1 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan ideal bagi bayi pada usia 6 bulan pertamanya (Baldeón et al. 2008). Pada kondisi tidak ada ASI, susu formula bubuk dapat digunakan sebagai pengganti ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Susu formula bubuk adalah susu yang dihasilkan secara fabrikasi untuk memenuhi keperluan asupan gizi bayi. Produk susu formula diformulasikan menyerupai nilai gizi ASI (Breeuwer et al. 2003). Seiring dengan perkembangan teknologi, beberapa industri penghasil susu formula melakukan berbagai upaya pengembangan produk. Upaya-upaya pengembangan produk yang telah dilakukan oleh industri diantaranya, menambahkan beberapa jenis nutrien bermanfaat untuk menunjang kualitas produk yang dihasilkan seperti; vitamin, PUFA, nukleotida, dan komponen lainnya sehingga produk yang dihasilkan menyerupai kualitas ASI (Carver 2003). Dewasa ini beberapa industri penghasil susu formula bubuk juga melakukan upaya pengembangan produk dengan menambahkan bakteri probiotik pada susu formula. Penambahan bakteri probiotik dilakukan dengan pertimbangan, bakteri probiotik mampu menurunkan jumlah bakteri patogen dalam usus manusia, dengan dua hipotesa yaitu (a) sel BAL probiotik mampu mengganti posisi penempelan bakteri patogen di usus, dan (b) komponen antimikroba yang dimiliki BAL probiotik dapat menghambat bakteri patogen (Bernett et al. 1993). Hipotesis ini didukung oleh berbagai kajian yang menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba BAL terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Bernett et al. 1993). Salah satu sumber bakteri probiotik adalah ASI. Nuraida et al. (2008) telah mengisolasi 87 isolat BAL asal ASI yang dilaporkan memiliki potensi sebagai probiotik dan aktivitas antimikrobial terhadap beberapa bakteri patogen seperti Escherichia coli, Salmonella typhimurium, Bacillus cereus, dan Staphylococcus aureus. Penelitian Hartanti (2010) juga menunjukkan bahwa isolat-isolat BAL asal ASI ini, memiliki kemampuan menghambat patogen E. coli entero patogenik (EPEC) K 1.1. 2 Bakteri probiotik umumnya ditambahkan pada susu formula dalam bentuk bubuk yang mengandung sel hidup dalam jumlah tinggi dan tahan lama. Probiotik bubuk tersebut dapat diperoleh melalui beberapa cara seperti pengeringan semprot (spray drying), pengeringan beku (freeze drying), dibekukan (freezing), dan dikeringkan dengan oven vakum (Fu & Etzel 1995; Nuraida et al. 1995; Harmayani et al. 2001). Dewasa ini proses pengeringan beku (freeze drying) dengan penambahan bahan kriogenik (penyalut) lebih dipilih menjadi alternatif terbaik dalam pengeringan bakteri probiotik, karena metode ini dapat mempertahankan viabilitas probiotik selama proses pengeringan beku dan selama penyimpanan (Gardiner et al. 2000; Desmond et al. 2001). Puspawati et al. (2010) menunjukkan bahwa Pediococcus pentosaceus A16, Lactobacillus brevis, L. rhamnosus R21 yang dikeringbekukan dengan penyalut laktosa mengalami sedikit penurunan jumlah bakteri yaitu masing-masing 1,24; 1,42 dan 2,13 log (CFU/g), walaupun demikian informasi efektivitasnya belum banyak dilaporkan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa susu formula bayi sering diasosiasikan sebagai media perantara kontaminasi bakteri patogen. Tidak menutup kemungkinan susu formula probiotik juga dapat mengalami kontaminasi oleh bakteri-bakteri patogen. Kontaminasi bakteri berbahaya ini dapat terjadi pada saat proses pengolahan di industri, dan dapat juga terkontaminasi pada saat penanganan atau praktek persiapan susu formula di rumah tangga. Salah satu jenis patogen berbahaya yang sering ditemukan pada produk susu formula adalah C. sakazakii. Meutia (2009) berhasil mengisolasi beberapa jenis bakteri C. sakazakii asal susu formula bayi dan makanan pendamping ASI yang beredar di Indonesia. Isolat YRC3a merupakan salah satu jenis yang berhasil diisolasinya dan dilaporkan memiliki nilai D 50 sebesar 103,09-243,90 menit (Seftiono 2012). WHO (2007) dan BPOM (2009) merekomendasikan penggunaan air suhu 70 °C untuk merekonstitusi susu formula untuk menginaktivasi C. sakazakii. Penggunaan suhu 70 °C dapat berpengaruh juga pada BAL atau probiotik yang sering ditambahkan pada susu formula. Penggunaan BAL atau probiotik yang tahan panas diharapkan dapat menghambat C. sakazakii selama rekonstitusi. 3 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan Umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi sintas BAL kering beku asal ASI selama rekonstitusi dan kemampuannya untuk berkompetisi dengan C. sakazakii pada susu formula bubuk. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah: a) mempelajari sintas BAL asal ASI selama rekonstitusi susu formula pada suhu 50 oC; b) mempelajari kompetisi isolat BAL asal ASI dengan C. sakazakii YRC3a dalam susu formula rekonstitusi; c) mempelajari pengaruh pengeringan beku (freeze drying) terhadap viabilitas BAL; d) mempelajari pengaruh kompetisi BAL dan C. sakazakii YRC3a pada susu formula dengan berbagai suhu rekonstitusi yaitu 50, 60, dan 70 °C. 1.3 Hipotesis Bakteri asam laktat (BAL) kandidat probiotik kering beku yang ditambahkan pada susu formula diduga memiliki ketahanan yang baik pada suhu rekonstitusi 70 °C dan karena itu dapat menghambat pertumbuhan C. sakazakii pasca rekonstitusi susu formula. 1.4 Manfaat Penelitian Menambah informasi sifat fungsional bakteri asam laktat kandidat probiotik yang yang berasal dari air susu ibu dalam meminimalkan atau menghambat bakteri C. sakazakii setelah rekonstitusi susu bubuk formula.