PENGARUH RESIDU BAHAN ORGANIK TERHADAP

advertisement
JURNAL AGROTEKNOS Maret 2012
Vol.2. No.1. hal. 1-8
ISSN: 2087-7706
PENGARUH RESIDU BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)
Effect of Organic Matter Residual on the Growth and Production of
Long Bean (Vigna sinensis)
LA ODE SAFUAN1*), BULUDIN2), NI WAYAN SRI SULIARTINI1)
1) Jurusan
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari.
2) Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo, Kendari
ABSTRACT
The aim of the research was to study the effect of organic matter residue on the growth
and production of long bean. This research was conducted at the Rahandouna Subdistrict,
Kendari District, Southeast Sulawesi Province from March to June 2010. The research was
prepared in randomized block design consisted of four levels: without organic matter (B0),
residue of organic matter application at 5 ton ha-1 (B1), residue of organic matter application
at 10 ton ha-1 (B2), and residue of organic matter application 15 ton ha -1 (B3). The variables
observed were plant height, leaf number, leaf area, pod length, pod number, dan pod fresh
weight. Analysis of variance (ANOVA) was used to analyze statistical data. Duncan's Multiple
Range Test (DMRT) was applied to determine the significant difference among treatments at
95% confident level. The results of the research showed that, (1) The Residue of organic
matter15 ton ha-1 partially had an effect on leaf area, leaf number, plant height, pod length,
pod fresh weight., (2) The Residue of organic matter 15 ton ha-1 partially had an effect on
increased pod length, pod number, and pod fresh weight of long bean.
Key Words : Effect, Residual, Organic Matter
1PENDAHULUAN
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
merupakan salah satu jenis sayur-sayuran
yang digemari banyak orang karena rasanya
yang enak dan gurih serta mengandung zat gizi
yang cukup banyak (Haryanto et al., 1995).
Kacang panjang sebagai sumber vitamin,
mineral dan sumber protein nabati karena
mengandung 4,1% protein pada daun, 22,3%
pada biji dan 2,7% pada polong muda
(Rukmana, 1995), serta memiliki lemak dan
karbohidrat yang tinggi 15,2% (Haryanto et al.,
1995).
Budidaya kacang panjang pada umumnya
dilakukan pada lahan kering yang sumber
airnya dari air hujan sehingga frekuensi dan
distribusi curah hujan memegang peranan
yang sangat penting (Setyati, 1992). Sulawesi
Tenggara merupakan salah satu daerah di
kawasan Timur Indonesia yang mempunyai
*)Alamat
korespondensi:
E-mail: [email protected]
potensi lahan kering untuk pengembangan
tanaman hortikultura, khususnya kacang
panjang. Namun demikian, tanah-tanah di
daerah ini, didominasi oleh tanah ultisol yang
mempunyai tingkat kesuburan tanah yang
rendah. Pada tanah ultisol ketersediaan hara
kurang tersedia terutama hara makro seperti
N, P, K sedangkan kadar Al, Fe, dan Mn sering
berada pada tingkat yang meracuni tanaman.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan
kering pada tanah ultisol, maka selain
pemupukan dengan N, P, dan K juga perlu
dilakukan pemberian bahan organik, karena
pemberian bahan organik selain menjadi
sumber unsur hara makro seperti N, P, dan K
juga mengandung unsur hara mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian bahan
organik juga memperbaiki kemampuan tanah
untuk mengikat hara dan air, dapat
menstabilkan suhu tanah dan merupakan
pengkelat yang baik bagi Al, Fe dan Mn
2
SAFUAN ET AL.
sehingga fosfor yang terikat oleh unsur
tersebut dapat dilepas dan menjadi tersedia
bagi tanaman (Killham, K., 1996)
Fernandes et al., (2003) melaporkan bahwa
pemberian pupuk organik pada tanaman
kacang panjang memberikan hasil yang lebih
tinggi dan kualitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari
pemberian hara dengan pupuk kimia. Menurut
Bessho (1992) bahwa pemberian bahan
organik
pada
tanah
masam
akan
menguntungkan dalam hal penyediaan hara N,
P, dan S melalui mineralisasi, meningkatkan
KTK dan menurunkan fiksasi P serta
memperbaiki sifat-sifat tanah.
Penggunaan pupuk yang tepat dan efisien
akan dapat meningkatkan hasil usaha tani dan
meningkatkan pendapatan petani dengan
menekan biaya produksi per satuan luas.
Pendapatan petani dapat ditingkatkan melalui
peningkatan efisiensi faktor produksi yang
meliputi efisiensi budidaya dan pemanfaatan
residu pupuk dalam sistem rotasi pertanaman,
disamping rasionalisasi penggunaan sarana
produksi seperti pupuk dan pestisida
(Makarim et al., 2003). Residu tanaman
berfungsi sebagai sumber energi bagi
mikroflora. Pemberian residu dapat membantu
mikrooganisme heterotrop memobilisasi N
selama dikomposisi substrat karbon (Darwis,
1994). Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan pupuk organik seperti
pupuk kandang, pupuk hijau dan limbah panen
dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping
mengurangi penggunaan pupuk N, P dan K dan
meningkatkan efisiensinya (Karama, 1990;
Adiningsih, 2000 dan Diwiyanto, 2000).
Selanjutnya Hue dan Amin (1986)
menyebutkan bahwa pemberian bahan organik
pada tanah podsolik akan menanggulangi
bahaya keracunan Al, Fe, dan Mn,
meningkatkan KTK tanah, memperbaiki daya
tanah menyimpan air, meningkatkan derajat
agregasi zarah debu dan lempung serta
kemantapan agregat. Hakim, et al., (1986)
penambahan bahan organik pada tanah seperti
pupuk kandang ke dalam tanah merupakan
alternatif yang lebih menguntungkan baik dari
segi teknis, ekonomis, sosial maupun dari segi
lingkungan karena tidak menimbulkan
pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Selama proses
dekomposisi bahan organik (pupuk kandang)
akan menghasilkan asam-asam sitrat, oksalat
J. AGROTEKNOS
humaik, fulfit dan lain-lain, yang dapat
meningkatkan kelarutan fosfat (P) di dalam
tanah. Disamping itu pupuk kandang dapat
meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah
menjadi gembur. Residu P dan bahan organik
dapat meningkatkan produksi pada tanaman
selanjutnta yaitu tanaman kacang panjang
dengan sistem tanaman tumpang gilir
(beruntun).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010
Sampai bulan Juni 2010, di Kelurahan
Rahandouna
Kecamatan
Poasia
dan
Laboratorium Jurusan Agroteknologi Unit
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Haluoleo Kampus Bumi Tridharma Anduonohu
Kendari.
Bahan dan Alat. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi benih
kacang panjang (Vigna sinensis L.) varietas
putih super dan bahan kimia untuk kebutuhan
analisa tanah. Sedangkan pupuk urea, SP-36,
KCl, kapur dolomit, mulsa plastik, (digunakan
pada pertanaman sebelumnya). Penelitian ini
disusun
berdasarkan
rancangan
acak
kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 ulangan
dan residu dari pemberian bahan organik pada
perlakuan awal yang terdiri dari 4 taraf
perlakuan sebagai berikut B0 = Tanpa bahan
organik, B1= Residu dari pemberian 5 ton ha-1
pupuk kandang, B2 = Residu dari pemberian
10 ton ha-1 pupuk kandang, B3 = Residu dari
pemberian 15 ton ha-1 pupuk kandang.
Pelaksanaan Penelitian. Penyiapan lahan
yang telah dilakukan pada penelitian tanaman
melon terdahulu adalah Pengolahan tanah
dilakukan dengan menggunakan cangkul
sampai kedalaman 20-30 cm sebanyak 2 kali.
Kemudian bongkahan tanah diratakan,
selanjutnya membuat bedengan dengan
panjang 300 cm dan lebar 120 cm, tinggi 40 cm,
jarak antar bedengan 50 cm dengan jarak antar
ulangan adalah 100 cm. Setelah selesai
pengolahan tanah maka dilakukan pemberian
kapur dolomit sebanyak 1 ton kapur dolomit
ha-1 dan bahan organik (dosis sesuai
perlakuan) yang diberikan secara merata
kepermukaan bedengan, kemudian di cangkul
agar merata dengan tanah. Pupuk yang
diberikan berupa N, P, dan K yang
diaplikasikan sebelum penanaman dengan
Vol. 2 No.1, 2012
Pengaruh Residu Bahan Organik terhadap Kacang Panjang
cara disebar merata ke permukaan bedengan
kemudian dicangkul secara merata dengan
tanah dengan dosis 130 kg N ha-1, 130 kg P2O5,
dan 150 K2O kg ha-1. Mulsa yang digunakan
adalah plastik hitam perak yang berukuran
lebar 125 cm. Pada pemasangan mulsa, bagian
plastik berwarna perak menghadap ke atas,
sedangkan sisi yang berwarna hitam
menghadap ke bawah. Pemasangan mulsa
dilakukan pada saat matahari terik dan tanah
dalam keadaan basah. Untuk mengaitkan sisisisi mulsa di bedengan menggunakan pasak
penjempit dari bambu.
Penanaman dilakukan langsung pada petak
percobaan tanpa disemai. Biji ditanam dalam
lubang yang dibuat dengan tugal dan dipelihara
sampai panen, tiap lubang tanam diisi dengan
2 biji benih, kemudian lubang tersebut ditutup
dengan tanah. Pemeliharaan meliputi
pemasangan ajir yang digunakan untuk
merambatkan tanaman dengan menggunakan
belahan bambu setelah tanaman berumur 2
minggu atau mencapai tinggi kira-kira 25 cm
dengan cara ditancapkan dengan jarak 10 cm
dari batang tanaman. Penyiangan dilakukan
sewaktu-waktu jika pertumbuhan gulma mulai
terlihat.
Penyulaman dilakukan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati,
dan mengganti tanaman yang tumbuhnya
kurang baik. Penyulaman dilakukan satu
minggu setelah penanaman. Penyiraman
dilakukan rutin 2 kali sehari (pagi dan sore)
jika tidak turun hujan tetapi jika hujan maka
tidak dilakukan penyiraman. Kacang panjang
dipanen pada umur 45 hari setelah tanam,
dengan ciri-ciri polongnya sudah terisi penuh
dan warna polongnya hijau merata sampai
hijau keputihan.
Parameter Penelitian. Pada penelitian ini
dilakukan pengamatan terhadap tiga aspek
yaitu hara tanaman, pertumbuhan dan hasil
3
produksi. Pengamatan dilakukan terhadap
sampel yang telah ditentukan secara acak
sebanyak 10% dari jumlah populasi tiap unit
percobaan, beberapa parameter yang diamati
meliputi: (1) Tinggi tanaman (cm2) yang
dilakukan dengan mengukur panjang tanaman
mulai dari pangkal batang sampai ujung daun
tertinggi pada umur 15, 30 dan 45 hst. (2)
Jumlah daun (helai) yang dilakukan dengan
menghitung jumlah daun setiap sampel
tanaman yang diamati pada umur 15, 30 dan 45
hst. (3) Diameter batang (cm2) yang diukur
pada umur 15, 30 dan 45 hst. (4) Luas daun
(cm2) yang diukur pada umur 15, 30 dan 45
hari setelah tanam (hst), dihitung dengan
menggunakan rumus P x L x K: dimana P=
panjang, L= lebar, dan K= koefisien luas daun.
Koefisien luas daun kacang panjang adalah =
0,29. (Sitompul, 1995). (5) Jumlah polong
(buah) per tanaman. (6) Panjang polong (cm2)
diukur pada saat panen dan (7) Berat polong
segar (kg) per tanaman.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam, apabila Fhitung
menunjukan pengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 95%, akan dilanjutkan dengan uji
DMRT pada taraf kepercayaan 95%, untuk
mengetahui pengaruh perbedaan antar
perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm). Hasil analisis
ragam pengaruh residu bahan organik
terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30 dan
45 HST menunjukkan pengaruh yang nyata,
dan perbedaan pengaruh residu berbagai dosis
bahan organik terhadap tinggi tanaman kacang
panjang pada saat tanaman berumur 15, 30,
dan 45 HST disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Residu Bahan Organik Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
Bahan Organik
B0 = 0
B1 = 5
B2 = 10
B3 = 15
DMRT 0.05
Tinggi Tanaman (cm) pada pengamatan ke...HST
15
30
45
27,56b
195,35c
262,83b
28,71b
220,09b
291,58a
28,97b
236,25ab
298,81a
35,30a
241,18a
300,91a
2=2,74
2=16,79
2=10,53
3=2,86
3=17,52
3=10,99
4=2,92
4=17,89
4=11,22
Keterangan: Angka yang diikuti dengan hurufyang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.
4
SAFUAN ET AL.
J. AGROTEKNOS
Tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata
tinggi tanaman pada umur 15 HST tertinggi
diperoleh pada residu bahan organik 15 ton ha1 (B3) yang berbeda nyata dengan semua
perlakuan, sedangkan rata-rata tinggi tanaman
terendah diperoleh pada perlakuan tanpa
residu bahan organik (B0) yang tidak berbeda
nyata dengan dengan residu perlakuan 5 ton
ha-1 dan 10 ton ha-1 bahan organik.
Hasil uji DMRT taraf 0,05 terhadap tinggi
tanaman pada saat tanaman berumur 30 HST
menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman
yang lebih tinggi diperoleh pada residu bahan
organik 15 ton ha-1 (B3) yang tidak berbeda
nyata dengan B2, tetapi berbeda nyata dengan
B1 dan B0, sedangkan rata-rata tinggi tanaman
paling rendah diperoleh pada perlakuan tanpa
bahan organik (B0) yang berbeda nyata dengan
semua perlakuan.
Rata-rata tinggi tanaman pada umur 45 HST
tertinggi diperoleh pada residu perlakuan 15
ton ha-1 bahan organik berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa bahan organik (B0) tetapi
berbeda tidak nyata dengan residu perlakuan 5
ton ha-1 (B1) dan 10 ton ha-1 bahan organik
(B2), sedangkan rata-rata tinggi tanaman yang
paling pendek diperoleh pada perlakuan tanpa
bahan organik (B0) yang berbeda nyata dengan
semua perlakuan.
Jumlah Daun.
Hasil analisis ragam
pengaruh residu berbagai dosis bahan organik
terhadap jumlah menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap rata-rata jumlah daun pada
saat tanaman berumur 15, 30 dan 45 hari
sesudah tanam (HST). Perbedaan pengaruh
residu berbagai dosis bahan organik terhadap
jumlah daun pada umur 15, 30 dan 45 HST.
Rata-rata jumlah daun pada saat tanaman
berumur 15, 30, dan 45 HST disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Residu Bahan Organik Terhadap Jumlah Daun (helai) Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
Bahan Organik
B0 = 0
B1 = 5
B2 = 10
B3 = 15
DMRT 0.05
15
7,92c
8,17bc
8,50b
9,17a
2=0,42
3=0,44
4=0,45
Jumlah Daun (helai) pada pengamatan ke...HST
30
45
35,18c
76,00c
43,02b
88,42b
46,68ab
94,09ab
48,00a
98,96a
2=3,82
2=7,19
3=3,99
3=7,51
4=4,07
4=7,66
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 2, menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah daun pada umur 15 HST paling banyak
diperoleh pada residu perlakuan 15 ton ha-1
bahan organik yang berbeda nyata dengan
semua perlakuan, sedangkan rata-rata jumlah
daun paling sedikit diperoleh pada perlakuan
tanpa bahan organik yang berbeda nyata
dengan semua perlakuan kecuali dengan
residu perlakuan 5 ton ha-1 bahan organik (B1).
Rata-rata jumlah daun paling banyak pada saat
tanaman berumur 30 dan 40 HST diperoleh
pada perlakuan 15 ton ha-1 bahan organik yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan
kecuali dengan residu perlakuan 10 ton ha-1
bahan organik (B2), sedangkan rata-rata
jumlah daun paling sedikit diperoleh pada
perlakuan tanpa bahan organik (B0) yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Diameter Batang. Hasil analisis ragam
pengaruh residu berbagai dosis bahan organik
terhadap diameter batang menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap diameter
batang pada saat tanaman berumur 30 dan 45
hari sesudah tanam, sedangkan pada saat
tanaman berumur 15 hari sesudah tanam
pengaruh residu bahan organik terhadap
diameter batang, tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata. Hasil uji DMRT pada taraf nyata
0,05 terhadap pengaruh residu berbagai dosis
bahan organik terhadap diameter batang pada
saat tanaman berumur 30 dan 45 HST,
disajikan pada Tabel 3.
Vol. 2 No.1, 2012
Pengaruh Residu Bahan Organik terhadap Kacang Panjang
5
Tabel 3. Pengaruh Residu Bahan Organik Terhadap Diameter Batang (cm) Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
Bahan Organik
Diameter Batang (cm) pada pengamatan ke....HST
30
45
B0 = 0
B1 = 5
B2 = 10
B3 = 15
1,65b
1,69b
2,00a
2,03a
2=0,15
3=0,16
4=0,16
1,96b
1,98b
2,34a
2,39a
2=0,12
3=0,13
4=0,13
DMRT 0.05
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata
diameter batang tanaman kacang panjang pada
umur 30 dan 45 HST tertinggi diperoleh pada
residu perlakuan 15 ton ha-1 (B3) yang berbeda
nyata dengan residu perlakuan tanpa bahan
organik (B0) dan residu perlakuan 5 ton ha-1
bahan organik (B1) tetapi tidak berbeda nyata
dengan residu perlakuan 10 ton ha-1 (B2),
sedangkan rata-rata diameter batang terendah
diperoleh pada perlakuan tanpa residu bahan
organik (B0) yang berbeda nyata dengan
perlakuan B2 dan B3 tetapi tidak berbeda
nyata dengan perlakuan B1.
Luas Daun. Hasil analisis ragam pengaruh
residu berbagai dosis bahan organik terhadap
luas daun pada saat tanaman berumur 15, 30
dan 45 HST, menunjukkan pengaruh yang
nyata. Hasil uji DMRT pada taraf nyata 0,05
terhadap pengaruh residu berbagai dosis
bahan organik terhadap luas daun pada saat
tanaman berumur 15, 30, dan 45 HST disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Residu Bahan Organik Terhadap Luas Daun (cm2) Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
Bahan Organik
B0 = 0
B1 = 5
B2 = 10
B3 = 15
DMRT 0.05
15
11,83c
12,46bc
13,14b
14,25a
2=0,81
3=0,84
4=0,86
Luas Daun (cm2) pada pengamatan ke...HST
30
45
31,07c
34,35c
33,29b
34,37c
40,70a
44,86b
42,04a
49,72a
2=1,85
2=3,18
3=1,94
3=3,32
4=1,98
4=3,39
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 4, menunjukkan bahwa rata-rata luas
daun tanaman kacang panjang umur 15 HST
yang terluasi diperoleh pada residu perlakuan
15 t ha-1 bahan organik (B3) yang berbeda
nyata dengan semua perlakuan, sedangkan
luas daun tanaman kacang panjang lebih
sempit diperoleh pada perlakuan tanpa bahan
organik (B0) yang berbeda nyata dengan
residu perlakuan 10 ton ha-1 bahan organik
(B2) dan 15 ton ha-1 bahan organik (B3) tetapi
tidak berbeda nyata dengan residu perlakuan 5
ton ha-1 bahan organik.
Hasil uji DMRT 0,05 pengaruh residu
berbagai dosis bahan organik terhadap rata-
rata luas daun tanaman kacang panjang umur
30 HST, menunjukkan bahwa luas daun terluas
diperoleh pada residu perlakuan 15 ton ha-1
bahan organik yang berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa bahan organik (B0) dan residu
5 ton ha-1 bahan organik (B1) tetapi tidak
berbeda nyata dengan residu perlakuan 10 ton
ha-1 bahan organik, sedangkan luas daun
tanaman tersempit terdapat pada perlakuan
tanpa bahan organik (B0) yang berbeda nyata
dengan semua perlakuan.
Hasil uji DMRT 0,05 pengaruh residu
berbagai dosis bahan organik terhadap ratarata luas daun tanaman kacang panjang pada
6
SAFUAN ET AL.
J. AGROTEKNOS
saat tanaman berumur 45 HST menunjukkan
bahwa, luas daun terluas diperoleh pada
perlakuan 15 ton ha-1 bahan organik yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan,
sedangkan rata-rata luas daun tanaman kacang
panjang tersempit diperoleh pada perlakuan
tanpa bahan organik (B0) yang berbeda nyata
dengan perlakuan 10 ton ha-1 bahan organik
(B2) dan 15 ton ha-1 bahan organik (B3) tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 ton ha1 bahan organik.
Produksi Polong. Hasil analisis ragam
pengaruh residu berbagai dosis bahan organik
terhadap panjang polong dan jumlah polong,
serta berat polong segar tanaman kacang
panjang menunjukkan pengaruh yang nyata.
Hasil uji DMRT pada taraf nyata 0,05 pengaruh
residu berbagai dosis bahan organik terhadap
panjang polong dan jumlah polong serta berat
polong segar tanaman kacang panjang
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Residu Bahan Organik Terhadap Panjang Polong (cm), Jumlah Polong (buah), dan Berat
Polong Segar per Tanaman (g) Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
B0
B1
B2
B3
DMRT 0,05
Panjang Polong
(cm)
Jumlah Polong per
tanaman (buah)
58,67c
69,33b
72,00ab
74,00a
2=3,66
3=3,82
4=3,90
15,80c
20,50b
21,70b
26,58a
2=2,67
3=2,78
4=2,84
Berat Polong
Segar per tanaman
(g pertanaman)
758.33b
1125.00a
1150.08a
1250.17a
2=125,28
3=130,76
4=133,50
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 5, menunjukkan bahwa rata-rata
panjang polong terpanjang diperoleh pada
residu perlakuan 15 ton ha-1 bahan organik
yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
bahan organik (B0) dan residu perlakuan 5 ton
ha-1 bahan organik (B1) tetapi berbeda tidak
nyata dengan residu perlakuan 10 ton ha-1
(B2). Sedangkan rata-rata panjang polong
terpendek diperoleh pada perlakuan tanpa
bahan organik (B0) yang berbeda nyata dengan
semua perlakuan.
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah polong pertanaman terbanyak
diperoleh pada residu perlakuan 15 ton ha-1
bahan organik (B3) yang berbeda nyata dengan
semua perlakuan sedangkan rata-rata jumlah
polong pertanaman paling sedikit diperoleh
pada perlakuan tanpa bahan organik (B0) yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Hasil Uji DMRT 0,05 pada Tabel 7,
menunjukkan bahwa rata-rata berat polong
segar pertanaman tertinggi diperoleh pada
residu perlakuan 15 ton ha-1 bahan organik
yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
bahan organik (B0) tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 5 ton ha-1 bahan organik
(B1) dan perlakuan 10 ton ha-1 (B2). Sedangkan
rata-rata berat polong segar pertanaman
terendah diperoleh pada perlakuan tanpa
bahan organik (B0) yang berbeda nyata dengan
semua perlakuan.
PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam pengaruh residu bahan
organik terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang panjang menunjukkan bahwa
residu berbagai dosis bahan organik
berpengaruh yang nyata. Hasil pengamatan
tehadap luas daun dan jumlah daun
menunjukkan bahwa residu dari pemberian 15
ton ha-1 bahan organik dapat meningkatkan
luas daun dan menambah jumlah daun
tanaman kacang panjang, dimana semakin luas
daun dan semakin banyak daun yang
dihasilkan tanaman maka semakin meningkat
hasil yang diperoleh Hal ini disebabkan pada
daun terdapat banyak klorofil dan merupakan
tempat berlangsungnya proses fotosintesis,
dimana hasil yang berupa fotosintat akan
ditranslokasi ke seluruh bagian tanaman,
sehingga hasil yang diperoleh juga meningkat.
Bahan organik banyak mengandung unsur
hara N, P, dan K yang dapat berperan dalam
pembentukan dan pertambahan luas daun,
semakin tinggi residu bahan organik yang ada
dalam tanah maka semakin banyak hara N, P,
Vol. 2 No.1, 2012
Pengaruh Residu Bahan Organik terhadap Kacang Panjang
dan K yang dapat diserap oleh tanaman kacang
panjang dan semakin banyak dan daun yang
dihasilkan. Menurut Poerwowidodo (1992)
bahwa bahan organik mampu melapisi jarahjarah tanah, sehingga mengurangi loka
penambatan dan reaksinya dengan liat.
Pertumbuhan tanaman dapat diartikan
pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan
pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan
merupakan proses yang tak dapat balik
(Gardner et al., 1985). Hardjowigeno (1987)
menyebutkan
bahwa
pertumbuhan
merupakan suatu perkembangan yang
progresif dari suatu organisme dan cara yang
digunakan untuk mengukur pertumbuhan
adalah dengan menyatakan dalam antara lain;
panjang, tinggi dan diameter batang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian
bahan organik 15 ton ha-1 pada peubah tinggi
tanaman, diameter batang, panjang polong
tanaman kacang panjang memberikan hasil
yang lebih baik dibanding dengan perlakuan
lainnya. Ukuran panjang yang dihasilkan dari
penelitian ini sebesar 74,00 cm, hasil ini sesuai
dengan deksripsi tanaman kacang panjang
varietas super putih. Hal ini mengindikasikan
bahwa disamping dipengaruhi oleh sifar
genetis tanaman juga disebabkan adanya
residu bahan organik yang memang sangat
diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang panjang. Hal ini
didukung oleh Nyakpa, et al., (1988) bahwa
respon tanaman terhadap pemupukan
dipengaruhi oleh varietas yang digunakan.
Peningkatan dosis akan memberikan
peningkatan kandungan hara, selain peran
pupuk organik lainnya seperti memperbaiki
sifat fisik tanah yang tidak kalah pentingnya.
Adijaya et al., (2005) mengemukakan bahwa
pupuk organik memasok berbagai macam hara
terutama senyawa organik berkonsentrasi
rendah dan tidak mudah larut dalam air.
Karena memasok berbagai hara dengan
konsentrasi rendah dan tidak mudah larut,
pupuk organik tidak akan menimbulkan
ketimpangan hara dalam tanah, bahkan dapat
memperbaiki neraca hara, sehingga pada tanah
miskin sangat diperlukan penambahan bahan
organik. Miskinnya kandungan bahan organik
dan unsur hara tanah merupakan faktor
pembatas produksi utama di samping
keasaman tanah, hal ini menyebabkan
pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi
berkurang atau kurang optimal.
7
Pengaruh residu berbagai dosis bahan
organik terhadap berat polong segar
pertanaman menunjukkan bahwa pemberian
bahan organik 15 ton ha-1 dapat meningkatkan
berat segar polong pertanaman. Hal ini
disebabkan residu bahan organik yang ada
dalam
tanah
mampu
meningkatkan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. berat
polong segar juga dipengaruhi oleh
kemampuan tanaman dalam fotosintesis,
dimana sebagian besar hasil fotosintat yang
dihasilkan akan terakumulasi pada hasil
tanaman terutama berat polong segar. Berat
polong segar akan menentukan seberapa besar
produksi tanaman yang dihasilkan perhektar.
Hasil pengamatan terhadap jumlah polong
pertanaman menunjukkan bahwa, residu
pemberian bahan organik 15 ton ha-1 dapat
meningkatkan jumlah polong pertanaman.
Semakin meningkat dosis pupuk maka jumlah
polong semakin meningkat, hal ini disebabkan
karena bahan organik memberikan pengaruh
yang baik peningkatan kesuburan tanah baik
sifat fisik, kimia maupun biologi tanah
(Rosmarkam dan Yuwono, 2003) menyatakan
bahwa pupuk kandang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Residu pemberian bahan organik 15 ton ha1 memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap pertambahan luas daun, jumlah
daun, tinggi tanaman, diameter batang,
panjang polong, jumlah polong pertanaman,
berat polong segar pertanaman dan
produksi tanaman.
2. Residu pemberian bahan organik 15 ton ha1
bahan organik dapat meningkatkan
panjang polong, jumlah polong, dan berat
polong sgar tanaman kacang panjang
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, N., R.M. Yasa dan M. Sukadana, 2005.
Respon Kacang Panjang Terhadap Pemupukan
Organik Dan Anorganik Di Lokasi Prima Tani
Lahan Kering Kecamatan Gerokgak Kabupaten
Buleleng, BalI. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bali. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Departemen
Pertanian.
Adningsih, S.J., 2000. Peranan Bahan Organik Tanah
dalam system Usaha Tani Konservasi. Manfaat
8
SAFUAN ET AL.
pelatihan Revitalisasi Keterampilan Usaha
Ternak Dalam Sistem Usaha Tani. Bogor & Solo
21 februari Maret 2001. Pusat Penelitian dan
pengembangan Peternakan
Anonim, 2008. Bahan Organik Artikel. http : II kimia.
Faperta. al.id / Artikel % 20-%20 Bahan %20
organik. Htm1.
Bessho, T., 1992. Soil Solid and solution Phase
Changes and Mungbean Respons During
Amelioration of Aluminium Toxycity With
Organic Matter. Plant Soil. 140 : 183-196.
Darwis, 1997. Pemanfaatan Residu Tanaman Dalam
Upaya Mengurangi Pencemaran Nitrat Pada
Daerah Pertanian Intensif. Kendari.
Fernandes, A.L.T., Rodrigues, G.P. R., Testezla., 2003.
Mineral and Organomineral Fertigetion in
Relation to Guality of Green House Cultivated
melon. Scientia Agricola, V.60.nl,P. 149-154.
Gardner, F.P., R.B, Pearce, and R.L., Mitchell., 1985.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H,
(Penerjemah). Jakarta : UI Press. Terjemahan
dari : Physicologi of Crop Plant.
Haferkort, Bayer, B., A.W. Reitatjes C., 1992.
Pertanian Masa Depan. Kanisius. Jakarta.
Hakim, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Lampung.
Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu Tanah. Ilmu Tanah. PT.
Medyatama Perkasa. 216. hlm.
Haryanto,
1995.
Budidaya Kacang Panjang.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Haryono, E., Suhartini., T. dan Rahayu., E., 2007.
Budidaya Kacang Panjang (Vigna sinensis L.).
Penebar Swadaya. Jakarta.
Http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=d
eskripsi+varietas+kacang+panjang+varietas+pu
tih+super&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=
5a5040c0182bd58d
Hasibuan, B.E. 2004. Pupuk dan Pemupukan.USU
Press Medan, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Indranada, H. K. 1986. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. PT. Bina Aksara. Jakarta.
________, 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah Edisi
Kedua. Rajawali Press. Jakarta.
Kartasapoetra dan Sutedjo, 1987. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta.
__________, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT
Rineka Cipta. Bandung.
Karien,
2007.
Bahan
Organik.//kariee.
Wordpress.com.June 18, 2007
Killham, K., 1995. Soil Ecology. Camridge Unversity
Press. Camridge.
Logan, T.J., 1990. Chemical Degradation of Soil
dalam R. Lal & B.A. Stewart (Eds.). Advances Soil
in Soil Science. Vol. II. Soil Degradation. Springerverlag. New York. H. 187-221.
Madjid, Abdul, 2007. Bahan Kuliah Online untuk
mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya.
J. AGROTEKNOS
(http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/1
1/bahanorganik-tanah.html)
Makarim, A.K, IN. Widiarta, Hendarsih dan A.
Abdulrachman. 2003. Pengelolaan Hara dan
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Kacang panjang Secara Terpadu. Deptan.
Puslitbangtan. Bogor.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia
Klasifikasi dan Karakteristiknya. Dunia Pustaka
Jaya. Jakarta.
Nazaruddin, 1994. Budidaya dan Pengaturan Panen
sayuran Dataran rendah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A.
Munawar, Go Ban Hong, dan Nurhayati Hakim,
1988. Kesuburan tanah. Universitas Lampung.
Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah.
Angkasa. Bandung.
Rosmarkam A. dan Yuwono N.Y., 2003. Ilmu
Kesuburan Tanah. Yogyakarta.
Rosmiyani, 2010. Pengaruh Bahan Organik dan
Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.)
Tesis Program Studi Agronomi Program Pasca
Sarjana Universitas Haluoleo. Kendari.
Rubatzki, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran
Dunia 2. Prinsip, Produksi, dan Gizi Edisi ke Dua.
ITB. Bandung.
Rukmana dan Haryanto, 1995. Pemanfaatan
Teknologi Uasaha Tani dengan Wawasan
Agribisnis. Badan Penelitian dan Pengembangan
tanaman Pangan. Jakarta.
Sanchez, P.A., 1976. Properties and Management of
Soils in the Tropics. Willey Interscience.
Sarief, H.M., 1986. Kesuburan dan Teknologi Tanah
Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Bandung.
Safuan, 2009. Pengaruh BahanOrganik Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang
Panjang (Vigna sinensis L.) Tesis Progran Studi
Agronomi Program Pasca Sarjana Universitas
Haluoleo. Kendari.
Suhartini,1995. Budidaya Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.) Penebar Swadaya. Jakarta.
Scnitzer, M., 1991. Soil Organic Matter. The Next 75
Year. Soils Sci. 41-58.
Stevenson, 1982. Humus Chemistry. John Wiley and
Sons. New York.
Swift, H.J. & P.A. Sanchez, 1984. Biological
Management of Tropical Soil Fertility for
Sustained Productivity. Nature and Resources.
20 (4) : 2 – 10 p.
Valensi, Kautsar. 2007. Kegiatan Pengomposan
Sampah
Rumah
Tangga.
(www.valensikautsar.blogspot.com).
Widiana, G.N., 1994. Peranan EM-4 dalam
Meningkatkan Kesuburan dan Produktifitas
Tanah. Buletin Kyusei Nature Farming. Vol 5 : 28
– 43
Download