APLIKASI METODE CAPITAL BUDGETING DALAM MENILAI INVESTASI EKSPANSI BISNIS DI SUGARUSH BANDUNG PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi pada Program Diploma IV Oleh : SOFIA FARAHLISTYA NURULLITA Nomor Induk Mahasiswa: 201218331 JURUSAN HOSPITALITI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI HOTEL SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang teknologi dan informasi, telah mengubah keadaan ekonomi semakin membaik ditunjukkan dengan perubahan pola dan selera masyarakat dalam mengonsumsi makanan maupun minuman. Eldon mengemukakan bahwa jumlah pendapatan yang berubah dapat meningkatkan kekayaan dan mempengaruhi pola makan seseorang dengan pertambahan jumlah konsumsinya didasarkan atas kesenangan. Masyarakat di kota besar pun berubah gaya hidupnya, kesibukan kerja yang dijalani sehari-hari mengambil banyak waktu dan tenaga. Jam kantor yang padat menimbulkan keterbatasan waktu dalam menyiapkan makanan bekal istirahat ketika jam makan siang datang. Hal ini dapat dilihat langsung dari kebiasaan orang yang sering makan di luar rumah di jam-jam tertentu seperti makan siang hingga makan malam. Perubahan pola perilaku masyarakat kota ini mempengaruhi timbulnya kebutuhan pangan yang bermutu dengan harga yang sesuai dan praktis. Hal berikut merupakan daya tarik tersendiri bagi pengusaha dalam rangka memperluas usaha di bidang kuliner dan pelayanan, yaitu restoran. Dapat dirasakan secara langsung seperti halnya di Bandung. Kebiasaan makan di luar, semakin bertambah pula jumlah permintaan dalam pemenuhan kebutuhan makanan siap santap. Kemunculan berbagai jenis 1 makanan yang bervariasi menyebabkan banyaknya berbagai macam jenis restoran bermunculan di berbagai wilayah Bandung. Restoran merupakan suatu bangunan yang terorganisasi secara komersial, menyediakan pelayanan yang baik kepada pelanggan, berupa makanan maupun minuman. Bertujuan untuk mencari keuntungan dan memberikan kepuasan kepada tamu. Umumnya, restoran merupakan tempat yang dikunjungi untuk mencari beraneka ragam makanan dan minuman. Orang-orang mencicipi makanan yang dimulai dari hidangan pembuka, hidangan utama dan sampai akhirnya ke hidangan penutup. Orang-orang yang telah mencicipi rangkaian hidangan secara keseluruhan pastinya akan mengingat bagaimana rasa makanan tersebut. Apalagi bila rasa makanan tersebut terasa enak dan berbeda dari yang lain. Orang lebih banyak mengingat bagaimana rasa yang dinikmati paling akhir yaitu hidangan penutup karena rasa yang tertinggal merupakan yang paling dominan di lidah. Banyak dihidangkan dalam kondisi dingin, namun secara keseluruhan hidangan penutup bersifat manis, tidak terlalu mengenyangkan dengan porsi yang cukup dan sebagai pelengkap dari keseluruhan rangkaian hidangan. Dahulu, hidangan penutup hanya tersedia di hotel. Namun, hal ini telah berbeda dengan banyaknya restoran yang berada di Bandung yang menjual makanan dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup sehingga konsumen dapat mencicipi rangkaian hidangan makanan secara keseluruhan. Umumnya, restoran sebagai penyedia makanan dan minuman 2 untuk memulihkan maupun menyegarkan. Dengan usaha menyediakan suasana yang kondusif bagi pelanggan ketika menikmati hidangan, sering kali restoran menyediakan hiburan berupa musik atau pertunjukan dengan tema tertentu. Di sisi lain, keadaan fisik bangunan juga mendukung aspek kenyamanan bagi konsumen yang sedang berada di restoran. Konsumen yang merasa nyaman dan cocok dengan suatu restoran biasanya akan tinggal dalam waktu yang lama. Terlebih lagi apabila restoran tersebut memiliki hidangan penutup yang termasuk dalam kategori istimewa di suatu tempat. Karena hidangan penutup yang enak dan pas sangat tepat apabila dinikmati untuk bersantai. Rentang waktu yang lama ini, menyebabkan suatu restoran akan selalu dalam keadaan penuh di jam-jam tertentu contohnya jam makan siang maupun makan malam. Kondisi restoran pada saat penuh ini, memaksa calon konsumen untuk menunggu demi tersedianya kursi kosong. Apabila kondisi restoran tidak memungkinkan, maka konsumen akan segera meninggalkan restoran dan mencari restoran terdekat lainnya. Jarangnya ketersediaan kursi ini dapat berpengaruh pada total penjualan makanan dan minuman di restoran tersebut. Total penjualan nanti pada akhirnya dapat berpengaruh pada laporan laba rugi dan arus kas. Seperti halnya yang terjadi di Sugarush Bandung. Restoran ini terletak di pusat kota yang tergolong sangat ramai. Berada di Jalan Braga Bandung, tidak jarang restoran ini menolak calon konsumen pada jam-jam tersebut sehingga Sugarush tidak dapat menyediakan fasilitas yang cukup 3 bagi konsumen yang datang dengan menyediakan tempat untuk bersantap. Berikut data hasil penjualan di Sugarush Bandung selama kurun waktu lima tahun: TABEL 1.1 TOTAL PENDAPATAN SUGARUSH BANDUNG Seat Number Seating Average Year Turn of Days Capacity Check Over Covers 2011 47 1.14 54 2012 47 1.28 60 2013 47 1.32 62 2014 47 1.43 67 2015 47 1.47 69 97,732 101,925 109,769 119,648 126,371 Total Sumber: Sugarush Bandung, Februari 2016. Revenue 36 188,514,264 366 2,244,233,294 365 2,485,670,816 365 2,935,158,819 365 3,186,804,113 11,040,381,305 Pengelola memutuskan untuk melakukan investasi dengan cara ekspansi. Yang dimaksud pengelola adalah ekspansi fasilitas yaitu dengan cara ekspansi fasilitas yang memungkinkan untuk menampung konsumen di saat yang dibutuhkan. Di kata lain, ekspansi berarti juga meningkatkan kinerja restoran dalam berkompetisi dan meningkatkan laba. Ekspansi fasilitas yang dimaksud adalah menambah jumlah kursi yang telah tersedia dengan berpedoman pada laporan keuangan dari tahun 2011 ke 2015. Riyanto (2008:301) menyatakan bahwa maksud dari ekspansi itu sebagai 4 perluasan modal, bukan hanya modal kerja namun modal tetap dipergunakan secara berlanjut di dalam restoran. Perwujudan ekspansi harus didukung dengan adanya anggaran. Besarnya anggaran yang tersedia seharusnya sesuai dengan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berisi laporan keseluruhan dari proses akuntansi terdiri dari empat laporan utama yaitu balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), laporan laba ditahan dan cash flow (laporan arus kas). Dalam analisis investasi, penggunaan informasi sehubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas yang lebih menunjukkan pada kemampuan perusahaan (likuiditas) daripada informasi mengenai laba. Laporan keuangan yang termasuk dalam kategori baik seperti yang diungkapkan Brigham (2009:46) berisi mengenai penentuan atas keputusan investasi, keputusan pemberian kredit, penilaian aliran arus kas, penilaian terhadap beberapa sumber ekonomi, pemberlakuan klaim terhadap sumber-sumber, menganalisis perubahan yang terjadi pada beberapa sumber dana dan menganalisis atas penggunaan dana. Analisis investasi diberlakukan apabila investor memerlukan informasi yang berisi penerimaan dan pengeluaran kas yang menunjukkan pada kemampuan perusahaan (likuiditas) daripada informasi mengenai laba. Sehubungan dengan yang telah dijelaskan di latar belakang masalah, penulis menentukan judul “Aplikasi Metode Capital Budgeting Dalam Menilai Investasi Ekspansi Bisnis di Sugarush Bandung.” 5 B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana kelayakan investasi ekspansi bisnis di Sugarush ditinjau dengan metode Net Present Value (NPV)? 2. Bagaimana kelayakan investasi ekspansi bisnis di Sugarush ditinjau dengan metode Discounted Payback Period (DPP)? 3. Bagaimana kelayakan investasi ekspansi bisnis di Sugarush ditinjau dengan metode Internal Rate of Return (IRR)? C. Rumusan Masalah Seperti yang telah penulis sampaikan di latar belakang, masalah yang akan diteliti antara lain: 1. Kelayakan atas investasi ekspansi bisnis ditinjau dengan metode Net Present Value (NPV). 2. Kelayakan atas investasi ekspansi bisnis ditinjau dengan metode Discounted Payback Period (DPP). 3. Kelayakan atas investasi ekspansi bisnis ditinjau dengan metode Internal Rate of Return (IRR). 6 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kinerja keuangan selama periode tertentu. 2. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang ekspansi yang akan terjadi. 3. Menginvestigasi pengaruh laporan keuangan terhadap ekspansi yang akan terjadi. E. Manfaat Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah dan tujuan penelitian, berikut pihakpihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian, antara lain: 1. Stakeholders Hasil penelitian diharapkan dapat memberi penjelasan bagi shareholders atas pengaruh laporan keuangan terhadap investasi di masa mendatang. 2. Bagi Shareholders Shareholders diharapkan dapat mempertimbangkan keputusan investasi dengan menyiapkan bukti nyata berhubungan dengan keterkaitan laporan keuangan terhadap investasi di masa mendatang. 3. Akademis Akademisi dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan referensi dan dasar awal apabila akan dilakukan penelitian berikutnya, terutama penelitian yang terkait dengan pengaruh laporan keuangan terhadap investasi di masa mendatang bagi para pemakai laporan keuangan. 7 F. Metodologi Penelitian 1. Metodologi Penelitian Secara garis besar, penulis mengutip Sukmadinata (2010:12) bahwa pendekatan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang lebih menekankan pada analisis data yang berupa angka-angka. 2. Variabel Penelitian Penulis akan melakukan penelitian dengan menerapkan satu variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen dengan bahasan peranan capital budgeting dalam menganalisis kelayakan suatu investasi. 3. Matriks Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukuran Matriks operasionalisasi variabel penelitian dan pengukuran menurut Sambas (2011:86) adalah matriks yang berisi variabel-variabel yang masing-masing akan diberi definisi operasional dan selanjutnya akan ditentukan indikator-indikator yang akan diukur dengan pedoman pengukuran yang sesuai dengan jenis yang ada. Variabel penelitian dijelaskan ke dalam dimensi dan indikator seperti yang tertera di tabel 1.2. 8 G. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran TABEL 1.2 MATRIKS OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN DAN SKALA PENGUKURAN Sub Variabel Indikator Variabel Net Present . Value (NPV) )/0 !"# (1 + ')) Skala Sumber data −,Income Discounted Capital Budgeting Payback Period Statement ,12#234,1567#861# 9:6761#;34<6-=>11<34?6#!37β"4-A (DPP) Cash Flow Ratio Debt to Equity Internal B Rate of Return ./C 1 (1 + :). H. Objek Penelitian Objek penelitian yang dimaksud penulis adalah keseluruhan jumlah dan karakteristik Sugarush Bandung. Penulis akan menguji laporan keuangan dan data investasi dalam jangka waktu lima tahun dari tahun 2011 sampai dengan 2015. 9 I. Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang diperoleh penulis terdapa dua jenis yaitu: Beberapa sumber data menurut Azwar (2004:37), antara lain: 1. Data Primer atau Definisi Data Primer Data yang dapat diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan pedoman tertentu atau pengambilan data secara langsung pada subjek sebagai sumber informasi. Data primer sering disebut juga sebagai data tangan pertama. Beberapa jenis data primer, antara lain: a) Observasi Margono (2007:159) menyatakan bahwa teknik observasi pada dasarnya suatu pengamatan terhadap fenomena sosial yang terjadi dan berkembang kemudian memungkinkan adanya perubahan terhadap penilaian yang sudah ada, sehingga pengamat melihat objek yang diobservasi sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. b) Wawancara Moleong (2009:187) menjelaskan bahwa wawancara berdasarkan pada perencanaan pertanyaan, wawancara memiliki beberapa tipe yaitu wawancara pembicaraan informal, wawancara dengan menggunakan pedoman umum dan wawacara baru terbuka. 10 2. Data Sekunder atau Definisi Data Sekunder Data yang diperoleh melalui pihak lain, peneliti tidak dapat memperoleh data secara langsung dari subjek penelitian. Data sekunder biasanya berbentuk data dokumentasi atau data laporan primer dan sekunder, dapat pula berupa data kuantitatif yang mencakup angkaangka dan data kualitatif yang berisi tentang kategori-kategori tertentu. Data sekunder dapat disebut juga data tangan kedua. Salah satu contoh data sekunder studi pustaka. Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo (2012:80) menuturkan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa pengertian yang berbeda, yang dimaksud adalah kajian pustaka merupakan bahan bacaan secara menyeluruh yang memungkinkan seseorang pernah membaca maupun menganalisis, dapat bersifat sudah dipublikasi maupun hanya koleksi pribadi. Kajian pustaka biasanya berkaitan dengan kerangka teori atau landasan teori (teori-teori yang digunakan untuk menganalisis suatu objek penelitian). Hal ini menyebabkan sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka kerangka teori atau landasan teori. Dapat diambil kesimpulan bahwa kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dilakukan. 11 J. Teknik Pengolahan Data Sehubungan dengan data penulis yang bersifat kuantitatif, penulis akan mengolah data yang ada penghitungan: 1. Net Present Value (NPV) R" (1 + i)" t = waktu arus kas i = suku bunga yang digunakan Rt = arus kas bersih dalam waktu t 2. Discounted Payback Period (PP) DiscountedPaybackPeriod x1tahun ProceedPresentValue 3. Internal Rate of Return (IRR) > =?@ 1 (1 + π)= n = Periode Berlangsungnya Investasi r = Tingkat Diskonto 12 K. Teknik Analisis Data 1. Net Present Value Suatu usulan proyek investasi dinyatakan layak apabila NPV > 0, dan jika NPV < 0, maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan tidak layak. 2. Discounted Payback Period Suatu usulan proyek investasi akan diterima jika periode pengembalian yang dihasilkan lebih cepat daripada syarat yang telah ditentukan. Sebaliknya, jika periode pengembalian lebih lama daripada yang telah ditentukan, maka usulan proyek investasi tersebut ditolak. 3. Internal Rate of Return Suatu usulan investasi diterima apabila IRR > COC (Cost of Capital) dan jika IRR < COC (Cost of Capital) akan ditolak. L. Sistematika Penulisan BAB I : Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, matriks operasional variabel penelitian dan skala pengukuran, objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian. 13 BAB II : Menjelaskan teori-teori yang mendukung teori utama bertujuan untuk menganalisis dan mengembangkan yang berlaku di dalam objek penelitian. BAB III : Memaparkan tinjauan objek penelitian dan data. BAB IV : Berisi pembahasan hasil analisis data. BAB V : Menguraikan kesimpulan dan memberikan rekomendasi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. M. Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di Sugarush Bandung berlokasi di Jalan Braga No. 83, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat, Indonesia. 14 BAB II KERANGKA TEORI A. Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencaharian dan penyimpanan dana yang yang merupakan aktivitas keuangan perusahaan, dimulai dengan cara memperoleh dana hingga digunakannya dana tersebut agar sesuai dengan tujuan keuangan perusahaan. Horne dan Wachowicz, Jr (2012:2) berpendapat bahwa manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan dan manajemen aset didasari beberapa tujuan umum. Seperti yang telah dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz, Jr., manajemen keuangan merupakan rangkaian dari usaha untuk menyediakan uang yang nantinya digunakan oleh perusahaan dalam memperoleh hasil maupun keuntungan yang telah ditentukan. Hal ini menyangkut pada perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan tersebut. Manajemen keuangan memfokuskan pada investasi, pembiayaan dan manajemen aset untuk menciptakan kemakmuran bagi pemilik saham dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan tersebut. 15 2. Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan Perusahaan menuntut agar perolehan dan penggunaan dana didasarkan pada kegiatan yang menyangkut perencanaan, analisis dan pengendalian yang baik dalam penggunaannya maupun dipenuhinya kebutuhan dana tersebut. Horne dan Wachowicz, Jr (2012:3) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi utama manajemen keuangan yang harus diterapkan oleh perusahaan, antara lain: a) Keputusan Investasi Keputusan utama dalam hal menciptakan nilai. Yang dimaksud di sini adalah ketika seorang manajer berperan penting dalam pengalokasian dana ke dalam berbagai bentuk investasi agar nantinya mendatangkan keuntungan di masa mendatang. Bentuk, jenis dan komposisi dari suatu investasi. b) Keputusan Pendanaan Berawal dari keputusan yang berhubungan dengan nilai sumber dana sesuai yang diperlukan untuk pembiayaan investasi yang akan terjadi. Artinya, sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan suatu investasi jelas sifat dan asalnya. Sumber dana dapat berupa utang jangka pendek maupun panjang atau juga modal sendiri. Penetapan suatu pertimbangan utang jangka pendek maupun panjang atau modal sendiri dengan nilai minimal modal rata-rata. 16 c) Keputusan Pengelolaan Aktiva Dalam hal ini manajer bertanggung jawab terhadap aset-aset operasional yang ada. Dana yang dialokasikan nantinya akan digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan yang menjadi tanggung jawab dari seorang manajer. Tanggung jawab yang dimaksud di sini adalah lebih menuntut perhatian manajer terhadap pengelolaan aktiva lancar dibanding aktiva tetap. Analisis investasi suatu usaha dikatakan layak apabila telah terjadinya peninjauan dari beberapa aspek. Seperti yang dikemukakan oleh Suratman (2001:66), aspek-aspek yang perlu diperhatikan antara lain: a) Aspek Hukum Merupakan dasar dalam menentukan kelayakan suatu proyek investasi karena berdirinya suatu usaha berhubungan dengan legalitas serta klaim dari masyarakat. b) Aspek Pasar dan Pemasaran Berdirinya suatu usaha sangat dipengaruhi adanya pasar sebagai objek dalam penerimaan suatu produk maupun jasa serta bagaimana pihak badan usaha tersebut memasarkan produk maupun jasa yang dimilikinya. 17 c) Aspek Teknis dan Teknologi Kelayakan suatu proyek dinilai dari penentuan lokasi, model bangunan, pemilihan mesin dan peralatan serta teknologi yang dipergunakan, tidak terkecuali desain dan penentuan skala operasi. d) Aspek Manajemen Beberapa konsep dasar manajemen yang penerapannya bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya agar memiliki nilai tambah. Adanya aspek manajemen berkaitan dengan pembangunan suatu badan usaha dan kegiatan operasional badan usaha tersebut. e) Aspek Keuangan Berperan penting dalam menentukan jumlah dan sumber dana yang diperlukan ketika suatu proyek berjalan dan kegiatan operasional badan usaha tersebut secara tepat. Aspek keuangan adalah fungsi utama suatu bisnis karena menjadi faktor penentu dalam penganggaran, investasi dan seberapa besar usaha yang akan ditempuh. Aspek keuangan sebagai penentu seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan serta dihasilkan secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 18 B. Investasi 1. Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2012:5) berpendapat bahwa investasi merupakan modal yang ditanam dalam suatu kegiatan usaha yang dengan jangka waktu yang bersifat relatif panjang di dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal di sini dapat berbentuk fisik maupun non fisik. Seperti proyek pendirian pabrik, jalan maupun pembangunan dan pengembangan suatu bangunan. Investasi berarti juga atas komitmen suatu perusahaan terhadap sejumlah dana dengan adanya penundaan konsumsi dalam nilai tertentu selama periode yang telah ditetapkan bertujuan untuk mendapat sejumlah keuntungan yang telah direncanakan di masa mendatang. 2. Jenis Investasi Sunariyah (2004:4) mengemukakan investasi terdiri dari dua bagian utama yaitu: a) Investasi aktiva riil atau aktiva berwujud seperti barang galian (emas, perak dan intan), barang-barang seni maupun suatu properti (bangunan). b) Investasi finansial berbentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas. 19 Investasi yang direncanakan perusahaan memiliki berbagai latar belakang dan motif, menurut Fuad (2006:167) investasi dikelompokkan ke dalam empat golongan atau motif, yaitu: a) Penggantian atau replacement Penentuan atas keputusan ini dapat dikategorikan mudah karena suatu perusahaan mengerti akan adanya penghematan biaya yang diperoleh apabila perusahaan tersebut mengalami penggantian atas barang lama. b) Perluasan atau expansion Adanya penambahan akan kuantitas suatu barang yang telah ada. Biasanya keputusan akan investasi jenis ini sering kali disatukan dengan keputusan penggantian atau replacement. Namun, perusahaan akan mengalami kebimbangan dalam penentuan keputusan ini. Di sisi lain, perusahaan dapat mempertimbangkan hal ini dengan melakukan evaluasi terhadap pengalaman akan produktivitas dan penjualan atas barang atau jasa yang dihasilkan. c) Pembaharuan Merupakan pilihan alternatif setelah dari penggantian atau replacement. Pembaharuan terjadi apabila perusahaan menunjukkan suatu indikator adanya pembangunan kembali, pemeriksaan yang cermat dan teliti serta penyesuaian kembali atas fasilitas yang sudah ada. 20 d) Tujuan lain Investasi yang tidak berwujud berupa suatu sistem yang diberlakukan dalam suatu perusahaan. Hal ini dilakukan dengan salah satu tujuan demi meningkatkan produktivitas karyawan. Keputusan tipe ini biasanya memiliki anggaran terpisah dari anggaran yang telah ada. Adanya motif yang telah diketahui dari suatu usulan investasi, maka sebaiknya harus sudah ditentukan sumber dana yang akan mendanai investasi tersebut. Menurut Rudianto (2009:271) terdapat dua sumber dana yang digunakan dalam suatu investasi, yakni: a) Sumber dana internal berupa setoran modal pemilik, dana cadangan dan laba ditahan. b) Sumber dana eksternal sifatnya merupakan pinjaman dari badan usaha lain seperti leasing, kredit bank dan obligasi. C. Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan dimaksudkan untuk menjelaskan kemajuan suatu restoran secara periodik. Manajemen seharusnya dapat mengevaluasi perkembangan, investasi dalam restoran dan hasil yang telah tercapai dalam jangka waktu tertentu. Laporan perusahaan berisi atas fakta yang telah dicatat, kesepakatan akuntansi dan pertimbangan pribadi. Pertimbangan berhubungan seberapa kompeten pihak penyusun laporan 21 keuangan dan kesepakatan akuntansi yang bersumber dari konsep dan prinsip akuntansi yang telah disepakati bersama. Sadeli (2002:2) mengemukakan bahwa laporan keuangan yang akurat menyediakan informasi historis karena akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk mempertimbangkan dan penentuan keputusan yang sesuai bagi pemakai informasi tersebut. Penyusunan laporan keuangan seperti yang dituturkan Fahmi (2011:28) adalah memberikan informasi yang berisi tentang perubahan beberapa unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak tertentu yang memberikan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan selain pihak manajemen perusahaan. Pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk membandingkan, meramalkan dan menilai atas dampak keuangan yang akan timbul apabila keputusan tersebut jadi untuk dilaksanakan. Jika keadaan perekonomian yang dampaknya nanti pada nilai uang yang tidak stabil maka hal ini dapat dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan lebih bermanfaat apabila dicantumkan penjelasan lainnya yang dianggap perlu di samping penjelasan dari aspekaspek kuantitatif (nominal yang tertera). Informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus bersifat faktual dan dapat diukur secara objektif. Laporan keuangan berguna dalam membuat keputusan ekonomi diperuntukkan bagi pemegang saham, kreditur, karyawan dan masyarakat. Sebuah laporan keuangan lengkap tersusun atas: 22 a. Neraca (balance sheet), berupa keseimbangan aktiva (assets), utang (liabilities) dan modal (equity) dalam periode tertentu. b. Laporan laba rugi (income statement), keseluruhan pendapatan dan beban selama periode tertentu. c. Laporan perubahan modal (owner’s equity statement), laporan perubahan modal dalam periode tertentu meliputi laba, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik. d. Laporan arus kas (cash flow statement), keseluruhan penerimaan dan pengeluaran kas (operasional, investasi dan pendanaan). Hasnawati (2005:117) pengambilan keputusan investasi melalui pertimbangan panjang dan matang karena akan berpengaruh pada kinerja perusahaan. Keputusan dalam investasi sangat berpengaruh pada sumber dan bentuk dana. Sumber dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal, besarnya utang dan modal yang diperlukan, jenis utang dan modal yang digunakan, karena struktur pendanaan berpengaruh pada cost of capital yang dapat menentukan required return yang diharapkan. Salah satu tolak ukur keberhasilan restoran dengan mengerti atas pemahaman yang tertuang di laporan keuangan, salah satunya adalah arus kas. Brealey, dkk. (2012:62) laporan arus kas berisi arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas operasi, investasi dan aktivitas pendanaan berupa penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu yang menjadi tolok ukur atas apabila suatu perusahaan akan mengadakan 23 investasi dikarenakan mengandung informasi atas kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek dengan harta lancarnya (likuiditas). Pada umumnya suatu perusahaan ada keinginan untuk tumbuh dan berkembang untuk mengikuti perkembangan jaman yang dikenal dengan istilah ekspansi. Hal ini akan terjadi ketika suatu perusahaan mampu mengembangkan usahanya dengan indikator adanya pertambahan aktiva perusahaan maupun peningkatan jumlah produksi. Manullang (2005:190) mengemukakan bahwa ekspansi dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Ekspansi atau perluasan modal, berupa modal kerja atau modal tetap maupun keduanya yang digunakan secara tetap dan berkelanjutan dalam perusahaan. b. Apabila badan usaha sudah mampu meningkatkan produksi dan penjualan. c. Apabila badan usaha menjadi lebih besar tanpa melakukan penyatuan maupun membeli perusahaan lain Penulis mengambil kesimpulan dari pengertian tersebut bahwa ekspansi adalah perluasan usaha perusahaan dengan indikator peningkatan hasil produksi maupun penggunaan modal. Setiap perusahaan memiliki jenis ekspansi yang berbeda berdasarkan pada karakteristik perusahaan tersebut. Dijelaskan oleh Riyanto (2008:301) terdapat dua bentuk ekspansi, antara lain: 24 a. Business Expansion Berjalannya suatu ekspansi tanpa mempengaruhi struktur modal. Perusahaan yang menerapkan bentuk ekspansi ini tidak akan menambah alat-alat produksi dengan umur ekonomis yang lama, namun dengan penambahan modal kerja berupa kapasitas produksi yang telah ada. Dengan kata lain, tidak menambah volume aktiva tetap, sehingga struktur modal pun tidak berubah. Kebutuhan modal yang semakin besar terjadi secara berangsur-angsur menyebabkan bentuk ekspansi ini disebut ekspansi berkelanjutan. b. Financial Expansion Berbeda dengan business expansion, bentuk ekspansi ini dijalankan dengan penambahan jumlah alat-alat produksi dengan umur ekonomis yang lama, memodernisasi alat-alat produksi lama, pengambilalihan perusahaan lain, pendirian pabrik baru dan penggabungan dengan perusahaan lain. Penambahan modal dengan jangka panjang ini mengakibatkan perubahan struktur modal yang ada. Kebutuhan modal yang terjadi akan melonjak sehingga dikenal dengan nama ekspansi melonjak. Terjadinya ekspansi tentu disebabkan adanya sumber pendanaan dalam suatu perusahaan. Nitisemito (2004:151) menyatakan sumbersumber ekspansi bertujuan untuk: 25 a. Menambah Modal Kerja Penambahan modal kerja diperoleh dari: 1) Cadangan untuk ekspansi Sumber dana yang paling tepat ini berasal dari laba-laba tahun lalu yang disimpan untuk pemberlakuan ekspansi. 2) Laba yang belum dibagi Pembagian laba yang terjadi pada akhir tahun sebelumnya akan digunakan yang memang direncanakan untuk ekspansi. 3) Cadangan penyusutan Penggunaan cadangan penyusutan yang masih menganggur dikarenakan nilai ekonomis yang masih muda dari mesin-mesin produksi yang sedang digunakan. 4) Kredit penjual Penambahan modal kerja yang dibutuhkan dengan meminta kredit dari penjualan dengan pembayaran tempo bahan baku. 5) Kredit pembeli Permintaan uang akan barang-barang yang telah dipesan oleh agenagen sehingga uang ini dapat dipergunakan untuk melakukan ekspansi. 6) Kredit bank Pengambilan kredit bank dengan jangka waktu pendek, sementara maupun panjang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan tersebut berdasarkan dengan penghitungan yang telah dilakukan. 26 7) Modal sendiri Murni bersumber dari kekayaan pemilik untuk penambahan modal kerja. b. Menambah Aktiva Tetap Likuiditas perusahaan jangan sampai terganggu ketika akan melakukan ekspansi dengan menambah jumlah aktiva tetap. Dalam pelaksanaannya, sumber-sumber modal yang dapat diandalkan antara lain cadangan ekspansi, kredit jangka panjang dan modal sendiri. Kredit jangka panjang seharusnya waktu pengembaliannya lebih lama dari jangka waktu penggunaan menyebabkan tidak terganggunya likuiditas perusahaan tersebut. Sedangkan aktiva tetap yang tidak sesuai dengan prinsip yang berlaku seharusnya dibiayai dengan modal sendiri. Sumber pembiayaan yang paling tepat adalah dengan menambah modal kerja maupun aktiva tetap yang disebutkan sebelumnya seperti cadangan ekspansi yang memang direncanakan untuk ekspansi. Siegel dan Shim (2000:404) mengatakan bahwa modal kerja bersumber dari: a. Pendapatan bersih, b. Peningkatan kewajiban yang tidak lancar, c. Kenaikan ekuitas para pemegang saham dan, d. Penurunan aktiva yang tidak lancar. 27 Suatu pemberlakuan ekspansi membutuhkan modal yang secara berangsur-angsur akan semakin besar jumlahnya karena terjadi secara lambat dan dalam tempo waktu yang tidak singkat. Riyanto (2008:301) membedakan motif ekspansi menjadi dua, yaitu: a. Motif Ekonomi Didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan atau mempertahankan laba yang diperoleh. b. Motif Psikologis Berdasarkan personal ambition dari pemilik maupun manajemen perusahaan untuk mendapatkan prestige dan kekuasaan yang lebih besar. Riyanto (2008:301) mengungkapkan indikator apabila suatu perusahaan mengadakan ekspansi apabila: a. Bertambahnya modal kerja b. Bertambahnya modal tetap Indikator suatu perusahaan yang mengadakan ekspansi berhubungan dengan struktur modal perusahaan tersebut atau yang disebut juga dengan capital structure. Hal yang berpengaruh pada struktur modal suatu perusahaan adalah rasio struktur modal atau debt to equity ratio. Sartono (2001:66) memaparkan bahwa rasio struktur modal merupakan rasio utang terhadap modal yang berarti apabila suatu perusahaan dibiayai oleh utang dengan tingkat yang tinggi, maka rasio ini menunjukkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Hal ini dituangkan dalam rumus: 28 Debt to Equity Ratio = ABCDEFCD=G HBIDE π₯100% Sutrisno (2007:217) menjelaskan debt to equity ratio merupakan imbangan antara utang dan modal sendiri. Apabila rasio menunjukkan nilai yang tinggi maka semakin sedikitnya modal sendiri dibanding dengan utangnya. Kuswadi (2005:90) memaparkan apabila debt to equity rasio menunjukkan angka 1:1 tergolong dalam kategori baik karena besarnya utang tidak melebihi atas modal sendiri. Apabila suatu perusahaan gagal membayar utang dari pendapatan maka perusahaan dapat menutup pembayaran utang menggunakan modal yang ada. Setelah diketahui rasio struktur modal yang ideal dan struktur modal suatu perusahaan, maka selanjutnya dilakukan penilaian terhadap dua aspek investasi yang antara lain aset riil dan aset finansial. Menurut Jagels (2006:498) hal-hal yang perlu dicermati seperti: a. Long Life of Assets Keputusan investasi terhadap aset modal sangat diperhatikan apabila memiliki nilai ekonomis yang relatif panjang karena hal ini berpengaruh pada persediaan barang yang ada. b. Costs of Assets Keputusan akan pembelian kebutuhan sehari-hari biasanya tidak membutuhkan dana yang besar apabila jumlah barang yang dibeli berjumlah satuan atau individu. Namun, pembelian aset modal biasanya terjadi dengan modal yang tidak sedikit dalam jumlah besar. 29 c. Future Costs and Benefits Ketidakpastian akan masa depan sangat dipengaruhi terhadap keputusan yang diambil saat ini. Apabila pengambilan keputusan berdasarkan biaya historis dan laba bersih, dapat dimungkinkan tidak lebih baik karena tidak dapat mewakilkan dari nilai masa mendatang dan laba bersih yang akan diterima nantinya. Ketiga aspek tersebut merupakan penentuan atas penyusunan terjadinya anggaran. Horngren (2003:510) menjelaskan bahwa anggaran merupakan ciri utama dari pengendalian manajemen jika dikelola dengan cermat maka anggaran akan membantu perencanaan, menyediakan kriteria prestasi dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi. Rudianto (2009:264) mengungkapkan bahwa anggaran investasi adalah perencanaan perusahaan dalam periode tertentu atas pembelian barang yang pada akhirnya digunakan untuk proses produksi berlaku untuk jangka panjang. Penganggaran seharusnya dilakukan dengan cermat dan teliti karena dampak yang akan terjadi tidak dirasakan dalam waktu dekat. Ciriciri anggaran investasi antara lain: a. Dana yang dikeluarkan untuk jangka panjang. b. Investasi memerlukan dana yang tidak sedikit. c. Kesalahan yang terjadi dalam penentuan keputusan investasi dampaknya akan berakibat jangka panjang. Umumnya suatu perusahaan melakukan investasi karena adanya keinginan untuk meningkatkan pendapatan serta laba di masa mendatang. 30 Hal ini dapat ditunjukkan dalam laporan laba rugi. Stice dan Skousen (2004:230) menjelaskan elemen laba rugi antara lain: a. Pendapatan (revenue) Arus kas masuk dari aktiva atau terjadinya pelunasan atas kewajiban, pemberian jasa maupun aktivitas lainnya yang merupakan usaha utama dari perusahaan tersebut. b. Beban (expense) Arus keluar yang terjadi akibat penggunaan suatu aktiva atau terjadinya suatu kewajiban, pemberian barang atau jasa dan penyerahan usaha utama perusahaan terkait. c. Keuntungan Ekuitas mengalami peningkatan dari transaksi yang terjadi sesekali dari keseluruhan transaksi, namun pendapatan yang berasal dari investasi pemilik tidak termasuk ke dalam keuntungan. d. Kerugian Ekuitas mengalami penurunan diakibatkan transaksi sampingan dari semua transaksi yang telah terjadi dan beban serta distribusi ke pemilik tidak dianggap sebagai kerugian. Selain laporan laba rugi, laporan arus kas berperan penting dalam menunjukkan kondisi arus kas pada periode tertentu. Arus kas menurut Supangkat (2003:33) merupakan ringkasan dari transaksi yang telah terjadi berasal dari tiga macam kegiatan yaitu kegiatan operasional, investasi dan pendanaan. Beberapa komponen dalam arus kas suatu proyek antara lain: 31 a. Investasi Awal (Initial Investment) Pengeluaran yang terjadi untuk membiayai suatu investasi yang terjadi. b. Arus Kas Bersih (Free Cash Flow) Penerimaan yang terjadi saat berlangsungnya suatu investasi. Ditunjukkan dengan selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi pajak tanpa memperhitungkan bunga dan depresiasi. c. Arus Kas Akhir (Terminal Cash Flow) Arus kas yang dihasilkan pada akhir periode yang merupakan nilai bersih dari suatu investasi apabila dijual. Pengukuran kelayakan suatu investasi diketahui melalui beberapa aspek antara lain: a. Net Present Value (NPV) Alwi (2001:163) memaparkan bahwa net present value merupakan modal penghitungan pola keseluruhan arus kas dari suatu investasi yang berhubungan dengan waktu berdasarkan discount rate tertentu. = πππ = C?X πΆπΉπ‘ (1 + π)C −πΌπ CFt = Net Cash Flow (Prodeed) pada tahun ke t K = Tingkat Diskonto t = Lama Waktu atau Periode Berlangsungnya Investasi Io = Initial Outlay (Nilai Investasi) 32 b. Discounted Payback Period (DPP) Umar (2003:197) menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali biaya investasi yang dikeluarkan dengan menggunakan aliran kas yang merupakan rasio dari investasi awal dengan aliran arus kas tahunan. π·ππ = πΌπππ‘ππππΌππ£ππ π‘ππππ‘ ππππ πππ‘ππππ’ππππ΄πππ’πππππ‘πΆππ βπΉπππ€ c. Internal Rate of Return (IRR) Tingkat efisiensi pengembalian modal atas suatu investasi. > =?@ 1 (1 + π)= Keterangan: n = Periode Berlangsungnya Investasi r = Tingkat Diskonto 33 BAB III TINJAUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA A. Tinjauan Umum Sugarush Bandung Sugarush didirikan pada November 2011, di Jalan Braga No. 83, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Salah satu restoran di pusat distrik perbelanjaan dan makanan dengan konsep untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, menyediakan makanan dan minuman serta menawarkan suasana yang serasi sebagai tempat berkumpul. Setelah empat tahun berjalan, Sugarush kurang lebih telah melayani 1000 pengunjung setiap bulannya. Sampai saat ini Sugarush masih dapat menjanjikan suasana nyaman bagi para pengunjungnya serta baiknya kualitas dari makanan dan minuman. Sugarush mendefinisikan diri sebagai restoran kasual dengan produk utamanya kue yang khusus melayani masyarakat maupun bisnis lokal. Sugarush masih menawarkan suasana yang nyaman dengan kualitas makanan dan layanan yang sangat baik. Sugarush mendefinisikan sebagai restoran kasual dengan produk kue khusus dibuat yang melayani masyarakat dan bisnis lokal. Sugarush menyediakan layanan yang ramah, penuh perhatian di lingkungan yang santai oleh staf dan pemilik yang benar-benar menikmati pekerjaan mereka. Selama bertahun-tahun menu Sugarush telah berubah untuk mencerminkan konsumen saat ini. Dari kontinental hingga ke menu yang saat ini lebih dari 100 item termasuk autentik klasik churros, loin pasta serta lebih 34 dari sepuluh produk kue seperti rainbow cake, tiramisu ciao, cupcake dan makaroni. Keseluruhan dekorasi Sugarush juga memiliki wilayah yang mencukupi bagi pelanggan untuk menghabiskan waktu mereka dengan temanteman atau keluarga. Sugarush menyediakan salah satu big screen tiga High Definition (HD) TV layar datar dengan kepala projektor, warna dinding yang hangat dan musik populer saat ini. Image Sugarush adalah refleksi dari kebutuhan konsumen saat ini dan perubahan gaya saat ini. B. Fasilitas dan Keunggulan Sugarush Bandung 1. Beberapa fasilitas yang dimiliki Sugarush Bandung, antara lain: a) Kapasitas Tempat Duduk Terdapat kapasitas tempat duduk sebanyak 47 dengan berbagai macam bentuk namun tetap memperhatikan kenyamanan bagi tamu yang datang ke restoran. b) Akses Internet Gratis Akses internet tanpa dikenakan biaya. c) Bar Menyediakan berbagai jenis minuman namun tanpa minuman berakohol. d) Kitchen Adanya kitchen konvensional yang terdapat tepat sebelah area duduk bagi tamu restoran. 35 e) Toilet Terletak di area belakang dekat dengan area duduk bebas merokok bagi tamu restoran. f) Area Parkir Terdapat pada halaman depan Sugarush Bandung. 2. Beberapa keunggulan yang dimiliki Sugarush Bandung, seperti: a) Terletak di kawasan yang ramai pengunjung yaitu kawasan Braga. b) Menyajikan makanan dan minuman dengan mendukung makanan penutup yang menjadi kegemaran bagi tamu restoran. c) Harga yang ditawarkan sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak restoran. Kisaran harga antara Rp 15,000,- hingga Rp 50.000,- d) Memiliki konsep kasual dengan didominasi warna merah dan memberikan penerangan cahaya yang cukup membuat nyaman tamu restoran. C. Proforma Income Statement dan Proforma Cash Flow Sugarush Bandung 1. Rencana Proyeksi Pendapatan Restoran Tabel 4.1 menjelaskan proyeksi pendapatan restoran secara keseluruhan (makanan dan minuman) di Sugarush Bandung untuk jangka waktu lima tahun ke depan: 36 TABEL 4.1 PROYEKSI FOOD & BEVERAGE REVENUE DI SUGARUSH BANDUNG Seat Number Average Turn of Days Check Over Covers 2016 80 1.28 102 82,329 366 2017 80 1.35 108 83,326 365 2018 80 1.39 111 85,561 365 2019 80 1.42 114 87,453 365 2020 80 1.47 118 89,089 366 Sumber: Sugarush Bandung, Februari 2016. Year Seating Capacity Revenue 3,085,559,827 3,284,707,694 3,472,756,947 3,626,163,661 3,834,548,637 17,303,736,767 Proyeksi yang dicantumkan pada tabel 4.1 adalah asumsi seat turn over pada tahun 2016 sebesar 1.28 dengan mengalami peningkatan sebesar 5.47% dari tahun 2016 ke 2017, 2.96% dari tahun 2017 ke 2018, 2.16% dari tahun 2018 ke tahun 2019, 3.52% dari tahun 2019 ke 2020 sehingga didapat rata-rata kenaikan seat turn over sebesar 3.53%. Average check food and beverage per cover menunjukkan nominal sebesar Rp 82,329,dengan mengalami peningkatan setiap tahunnya, Rp 83,326,- di tahun 2017, Rp 85,561,- di tahun 2018, Rp 87,453,- di tahun 2019 dan Rp 89,089,- di tahun 2020 sehingga didapat rata-rata kenaikan average check food and beverage per cover sebesar 3.53% setiap tahun. 2. Rencana Proyeksi Proforma Income Statement Komponen utama pada laporan laba rugi antara lain total revenue, total cost of sales, income before tax (IBIT), dan net profit. Tabel di bawah ini merupakan data olahan Proforma Income Statement di Sugarush Bandung untuk jangka waktu lima tahun ke depan: 37 TABEL 4.2 PROYEKSI PROFORMA INCOME STATEMENT DI SUGARUSH BANDUNG Tahun Total Revenue Total Cost of Sales 2016 2017 2018 2019 2020 3,085,559,827 3,284,707,694 3,472,756,947 3,626,163,661 3,834,548,637 987,379,145 1,051,106,462 1,111,282,223 1,160,372,372 1,227,055,564 Total Expenses 709,678,760 755,482,770 798,734,098 834,017,642 881,946,186 TOTAL Sumber: Sugarush Bandung, Februari 2016. Depreciation IBIT Tax Net Income 38,169,077 38,169,077 38,169,077 25,839,744 25,839,744 1,350,332,845 1,439,949,385 1,524,571,549 1,605,933,904 1,699,707,143 30,855,598 32,847,077 34,727,569 36,261,637 38,345,486 1,319,477,247 1,407,102,308 1,489,843,979 1,569,672,267 1,661,361,656 7,447,457,457 Proyeksi yang dicantumkan pada tabel 4.2 didapat dari penambahan 33 seating capacity dengan total menjadi 80 seating capacity yang digunakan sebagai dasar dalam penghitungan proyeksi. Besarnya net income berdasarkan 1% dari total revenue berdasarkan tahun yang berkaitan. Namun, keseluruhan Proforma Income Statement dapat dilihat pada lampiran. 3. Biaya Total Depresiasi Metode yang digunakan dalam penghitungan depresiasi adalah straight line method, dengan permberlakuan sepuluh tahun untuk bangunan, sepuluh tahun untuk mekanis dan teknis serta lima tahun untuk fixture, furniture dan equipment. 38 TABEL 4.3 BIAYA DEPRESIASI DI SUGARUSH BANDUNG Year Beginning Book Value Depreciation Ending Book Value 1 190,285,440 38,169,077 2 152,116,363 38,169,077 3 113,947,285 38,169,077 4 75,778,208 25,839,744 5 49,938,464 25,839,744 6 24,098,720 4,819,744 7 19,278,976 4,819,744 8 14,459,232 4,819,744 9 9,639,488 4,819,744 10 4,819,744 4,819,744 Sumber: Sugarush Bandung, 2016. 152,116,363 113,947,285 75,778,208 49,938,464 24,098,720 19,278,976 14,459,232 9,639,488 4,819,744 0 Pada tabel 4.3 merupakan hasil penghitungan dari biaya depresiasi dari building, mechanical dan engineering beserta furniture, fixture dan equipment dari komponen investasi. Adanya perbedaan nilai depresiasi pada tahun ketiga ke tahun keempat dan pada tahun kelima ke tahun keenam dikarenakan perbedaan nilai umur ekonomis barang. 4. Income Statement dan Proyeksi Proforma Cash Flow Beberapa komponen utama suatu income statement (laporan keuangan) antara lain revenue (pendapatan), cost of sales, expanses (beban), fixed charge dan income tax. Berikut merupakan data income statement (laporan keuangan) di tahun 2015: 39 TABEL 4.4 PROFORMA INCOME STATEMENT PADA TAHUN 2015 DI SUGARUSH BANDUNG SUGARUSH INCOME STATEMENT 2015 TOTAL REVENUE TOTAL F&B OPERATING REVENUES 130.75% Rp3,186,804,113 FOOD OPERATING REVENUE 82.96% Rp2,022,027,209 BEVERAGE OPERATING REVENUE 47.79% Rp1,164,776,903 F&B TOTAL COST OF SALES FOOD COST OF SALES BEVERAGE COST OF SALES TOTAL F&B DEPARTMENT EXPENSES PAYROLL TRANSPORTATION ALLOWANCE ACTUAL MEALS EXPENSE F&B DEPARTMENTAL PROFIT 40 30.75% 34.76% 23.79% Rp979,957,083 Rp702,856,658 Rp277,100,425 19.93% Rp635,060,208 17.40% 3.31% 5.34% Rp424,080,000 Rp80,729,720 Rp130,250,488 Rp1,571,786,821 TABEL 4.4 PROFORMA INCOME STATEMENT PADA TAHUN 2015 DI SUGARUSH BANDUNG (Lanjutan) OPERATING EXPENSE INTERNET PACKAGE ALLOCATION (50Mbps) Rp33,540,000 P. O. M. E. C. A/C & REFRIGERATION FURNITURE Rp2,630,019 Rp1,428,960 KITCHEN EQUIPMENTS PLUMBING & BOILING PAINTING & DECORATION AUDIO / VIDEO ENERGY COSTS UTILITIES - ELECTRICITY UTILITIES - WATER UTILITIES - GAS Rp185,031,508 Rp47,970,368 Rp30,960,000 POMEC TOTAL EXPENSES Rp284,442,170 TOTAL COST CENTERS Rp317,982,170 GROSS OPERATING PROFIT Rp9,046,416 Rp3,200,138 Rp1,685,440 Rp2,489,322 41 Rp1,253,804,651 TABEL 4.4 PROFORMA INCOME STATEMENT PADA TAHUN 2015 DI SUGARUSH BANDUNG (Lanjutan) NON-OPERATING EXPENSES DEPRECIATION EXPENSE IBIT TAXES Rp153,935,151 1.00% NET OPERATING PROFIT Sumber: Sugarush Bandung, 2016. Rp1,099,869,499 Rp31,868,041 Rp1,068,001,458 Komponen utama dari proforma cash flow adalah net profit ditambahkan dengan depresiasi (add back) di setiap periode. Berikut merupakan dara olahan cash flow yang terjadi pada tahun 2015 di Sugarush Bandung: TABEL 4.5 PROFORMA CASH FLOW PADA TAHUN 2015 DI SUGARUSH BANDUNG Tahun Net Profit 2015 1,068,001,458 Depreciation Total Operating Cash Flow 1,221,936,609 153,935,151 Inflasi 6.38 % 1,136,139,951 1,290,075,102 Sumber: Data Olahan Penulis, 2016. 42 Berdasarkan tabel 4.5 kolom inflasi menunjukkan angka 6.38%, kolom inflasi berguna sebagai dasar pembuatan proforma cash flow di tahun 2016. Besaran net profit dan depreciation didapat dari tahun 2015, sehingga didapat total operating cash flow yang merupakan hasil penjumlahan dari net profit dan depreciation. Di bawah ini merupakan data olahan proforma cash flow di Sugarush Bandung: TABEL 4.6 PROYEKSI PROFORMA CASH FLOW DI SUGARUSH BANDUNG Tahun Net Profit Depreciation Total Operating Cash Flow 2016 1,319,477,247 38,169,077 2017 1,407,102,308 38,169,077 2018 1,489,843,979 38,169,077 2019 1,569,672,267 25,839,744 2020 1,661,361,656 25,839,744 Sumber: Data Olahan Penulis, 2016. 1,357,646,324 1,445,271,385 1,528,013,057 1,595,512,011 1,687,201,400 Berpedoman pada tabel 4.6 terlihat adanya peningkatan operating cash flow yang terjadi setiap tahun. Namun, apabila akan meninjau investasi menggunakan metode capital budgeting, maka harus diketahui nilai dari arus kas incremental. Di bawah ini merupakan tabel penghitungan arus kas incremental: 43 TABEL 4.7 INCREMENTAL CASH FLOW Tahun Projected Operating Cash Flow Cash Flow Lama Incremental Cash Flow 1 1,357,646,324 2 1,445,271,385 3 1,528,013,057 4 1,595,512,011 5 1,687,201,400 Sumber: Data Olahan Penulis, 2016. 1,290,075,102 1,373,338,989 1,451,962,537 1,516,102,010 1,603,227,940 67,571,222 71,932,396 76,050,520 79,410,001 83,973,460 Incremental cash flow (CFL) merupakan hasil pengurangan arus kas dengan menggunakan aset baru (CFB) dengan arus kas menggunakan aset lama (CFL). Incremental cash flow bertujuan untuk mengetahui selisih dari proyeksi proforma operating cash flow dengan operating cash flow yang terjadi pada tahun yang telah ditentukan (operating cash flow pada tahun 2011 hingga tahun 2015). Selisih dari kedua operating cash flow berikut digunakan sebagai pedoman terhadap metode capital budgeting. D. Sumber Dana dan Komponen Investasi 1. Sumber Dana Investasi Untuk pembiayaan investasi yang akan dilakukan untuk ekspansi bisnis dengan penambahan 33 seating capacity, pemilik menggunakan dana sendiri atau dana internal. Yang dimaksud di sini adalah pemilik menggunakan keseluruhan dana yang merupakan hasil dari kegiatan operasional restoran tanpa melakukan pinjaman ke bank. 44 Berikut tabel sumber dana investasi yang sesuai dengan initial investment di Sugarush Bandung: TABEL 4.8 SUMBER DANA INVESTASI SUGARUSH BANDUNG Debt - Equity Ratio Total Initial Investment 190,285,440.00 Debt (0%) Equity (100%) 190,285,440.00 Sumber: Sugarush Bandung, 2016. 2. Komponen Investasi Pemilik akan menambah jumlah seating capacity sebanyak 33 seats yang pada awalnya hanya berjumlah 47 seats sehingga apabila keputusan akan penambahan seating capacity dijalankan, maka seating capacity keseluruhan berjumlah 80 seats. Berikut merupakan data rancangan investasi awal atas pelaksanaan ekspansi: 45 TABEL 4.9 KOMPONEN BIAYA INVESTASI SUGARUSH BANDUNG Umur Depresiasi / Ekonomis / Tahun Tahun No Nama Kuantitas Satuan Harga Satuan Jumlah Harga 1 Lantai 109.6 m2 69,900 7,661,040 10 766,104 2 Dinding 172 m2 47,000 8,084,000 10 808,400 3 Cat Expose 96 m2 69,900 6,710,400 10 671,040 3 unit 4,200,000 12,600,000 10 1,260,000 6 m2 325,000 1,950,000 10 195,000 5 unit 550,000 2,750,000 10 275,000 8 unit 344,000 2,752,000 10 275,200 1 unit 950,000 950,000 10 95,000 12 unit 270,000 3,240,000 10 324,000 6 unit 250,000 1,500,000 10 150,000 48,197,440 10 4,819,744 4 5 6 7 8 9 10 Pivoted Screen Door Timber Canopy Hanging Lamp Downlight Chandelier Stop Kontak MCB Total 46 TABEL 4.9 KOMPONEN BIAYA INVESTASI SUGARUSH BANDUNG (Lanjutan) Jumlah Harga Umur Ekonomis / Tahun Depresiasi / Tahun No Nama Kuantitas Satuan Harga Satuan 11 Air Conditioner (AC) 2 unit 2,525,000 5,050,000 5 1,010,000 12 TV (42") 1 unit 5,650,000 5,650,000 5 1,130,000 13 Big Coffee Table 2 unit 31,625,000 63,250,000 5 12,650,000 14 Long Chair Table 4 unit 2,812,500 11,250,000 5 2,250,000 15 Table 5 unit 1,500,000 7,500,000 5 1,500,000 16 Chair 10 unit 890,000 8,900,000 5 1,780,000 17 Cushion 10 unit 45,000 3,500,000 5 700,000 105,100,000 5 21,020,000 Total 47 TABEL 4.9 KOMPONEN BIAYA INVESTASI SUGARUSH BANDUNG (Lanjutan) No Nama 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Bnb Plate Saucer Cocktail Bowl Soup Plate Dinner Plate Dessert Plate Tea Spoon Soup Spoon Dinner Spoon Dinner Fork Dessert Spoon Dessert Fork Condiment Tea Cup Cappucino Cup Cappucino Saucer Table Number Tray Kuantitas Satuan 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 7 72 72 72 7 7 Total Total Keseluruhan Sumber: Sugarush Bandung, 2016. pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs set pcs pcs pcs pcs pcs 48 Harga Satuan Jumlah Harga 34,000 37,000 31,000 63,000 85,000 42,000 12,500 20,000 23,000 23,000 19,500 18,000 15,000 24,000 44,000 28,000 10,000 75,000 2,448,000 2,664,000 2,232,000 4,536,000 6,120,000 3,024,000 900,000 1,440,000 1,656,000 1,656,000 1,404,000 1,296,000 105,000 1,728,000 3,168,000 2,016,000 70,000 525,000 36,988,000 190,285,440 Umur Ekonomis / Tahun 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Depresiasi / Tahun 816,000 888,000 744,000 1,512,000 2,040,000 1,008,000 300,000 480,000 552,000 552,000 468,000 432,000 35,000 576,000 1,056,000 672,000 23,333 175,000 12,329,333 38,169,077 3. Nilai Buku Investasi Dari penghitungan nilai depresiasi pada tabel halaman sebelumnya menghasilkan suatu nilai buku atau yang biasa dikenal sebagai book value, Nilai buku ini dikarenakan penghitungan depresiasi hanya dilakukan selama lima tahun, sedangkan pada tabel 4.9 umur ekonomis bangunan adalah sepuluh tahun. Dari hal tersebut maka menyebabkan adanya nilai buku senilai Rp 24,098,720,-. Nilai buku tersebut didapat dari penghitungan hasil depresiasi menurut nilai ekonomis bangunan dikurangi dengan nilai yang tercantum pada biaya depresiasi selama lima tahun sebelumnya. Nilai tersebut diperoleh dari akumulasi biaya depresiasi dari tahun keenam hingga tahun kesepuluh. Nilai buku ini akan berguna pada penghitungan net present value sebagai nilai sisa atau disebut savage value. 49 E. Tinjauan Kelayakan Investasi Melalui Metode Net Present Value (NPV) Penilaian net present value adalah dengan pengurangan akumulasi present value dengan jumlah investasi. Apabila bernilai positif, berarti usulan tersebut diterima dan begitupun sebaliknya. Berikut adalah sajian data penghitungan net present value: TABEL 4.10 PENGHITUNGAN NET PRESENT VALUE Year 1 2 3 4 5 5 Operating Cash Flow 67,571,222 71,932,396 76,050,520 79,410,001 83,973,460 Book Value Terminal Cash Flow 19.25% 0.838574423 0.703207064 0.589691458 0.494500174 0.414675199 0.414675199 Total PV Initial Investment NPV Sumber: Data Olahan Penulis, 2016. 24,098,720 Present Value 56,663,498 50,583,369 44,846,342 39,268,259 34,821,711 9,993,142 236,176,321 190,285,440 45,890,881 Mengacu pada tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa total present value yaitu Rp 236,176,321,- melebihi total investasi (initial investment) Rp 190,285,440,- sehingga net present value sebesar Rp 45,890,881,-. 50 F. Tinjauan Kelayakan Investasi Melalui Metode Discounted Payback Period (DPP) Metode ini diperuntukan untuk mengukur seberapa cepat waktu pengembalian investasi. Hanya investasi yang memiliki discounted payback period lebih cepat dari periode waktu yang ditetapkan yang dapat dipertimbangkan lebih lanjut, tentu saja metode ini menggunakan penghitungan nilai waktu uang juga. Berikut adalah penyajian data penghitungan discounted payback period: TABEL 4.11 PENGHITUNGAN DISCOUNTED PAYBACK PERIOD Year Operating Cash Flow Terminal Cash Flow 19.25% 0 1 67,571,222 0.838574423 2 71,932,396 0.703207064 3 76,050,520 0.589691458 4 79,410,001 0.494500174 5 83,973,460 0.414675199 5 Book Value 24,098,720 0.414675199 Sumber: Data Olahan Penulis, 2016. Present Value Balance 56,663,498 50,583,369 44,846,342 39,268,259 34,821,711 9,993,142 190,285,440 133,621,942 83,038,573 38,192,231 -1,076,028 -35,897,740 -45,890,881 Dari tabel 4.11, diperoleh penghitungan discounted payback period sebagai berikut: DPP = 38,192,231 x12 39,268,259 DPP = 11.67 (11.67 bulan) 51 Dapat dilihat pada tabel dan penghitungan di atas bahwa pengembalian investasi ini dapat dilakukan pada tahun ketiga, lebih tepatnya pada bulan sebelas. G. Tinjauan Kelayakan Investasi dengan Metode Internal Rate of Return (IRR) Menilai suatu kelayakan investasi dengan menghitung tingkat bunga dengan menyamakan nilai sekarang investasi (present value proceeds) dengan nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa mendatang (present value outlays) hingga mendekati angka nol. TABEL 4.12 PENGHITUNGAN INTERNAL RATE OF RETURN Year 1 2 3 4 5 5 Operating Cash Flow 67,571,222 71,932,396 76,050,520 79,410,001 83,973,460 0 Terminal Cash Flow 28.92% 0.775683507 0.601684903 0.466717055 0.362024722 0.280816606 0.280816606 Total PV Initial Investment Variance Sumber: Data Olahan Penulis, 2016. 24,098,720 Present Value 52,413,882 43,280,637 35,494,075 28,748,383 23,581,142 6,767,321 190,285,440 190,285,440 0.00 Berdasarkan tabel 4.12, dengan tingkat diskonto 28.92% berarti adanya kemungkinan yang cukup tinggi terhadap tingkat pengembalian investasi. 52 BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN A. Analisis Kelayakan Investasi Melalui Metode Net Present Value (NPV) Berdasarkan hasil penghitungan melalui metode net present value (NPV) yang telah lakukan, keadaan operating cash flow pada tahun pertama hingga tahun kelima menunjukkan rata-rata kenaikan 6.92% per tahun, kenaikan ini dipengaruhi adanya kenaikan pendapatan tiap tahunnya serta nilai arus kas lama yang berlaku sehingga berpengaruh pada incremental cash flow. Ditunjukkan terdapat nilai sisa sebesar Rp 45,890,881,- pada akhir periode dengan tingkat suku bunga yang berlaku pada tahun 2016 menunjukkan angka 19.25%. Pada kolom present value menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun karena adanya proses deflasi pendapatan yang akan diterima di masa mendatang sehingga bernilai sama dengan nilai pendapatan sekarang. Hasil penjumlahan dari net present value dalam kurun waktu lima tahun memperoleh total present value (nilai sekarang) sebesar Rp 236,176,321,- dan total initial investment (nilai investasi awal) senilai Rp 190,285,440,- sehingga didapat angka net present value sebesar Rp 45,890,881,-. Hal ini menunjukkan adanya harapan akan adanya selisih lebih dari investasi sebesar Rp 45,890,881,- ketika proyek telah selesai dijalankan. Dengan kata lain telah terjadinya ekspansi berupa penambahan kapasitas tempat duduk (seating capacity) yang dilakukan pihak Sugarush Bandung. Hasil yang bernilai positif ini menunjukkan apabila 53 investasi berikut layak untuk dijalankan karena menyatakan investasi ini kelak akan mendatangkan keuntungan. B. Analisis Kelayakan Investasi Melalui Metode Discounted Payback Period (DPP) Berpedoman pada hasil penghitungan melalui metode discounted payback period (DPP), diperoleh dari adanya kesetaraan jumlah antara jumlah arus kas masuk dan jumlah arus kas keluar. Dengan kata lain, pembagian balance (saldo) yang diperoleh ketika discounted payback period habis dengan present value (nilai sekarang). Pada tahun pertama akan menunjukkan saldo yang tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya karena nilai dari tingkat suku bunga yang berlaku pun juga tinggi. Seiring dengan berjalannya proyek menyebabkan adanya kenaikan pada operating cash flow. Namun, semakin bertambahnya periode, maka semakin kecil pula nilai pada balance (saldo) yang ada karena adanya proses deflasi pendapatan yang akan diterima di masa mendatang sehingga bernilai sama dengan nilai pendapatan sekarang. Balance (saldo) arus kas kumulatif yang diperoleh ketika masa habis discounted payback period adalah Rp 38,192,231,- dengan present value (nilai sekarang) sebesar Rp 39,268,259,- sehingga dinyatakan suatu investasi akan kembali (balik modal) pada tahun ketiga bulan kesebelas (tahun ke-3 bulan ke11). Hal ini merupakan alat pertimbangan risiko karena dapat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi apabila payback period membutuhkan waktu yang singkat pula. 54 C. Analisis Kelayakan Investasi dengan Metode Internal Rate of Return (IRR) Ditunjukkan dari hasil penghitungan yang telah dilakukan, diperoleh besarnya diskonto senilai 28.92%. Besaran tingkat diskonto sebesar 28.92% ini menentukan ruang adanya pemenuhan terhadap ekspektasi tingkat pengembalian investasi yang cukup besar. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 19.25%. Keadaan ini menunjukkan adanya selisih sebesar 9.67% untuk kompensasi tambahan risiko yang ada. Apabila investor mengharapkan tingkat pengembalian investasi dengan memberlakukan kenaikan pada tingkat diskonto yang berlaku maka akan berpengaruh terhadap present value (nilai sekarang) yang bersifat negatif. Sebaliknya, apabila pemberlakuan tingkat diskonto kurang dari 28.92% maka akan menyebabkan present value bersifat positif dimana hal ini bertentangan dengan teori yaitu dengan tingkat diskonto yang menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. 55 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Analisis kelayakan investasi dengan menambahkan jumlah kapasitas tempat duduk (seating capacity) di Sugarush Bandung, dapat disimpulkan bahwa adanya kenaikan sebesar 3.53% tiap tahun untuk Average Check Per Cover, 1.99% untuk Seat Turn Over dan 5.59% untuk Revenue. Sebagai acuan dalam menentukan biaya depresiasi, Sugarush Bandung menggunakan metode straight line dalam penghitungan, dengan memberlakukan sepuluh tahun nilai ekonomis untuk bangunan atau building, lima tahun untuk furniture dan fixture dan tiga tahun untuk equipment. Hasil dari biaya depresiasi berdampak pada total fixed charges yang terdapat di cash flow statements. Terdapat kenaikan sebesar 5.59% pada Proforma Cash Flow setiap tahunnya. Total investasi yang dikeluarkan pihak manajemen Sugarush Bandung sebesar Rp 190,285,440.00,- . Dengan sumber dana internal sebesar 100% dari total biaya investasi dengan tingkat bunga diskonto sebesar 19.25%. Nilai buku investasi sebesar Rp 24,098,720,- yang merupakan hasil nilai sisa dari penghitungan depresiasi bangunan dan furniture, fixture and equipment. Nilai buku akan dipergunakan dalam terminal cash flow sebagai dasar untuk menghitung net present value dan discounted payback period. 56 Melalui tiga metode capital budgeting yang telah diterapkan dan semuanya memiliki nilai kelayakan investasi dengan hasil positif. Oleh karena itu, penambahan jumlah kapasitas tempat duduk (seating capacity) di Sugarush Bandung layak untuk dijalankan. B. Rekomendasi Dalam menjalankan suatu investasi diperlukan adanya penghitungan yang tepat agar dapat meminimalisasi kerugian yang akan terjadi. Hal ini merupakan salah satu fungsi dari capital budgeting. Suatu perusahaan tidak hanya ingin mengetahui seberapa besar pendapatan yang dihasilkan apabila hal ini berkaitan dengan suatu investasi. Keterkaitan metode payback period yang menentukan berapa lama modal yang dikeluarkan suatu perusahaan akan kembali serta kesesuaian tingkat diskonto yang berlaku sangat mempengaruhi. Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi menggunakan beberapa metode, sebaiknya Sugarush Bandung fokus terhadap peningkatan pendapatan agar perusahaan tetap berjalan secara efektif demi tercapainya arus kas di mas mendatang sehingga analisis capital budgeting yang dilakukan saat ini dapat tercapai dalam waktu yang dibutuhkan dalam pengembalian suatu modal investasi. Kepekaan terhadap tingkat suku bunga pinjaman yang sedang berlaku menjadi sorotan utama karena hal ini akan mempengaruhi pada pemenuhan terhadap ekspektasi tingkat pengembalian investasi sehingga adanya kesesuaian untuk kompensasi tambahan risiko yang ada. Penulis memperinci rekomendasi menjadi berdasarkan beberapa aspek, antara lain: 57 1. Hasil Penilaian Kelayakan Investasi dengan Metode Net Present Value Seharusnya pihak Sugarush Bandung dapat mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh. Sehingga adanya kemungkinan atas bertambahnya net present value (NPV) yang memperkuat alasan agar suatu usulan investasi dapat dijalankan. 2. Hasil Penilaian Kelayakan Investasi dengan Metode Discounted Payback Period Apabila pihak Sugarush Bandung dapat mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh maka waktu yang dibutuhkan atas pengembalian dana investasi akan semakin singkat. Dengan kata lain, memperkecil risiko yang kemungkinan terjadi ketika proyek tersebut sedang berjalan sehingga dana yang digunakan juga dapat optimal demi terciptanya ekspansi yang telah direncanakan. 3. Hasil Penilaian Kelayakan Investasi dengan Metode Internal Rate of Return Pihak Sugarush Bandung sebaiknya menerapkan tingkat diskonto yang ideal sesuai dengan penghitungan yang telah dilakukan yaitu sebesar 28.92% sehingga pengembalian dana atas suatu investasi sesuai dengan yang diharapkan. Apabila ada perubahan yang signifikan terhadap nilai yang telah dicantumkan adanya kenaikan maupun penurunan nilai presentase, maka akan terjadi kenaikan maupun penurunan sesuai dengan tingkat diskonto yang diterapkan. 58 4. Rekomendasi Konseptual Sugarush Bandung perlu memperhatikan beberapa aspek yang terkait dalam pelaksanaan investasi karena pihak manajemen mengesampingkan beberapa aspek penting, salah satu contoh dalam rencana anggaran atas investasi yang akan terjadi. Pihak Sugarush Bandung seharusnya sangat memperhatikan dan mengoptimalkan arus kas masuk karena keseluruhan sumber dana yang digunakan dalam investasi merupakan hasil dari kegiatan operasional restoran tanpa melakukan pinjaman ke bank. 5. Rekomendasi Operasional Terdapat kekurangan dalam penghitungan proyeksi pendapatan yang akan diterima pada masa mendatang. Sebaiknya pihak manajemen Sugarush Bandung mampu memprediksi lebih baik nominal yang akan diterima nantinya. Ditunjukkan dengan kenaikan total pendapatan hanya sebesar 6.45% dari tahun 2016 ke tahun 2017 yang seharusnya diimbangi juga dengan penambahan kapasitas tempat duduk dari 33 kursi sehingga menjadi 80 (41.25%) dalam kurun waktu setahun. Hal ini secara langsung berdampak pada jangka waktu pengembalian sejumlah dana investasi yang seharusnya dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dibanding keadaan sebenarnya. Didukung dengan penghitungan tingkat pengembalian modal yang telah dilakukan berguna agar perusahaan dapat meminimalisasi dari risiko maupun kegagalan yang mungkin terjadi akibat investasi yang akan terjadi. 59 Pada akhirnya, optimalisasi terhadap pendapatan yang akan diterima di kemudian hari secara langsung mempengaruhi terhadap waktu yang dibutuhkan dalam pengembalian sejumlah dana yang digunakan untuk investasi dan adanya usaha untuk meminimalisasi apabila kegagalan yang mungkin terjadi terhadap suatu investasi. 60 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE. Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brealey, A. Richard, et al. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid Kedua, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Jakarta: Salemba Empat. Eldon, Hendrikson S. 2000. Teori Akuntansi. Jilid Pertama, Edisi Keempat, Alih Bahasa Oleh Marianus Sinaga. Jakarta: Erlangga. Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kedua. Lampulo: Alfabeta. Fuad, M. et al. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Erlangga. Hasnawati, Sri. 2005. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Horne, James C. Van dan John M. Wachiwicz, Jr. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Ketigabelas. Jakarta: Salemba Empat. Horngren, Charles. 2003. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Jilid Satu. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jagels, Martin G. 2006. Hospitality Management Accounting. Edisi Kesembilan. Canada: John Wiley & Sons, Inc,. Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana. Kuswadi. 2005. Cara Mudah Memahami Angka dan Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta: Gramedia. Manullang. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 61 Moleong, J. Lexy, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakaya. Nitisemito, Alex S. 2004. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: GPFE. Rudianto. 2009. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Grasindo. Sadeli, Lili M. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sambas, Ali Muhidin. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Siegel, Joel G. dan Jae K. Shim. 2000. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: Gahlia Indonesia. Stice, E. K. Dan F. Skousen. 2004. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi Ketigabelas, Terjemahan PT. Dian Mas Cemerlang. Jakarta: Salemba Empat. Supangkat, Harry. 2003. Buku Panduan Direktur Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan. Yogyakarta: J&J Learning. Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Cetakan Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 62