11 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sembilan bulan (Januari s/d September 2010) di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penentuan Contoh dan Pengambilan Data Pengambilan data responden dilakukan di Kabupaten Sumbawa, pemilihan Kabupaten Sumbawa dengan pertimbangan sebagai kabupaten dengan jumlah kasus antraks terbanyak pada ternak sapi dan kerbau diantara kabupaten dan kota yang ada di P. Sumbawa. Metode pengambilan sampel adalah secara purposive random sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa input dan output usaha peternakan yang diperoleh dari wawancara terhadap peternak sapi dan kerbau yang terkena antraks dan yang tidak terkena antraks, total responden sebanyak empat puluh orang (jumlah responden tiap kecamatan berbeda-beda tergantung jumlah kasus antraks yang pernah terjadi antara tahun 2004-2009). Data sekunder meliputi data populasi ternak, suveilans, biaya vaksinasi, cakupan vaksinasi, kasus antraks, harga ternak dan hasil ternak serta data yang berkaitan dengan penelitian ini. Data-data sekunder dikumpulkan dari dinas atau instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Laboratorium dan petugas medik veteriner.. Tahapan Analisis Biaya Manfaat Analisis biaya manfaat dilakukan dengan tahapan : 1. Ditetapkan laba kotor (gross margin) saat ini dengan adanya penyakit antraks. 2. Disusun variabel-variabel yang mempengaruhi dalam gross margin dengan adanya program pengendalian penyakit. 3. Ditentukan biaya variabel yang diperlukan untuk melaksanakan program pengendalian penyakit. 12 4. Ditentukan lamanya waktu dari manfaat dan biaya serta tahun dimana manfaat sepenuhnya bisa dirasakan 5. Dibuat daftar biaya awal (biaya investasi) yang akan diperlukan dan tetapkan kapan biaya-biaya tersebut disertakan. 6. Ditetapkan besarnya area yang akan dianalisa, misalnya jumlah ternak yang akan diikutsertakan dalam program 7. Dibuat arus kas sepuluh tahunan untuk skenario “dengan’ dan ‘tanpa” pengendalian. 8. Ditentukan Diskonto yang berlaku. 9. Dibandingkan alternatif pengendalian menggunakan kriteria : Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Selain tahapan tersebut di atas juga terdapat langkah yang penting dalam melakukan analisa biaya manfaat pengendalian peyakit yang berkaitan dengan peternakan adalah dilakukan proyeksi jumlah populasi ternak. Proyeksi ternak dimaksudkan untuk memperkirakan kebutuhan makanan yang akan datang, sarana-sarana pemeliharaan, investasi dan produktivitas ternak (Gittinger 1986). Proyeksi ternak diperjelas dengan pemakaian koefisien teknis atas ternak awal. Koefisien teknis berasal dari hasil penelitian lapangan dan data-data lainnya, diantaranya meliputi : angka kelahiran, angka kematian ternak dewasa, angka kematian anak ternak, tingkat penyisihan ternak (culling rate) dan ratio ternak jantan dewasa terhadap induk. Sebagai dasar proyeksi ternak adalah jumlah ternak betina dewasa, ternak ditentukan stabil dengan kata lain tidak dibenarkan adanya pertambahan jumlah induk setiap tahun (Gittinger 1986). Analisis Data Data biaya manfaat dianalisis secara ekonomi veteriner dan data strategi pengendalian dianalisis secara epidemiologi.