Proyek Akhir Sofia Farahlistya

advertisement
APLIKASI METODE CAPITAL BUDGETING DALAM
MENILAI INVESTASI EKSPANSI BISNIS DI
SUGARUSH BANDUNG
PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh studi pada
Program Diploma IV
Oleh :
SOFIA FARAHLISTYA NURULLITA
Nomor Induk Mahasiswa: 201218331
JURUSAN HOSPITALITI
PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI HOTEL
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan di bidang teknologi dan informasi, telah mengubah
keadaan ekonomi semakin membaik ditunjukkan dengan perubahan pola
dan selera masyarakat dalam mengonsumsi makanan maupun minuman.
Eldon mengemukakan bahwa jumlah pendapatan yang berubah dapat
meningkatkan kekayaan dan mempengaruhi pola makan seseorang dengan
pertambahan jumlah konsumsinya didasarkan atas kesenangan. Masyarakat
di kota besar pun berubah gaya hidupnya, kesibukan kerja yang dijalani
sehari-hari mengambil banyak waktu dan tenaga. Jam kantor yang padat
menimbulkan keterbatasan waktu dalam menyiapkan makanan bekal
istirahat ketika jam makan siang datang. Hal ini dapat dilihat langsung dari
kebiasaan orang yang sering makan di luar rumah di jam-jam tertentu
seperti makan siang hingga makan malam.
Perubahan pola perilaku masyarakat kota ini mempengaruhi
timbulnya kebutuhan pangan yang bermutu dengan harga yang sesuai dan
praktis. Hal berikut merupakan daya tarik tersendiri bagi pengusaha dalam
rangka memperluas usaha di bidang kuliner dan pelayanan, yaitu restoran.
Dapat dirasakan secara langsung seperti halnya di Bandung. Kebiasaan
makan di luar, semakin bertambah pula jumlah permintaan dalam
pemenuhan kebutuhan makanan siap santap. Kemunculan berbagai jenis
1
makanan yang bervariasi menyebabkan banyaknya berbagai macam jenis
restoran bermunculan di berbagai wilayah Bandung.
Restoran merupakan suatu bangunan yang terorganisasi secara
komersial, menyediakan pelayanan yang baik kepada pelanggan, berupa
makanan maupun minuman. Bertujuan untuk mencari keuntungan dan
memberikan kepuasan kepada tamu. Umumnya, restoran merupakan tempat
yang dikunjungi untuk mencari beraneka ragam makanan dan minuman.
Orang-orang mencicipi makanan yang dimulai dari hidangan
pembuka, hidangan utama dan sampai akhirnya ke hidangan penutup.
Orang-orang yang telah mencicipi rangkaian hidangan secara keseluruhan
pastinya akan mengingat bagaimana rasa makanan tersebut. Apalagi bila
rasa makanan tersebut terasa enak dan berbeda dari yang lain. Orang lebih
banyak mengingat bagaimana rasa yang dinikmati paling akhir yaitu
hidangan penutup karena rasa yang tertinggal merupakan yang paling
dominan di lidah. Banyak dihidangkan dalam kondisi dingin, namun secara
keseluruhan hidangan penutup bersifat manis, tidak terlalu mengenyangkan
dengan porsi yang cukup dan sebagai pelengkap dari keseluruhan rangkaian
hidangan.
Dahulu, hidangan penutup hanya tersedia di hotel. Namun, hal ini
telah berbeda dengan banyaknya restoran yang berada di Bandung yang
menjual makanan dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup
sehingga konsumen dapat mencicipi rangkaian hidangan makanan secara
keseluruhan. Umumnya, restoran sebagai penyedia makanan dan minuman
2
untuk memulihkan maupun menyegarkan. Dengan usaha menyediakan
suasana yang kondusif bagi pelanggan ketika menikmati hidangan, sering
kali restoran menyediakan hiburan berupa musik atau pertunjukan dengan
tema tertentu. Di sisi lain, keadaan fisik bangunan juga mendukung aspek
kenyamanan bagi konsumen yang sedang berada di restoran. Konsumen
yang merasa nyaman dan cocok dengan suatu restoran biasanya akan tinggal
dalam waktu yang lama. Terlebih lagi apabila restoran tersebut memiliki
hidangan penutup yang termasuk dalam kategori istimewa di suatu tempat.
Karena hidangan penutup yang enak dan pas sangat tepat apabila dinikmati
untuk bersantai. Rentang waktu yang lama ini, menyebabkan suatu restoran
akan selalu dalam keadaan penuh di jam-jam tertentu contohnya jam makan
siang maupun makan malam.
Kondisi restoran pada saat penuh ini, memaksa calon konsumen
untuk menunggu demi tersedianya kursi kosong. Apabila kondisi restoran
tidak memungkinkan, maka konsumen akan segera meninggalkan restoran
dan mencari restoran terdekat lainnya. Jarangnya ketersediaan kursi ini
dapat berpengaruh pada total penjualan makanan dan minuman di restoran
tersebut. Total penjualan nanti pada akhirnya dapat berpengaruh pada
laporan laba rugi dan arus kas.
Seperti halnya yang terjadi di Sugarush Bandung. Restoran ini
terletak di pusat kota yang tergolong sangat ramai. Berada di Jalan Braga
Bandung, tidak jarang restoran ini menolak calon konsumen pada jam-jam
tersebut sehingga Sugarush tidak dapat menyediakan fasilitas yang cukup
3
bagi konsumen yang datang dengan menyediakan tempat untuk bersantap.
Berikut data hasil penjualan di Sugarush Bandung selama kurun waktu lima
tahun:
TABEL 1.1
TOTAL PENDAPATAN SUGARUSH BANDUNG
Seat Number
Seating
Average
Year
Turn
of
Days
Capacity
Check
Over Covers
2011
47
1.14
54
2012
47
1.28
60
2013
47
1.32
62
2014
47
1.43
67
2015
47
1.47
69
97,732
101,925
109,769
119,648
126,371
Total
Sumber: Sugarush Bandung, Februari 2016.
Revenue
36
188,514,264
366
2,244,233,294
365
2,485,670,816
365
2,935,158,819
365
3,186,804,113
11,040,381,305
Pengelola memutuskan untuk melakukan investasi dengan cara
ekspansi. Yang dimaksud pengelola adalah ekspansi fasilitas yaitu dengan
cara ekspansi fasilitas yang memungkinkan untuk menampung konsumen
di saat yang dibutuhkan. Di kata lain, ekspansi berarti juga meningkatkan
kinerja restoran dalam berkompetisi dan meningkatkan laba. Ekspansi
fasilitas yang dimaksud adalah menambah jumlah kursi yang telah tersedia
dengan berpedoman pada laporan keuangan dari tahun 2011 ke 2015.
Riyanto (2008:301) menyatakan bahwa maksud dari ekspansi itu sebagai
4
perluasan modal, bukan hanya modal kerja namun modal tetap
dipergunakan secara berlanjut di dalam restoran.
Perwujudan ekspansi harus didukung dengan adanya anggaran.
Besarnya anggaran yang tersedia seharusnya sesuai dengan laporan
keuangan. Laporan keuangan yang berisi laporan keseluruhan dari proses
akuntansi terdiri dari empat laporan utama yaitu balance sheet (neraca),
income statement (laporan laba rugi), laporan laba ditahan dan cash flow
(laporan arus kas). Dalam analisis investasi, penggunaan informasi
sehubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas yang lebih
menunjukkan pada kemampuan perusahaan (likuiditas) daripada informasi
mengenai laba. Laporan keuangan yang termasuk dalam kategori baik
seperti yang diungkapkan Brigham (2009:46) berisi mengenai penentuan
atas keputusan investasi, keputusan pemberian kredit, penilaian aliran arus
kas, penilaian terhadap beberapa sumber ekonomi, pemberlakuan klaim
terhadap sumber-sumber, menganalisis perubahan yang terjadi pada
beberapa sumber dana dan menganalisis atas penggunaan dana. Analisis
investasi diberlakukan apabila investor memerlukan informasi yang berisi
penerimaan dan pengeluaran kas yang menunjukkan pada kemampuan
perusahaan (likuiditas) daripada informasi mengenai laba.
Sehubungan dengan yang telah dijelaskan di latar belakang masalah,
penulis menentukan judul “Aplikasi Metode Capital Budgeting Dalam
Menilai Investasi Ekspansi Bisnis di Sugarush Bandung.”
5
B. Identifikasi Masalah
1.
Bagaimana kelayakan investasi ekspansi bisnis di Sugarush ditinjau
dengan metode Net Present Value (NPV)?
2.
Bagaimana kelayakan investasi ekspansi bisnis di Sugarush ditinjau
dengan metode Discounted Payback Period (DPP)?
3.
Bagaimana kelayakan investasi ekspansi bisnis di Sugarush ditinjau
dengan metode Internal Rate of Return (IRR)?
C. Rumusan Masalah
Seperti yang telah penulis sampaikan di latar belakang, masalah yang akan
diteliti antara lain:
1.
Kelayakan atas investasi ekspansi bisnis ditinjau dengan metode Net
Present Value (NPV).
2.
Kelayakan atas investasi ekspansi bisnis ditinjau dengan metode
Discounted Payback Period (DPP).
3.
Kelayakan atas investasi ekspansi bisnis ditinjau dengan metode
Internal Rate of Return (IRR).
6
D. Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui kinerja keuangan selama periode tertentu.
2.
Untuk mendapatkan data dan informasi tentang ekspansi yang akan
terjadi.
3.
Menginvestigasi pengaruh laporan keuangan terhadap ekspansi yang
akan terjadi.
E. Manfaat Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah dan tujuan penelitian, berikut pihakpihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian, antara lain:
1.
Stakeholders
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberi
penjelasan
bagi
shareholders atas pengaruh laporan keuangan terhadap investasi di
masa mendatang.
2.
Bagi Shareholders
Shareholders
diharapkan
dapat
mempertimbangkan
keputusan
investasi dengan menyiapkan bukti nyata berhubungan dengan
keterkaitan laporan keuangan terhadap investasi di masa mendatang.
3.
Akademis
Akademisi dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan referensi
dan dasar awal apabila akan dilakukan penelitian berikutnya, terutama
penelitian yang terkait dengan pengaruh laporan keuangan terhadap
investasi di masa mendatang bagi para pemakai laporan keuangan.
7
F. Metodologi Penelitian
1.
Metodologi Penelitian
Secara garis besar, penulis mengutip Sukmadinata (2010:12) bahwa
pendekatan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif yaitu suatu
penelitian yang lebih menekankan pada analisis data yang berupa
angka-angka.
2.
Variabel Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian dengan menerapkan satu variabel
yang akan diteliti yaitu variabel independen dengan bahasan peranan
capital budgeting dalam menganalisis kelayakan suatu investasi.
3.
Matriks Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukuran
Matriks operasionalisasi variabel penelitian dan pengukuran menurut
Sambas (2011:86) adalah matriks yang berisi variabel-variabel yang
masing-masing akan diberi definisi operasional dan selanjutnya akan
ditentukan indikator-indikator yang akan diukur dengan pedoman
pengukuran yang sesuai dengan jenis yang ada.
Variabel penelitian dijelaskan ke dalam dimensi dan indikator seperti
yang tertera di tabel 1.2.
8
G. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
TABEL 1.2
MATRIKS OPERASIONALISASI
VARIABEL PENELITIAN DAN SKALA PENGUKURAN
Sub
Variabel
Indikator
Variabel
Net Present
.
Value
(NPV)
)/0
!"#
(1 + '))
Skala
Sumber data
−,Income
Discounted
Capital
Budgeting
Payback
Period
Statement
,12#234,1567#861#
9:6761#;34<6-=>11<34?6#!37β„Ž"4-A
(DPP)
Cash Flow
Ratio
Debt to
Equity
Internal
B
Rate of
Return
./C
1
(1 + :).
H. Objek Penelitian
Objek penelitian yang dimaksud penulis adalah keseluruhan jumlah
dan karakteristik Sugarush Bandung. Penulis akan menguji laporan
keuangan dan data investasi dalam jangka waktu lima tahun dari tahun 2011
sampai dengan 2015.
9
I. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang diperoleh penulis terdapa dua jenis yaitu:
Beberapa sumber data menurut Azwar (2004:37), antara lain:
1.
Data Primer atau Definisi Data Primer
Data yang dapat diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
pedoman tertentu atau pengambilan data secara langsung pada subjek
sebagai sumber informasi. Data primer sering disebut juga sebagai data
tangan pertama. Beberapa jenis data primer, antara lain:
a) Observasi
Margono (2007:159) menyatakan bahwa teknik observasi
pada dasarnya suatu pengamatan terhadap fenomena sosial yang
terjadi
dan
berkembang
kemudian
memungkinkan
adanya
perubahan terhadap penilaian yang sudah ada, sehingga pengamat
melihat objek yang diobservasi sehingga mampu memisahkan antara
yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.
b) Wawancara
Moleong
(2009:187)
menjelaskan
bahwa
wawancara
berdasarkan pada perencanaan pertanyaan, wawancara memiliki
beberapa tipe yaitu wawancara pembicaraan informal, wawancara
dengan menggunakan pedoman umum dan wawacara baru terbuka.
10
2.
Data Sekunder atau Definisi Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui pihak lain, peneliti tidak dapat
memperoleh data secara langsung dari subjek penelitian. Data sekunder
biasanya berbentuk data dokumentasi atau data laporan primer dan
sekunder, dapat pula berupa data kuantitatif yang mencakup angkaangka dan data kualitatif yang berisi tentang kategori-kategori tertentu.
Data sekunder dapat disebut juga data tangan kedua. Salah satu contoh
data sekunder studi pustaka. Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo
(2012:80) menuturkan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa
pengertian yang berbeda, yang dimaksud adalah kajian pustaka
merupakan bahan bacaan secara menyeluruh yang memungkinkan
seseorang pernah membaca maupun menganalisis, dapat bersifat sudah
dipublikasi maupun hanya koleksi pribadi. Kajian pustaka biasanya
berkaitan dengan kerangka teori atau landasan teori (teori-teori yang
digunakan untuk menganalisis suatu objek penelitian). Hal ini
menyebabkan sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka
kerangka teori atau landasan teori. Dapat diambil kesimpulan bahwa
kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan objek
penelitian yang sedang dilakukan.
11
J. Teknik Pengolahan Data
Sehubungan dengan data penulis yang bersifat kuantitatif, penulis akan
mengolah data yang ada penghitungan:
1.
Net Present Value (NPV)
R"
(1 + i)"
t = waktu arus kas
i = suku bunga yang digunakan
Rt = arus kas bersih dalam waktu t
2.
Discounted Payback Period (PP)
DiscountedPaybackPeriod
x1tahun
ProceedPresentValue
3.
Internal Rate of Return (IRR)
>
=?@
1
(1 + π‘Ÿ)=
n =
Periode Berlangsungnya Investasi
r =
Tingkat Diskonto
12
K. Teknik Analisis Data
1.
Net Present Value
Suatu usulan proyek investasi dinyatakan layak apabila NPV > 0, dan
jika NPV < 0, maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan tidak
layak.
2.
Discounted Payback Period
Suatu usulan proyek investasi akan diterima jika periode pengembalian
yang dihasilkan lebih cepat daripada syarat yang telah ditentukan.
Sebaliknya, jika periode pengembalian lebih lama daripada yang telah
ditentukan, maka usulan proyek investasi tersebut ditolak.
3.
Internal Rate of Return
Suatu usulan investasi diterima apabila IRR > COC (Cost of Capital)
dan jika IRR < COC (Cost of Capital) akan ditolak.
L. Sistematika Penulisan
BAB I
: Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi
penelitian,
matriks
operasional
variabel
penelitian dan skala pengukuran, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis
data, sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian.
13
BAB II
: Menjelaskan teori-teori yang mendukung teori utama
bertujuan untuk menganalisis dan mengembangkan yang
berlaku di dalam objek penelitian.
BAB III
: Memaparkan tinjauan objek penelitian dan data.
BAB IV
: Berisi pembahasan hasil analisis data.
BAB V
: Menguraikan kesimpulan dan memberikan rekomendasi
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
M. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Sugarush Bandung berlokasi di Jalan Braga
No. 83, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat,
Indonesia.
14
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Manajemen Keuangan
1.
Pengertian Manajemen Keuangan
Merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencaharian
dan penyimpanan dana yang yang merupakan aktivitas keuangan
perusahaan,
dimulai
dengan
cara
memperoleh
dana
hingga
digunakannya dana tersebut agar sesuai dengan tujuan keuangan
perusahaan. Horne dan Wachowicz, Jr (2012:2) berpendapat bahwa
manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan dan
manajemen aset didasari beberapa tujuan umum.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz, Jr.,
manajemen keuangan merupakan rangkaian dari usaha untuk
menyediakan uang yang nantinya digunakan oleh perusahaan dalam
memperoleh hasil maupun keuntungan yang telah ditentukan. Hal ini
menyangkut pada perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan
keuangan tersebut. Manajemen keuangan memfokuskan pada investasi,
pembiayaan dan manajemen aset untuk menciptakan kemakmuran bagi
pemilik saham dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan tersebut.
15
2.
Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan
Perusahaan menuntut agar perolehan dan penggunaan dana
didasarkan pada kegiatan yang menyangkut perencanaan, analisis dan
pengendalian yang baik dalam penggunaannya maupun dipenuhinya
kebutuhan dana tersebut. Horne dan Wachowicz, Jr (2012:3)
menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi utama manajemen keuangan
yang harus diterapkan oleh perusahaan, antara lain:
a) Keputusan Investasi
Keputusan utama dalam hal menciptakan nilai. Yang dimaksud di
sini adalah ketika seorang manajer berperan penting dalam
pengalokasian dana ke dalam berbagai bentuk investasi agar
nantinya mendatangkan keuntungan di masa mendatang. Bentuk,
jenis dan komposisi dari suatu investasi.
b) Keputusan Pendanaan
Berawal dari keputusan yang berhubungan dengan nilai sumber
dana sesuai yang diperlukan untuk pembiayaan investasi yang akan
terjadi. Artinya, sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan
suatu investasi jelas sifat dan asalnya. Sumber dana dapat berupa
utang jangka pendek maupun panjang atau juga modal sendiri.
Penetapan suatu pertimbangan utang jangka pendek maupun
panjang atau modal sendiri dengan nilai minimal modal rata-rata.
16
c) Keputusan Pengelolaan Aktiva
Dalam hal ini manajer bertanggung jawab terhadap aset-aset
operasional yang ada. Dana yang dialokasikan nantinya akan
digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan yang menjadi
tanggung jawab dari seorang manajer. Tanggung jawab yang
dimaksud di sini adalah lebih menuntut perhatian manajer terhadap
pengelolaan aktiva lancar dibanding aktiva tetap.
Analisis investasi suatu usaha dikatakan layak apabila telah terjadinya
peninjauan dari beberapa aspek. Seperti yang dikemukakan oleh Suratman
(2001:66), aspek-aspek yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Aspek Hukum
Merupakan dasar dalam menentukan kelayakan suatu proyek investasi
karena berdirinya suatu usaha berhubungan dengan legalitas serta klaim
dari masyarakat.
b) Aspek Pasar dan Pemasaran
Berdirinya suatu usaha sangat dipengaruhi adanya pasar sebagai objek
dalam penerimaan suatu produk maupun jasa serta bagaimana pihak
badan usaha tersebut memasarkan produk maupun jasa yang
dimilikinya.
17
c) Aspek Teknis dan Teknologi
Kelayakan suatu proyek dinilai dari penentuan lokasi, model bangunan,
pemilihan mesin dan peralatan serta teknologi yang dipergunakan, tidak
terkecuali desain dan penentuan skala operasi.
d) Aspek Manajemen
Beberapa konsep dasar manajemen yang penerapannya bertujuan untuk
mengalokasikan sumber daya agar memiliki nilai tambah. Adanya
aspek manajemen berkaitan dengan pembangunan suatu badan usaha
dan kegiatan operasional badan usaha tersebut.
e) Aspek Keuangan
Berperan penting dalam menentukan jumlah dan sumber dana yang
diperlukan ketika suatu proyek berjalan dan kegiatan operasional badan
usaha tersebut secara tepat.
Aspek keuangan adalah fungsi utama suatu bisnis karena menjadi
faktor penentu dalam penganggaran, investasi dan seberapa besar usaha
yang akan ditempuh. Aspek keuangan sebagai penentu seberapa besar biaya
yang akan dikeluarkan serta dihasilkan secara optimal untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
18
B. Investasi
1.
Pengertian Investasi
Kasmir dan Jakfar (2012:5) berpendapat bahwa investasi
merupakan modal yang ditanam dalam suatu kegiatan usaha yang
dengan jangka waktu yang bersifat relatif panjang di dalam berbagai
bidang usaha. Penanaman modal di sini dapat berbentuk fisik maupun
non fisik. Seperti proyek pendirian pabrik, jalan maupun pembangunan
dan pengembangan suatu bangunan. Investasi berarti juga atas
komitmen suatu perusahaan terhadap sejumlah dana dengan adanya
penundaan konsumsi dalam nilai tertentu selama periode yang telah
ditetapkan bertujuan untuk mendapat sejumlah keuntungan yang telah
direncanakan di masa mendatang.
2.
Jenis Investasi
Sunariyah (2004:4) mengemukakan investasi terdiri dari dua bagian
utama yaitu:
a) Investasi aktiva riil atau aktiva berwujud seperti barang galian
(emas, perak dan intan), barang-barang seni maupun suatu properti
(bangunan).
b) Investasi finansial berbentuk surat-surat berharga yang pada
dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
entitas.
19
Investasi yang direncanakan perusahaan memiliki berbagai latar
belakang dan motif, menurut Fuad (2006:167) investasi dikelompokkan ke
dalam empat golongan atau motif, yaitu:
a) Penggantian atau replacement
Penentuan atas keputusan ini dapat dikategorikan mudah karena
suatu perusahaan mengerti akan adanya penghematan biaya yang
diperoleh apabila perusahaan tersebut mengalami penggantian atas
barang lama.
b) Perluasan atau expansion
Adanya penambahan akan kuantitas suatu barang yang telah ada.
Biasanya keputusan akan investasi jenis ini sering kali disatukan
dengan keputusan penggantian atau replacement. Namun,
perusahaan akan mengalami kebimbangan dalam penentuan
keputusan ini. Di sisi lain, perusahaan dapat mempertimbangkan
hal ini dengan melakukan evaluasi terhadap pengalaman akan
produktivitas dan penjualan atas barang atau jasa yang dihasilkan.
c) Pembaharuan
Merupakan pilihan alternatif setelah dari penggantian atau
replacement.
Pembaharuan
terjadi
apabila
perusahaan
menunjukkan suatu indikator adanya pembangunan kembali,
pemeriksaan yang cermat dan teliti serta penyesuaian kembali atas
fasilitas yang sudah ada.
20
d) Tujuan lain
Investasi yang tidak berwujud berupa suatu sistem yang
diberlakukan dalam suatu perusahaan. Hal ini dilakukan dengan
salah satu tujuan demi meningkatkan produktivitas karyawan.
Keputusan tipe ini biasanya memiliki anggaran terpisah dari
anggaran yang telah ada.
Adanya motif yang telah diketahui dari suatu usulan investasi, maka
sebaiknya harus sudah ditentukan sumber dana yang akan mendanai
investasi tersebut. Menurut Rudianto (2009:271) terdapat dua sumber dana
yang digunakan dalam suatu investasi, yakni:
a) Sumber dana internal berupa setoran modal pemilik, dana
cadangan dan laba ditahan.
b) Sumber dana eksternal sifatnya merupakan pinjaman dari badan
usaha lain seperti leasing, kredit bank dan obligasi.
C. Laporan Keuangan
Penyusunan laporan keuangan dimaksudkan untuk menjelaskan
kemajuan suatu restoran secara periodik. Manajemen seharusnya dapat
mengevaluasi perkembangan, investasi dalam restoran dan hasil yang telah
tercapai dalam jangka waktu tertentu. Laporan perusahaan berisi atas fakta
yang telah dicatat, kesepakatan akuntansi dan pertimbangan pribadi.
Pertimbangan berhubungan seberapa kompeten pihak penyusun laporan
21
keuangan dan kesepakatan akuntansi yang bersumber dari konsep dan
prinsip akuntansi yang telah disepakati bersama.
Sadeli (2002:2) mengemukakan bahwa laporan keuangan yang
akurat menyediakan informasi historis karena akuntansi merupakan proses
mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk
mempertimbangkan dan penentuan keputusan yang sesuai bagi pemakai
informasi tersebut.
Penyusunan laporan keuangan seperti yang dituturkan Fahmi
(2011:28) adalah memberikan informasi yang berisi tentang perubahan
beberapa unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak
tertentu yang memberikan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan
selain pihak manajemen perusahaan. Pemakai laporan keuangan
menggunakan laporan keuangan untuk membandingkan, meramalkan dan
menilai atas dampak keuangan yang akan timbul apabila keputusan tersebut
jadi untuk dilaksanakan. Jika keadaan perekonomian yang dampaknya nanti
pada nilai uang yang tidak stabil maka hal ini dapat dijelaskan dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan lebih bermanfaat apabila dicantumkan
penjelasan lainnya yang dianggap perlu di samping penjelasan dari aspekaspek kuantitatif (nominal yang tertera). Informasi yang dilaporkan dalam
laporan keuangan harus bersifat faktual dan dapat diukur secara objektif.
Laporan keuangan berguna dalam membuat keputusan ekonomi
diperuntukkan bagi pemegang saham, kreditur, karyawan dan masyarakat.
Sebuah laporan keuangan lengkap tersusun atas:
22
a.
Neraca (balance sheet), berupa keseimbangan aktiva (assets), utang
(liabilities) dan modal (equity) dalam periode tertentu.
b.
Laporan laba rugi (income statement), keseluruhan pendapatan dan
beban selama periode tertentu.
c.
Laporan perubahan modal (owner’s equity statement), laporan
perubahan modal dalam periode tertentu meliputi laba, investasi dan
distribusi dari dan kepada pemilik.
d.
Laporan arus kas (cash flow statement), keseluruhan penerimaan dan
pengeluaran kas (operasional, investasi dan pendanaan).
Hasnawati (2005:117) pengambilan keputusan investasi melalui
pertimbangan panjang dan matang karena akan berpengaruh pada
kinerja perusahaan. Keputusan dalam investasi sangat berpengaruh
pada sumber dan bentuk dana. Sumber dapat diperoleh dari pihak
internal maupun eksternal, besarnya utang dan modal yang
diperlukan, jenis utang dan modal yang digunakan, karena struktur
pendanaan berpengaruh pada cost of capital yang dapat menentukan
required return yang diharapkan.
Salah satu tolak ukur keberhasilan restoran dengan mengerti atas
pemahaman yang tertuang di laporan keuangan, salah satunya adalah arus
kas. Brealey, dkk. (2012:62) laporan arus kas berisi arus kas masuk dan arus
kas keluar dari aktivitas operasi, investasi dan aktivitas pendanaan berupa
penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu yang
menjadi tolok ukur atas apabila suatu perusahaan akan mengadakan
23
investasi dikarenakan mengandung informasi atas kemampuan perusahaan
dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek dengan harta lancarnya
(likuiditas).
Pada umumnya suatu perusahaan ada keinginan untuk tumbuh dan
berkembang untuk mengikuti perkembangan jaman yang dikenal dengan
istilah ekspansi. Hal ini akan terjadi ketika suatu perusahaan mampu
mengembangkan usahanya dengan indikator adanya pertambahan aktiva
perusahaan maupun peningkatan jumlah produksi.
Manullang (2005:190) mengemukakan bahwa ekspansi dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a.
Ekspansi atau perluasan modal, berupa modal kerja atau modal tetap
maupun keduanya yang digunakan secara tetap dan berkelanjutan
dalam perusahaan.
b.
Apabila badan usaha sudah mampu meningkatkan produksi dan
penjualan.
c.
Apabila badan usaha menjadi lebih besar tanpa melakukan penyatuan
maupun membeli perusahaan lain
Penulis mengambil kesimpulan dari pengertian tersebut bahwa
ekspansi adalah perluasan usaha perusahaan dengan indikator peningkatan
hasil produksi maupun penggunaan modal.
Setiap
perusahaan
memiliki
jenis
ekspansi
yang
berbeda
berdasarkan pada karakteristik perusahaan tersebut. Dijelaskan oleh
Riyanto (2008:301) terdapat dua bentuk ekspansi, antara lain:
24
a.
Business Expansion
Berjalannya suatu ekspansi tanpa mempengaruhi struktur modal.
Perusahaan yang menerapkan bentuk ekspansi ini tidak akan
menambah alat-alat produksi dengan umur ekonomis yang lama,
namun dengan penambahan modal kerja berupa kapasitas produksi
yang telah ada. Dengan kata lain, tidak menambah volume aktiva tetap,
sehingga struktur modal pun tidak berubah. Kebutuhan modal yang
semakin besar terjadi secara berangsur-angsur menyebabkan bentuk
ekspansi ini disebut ekspansi berkelanjutan.
b.
Financial Expansion
Berbeda dengan business expansion, bentuk ekspansi ini dijalankan
dengan penambahan jumlah alat-alat produksi dengan umur ekonomis
yang lama, memodernisasi alat-alat produksi lama, pengambilalihan
perusahaan lain, pendirian pabrik baru dan penggabungan dengan
perusahaan lain. Penambahan modal dengan jangka panjang ini
mengakibatkan perubahan struktur modal yang ada. Kebutuhan modal
yang terjadi akan melonjak sehingga dikenal dengan nama ekspansi
melonjak.
Terjadinya ekspansi tentu disebabkan adanya sumber pendanaan
dalam suatu perusahaan. Nitisemito (2004:151) menyatakan sumbersumber ekspansi bertujuan untuk:
25
a.
Menambah Modal Kerja
Penambahan modal kerja diperoleh dari:
1) Cadangan untuk ekspansi
Sumber dana yang paling tepat ini berasal dari laba-laba tahun lalu
yang disimpan untuk pemberlakuan ekspansi.
2) Laba yang belum dibagi
Pembagian laba yang terjadi pada akhir tahun sebelumnya akan
digunakan yang memang direncanakan untuk ekspansi.
3) Cadangan penyusutan
Penggunaan cadangan penyusutan yang masih menganggur
dikarenakan nilai ekonomis yang masih muda dari mesin-mesin
produksi yang sedang digunakan.
4) Kredit penjual
Penambahan modal kerja yang dibutuhkan dengan meminta kredit
dari penjualan dengan pembayaran tempo bahan baku.
5) Kredit pembeli
Permintaan uang akan barang-barang yang telah dipesan oleh agenagen sehingga uang ini dapat dipergunakan untuk melakukan
ekspansi.
6) Kredit bank
Pengambilan kredit bank dengan jangka waktu pendek, sementara
maupun panjang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan
tersebut berdasarkan dengan penghitungan yang telah dilakukan.
26
7) Modal sendiri
Murni bersumber dari kekayaan pemilik untuk penambahan modal
kerja.
b.
Menambah Aktiva Tetap
Likuiditas perusahaan jangan sampai terganggu ketika akan
melakukan ekspansi dengan menambah jumlah aktiva tetap. Dalam
pelaksanaannya, sumber-sumber modal yang dapat diandalkan antara
lain cadangan ekspansi, kredit jangka panjang dan modal sendiri. Kredit
jangka panjang seharusnya waktu pengembaliannya lebih lama dari
jangka waktu penggunaan menyebabkan tidak terganggunya likuiditas
perusahaan tersebut. Sedangkan aktiva tetap yang tidak sesuai dengan
prinsip yang berlaku seharusnya dibiayai dengan modal sendiri.
Sumber pembiayaan yang paling tepat adalah dengan menambah modal
kerja maupun aktiva tetap yang disebutkan sebelumnya seperti
cadangan ekspansi yang memang direncanakan untuk ekspansi.
Siegel dan Shim (2000:404) mengatakan bahwa modal kerja
bersumber dari:
a. Pendapatan bersih,
b. Peningkatan kewajiban yang tidak lancar,
c. Kenaikan ekuitas para pemegang saham dan,
d. Penurunan aktiva yang tidak lancar.
27
Suatu pemberlakuan ekspansi membutuhkan modal yang secara
berangsur-angsur akan semakin besar jumlahnya karena terjadi secara
lambat dan dalam tempo waktu yang tidak singkat. Riyanto (2008:301)
membedakan motif ekspansi menjadi dua, yaitu:
a.
Motif Ekonomi
Didasarkan
pada
pertimbangan
untuk
meningkatkan
atau
mempertahankan laba yang diperoleh.
b.
Motif Psikologis
Berdasarkan personal ambition dari pemilik maupun manajemen
perusahaan untuk mendapatkan prestige dan kekuasaan yang lebih
besar.
Riyanto (2008:301) mengungkapkan indikator apabila suatu
perusahaan mengadakan ekspansi apabila:
a.
Bertambahnya modal kerja
b.
Bertambahnya modal tetap
Indikator suatu perusahaan yang mengadakan ekspansi berhubungan
dengan struktur modal perusahaan tersebut atau yang disebut juga dengan
capital structure. Hal yang berpengaruh pada struktur modal suatu
perusahaan adalah rasio struktur modal atau debt to equity ratio. Sartono
(2001:66) memaparkan bahwa rasio struktur modal merupakan rasio utang
terhadap modal yang berarti apabila suatu perusahaan dibiayai oleh utang
dengan tingkat yang tinggi, maka rasio ini menunjukkan gejala yang kurang
baik bagi perusahaan. Hal ini dituangkan dalam rumus:
28
Debt to Equity Ratio =
ABCDEFCD=G
HBIDE
π‘₯100%
Sutrisno (2007:217) menjelaskan debt to equity ratio merupakan
imbangan antara utang dan modal sendiri. Apabila rasio menunjukkan nilai
yang tinggi maka semakin sedikitnya modal sendiri dibanding dengan
utangnya. Kuswadi (2005:90) memaparkan apabila debt to equity rasio
menunjukkan angka 1:1 tergolong dalam kategori baik karena besarnya
utang tidak melebihi atas modal sendiri. Apabila suatu perusahaan gagal
membayar utang dari pendapatan maka perusahaan dapat menutup
pembayaran utang menggunakan modal yang ada.
Setelah diketahui rasio struktur modal yang ideal dan struktur modal
suatu perusahaan, maka selanjutnya dilakukan penilaian terhadap dua aspek
investasi yang antara lain aset riil dan aset finansial. Menurut Jagels
(2006:498) hal-hal yang perlu dicermati seperti:
a.
Long Life of Assets
Keputusan investasi terhadap aset modal sangat diperhatikan apabila
memiliki nilai ekonomis yang relatif panjang karena hal ini
berpengaruh pada persediaan barang yang ada.
b.
Costs of Assets
Keputusan akan pembelian kebutuhan sehari-hari biasanya tidak
membutuhkan dana yang besar apabila jumlah barang yang dibeli
berjumlah satuan atau individu. Namun, pembelian aset modal biasanya
terjadi dengan modal yang tidak sedikit dalam jumlah besar.
29
c.
Future Costs and Benefits
Ketidakpastian akan masa depan sangat dipengaruhi terhadap
keputusan yang diambil saat ini. Apabila pengambilan keputusan
berdasarkan biaya historis dan laba bersih, dapat dimungkinkan tidak
lebih baik karena tidak dapat mewakilkan dari nilai masa mendatang
dan laba bersih yang akan diterima nantinya.
Ketiga aspek tersebut merupakan penentuan atas penyusunan
terjadinya anggaran. Horngren (2003:510) menjelaskan bahwa anggaran
merupakan ciri utama dari pengendalian manajemen jika dikelola dengan
cermat maka anggaran akan membantu perencanaan, menyediakan kriteria
prestasi dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi.
Rudianto (2009:264) mengungkapkan bahwa anggaran investasi adalah
perencanaan perusahaan dalam periode tertentu atas pembelian barang yang
pada akhirnya digunakan untuk proses produksi berlaku untuk jangka
panjang. Penganggaran seharusnya dilakukan dengan cermat dan teliti
karena dampak yang akan terjadi tidak dirasakan dalam waktu dekat. Ciriciri anggaran investasi antara lain:
a.
Dana yang dikeluarkan untuk jangka panjang.
b.
Investasi memerlukan dana yang tidak sedikit.
c.
Kesalahan yang terjadi dalam penentuan keputusan investasi
dampaknya akan berakibat jangka panjang.
Umumnya suatu perusahaan melakukan investasi karena adanya
keinginan untuk meningkatkan pendapatan serta laba di masa mendatang.
30
Hal ini dapat ditunjukkan dalam laporan laba rugi. Stice dan Skousen
(2004:230) menjelaskan elemen laba rugi antara lain:
a. Pendapatan (revenue)
Arus kas masuk dari aktiva atau terjadinya pelunasan atas kewajiban,
pemberian jasa maupun aktivitas lainnya yang merupakan usaha utama
dari perusahaan tersebut.
b.
Beban (expense)
Arus keluar yang terjadi akibat penggunaan suatu aktiva atau terjadinya
suatu kewajiban, pemberian barang atau jasa dan penyerahan usaha
utama perusahaan terkait.
c.
Keuntungan
Ekuitas mengalami peningkatan dari transaksi yang terjadi sesekali dari
keseluruhan transaksi, namun pendapatan yang berasal dari investasi
pemilik tidak termasuk ke dalam keuntungan.
d.
Kerugian
Ekuitas mengalami penurunan diakibatkan transaksi sampingan dari
semua transaksi yang telah terjadi dan beban serta distribusi ke pemilik
tidak dianggap sebagai kerugian.
Selain laporan laba rugi, laporan arus kas berperan penting dalam
menunjukkan kondisi arus kas pada periode tertentu. Arus kas menurut
Supangkat (2003:33) merupakan ringkasan dari transaksi yang telah terjadi
berasal dari tiga macam kegiatan yaitu kegiatan operasional, investasi dan
pendanaan. Beberapa komponen dalam arus kas suatu proyek antara lain:
31
a.
Investasi Awal (Initial Investment)
Pengeluaran yang terjadi untuk membiayai suatu investasi yang terjadi.
b.
Arus Kas Bersih (Free Cash Flow)
Penerimaan yang terjadi saat berlangsungnya suatu investasi.
Ditunjukkan dengan selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan
biaya) setelah dikurangi pajak tanpa memperhitungkan bunga dan
depresiasi.
c.
Arus Kas Akhir (Terminal Cash Flow)
Arus kas yang dihasilkan pada akhir periode yang merupakan nilai
bersih dari suatu investasi apabila dijual.
Pengukuran kelayakan suatu investasi diketahui melalui beberapa aspek
antara lain:
a. Net Present Value (NPV)
Alwi (2001:163) memaparkan bahwa net present value merupakan
modal penghitungan pola keseluruhan arus kas dari suatu investasi yang
berhubungan dengan waktu berdasarkan discount rate tertentu.
=
𝑁𝑃𝑉 = C?X
𝐢𝐹𝑑
(1 + π‘˜)C
−πΌπ‘œ
CFt
=
Net Cash Flow (Prodeed) pada tahun ke t
K
=
Tingkat Diskonto
t
=
Lama Waktu atau Periode Berlangsungnya Investasi
Io
=
Initial Outlay (Nilai Investasi)
32
b.
Discounted Payback Period (DPP)
Umar (2003:197) menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk menutup
kembali biaya investasi yang dikeluarkan dengan menggunakan aliran
kas yang merupakan rasio dari investasi awal dengan aliran arus kas
tahunan.
𝐷𝑃𝑃 = πΌπ‘›π‘–π‘‘π‘–π‘Žπ‘™πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘
π‘ƒπ‘Ÿπ‘’π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘‰π‘Žπ‘™π‘’π‘’π‘œπ‘“π΄π‘›π‘›π‘’π‘Žπ‘™π‘π‘’π‘‘πΆπ‘Žπ‘ β„ŽπΉπ‘™π‘œπ‘€
c. Internal Rate of Return (IRR)
Tingkat efisiensi pengembalian modal atas suatu investasi.
>
=?@
1
(1 + π‘Ÿ)=
Keterangan:
n =
Periode Berlangsungnya Investasi
r =
Tingkat Diskonto
33
BAB III
TINJAUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA
A. Tinjauan Umum Sugarush Bandung
Sugarush didirikan pada November 2011, di Jalan Braga No. 83,
Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Salah
satu restoran di pusat distrik perbelanjaan dan makanan dengan konsep untuk
menciptakan lingkungan yang nyaman, menyediakan makanan dan minuman
serta menawarkan suasana yang serasi sebagai tempat berkumpul. Setelah
empat tahun berjalan, Sugarush kurang lebih telah melayani 1000 pengunjung
setiap bulannya.
Sampai saat ini Sugarush masih dapat menjanjikan suasana nyaman
bagi para pengunjungnya serta baiknya kualitas dari makanan dan minuman.
Sugarush mendefinisikan diri sebagai restoran kasual dengan produk utamanya
kue yang khusus melayani masyarakat maupun bisnis lokal. Sugarush masih
menawarkan suasana yang nyaman dengan kualitas makanan dan layanan yang
sangat baik. Sugarush mendefinisikan sebagai restoran kasual dengan produk
kue khusus dibuat yang melayani masyarakat dan bisnis lokal. Sugarush
menyediakan layanan yang ramah, penuh perhatian di lingkungan yang santai
oleh staf dan pemilik yang benar-benar menikmati pekerjaan mereka.
Selama bertahun-tahun menu Sugarush telah berubah untuk
mencerminkan konsumen saat ini. Dari kontinental hingga ke menu yang saat
ini lebih dari 100 item termasuk autentik klasik churros, loin pasta serta lebih
34
dari sepuluh produk kue seperti rainbow cake, tiramisu ciao, cupcake dan
makaroni.
Keseluruhan dekorasi Sugarush juga memiliki wilayah yang
mencukupi bagi pelanggan untuk menghabiskan waktu mereka dengan temanteman atau keluarga. Sugarush menyediakan salah satu big screen tiga High
Definition (HD) TV layar datar dengan kepala projektor, warna dinding yang
hangat dan musik populer saat ini. Image Sugarush adalah refleksi dari
kebutuhan konsumen saat ini dan perubahan gaya saat ini.
B. Fasilitas dan Keunggulan Sugarush Bandung
1.
Beberapa fasilitas yang dimiliki Sugarush Bandung, antara lain:
a)
Kapasitas Tempat Duduk
Terdapat kapasitas tempat duduk sebanyak 47 dengan berbagai
macam bentuk namun tetap memperhatikan kenyamanan bagi tamu
yang datang ke restoran.
b)
Akses Internet Gratis
Akses internet tanpa dikenakan biaya.
c)
Bar
Menyediakan berbagai jenis minuman namun tanpa minuman
berakohol.
d)
Kitchen
Adanya kitchen konvensional yang terdapat tepat sebelah area duduk
bagi tamu restoran.
35
e)
Toilet
Terletak di area belakang dekat dengan area duduk bebas merokok
bagi tamu restoran.
f)
Area Parkir
Terdapat pada halaman depan Sugarush Bandung.
2.
Beberapa keunggulan yang dimiliki Sugarush Bandung, seperti:
a)
Terletak di kawasan yang ramai pengunjung yaitu kawasan Braga.
b)
Menyajikan makanan dan minuman dengan mendukung makanan
penutup yang menjadi kegemaran bagi tamu restoran.
c)
Harga yang ditawarkan sesuai dengan pelayanan yang diberikan
oleh pihak restoran. Kisaran harga antara Rp 15,000,- hingga Rp
50.000,-
d)
Memiliki konsep kasual dengan didominasi warna merah dan
memberikan penerangan cahaya yang cukup membuat nyaman tamu
restoran.
C. Proforma Income Statement dan Proforma Cash Flow Sugarush Bandung
1.
Rencana Proyeksi Pendapatan Restoran
Tabel 4.1 menjelaskan proyeksi pendapatan restoran secara keseluruhan
(makanan dan minuman) di Sugarush Bandung untuk jangka waktu lima
tahun ke depan:
36
TABEL 4.1
PROYEKSI FOOD & BEVERAGE REVENUE
DI SUGARUSH BANDUNG
Seat Number
Average
Turn
of
Days
Check
Over Covers
2016
80
1.28
102
82,329 366
2017
80
1.35
108
83,326 365
2018
80
1.39
111
85,561 365
2019
80
1.42
114
87,453 365
2020
80
1.47
118
89,089 366
Sumber: Sugarush Bandung, Februari 2016.
Year
Seating
Capacity
Revenue
3,085,559,827
3,284,707,694
3,472,756,947
3,626,163,661
3,834,548,637
17,303,736,767
Proyeksi yang dicantumkan pada tabel 4.1 adalah asumsi seat turn
over pada tahun 2016 sebesar 1.28 dengan mengalami peningkatan sebesar
5.47% dari tahun 2016 ke 2017, 2.96% dari tahun 2017 ke 2018, 2.16%
dari tahun 2018 ke tahun 2019, 3.52% dari tahun 2019 ke 2020 sehingga
didapat rata-rata kenaikan seat turn over sebesar 3.53%. Average check
food and beverage per cover menunjukkan nominal sebesar Rp 82,329,dengan mengalami peningkatan setiap tahunnya, Rp 83,326,- di tahun
2017, Rp 85,561,- di tahun 2018, Rp 87,453,- di tahun 2019 dan Rp
89,089,- di tahun 2020 sehingga didapat rata-rata kenaikan average check
food and beverage per cover sebesar 3.53% setiap tahun.
2.
Rencana Proyeksi Proforma Income Statement
Komponen utama pada laporan laba rugi antara lain total revenue, total
cost of sales, income before tax (IBIT), dan net profit. Tabel di bawah ini
merupakan data olahan Proforma Income Statement di Sugarush Bandung
untuk jangka waktu lima tahun ke depan:
37
TABEL 4.2
PROYEKSI PROFORMA INCOME STATEMENT
DI SUGARUSH BANDUNG
Tahun
Total
Revenue
Total Cost of
Sales
2016
2017
2018
2019
2020
3,085,559,827
3,284,707,694
3,472,756,947
3,626,163,661
3,834,548,637
987,379,145
1,051,106,462
1,111,282,223
1,160,372,372
1,227,055,564
Total
Expenses
709,678,760
755,482,770
798,734,098
834,017,642
881,946,186
TOTAL
Sumber: Sugarush Bandung, Februari 2016.
Depreciation
IBIT
Tax
Net Income
38,169,077
38,169,077
38,169,077
25,839,744
25,839,744
1,350,332,845
1,439,949,385
1,524,571,549
1,605,933,904
1,699,707,143
30,855,598
32,847,077
34,727,569
36,261,637
38,345,486
1,319,477,247
1,407,102,308
1,489,843,979
1,569,672,267
1,661,361,656
7,447,457,457
Proyeksi yang dicantumkan pada tabel 4.2 didapat dari penambahan 33
seating capacity dengan total menjadi 80 seating capacity yang digunakan
sebagai dasar dalam penghitungan proyeksi. Besarnya net income
berdasarkan 1% dari total revenue berdasarkan tahun yang berkaitan.
Namun, keseluruhan Proforma Income Statement dapat dilihat pada
lampiran.
3.
Biaya Total Depresiasi
Metode yang digunakan dalam penghitungan depresiasi adalah straight
line method, dengan permberlakuan sepuluh tahun untuk bangunan,
sepuluh tahun untuk mekanis dan teknis serta lima tahun untuk fixture,
furniture dan equipment.
38
TABEL 4.3
BIAYA DEPRESIASI
DI SUGARUSH BANDUNG
Year
Beginning Book
Value
Depreciation
Ending Book
Value
1
190,285,440
38,169,077
2
152,116,363
38,169,077
3
113,947,285
38,169,077
4
75,778,208
25,839,744
5
49,938,464
25,839,744
6
24,098,720
4,819,744
7
19,278,976
4,819,744
8
14,459,232
4,819,744
9
9,639,488
4,819,744
10
4,819,744
4,819,744
Sumber: Sugarush Bandung, 2016.
152,116,363
113,947,285
75,778,208
49,938,464
24,098,720
19,278,976
14,459,232
9,639,488
4,819,744
0
Pada tabel 4.3 merupakan hasil penghitungan dari biaya depresiasi
dari building, mechanical dan engineering beserta furniture, fixture dan
equipment dari komponen investasi. Adanya perbedaan nilai depresiasi
pada tahun ketiga ke tahun keempat dan pada tahun kelima ke tahun
keenam dikarenakan perbedaan nilai umur ekonomis barang.
4.
Income Statement dan Proyeksi Proforma Cash Flow
Beberapa komponen utama suatu income statement (laporan
keuangan) antara lain revenue (pendapatan), cost of sales, expanses
(beban), fixed charge dan income tax. Berikut merupakan data income
statement (laporan keuangan) di tahun 2015:
39
TABEL 4.4
PROFORMA INCOME STATEMENT PADA TAHUN 2015
DI SUGARUSH BANDUNG
SUGARUSH
INCOME STATEMENT 2015
TOTAL REVENUE
TOTAL F&B OPERATING REVENUES 130.75% Rp3,186,804,113
FOOD OPERATING REVENUE
82.96% Rp2,022,027,209
BEVERAGE OPERATING REVENUE 47.79% Rp1,164,776,903
F&B TOTAL COST OF SALES
FOOD COST OF SALES
BEVERAGE COST OF SALES
TOTAL F&B DEPARTMENT
EXPENSES
PAYROLL
TRANSPORTATION ALLOWANCE
ACTUAL MEALS EXPENSE
F&B DEPARTMENTAL PROFIT
40
30.75%
34.76%
23.79%
Rp979,957,083
Rp702,856,658
Rp277,100,425
19.93%
Rp635,060,208
17.40%
3.31%
5.34%
Rp424,080,000
Rp80,729,720
Rp130,250,488
Rp1,571,786,821
TABEL 4.4
PROFORMA INCOME STATEMENT PADA TAHUN 2015
DI SUGARUSH BANDUNG
(Lanjutan)
OPERATING EXPENSE
INTERNET PACKAGE
ALLOCATION
(50Mbps)
Rp33,540,000
P. O. M. E. C.
A/C & REFRIGERATION
FURNITURE
Rp2,630,019
Rp1,428,960
KITCHEN EQUIPMENTS
PLUMBING & BOILING
PAINTING & DECORATION
AUDIO / VIDEO
ENERGY COSTS
UTILITIES - ELECTRICITY
UTILITIES - WATER
UTILITIES - GAS
Rp185,031,508
Rp47,970,368
Rp30,960,000
POMEC TOTAL EXPENSES
Rp284,442,170
TOTAL COST CENTERS
Rp317,982,170
GROSS OPERATING PROFIT
Rp9,046,416
Rp3,200,138
Rp1,685,440
Rp2,489,322
41
Rp1,253,804,651
TABEL 4.4
PROFORMA INCOME STATEMENT PADA TAHUN 2015
DI SUGARUSH BANDUNG
(Lanjutan)
NON-OPERATING EXPENSES
DEPRECIATION EXPENSE
IBIT
TAXES
Rp153,935,151
1.00%
NET OPERATING PROFIT
Sumber: Sugarush Bandung, 2016.
Rp1,099,869,499
Rp31,868,041
Rp1,068,001,458
Komponen utama dari proforma cash flow adalah net profit
ditambahkan dengan depresiasi (add back) di setiap periode. Berikut
merupakan dara olahan cash flow yang terjadi pada tahun 2015 di Sugarush
Bandung:
TABEL 4.5
PROFORMA CASH FLOW PADA TAHUN 2015
DI SUGARUSH BANDUNG
Tahun
Net Profit
2015
1,068,001,458
Depreciation Total Operating Cash Flow
1,221,936,609
153,935,151
Inflasi 6.38 % 1,136,139,951
1,290,075,102
Sumber: Data Olahan Penulis, 2016.
42
Berdasarkan tabel 4.5 kolom inflasi menunjukkan angka 6.38%,
kolom inflasi berguna sebagai dasar pembuatan proforma cash flow di tahun
2016. Besaran net profit dan depreciation didapat dari tahun 2015, sehingga
didapat total operating cash flow yang merupakan hasil penjumlahan dari
net profit dan depreciation. Di bawah ini merupakan data olahan proforma
cash flow di Sugarush Bandung:
TABEL 4.6
PROYEKSI PROFORMA CASH FLOW
DI SUGARUSH BANDUNG
Tahun
Net Profit
Depreciation Total Operating Cash Flow
2016 1,319,477,247 38,169,077
2017 1,407,102,308 38,169,077
2018 1,489,843,979 38,169,077
2019 1,569,672,267 25,839,744
2020 1,661,361,656 25,839,744
Sumber: Data Olahan Penulis, 2016.
1,357,646,324
1,445,271,385
1,528,013,057
1,595,512,011
1,687,201,400
Berpedoman pada tabel 4.6 terlihat adanya peningkatan operating
cash flow yang terjadi setiap tahun. Namun, apabila akan meninjau investasi
menggunakan metode capital budgeting, maka harus diketahui nilai dari
arus kas incremental. Di bawah ini merupakan tabel penghitungan arus kas
incremental:
43
TABEL 4.7
INCREMENTAL CASH FLOW
Tahun Projected Operating Cash Flow Cash Flow Lama Incremental Cash Flow
1
1,357,646,324
2
1,445,271,385
3
1,528,013,057
4
1,595,512,011
5
1,687,201,400
Sumber: Data Olahan Penulis, 2016.
1,290,075,102
1,373,338,989
1,451,962,537
1,516,102,010
1,603,227,940
67,571,222
71,932,396
76,050,520
79,410,001
83,973,460
Incremental cash flow (CFL) merupakan hasil pengurangan arus kas
dengan menggunakan aset baru (CFB) dengan arus kas menggunakan aset
lama (CFL). Incremental cash flow bertujuan untuk mengetahui selisih dari
proyeksi proforma operating cash flow dengan operating cash flow yang
terjadi pada tahun yang telah ditentukan (operating cash flow pada tahun
2011 hingga tahun 2015). Selisih dari kedua operating cash flow berikut
digunakan sebagai pedoman terhadap metode capital budgeting.
D. Sumber Dana dan Komponen Investasi
1. Sumber Dana Investasi
Untuk pembiayaan investasi yang akan dilakukan untuk ekspansi
bisnis dengan penambahan 33 seating capacity, pemilik menggunakan dana
sendiri atau dana internal. Yang dimaksud di sini adalah pemilik
menggunakan keseluruhan dana yang merupakan hasil dari kegiatan
operasional restoran tanpa melakukan pinjaman ke bank.
44
Berikut tabel sumber dana investasi yang sesuai dengan initial
investment di Sugarush Bandung:
TABEL 4.8
SUMBER DANA INVESTASI
SUGARUSH BANDUNG
Debt - Equity Ratio
Total
Initial Investment
190,285,440.00
Debt (0%)
Equity (100%)
190,285,440.00
Sumber: Sugarush Bandung, 2016.
2. Komponen Investasi
Pemilik akan menambah jumlah seating capacity sebanyak 33 seats
yang pada awalnya hanya berjumlah 47 seats sehingga apabila keputusan
akan penambahan seating capacity dijalankan, maka seating capacity
keseluruhan berjumlah 80 seats. Berikut merupakan data rancangan
investasi awal atas pelaksanaan ekspansi:
45
TABEL 4.9
KOMPONEN BIAYA INVESTASI
SUGARUSH BANDUNG
Umur
Depresiasi /
Ekonomis /
Tahun
Tahun
No
Nama
Kuantitas
Satuan
Harga
Satuan
Jumlah
Harga
1
Lantai
109.6
m2
69,900
7,661,040
10
766,104
2
Dinding
172
m2
47,000
8,084,000
10
808,400
3
Cat Expose
96
m2
69,900
6,710,400
10
671,040
3
unit
4,200,000
12,600,000
10
1,260,000
6
m2
325,000
1,950,000
10
195,000
5
unit
550,000
2,750,000
10
275,000
8
unit
344,000
2,752,000
10
275,200
1
unit
950,000
950,000
10
95,000
12
unit
270,000
3,240,000
10
324,000
6
unit
250,000
1,500,000
10
150,000
48,197,440
10
4,819,744
4
5
6
7
8
9
10
Pivoted
Screen
Door
Timber
Canopy
Hanging
Lamp
Downlight
Chandelier
Stop
Kontak
MCB
Total
46
TABEL 4.9
KOMPONEN BIAYA INVESTASI
SUGARUSH BANDUNG
(Lanjutan)
Jumlah
Harga
Umur
Ekonomis
/ Tahun
Depresiasi /
Tahun
No
Nama
Kuantitas
Satuan
Harga
Satuan
11
Air
Conditioner
(AC)
2
unit
2,525,000
5,050,000
5
1,010,000
12
TV (42")
1
unit
5,650,000
5,650,000
5
1,130,000
13
Big Coffee
Table
2
unit
31,625,000
63,250,000
5
12,650,000
14
Long Chair
Table
4
unit
2,812,500
11,250,000
5
2,250,000
15
Table
5
unit
1,500,000
7,500,000
5
1,500,000
16
Chair
10
unit
890,000
8,900,000
5
1,780,000
17
Cushion
10
unit
45,000
3,500,000
5
700,000
105,100,000
5
21,020,000
Total
47
TABEL 4.9
KOMPONEN BIAYA INVESTASI
SUGARUSH BANDUNG
(Lanjutan)
No
Nama
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Bnb Plate
Saucer
Cocktail Bowl
Soup Plate
Dinner Plate
Dessert Plate
Tea Spoon
Soup Spoon
Dinner Spoon
Dinner Fork
Dessert Spoon
Dessert Fork
Condiment
Tea Cup
Cappucino Cup
Cappucino Saucer
Table Number
Tray
Kuantitas Satuan
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
7
72
72
72
7
7
Total
Total Keseluruhan
Sumber: Sugarush Bandung, 2016.
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
set
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
48
Harga
Satuan
Jumlah
Harga
34,000
37,000
31,000
63,000
85,000
42,000
12,500
20,000
23,000
23,000
19,500
18,000
15,000
24,000
44,000
28,000
10,000
75,000
2,448,000
2,664,000
2,232,000
4,536,000
6,120,000
3,024,000
900,000
1,440,000
1,656,000
1,656,000
1,404,000
1,296,000
105,000
1,728,000
3,168,000
2,016,000
70,000
525,000
36,988,000
190,285,440
Umur
Ekonomis
/ Tahun
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Depresiasi /
Tahun
816,000
888,000
744,000
1,512,000
2,040,000
1,008,000
300,000
480,000
552,000
552,000
468,000
432,000
35,000
576,000
1,056,000
672,000
23,333
175,000
12,329,333
38,169,077
3. Nilai Buku Investasi
Dari penghitungan nilai depresiasi pada tabel halaman sebelumnya
menghasilkan suatu nilai buku atau yang biasa dikenal sebagai book value,
Nilai buku ini dikarenakan penghitungan depresiasi hanya dilakukan selama
lima tahun, sedangkan pada tabel 4.9 umur ekonomis bangunan adalah
sepuluh tahun. Dari hal tersebut maka menyebabkan adanya nilai buku
senilai Rp 24,098,720,-. Nilai buku tersebut didapat dari penghitungan hasil
depresiasi menurut nilai ekonomis bangunan dikurangi dengan nilai yang
tercantum pada biaya depresiasi selama lima tahun sebelumnya. Nilai
tersebut diperoleh dari akumulasi biaya depresiasi dari tahun keenam hingga
tahun kesepuluh. Nilai buku ini akan berguna pada penghitungan net present
value sebagai nilai sisa atau disebut savage value.
49
E. Tinjauan Kelayakan Investasi Melalui Metode Net Present Value (NPV)
Penilaian net present value adalah dengan pengurangan akumulasi present
value dengan jumlah investasi. Apabila bernilai positif, berarti usulan tersebut
diterima dan begitupun sebaliknya. Berikut adalah sajian data penghitungan
net present value:
TABEL 4.10
PENGHITUNGAN NET PRESENT VALUE
Year
1
2
3
4
5
5
Operating
Cash Flow
67,571,222
71,932,396
76,050,520
79,410,001
83,973,460
Book Value
Terminal
Cash Flow
19.25%
0.838574423
0.703207064
0.589691458
0.494500174
0.414675199
0.414675199
Total PV
Initial Investment
NPV
Sumber: Data Olahan Penulis, 2016.
24,098,720
Present Value
56,663,498
50,583,369
44,846,342
39,268,259
34,821,711
9,993,142
236,176,321
190,285,440
45,890,881
Mengacu pada tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa total present value
yaitu Rp 236,176,321,- melebihi total investasi (initial investment) Rp
190,285,440,- sehingga net present value sebesar Rp 45,890,881,-.
50
F. Tinjauan Kelayakan Investasi Melalui Metode Discounted Payback Period
(DPP)
Metode ini diperuntukan untuk mengukur seberapa cepat waktu
pengembalian investasi. Hanya investasi yang memiliki discounted payback
period lebih cepat dari periode waktu yang ditetapkan yang dapat
dipertimbangkan lebih lanjut, tentu saja metode ini menggunakan
penghitungan nilai waktu uang juga. Berikut adalah penyajian data
penghitungan discounted payback period:
TABEL 4.11
PENGHITUNGAN DISCOUNTED PAYBACK PERIOD
Year
Operating
Cash Flow
Terminal
Cash Flow
19.25%
0
1
67,571,222
0.838574423
2
71,932,396
0.703207064
3
76,050,520
0.589691458
4
79,410,001
0.494500174
5
83,973,460
0.414675199
5
Book Value 24,098,720 0.414675199
Sumber: Data Olahan Penulis, 2016.
Present Value
Balance
56,663,498
50,583,369
44,846,342
39,268,259
34,821,711
9,993,142
190,285,440
133,621,942
83,038,573
38,192,231
-1,076,028
-35,897,740
-45,890,881
Dari tabel 4.11, diperoleh penghitungan discounted payback period
sebagai berikut:
DPP =
38,192,231
x12
39,268,259
DPP = 11.67 (11.67 bulan)
51
Dapat dilihat pada tabel dan penghitungan di atas bahwa pengembalian
investasi ini dapat dilakukan pada tahun ketiga, lebih tepatnya pada bulan
sebelas.
G. Tinjauan Kelayakan Investasi dengan Metode Internal Rate of Return
(IRR)
Menilai suatu kelayakan investasi dengan menghitung tingkat bunga
dengan menyamakan nilai sekarang investasi (present value proceeds) dengan
nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa mendatang (present value
outlays) hingga mendekati angka nol.
TABEL 4.12
PENGHITUNGAN INTERNAL RATE OF RETURN
Year
1
2
3
4
5
5
Operating
Cash Flow
67,571,222
71,932,396
76,050,520
79,410,001
83,973,460
0
Terminal
Cash Flow
28.92%
0.775683507
0.601684903
0.466717055
0.362024722
0.280816606
0.280816606
Total PV
Initial Investment
Variance
Sumber: Data Olahan Penulis, 2016.
24,098,720
Present Value
52,413,882
43,280,637
35,494,075
28,748,383
23,581,142
6,767,321
190,285,440
190,285,440
0.00
Berdasarkan tabel 4.12, dengan tingkat diskonto 28.92% berarti adanya
kemungkinan yang cukup tinggi terhadap tingkat pengembalian investasi.
52
BAB IV
ANALISIS PERMASALAHAN
A. Analisis Kelayakan Investasi Melalui Metode Net Present Value (NPV)
Berdasarkan hasil penghitungan melalui metode net present value (NPV)
yang telah lakukan, keadaan operating cash flow pada tahun pertama hingga
tahun kelima menunjukkan rata-rata kenaikan 6.92% per tahun, kenaikan ini
dipengaruhi adanya kenaikan pendapatan tiap tahunnya serta nilai arus kas
lama yang berlaku sehingga berpengaruh pada incremental cash flow.
Ditunjukkan terdapat nilai sisa sebesar Rp 45,890,881,- pada akhir periode
dengan tingkat suku bunga yang berlaku pada tahun 2016 menunjukkan angka
19.25%. Pada kolom present value menunjukkan adanya penurunan dari tahun
ke tahun karena adanya proses deflasi pendapatan yang akan diterima di masa
mendatang sehingga bernilai sama dengan nilai pendapatan sekarang. Hasil
penjumlahan dari net present value dalam kurun waktu lima tahun memperoleh
total present value (nilai sekarang) sebesar Rp 236,176,321,- dan total initial
investment (nilai investasi awal) senilai Rp 190,285,440,- sehingga didapat
angka net present value sebesar Rp 45,890,881,-. Hal ini menunjukkan adanya
harapan akan adanya selisih lebih dari investasi sebesar Rp 45,890,881,- ketika
proyek telah selesai dijalankan. Dengan kata lain telah terjadinya ekspansi
berupa penambahan kapasitas tempat duduk (seating capacity) yang dilakukan
pihak Sugarush Bandung. Hasil yang bernilai positif ini menunjukkan apabila
53
investasi berikut layak untuk dijalankan karena menyatakan investasi ini kelak
akan mendatangkan keuntungan.
B. Analisis Kelayakan Investasi Melalui Metode Discounted Payback Period
(DPP)
Berpedoman pada hasil penghitungan melalui metode discounted payback
period (DPP), diperoleh dari adanya kesetaraan jumlah antara jumlah arus kas
masuk dan jumlah arus kas keluar. Dengan kata lain, pembagian balance
(saldo) yang diperoleh ketika discounted payback period habis dengan present
value (nilai sekarang). Pada tahun pertama akan menunjukkan saldo yang
tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya karena nilai dari tingkat
suku bunga yang berlaku pun juga tinggi. Seiring dengan berjalannya proyek
menyebabkan adanya kenaikan pada operating cash flow. Namun, semakin
bertambahnya periode, maka semakin kecil pula nilai pada balance (saldo)
yang ada karena adanya proses deflasi pendapatan yang akan diterima di masa
mendatang sehingga bernilai sama dengan nilai pendapatan sekarang.
Balance (saldo) arus kas kumulatif yang diperoleh ketika masa habis
discounted payback period adalah Rp 38,192,231,- dengan present value (nilai
sekarang) sebesar Rp 39,268,259,- sehingga dinyatakan suatu investasi akan
kembali (balik modal) pada tahun ketiga bulan kesebelas (tahun ke-3 bulan ke11). Hal ini merupakan alat pertimbangan risiko karena dapat meminimalisasi
risiko yang mungkin terjadi apabila payback period membutuhkan waktu yang
singkat pula.
54
C. Analisis Kelayakan Investasi dengan Metode Internal Rate of Return
(IRR)
Ditunjukkan dari hasil penghitungan yang telah dilakukan, diperoleh
besarnya diskonto senilai 28.92%. Besaran tingkat diskonto sebesar 28.92% ini
menentukan
ruang
adanya
pemenuhan
terhadap
ekspektasi
tingkat
pengembalian investasi yang cukup besar. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 19.25%. Keadaan ini menunjukkan
adanya selisih sebesar 9.67% untuk kompensasi tambahan risiko yang ada.
Apabila investor mengharapkan tingkat pengembalian investasi dengan
memberlakukan kenaikan pada tingkat diskonto yang berlaku maka akan
berpengaruh terhadap present value (nilai sekarang) yang bersifat negatif.
Sebaliknya, apabila pemberlakuan tingkat diskonto kurang dari 28.92% maka
akan menyebabkan present value bersifat positif dimana hal ini bertentangan
dengan teori yaitu dengan tingkat diskonto yang menghasilkan nilai NPV sama
dengan nol.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Analisis kelayakan investasi dengan menambahkan jumlah kapasitas tempat
duduk (seating capacity) di Sugarush Bandung, dapat disimpulkan bahwa
adanya kenaikan sebesar 3.53% tiap tahun untuk Average Check Per Cover,
1.99% untuk Seat Turn Over dan 5.59% untuk Revenue. Sebagai acuan dalam
menentukan biaya depresiasi, Sugarush Bandung menggunakan metode
straight line dalam penghitungan, dengan memberlakukan sepuluh tahun nilai
ekonomis untuk bangunan atau building, lima tahun untuk furniture dan fixture
dan tiga tahun untuk equipment. Hasil dari biaya depresiasi berdampak pada
total fixed charges yang terdapat di cash flow statements. Terdapat kenaikan
sebesar 5.59% pada Proforma Cash Flow setiap tahunnya.
Total investasi yang dikeluarkan pihak manajemen Sugarush Bandung
sebesar Rp 190,285,440.00,- . Dengan sumber dana internal sebesar 100% dari
total biaya investasi dengan tingkat bunga diskonto sebesar 19.25%. Nilai buku
investasi sebesar Rp 24,098,720,- yang merupakan hasil nilai sisa dari
penghitungan depresiasi bangunan dan furniture, fixture and equipment. Nilai
buku akan dipergunakan dalam terminal cash flow sebagai dasar untuk
menghitung net present value dan discounted payback period.
56
Melalui tiga metode capital budgeting yang telah diterapkan dan semuanya
memiliki nilai kelayakan investasi dengan hasil positif. Oleh karena itu,
penambahan jumlah kapasitas tempat duduk (seating capacity) di Sugarush
Bandung layak untuk dijalankan.
B. Rekomendasi
Dalam menjalankan suatu investasi diperlukan adanya penghitungan yang
tepat agar dapat meminimalisasi kerugian
yang akan terjadi. Hal ini
merupakan salah satu fungsi dari capital budgeting. Suatu perusahaan tidak
hanya ingin mengetahui seberapa besar pendapatan yang dihasilkan apabila hal
ini berkaitan dengan suatu investasi. Keterkaitan metode payback period yang
menentukan berapa lama modal yang dikeluarkan suatu perusahaan akan
kembali serta kesesuaian tingkat diskonto yang berlaku sangat mempengaruhi.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi menggunakan beberapa metode,
sebaiknya Sugarush Bandung fokus terhadap peningkatan pendapatan agar
perusahaan tetap berjalan secara efektif demi tercapainya arus kas di mas
mendatang sehingga analisis capital budgeting yang dilakukan saat ini dapat
tercapai dalam waktu yang dibutuhkan dalam pengembalian suatu modal
investasi. Kepekaan terhadap tingkat suku bunga pinjaman yang sedang
berlaku menjadi sorotan utama karena hal ini akan mempengaruhi pada
pemenuhan terhadap ekspektasi tingkat pengembalian investasi sehingga
adanya kesesuaian untuk kompensasi tambahan risiko yang ada.
Penulis memperinci rekomendasi menjadi berdasarkan beberapa aspek,
antara lain:
57
1. Hasil Penilaian Kelayakan Investasi dengan Metode Net Present Value
Seharusnya pihak Sugarush Bandung dapat mengoptimalkan pendapatan
yang diperoleh. Sehingga adanya kemungkinan atas bertambahnya net
present value (NPV) yang memperkuat alasan agar suatu usulan investasi
dapat dijalankan.
2. Hasil Penilaian Kelayakan Investasi dengan Metode Discounted Payback
Period
Apabila pihak Sugarush Bandung dapat mengoptimalkan pendapatan yang
diperoleh maka waktu yang dibutuhkan atas pengembalian dana investasi
akan semakin singkat. Dengan kata lain, memperkecil risiko yang
kemungkinan terjadi ketika proyek tersebut sedang berjalan sehingga dana
yang digunakan juga dapat optimal demi terciptanya ekspansi yang telah
direncanakan.
3. Hasil Penilaian Kelayakan Investasi dengan Metode Internal Rate of Return
Pihak Sugarush Bandung sebaiknya menerapkan tingkat diskonto yang
ideal sesuai dengan penghitungan yang telah dilakukan yaitu sebesar
28.92% sehingga pengembalian dana atas suatu investasi sesuai dengan
yang diharapkan. Apabila ada perubahan yang signifikan terhadap nilai
yang telah dicantumkan adanya kenaikan maupun penurunan nilai
presentase, maka akan terjadi kenaikan maupun penurunan sesuai dengan
tingkat diskonto yang diterapkan.
58
4. Rekomendasi Konseptual
Sugarush Bandung perlu memperhatikan beberapa aspek yang terkait dalam
pelaksanaan investasi karena pihak manajemen mengesampingkan
beberapa aspek penting, salah satu contoh dalam rencana anggaran atas
investasi yang akan terjadi. Pihak Sugarush Bandung seharusnya sangat
memperhatikan dan mengoptimalkan arus kas masuk karena keseluruhan
sumber dana yang digunakan dalam investasi merupakan hasil dari kegiatan
operasional restoran tanpa melakukan pinjaman ke bank.
5. Rekomendasi Operasional
Terdapat kekurangan dalam penghitungan proyeksi pendapatan yang akan
diterima pada masa mendatang. Sebaiknya pihak manajemen Sugarush
Bandung mampu memprediksi lebih baik nominal yang akan diterima
nantinya. Ditunjukkan dengan kenaikan total pendapatan hanya sebesar
6.45% dari tahun 2016 ke tahun 2017 yang seharusnya diimbangi juga
dengan penambahan kapasitas tempat duduk dari 33 kursi sehingga menjadi
80 (41.25%) dalam kurun waktu setahun. Hal ini secara langsung
berdampak pada jangka waktu pengembalian sejumlah dana investasi yang
seharusnya dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dibanding
keadaan sebenarnya. Didukung dengan penghitungan tingkat pengembalian
modal yang telah dilakukan berguna agar perusahaan dapat meminimalisasi
dari risiko maupun kegagalan yang mungkin terjadi akibat investasi yang
akan terjadi.
59
Pada akhirnya, optimalisasi terhadap pendapatan yang akan diterima di
kemudian hari secara langsung mempengaruhi terhadap waktu yang
dibutuhkan dalam pengembalian sejumlah dana yang digunakan untuk
investasi dan adanya usaha untuk meminimalisasi apabila kegagalan yang
mungkin terjadi terhadap suatu investasi.
60
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan
Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brealey, A. Richard, et al. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan.
Jilid Kedua, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto,
Jakarta: Salemba Empat.
Eldon, Hendrikson S. 2000. Teori Akuntansi. Jilid Pertama, Edisi Keempat, Alih
Bahasa Oleh Marianus Sinaga. Jakarta: Erlangga.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kedua. Lampulo:
Alfabeta.
Fuad, M. et al. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Hasnawati, Sri. 2005. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan
Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Horne, James C. Van dan John M. Wachiwicz, Jr. 2012. Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi Ketigabelas. Jakarta: Salemba Empat.
Horngren, Charles. 2003. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Jilid Satu.
Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Jagels, Martin G. 2006. Hospitality Management Accounting. Edisi Kesembilan.
Canada: John Wiley & Sons, Inc,.
Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Kuswadi. 2005. Cara Mudah Memahami Angka dan Manajemen Keuangan Bagi
Orang Awam. Jakarta: Gramedia.
Manullang. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
61
Moleong, J. Lexy, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakaya.
Nitisemito, Alex S. 2004. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
GPFE.
Rudianto. 2009. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Grasindo.
Sadeli, Lili M. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Sambas, Ali Muhidin. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Siegel, Joel G. dan Jae K. Shim. 2000. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: Gahlia
Indonesia.
Stice, E. K. Dan F. Skousen. 2004. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi
Ketigabelas, Terjemahan PT. Dian Mas Cemerlang. Jakarta: Salemba
Empat.
Supangkat, Harry. 2003. Buku Panduan Direktur Keuangan. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Empat.
Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan
Laporan. Yogyakarta: J&J Learning.
Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Cetakan Keempat.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
62
Download