Pembangunan Bandara di Indonesia dan Rezimentasi Neoliberalisme: Tantangan bagi Subject, Society & Soil Di sampaikan dalam Diskusi PUSHAM UII: Potret HAM dalam Sengketa Tanah Bandara Rabu, 21 Desember 2016, 13.00-17.00 AB. Widyanta, MA KONDISI TERKINI (1) Tanggal/Bln/Tahun Liputan/Berita/Momen 2 September 2016 Angkasa Pura dan Pemerintah Mulai Persiapan Pembayaran Ganti Rugi Lahan Terdampak Bandara Kulonprogo 12 September 2016 Pemda DIY Siapkan Menoreh sebagai Destinasi Pariwisata Jelang Beroperasinya Bandara Kulonprogo 13 September 2016 Pemkab Kulonprogo Siapkan Pendampingan Bagi Warga Terdampak Bandara 14 September 2016 Hari Ini, Pembayaran Ganti Rugi Warga Terdampak Bandara Mulai Dilakukan 14 September 2016 Angkasa Pura I Siapkan Duit Rp4,146 Triliun untuk Ganti Rugi, Sri Purwantini "Kebagian" Rp13 Miliar 14 September 2016 Mendadak Kaya Terima Duit Miliaran Rupiah, Puluhan Warga Terdampak Bandara Sudah Pesan Mobil Anyar 20 September 2016 Harga Tanah Relokasi Bervariasi, Anton Fasilitasi Rembugan Warga 20 September 2016 Pengosongan Lahan Dalam Waktu Sebulan Memberatkan Warga Terdampak 21 September 2016 Pembayaran Ganti Rugi Lahan Terdampak Bandara Kulonprogo Dihentikan Mendadak 22 September 2016 Proses Pembayaran Ganti Rugi Lahan Terdampak Bandara Kulonprogo Kembali Dilanjutkan 28 September 2016 Pembayaran Ganti Rugi Tahap I Mundur, Ground Breaking Bandara Kulonprogo Terancam Molor 30 September 2016 Angkasa Pura Sosialisasikan Kesiapan Bandara ke Tribun Jogja KONDISI TERKINI (2) Tanggal/Bln/Tahun Liputan/Berita/Momen 10 Oktober 2016 Realisasi Ganti Rugi Lahan Terdampak Bandara Baru Rp 2 Triliun 11 Oktober 2016 Terima Ganti Rugi Bandara, Ramai-ramai Mendaftar Haji 17 Oktober 2016 Pembebasan Lahan untuk Bandara Baru Kulonprogo Ditarget Tuntas Bulan Depan 19 Oktober 2016 Pembayaran Ganti Rugi Lahan Bandara Kulonprogo Dilanjut Pekan Depan 20 Oktober 2016 Amankan Aset Calon Bandara Kulonprogo, PT Angkasa Pura Manfaatkan Peran Polisi 1 November 2016 Rencana Relokasi Warga Terdampak Bandara Kulonprogo Belum Tuntas 1 November 2016 Yogyakarta Diperkirakan Bakal Dilalui 20 Juta Penumpang Udara 2 November 2016 Warga Terdampak Bandara Kulonprogo Pilih Direlokasi Pemda (518 warga terdampak Bandara Kulonprogo) 4 November 2016 Jumlah Anggotanya Kian Menyusut, WTT Tetap Bertahan dan Solid Tolak Pembangunan Bandara 10 November 2016 Warga Penolak Bandara Gelar Orasi Tolak Studi Amdal saat Konsultasi Publik Amdal di Temon 10 November 2016 Tim Amdal Bandara Kulonprogo Hanya Undang Perwakilan Warga untuk Serap Aspirasi 10 November 2016 Ini Tanah yang Disiapkan untuk Relokasi Warga Terdampak Bandara Kulonprogo KONDISI TERKINI (3) Tanggal/Bln/Tahun Liputan/Berita/Momen 14 November 2016 Angkasa Pura Beri Pelatihan Kewirausahaan Warga Terdampak Bandara 17 November 2016 Maret 2017 Mendatang, Area Bandara Kulonprogo Harus Bebas dari Warga 22 November 2016 Massa WTT Geruduk PN Wates 2 Desember 2016 BPN Yogyakarta Kebut Penyelesaian Ganti Rugi Lahan Milik Institusi 16 Desember 2016 Lahan PAG Terdampak Bandara Digugat ke Pengadilan 20 Desember 2016 Bandara Kulonprogo Dijadwalkan Resmi Beroperasi pada Juni 2019 Mendatang NYIA – MASTER PLAN http://www.aga-letiste.cz/en/references/architecture-and-urbanism/ SITEPLAN NYIA LUAS TANAH YANG DIPERLUKAN Estimasi awal: Obyek luas tanah yang diperlukan untuk pembangunan “New Yogyakarta International Airport” (NYIA) seluas ± 627 Ha. Estimasi awal: kawasan meliputi 5 (lima) desa, yakni : Jangkaran, Sindutan, Palihan, Kebonrejo, dan Glagah, terdiri dari ± 2.465 Orang Warga Terdampak. Rincian sebagai berikut: Realisasi:Pembangunan NYIA membutuhkan total Tanah seluas 587,26 hektare (ha). Luasan itu, merupakan hasil realisasi fisik pengukuran keliling calon lokasi bandara baru dengan total 3.444 bidang. Realisasi: harga ganti rugi tanah terendah warga terdampak sebesar Rp600.000/m2. Sedangkan harga tanah kas desa sesuai dengan hasil dari tim appraisal dihargai sekitar Rp930.000/m2 (Janten), Rp1,1juta/m2 (Kebonrejo). ALASAN PEMBANGUNAN NYIA Kapasitas bandar udara ini sudah MELEBIHI AMBANG BATAS. Kapasitas Terminal Bandara Adisucipto tidak lagi sebanding dengan pertumbuhan jumlah penumpang yang kapasitasnya hanya 1,2 juta penumpang/ tahun Lonjakan penumpang di setiap tahunnya terperinci dalam tabel berikut: Tahun Jumlah Penumpang 2011 4,3 juta penumpang/ tahun 2012 4,9 juta penumpang/ tahun 2013 5,7 juta penumpang/ tahun 2014 6,2 juta penumpang/ tahun 2015 6,8 juta penumpang/ tahun 2016 6,5 juta orang (per november 2016) MELACAK BASIS KEBIJAKAN Publik Private Partnerships – Infrastructure Projects in Indonesia, 2010-2014, hlm.vii. “MENJAGA MOMENTUM PERTUMBUHAN” Magazine media internal pt angkasa pura i (persero) edisi maret-april 2015, hlm. 10-11 PARA “PENJAGA PERTUMBUHAN” Magazine media internal pt angkasa pura i (persero) edisi Juli-Agustus 2015, hlm. 22-23 Magazine media internal pt angkasa pura i (persero) edisi maret-april 2015, hlm. 16,33 ARENA/PENJAGA LAIN “PERTUMBUHAN” http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1656761 ARENA/PENJAGA LAIN “PERTUMBUHAN” http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1656761 KONSEKUENSI PEMBERLAKUAN ASEAN OPEN SKY TAHUN 2015 Maraknya pembangunan Bandara di Indonesia sebagai berikut: Minangkabau (Padang), Bandara Hasanuddin (Makassar), Bandara Adi Sumarmo (Solo), dan Bandara Badaruddin (Palembang), pengembangan Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), pengembangan Bandara Adisutjipto (Yogyakarta), Bandara Ahmad Yani (Semarang), Bandara Ngurah Rai (Bali); pengembangan Bandara Tjilik Riwut (Palangkaraya, Kalimantan Tengah), dan pengembangan Bandara Dewandaru di Karimun Jawa. Pembangunan NYIA (Kulonprogo, Yogyakarta), pembangunan Bandara Kertajati (Majalengka, Jawa Barat), Bandara Singkawang (Kalimantan Barat), Bandara Banten Selatan, Bandara Baru Bali (Bali Utara), dan Bandara Baru Samarinda (Kalimantan Timur). BEBERAPA CATATAN Bagaimanakah peta jalan politik kesejahteraan warga negara hendak diwujudkan ketika negara, aparatus negara, dan masyarakat sipil telah mengalami rezimentasi neoliberalisme sehingga menjadi subyek-subyek yang jinak (docile), tunduk/patuh (obedient) pada kuasa pasar? Teguhnya pilihan jalan neoliberal rezim pemerintahan SBY maupun Jokowi saat ini mewariskan perangkap persoalan yang gigantis bagi bangsa ini ke depan (terutama kaum lemah, miskin, terpinggirkan dan termarjinalkan). Demi mengejar janji besar tentang pertumbuhan ekonomi dari Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investement) yang akan membawa kesejahteraan warga, pemerintah Indonesia membuka pasar selebar-lebarnya. Pilar-pilar kedaulatan berupa regulasi-regulasi pro rakyat pun diruntuhkan dan diganti dengan regulasi-regulasi yang ramah pasar (market friendly). Perekonomian rakyat tak lagi dilindungi, didukung, apalagi diurus negara. Pemerintah teknokratisneoliberal mengeksploitasi sumber daya vital milik publik (Wibowo, 2010:133; Mander & Korten, 2001: v; IFG, 2003:16). Brutalitas fundamentalisme pasar telah mengakibatkan “economic genocide” (Chossudovsky, 1997:37). BEBERAPA CATATAN Penguatan program sertifikasi tanah mesti dibaca sebagai proses akselerasi privatisasi tanah/lahan warga maupun masyarakat adat. Dominasi kekuatan poros pasar atas badan publik dan komunitas akan selalu menjadi batu sandungan terbesar bagi terwujudnya kesejahteraan publik (the pursuit of public welfare). Kekarutmarutan sistem perekonomian semacam ini akan memposisikan sekelompok besar warga di lapis terbawah—kaum petani, nelayan, buruh, para pekerja sektor informal, dll—sebagai tumbal “post-pembangunanisme” atau “neoliberalisme”. Alih-alih menciptakan kesejahteraan warga, liberalisasi pasar justru, meminjam ungkapan Sklair, menciptakan dua krisis sekaligus yaitu krisis polarisasi kelas (the crisis of class polarization) dan krisis ekologi (ecological unsustainability). PERTANYAAN UNTUK KITA SEMUA Seperti apakah formulasi dan implementasi kebijakan pemerintah untuk melindungi warganya dari sergapan kolonisasi pasar yang brutal itu? Seperti apa langkah tegas pemerintah untuk melenyapkan beragam praktik kejahatan koporat? Bagaimana pemerintah membangun sistem monitoring yang efektif dan berkelanjutan terhadap akuntabilitas korporasi? Bagaimana pula strategi pemerintah untuk mengoptimalkan pengelolaan berbagai sumber daya produktif agar membawa kemaslahatan bagi kesejahteran warga? Lantas, apa saja skema kompensasi pemerintah bagi komunitas warga atau masyarakat adat yang selama bertahun-tahun menjadi korban kejahatan korporat? TERIMAKASIH