sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXIII, Nomor 3 & 4, 1998 : 35 - 39 ISSN 0216- 1877 DUYUNG SEBAGAI PEMAKAN LAMUN oleh M. Husni Azkab1) ABSTRACT DUGONG AS THE GRAZER OF SEAGRASS. Dugong is as marine mammal, one of the species in danger: The population of dugong has been decreased because of hunting and destructible sea grass beds. The main diet of dugong is sea grass. Dugong feeds sea grass more than 90%. Therefore, dugong is as herbivorous, which her 1ife is that depens on the sea grass distribution. Dugong may not feed selectively with regard to the sea grass species eaten, bur rather may feed according to food availability within selected feeding areas. It means the food (sea grass) will be consumed by the dugongs where and when they happen lo be caught. The mouth parts of the dugong appear to be highly of its sea grass diet. Dugong may need to spend u mayor proportion of its fine feeding. There is the correlation between the number of dugong and the food (sea grass). PENDAHULUAN makanan utamanya adalah lamun (seagrass) (MARSH et al. 1977 ; LANYON el al. 1989; PREN 1993). Kerusakan habitat dalam hal ini padang lamun tentunya aka1 mempengaruhi kehidupan dan penghidupan duyung. khususnya dalam penyediaan makanan. Makanan utama duyung adalah lamun (seagrass) yang menurut hasil penelitian lebih dari 90 % isi perut duyung terdiri dari lamun. Sisanya adalah beberapa jenis algae (seaweed) (MARSH 1982). Jenis-jenis lamun yang disenangi duyung umumnya adalah Halodule uninervsis, H. pinifolia, Syringodium isoetifolium. Halophila ovalis. H. spinulosa, Cymodocea rotundata, C. serrulata.Thalasia hemprichii dan Zostera capricorni (PREN 1993; Duyung (Dugong dugon, Muller 1766) sebagai mamalia laut yang herbivora tercatat sebagai salah satu satwa langka dalam Buku Data merah (Red Data book) dari IUCN (THORNBACK & JENKINS 1982 : HEINSHON 1982). Jumlah populasi duyung semakin hari semakin berkurang akibat perburuan dan kerusakan habitat (ANDERSON 1981; LANYON 1992; MARSH 1993). Di samping itu, perkembang-biakan duyung sangat lambat dan hanya melahirkan seekor anak pada setiap kehamilan, sehingga perkembangan populasinya akan lambat pula. Duyung menggunakan padang lamun sebagai habitat unluk mencari makan dengan 1). Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI. Oseana, Volume XXIII no. 3 & 4, 1998 35 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LANYON et al. 1989;DE YONG et al. 1995). Untuk itu, duyung sebagai hewan herbivora akan tergantung sangat dengan penyebaran lamun. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa duyung memakan jenis lamun yang berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Di Australia, duyung umumnya memakan jenis-jenis H. ovalis, Z. capricorni, sedangkan di laut Merah, duyung hanya memakan jenis H. uninervis. Tulisan ini akan menceritakan tentang duyung sebagai pemakan lamun yang mencakup lamun sendiri, selektivitas makanan, kebiasaan makan dan bagaimana interaksi duyung dengan lamun. Daun lamun pipih dan tipis dengan khlorofil saat fotosintesa tahan terhadap gelombang. Di samping itu, daun lamun mengandung kadar air yang cukup tinggi. Sehingga perpaduan ini akan menjadikan daun lamun mempunyai struktur yang menguntungkan bagi hewan herbivora untuk mematahkan tumbuhan lamun tersebut (KUO 1982). Lamun sebagai tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari daun, batang (rhizone) dan akar. Kandungan nutrient pada tiap bagian tanaman berbeda, dan perbedaan ini adalah tetap. Contoh, pada daun kandungan nitrogen 50 % atau lebih dari rhizome. Pada rhizome sering kaya akan karbohidrat (starch), dan pada beberapa jenis lamun tertentu, rhizomenya mempunyai kalorifik yang tinggi dibandingkan dengan daunnya (BIRCH 1975: JOHNSTONE & HUDSEON 1981). pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara fluktuasi musim pada biomassa lamun dengan kandungan nutriem. Di samping itu terdapat indikasi bahwa fluktuasi musim dari total nutrient lamun dapat merupakan fenomena terhadap status nutrient dengan kehidupan dugong. LAMUN SEBAGAl MAKANAN UNTUK DUYUNG Lamun sangat berbeda dengan rumput yang tumbuh di darat. Rumput darat mempunyai banyak tanin dan silikat sehingga sukar untuk hewan herbivora darat untuk mematahkannya. Sebaliknya beberapa struktur dan karakteristik kimia dari lamun erat kaitannya dengan lingkungan laut (HEINSHON et al. 1977). Lamun adalah tumbuhan berbunga yang secara penuh beradaptasi pada kehidupan dilingkungan bahari. Lamun mempunyai sifatsifat yang memungkinkannya berhasil hidup di laut, yaitu : 1. mampu hidup di media air asin. 2. mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, 3. mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik, dan 4. mampu melakukan daur generatif dalam keadaan terbenam. (PHILLIPS & MENEZ 1988). Di dunia jumlah jenis lamun sekitar 50 yang terdiri dari 2 suku dan 12 marga (Den HARTOG 1970; PHILLIPS & MENEZ 1988). Dari 50 jenis lamun, sekitar 10 jenis yang "GRAZING" DUYUNG Selektifitas makanan Di Australia, dari total 10 marga lamun. 8 marga lamun telah ditemukan pada usus atau mulut duyung (LIPKIN 1975; JOHNSTONE & HUDSON 1981; MARSH et al. 1982). Diketahui bahwa duyung telah memakai jenis lamun C. rotundata, C serrulata. H. Uninervis. H. pinfolia, H. ovalis. H, ovata. H. spinulosa. H, dicipiens, T hemprichii, E, acoroides. S. isoetifolium, T ciliatum dan Z. Capricorni. Dari hasil analisis makanan di Queensland menunjukkan bahwa kelihatannya duyung tidak menyeleksi makanannya berdasarkan lamun yang dimakan, tetapi mereka makan disenangi duyung untuk dimakan (PREN 1993; LANYON et al. 1989;DE YONG et al. 1995). Oseana, Volume XXIII no. 3 & 4, 1998 36 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id lamun berdasarkan makanan yang tersedia pada area tertentu. Lebih jauh MARSH et al. (1982) menyatakan bahwa pada analisis makan perut dugong menunjukkan bahwa makanan duyung berdasarkan dimana mereka ditangkap. Duyung memakan lamun sekitar 10 -30 gram kering / m2, dengan kata lain duyung makan lamun pada daerah lamun yang mempunyai kerapatan rendah. Pada penelitian WAKE (1975) di Great Barrier Reef menunjukkan bahwa duyung ditemukan pada kerapatan tinggi di bawah kedalaman di bawah lima meter. Pada beberapa daerah penelitian di Australia menunjukkan bahwa H. univervis, H. ovalis dan H. ovata merupakan jenis-jenis predominan yang ditemukan di perut duyung. Tidak seperti penyu, duyung mengkonsumsi seluruh tanaman lamun. Tetapi akar dan rhizome Amphibolus antartica dan E. acoroides yang mempunyai kuticula, tebal dan dinding sel lignin jarang ditemukan. Akar dan rhizome yang lembut dari jenis lamun H. ovalis, H. ovcua, H. spinulosa, H. decipiens, H. uninervis, H. pinifolia dan Z. capricorni dimakan oleh duyung. pengamatannya bahwa jika duyung makan. kepalanya diputar-putar mungkin sebagai usaha untuk menghilangkan substrat. Pada bagian mulut duyung yang berukuran kecil ini letaknya jauh kebelakang dari kepalanya kearah ventral dan terbentuk dengan tujuan untuk mematahkan lamun. Gigi premaxilla duyung lebih besar, panjang dan tinggi. Pada duyung jantan mempunyai sepasang taring pada gigi serinya, sedang betinanya, gigi taring ini tidak tumbuh melanjut menembus gusinya. Gigi-gigi yang mula-mula tumbuh akan berbaris kedepan yang kemudian digantikan oleh gigi-gigi berikutnya yang tumbuh kearah samping. Gigi pengganti secara umum tereduksi baik jumlah maupun bentuknya sampai tertinggal hanya dua gigi molar yang permanen pada duyung dewasa. MARSH et al. (1978) dalam penelitian tentang morfologi dan biokimia menyatakan bahwa duyung mempunyai sistem fermentasi pada lambungnya dimana mengandung banyak mikroba untuk menghancurkan dindingdinding sel benda yang masuk. Panjang usus duyung dewasa dapat mencapai 30 meter. Adaptasi morfologi untuk memakan lamun Kebiasaan makan Studi tentang fungsi morfologi bagianbagian mulut menunjukkan bahwa duyung sebagai pemakan dasar. Kepala duyung adalah bulat dan besar, sehingga bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan menjadi pemakan tumbuhan dasar perairan. Hidung ke bawah sehingga moncongnya mendatar. Pada bagian moncong (rostrum) terdapat penebalan dan dilengkapi jungur berupa duri-duri pendek (brissae) lebar-ramping dan tebal. Bulu-bulu pada hidung tumbuh dengan baik, dan diperkirakan mungkin digunakan sebagai sensor lokasi terdapatnya lamun. HEINSOHN & BIRCH (1972) melaporkan bahwa ditemukan sedikit sekali pasir dalam usus duyung. Hal ini diduga karena duyung mempunyai suatu card untuk meminimalkan termakannya pasir. Lebih lanjut BARNETT & JOHNS (1976) dalam Sebagai herbivora yang hidup di laut, cara makan duyung pada umumnya sama dengan cara makan herbivora di darat yaitu dengan mengunyah-ngunyah makanannya. Kebiasaan makan terutama dilakukan pada malam hari, tetapi pada kolam penelitian (Oceanarium) duyung tidak mengenal waktu makan. Hal ini dipertegas oleh ANDERSON & BIRTLES (1978) bahwa duyung dapat makan pada waktu malam hari maupun pada hari lain atau waktu lain. Duyung pada waktu makan, lebih banyak menggunakan lubang hidung serta bibirnya dari pada sirip dada untuk menggali lumpur atau mencabut akar lamun. Lumpur yang melekat pada tanaman lamun dibersihkan dengan cara menyemburkan tanaman itu sejenak lalu ditelan. Oseana, Volume XXIII no. 3 & 4, 1998 37 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Duyung mempunyai kebiasaan makan yang rakus, dimana yang dewasa dapat menghabiskan 25 - 30 kg lamun basah setiap harinya. Duyung yang pernah dipelihara di Gelanggang Samudra Jaya Ancol memakan 30 - 40 kg lamun basah setiap harinya. Sedangkan di kolam penampungan di Australia, duyung sanggup memakan 50 - 55 kg lamun basah perhari. Makanan duyung biasanya tumbuh pada kedalaman satu sampai dua meter di bawah permukaan air laut. Jarang ditemukan duyung yang sedang makan pada kedalaman lebih dari 10 meter. Jika duyung memakan lamun yang tumbuhnya pendek seperti Halodule dan Halophila, maka akan terlihat alur makannya dengan lebar 19 - 26 cm, dalam 3 - 5 cm dan panjang mencapai 8 m (ANDERSON & BIRTLES 1978; HEINSOHN et al. 1977). Panjang alur makan bervariasi tergantung kerapatan lamun. WAKE (1975) mendapatkan rata-rata 63 % lamun termasuk rhizome tercabut dari jejak makan, bahkan sampai 80 % pada kasus yang sama. Jika duyung makan lamun yang tumbuh tinggi seperti A. antartica, akan terjadi perubahan strategi makan yaitu dengan mematahkan daun dari rhizome (ANDERSON 1986). lama. Duyung mempunyai waktu reproduksi minimun dengan periode 9 - 1 0 tahun untuk kedua jenis dan pada duyung betina dewasa hanya bisa mengandung antara 3 dan 7 tahun. DAFTAR PUSTAKA ANDERSON, P.K. 1981 The behaviour of Dugong (Dugong dugon) in relation to conservation and management. Bull. Mar. Sci. 31 (3): 640-647. ANDERSON, P.K. 1986. Dugongs of Shark Bay. Australia, seasonal migration, water-temperature, and forage. Nar. Geogr: Res. 2 : 473 - 490. ANDERSON, P.K. and A. BIRTLES 1978. Behaviour and ecology of the dugong. Dugong dugon (Sirenia) : observation in Shoalwater and Clevilands Bays, Queensland. Aust. Wildl.Res. 5: 1-23. BARNETT, C. and D. JOHNS 1976. Underwater observation of dugongs in northen Queensland, Australia with notes on dugong hunting and recommendations for future research. FAO Sci. Consult. Mar Mamm. Adr: Comm. Mar. Resour Res. 50 pp. BIRCH. W.R. 1975. Some chemical and calorific properties of tropical marine angiospermae compared with those of other plants. J. Appl. Ecol. 2 :201 212. Den HARTOG, C. 1970. The seagrass of the wold. North Holland Publ. Co. Amsterdam. 275 pp. De YONG, H.H. B. J. WENNO and E. MEELIS 1995. Sea grass distribution and seasonal biomass chanes in relation to dugong grazing in the Moluccas, East Indonesia. Aguat. Bot. 50 : 1 - 19. HEINSOHN, G.E. 1982. Dugong. Dugong dugon (Muller, 1776). Order Sirenia, Family Dugongidae. In : IUCN Mammal Red Data Book (J. Thornback and M. Jenkins, eds) Part I. IUCN, Switzerland, :417 - 427. Interaksi duyung dengan lamun. Menurut MARSH (1986a. 1986b) diperkirakan populasi duyung sekitar 10.000 ekor di perairan Australia. Kelompok duyung dapat mencapai 600 ekor pada beberapa daerah padang lamun. Pada area tersebut sering terjadi kekeruhan karena pelumpuran dari pencabutan makanan oleh duyung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan antara jumlah duyung dengan makanan yang tersedia (lamun). Perubahan pada kelimpahan atau kualitas nutrisi lamun mungkin akan berpengaruh terhadap pergerakan dan siklus perkawinan dari duyung. Studi tentang sejarah kehidupan duyung berindikasi bahwa duyung dapat hidup sampai 70 tahun, dan kecepatan reproduksi rendah serta memerlukan waktu Oseana, Volume XXIII no. 3 & 4, 1998 38 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id HEINSOHN, G.E. and W.R. BIRCH 1972. Food and feeding habits of the dugong. Dugong dugon (Erxleben), in northern Queensland. Austrlia. Mammalia 36 : 414-422. HEINSOHN. G.E. J. WAKE and A.V. SPAIN 1977. The dugong (Dugong dugon (Muller) in the sea grass system. Aquaculture 12:235-248. JOHNSTONE. I.M. And B.E.T. HUDSON 1981. The dugong diet: mouth sample analysis. Bull. Ma,: Sci. 31 :681 - 690. KUO. J. 1982. Notes on the biology of Australia sea grass. Proc. Linn. Soc. N. S. W. 106:225-245. LANYON, J.M., C.J. LIMPUS and H. MARSH 1989. Dugong and turtles : grazers in the sea grass system. In : Biology of sea grass : a treatise on the biology of sea grass with special responses to the Australian region (A.W.D. Larkum, A. J. McComb and S.A.Shepeedek. Elwsevier Science Pulb. Amsterdam : 610 - 634. LANYON, 1. 1992. The nutritional ecology of the Dugong (Dugong dugon) in tropical north Queensland. Sirenews 18:17-18. LIPKIN, Y. 1975. Food of the Red sea dugong (Mammalia Sirenia) from Sinai. Isr. J. Zool. 2 4 : 8 1 - 9 8 . MARSH, H. 1986a. The status of the dugong in Torres Strait. In : Tones Strait Fisheries Seminar, Port Moresby, 1 1 - 1 4 February 1985 (A.K. Heines, C.G. Williams and D. Cortes, eds.) AGPS, Canberra: 53-76. Oseana, Volume XXIII no. 3 & 4, 1998 MARSH. H. 1986b. Development of aerial survey methodology and results of aerial surveys for dugongs conducted in the northern and central section of the Great Barrier reef Marine Park. Unpublished report to GBRMPA, June 1986. 52p. MARSH. H. 1993. The Status of the dugong (Abstract). Sirenews 20 : 13 - 14. Marsh, H.. A.V. SPAN and G.E. HEINSHON 1978. Mini review physiology of dugong. Comp. Biochm. Physiol. 61 : 159 - 168. MARSH. H., P.W. CHANNELLS, G.E. HEINSHON and I. MORRISSEY 1992. Analysis of stomach contents of dugongs from Queensland. Aus. Wildl. Res. 9 : 55 -67. PREEN, A. 1993. Dugong : cultivation grazers of sea grass (Abstrak) Sirenews 20 : 14- 15. PHILLIPS. R.C. and E.G. MENEZ 1988. Sea grasses. Smithsonian Institution Press. Washington : 104 pp. THORNBACK, J. and M. JENKINS 1982. The IUCN mammal Red Data Book part I: IUCN, Switzerland : 417 - 427. WAKE, I.1975. A study of the habitat requirements and feeding biology of dugong, Dugong dugon (Muller). (Unpublished, B.Sc.. thesis, lames Cook University of North Queensland Townsville : 275 pp. 39