminasi seperti apa yang subjek alami di Yogyakarta?
3. Apa dampak sosio psikologis yang dialami subjek dari kekerasan etnis
yang terjadi di Yogyakarta?
4. Upaya apa saja yang subjek lakukan agar tidak terjadi kekerasan etnis
antara warga Yogyakarta dengan mahasiswa asal Indonesia Timur?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Dinamika Kekerasan Etnis di Yogyakarta
dan Dampak Sosio-Psikologis pada Mahasiswa-Mahasiswa Asal Indonesia
Timur” ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian ini dianggap
tepat oleh peneliti untuk melihat dampak sosio-psikologis yang dialami oleh
para mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur sebagai akibat dari
kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta. Selain itu, dapat diketahui upaya
yang dilakukan oleh para mahasiswa asal Indonesia Timur agar dapat diterima
oleh warga Yogyakarta. Hal ini karena, penelitian kualitatif mencoba
memahami suatu fenomena dalam konteks seting dan konteks natural (bukan
di dalam laboratorium) dimana peneliti tidak memanipulasi fenomena yang
diamati (Crotty 1998; Hoepfl 1997; Sekaran 2000 dalam Samiaji, 2012; 7).
Dalam hal ini, fenomena alami yang diangkat dalam penelitian adalah
kekerasan etnis antar mahasiswa asal Indonesia Timur dengan warga
Yogyakarta
yang ternyata
berdampak
pada
kondisi
sosio-psikologis
mahasiswa asal Indonesia Timur lain yang tidak melakukan kekerasan.
Selain itu, ada beberapa alasan yang digunakan peneliti dalam memilih
pendekatan kualitatif yang berkaitan dengan ciri prosedur dan hasil yang
didapat dari penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, prosedur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
penelitian yang dilakukan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan
dan Taylor dalam Basrowi, 2008; 21). Data dalam penelitian ini dikumpulkan
dari hasil wawancara terhadap para mahasiswa asal Indonesia Timur. Dengan
menggunakan kerangka prosedural dalam penelitian kualitatif, peneliti
diharapkan dapat memiliki patokan dalam proses pengambilan data. Dengan
demikian data yang didapatkan dapat menggambarkan kondisi subjek secara
mendalam.
Menurut Poerwandari (2005) data yang dihasilkan dari penelitian
kualitatif tidak berupa angka melainkan berupa narasi, deskripsi, cerita,
dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar atau foto) ataupun bentuk-bentuk
non angka lainnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, data yang nantinya akan
dihasilkan dari penelitian ini dapat berupa data wawancara tertulis yang
nantinya akan diolah menjadi suatu bentuk deskripsi sehingga hasil yang
didapatkan dapat berupa deskripsi berkaitan dengan dampak sosio-psikologis
dan dinamika dari kekerasan etnis di Yogyakarta sesuai dengan ciri-ciri dari
pendekatan kualitatif deskriptif.
B. Fokus penelitian
Terdapat empat fokus dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta antara mahasiswa asal
Indonesia
Timur
dengan
warga
Yogyakarta
(bagaimana
subjek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
memandang fenomena kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta? Faktorfaktor apa yang mempengaruhi terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta?)
2. Prasangka dan diskriminasi yang dibangun warga Yogyakarta terhadap
mahasiswa asal Indonesia Timur (Pengalaman diskriminasi seperti apa
yang subjek alami di Yogyakarta?)
3. Dampak sosio-psikologis yang dialami subjek (apakah fenomena
kekerasan etnis berdampak pada kondisi psikologis maupun kehidupan
sosial subjek?)
4. Upaya yang dilakukan subjek (bagaimana upaya yang subjek lakukan agar
tidak terjadi kekerasan etnis dan subjek dapat diterima di masyarakat?)
C. Definisi Operasional
Psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir
tentang pengaruh, dan berhubungan satu sama lain. Hubungan dengan orang
lain tidak dapat lepas dari situasi sosialnya (Menurut Myers, 1983).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011) dampak
berarti, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif.
Psikologis adalah bersifat kejiwaan atau ditinjau dari segi kejiwaan.
Sedangkan sosiologis adalah interaksi antara individu maupun kelompok
dalam masyarakat (Sarlito, 2009, h.11).
Berdasarkan definisi di atas maka disimpulkan bahwa, dampak sosiopsikologis adalah akibat positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
dari adanya stimulus dan respon psikis yang bekerja dalam diri seseorang
seperti motif, emosi, sikap, pengalaman lampau serta sebagai akibat dari
adanya interaksi-interasi dengan lingkungan sekitar dimana individu itu
berada.
Pengertian agresi dikemukakan oleh Poerwandari. Poerwandari (2004)
mendefinisikan agresi sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa,
menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan,
melalui cara-cara fisik, psikologis, ataupun gabungan-gabungannya, dan atau
tindakan yang mungkin tidak disengaja, tetapi didasari oleh ketidaktahuan,
kekurang pedulian, atau alas an-alasan lain, yang menyebabkan subjek secara
langsung atau tidak lansung terlibat dalam upaya pemaksaan, penaklukan,
penghancuran, dominasi, perendahan manusia lain.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah empat orang. Keempat subjek ini dibagi
yaitu dua orang berasal dari NTT dua orang berasal dari Papua. Adapun dalam
penelitian ini, kriteria yang digunakan dalam menentukan subyek penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa asal Indonesia Timur (Papua, dan NTT) yang memiliki rentang
usia dari 18 tahun sampai 23 tahun.
2. Pernah mengalami kekerasan ataupun diskriminasi dari warga Yogyakarta
3. Berdomisili di Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik sampling secara nonprobabiliti yaitu ditemukan atau ditentukan
sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Jenis yang
digunakan dari teknik ini adalah jenis Criterion sampling. Teknik ini
digunakan karena anggota sampel yang dipilih sesuai kriteria khusus yaitu
para mahasiswa Indonesia Timur yang tidak melakukan kekerasan namun
mengalami dampak dari kekerasan etnis di Yogyakarta.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipan dan wawancara.
1. Observasi
Menurut Narbuko dan Ahmadi (2007; 70), pengamatan atau
observasi merupakan suatu alat pengumpulan data, yang dilakukan dengan
cara mengamati setiap perilaku, gejala-gejala maupun kondisi subyek yang
nantinya dilakukan pencatatan secara sistematis. Berdasarkan pengertian
tentang pangamatan, Yehoda dan kawan-kawan (dalam Narbuko dan
Achmadi 2007; 70) menjelaskan cirri-ciri pengamatan yang baik adalah :
a. Mengabdi kepada tujuan penelitian.
b. Direncanakan secara sistematik.
c. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum.
d. Dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Pengamatan digunakan sebagai alat pengumpulan data yang cukup
membantu dalam menganalisis data. Selain itu, menurut Guba dan Lincoln
(dalam Moleong, 2007; 174), alasan-alasan yang menjadikan pangamatan
memberi manfaat besar dalam sebuah penelitian kualitatif sebagai berikut :
a. Teknik
pengamatan
merupakan
teknik
yang didasarkan
atas
pengalaman subyek secara langsung.
b. Pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
perilaku dicatat dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data.
d. Pengamatan dapat menjadi jalan untuk mengecek kepercayaan peneliti
pada data. Hal ini dikarenakan sering terjadi keraguan pada peneliti
atas data dijaringnya.
e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi-situasi yang rumit.
f. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan,
pengamatan
dapat
menjadi
alat
yang
sangat
bermanfaat.
g. Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
h. Pengamatan
memungkinkan
pengamat
untuk
melihat
dunia
sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu,
menagkap fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subyek
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancara (interviewee) dengan maksud dan tujuan tertentu. Lincoln
dan Guba (dalam Moelong 2007; 186) menjabarkan maksud dan tujuan
dari wawancara sebagai berikut :
a. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
b. Merekonstruksikan
topik
wawancara
yang
berkaitan
dengan
pengalaman yang dialami di masa lalu.
c. Merekonstruksikan topik wawancara sebagai harapan untuk dialami
dimasa yang akan datang.
d. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh
dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan
memverifikasi,
mengubah
dan
memperluas
konstruksi
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan data.
yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini,
menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Menurut Moleong
(2007; 190), wawancara tidak terstruktur adalah teknik yang tidak tersusun
terlebih dahulu, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari
respon. Bentuk-bentuk tanya dalam wawancara tidak terstruktur mengalir
seperti
dalam
percakapan
sehari-hari.
Bentuk-bentuk
pertanyaan
menyangkut topik penelitian dan tanpa menentukan urutan pertanyaan.
Namun peneliti menggunakan panduan dalam melakukan wawancara agar
pertanyaan yang diberikan tetap berfokus pada topik penelitian.
Berikut ini adalah panduan pertanyaan dan tujuannya yang
digunakan selama proses wawancara berlangsung:
Tabel 1.
Panduan Wawancara tentang Dinamika Kekerasan Etnis dan dampak SosioPsikologis yang Dialami Subjek
No
1
Topik
Dinamika
konflik dan
kekerasan etnis
di Yogyakarta
Tujuan
 Memahami pandangan
subjek berkaitan dengan
konflik dan kekerasan etnis
di Yogyakarta
Bentuk Pertanyaan
 Bagaimana pandangan anda
berkaitan dengan konflik
dan kekerasan yang terjadi
antara warga Yogyakarta
dengan mahasiswa asal
Indonesia Timur di
Yogyakarta? (peneliti
memberi beberapa contoh
kasus kekerasan etnis di
Yogyakarta)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
 Mengetahui dinamika
kekerasan etnis mulai dari
faktor-faktor penyebab
terjadinya kekerasan etnis,
prasangka yang dibentuk
warga Yogya hingga
pengalaman diskriminasi
dan kekerasan yang
dirasakan subjek
 Apakah anda memiliki
pengalaman diskriminasi
dan pengucilan sosial oleh
warga Yogyakarta?
 Apa saja pengalaman
diskriminasi dan kekerasan
anda alami selama di
Yogyakarta?
 Bagaimana pengalaman
2
Dampak
Psikologis dari
konflik dan
kekerasan etnis
di Yogyakarta
 Mengetahui dampak
psikologis yang dirasakan
maupun yang dialami
subjek dari kekerasan
tersebut
 Mengetahui seberapa besar
dampak psikologis tersebut
pada subjek
 Seberapa besar perasaan
tersebut mempengaruhi
anda?
 Mengetahui pengaruh dari
 Apakah dampak-dampak
dampak tersebut dalam
keseharian subjek
3
Upaya subjek
menghadapi
konflik dan
kekerasan etnis
di Yogyakarta
tersebut berpengaruh dalam
kehidupan anda sebagai
mahasiswa?
 Apa akibat yang anda
rasakan maupun anda alami
dari kekerasan etnis yang
terjadi? (disertakan
pengalaman kekerasan dan
diskriminasi)
tersebut mempengaruhi
kehidupan anda sebagai
mahasiswa di Yogyakarta?
 Memahami upaya yang
dilakukan subjek dalam
membangun kesejahteraan
dengan warga Yogyakarta
 Sikap apa yang anda
lakukan agar antara warga
Yogyakarta dan mahasiswa
Indonesia Timur semakin
harmonis?
 Mengetahui harapan subjek
 Sebagai mahasiswa asal
berkaitan dengan konflik
dan kekerasan di
Yogyakarta
Indonesia Timur apa yang
anda harapkan berkaitan
dengan konflik dan
kekerasan di Yogyakarta?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Dalam proses wawancara, peneliti melakukan beberapa tahap,
yaitu:
1. Mencari subjek penelitian yang bersedia dan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan peneliti.
2. Menjalin relasi yang hangat (rapport) antara peneliti dan subjek agar
tercipta sikap saling percaya.
3. Menyepakati jadwal wawancara antara peneliti dan subjek. Hal ini
bertujuan agar tidak mengganggu aktifitas subjek.
4. Membuat panduan dalam wawancara.
5. Melakukan proses wawancara
F. Prosedur Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif membutuhkan teknik dan
ketelitian. Teknik dan ketelitian dibutuhkan karena yang akan dianalisis dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata, baik itu narasi, deskripsi, cerita,
dokumen tertulis dan tidak tertulis ataupun bentuk non angka lain. Sebuah
kata bisa saja mengandung makna yang lain. Selain itu, tidak ada aturan baku
dalam mengolah dan menganalisis suatu data. Walaupun demikian, ada
pedoman maupun teknik yang dapat dipakai dalam penelitian kualitatif.
Dalam melakukan pengolahan dan penganalisisan data kualitatif, yang
pertama dimulai adalah mengorganisasikan sebuah data. Peneliti tentunya
harus memiliki arsip yang lengkap dalam bentuk data mentah seperti hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
rekaman selama wawancara, hasil observasi dilapangan, maupun draft-draft
laporan lainnya.
Setelah mengumpulkan data melalui hasil rekaman wawancara,
observasi dan lain sebagainya, peneliti melakukan proses pengkodean atau
yang biasa disebut dengan koding. Menurut Miles dan Huberman, (1992; 87),
kode merupakan singkatan atau symbol-simbol yang diterapkan pada
sekelompok kata-kata, kalimat, atau paragraph dari cacatan lapangan yang
ditulis agar dapat dikategorisasikan dengan baik. Dalam hal ini, kode-kode
yang dibuat bertujuan untuk mengkategorisasikan konsep-konsep kunci, atau
tema-tema yang penting. Selain itu, kode dapat menjadi suatu sarana yang
mengorganisasikan dan menyusun kembali kata-kata sehingga memungkinkan
penganalisis dapat menemukan dengan cepat, dan menarik.
Straus dan Cobin (dalam Jessica, 2007; 40) membagi langkah-langkah
koding ke dalam tiga bagian, yaitu koding terbuka, koding aksial, dan koding
selektif. Dalam penelitian ini koding yang digunakan adalah koding terbuka
yaitu proses dimana peneliti mengidentifikasi kategori-kategori dan dimensidimensi.
Dalam menganalis sebuah data, membutuhkan kemampuan dari
seorang peneliti dalam mengembangkan teori-teori yang mendasarinya.
Kemampuan dalam mengembangkan teori-teori yang mendasari tentunya
mengacu padan kemampuan untuk memberi suatu makna pada data, dan
memahami makna yang mendasar maupun yang tidak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Strauss dan Corbin (dalam Jessica, 2003; 41) mengusulkan teknikteknik untuk meningkatkan suatu kepekaan teoritis sebagai berikut :
1. Seorang
peneliti
harus
mampu
memiliki
kemampuan
dalam
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya untuk membuka
pemahaman terhadap data dengan memikirkan berbagai kategori potensial,
kualitas yang dimiliki serta dimensi-dimensinya.
2. Kemampuan dalam menganalisis kata, frase, dan kalimat, sebagai latihan
yang penting untuk mengidentifikasi kemungkinan makna-makna yang
muncul dari data baik yang diamsusikan maupun sengaja dibentuk.
3. Menganalisis tahap lanjutan melalui perbandingan, yang merupakan
bagian esensi dari identifikasi dan kategori konsep.
Tahap selanjutnya adalah menginterpretasikan data. Menurut Kayle
(dalam Jessica, 2003), interpretasi mengacu pada suatu upaya untuk
memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki
perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data
melalui perspektif tersebut.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam
menganalisis data adalah :
1. Memahami seluruh data yang didapatkan dari berbagai sumber
2. Mengkategori data-data yang diperlukan
3. Menghubungkan dengan landasan teori dan rumusan masalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
4. Menyusun suatu bentuk interpretasi dinamika dampak sosio-psikologis
subyek.
G. Uji Kesahihan dan Keandalan
Paradigma alamiah penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan
penelitian kuantitatif (Moelong, 2007; 323). Lincoln dan Guba (dalam
Moelong, 2007; 323) menambahkan bahwa dasar kepercayaan antara kedua
penelitian baik itu kualitatif dan kuantitatif berbeda.
Maka dalam penelitian kualitatif ada empat kriteria yang digunakan
dalam suatu teknik pemeriksaan data. Empat kriteria tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Derajat Kepercayaan
Merupakan pengganti konsep validitas internal dari penelitian
kuantitatif. Fungsi dari penelitian adalah untuk melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai. Selain itu bertujuan untuk mempertunjukan derajat kepercayaan
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan
Berbeda dengan validitas eksternal pada penelitian kuantitatif,
keteralihan dilakukan oleh seorang peneliti dengan mencari dan
mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
3. Kebergantungan
Dalam penelitian kuantitatif kebergantungan diartikan sebagai
reliabilitas dimana jika diadakan dua atau tiga kali pengujian memiliki
hasil yang sama maka penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Namun
dalam penelitian kualitatif, tidak hanya sekedar reliabilitas, faktor-faktor
lain yang berkaitan juga ditambahkan.
4. Kepastian
Dalam penelitian kuantitatif, kepastian diistilahkan sebagai
keobjektifitasan. Menurut Scriven (dalam Moelong 2007; 326), jika
sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.
Menurut Moelong (2007; 326-343) uji kesahihan dan keandalan
dalam suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara perpanjang
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, metode triangulasi, pemeriksaan
sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan referensi,
pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing.
Pada penelitian ini, uji kesahihan dan keandalan dilakukan dengan
teknik-teknik sebagai berikut :
1. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik yang digunakan untuk
pemeriksaan keabsahan data, untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Ada tiga bentuk teknik
triangulasi yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
a. Triangulasi Sumber
Dilakukan dengan cara mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang
berbeda (Patton dalam Moleong, 2007). Dalam penelitian ini,
peneliti mengecek balik derajat kepercayaan dengan melakukan
observasi dan partisipan. Peneliti mengamati aktivitas yang
dilakukan oleh para subjek dan mengecek sesuai dengan indikatorindikator dampak psikologi yang dirasakan para subjek.
Indikator rendahnya harga diri adalah tidak percaya diri,
tidak bebas, dan tidak berdaya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maslow bahwa, indikator yang menunjukan rendahnya harga diri
meliputi rasa tidak percaya diri, tidak mampu berkompetisi, tidak
berdaya, dan tidak bebas. Pada subjek pertama (AT), rendahnya
harga diri ditunjukan saat mencari kontrakan baru. Subjek tampak
lesu saat mencari kos-kosan baru. Subjek berkata “apa memang
kami ini pantas diperlakukan seperti ini?.”
Pada subjek kedua (YD), peneliti mengobservasi saat
subjek berkomunikasi dengan teman-teman dan pemilik kos-kosan.
Subjek menunjukan indikator rendah diri dan tidak berdaya. Saat
pemilik kos dan teman-temannya pergi, subjek mengatakan kepada
peneliti bahwa, “saya tidak enak saat berkomunikasi dengan orang
Jawa karena, kadang logat dan nada berbicara saya keras, jadinya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
saya agak minder saat berkomunikasi dengan mereka.” Subjek
berkeringat dan menunduk saat berkomunikasi dengan orang Jawa
karena, logat dan nada berbicara subjek dikurangi. Hal ini sesuai
dengan indikator yang Maslow kemukakan yaitu rendah diri dan
tidak berdaya.
Observasi pada subjek ketiga terjadi saat peneliti dan
subjek (AS) makan bersama di sebuah warung. Saat itu subjek
dibicarakan oleh pedagang yang menggunakan bahasa Jawa.
Subjek yang mengerti, secara spontan menundukan kepala dan
mengerutkan dahinya saat mendengar pembicaraan pedagang
makanan yang menyudutkan subjek. Spontan subjek menyatakan
bahwa “saya merasa tidak enak karena nama orang Timur jelek.
Mungkin memang orang Timur pantas mendapat perlakuan buruk.”
Pada subjek keempat (MR), harga diri rendah tampak saat
di komunitas subjek menunjukan bekas luka akibat bacokan.
Subjek menunjukan ekspresi sedih dan mata berkaca-kaca saat
berkata “Ini luka akibat keteledoran saya, dan sikap buruk dari
beberapa teman-teman yang berasal dari Indonesia Timur”. Subjek
melanjutkan pernyataannya “sekarang saya sudah tidak dapat
beraktivitas dengan leluasa karena kondisi fisik yang saya alami”.
Pernyataan subjek menujukan bahwa subjek tidak berdaya, tidak
percaya diri, tidak dapat berkompetisi, dan tidak dapat berprestasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
Indikator cemas dialami oleh setiap subjek. Keempat subjek
menunjukan indikator yang sama yaitu, adanya perasaan tegang,
terancam dari suatu bahaya. Pada subjek pertama (AT), rasa cemas
ditunjukan saat subjek mengendarai sepeda motor dimana subjek
sangat lengkap mengenakan helm, sarung tangan, dan sebelum
mengendarai sepeda motor, subjek selalu memeriksa lampu, rem,
dan kaca spion. Subjek mengatakan bahwa “ini demi keselamatan
bukan hanya dari kecelakaan tapi dari amukan warga yang tidak
senang dengan orang Timur”. Hal ini sesuai dengan indikator
kecemasan yang dikemukakan Nevid (2005), yaitu subjek merasa
tegang, dan terancam oleh adanya bahaya. Sementara itu, rasa
cemas dialami subjek kedua (YD) saat diajak peneliti untuk
menanda-tangani
surat
keabsahan.
Saat
ditanyai,
subjek
menyatakan tidak ingin dijumpai saat malam hari karena subjek
merasa cemas keluar malam dan menjadi korban amukan warga.
Begitu pula pada subjek ketiga (AS), subjek mengurangi jam
keluar malam, ataupun tidak mau sering-sering keluar kos.
Sehingga peneliti datang langsung menjumpai subjek di kos-kosan,
saat meminta tanda-tangan surat keabsahan. Sedangkan subjek
keempat (MR), merasa cemas jika pembacokan terulang kembali
pada dirinya. Subjek berbicara terbatah-batah saat menceritakan
peristiwa pembacokan. Dan berharap peristiwa tersebut tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
terulang kembali pada dirinya. Hal ini sesuai dengan indikator
cemas yaitu perasaan tegang, dan terancam dari suatu bahaya.
Perasaan tertekan dirasakan subjek pertama (AT), saat itu
subjek ingin mencari tempat tinggal yang nyaman agar bisa tenang
dan belajar dengan baik. Subjek menujukan indikator tertekan yaitu
perasaan tidak bebas, dan tidak tenang dalam beraktivitas. Selain
itu pada subjek kedua (YD), indikator rasa tertekan yaitu saat
subjek menelpon para saudaranya untuk tidak melanjutkan kuliah
di Yogyakarta karena pengalaman subjek cukup tertekan di
Yogyakarta. Subjek kedua tampak tidak bebas, dan merasakan
beban batin tinggal di Yogya. Pada subjek ketiga (AS), subjek
tidak melanjutkan kuliahnya dan lebih memilih tinggal di rumah
komunitas San Egidio karena tertekan di kos-kosan. Pengalaman
yang dirasakan subjek sesuai dengan indikator perasaan tidak
bebas dan tidak tenang dalam beraktivitas. Pada subjek keempat
(MR), subjek menunjukan sikap tertekan, dimana indikator
tertekan yaitu tidak nyaman dalam beraktivitas. Subjek belum
melakukan pendaftaran ulang karena cuti kuliah. Keempat subjek
menunjukan adanya indikator perasaan tidak bebas.
Stress pasca trauma dirasakan oleh keempat subjek, dimana
keempat subjek merasa ketakutan, ketidakberdayaan, kengerian
yang selalu terbayang dipikiran mereka (DSM-IV). Keempat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
subjek tidak dapat melangsungkan hidup dengan baik, karena ada
perasaan cemas, tertekan, dan trauma akan kekerasan yang pernah
dialami secara langsung maupun tidak langsung.
Depresi dialami oleh subjek keempat (MR) dimana subjek
merasa sedih, merasa putus asa, tidak berdaya, dan tidak dapat
berkonsentrasi. Depresi ini muncul karena subjek tidak dapat
menyalurkan hobi bermain sepakbola dan berorganisasi. Subjek
menunjukan kondisi tubuh subjek yang tampak tidak normal lagi.
Selain itu, subjek putus asa akan keberlangsungan hidupnya.
Perasaan malu ditunjukan oleh para subjek saat mereka
berkomunikasi dengan orang Jawa. Keempat subjek menujukan
sikap tidak berdaya atas pelanggaran kekerasan. Para subjek juga
mengatakan “kami malu karena beberapa pelaku kekerasan adalah
mahasiswa asal Indonesia Timur”.
b. Triangulasi menggunakan Metode
Triangulasi metode yaitu memeriksa derajat kepercayaan
dengan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Untuk mengecek keajegan data, peneliti membandingkan antara
data hasil wawancara, dan hasil observasi yang telah dilakukan.
Hasil pengecekan ini, menunjukan adanya kesamaan yang terjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
antara pernyataan (hasil wawancara) subjek dan kenyataan (hasil
observasi).
c. Triangulasi menggunakan Teori
Pada triangulasi teori, peneliti mencoba membandingkan
data hasil temuan dengan teori-teori yang berkaitan dengan
kekerasan yang berakibat pada dampak psikologis para korbannya.
Peneliti juga membandingkannya dengan penelitian-penelitian
sebelumnya berkaitan dengan agresi yang terjadi di masyarakat,
maupun dampak psikologis yang diakibatkan dari akibat sikap
agresi. Sebagai contoh teori Coser (dalam Budiyono, 2009) yang
menjelaskan bahwa dampak dari kekerasan adalah menimbulkan
dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga
menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa
percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut. Selain itu peneliti
membandingkan dengan penelitian Mahoney di kepulauaan
Carribian yang melihat dampak psikologis pada para remaja akibat
kekerasan.
2. Pemeriksa Dosen Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan dosen
pembimbing dan dosen pengajar kualitatif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian.
Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Peneliti mencari para mahasiswa asal Indonesia Timur yang memiliki
kriteria memiliki rentang usia dari 18 hingga 23 tahun. Status para
subjek sebagai mahasiswa yang saat ini kuliah di Yogyakarta. Selain
itu para calon subjek tentunya memiliki pengalaman yang berkaitan
dengan diskriminasi maupun kekerasan dari warga Yogyakarta.
b. Selanjutnya para mahasiswa Indonesia Timur yang memiliki
kesesuaian dengan kriterian tersebut diminta kesediaan menjadi subjek
penelitian.
Peneliti
meminta
kesediaan
para
subjek
dengan
menyertakan surat kesediaan menjadi subjek dalam penelitian ini.
c. Setelah para subjek bersedia, peneliti dan para subjek menyepakati
waktu serta tempat dilakukannya penelitian. Setelah disepakati,
penelitian dilakukan di kota Yogyakarta yaitu di kampus Sanata
Dharma Paingan, dan di rumah komunitas San Egidio Seturan.
d. Peneliti mempersiapkan digital voice recorder sebagai alat untuk
merekam setiap sesi wawancara dengan subjek, dan juga alat tulis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Selain itu, peneliti juga menyediakan Handphone tambahan untuk
mengantisipasi apabila alat perekam mati selama proses wawancara.
e. Peneliti melakukan janji secara langsung dengan subjek untuk
melakukan proses wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, penelitian melalui beberapa
tahapan penelitian, mulai dari menentukan karakteristik subjek yang akan
diteliti, meminta kesediaan subjek dalam proses wawancara, melakukan
proses wawancara hingga meminta keabsahan dari para subjek
berdasarkan hasil verbatim dan analisis data yang telah peneliti dapatkan.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
pengumpulan data dalam bentuk wawancara dan observasi. Pengumpulan
data dilakukan secara resmi pada bulan Juni hingga Juli 2014. Dalam
melakukan wawancara dan observasi, peneliti dan subyek bertatap muka
lebih dari satu kali. Berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan penelitian
secara rinci:
a. Dalam pertemuan pertama, peneliti meminta persetujuan dengan
menyertakan surat kesediaan menjadi subjek penelitian. Peneliti
berusaha membangun relasi yang hangat agar dalam diri subyek ada
rasa nyaman dan sikap percaya terhadap peneliti. Sehingga data
peneliti yang didapat menjadi kaya karena sikap keterbukaan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
kepercayaan subjek terhadap peneliti. Selain membangun relasi yang
baik, dalam pertemuan pertama, peneliti mengambil identitas yang
dimiliki subyek. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan
tentang latarbelakang subjek dan pandangan umum subjek berkaitan
dengan kekerasan etnis di Yogyakarta. Dalam memulai proses
wawancara, peneliti tidak langsung menanyakan pada dampak seperti
apa yang dialami subyek, melainkan peneliti terlebih dahulu
menanyakan pendapat subyek mengenai kekerasan etnis secara umum
yang terjadi di Yogyakarta. Dalam melakukan wawancara terhadap
identitas subyek, peneliti juga melakukan observasi mengenai kondisi
subyek serta lokasi dilakukan proses wawancara dan observasi.
b. Pada pertemuan kedua, peneliti mewawancarai subjek berkaitan
dengan data kekerasan etnis yang masih kurang pada proses
wawancara sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, peneliti
mencoba melihat adakah dampak yang dirasakan subjek berkaitan
dengan kekerasan etnis tersebut. Selanjutnya, peneliti mencoba
mengembangkan
pertanyaan
berkaitan
dengan
dampak
sosio-
psikologi. Setelah memperoleh data-data berkaitan dengan dampak
sosio-psikologis, peneliti bertanya lebih jauh pada upaya yang
dilakukan subjek dari dampak sosio-psikologis yang dirasakan subjek.
Yogyakarta menjadi wilayah yang di khususkan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Dengan demikian, subyek diharapkan dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
memberi penjelasan mengenai pengalaman subjek berkaitan dengan
diskriminasi dan pengucilan sosial akibat kekerasan etnis di wilayah
Yogyakarta. Setelah subyek menjelaskan tentang kekerasan secara
umum, peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan
pengalaman dari kekerasan di yogyakarta.
c. Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti
alat perekam, buku dan pulpen. Tujuan peneliti menggunakan alat
bantu ini adalah agar dapat membantu peneliti nantinya dalam proses
verbatim dan menganalisis data. Selain itu dalam wawancara, peneliti
melakukan wawancara semi terstruktur dimana pertanyaan yang
diajukan peneliti, tidak terlalu berpatokan dari daftar pertanyaan yang
telah dibuat. Peneliti membuat poin-poin pertanyaan yang akan
diajuakan namun tidak terlalu terpaku.
Selama proses wawancara berlangsung, peneliti melakukan observasi
dengan mengamati ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau gerakan-gerakan
tertentu yang muncul saat subyek menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti. Hasil dari data yang didapatkan melalui
wawancara akan menjadi suatu data primer dalam penelitian,
sementara hasil observasi adalah sebagai pendukung dalam data
primer.
d. Setelah dilakukan proses analisis pada data, peneliti melakukan
keabsahan data dengan menunjukan data verbatim serta data hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
analisis pada para subjek penelitian. Setelah menunjukan data verbatim
dan hasil analisis, peneliti menanyakan apakah data serta hasil analisis
tersebut sudah sesuai dengan pengalaman yang dialami maupun
dirasakan subjek pada kenyataannya. Selanjutnya, persetujuan dari
para subjek penelitian disertakan melalui surat keterangan keabsahan
hasil wawancara. Surat keterangan keabsahan lalu ditandatangani oleh
subjek sebagai bentuk kesesuaiaan data dengan kenyataan yang
dialami subjek.
3. Proses Analisis Data
Dalam proses analisis data, peneliti melakukan pengorganisasian
data, pengkodean, interpretasi dan pengambilan kesimpulan. Berikut ini
akan dijelaskan secara rinci tentang proses analisis data yang sudah
dilakukan dalam penelitian ini:
a. Setelah proses wawancara dilakukan pada masing-masing subjek,
peneliti melakukan organisasi data yaitu dengan memindahkan hasil
rekaman wawancara dari digital voice recorder
ke dalam bentuk
tulisan dan menghasilkan transkrip verbatim.
b. Transkrip verbatim yang telah dibuat kemudian diklasifikasi dalam
bentuk tabel yang terdiri dari 4 kolom. Kolom pertama berisi
penomoran untuk setiap baris kalimat pertanyaan pewawancara dan
jawaban subjek atas pertanyaan wawancara. Pada Kolom kedua berisi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
verbatim hasil wawancara, kolom ketiga berisi koding awal, dan
kolom terakhir berisi analisis tema-tema yang muncul.
c. Selanjutnya, peneliti membaca secara teliti transkrip verbatim
wawancara dari masing-masing subjek. Kemudian peneliti melakukan
proses pengkodean yaitu dengan cara memberi garis bawah pada
kalimat atau kata-kata subjek yang relevan dengan fokus penelitian.
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah mengeluarkan atau
menemukan kata-kata atau kalimat kunci yang relevan dengan fokus
penelitian. Kalimat atau kata-kata subjek yang mengarah pada fokus
penelitian tersebut kemudian dituliskan kembali secara ringkas tanpa
mengubah esensi kalimat yang disampaikan oleh subjek ke dalam
kolom koding awal.
d. Setelah itu, peneliti mencoba membuat analisis dari hasil koding untuk
menemukan kemungkinan tema-tema yang muncul.
e. Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah membuat rangkuman
hasil temuan penelitian dalam bentuk tabel dan skema untuk
memudahkan pembaca mengetahui hasil penelitian.
4. Jadwal Pengambilan Data
Dalam proses pengambilan data, peneliti dan subjek menyepakati
kapan waktu yang tepat dilakukan. Kesepakatan dilakukan agar proses
wawancara tidak mengganggu aktivitas para subjek. Dalam pertemuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
yang dilakukan lebih dari satu kali, peneliti mencatat hari, tanggal, durasi
wawancara, tempat diadakan wawancara, kegiatan yang dilakukan hingga
kondisi lingkungan yang terjadi selama proses wawancara. Berikut ini
adalah jadwal proses wawancara peneliti dengan para subjek:
Tabel 2
Jadwal wawancara subjek 1 (AT)
Hari
Tanggal
Waktu
Minggu
15 Juni 2014
10.00-11.30
WIB
Tempat
Lantai 3
Kampus
USD
Paingan
Kegiatan



Jumat
20 Juni 2014
17.00-17.45
WIB
Kantin
Kampus
Mrican



Kondisi lingkungan
Meminta AT untuk
mengisi surat pernyataan
persetujuan wawancara
Bertanya mengenai data
pribadi AT
Bertanya mengenai
pandangan AT berkaitan
dengan kekerasan etnis di
Yogyakarta
Suasana cukup
tenang karena
bertepatan dengan
liburan semester,
walaupun ada
beberapa mahasiswa
yang berlalu lalang
Bertanya mengenai akibat
yang dirasakan AT dari
kekerasan etnis di
Yogyakarta
Melengkapi data
berkaitan dengan akibat
kekerasan
Bertanya mengenai upaya
AT merespon kekerasan
etnis di Yogya
Suasana cukup
tenang karena
bertepatan dengan
liburan semester
namun ada beberapa
mahasiswa yang
berdiskusi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
Tabel 3
Jadwal wawancara subjek 2 (YD)
Hari
Rabu
Tanggal
Waktu
25 Juni 2014
18.00-19.00
WIB
Tempat
Kegiatan

Kantin
Kampus
Mrican


Jumat
27 Juni 2014
16.00-16.30
WIB

Kantin
Kampus
Mrican


Kondisi lingkungan
Meminta YD untuk
mengisi surat pernyataan
persetujuan wawancara
Bertanya mengenai data
pribadi YD
Bertanya mengenai
pandangan YD berkaitan
dengan kekerasan etnis di
Yogyakarta
Suasana cukup
tenang karena
bertepatan dengan
liburan semester,
walaupun ada
beberapa mahasiswa
yang berlalu lalang
Bertanya mengenai akibat
yang dirasakan YD dari
kekerasan etnis di
Yogyakarta
Melengkapi data
berkaitan dengan akibat
kekerasan
Bertanya mengenai upaya
YD merespon kekerasan
etnis di Yogya
Suasana cukup
tenang namun ada
beberapa mahasiswa
yang berdiskusi
Tabel 4
Jadwal wawancara subjek 3 (AS)
Hari
Tanggal
Jumat
4 Juli 2014
Waktu
Tempat
17.30-18.30
WIB
Rumah
Komunitas
San Egidio
Kegiatan



Meminta AS untuk
mengisi surat pernyataan
persetujuan wawancara
Bertanya mengenai data
pribadi AS
Bertanya mengenai
pandangan AS berkaitan
dengan kekerasan etnis
di Yogyakarta
Kondisi lingkungan
Suasana sepi karena
para anggota
komunitas sedang
berada di kos
masing-masing.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
Selasa
8 Juli 2014
19.00-19.25
WIB
Rumah
Komunitas
San Egidio



Bertanya mengenai
akibat yang dirasakan
AS dari kekerasan etnis
di Yogyakarta
Melengkapi data
berkaitan dengan akibat
kekerasan
Bertanya mengenai
upaya YD merespon
kekerasan etnis di Yogya
Suasana cukup
tenang namun ada
beberapa anggota
komunitas yang
mengadakan rapat
Tabel 5
Jadwal wawancara subjek 4 (MR)
Hari
Tanggal
Waktu
Tempat
Minggu
13 Juli 2014
19.30-20.15
WIB
Rumah
Komunitas
San Egidio
Kegiatan



Sabtu
19 Juli 2014
16.00-16.30
WIB
Rumah
Komunitas
San Egidio



Kondisi lingkungan
Meminta MR untuk
mengisi surat pernyataan
persetujuan wawancara
Bertanya mengenai data
pribadi MR
Bertanya mengenai
pandangan MR berkaitan
dengan kekerasan etnis
di Yogyakarta
Suasana cukup
tenang di dalam
ruang Doa. Hal ini
karena sedang
dilaksanakan doa
komunitas.
Bertanya mengenai
akibat yang dirasakan M
dari kekerasan etnis di
Yogyakarta
Melengkapi data
berkaitan dengan akibat
kekerasan
Bertanya mengenai
upaya MR merespon
kekerasan etnis di Yogya
Suasana cukup
tenang karena tidak
ada kegiatan yang
dilakukan di
komunitas. Selain
itu, para anggota
komunitas sedang
berada di kos
masing-masing.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
B. Profil Subjek
1. Subjek 1 (AT)
a. Identitas
Nama
: AT
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat /Tanggal Lahir
: Epouto, 16 Agustus 1992
Usia
: 22 tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA YPPK Adhi Luhur, Nabire
Urutan Kelahiran
: Anak ke-tiga dari empat bersaudara
Status
: Mahasiswa
Hobi
: Bersepeda, membaca, mendengar musik
b. Hasil Wawancara
1) Deskripsi Subjek
Subjek pertama berinisial AT. AT dilahirkan dari orangtua
yang berasal dari suku Mee di daerah pegunungan tengah NabirePapua. AT dan keluarga besarnya beragama Katolik. Mata
pencaharian keluarganya adalah berkebun. Status ekonomi AT
termasuk dalam golongan bawah. Dalam keluarganya, AT
merupakan anak ke-tiga dari empat bersaudara. Kedua kakaknya
telah berkeluarga sedangkan adik bungsunya masih bersekolah di
Kota Nabire. Saat ini AT menjadi harapan dari keluarga secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
khusus bagi ibunya yang berstatus sebagai single parent yang saat
ini mengasuh adik bungsunya.
AT
memiliki
hubungan
yang
cukup
baik
dengan
keluarganya, meskipun relasinya dengan sang ayah tidak begitu
dekat. Orang tua AT telah bercerai sejak tahun 2002 dan sejak saat
itu ayahnya telah menikah lagi. Karena perceraiaan kedua
orangtuanya, AT bersama saudara-saudaranya mengikuti sang ibu
untuk pindah kampung. Sejak saat itu, sang ibu berjuang
membesarkan dan mendidik ke-empat anaknya tanpa didampingi
seorang suami. AT merasa bahwa hubungannya dengan sang ayah
tidak begitu dekat sejak SD hingga SMA. Namun saat di perguruan
tinggi, AT berusaha membangun komunikasi yang baik dengan
ayahnya melalui telephone. Hal ini disadari bahwa bagaimanapun
juga menurut AT, dia tetap adalah ayahnya. Sementara itu,
hubungan AT dengan ibu dan para saudaranya sangat baik.
Pola asuh orang tua dalam keluarga AT cukup disiplin.
Sejak kedua orangtuanya belum bercerai, hingga telah bercerai
pola asuh disiplin dan tegas yang ditunjukan oleh orangtuanya
(saat ini ibunya). Selain itu dukungan berupa motivasi dan nasehat
sering diberikan oleh sang ibu kepada subyek. Walaupun sikap
yang tegas dan disiplin menjadi pedoman dalam mendidik keempat anaknya, AT menyadari bahwa sang ibu sangat menyayangi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
mereka. Hal ini yang membuat AT sangat bersyukur karena
diajarkan untuk hidup disiplin, dan menghargai waktu sejak kecil.
Disiplin yang ditanamkan oleh orangtua AT dapat berupa
keteladanan, teguran, maupun nasehat. Dampak pola asuh tersebut
bagi AT adalah menimbulkan efek jera dan patuh terhadap
orangtua. Pola asuh yang dirasakan AT setelah memasuki
perguruan tinggi adalah pola asuh yang demokrasi dan tidak
otoriter.
Sejak kecil AT disekolahkan di sekolah katolik. Sebagai
keluarga katolik, peran pendidikan dan agama sangat dihayatinya
dan keluarga. Sehingga orangtua AT mempercayakannya untuk
bersekolah di yayasan katolik. Nilai-nilai yang diajarkan di
sekolah, juga turut membentuk watak serta kepribadian AT.
Setelah Menyelesaikan SMA (Sekolah Menengah Atas), AT
mendapatkan beasiswa oleh SMA Adhi Luhur yang dikelolah oleh
para Pastor Serikat Yesus untuk melanjutkan Kuliah di
Yogyakarta. Saat ini, AT sedang menyelesaikan kuliahnya di
Fakultas Keguruan Pendidikan Matematika Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan Subjek 1 di Yogyakarta
(AT)
Selama tinggal di Yogyakarta, AT berusaha untuk tidak
bergantung pada oranglain dan berusaha berbaur dengan warga
Yogyakarta. Sikap yang ditunjukan oleh AT adalah sikap yang
ramah, terbuka dan berani untuk menyesuaikan diri dengan
masyarakat Yogyakarta. Sikap untuk menyesuaikan diri di tempat
yang baru dibiasakan sejak kecil agar mandiri dan tidak bergantung
dengan oranglain. Hal ini yang membuat AT mampu bergaul dan
menyesuaikan diri pada masyarakat Yogyakarta.
Dalam relasinya dengan teman-teman maupun warga
setempat, AT mengaku cukup baik. Bagi AT yang terpenting
dalam menjalin relasi dengan teman-teman maupun warga dari
budaya yang berbeda adalah keterbukaan diri. Dengan membuka
diri maka seseorang akan diterima, walaupun dari budaya yang
berbeda. Selain itu dengan teman-teman yang berasal dari budaya
yang sama, relasi yang dibangun cukup baik. Hal ini karena prinsip
AT dalam menjalin relasi adalah jika dalam relasi dengan temanteman dari budaya yang berbeda sudah baik, maka dengan temanteman yang berasal dari budaya yang sama secara otomatis harus
baik dahulu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
Peran Budaya dari suku Mee sangat mempengaruhi AT
dalam melangsungkan hidup maupun dalam berelasi dengan orang
lain. Dalam suku Mee diajarkan tiga unsur penting dalam berelasi
seperti Dou yaitu melihat dengan mata, Gai yang artinya berpikir
dengan otak, dan Ekowai yaitu bekerja dengan tangan maupun
kaki. Ketiga pedoman tersebut merupakan dasar dari hidup
menurut suku Mee yang dihayati oleh AT.
3) Pandangan Subjek 1 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta
(AT)
a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis
Sebagai mahasiswa semester akhir yang berasal dari
Papua, AT melihat bahwa kekerasan antar etnis sering terjadi
karena pemahaman budaya antara etnis satu dengan yang lain
berbeda. Orang Timur menganggap bahwa orang Jawa
memiliki watak yang lembut dan sopan, sedangkan orang Jawa
menganggap bahwa orang Timur memiliki watak yang keras
dan emosional. Pandangan ini yang kadang menimbulkan
kesalahpahaman dari dua etnis yang berbeda. Padahal belum
tentu pandangan tersebut berlaku pada semua orang Timur atau
orang Jawa. Pandangan ini yang mengakibatkan antara kedua
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
budaya ini ada salah persepsi. Akibatnya kekerasan antar etnis
timbul di kota Yogyakarta.
b) Tanggapan Subjek Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta
Sebagai orang Papua, AT memandang bahwa kekerasan
yang dilakukan oleh orang yang berasal dari Indonesia Timur
secara khusus Papua, hanya dilakukan oleh segelintir orang
saja. Menurut AT tidak adil jika semua mahasiswa Papua
maupun yang berasal
dari
Indonesia
Timur
dianggap
“penjahat” hanya karena kesalahan satu atau dua orang. AT
memberi perumpamaan seperti suatu rak telur yang “di dalam
rak tersebut pasti ada telur yang busuk namun ada juga telur
yang masih baik”. Namun AT juga merasa malu karena pelaku
kejahatan kadang orang yang berasal dari Timur khususnya
Papua.
4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 1
serta Dampak Psikologis (AT)
Pengalaman AT mendapat diskriminasi dan stereotype atas
kekerasan yang terjadi di Yogya yaitu saat dia hendak mencari koskosan. AT pernah ditolak karena berasal dari Papua dengan ciri-ciri
rambut keriting dan warna kulit hitam. Perasaan sedih, jengkel dan
terpukul sangat dirasakan oleh AT ketika ditolak oleh pemiliki kos
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
pada saat itu padahal ada kamar kosong. Ada pengalaman
emosional yang dirasakan AT saat bersepeda ke daerah Jawa
Timur. Di sana, AT pernah dianggap sepele oleh orang Jawa
setempat setelah melihat subyek sambil menggunakan bahasa Jawa
“Ahh…wong Papua saja”. Saat mendengar kalimat ejekan yang
dilontakan tersebut AT sangat emosional dan merasa minder,
namun AT berusaha tenang kembali. Perlakukan-perlakukan
diskriminasi tersebut masih dialami AT maupun teman-teman yang
juga berasal dari Papua.
Pengalaman
lain yang dialami
AT
saat mendapat
diskriminasi dari warga Yogya yaitu saat AT bersama keempat
adiknya diracun oleh orang yang tidak dikenal. Pengalaman
tersebut terjadi pada saat AT bersama dua saudara sepupunya yang
kebetulan berasal dari suku yang sama hendak makan di warung.
Saat makan, minuman yang dipesan diberi obat. Pada saat itu, AT
tidak menyadarinya bahwa minumannya diberi obat, hanya adik
sepupunya yang melihat bahwa seseorang mencampurkan obat
kedalam minuman mereka. Tanpa berpikir negatif, akhirnya
mereka tetap meminumnya. Sepulangnya dari warung tersebut,
mereka muntah-muntah dan merasakan sakit kepala. Untungnya
mereka cepat diobati sehingga tidak menimbulkan efek yang parah.
Pengalaman diskriminasi lain yaitu saat dikos-kosan. Waktu itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
adik sepupu AT sedang mengingap di kosnya dan kebetulan AT
sedang keluar. Saat itu memang AT tinggal bersama adik
sepupunya yang berstatus mahasiswa baru, tiba-tiba saudaranya
didatangi oleh pemilik kos dan disuruh untuk membayar uang
tambahan karena menginap. Saudara Agus menerima pesan
pemilik kos pada saat itu namun yang membuat AT sedih adalah
kata-kata yang dilontarkan selanjutnya oleh pemilik kos “tinggal
disini jangan membuat saya menjadi rugi” dengan nada yang
tinggi. Pernyataan ini yang membuat saudara AT maupun AT
sendiri sangat kecewa dan tak berdaya. Akhirnya saat ini AT
bersama saudaranya memutuskan untuk pindah kos-kosan.
Pengalaman lain yang membuat AT menjadi cemas, takut
dan tidak bebas untuk tinggal sebagai mahasiswa Papua di
Yogyakarta adalah saat teman satu suku yang di pukul di
kepalanya hingga tewas oleh orang tidak dikenal. Pada saat itu,
sepulang pertemuan rutin mahasiswa Papua, dua orang teman AT
meminta ijin dengan ketua asrama untuk makan. Pada saat itu
sekitar jam sebelas malam setibanya di warung, kedua temannya
dipukul menggunakan sebuah benda tumpul oleh orang yang tidak
dikenal. Orang yang tidak dikenal menggunakan penutup muka
sehingga tidak diketahui wajahnya. Kedua teman AT terkena
pukulan yang satu di daerah kepala dan yang satu di bahunya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Teman yang terkena pukulan di daerah kepala seketika itu
langsung meninggal di tempat karena diperkirakan benda tumpul
tersebut mengenai otak. Sedangkan teman yang lain hanya
mendapatkan memar di bahunya. Atas pengalaman tersebut, AT
merasakan sedih karena dua teman tersebut tidak pernah
melakukan tindakan kriminal. Mereka adalah teman-teman yang
baik dan saat itu mereka masih berstatus mahasiswa baru. Setelah
pengalaman itu, AT merasa takut dan trauma untuk keluar malam.
Perasaan sedih, takut, trauma dan tidak bebas ini membuat AT
memutuskan untuk mengurangi waktu untuk berpergian apalagi di
saat malam hari, di keramaian atau tempat sepi. Perasaan takut dan
cemas dirasakan AT saat berkendara sepeda gayung maupun
sepeda motor. AT takut saat sedang membawa sepeda, ada orang
yang tidak dikenal yang melukainya secara tiba-tiba. Maka ketika
mengendarai sepeda motor helm dan kaca spion sangat penting
bagi AT. Hal ini karena teman AT pernah di tabrak oleh truk pada
hari Minggu tahun 2012. Setelah pulang dari malam keakraban
Ikatan Pelajar Suku Mee, teman tersebut hendak beribadah ke
gereja namun di jalan dia di tabrak truk.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
5) Upaya Subjek I dalam Membentuk Pandangan Positif Warga
Yogya (AT)
Tidak hanya secara internal, dampak eksternal dirasakan
AT dalam berelasi dengan orang Jawa setempat. Akibatnya AT
semakin bertindak lebih sopan baik itu dalam bertutur kata maupun
dalam menjaga sikap. Melalui tindakan-tindakan yang positif
seperti mengajar les matematika, mengikuti kegiatan-kegiatan
kampus maupun organisasi diharapkan menjadi sarana untuk
membuka cara pandang warga Yogya yang menomorduakan orang
Timur secara khusus Papua. Tidak hanya itu, AT pernah
mendiskusikan masalah ini dengan kepala RT setempat mengenai
hal ini. Pada saat itu, AT menyampaikan bahwa tidak semua orang
Timur maupun Papua adalah orang yang jahat dan tidak seharusnya
disisihkan. Harapannya melalui diskusi tersebut pandangan warga
setempat di RT tersebut berada dapat semakin positif.
Dampak lain yang dirasakan oleh AT adalah penghayatan
terhadap agama semakin meningkat. Selain beribadah semakin
dihayati, AT mengimbanginya dengan sikap yang ditunjukannya
kepada sesama baik itu kepada orang dari satu daerah maupun dari
daerah lain. Menurut AT yang pertama harus dilakukan untuk
membuat warga Yogya tidak memandang sebelah mata orang
Timur adalah melalui sikap positif dari dalam diri terlebih dahulu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
yang ditunjukan. Misalnya
menaati
peraturan lalu lintas,
mengenakan helm, maupun bertindak sopan di tanah rantauan.
Setelah kesadaran dimulai dari dalam diri, baru hal lain dilakukan
agar menciptakan cara pandang yang positif dari warga
Yogyakarta.
Sebagai mahasiswa semester akhir, AT juga sering
menasehati
maupun
memberi
wejangan
kepada
adik-adik
mahasiswa Papua yang baru di Yogya untuk menjaga sikap positif.
Sikap positif itu dibangun dari dalam diri misalnya tidak
mengonsumsi alkohol, menaati peraturan lalu lintas, tidak
membuat kericuhan, dan membuka diri terhadap warga Yogya.
Upaya yang dilakukan Komunitas Mahasiswa Papua juga
ikut andil dalam mengurangi kekerasan maupun konflik. Selain itu
sering dilakukan dialog intern antar mahasiswa Papua yang
kemudian hasil dialog tersebut diberikan kepada Pemerintah
Yogya untuk disikapi. Dalam komunitas Papua, dibuat suatu aturan
bagi mahasiswa agar tidak mabuk dan membuat kericuhan di
Yogyakarta. Komunitas Mahasiswa Papua juga membuat tim
keamanan malam. Tim ini bertugas untuk memantau keamanan di
jalan, jika mahasiswa Papua sebagai pelaku kekerasan akan
ditangkap dan diproses. Komunitas juga membuat aturan untuk
dilarang keluar malam karena banyak pembunuhan yang terjadi di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
malam hari. Aturan untuk mentaati lalu lintas seperti mengenakan
helm dan kaca spion.
6) Harapan Subjek I Berkaitan dengan kekerasan Etnis di Yogyakarta
(AT)
Harapan AT sebagai mahasiswa asal Papua yang menjalani
kuliah di Yogyakarta adalah agar cara pandang antar etnis semakin
terbuka. Terbuka dalam arti kita semua baik itu orang Papua, Jawa,
adalah sama warga Indonesia. Kita tetap harus saling menghargai
suku, budaya, etnis, warna kulit. Selain itu, semoga tidak adanya
pandangan negatif (menomorduakan) terhadap orang Timur begitu
pula sebaliknya. Kesejahteraan kiranya dapat dirasakan oleh
masyarakat Yogya maupun Papua.
c. Hasil Observasi
AT seorang remaja yang sopan dan murah senyum, dengan
kulit berwarna coklat, rambut keriting. AT memiliki postur tubuh yang
tidak terlalu tinggi, namun tegap dan agak gemuk. AT dalam
berpenampilan sangat sederhana dan sopan. Dalam aktivitas seharihari AT senang menggunakan baju kaos oblong atau kaos berkerah dan
senang mengenakan celana panjang. Selain itu, AT sering mengenakan
sepatu sandal yang agak kusam, sehingga dia tampak sangat sederhana.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Sarana yang sering digunakan untuk berpergian adalah sebuah sepeda
gayung. Hal ini sesuai dengan hobinya mengendarai sepeda.
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara pertama
dilakukan dilakukan tanggal 15 Juni 2014 di Kampus Sanata Dharma
Paingan pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 11.30 WIB. Sedangkan
wawancara kedua dilakukan tanggal 20 Juni 2014 di kantin Kampus
Sanata Dharma Mrican pada pukul 17.00 hingga pukul 17.45 WIB.
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali karena peneliti merasa masih
ada data-data yang kurang.
Saat wawancara pertama, AT mengenakan baju kemeja hijau,
celana jeans dan sebuah tas ransel. Suasana kampus yang tenang
karena bertepatan dengan liburan semester, membuat wawancara
berlangsung dengan lancar. Selama wawancara subjek tampak
mengatupkan kedua tangannya. Sesekali AT menggerak-gerakan
tangannya. AT dan peneliti duduk di bangku kampus lantai dua
fakultas psikologi, diantara meja yang saat itu digunakan peneliti untuk
meletakan alat perekam dan buku catatan.
Saat wawancara kedua di kantin Mrican, suasana kampus
sedang sepi karena para mahasiswa lainnya sedang menjalani liburan
semester. AT mengenakan baju kaos oblong dengan celana jeans
hitam. AT dan peneliti duduk berhadapan dengan dipisahkan sebuah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
meja. Di atas meja itu peneliti meletakan sebuah alat perekam, sebuah
pulpen dan kertas untuk mencatat.
Secara umum pada kedua proses wawancara jawaban AT
tampak cukup antusias. Hal ini tampak dari jawaban-jawaban AT yang
lancar dan terkesan bahwa AT cukup terbuka. AT menjawab semua
pertanyaan peneliti dengan sangat seksama. Selain itu, jawaban yang
diberikan AT tampak serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak
tampak kesan asal-asalan dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab
AT tampak tersenyum atau ketawa. Namun secara keseluruhan proses
wawancara, AT menjalaninya dengan lancar tampa hambatan.
2. Subjek 2 (YD)
a. Identitas
Nama
: YD
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat /Tanggal Lahir
: Dogiyai, 23 Agustus 1992
Usia
: 22 tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA YPPK Adhi Luhur, Nabire
Urutan Kelahiran
: Anak ke-tiga dari delapan bersaudara
Status
: Mahasiswa
Hobi
: Menyanyi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
b. Hasil Wawancara
1) Deskripsi Subjek (YD)
Subjek kedua berinisial YD. YD dilahirkan dari orangtua
yang berasal dari suku Mee di daerah pegunungan tengah DogiaiPapua. Selain itu, keluarga YD beragama Katolik. Mata
pencaharian keluarga YD adalah berkebun. Selain itu, status
ekonominya termasuk dalam golongan bawah. Dalam keluarganya,
YD merupakan anak ke-tiga dari delapan bersaudara. Ayah, ibu
dan ketujuh saudaranya tinggal di Kota Nabire. Saat ini YD
menjalani pendidikan di Fakultas Ekonomi Akutansi Universitas
Teknologi Yogyakarta (UTY).
YD
memiliki
hubungan
yang cukup
baik
dengan
keluarganya. Pola asuh orang tua dalam keluarga YD demokratis.
Sikap yang sering ditunjukan ayah dan ibunya dalam membimbing
yaitu dengan memberikan nasehat dan contoh kepada anak-anak.
YD menilai bahwa sang ayah memiliki sifat lebih pendiam
daripada ibu. Dalam mendidik YD dan para saudaranya, peran Ibu
lebih dominan. Sang ibu lebih sering mengarahkan dan
membimbing kedelapan anaknya dibanding sang ayah. Peran ayah
selain sebagai kepala keluarga, beliau juga mencarikan nafkah di
kantor desa sebagai karyawan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
Sejak kecil YD disekolahkan di sekolah katolik. Sebagai
keluarga
katolik,
orangtua
YD
mempercayakannya
untuk
bersekolah di Yayasan Katolik. Ilmu serta nilai-nilai yang
diajarkan di sekolah, juga turut membentuk watak serta
kepribadian YD. Setelah Menyelesaikan SMA (Sekolah Menengah
Atas), YD mendapatkan beasiswa oleh SMA Adhi Luhur yang
dikelola oleh pastor-pastor Serikat Yesus untuk melanjutkan
Kuliah di Yogyakarta. Pada saat itu, YD dihadapkan pada dua
pilihan dalam memilih tempat kuliah. Satu di Jakarta, dan satu di
Yogyakarta. Saat itu, dua Kota ini dianggap memiliki perguruan
tinggi yang cukup baik. Dengan mempertimbangkan biaya hidup
yang lebih murah, maka YD memutuskan untuk melanjutkan
kuliah di Yogyakarta.
2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan subjek 2 di Yogyakarta
(YD)
Dalam relasinya dengan teman-teman maupun warga
setempat, YD mengaku cukup baik. Pada awal tinggal di koskosan, YD belajar untuk berbaur dengan teman-teman yang berasal
juga dari beberapa daerah seperti Pekalongan, Pati, Purwokerto,
dan Muntilan. Teman-teman kos YD semuanya satu angkatan
dengannya sehingga kedekatan mereka cukup erat. Selain karena
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
faktor usia yang rata-rata sama, teman-temannya juga merupakan
mahasiswi
yang
merantau
dari
daerahnya
masing-masing.
Kebersamaan diantara YD dan teman-temannya terwujud dalam
kegiatan kebersamaan seperti belajar bersama, makan bersama, dan
kegiatan kebersamaan lainnya. Walaupun demikian, para temanteman kos YD juga menciptakan suasana yang tenang ketika
belajar di kamarnya masing-masing. Kesan yang YD dapatkan
setelah berbaur dengan teman-temannya kosnya adalah, pada
umumnya mereka baik dan memiliki sikap disiplin khususnya
dalam mengatur waktu. Hal ini yang membuat teman-temannya
unggul dalam belajar dan juga sering mendapatkan hasil yang baik
dalam perkuliahan. Kegiatan umum yang dilakukan oleh YD dan
teman-temannya adalah di kos dan kampus. Di kampus, YD juga
sering mengikuti organisasi atau kegiatan kepanitiaan lainnya.
Hubungan pertemanan YD dengan dengan teman-teman
yang berasal dari Papua cukup dekat walaupun jarang berjumpa
dengan mereka. YD mengaku bahwa kesehariannya lebih banyak
dengan teman-teman kosnya. Teman-teman yang berasal dari
Papua juga kadang berkunjung ke kosnya. Selain itu YD mengaku
bahwa teman-teman kos yang berasal dari Papua lebih banyak lakilaki ketimbang perempuan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
Pada awal YD menyesuaikan diri dengan Budaya Yogya,
YD merasakan cukup bingung khususnya dalam kebiasaan seharihari orang setempat. Kebingungan yang pernah dialami YD adalah
suatu saat teman kosnya pamit untuk makan dengan melontarkan
kata “mari makan”. Seketika itu juga YD secara spontan bergabung
makan dengan temannya tersebut. YD tidak menyadari bahwa
pernyataan “mari makan” hanya sebagai suatu tanda untuk ijin
makan. Baru setelah itu YD menyadari melalui penyesuaian diri
dengan teman-temannya bahwa pernyataan tersebut hanya ijin
bukan mengajak orang untuk makan bersama. Selama berbaur
dengan teman-teman kosnya, YD banyak belajar tentang
kesopanan dan cara berinteraksi yang ditekankan oleh orang Jawa.
Karena dekat juga dengan anak dari pemilik kos, YD banyak
bertanya mengenai kebiasaan-kebiasaan orang setempat khususnya
dalam bersikap yang baik. Sikap-sikap baik yang telah dipelajari
YD, diterapkan dalam kesehariannya misalnya dalam menyapa
tetangga dilingkungan RT yang kebetulan telah mengenal YD.
Walaupun YD kurang paham dalam menanggapi teman atau
kerabat yang menggunakan bahasa Jawa, namun YD tetap
memberikan
perhatian
kepada
orang
tersebut
dengan
mendengarkan. Yang terutama dalam berelasi menurut YD adalah
inisiatif untuk menyesuaikan diri dan berbaur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
3) Pandangan Subjek 2 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta
(YD)
a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis
Sebagai mahasiswi semester akhir yang berasal dari
Papua, YD melihat kekerasan antar etnis sering terjadi karena
kelalaiaan orang Timur. Orang Timur yang tinggal di kota
asalnya, pada awalnya sulit untuk membeli minuman keras
karena biaya hidup tinggi. Sedangkan ketika merantau ke
Yogya, biaya hidup yang murah membuat orang Timur
membeli
banyak
minuman
keras,
senang-senang
dan
dampaknya membuat keributan. Walaupun demikian bagi YD,
tidak semua orang Timur dikategorisasikan sebagai pemabuk
atau pembuat keributan hanya orang-orang tertentu saja.
Menurutnya karena hal-hal sepele ini, orang Jawa membuat
pandangan bahwa pada umumnya orang Timur baik itu Papua
maupun NTT memiliki sikap yang buruk. Akhirnya pandangan
ini menjadi pemicu dalam suatu bentuk konflik-konflik di
Yogyakarta.
Kebiasaan yang dibangun oleh dua budaya baik itu
Papua dan Jawa sangat berbeda. Perbedaan ini kadang yang
dijadikan sumbu konflik dan kekerasan antar dua kelompok.
Misalnya pada bahasa dan intonasi dalam berbicara. Orang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
Timur memiliki intonasi yang tinggi, sedangkan orang Jawa
intonasi dalam berbicara sangat halus. Kadang ketika orang
Timur sedang berbicara, orang Jawa mengganggap bahwa
orang Timur sedang marah, padahal memang gaya berbicara
orang Timur memiliki intonasi yang tinggi. Kondisi emosi
orang Timur saat berbicara juga dalam kondisi yang normal.
Teman-teman YD juga pernah mengeluhkan hal ini “kamu
ngomong membuat saya kaget” atau “suara temanmu itu besar
sekali loh..menakutkan”, “tolong suaranya agak dikurangi”.
Perbedaan yang sebenarnya harus menyatukan, bagi YD halhal ini yang mengakibatkan hancurnya keberagaman dan dapat
menimbulkan konflik. YD menekankan bahwa intonasi yang
tinggi bukan karena orang Timur marah atau kasar melainkan
kebiasaan dalam berbicara orang Timur. YD memberikan
contoh, romo paroki di Papua adalah orang Jawa, dan gaya
berbicaranya sangat halus. Orang Papua yang mendengarkan
merasa lucu. Menurut YD perbedaan persepsi mengenai gaya
berbicara juga mengakibatkan timbulnya konflik. YD sudah
dapat menyesuaikan dalam berbicara dengan mengurangi
intonasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 2
serta Dampak Psikologis (YD)
Sebagai orang Papua, YD merasakan perasaan yang sedih
saat orang Jawa memandang bahwa atas kesalahan satu dua orang
Timur, semua orang Timur jahat atau patut disisihkan. Misalnya
saat mencari kos-kosan, orang Timur sangat susah di terima.
Padahal di kos tersebut tertulis menerima kos putri dan masih ada
kamar yang kosong. YD menganggap bahwa keberagaman baik itu
warna kulit, rambut bahasa dan sebagainya yang kita miliki sebagai
bentuk ciri khas Indonesia, namun apa salahnya „kami‟ sebagai
orang Timur yang mau menuntut kuliah di Yogya dan dianggap
kalangan nomor dua. Diskriminasi juga pernah dialami YD saat
kuliah dimana saat YD menerima KHS (kartu hasil studi), nilai
yang didapatkan cukup memuaskan. Dosen pembimbing pada saat
itu melihat hasil studi YD yang baik, dan melontarkan pernyataan
kepada teman-temannya yang lain, “masa orang Papua lebih bisa
dari kalian yang lain!”. Seketika itu, YD mengatakan kepada dosen
tersebut bahwa soal kepintaran bukan ditentukan oleh orang suku
atau warna kulit melainkan dari usaha. Perasaan YD sedih tidak
terima dan kecewa menerima perlakuan orang Jawa khusunya
Yogyakarta yang bersikap diskriminasi dan menganggap orang
Timur bodoh, dan sering membuat kekerasan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
YD mempunyai pengalaman tentang temannya yang
dibunuh oleh orang tidak dikenal. Pada saat itu, sepulang
pertemuan rutin mahasiswa Papua, dua orang teman YD meminta
ijin dengan ketua asrama untuk makan. Pada saat itu sekitar jam
sebelas malam setibanya di salah satu warung di nol kilometer
Yogya, kedua temannya dipukul menggunakan sebuah benda
tumpul oleh orang yang tidak dikenal. Orang yang tidak dikenal
menggunakan penutup muka sehingga tidak diketahui wajahnya.
Kedua teman YD terkena pukulan yang satu di area kepala dan
yang satu di bahunya. Teman yang terkena pukulan di area kepala
seketika itu langsung meninggal di tempat karena diperkirakan
benda tumpul tersebut mengenai otak. Sedangkan teman yang lain
hanya mendapatkan memar di bahunya. Masalah ini telah
diserahkan ke tangan KAPOLDA untuk ditindaklanjuti. Masalah
ini menurut YD sudah semakin berdampak pada pelanggaran
HAM. Suatu kasus lagi pembunuhan mahasiswi Papua asal kota
Sorong yang dibuang di rel kereta API. Berdasarkan pengalaman
dari YD dan teman-temannya hampir setiap tahun ada korban asal
Indonesia Timur yang meninggal akibat konflik etnis.
Dari kejadian-kejadian diskriminasi yang terjadi kepada
orang Timur khususnya orang Papua, dibentuklah suatu organisasi
yang bertujuan untuk membuat keberadaan orang Timur dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
diterima di Yogyakarta. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar dan
Mahasiswa
Papua
(IPMAPA).
Presiden
IPMAPA
telah
menyampaikan kepada KAPOLDA dan Pemerintah Yogya untuk
menghimbau agar bagi pelaku kekerasan yang berasal dari Papua
diadili dengan hukum yang benar, namun tidak menyamaratakan
pelaku kekerasan dengan mahasiswa-mahasiswi Papua lain yang
tidak tahu menahu soal kekerasan itu. Begitu pula sebaliknya jika
orang Jawa yang melakukan kekerasan hingga melanggar HAM,
sebaiknya ditindaklanjuti dengan adil. Jika dalam media ada berita
mengenai kekerasan yang dilakukan orang Papua maka, berita
tersebut sebaiknya memberitakan tentang individu bukan suku
yang mewakilinya.
Pengalaman-pengalaman mengerikan di atas, membuat YD
merasa trauma hingga membuat YD takut untuk keluar di malam
hari. Selain itu YD merasa kecewa, sedih dan tertekan tinggal di
Yogyakarta. Dengan jumlah mahasiswa Papua korban kekerasan
yang semakin bertambah, YD merasakan perasaan-perasaan
tersebut. Hampir setiap tahun, asrama Papua menerima jenasah
yang dibunuh akibat kekerasan etnis di Yogya. YD berharap Sultan
memiliki peran yang besar untuk menciptakan suasana damai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106
4. Upaya Subjek 2 dalam Membentuk Pandangan Positif Warga
Yogya (YD)
Dari
pengalaman
kekerasan
dan
diskriminasi
yang
dialaminya, YD membuat tindakan-tindakan positif yang bertujuan
untuk mengubah pola prasangka orang Jawa terhadap mahasiswa
Papua. Misalnya mulai dari teman-teman dekat dan teman-teman di
kampus, YD memberitahukan bahwa kami orang Papua tidak
semua jahat. Kami punya hati dan tidak semua adalah sumber dari
kekerasan, maka diharapkan kepada teman-temannya untuk
menerima orang Timur khususnya Papua sebagai kaum minoritas.
Namun ada teman-teman yang mengerti ada juga teman-teman
yang malah menjauhi. Contohnya ketika pembagian kelompok,
teman-teman YD memilih untuk berkelompok dengan temanteman lain yang berasal dari Jawa. Karena tidak ada yang mau
bergabung, YD membentuk kelompok belajar yang anggotanya
berasal dari Indonesia Timur. Namun YD tetap mau membaur
dengan teman-temannya tadi. Malahan setelah teman-temannya
mengenal YD, mereka jadi lebih dekat dengannya. Selain itu, YD
juga sering memberi pesan, nasehat kepada adik-adik mahasiswa
baru asal Papua untuk bertindak baik dan mau untuk menyesuaikan
diri di Yogyakarta. Program dari organisasi juga dibuat untuk
memberi pemahaman tentang cara hidup di Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
5. Harapan Subjek 2 Berkaitan dengan Kekerasan Etnis di
Yogyakarta (YD)
Harapan
YD
kedepan
adalah,
orang
Timur
dapat
menyesuaikan diri dengan kebiasaan di Yogya sehingga tidak
menimbulkan masalah. Selain itu semoga warga Jawa tidak
menyalahkan semua mahasiswa Timur khususnya Papua yang
tinggal Yogyakarta. Dan antara warga Jawa dan Papua dalam
saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
c. Hasil Observasi
YD merupakan seorang remaja putri asal Papua yang tampak
pendiam namun cukup hangat, dengan kulit berwarna coklat, rambut
keriting. YD memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, dan agak
gemuk. YD dalam berpenampilan sangat sederhana dan sopan. Gadis
berkacamata ini memiliki tutur kata yang sopan dan halus. Selama
wawancara, YD mengenakan baju kaos yang dibaluti jaket dan celana
jeans. Pada awal berjumpa dengan YD kesan yang penulis lihat adalah,
YD merupakan anak yang pendiam namun pada kenyataannya YD
cukup terbuka dan ramah.
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara pertama
dilakukan dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 di kantin Kampus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108
Sanata Dharma Mrican pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 11.30
WIB. Sedangkan wawancara kedua juga dilakukan tanggal 27 Juni
2014 di kantin Kampus Sanata Dharma Mrican pada pukul 17.00
hingga pukul 17.45 WIB. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali
karena peneliti merasa masih ada data-data yang kurang.
Saat wawancara pertama, YD mengenakan baju kaos putih
yang ditutupi jaket ungu, dan mengenakan celana jeans. YD dan
peneliti duduk di bangku kantin. Pada saat itu kampus sedang sepi
karena para mahasiswa lainnya sedang menjalani liburan semester. YD
dan peneliti duduk berhadapan dengan dipisahkan sebuah meja. Di atas
meja itu peneliti meletakan sebuah alat perekam, sebuah pulpen dan
kertas untuk mencatat.
Saat wawancara kedua YD mengenakan baju kaos kuning yang
ditutupi jaket ungu dan celana jeans hitam. Pada pertemuan kedua YD
tampak dekat dengan peneliti, sikapnya sangat ramah. Saat pertama
datang, YD yang pertama berinisiatif untuk menjabat tangan peneliti.
YD dan peneliti duduk di bangku yang sama saat wawancara pertama
berlangsung. Di atas meja peneliti tetap meletakan sebuah alat
perekam, sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat.
Secara umum kedua proses wawancara berlangsung dengan
lancar. Jawaban-jawaban YD saat pertemuan kedua lebih yang lancar
karena antara peneliti dan YD semakin akrab. Ketika diberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
pertanyaan-pertanyaan wawancara, YD tampak menyimak dengan
seksama. Kadang tampak dahinya di kerutkan dan matanya semakin
fokus menyimak. Selama proses wawancara tangan dikatupkan di atas
meja. YD
menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat
seksama. Selain itu, jawaban yang diberikan YD tampak serius dan
sungguh-sungguh sehingga tidak tampak kesan asal-asalan dalam
menjawab. Sesekali dalam menjawab YD tampak tersenyum atau
ketawa. Walaupun saat wawancara pertama YD tampak agak raguragu dalam menjawab namun secara keseluruhan proses wawancara
berjalan dengan lancar tampa hambatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110
3. Subjek 3
a. Identitas
Nama
: AS
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat /Tanggal Lahir
: Los Palos, 14 Januari 1991
Usia
: 23 tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Urutan Kelahiran
: Anak ke-dua dari kelima bersaudara
Status
: Mahasiswa
Hobi
: Pelayanan, bermain game, jalan-jalan
b. Hasil Wawancara
1) Deskripsi Subjek
Subjek ketiga bernama AS. AS dilahirkan dari orangtua
yang berasal dari dua suku yang berbeda. Ayah AS berasal dari
Flores Manggarai sedangkan ibu berasal dari Timor Timur. Selain
itu, keluarga AS beragama Katolik. pekerjaan dari ayah adalah
sebagai Polisi sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga. Selain itu,
status ekonominya termasuk dalam golongan menengah. Dalam
keluarganya, AS merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara.
Ayah, dan ibu berada di Maumere, sedangkan kakak tertua serta
ketiga saudaranya saat ini tinggal di Manggarai bersama nenek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
untuk menjalani sekolah. Kakak pertamanya telah bekerja, dan
akan menikah sedangkan adik ketiga kuliah, yang keempat di SMA
dan yang bungsu masih SMP. Saat ini AS menjalani pendidikan di
fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (USD).
AS
memiliki
hubungan
yang
cukup
baik
dengan
keluarganya. Walaupun AS merantau di Yogyakarta, namun AS
dan
orangtua
sering
berkomunikasi
lewat
telephone.
AS
merindukan orangtua dan saudara-saudaranya di Flores. Begitu
pula orangtua dan saudaranya yang sering menanyakan kapan AS
dapat pulang ke Flores. Sejak kecil sekitar umur 3 tahun, AS
bersama kakaknya diasuh oleh nenek dan tantenya di flores. Hal ini
yang membuat kedekatan AS dengan kakak pertama sangat dekat.
Sementara orangtua AS dan ketiga adiknya saat itu berada di
Timor Timur. Ketika SMA AS bersekolah di asrama Seminari dan
kuliah di Yogyakarta membuat AS jarang berjumpa dengan
orangtua dan ketiga adiknya. Kurangnya intensitas perjumpaan
antara AS dan orangtuanya sejak kecil tidak menyurutkan
kerinduannya
untuk berjumpa
dengan orangtua
dan para
saudaranya.
Sikap yang sering ditunjukan ayah dan ibu dalam
membimbing AS yaitu selain berperan sebagai orangtua yang
mendidik dan memberi teladan, kedua orangtuanya bersikap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
sebagaimana teman. AS menilai bahwa sang ayah memiliki sifat
lebih pendiam daripada ibu, hal ini karena menurut AS profesi
ayahnya sebagai seorang polisi. Namun sikap ayah yang pendiam,
justru mengajarkan banyak hal kepada subjek. AS banyak belajar
dari sikap dan tindakan ayahnya. Prinsip ayah yang selalu diingat
dan tertanam dalam diri AS adalah “ketika dilahirkan saya
menangis dan orang lain tertawa, sedangkan ketika saya meninggal
oranglain menangis sedangkan saya
tertawa”. Prinsip ini
mengajarkan agar dalam hidup kita harus senantiasa berbuat baik
kepada semua orang tanpa memandang latarbelakang suku, budaya
dan lain sebagainya. Selain itu sikap ayah yang sangat menghargai
keputusan dan perkembangan anak membuat AS bangga terhadap
ayahnya. AS merasa bangga dengan ayahnya walaupun jarang
berkomunikasi dengan ayahnya. AS juga menilai sang ibu sangat
berperan besar dalam keluarganya. Walaupun sikap ibu cerewet
namun, rasa sayang ibu sangat besar. Sang ibu sangat mengerti
kondisi AS dalam kondisi apapun dengan mengarahkan anakanaknya menjadi pribadi yang lebih dewasa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan Subjek 3 di Yogyakarta
(AS)
Dalam relasinya dengan teman-teman maupun warga
setempat, AS mengaku cukup baik. AS berusaha menjalin relasi
yang terbuka dengan siapapun tanpa memandang suku tertentu
meskipun kadang AS lupa dengan nama teman-temannya. Sikap
yang terbuka dalam menjalin relasi menjadi prinsipnya walaupun,
saat kecil AS sudah merasakan diskriminasi dari teman-temannya.
Saat berpindah dari Timor Timur ke Flores, AS menjalin
pertemanannya dengan anak-anak Flores. Saat itu teman-temannya
menganggap AS sebagai pendatang walaupun AS memiliki darah
Flores dari ayahnya. AS merasa bingung harus memiliki identitas
budaya yang mana. Pernah AS menjadi korban pengeroyokan
teman-temannya di Flores karena bukan orang Flores. Saat AS
mempelajari bahasa Manggarai Flores, AS dianggap tidak pantas
karena pendatang (orang Timor-timur).
Saat berada di Timor-timur AS melihat bahwa orang
Timor-timur pada saat itu menganggap orang Indonesia sebagai
penjajah atau dalam sebutan mereka “Javanice”. Ayahnya yang
adalah orang Flores, pada saat tinggal di Timor-timur juga
mendapat
perlakuan
diskriminasi
dari
warga
Timor-timur.
Pengalaman diskriminasi dan kondisi diskriminasi yang dialami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114
AS sejak kecil membuatnya belajar dewasa dalam berelasi
khususnya dengan budaya yang berbeda.
Pada awal tinggal di Yogyakarta, AS belajar untuk
menyesuaikan
diri
dengan
budaya
setempat.
Pengalaman
diskriminasi yang terjadi di masa lalu, membuat AS belajar untuk
menyesuaikan diri di Yogyakarta. AS melihat, pada awal tinggal di
kos, warga setempat tidak begitu dekat dengannya. Karena jarak
dari kos ke kampus cukup dekat, AS setiap harinya berjalan kaki
ke kampus. Dalam keseharian itu, AS berusaha tersenyum dan
menyapa warga sekitar yang dijumpainya. Sesekali AS bersama
bapak-bapak dan pemuda setempat bermain pimpong dan hal ini
membuat mereka semakin akrab. Perjumpaaan yang intens dengan
warga setempat membuatnya akhirnya merasa diterima. Prinsip AS
adalah dimana dia berada disitu dia berbaur dan menyesuaikan diri
dengan senyuman.
Hubungan pertemanan AS dengan dengan teman-teman
yang berasal dari Flores cukup dekat. AS mengaku bahwa
kesehariannya lebih banyak dengan teman-teman komunitas San
Egidio. Komunitas ini dominan beranggotakan mahasiswa dari
Flores. Namun bukan berarti kedekatan dengan teman-teman
Flores membuatnya tidak menjalin relasi yang hangat dengan
orang Jawa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
Hubungan AS dengan teman-teman dari suku lain juga
baik. Di kampus banyak teman-temannya yang berasal dari suku
dan daerah di luar pulau Jawa. AS menjaga kedekatan diantara
pertemanannya dengan baik termasuk dengan teman-teman yang
berasal dari Jawa. Hingga temannya yang dulunya adalah musuh,
sekarang berteman sangat baik dengannya.
3) Pandangan Subjek 3 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta
(AS)
a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis
AS melihat bahwa kekerasan antar etnis yang sering
terjadi karena kurangnya pemahaman orang Jawa setempat
maupun orang Timur dalam melihat kedua latarbelakang
budaya yang berbeda. Misalnya orang Jawa melihat bahwa
orang Timur memiliki raut wajah yang menunjukan orang
Timur sebagai orang keras, emosian, dan suka marah. Namun
pada kenyataannya dibalik wajah yang garang, hatinya lembut
dan baik. Pada umumnya orang Timur memiliki hati yang
lembut karena kedekatan mereka sangat kuat dengan sosok ibu.
Sehingga sifat mereka sebenarnya berperasaan. Kelemahan
orang Timur berada di hati mereka. Akhirnya karena salah
persepsi dari warga setempat, kebiasaan-kebiasaan orang Timur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116
dibawa ke Yogyakarta seperti mabuk-mabukan dan sebainya.
Namun sebenarnya di Yogya, orang Timurlah yang harus
menyesuaikan diri terlebih dahulu dan mengikuti aturan
setempat. Bukan menuntut orang Jawa yang harus berubah.
4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 3
serta Dampak Psikologis (AS)
Perbedaan antara individu dapat menimbulkan diskriminsi.
Diskriminasi ada pada setiap individu misalnya berbeda rambut,
kulit, kepribadian semuanya dapat menimbulkan diskriminasi.
Namun yang terpenting melihat apa kesamaan bukan perbedaan.
Ketika orang melihat perbedaan disitulah diskriminasi.
Perasaan yang dirasakan AS saat terjadi diskriminasi bagi
dirinya maupun teman-teman yang berasal dari Timur adalah
perasaan sakit, sedih, cemas, tertekan, tidak bebas. Apalagi saat
timbul kekerasan atau keributan yang dilakukan oleh orang Timur
perasaan-perasaan tersebut menghantui. Perasaan malu ketika
orang Timur menjadi pelaku keributan juga dirasakan oleh AS.
Namun AS menyadari bahwa orang Timur juga memiliki
kesalahan dengan membuat keributan di Yogya. AS tidak ingin
perasaan sakit dan sedih mengalahkan dan mengendalikan dirinya.
Sebagai orang Timur, kita harus tahu diri tinggal di tanah orang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117
Misalnya jika mengonsumsi minum-minuman keras, sebaiknya di
dalam kamar bukan di luar rumah yang akhirnya dapat memicu
timbulnya kekerasan. Bila perlu kebiasaan minum-minuman
beralkohol dihilangkan. AS tidak dapat mengubah pandangan
karena memang sebagai orang Timur kita juga tidak menyesuaikan
diri dengan baik. Sekarang sikap positif itu yang harus dibangun.
Pengaruh
kekerasan
yang berdampak
pada
kondisi
psikologis AS, mempengaruhi dirinya dalam menjalani pendidikan
di Yogyakarta. Misalnya studinya menjadi lama. Karena perasaan
tidak tenang dan bebas di Yogyakarta menghantuinya.
5) Upaya Subjek 3 dalam Membentuk Pandangan Positif Warga
Yogya (AS)
Sebagai orang Timur, AS menunjukan sikap yang positif
dalam berelasi kepada warga Jawa lewat tindakan. Misalnya AS
memberikan
senyuman,
sapaan
dan
memulai
dalam
berkomunikasi. Kebiasaan yang baik akan dilihat oleh orang Jawa
dan mereka juga akan menilai secara positif sikap kita. Sikap ini
juga sebagai bentuk teladan saat AS bersama dengan teman-teman
yang berasal dari Timur.
Dalam komunitas San Egidio, AS memberikan pelayanan
kepada anak-anak jalanan. Dari pelayanan tersebut, AS belajar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118
membuka diri tanpa memandang apapun. Perubahan diri dan upaya
untuk melayani anak-anak jalanan sebagai bentuk kesaksian hidup
bahwa AS sebagai orang Timur memiliki semangat untuk melayani
anak-anak yang berasal dari Jawa tanpa memandang perbedaan
yang ada. Sikap tulus untuk membuka diri dan membantu warga
dan anak-anak jalanan merupakan pelayanan kita sebagai satu
saudara. Ketika kita merasa bahwa semua adalah saudara, tidak ada
lagi perbedaan dimata kita.
Dari kejadian-kejadian diskriminasi yang terjadi kepada
orang Timur, AS mengikuti komunitas San Egidio. Dalam
komunitas ini, AS mencoba melayani anak-anak, para lansia dan
orang-orang yang tidak diterima di masyarakat. AS belajar untuk
mensyukuri hidup. Rasa syukur itu timbul karena AS menyadari
bahwa masih banyak orang yang hidup dalam kesusahan namun
mereka masih bisa berdiri dan tersenyum. Anak-anak di jalanan,
kakek nenek lansia yang menerima AS sebagai saudara tanpa
memandang perbedaan membuat AS belajar akan Kasih. Hal ini
menguatkan AS meskipun dia adalah minoritas. Bersama temanteman komunitas, AS belajar arti kasih, dan pluralitas harus
ditegakan. Agar Yogyakarta menjadi rumah bagi siapapun yang
datang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119
6) Harapan Subjek 3 Berkaitan dengan kekerasan Etnis di Yogyakarta
(AS)
Harapan AS tinggal di Yogyakarta adalah ingin agar kota
ini dapat menjadi rumah bagi siapapun yang datang. Dengan
menjadi rumah kita dapat menjadi saudara. Sehingga kemanapun
AS berada, perasaan nyaman itu yang dirasakan.
c. Hasil Observasi
AS merupakan seorang remaja Putra asal Flores yang tampak
ramah dan murah senyum, cukup hangat, dengan kulit berwarna sawo
matang, rambut keriting. AS memiliki postur tubuh yang tidak terlalu
tinggi, dan kurus. Pada saat dijumpai di rumah komunitas San Egidio,
AS memiliki penampilan sangat sederhana dengan mengenakan celana
pendek dan kaos oblong. Sebelumnya AS membersihkan halaman
sehingga penampilan sederhana yang tampak. AS memiliki tutur kata
yang sopan namun kadang intonasinya tinggi. Selama wawancara,
pakaiaan yang dikenakan adalah pakaiaan saat dia bekerja. Karena
peneliti sudah cukup lama mengenal subjek, kedekatan yang dirasakan
cukup kental antara subjek dan peneliti. Hal ini yang membuat AS
terbuka dan tidak canggung ketika menjawab pertanyaan dari subjek.
Wawancara dilakukan selama dua kali. Wawancara pertama
dilakukan tanggal 4 Juli 2014 pukul 17.30 sampai pukul 18.30 WIB.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120
Sedangkan wawancara kedua berlangsung pada tanggal 8 Juli 2014
pukul 19.00 hingga 19.30 WIB. Wawancara dilakukan sebanyak dua
kali karena peneliti merasa masih ada data-data yang kurang. Kedua
proses wawancara dilakukan di rumah komunitas komunitas San
Egidio Seturan
Wawancara pertama dan kedua dilakukan di di ruang tamu
rumah komunitas. Saat wawancara pertama tampak suasana sedang
sepi karena anggota komunitas lainnya sedang berada di kos-kosannya
masing-masing. AS dan peneliti duduk berhadapan dengan dipisahkan
sebuah meja. Di atas meja itu peneliti meletakan sebuah alat perekam,
sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat. Pada akhir-akhir
wawancara, AS mengajak subjek untuk melanjutkan wawancara di
taman depan karena sekitar jam 19.00 WIB akan diadakan doa rutin
komunitas. Saat itu sudah menunjukan pukul 18.20 WIB.
Secara proses wawancara, Alo tampak cukup antusias. Hal ini
tampak dari jawaban-jawaban AS yang lancar. Namun ketika diberikan
pertanyaan-pertanyaan wawancara, yang berkaitan dengan kekerasan
AS tampak memberikan jawaban yang bertele-tele. Selain itu selama
proses wawancara AS tampak menyimak dengan seksama. Kadang
tampak dahinya di kerutkan dan matanya semakin fokus menyimak.
Selama proses wawancara kaki AS disilakan di atas bangku. AS
menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat seksama walaupun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121
ada yang diulang-ulang. Selain itu, jawaban yang diberikan AS tampak
serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak tampak kesan asal-asalan
dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab AS tampak tersenyum
atau ketawa. Namun secara keseluruhan proses wawancara, Yosi
menjalaninya dengan lancar tampa hambatan.
4. Subjek 4
a. Identitas
Nama
: MR
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat /Tanggal Lahir
: Bajawa, 15 Agustus 1991
Usia
: 23 tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Urutan Kelahiran
: Anak ke-tiga dari tiga bersaudara
Status
: Mahasiswa
Hobi
: Bermain sepakbola, berorganisasi
b. Hasil Wawancara
1) Deskripsi Subjek
Subjek keempat berinisial MR. MR dilahirkan dari
orangtua yang berasal dari suku Bajawa Flores. Ayah MR berasal
dari Flores Bajawa dan ibunya juga berasal dari Bajawa, sebuah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122
daerah yang berada di tengah-tengah pulau Flores. Keluarga MR
beragama Katolik. Pekerjaan dari ayah adalah sebagai Pegawai
Negeri Swasta yang sekarang telah pensiun di Bajawa. Sedangkan
ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang sekarang telah
almarhumah. Selain itu, status ekonominya termasuk dalam
golongan menengah. Dalam keluarganya, MR merupakan anak
bungsu dari tiga bersaudara. Ayah, dan kedua saudaranya berada di
Bajawa. Kedua kakaknya telah berkeluarga dan sedang berkerja di
Bajawa.
MR memiliki hubungan
yang cukup baik dengan
keluarganya. Dalam menjalin relasi dengan keluarganya, MR
berkomunikasi lewat telephone. Saat ini ayahnya merupakan single
parent karena sang ibu telah meninggal dunia. Kedekatannya
dengan saudara-saudaranya cukup dekat walaupun saat ini
saudaranya telah bekerja dan berkeluarga.
2) Gambaran Umum Mengenai Kehidupan Subjek 3 di Yogyakarta
(AS)
Relasi MR dengan teman-teman dari budaya Flores yang
tinggal di Yogyakarta cukup dekat, walaupun MR jarang berjumpa
dengan mereka. Hal ini karena aktifitas MR lebih banyak melayani
di komunitas San Egidio. Kalaupun berjumpa, MR tetap menyapa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123
dan menegur mereka. Karena mereka telah mengetahui bahwa MR
dari Flores dan termasuk lama tinggal di Yogyakarta maka, kadang
adik-adik mahasiswa baru datang berkunjung padanya dan
menyapa terlebih dahulu. MR jarang berelasi dengan mereka juga
dikarenakan, karena MR berpikir bahwa sudah saatnya adik-adik
dari Flores membangun relasi tidak hanya dengan teman-teman
satu suku melainkan berbaur dengan warga maupun mahasiswamahasiswa dari Jawa. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara
lebih dekat keberagaman dimana sikap saling menghargai itu
dirasakan oleh adik-adik dari Flores. Namun bukan berarti MR
menutup diri terhadap adik-adik Flores. Perjumpaan dengan
saudara-saudara dari Flores sebagai bentuk jalinan relasi yang
mengingatkannya akan tanah kelahiran sehingga membuatnya
tidak lupa dengan keluarganya di Flores.
3) Pandangan Subjek 4 Mengenai Kekerasan Etnis di Yogyakarta (M)
a) Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Etnis
Sebagai mahasiswa yang tinggal di Yogyakarta hampir
sebelas tahun, membuat MR memandang bahwa Yogyakarta
adalah kota yang memiliki predikat yang cukup baik dalam hal
keberagaman dan Pluralitas. Dengan beraneka budaya dan suku
dari para mahasiswa yang ada di Yogyakarta, membuatnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124
memberikan rasa salut terhadap kota Yogya. Setiap suku,
budaya dan agama ada di kota Yogyakarta dan setiap orang
saling menghargai keberagaman tersebut. Namun menurut MR,
memang ada beberapa kelompok yang menjadi provokator
dibalik kekerasan yang terjadi. Pada tahun-tahun 2012 ke
bawah, ada kasus-kasus kekerasan yang terjadi namun tidak
mencuat seperti saat ini. Misalnya saja kasus di LP Cebongan
dan
pembunuhan-pembunuhan
yang
pemberitaannya
mengangkat etnis, agama tertentu sebagai biang kerok. Tahun
2013 dan 2014 Yogyakarta tampak keluar dari simbol
keberagaman karena kasus-kasus kekerasan etnis. Penerimaan
masyarakat masih ada, namun mereka tidak sepenuhnya
menerima.
Menurut
MR,
penyebab
timbulnya
konflik
dan
kekerasan adalah cukup banyaknya mahasiswa Timur yang
kuliah di Yogyakarta. Bervariatifnya mahasiswa Timur,
membuat sulit dilakukan kontrol terhadap mereka. Selain itu
mahasiswa-mahasiswa Timur merasa memiliki kekuatan
tinggal di tempat rantauaannya karena semakin banyak temanteman satu daerah yang kuliah di Yogyakarta. Kadang
pandangan negatif yang orang Jawa berikan membuat MR
merasa sedih. Namun pandangan itu harus kita terima sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125
bentuk bahan introspeksi diri untuk berubah. Orang Timur
telah melewati batas-batas toleransi yang diberikan oleh orangorang Yogya walaupun tidak semua masalah muncul dari orang
Timur, ada juga dilakukan oleh orang setempat.
Secara budaya antara orang Timur dan Jawa cukup
berbeda. Orang Timur tidak terlalu suka diatur dengan aturan
yang ketat atau ditegur secara berulang-ulang. Misalnya ada
teman dari daerah yang datang kemudian kami kumpul dan
minum-minum.
Ini
merupakan
budaya
Timur
dalam
menyambut teman dengan berkumpul dan minum. Saat
lingkungan warga setempat merasa terusik, mereka menegur.
Kami yang memiliki teman yang berasal dari Timur merasa
tidak enak bukan hanya kepada masyarakat, namun lebih
kepada teman yang datang berkunjung. Hal ini mengakibatkan
konflik dan perdebatan antara orang Timur dan warga
setempat. Masalah yang mendasari timbulnya konflik ini
karena komunikasi dimana orang Jawa tidak mengerti budaya
dari Timur, dan orang Timur merasa tidak dihargai dan tidak
tahu bersikap di budaya Jawa.
MR pernah menyatakan kepada teman-temannya yang
berasal dari Jawa bahwa, kami memang dibentuk dari budaya
yang berbeda sehingga kami minta maaf jika mengganggu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126
kenyamanan warga setempat. Namun bukan karena masalah
perbedaan itu kami dibenci. Orang Timur sebenarnya tidak tahu
bagaimana caranya bersikap di budaya Jawa yang berbeda.
Karena tidak baik juga jika yang menjadi sasaran kebencian
orang Jawa adalah mereka mahasiswa yang baru kuliah di
Yogyakarta dan tidak tahu menahu soal kekerasan dan konflik
di Yogyakarta. Mungkin kebiasaan di Timur masih melekat
dalam diri mereka dan mereka tidak dapat disalahkan. Mungkin
orang Timur butuh waktu dan proses untuk menyesuaikan diri
di Yogyakarta.
Satu-satunya
cara
yang
harus
dilakukan
oleh
mahasiswa-mahasiswa dari Timur adalah keluar dari kelompok
budaya (eksklusif) dan membaur dengan masyarakat dan
budaya setempat (inklusif). Tujuannya dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan setempat tanpa menghilangkan budaya
yang telah dianut sejak kecil. Contohnya mahasiswa-mahasiswi
asal Indonesia Timur yang dulu (kakak dan om) kuliah di
Yogya membuat banyak program dari organisasinya yang
melibatkan warga maupun orang Jawa setempat. Akhirnya
mahasiswa Timur yang dulu dapat memahami karakter orang
Jawa setempat dan budaya setempat yang dianut. Selain itu,
antara senior dari beberapa budaya di Flores, saat itu memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127
kedekatan yang erat. Saat ini, antara senior kurang memiliki
kedekatan. Sehingga jika ada konflik tidak dibicarakan terlebih
dahulu dan kekerasan menjadi solusi akhir. Sebagai kakak
senior, MR berusaha memberitahukan kepada adik-adik dari
Timur untuk membangun relasi dengan teman-teman dari
budaya yang berbeda atau dengan warga masysrakat setempat.
4) Pengalaman Diskriminasi dan Kekerasan yang Dialami Subjek 4
serta Dampak Psikologis (MR)
Melihat diskriminasi dan kekerasan yang terjadi di
Yogyakarta
membuat
MR
tidak
sepenuhnya
menyalahkan
pandangan warga setempat. Yang pertama dilakukan oleh MR
adalah mengoreksi diri bahwa pandangan dari warga Jawa
sebenarnya menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa Timur yang
kuliah di Yogyakarta. Sebenarnya orang Timur harus berubah.
Sebenarnya konflik dan kekerasan antar etnis terjadi karena orang
setempat tidak dapat membendung lagi kesabaran mereka yang
selama ini mereka tahan. Mereka sebenarnya telah sabar
memaklumi keributan-keributan yang selama ini dilakukan oleh
beberapa orang Timur. Namun orang-orang yang melakukan
kekerasan merasa bahwa orang Jawa akan mengerti dan
memaklumi kekerasan yang orang Timur lakukan. Sehingga orang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128
Timur merasa melunjak, bebas dan tidak berhenti membuat
keributan di Yogyakarta. Misalnya ada beberapa kasus dimana
orang Jawa setempat menjadi korban kekerasan dan mereka
memakluminya. Hari berikutnya kekerasan dilakukan lagi oleh
orang Timur hingga seterusnya. Sikap kesabaran yang selama ini
dirasakan oleh Jawa tidak terbendung lagi dan akhirnya timbul
diskriminasi dan kekerasan juga dari beberapa orang Jawa.
Pandangan yang diberikan oleh orang Jawa bahwa orang Timur
sebagai pembuat keributan adalah wajar.
MR memiliki beberapa pengalaman diskriminasi pasca
kasus Cebongan terjadi. Pada saat itu MR hendak mencari kos.
Saat menemukan kos yang kosong MR bernegosiasi dengan
pemilik kos. Saat bertanya tentang kos, pemilik kos mengatakan
bahwa kosnya telah penuh. MR berusaha mengklarifikasikan
pemilik kos bahwa di luar terpampang pemberitahuan menerima
kos putra namun kenapa dia tidak diterima. Pemilik kos
mengatakan kebetulan kamar tersebut baru dipesan, dan ada
keluarga yang mau tempati dengan berbagai alasan agar MR tidak
menempati kamar tersebut. MR seketika menanyakan apa yang
membuat saya tidak diterima di sini. Pemilik kos menjawab
“mungkin karena masalah Cebongan!”. MR ingin menjelaskan,
namun pemilik kos langsung mengatakan bahwa tidak punya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129
waktu. MR merasa kecewa dengan sikap dari pemilik kos yang
memberikan stigma dan pandangan negatif namun dia berusaha
menerima.
Peran
media
juga
terlalu
membesar-besarkan
pemberitaan bahwa orang etnis atau suku tertentu dalam hal ini
Papua, NTT, Ambon dan sebainya menjadi biang kerok dari
masalah kekerasan etnis di Yogya. Padahal sebenarnya yang harus
diangkat adalah orangnya atau individu yang melakukan kekerasan
bukan budaya atau sukunya. Suku dan budaya tidak bersalah yang
bersalah adalah individunya. Sehingga peran media cukup besar
dalam menimbulkan konflik dan pandangan negatif dari warga
Jawa terhadap masyarakat NTT secara umum.
cemas dan takut juga dirasakan oleh MR tinggal di
Yogyakarta. MR merasa takut jika menjadi sasaran amarah dari
masyarakat Yogyakarta. Saat berkendara motor MR takut dihakimi
dan dipukul oleh warga Yogya. MR mengaku takut saat keluar
malam. Apalagi para korban kekerasan Cebongan merupakan
kenalan MR yang pernah berjumpa dengan MR. Perasaan cemas
juga dirasakan MR kepada adik-adik mahasiswa baru yang datang
di Yogyakarta dan menjadi korban kekerasan atau diskriminasi dari
orang Jawa setempat. MR berpikir dia saja yang telah lama tinggal
di Yogya memiliki masalah seperti ketakutan dan kecemasan tadi,
apalagi adik-adik mahasiswa baru yang tidak tahu apa-apa menjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130
korban. Ada kepedualian yang dirasakan MR kepada adik-adik
yang baru kuliah di Yogyakarta. Hal ini terbukti saat adik-adik kos
mau mencari kos-kosan mereka mendapat kos-kosan yang
kebetulan kenalan dari teman-teman mereka. Untuk memperoleh
kos-kosan saja sulit bagi mahasiswa NTT.
Pada awal-awal masuk kuliah, MR pernah menjadi korban
salah pembacokan oleh enam orang mahasiswa NNT. Saat itu MR
ditelephone oleh teman-temannya yang sedang berselisih dengan
warga NTT lain. MR yang ditelephone merasa ingin menenangkan
dan membantu mereka yang ketakutan. Bukannya membantu
menenangkan
teman-temannya,
malah
menjadi
korban
pembacokan yang sebenarnya bukan ditujukan padanya. Saat itu
MR mendapat dua luka bacokan di punggung dan harus dirawat
dirumah sakit. Pengalaman itu membuatnya trauma dan akhirnya
cuti kuliah selama tiga tahun. Sehingga saat ini baru bisa
melanjutkan kuliahnya lagi. Hal ini menjadi pelajaran bagi korban
untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan dan juga
tidak sepenuhnya member kepercayaan kepada teman-teman dari
satu daerah. Karena antar daerah juga bisa terjadi konflik dan
kekerasan. Selain itu, tidak semua masalah bisa dilakukan melalui
kekerasan. Pada saat itu orangtua MR marah dan kecewa dengan
musibah yang dialaminya. Untung sang ibu sangat memahami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131
kondisi yang dialami ibu. “mungkin Tuhan memberi pembelajaran
dalam hidupmu, bahwa tidak selamanya hidup berjalan mulus.
Setelah kejadian pembacokan, sebulan kemudian ibu MR
meninggal dunia. MR merasa terpukul sekali dengan musibah
beruntun yang dia alami dan membuatnya tidak bisa menerima.
Pada saat itu MR tidak bebas, tidak dapat menyalurkan hobi
bermain bola, atau berorganisasi yang mana hal itu sangat digemari
olehnya. MR merasa stress karena tidak bebas bergerak dan
beraktifitas seperti biasanya. Dampak kekerasan member dampak
yang sangat berat. Semuanya akhirnya menjadi pembelajaran bagi
MR untuk lebih tenang dalam menghadapi segala macam hal, dan
memaafkan oranglain. Kasus ini pernah dibawa hingga ke
pengadilan. Namun MR tidak melanjutkan karena dia berjanji
untuk tidak membalas kejadian itu kepada pelakunya. Saat
berjumpa dengan para pelaku kekerasan, MR menunjukan sikap
yang ramah dengan menegur. Namun karena merasa malu
kepadanya, mereka akhirnya menghindar darinya hingga saat ini.
Bukan dengan kekerasan untuk membalas namun dengan kasih
cara terbaik untuk membalasnya. Walaupun orang menganggap
pengalaman
itu
adalah
pengalaman
paling
sial,
MR
mengganggapnya sebagai pengalaman paling berharga saat
berhadapan dengan kematian. Semuanya mengajarkan banyak hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132
positif hingga saat ini MR menjadi sangat kuat menerima semua
kondisi berat yang dialami walaupun secara manusiawi dia tetap
sedih. Kadang ada rasa kangen dengan almarhum ibunya dan tidak
terima dengan pengalaman tersebut. Hingga saat ini MR merasakan
hal itu saat-saat sendiri.
5) Upaya Subjek 4 dalam Membentuk Pandangan Positif Warga
Yogya (MR)
Upaya-upaya yang dilakukan oleh MR dalam membentuk
pemikiran positif dan menjadi contoh bagi adik-adik mahasiswa
baru adalah melayani di komunitas San Egidio. Pelayananpelayanan yang dilakukan bersama komunitas mungkin di zaman
ini tidak popular di mata teman-teman mahasiswa. Namun melaui
pelayanan ini sekaligus menjadi kesaksian bagi warga Jawa bahwa
MR memiliki kepedulian kepada anak-anak jalanan, orang-orang
yang membutuhkan bantuan, kaum marginal dan para lansia.
Melalui pelayanan tersebut, MR merasa dikuatkan dengan
keberadaan mereka. Sudah tidak ada perbedaan lagi diantara MR
dengan mereka. Yang ada adalah perasaan sebagai satu saudara.
Selain itu, pelayanan ini menjadi kesaksian bagi adik-adik
mahasiswa baru untuk membangun sikap toleransi diantara
siapapun baik itu dari suku, budaya, agama yang berbeda. MR
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133
belajar bahwa orang miskin tidak hanya dilihat dari harta dan
kekayaan, namun miskin bisa dalam bentuk perhatian, kasih
sayang, pelukan dan sebagainya. Hal ini yang membuat MR
melihat bahwa setiap orang pasti membutuhkan oranglain. Setiap
individu tidak dapat hidup sendiri tanpa individu lain. Dengan
kesaksian itu, orang-orang yang dilayani memberi kesan bahwa
orang Timur atau Flores ternyata tidak seperti yang dipikirkan.
Mereka juga memiliki hati untuk saling membantu dan menolong.
Seorang pemuda jalanan pernah menayakan “mengapa kalian mau
membantu kami?”. MR menjawab “karena saya melihat kalian
sebagai saudara”. MR sering menasehati adik-adik dari Timur
bahwa tinggal di Yogya bukan sekedar untuk kuliah dan pandai
secara teori, namun juga harus pandai dalam membangun relasi
sosial dengan siapapun bukan hanya dari teman-teman satu budaya.
Nasehat yang diberikan MR bukan sebagai suatu paksaan namun
pilihan. Yang terpenting baginya adalah contoh dan teladan melalui
tindakan.
Sebagai orang Timur kita juga memiliki tugas untuk
menjelaskan
lewat
kegiatan-kegiatan
positif
yang
sifatnya
membangun kebersamaan antar budaya, misalnya melakukan bakti
sosial, pentas budaya dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan positif ini
sebenarnya dulu pernah dilakukan para mahasiswa dari Timur,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134
namun sekarang telah pudar. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun relasi yang baik antara mahasiswa Timur dengan
warga setempat agar Timur rasa persaudaraan yang erat. Namun
saat ini yang terjadi, suatu masalah diselesaikan dengan kekerasan
bukan dengan dialog atau diskusi. Hal ini yang dirasakan hilang
dari mahasiswa-mahasiswa asal Timur.
6) Harapan Subjek 4 Berkaitan dengan kekerasan Etnis di Yogyakarta
(AS)
Harapan MR adalah saudara-saudara dari Timur dapat sadar
bahwa kita tinggal di tanah orang harus menunjukan sikap sopan
dan tahu diri ditempat rantauaan. Sikap ini ditunjukan melaui sikap
positif dan baik dengan warga Yogyakarta bentuk bergaul,
menjalin relasi, senyum, menyapa, menerima aturan maupun
budaya setempat dan berbaur dengan warga Jawa. Jika sikap positif
kita bangun, orang warga Yogyakarta akan bersikap positif dengan
kita. Selain itu prestasi dalam kuliah dan talenta yang dimiliki
harus harus tampak dalam diri mahasiswa-mahasiswa Timur
khususnya NTT. Tujuannya agar kita dapat dihargai oleh orang
Jawa setempat bukan dengan kekerasan namun lewat kualitas
hidup. Sehingga kekeluargaan antara mahasiswa NTT dan warga
Yogyakarta dapat erat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135
c. Hasil Observasi
MR merupakan seorang remaja Putra asal Flores yang senang
berbicara, perawakan tegas, namun cukup hangat, dengan kulit
berwarna gelap, rambut keriting. MR memiliki postur tubuh yang
sedang, dan sangat kurus. Pada saat dijumpai di rumah komunitas San
Egidio, MR memiliki penampilan yang santai dengan mengenakan
celana panjang jeans dan kaos oblong berwarna hitam. Wawancara
dengan MR dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara dengan
subjek ketiga AS. Setelah melakukan wawancara dengan subjek
ketiga, peneliti menunggu menunggu MR yang saat itu masih di
tempat kosnya. Kira-kira setengah jam kemudian, Mario datang
diboncengi teman kosnya.
Wawancara dilakukan di rumah komunitas San Egidio.
Wawancara dilakukan selama dua kali yaitu tanggal 13 Juli 2014 pada
pukul 19.30 hingga 20.15 WIB dan wawancara kedua dilakukan pada
tanggal 19 Juli pada pukul 19.00 WIB hingga 19.30 WIB. Wawancara
dilakukan sebanyak dua kali karena peneliti merasa masih ada datadata yang kurang.
Saat kedua wawancara berlangsung, MR dan peneliti duduk di
taman. Pada saat itu wawancara berlangsung di malam hari dengan
kondisi taman cukup terang dengan adanya lampu taman. MR dan
peneliti duduk berhadapan tanpa ada meja. Hal ini karena wawancara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136
dilakukan di taman. Peneliti memegang alat perekam di tangan kiri
sambil memangku buku dan tangan kanan memegang pulpen untuk
menulis. Pada awalnya peneliti cukup berhati-hati dalam memberi
pertanyaan, karena belum mengenal subjek sebelumnya. Namun
setelah menjalin komunikasi, tampak subjek ramah.
Selama proses wawancara, MR tampak cukup antusias. Hal ini
tampak dari jawaban-jawaban MR yang lancar dan bervariatif. Namun
kadang ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan wawancara, MR
menjawabnya dengan bertele-tele dan sesekali mengulang jawaban
yang sama. Selama proses wawancara MR tampak menyimak dengan
seksama. Kadang tampak dahinya di kerutkan, matanya semakin fokus
menyimak, dan tangannya diayun-ayunkan. Selama proses wawancara
MR menjawab dengan cepat, dikarenakan gaya berbicaranya yang
cepat. MR menjawab semua pertanyaan peneliti dengan sangat
seksama walaupun ada yang diulang-ulang. Selain itu, jawaban yang
diberikan MR tampak serius dan sungguh-sungguh sehingga tidak
tampak kesan asal-asalan dalam menjawab. Sesekali dalam menjawab
MR tampak tersenyum atau ketawa. Secara keseluruhan proses
wawancara, MR menjalaninya dengan lancar tanpa hambatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137
C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian
Tabel 6 Rangkuman Tema Temuan Penelitian
Fokus Penelitian
1.
Faktor-faktor yang
menyebabkan
terjadinya kekerasan
etnis antara
mahasiswa asal
Indonesia Timur dan
warga Yogyakarta
Rumusan Tema Temuan
Penelitian
1.1. Perbedaan Antar
Individu
Rincian Tema
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.2. Perbedaan Budaya
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3. Bentrokan
Kepentingan
1.3.1.
1.3.2.
1.3.3.
2.
Prasangka dan
akibat prasangka
Perbedaan fisik meliputi warna
kulit, rambut, perawakan, dan
wajah
Sifat dan karakter setiap
individu berbeda-beda
Frustasi yang dialami individu
korban kekerasan
Perbedaan pada gaya dan nada
berbicara
Kebiasaan saat berkumpul atau
menyambut kerabat dari etnis
yang sama (Mahasiswa
Indonesia Timur
 mabuk dan menimbulkan
suasana ramai)
Kebiasaan dalam menaati
aturan lalu lintas pada masingmasing budaya
Membandingkan intelektual
mahasiswa Jawa dan Indonesia
Timur untuk tujuan motivasi.
Biaya hidup yang murah di
Yogyakarta membuat
mahasiswa Timur
menyalahgunakan untuk
mabuk.
Peran media dalam
menginformasikan kekerasan
etnis di Yogyakarta.
1.4. Persaingan
1.4.1.
1.4.2.
2.1. Pengucilan sosial
2.1.1. Tidak diterima tinggal di koskosan, ditolak oleh teman kelas,
dan pernyataan yang
menyepelekan.
2.2. Konflik dan
kekerasan Sosial
Persaingan Kebudayaan
Persaingan Ras
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138
3.
Dampak SosioPsikologis dari
diskriminasi dan
Kekerasan Etnis di
Yogyakarta
3.1. Harga Diri Rendah
3.1.1. Perasaan sedih, terpukul dan
tidakberdaya dianggap sebagai
individu yang harus dikucilkan.
3.2. Kecemasan
3.2.1. Perasaan cemas menjadi korban
kekerasan oleh warga
Yogyakarta.
3.2.2. Perasaan cemas terhadap adikadik mahasiswa baru asalTimur
yang kuliah di Yogyakarta.
3.3.1.
3.3. Depresi
4.
Upaya untuk
mengurangi
Kekerasan Etnis di
Yogyakarta
3.4. Stress Pasca
Trauma
3.4.1.
3.5. Rasa malu
3.5.1.
3.6. Tertekan
3.6.1.
4.1. Upaya yang
dibangun dari
dalam diri
4.2. Upaya yang
dilakukan bersama
komunitas
Depresi karena menjadi korban
kekerasan dan tertimpa
pengalaman lain yang
menyakitkan.
Kekerasan mengakibatkan
timbulnya stress pada
mahasiswa misalnya tidak
berkonsentrasi dalam kuliah,
perasaan tidak aman tinggal di
Yogya, takut menjadi korban
kekerasan, dan tidak dapat
beraktifitas dengan baik.
Perasaan malu dirasakan karena
masih ada mahasiswa asal
Indonesia Timur yang
membawa kebiasaan buruk
seperti mabuk dan membuat
keributan di yogya
Diskriminasi dan kekerasan etnis
mengakibatkan perasaan
dihantui ketakutan menjadi
korban kekerasan warga serta
tidak nyaman menjalani kuliah
di Yogyakarta.
4.1.1. Sikap ramah, menghormati
aturan, mau menyesuaikan diri
dengan warga Yogya.
4.2.1.
Memberi pemahaman dalam
meyesuaikan diri di Yogyakarta
pada mahasiswa asal baru asal
Indonesia Timur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139
D. Deskripsi Tema
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan dari keempat
mahasiswa asal Indonesia Timur yaitu dua mahasiswa berasal dari Papua dan
dua berasal dari Nusa Tenggara Timur, didapatkan rumusan tema mengenai
dinamika kekerasan etnis dan dampak sosio-psikologis dari kekerasan etnis di
Yogya. Dinamika kekerasan etnis tersebut meliputi faktor-faktor penyebab
terjadinya kekerasan etnis, dampak sosio-psikologis yang ditimbulkan, serta
upaya yang dilakukan para mahasiswa dalam mengurangi tingkat kekerasan di
Yogyakarta yang menyangkut pautkan mahasiswa asal Indonesia Timur.
Berikut ini akan dijelaskan secara lebih detail dinamika kekerasan etnis di
Yogyakarta, dampak sosio psikologis yang dialami para mahasiswa tersebut,
dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi konflik dan kekerasan tersebut.
1. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Terjadinya Kekerasan Etnis di
Yogyakarta
Hasil analisis yang didapatkan dari keempat subjek, didapatkan
data mengenai faktor-faktor yang menimbulkan kekerasan etnis di Yogya.
Faktor-faktor tersebut adalah: perbedaan antar individu, perbedaan budaya,
bentrokan kepentingan, dan persaingan. Berikut ini adalah penjelasan dari
faktor-faktor tersebut:
a. Perbedaan Antar Individu
Berdasarkan data hasil analisis dari keempat subjek didapatkan
bahwa kekerasan etnis di Yogyakarta antara mahasiswa asal Indonesia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140
Timur dan warga Yogyakarta terjadi karena faktor perbedaan individu.
Perbedaan antar individu dilihat dari segi fisik misalnya warna kulit
para mahasiswa asal Indonesia Timur berwarna hitam, rambut keriting,
tampang yang tegas menimbulkan prasangka yang keliru mengenai
watak mahasiswa asal Indonesia Timur. Dengan perbedaan fisik dan
tampang yang kelihatan tegas, membuat warga Yogyakarta menilai
bahwa watak mahasiswa asal Indonesia Timur yang menjalani kuliah
di Yogyakarta keras dan jahat. Hal ini terungkap dalam kutipan
wawancara subjek berikut ini:
(Subjek II, YD)
“…Mungkin yang membedakan antara orang Jawa dan
orang Timur adalah warna kulit dan rambut tapi kita semua
kan tetap sama. Padahal saya rasa kita semua satu”.
(II.no.257-262)
(Subjek III, AS)
“…orang-orang Jawa melihat sifat orang Timur karena fisik
dan perawakannya. Kulit hitam, rambut keriting, dan
perawakan yang tegas, membuat orang Jawa berpikir bahwa
orang Timur adalah orang jahat dan keras”. (III.no.126-135)
Selain itu, kurang pemahaman akan perbedaan antar individu
menjadi faktor yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dan
kekerasan. Akhirnya terbentuk prasangka keliru yang digeneralisasikan
oleh warga Yogyakarta bagi semua mahasiswa asal Indonesia Timur
yang menjalani kuliah di Yogyakarta. Berikut ini adalah kutipan
pernyataan subjek:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141
(Subjek I, AT)
“…misalnya anggapan orang Jawa bahwa orang Timur
memiliki karakter keras tapi pada kenyataannya tidak semua
orang Timur keras.” (I.no.45-49)
Perasaan frustasi karena dianggap berwatak keras, pembuat
keributan serta sikap diskriminatif warga Yogyakarta mengakibatkan
terjadinya kekerasan. Para mahasiswa yang menjadi korban pengucilan
sosial yang tidak terima dianggap pembuat keributan merasa frustasi.
Akibatnya frustasi mengarahkan pada kebiasaan mabuk, sehingga
tidak jarang terjadi kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa yang
berasal dari Indonesia Timur. Berikut adalah kutipan dari pernyataan
subjek ketika:
(Subjek III, AS)
“…orang Timur merasa tidak terima dipandang berwatak
keras dan pembuat keributan. Akhirnya mereka frustasi dan
kebiasaan mabuk dibawa ke Yogyakarta.” (III.no.153-158)
Perasaan frustasi juga diarasakan oleh warga Yogyakarta. Atas
tindakan mabuk dan keributan yang selama ini dilakukan oleh orangorang Timur. Karena tidak dapat menahan rasa sabar dari dalam diri
maka warga Yogyakarta melakukan tindakan diskriminasi hingga
dalam bentuk kekerasan. Berikut adalah pernyataan subjek ketiga
berkaitan dengan perasaan frustasi warga Yogyakarta:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142
(subjek III, AS)
“Sikap kesabaran yang selama ini dirasakan oleh Jawa tidak
terbendung lagi dan akhirnya timbul diskriminasi dan
kekerasan juga dari beberapa orang Jawa.” (III.no.46-52)
b. Perbedaan Budaya
Perbedaan
budaya
menjadi
salah
satu
faktor
yang
mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta. Berdasarkan
data yang didapatkan dari subjek kedua (YD), perbedaan pada
kebiasaan berbicara misalnya orang Timur berbicara dengan nada yang
tinggi dan keras sementara pada orang Jawa memiliki nada berbicara
yang halus dan sopan. Perbedaan pada gaya berbicara antara dua
budaya ini dapat menimbulkan konflik. Hal tersebut dapat dilihat pada
kutipan berikut:
(Subjek II, YD)
“…nada berbicara orang papua tinggi dan kasar sedangkan
orang jawa halus. Teman-teman saya kadang kaget jika ada
anak papua yang berbicara.” (II.no.52-57)
Selain kebiasaan pada nada dan gaya berbicara, konflik dan
kekerasan dapat terjadi karena kebiasaan saat berkumpul dengan
kerabat atau teman-teman. Saat berkumpul dengan teman-teman asal
satu daerah, mahasiswa asal Indonesia Timur yang berada di
Yogyakarta juga mengkonsumsi minuman beralkohol hingga akhirnya
menimbulkan kondisi mabuk. Dalam kondisi mabuk, suasana menjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143
ramai dan tidak jarang menimbulkan keributan. Hal ini sesuai dengan
kutipan pernyataan dari subjek ketiga (AS):
(Subjek III, AS)
“...konflik dan kekerasan di Yogya itu dikarenakan orang
Jawa dan orang Timur belum saling kenal. Orang Timur
kalau berkumpul atau menyambut teman yang datang
dengan cara minum-minuman beralkohol.” (III.no.218-225)
faktor lain yang mengakibatkan konflik dan kekerasan etnis di
Yogyakarta adalah kebiasaan mahasiswa asal Indonesia Timur yang
tidak terlalu memperhatikan peraturan dalam berlalu lintas. Kebiasaan
tidak mengenakan helm atau melengkapi atribut kendaraan seperti
kaca spion da sebagainya masih dibawa di kota Yogyakarta. Akibatnya
mahasiswa yang tidak menaati peraturan lalu lintas akan mendapatkan
pengucilan dari lingkungan masyarakat Yogyakarta. Berikut ini adalah
pernyataan dari subjek pertama mengenai faktor ketidaktaatan
mahasiswa Timur dalam berlalu lintas yang dapat memicu terjadinya
pengucilan:
(Subjek I, AT)
“...Menurut saya karena hal-hal kecil seperti orang Papua
sering tidak menaati lalu lintas. Akhirnya pandangan orang
setempat menganggap rata-rata orang Timur negatif.”
(I.no.81-86)
c. Bentrokan Kepentingan
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis
adalah bentrokan kepentingan. Bentrokan kepentingan dialami oleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144
subjek kedua kedua, saat dosen di kampus mengeluarkan pernyataan
yang bertujuan memotivasi para mahasiswa lain namun dengan
kalimat remehan bagi mahasiswa asal Indonesia Timur. Pernyataan
tersebut sesuai dengan kutipan wawancara subjek kedua di bawah ini:
(Subjek II, YD)
“...dosen pembimbing saat itu melihat nilai saya
memuaskan dan dosen tersebut menyatakan bahwa, “masa
anak Papua lebih bisa dalam belajar dari anak Jawa!”
(II.no.138-144)
Selain itu, biaya hidup yang lebih murah dari biaya hidup di
daerah Indonesia Timur mengakibatkan mahasiswa asal Indonesia
Timur menggunakan uang pegangan untuk bersenang-senang dan
membeli minuman beralkohol. Berikut ini adalah kutipan dari subjek
kedua:
(Subjek II, YD)
“...Di papua biaya hidup mahal, namun di Yogya biaya
hidup murah. Kebanyakan anak-anak Timur kaget dengan
uang banyak yang dikirim dari orangtua dan menggunakan
uangnya untuk mabuk-mabukan di Yogyakarta.” (II.no.3846)
Peran media massa dalam meinformasikan berita juga
mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan di Yogyakarta.
Informasi dari media massa biasanya memberi penekanan pada budaya
dari
individu yang melakukan kekerasan.
Informasi
menjadi
melenceng dan warga Yogya pada akhirnya menyalahkan kelompok
budaya dari Indonesia Timur bukan pada individunya. Berikut ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
145
kutipan mengenai peran media yang mengakibatkan terjadinya konflik
pada subjek kedua dan keempat:
(Subjek II, YD)
“...di media memberitakan bahwa ada mahasiswa asal
Indonesia Timur yang mabuk dan buat keributan. Orang
yang mabuk dan membuat keributan itu yang harus diadili,
bukan mahasiswa Indonesia Timur yang lainnya yang tidak
tahu menau tentang keributan yang mereka lakukan. Jadi
media juga harus bersikap adil.” (II.no.280-292)
(Subjek IV, MR)
“...Peran
media
juga
terlalu membesar-besarkan
pemberitaan bahwa orang etnis atau suku tertentu dalam hal
ini Papua, NTT, Ambon dan sebagainya menjadi biang
kerok dari masalah kekerasan etnis di Yogya. Padahal
sebenarnya yang harus diangkat adalah orangnya atau
individu yang melakukan kekerasan bukan budaya atau
sukunya.” (IV.no.108-123)
d. Persaingan
Berdasarkan data yang didapatkan, faktor persaingan juga
menjadi salah satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik
dan kekerasan etnis di Yogyakarta. Persaingan ini meliputi persaingan
budaya dan persaingan ras. Berikut merupakan pernyataan dari subjek
ketiga mengenai persaingan yang terjadi:
(Subjek III, AS)
“...perasaan bangga sebagai tuan rumah sangat besar,
sehingga yang dilihat adalah perbedaan bukan persamaan.
Analoginya seperti “saya orang Jogja misalnya memecahkan
kaca milik saya tidak menjadi masalah, namun jika kamu
sebagai pendatang memecahkan kaca milik saya adalah suatu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
146
masalah besar”.
(III.no.274-287)
Itu
karena
milik
atau
kepunyaan.
2. Prasangka dan Diskriminasi
Fenomena kekerasan yang sering dilakukan oleh orang-orang yang
berasal dari Indonesia Timur, mengakibatkan timbulnya prasangka yang
digeneralisasikan kepada semua mahasiswa asal Indonesia Timur di
Yogyakarta. Prasangka tersebut akhirnya berakibat pada tindakan
pengucilan dan konflik sosial. Berdasarkan hasil data wawancara,
didapatkan bahwa keempat subjek penelitian mengalami pengalaman
pengucilan sosial seperti tidak diterima tinggal kos-kosan, tidak diterima
oleh teman kelompok belajar di kelas, dan mendapatkan pernyataan yang
menyepelehkan. Berikut merupakan kutipan pernyataan dari keempat
subjek berkaitan dengan pengalaman pengucilan sosial:
(Subjek I, AT)
“…Saya punya pengalaman di tolak saat saya mencari kos.
Saat saya tidak diterima oleh pemilik kos saya merasa sedih.
Pernah juga saya punya pengalaman emosi saat di Jawa
Timur dimana pernah ada warga yang mengatakan “ah wong
Papua saja”. Sebagai orang Papua saya merasa sangat
emosional namun saya berusaha sabar.” (I.no.101-113)
(Subjek II, YD)
“…Jadinya sekarang kami merasa sulit untuk mencari koskosan. Misalnya sebuah kos-kosan yang menerima
mahasiswa baru, akan berat menerima hingga menolak
mahasiswa asal Indonesia Timur. Mereka seperti kaget
ketika yang mencari kos adalah mahasiswa asal Indonesia
Timur. Padahal sudah sangat jelas bahwa sedang ada kamar
kosong di kos tersebut.” (II.no.232-245)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
147
(Subjek III, AS)
“…ketika saya mulai kos sendiri, saya merasakan bahwa ada
ketidakterimaan warga setempat terhadap saya.” (III.no.98102)
(Subjek IV, MR)
“…saat itu saya hendak mencari kos. Saat menemukan kos
yang kosong kemudian bernegosiasi dengan pemilik kos.
Saat bertanya tentang kos, pemilik kos mengatakan bahwa
kosnya telah penuh. saya berusaha mengklarifikasikan
pemilik kos bahwa di luar terpampang pemberitahuan
menerima kos putra namun kenapa saya tidak diterima.
Pemilik kos mengatakan kebetulan kamar tersebut baru
dipesan, dan ada keluarga yang mau tempati dengan berbagai
alasan agar saya tidak menempati kamar tersebut. Saya
seketika menanyakan apa yang membuat saya tidak diterima
di sini. Pemilik kos menjawab “mungkin karena masalah
Cebongan!”.” (IV.no.63-88)
3. Dampak Sosio-Psikologis dari diskriminasi dan Kekerasan Etnis di
Yogyakarta
Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta antara mahasiswa asal
Indonesia Timur dengan warga setempat, berakibat pada kondisi
psikologis para mahasiswa Timur yang tidak melakukan kekerasan.
Dampak Psikologis yang dialami ialah semakin rendahnya harga diri,
timbulnya perasaan cemas, depresi, stress pasca trauma, malu, dan rasa
tertekan. Berikut akan dijabarkan dampak-dampak psikologis yang dialami
para subjek:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
148
a. Harga Diri Rendah
Perasaan harga diri rendah menjadi salah satu dampak yang
diakibatkan dari kekerasan etnis di Yogyakarta. Perasaan tidak
berdaya, terpukul, sedih akibat kekerasan etnis dirasakan oleh keempat
subjek. Berikut adalah kutipan pernyataan dari keempat subjek
berkaitan dengan perasaan rendah diri akibat fenomena kekerasan di
Yogya:
(Subjek I, AT)
“…Kalaupun ada kekerasan yang dilakukan oleh orang
Timur, menurut saya kekerasan itu hanya dilakukan oleh
beberapa mahasiswa Timur saja. Tidak semua orang Timur
membuat keributan di sini. Namun warga Yogya setempat
menganggap bahwa semua orang Papua pembuat onar.”
(I.no.65-75)
“…Saya sebagai orang Papua merasa terpukul, sedih,
karena dianggap sepele dengan kalimat “ah orang Papua
saja.” (I.no.92-96)
“…Perasaan-perasaan sedih, terpukul, dan dianggap sepele
masih dirasakan sekarang.” (I.no.324-327)
(Subjek II, YD)
“…Perasaan saya sedih karena melalui kekerasan yang
dilakukan oleh beberapa orang Timur, akhirnya kami semua
dipersalahkan. Padahal yang .bersalah itu hanya orangorang tertentu.” (II.no.221-227)
(Subjek III, AS)
“…Saya mau bagaimana lagi mengubah pandangan warga
Yogya, sudah sangat susah.” (III.no.389-391)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
149
(Subjek IV, MR)
“…Saya merasa kecewa dengan sikap dari pemilik kos yang
memberikan stigma dan pandangan negatif namun saya
berusaha menerima.” (IV.no.97-101)
b. Kecemasan
Dampak lain yang dirasakan oleh para subjek akibat kekerasan
yang terjadi di Yogyakarta adalah kecemasan. Dari hasil wawancara,
keempat subjek merasa cemas pasca terjadi kekerasan antar mahasiswa
asal Indonesia Timur dengan warga Yogyakarta. Kecemasan tersebut
berupa kecemasan menjadi sasaran amukan warga, berpergian di
malam hari, hingga melaksanakan kegiatan lain di luar ruangan.
Berikut kutipan para subjek berkaitan dengan perasaan cemas yang
mereka rasakan:
(Subjek I, AT)
“…Yang membuat saya takut adalah ketika kami anak-anak
Papua lagi kumpul-kumpul atau bercerita-cerita di tempat
umum, takutnya ada orang yang mencelakai kami dari
belakang. Selain di tempat-tempat ramai saya juga takut jika
di tempat-tempat sepi. Lalu yang sering saya takutkan jika
mengendarai sepeda motor ada yang mecoba melukai saya.
Jadi selama ini saya sangat berhati-hati sekali saat
mengendarai sepeda motor. Setelah banyak kasus terjadi,
saya menjadi takut saat mengendarai sepeda gayung, karena
sepeda gayung itu lambat dan saya takutnya ada yang
melukai saya dari belakang saat mengendarai sepeda
gayung.” (I.no.188-212)
(Subjek II, YD)
“…Dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya mulai
merasa trauma. Makanya saya menyarankan kepada adikadik saya untuk tidak usah melanjutkan kuliahnya di Yogya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
150
Masalahnya mau keluar malam saya juga trauma dan takut.
Kami ini manusia bukan binatang. Jadi merasa kecewa dan
sedih.” (II.no.410-421)
(Subjek III, AS)
“…Saya jadi takut harus keluar, lewat jalan yang mana,
padahal bukan saya pelakunya bentrokan. Intinya saya tidak
mau mencari masalah.” (III.no.376-381)
c. Depresi
Dampak lain yang dirasakan subjek adalah perasaan depresi.
Depresi dirasakan oleh subjek akibat pengalaman menjadi korban
langsung kekerasan. Pengalaman depresi yang dirasakan membuat
subjek dirundung perasaan sedih yang sangat besar, hingga putus asa.
Berikut adalah kutipan hasil wawancara dari subjek keempat:
(Subjek IV, MR)
“…Saat itu saya mendapat dua luka bacokan di punggung
dan harus dirawat dirumah sakit. Pengalaman itu membuat
saya trauma dan akhirnya cuti kuliah selama tiga tahun.
Sehingga saat ini baru bisa melanjutkan kuliah lagi.”
(IV.no.156-164)
d. Stress Pasca Trauma
Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta, mengakibatkan
perasaan timbulnya stress pasca trauma yang dirasakan oleh subjek.
Stress pasca trauma yang dirasakan oleh para subjek mempengaruhi
kehidupan harian para subjek. para subjek merasa tidak aman dan
nyaman tinggal di Yogyakarta, kuliah menjadi terganggu dan beberapa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
151
hobi tidak dapat tersalurkan dengan baik. Berikut ini adalah kutipan
tentang dampak stress pasca trauma yang dirasakan para subjek:
(Subjek I, AT)
“…Tentunya karena ada masalah-masalah ini, saya menjadi
tidak aman dalam belajar dan harus mengurus tempat tinggal
yang nyaman. Belum lagi susah mencari tempat tinggal di
Yogyakarta.” (I.no.261-268)
(Subjek II, YD)
“…Saya tinggal di Yogya ini seperti ada sesuatu yang
menggangu seperti tertekan, ada beban juga. Tinggal di kos
juga membuat saya merasa takut dengan kejadian-kejadian
seperti itu.” (II.no.421-428)
(Subjek III, AS)
“…Dampak yang saya rasakan dalam studi akibat kekerasan
di Yogyakarta adalah membuat saya lama kuliah. Saya
merasa tidak begitu nyaman kuliah di Yogyakarta.”
(III.no.420-426)
(Subjek IV, MR)
“…Pada saat itu saya tidak bebas, tidak dapat menyalurkan
hobi bermain bola, atau berorganisasi yang mana sangat saya
gemari olehnya. Saya merasa stress karena tidak bebas
bergerak dan beraktifitas seperti biasanya. Dampak
kekerasan memberi dampak yang sangat berat.” (IV.no.206216)
e. Rasa malu
Sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur, keempat subjek
merasakan perasaan malu karena kekerasan etnis di Yogyakarta juga
terjadi karena ulah orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
152
Berikut adalah kutipan yang didapatkan dari keempat subjek mengenai
perasaan malu berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta:
(Subjek II, YD)
“…Saya kan merasa malu karena teman saya sendiri yang
melakukan keributan.(II.no.331-333)
(Subjek III, AS)
“…Saya malu karena ada teman-teman dari Timur yang
melakukan kekerasan, mabuk. Perasaan malu itu sangat
besar. Cuma saya prinsip bahwa dari diri saya tidak mau
menambah malu atau adik-adik saya ikut membuat malu
wajah orang Timur.” (III.no.406-415)
f. Tertekan
Fenomena kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta
mengakibatkan para subjek merasakan perasaan tertekan. Perasaan
tertekan dirasakan karena mahasiswa asal Indonesia Timur masih
dianggap sebagai kaum “nomordua”, pengalaman diskrimininasi dan
prasangka dari warga membuat para subjek merasa tidak bebas.
Berikut adalah kutipan dari subjek berkaitan dengan perasaan tertekan
yang dialami:
(Subjek II, YD)
“…Saat itu saya merasa jengkel dan marah, mengapa sih
orang Papua dianggap tidak mampu dan harus dianggap jadi
nomor dua.” (II.no.164-169)
“…Saya tinggal di Yogya ini seperti ada sesuatu yang
menggangu seperti tertekan, ada beban juga.” (II.no.421425)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
153
“…Mahasiswa juga mau menghadirkan Sultan untuk
menghimbau solidaritas antar etnis. Kami juga datang ke
yogya untuk menempuh pendidikan dan studi.” (II.no.437443)
(Subjek III, AS)
“…. Kadang saya punya perasaan sakit karena sebagai
mahasiswa Timur masih ada diskriminasi terhadap kami.”
(III.no.327-331)
“…Seperti disini ketika kasus dan pandangan orang Jawa
terhadap orang Timur buruk, saya sangat sakit dan terpukul,
namun saya tidak boleh terlena dengan perasaan sakit itu.”
(III.no.351-358)
4. Upaya Para Subjek dan Komunitas untuk Mengurangi Kekerasan Etnis di
Yogyakarta
Kekerasaan etnis di Yogyakarta mendorong para subjek penelitian
asal Indonesia Timur untuk berupaya mencegah terjadinya kekerasan
melalui upaya-upaya positif. Upaya-upaya positif tersebut dibangun dari
dalam diri dan juga dari komunitas daerah yang mereka ikuti. Upayaupaya tersebut tampak melalui hasil wawancara dengan para subjek di
bawah ini:
a. Upaya Para Subjek
Dorongan agar dapat diterima oleh warga Yogyakarta
diupayakan oleh mahasiswa asal Indonesia Timur. Upaya yang
dibangun melalui sikap positif seperti ramah, sopan, serta melalui
kegiatan-kegiatan positif seperti mengajar les, kor gereja, pelayanan di
kampus dan masyarakat. Berikut adalah kutipan mengenai upaya dari
para subjek penelitian:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
154
(Subjek I, AT)
“…memberi pemahaman bagi adik-adik mahasiswa baru.
Agar pandangan orang setempat tentang orang papua yang
suka mabuk, sering buat kekerasan, suka senang-senang dan
tidak menaati lalu lintas menjadi berkurang. Intinya saya
meyakinkan warga setempat dengan memberi les matematika
di masyarakat agar mereka tahu bahwa orang Papua juga
bisa dan tidak semua orang Papua negatif. Selain memberi
les saya juga memberi pengetahuan kepada teman-teman
tentang keadaan di Papua karena mereka selama ini hanya
melihat kondisi Papua lewat TV.” (I.no.315-340)
(Subjek II, YD)
“...saya mengikuti cara berbicara, atau sikap orang Jawa
dalam berelasi dengan warga sekitar. Saya juga banyak
bertanya dengan teman-teman kos atau anak dari ibu kos
dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Saya beranikan diri
menyapa dan lebih murah senyum dengan warga sekitar.
Saya juga belajar bahasa Jawa dengan teman-teman kos.
Saya berusaha menyesuaikan saja agar dapat diterima.”
(II.no.15-30)
“…ya memberitahu kepada teman-teman bahwa tidak semua
orang Papua jahat. Tapi ada teman yang bisa menerima ada
yang tidak menerimanya.” (II.no.457-462)
“…Selain itu untuk adik-adik mahasiswa baru, saya
memberikan nasehat kepada mereka untuk meyesuaikan diri
dengan budaya Yogyakarta.” (II.no.478-483)
(Subjek III, AS)
“…Walaupun demikian saya berusaha untuk ramah dan
murah senyum kepada mereka. Walaupun awalnya mereka
menganggap saya orang asing, mereka akhirnya bisa
menerima saya. Hal itu menurut saya karena saya berusaha
untuk murah senyum dan menghargai mereka. Akhirnya saya
sering melakukan kegiatan bersama seperti main ping-pong
dan sebagainya.” (III.no.107-121)
(Subjek IV, MR)
“…membentuk pemikiran positif dan menjadi contoh bagi
adik-adik mahasiswa baru misalnya melayani di komunitas
San Egidio. Pelayanan-pelayanan tersebut mungkin di zaman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
155
ini tidak popular di mata teman-teman mahasiswa. Namun
melaui pelayanan ini menjadi suatu kesaksian bahwa saya
peduli kepada anak-anak jalanan, orang-orang yang
membutuhkan bantuan, kaum marginal dan para lansia.”
(IV.no.274-290)
b. Upaya dari Komunitas
Selain upaya positif dibentuk dalam diri subjek,
komunitas mahasiswa Papua juga membuat upaya seperti
dialog dengan pemerintah Yogyakarta dan membuat
aturan-aturan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat
kekerasan etnis di Yogyakarta. Berikut merupakan
pernyataan subjek pertama dan kedua, berkaitan dengan
upaya dari komunitas mahasiswa Papua:
(Subjek I, AT)
“…Upaya yang kami buat di komunitas adalah dengan
membuat dialog-dialog dengan warga Yogyakarta maupun
dengan pemerintah Yogya. Sedangkan berkaitan dengan
peraturan, kami di komunitas telah menyepakati bersama
untuk tidak mengonsumsi minuman keras. Jika ada
mahasiswa papua mabuk dan membuat kekerasan di jalan,
kami akan membawa dan mengadili mereka. Kami dari
komunitas memiliki tim keamanan malam sendiri. Tim ini
akan memantau siapa yang membuat kekerasan di jalan
akan diproses. Jika mahasiswa tersebut membuat keributan
dan mabuk, maka dia akan di pulangkan ke Papua. Selain
itu untuk jam malam, kami di asrama di tentukan batas
keluar malam adalah pukul tujuh malam agar tidak ada
korban kekerasan. Hal ini karena banyak kekerasan
dilakukan di malam hari. Selain itu kami menegaskan
aturan untuk menggunakan helm saat berpergian. Selain
untuk waspada, keamanan juga harus diperhatikan karena
demi keselamatan pengendara. Selain itu, kelengkapan
kendaraan seperti kaca spion, lampu sein, rem tangan dan
kaki. Semua harus diperhatikan. Dan jangan terlalu banyak
berpergian tanpa tujuan,…” (I.no.344-387)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
156
(Subjek II, YD)
“…Dalam komunitas juga ada diskusi-diskusi yang
dilakukan dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat
sekitar. Kita yang harus mulai terlebih dahulu dengan
senyum dan sapa.” (II.no.483-490)
E. Pembahasan
Berdasarkan data yang telah dijelaskan sebelumnya, didapatkan
beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik dan kekerasan
etnis antara orang-orang Timur dengan warga Yogyakarta. Faktor-faktor
tersebut adalah perbedaan antar individu, perbedaan budaya, bentrokan
kepentingan, dan persaingan. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya
kekerasan tersebut, sesuai dengan tinjauaan teori yang dikemukakan oleh
Soerjono Soekanto (dalam Budiyono, 2009; 52-57). Menurut Soejono
Soekanto (dalam Budiyono, 2009) banyak faktor yang dapat mengakibatkan
terjadinya kekerasan di masyarakat. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang
mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis sesuai dengan empat faktor yang
dikemukakan oleh Soejono Soekanto. Pada penelitian-penelitian sebelumnya,
fokus penelitian tidak berfokus pada faktor-faktor yang mengakibatkan
terjadinya kekerasan di masyarakat melainkan pada dampak kekerasan pada
remaja di masyarakat (Horwitz 2005), Pengaruh kekerasan terhadap
perkembangan remaja (Cooley-Quille, Boyd, Frantz, & Walsh, 2001; Farver et
al, 2005; Finkelhor et al, 2005; Segel & Young, 2003), perbedaan identitas
budaya yang dapat berakibat menimbulkan kekerasan (Steven Salaita, 2005)
dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, didapatkan data mengenai faktor-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
157
faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis khususnya di
Yogyakarta. Oleh karena itu, temuan dalam penelitian ini tentunya
memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya kekerasan di masyarakat khususnya Yogyakarta.
Dari data hasil temuan, didapatkan bahwa kekerasan yang dilakukan
orang-orang yang berasal dari Indonesia Timur, semakin membentuk
prasangka keliru warga Yogyakarta. Menurut Ancok dan Suroso (1995), salah
satu ciri terbentuknya prasangka adalah jika ada salah seorang individu dari
kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua
anggota kelompok luar. Prasangka berakibat pada pengucilan dan konflik
sosial. Misalnya saja pengalaman keempat subjek yang ditolak untuk tinggal
di kos-kosan, kemudian subjek kedua yang disepelehkan oleh dosen dan
teman-teman kelas, serta pengalaman subjek pertama yang dikucilkan oleh
warga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Steven Salaita
(2005) mengenai bentuk pandangan warga Amerika terhadap warga Arab
yang tinggal di Amerika sebelum dan sesudah peristiwa WTC, dimana dalam
penelitian didapatkan bahwa pasca peristiwa tersebut warga Arab yang tinggal
di Amerika mendapatkan perlakuan diskriminasi, dicap sebagai teroris dan
sebagainya.
Konflik dan kekerasan yang terjadi berdampak pada kondisi psikologis
dan juga kehidupan sosial para subjek. Pada penelitian ini, para mahasiswa
(subjek penelitian) asal Indonesia Timur secara khusus Papua dan NTT,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
158
menunjukan adanya pengaruh kekerasan terhadap kondisi psikologi dan sosial
mereka, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Kekerasan yang
dimaksud tentunya tidak hanya merujuk pada kekerasan fisik antara orangorang Timur dengan warga Yogyakarta, namun juga kekerasan verbal, psikis,
konflik dan pengucilan sosial.
Beberapa penelitian menemukan bahwa, kekerasan etnis membawa
dampak psikologis bagi para individu yang mewakili etnisnya. Kekerasan
Etnis yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh pada kesehatan mental
remaja (Farver, Xu, Eppe, Fernandez, & Schwartz, 2005; Finkelhor, Ormrod,
Turner, & Hamby, 2005). Dampak psikologis kekerasan pada remaja dapat
mengarah pada kecemasan, depresi dan stress pasca trauma (Kliewer, Lepore,
Oskin, & Johnson, 1998). Selain itu, kekerasan juga dapat mengakibatkan
penyalahgunaan zat, dan tindakan agresi pada para korbannya (Bingenheimer,
Brennan, & Earls, 2005; Goldstein, Walton, Cunningham, Trowbridge, Maio,
2007; Rosenthal, 2000).
Harga diri rendah dialami setiap subjek. Hal ini dilihat dari pengakuan
keempat subjek yang tidak berdaya dan tidak percaya diri sebagai mahasiswa
asal Indonesia Timur. Pada subjek pertama dan kedua, dianggap “pembawa
keributan”. Sementara itu subjek ketiga tidak berdaya dengan pandangan
negatif warga Yogya. Sedangkan perasaan tidak berdaya dirasakan subjek
keempat setelah mendapat musibah pembacokan dan meninggalnya sang ibu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
159
Maslow menyatakan bahwa jika kebutuhan akan harga diri kurang maka,
seseorang akan diliputi rasa rendah diri, dan perasaan tidak berdaya.
Kecemasan juga dialami oleh para subjek. Keempat subjek
menunjukan indikator yang sama yaitu, adanya perasaan tegang, terancam dari
suatu bahaya. Para subjek cemas karena takut menjadi korban amarah warga
Yogyakarta. Selain itu, para subjek cemas jika adik-adik mahasiswa baru asal
Papua dan NTT dapat menjadi korban dari konflik dan kekerasan etnis di
Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan pengertian kecemasan yaitu keadaan
suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti
ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (American Psychiatric
Association, 1994; Barlow, 2002 dalam Durand; 158).
Dari data yang dihasilkan didapatkan bahwa hanya subjek keempat
yang mengalami keadaan depresi. Subjek keempat merasa sedih, merasa putus
asa, tidak berdaya, dan tidak dapat berkonsentrasi. Pengalaman subjek saat itu
mendapat dua luka bacokan di punggung dan harus dirawat dirumah sakit.
Pengalaman itu membuat subjek trauma dan akhirnya cuti kuliah selama tiga
tahun. Selama tiga tahun subjek ketiga melalui masa-masa pemulihan fisik dan
psikis. Pengalaman menjadi korban kekerasan dan meninggalnya sosok ibu
membuat subjek mengalami depresi. Depresi menimbulkan gejala-gejala
depresi seperti perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
gagasan bunuh diri (Kaplam, 1998).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
160
Stress pasca trauma dialami oleh keempat subjek. Stress pasca trauma
dialami para subjek keempat subjek yang merasa ketakutan, ketidakberdayaan,
kengerian yang selalu terbayang dipikiran mereka (DSM-IV). Subjek pertama
merasa stress saat mencari tempat tinggal di Yogyakarta. Subjek juga merasa
tertekan, dan beban. Tinggal di kos juga membuat saya merasa takut dengan
kejadian-kejadian seperti itu seperti yang dikemukakan subjek kedua. Subjek
ke-tiga mengaku akibat kekerasan etnis yang terjadi, dirinya merasa tidak
begitu nyaman kuliah akhirnya kuliah menjadi terganggu. Sedangkan akibat
kekerasan, subjek keempat merasa tidak bebas, tidak dapat menyalurkan hobi
bermain bola, atau berorganisasi yang mana sangat digemari olehnya. subjek
juga merasa stress karena tidak bebas bergerak dan beraktifitas seperti
biasanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Feldmen (dalam Fausiah dan
Widury, 2006) yang mendefinisikan stress sebagai suatu proses yang menilai
suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang ataupun
membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,
emosional, dan kognitif, dan perilaku.
Rasa malu dialami oleh keempat subjek. Keempat subjek merasa malu
karena beberapa pelaku kekerasan berasal dari Indonesia Timur. Keempat
menyangsikan tindakan kekerasan yang pelakunya adalah para mahasiswa asal
Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan pendapat Weekes (1991), yang
memandang rasa malu sebagai campuran dari kesombongan dan ketakutan
akan omongan si sekitar kita.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
161
Perasaan tertekan juga dialami oleh para subjek. Para subjek merasa
bahwa kekerasan etnis di Yogyakarta membuat timbulnya perasaan tertekan
dan perasaan tidak bebas. Subjek kedua mengaku bahwa seperti ada sesuatu
yang menggangu seperti tertekan, ada beban juga. Selain itu subjek ketiga,
merasakan perasaan sangat sakit dan terpukul atas pengucilan sosial dan
prasangka warga Yogyakarta.
Kekerasan yang terjadi membuat para subjek berupaya agar tidak
terjadi lagi konflik dan kekerasan di Yogyakarta. Upaya tersebut bertujuan
agar antara warga Yogyakarta dan mahasiswa asal Indonesia Timur dapat
berdampingan dengan baik, tidak ada lagi konflik, pengucilan sosial, dan
kekerasan antar kelompok etnis. Bentuk-bentuk upaya yang dilakukan yaitu
dimulai dari diri sendiri. Upaya yang dibentuk dari dalam diri misalnya subjek
pertama dengan membentuk sikap ramah, murah senyum dengan warga
Yogyakarta, memberi les matematika, mengikuti kegiatan koor di gereja
maupun di kampus. Selain itu dengan menasehati para mahasiswa baru asal
Papua dan teman-teman di kampus. Pada subjek kedua ditunjukan melalui
sikap penyesuaiaan diri pada kebiasaan warga Yogya misalnya dalam
bersikap, bertutur kata sopan, ramah, murah senyum dengan warga sekitar,
mempelajari bahasa Jawa, menasehati adik-adik mahasiswa baru asal Papua,
serta memberi pemahaman kepada teman-teman bahwa tidak semua orang
yang berasal dari Indonesia Timur keras dan jahat. Pada subjek ketiga juga
melalui sikap yang ramah dan murah senyum terhadap warga Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
162
serta pelayanan masyarakat di komunitas San Egidio. Sedangkan pada subjek
keempat upaya dilakukan melalui sikap dan pemikiran positif terhadap warga
Yogyakarta, serta menjadi contoh terhadap adik-adik asal NTT melalui
pelayanan masyarakat di komunitas San Egidio. Selain upaya untuk
mengurangi kekerasan dilakukan oleh para subjek, upaya juga dilakukan dari
komunitas Papua misalnya melalui dialog-dialog antara komunitas dengan
pihak pemerintah Yogyakarta dalam upaya untuk mencegah terjadinya
kekerasan etnis di Yogyakarta. Selain itu komunitas mengeluarkan aturan
untuk tidak mengonsumsi minuman beralkohol, tidak membuat keributan,
mengatur jam keluar malam di asrama Papua, dan menegaskan kepada para
mahasiswa Papua untuk menaati aturan dalam berlalu lintas. Bagi yang
membuat keributan dan mabuk akan ditegur dan diberi sangsi hingga
dipulangkan ke Papua jika tidak jera.
1. Temuan Tambahan
Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta juga disebabkan oleh
rasa frustasi yang dialami oleh orang-orang Timur yang tinggal di
Yogyakarta. Orang-orang Timur yang melakukan kekerasan merasa
kecewa karena pengucilan sosial dan sikap menyepelehkan dari warga
Yogyakarta. Kondisi frustasi ini sesuai dengan teori frustasi-agresi John
Dollard dan rekannya (dalam Myers, 2010) bahwa, frustasi selalu
mengarahkan individu pada suatu bentuk agresi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
163
Kondisi frustasi juga dirasakan oleh warga Yogyakarta yang
merasa tidak dapat menahan kesabaran atas tindakan oran-orang Timur
yang melakukan kekerasan dan keributan di Yogyakarta. Yogyakarta
sebagai kota yang nyaman dan damai menjadi rusuh karena kebiasaankebiasaan orang Timur yang suka mabuk-mabukan dan sebagainya.
Di bawah ini merupakan Skema Kerangka tentang dinamika
Kekerasan etnis yang terjadi di Yogyakarta, dampak sosio-psikologis, serta
upaya dalam mencegah terjadinya kekerasan etnis di Yogyakarta:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
164
Skema 2: Dinamika Kekerasan etnis Di Yogyakarta

Perbedaan Antar
Individu


Perbedaan fisik : warna kulit,
rambut, perawakan, dan wajah
Kurang Pemahaman antar Individu
Frustasi yang dialami individu
korban kekerasan
Perbedaan Budaya



Gaya dan nada berbicara/Logat
Kebiasaan berkumpulMabuk
Kebiasaan Berlalu Lintas


Menyepelehkan IQ orangtimur
Biaya hidup murahMabuk &
senang-senang di Yogya
Kepentingan media dalam
menginformasikan berita
Faktor-faktor
Bentrokan
Kepentingan
Persaingan



Persaingan Kebudayaan
Persaingan Ras
Pengucilan
Prasangka
keliru
Dinamika Konflik
dan Kekerasan
Etnis di Yogyakarta
Konflik dan
Kekerasan

Sedih, terpukul dan tidakberdaya


Cemas bagi diri sendiri
Cemas bagi Mahasiswa baru

Depresi karena menjadi korban
kekerasan
Stress Pasca
Trauma

Tidak konsentrasi, tidak aman di
Yogya, aktifitas terganggu
Rasa Malu

Malu karena orang timur mabuk
dan membuat keributan di yogya

Takut menjadi korban serta tidak
nyaman menjalani kuliah di
Yogya

Ramah, menghormati aturan, mau
menyesuaikan diri dengan warga
Yogya, memberi les, dan lainnya

Dialog, membuat aturan, dan
mengarahkan mahasiswa baru
untuk menyesuaikan diri di Yogya
Harga Diri Rendah
Kecemasan
Dampak SosioPsikologis
Depresi
Tertekan
Dari diri sendiri
Upaya
mengurangi
Kekerasan
Etnis di
Yogyakarta
Dari Komunitas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
165
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara Keseluruhan, keempat subjek menunjukan adanya dampak
psikologis yang dialami dari konflik dan kekerasan etnis antara orang-orang
yang berasal dari Indonesia Timur dan warga Yogyakarta. Selain itu, upaya
positif untuk mencegah terjadinya konflik dan kekerasan juga ditunjukan oleh
para subjek sebagai mahasiswa yang sedang menjalani kuliah di Yogyakarta.
Hasil penelitian yang berfokus pada faktor-faktor yang mengakibatkan
terjadinya kekerasan, dampak psikologis akibat kekerasan, dan upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan menunjukan bahwa terdapat
empat jenis faktor yang mengakibatkan terjadinya kekerasan etnis yaitu
perbedaan antar individu, perbedaan budaya, bentrokan kepentingan, dan
persaingan. Selain itu, terdapat enam dampak psikologis yang dialami para
subjek yaitu rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, stress pasca trauma,
rasa malu, dan tertekan. Terdapat dua upaya yang dibangun oleh para subjek
yaitu upaya dari dalam diri seperti membangun sikap ramah, mengikuti
kegiatan pelayanan masyarakat, dan menyesuaikan diri dengan kehidupan
masyarakat Yogyakarta seperti tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
menaati rambu-rambu lalu lintas. Upaya lain yang dilakukan bersama
komunitas ialah melalui dialog, dibentuknya aturan dari komunitas Papua, dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
166
kegiatan keakraban bersama mahasiswa baru yang membicarakan proses
penyesuaiaan diri di Yogyakarta. Kekerasan yang terjadi, ternyata tidak
menurunkan niat para mahasiswa asal Indonesia Timur untuk menyesuaikan
diri dan bertindak lebih baik lagi di Yogyakarta.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya diberikan pada subjek dengan batasan usia dan
latarbelakang pendidikan mahasiswa sementara, perantau asal Indonesia
Timur yang berada di Yogyakarta tidak hanya remaja yang berstatus
mahasiswa sehingga penelitian ini tidak dapat menggambarkan dampak yang
sosio psikologis yang terjadi pada orang-orang di usia dewasa akhir.
Penelitian ini juga, tidak menggambarkan data yang lengkap mengenai
kekerasan dan dampak psikologis dari sudut pandang warga Yogyakarta.
Selain itu, proses Triangulasi dalam penelitian ini tidak dilakukan secara
lengkap.
C. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti topik yang sama
diharapkan dapat meneliti dampak sosio psikologis dari sudut pandang
warga Yogyakarta yang menjadi korban konflik dan kekerasan etnis di
Yogykarta. Selain itu juga mempertimbangkan faktor usia, latarbelakang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
167
pendidikan,
dan
peran
budaya
yang lebih
mendalam
sehingga
memperkaya penelitian psikologi lintas budaya.
2. Bagi Para Mahasiswa dan Perantau yang Berasal dari Indonesia Timur
Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa semua subjek
mengalami dampak secara psikologis dalam diri mereka akibat kekerasan
etnis yang terjadi di Yogyakarta. Oleh karena itu, bagi para mahasiswa dan
perantau yang berasal dari Indonesia Timur untuk dapat mencegah
terjadinya konflik dan kekerasan dengan membangun sikap yang baik,
mau menyesuaikan diri, serta menaati peraturan serta ketentuan di tempat
rantauaan dalam hal ini kota Yogyakarta.
3. Bagi Warga Yogyakarta
Berdasarkan hasil analisis data, ternyata para mahasiswa asal
Indonesia Timur yang tidak melakukan kekerasan membutuhkan
dukungan dalam hal ini rasa aman untuk tinggal di Yogyakarta. Karena
prasangka yang diberikan kepada semua orang yang berasal dari Indonesia
Timur, mereka mendapatkan pengucilan seperti tidak diterima kos-kosan
dan sebagainya. Selain itu, pendidikan yang dijalani akhirnya mengalami
kendala karena kurangnya rasa aman untuk beraktivitas di Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
168
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Smith, E. E. Bem, D. J. (2010). Pengantar
Psikologi, jilid 2, edisi kesebelas.(alih bahasa: Widjaja Kusuma). Batam
Centre: Interaksara.
Baron, R. A dan Byrne, D,(2005). Psikologi Sosial (edisi Kesepuluh, jilid 2).
Jakarta: Erlangga.
Basrowi,. & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka
Citra.
Berkowitz, L. (1995). Agresi 1 : Sebab dan Akibatnya. Alih Bahasa: Hartatni
Woro Susiatni. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo.
Bingenheimer, B, J. & Robert, T, B. (2005). Firearm Violence Exposure and
Serious Violent Behavior. Journal Science, Volume 308 no. 5726 pp.
1323-1326
Budiyono. (2009). Sosiologi 2 : Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Burdett Deborah. (2009). The Effects of Exposure to Community Violence on
Aspects of Adolescent Identity Development. Journal of Child and
Adolescent Psychiatric Nursing, Volume 22, Number 2, pp. 99–105
Cholid, N., & Achmadi, H. A. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi
Aksara.
Cooley Michele & Tanya J. Quille. (2009). Community Violence and Youth:
Affect, Behavior, Substance Use, and Academics. Journal Clin Child Fam
Psychol 12(1): 127-156.
Degei Yeremias. (2007). Teriak Maling, Warga Aniaya Mahasiswa Papua Hingga
Mata Kiri Cacat. Diunduh 1 April 2014 dari
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=2623
Dirgagunarsa, S. (1983). Pengantar Psikologi. Jakarta. Mutiara.
Farver, J. A. M., Xu, Y., Eppe, S., Fernandez, A., & Schwartz, D. (2005).
Community violence, family conflict, and preschoolers' socioemotional
functioning. Developmental psychology, 41(1), 160.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
169
Fernandez Noviarizal. (2013). PENGRUSAKAN MAPOLSEK: Sesepuh Papua di
Yogyakarta Minta Aparat Tegas. Diunduh 11 Desember 2013 dari http://
Bisnis-Jateng.com.
Finkelhor, D., Ormrod, R., Turner, H., & Hamby, S. L. (2005). The victimization
of children and youth: A comprehensive, national survey. Child
maltreatment, 10(1), 5-25.
Goble, F. G. (1987). Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow,
terj. A. supratinya, Yogyakarta: Kanisius.
Hanafi Ristu. (2013). “Mahasiswa Asal NTT Trauma”. Diunduh 29 April 2014
dari http://m.koran-sindo.com/node/302235.
Hasan Addy. (2013). 2 TNI Dikeroyok Mahasiswa, Sesepuh Papua Minta
Berdamai. Diunduh 11 Desember 2013 dari http:// liputan6dotcom
Hill, H. M., & Jones, L. P. (1997). Children's and parents' perceptions of children's
exposure to violence in urban neighborhoods. Journal of the National
Medical Association, 89(4), 270.
Horowitz., McKay M. & Marshall R. (2005). Community Violence and Urban
Families: Experiences, Effects, and Directions for Intervention. The
American Journal of Orthopsychiatry. 75(3):356-68.
Huffman, K., Vernoy, M., Williams, B., & Vernoy, J. (2000). Psychology in
action. Wiley.
Hurlock, E. B. (1955). Adolescent development (Vol. 30). New York: McGrawHill.
Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Hidup. Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo,
M.Sc. Jakarta: Erlangga.
IDAI. (2013). “Masalah kesehatan mental emosional remaja”. Diunduh 26 Maret
2014
dari
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatananak/masalah-kesehatan-mental-emosional-remaja.
Indonesia, D. P. N. R. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat).
Jakarta. Gramedia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
170
Iwe. (2013). “Lapas Cebongan Sleman Diserbu Sekelompok Pria Bersenjata”.
Diunduh
21
April
http://jogja.tribunnews.com/2013/03/23/lapascebongan-sleman-diserbu-sekelompok-pria/
Jessica, M. (2007). Dampak psikologis pada dewasa muda korban kekerasan
dalam berpacaran (Doctoral dissertation, Unika Soegijapranata).
Kaplam, H. I., & Saddock, B. J. (1981). Modern synopsis of comprehensive
textbook of psychiatry.
Katona, C., Cooper, C., & Robertson, M. (2012). Psychiatry at a Glance. John
Wiley & Sons.
King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika
Kliewer, W., Lepore, S. J., Oskin, D., & Johnson, P. D. (1998). The role of social
and cognitive processes in children's adjustment to community violence.
Journal of consulting and clinical psychology, 66(1), 199.
Kristi, E. P. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi-Universitas Indonesia.
Maharani Shinta. (2013). “Ribuan Mahasiswa asal NTT Eksodus dari Yogya”.
Diunduh 3 Oktober 2013 dari http:// Ribuan Mahasiswa asal NTT Eksodus
dari Yogya _ nasional _ Tempo.co.
Mahoney, A. & Lear M. (2008). Social Violence, Psychosocial Consequences and
Considerations for Social Work Intervention. The Caribbean Journal of
Social Work Volume 6 and 7. No 36-57.
Malcolm, H., & Steve, H. (1988). Pengantar Psikologi. Jakarta. Erlangga.
Mark, D. V., & Barlow David, H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal. Cetakan
pertama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif. Terjemahan
oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Moleong Lexy, J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
171
Monk, C. S., McClure, E. B., Nelson, E. E., Zarahn, E., Bilder, R. M., Leibenluft,
E., ... & Pine, D. S. (2003). Adolescent immaturity in attention-related
brain engagement to emotional facial expressions. Neuroimage, 20(1),
420-428.
Pujiani, H. (2007). Dampak Psikologis Orang Tua yang Mempunyai Anak Autis
(Doctoral dissertation, Unika Soegijapranata).
Pusat Pembinaan, Pengembangan Bahasa (Indonesia), Indonésie. Departemen
Pendidikan, Balai Pustaka, & PN. (1991). Kamus besar bahasa Indonesia
(Vol. 3658). Pusat Pembinaan, & Pengembangan Bahasa (Eds.). Jakarta.
Balai Pustaka.
Pustaka, B. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Putra, E.I., & Ardiningtiyas, P. (2012). Psikologi Prasangka: Sebab, Dampak, dan
Solusi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Quille, C. M., Boyd, R. C., & Walsh J. (2001). Emotional and Behavioral Impact
of Exposure to Community Violence in Inner-city Adolescents.
Department of Mental Hygiene, School of Hygiene and Public Health,
Johns Hopkins University, 624 North Broadway, 8th Floor, Baltimore,
MD 21205, USA.
Rahman Abdul, A. (2013). Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Jakarta. Rajawali Pers.
Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar). Jakarta. Indeks.
Sarwono, S. W. (1995). Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sarwono, Sarlito.W. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Schneiders, A. A. (1951). The psychology of adolescence. Milwaukee, Bruce.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1994). Psikologi sosial jilid 2.
Penterjemah Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.
Santrock, W.J. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Dra.
Shinto B. Adelar, M.Sc. dan Sherly Saragih, S.Psi. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
172
Santrock, W.J. (2007). Remaja. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta:
Erlangga.
Smith, E. E., Atkinson, R. L., & Hilgard, E. R. (2003). Atkinson & Hilgard's
introduction to psychology. Wadsworth Pub Co.
Surya Roy. (2012). “Mahasiswa Timor Leste gak mau bayar parkir, malah ajak
gank, bacok tukang parkir”. Diunduh 21 April 2014 dari
http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php/4767-MahasiswaTimor-leste-gak-mau-bayar-parkir-malah-ajak-gank-bacok-tukang-parkir
Tohari Amien, dkk (2011). Dinamika Konflik dan Kekerasan di Indonesia.
Jakarta: Institut Titian Perdamaian.
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Purnamaningsih, E. H. (2003). Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi
Interpersonal pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 30(2), 67-71.
Walker, H. M., & Gresham, F. M. (1997). Making Schools Safer and Violence
Free. Intervention in School and Clinic, 32(4), 199-204.
Walgito, B. (1980). Psikologi sosial: Suatu pengantar. Fakultas Psikologi UGM.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
173
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
174
LAMPIRAN
1
Dinamika Kekerasan Etnis
di Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis pada
Subjek 1 (AT)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
175
Skema 3
Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan
Indonesia Timur
Subjek 1
Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Individu
Mengalami Kekerasan Etnis
1. Perbadaan antar invidu
2. Perbedaan budaya
Prasangka
Pengucilan sosial,
konflik dan
Kekerasan Etnis
di Yogyakarta
Dampak Negatif
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Harga Diri Rendah
Kecemasan
tertekan
Stres Pasca Trauma
Rasa Malu
Kuliah Menjadi Terganggu
Keterangan
Upaya Positif
a)
b)
c)
d)
Menigkatkan Penghayatan Agama
Mentaati peraturan
Berbaur dan membuka diri
Mengarahkan Adik-adik Mahasiswa
Baru dalam Membentuk Sikap Positif
:
Mengakibatkan
Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
176
LAMPIRAN
2
Dinamika Kekerasan Etnis
di Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis pada
Subjek 2 (YD)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
177
Skema 4
Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan
Indonesia Timur
Subjek 2
Faktor-Faktor Yang Dapat
Mengakibatkan Individu
Faktorf
Mengalami Kekerasan Etnis
1. Perbadaan antar invidu
2. Perbedaan budaya
3. Bentrokan Kepentingan
Prasangka
Pengucilan sosial,
konflik dan
Kekerasan Etnis
di Yogyakarta
Dampak Negatif
a)
b)
c)
d)
e)
Harga Diri Rendah
Kecemasan
Tertekan
Stres Pasca Trauma
Rasa Malu
Keterangan
Upaya Positif
a) Berbaur dan membuka diri
b) Mengarahkan Adik-adik Mahasiswa Baru
dalam Membentuk Sikap Positif
:
Mengakibatkan
Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
178
LAMPIRAN
3
Dinamika Kekerasan Etnis
di Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis pada
Subjek 3 (AS)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
179
Skema 5
Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan
Indonesia Timur
Subjek 3
Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan Individu
Mengalami Kekerasan EtnisFaktorf
1. Perbadaan antar invidu
2. Perbedaan budaya
3. Persaingan
Prasangka
Pengucilan sosial,
konflik dan
Kekerasan Etnis
di Yogyakarta
Dampak Negatif
a)
b)
c)
d)
e)
Harga Diri Rendah
Kecemasan
Tertekan
Stres Pasca Trauma
Rasa Malu
Keterangan
Upaya Positif
a) Berbaur dan membuka diri di masyarakat
b) Mengikuti pelayanan masyarakat di
komunitas San Egidio
:
Mengakibatkan
Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
180
LAMPIRAN
4
Dinamika Kekerasan Etnis
di Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis pada
Subjek 4 (MR)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
181
Skema 6
Dinamika Kekerasan Etnis yang terjadi di Kota Yogyakarta dan Dampak
Sosio-Psikologis Pada Mahasiswa-Mahasiswa yang Berasal dari Kawasan
Indonesia Timur
Subjek 4
Faktor-Faktor Yang Dapat Mengakibatkan
Individu
Faktorf
Mengalami Kekerasan Etnis
1. Bentrokan Kepentingan
Prasangka
Pengucilan sosial,
konflik dan
Kekerasan Etnis
di Yogyakarta
Dampak Negatif
a)
b)
c)
d)
e)
Harga Diri Rendah
Tertekan
Stres Pasca Trauma
Rasa Malu
Kuliah Menjadi Terbengkalai
Keterangan
Upaya Positif
a) Berbaur dan membuka diri
b) Mengikuti pelayanan masyarakat di
komunitas San Egidio
:
Mengakibatkan
Memberi Dampak Positif dan Negatif pada Individu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
182
LAMPIRAN
5
Protokol Wawancara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
183
PROTOKOL WAWANCARA
Waktu wawancara (hari/tanggal/jam) :
Durasi wawancara
:
Tempat wawancara
:
Nama Interviewe (Inisial)
:
Pekerjaan
:
Tempat/tanggal lahir
:
Status pernikahan
: Sudah / Belum Menikah
Usia
:
Urutan Kelahiran
: anak ke- dari bersaudara
Pendidikan terakhir
:
Hobi
:
No.
No
Panduan Pertanyaan bagi Subjek
1
Faktor-faktor Penyebab Kekerasan Etnis di
a. Bagaimana pandangan anda berkaitan dengan konflik dan
kekerasan yang terjadi antara warga Yogyakarta dengan
mahasiswa asal Indonesia Timur di Yogyakarta?
b. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan terjadinya kekerasan
etnis di Yogyakarta?
2
3
4
Pengalaman Diskriminasi dan Pengucilan Sosial
a. Apakah anda memiliki pengalaman diskiminasi atau pengucilan
sosial oleh warga Yogyakarta?
b. Jika ada dapatkah anda menceritakan pengalaman tersebut?
c. Bagaimana pengalaman tersebut berpengaruh dalam kehidupan
anda sebagai mahasiswa?
Dampak Sosio-Psikologis dari Kekerasan Etnis di Yogyakarta
a. Apa akibat yang anda rasakan maupun anda alami dari kekerasan
etnis yang terjadi?
b. Seberapa besar perasaan tersebut mempengaruhi anda?
c. Apakah dampak-dampak tersebut mempengaruhi kehidupan anda sebagai
mahasiswa di Yogyakarta?
Upaya-upaya dan harapan agar tidak Terjadinya Kekerasan
Etnis di Yogya
a. Sikap apa yang anda lakukan agar antara warga Yogyakarta dan mahasiswa
Indonesia Timur semakin harmonis?
b. Sebagai mahasiswa asal Indonesia Timur apa yang anda harapkan berkaitan
dengan konflik dan kekerasan di Yogyakarta?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
184
LAMPIRAN
6
Transkrip Verbatim
Wawancara dan Analisis
Data Subjek 1 (AT)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
185
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1 (AT)
Baris
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Verbatim
Bagaimana relasi anda
dengan teman-teman satu
suku maupun berbeda suku?
Relasi saya dengan temanteman baik, yang penting
saya terbuka dengan temanteman. Di kos ataupun di
kampus
saya
berani
membuka diri. Sedangkan
relasi saya dengan temanteman satu daerah itu sudah
pasti baik. Karena prinsip saya harus baik dulu dengan
teman-teman satu daerah
sebelum dengan temanteman dari daerah lain.
Bagaimana peran suku
mey dalam membentuk
watak dan kepribadian
anda?
Suku mey mengajarkan saya dalam berperilaku. Misalnya
ada tiga unsur utama yaitu
Dou artinya melihat dengan
mata, Gae artinya berpikir,
dan ekowae artinya berkerja
dengan tangan dan kaki.
Ketiga unsur itu adalah
pegangan saat di tempat
rantauan.
Bagaimana
anda
memandang
kekerasan
etnis antara mahasiswa
timur dengan warga yang
terjadi di Yogyakarta?
Menurut saya kekerasan yang
terjadi
antara
Koding Awal
Analisis
Upaya untuk membuka 
diri dalam relasi dengan
teman-teman dari
budaya Jawa
Kesadaran akan
pentingnya membuka
diri dengan temanteman dari budaya Jawa
maupun dengan warga
Yogyakarta
Prinsip dalam menjalin
relasirelasi yang baik
dengan budaya yang
berbeda mencerminkan
relasi yang baik dengan
budaya sendiri
Suku mey mengajarkan
3 cara bersikap yaitu
melihat, berpikir dan
berkerja dimanapun
berada termasuk di
tempat rantauan

Peran budaya Mey
dalam membentuk
pribadiTidak
menutup mata akan
lingkungan sekitar,
memikirkan cara yang
tepat dalam bersikap
dan bertindak dengan
baik dan benar
Kekerasan terjadi
karena perbedaan

Faktor yang
menimbulkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
186
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
mahasiswa asal timur dan
warga
setempat
adalah
karena perbedaan budaya,
pemahaman
budaya.
Misalnya anggapan orang
Jawa terhadap orang timur
adalah orang yang keras tapi pada kenyataannya tidak
semua orang timur keras.
Sedangkan orang timur
memandang bahwa orang
Jawa adalah orang yang
sopan dan halus namun pada
kenyataannya tidak semua
orang Jawa seperti itu.
Karena pemahaman budaya
yang
berbeda
akhirnya
terjadi
konflik
dan
kekerasan.
Menurut anda apakah
semua mahasiswa timur
keras
dan
suka
menimbulkan kekerasan?
Kalaupun ada kekerasan yang dilakukan oleh orang
timur,
menurut
saya
kekerasan
itu
hanya
dilakukan oleh beberapa
mahasiswa timur saja. Tidak
semua orang timur membuat
keributan di sini. Namun
warga
Yogya
setempat
menganggap bahwa semua
orang Papua pembuat onar.
Menurut anda apakah
yang
menyebabkan
pandangan warga Yogya
seperti itu?
Menurut saya karena hal-hal kecil seperti orang Papua
sering tidak menaati lalu
lintas. Akhirnya pandangan
budaya dan kurangnya
pemahaman budaya
kekerasan disebabkan
oleh perbedaan budaya
dan kurangnya
pemahaman terhadap
perbedaan individu
Prasangka yang keliru
timbul dari kurangnya
pemahaman akan
budaya tertentu

Kurangnya pemahaman
budaya menimbulkan
prasangka yang keliru
yang akhirnya
mengakibatkan konflik
dan kekerasan etnis
Proses Generalisasi:
Kekerasan hanya
dilakukan oleh
beberapa mahasiswa
timur, namun warga
setempat berprasangka
pada semua mahasiswa
timur

Rasa ketidakadilan atas
prasangka keliru yang
dibentuk warga Yogya

Kekerasan etnis
semakin menguatkan
prasangka yang selama
ini telah dibentuk warga
Yogya karena
perbedaan budaya
Prasangka negatif
timbul karena hal-hal
sepele, seperti
ketidaktaatan pada

Faktor timbulnya
prasangka negatif
karena tidaktaatnya
mahasiswa Papua pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
187
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
orang setempat menganggap
rata-rata orang timur negatif.
Sebagai orang Papua apa
yang
anda
rasakan
berkaitan
dengan
pandangan tersebut?
Saya sebagai orang Papua merasa
terpukul, sedih,
karena dianggap sepele
dengan kalimat “ah orang
Papua saja”.
Adakah
pengalaman
diskriminasi yang anda
rasakan di Yogya?
Saya punya pengalaman di tolak saat saya mencari kos.
Saat saya tidak diterima oleh
pemilik kos saya merasa
sedih. Pernah juga saya
punya pengalaman emosi
saat di Jawa Timur dimana
pernah ada warga yang
mengatakan “ah wong Papua
saja”. Sebagai orang Papua
saya
merasa
sangat
emosional
namun
saya
berusaha sabar.
Apa yang anda rasakan
dari
pengalaman
diskriminasi tersebut?
Saya sih tidak terlalu terbebani dengan tindakan
diskriminasi yang dilakukan
oleh warga setempat. Itu
tergantung bagaimana pintarpintarnya
saya
untuk
bergaul. Namun saat saya
berada di suatu daerah yang
baru, pandangan warga
terhadap saya itu sama
dengan teman-teman Papua
rambu lalu lintas
peraturan setempat
misanya dalam aturan
berlalu lintas

Perasaan terpukul,
sedih dan tidak berdaya
timbul akibat
diskiminasi warga Jawa
Prasangka keliru
mengakibatkan masalah
psikologis seperti
terpukul, sedih dan
ketidakberdayaan
sebagai kaum minoritas
Pengalaman di tolak
pemilik kos-kosan serta
dianggap remeh warga
mengakibatkan
perasaan sedih dan
emosi yang ditahan

Pengaruh diskriminasi
mengakibatkan
perasaan sedih, emosi
dalam kondisi tidak
berdaya
Diskriminasi tidak
terlalu membebani,
namun masih ada
kecemasan saat berada
di daerah baru

Dampak prasangka
mengakibatkan
perasaan trauma dan
cemas jika berada di
tempat baru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
188
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172
lain yang sering buat
keributan,
dan
mabukmabukan.
Apakah ada pengalaman
kekerasan yang tidak bisa
anda lupakan?
Saya
punya
beberapa pengalaman trauma tapi
yang menjadi korbannya
adalah teman saya. Waktu
itu pada hari minggu tahun
2012 komunitas mahasiswa
Papua melaksanakan acara
makrab di pantai baron, eh
sori pantai kukup. Saat itu teman
saya
ini
mau
beribadah
di
Yogya,
akhirnya di memutuskan
untuk pulang dan dalam
perjalanan dia tabrakan di
daerah Playen Wonosari.
Tapi berdasarkan hasil visum
itu menunjukan bahwa dia
benar-benar kecelakaan.
Apa dampak yang anda
rasakan dari pengalaman
teman anda?
Nah yang saya takutkan dari pengalaman
itu
adalah
misalnya saya mengendarai
sepeda gayung atau sepeda
motor, terus ada orang-orang
yang mencoba mencelakai kami orang timur. Saat itu
saya
merasa
sangat
ketakutan,
sehingga
membuat
saya
sangat
waspada ketika mengendarai
sepeda motor.
Apa yang anda lakukan
dalam menghadapi hal
Perasaan takut dan
trauma menjadi korban
kecelakaan

Dampak kekerasan
mengakibatkan
perasaan tidak aman
dalam mengendarai
kendaraan, trauma dan
menjadi korban amukan
warga Yogya
Ada ketakutan menjadi
sasaran amukan warga
Yogya yang sengaja
melukai.

Kekerasan yang tidak
dialami secara langsung
mengakibatkan masalah
psikologis
Perasaan takut saat
mengendarai sepeda
motor atau sepeda
gayung

Dampak Psikologis
yaitu perasaan tidak
aman dalam
mengendarai kendaraan
Sikap waspada saat

mengendarai kendaraan
bermotor.
Meningkatnya
kewaspadaan saat
berkendara sepeda
motor
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
189
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
tersebut?
Melalui pengalaman itu, saya dan teman-teman senior di
komunitas
menghimbau
kepada
teman-teman
komunitas dan adik-adik
tingkat untuk waspada dan
berhati-hati.
Apakah
hanya
itu
pengalaman
kekerasan
yang tidak dapat anda
lupakan?
Ada juga pengalaman adik tingkat yang di bacok dan
dipukul dari belakang. Yang
membuat saya takut adalah
ketika kami anak-anak Papua
lagi kumpul-kumpul atau
bercerita-cerita di tempat
umum, takutnya ada orang
yang mencelakai kami dari
belakang. Selain di tempattempat ramai saya juga takut
jika di tempat-tempat sepi.
Lalu yang sering saya
takutkan jika mengendarai
sepeda motor ada yang
mecoba melukai saya. Jadi
selama ini saya sangat
berhati-hati
sekali
saat
mengendarai sepeda motor.
Setelah banyak kasus terjadi,
saya menjadi takut saat
mengendarai sepeda gayung,
karena sepeda gayung itu
lambat dan saya takutnya ada
yang melukai saya dari
belakang saat mengendarai
sepeda
gayung.
Saya
mengendarai motor saja
takut apalagi sepeda gayung.
Berarti sekarang anda
masih takut mengendarai

Pengalaman kekerasan
mengakibatkan
meningkatkan rasa
persaudaraan dan
kepedulian diantara
teman-teman satu
daerah untuk lebih
menjaga diri

Pengalaman kekerasan
yang dialami teman dari
Papua secara tidak
langsung menimbulkan
perasaan tidak bebas
dalam beraktifitas, takut
tinggal di Yogyakarta
Upaya subjek dan
teman-teman senior
yang berasal dari Papua
untuk mengingatkan
mahasiswa baru agar
lebih berhati-hati di
Yogya
Ketakutan-ketakutan
menjadi korban
amukan warga Yogya
seperti takut berada di
tempat umum, tempat
sepi, saat berkumpul
dengan teman-teman
maupun saat
mengendarai sepeda
motor
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
190
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
sepeda gayung?
Kalau tahun-tahun kedepan situasi sudah membaik,
maka
saya
akan
menggunakan
sepeda
gayung.
Kalau
menggunakana sepeda hanya
di daerah kos, ya masih bisa
lah tapi kalau sudah keluar
agak jauh saya takut. Selain
itu, jika keluar malam saya
juga takut. Sehingga saya
merasa tidak bebas dan
merasa terancam tinggal di
Yogyakarta.
Apakah
kekerasan
tersebut
mempengaruhi
kuliah anda?
Iya
tentunya
memberi dampak dalam studi saya di
Yogyakarta. Misalnya kalau
saya mau berpergian untuk
urusan
belajar
kadang
perasaan takut dan was-was
itu muncul. Selain itu, saat tinggal di kos juga tidak
merasa aman, mau belajar
juga tidak nyaman. Takutnya
pemilik kos dengan inteligen
berkerjasama
untuk
memusnakan kami orang
timur Indonesia.
Wah emangnya sampai
menyangkutpautkan
inteligen ya?
Iya kayak mata-mata yang berkerjasama dengan pemilik
kos dan mencoba meracuni
kami. Hal ini yang membuat
saya dan adik-adik mau
pindah
kos-kosan
atau
kontrakan
yang
baru.
Perasaan tidak bebas
dan terancam saat
menggunakan sepeda
motor atau gayung di
luar dari tempat tinggal
serta takut berpergian
di malam hari

Dampak kekerasan
mengakibatkan
kecemasan saat
berpergian di malam
hari dan saat
mengendarai sepeda
motor atau sepeda
gayung
Perasaan tidak aman
dalam belajar yang
mengakibatkan
konsentrasi belajar
menurun

Dampak kekerasan
menimbulkan perasaan
tidak bebas, tertekan
dan selalu dihantui
ketakutan dalam belajar
maupun perkuliahan di
Yogyakarta
Pengalaman diracuni

oleh orang tidak
dikenal, membuat
subjek ingin pindah kos
dan lebih memilih
mencari kontrakan
Pengalaman kekerasan
membuat subjek trauma
tinggal di kos-kosan.
Selain itu tidak aman
saat berada di koskosan
Ketakutan menjadi
sasaran amukan bapak
kos dan inteligen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
191
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
Tentunya
karena
ada
masalah-masalah ini, saya
menjadi tidak aman dalam belajar dan harus mengurus
tempat tinggal yang nyaman.
Belum lagi susah mencari
tempat
tinggal
di
Yogyakarta.
Adakah kekawatiran lain
yang anda rasakan?
Saya juga punya kekawatiran dengan teman-teman yang
masih baru kuliah dan
tempat tinggalnya agak jauh
dari kampus.
Adakah dampak positif
yang anda rasakan dari
kekerasan etnis di Yogya?
Saya merasa bahwa malalui pengalaman diskriminasi dan
kekerasan
etnis
di
Yogyakarta,
penghayatan
agama
saya
semakin
meningkat. Selain rajin ke
gereja
dan
mengikuti
kegiatan seperti kor, dan
mudika di gereja, saya
mengimbangi dengan sikap
yang baik terhadap warga
Yogya.
Keseimbangan
antara penghayatan agama
dengan sikap yang nyata
menurut saya saat ini
meningkat. Tentunya sikap
baik itu saya lakukan bukan
semata-mata hanya purapura di depan warga Yogya,
namun
saya
lakukan
sungguh-sungguh dari hati
yang paling dalam. Karena
masalah-masalah kekerasan
itu, membuat saya semakin

Tidak aman dan
nyaman dalam belajar
Kekerasan
mengakibatkan
timbulnya perasaan
kecemasan menjadi
sasaran amarah warga
Rasa kawatir jika

mahasiswa baru dari
timur menjadi korban
kekerasan warga Yogya
Timbul rasa kawatir
sesama saudara
mahasiswa Papua
Diskriminasi dan
kekerasan etnis di
Yogyakarta membuat
penghayatan agama
subjek semakin
meningkat dan
semangat pelayanan
seperti koor, mudika
serta lebih ramah
kepada warga Yogya

Dampak positif dari
kekerasan yaitu
meningkatnya
kesadaran dalam
penghayatan agama
yang diimbangi melalui
tindakan kongkrit
dalam pelayanan di
gereja dan masyarakat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
192
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
dekat dengan Tuhan.
Upaya apa yang anda
lakukan
dalam
menghadapi
prasangka,
diskriminasi
dan
kekerasan di Yogya?
Hal yang harus kita buat adalah melakukan hal-hal
positif dimana saja kita
berada
dan
memberi
pemahaman bagi adik-adik
mahasiswa
baru.
Agar
pandangan orang setempat
tentang orang papua yang
suka mabuk, sering buat kekerasan, suka senangsenang dan tidak menaati
lalu
lintas
menjadi
berkurang.
Perasaanperasaan sedih, terpukul, dan
dianggap
sepele
masih
dirasakan sekarang. Intinya saya meyakinkan warga
setempat dengan memberi
les
matematika
di
masyarakat agar mereka tahu
bahwa orang Papua juga bisa
dan tidak semua orang Papua
negatif. Selain memberi les
saya
juga
memberi
pengetahuan kepada temanteman tentang keadaan di
Papua karena mereka selama
ini hanya melihat kondisi
Papua lewat TV.
Apakah masih ada upaya
lain?
Upaya yang kami buat di komunitas adalah dengan
membuat
dialog-dialog
dengan warga Yogyakarta
maupun dengan pemerintah
Upaya mulai dari diri
sendiri seperti memberi
les matematika,
memberi pemahaman
kepada teman-teman
maupun kenalan orang
Yogya.

Upaya bagi adik-adik

mahasiswa baru dengan
menasehati untuk
berperilaku baik di
Yogya.
Dampak kekerasan
etnis mengakibatkan
terbentuknya upaya
positif yang dibangun
dari diri sendiri serta
bagi adik-adik
mahasiswa baru
Kesadaran untuk tetap
semangat untuk tetap
mengubah pandangan
orang Jawa bahwa tidak
semua orang Papua
jahat
Perasaan-perasaan
sedih, terpukul, dan
diremehkan tidak
menyurutkan semangat
untuk berperilaku baik
di Yogya.
Upaya dari komunitas
agar tidak timbul
kekerasan melalui
dialog dengan
pemerintah Yogya,

Peran Komunitas Papua
dalam mengurangi
angka kekerasan etnis
di Yogya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
193
349.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
Yogya. Sedangkan berkaitan
dengan peraturan, kami di
komunitas telah menyepakati
bersama
untuk
tidak
mengonsumsi
minuman
keras. Jika ada mahasiswa
papua mabuk dan membuat
kekerasan di jalan, kami
akan
membawa
dan
mengadili mereka. Kami dari
komunitas memiliki tim
keamanan malam sendiri. Tim ini akan memantau
siapa
yang
membuat
kekerasan di jalan akan
diproses. Jika mahasiswa
tersebut membuat keributan
dan mabuk, maka dia akan di
pulangkan ke Papua. Selain
itu untuk jam malam, kami
di asrama di tentukan batas
keluar malam adalah pukul
tujuh malam agar tidak ada
korban kekerasan. Hal ini
karena banyak kekerasan
dilakukan di malam hari.
Selain itu kami menegaskan
aturan untuk menggunakan
helm saat berpergian. Selain
untuk waspada, keamanan
juga harus diperhatikan
karena demi keselamatan
pengendara.
Selain
itu,
kelengkapan
kendaraan
seperti kaca spion, lampu
sein, rem tangan dan kaki.
Semua harus diperhatikan.
Dan jangan terlalu banyak
berpergian tanpa tujuan, jadi
kalau satu orang yang timur
buat kesalahan maka semua
orang timur akan merasakan
dampak. Kalau kami kakakkakak senior sudah bisa
tidak mengonsumsi

alkohol, peringatan
untuk menaati aturan
lalu lintas, menghimbau
untuk tidak sering
keluar malam, hingga
sikap yang tegas
terhadap mahasiswa
yang berbuat keributan
Membentuk
pemahaman kepada
mahasiswa baru untuk
menyesuaikan diri serta
menaati peraturan di
Yogya itu tidak mudah.
Tantangan dalam
mengarahkan
mahasiswa baru asal
Papua untuk
berperilaku baik
membutuhkan kerja
keras
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
194
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
menyesuaikan, yang menjadi
masalah disini adalah adikadik mahasiswa baru kadang
mereka masih membawa
kebiasaan lama, dan keras
kepala.
Apa harapan anda sebagai
mahasiswa asal Indonesia
timur di Yogya berkaitan
dengan kekerasan etnis?
Harapan saya secara pribadi dan mewakili teman-teman
Papua kepada Pemerintah
setempat adalah kiranya
pemerintah setempat dapat
terbuka, transparan, dan
membuat
aturan
agar
mahasiswa timur dapat juga
diakui. Memberi kesempatan kepada
mahasiswamahasiswa asal Indonesia
timur, karena selama ini
mahasiswa Papua dipandang
sebelah mata. Kiranya kami
dipandang seperti manusia
juga. Misalnya di dunia
kerja, kami di Papua
memberi kesempatan jabatan
kepada warga jawa untuk
berkerja dan membangun
Papua. Sementara kalau di
Yogya, saya melihat bahwa
orang Papua itu jarang.
Maksud saya adalah kami
dipandang adil. Selain itu
dalam menerima kos atau
kontrakan, kita semua warga
Indonesia Timur adalah
warga negara Indonesia, jadi
jangan dipandang berbeda.
Karena pemahaman, bahasa,
dan kurangnya perhatian dari
pemerintah akhirnya kami
Harapan agar
Pemerintah memberi
kesempatan bagi
mahasiswa Indonesia
timur untuk diakui dan
dihargai di Yogya.
Harapan agar kiranya
diskriminasi dapat
berkurang dan
mahasiswa Papua dapat
dihargai

Himbauaan kepada
pemerintah setempat
untuk terlibat
menciptakan
perdamaian diantara
mahasiswa Indonesia
timur dan warga Yogya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
195
437.
438.
439.
440.
kurang dihargai. Saya juga
berharap dalam penegakan
hukum harus adil dalam
menegakan hukum.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
196
LAMPIRAN
7
Transkrip Verbatim
Wawancara dan Analisis
Data Subjek 2 (YD)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
197
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2 (YD)
Baris
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Verbatim
Bagaimana awalnya anda
menyesuaikan
diri
di
Yogyakarta?
Pada awal saya tinggal di Yogyakarta, memang sulit.
Misalnya “mari makan” itu
di papua artinya diajak
makan. Tapi di sini ternyata
hanya simbol ijin makan.
-
Lalu apa yang anda
lakukan selanjutnya untuk
menyesuaikan diri?
Lama
kelamaan
saya mengikuti cara berbicara,
atau sikap orang Jawa dalam
berelasi
dengan
warga sekitar. Saya juga banyak
bertanya dengan temanteman kos atau anak dari ibu
kos dalam menyesuaikan
dengan lingkungan. Saya
beranikan diri menyapa dan
lebih murah senyum dengan warga sekitar. Saya juga
belajar bahasa Jawa dengan
teman-teman kos. Saya
berusaha menyesuaikan saja
agar dapat diterima
Berkaitan
dengan
kekerasan
antara
mahasiswa
timur
dan
warga Yogya, menurut
anda apa yang menjadi
penyebabnya?
Di papua biaya hidup mahal,
namun di Yogya biaya hidup
murah. Kebanyakan anak-
Koding Awal
Analisis
Awal proses
penyesuaiaan diri
dengan budaya Yogya
mengalami kesulitan

Faktor agar dapat
diterima di Yogya
adalah menyesuaiaan
diri 9
Kebiasaan lama yang
dibawa

Perbedaan persepsi
budaya dalam hal
makan 1
Penyesuaiaan diri
dengan budaya Yogya

Faktor penting dalam
penyesuaian diri dengan
budaya berbeda ialah
kemauaan dan
keberanian untuk
berbaur 9

Faktor ekonomi dapat
mempengaruhi
timbulnya konflik dan
kekerasan di Yogya 1
Proses penyesuaiaan
diri yang dimulai dari
kesadaran untuk
memulai menyapa,
berbaur dengan budaya
setempat
Adanya keberanian
untuk berbaur
Biaya hidup yang
murah membuat
mahasiswa asal
Indonesia Timur boros
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
198
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
anak timur kaget dengan
uang banyak yang dikirim
dari
orangtua
dan
menggunakan uangnya untuk
mabuk-mabukan
di
Yogyakarta.
Apakah ada penyebab
lain?
Bahasa juga membedakan
orang Jawa dan orang timur.
Misalnya nada orang papua
tinggi, kasar sedangkan
orang jawa halus. Temanteman saya kadang kaget jika
ada anak papua yang
berbicara. Nada kasar, besar
dan tinggi itu merupakan
kebiasaan orang-orang timur
namun bukan berarti orang
timur itu kasar sesuai nada
suaranya. Hal-hal itu yang
membuat
orang
Jawa
memandang orang timur
kasar padahal nada suara itu
merupakan
kebiasaan.
Kebiasaan yang sejak lahir
ada dalam diri seseorang
sulit untuk di rubah.
Begitupun sebaliknya orang
jawa ketika ke papua tidak
mungkin merubah kebiasaan
dengan nada yang tinggi atau
kasar.
dan mabuk-mabukan di
Yogyakarta
-
Nada suara yang tinggi
adalah gaya berbicara
budaya orang timur.
Sedangkan nada suara
halus adalah gaya
berbicara budaya Jawa
-
Pemahaman budaya
penting agar tidak
timbul kesalahpahaman
-
Gaya berbicara dengan
nada tinggi tidak
sepenuhnya
mencerminkan watak
yang keras. Begitu pula
gaya berbicara halus
tidak sepenuhnya
mencerminkan watak
yang baik
-
Kebiasaan yang
melekat sulit untuk
diubah
Apakah ada pengalaman
kongkrit berkaitan dengan
budaya
yang
melekat
dalam diri seseorang?
Contohnya ada romo yang bertugas di paroki tempat
saya tinggal. Romo tersebut
berasal dari Jawa dan gaya

Rasa lucu karena nada 
Romo sangat halus dan
dianggap seperti anak
kecil
Faktor yang dapat
menimbulkan konflik
dan kekerasan etnis
adalah perbedaan
budaya dan kurangnya
pemahaman budaya 1
Persepsi yang salah
pada gaya dan nada
berbicara dapat
menimbulkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
199
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
berbicaranya sangat halus
sebagai
orang
Jawa. Memang dialek dan nada
sangat membedakan orang
Jawa dan orang Papua.
Jadinya romo saya itu
berbicara
halus
sekali,
jadinya kami merasa lucu
mendengar suaranya kayak
anak kecil. Jadi perbedaan
persepsi terhadap nada.
Apa akibat yang anda
rasakan
ketika
gaya
berbicara dengan nada
tinggi, anda bawa di
Yogya?
Teman-teman kos saya juga kadang kaget jika ada anakanak Papua yang datang ke
kos. Teman-teman yang
berasal dari Jawa kadang
kaget dan menyarankan agar teman
papua
tersebut
mengurangi
volume
suaranya. Namun ternyata
susah karena nada suara
merupakan kebiasaan yang
sulit dihilangkan. Kalau saya
bisa menyesuaikan karena
sudah
mempelajari
kebiasaan. Akhirnya nada itu
membuat
orang
jawa
berpikir bahwa orang timur
itu kasar.
Apakah
semua
orang
Papua dapat dianggap
biang timbulnya kekerasan
di Yogya?
Kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa dari papua
hanya dilakukan oleh orangorang tertentu saja. Tidak
prasangka 1
Persepsi yang salah
terhadap nada
berbicara dapat
mengakibatkan
kesalahpahaman
Nada suara yang tinggi
dapat mengganggu
lingkungan sekitar

Kebiasaan dalam
berbicara sulit untuk
dihilangkan namun
dapat disesuaikan
dengan budaya Yogya 9

Perasaan tidak terima
sekaligus tidak berdaya
bahwa semua
mahasiswa timur
Kemauaan dalam
menyesuaian diri
terhadap nada bebicara
yang tinggi dapat
dilakukan
Prasangka
digeneralisasikan
kepada semua
mahasiswa asal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
200
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
semua orang Papua adalah
pelaku kekerasan.
Adakah
pengalaman
diskriminasi yang anda
rasakan di Yogyakarta?
Saya di kampus pernah mendapatkan pernyataan dari
dosen saya. Saat itu sedang
pembagian KHS, dosen
pembimbing saat itu melihat
nilai saya memuaskan dan
dosen tersebut menyatakan
bahwa, “masa anak Papua
lebih bisa dalam belajar dari
anak Jawa”!
Apa yang anda rasakan
dari tindakan diskriminasi
tersebut?
Saat itu saya merasa jengkel dan marah, mengapa sih
orang Papua dianggap tidak
mampu dan harus dianggap
jadi nomor dua. Saya
spontan langsung protes.
Saya mengatakan “buk,
belajar dan lain-lain itu
tergantung usaha seseorang,
saya
belajar
sungguhsungguh. Bukan karena
warna
kulit,
rambut,
latarbelakang suku atau
identitas yang kita miliki.
Kita semua sama, jadi
pernyataan ibu itu salah dan
tidak menyenangkan dalam
hati saya”. Saya merasa
sedih macam saya dianggap
bodoh dan dikesampingkan.
Tanggapan dosen tersebut
apa?
Saya protes dan dosen -
Indonesia timur
sebagai orang yang
harus dikucilkan
dianggap berwatak
keras dan dapat
menimbulkan keributan
5
Pengalaman

diskriminasi oleh dosen
di kampus
Perbedaan budaya dapat
menimbulkan
diskriminasi pada
budaya tertentu 1

Kurangnya pemahaman
budaya dapat
menimbulkan
Prasangka yang
berujung pada tindakan
diskriminasi pada
budaya tertentu 1
Perasaan jengkel,

marah, sedih saat
disepelekan oleh warga
Yogya
Diskriminasi
mengakibatkan masalah
emosional dan psikis
pada korbannya seperti
marah, sedih, jengkel
maupun perasaan
ketidakberdayaan
sebagai kaum minoritas
5
Untuk memotivasi

Diskriminasi terjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
201
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
tersebut mengatakan bahwa
saya betul. Tapi kata dosen
tersebut
hanya
mau
memotivasi
teman-teman
yang lain. Saya bilang bukan
begitu cara yang baik dan
benar.
Masih
ada
kah
pengalaman diskriminasi
lain?
Teman-teman kelas juga pernah mengatakan “wah,
kok orang Papua nilainya
lebih bagus dari kami”. Lalu
mereka membuat kelompok
sendiri dalam belajar. Faktor perbedaan budaya menjadi
faktor yang membuat orang
Jawa seperti demikian. Saya
merasa sedih dan jengkel
dengan pernyataan tersebut.
Apa tanggapan anda atas
sikap mereka?
Saya
pernah
berbicara kepada mereka, mengapa
kami harus dibedakan dan
dinomorduakan oleh kalian?
Kalau
memang
mau
demikian lebih baik kami berpisah dan merdeka dari
Negara Indonesia. Kalau
mau bersama ya jangan
membeda-bedakan
seperti
itu. Dan yang terpenting
Indonesia adalah Negara
yang
kaya
akan
keberagaman maka kita
harus saling menghargai satu
sama lain.
Apa yang anda rasakan
dari
prasangka
dan
teman-teman kelas,
prasangka dan
diskriminasi digunakan
sebagai alat oleh dosen
karena ada kepentingan
untuk memotivasi 1
Pengalaman dikucilkan 
dari teman-teman kelas
karena faktor
perbedaan budaya
Perbedaan budaya
berakibat pada
timbulnya prasangka
dan pengucilan sosial 1
Perbedaan budaya
dapat mengakibatkan
prasangka
Perasaan tidak terima

dianggap sebagai kaum
nomor dua oleh teman
kelas
Prasangka dan
diskriminasi
menimbulkan rasa
ketidakadilan 5
Upaya agar diterima,

dan hidup dalam damai
dengan teman-teman
kelas
Upaya agar dapat
diterima dan hidup
harmonis dengan warga
Yogya 6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
202
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
diskriminasi
yang
diberikan warga terhadap
mahasiswa
Papua
di
Yogya?
Perasaan saya sedih karena melalui kekerasan yang
dilakukan oleh beberapa
orang timur, akhirnya kami
semua
dipersalahkan.
Padahal yang bersalah itu
hanya orang-orang tertentu.
Dampak apa yang anda
alami dari prasangka dan
diskriminasi tersebut?
Jadinya
sekarang
kami merasa sulit untuk mencari
kos-kosan. Misalnya sebuah
kos-kosan yang menerima
mahasiswa baru, akan berat
menerima hingga menolak
mahasiswa asal Indonesia timur. Mereka seperti kaget
ketika yang mencari kos
adalah
mahasiswa
asal
Indonesia timur. Padahal
sudah sangat jelas bahwa
sedang ada kamar kosong di
kos tersebut. Kita memang
beragam akan suku dan
budaya, tapi kenapa kami
yang tidak ada hubungannya
dengan
kekerasan
juga
dianggap bersalah. Apa
salahnya kami tinggal di
Yogyakarta.
Kalau dihadapkan dengan
warga Yogya, apa yang
ingin anda sampaikan?
Mungkin yang membedakan antara orang Jawa dan orang
timur adalah warna kulit dan
rambut tapi kita semua kan

Kekerasan di Yogya
menimbulkan perasaan
sedih dan tidak berdaya
karena prasangka keliru
yang dilimpahkan
kepada semua
mahasiswa perantau
dari timur 5
Akibat kekerasan di

Yogya, mahasiswa asal
Indonesia timur di
kucilkan, tidak
diterima kos
Dampak dari prasangka
dan diskriminasi adalah
dikucilkan dari
kehidupan sosial dan
timbul perasaan tidak
berdaya 5, 3
Akibat dari kekerasan
di Yogya, ialah nama
baik mahasiswa timur
semakin buruk dan
timbul perasaan sedih
pada subjek serta tidak
berdaya
Perasaan ingin
membela diri namun
tidak berdaya
Harapan untuk bersatu
dengan warga
Yogyakarta tanpa ada
lagi pembeda yang

Perbedaan menjadi
simbol persatuan bukan
perpecahan 9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
203
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
tetap sama. Padahal saya
rasa kita semua satu.
Memang suara kita kasar tapi
itu hanya nada. Kami juga
tahu jika berbuat kesalahan,
hanya kebetulan ada orang
timur yang mabuk dan buat
keributan, suara besar-besar.
Itu
yang
menciptakan
kekerasan.
Apa yang dilakukan pihak
organisasi
berkaitan
dengan kekerasan etnis?
Dalam
organisasi HIPMAPA,
presiden
himpunan mahasiswa papua
yang ada di Yogya sempat
menyampaikan ke Kapolda
bahwa
di
media
memberitakan bahwa ada
mahasiswa asal Indonesia
timur yang mabuk dan buat
keributan.
Orang
yang
mabuk
dan
membuat
keributan itu yang harus
diadili, bukan mahasiswa
Indonesia timur yang lainnya
yang tidak tahu menau
tentang
keributan
yang
mereka lakukan. Jadi media
juga harus bersikap adil
bukannya hanya karena satu
orang yang kebetulan berasal
dari Papua akhirnya Papua
secara keseluruhan dianggap
pembuat onar dan lain-lain.
Apakah ada pengalaman
diskriminasi
dan
kekerasan di Yogya?
Saya punya pengalaman dengan teman saya. Teman
saya saat itu sedang mabuk
justru memecahkan
persatuan
Organisai melakukan
diskusi dengan
Kapolda meminta
keadilan soal
pemberitaan media
yang terlalu
menekankan pada
latarbelakang budaya
bukan individu
Pengalaman saat teman
subjek mabuk dan
dikerumini oleh warga


Peran media sangat
besar memberi
pengaruh timbulnya
prasangka dan berujung
pada konflik dan
kekerasan etnis di
Yogya 1
Faktor mabuk dan
membuat keributan di
Yogya dapat memicu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
204
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
347.
348.
349.
di pinggir jalan dan membuat
keributan. Warga sekitar
yang melihat dia langsung
mengerumuni dia. Saya yang
melihat dia akhirnya menarik
dia untuk keluar dari
kerumunan. Motornya yang
tadinya di kendarainya itu
rusak sehingga dia masukin
kedalam bengkel. Dan teman
saya
mengatakap
pada
tukang
bengkel
akan
membayar uang perbaikin
jika sudah memiliki uang.
Pokoknya bicaranya kasar
dan tidak sadar karena
mabuk.
Orang
sekitar
menganggap dia ribut dan
mengganggu
ketenangan.
Akhirnya dia dikerumuni
orang-orang setempat. Uang
untuk memperbaiki bengkel
menggunakan uang saya.
Apa yang anda rasakan
dari pengalaman tersebut?
Saya kan merasa malu karena teman saya sendiri
yang melakukan keributan.
Akhirnya dia pergi dan saya
yang
membayar
uang
bengkel.
Pengalaman
kekerasan
lain yang anda pernah
alami apa?
Selain itu ada satu kasus yang terjadi. Kelihatannya
pelanggaran HAM yang
terjadi di titik nol malioboro.
Sore harinya kami ada pertemuan HIPMAPA yang
berdiskusi
tentang
pendidikan di Papua. Setelah
sekitar karena
mengganggu
ketenangan
timbulnya prasangka
yang digeneralisasikan
bagi semua mahasiswa
asal Indonesia timur 1
Perasaan malu karena
teman mabuk dan
mengakibatkan
keributan di Yogya

Dampak kekerasan
mengakibatkan
perasaan malu karena
pelaku adalah kerabat
5
Pengalaman adik
tingkat yang dibunuh
di tempat keramaian

Pengalaman kekerasan
yang dirasakan kerabat
dekat mempengaruhi
kondisi psikologis
subjek 5
Peristiwa kekerasan
yang mempengaruhi
kondisi psikologis
subjek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
205
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
diskusi selesai, kami pulang
ke tempat kos kami masingmasing. Nah, salah satu
saudara
yang
adalah
mahasiswa baru bernama
Paul Petege semester dua di
kampus APMD. Sekitar
pukul
Sembilan malam
selesai diskusi, dia ijin untuk
mencari udara segar. Namun
saat itu ketua asrama
menahannya
agar tidak
keluar malam. Peraturan
asrama itu tidak boleh keluar
kalau sudah jam Sembilan.
Tapi orangnya tetap keluar
dan temannya ikut. Katanya
daripada sendiri mendingan
berdua. Mereka ke Babarsari
selanjutnya ke Malioboro.
Saat pesan kopi di salah satu
warung di malioboro, ada
orang dari belakang yang
memukul kedua saudara
tersebut. Pelaku pemukulan
tersebut tidak diketahui
identiasnya
karena
pelakunya
menggunakan
penutup kepala dan tidak ada
yang
mengetahui
siapa
pelaku kekerasan tersebut.
Saudara yang bernama Paul
Petege akhirnya meninggal
di tempat karena kepalanya
terkena
benda
tumpul.
Sedangkan teman yang
lainnya hanya mendapat
cedera di bahu. Untuknya dia
selamat. Tapi kasus tersebut
sudah
diserahkan
ke
Kapolda.
Apakah masih ada lagi?
Selain itu ada seorang wanita -
Pengalaman-

Kebutuhan akan rasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
206
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
437.
asal Sorong yang dibunuh
lalu mayatnya dilempar di rel
kereta api. Hampir setiap
tahun ada korban mahasiswa
asal Indonesia timur yang
meninggal. Hal ini yang
membuat
presiden
HIPMAPA berjuang agar ada
perhatian
dari
pemerintah dalam menjaga
keamanan mahasiswa asal
Indonesia timur yang ada di
Yogyakarta.
Dampak
yang
anda
rasakan apa?
Dari
pengalaman- pengalaman tersebut, saya
mulai
merasa
trauma.
Makanya saya menyarankan
kepada adik-adik saya untuk
tidak usah melanjutkan
kuliahnya
di
Yogya.
Masalahnya mau keluar
malam saya juga trauma dan
takut. Kami ini manusia
bukan binatang. Jadi merasa
kecewa dan sedih. Saya
tinggal di Yogya ini seperti
ada sesuatu yang menggangu
seperti tertekan, ada beban
juga. Tinggal di kos juga
membuat saya merasa takut
dengan
kejadian-kejadian
seperti itu. Ada juga mayat
mahasiswa
papua
yang
ditinggal di pinggir jalan dan
diantar ke asraman Papua.
Apa yang kalian inginkan
berkaitan
dengan
kekerasan
etnis
di
Yogyakarta?
Mahasiswa
juga
mau -
pengalaman kekerasan
di Yogya dialami
mahasiswa asal
Indonesia timur hampir
setiap tahun dan
memakan koban jiwa
aman untuk tinggal dan
menjalani kuliah
dengan baik di
Yogyakarta 5
Upaya dilakukan oleh
ketua HIPMAPA untuk
menjaga keamanan
mahasiswa Papua di
Yogya
Dampak psikologis
akibat pengalaman
kekerasan yang
dirasakan seperti
trauma, ketakutan,
sedih, tertekan,
kecewa, terbebani

Kekerasan etnis di
Yogya memberi
dampak psikologis bagi
korbannya baik itu
kekerasan yang
langsung dialami
maupun dialami oleh
kerabat terdekat 5
Perlindungan

Kebutuhan rasa aman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
207
438.
439.
440.
441.
442.
443.
444.
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
menghadirkan Sultan untuk
menghimbau
solidaritas
antar etnis. Kami juga datang
ke yogya untuk menempuh
pendidikan dan studi. jadi
harus menciptakan suasana
damai.
Apa upaya yang anda
lakukan
sebagai
mahasiswa asal Papua
dalam
menghadapi
kekerasan
etnis
di
Yogyakarta?
Kita sendiri sulit untuk mengubah pandangan negatif
warga
Yogya
kepada
mahasiswa asal Indonesia
Timur. Yang saya usahakan ya memberitahu kepada
teman-teman bahwa tidak
semua orang Papua jahat.
Tapi ada teman yang bisa
menerima ada yang tidak
menerimanya. Ya akhirnya
kadang juga di kelas ada
teman-teman tidak mau
sekelompok
dan memisahkan dirinya dengan
saya. Tapi ada teman-teman
yang setelah mengenal saya
dengan baik mereka malah
tidak menjauhi kami. Malah
mereka dekat dengan kami
orang Papua.
Adakah
upaya
yang
dilakukan bagi mahasiswa
baru yang berasal dari
Papua?
Selain itu untuk adik-adik mahasiswa
baru,
saya
memberikan nasehat kepada
mereka untuk meyesuaikan
keamanan dari
pemerintahan
Yogyakarta dibutuhkan
oleh para mahasiswa
Indonesia Timur
dari pemerintah
Yogyakarta 5

Tidak mudah
meyakinkan warga
Yogya bahwa kekerasan
dilakukan hanya oleh
mahasiswa tertentu
yang berasal dari
Indonesia Timur 11

Memberi pengertian
dan membentuk sikap
positif mulai dari diri
sendiri kepada warga
merupakan cara yang
harus terus dilakukan
mahasiswa asal
Indonesia Timur 6
Sebagai mahasiswa

perantau tindakan yang
patut dilakukan ialah
bertindak sopan dan
Upaya dari para
mahasiswa senior
sangat penting dalam
memberi teladan serta
Perasaan tidak berdaya
meyakinkan warga
Yogyakarta
Berusaha
menginformasikan
kepada teman-teman
kelas, kos, bahwa
pandangan negatif
selama ini tidak dapat
berlaku bagi semua
mahasiswa papua.
Tidak semua teman
menerima, dan ada
yang masih menjauhi
diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
208
482.
483.
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
491.
492.
493.
494.
495.
497.
498.
499.
500.
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
515.
516.
517.
diri
dengan
budaya
Yogyakarta.
Dalam
komunitas juga ada diskusidiskusi
yang
dilakukan dalam menyesuaikan diri
dengan masyarakat sekitar.
Kita yang harus mulai
terlebih
dahulu
dengan
senyum dan sapa.
Apa harapan anda sebagai
mahasiswa asal Papua
yang saat ini kuliah di
Yogya?
Harapan
saya
kedepan adalah
kita
saling
menghormati
dan
menghargai. Mahasiswa dari
timur
harus
bisa
menyesuaikan diri terlebih
dahulu karena kita adalah
tamu. Sehingga kita harus
lebih
berinisiatif.
Bagi
mahasiswa-mahasiswa yang mabuk dan buat keributan,
akan dipulangkan ke Papua
jika
masih
membuat
keresahan
masyarakat.
Harapan lain adalah kiranya orang
jawa
tidak
menyalahkan semua orang
Papua yang tinggal di
Yogyakarta dan tentunya
kita bisa hidup saling rukun
dan damai.
menaati aturan yang
berlaku di Yogyakarta
mengarahkan
mahasiswa baru asal
Indonesia timur dalam
berperilaku baik di
Yogya 6
Peran mahasiswa
senior dalam
mengarahkan
mahasiswa baru asal
Indonesia timur cukup
besar
Harapan agar
kekerasan tidak terjadi
seterusnya di
Yogyakarta agar
tercipta kedamaiaan
antara mahasiswa asal
Indonesia timur dan
warga Yogyakarta
Inisiatif dari
mahasiswa Indonesia
timur dalam proses
penyesuaiaan diri
Dukungan dari warga
Yogyakarta sangat
dibutuhkan dalam
proses penyesuaiaan
diri

Kesadaran akan
pentingnya proses
penyesuaian diri yang
harus dimulai dari diri
para mahasiswa
Indonesia timur serta
peran dukungan dari
warga Yogyakarta 8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
209
LAMPIRAN
8
Transkrip Verbatim
Wawancara dan Analisis
Data Subjek 3 (AS)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
210
Baris
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (AS)
Verbatim
Koding Awal
Bagaimana relasi anda
dengan teman-teman dari
satu suku maupun dari
yang berbeda suku?
Relasi saya dengan teman- teman di kampus maupun di
komunitas baik. Dalam
berteman
saya
tidak
mamandang latarbelakang
budaya ataupun agama. Saya
menganggap
semuanya
adalah teman. Pada awalnya
saya kuliah, saya dahulu
lebih
berinisiatif
untuk
terbuka dan berbaur dengan
teman-teman. Ada yang dari
Batak, Jawa, Flores dan
suku-suku lainnya.
Bagaimana
pengalaman
diskriminasi
mempengaruhi
anda
hingga saat ini?
Sejak kecil saya di daerah perang, dimana orang Timor
Timur memandang bahwa
orang Indonesia
adalah
penjajah atau kompeni.
Kebetulan bapak saya orang
Flores dan dia sulit diterima oleh orang Timor Timur
pada saat itu. Sementara saya
dan kakak saya yang pindah
ke Flores bingung karena
identitas suku dari bapa dan
ibu saya yang berbeda. Saat
di Flores Maumere, saya
mendapatkan
tindakan
diskriminasi dari temanteman yang asli Flores.
Mereka menganggap saya
Analisis
Awal relasi dimulai

dengan inisiatif untuk
membuka diri dengan
teman-teman di kampus
tanpa memandang
latarbelakang suku,
agama dan budaya
Sebagai perantau, sikap
yang dilakukan ketika
berada pada budaya
baru ialah, berinisiatif
untuk membuka diri
tanpa memandang
latarbelakang suku dan
budaya 9

Pengalaman
diskriminasi saat kecil
mengakibatkan
kebingungan indentitas
suku dalam diri subjek
3
Lahir dan besar di
wilayah konflik Timor
Timur mendapatkan
pengalaman
diskriminasi
Dampak diskriminasi
mengakibatkan
kebingungan identitas
suku
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
211
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
86.
85.
adalah pendatang karena ibu
saya orang Timur leste dan
saya baru pindah dari Timor
Leste.
Apa yang anda lakukan
saat
anda
mendapat
perlakuan diskriminatif?
Saya pernah protes “saya tahu bahasa sini, dan bapak
saya orang Flores mengapa
saya
masih
dianggap
pendatang”? saya pernah dikeroyok oleh teman-teman
yang tidak menerima saya.
Di Flores Manggarai saya
juga mendapatkan tindakan
diskriminasi yang sama saat
berada di Maumere. Hal ini yang
membuat
saya
kebingungan
dengan
identitas saya. Ketika di
Timur
Leste
orang
mengangap
saya
orang
Flores, sedangkan ketika di
Flores, orang menganggap
bahwa saya orang Timor
Leste. Dari pengalamanpengalaman tersebut, saya
berusaha untuk menghargai
setiap orang.
Bagaimana anda berusaha
menyesuaikan diri dengan
kehidupan di Yogya?
Ketika di Yogyakarta, saya berteman dengan banyak
orang
seperti
pepatah,
“dimana bumi di pijak, disitu
langit
dijunjung”.
Pengalaman
di
tolak
membuat saya belajar untuk bisa diterima disini. Prinsip
saya, setiap orang pasti
Awalnya pengalaman
diskriminasi membuat
subjek protes
Pengalaman
diskriminasi dari
teman-teman di Flores
berakibat pada
terjadinya kekerasan

Pengalaman
diskriminasi yang
menyakitkan membuat
subjek semakin lebih
dewasa dalam
menghargai orang lain
5.

Pengalaman
diskriminasi dan
kekerasan memberi
dampak positif dalam
diri subjek 5.

Pengalaman
diskriminasi dimaknai
sebagai proses
pembelajaran dalam
menjalin relasi dengan
budaya Yogyakarta 5.
Hingga saat ini
pengalaman
diskriminasi
menjadikan subjek
dewasa dalam
menghargai orang lain
Pengalaman
diskriminasi membuat
subjek belajar
menyesuaikan diri
dengan warga Yogya
Keyakinan bahwa
dengan membuka diri
dapat diterima oleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
212
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
130.
129.
punya sisi yang baik dan
ketika saya membuka diri
dengan orang lain, saya
yakin
mereka
akan
menerima saya.
Bagaimana awalnya anda
tinggal di Yogyakarta?
Sejak awal saya tinggal di Paingan, saya kos dengan
teman-teman sehingga saya
lebih sering bergaul dengan
mereka. Namun ketika saya
mulai kos sendiri, saya
merasakan
bahwa
ada
ketidakterimaan
warga
setempat terhadap saya.
Apa
tanggapan
anda
berkaitan
dengan
diskriminasi warga?
Walaupun demikian saya berusaha untuk ramah dan
murah
senyum
kepada
mereka. Walaupun awalnya
mereka menganggap saya
orang
asing,
mereka
akhirnya bisa menerima
saya. Hal itu menurut saya
karena saya berusaha untuk
murah
senyum
dan
menghargai
mereka.
Akhirnya
saya
sering
melakukan kegiatan bersama
seperti main pingpong dan
sebagainya.
Apa
pendapat
anda
berkaitan
dengan
kekerasan di Yogya?
Menurut saya orang-orang Jawa melihat sifat orang
timur karena fisik dan
perawakannya. Orang timur
warga Yogya
Awal tinggal di
Yogyakarta, ada
perlakuan
ketidakterimaan warga
terhadap subjek yang
berasal dari Flores

Perasaan tidak diterima
saat awal tinggal di
Yogyakarta 2
Sikap konsisten dalam
membangun sikap
ramah, murah senyum
membuat relasi dengan
warga semakin dekat

Penerimaan warga
setempat muncul
karena sikap ramah
yang ditunjukan subjek
secara konsisten 9
Tampilan fisik menjadi
faktor warga Yogya
dalam memberi
penilaian bahwa watak

Faktor fisik pada
individu dari etnis
timur mempengaruhi
timbulnya prasangka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
213
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
yang berkulit hitam, rambut
keriting, dan perawakan
yang tegas, membuat orang
jawa berpikir bahwa orang
timur adalah orang keras dan
jahat.
Sebenarnya watak orang
timur itu seperti apa sih?
Sebenarnya orang timur itu memiliki kelemahan di hati.
Maksudnya adalah orang
timur memiliki hati yang
sangat lembut. Orang timur
walaupun tampak sangar namun hati mereka sangat
sensitif. Orang timur itu
paling dekat dengan mama,
sehingga
hati
mereka
sebenarnya sangat lemah.
Jadi karena pandangan orang
Jawa yang keliru dengan
sifat orang timur, maka
orang timur merasa tidak
terima jika dipandang keras,
dan pembuat keributan.
Akhirnya mereka frustasi
dan kebiasaan dari timur
dibawa di Yogyakarta.
Akibatnya
apa
bagi
mahasiswa asal Indonesia
Timur?
Dampaknya prasangka itu semakin
terbentuk
dan
mahasiswa
timur
mempertahankan sikap-sikap
kurang baik.
Bagaimana
tanggapan
anda mengenai kekerasan
yang diakibatkan perasaan
frustasi mahasiswa asal
Indonesia Timur?
Mahasiswa timur yang
keras dan jahat
Sifat yang lembut tidak
tampak karena
perawakan orang timur
yang tegas dan keras
keliru warga
Yogyakarta 1

Perasaan frustasi karena
dianggap pembuat
keributan
mengakibatkan
terjadinya kekerasan 1

Faktor yang
mengakibatkan
kekerasan adalah
perasaan frustasi pada
mahasiswa asal
Indonesia timur 1
Kekerasan di
Yogyakarta muncul
juga karena disebabkan
oleh perasaan frustasi
karena dianggap
sebagai pembuat
keributan, dan jahat
Prasangka keliru dari
warga mengakibatkan
rasa frustasi dan
mengakibatkan
terjadinya keributan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
214
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
Saya sebagai orang timur juga
sadar
bahwa,
seharusnya
tidak
harus
sampai frustasi dan membuat
keributan di Yogyakarta.
Mahasiswa timur sebaiknya
menyesuaikan
diri
dan
berlaku ramah di tempat rantauannya. Kalau orang
timur memiliki perasaan
halus, seharusnya sikap
halus harus dipertahankan
bukan mengarahkan ke halhal negatif seperti kekerasan.
Apa
yang
seharusnya
dilakukan
mahasiswa
timur di Yogyakarta?
Intinya orang timur yang harus
terlebih
dahulu
berubah misalnya dengan
senyum sapa, dan terbuka.
Mungkin karena pemahaman
yang kurang untuk membuka
diri,
sehingga
dari
mahasiswa timur belum ada
inisiatif. Kekerasan terjadi
karena tidak ada keterbukaan
antara kedua bela pihak
etnis, dan mempertahankan
anggapan
pandangannya
yang benar. Pembukaan diri
mereka
hanya
pada
kelompok etnisnya masingmasing,
bukan
antar
kelompok etnis. Sebenarnya
sejahat-jahatnya
penjahat,
dia pasti memiliki sisi positif
dalam dirinya.
Menurut
anda
apa
penyebab terjadi konflik
dan kekerasan etnis di
Yogya?
Dampak dari frustasi
seharusnya tidak dalam
bentuk kekerasan
melainkan sikap
terbuka dan mau
menyesuaikan diri

Kekerasan dapat
dicegah dengan sikap
ramah dan terbuka
dengan warga Yogya
bukan dengan
perasaan frustasi 8
Perasaan halus jika
dipertahankan tidak
akan mengakibatkan
kekerasan

Mempertahankan sifat
halus di Yogya
menjadi solusi dalam
berelasi dengan warga
8
Mau terbuka dan
bertindak ramah mejadi
upaya yang harus
dilakukan mahasiswa
asal Indonesia timur di
Yogyakartaagar
pandangan-pandangan
keliru yang selama ini
dipertahankan hilang

Prasangka dapat
dikurangi dengan
sikap terbuka, ramah
dan menyesuaikan diri
dengan aturan
setempat 6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
215
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
Sebenarnya konflik dan kekerasan di Yogya itu
dikarenakan orang Jawa dan
orang timur belum saling
kenal. Orang timur kalau
berkumpul atau menyambut
teman yang datang dengan
cara
“minum-minum.”
Memang budaya mabukmabukan masih kita bawa di
Yogyakarta.
Memang
salahnya mahasiswa timur
adalah membawa budaya
yang tidak baik disini dan
orang Jawa setempat belum
mengenal budaya timur.
Memang kita salah, karena
kita seharusnya datang ke
Yogya untuk belajar bukan
membuat keributan.
Kekerasan diakibatkan
perbedaan budaya,
kebiasaan timur yang
dibawa di Yogya dan
kurangnya pemahaman
pada kedua budaya

Faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan
kekerasan adalah
perbedaan budaya,
mahasiswa timur
membawa kebiasaan
timur seperti mabuk
sampai membuat
keributan ke Yogya,
dan kurangnya
pemahaman antar
budaya dari kedua
kelompok 1
Apa
yang
sebaiknya diperhatikan
oleh
mahasiswa timur yang
sering mabuk?
Seharusnya budaya mabuk
tidak
harus
sampai
menimbulkan
keributan.
Mabuk seharusnya di dalam kamar tidak harus keluar
rumah dan buat keributan.
Bapa saya mengajarkan
bahwa mabuk ya kita mabuk
tapi di dalam rumah.
Sehingga hal itu terbawa
hingga sekarang. Kalau mau
bilang sebenarnya orang
Jawa juga minum, mereka
juga minum dan mabuk
namun ini di rumah mereka
dan mereka berhak atas
rumah mereka. Orang jawa
kalau mabuk juga tidak
sampai
menimbulkan
Jika kebiasaan mabuk
sulit untuk diubah sikap
yang tepat adalah
minum alkohol di
dalam kamar dan tidak
membuat keributan

Solusi jika kebiasaan
minum alkohol susah
dihilangkan sehingga
tidak membuat
keributan saat mabuk
seperti warga Yogya
yang mengonsumsi
alkohol namun tetap
menjaga ketenangan 8
Belajar dari warga
Yogya yang meminum
alkohol dan tidak
sampai menimbulkan
kekerasan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
216
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
kekerasan. Jika kita minum
dan mabuk di rumah orang,
pastinya tuan rumah akan
merasa terganggu. Sehingga
kita sebagai tamu harus tahu
diri tinggal di rumah orang.
Menurut anda apa yang
salah
dari
pandangan
tersebut?
Yang menjadi kekurangan orang setempat menurut saya
adalah, perasaan bangga
sebagai tuan rumah sangat
besar, sehingga yang dilihat
adalah perbedaan bukan
persamaan.
Analoginya
seperti “saya orang Jogja
misalnya memecahkan kaca
milik saya tidak menjadi
masalah, namun jika kamu sebagai
pendatang
memecahkan kaca milik saya
adalah suatu masalah besar”.
Itu karena milik atau
kepunyaan. Ketika semua
orang merasakan kamu
adalah bagian dari saya atau
kita adalah sama-sama satu
keluarga, tidak ada lagi
perbedaan. Agresifitas itu
ada dalam diri setiap orang
dan itu wajar.
Diskriminasi dimata anda
seperti apa?
Perbedaan itu merupakan diskriminasi. Misalnya saja
saya rambut keriting, kamu
rambut lurus itu sudah
diskriminasi. Ada
yang
medok ada yang tidak, ada yang Kristen ada yang islam,
hal-hal
itu
dapat
Perasaan bangga yang
besar sebagai bagian
dari kota yang damai
mengakibatkan warga
berupaya untuk
mempertahankan
predikatnya walaupun
pada akhirnya melalui
konflik dan kekerasan

Faktor yang dapat
mengakibatkan konflik
ialah kepentingan
warga untuk menjaga
keamanan kota
Yogyakarta namun
dengan cara yang salah
seperti kekerasan 1

Faktor lain yang dapat
mengakibatkan konflik
adalah rasa
persaudaraan yang
semakin memudar
sebagai bangsa
Indonesia 1

Faktor yang
mengakibatkan
terjadinya diskriminasi
dan kekerasan adalah
perbedaan diantara
individu serta
berkurangnya semangat
persatuan 1
Berkurangnya rasa
persaudaraan sebagai
satu bagian dari tanah
air Indonesia yang
“berbeda-beda tapi
tetap satu jua”
Perbedaan antar
Individu dapat
menyebabkan
terjadinya diskriminasi
Kurangnya kesadaran
warga Indonesia bahwa
perbedaan seharusnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
217
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
menimbulkan diskriminasi.
Jika setiap orang melihat
perbedaan
itu
sudah
diskriminasi. Yang penting
adalah
melihat
sedikit
persamaan antar sesama
manusia. Tapi jangan pernah
menggunakan
perbedaan
untuk
menjatuhkan
seseorang maupun kelompok
lain. Justru perbedaan harus
menjadi alat persatuan.
Pengalaman diskriminasi
apa yang pernah anda
rasakan di Yogyakarta?
Pengalaman diskriminasi sih banyak, tapi saya tidak
menggunkana pengalaman
itu
untuk
memisahkan
hubungan dengan orang
Yogya. Kadang saya punya perasaan
sakit
karena
sebagai mahasiswa timur
masih
ada
diskriminasi
terhadap
kami.
Tapi
bagaimana
saya
mengendalikan
perasaan
sakit itu agar tetap bisa
bertahan
Apa yang anda rasakan
dari
prasangka
dan
diskriminasi warga Yogya?
Perasaan sakit saya rasakan atas
stereotype
dan
prasangka dari warga jawa
terhadap mahasiswa asal
Timur. Sama seperti saat
kecil
banyak
orang
mengatakan bahwa polisi
tidak dapat dipercaya, saya
sebagai anak polisi merasa
sakit.
Tapi
bagaimana
menjadi alat persatuan
Pengalaman
diskriminasi di Yoga
mengakibatkan timbul
perasaan sakit

Pengendalian rasa sakit
atas diskriminasi warga
Yogya membuat subjek
dapat bertahan
Dampak yang dirasakan 
dari prasangka dan
diskriminasi adalah
perasaan sakit, sedih,
cemas, tidak bebas,
tertekan saat ada
bentrokan dan takut
saat keluar malam
Dampak diskriminasi
yang berdampak pada
perasaan sakit subjek
tidak menimbulkan
masalah maupun
konflik berkepanjangan
karena subjek
mengendalikan diri 5
Dampak psikologis
dirasakan subjek dari
kekerasan etnis di
Yogyakarta 5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
218
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
perasaan sakit itu tidak
mengendalikan saya. Seperti
disini ketika kasus dan
pandangan
orang
Jawa
terhadap orang timur buruk,
saya sangat sakit dan
terpukul, namun saya tidak
boleh
terlena
dengan
perasaan sakit itu. Ketika
oranglain ingin membuat
saya marah, satu-satunya
jalan adalah saya tidak boleh
marah.
Meskipun
sakit
sekali, tapi bagaimanapun
saya tidak boleh merasakan
sakit. Memang sakit sekali,
misalnya di warung ketika
mereka melihat bahwa orang
timur makannya banyak,
atau ketika masuk kos kami
tidak diterima padahal ada
kamar.
Perasaan lain yang saya
rasakan adalah perasaan
cemas, tidak bebas, tertekan
misalnya
ketika
ada
bentrokan di babarsari. Saya
jadi takut harus keluar, lewat
jalan yang mana, padahal
bukan
saya
pelakunya
bentrokan. Intinya saya tidak
mau mencari masalah.
Upaya apa yang anda
lakukan
sebagai
mahasiswa asal Indonesia
Timur dalam menghadapi
diskriminasi
dan
kekerasan tersebut?
Saya mau bagaimana lagi mengubah pandangan warga
Yogya, sudah sangat susah.
Kecuali saya merubahnya
dengan sikap positif. Ketika
Subjek merasa tidak
berdaya merubah
prasangka dari warga
Yogya, namun melalui
tindakan positif subjek

Dampak kekerasan
mengakibatkan ada
perasaan tidak berdaya
saat meyakinkan warga
namun berdampak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
219
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
437.
saya memulai sikap positif
dari diri saya, kemudian saya
bisa menjadi contoh bagi
adik-adik timur, dan semakin
banyak mahasiswa timur
yang berbuat baik di
Yogyakarta.
Apa yang anda rasakan
ketika kekerasan etnis
dilakukan oleh mahasiswa
asal Indonesia Timur?
Saya malu karena ada teman- teman dari timur yang
melakukan
kekerasan,
mabuk. Perasaan malu itu
sangat besar. Cuma saya
prinsip bahwa dari diri saya
tidak mau menambah malu
atau adik-adik saya ikut
membuat malu wajah orang
timur.
Dampak apa yang anda
rasakan
dalam
perkuliahan?
Dampak yang saya rasakan dalam studi akibat kekerasan
di
Yogyakarta
adalah
membuat saya lama kuliah.
Saya merasa tidak begitu
nyaman
kuliah
di
Yogyakarta.
Apa yang anda lakukan
dalam
menghadapi
diskriminasi
dan
kekerasan
etnis
di
Yogyakarta?
Ya saya terlebih dahulu berinisiatif untuk menjadi
saudara bagi warga Yogya,
bukan menunggu mereka.
Saya berusaha ramah dan
merasa menjadi cara
yang terbaik
positif dalam
pembentukan sikap 5
Kekerasan

mengakibatkan
timbulnya perasaan
malu karena mahasiswa
Indonesia timur
melakukan kekerasan
Dampak kekerasan
membuat subjek merasa
malu karena kekerasan
dilakukan mahasiswa
asal Indonesia timur
dan ada harapan agar
adik mahasiswa baru
tidak melakukan
kekerasan di Yogya 5
Akibat kekerasan,
subjek merasa tidak
tenang kuliah di Yogya
dan membuat kuliah
subjek menjadi lama

Upaya positif dilakukan 
untuk mengurangi
prasangka dan
disskriminasi seperti
bersikap ramah, murah
Dampak kekerasan
etnis di Yogya
mengakibatkan
perasaan tidak aman
dan nyaman belajar
sehingga membuat
kuliahan menjadi lama
5
Upaya positif untuk
membentuk citra positif
mahasiswa asal
Indonesia Timur yang
menjalani kuliah di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
220
438.
439.
440.
441.
442.
443.
444.
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
senyum kepada mereka.
Saya melayani di komunitas
San
Egidio,
melayani
sesama, anak-anak jalanan,
para
lansia
tanpa
memandang orang Jawa atau
dari daerah mana, dan
melayani di beberapa SMA di
Yogyakarta
untuk
menyuarakan agar Yogya
lebih baik, menjadi rumah
bagi siapapun yang datang
tanpa
kekerasan.
Pengalaman-pengalaman
pertemuan dengan mereka
menjadi kekuatan bagi saya
untuk tetap bertahan di
Yogyakarta meskipun saya
menjadi minoritas. Perasaan
satu saudara dengan anakanak jalanan, lansia dan
remaja-remaja
SMA
menjadikan kita menjadi satu
tanpa perbedaan lagi.
Selain itu apakah ada lagi?
Saya juga memberi contoh melalui sikap positif kepada
para mahasiswa baru asal
Flores. Melalui komunitas
saya belajar untuk lebih
membuka diri. Ketika saya
berada di jalan bersama anak-anak jalanan saya
belajar membuka diri dari
perjumpaan dengan mereka.
Apa yang anda harapkan
sebagai mahasiswa timur,
berkaitan
dengan
kekerasan
etnis
yang
terjadi di Yogya?
Harapan saya adalah Yogya bisa menjadi rumah bagi
senyum. Selain itu
melalui pelayanan di
Komunitas San Egidio
yang melayani anak
jalanan, para lansia dan
pelajar SMA

Pelayanan Memberi
pelajaran untuk tetap
bertahan dan hidup
berdampingan dengan
warga Yogyakarta
Pelayanan sosial adalah
upaya subjek memberi
teladan positif bagi
mahasiswa baru asal
Indonesia Timur

Niat untuk membuka
diri melalui pelayanan
sosial mengajarkan
subjek akan persatuan
yang harus tetap dijaga
diantara warga Yogya
dengan mahasiswa asal
Indonesia Timur 6

Antara warga Yogya
dan mahasiswa asal
Kebersamaan dirasakan
melalui pelayanan
Yogyakarta menjadi
tempat yang nyaman
Yogyakarta 5.
Semangat untuk tetap
menjalani kuliah di
Yogyakarta disebabkan
oleh perjumpaan
dengan anak-anak
jalanan, dan para lansia
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
221
482.
483.
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
491.
492.
siapapun, baik itu orang
timur, orang asing dan
sebagainya.
Kemanapun
saya berada dan tinggal di
yogya, saya merasa nyaman
dan senang tinggal di
Yogyakarta. Saya harapkan
Yogya
mempertahankan
predikat sebagai kota yang
menjunjung
tinggi
keberagaman.
untuk tinggal dan
melangsungkan
pendidikan
Indonesia timur dapat
hidup damai 8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
222
LAMPIRAN
9
Transkrip Verbatim
Wawancara dan Analisis
Data Subjek 4 (MR)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
223
Baris
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (AS)
Verbatim
Koding Awal
Analisis
Bagaimana
pandangan
anda berkaitan dengan
diskriminasi
dan
kekerasan
etnis
di
Yogyakarta?
Melihat diskriminasi dan kekerasan yang terjadi di
Yogyakarta
saya
tidak
sepenuhnya
menyalahkan
pandangan warga setempat.
Yang pertama saya lakukan
adalah mengoreksi
diri
bahwa pandangan dari warga
Jawa sebenarnya menjadi
bahan
refleksi
bagi
mahasiswa
timur
yang
kuliah di Yogyakarta. Orang timur
harus
berubah.
Sebenarnya konflik dan
kekerasan antar etnis terjadi
karena orang setempat tidak
dapat membendung lagi
kesabaran mereka yang
selama ini mereka tahan.
Mereka sebenarnya telah
sabar memaklumi keributankeributan yang selama ini
dilakukan oleh beberapa
orang Timur. Namun orangorang
yang
melakukan
kekerasan merasa bahwa
orang Jawa akan mengerti
dan memaklumi kekerasan
yang orang timur lakukan.
Sehingga
orang
timur
merasa melunjak, bebas dan
tidak berhenti membuat
keributan di Yogyakarta.
Misalnya ada beberapa kasus
dimana orang Jawa setempat
Penyebab timbulnya

kekerasan karena
keributan yang terusmenerus dilakukan oleh
mahasiswa asal
Indonesia timur yang
membuat warga Yogya
tidak dapat
membendung
kesabarannya lagi

Kesadaran bahwa
tindakan diskriminasi
dari warga Yogya
menjadi bahan refleksi
untuk berperilaku
sesuai aturan dan
norma yang berlaku di
Yogyakarta
Faktor yang
mengakibatkan
kekerasan etnis adalah
warga Yogya tidak
dapat memaklumi
keributan yang sering
dilakukan oleh
mahasiswa asal
Indonesia Timur 1
Diskriminasi yang
terjadi menjadi bahan
refleksi bagi mahasiswa
asal Indonesia Timur
untuk bertindak sesuai
norma dan aturan
setempat 6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
224
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
menjadi korban kekerasan
dan mereka memakluminya.
Hari berikutnya kekerasan
dilakukan lagi oleh orang
timur hingga seterusnya.
Sikap
kesabaran
yang
selama ini dirasakan oleh
Jawa tidak terbendung lagi
dan
akhirnya
timbul
diskriminasi dan kekerasan
juga dari beberapa orang
Jawa.
Pandangan
yang
diberikan oleh orang Jawa
bahwa orang timur sebagai
pembuat keributan adalah
wajar.
Apakah anda memiliki
pengalaman diskriminasi?
Saya memiliki beberapa pengalaman
diskriminasi
pasca
kasus
Cebongan
terjadi. Pada saat itu saya
hendak mencari kos. Saat
menemukan
kos
yang kosong
kemudian
bernegosiasi dengan pemilik
kos. Saat bertanya tentang
kos, pemilik kos mengatakan
bahwa kosnya telah penuh.
saya
berusaha
mengklarifikasikan pemilik
kos
bahwa
di
luar
terpampang pemberitahuan
menerima kos putra namun
kenapa saya tidak diterima.
Pemilik kos mengatakan
kebetulan kamar tersebut
baru dipesan, dan ada
keluarga yang mau tempati
dengan berbagai alasan agar
saya tidak menempati kamar
tersebut.
Saya
seketika
menanyakan
apa
yang
Pengalaman tidak
diterima pemilik kos
saat ada kamar kos
yang kosong
Faktor yang
mengakibatkan
pengucilan sosial
adalah kasus-kasus
kekerasan seperti
cebongan yang
membuat image
mahasiswa timur
menjadi buruk

Faktor yang
mengakibatkan
timbulnya prasangka
keliru dan diskriminasi
adalah fenomena
kekerasan yang sering
dilakukan mahasiswa
asal Indonesia timur di
Yogya 1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
225
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
129.
membuat saya tidak diterima
di
sini.
Pemilik
kos
menjawab “mungkin karena
masalah Cebongan!”. Saya
ingin menjelaskan, namun
pemilik
kos
langsung
mengatakan bahwa tidak
punya waktu.
Apa yang anda alami
setelah tidak diterima
pemilik kos?
Saya merasa kecewa dengan sikap dari pemilik kos yang
memberikan stigma dan
pandangan negatif namun
saya berusaha menerima.
Apa
yang
juga
menimbulkan prasangka
buruk di mata warga
Yogya
terhadap
mahasiswa asal timur?
Peran media juga terlalu membesar-besarkan
pemberitaan bahwa orang
etnis atau suku tertentu
dalam hal ini Papua, NTT,
Ambon dan sebagainya
menjadi biang kerok dari
masalah kekerasan etnis di
Yogya. Padahal sebenarnya
yang harus diangkat adalah
orangnya atau individu yang
melakukan kekerasan bukan
budaya atau sukunya. Suku
dan budaya tidak bersalah
yang
bersalah
adalah
individunya. Sehingga peran
media cukup besar dalam
menimbulkan konflik dan
pandangan
negatif
dari
warga
Jawa
terhadap
masyarakat NTT secara
Perasaan kecewa akibat
ditolak serta
penerimaan diri subjek
atas diskriminasi
pemilik kos

Dampak diskriminasi
menimbulkan perasaan
kecewa dan kondisi tak
berdaya 5
Faktor yang
menimbulkan
prasangka adalah berita
di media elektronik
maupun masa yang
mempermasalahkan
budaya timur.
Seharusnya pelaku
kekerasan yang harus
diberitakan bukan
latarbelakang
budayanya.

Peran media sangat
besar membentuk
prasangka yang keliru
warga Yogya terhadap
mahasiswa asal
Indonesia Timur 2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
226
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
umum.
Apakah ada pengalaman
berkaitan
dengan
kekerasan di Yogya?
Pada
awal-awal
masuk kuliah, saya pernah menjadi
korban salah pembacokan
oleh enam orang mahasiswa
NNT. Saat itu saya ditelephone
oleh
temantemannya
yang
sedang
berselisih dengan warga
NTT lain. Saya yang
ditelephone merasa ingin
menenangkan
dan
membantu mereka yang
ketakutan.
Bukannya
membantu
menenangkan
teman-teman, saya malah
menjadi korban pembacokan
yang seharusnya bukan
ditujukan padanya.
Apa yang anda alami saat itu?
Saat itu saya mendapat dua
luka bacokan di punggung
dan harus dirawat dirumah
sakit.
Pengalaman
itu
membuat saya trauma dan
akhirnya cuti kuliah selama
tiga tahun. Sehingga saat ini
baru bisa melanjutkan kuliah
lagi.
Pelajaran apa yang anda
petik
dari
pengalamn tersebut?
Hal ini menjadi pelajaran
bagi saya untuk tidak
terburu-buru
dalam
mengambil keputusan dan
juga
tidak
sepenuhnya
Pengalaman menjadi
korban kekerasan oleh
mahasiswa dari NTT
Pengalaman kekerasan
memberi dampak
trauma serta membuat
subjek cuti dalam
perkuliahan
Pengalaman kekerasan
memberi pelajaran
untuk tidak terburu
dalam mengambil
keputusan serta tidak
sepenuhnya percaya
kepada teman satu

Kekerasan etnis di
Yogya terjadi bukan
hanya antara
mahasiswa timur
dengan warga setempat,
namun antara
mahasiswa Indonesia
timur 4

Dampak psikologis
akibat kekerasan yaitu
perasaan trauma serta
mengganggu proses
perkuliahan di Yogya 5

Fenomena kekerasan di
Yogya juga terjadi
antar sesama
mahasiswa asal
Indonesia timur 4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
227
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
memberi
kepercayaan
kepada teman-teman dari
satu daerah. Karena antar
daerah juga bisa terjadi
konflik
dan
kekerasan.
Selain itu, tidak semua
masalah bisa diselesaikan
melalui kekerasan.
Apa yang orangtua anda
lakukan saat itu?
Pada saat itu orangtua saya marah dan kecewa dengan
musibah yang dialami saya.
Untung mama saya sangat
memahami kondisi yang
saya alami. “mungkin Tuhan
memberi
pembelajaran
dalam hidupmu, bahwa tidak
selamanya hidup berjalan
mulus.
Setelah
kejadian
pembacokan,
sebulan
kemudian
ibu
saya
meninggal
dunia.
Saya
merasa
terpukul
sekali
dengan musibah beruntun
yang saya alami dan
membuat saya tidak bisa
menerima.
Apa yang anda rasakan?
Pada saat itu saya tidak bebas,
tidak
dapat
menyalurkan hobi bermain
bola, atau berorganisasi yang
mana sangat saya gemari
olehnya.
Saya merasa stress karena
tidak bebas bergerak dan
beraktifitas seperti biasanya.
Dampak kekerasan memberi
dampak yang sangat berat.
daerah karena
kekerasan terjadi juga
antar mahasiswa timur
Peran Ibu sangat besar
dalam menguatkan
subjek

Kohesifitas antar
sesama mahasiswa asal
Indonesia timur
mengakibatkan
terjadinya kekerasan
yang tidak dipikirkan
secara matang 1

Faktor yang
menguatkan subjek
untuk tetap kuat dan
semangat menghadapi
masalah adalah
dukungan dari ibu 12

Karena faktor
dukungan ibu sangat
besar, subjek
mengalami kesedihan
yang mendalam saat
ibu telah dipanggil
Tuhan 5
Meninggalnya ibu
membuat subjek merasa
terpukul dan sedih
Cedera akibat

kekerasan
mengakibatkan stress
karena hobi tidak dapat
tersalurkan dengan baik
Dampak psikologis
pada korban kekerasan
menimbulkan stress
karena subjek tidak
dapat beraktifitas secara
baik 5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
228
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
Makna apa yang anda
petik
dari
semua
pengalaman itu?
Semuanya akhirnya menjadi pembelajaran bagi saya
untuk lebih tenang dalam
menghadapi segala macam
hal,
dan
memaafkan
oranglain. Kasus ini pernah
dibawa
hingga
ke
pengadilan. Namun saya
tidak melanjutkan karena
saya berjanji untuk tidak
membalas
kejadian
itu
kepada pelakunya.
Sikap apa yang anda
lakukan setelah menjadi
korban kekerasan?
Saat berjumpa dengan para pelaku kekerasan, saya
menunjukan sikap yang
ramah dengan menegur.
Namun karena merasa malu
kepada
saya,
mereka
akhirnya menghindar dari
saya hingga saat ini.
Bukan dengan kekerasan
untuk membalas namun
dengan kasih cara terbaik
untuk
membalasnya.
Walaupun
orang
menganggap pengalaman itu
adalah pengalaman paling
sial, saya mengganggapnya
sebagai pengalaman paling
berharga saat berhadapan
dengan kematian. Semuanya
mengajarkan banyak hal
positif hingga saat ini saya
menjadi
sangat
kuat
menerima semua kondisi
berat yang dialami walaupun
secara manusiawi saya tetap
Sikap positif yang
ditunjukan adalah
memaafkan pelaku
kekerasan

Hati yang besar untuk
memaafkan pelaku
kekerasan 13
Kekerasan diselesaikan
bukan dengan
kekerasan melainkan
dengan cara damai dan
mewujudkan kasih

Kekerasan yang dialami
memberi pelajaran yang
mendewasakan subjek
serta mampu
memaknainya dengan
penuh Kasih 13
Perasaan sedih dan
kangen pada
almarhumah ibunya
masih dirasakan hingga
saat ini

Peran ibu sangat besar
dalam membentuk
karakter 12
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
229
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
sedih. Kadang ada rasa
kangen dengan almarhum
ibunya dan tidak terima
dengan pengalaman tersebut.
Hingga saat ini saya
merasakan hal itu disaat-saat
sendiri.
Apa upaya positif yang
anda lakukan sebagai
mahasiswa asal Indonesia
Timur di Yogyakarta?
Saya
sih
membentuk pemikiran
positif
dan
menjadi contoh bagi adikadik
mahasiswa
baru
misalnya
melayani
di
komunitas
San
Egidio.
Pelayanan-pelayanan
tersebut mungkin di zaman
ini tidak popular di mata
teman-teman
mahasiswa. Namun melaui pelayanan ini
menjadi suatu kesaksian
bahwa saya peduli kepada
anak-anak jalanan, orangorang yang membutuhkan
bantuan, kaum marginal dan
para
lansia.
Melalui
pelayanan tersebut, saya
merasa dikuatkan dengan
keberadaan mereka. Sudah
tidak ada perbedaan lagi
diantara
saya
dengan
mereka. Yang ada adalah
perasaan
sebagai
satu
saudara.
Selain
itu,
pelayanan
ini
menjadi
kesaksian bagi adik-adik
mahasiswa
baru
untuk
membangun sikap toleransi
diantara siapapun baik itu
dari suku, budaya, agama
yang berbeda.
Sikap positif dibangun
melalui pelayanan di
komunitas San Egidio
dan bertujuan menjadi
bentuk teladan positif
bagi mahasiswa baru
yang berasal dari
Indonesia timur
Keterlibatan dalam
pelayanan membuat
tidak ada lagi
perbedaan

Sikap subjek dalam
memberi teladan bagi
mahasiswa baru asal
Indonesia timur 6

Persatuan timbul dari
kebersamaan dan
keterlibatan dengan
warga secara langsung
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
230
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
328.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
Nilai apa yang anda
dapatkan dari pelayanan
di komunitas?
Saya belajar bahwa orang miskin tidak hanya dilihat
dari harta dan kekayaan,
namun miskin bisa dalam
bentuk perhatian, kasih
sayang,
pelukan
dan
sebagainya. Hal ini yang
membuat
saya
melihat
bahwa setiap orang pasti
membutuhkan
oranglain.
Setiap individu tidak dapat
hidup sendiri tanpa individu
lain.
Melalui pelayanan tersebut
apa yang ingin anda
sampaikan?
Selain bentuk kepedulian, kiranya menjadi kesaksian
bahwa orang timur atau
Flores ternyata tidak seperti
yang dipikirkan. Mereka
juga memiliki hati untuk
saling
membantu
dan
menolong.
Seorang pemuda jalanan
pernah
menayakan
“mengapa
kalian
mau
membantu kami?” Saya
menjawab “karena saya
melihat
kalian
sebagai
saudara”.
Apa yang anda lakukan
sebagai mahasiswa senior
bagi
para
mahasiswa
baru?
Saya sering menasehati adik- adik dari timur bahwa
tinggal di Yogya bukan
Persatuan perlu
ditegakan di kota
Yogya karena kita
saling membutuhkan
dan tidak terlapas satu
dengan yang lain

Pelayanan merupakan

sikap positif sebagai
satu saudara dengan
warga Yogya, sekaligus
kesaksian bahwa tidak
semua orang timur
jahat
Terciptanya sikap
positif adalah melalui
teladan positif serta

Keyakinan subjek
bahwa antara
mahasiswa asal
Indonesia bisa saling
menjalin relasi yang
baik 8
Upaya untuk membuat
mahasiswa asal
Indonesia timur dapat
diterima di Yogya
melalui pelayanan 6
Dampak kekerasan
mengakibatkan
terbentuknya sikap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
231
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
sekedar untuk kuliah dan
pandai secara teori, namun
juga harus pandai dalam
membangun relasi sosial
dengan siapapun bukan
hanya dari teman-teman satu
budaya.
Nasehat
yang
diberikan
saya
bukan
sebagai
suatu
paksaan
namun
pilihan.
Yang
terpenting adalah contoh dan
teladan melalui tindakan.
Secara pribadi, upaya
positif apa yang anda
lakukan?
Sebagai orang timur saya juga memiliki tugas untuk
menjelaskan lewat kegiatankegiatan
positif
yang
sifatnya
membangun
kebersamaan antar budaya,
misalnya melakukan bakti
sosial, pentas budaya dan
lain-lain. Kegiatan-kegiatan
positif ini sebenarnya dulu
pernah
dilakukan
para
mahasiswa
dari
timur,
namun sekarang telah pudar.
Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun relasi yang baik
antara mahasiswa timur
dengan warga setempat agar
timbul rasa persaudaraan
yang erat. Namun saat ini
yang terjadi, suatu masalah
diselesaikan
dengan
kekerasan bukan dengan
dialog atau diskusi. Hal ini
yang dirasakan hilang dari
mahasiswa-mahasiswa asal
timur.
Apa yang anda harapkan
nasehat bagi para
mahasiswa baru untuk
menaati peraturan, dan
bersikap baik di Yogya
Perlunya kegiatankegiatan positif antar
mahasiswa dengan
warga setempat
misalnya bakti sosial,
pentas budaya dan
kegiatan dialog
bersama
positif dalam menjalin
relasi dengan warga
Yogya 5.

Solusi untuk
meningkatkan
persatuan antar
mahasiswa asal timur
dengan warga Yogya
adalah melalui kegiata
kebersamaan yang
positif 5.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
232
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
sebagai mahasiswa asal
Indonesia Timur yang saat
ini tinggal di Yogya?
Semoga para saudara dari timur dapat sadar bahwa kita
tinggal di tanah orang harus
menunjukan sikap sopan dan
tahu diri ditempat rantauaan.
Sikap ini ditunjukan melaui
sikap positif dan baik
dengan warga Yogyakarta
misalnya bergaul, menjalin
relasi, senyum, menyapa,
menerima aturan maupun
budaya setempat dan berbaur
dengan warga Jawa.
Pesan apa yang ingin anda
sampaikan
kepada
mahasiswa asal Indonesia
Timur di Yogya?
Jika sikap positif kita bangun,
orang
warga
Yogyakarta akan bersikap
positif dengan kita. Selain
itu prestasi dalam kuliah dan
talenta yang dimiliki harus
tampak
dalam
diri
mahasiswa-mahasiswa timur
khususnya NTT. Tujuannya
agar kita dapat dihargai oleh
orang Jawa setempat bukan
dengan kekerasan namun
lewat
kualitas
hidup.
Sehingga
kekeluargaan
antara mahasiswa NTT dan
warga Yogyakarta dapat
erat.

Kesadaran sebagai
mahasiswa pendatang
harus dimiliki oleh
mahasiswa asal
Indonesia timur dalam
bertindak dan
membangun sikap
positif di Yogyakarta 8
Perlunya sikap positif

dalam hubungan
dengan warga,
meningkatkan talenta
serta berprestasi
sehingga dapat
dipandang warga secara
positif
Solusi terbaik agar
dapat diterima adalah
bukan dengan
kekerasan melainkan
melalui prestasi serta
kemampuan softskill
yang mahasiswa asal
Indonesia timur miliki
8
Harapan agar timbul
kesadaran bagi
mahasiswa asal
Indonesia Timur untuk
menyesuaikan diri serta
berbaur dengan warga
Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
233
LAMPIRAN
10
Surat Pernyataan
Persetujuan Wawancara
Subjek 1 (AT)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
234
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
235
LAMPIRAN
11
Surat Keterangan
Keabsahan Hasil
Wawancara Subjek 1 (AT)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
236
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
237
LAMPIRAN
12
Surat Pernyataan
Persetujuan Wawancara
Subjek 2 (YD)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
238
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
239
LAMPIRAN
13
Surat Keterangan
Keabsahan Hasil
Wawancara Subjek 2 (YD)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
240
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
241
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
242
LAMPIRAN
14
Surat Pernyataan
Persetujuan Wawancara
Subjek 3 (AS)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
243
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
244
LAMPIRAN
15
Surat Keterangan
Keabsahan Hasil
Wawancara Subjek 3 (AS)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
245
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
246
LAMPIRAN
16
Surat Pernyataan
Persetujuan Wawancara
Subjek 4 (MR)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
247
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
248
LAMPIRAN
17
Surat Keterangan
Keabsahan Hasil
Wawancara Subjek 4 (MR)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
249
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
250
Download